PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE PULAU-PULAU

Download 3 Des 2011 ... Sekretariat Jurnal AgriSains Fakultas Pertanian. ISSN : 1412- .... Kata kunei : Ekosistem mangrove, kerentanan, pengelolaan,...

1 downloads 544 Views 818KB Size
ISSN : 1412-3657

JURNAL

01. 12 No.3: Desember 2011

Vul. 12

Nu.3

145- 223

ISSN

. ')alu ncscmbcr 2011

1412-3657 ,

Vol. 12 No.3: Desember 2011

ISSN : 1412-3657

JURNAL ILMIAH

AgriSains Penanggung JawablKetua Penyunting Muh. Basir Cyio Wakil Ketua Penyunting Burhanuddin Sundu Koordinator Penyunting Pelaksana/Editor Rusdin Dien Wakil Koordinator Penyunting Pelaksana/Editor Fachri Lou lembah Dewan Redaksi Kaharuddin Kasim Andi Lagaligo Amar DamryHB Tim Penyu n ting/Editor Muhammad Hamsun Asrian i Hasanuddin Marsetyo Burhanuddin Sundu Yohan Rusyanlono Sirajudin Abdullah Novalina Serdiali

Kesekretariatan Erfianti Sri Astuti

Sekretariat Jurnal AgriSains Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Kampus Bumi Tadulako Tondo-Palu Sulawesi Tengab Telp. (0451) 429738 ReJ..10r: Prof Dr.lr. Muh Basir Cyio, S.E., M.S. - Dekan Fakultas Pertanian:. Prof Dr. Ir. H. Alam Anshary, M.Si PR I : Prof H. Hasan 8asri, M.A., Ph.D. - PR II : Prof. Dr. Syahir Natsir, S.E., M.Si. PR III : Asmadi Weri, S.H., M.H. ~ PR. IV : Prof lr. Zainuddin Basri, Ph.D. - PR V : If. H. Andi Hasalluddin Azikin, M.Si PD r: Dr. If. Sakka Samudin, M.P. - PD II : Ir. Uswah Hasanah, M.AgBc., Ph.D. - PO In : Dr. Ir. Isakandar Lapandjang, M.P,

J

U RN

A L

AgriSains ISSN 1412-3657 Volume 12. Nomor 3. Desember 2011

DAFTAR lSI Profil Honnon Estrogen dan Progesteron Induk Sapi Silangan Simmental-Peranakan Ongole dengan Suplementasi Legum sebagai Sumber Fitoestrogen ......................... . ................... Batseha M w.. Tiro , Endallg Ba/iarti, R. Djoko Soetrisno dan Kustono

145 - 153

. ........ .... Padang

154 - 158

Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Produksi Karkas Sapi Potong di Sulawesi Tengah .. .... .. . ..................... .................. . ............................ ... .... ............. Rusdin

159 - 165

Evaluasi Perkembangan Ternak Kambing pada Kelompok Usaha Tani, Bantuan Pemerintah di Kabupate n Poso ......................................... ....... ... K. Kasim dan l. Laming

166 - 172

Pengelolaan Ekosistem Mangrove Pulau-Pulau Kecil Taman Nasional Bunaken Berbasis Kerentanan ................................................................ Josizian N. W. Scizadwv, Fredinan Ylllianda, Dietriech C. Bengen dan Isdradjad Setyobudiandi

173-181

Kesesuaian dan Daya Dlikung Lahan untuk Kegiatan Wisata dan Perikanan di Pantai Kota Makassar Sulawesi Selatan ........................................................... ... ......................... . .................................. Hamzah, Achl1lad Fahrlldin, Heffni Efendi dan Ismlldi M llchsin

182 - 191

Optimasi Pemanfaatan Wisata Bahari bagi Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Berbasis Mitigasi (Kaslls Kawasan Gili Indah Kabupaten Lombok Utara Propinsi Nusa Tenggara Barat) ....... .. Sadikin Amir, Fredinan YllLianda, Dietriech C. Bengen dan lYlenllofati-ia Boer

192-199

Laju dan Kondisi Sedimentasi pada Ekosi stem Terumb u Karang di Pulall Ballang Lompo Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan .. ........ ... ..... .. ..................... ............ .............. Mutmainnah, Luky Adriallto, Tridoyo Kllsllmastallto dan Fredillan Yulianda

200 - 206

Kapasitas Adaptif Ekosistem Lamun (Seaggrass) di Gugus Pulau Guraici Kabupaten " Halmahera Selatan ...... .. . ... .... .... . ... .. .... ... ......... ...... .. . ... ... ... ... .. ....... .. ....... . . .. ...... Riyadi Subllr, Fredinan Yllliallda, Setyo Budi Susilo dan Acl/mad Fahrudin

207 - 215

Kesesuaian Fisik dan Kimia Perairan untuk Budidaya Eucheuma cottoni di Gugus Kepulauan Salabangka Kabupaten Morowali ............ ........ . ... . Zakira Raihani Ya' La

216 - 223

Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Status Faali Kambing Kacang .. .

~'>

J. Agrisai ns 12 (3) : 113 -181, Desember 2011

ISSN: 1412-3657

PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE PULAU-PULAU KECIL TAMAN NASIONAL BUNAKEN BERBASIS KERENTANAN Joshiall N. W. Schaduw l ), Fredinan Yulialldtl), Dietriech G. Bengen]), lsdradjad Setyobudiandi2) 1)

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Fakultas Pasca Sarjana IPB,

2)

StafPengajar FPIK IPB

ABSTRACT

Mangrove ecosystem has many functions for coastal area, such as, functions of ecology, social and economic. These functions lead to systemic impact toward other coastal ecosystem environment and human life. Through mitigation, this function can be optimized to minimize the degradation of small island environment. This research analyzed the existing condition of mangrove ecosystem, vulnerability of small islands, and also pattern and management strategy of mitigation based on mangrove ecosystem. This research used both primary and secondary data. Primary data was gathered by sampling field observation, questioner, open interview and in-depth interview in the research area. Secondary data was gathered by literature review and from related institutions . Vulnerability index was analyzed using multi dimensional scaling method whereas vulnerability mapping was analyzed by analysis of geographic information system using the software Archieve Project 3,3. The results of this research was the mangrove ecosystem of small is lands in Taman Nasional Bunaken needs to be better managing, considering the increasing rate of degradation and threats to these ecosystems. Nain Island was the most vulnerable island toward the threat of damaging ecosystems by human activities and natural factors. Management scheme which can accommodate a variety of problems faced by the mangrove ecosystems of small islands was collaborative management by the government as the leading sector with the highest priority on the management of the ecological dimension. Key words: Management, mangrove ecosystem, small island, vulnerability. ABSTRAK

Ekosistem mangrove memiliki banyak fungsi untuk daerah pesisir antara lain fungsi ekologi, sosial dan ekonomi. Fungsi ini membawa dampak sistemik terhadap Ilngkungan ekosistem pesisir lainnya dan kehidupan manusia. Melalui mitigasi, fungsi ini dapat dioptimalkan untuk meminimalkan degradasi Iingkungan pulau keci!. Penelitian ini menganalisis kondisi yang ada pada ekosistem mangrove, kerentanan pulau kecil, dan juga pol a dan strategi pengelolaan ekosistem mangrove berbasis mitigasi. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui sampling, observasi lapangan, quistioner, dan wawaneara terbuka dan wawaneara mendalam di daerah penelitian. Data sekunder dikumpulkan melalui tinjauan Iiteratur, dan instansi terkait. Indeks kerentanan dianalisis menggunakan metode multi dimensional scaling sedangkan pemetaan kerentanan dianalisis dengan analisis sistem informasi geografis menggunakan perangkat lunak AreView 3.3. Hasil dari penelitian ini adalah ekosistem mangrove pulau-pulau keci l di Taman Nasional Bunaken harus lebih baik mengelola, mengingat tingkat degradasi dan ancaman terhadap ekosistem ini semakin meningkat. Pulau Nain adalah pulau yang paling rentan terhadap ancaman merusak ekosistem oleh kegiatan manusia atau faktor alam. Pola pengelolaan yang dapat menampung berbagai masalah yang dihadapi oleh ekosistem mangrove pulau-pulau kecil adalah colaborative manajemen dengan pemerintah sebagai leading sector dengan prioritas tertinggi pada pengelolaan dimensi ekologi. Kata kunei : Ekosistem mangrove, kerentanan, pengelolaan, pulau kecil.

173

PENDAHULUAN Memiliki ekosistem mangrove terbesar di dunia sebesar 19% dari luas ekosistem mangrove dunia membuat Indonesia mendapatkan banyak tantangan dalam pengelolaan ekosistem mangrove, khususnya yang berada pad a pulau-pulau kecil (PPK). Ekosistem mangrove adalah ekosistem yang memiliki fungsi ekologi, sosial, dan ekonomi. Ekosistem ini adalah ekcisistem penting berdampak sistemik terhadap ekosistem lain karena memiliki beragam fungsi dalam ekosistem pesisir. Ekosistem mangrove PPK seringkali mendapat berbagai tantangan, antara lain adalah dampak dari aktivitas manusia yang melakukan pemanfaatan destruktif di sekitar ekosistem mangrove dan faklor alam seperti pemanasan global serta bencan alam. Oampak dari berbagai hal yang telah diuraikan tadi dapat menyebabkan degradasi sumberdaya ekosistem mangrove. Pengurangan luasan serta menurunnya kualitas perairan ekosistem mangrove adalah ancaman yang serius terhadap suatu kawasan yang penduduknya sangat bergantung terhadap sumberdaya pesisir. Luas hUlan mangrove pada PPK Taman Nasional Bunaken (TNB) sebesar 977 .63 ha yang tersebar pada empat pulau yaitu Mantehage, Bunaken, Manado Tua, dan Nain. Luas total hutan mangrove di TNB sekitar 10% dari luas total ekosistem mangrove di Sulawesi Utara. Komunitas mangrove TNB tennasuk yang lua di Asia Tenggara, indikasinya masih ditemukan m,a ngrove yang berukuran besar dengan diameter di alas 1.5 m yang pada tempat lain sudah jarang ditemukan. Akan tetapi kondi si sumberdaya ini pad a beberapa tahun terakhir mengalami degradas i yang cukup serius. Pulau Mantehage yang mempunyai luasan mangrove terbesar temyata memiliki laju penurunan luasan mangrove yang mencapai 12% dalam setahun (BTNB 2010) . Sejak beberapa generasi, masyarakat TNB telah menganggap kayu bakau sebagai bahan bangunan, kayu bakar, makanan dan obat-obatan. Semua pemanfaatan ini bisa berkelanjutan sepanjang pemanfaatannya bersifat non-komersial. Seiring berjalannya waktu, terjadi perkembangan pasar komersial untuk kayu mangrove sebagai kayu bakar dan bahan bangunan di Manado, serta untuk

patok pertanian rum put lau!. Akibatnya, terjadi tekanan pemanfaatan/penebangan kayu mangrove di Pulau-pulau yang ada di TNB. Dalam jangka panjang, hal ini menyebabkan gangguan ekosistem dan sekitamya, seperti terjadinya abrasi, erosi, sedimentasi, rob, wabah penyakit, dan hilangnya habitat bagi anakan ikan ekonomis, termasuk moluska dan udang. Pada tahun 1995, 8000 m3 kayu mangrove diambil dari dalam TNB, untuk keperluan : Budidaya rumput laut (38%), dijual ke Manado (35%), kayu bakar setempat (26%), dan Sero «1%). Kebutuhan mangrove tersebul sebagian besar diambil dari pulau Mantehage (85%) dan 15% dari daerah Arakan-Wawontulap. Selain ancaman tadi naiknya permukaan laut global dampaknya sudah dirasakan masyarakat TNB. Laju abrasi dan perbedaan tunggang pasut dalam 20 tahun terkahir, mengindikasikan bahwa TNB telah terkena dampak dari perubahan ikl im global. Melihat akan beragamnya pemlasalahan yang ada pada ekosi stem mangrove PPK TNB khususnya yang menyangkut kerentanan PPK, maka upaya mitigasi penting untuk dikaji. Ekosistem mangrove mempunyai peran penting dalam memiti gasi degradasi lingkungan pesisir yang berdampak pada dimensi ekologi, sosial, dan ekonomi. Dari be'rbagai pennasalahan yang ada dan akan dihadapi ekosistem mangrove PPK TNB maka tujuan dari penelitian ini adalah : a. Menganali sa kondisi exist ing ekosistem mangrove PPK TNB. b. Menganalisisa faktor kerentanan PPK TNB melalui penyusunan indeks dan peta kerentanan, serta korelasi pada mas~ng-masing dimensi. BAHAN DAN METODE Waktu d;1.n Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada ekosistem mangrove PPK TNB Provinsi Sulawesi Utara (Pulau Mantehage, Pulau Bunaken, Pulau Manado Tua, dan Pulau Nain). Letak posisi geografis lokasi penetian adalah antara 1°35'4 1"-1 °32 ' 16" N dan 124°50'50"- 124°49'22,6" E. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli 20 IO. Ekosistem mangrove dan masyarakat yang ada di TNB adalah objek penelitian ini. Pemilihan objek

174

penelitian dilakukan sesuai dengan kebutuhan data dan metode yang digunakan untuk menganalisisnya.

n = jumlah contoh p = proporsi kelompok yg akan diambil contohnya q = proporsi sisa dalam poplllasi contoh Z = ni lai tabel Z dari 1, a dimana a = 0.05 maka Z = 1,96 dibulatkan 2 b = Nilai kritis (10%)

Jenis dan Metode Pengambilan Data. Pengwnpulan data primer menggunakan metode pengamatan lapangan (observasz) dan metode sampling (stratified, cluster, random, purposive, systematic sampling). Data sosial dan ekonomi yang terkait dengan kegiatan penelitian ini akan dikumpulkan di lokasi penelitian dari para responden. Responden dipilih secara purposive sampling dan accidental sampling. Pengumpulan data terhadap responden akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan wawancara mendalam (deep interview) dengan menggunakan kuisioner. Data sosial ekonomi dan kelembagaan dikumpulkan secara langsung dengan cara wawancara yang berpedoman pada kuisioner. Sedangkan untuk profil kependudukan seperti data jumlah penduduk, mata pencaharian, dan tingkat pendidikan diperoleh dari kantor desa, kantor kecamatan, dan badan pusat statistik daerah. Data sosial dan ekonomi ini akan digunakan dalam beberapa indeks untuk penentuan nilai kerentanan masing-masing pulau pada PPK kawasan konservasi TNB. Beberapa indeks yang akan menggunakan data ini antara lain : indeks pertumbuhan penduduk (lSPP), indeks kepadatan penduduk (lSKP), Indeks Partisipasi Masyarakat (lSPM), Indeks Pemahaman Masyarakat (lSPHM), indeks tingkat Pendidikan (lSTP), indeks pendapatan masyarakat (ISPDM), Indeks keterpencilan ekonomi (lSKE), Indeks dampak TNB (lSD1), dan Indeks kepadatan bangunan (lSLT). Sedangkan untuk indeks dari dimensi kelembagaan meliputi indeks kualitas perencanan (IKKP), indeks kualitas koordinasi (IKKK), indeks kual itas implementasi (IKKIM), indeks kualitas monitoring (IKKM), indeks kualitas evaluasi (IKKE), Indeks kepatuhan aturan (IKKA), indeks kesiapan infrastruktur (IKKI), indeks peran perguruaan tinggi (IKP1), indeks pendampingan masyarakat (IKPM). Untuk menentukan jumlah respond en pad a penelitian ini digunakan persamaan sederhana sebagai berikut (Hlltabarat et al. 2009):

n> - pq

Z (aO.05) b

2

Untuk menganalisa kerentanan dimensi ekologi pada penelitian ini dibutuhkan data indeks pantai (IEP), indeks keterisolasian pulau (!EKP), indeks luasan zona inti (!ELZ!), indeks luasan zona pemanfaatan (!ELP), indeks luasan terumbu karang (!ELTK), indeks luasan mangrove (!ELM), indeks kerapatan mangrove (!EKRM), indeks kepadatan mutlak mangrove (IEKMM), indeks tunggang pasut (lETP), indeks kemiringan lereng (IEKM), indeks tinggi gelombang (IETG), indeks kecepatan arus (lEKCA), dan.indeks kualitas air (!EKA). Untuk Pengambilan data vegetasi mangrove menggunakan metode pada Point-Centered Quarter Method (PCQM) (Setyobudiandi et al. 2009). Data ini terbagi atas dua jenis data yaitu primer dan sekunder. Untuk data sekunder dapat diperoleh dari beberapa instansi seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi dan Kota Manado, Badan Taman Nasional Bunaken (BTNB), World Wild Fund (WWF), Birdlife, Yayasan Kelola, Fakultas Peikanan dan IImu kelautan Universitas Sam Ratulangi, serta sumber data yang akurat dan dapat dipertangungjawabkan secara ilmiah. Analisis Data. Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan tadi, langkah berikutnya adalah melakukan normalisasi terhadap semua variabel utama maupun sub-sub yang menyusun variabel untuk menyamakan satuan unit-unit yang digunakan dalam pengukuran. Oleh karena variabel-variabel penyusun indeks yang terukur mempunyai unit yang berbeda-beda sehingga harus dilakukan normalisasi unit atau satuan. Rumusan normalisasi sederhana yang digunakan adalah sebagai berikut: Xij - MinXj NVij = M xX

a

NV j i 175

ij -

M· X ,0::; SVIj ::; 1 In j

= Normalisasi indeks kerentanan = Indeks kerentanan =

Nama Plllau kecil

Setelah melakukan nonnalisasi langkah selanjutnya adalah membuat komposit indeks kerentanan PPK. Komposit indeks ini dibagi dalam tiga dimensi yaitu ekologi, sosial-ekonomi dan kelembagaan. Persamaan selanjutnya adalah persamaan untuk membuat komposit indeks.

Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorhiza, Sonneratia alba, Bruguiera sylindrica, Avicennia alba, dan Xylocm pus granatum) yang terbagi dalam empat family yaitu Rhizophora:eae, Sonmratiaceae, Avicenniaceae, danlvieliaceae. Jenis mangrove terbanyak dan terluas terdapat pada Pulau l:~= 1 IKijk KI K·· Mantehage (9 jenis 4 Family) dengan luas IJ Total atribut 893.8 ha, sedangkan Pulau Nain memiliki KIK = Komposit Indeks Kerentanan luasan mangrove terkecil (4.44 hal dengan I = Nama pulau kecil nilai kerapatan yang baik tetapi memiliki ukuran batang mangrove yang relatif keci!. = Dirnensi (Ekologi, ekonomi, kelembagaan) J k = Atribut masing-masing dimensi Untuk kualitas air, pulau Mantehage adalah Pada pene litian 1111 pembobotan pulau dengan keadaan kondisi perairan kerentanan dibagi dalam li ma kategori antara ekosistem yang kllrang baik dibandingkan lain kerentanan sangat rendah (O.O:o'KIK:':O.2), plliau yang lain. Banyaknya bahan pencemar kerentanan rendah" (O.2
= -"-,.:,----''''-

176

hasil komposit indeks kerentanan setiap dimensi pulau Nain adalah pulau yang memiliki tingkat kerentanan tinggi, sedangkan Pulau Manado Tua dengan tingkat kerentanan sedang, kemudian Pulau Mantehage dan Bunakenpada tingkat kerentanan rendah. Selanjutnya akan ditampiikan graftk indeks dan peta kerentanan PPK TNB.

sangat tinggi dan kualitas monitoring yang sangat rendah dari dimensi kelem bagaan. Tabel. 2 memperlihatkan korelasi masingmasing karakteristik indeks yang ada. Luasan mangrove berkorelasi positif tertinggi dengan partisipasi masyarakat hal ini terlihat dari semakin meningkatnya partispasi masyarakat Korelasi Karakteristik Indeks Kerentanan. dalam mengkonservas i ekos istem mangrove Hasil analisis matriks korelasi seperti yang maka luasan mangrove akan semakin baik, nampak pada Tabel. 3 memperlihatkan bahwa sedangkan luasan mangrove berkorelasi negatif ragam pad a sumbu utama pertama hingga dengan kemiringan lereng (R=-O.98), hal ini ke dua mencapai 99% dari ragam total. Hal ini terlihat pada pulau-pulau dengan kemiringan berarti tersisa 1% ragam yang tidak dijelaskan lereng tinggi memiliki luasan mangrove yang oleh sumbu-sumbu berikutnya Urrtuk mempermudah keci l dibandingkan pulau dengan kemiringan intepretasi maka hanya dua sumbu yang digunakan lereng kecil (Iandai). Penyebaran mangrove untuk menjelaskan keragaman atribut berdasarakan kearah daratan dipengaruhi oleh masuknya air tawar dan kountur tanah. Semua ini berkaitan nilai eigenvalue. Hasil analisa PCA memperlihatkan dengan genangan air yang ada pada suatu bahwa in fonnasi penting terhadap sumbu kawasan. Pulau dengan topograft rendah akan terpusat pada 2 sumbu utama dengan kontribusi lebih mudah menahan air dibandingkan pulau 82% dan 17%. Pada gambar ini terlihat bahwa dengan topograft tinggi. Selain itu korelasi Pulau Manado Tua dan Bunaken memilki positifjuga terlihat pada partisipasi masyarakat kecenderungan karakteristik yang sama terhadap dan kesiapan infrastruktur (R=O.99), rendahnya IELM, ISPM, dan nuu, terhadap ISKP dan in frastruktur membuat masyarakat tidak bisa IKKM memiliki kecenderung kemiripan berbuat banyak terhadap program atau kegiatan tetapi sangat kecil, sedangkan pulau Mantehage konservasi. Rendahnya kesiapan infrastruktur mengalami keterpencilan karena memiliki juga melemahkan kualitas monitoring (R=O.84) kemiringan lereng yang sangat landai dibandingkan yang dalam hal ini membutuhkan biaya dan pulau-pulau yang lain. Untuk pulau Nain sumberdaya yang cukup besar. dicirikan oleh kepadatan penduduk yang Tabel 1. Karakteristik Ekosistem Mangrove PPK TNB Pulau

0

KM L IndilOOm' (ha) 43.54 893.8

ISS L)

L Sp

LFm

9

4

38

N03-N L) 0.050

P04-P L) 0.239

DM (%!fhn) 12.61

Mantehae

(m) 1.54

Bunaken

1.71

36.1 9

71.5

5

4

37

0.047

0.054

1.86

Manado

2.04

23.98

7.8

2

2

27

0.023

0.033

0.02

1.02

75.65

4.4

2

2

27

0.0 19

0.028

1.01

Iua Nain

Keterangan : D : Jarak pohon, KM : Kepadatan Mutlak, L :Luasan Mangrove Sp : Spesies, Fm : Family, DM : Degradasi mangrove.

177

(mg!

(mg!

(mg!

Tabel2. Matriks Korelasi Indeks Kerentanan [ELM [ELM [EKL ISKP ISPM IKKM IKKI

-0.9876 0.3716 0.9586 0.5565 0.9173

[EKL

[SKP

[SPM

[KKM

[KK[

-0.9876

0.3716 -0.430 I

0.9586 -0.9817 0.5942 I 0.7689 0.9926

0.5565 -0.6434 0.9302 0.7689 1 0.8410

0.9 173 -0.9528 0.68 13 0.9926 0.8410 I

-0.4301 -0.9817 -0.6434 -0.9528

0.5942 0.9302 0.6813

Tabel 3. Akar Ciri (Eigen value) dan Persentase Ragam pada Komponen Utama Eigenvalues 4.9166 0.8194 0.8194

Value % of variability Cumulative %

"= "= =

2

3

1.0318 0.1720 0.9914

0.05 I 6 0.0086 1.0000

4 0.0000 0.0000 1.0000

5

6

0.0000 0.0000 1.0000

0.0000 0.0000 1.0000

1,0 0,8

~

~ ~ ~

~ ~

-'"•=

0,6

iii

Mantehage

0,4

iii

Bunaken

0,2

Y' Manado

ii Nain ekologi

kelembagaan

sasek

IK PPK

Gambar I. Indeks Kerentanan Pulau-Pulau Kecil Taman Nasioanal Bunaken

z

J

.... _

---

......

d~

"+ .

....-• • _

,

0

'~'.' A'_ ' "

<":" _ u _ ._,~

.",~ "

J ,,''' ''' '''''' '" "'"

"'..",, "',,~

Gambar 2. Peta Kerentanan Pulau-pulau Kecil T:
Tua

1---'-5-;i;~t-:~-axe-s-,~-n-d

--;-{••-%-) .

I



I • Mm,.h.g.

~L

0,5

I +

-

-i ~: ~:~a~o-t~~--·--~endrogr~~ --------- l\,

Nain

1

,

3. Bunaken

14. Mantehage

I

\ y

tSKP '<.l\KKM

l

-0: ' -----~.,~~!M · • -1

- 1,5

3

BunaKen

t . "".'oM -,

°

-2

\

._ axe 1 (82% ) .->

4

2 ~---+--~-~-~-

L -_ __ O:,.. 1 ___0:,. .2 _

_ 0::., ,3 ~~x.. .o_ ,4 _

-+-------+- --- , 0,7 _ 0.5_ _ o,e

B

A

Gambar. 3. A. Karelasi indeks kerentanan pada Kampanen Utama B. Dendagram Klasifikasi Hirarki Berdasarkan rndeks Kerentanan Untuk melihat pengelompokan pulau berdasarkan karakteristiknya maka dilanjutkan dengan cluster analysis (Gambar 3B). Terdapat tiga kelompok pada analisis ini, kelompok yang pertama adalah Pulau Bunaken dan Manado Tua, dan kelompok lainnya masing-masing adalah pulau Nain dan Mantehage yang mempunyai eiri khas dan karakteristik yang berbeda-beda. Pulau Mantehage dengan luasan mangrove yang sangat besar tapi mempunyai kemiringan lereng yang sangat kecil dan pulau Nain dengan indeks kesiapan infrastruktur dan partispasi masyarakat yang sangat rendah. Hal ini terlihat pada indeks dan peta kerentanan PPK dirnana pulau Nain dan Mantehage memiliki nilai tertinggi dan terendah, sedangkan dua pulau lainnya memiliki nilai yang tidakjauh berbeda.

Arahan Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove Berbasis Mitigasi. Pelestarian hutan mangrove merupakan suatu usaha yang sangat kompleks untuk dilaksanakan, karena kegiatan tersebut sangat membutuhkan sikap akomodalif terhadap segenap pihak baik yang berada di sekitar kawasan maupun di luar kawasan. Pada dasamya kegiatan ini dilakukan demi memenuhi kebutuhan dari berbagai kepentingan. Namun demikian, sifat akomodatif ini akan lebih dirasakan manfaatnya bilamana keberpihakan kepada masyarakat yang sangat rentan terhadap sumberdaya mangrove, diberikan porsi yang lebih besar.

Dengan dem ikian, yang perlu diperhatikan adalah menjadikan masyarakat sebagai komponen utama penggerak pelestarian hutan mangrove. Oleh karena itu, persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan mangrove perlu untuk diarahkan kepada eara pandang masyarakat akan pentingnya sumberdaya ekosistem mangrove. Dalam kerangka pengelolaan dan pelestarian mangrove, terdapat beberapa konsep yang dapat diterapkan untuk memberikan legitimasi dan pengertian bahwa mangrove sangat memerlukan pengelolaan dan perlindungan agar dapat tetap lestari. Konsep tersebut adalah: (I) perlindungan dan pelestarian ekosistem mangrove, dengan menunjuk suatu kawasan ekosistem mangrove untuk merljadi kawasan hutan moratorium, dan sebagai suatu bentuk sabuk hijau di sepanjang pantai (2) rehabilitasi ekosistem mangrove, dengan melakukan penghijauan terhadap bagian yang rusak sehingga dapat men gem balikan nilai estetika dan nilai fungsi ekologis kawasan hutan mangrove yang telah rusak. Selain kedua konsep di alas, faktor yang juga sangat berkaitan dengan pola pengelolaan dan merupakan titik sentral dalam pembangunan berbasis masyarakat adalah perilaku manusia. Karena melalui perilakulah manusia berinteraksi dengan manusia lain dan lingkungan sekitamya, dirnana

179

banyak prila\.'U manusia dapat mempengaruhi bemilai ekonomis dalam rangka peningkata kelestarian lingkungan sumberdaya alam. kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan Untuk itu diperlukan suatu strategi pengelolaan B. Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusi dengan keterl ibatan masyarakat sebagai subyek Meningkatkan pengetahuan dan keterampila masyarakat dalam kegiatan pengelolaa pembangunan/pengel olaan kawasan pesisir terutama kawasan mangrove sehingga segenap hutan mangrove dengan melakuka pe latihan-pelatihan keterampil an denga permasalahan yang terdapat di TNB yang dapat mengancam keberlanjutan penge lolaan materi yang mudah dipaham i meliput manfaat dan fungsi hutan mangrove dan kelestarian hutan mangrove di wil ayah pengenalan ragam jenis tumbuhan mangrov tersebut. dan kegunaannya, teknik pemilihan bua Menindak lanjuti pola pengelolaan yang telah dikaj i sebelumnya maka strategi pembibitan, penanaman, pemeliharaan pengelolaan ekosistem mangrove yang dilakukan dan penebangan. haruslah bersifat kolaboratif dengan pihak Meningkatkan pengetahuan masyaraka pemerintah sebagai motor penggeraknya. ten tang peraturan perundang-undanga Adapun strategi dan implementasi yang perlu yang berkaitan dengan pengelolaan huta mangrove dengan melakukan berbaga dikembangkan kaitannya dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam pengelolaan penyuluhan dan pemberian materi pandua sumberdaya ekos istem mangrove di TNB tentang undang-undang dalam pengelolaa dalam upaya penanganan permasalahan yang hutan mangrove. terdapat di TNB adalah sebagai berikut: Membentuk Kelom)Xlk Swadaya Masyarak A. Rehabilitasi dan Pelestarian Ekosistem (KSM) dalam rangka menjalankan program Mangrove TN Bunaken berbasis Masyarakat pelestarian ekosistem mangrove, penyerl:arluasa Melakukan inventarisasi sebaran dan infonnasi peraturan perundang-undangan kondisi hutan mangrove yang mengalam i teknik rehabilitasi dan pelestarian huta kerusakan. mangrove serta pemanfaatannya. Melakukan berbagai kegiatan rehabil itasi KESIMPULAN DAN SARAN hutan mangrove dengan menanami daerah-daerah yang telah rusak sesuai Kondisi ekos istem mangrove pad dengan skala prioritas yang telah ditetapkan. PPK TNB dalam keadaan kurang baik da - Mengkaji ulang dan mengembangkan kriteria pengkaj ian dan pengawasan segi kualitas dan kuantitas. Tiga dari em pa kegiatan pelestarian hutan mangrove pulau memiliki ekosistem mangrove yan sangat kecil dengan kondisi perai ran sekita yang praktis dan mudah. mangrove yang mulai tercemar. Faktor pentin . Melakukan kajian terhadap pembukaan yang mempengaruhi kerentanan PPK khususny lahan untuk tambak, pemukiman dan ekosistem mangrove adalah luasan mangrov pertanian. kem iringan lereng, partisipasi masyaraka Menyusun dan menyebarluaskan panduan kepadatan penduduk, kesiapan infrastmktu teknik rehabilitasi (penanaman) dan dan kual itas monitoring terhadap kawasa pelestarian hutan mangrove secara lestari konservasi TNB. Pola penge lo laan yan dan bijaksana. mengakomodir se lumh kepentingan da Menyebarluaskan hasil-hasil penelitian permasalahan yang ada di PPK TNB adala kegiatan rehabilitasi dan pelestarian pola pengelolaan kolaboratif yang melibatka hutan mangrove dalam bahasa yang seluruh stakeholders sebagai pengelola denga mudah dipaham i oleh masyarakat sekitar memperbaiki fun gsi kontrol terhadap semu kegiatan pengelolaan yang ada. kawasan TNB . Dengan melihat berbagai pennasalaha Menyebarluaskan infonnasi dalam melakukan pemanfaatan secara lestari yang dihadapi PPK TNB, khususnya ekosiste terhadap jenis-jenis flora dan fauna yang mangrove maka perlu penelitian lebih lanj 180

untuk melihat pengaruh perubahan iklim terhadap PPK khususnya sea level rise . Mengingat kawasan TNB yang begitu luas

maka penelitian kedepannya bisa menjangkau seluruh desa yang masuk dalam kawasan TNB.

DAFTAR PUSTAKA Bengen DO. 2000. Teknik Pengambilan Contoh dan Analisa Data Biofisik Slimberdaya Pesisir. Bogor: PKSPL.IPB. [BTNBJ Balai Taman Nasional Bunaken. 2010. Rencana Pengelolaan langka Panjang Taman Nasional Bunaken Periode Tahun 1996-202 \ (Review) Provinsi Sulawesi Utara. Manado: Balai Taman Nasional Bunaken. Kementrian kehutanan. Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi alam. Hutabarat AA, Fredi nan Y, Achmad F, Sri H, Kusharjani. 2009. Pengelolaan Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Bogor : Pusdiklat Kehutanan. Departemen Kehutanan RI. Secem-Korea Internationa l Cooperation Agency.

Ma1czweski 1, Sanchez M, Bojorquez LA, Delhumeau O. 1997. Multicriteria group decision mak ing model. Environmenlal Planning and Management, 40: 349-374.

Setyobudiandi I, Sulistiono, Fredinan Y, Cecep K, Sigit H, Ario D, Agustinus S, Bahtiar. 2009. Sampling dan Analisis Data Perikanan dan Kelautan. Boger: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan . Institus Pertanian Bogor.

181