PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN TEKNIK DASAR TANGKISAN PENCAK

Download e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha. Jurusan Pendidikan ... This study aimed at developing instructional media based of drawing c...

0 downloads 437 Views 389KB Size
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017)

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN TEKNIK DASAR TANGKISAN PENCAK SILAT DENGAN KARTU BERGAMBAR Pande P.G. Aryaguna, I.K. Budaya Astra, I.G. Suwiwa Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha, Kampus Tengah Undiksha Singaraja, Jalan Udayana Singaraja-Bali Tlp. (0362) 32559 e-mail: {[email protected], [email protected], [email protected]} Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengembangan media berbasis kartu bergambar teknik dasar tangkisan pencak silat untuk sekolah menengah atas. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dan menggunakan model pengembangan Luther. Langkah pengembangannya meliputi: konsep, desain, pengumpulan bahan, pembuatan, uji coba, dan distribusi. Tahapan validasi mengadopsi evaluasi formatif menurut Dick, Carey, dan Carey dengan 4 tahapan yaitu; Uji pakar/ahli, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba kelompok besar dengan rician yaitu 1 orang ahli isi, 1 orang ahli media, 1 orang ahli desain, 3 orang uji perorangan, 12 orang uji kelompok kecil dan 39 orang uji kelompok besar. Instrumen pengumpulan data mengunakan metode angket/kuesioner. Hasil validasi menunjukkan 93% (sangat baik) pada ahli isi, 90% (sangat baik) pada ahli desain, 96% (sangat baik) pada ahli media, 90% (sangat baik) pada uji perorangan, 94,75% (sangat baik) pada uji coba kelompok kecil dan 96,6% (sangat baik) pada uji kelompok besar. Kata-kata kunci: Pengembangan, media, kartu bergambar Abstract This study aimed at developing instructional media based of drawing card basic technique of tangkisan pencak silat for senior high school. This research is a development research and used development model by Luther. The steps of its development such as: concept, design, material collecting, assembly, testing, and distribution. Validation steps adopted formative evaluation by Dick, Carey, and Carey with four steps, namely: 1) expert judgement test, 2) individual test, 3) small group test, and 4) big group test with details are one person for content expert of learning test, one person of media expert test, one person for design expert test, three people for individual test, twelve people for small group test, and 39 people of big group test. The instrument of data collection used questionnaire method. The validation result shows 93% (verry good) in content master test, 90% (verry good) in design master test, 96% (verry good) in media master test, 905 (verry good) in individual test, 97,75% (verry good) in small group test, and 96,6% (verry good) in big group test. Key words: Develompent, media, drawing card

e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017) PENDAHULUAN Pembelajaran adalah suatu proses yang disengaja, bertujuan, dan terkendali. Pembelajaran terpengaruh oleh adanya ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS). Pengaruh perkembangan tersebut jelas terlihat dalam upaya-upaya pembaharuan sistem pendidikan dan pembelajaran. Peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan menjadi salah satu pekerjaan penting yang harus dilaksanakan oleh pemerintah agar ketercapaian mutu sumber daya manusia mampu direalisasikan. Sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan zaman di era globalisasi sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Pembaharuan dalam dunia pendidikan telah banyak dilakukan seperti perbaikan sarana dan prasarana pendidikan. Salah satu sarana penunjang dalam kegiatan belajar mengajar adalah dengan menggunakan media pembelajaran. Seiring perkembangan zaman, teknologi informasi dan komunikasi memberikan berbagai terobosan baru bagi dunia pendidikan seperti diciptakannya media penunjang pembelajaran dalam bentuk visual maupun audio visual yang mana fungsi utama dari media tersebut untuk memudahkan menyampaikan informasi agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Media secara etimologis berasal dari Bahasa Latin, merupakan betuk jamak dari kata “medium” yang berrarti “tengah, perantara atau pengantar. (Asyhar, 2012) Media merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan dan informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan. (Asyhar, 2012). Media disini juga memiliki posisi yang strategis sebagai bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pembelajaran. Tanpa adanya media, maka pembelajaran tidak akan pernah terjadi. Dengan

menggunakan media, peran pendidik dalam melakukan proses belajar mengajar akan menjadi lebih mudah. Dibalik banyaknya kemudahan yang di suguhi oleh adanya berbagai jenis media pembelajaran tidak serta merta memudahkan tugas guru dalam proses pembelajaran. Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang media pembelajaran serta perubahan masyarakat yang sangat cepat, mengharuskan peran guru untuk selalu mengikuti perkembangan serta tuntutan baru dalam bidang keahliannya. Dengan demikian tugas guru makin kompleks dan menantang, sehingga guru selalu dituntut untuk meningkatkan kemampuannya baik secara individual maupun kelompok. Pada tingkat satuan pendidikan khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes), pencak silat merupakan salah satu materi yang diajarkan. Melihat karakteristik materi pencak silat merupakan materi pelajaran yang membutuhkan waktu pertemuan yang banyak serta perencanan dan setting belajar yang baik serta didukung oleh media yang tepat. Materi meliputi 1) materi teori pencak silat yaitu teori sejarah, pengertian, tujuan, fungsi dan prinsip-prinsip, 2) materi teori peraturan pertandingan dan perwasitan pencak silat, dan 3) materi dasar memuat banyak pengetahuan bersifat prosudural yang membutuhkan waktu praktik yang cukup panjang agar siswa dapat menguasai dan memiliki kemampuan untuk mendemontrasikannya. Mengingat materi pencak silat sangat penting untuk dikuasai siswa pada tingkat satuan pendidikan maka seorang guru harus berusaha menciptakan suasana atau kondisi belajar yang kondusif sehingga pembelajaran mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Guru penjasorkes saat ini hendaknya tidak lagi mengajar sekadar sebagai kegiatan menyampaikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswa. Pembelajaran materi pencak silat hendaknya menuntut siswa agar mampu mengembangkan pengetahunnya sendiri, belajar mandiri,

e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017) sedangkan guru berperan sebagai fasilitator, mediator, dan manager dari proses pembelajaran. Pembelajaran kontruktivistik bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari pengajar kepada peserta didik, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik mampu membangun sendiri pengetahuannya. Namun kenyataan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang telah berlangsung selama ini guru penjasorkes dalam pengelolaan kelas masih cenderung berpusat pada guru sebagai sumber belajar utama (teacher centre). Pembelajaran materi Pencak Silat masih hanya terbatas pada teori saja. Dilihat dari tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran di tingkat sekolah menengah, khususnya SMA Negeri 1 Sawan, untuk mata pelajaran Penjasorkes (Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan) materi pencak silat secara kognitif tergolong baik atau dapat dikatakan tuntas. Hal itu terlihat dari hasil wawancara dengan narasumber, yaitu I Wayan Sudarma, S.Pd. Beliau merupakan guru mata pelajaran Penjasorkes kelas XI di SMA Negeri 1 Sawan. Beliau menyatakan nilai rata-rata pada mata pelajaran Penjasorkes materi pencak silat kelas XI semester I tahun pelajaran 2016/2017 secara umum sudah baik atau berada pada rentang di atas rata-rata yaitu dengan KKM 77. Namun yang menjadi masalah adalah nilai pada mata pelajaran pencak silat tersebut merupakan nilai pengetahuan saja karena selama pembelajaran pada materi pencak silat hanya sebatas teori yang disampaikan berbantuan buku pegangan siswa tanpa adanya praktek. Hal tersebut tentunya sudah tidak sesuai dengan hakekat dari pendidikan jasmani yaitu pendidikan melalui kegiatan jasmani yang diharapkan dapat menyebabkan perubahan di dalam pikiran, tubuh dan prilaku. Keterbatasan media pembelajaran dan kurangnnya kreativitas guru menyebabkan guru mengajarkan materi penjasorkes hanya sebatas teori saja. Sangat disayangkan apabila hal ini terus berlanjut dimana sesungguhnya hasil belajar siswa masih bisa ditingkatkan bila kondisi pembelajaran didukung oleh

strategi dan media yang memadai. Peningkatan kualitas pembelajaran yang akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar memerlukan berbagai upaya. Salah satunya adalah pemanfaatan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa yang diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Dengan begitu siswa lebih mudah meneyerap materi pembalajaran. Selain itu juga, media dapat digunakan di luar jam pelajaran mengingat keterbatasan jam pelajaran. Salah satu media yang cocok untuk dikembangkan di tingkat sekolah menengah atas guna meningkatkan kualitas belajar siswa adalah media berbasis kartu bergambar. Media pembelajaran berbasis kartu bergambar merupakan media yang menggambungkan dan mensinergikan antara teks dan grafik yang di desain berdasarkan teori pembelajaran. Penyajian materi pelajaran pada pokok bahasan dengan penggunaan media gambar, diharapkan agar siswa lebih mudah untuk memahami materi yang diajarkan. Selain itu, dengan adanya media ini siswa dapat menumbuhkan motivasi untuk belajar. Selain dapat meningkatkan minat belajar, media kartu bergambar ini juga diharapkan mampu menjembatani keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh guru terutama dalam hal pemahaman materi dan praktek dalam materi. Karena nantinya dengan adanya media pembelajaran kartu bergambar ini, dan dengan dibantu oleh perencanaan pembelajaran yang baik siswa akan mampu mengembangkan kemampuannya sendiri baik secara teori maupun praktek. Pada akhirnya, tujuan utamanya adalah dapat mengatasi keterbatasan media di SMA Negeri 1 Sawan. Oleh karena itu, dalam skripsi ini digagas sebuah penelitian yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Teknik Dasar Tengkisan Pencak Silat dengan Kartu Bergambar Untuk Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas”. Adapun permasalahan yang dapat dirumuskan dari latar belakang diatas

e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017) yaitu sebagai berikut: 1) Bagaimanakah rancang bangun media kartu bergambar yang layak dari aspek materi, aspek tampilan, dan aspek daya tarik untuk pembelajaran materi teknik dasar tangkisan pencak silat untuk siswa SMA kelas XI?. 2) Bagaimanakah tanggapan ahli isi, ahli media, dan ahli desain terhadap bahan ajar media kartu bergambar untuk pembelajaran materi teknik dasar tangkisan pencak silat untuk siswa SMA kelas XI?, dan 3) Bagaimanakah tanggapan siswa dalam uji coba perorangan, uji kelompok kecil, terhadap bahan ajar media kartu bergambar untuk siswa SMA kelas XI dalam pembelajaran materi teknik dasar tangkisan pencak silat yang dikembangkan? Sesuai dengan rumusan masalah tersebut maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut. 1) Medeskripsikan rancang bangun media kartu bergambar yang layak dari aspek materi, aspek tampilan, dan aspek daya tarik untuk pembelajaran materi teknik dasar tangkisan pencak silat untuk siswa SMA kelas XI?, 2) Mendeskripsikan tanggapan ahli isi, ahli media, dan ahli desain terhadap media kartu bergambar teknik dasar tangkisan pencak silat untuk siswa SMA kelas XI yang layak ditinjau dari aspek materi, dan 3) Mendeskripsikan tanggapan siswa dalam uji coba perorangan, uji kelompok kecil, dan uji lapangan terhadap bahan ajar media kartu bergambar teknik dasar tangkisan pencak silat untuk siswa SMA kelas XI yang layak dari aspek materi, pembelajaran materi pencak silat di Sekolah. Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain. Usaha ini dapat dilakukan oleh seseorang atau tim yang memiliki kemampuan dan kompetensi dalam merancang dan atau mengembangkan sumber belajar yang di perlukan. Dimyati dan Mudjiono (2013: 157) mengatakan bahwa pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (Penjasorkes) merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Namun, perolehan keterampilan dan perkembangan lain yang bersifat jasmaniah itu juga sekaligus sebagai tujuan. Penjasorkes merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani olahraga dan kesehatan. Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar. Pembelajaran memuat titik interaksi, antara pembelajar dan pebelajar berorientasi pada sasaran belajar, berakhir dengan evaluasi (Dimyati & Mudjiono, 2006). Pada hakikatnya pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai kesatuan utuh, mahluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Media merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu proses komunikasi. Sama halnya dengan media dalam proses pembelajaran mempunyai peranan yang penting dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya media, proses kegiatan belajar mengajar akan semakin dirasakan manfaatnya. Media secara etimologis berasal dari Bahasa Latin, merupakan betuk jamak dari kata “medium” yang berrarti “tengah, perantara atau pengantar (Asyhar, 2012). Media pembelajaran sebenarnya merupakan alat bantu yang berguna bagi pendidik dalam membantu tugas kependidikannya. Secara umum, media pembelajaran berfungsi mengarahkan

e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017) siswa untuk memperoleh berbagai pengalaman belajar. Pengalaman belajar tergantung adanya interaksi siwa dengan media. Dengan penggunaan media yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, tentunya akan mempertinggi hasil belajar. Menurut (Asyhar, 2012) menjabarkan fungsi media pembelajaran dalam beberapa fungsi yaitu (1) Media sebagai sumber belajar, artinya melalui media peserta didik memperoleh pesan dan informasi sehingga membentuk pengetahuan baru pada siswa, (2) Fungsi semantik, berkaitan dengan “meaning” atau arti dari suatu kata, istilah, tanda atau symbol, (3) Fungsi manipilatif, adalah kemampuan media dalam menampilkan kembali suatu benda/ peristiwa dengan berbagai cara, sesuai kondisi, situasi tujuan dan sasarannya, (4) Fungsi fiksatif, adalah fungsi yang berkenaan dengan kemampuan suatu media untuk menangkap, menyimpan, menampilkan kembali suatu objek atau kejadian yang sudah lama terjadi, (5) Fungsi distributif, adalam mampu diikuti atau menyampaikan informasi ke peserta didik dalam jumlah besar dalam sekali penggunaan, (6) Fungsi psikologis, dari segi psikologis media mempunyai beberapa fungsi seperti fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, fungsi imajinatif, dan fungsi motivasi, (7) Fungsi sosio-kultural, dapat mengatasi hambatan sosio-kultural dengan kebiasaan, adat, lingkungan, dan pengalaman yang berbeda-beda. Setiap media memiliki karakteristiknya masing-masing dan menampilkan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran. (Asyhar, 2012) meggolongkan media berdasarkan kompleksnya suara, yaitu media kompleks (film, TV, video/VCD) dan media sederhana (slide, audio, transparansi, teks). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kartu adalah kertas tebal berbentuk persegi panjang. Kartu sendiri memiliki berbagai fungsi, salah satunya sebagai media visual untuk

menyampaikan informasi dan sebagai media transaksi. Gambar merupakan media grafis, yang merupakan hasil lukisan yang menggambarkan orang, tempat dan benda dalam berbagai variasai (Asyhar, 2012). Kartu bergambar merupakan media yang menggabungkan antara grafis dan teks yang di desain sedemikian rupa dengan tujuan menyampaikan informasi berupa teks dan gambar secara bersamaan. Adapun kelebihan dalam kartu bergambar yaitu: 1) mudah dibawa ke mana-mana, 2) praktis dalam membuat dan menggunakannya, sehingga kapan pun anak didik bisa belajar dengan baik menggunakan media ini, 3) menyenangkan sebagai media pembelajaran, bahkan bisa digunakan dalam permainan. Pencak silat merupakan system beladiri yang diwariskan oleh nenek moyang sebagai budaya bangsa Indonesia. Pencak silat adalah suatu metode beladiri yang diciptakan untuk mempertahankan diri dari bahaya yang dapat mengancam keselamatan (Kriswanto, 2015). Istilah pencak silat sebagai seni bela diri bangsa indonesia, merupakan kata majemuk adalah hasil keputusan seminar pencak silat tahun 1973 di Tugu Bogor. Pencak silat selain sebagai cabang olahraga beladiri juga memiliki beberapa aspek meliputi aspek ahlak atau rohani, beladiri, seni dan olahraga. Sesuai dengan aspek-aspek tersebut fungsi pencak silat, adalah seni, untuk beladiri dan untuk pendidikan ahlak atau rohani dan untuk olahraga. Tangkisan adalah suatu teknik belaan untuk menggagalkan serangan lawan dengan melakukan tindakan menahan serangan lawan dengan tangan, kaki dan tubuh. Berikut ini adalah jenisjenis tangkisan menurut (Lubis, 2013) yaitu: Tangkisan tepis, Tangkisan gedik, Tangkisan kelit, Tangkisan siku, Tangkisan jepit atas, Tangkisan potong, Tangkisan sangga, Tangkisan galang, Tangkisan kepruk, Tangkisan kibas, dan Tangkisan lutut.

e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017) METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran kartu bergambar teknik dasar tangkisan pencak silat. Pengembangan media menggunakan model Luther (Sutopo, 2003). Model Luther meliputi 6 tahap yaitu: 1) tahap konsep, 2) desain, 3) pengumpulan materi, 4) pembuatan, 5) pengujian, dan 6) distribusi. Langkah validasi bahan ajar mengadopsi model evaluasi formatif Dick, Carey, dan Carey (Dalam Suwiwa, 2014) yang meliputi empat tahapan yaitu: 1) evaluasi pakar atau ahli, 2) uji coba perorangan, 3) uji coba kelompok kecil, dan 4) uji lapangan. Prosedur pengembangan merupakan tahapan-tahapan dari proses pengembangan yang akan dilakukan. Prosedur pengambangan sendiri berguna untuk lebih memperjelas tentang bagaimana langkah prosedural yang harus dilalui agar sampai ke produk yang diharapkan. Pengembangan produk yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model Luther yang memiliki beberapa fase atau tahap yaitu 1) Konsep, 2) Desain, 3) Pengumpulan Bahan, 4) Pembuatan, 5) Pengujian, 6) Distribusi.

Gambar 1. Model Luther Tahap konsep terdiri dari beberapa kegiatan yaitu: a) melakukan analisis kebutuhan, b) menentukan tujuan (standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran), c) menganalisis karakteristik siswa, dan d) memetakan objek belajar dengan media kartu bergambar. Analisis kebutuhan dimulai dari mengidentifikasi kesenjangan antara keadaan sekarang dengan keadaan yang diharapkan.

Tahap desain adalah membuat spesifikasi secara rinci mengenai arsitektur produk, gaya, dan kebutuhan material untuk proyek. Kegiatan yang dilakukan pada tahap desain yaitu membuat desain kartu dan storyboard. Tahap pengumpulan bahan dapat dikerjakan paralel dengan tahap pembuatan. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan bahan seperti teks, image (gambar) dan lain-lain yang diperlukan untuk tahap berikutnya. Bahan teks yang diperlukan dalam media diperoleh dari sumber-sumber seperti perpustakan. Tahap pembuatan merupakan tahap di mana seluruh objek media dibuat. Pembuatan dilakukan berdasarkan sketsa, dan storyboard yang berasal dari tahap desain. Objek media seperti teks dan gambar dirangkai sesuai dengan perannya masing-masing. Software yang digunakan dalam proses desain ini menggunakan Photoshop CS6. Tahap pengujian atau testing merupakan tahapan yang dilakukan setelah tahap pembuatan dan seluruh data telah dimasukkan ke dalam produk media kartu bergambar. Pengujian dilakukan dengan mencetak hasil desain dengan tujuan agar mengetahui kesesuaian desain dengan hasil cetakan. Tahap distribusi merupakan tahap di mana produk direproduksi dan didistribusikan kepada pengguna untuk digunakan dalam rangka evaluasi. Bahan ajar yang telah melewati enam tahap pengembangan media menurut Luther, selanjutnya dilaksanakan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk dapat meningkatkan kualitas produk yang dikembangkan. Langkah Validasi bahan ajar mengadopsi tahapan evaluasi formatif menurut Dick, Carey, dan Carey (Suwiwa, Santyasa, & Kirna, 2014) yang meliputi empat tahapan yaitu evaluasi perorangan, evaluasi kelompok kecil, dan evaluasi lapangan. Tiga tahap evaluasi tersebut didahului dengan melaksanakan review oleh para ahli. Dalam mengembangkan bahan ajar media gambar, dikembangkan melalui proses validasi oleh ahli isi, validasi oleh ahli media, validasi oleh ahli desain pembelajaran. Validasi oleh ahli dan uji coba dilakukan dengan maksud

e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017) agar produk yang dikembangkan layak digunakan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan digunakan untuk memperbaiki atau menyempurnakan produk yang dikembangkan. Proses uji coba produk seperti ini, diharapkan kualitas media kartu bergambar yang dikembangkan menjadi lebih baik. Subjek coba pengembangan bahan ajar media ini adalah para ahli, siswa SMA kelas XI. Rincianya: a) satu orang ahli isi, b) satu orang ahli media, c) satu orang ahli desain, d) 3 orang uji coba perorangan, e) 12 orang uji coba kelompok kecil, f) 39 orang uji coba Lapangan. Produk yang dikembangkan secara bertahap akan divalidasi mulai dari ahli materi yang akan dilakukan oleh Ilmu Keolahragaan Fakultas Olahraga dan Kesehatan yang memiliki yang memiliki kompetensi di bidang pencak silat, ahli media dan desain akan dilakukan oleh dosen Teknologi Pendidikan yang memiliki gelas Magister yang memiliki kompetensi di bidang media. Setelah mendapatkan validitas dari para Ahli tahap selanjutnya adalah tahap uji perorangan. Tujuan dari tahap ini yaitu untuk mendapat bukti impirik tentang kelayakan awal secara terbatas. Data yang didapat pada tahan ini (penilaian, saran dan komentar siswa) disusun dan dianalisis untuk merevisi prodok sebelum uji coba kelompok kecil. Tahap ini merupakan salah satu tahap evaluasi yang dilakukan setelah setelah review ahli dan uji coba perorangan. Tahap evaluasi ini bertujuan mengidentiikasi kekurangan produk pengembangan setelah direvisi berdasarkan review ahli dan uji coba perorangan. Uji coba Lapangan merupakan tahap evaluasi yang dilakukan setelah setelah review ahli, uji coba perorangan dan uji coba kelompok kecil. Tahap evaluasi ini bertujuan mengidentiikasi kekurangan produk pengembangan setelah direvisi berdasarkan review ahli dan uji coba perorangan dan uji coba kelompok kecil. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data persebut

berupa data yang menggambarkan kualitas produk yang meliputi aspek isi, aspek tampilan, dan daya tarik siswa tentang media pembelajaran kartu bergambar. Pada analisis deskriptif, data kuantitatif yang diperoleh, dicari skor reratanya kemudian dikonvesikan ke data kuantitatif skala lima, dan akhirnya dideskripsikan. Secara rinci data tersebut berupa: a) skor penlaian tentang kualitas produk dari aspek materi oleh ahli materi, b) skor penilaian tentang kualitas produk dari aspek tampilan oleh ahli media, c) skor tanggapan siswa tentang aspek daya tarik media pembelajaran berbasis media kartu bergambar. Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti dalam pengumpulan data. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah angket atau kuesioner dalam bentuk skala skor. Untuk menguji faliditas kuesioner dilakukan langkahlangkah sebagai berikut: 1) pembuatan table kisi-kisi, 2) konsultasi dengan pembimbing, dan 3) penulisan istrumen. Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiono, 2014). Angket atau kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data hasil review dari ahli materi atau mata pelajaran, ahli desain dan ahli media pembelajaran, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba kelompok besar. Angket tersebut berisi item-item terkait dengan Kartu Bergambar. Berikut adalah rancangan kisi-kisi instrumen pengumpulan data dalam penelitian pengembangan ini. Dalam Analis data, penelitian pengembangan ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Teknik analisis ini digunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk Deskriptif persentase. Menurut (Agung, 2014) analisis deskriptif kualitatif merupakan teknik anaisis data yang digunakan untuk menampilkan data dalam bentuk kata tertulis dari subjek penelitian. Teknik analisis deskriptif kualitatif ini digunakan untuk mengolah data hasil

e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017) review ahli mata pelajaran, ahli desain mata pelajaran, ahli media pembelajaran dan uji coba siswa. Teknik analisis data ini dilakukan dengan mengelompokkan informasi dari data kualitatif yang berupa masukan, tanggapan, kritik, dan saran perbaikan yang terdapat pada angket. Hasil analisis ini kemudian dugunakan untuk merevisi produk yang dikembangkan. Rumus yang digunakan untuk menghitung presentase dari masing-masing subjek adalah sebagai berikut.

∑ = jumlah

Peresentase

N = banyak subjek

:

N = jumlah seluruh item angket Selanjutnya, untuk menghitung persentase keseluruhan subjek digunakan rumus: Persentase

:F:N

Keterangan

:

F = jumlah persentase keseluruhan subjek

∑(Jawaban × Bobot tiap pilihan) 𝑛 ×𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

Keterangan

: Tabel 3.3 Konversi Tingkat Pencapaian dengan Skala 5

Tingkat Pencapaian (%) 90-100 75-89 65- 79 55- 64 1-54

Kualifikasi Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang

HASIL dan PEMBAHASAN Menurut hasil pengembangan media pembelajaran teknik dasar tangkisan pencak silat dengan kartu bergambar untuk siswa kelas XI sekolah menengah atas mendapatkan hasil kisaran 4 (baik) dan 5 (sangat baik) pada ahli isi dengan presentase adalah 93% yang menandakan bahwa media kartu bergambar ini berada pada kategori sangat baik. Menurut ahli isi mata pelajaran, penggunaan bahasa pada penjelasan kartu harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Namun media kartu bergambar teknik dasar tangkisan pencak silat ini sudah menunjukkan nilai yang sangat baik kejelasan indikator, kesesuaian indikator dengan materi, kejelasan tujuan pembelajaran, kesesuaian materi dengan tujuan, kelengkapan materi, dan kesesuaian evaluasi dengan tujuan, sehingga media kartu bergambar teknik

Keterangan Tidak perlu direvisi Sedikit direvisi Direvisi secukupnya Banyak hal yang direvisi Diulangi membuat produk dasar tangkisan pencak silat valid menurut ahli isi mata pelajaran. Menurut hasil penilaian dari ahli media pembelajaran, didapat bahwa kisaran nilai pada skor 4 (baik) dan 5 (sangat baik). Kemenarikan tampilan media dan tampilan kemasan mendapat skor 4 (baik). Sedangkan pada butir kesesuaian aspek pada gambar, jenis dan ukuran huruf, kesesuaian penempatan komponen, kesesuaian ukuran huruf, kesesuaian kemasan dengan media, dan kesesuaian huruf pada kemasan, mendapatkan skor 5 (sangat baik). Dengan hasil demikian media kartu bergambar teknik dasar tangkisan pencak silat dikatakan valid menurut alhi media dengan sedikit revisi. Menurut penilaian ahli desain pembelajaran didapat nilai kisaran pada skor 4 (baik) dan 5 (sangat baik). Pada poin kesesuaian media dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian media dengan

e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017) peserta didik, kejelasan tampilan media dan kejelasan tampilan teks, kualitas warna pada media, dan konsistensi penggunaan warna mendapatkan poin 4 (baik). Sedangkan pada poin kejelasan tampilan, kualitas tampilan gambar, jenis huruf yang digunakan, kesesuaian dan kemenarikan tampilan dan kualitas kertas yang digunakan mendapatkan nilai 5 (sangat baik). Dengan hasil demikian media kartu bergambar teknik dasar tangkisan pencak silat dikatakan valid menurut alhi desain dengan sedikit revisi. Berdasarkan hasil uji coba perorangan yang dilakukan di SMA Negeri 1 Sawan pada tiga orang siswa kelas XI IPS didapat presentase tingkat pencapaian media kartu bergambar teknik dasar tangkisan pencak silat adalah 90% (sangat baik). Penilaian yang diberikan siswa cenderung memberikan nilai rendah pada poin kesesuaian warna. Hal ini disebabkan karena berbedaan antara software pengembang dan percetakan berbeda sehingga menghasilkan warna akhir yang berbeda-beda. Selain butir warna, kebanyakan siswa sudah menilai media kartu bergambar teknik dasar tangkisan pencak silat dengan skor 5 (sangat baik), sehingga media kartu bergambar teknik dasar tangkisan pencak silat valid menurut uji coba perorangan. Berdasarkan hasil uji coba kelompok kecil yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sawan pada kelas XI IPA didapat hasil presentase tingkat pencapaian media kartu bergambar teknik dasar tangkisan pencak silat adalah 94.75% (sangat Baik). Penilaian yang diberikan siswa cenderung memberikan nilai rendah pada poin kejelasan gambarpada media. Hal ini disebabkan oleh kualitas gambar yang disimpan pada akhir proses mengedit menggunakan kualitas rendah sehingga berpengaruh pada hasil cetak. Selain butir kejelasan gambar, kebanyakan siswa sudah menilai media kartu bergambar teknik dasar tangkisan pencak silat dengan skor 5 (sangat baik), sehingga media kartu bergambar teknik dasar tangkisan pencak silat valid menurut uji coba kelompok kecil.

Berdasarkan uji coba kelompok besar didapat hasil presentase tingkat pencapaian media kartu bergambar teknik dasar tangkisan pencak silat adalah 96.6% (sangat baik). Penilaian yang diberikan siswa sangat bervariasi. Beberapa siswa memberikan skor tinggi pada kemenarikan media, sedangkan beberapa siswa yang lain memberikan skor yang tinggi pada aspek-aspek lain, sehingga media kartu bergambar teknik dasar tangkisan pencak silat valid menurut uji coba lapangan. Berdasarkan uji coba kelompok besar didapat hasil presentase tingkat pencapaian media kartu bergambar teknik dasar tangkisan pencak silat adalah 96.6% (sangat baik). Penilaian yang diberikan siswa sangat bervariasi. Beberapa siswa memberikan skor tinggi pada kemenarikan media, sedangkan beberapa siswa yang lain memberikan skor yang tinggi pada aspek-aspek lain, sehingga media kartu bergambar teknik dasar tangkisan pencak silat valid menurut uji coba lapangan. Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan maka dapat dihasilakan sebuah media kartu bergambar teknik dasar tangkisan pencak silat yang teruji validitasnya berdasarkan ahli isi mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, ahli media pembelajaran, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan. Secara umum media kartu bergambar teknik dasar tangkisan pencak silat ini perlu sedikit revisi dan siap digunakan untuk penelitian lebih lanjut. Hasil validasi produk media pembelajaran kartu bergambar teknik dasar tangkisan pencak silat ini memang menunjukkan hasil yang baik. Beberapa penelitian lain juga telah membuktikan bahwa pembelajaran dengan media bergambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satunya adalah penelitian oleh (Maryani, Sri. Martha, Nengah. Artawan, 2013) yang berjudul “Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Berita Siswa Kelas VIII SMPN 4 Soromadi Kabupaten Bima NTB” menyimpulkan bahwa dengan menggunakan media gambar dalam menulis teks berita dapat

e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017) meningkatkan kemampuan menulis teks berita siswa. Demikian pula penelitian oleh (Wijawa, 2012) yang berjudul ”Developing Fundamental Movement Based Cooperative Learning Model in Primary School” mengemukakan bahwa: Model pembelajaran kooperatif berbasis gerakan dasar dengan bantuan kartu bergerak telah terbukti praktis dan efektif. Kepraktisan model pembelajaran seperti yang terlihat dari penampilan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kooperatif berbasis gerakan dasar dengan kartu bergerak di SD di Buleleng dalam tahap percobaan di kelompok kecil, kelompok besar dan percobaan produk denga hasil. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa desain pengembangan media pembelajaran kartu bergambar teknik dasar tangkisan pencak silat menghasilkan rancangan kartu bergambar yang nantinya akan digunakan untuk mengembangkan produk media kartu bergambar taknik dasar tangkisan pencak silat untuk sekolah menengah atas. Validitas media pembelajaran kartu bergambar teknik dasar tangkisan pencak silat menurut ahli adalah: (1) menurut review ahli isi mata pelajaran menunjukkan kategori sangat baik (93%), (2) menurut review ahli desain pembelajaran berada pada kategori sangat baik (90%), (3) menurut review ahli media pembelajaran menunjukkan kategori (96%). Validasi media pembelajaran kartu bergambar teknik dasar tangkisan pencak silat menurut uji perorangan menunjukan hasil pada kategori sangat baik yaitu (90%). Validasi menurut uji kelompok kecil menunjukkan hasil pencapaian pada ketegori sangat baik yaitu (94%). Sedangkan pada validasi kelompok besar

menunjukkan hasil pencapaian pada ketegori sangat baik yaitu (96%) dengan demikian media karti bergambar teknik dasar tangkisan pencak silat dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA Agung. (2014). Metodologi Penelitian Pendidian. Malang: Aditya Media Publishing. Asyhar, rayandra. (2012). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: referensi jakarta. Dimyati & Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Kriswanto, E. S. (2015). Pencak Silat. yogyakarta: Pustakabarupress. Lubis, J. dan W. H. (2013). Pencak Silat. Jakarta: Rajawali Sport. Maryani, Sri. Martha, Nengah. Artawan, G. (2013). Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Berita Siswa Kelas Viii Smpn 4, 1(2). Sugiono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sutopo. (2003). Multimedia Interaktif dengan Flash. yogyakarta: Graha Ilmu. Suwiwa, I. G., Santyasa, I. W., & Kirna, I. M. (2014). Pengembangan Multimedia Interaktif Pembelajaran Pada Mata Kuliah Teori Dan Praktik Pencak Silat, 4. Wijawa, A. (2012). Developing Fundamental Movement Skills, 2016(21 Febuary), 13–24. Retrieved from http://www.sportnz.org.nz