PENGEMBANGAN MODEL LAYANAN INFORMASI DENGAN

Download audio, video, flim atau slide. Modeling simbolik dapat disusun untuk klien individu atau dapat distandarisasikan untuk kelompok klien”. Dar...

0 downloads 516 Views 77KB Size
Volume No 2 Desember 2015 31 5Layanan Informasi teknik Symbolic Model Guidena | Jurnal Ilmu Pendidikan, Psikologi, Bimbingan dan Konseling

ISSN 2088-9623 E- ISSN 2442-7802

PENGEMBANGAN MODEL LAYANAN INFORMASI DENGAN TEKNIK SYMBOLIC MODEL DALAM MEMBANTU MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KOTA KUDUS TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Indah Lestari1 , Richma Hidayati2, dan Edris Zamroni3 Universitas Muria Kudus ABSTRAK: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena kemandirian belajar anak sekolah dasar yang cenderung rendah. Hal ini bisa diamati dari kecenderungan anak usia sekolah dasar tergantung pada orang tua, teman dan guru les dalam mengerjakan PR, menyontek ketika ulangan dan meniru pekerjaan teman. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model layanan informasi dengan teknik symbolic model untuk mengembangkan kemandirian belajar anak usia sekolah dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai t diperoleh angka 9,682 pada peluang kesalahan 0,000 lebih kecil dari pada peluang kesalahan (p) = 0,05 atau dalam bentuk lain 0,000 < 0,05 yang artinya signifikan. Selanjutnya uji beda menunjukkan bahwa rerata post test lebih besar dengan nilai 59,26 dibanding dengan nilai hasil pre test sebesar 49,96. Dengan demikian, hipotesis alternatif yang berbunyi model layanan informasi dengan teknik symbolic model secara signifikan dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa didukung atau diterima. Kata Kunci: Kemandirian belajar, layanan informasi, symbolic model karena mengingat adanya perbedaan

PENDAHULUAN Prestasi belajar sangat penting

tiap individu baik dalam kemandirian

sekali sebagai indikator keberhasilan

belajarnya, motivasinya, karakternya,

proses belajar mengajar baik bagi guru

cita-citanya dan lain-lain yang dimiliki

maupun siswa. Bagi guru, prestasi

siswa.

Siswa dengan kemandirian

belajar siswa dapat dijadikan sebagai

belajar

yang

pedoman

memperoleh prestasi yang maksimal.

keberhasilan

penilaian

terhadap

dalam

kegiatan

Dalam

rendah

Ujian

tidak

Nasional

bisa

juga

membelajarakan siswa. Tidak ada siswa

banyak sekali ditemukan siswa yang

yang

prestasi

mencontek waktu ujian. Ujian Nasional

untuk

(UN) jadi hal yang menakutkan bagi

belajar

tidak yang

menginginkan baik.

Namun,

memperoleh semua itu, tidaklah mudah

lembaga

pendidikan

sekolah

di

©2015 oleh Prodi Bimbingan dan Konseling FKIP UM Metro Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Edris Zamroni Dkk

32

Indonesia. Fenomena saat ini terjadi

individu pada akhirnya akan mampu

ketika

menghadapi UN yaitu Guru

berpikir dan bertindak sendiri. Dengan

hingga kepala sekolah dituntut bisa

kemandirian seseorang dapat memilih

membuat

mampu

jalan hidupnya untuk dapat berkembang

mengerjakan setiap ujian. Upaya untuk

dengan lebih mantap (Mulyaningtyas,

mencapai nilai UN yang baik, keap kali

2007).

setiap

murid

dilakukan dengan cara-cara tak wajar;

Menurut

Bernadib

(dalam

misalnya menyontek atau memberi

Mu’tadin, 2002) ciri-ciri kemandirian :

bocoran

mudah

1) memiliki hasrat untuk bersaing untuk

menunjukkan

maju demi kebaikan dirinya, 2) Mampu

soal

dikerjakan.. bahwa

agar

Hal

siswa

bisa

ini

belum

kemandirian

belajar

dikarenakan

tidak

kemampuan

sendiri

memiliki

keputusan

untuk

percaya

pada

dihadapi, 3) memiliki kepercayaan diri

lebih

dalam mengerjakan tugas-tugasnya, 4)

dan

masalah

bertanggung jawab atas apa

yang

yang

dilakukan.

laku

yang

Berdasarkan indikator di atas,

Apabila

siswa

menunjukkan bahwa siswa usia sekolah

yang

dasar di kecamatan kota kudus memiliki

menyelesaikan

kemandrian belajar yang rendah. Siswa

tugas-tugasnya dengan baik dan tepat

belum mampu mengefektifkan waktu

waktu tanpa mencontek tugas dari

belajar baik di sekolah maupun di

teman yang lain. Sedangkan siswa yang

rumah, bila ada jam kosong lebih

kemandirian belajarnya rendah, tugas

memilih pergi ke kantin atau ke UKS

yang diberikan tidak bisa dikumpulkan

dibandingkan mengerjakan tugas yang

tepat waktu. Kemandirian merupakan

diberikan atau ke perpustakaan. Waktu

suatu sikap individu yang diperoleh

yang dimiliki siswa tidak dipergunakan

secara kumulatif selama perkembangan,

dengan

individu

untuk

kurangnya pemanfaatan waktu belajar,

bersikap mandiri dalam menghadapi

ditemukan pula siswa yang kurang

berbagai situasi dilingkungan, sehingga

percaya diri pada kemampuan yang

ditunjukkan

tingkah

menghadapi

dan

baik

Kemandirian dalam belajar dapat dari

inisiatif

yang

tergantung pada orang lain.

dilihat

mengambil

siswa.

memiliki kemandirian belajar baik,

siswa

mampu

akan

terus

belajar

GUIDENA | Volume 5 Nomor 2 Desember 2015 ISSN 2088-9623 E- ISSN 2442-7802

sebaik-baiknya.

Selain

33

Layanan Informasi teknik Symbolic Model

dimilikinya. Gejala tersebut nampak

informasi

pada perilaku siswa yang pasif seperti

pemberian informasi satu arah dengan

tidak berani mengajukan pertanyaan

muatan konten-konten yang berkaitan

atau pendapat, tidak bersedia tampil di

dengan masalah yang ditangani. Dalam

depan

upaya

kelas.

bertanggung

Siswa jawab

belum

dengan

bisa tugas-

konvensional

berorientasi

meningkatkan

kemandirian

belajar, seorang guru tidak bisa hanya

tugasnya di sekolah karena ketika

memberikan

diberikan PR atau tugas siswa masih

dibutuhkan

bergantung pada orang tuanya, siswa

memungkinkan siswa belajar mengenai

juga

memecahkan

hal-hal yang tidak bisa dipelajari hanya

masalah belajar dan belum mampu

melalui proses ceramah. Salah satu

kontinue dalam belajar karena belajar

teknik yang bisa diterapkan dalam

hanya ketika ada ulangan dan ketika

kegiatan

orang tua menyuruh untuk belajar.

symbolic. Sebenarnya teknik ini hanya

Bahkan untuk mengikuti les sebagai

diterapkan dalam layanan dalam pola

tambahan pelajaran yang kurang di

layanan

pahami, orang ltualah yang memiliki

konseling kelompok

andil besar dalam menyuruh putra-

individual. Oleh karena itu, perlu

putrinya untuk mengikuti kegiatan les

dikembangkan pola dan media layanan

supaya di dalam kelas tidak terlalu

yang

ketinggalan. Kemandirian belajar yang

siswa untuk mengikuti kegiatan dengan

rendah merupakan gejala yang masih

memanfaatkan

nampak sebagai permasalahan yang

simbolik. Layanan informasi dianggap

serius, khususnya di Sekolah Dasar di

pola layanan tepat untuk dikembangkan

kecamatan

dengan

belum

mampu

kota

Kudus.

Karena

ceramah

dan

arahan,

teladan

tersebut

adalah

bimbingan

memungkinkan

modeling

kelompok, dan

konseling

lebih

media

teknik

yang

banyak

modeling

modeling

simbolik

kemandirian belajar siswa menjadi salah

karena paling memungkinkan untuk

satu

diselenggarakan

faktor

dalam

pencapaian

keberhasilan prestasi siswa.

klasikal.

Sehingga, lebih banyak peserta yang

Alternatif pelayanan bimbingan

dapat

mengikuti

dan konseling yang dapat membantu

berinteraksi

meningkatkan

disediakan.

kemandirian

secara

siswa

adalah Layanan Informasi. Layanan

dengan

kegiatan

dan

model

yang

Edris Zamroni Dkk

Layanan informasi ialah layanan Bimbingan

dan

Konseling

yang

34

membantu siswa untuk berfikir rasional tentang perencanaan masa depan dan

memungkinkan peserta didik (klien)

tuntutan

menerima dan memahami berbagai

mengikuti sembarang keinginan saja

informasi (seperti informasi pendidikan

tanpa

dan informasi jabatan) yang dapat

dalam lingkungan hidupnya, ketiga

digunakan sebagai bahan pertimbangan

informasi yang sesuai dengan daya

dan

untuk

tangkapnya menyadarkan siswa akan

kepentingan peserta didik (klien). Klien

hal-hal yang tetap dan stabil, serta hal-

tidak hanya peserta didik tetapi bisa

hal

juga orang tua atau wali. Winkel (2006)

bertambahnya umur dan pengalaman.

menjelaskan

Prayitno (2012) menjelaskan tujuan

pengambilan

keputusan

layanan

Informasi

penyesuaian

diri

memperhitungkan

yang

akan

daripada

kenyataan

berubah

diadakan untuk membekali para siswa

umum

dengan pengetahuan tentang data, fakta

dikuasainya informasi tertentu oleh

di bidang pendidikan sekolah, bidang

peserta

pekerjaan dan bidang perkembangan

selanjutnya digunakan oleh peserta

pribadi-sosial, supaya mereka dengan

untuk keperluannya sehari-hari dan

belajar tentang lingkungan hidupnya

perkembangan dirinya. Tujuan khusus

lebih

layanan

mampu

mengatur

dan

Layanan

Informasi

dengan

layanan

Informasi

Informasi

terkait

yang

dengan

merencanakan kehidupannya sendiri.

fungsi-fungsi

Ada tiga alasan pokok mengapa layanan

pemahaman paling dominan dan paling

Informasi merupakan usaha vital dalam

langsung

keseluruhan program bimbingan yang

Informasi.

terencana dan terorganisasi (Winkel,

konseling.

adalah

diemban

Menurut

fungsi

oleh

layanan

Mappiare

(2006)

2006) : pertama siswa membutuhkan

modeling simbolik mengacu pada citra

informasi

pandangan,

yang

relevan

sebagai

dapat

berupa

gambar,

masukan dalam mengambil ketentuan

patung, dan bentuk lain, dari suatu yang

mengenai pendidikan lanjutan sebagai

ingin

persiapan

suatu

perilaku; dilakukan jika model asli tidak

kedua

dtampilkan.

jabatan

untuk di

memangku

masyarakat,

pengetahuan yang tepat dan benar

GUIDENA | Volume 5 Nomor 2 Desember 2015 ISSN 2088-9623 E- ISSN 2442-7802

dicontoh

dalam

pengubahan

35

Layanan Informasi teknik Symbolic Model

Hal

ini

sependapat

Rosjidan (1994)

dengan

yang mengatakan,

televise

di

mana

memerankan

didalamnya

model-model

yang

“Modeling simbolik bahwa tingkah

menarik sehingga dapat mempengaruhi

laku–tingkah laku ditunjukan melalui

orang yang mengamati.

film, video dan media rekaman lain”.

Sedangkan Nursalim, dkk (2005)

Modeling simbolik menurut Rosjidan

mengatakan, “Dalam modeling simbolik

dapat penulis rumuskan bahwa teknik

disajikan melalui bahan-bahan tertulis,

modeng simbolik memanfaatkan film,

audio, video, flim atau slide. Modeling

video untuk memperlihatkan tingkah

simbolik dapat disusun untuk klien

laku-tingkah laku model sehingga nanti

individu atau dapat distandarisasikan

siswa dapat mendapatkan pemahaman

untuk kelompok klien”. Dari pendapat

baru mengenai hal yang dilakukan

Nursalim dapat diketahui bahwa teknik

model tersebut. Pada penelitian ini

modeling simbolik dapat disajikan dari

tingkah laku yang ditunjukan model

bahan

adalah berkaitan dengan penerimaan

maupun slide. Bahan tertulis yang dapat

diri dalam bergaul sehingga nanti siswa

digunakan sebagai model bisa berupa

mampu meningkatkan penerimaan diri

riwayat hidup seseorang, bibiografi

dalam bergaulnya.

maupun

Menurut

Alwisol

(2005),

tertulis,

audio,

video,

tulisan-tulisan

film

lainnya,

sedangkan audio dapat berupa rekaman

“Dewasa ini sebagian besar modeling

seseorang

tingkah laku berbentuk simbolik. Film

tertentu dan video dapat berupa kisah

atau televisi menyajikan contoh tingkah

seseorang

laku yang tak terhitung yang mungkin

berupa

mempengaruhi pengamatannya”. Dari

tayangan yang dapat menginspirasi

pendapat

dikatakan

seseorang. Semua film dapat dijadikan

bahwa seiring perkembangan zaman

model dalam teknik ini karena setiap

banyak

yang

peran

tingkah

laku

pengamat baik peran yang baik maupun

ditunjukan

dengan

yang buruk, namun film-film yang

Alwisol

tingkah

mempengaruhi pengamatnya

dapat

laku

model

atau

yang video

dapat

kejadian-kejadian

didokumentasikan ataupun

dicontoh

oleh

medidiklah

Ini

semakin

dijadikan percontohan model untuk para

mudahnya orang melihat film atau

siswa agar siswa mendapatkan inspirasi

disebabkan

seharusnya

para

simbolik dalam bentuk film dan televisi. dapat

yang

tayangan-

dapat

Edris Zamroni Dkk

36

dan pengetahuan. Peran-peran model

process used to develop and validate

yang buruk dapat disajikan namun perlu

aducational product (Borg and Gall,

adanya

2003)

instruksi

atau

bimbingan

terlebih dahulu agar isi yang terkandung

Subjek Penelitian

dalam film dapat menjadi panutan yang

Subjek Penelitian ini adalah 50

baik. Dalam teknik modeling simbolik

siswa

tidak hanya dapat dikembangkan dalam

Kecamatam

format individual, namun secara dalam

memiliki kemandirian belajar rendah.

format kelompok teknik ini dapat

Siswa-siswi tersebut adalah siswa-siswi

diberikan. Oleh karena itu, peneliti

Kelas V SD IT Luqman Al Hakim

menggunakan

teknik

Kudus dan MI NU Banat Kudus Tahun

pelaksanaan

layanan

ini

dalam konseling

kelompok.

di

dua

Sekolah

Kota

Dasar

yang

di

terindikasi

Pelajaran 2015/2016. Instrumen Penelitian

Mendasar pada fenomena yang

Instrumen utama yang digunakan

diuraikan diatas peneliti tertarik untuk

dalam penelitian ini

melakukan penelitian dengan judul

Kemandirian Belajar Siswa. Skala ini

“Pengembangan

Layanan

mengungkap tingkat kemandirian siswa

Simbolic

baik

Model

Informasi

dengan

Model

untuk

Kemandirian Sekolah

Teknik

Mengembangkan

Belajar

Dasar

Anak

Usia

se-Kecamatan

Kota

Kudus”

sebelum

adalah Skala

maupun

steelah

membuktikan

hipotesis

penelitian. Analisis Data Untuk

penelitian berupa pengujian efektifitas digunakan teknik beda rata-rata (t-test),

METODE

penggunaan t-test dikarenakan untuk

Desain Penelitian

menguji hipotesis komparatif rata-rata

Sesuai

dengan

fokus,

yakni membandingkan sebelum dan

permasalahan, dan tujuan penelitian,

sesudah

jenis

menggunakan

Teknik analisis data statistik yang

penelitian dan pengembangan (research

digunakan adalah statistika parametris.

and

Analisis

penelitian

ini

development).

Penelitian

pengembangan diarahkan sebagai “a

GUIDENA | Volume 5 Nomor 2 Desember 2015 ISSN 2088-9623 E- ISSN 2442-7802

treatment

data

atau

secara

perlakuan.

keseluruhan

37

Layanan Informasi teknik Symbolic Model

dilakukan

menggunakan

bantuan

perangkat lunak SPSS 12.0 for windows.

layanan

informasi

dengan

teknik

symbolic model. Dari paparan perhitungan skor

HASIL

skala kemandirian belajar di atas,

Kondisi Awal Kemandirian Belajar Siswa

diketahui bahwa gambaran kemandirian

Dari hasil studi awal tentang

Kecamatn kota Kudus rata-rata berada

kemandirian belajar siswa kelas V di

pada kategori cukup. Meskipun ada

SD IT Lukman Al Hakim dan MI NU

yang memiliki tingkat kemandirian

Banat Kudus diperoleh hasil sebagai

belajar tinggi tapi presentasenya sangat

berikut:

kecil.

belajar siswa siswa sekolah dasar di

Hasil

pembahasan

studi

pendahuluan di atas menandakan bahwa kemandirian belajar siswa masih perlu ditingkatkan. Layanan informasi yang selama ini diberikan belum mampu mengakomodasi kemandirian

peningkatan

belajar

siswa

karena

berbagai hambatan yang terjadi dalam Hasil pretest digunakan sebagai dasar

dalam

pengembangan

menyusun layanan

model informasi

dengan teknik symbolic model. Layanan informasi

dengan

symbolic

model

dilaksanakan sebanyak 3 kali dengan materi Setelah

layanan

yang berbeda-beda.

layanan

informasi

dengan

teknik symbolic model dilaksanakan, siswa

diberikan

protest

skala

kemandirian belajar untuk mengetahui kondisi sebelum dan sesudah diberikan

pelaksanaannya. tersebut

Dari

penjelasan

maka

diperlukan

pengembangan pada layanan informasi baik dari segi konten maupun cara pelaksanaannya.

Konsep yang tepat

diintegrasikan dalam layanan informasi untuk

meningkatkan

kemandirian

belajar siswa adalah teknik symbolic model

karena

model

tertentu

meningkatkan

dengan

memberikan

diharapkan

mampu

indikator

dalam

kemandirian belajar. Oleh karena itu perlu dirancang suatu model layanan

Edris Zamroni Dkk

38

informasi dengan teknik sybolic model

pendapatnya dan bertanya hal-hal yang

dimana teknik tersebut diintegrasikan

belum dimengerti.

pada setiap tahapannya.

Hasil Pemberian Perlakuan dengan Model Layanan Informasi dengan Teknik Symbolic Model

Diawal pertemuan, siswa merasa ragu dan malu-malu dalam mengikuti kegiatan layanan informasi dikarenakan baru mengenal dan baru pertama kali bertemu dengan pemimpin kelompok. Ketika masuk pada tahapan pertama pengakraban dengan permainan, namun ada siswa yang menangis karena takut. Pada pertemuan kedua, siswa sudah

mulai

bisa

merasa

rileks

mengikuti kegiatan layanan informasi karena

mdel

menggunakan perhatian

yang video

siswa.

digunakan

yang

menarik

Meskipun

ketika

diakhir diberikan pertanyaan seputar video

yang

dijadikan

model

ada

beberapa siswa yag masih ragu untuk menjawab dan menjawab dengan suara

Pada pertemuan ketiga, siswa atusias

kedatangan

dan

menunggu-unggu

peneliti.

Siswa

lebih

antusias mendengarkan peneliti dalam menyampaikan materi melalui power point dan cuplikan video lucu yang menggabarkan

indikator-indikator

kemandirian belajar. Beberapa siswa berani

langsung

pendahuluan kemandirian

hasil

studi

tentang belajar

tingkat

siswa

sekolah

dasar, guna kepentingan penelitian dan berdasarkan masukan dari guru kelas dan kepala sekolah maka diambil siswa kelas V sekolah dasar secara purposive sampling sebagai siswa yang nantinya akan diberi layanan informasi dengan teknik symbolic model. Siswa-siswa tersebut bersifat heterogen untuk tingkat kemandirian indikator

belajarnya kemandirian

di

setiap

belajarnya.

Berikut data kondisi awal sebelum diberikan layanan informasi dengan teknik symbolic model dan kondisi akhir siswa setelah diberikan 3 kali layanan

yang sangat lirih.

lebih

Berdasarkan

mengutarakan

GUIDENA | Volume 5 Nomor 2 Desember 2015 ISSN 2088-9623 E- ISSN 2442-7802

informasi model:

dengan

teknik

symbolic

39

Layanan Informasi teknik Symbolic Model

Berdasarkan

grafik

tersebut

diketahui bahwa rata-rata pre test adalah

dengan lebih mantap (Mulyaningtyas dan Purnomo, 2007).

49,96 sedangkan rata-rata hasil postest 59,26.

Artinya

terjadi

peningkatan

Kemandirian dalam belajar dapat dilihat

dari

tingkah

yang

Apabila

siswa

sebesar 9,3 pada skala kemandirian

ditunjukkan

belajar siswa usia sekolah Dasar.

memiliki kemandirian belajar baik,

siswa.

laku

siswa

mampu

yang

menyelesaikan

tugas-tugasnya dengan baik dan tepat

PEMBAHASAN Model layanan informasi yang

waktu tanpa mencontek tugas dari

dikembangkan dalam penelitian ini

teman yang lain. Sedangkan siswa yang

adalah

dengan

kemandirian belajarnya rendah, tugas

memanfaatkan teknik symbolic model

yang diberikan tidak bisa dikumpulkan

untuk

meningkatkan

tepat waktu.

belajar

siswa.

layanan

informasi

kemandirian bahwa

Jadi,

persoalan kemandirian belajar siswa

merupakan

perlu

secara

(siswa) dalam mewujudkan kehendak

kemandirian

atau keinginannya secara nyata, tanpa

untuk

optimal belajar

Asumsinya

dikembangkan

dikarenakan memiliki

kemampuan

belajar seseorang

besar

bergantung dengan orang lain, dalam

dalam

hal ini siswa mampu melakukan belajar

prestasinya dan dalam kehidupan yang

sendiri, dapat menentukan belajar yang

sebenarnya dalam masyarakat.

efektif, dan mampu melakukan belajar

terhadap

sumbangan

kemandirian

keberhasilan

siswa

Kemandirian merupakan suatu

secara mandiri.

sikap individu yang diperoleh secara kumulatif individu

selama akan

terus

Penjelasan di atas, didukung oleh

perkembangan,

jurnal

belajar

kemandirian

untuk

penelitian belajar

menjelaskan didefinisikan

bersikap mandiri dalam menghadapi

sebagai kemampuan untuk mengambil

berbagai situasi dilingkungan sehingga

alih pembelajaran sendiri. Pembelajar

individu pada akhirnya akan mampu

yang mempunyai kemandirian belajar

berpikir dan bertindak sendiri. Dengan

mengorganisasikan kemampuan mereka

kemandirian seseorang dapat memilih

secara mandiri untuk mencapai tujuan

jalan hidupnya untuk dapat berkembang

yang telah ditetapkan. Dalam proses belajar, siswa juga harus mempunyai

kemandiriran.

Wedemeyer

Rusman, 2012) peserta

mereka

menjelaskan bahwa

didik

kemandirian

(dalam

perlu

dalam

www.jhargis.co) regulated

mendefinisikan

self

learning

(kemandirian

belajar) sebagai kemampuan memantau

belajar

supaya

perilaku sendiri, dan merupakan kerja-

jawab

dalam

bertanggung

dalam

40

memiliki

keras personaliti manusia.

mengatur dan mendisiplinkan dirinya dan

Edris Zamroni Dkk

Pertimbangan

memanfaatkan

mengembangkan

teknik symbolic model dalam layanan

kemampuan belajar atas kemauannya

informasi adalah teknik symbolic model

sendiri.

dapat direalisasikan berdasarkan prinsip

Hargis (dalam www.jhargis.co)

psikologi tingkah laku. Symbolic model

mendefinisikan self regulated learning

merupakan salah satu teknik dengan

(kemandirian belajar) sebagai upaya

melihatkan langsung model atau orang-

memperdalam

orang

dan

memanipulasi

yang

berhasil

dibidangnya

jaringan asosiatif dalam suatu bidang

melalui tayangan video, film atau

tertentu,

serta

dokumenter. Berdasarkan model yang

meningkatkan proses pendalaman yang

diperlihatkan siswa bisa meniru dan

bersangkutan

tersebut

memodelling apa yang dilihatnya dalam

kemandirian

kehidupan sehri-hari untuk memperoleh

belajar merupakan proses perancangan

kemandirian belajar yang baik dan

dan pemantauan diri yang seksama

mendapatakan prestasi yang maksimal.

dan

menunjukkan

memantau

Definisi bahwa

terhadap proses kognitif dan afektif dalam

menyelesaikan

suatu

tugas

Layanan informasi dengan teknik symbolic model dapat digunakan dalam

akademik. Dalam hal ini, self regulated

meningkatkan

learning

siswa.

(kemandirian

belajar)

itu

kemandirian

Dilakukan

belajar

dalam

suasana

sendiri bukan merupakan kemampuan

klasikal yang menyenangkan agar siswa

mental atau keterampilan akademik

lebih

tertentu seperti kefasihan membaca,

memahami

namun merupakan proses pengarahan

Melalui

diri dalam mentransformasi kemampuan

informasi, yaitu (1) tahap awal dan

mental ke dalam keterampilan akademik

Pembentukan (2) Tahap Kegiatan dan

tertentu.

isi dan (3) Tahap Akhir dan evaluasi.

Bandura

(Hargies,

GUIDENA | Volume 5 Nomor 2 Desember 2015 ISSN 2088-9623 E- ISSN 2442-7802

nyaman

dan

materi tahapan

rileks yang dalam

dalam

diberikan. layanan

41

Layanan Informasi teknik Symbolic Model

Teknik

symbolic

dimasukkan (tahapan

dalam

kegiatan)

model

akan

tahapan dalam

ke

2

layanan

Dari

hasil

layanan

penelitian

model

dengan

teknik

informasi

symbolic model

untuk meningkatkan

informasi. Pada tahap kegiatan/ isi

kemandirian belajar siswa ditemukan

dalam

bahwa

layanan

informasi

peneliti

terdapat

perbedaan

yang

memberikan materi sesuai dengan topik

signifikan antara rerata nilai perolehan

yang diberikan berdasarkan indikator

kemampuan

dalam kemandirian belajar kemudian

indikator kemandirian belajar siswa

peneliti menampilkan model melalui

tersebut. Dalam pelaksanaan diskusi

video, film pendek maupun dokumenter

serta permainan peran ditemukan bahwa

sesua dengan topik yang dibahas.

kemampuan yang paling ringan di

Dari tabel 4.3 diketahui bahwa

siswa

untuk

setiap

identifikasi adalah kemampuan siswa

rerata (mean) antar kelompok kanan dan

dalam

kiri yaitu 9,3 standar deviasi = 6,79,

dirinya. Kepercayaan diri merupakan

rerata standar kesalahan = 0,96, angka t

bagaimana

hitung

derajat

menunjukkan kemampuan yang dimiliki

kebebasan 9 pada peluang kesalahan

tanpa perasaan takut ataupun minder

0,000

sedikitpun.

=

9,682

dengan

(signifikan).

Kaidah

yang

digunakan adalah menguji hipotesis

menunjukkan

kepercayaan

individu

Pengalaman

mampu

peneliti

sebagai

alternatif (Ha) yang berbunyi model

pemimpin kelompok dalam kegiatan

layanan

layanan

informasi

dengan

teknik

informasi

dengan

symbolic model secara signifikan dapat

memanfaatkan teknik symbolic model

meningkatkan

untuk

meningkatkan

siswa, didukung jika peluang kesalahan

belajar

siswa,

(p) ≤ 0,05 atau

prosedur

kemandirian

belajar

hipotesis nihil (Ho)

kemandirian

ditemukan

pelaksanaan

bahwa layanan

model layanan informasi dengan teknik

peningkatan kemandirian belajar siswa

symbolic model secara signifikan tidak

dengan

dapat

melalui

meningkatkan

efektivitas

model teknik

layanan symbolic

informasi model

kemandirian belajar siswa, didukung

memberikan akses yang sama untuk

jika peluang kesalahan (p) > 0,05 atau

masing-masing siswa untuk terlibat dan

pada taraf signifikan dibawah 95%.

aktif. Mulai dari tahap pembentukan sampai

pada

tahap

pengakhiran.

Edris Zamroni Dkk

Kondisi

tersebut

terlaksanannya

memungkinkan

pelaksanaan

pada

masing-masing siswa untuk lebih dapat menggunakan kapasitasnya secara lebih

tahapan kegiatan secara produktif bagi

efektif

peningkatan kemandirian belajar siswa.

kesempatan

Dengan disimpulkan

demikian bahwa

dapat

model

42

sendiri

dan

lebih untuk

secara

mendapatkan

mengetahui

lebih

baik

diri

melalui

layanan

pengalaman interaksi dalam layanan

informasi dengan teknik symbolic model

informasi dan melalui pemodelan yang

efektif

bisa dijadikan contoh dalam kehidupan

untuk

kemandirian model

meningkatkan

belajar

siswa,

tersebut

karena

sehari-hari.

menyediakan

lingkungan belajar yang diperlukan

KESIMPULAN DAN SARAN

dalam mengembangkan kemandirian

Kesimpulan

belajar

mereka.

Sebagaimana

yang

Berdasarkan hasil penelitian dan

dikemukakan oleh Wedemeyer (dalam

pembahasannya

Rusman, 2012) menyebutkan bahwa

pada bab sebelumnya, maka dapat

peserta

ditarik

didik

yang

memiliki

yang

kesimpulan

dikemukakan

peneltian

kemandirian belajar adalah mempunyai

gambaran

tanggung jawab dalam mengatur dan

informasi

mendisiplinkan

dan

model di sekolah dasar kecamatan kota

mengembangkan kemampuan belajar

kudus menunjukkan bahwa layanan

atas kemauan sendiri. Hal tersebut telah

informasi

tercakup

layanan

terencana, namun kenyataan dalam

informasi dengan teknik symbolic model

pelaksanaannya sering kali tidak sesuai

ini,

dirinya

dalam

sehingga

model

pelaksanaan

yaitu

dengan

pada

layanan

teknik

symbolic

dasarnya

telah

kondisi

tersebut

dengan rencana karena dilaksanakan

memungkinkan

siswa

dapat

secara konvensional, yaitu berorientasi

mengembangkan

semua

aspek

pemberian informasi satu arah serta

secara

kurangnya

kemandirian

belajar

mereka

kreatifitas

dalam

alamiah dan bermakna bagi kehidupan

menggunakan

mereka. Pengalaman interaksi di dalam

sehingga membuat siswa menjadi bosan

kelas di manfaatkan dalam rangka

dan rendahnya kemandirian belajar

memberikan pemhaman lebih kepada

siswa.

GUIDENA | Volume 5 Nomor 2 Desember 2015 ISSN 2088-9623 E- ISSN 2442-7802

teknik

guru

pelayanan

43

Layanan Informasi teknik Symbolic Model

Saran Bagi guru sekolah dasar: agar penangganan siswa dengan lebih cepat dan terarah serta untuk mengembangkan

Hargis, J. (http:/www.jhargis.co/). The Self-Regulated Learner Advantage: Learning Science on the Internet dalam www.bookfi.org diunduh pada tanggal 12 Februari 2015

kemandirian belajar siswa, maka dapat menggunakan layanan informasi teknik symbolic model. Untuk peneliti selanjutnya: Agar tidak hanya memberikan perlakuan terhadap kelompok eksperimen saja melainkan terhadap kelompok kontrol,

Holec

.2007. Proceedings of the Independent Learning Association 2007. Japan Conference: Exploring theory, enhancing practice: Autonomy across the disciplines. Kanada University of International Studies, Chiba, Japan.

sehingga ada ketercapaian di dalam membandingkan

keefektifan

dari

metode yang di uji dan menginggat

Mappiare, Andi. 2006. Kamus Istilah Konseling & Terapi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

subjek penelitian adalah siswa sekolah dasar masih dalam tingkat kecamatan, maka

perlu

lanjutan

dilanjutkan

dengan

penelitian

melibatkan

siswa

sekolah dasar tingkat kabupaten.

DAFTAR PUSTAKA Ali,

Mulyaningtyas, Renita. 2007. Bimbingan dan Konseling untuk SMA. Jakarta : Erlangga.

Muhammad dan Mohammad Asrori. 2005. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi

Alwisol. 2005. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Borg, W.R & Gall, M.D. 2003. Educational Research: An Introductions. New York: Longman

Mu’tadin, Zainun. 2002. kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Pada Remaja. Jakarta: (http://www.e.psikologi.com/re maja/141508.htm). Diunduh tanggal 12 februari 2015 Nursalim, Mochamad, dkk. 2005. Strategi Konseling. Surabaya: UNESA University Press. Prayitno. 2012. Seri Panduan Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang : FIP-UNP

Edris Zamroni Dkk

Rosjidan. 1994. Modul Pendekatanpendekatan Modern dalam Konseling. Malang: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Winkel & Hastuti, Sri. 2006. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Media Abadi, Yogyakarta

GUIDENA | Volume 5 Nomor 2 Desember 2015 ISSN 2088-9623 E- ISSN 2442-7802

44