PENGGUNAAN METODE QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

Download Quantum Learning pada siswa kelas V SD Negeri Ngoresan Surakarta. ...... pembelajaran, khususnya pembelajaran IPS materi tentang perjuangan...

2 downloads 581 Views 1MB Size
perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 110

PENGGUNAAN METODE QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SDN NGORESAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh : AGUNG SUSANTO X 7108605

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 111

PENGGUNAAN METODE QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SDN NGORESAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh : AGUNG SUSANTO X 7108605

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 112

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul : “

PENGGUNAAN

METODE

MENINGKATKAN

QUANTUM

PEMAHAMAN

LEARNING

MATERI

UNTUK

PERJUANGAN

KEMERDEKAAN INDONESIA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SDN NGORESAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 ”

Disusun Oleh : Nama

: Agung Susanto

NIM

: X7108605

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. Hadi Mulyono, M.Pd

Dra. Hadiyah, M.Pd

NIP 19561009 198012 1 001

NIP 19580727 198503 2 003

Ketua Program

Drs. Kartono, M.Pd. commit to user 1 001 NIP. 19540102 197703

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 113

PENGESAHAN Skripsi dengan judul : “

PENGGUNAAN

METODE

MENINGKATKAN

QUANTUM

PEMAHAMAN

LEARNING

MATERI

UNTUK

PERJUANGAN

KEMERDEKAAN INDONESIA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SDN NGORESAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 ” telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari

: ………………

Tanggal

: ………………

Tim Penguji Skripsi : Nama Terang

Tanda Tangan

Ketua

: Drs. Kartono, M.Pd.

……………………….

Sekretaris

: Drs. Usada, M.Pd.

……………………….

Anggota I

: Drs. Hadi Mulyono, M.Pd

……………………….

Anggota II

: Hadiyah, S.Pd, M.Pd

……………………….

Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. commit to user NIP 196007271987021001

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 114

ABSTRAK

Agung Susanto. Penggunaan Metode Quantum Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V SDN Ngoresan Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Mei 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman materi perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam mata pelajaran IPS melalui metode Quantum Learning pada siswa kelas V SD Negeri Ngoresan Surakarta. Metode pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Dalam penelitian ini terbagi menjadi dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Ngoresan Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, dokumentasi dan studi pustaka. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik model interaktif. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa metode Quantum Learning mampu a) Meningkatkan pemahaman materi perjuangan kemerdekaan Indonesia; b) Menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan; c) Meningkatkan prosentase pencapaian nilai; d) Meningkatkan tingkat ketuntasan belajar. Penggunaan metode Quantum Learning pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial terhadap siswa kelas V SDN Ngoresan terbukti dapat meningkatkan pemahaman materi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada kondisi awal nilai rata-rata kelas 56,56, pada siklus I nilai rata-rata kelas menjadi 69,55 dan pada siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 75,89. Siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal dari kondisi awal 15,78% meningkat menjadi 74,50% pada siklus I dan 92,15% pada siklus II.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 115

ABSTRACT

Agung Susanto : THE USE OF QUANTUM LEARNING METHODS TO IMPROVE THE UNDERSTANDING OF INDONESIA INDEPENDENCE STRUGGLE MATERIAL ON SOCIAL SCIENCE AMONG 5th GRADE SD NEGERI NGORESAN OF SURAKARTA REGENCY OF 2010/2011 ACADEMIC YEAR. Minithesis, Surakarta : Teaching Training and Education Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta, May 2011. Purpose of the research is to improve the understanding of Indonesian independence struggle material on social science through Quantum Learning among 5th grade SD Negeri Ngoresan Surakarta regency of 2010/2011 academic year. Methods research approach used was Classroom Action Research is the research conducted by teachers in the classroom where teaching, with emphasis on the enhancement or improvement practices and learning processes in the Social Sciences. In this study divided into two cycles, each cycle consisting of two meetings. The subjects of this study among 5th grade SD Negeri Ngoresan of Surakarta Regency of 2010/2011 academic years. Data collection techniques used was observation, tests, documentation and literature. Data analysis technique used is the technique of interactive models. Based on the result of the research, it can be concluded that the Quantum Learning method is able to a) Promote understanding of the material struggle for Indonesian independence; b) To make learning more enjoyable; c) Improve the percentage achievement of value; d) Increase the level of completeness of learning. The use of Quantum Learning method on the subjects of Social Sciences among 5th grade SD Negeri Ngoresan proven to improve understanding of the material struggle for Indonesian independence. At beginning conditions the average value of 56.56 classes, the cycle I the average value of 69.55 and the class into cycles II class average value reached 75.89. Students who achieve the minimum criteria for completeness of the initial conditions of 15.78% increased to 74.50% in cycle I and 92.15% in cycle II.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 116

MOTTO

“Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantaranya kamu dan orangorang yang diberi Ilmu Pengetahuan.” (Q.S. Al Mujahadah : 11) Semakin tinggi kemampuan yang kita miliki, semakin besar pula tanggung jawab kita.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 117

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk : 1. Kedua orang tuaku, Bp. Suwardi dan Ibu Tumiyem

yang

tersayang,

yang

selalu

memberi motivasi, nasehat, dan dukungan kepada peneliti. 2. Kakak-kakakku

yang

selalu

memberi

dukungan kepada peneliti. 3. Dosen pembimbingku Bp Hadi Mulyono dan Ibu Hadiyah yang telah memberi bimbingan. 4. Sahabat-sahabatku yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu. 5. Teman-temanku

seperjuangan

jurusan

S1

Kualifikasi PGSD angkatan 2008. 6. Bapak Ibu Guru SD Negeri Ngoresan yang selalu memberi dukungan dan nasehat kepada commit to user peneliti.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 118

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahNya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam kesempatan ini penulis akan mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Pihak-pihak tersebut adalah : 1. Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi ini. 2. Drs. Indianto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin penyusunan ini. 3. Drs. Kartono, M.Pd., selaku Ketua Program PGSD Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin untuk penyusunan skripsi ini. 4. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah memberi arahan dan bimbingan kepada penulis. 5. Dra. Hadiyah, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberi arahan dan bimbingan kepada penulis. 6. Enie Jatmikaningtyastuti, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SDN Ngoresan yang telah memberi ijin penelitian ini. 7. Bapak Ibu Guru SDN Ngoresan Surakarta yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. 8. Teman-teman S1 Kualifikasi PGSD angkatan 2008 yang telah memberikan semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. 9. Seseorang

yang

telah

memberikan

semangat,

motivasi,

dan

selalu

menemaniku setiap hari meski hanya lewat sms, yaitu Dik Barid Sholihah. 10. Semua pihak yang telah berkenan memberikan bantuan baik moril maupun commit to user materiil dalam proses penyusunan skripsi.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 119

Akhirnya penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti sebenarnya, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Surakarta,

Penulis

commit to user

Mei 2011

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 120

DAFTAR ISI ....................................................................................................... Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................

i

HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................

ii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................

iii

HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................

iv

HALAMAN ABSTRAK .................................................................................

v

HALAMAN ABSTRACT ..............................................................................

vi

HALAMAN MOTTO .....................................................................................

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................

viii

KATA PENGANTAR ....................................................................................

ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................

xi

DAFTAR TABEL ...........................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...............................................................

1

B. Identifikasi Masalah .....................................................................

6

C. Pembatasan Masalah ....................................................................

7

D. Perumusan Masalah .....................................................................

7

E. Tujuan Penelitian .........................................................................

8

F. Manfaat Penelitian .......................................................................

8

1.

Manfaat Teoritis ....................................................................

8

2.

Manfaat Praktis .....................................................................

8

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 1.

10

Tinjauan Metode Quantum Learning ....................................

10

a.

Pengertian Metode ..........................................................

10

b.

Pengertian Metode Quantum Learning ...........................

11

c.

Pelaksanaan Metode Quantum Learning ....................... commit to userLearning .............................. Manfaat Metode Quantum

13

d.

24

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 121

2.

Tinjauan Pemahaman Perjuangan Kemerdekaan ..................

24

a.

Pengertian Pemahaman ...................................................

24

b.

Pengertian Konsep Perjuangan Kemerdekaan ...............

25

c.

Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ..............................

27

d.

Tujuan Pembelajaran IPS ...............................................

27

e.

Hubungan Metode Quantum Learning dan Pemahaman Perjuangan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ………

29

B. Hasil Penelitian Yang Relevan......................................................

30

C. Kerangka Berpikir ........................................................................

32

D. Rumusan Hipotesis .......................................................................

33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................

34

1.

Tempat Penelitian .................................................................

34

2.

Waktu Penelitian ...................................................................

34

B. Subjek Penelitian .........................................................................

35

C. Teknik Pengumpulan Data ...........................................................

36

D. Teknik Analisis Data ....................................................................

38

E. Prosedur Penelitian .......................................................................

40

F. Indikator Keberhasilan ................................................................

42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Tempat Penelitian ..............................................................

43

B. Deskripsi Kondisi Awal ...............................................................

44

C. Deskripsi Hasil Siklus I ................................................................

46

D. Deskripsi Hasil Siklus II ..............................................................

55

E. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................

64

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ......................................................................................

68

B. Implikasi .......................................................................................

69

C. Saran .............................................................................................

70

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... commit to user LAMPIRAN ....................................................................................................

72

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 122

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... Halaman Tabel 1. Rata-Rata Nilai Anak Sebelum Tindakan ........................................

3

Tabel 2. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas ...................................................

35

Tabel 3. Frekuensi Nilai Persiapan Kemerdekaan Indonesia Siswa Sebelum Tindakan ...........................................................................................

45

Tabel 4. Perbandingan Hasil Tes Sebelum dengan Tindakan Siklus I ...........

50

Tabel 5. Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Persiapan Kemerdekaan Indonesia Pada Siklus I ....................................................................

50

Tabel 6. Perbandingan Nilai Siklus I dengan Nilai Siklus II .........................

60

Tabel 7. Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Persiapan Kemerdekaan Indonesia Pada Siklus II ...................................................................

60

Tabel 8. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Sebelum Tindakan Sampai Siklus II .......................................................................................................

65

Tabel 9. Perbandingan Nilai Mata Pelajaran IPS dengan Mata Pelajaran Lain ..................................................................................................

75

Tabel 10.Daftar Nilai Materi Pemahaman Persiapan Kemerdekaan Sebelum Tindakan ...........................................................................................

77

Tabel 11.Daftar Nilai Materi Pemahaman Persiapan Kemerdekaan Siklus I ..

92

Tabel 12.Daftar Nilai Materi Pemahaman Persiapan Kemerdekaan Siklus II .

108

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 123

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... Halaman Gambar 1. Bagan Pelaksanaan PTK ..............................................................

33

Gambar 2. Skema Teknik Model Interaktif ...................................................

38

Gambar 3. Proses Siklus I – II .......................................................................

42

Gambar 4. Grafik Nilai Sebelum Tindakan ...................................................

45

Gambar 5. Grafik Nilai Siklus I .....................................................................

51

Gambar 6. Grafik Nilai Siklus II ....................................................................

61

Gambar 7. Grafik Nilai Sebelum Tindakan Sampai Siklus II ........................

66

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 124

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan

merupakan

hal

yang

paling

penting

dalam

usaha

pembangunan suatu negara. Karena dengan pendidikan yang baik, segala bentuk pembangunan fisik dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, memberikan pendidikan yang layak sudah menjadi tujuan Negara Indonesia sejak negara ini merdeka dari penjajahan. Hal ini sudah dicantumkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke 4, yaitu dalam kalimat Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Kalimat mencerdaskan kehidupan bangsa memiliki arti bahwa Negara Indonesia mempunyai tekad untuk membangun masyarakat yang cerdas. Cerdas di sini tentunya tidak hanya cerdas dalam segi intelektualitas, tetapi juga cerdas interpersonal. Dalam membangun masyarakat yang cerdas tentunya dapat dicapai melalui pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas berawal dari sistem pendidikan yang baik. Jika sistem pendidikan nasional sudah baik, maka pendidikan juga akan baik sehingga akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat suatu negara. Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah sebuah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. ( Redaksi Kharisma, 2005:2 ).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 125

Untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia, pemerintah sudah banyak melakukan berbagai perbaikan, mulai dari penyesuaian kurikulum agar sesuai dengan perkembangan jaman, penyediaan sarana dan prasarana, menetapkan undang-undang tentang sistem pendidikan nasional, hingga yang terakhir dengan meningkatkan kinerja guru melalui program sertifikasi guru-guru professional. Meskipun sudah begitu banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, tetapi usaha-usaha tersebut belum dapat dijalankan secara maksimal. Sebagai contoh, program sertifikasi guru bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru dan kesejahteraan guru. Tetapi usaha pemerintah tersebut belum diimbangi dengan pengawasan yang ketat. Akibatnya profesionalisme dan kinerja guru belum meningkat secara maksimal. Kinerja guru yang diharapkan setelah adanya program sertifikasi adalah menjadi guru yang kreatif dalam mengorganisir proses pembelajaran, menjadi guru yang mau mencurahkan segala ide dan gagasannya untuk kemajuan pendidikan, maupun guru yang memiliki semangat kerja yang tinggi. Guru yang kreatif dalam mengorganisir proses pembelajaran berarti guru yang cakap menerapkan beberapa metode mengajar, memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran maupun menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan. Menjadikan kegiatan pembelajaran sebagai kegiatan yang menarik memang sudah menjadi kewajiban guru. Guru tidak hanya diwajibkan untuk menguasai materi pembelajaran, tetapi juga bertugas untuk mensiasati proses pembelajaran menjadi kegiatan yang menarik, sehingga dapat memotivasi siswasiswa untuk lebih giat belajar. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan lain, kegiatan pembelajaran yang seharusnya berlangsung secara menarik, penuh aktivitas siswa, kreativitas siswa, dan sifat keingintahuan yang menggebu hilang. Yang ada hanyalah kelas pasif dimana hanya terjadi penyampaian informasi dari guru ke siswa. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 126

Hal semacam ini juga terjadi di pembelajaran kelas V SD Negeri Ngoresan No. 80 Jebres, Surakarta, khususnya pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD, mulai dari kelas I sampai kelas VI. Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu, sehingga materinya sangat kompleks dan beragam. Materi-materi yang dipelajari di kelas V, khususnya pada semester II lebih banyak membahas mengenai peristiwa di sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia, baik sebelum maupun sesudah proklamasi. Materi perjuangan proklamasi kemerdekaan Indonesia biasanya disampaikan guru melalui kegiatan ceramah atau bercerita. Materi tersebut akan menjadi materi yang membosankan apabila guru kurang pandai dalam bercerita. Hal ini disebabkan materi ini termasuk materi yang abstrak bagi siswa, karena siswa tidak dapat melihat dan mengalami sendiri peristiwa proklamasi tersebut. Siswa hanya mendengar cerita dan membayangkan bagaimana peristiwa tersebut terjadi. Sehingga apabila hal tersebut berlangsung secara terus menerus, siswa akan mengalami kesulitan untuk memahami peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kesulitan pemahaman siswa terhadap materi perjuangan proklamasi sudah terlihat setelah diadakan tes awal. Dari 51 siswa kelas V, jumlah siswa yang dapat mencapai KKM hanya 39%. Hal ini tampak dalam tabel nilai rata-rata siswa kelas V di bawah ini. Tabel 1. Rata-Rata Nilai Anak Sebelum Tindakan Keterangan

Tes Awal

Nilai Terendah

35

Nilai Tertinggi

75

Nilai Rata-Rata Kelas

56,57

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) commit to user

60

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 127

Jumlah Siswa yang Mendapat Nilai di Atas KKM

20 siswa

Jumlah Siswa yang Mendapat Nilai di Bawah KKM

31 siswa

Siswa yang Mencapai KKM

39%

Dengan melihat tabel 1 di atas, kita dapat mengetahui bahwa tingkat ketuntasan kegiatan pembelajaran masih sangat rendah. Nilai tersebut diperoleh, ketika guru terlalu banyak mengajar dengan menggunakan

metode ceramah.

Rendahnya nilai rata-rata mata pelajaran IPS disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya, dikarenakan metode yang digunakan guru untuk menyampaikan bahan ajar kurang menggugah minat belajar siswa. Hampir di setiap proses pembelajaran, guru menggunakan metode ceramah. Metode ini paling sering digunakan karena metode ceramah menghemat waktu kegiatan pembelajaran, sangat praktis dalam penggunaannya dan mudah dalam mempersiapkannya. Tetapi perlu diingat, meskipun memiliki beberapa keuntungan, metode ceramah juga memiliki banyak kekurangan. Jika digunakan dalam waktu yang lama, siswa akan mengalami kebosanan, apalagi jika guru yang mengajar kurang komunikatif. Hal seperti ini terlihat dari aktivitas siswa selama pembelajaran, seperti mengantuk, bercanda dengan teman satu meja, bermain bolpen maupun membuat lelucon ketika pelajaran berlangsung. Aktivitas murid seperti ini, tidak sepenuhnya merupakan kesalahan murid, karena guru juga berperan dalam aktivitas-aktivitas negatif siswa selama pembelajaran. Permasalahan seperti ini harus segera diatasi, karena materi pada kompetensi dasar 2.2 menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, merupakan materi yang berkaitan dengan materi yang lain. Sehingga untuk mempelajari materi berikutnya, siswa harus terlebih dahulu paham dengan materi saat ini. Apabila guru tidak segera mengatasi permasalahan ini, dan permasalahan yang sama terus berlanjut, maka dapat dikatakan pembelajaran pada materi perjuangan proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat dikatakan gagal. Kegagalan pembelajaran dalam jangka pendek memang dapat kita lihat dalam nilai kuantitas commit to usersiswa. Namun hal tersebut hanya

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 128

bagian kecil dalam kegagalan pembelajaran, Ada hal yang lebih penting, yaitu gagalnya pendidikan dalam menciptakan manusia yang berkualitas. Berkualitas dalam hal ilmu pengetahuan maupun sikap mental yang tidak menyimpang dari nilai-nilai sosial maupun agama. Untuk menciptakan manusia yang berkualitas, pemerintah memasukkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ke dalam kurikulum pendidikan. Karena menurut E. Mulyasa ( 2007 : 125-126 ) mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional maupun global. Selain itu, dalam mata pelajaran IPS juga dimasukkan materi mengenai nilai-nilai kepahlawanan yang syarat akan nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. Nilai-nilai kepahlawanan tersebut salah satunya terdapat dalam kompetensi dasar persiapan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam kompetensi dasar tersebut, terdapat

nilai-nilai

sosial

yang

ditunjukkan

oleh

tokoh-tokoh

pejuang

kemerdekaan yang rela berkorban berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Sehingga dengan mempelajari materi tersebut, diharapkan siswa dapat mengambil nilai-nilai sosial tersebut dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja, terkadang nilai-nilai tersebut tidak mampu dimunculkan oleh guru karena kurang kreatifnya guru dalam menggunakan metode pembelajaran. Misalnya saja selalu menggunakan metode ceramah dalam kegiatan belajar siswa. Melihat kenyataan tersebut, maka dalam proses pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran IPS perlu diterapkan metode pengajaran yang dapat mengaktifkan siswa, membuat suasana berlangsung menyenangkan commitpembelajaran to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 129

dan dapat meningkatkan tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Sehingga jika ketiga hal tersebut dapat terlaksana, diharapkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS juga akan meningkat. Salah

satu

metode

yang

dapat

digunakan

untuk

menciptakan

pembelajaran yang menyenangkan, meningkatkan aktifitas siswa, meningkatkan pemahaman siswa, sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa adalah metode Quantum Learning. Seperti yang disampaikan Bobby DePorter dan Mike Hernacki (2008: 14) bahwa “ …Quantum Learning – seperangkat metode dan falsafah belajar yang telah terbukti efektif di sekolah dan bisnis bekerja…untuk semua tipe orang, dan segala usia”. Melalui Quantum Learning siswa akan diajak belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga diharapkan siswa dapat lebih termotivasi untuk belajar. Metode Quantum Learning sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran IPS yang membawa siswa belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan. Siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya, sehingga diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa. Dalam Quantum Learning, siswa tidak hanya mempelajari materi-materi pelajaran tetapi juga bagaimana cara belajar yang baik. Seperti yang disampaikan Bobby dan Hernacki (2008: 8) bahwa “ … seperti halnya di sekolah bisnis, kami mengajarkan kepada para siswa tentang keterampilan-keterampilan how-to-learn dalam mencatat, menghafal, membaca dengan cepat, menulis, dan berpikir kreatif”. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam kesempatan ini peneliti akan menggunakan metode Quantum Learning untuk pembelajaran IPS kelas V di SD Negeri Ngoresan No. 80 Surakarta.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti dapat mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut : commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 130

1. Penggunaan metode ceramah secara terus menerus tidak dapat meningkatkan

pemahaman

siswa

terhadap

materi

perjuangan

kemerdekaan Indonesia. 2. Pembelajaran pada materi persiapan kemerdekaan Indonesia belum menggunakan metode inovatif atau metode Quantum Learning. 3. Guru kurang kreatif dalam melaksanakan pembelajaran, khususnya dalam penggunaan metode pembelajaran yang berhubungan dengan materi perjuangan kemerdekaan Indonesia. 4. Hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya pada kompetensi dasar perjuangan kemerdekaan Indonesia siswa masih rendah. 5. Siswa kesulitan dalam pemahaman dan hafalan materi perjuangan kemerdekaan Indonesia. 6. Siswa kurang termotivasi untuk belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, khususnya materi tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia. 7. Sarana dan prasarana serta media pembelajaran kurang mendukung proses pembelajaran, khususnya pembelajaran IPS materi tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia.

C. Pembatasan Masalah Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini dititikberatkan pada : 1. Penggunaan metode Quantum Learning pada pembelajaran kelas V SDN Ngoresan

Surakarta,

untuk

menciptakan

kegiatan

belajar

yang

menyenangkan agar anak tidak merasa terbebani untuk mempelajari materi pelajaran. 2. Pemahaman siswa terhadap materi perjuangan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SDN Ngoresan Surakarta.

D. Perumusan Masalah commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 131

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat ditentukan rumusan permasalahan sebagai berikut : Apakah penggunaan metode Quantum Learning dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri Ngoresan Surakarta ?

E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : Meningkatkan pemahaman materi perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam mata pelajaran IPS melalui metode Quantum Learning pada siswa kelas V SD Negeri Ngoresan Surakarta.

F. Manfaat Penelitian Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, guru, dan sekolah sebagai suatu sistem pendidikan yang mendukung peningkatan proses belajar dan mengajar siswa. 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi atau memperkaya khasanah keilmuan tentang metode-metode pembelajaran bagi anak didik. Quantum Learning memberikan cara belajar dalam suasana yang lebih commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 132

nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi siswa 1) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi perjuangan persiapan kemerdekaan Indonesia sehingga prestasi akademik dan sikap siswa dapat menjadi lebih baik. 2) Nilai-nilai perjuangan para pahlawan dalam persiapan kemerdekaan Indonesia dapat menjadi contoh atau suri tauladan bagi siswa. b. Bagi Guru 1) Menambah pengetahuan tentang pemanfaatan metode Quantum Learning sebagai metode pembelajaran. 2) Guru lebih termotivasi untuk menerapkan strategi pembelajaran yang lebih bervariasi, sehingga materi pelajaran akan lebih menarik. 3) Nilai-nilai perjuangan persiapan kemerdekaan Indonesia dapat menjadi inspirasi bagi guru untuk meningkatkan totalitas dalam bekerja. c. Bagi sekolah Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 133

BAB II KAJIAN TEORI Dalam kajian teori ini, peneliti akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian yang hendak dilaksanakan, yaitu: 1) Tinjauan pustaka yang berisi tinjauan tentang metode Quantum Learning, pengertian pemahaman, pengertian perjuangan kemerdekaan, pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial, 2) Kerangka berfikir, dan 3) Rumusan hipotesis.

A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Metode Quantum Learning a. Pengertian Metode Dalam setiap kegiatan pembelajaran, metode adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi bahan ajar dan karakteristik siswa akan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Nana Sudjana (1995 :76) mengungkapkan bahwa metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengandalkan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Menurut Sagala dalam Ruminiati (2007:2-3), metode adalah cara yang digunakan oleh guru/siswa dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data dan konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi. Sedangkan Akhmad Sudrajat dalam tulisannya menyatakan bahwa metode pembelajaran

dapat

diartikan

sebagai

cara

yang

digunakan

untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya, (http://www.psb-psma.org).

Dari berbagai pernyataan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa commit tooleh user metode adalah suatu cara yang digunakan guru ataupun siswa dalam kegiatan

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 134

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam

memilih

metode

pembelajaran,

guru

harus

mempertimbangkan berbagai kriteria, dan harus disesuaikan dengan materi pembelajaran dan kondisi, agar apa yang akan dicapai dalam tujuan pembelajaran dapat tercapai. Terdapat beberapa kriteria yang bisa dijadikan acuan dalam pemilihan metode pembelajaran Walter E. Sistrunk dan Robert C Maxson dalam Abdul Aziz Wahab (2007-85) antara lain: 1.

The nature of the topic determines methods to some degree.

2.

The needs of students and the class are the mayorfactor in identifying the proper methodology.

3.

Variety is a factor in selecting methods. Learning takes place when there is interest.

4.

Individual, small-group, and large group experience should be provided.

Yang artinya adalah : 1. Materi pokok menentukan tingkatan suatu metode. 2. Kebutuhan siswa dan kelas adalah faktor utama dalam penentuan metode yang tepat. 3. Keanekaragaman adalah faktor dalam pemilihan metode. Belajar diawali adanya ketertarikan. 4. Pengalaman individu, kelompok kecil, kelompok besar dapat diperoleh.

b. Pengertian Metode Quantum Learning Kata Quantum Learning berasal dari dua kata yaitu quantum dan learning. Definisi Quantum, menurut Stephen Hawking, ahli fisika adalah suatu unit terkecil yang gelombangnya bisa memancarkan atau menyerap energi, (http://www.eftindonesia.com). Sedangkan arti kata learning itu sendiri menurut menurut John M. Echols dan Hassan Shadily (2003: 352) adalah pengetahuan. Quantum Learning is powerful and engaging teaching and learning methodology that integrates best educational practices into a unified whole. This commit to user synergistic approach to the learning process covers both theory and practice. It

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 135

has been proven to increase academic achievement and improve student’s attitudes towards the learning process. These integrated, comprehensive programs turn abstract theory into practical applications that can be used immediately in the classroom,(www.qln.com). Yang dapat diartikan Pembelajaran Quantum adalah metode belajar mengajar yang menarik dan berkarakter yang disatukan ke dalam praktik pendidikan yang terbaik. Metode ini menjalankan secara bersama-sama proses pembelajaran antara teori dan praktik. Metode ini telah membuktikan dapat meningkatkan prestasi akademik

dan memperbaiki

sikap siswa terhadap pembelajaran. Ini program yang lengkap, menyatu, penerapan sederhana dari teori ke dalam praktik, yang dapat digunakan segera di dalam ruang kelas. Menurut Porter dan Hernacki (2008: 14) Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang telah terbukti efektif di sekolah dan bisnis bekerja…untuk semua tipe orang, dan segala usia. Quantum Learning didefinisikan sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya”. Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum adalah Massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan Energi. Atau sudah biasa dikenal dengan E=mc². Tubuh kita secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya; interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya (Porter dan Hernacki, 2008: 16). Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik yang berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebut sebagai “Suggestology” atau “Suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apa pun memberikan sugesti positif ataupun negatif, ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk memberikan sugesti positif yaitu mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan media pembelajaran untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih. (Porter dan Hernacki 2008: 14). commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 136

Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa metode Quantum Learning merupakan salah satu metode pembelajaran yang mengedepankan suasana yang menyenangkan selama pembelajaran. Baik melalui penataan kelas, penggunaan berbagai media maupun pemberian sugesti atau motivasi positif. Metode Quantum Learning bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus untuk menghidupkan kembali kegembiraan dan kecintaan siswa dalam belajar. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam keefektifan pembelajaran adalah perasaan senang dari siswa itu sendiri. Seperti yang disampaikan oleh Hernowo ( 2007:17) bahwa “Dan penciptaan kegembiraan ini jauh lebih penting ketimbang segala teknik atau metode atau medium yang mungkin dipilih untuk digunakan”.

c. Pelaksanaan Metode Quantum Learning Menurut De Porter dan Hernacki (2008: 16) Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP (Program neurolinguistik) dengan teori, keyakinan dan metode kami sendiri. Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain seperti: 1) Teori otak kanan atau kiri Proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear, dan rasional. Sisi ini sangat teratur. Walaupun berdasarkan realitas, ia mampu melakukan penafsiran abstrak dan simbolis. Cara berpikirnya sesuai untuk tugas-tugas teratur ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi, auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Cara berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Cara berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat nonverbal, seperti perasaan dan emosi, kesadaran yang berkenan dengan perasaan (merasakan kehadiran suatu benda atau orang), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi.(DePorter dan Hernacki,2008:36) commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 137

Kemampuan otak kanan dan otak kiri sangatlah berbeda, sehingga jika kita hanya memanfaatkan kemampuan salah satu bagian otak, maka hasilnya tidak akan maksimal. Tetapi jika kita mampu memanfaatkakn kedua belah otak tersebut, maka hasilnya akan maksimal. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Irwan Widiatmoko (2008: 19) bahwa otak manusia akan optimal jika otak kanan dan kirinya seimbang… . Pada umumnya manusia, khususnya di Indonesia lebih cenderung menggunakan otak kiri saja, terutama dalam mengingat. Ini sesuai dengan penelitian di Habibie Center bahwa hanya tiga persen penggunaan otak kanan di Indonesia. 2) Teori otak 3 in 1 Irwan Widiatmoko (2008: 17) mengemukakan bahwa otak manusia terdiri dari tiga bagian utama yaitu Neocortex, Limbic System, dan Reptilian Complex. Dan berikut ini adalah fungsi dari bagian-bagian tersebut : Reptilian Complex: Bagian otak dekat dengan bagian atas leher disebut juga otak reptile, karena mirip dengan otak reptile berdarah dingin. Ia mengendalikan sebagian besar fungsi naluriah tubuh, seperti bernafas. Limbic System: Disebut juga otak mamalia tua yang mirip dengan otak mamalia berdarah panas lainnya. Ia mengendalikan emosi, seksualitas, dan berperanan penting dalam memori. Neocortec: Otak ini digunakan untuk berpikir, berbicara, melihat, mendengar, dan mencipta. Hal itu juga diperkuat oleh para ahli lainnya. DePorter dan Hernacki (2008:26) mengutarakan bahwa Otak anda mempunyai tiga bagian dasar : batang atau “otak reptile”, sistem limbik, atau “otak mamalia”, dan neokorteks. Seorang peneliti, Dr. Paul MacLean, menyebutnya “ otak triune” karena terdiri dari tiga bagian, masing-masing berkembang pada waktu yang berbeda dalam sejarah evolusi kita.

Ketiga bagian tersebut mempunyai struktur saraf tertentu dan mengatur tugas masing-masing. Fungsi masing-masing bagian otak tersebut adalah: commit to user 1. Batang atau otak reptil

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 138

·

Fungsi motor sensorik

·

Kelangsungan hidup

·

“Hadapi atau lari”

2. Sistem limbik atau otak mamalia ·

Perasaan/emosi

·

Memori

·

Bioritmik

·

Sistem kekebalan

3. Neokorteks atau otak berpikir ·

Berpikir intelektual

·

Penalaran

·

Perilaku waras

·

Bahasa

·

Kecerdasan yang lebih tinggi

3) Pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinetik). DePorter dan Hernacki (2008:112) berpendapat bahwa Pada awal pengalaman belajar, salah satu di antara langkah-langkah pertama kita adalah mengenali modalitas seseorang sebagai modalitas visual, auditorial, atau kinestetik ( V-A-K ). Seperti yang diusulkan istilah-istilah ini, orang visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial melakukannya melaui apa yang mereka dengar, dan pelajar kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan. Walaupun masing-masing dari kita belajar dengan menggunakan keriga modalitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya. Dengan mengetahui gaya belajar masing-masing siswanya, akan lebih mempermudah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Guru dapat mengatasi berbagai hambatan yang dialami siswa mengenai kemampuan memahami pelajaran. W. Nugroho (2007: 121-127) mengemukakan berbagai ciri gaya belajar: 1. Ciri-ciri gaya belajar tipe auditorial commit :to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 139

o Mampu mengingat dengan baik materi yang telah didiskkusikan di kelas maupun dalam kelompok. o Mengenal banyak lagu, misalnya lagu dari iklan radio ataupun televise dan mampu menirukannya dengan tepat. o Sangat gemar berbicara. o Kurang suka apabila diberi tugas untuk membaca. o Kurang baik dalam mengerjakan tugas mengarang ataupun menulis. o Kurang begitu memperhatikan hal-hal baru di lingkungan sekitarnya. 2. Ciri-ciri gaya belajar tipe visual : o Selalu berusaha melihat bibir guru ataupun orang yang sedang berbicara (menyampaikan materi pelajaran). o Saat menemukan sebuah petunjuk mengenai sesuatu hal yang harus dilakukannya, biasanya ia akan melihat teman-temannya terlebih dahulu baru kemudian turut bergerak. o Kurang menyukai untuk bicara di depan kelompok dan kurang suka mendengarkan orang berbicara. o Cenderung menggunakan gerak tubuh untuk mengungkapkan sesuatu (untuk menggantikan penggunaan kata-kata untuk mengekspresikan sesuatu hal). o Kurang bias mengingat informasi yang diberikan secara lisan. o Lebih menyukai pembelajaran dengan menggunakan peragaan dari pada penjelasan secara lisan. o Dapat duduk dengan tenang dalam situasi lingkungan yang ramai dan bising tanpa merasa terganggu. 3. Ciri-ciri gaya belajar tipe kinestetik : o Senang menyentuh segala sesuatu (benda) yang dijumpainya. o Tidak suka berdiam diri. o Senang mengerjakan segala sesuatu dengan menggunakan tangannya. o Memiliki koordinasi tubuh yang sangat baik. o Senang mempergunakan obyek yang nyata sebagai alat bantu belajarnya. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 140

o Sulit mempelajari hal-hal yang abstrak, seperti symbol matematika atau peta. o Cenderung agak tertinggal dengan teman sekelasnya karena ada ketidakcocokan antara gaya belajarnya dengan metode pengajaran yang lazim digunakan di kelas. 4) Teori kecerdasan ganda DePorter, Reardon, Nourie (2007:96) mengemukakan multi kecerdasan dengan istilah SLIM-n-BIL, yaitu : 1. Spasial-Visual yaitu berpikir dalam citra gambar. 2. Linguistik-Verbal yaitu berpikir dalam kata-kata. 3. Interpersonal yaitu berpikir lewat berkomunikasi dengan orang lain. 4. Musikal-Ritmik yaitu berpikir dalam irama dan melodi. 5. Naturalis yaitu berpikir dalam acuan alam. 6. Badan-Kinestetik yaitu berpikir melalui sensasi dan gerakan fisik. 7. Intrapersonal yaitu berpikir secara reflektif. 8. Logis-Matematis yaitu berpikir dengan penalaran. 5) Pendidikan holistic (menyeluruh) Pendidikan secara holistic berarti pendidikan tersebut tidak hanya terbatas pada kegiatan di lingkungan kelas saja dengan mempelajari materimateri pelajaran. Pendidikan menyeluruh mencakup ruang lingkup yang luas seperti penataan ruang, penataan kesiapan siswa secara fisik dan mental. Selain itu dalam pendidikan tersebut juga harus melibatkan lingkungan sekitar. Berbicara mengenai lingkungan sekitar, lingkungan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi perkembangan anak. Secara garis besar, ada tiga klasifikasi lingkungan perkembangan utama yang lajim dikenal, yakni lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam konteks pendidikan, tiga macam lingkungan tersebut dikenal sebagai tripusat pendidikan (Conny R. Semiawan, 1999:195). 6) Belajar berdasarkan pengalaman Menurut DePorter, Reardon, Nourie (2007:10) belajar berdasarkan to user pengalaman dikenal dengan istilahcommit TANDUR yaitu :

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 141

1. Tumbuhkan yaitu menumbuhkan minat 2. Alami yaitu menciptakan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar 3. Namai yaitu menyediakan kata kunci, konsep, rumus, strategi 4. Demonstrasikan yaitu menyediakan tempat untuk menunjukkan bahwa mereka tahu 5. Ulangi yaitu menunjukkan cara pelajar untuk mengulang materi 6. Rayakan yaitu pengakuan untuk penyelesaian , partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan pengetahuan. 7) Belajar dengan simbol (Metaphoric Learning). Di dalam pembelajaran, penggunaan media atau alat peraga sangat membantu siswa dalam pemahaman materi. Hal ini seperti yang disampaikan DePorter, Reardon, Nourie (2007:67) bahwa “Sebuah gambar lebih berarti daripada seribu kata. Jika Anda menggunakan alat peraga dalam situasi belajar, akan terjadi hal yang menakjubkan. Bukan hanya mengawali proses belajar dengan cara merangsang modalitas visual, alat peraga juga secara harfiah menyalakan jalur saraf seperti kembang api di malam Lebaran. 8) Simulasi / permainan. Permainan akan sangat membantu siswa dalam menciptakan motivasi untuk selalu belajar dan peningkatan kemampuan pemahaman siswa. Hal tersebut disebabkan karena permainan dapat menimbulkan kesenangan bagi siswa. Sehingga jika siswa sudah senang diharapkan prestasi siswa juga akan meningkat. Adapun langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran melalui konsep Quantum Learning dengan cara: 1) Kekuatan Ambak Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan (De Potter dan Hernacki, 2008: 49). Motivasi sangat diperlukan dalam berbagai kegiatan, termasuk dalam belajar, karena dengan adanya motivasi maka keinginan untuk belajar akan selalu ada. Pada langkah ini siswa akan diberi motivasi oleh guru dengan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 142

memberi penjelasan tentang manfaat apa saja setelah mempelajari suatu materi dan dihubungkan pada dunia nyata. Motivasi itu sendiri dipengaruhi oleh dua faktor,yaitu faktor internal dan eksternal. Menurut Conny R. Semiawan (1999: 294) “ Adalah disadari bahwa diantara faktor internal dan eksternal, faktor internallah yang memiliki sumbangan yang besar bagi terciptanya kegiatan belajar mengajar yang efektif serta hasil pendidikan yang memuaskan. Adapun salah satu faktor psikologis yang sangat potensial untuk mendukung keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah motivasi kompetensi dan berprestasi. 2) Penataan lingkungan belajar Dalam proses belajar dan mengajar, penataan lingkungan sangat diperlukan, karena dapat membuat siswa merasa betah dalam belajarnya. Selain

itu,

dengan

penataan

lingkungan

akan

memudahkan

dalam

mengembangkan dan mempertahankan sikap positif. Penataan lingkungan yang baik

meliputi

perabotan,

pencahayaan,

iringan

musik

(instrument),

poster/gambar/papan pajangan(visual), penempatan persediaan, temperatur, tanaman, kenyamanan, suasana hati secara umum. Dalam penataan lingkungan belajar, khususnya untuk lingkungan fisik, tidak selalu sama dalam setiap pembelajaran, tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Sunaryo Kartadinata dan Nyoman Dantes (1997: 87) menjelaskan “ Manajemen kelas yang baik terarah kepada upaya pencegahan munculnya perilaku bermasalah, dan penataan lingkungan fisik merupakan unsur penting dalam manajemen kelas. Penataan kelas akan mempengaruhi keterlibatan dan partisipasi peserta didik, dan penataan secara fisik harus sejalan dengan tujuan pembelajaran”. Khusus untuk iringan musik itu sendiri menurut W. Nugroho (2007: 77) menyatakan, “Musik klasik adalah pilihan yang cocok bagi seseorang yang ingin meningkatkan daya konsentrasi”. Dengan memperhatikan pendapat tersebut, kita dapat mengetahui bahwa tidak semua jenis musik dapat digunakan sebagai iringan dalam belajar anak. Misalnya saja musik yang dapat commit user membuat seseorang menjadi rileks dantotenang.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 143

3) Memupuk sikap juara Hambatan dominan yang ada dalam diri siswa adalah tidak adanya sikap juara. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah komentar negatif dari orang-orang sekitar. Hal ini diperkuat oleh DePorter dan Hernacki (2008:24) bahwa “ Pada tahun 1982, Jack Canfield, pakar masalah kepercayaan diri, melaporkan hasil penelitian dimana seratus anak ditunjuk untuk seorang periset selama satu hari… . Penemuan Canfield adalah bahwa setiap anak ratarata menerima 460 komentar negatif atau kritik dan hanya 75 komentar positif atau yang bersifat mendukung”. Sehingga seorang guru seharusnya lebih sering memberikan pujian kepada siswa agar kemauan belajar siswa tetap terjaga. Selain itu, pujian dari guru juga berfungsi untuk menyeimbangkan dengan komentar-komentar negatif yang diperoleh siswa di lingkungan tempat tinggalnya. 4) Menemukan gaya belajar yang tepat Menurut DePorter dan Hernacki (2008:110) “Gaya belajar Anda adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ada berbagai macam gaya belajar yang kita ketahui, yaitu: visual(belajar dengan cara melihat), auditorial(belajar dengan cara mendengar) dan kinestetik(belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh). Dalam Quantum Learning guru hendaknya memberikan kebebasan dalam belajar pada siswanya dan janganlah terpaku pada satu gaya belajar saja. Dengan memperhatikan modalitas yang dimiliki oleh setiap anak, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Kita dapat menentukan gaya belajar yang tepat. W. Nugroho (2007: 121-129) mengemukakan cara terbaik untuk membantu belajar anak yang disesuaikan dengan modalitas VAK ( Visual Auditorial – Kinestetik ). 1. Cara belajar terbaik untuk tipe auditorial : o Mengajaknya berdiskusi dalam rangka untuk lebih memahami suatu pelajaran. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 144

o Membantunya

menghafal

pelajaran

dengan

cara

membacakan

materinya atau menyuruhnya menghafal sambil dibaca dengan suara keras. o Mengajaknya untuk bermain tanya jawab tentang suatu pelajaran tertentu. o Perhatikan kondisi fisik sekitar, usahakan hindari kebisingan atau suara-suara yang dapat mengganggu. o Putarkan musik-musik berirama tenang tanpa lirik dengan volume yang tidak terlalu keras untuk menghindari pecahnya konsentrasinya dalam belajar, karena dia sangat sensitif dengan suara. 2. Cara belajar terbaik untuk tipe visual : o Usahakan untuk selalu menyediakan alat peraga seperti bagan, gambar, flow chart, atau alat-alat eksperimen lainnya. Alat-alat eksperimen ini dapat dibuat sendiri. Misalnya ketika belajar tentang sistem tata surya, buatlah alat eksperimen dari bola-bola pingpong atau bola tenis untuk menggambarkan sistem tata surya. o Membantunya untuk selalu menuliskan hal-hal yang penting dalam materi yang sedang dipelajarinya. o Beri kesempatan untuk mengobservasi. o Merapikan tempat belajarnya. Hindari barang-barang berserakan di tempat belajarnya untuk menghindari pecahnya konsentrasi karena melihat hal-hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran. o Menyediakan kertas-kertas dan pensil warna atau spidol sebagai alat untuk menuliskan hal-hal penting atau membuat gambar dari materi yang tengah dipelajarinya. 3. Cara belajar terbaik untuk tipe kinestetik : o Memberikan alat peraga yang nyata untuk belajar, seperti balok-balok, miniatur bangunan, patung peraga dan sebagainya. o Memberikan kesempatan untuk berpindah tempat, karena anak dengan gaya ini cenderung tidak bisa diam pada satu posisi dalam kurun waktu commit to user yang relatif lama.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 145

o Biarkan ia menyentuh segala sesuatu yang berhubungan dengan pelajarannya. o Beri kesempatan untuk mempraktekkan apa yang telah ataupun sedang dipelajarinya. 5) Membiasakan mencatat Kegiatan mencatat merupakan salah satu kegiatan yang kurang menyenangkan bagi siswa. Hal ini mungkin disebabkan karena bentuk catatannya yang membosankan, yang terdiri dari beribu-ribu kata tanpa adanya gambar-gambar atau visualisasi. Hal tersebut dapat dirubah dengan cara memberikan berbagai warna, simbol-simbol atau gambar yang mudah dimengerti oleh siswa itu sendiri. Dengan sedikit mengubah bentuk catatan, diharapkan siswa lebih termotivasi untuk mencatat, karena mencatat merupakan kegiatan yang penting dalam proses pembelajaran. Alasan pertama untuk mencatat adalah bahwa mencatat meningkatkan daya ingat. (DePorter dan Hernacki, 2008:146). 6) Membiasakan membaca Membaca adalah kegiatan untuk mendapatkan sebuah informasi melalui sebuah teks bacaan. Sehingga kegiatan membaca sangat penting dalam proses pembelajaran, karena dengan membaca akan menambah perbendaharaan kata, pemahaman, menambah wawasan dan daya ingat akan bertambah. Seorang guru hendaknya membiasakan siswa untuk membaca, baik buku pelajaran maupun buku-buku pengetahuan yang lain. 7) Jadikan anak lebih kreatif Siswa yang kreatif adalah siswa yang mempunyai rasa ingin tahu, suka mencoba hal-hal baru dan senang bermain. Untuk menumbuhkan sikap kreatif ini guru harus menjauhkan siswa dari perasaan takut akan suatu kegagalan, menumbuhkan keberanian untuk mengambil resiko serta selalu mendorong siswa untuk mencoba hal-hal baru. Dengan adanya sikap kreatif yang baik siswa akan mampu memecahkan masalah dengan berbagai cara dan menghasilkan ide-ide baru dalam belajarnya. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 146

8) Melatih kekuatan memori anak Memori atau ingatan, merupakan bagian penting dari otak. David Gamon dan Allen Bragdon (2008: 76 ) berpendapat bahwa “Ingatan adalah mitra dalam mengembangkan semua keterampilan mental lain”. Tetapi ingatan tersebut juga harus melalui proses latihan agar sel-sel otak tetap aktif. Otak kita memiliki kemampuan untuk mengingat segala sesuatu yang ada dalam kehidupan. Akan tetapi, untuk mendapatkan kemampuan tersebut diperlukan latihan yang rutin. Otak kita mengingat lebih baik terhadap hal-hal yang mengesankan bagi kita. Hal ini, seperti yang disampaikan DePorter dan Hernacki (2008:214) bahwa “Pada umumnya, kita paling ingat informasi yan dicirikan oleh salah satu atau beberapa hal berikut ini : a. Asosiasi indrawi, terutama visual b. Konteks emosional, seperti cinta, kebahagiaan, dan kesedihan c. Kualitas yang menonjol atau berbeda d. Kebutuhan untuk bertahan hidup e. Hal-hal yang memiliki keutamaan pribadi f. Hal-hal yang diulang-ulang g. Hal-hal yang pertama dan terakhir dalam suatu sesi

d. Manfaat Metode Quantum Learning Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan, oleh karena itu di dalam pelaksanaan proses pembelajaran tidak mungkin seorang guru hanya menerapkan salah satu metode saja. Sehingga jika dalam pembelajaran, guru menerapkan berbagai metode pembelajaran, maka pembelajaran tersebut akan mempunyai banyak manfaat. Menurut DePorter dan Hernacki (2008: 13) belajar menggunakan Quantum Learning akan didapatkan berbagai manfaat yaitu: 1) Sikap positif. 2) Motivasi. 3) Keterampilan belajar seumur hidup. 4) Kepercayaan diri. 5) Sukses

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 147

2. Tinjauan Pemahaman Perjuangan Kemerdekaan a. Pengertian Pemahaman Pemahaman berasal dari kata paham yang mendapat imbuhan pe-an. Arti kata paham menurut W.J.S. Poerwadarminta (1976: 694) adalah pengertian, pendapat, mengerti benar, pandai dan mengerti benar. Pemahaman

mempunyai

tingkatan

yang

lebih

tinggi

daripada

pengetahuan ataupun hafalan. Apabila anak didik sudah paham akan apa yang dipelajari, maka anak didik tersebut dapat mengutarakan dengan kalimatnya sendiri akan apa yang ia pahami. Menurut Nana Sudjana (1991:24) Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori. 1. Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, mengartikan Bhineka Tunggal Ika, mengartikan Merah Putih, menerapkan prinsip-prinsip listrik dalam memasang sakelar. 2. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Menghubungkan pengetahuan tentang konjugasi kata kerja, subjek, dan possessive pronoun sehingga tahu menyusun kalimat “bukan”My friend studying,” merupakan contoh pemahaman penafsiran. 3. Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 148

b. Pengertian Konsep Perjuangan Kemerdekaan Perjuangan

berarti

usaha

untuk

menggapai

sesuatu

(http://cipto.blog.uns.ac.id). Sedangkan dari sumber lain perjuangan adalah usaha yang penuh dengan kesukaran dan bahaya (http://www.artikata.com). Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perjuangan memiliki arti suatu usaha untuk mendapatkan sesuatu melalui sebuah pengorbanan yang berarti. Sedangkan arti perjuangan kemerdekaan itu sendiri adalah suatu usaha untuk mendapatkan kemerdekaan dari kekuasan pihak lain melalui berbagai macam usaha dan pengorbanan. Dengan mempelajari penderitaan bangsa Indonesia di bawah penjajahan bangsa lain dan usaha bangsa Indonesia dalam memproklamasikan kemerdekaannya, diharapkan dapat menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme siswa SD. Perjuangan kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu materi yang diajarkan di kelas V SD. Di dalam materi tersebut dijelaskan mengenai usahausaha bangsa Indonesia dalam memperebutkan kemerdekaan Indonesia. Usahausaha tersebut meliputi periode penjajahan bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda) dan bangsa Jepang sampai pada proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Membicarakan

perjuangan

kemerdekaan

Indonesia

berarti

membicarakan konsep sejarah, yang merupakan bagian dari mata pelajaran IPS. Dalam mata pelajaran IPS di SD, bahan kajiannya meliputi pengetahuan sosial dan sejarah. Materi sejarah itu sendiri memiliki ruang lingkup yang meliputi : sejarah lokal, kerajaan-kerajaan di Indonesia, tokoh dan peristiwa, bangunan sejarah, Indonesia pada zaman penjajahan Portugis, Spanyol, Belanda dan pendudukan Jepang, dan peristiwa penting dalam perjuangan kemerdekaan serta usaha mempertahankan kemerdekaan itu sendiri. “Kata

sejarah

berasal

dari

bahasa

Arab

“Syajara”,

artinya

terjadi.”(Hidayati, Mujinem, Anwar Senen, 2008:2-3). Sedangkan pengertian sejarah menurut Ismaun dalam Hidayati, Mujinem, Anwar Senen (2008:2-3) adalah suatu ilmu pengetahuan tentang rangkaian kejadian yang berkausalitas pada masyarakat dengan segala aspeknya serta proses gerak perkembangannya commit toyang userberguna bagi pedoman kehidupan yang kontinyu dari awal sampai sekarang

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 149

masyarakat masa sekarang serta sebagai arah cita-cita masa depan. Faqih Samiawi, Bunyamin Maftuh (2007:19) mengemukakan “Pada dasarnya konsepkonsep dalam sejarah yang penting bagi IPS adalah: kesinambungan dan perubahan (continuity and change), sebab akibat (cause and effect), masa lalu (the past), dan pertentangan (conflict), dan nasionalisme (nationalism).” Dari uraian para ahli tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kejadian-kejadian penting yang telah terjadi di masa lampau, di mana kejadian-kejadian tersebut berpengaruh terhadap kehidupan sekarang dan masa yang akan datang. Peristiwa perjuangan kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu peristiwa atau kejadian penting bagi bangsa Indonesia, karena menyangkut sejarah pembentukan Negara Indonesia yang berdaulat. Karena peristiwa perjuangan kemerdekaan Indonesia merupakan peristiwa yang penting bagi bangsa Indonesia, maka penyajian materi yang menarik sangat diperlukan. Agar siswa dapat tertarik untuk mempelajari secara mendalam mengenai sejarah pembentukan Negara Indonesia ini.

c. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Menurut Hidayati, Mujinem, Anwar Senen (2008:7) IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Pengertian IPS menurut A.Dakir, Akhmad Arif Musadad, Wakino (2005:7) adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan. Sedangkan menurut Saidiharjo dalam Hidayati, Mujinem, Anwar Senen (2008:7) IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik. Dari berbagai pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu mata pelajaran yang mempelajari commit user kehidupan sosial kemasyarakatan, yangto merupakan gabungan dari berbagai

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 150

cabang ilmu sosial. Mata pelajaran IPS mulai diajarkan di kelas I sekolah dasar sampai di tingkat perkuliahan.

d. Tujuan Pembelajaran IPS Sama-sama kita ketahui bahwa semua mata pelajaran mempunyai tujuan, demikian pula dengan pelajaran IPS. Menurut Fenton dalam A.Dakir, Akhmad Arif Musadad, Wakino (2005:9) dikemukakan ada 3 tujuan IPS yaitu : a. Mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik. b. Mengajar anak didik berkemampuan berpikir. c. Agar anak dapat melanjutkan kebudayaan bangsanya. Menurut A.Dakir, Akhmad Arif Musadad, Wakino (2005:9) tujuan Pembelajaran IPS di Indonesia a. Aspek pengetahuan dan pemahaman · Pemahaman tentang sejarah kebudayaan bangsa sendiri dan umat manusia. · Lingkungan geografis tempat manusia hidup serta interaksi antara manusia dan lingkungan fisiknya. · Cara manusia memerintah negaranya. · Struktur kebudayaan dan cara hidup manusia di negara sendiri dan di negara lain. · Cara manusia membudayakan lingkungannya untuk menjamin hidupnya dan mempertinggi kesejahteraan hidupnya. · Pengaruh perkembangan IPTEK terhadap kehidupan manusia. · Pengaruh pertambahan penduduk terhadap lingkungan fisik dan sumber tenaga alam. b. Aspek nilai dan sikap · Mengakui dan menghormati sikap harkat manusia · Mengakui dan menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. · Menghayati nilai-nilai dalam agama masing-masing. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 151

· Memupuk sikap toleransi sesama umat beragama. · Menghormati perbedaan adat istiadat, kebudayaan setiap suku bangsa dan bangsa lain. · Bersikap positif terhadap bangsa dan negaranya, rela membangun dan mempertahankannya. · Menghormati milik orang lain dan milik bangsa. · Memiliki sikap terbuka terhadap perubahan berdasarkan nilai-nilai moral Pancasila. c. Aspek keterampilan · Kecakapan untuk memperoleh pengetahuan dan informasi · Keterampilan

berfikir,

menginterpretasi

dan

mengorganisir

informasi dari berbagai sumber. · Kecakapan untuk meninjau informasi secara kritis, membedakan antara fakta dan pendapat. · Kecakapan untuk mengambil keputusan berdasarkan fakta dan pendapat. · Kecakapan dalam menggunakan metode pemecahan masalah. · Keterampilan dalam membuat laporan dan membuat penelitian sederhana. Dari berbagai pendapat para ahli tersebut, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa tujuan dari pendidikan IPS adalah membentuk anak didik menjadi warga negara yang baik melalui pemerolehan pengetahuan, nilai sosial maupun keterampilan hidup. Menjadikan anak didik pandai dalam hal pengetahuan dan teknologi saja belum cukup, anak didik tersebut juga harus mempunyai nilai sosial atau budi pekerti maupun keterampilan hidup. Hal ini juga sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 152

e. Hubungan Quantum Learning dan Pemahaman Perjuangan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Dari berbagai uraian para ahli di atas, penulis dapat menarik suatu hubungan antara metode Quantum Learning dengan materi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Materi perjuangan proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu materi yang abstrak bagi siswa. Hal ini disebabkan karena siswa tidak dapat merasakan dan mengalami sendiri peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, materi mengenai perjuangan kemerdekaan Indonesia kurang disenangi siswa. Untuk membangkitkan keinginan siswa tersebut maka diperlukan penerapan metode Quantum Learning. Karena metode Quantum Learning itu sendiri memiliki tujuan meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus untuk menghidupkan kembali kegembiraan dan kecintaan siswa dalam belajar. Selain itu, dengan konsep TANDURnya, metode Quantum Learning mengajak siswa belajar dengan menciptakan pengalaman umum terlebih dahulu mengenai materi proklamasi kemerdekaan Indonesia.

B. Hasil Penelitian yang Relevan Adapun Penelitian Tindakan Kelas yang mungkin relevan dengan Penelitian Tindakan Kelas yang akan peneliti laksanakan adalah: 1. Penelitian Tindakan Kelas yang sudah dilakukan oleh Saudara Hermawan Widyastantyo dengan judul “Penerapan Metode Quantum Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA (Sains) bagi Siswa Kelas V SD

Negeri

Kebonsari

Kabupaten

Temanggung”

(http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/ view/5060/3631) Dalam Penelitian Tindakan Kelas tersebut, Saudara Hermawan Widyastantyo menuliskan hasil dan kesimpulan dalam abstraksinya sebagai berikut : Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Quantum Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA (SAINS). Peningkatan ini ditunjukkan oleh perbandingan rata-rata hasil belajar yang commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 153

dicapai antara siklus I (53,97), siklus II (65,74) peningkatan prosentase 11,77% dan siklus III (73,24) peningkatan prosentase 7,5%. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan dapat menjadi jembatan bagi munculnya penelitian baru. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan dalam dunia penelitian pendidikan agar mutu pendidikan di Indonesia baik. (http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/ 5060/3631)

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh saudara Hermawan Widyastantyo dengan penelitian ini adalah metode pembelajaran yang digunakan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran. Metode Quantum Learning yang digunakan saudara Hermawan ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan perbedaannya adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai objek penelitian dan subjek penelitian. Saudara Hermawan menggunakan metode Quantum Learning untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Kebonsari Kabupaten Temanggung. 2. Penelitian Tindakan Kelas yang sudah dilakukan oleh saudara Sarifah Nurhasanah dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Pemahaman Peristiwa Proklamasi Indonesia Dalam Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Pereng Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010” (http://digilib.uns.ac.id) Dalam

Penelitian

Tindakan

Kelas

tersebut,

Saudara

Sarifah

Nurhasanah menuliskan hasil dan kesimpulannya bahwa melalui penerapan model pembelajaran koopeartif tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman peristiwa proklamasi Indonesia pada siswa kelas V SD 01 Pereng Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai rerata hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada kondisi awal 51%, siklus I sebesar 69.50% dan pada siklus II sebesar 88.50%. Rerata pemahaman peristiwa Proklamasi Indonesia pada kondisi awal 51% user 61,71. Pada siklus I, rerata siswa tuntas belajar dengancommit nilai to rata-rata

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 154

pemahaman peristiwa Proklamasi Indonesia adalah 69,50% siswa tuntas belajar dengan nilai rata-rata pertemuan pertama sebesar 68,94, sedangkan pertemuan ke-dua dengan nilai rata-rata 74,57. Dan siklus II rerata pemahaman peristiwa Proklamasi Indonesia sebesar 88,50% siswa tuntas belajar dengan nilai rata-rata pada pertemuan pertama sebesar 78,28 sedangkan nilai rata-rata pada pertemuan ke-dua sebesar 81,22. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh saudara Sarifah Nurhasanah dengan penelitian ini adalah permasalahan yang dihadapi yang menjadi objek penelitian. Saudara Sarifah mengalami permasalahan yaitu ketidaktuntasan pembelajaran mata pelajaran IPS pada materi peristiwa proklamasi Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa materi peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi salah satu permasalahan bagi murid dan guru untuk segera diatasi. Sedangkan perbedaannya adalah cara pemecahan masalahnya dan subjek penelitiannya. Saudara Sarifah menggunakan metode STAD untuk mengatasi permasalahan pemahaman peristiwa proklamasi Indonesia pada siswa kelas V SD 01 Pereng Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.

C. Kerangka Berpikir Penelitian ini dilaksanakan karena hasil dari pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi jasa dan peran tokoh di sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia masih kurang. Hasil yang diperoleh dari tes ulangan harian masih jauh di bawah KKM yang sudah ditetapkan. Salah satu penyebab hasil tes masih di bawah KKM adalah karena kurangnya pemahaman siswa terhadap materi. Ketidakpahaman siswa terhadap materi, mungkin dikarenakan kegiatan dan suasana pembelajaran yang kurang menyenangkan. Kegiatan siswa hanya sebagai pendengar cerita, karena guru merancang kegiatan dengan metode konvensional. Kegiatan siswa yang hanya seputar aktivitas mendengarkan menjadi penyebab utama ketidakpemahaman siswa, karena belajar dengan commitsekitar to user10% dari keseluruhan informasi. mendengar, siswa hanya akan menyerap

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 155

Untuk itu, peneliti akan menggunakan metode Quantum Learning untuk mengatasi permasalahan tersebut, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan siswa menjadi termotivasi untuk lebih giat belajar. Alasan penulis menggunakan metode Quantum Learning adalah karena yang pertama metode ini bertujuan untuk mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. Dengan meningkatnya peran atau aktivitas individu, diharapkan siswa memiliki rasa penting dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa akan secara aktif belajar dengan sendirinya tanpa adanya paksaan. Selain itu, metode ini mengedepankan suasana dan kegiatan yang menyenangkan selama pembelajaran. Secara psikologis, sesuatu yang menyenangkan tentunya akan menarik perhatian siswa, sehingga jika siswa sudah tertarik diharapkan siswa juga akan paham terhadap materi pembelajaran. Dari uraian di atas, peneliti dapat menyampaikan gambaran tentang kerangka berfikir yang akan dilakukan dalam penelitian ini dalam bentuk bagan seperti gambar 1 berikut ini:

Kondisi

Pembelajaran

Awal

Konvensional

Siswa kurang aktif dalam pembelajaran KBM monoton

Penggunaan Metode Quantum Learning

Siswa kurang memahami materi perjuangan kemerdekaan Indonesia Pembelajaran menjadi menarik

Tindakan Diduga siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran Pasca Tindakan

Diduga melalui metode Quantum Learning pemahaman siswa terhadap materi perjuangan kemerdekaan Indonesia meningkat commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 156

Gambar 1. Bagan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas D. Rumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori di atas, maka penulis dapat merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Ø Penggunaan metode Quantum Learning dapat meningkatkan pemahaman materi perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam pelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Ngoresan No 80 Jebres Surakarta.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 157

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian memberikan gambaran tentang logika yang melatarbelakangi setiap langkah dan proses yang biasa ditempuh dalam kegiatan penelitian. Sesuai dengan tujuannya, penelitian dapat didefinisikan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Dalam bab ini akan dibahas sebagai berikut, yaitu tempat dan waktu penelitian, bentuk dan strategi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data dan prosedur penelitian.

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Ngoresan No. 80 Jebres Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Pemilihan SDN Ngoresan No.80 Jebres Surakarta sebagai tempat penelitian didasarkan pada pertimbangan (1) Karena nilai prestasi siswa kelas V SDN Ngoresan kurang memuaskan. (2) Karena peneliti sebagai guru kelas V pada SDN Ngoresan. (3) Peneliti yang sekaligus guru kelas V ingin meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi kepahlawanan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SDN Ngoresan.

2. Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu mulai bulan April sampai dengan bulan Juni 2010. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari kegiatan perencanaan penelitian, pelaksanaan penelitian, hingga penyusunan laporan penelitian. Kegiatan penelitian tersebut, dirinci dalam tabel 2 berikut ini :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 158

Tabel 2. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas

No 1.

2.

3. 4. 5. 6.

Bulan April Mei Minggu Ke Minggu Ke 1 2 3 4 1 2 3 4

Kegiatan PERENCANAAN Penyusunan Proposal Penyusunan Instrumen Perijinan PELAKSANAAN - SIKLUS I Perencanaan Tindakan Pengamatan Refleksi - SIKLUS II Perencanaan Tindakan Pengamatan Refleksi PENYUSUNAN LAPORAN REVISI LAPORAN UJIAN PENELITIAN PENJILIDAN LAPORAN

Juni Minggu Ke 1 2 3 4

V V V V V V

IV V V V V V V V V V V V V V V

B. Subjek Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di kelas V SDN Ngoresan No. 80 Jebres. Jumlah siswa di kelas V adalah 51 anak, yang terdiri dari 22 anak perempuan dan 29 anak laki-laki. Sebagian besar siswa kelas V merupakan anak dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Meskipun sebagian besar berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah, tetapi rata-rata orang tua siswa mempunyai tingkat perhatian yang cukup baik terhadap pendidikan anaknya. Terbukti dengan banyaknya orang tua yang berkonsultasi kepada guru mengenai perkembangan putra putrinya selama mengikuti pembelajaran di sekolah. Hal ini terlihat dalam lampiran 1 halaman 74. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 159

Sedangkan mata pelajaran yang digunakan sebagai objek penelitian adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Hal ini dikarenakan, nilai ratarata mata pelajaran IPS termasuk rendah dibanding nilai rata-rata mata pelajaran lain. Dengan nilai KKM 60, mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang nilai KKMnya rendah, hal ini terlihat dalam lampiran 2 pada halaman 75.

C. Teknik Pengumpulan Data Untuk

memperoleh

data

yang

diperlukan,

peneliti

melakukan

pengumpulan data dengan berbagai metode. Metode-metode pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut: a. Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan secara langsung terhadap semua hal yang diteliti. Menurut Sarwiji Suwandi (2008:46) observasi adalah segala upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu. Kegiatan observasi yang kami lakukan bertujuan untuk mendapatkan data yang dapat diamati secara langsung yang berupa suatu kejadian atau peristuwa yang penting dan diperlukan dalam proposal ini. Kegiatan observasi ini dilaksanakan pada kelas V SDN Ngoresan tahun pelajaran 2010/2011, saat proses pembelajaran mata pelajaran IPS dengan

materi

perjuangan

proklamasi

kemerdekaan

Indonesia

berlangsung. Hal-hal yang diamati adalah aktivitas-aktivitas siswa dan guru yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Aktivitas siswa yang diamati meliputi rasa keingintahuan siswa, kesungguhan siswa dalam mengikuti pelajaran, kerjasama dalam kelompok, konsentrasi siswa selama pembelajaran dan keaktifan dalam kelompok, dan perhatian siswa terhadap penjelasan guru. Sedangkan aktivitas guru yang diamati adalah pemberian motivasi belajar, ketepatan dan daya tarik media, pemberian balikan, tuntutan pencapaian / ketercapaian kompetensi siswa, membuka & menutup pembelajaran, commit to user dan sistematika penyampaian ketepatan strategi pembelajaran, kejelasan

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 160

materi,

pengelolaan

pembelajaran,

kejelasan

suara,

kemampuan

menggunakan media, penggunaan strategi bertanya dan penguasaan bahan. b. Perekaman Menurut H.B. Sutopo (1996:71), alat kamera foto dan video sering digunakan di dalam penelitian karena bisa membantu di dalam pengumpulan data, terutama untuk memperjelas deskripsi berbagai situasi dan perilaku subjek yang diteliti. Untuk mendapatkan data dari perekaman, peneliti

menggunakan

kamera

digital,

hal

ini

dilakukan

untuk

mendeskripsikan situasi dan perilaku subjek yang diteliti. Perekaman dilaksanakan di kelas V SDN Ngoresan saat pembelajaran mata pelajaran IPS materi proklamasi kemerdekaan berlangsung. Segala kegiatan siswa dan guru akan terekam dalam kamera digital. Fungsi dari rekaman tersebut adalah untuk memperjelas deskripsi mengenai suasana kegiatan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas selama proses belajar mengajar. c. Tes Pengertian tes menurut Bimo Walgito (1985:78) menyebutkan bahwa tes sebagai suatu metode atau alat untuk mengadakan penyelidikan yang menggunakan soal-soal, pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas yang lain dimana persoalan-persoalan atau pertanyaan-pertanyaan dan sebagainya itu telah dipilih dengan seksama distandarisasikan, artinya telah ada standar tertentu. Pemberian tes pada siswa kelas V SDN Ngoresan Kecamatan Jebres ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi perjuangan kemerdekaan Indonesia sebelum tindakan dan sesudah diadakannya tindakan. Tes ini diberikan dalam bentuk soal tertulis mengenai materi perjuangan proklamasi, pada akhir kegiatan pembelajaran di setiap pertemuan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 161

d. Studi Pustaka Menurut Sarwiji Suwandi (2008:57), tinjauan pustaka menguraikan teori, temuan, dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari acuan (buku atau jurnal-jurnal ilmiah), yang dijadikan landasan untuk melakukan penelitian yang diusulkan. Studi pustaka adalah semua bahan yang diperoleh dari buku-buku dan atau jurnal, (http://www.gunadarma.ac.id). Sehingga dapat disimpulkan bahwa studi pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan mencari data-data tersebut pada buku-buku yang relevan ataupun pada dokumen-dokumen yang berkaitan dengan data tersebut. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh dan pasti tentang objek yang diteliti baik pada saat diteliti maupun sebelum diteliti.

D. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik model interaktif ( Miles dan Huberman, 1984 ) dalam ( Slamet dan Suwarto, 2007 : 112), yang terdiri dari tiga komponen analisis, yaitu (1) reduksi data, (2) sajian data, (3) penarikan simpulan atau verifikasi. Aktifitas ketiga komponen tersebut dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai siklus. Proses analisis data tersebut dapat dijelaskan dalam gambar 2 berikut ini :

Pengumpulan Data (Data Collection)

Penyajian Data (Data Display)

Reduksi Data (Data Reduction)

Simpulan-simpulan Penarikan/Verifikasi

Gambar 2. Skema Teknik Model Interaktif commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 162

Gambar diatas menunjukkan langkah-langkah yang harus dilakukan peneliti adalah: a.

Pengumpulan data yaitu kegiatan untuk mendapatkan informasi dari sumber penelitian. Dalam proses pengumpulan data, kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambil data atau alat pengukurnya dan kualifikasi pengambil data. Data penelitian akan reliabel dan valid apabila alat pengambil data reliabel dan valid serta pengambil data cukup menguasai penggunaan alat pengambil data. Dalam kegiatan pengumpulan data, peneliti melakukan observasi, perekaman, tes dan studi pustaka. Untuk kegiatan observasi, peneliti mengobservasi keadaan sekolah secara umum termasuk sarana dan prasarana pembelajaran. Kemudian dilanjutkan kegiatan observasi dan kegiatan perekaman yang dilakukan ketika kegiatan pembelajaran materi proklamasi kemerdekaan Indonesia berlangsung. Sedangkan untuk kegiatan studi pustaka, peneliti mencari sumber-sumber informasi dan data dari buku-buku dan jurnal yang relevan dengan permasalahan penelitian.

b.

Reduksi data yaitu proses menyeleksi data awal, memfokuskan, menyederhanakan dan mengabtraksi data kasar yang ada dalam catatan lapangan. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian.

Data

reduksi

adalah

suatu

bentuk

analisis

yang

mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan akhir dilakukan. Untuk memudahkan peneliti dalam menarik simpulan, peneliti memilah data hasil observasi dan perekaman, misalnya hasil observasi terhadap keadaan sekolah dikesampingkan dan peneliti memfokuskan terhadap hasil observasi dan perekaman terhadap kegiatan pembelajaran siswa. Selain itu, data yang diperoleh melalui kegiatan kajian pustaka juga diseleksi. Peneliti memilih kajian pustaka yang benar-benar dapat commit user tindakan penelitian ini. digunakan untuk menjadi dasar to dalam

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 163

c.

Sajian data adalah suatu rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan penelitian dapat dilakukan. Dengan melihat penyajian data, maka akan dimengerti apa yang akan terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut. Data hasil pemilahan selama kegiatan penelitian, peneliti sajikan dalam bentuk tabel-tabel dan diagram-diagram. Sehingga nantinya dapat dibaca dan dipahami secara mudah oleh para pembaca.

d.

Penarikan simpulan,dalam tahapan ini apabila ditemukan data yang akurat, maka peneliti tidak segan-segan untuk melakukan penyimpulan ulang. Peneliti dalam hal ini bersifat terbuka. Dengan melihat sajian data tersebut, peneliti dapat dengan mudah mengambil simpulan apakah penelitian ini berhasil atau tidak. Sehingga peneliti dapat segera melakukan refleksi dan mengambil langkah untuk proses selanjutnya.

E. Prosedur Penelitian Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, tahapan tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. a. Siklus I meliputi : 1) Perencanaan Di dalam perencanaan ini, hal yang perlu dilakukan adalah membuat perencanaan pengajaran, mempersiapkan ruangan pembelajaran, membuat media pembelajaran, membuat lembar observasi, dan merancang alat evaluasi 2) Pelaksanaan Tindakan Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 164

3) Observasi Pelaksanaan tindakan diobservasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Sedangkan objek yang diobservasi adalah peningkatan aktivitas kegiatan pembelajaran siswa. 4) Refleksi Pada tahap refleksi ini, data-data yang diperoleh melalui kegiatan observasi dikumpulkan untuk kemudian dianalisis. Hasil dari analisis ini digunakan untuk mengetahui apa yang telah dihasilkan atau apa yang belum berhasil dituntaskan oleh tindakan perbaikan yang telah dilakukan. b. Siklus II meliputi : 1) Perencanaan Di dalam perencanaan siklus II ini, hal yang perlu dilakukan adalah membuat perencanaan pengajaran dengan memperhatikan hasil evaluasi dari siklus I. 2) Pelaksanaan Tindakan Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. 3) Observasi Pelaksanaan tindakan diobservasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Sedangkan objek yang diobservasi adalah peningkatan aktivitas kegiatan pembelajaran siswa. 4) Refleksi Pada tahap refleksi ini, data-data yang diperoleh melalui kegiatan observasi dikumpulkan untuk kemudian dianalisis. Hasil dari analisis ini digunakan untuk mengetahui apa yang telah dihasilkan atau apa yang belum berhasil dituntaskan oleh tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Ukuran keberhasilan dalam hal ini adalah apabila aspek yang diamati mendapat nilai 3 atau tergolong tingkatan tinggi. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 165

Sebelum peneliti melakukan tindakan penelitian, peneliti telah mengobservasi tingkah laku siswa selama pembelajaran, dan mengadakan tes untuk melihat kemampuan siswa setelah sebelum tindakan. Hal ini dilakukan peneliti sebagai refleksi awal sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Adapun tahap-tahap dari masing-masing siklus, peneliti gambarkan dengan bagan dalam gambar 3 berikut ini : REFLEKSI AWAL Perencanaan Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan

Observasi TINDAKAN LANJUT Perencanaan Refleksi

SIKLUS II

Pelaksanaan

Observasi - Sudah : PTK diakhiri - Belum : PTK dilanjutkan ke siklus berikutnya. Gambar 3. Proses Siklus I dan Siklus II

F. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan merupakan rumusan keberhasilan yang akan dijadikan pedoman dalam menentukan keberhasilan penelitian. Dalam penelitian ini, indikator utama dalam keberhasilan adalah tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Tingkat pemahaman akan diukur dalam bentuk capaian nilai di atas nilai ketuntasan minimal yang telah peneliti tentukan, yaitu 65. Peneliti menargetkan 80% siswa dari 51 siswa keseluruhan dapat mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan. Selain itu peneliti juga menargetkan nilai rata-rata kelas lebih dari 75. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 166

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Tempat Penelitian Lembaga pendidikan yang digunakan sebagai tempat penelitian ini adalah SD Negeri Ngoresan Sekolah ini terletak di Kampung Ngoresan, Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Alasan yang mendasari penelitian dilaksanakan di SD Negeri Ngoresan, karena metode Quantum Learning kurang mendapat perhatian dan belum dikembangkan secara maksimal di SD Negeri Ngoresan. Selain itu, alasan peneliti adalah untuk menghemat waktu dan biaya penelitian, karena peneliti adalah salah satu tenaga pendidik di SD Negeri Ngoresan, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. SD Negeri Ngoresan ini memiliki bangunan sekolah yang cukup nyaman untuk belajar siswa. Tetapi jumlah bangunan yang dimiliki SDN Ngoresan belum cukup, karena ruang perpustakaan masih jadi satu dengan ruang kepala sekolah, selain itu ruang agama Kristen juga belum memenuhi syarat, hal ini terlihat dari lampiran 3 pada halaman 76. Oleh karena itu, pada tahun pelajaran 2010/2011 ini, SDN Ngoresan mulai membangun ruang perpustakaan sekaligus ruang multi media. Sekolah ini memiliki kelompok atau rombongan belajar sebanyak 6 kelas, dengan jumlah seluruh siswa yang terdaftar pada tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 299 siswa. SD Negeri Ngoresan dipimpin oleh seorang kepala sekolah dengan jumlah tenaga pendidik ada 13 o rang, yang terdiri 7 guru kelas, 1 guru Bahasa Inggris, 1 guru Agama Islam, 1 guru Agama Kristen, 1 guru olah raga, 1 guru SSD, dan 1 guru Seni Lukis. Selain tenaga pendidik, SDN Ngoresan juga memiliki 1 tenaga administrasi dan 1 penjaga sekolah. Guru-guru di SD Negeri Ngoresan tergolong guru-guru yang senior, karena banyak nasehat yang disampaikan kepada peneliti dalam hal pembelajaran. Sehingga dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran sehari-hari, peneliti mendapat banyak masukan, termasuk ketika peneliti melaksanakan kegiatan penelitian. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 167

Namun banyaknya masukan dan nasehat dari guru-guru SD Negeri Ngoresan seakan kurang berarti, hal ini dikarenakan terbatasnya sarana dan media yang terdapat pada SDN Ngoresan. Ruang kelas sebagai tempat pembelajaran kurang luas bagi 51 siswa, sehingga ruang gerak siswa kurang bebas. Sedangkan dari segi media pembelajaran, khususnya untuk media pembelajaran IPS masih terbatas. Untuk meningkatkan mutu pendidikan SDN Ngoresan, maka pihak sekolah memaksimalkan segala potensi yang ada di sekitar sekolah. Termasuk menjalin hubungan baik dengan komite sekolah dan masyarakat sekitar. Dengan terjalinnya hubungan baik dengan komite sekolah maupun masyarakat, maka akan memudahkan segala program yang akan dilaksanakan oleh SDN Ngoresan. Perihal tersebut di atas tentunya belum cukup menjamin kelancaran program kerja SDN Ngoresan, tetapi juga membutuhkan kerja sama yang kompak antara segenap komponen pengelola SD Negeri Ngoresan baik kepala sekolah, komite sekolah, guru, karyawan, maupun penjaga sekolah.

B. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti melakukan pengamatan di SD Negeri Ngoresan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang terjadi di lapangan. Hasil survei awal antara lain : 1.

Siswa kurang bersemangat dalam pembelajaran IPS.

2.

Siswa tidak dapat berkonsentrasi dalam jangka waktu yang lama, apabila pembelajaran dilaksanakan secara konvensional, yaitu dengan metode ceramah.

3.

Siswa kelas V tergolong kelompok siswa yang aktif, yang selalu ingin terlibat dalam segala kegiatan. Hal ini dapat terlihat ketika guru mengajukan suatu pertanyaan, hampir semua siswa menjawab pertanyaan tersebut. Selain itu dapat dilihat ketika guru memberikan soal untuk dikerjakan di papan tulis, siswa saling berebut untuk mengerjakannya. Sehingga jika metode ceramah terlalu sering digunakan, maka pembelajaran akan kurang berhasil. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 168

4.

Rendahnya nilai IPS siswa kelas V khususnya pada kompetensi dasar “menghargai

jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia”.

Dari data yang diperoleh pada hasil tes sebelum tindakan pada lampiran 4 halaman 77, nilainya masih rendah, hal ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini :

Tabel 3. Frekuensi Nilai Persiapan Kemerdekaan Indonesia Siswa Sebelum Tindakan Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Nilai 91 – 100 81 – 90 71 – 80 61 – 70 51 – 60 41 – 50 31 – 40 21 – 30 11 – 20 Jumlah Rata-rata

Frekuensi 0 0 7 9 14 17 4 0 0 51 56,56

Prosentase 0% 0% 14% 18% 27% 33% 8% 0% 0% 100%

Berdasarkan tabel 3, maka dapat digambarkan pada grafik gambar no 4 di bawah ini :

Gambar 4.

Grafik Nilai Materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia Siswa Kelas commit to user Sebelum Tindakan. V SDN Ngoresan Jebres Surakarta

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 169

C. Deskripsi Hasil Siklus I 1. Perencanaan Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Selasa 27 Nopember 2010 di ruang guru SD Negeri Ngoresan , peneliti membuat rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Pelaksanaan tindakan pada siklus I akan dilakukan dalam 2 pertemuan yaitu pada hari Selasa 30 Nopember 2010 dan hari Sabtu 4 Desember 2010. Dengan berpedoman Kurikulum Pendidikan Dasar kelas V mengenai materi persiapan kemerdekaan, peneliti melakukan langkah-langkah untuk merencanakan pembelajaran melalui metode Quantum Learning antara lain: a. Mempelajari dan memilih KTSP SD dan Silabus Kelas V Standar Kompetensi : 2.

Menghargai peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan

dan

mempertahankan

kemerdekaan Indonesia. Kompetensi Dasar

: 2.2 Menghargai perjuangan

jasa dan peranan tokoh dalam

mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia. Indikator

: 1.

Menjelaskan beberapa usaha dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

2.

Mengidentifikasi peranan beberapa tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan.

3.

Menunjukkan sikap menghargai jasa para tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan.

b. Memilih indikator yang sesuai dengan materi persiapan kemerdekaan Indonesia. Alasan memilih indikator tersebut adalah : 1) Indikator-indikator

tentang

materi

persiapan

kemerdekaan

Indonesia belum disampaikan dengan metode pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa, sehingga pemahaman materi oleh siswa masih kurang, dan nilai prestasi siswa jauh di bawah target KKM. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 170

2) Indikator tentang materi persiapan kemerdekaan Indonesia tersebut diharapkan dapat membentuk sifat dan karakter kepahlawanan siswa. c. Menyusun rencana pembelajaran berdasarkan indikator yang telah dibuat. Rencana pembelajaran yang disusun oleh peneliti memuat 2 kali pertemuan, masing-masing pertemuan membutuhkan waktu 2 jam pelajaran dan dilaksanakan dalam hari yang berbeda. d. Menyiapkan instrumen metode Quantum Learning yang akan digunakan dalam pembelajaran antara lain skema pembelajaran, daftar nama tokoh, daftar peristiwa penting di sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia, dan lain-lain. e. Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru mempersiapkan dan menata lingkungan pembelajaran, seperti menata susunan tempat duduk siswa, memasang sound system sebagai iringan musik saat pembelajaran, pemasangan kata-kata mutiara di tembok kelas, dan lain-lain. Untuk pemasangan kata-kata mutiara dilakukan satu kali saat pembelajaran pada siklus I, dan kata-kata mutiara digunakan sampai akhir kegiatan penelitian. Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I terlampir pada halaman 79 2. Tindakan Dalam tahap ini guru menerapkan metode ceramah yang digabungkan dengan metode inkuiri, metode penugasan dan kerja kelompok. Metode ceramah digunakan untuk menjelaskan materi dan cara pembelajaran yang akan dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Pada siklus I ini, pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 30 Nopember 2010, sedangkan

pertemuan

kedua

dilaksanakan

tanggal

4

Desember

2010.

Pembelajaran yang telah disusun pada siklus I dengan menggunakan metode yang sesuai dengan usaha persiapan kemerdekaan Indonesia. a. Pertemuan Pertama 1) Pada pertemuan pertama materi IPS yang diajarkan tentang materi commit to userindikator menjelaskan beberapa persiapan kemerdekaan dengan

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 171

usaha dalam rangka mempersiapan kemerdekaan Indonesia. Sebagai kegiatan awal guru mengajak siswa untuk menyanyikan lagu “Hari Merdeka” secara bersama-sama, dengan tujuan untuk memusatkan perhatian siswa dan membangkitkan minat siswa untuk mempelajari materi pembelajaran. Kemudian guru juga menyampaikan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran siklus I pertemuan pertama. 2) Kegiatan inti dimulai dengan menyampaikan indikator pembelajaran dan manfaat mempelajari materi proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kemudian siswa dan guru membahas sekilas tentang materi pembelajaran dan dilanjutkan dengan membagi 51 siswa untuk menjadi

25 kelompok (masing-masing kelompok terdiri dari 2

orang, dan 1 kelompok beranggotakan 3 orang). Setelah kelompok terbentuk, kegiatan

yang pertama kali dilaksanakan adalah

mengidentifikasi hal-hal yang berhubungan dengan peristiwa persiapan kemedekaan Indonesia, misalnya pembentukan BPUPKI, pembentukan PPKI, menyerahnya Jepang kepada Sekutu, peristiwa Rengasdengklok,

pembacaan

teks

proklamasi,

dan

lain-lain.

Kemudian siswa secara berkelompok dan mandiri menyusun skema peristiwa proklamasi kemerdekaan berdasarkan berbagai sumber dan keterangan dari guru. 3) Pembelajaran diakhiri dengan evaluasi hasil pembelajaran yakni dengan memberi soal secara lisan tentang pelajaran yang telah dipelajari bersama-sama. Kemudian pemberian tugas rumah dengan memberi soal-soal latihan kepada siswa dan untuk dibahas pada pertemuan selanjutnya. b. Pertemuan Kedua 1) Pada pertemuan kedua siklus I materi IPS yang diajarkan tentang materi persiapan kemerdekaan dengan indikator mengidentifikasi peranan beberapa tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan dan menunjukkan

sikap menghargai jasa para tokoh dalam commit to userSebagai kegiatan awal, guru mempersiapkan kemerdekaan.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 172

menceritakan biografi salah satu tokoh perjuangan persiapan kemerdekaan Indonesia dan mengulas kembali materi yang telah selesai dipelajari pada pertemuan sebelumnya. 2) Kegiatan inti dimulai dengan tanya jawab mengenai materi yang belum jelas bagi siswa. Kemudian siswa melanjutkan kembali dan menyelesaikan kegiatan pada pertemuan pertama pada siklus I yaitu menyusun skema peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kegiatan inti diakhiri dengan kegiatan presentasi hasil kerja kelompok siswa di depan kelas. 3) Guru memadukan metode kerja kelompok dengan metode presentasi yaitu memberikan penjelasan mengenai skema peristiwa persiapan kemerdekaan kepada siswa lain. Siswa melakukan presentasi dengan cara membawa skema peristiwa persiapan kemerdekaan dan menjelaskannya bagaimana

di

depan

melakukan

kelas.

presentasi

Guru terlebih

memberikan dahulu

contoh

kemudian

menunjuk salah satu kelompok untuk presentasi. Untuk presentasi yang pertama, guru masih membimbing siswa bagaimana melakukan presentasi. Sedangkan kelompok yang lain, memperhatikan guru dan kelompok yang pertama kali maju. Untuk kelompok kedua dan seterusnya, siswa melakukan presentasi secara mandiri. Pada tahap kegiatan ini guru juga memadukan metode presentasi dengan metode tanya jawab. Guru akan memberikan membuka pertanyaan kepada siswa saat siswa mengalami kesulitan dalam melakukan presentasi. 4) Pembelajaran diakhiri dengan evaluasi selama 15 menit kemudian dibahas bersama (dicocokkan) dan setelah itu guru memberikan penilaian secara individu. Sebagai tindak lanjut guru memberi masukan kepada siswa dalam membuat skema materi (mind mapping) yang baik dan bagaimana presentasi yang baik. Kemudian siswa bersama guru menyimpulkan inti pembelajaran. Foto kegiatan siklus I pertemuan pertama dan kedua dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 90. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 173

Perbandingan nilai pemahaman tentang persiapan kemerdekaan pada siklus I dengan tes sebelumnya dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :

Tabel 4. Perbandingan Hasil Tes Sebelum Tindakan dengan Siklus I Keterangan

Tes Awal

Tes Siklus I

Nilai Terendah

35

38

Nilai Tertinggi

75

95

Rata-rata Nilai

56,56

69,55

15,78 %

74,50 %

Siswa yang Mencapai KKM 1) Nilai rata-rata kelas 69,55

2) Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal adalah 65 3) Anak yang mendapat nilai diatas KKM adalah 38 siswa 4) Jumlah siswa yang mendapat nilai dibawah KKM adalah 13 siswa 5) Nilai tertinggi 95 6) Nilai terendah 38 Secara rinci data nilai siklus I dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 92. Dari rincian data nilai siklus I di lampiran 7 dapat diperoleh gambaran seperti pada tabel 5 di bawah ini :

Tabel 5. Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Persiapan Kemerdekaan Indonesia Pada Siklus I N

Nilai

o.

Frekuen si

Prosenta

Kategori

se

1

91 – 100

1

2%

Istimewa

2

81 – 90

6

12%

Baik sekali

3

71 – 80

17

33%

Baik

4

61 – 70

18

35%

Lebih dari cukup

5

51 – 60

6

12%

Cukup

6

41 – 50

1

2%

Hampir cukup

7

31 – 40

2

4% commit to user

Kurang

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 174

8

21 – 30

0

0%

Kurang sekali

9

11 - 20

0

0%

Buruk

Jumlah

51

100 %

-

Rata-rata

69,55

74,50%

-

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang sekali sebanyak 2 siswa atau 4%, kategori kurang sebanyak 2 siswa atau 4%, kategori hampir cukup sebanyak 6 siswa atau 12 %, kategori cukup 14 siswa atau 27 % kategori baik 15 siswa atau 29 % dan kategori baik sekali 12 siswa atau 24%. Jumlah keseluruhan siswa yang memperoleh nilai diatas 60,7 sebanyak 10 siswa atau 53%. Dari tabel 5 tersebut dapat ditampilkan sebuah diagram di bawah ini.

Gambar 5. Grafik Nilai Materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia Siswa Kelas V SDN Ngoresan Jebres Surakarta Siklus I. 3.

Pengamatan Berdasarkan pengamatan di lapangan siklus I selama 2 kali pertemuan

diperoleh hasil sebagai berikut : a. Kegiatan guru dalam pembelajaran sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dirancang sebelumnya dan menggunakan waktu dengan tepat. b. Guru sudah memberikan informasi tentang tujuan pembelajaran dan commit to user mengarahkan kegiatan siswa menggunakan berbagai sumber sesuai

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 175

rencana pelaksanaan pembelajaran serta memberikan reward kepada siswa. c. Kegiatan siswa dalam pembelajaran masih belum sesuai dengan rencana, terutama dalam hal alokasi waktu. Hal ini disebabkan karena masih banyak siswa yang sempat bersenda gurau pada saat kerja kelompok membuat skema peristiwa di sekitar proklamasi kemerdekaan. d. Rendahnya pemahaman siswa terhadap materi disebabkan karena kurang berminatnya siswa terhadap materi pembelajaran dan cara penyajian pembelajaran IPS. e. Hampir semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, hanya saja masih ada siswa yang bercanda dan kurang serius dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan karena metode pembelajaran yang digunakan masih memungkinkan siswa untuk bermain sendiri, selain itu dikarenakan karena metode yang digunakan belum sepenuhnya dapat menarik perhatian siswa. Hal ini dibuktikan dari hasil observasi kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun rincian hasil pengamatan sebagai berikut: Pada pertemuan pertama, aspek-aspek yang diamati antara lain perhatian siswa terhadap penjelasan guru, kesungguhan siswa dalam mengikuti pelajaran, konsentrasi siswa selama pembelajaran, rasa keingintahuan siswa, kerjasama dalam kelompok, keaktifan dalam kelompok. Secara keseluruhan, aspek-aspek yang diamati tersebut sudah lebih baik daripada saat sebelum tindakan. Untuk aspek kesungguhan siswa

dalam mengikuti pelajaran, konsentrasi siswa, kerjasama

kelompok dan keaktifan dalam kelompok memperoleh poin 3. Sedangkan aspek yang memperoleh nilai 4 adalah rasa keingintahuan siswa. Namun ada aspek yang belum mengalami perubahan secara signifikan, yaitu perhatian siswa terhadap penjelasan guru, aspek tersebut mendapat nilai 2. Dengan kata lain, perhatian siswa pada pembelajaran dengan metode commit user pembelajaran dengan metode Quantum Learning masih samatodengan

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 176

ceramah. Siswa kurang dapat memperhatikan penjelasan guru, hal ini disebabkan karena siswa terlalu asyik dengan peralatan kerja kelompok yang ada di atas meja. Pada pertemuan

kedua kegiatan

siswa belum

mengalami

peningkatan, bahkan cenderung menurun daripada pertemuan pertama di siklus I. Dari 6 aspek pengamatan ada 5 aspek yang tergolong baik yaitu , rasa keingintahuan siswa, kesungguhan siswa dalam mengikuti pelajaran, kerjasama dalam kelompok, konsentrasi siswa selama pembelajaran dan keaktifan dalam kelompok. Sedangkan 1 aspek yang lain tergolong cukup, yaitu perhatian siswa terhadap penjelasan guru. Hal ini disebabkan karena metode presentasi masih begitu asing bagi siswa, sehingga masih banyak siswa yang takut dan merasa tidak bisa ketika mendapat giliran untuk presentasi. Secara rinci dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 94. f. Kurang efektifnya pembelajaran yang diciptakan guru yang disebabkan oleh kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan guru. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil observasi terhadap kegiatan guru. Adapun hasil observasi guru selama 2 kali pertemuan adalah sebagai berikut: Dari 12 aspek penilaian, ada 6 aspek yang memperoleh poin 2, yaitu aspek pemberian motivasi belajar, ketepatan dan daya tarik media, pemberian balikan, tuntutan pencapaian / ketercapaian kompetensi siswa, membuka & menutup pembelajaran, ketepatan strategi pembelajaran. 5 aspek memperoleh poin 3 yaitu aspek kejelasan dan sistematika penyampaian materi, pengelolaan pembelajaran, kejelasan suara, kemampuan menggunakan media, penggunaan strategi bertanya. Sedangkan 1 aspek memperoleh 4 poin yaitu penguasaan bahan. Dari semua aspek di atas diperoleh nilai 31, sehingga nilai rata-rata hasil pengamatan terhadap guru adalah 2,5. Hal ini dapat dilihat secara terperinci pada lampiran 9 halaman 96. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 177

4.

Refleksi Data yang diperoleh melalui pengamatan dikumpulkan kemudian dianalisis.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi sebagai berikut : a. Siswa yang melakukan kegiatan sesuai yang diperintahkan guru hanya siswa-siswa yang aktif saja, sedangkan siswa yang pasif tidak terlalu bagus dalam melaksanakan kegiatan. b. Siswa belum menggunakan waktu dengan efektif dan efisien, dalam kegiatan pembelajaran mereka masih banyak diselingi bercanda dengan teman lain. c. Nilai rata-rata kelas sudah menunjukkan perubahan yang signifikan yaitu 69,55, dan siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 74,50%. d. Agar siswa tertarik untuk belajar IPS, maka guru harus menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik bagi siswa. Apabila siswa sudah tertarik dengan kegiatan pembelajaran maka diharapkan akan mendorong ketertarikan terhadap materi-materi pembelajaran IPS. e. Metode

pembelajaran

yang

tepat

dapat

menciptakan

kegiatan

pembelajaran yang menarik, sehingga siswa lebih antusias untuk mengikuti pembelajaran, sehingga kemampuan dan kreativitas siswa dalam belajar dapat terasah dengan baik. Dari hasil penelitian siklus I, dapat diketahui bahwa ada beberapa siswa yang belum begitu paham tentang materi persiapan kemerdekaan. Dari hasil evaluasi masih banyak anak yang belum mencapai nilai KKM. Berdasarkan hasil siklus I peneliti melanjutkan siklus II dengan pembelajaran Quantum Learning dengan modifikasi berbagai metode pembelajaran, diantaranya dengan kegiatan kuis dengan menggunakan kartu bergambar tokoh-tokoh kemerdekaan dan pemberian reward kepada siswa yang berhasil dalam proses kegiatan belajar mengajar.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 178

D. Deskripsi Hasil Siklus II 1. Perencanaan Kegiatan perencanaan tindakan II dilaksanakan pada hari Senin 6 Desember 2010 di ruang guru SD Negeri Ngoresan. Peneliti membuat rancangan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus kedua ini. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I diketahui bahwa pemahaman siswa tentang persiapan kemerdekaan belum maksimal. Hal ini terlihat dari masih ada sekitar 20% siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Selain itu juga karena pembelajaran menyenangkan belum begitu tampak, hal ini terlihat dari ekspresi para siswa ketika pembelajaran dan hasil wawancara peneliti. Oleh karena itu peneliti dengan arahan dosen pembimbing kembali mengulang pembelajaran tentang persiapan kemerdekaan dengan berbagai perubahan dan penambahan metode pembelajaran. Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan (dengan alokasi waktu 2 X 35 menit). Untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada siklus I, upaya yang dilakukan guru adalah sebagai berikut : a. Guru berusaha membangkitkan minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan cara menyampaikan manfaat-manfaat yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran ini. b. Guru berusaha sekuat tenaga untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik, menggunakan metode yang tepat, sehingga siswa dapat berminat terhadap pembelajaran, aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran. Mengingat hasil analisis terhadap pemahaman siswa tentang persiapan kemerdekaan pada siklus I masih ada sebagian siswa yang belum menunjukkan hasil yang maksimal . Dengan berpedoman pada Kurikulum KTSP 2006 kelas V, peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran tentang persiapan kemerdekaan dengan menggunakan metode Quantum Learning. Selain berdasarkan hasil analisis pada siklus I, peneliti juga memperhatikan kajian teori tentang faktor internal dalam motivasi belajar. Faktor internal yang commit to user sangat mendukung siswa dalam belajar adalah motivasi kompetensi dan

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 179

berprestasi. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk menciptakan suasana kompetisi yang nyata dalam belajar bagi siswa. Peneliti mencoba memadukan permainan kuis dengan menggunakan gambar atau kartu seperti bentuk mainan yang biasa digunakan siswa dalam bermain di kehidupan sehari-hari. Kegiatan pembelajarannya dengan permainan kuis kartu pahlawan yang dibagi dalam berbagai babak, mulai dari penyisihan sampai dengan final. Selain itu di akhir kegiatan juga diadakan kegiatan perayaan dan pemberian reward bagi pemenang tiap-tiap babak. Adapun hasil perencanaan sebagai berikut:

Mempelajari dan memilih KTSP SD dan Silabus Kelas V Standar Kompetensi : 2.

Menghargai peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan

dan

mempertahankan

kemerdekaan Indonesia. Kompetensi Dasar

: 2.2 Menghargai perjuangan

jasa dan peranan tokoh dalam

mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia. Indikator

: 1.

Menjelaskan beberapa usaha dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

2.

Mengidentifikasi peranan beberapa tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan.

3.

Menunjukkan sikap menghargai jasa para tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan.

Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 97. 2.

Tindakan Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran dengan mempersiapkan

rencana kegiatan secara matang dan segala macam kebutuhan yang dibutuhkan dalam kegiatan permainan. Pada siklus ke II ini pembelajaran akan dilaksanakan 2 kali pertemuan. Pada siklus II ini, pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 7 Desember 2010, sedangkan pertemuan kedua dilaksanakan tanggal 11 Desember commit to user 2010.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 180

a.

Pertemuan Pertama 1) Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama, mengabsen siswa, kemudian untuk memusatkan konsentrasi siswa dengan tanya jawab yang diikuti dengan pemberian hadiah bagi yang dapat menjawab. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan ini dan manfaat yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran ini.. 2) Setelah siswa termotivasi untuk belajar, maka guru mengulas kembali materi yang dibahas di pertemuan sebelumnya. Kemudian guru membagi kelompok permainan yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak. Setelah kelompok terbentuk, maka kegiatan yang dilakukan adalah : a) Menata bangku sesuai dengan kebutuhan kegiatan permainan. Meja dan kursi ditata sesuai dengan kegiatan siswa, yaitu berbentuk lingkaran agar masing-masing siswa dapat saling menatap. Tetapi dikarenakan jumlah murid terlalu banyak, maka ada sebagian murid yang bermain di lantai kelas. Meskipun begitu, hal tersebut tidak mengurangi motivasi siswa untuk melakukan permainan kartu pahlawan. b) Masing-masing siswa dalam kelompok diberi kesempatan untuk mempersiapkan daftar pertanyaan yang akan disampaikan kepada temannya. c) Dalam satu kali putaran, masing-masing siswa dalam satu kelompok mendapat satu kali kesempatan bertanya dan menjawab pertanyaan. d) Jika dalam satu kelompok, ada anggota yang kehabisan kartu, maka permainan dalam kelompok tersebut dinyatakan berakhir. e) Siswa yang mendapatkan kartu terbanyak maka akan maju ke babak selanjutnya, dan berhadapan dengan pemenang dari kelompok lain. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 181

f)Guru mengamati jalannya proses kegiatan permainan mulai dari awal hingga akhir. Serta memberikan penjelasan kepada siswa yang kesulitan untuk menentukan benar atau tidaknya jawaban teman satu kelompok. 3) Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa melakukan refleksi dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya apabila ada permasalahan dalam pelaksanaan permainan maupun materi yang belum jelas. Kemudian siswa dan guru menyimpulkan dan memberi pemantapan tentang materi yang telah dipelajari, serta memberikan tugas pada siswa untuk lebih mempelajari materi. b.

Pertemuan Kedua 1) Sebagai kegiatan awal guru

memotivasi siswa untuk selalu

bersemangat dalam segala kegiatan, agar hasilnya dapat maksimal. Setelah itu guru menyampaikan kembali manfaat yang akan diperoleh siswa jika selalu bersemangat dalam segala kegiatan. Kegiatan siswa yang akan dilakukan pada pertemuan kedua di siklus II ini adalah melanjutkan kegiatan permainan kuis kartu pahlawan untuk babak selanjutnya. 2) Pada kegiatan ini, langkah-langkah kegiatannya adalah sebagai berikut : a) Menata bangku untuk setting bermain kuis kartu pahlawan : Mengatur meja dan kursi secara berhadap-hadapan dan ditambah beberapa kursi di belakang peserta kuis sebagai tempat duduk para pendukung peserta. b) Siswa yang maju ke babak berikutnya menempatkan posisi tempat duduk di depan sendiri. Sedangkan pendukung pesera ( teman satu kelompok ) menempatkan di belakang peserta. Fungsi pendukung adalah sebagai tempat bertanya peserta jika ada pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh peserta. c) Setiap peserta berhak memilih calon lawan yang akan diberi commit to user yang sudah dipilih oleh peserta pertanyaan. Hanya saja peserta

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 182

lain maka tidak boleh dipilih kembali. Sehingga dalam sekali putaran setiap peserta hanya mendapat kesempatan untuk ditanya dan bertanya sebanyak satu kali. d) Peserta hanya diperbolehkan bertanya kepada para pendukung maksimal sebanyak satu kali. e) Permainan diberhentikan apabila sudah ada peserta yang kehabisan kartu. Tetapi jika tidak ada peserta yang kehabisan kartu

selama

permainan,

maka

permainan

diberhentikan

berdasarkan waktu. f) Jumlah kartu yang diperoleh masing-masing peserta menjadi dasar untuk pemberian hadiah. Setiap kartu mendapat poin 500. g) Guru

mengamati

jalannya

proses

pembelajaran

Quantum

Learning dengan metode permainan kuis kartu pahlawan mulai dari awal hingga akhir pembelajaran. 3) Kegiatan selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang mereka belum pahami tentang materi persiapan kemerdekaan Indonesia. 4) Setalah pembelajaran selesai, guru bersama siswa melakukan refleksi dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat tentang jalannya kegiatan pembelajaran hari ini. Serta menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kemudian guru memberikan

evaluasi

yang

dikerjakan

siswa

secara

individu

berdasarkan apa yang telah dipelajari selama kegiatan kerja kelompok maupun permainan kuis. Sebagai tindak lanjut guru memberi tugas pekerjaan rumah, agar siswa belajar lebih giat. Foto kegiatan siklus II pertemuan pertama dan kedua dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 106.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 183

Adapun perbandingan hasil nilai pemahaman tentang persiapan kemerdekaan siklus II dengan siklus I terlihat pada tabel 6 di bawah ini : Tabel 6. Perbandingan Nilai Siklus I dengan Nilai Siklus II Keterangan

Tes Siklus I

Tes Siklus II

Nilai Terendah

38

58

Nilai Tertinggi

95

98

Rata-rata Nilai

69,55

75,89

74,50 %

92,15 %

Siswa yang Mencapai KKM

1) Nilai rata-rata kelas 75,89 2) Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal adalah 65 3) Siswa yang memperoleh nilai diatas KKM adalah 47 siswa 4) Siswa yang mendapat nilai dibawah nilai ketuntasan adalah 4 siswa 5) Nilai tertinggi 98 6) Nilai terendah 58 Secara rinci capaian nilai pada siklus II dapat dilihat dalam lampiran 12 halaman 108. Dari rincian data nilai siklus II dalam lampiran 12, dapat diperoleh data frekuensi nilai siswa seperti pada tabel 7 di bawah ini : Tabel 7. Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Persiapan Kemerdekaan Indonesia Pada Siklus II N

Nilai

o.

Frekuen si

Prosenta

Kategori

se

1

91 – 100

2

4%

Istimewa

2

81 – 90

12

24%

Baik sekali

3

71 – 80

23

45%

Baik

4

61 – 70

13

25%

Lebih dari cukup

5

51 – 60

1

2%

Cukup

6

41 – 50

0

0%

Hampir cukup

7

31 – 40

0

0%

Kurang

8

21 – 30

0 0% commit to user

Kurang sekali

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 184

9

11 - 20

0

0%

Buruk

Jumlah

51

100 %

-

Rata-rata

76,58

92,15%

-

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori hampir cukup sebanyak 1 siswa atau 2%, kategori cukup 12 siswa atau 24 % kategori baik 23 siswa atau 45 %, kategori baik sekali sebanyak 13 siswa atau 25% dan kategori istimewa 2 siswa atau 4%. Jumlah keseluruhan siswa yang memperoleh nilai diatas 65 sebanyak 47 siswa atau 92,15%. Data pada tabel 7 dapat digambarkan dalam bentuk grafik pada gambar 6.

Gambar 6. Grafik Nilai Materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia Siswa Kelas V SDN Ngoresan Jebres Surakarta pada siklus II Nilai siswa pada siklus II, tidak semuanya mengalami peningkatan. Secara individu atau personal, ada sebagian nilai siswa yang justru menurun pada saat tes evaluasi di siklus II. Hal ini mungkin disebabkan karena perbedaan instrumen penilaian yang digunakan antara siklus I dengan siklus II. Pada siklus I bentuk soal yang digunakan adalah soal tipe objektif, sedangkan pada siklus II terdiri dari soal tipe objektif dan tipe subjektif. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 185

3.

Pengamatan Berdasarkan pengamatan di lapangan siklus dua selama 2 kali pertemuan

diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut : a. Kegiatan guru dalam pembelajaran sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dirancang sebelumnya dan menggunakan waktu dengan tepat. b. Guru sudah memberikan informasi tentang tujuan pembelajaran dan mengarahkan kegiatan siswa menggunakan berbagai sumber sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran serta memberikan motivasi kepada siswa yaitu memberikan penguatan berupa tepuk tangan, ucapan kata hebat, maupun reward dalam bentuk barang. c. Kurang efektifnya pembelajaran yang diciptakan guru disebabkan oleh kurangnya pengawasan maupun perhatian guru terhadap siswa, sehingga masih ada siswa yang becanda dengan lelucon yang diciptakan siswa saat kegiatan pembelajaran. Tetapi hal tersebut lebih dipengaruhi karena terlalu banyaknya siswa dalam satu kelas, sehingga pengawasan guru kurang merata atau maksimal. d. Siswa sudah mulai tertarik dengan materi pembelajaran tentang persiapan kemerdekaan dikarenakan siswa mulai memahami jalannya cerita tentang proses kemerdekaan. Selain itu, juga disebabkan karena siswa mulai percaya diri akan kemampuannya terutama dalam hal mengingat materi pelajaran. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil pengamatan kegiatan siswa pada siklus 2. Adapun hasilnya sebagai berikut: Pada pertemuan pertama siklus II ini, semua aspek yang diamati mengalami peningkatan, seperti perhatian siswa terhadap penjelasan guru, kesungguhan siswa dalam mengikuti pelajaran, konsentrasi siswa selama pembelajaran, rasa keingintahuan siswa, kerjasama dalam kelompok, keaktifan dalam kelompok. Secara keseluruhan, aspek-aspek yang diamati tersebut sudah lebih baik daripada saat siklus I. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan perubahan ini disebabkan karena metode commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 186

yang digunakan pada saat siklus II mampu menutupi kekurangan metode yang digunakan pada saat siklus I. Pada pertemuan pertama dari 6 aspek pengamatan ada 1 aspek yang tergolong cukup yaitu perhatian siswa terhadap penjelasan guru, sedangkan aspek yang tergolong baik yaitu aspek rasa keingintahuan siswa dan kerjasama dalam kelompok,. Sedangkan 3 aspek tergolong baik sekali yaitu meliputi aspek kesungguhan siswa dalam mengikuti pelajaran, konsentrasi siswa selama pembelajaran dan keaktifan dalam kelompok. Pada pertemuan kedua, dari aspek pengamatan 4 aspek tergolong baik sekali. Aspek tersebut meliputi perhatian siswa terhadap penjelasan guru, kesungguhan siswa dalam mengikuti pelajaran, konsentrasi siswa selama pembelajaran, rasa keingintahuan siswa. Sedangkan aspek kerjasama dalam kelompok dan keaktifan dalam kelompok tergolong baik. Secara rinci dapat dilihat dalam lampiran 13 halaman 110. e. Guru tidak lagi kesulitan dalam membelajarkan tentang materi persiapan kemerdekaan, karena guru telah menerapkan metode yang tepat dalam pembelajaran. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil pengamatan terhadap pembelajaran guru. Adapun hasilnya sebagai berikut: Dari 12 aspek penilaian, ada 5 aspek yang memperoleh poin 3, yaitu aspek

pemberian

penyampaian

motivasi

materi,

belajar,

kejelasan

kejelasan

suara,

dan

pemberian

sistematika balikan

dan

penggunaan strategi bertanya. Sedangkan 7 aspek memperoleh poin 4 yaitu aspek kemampuan membuka & menutup pembelajaran, ketepatan dan daya tarik media, kemampuan menggunakan media, penguasaan bahan, ketepatan strategi pembelajaran dan pengelolaan pembelajaran. Dari semua aspek di atas diperoleh nilai 43, sehingga nilai rata-rata hasil pengamatan terhadap guru pada siklus 2 adalah 3,58. Yang secara rinci tercantum pada lampiran 14 halaman 112. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 187

4. Refleksi Data yang diperoleh melalui pengamatan dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi sebagai berikut : a. Agar siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan aktif, guru perlu menggunakan metode pembelajaran yang mengedepankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Selain itu, metode tersebut juga harus menarik dan menyenangkan. Dalam pembelajaran ini digunakan metode Quantum Learning, dengan berbagai variasi kegiatan belajar. b. Semua siswa telah mengikuti pembelajaran dengan materi persiapan kemerdekaan menggunakan metode Quantum Learning pada siklus II. Prosentase siswa yang mendapat nilai di atas KKM mencapai 92,15 %. c. Nilai rata-rata kelas pemahaman tentang materi persiapan kemerdekaan Indonesia pada siklus II ini adalah 75,89. Dari hasil penelitian siklus II, maka peneliti mengulas secara cermat bahwa sebagian besar siswa sudah mencapai nilai diatas KKM, meskipun ada beberapa siswa

yang

masih

menunjukkan

kemampuan

yang

belum

maksimal.

Kemungkinan besar siswa tersebut harus memerlukan bimbingan oleh guru secara individu E. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang ada, dapat dilihat adanya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Selain aktivitas juga diperoleh peningkatan pemahaman pada materi persiapan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SD Negeri Ngoresan Kecamatan Jebres, Surakarta. Adanya

peningkatan

aktivitas

siswa

dalam

proses

pembelajaran

menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Quantum Learning telah berhasil. Karena aktivitas siswa selama pembelajaran merupakan salah satu indikator keberhasilan dan menyenangkan atau tidaknya sebuah pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan metode Quantum Learning memiliki beberapa teknik, salah satunya adalah dengan meningkatkan partisipasi commitadanya to user partisipasi individu ini, masingindividu dalam pembelajaran. Dengan

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 188

masing siswa akan memiliki perasaan penting dan berguna dalam setiap kegiatan pembelajaran. Sehingga siswa akan tersugesti untuk terus semangat dalam belajar, dan mempunyai anggapan bahwa belajar itu menyenangkan. Dari proses pengamatan selama kegiatan penelitian, diperoleh data bahwa kegiatan siswa dalam pembelajaran tergolong aktif. Sebelum diadakan tindakan, kegiatan siswa hanya seputar kegiatan mendengarkan penjelasan guru dan diselingi kegiatan menulis dan membaca melalui perintah guru. Setelah diadakan tindakan, kegiatan siswa berubah total, yaitu didominasi kegiatan menulis, berinteraksi dengan teman, dan membaca buku. Semua kegiatan tersebut terjadi bukan karena perintah guru, tetapi atas kesadaran siswa sendiri. Oleh karena itu, peneliti dapat menarik kesimpulan, bahwa adanya peningkatan keterlibatan siswa selama pembelajaran merupakan salah satu indikator keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan metode Quantum Learning. Peningkatan pemahaman pada materi persiapan kemerdekaan dapat dilihat dengan adanya peningkatan persentase siswa memperoleh nilai di atas 65 serta tercapainya nilai rata-rata kelas 75 atau lebih seperti yang tercantum dalam tabel frekuensi nilai materi persiapan kemerdekaan Indonesia kelas V SD Negeri Ngoresan Kecamatan Jebres Surakarta sebelum tindakan, sesudah tindakan siklus I, dan sesudah tindakan siklus II. Secara lebih rinci perkembangan hasil belajar materi persiapan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SD Negeri Ngoresan Kecamatan Jebres Surakarta dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Kelas Materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II. Keterangan

Tes Awal

Tes Siklus I

Tes Siklus II

Nilai Terendah

35

38

58

Nilai Tertinggi

75

95

98

Rata-rata Nilai

56,56

69,55

75,89

74,50 %

92,15 %

Siswa yang Mencapai KKM

15,78 % commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 189

1)

Nilai rata-rata kelas 75,89

2) Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal adalah 65 3) Siswa yang memperoleh nilai diatas KKM adalah 47 siswa 4) Siswa yang mendapat nilai dibawah nilai ketuntasan adalah 4 siswa 5) Nilai tertinggi 100 6) Nilai terendah 58

Berdasarkan tabel 8 dapat dibuat grafik nilai rata-rata siswa sebelum tindakan, siklus I, siklus II pada gambar 7.

Gambar 7. Grafik Nilai Rata-rata Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II. Dari tabel 8 di atas pembelajaran yang menggunakan metode Quantum Learning yang dilaksanakan pada 2 siklus untuk materi persiapan kemerdekaan Indonesia dinyatakan berhasil, karena nilai rata-rata kelas pada setiap siklus mengalami peningkatan. Dari keseluruhan tindakan atau siklus yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan

bahwa

untuk

meningkatkan

pemahaman

materi

persiapan

kemerdekaan Indonesia siswa kelas V dapat dilakukan melalui metode Quantum Learning. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya aktivitas siswa yang ditunjukkan dengan meningkatnya keikutsertaan atau peran serta siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar sebagaimana terlihat pada lampiran 17 yang berbentuk video pembelajaran. Selain itu dapat dilihat juga dari peningkatan nilai rata-rata kelas pada setiap siklus sebagaimana terlihat pada tabel 8. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 190

Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran dengan

menggunakan

metode

Quantum

Learning

dapat

meningkatkan

pemahaman materi persiapan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SD Negeri Ngoresan, Kecamatan Jebres, Surakarta.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 191

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A.Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, yang telah dilaksanakan dengan menerapkan metode Quantum Learning dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri Ngoresan, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari hasil penelitian selama 2 siklus yang terdiri dari 4 kali pertemuan, metode Quantum Learning dapat meningkatkan pemahaman materi perjuangan kemerdekaan Indonesia pada pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri Ngoresan Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, tahun pelajaran 2010/2011. Peningkatan ini dapat terlihat pada kenaikan prosentase pencapaian nilai dari sebelum tindakan penelitian sampai pada setiap siklusnya. Tingkat ketuntasan belajar sebelum diadakannya tindakan yaitu hanya mencapai 15,78%. Setelah diadakan

tindakan

penelitian,

tingkat

ketuntasan

belajar

mengalami

peningkatan. Peningkatan tersebut dapat terlihat pada ketuntasan hasil belajar siklus I mencapai 74,50%, sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 92,15%. 2. Penggunaan metode Quantum Learning dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan pemahaman materi persiapan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SDN Ngoresan Kecamatan Jebres, Surakarta. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan 2 siklus selama 4 kali pertemuan yang terdiri dari 2 kali pertemuan pada siklus I dan 2 kali pertemuan pada siklus II, dengan menerapkan metode Quantum Learning dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan pemahaman materi persiapan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SDN Ngoresan, Kecamatan Jebres, Surakarta tahun ajaran 2010/2011.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 192

B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka berikut ini dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut : a.

Implikasi Teoritis 1. Penggunaan metode Quantum Learning dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar

pemahaman IPS pokok bahasan Persiapan Kemerdekaan

pada siswa kelas V SD Negeri Ngoresan, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta tahun pelajaran 2010 / 2011. 2. Pembelajaran Quantum Learning dapat merubah pandangan khalayak umum

terhadap

kegiatan

belajar

dari

membosankan

menjadi

menyenangkan. b.

Implikasi Praktis 1. Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan oleh guru dan calon guru sebagai masukan untuk meningkatkan keefektifan metode yang akan digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah yang sejenis, yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa, khususnya mata pelajaran IPS. 2. Adapun kendala-kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran berlangsung dapat diatasi yakni dengan (1) membuat siswa aktif dalam pembelajaran

dengan

diskusi

untuk

membuat

skema

peristiwa

kemerdekaan dalam materi persiapan kemerdekaan, (2) membuat siswa berinteraksi dengan teman yaitu bekerja sama untuk menyelesaikan permasalahan skema peristiwa kemerdekaan, (3) melibatkan keseluruhan siswa agar siswa merasa penting dalam pembelajaran ini, (4) membuat kegiatan pembelajaran

seperti kegiatan bermain sehingga siswa dapat

lebih tertarik, (5) mengajak siswa terlibat dalam proses refleksi sebagai koreksi diri dalam pembelajaran untuk meningkatkan pemahamannya. Adanya kendala yang dihadapi dalam pembelajaran tentang pemahaman IPS pokok bahasan persiapan kemerdekaan harus diatasi semaksimal commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 193

mungkin. Oleh sebab itu, keaktifan, kemampuan, dan kemauan sangat menentukan keberhasilan pembelajaran tentang persiapan kemerdekaan. 3. Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman IPS pokok bahasan Persiapan Kemerdekaan adalah sebagai berikut: a. Penggunaan metode pembelajaran yang inovatif. Dalam penelitian ini menggunakan metode Quantum Learning. b. Penggunaan buku-buku pelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, serta mengambil buku dari berbagai sumber dengan tujuan agar memperluas wawasan. c. Penggunaan

media

pembelajaran

untuk

menunjang

proses

pembelajaran. d. Pemberian reward pada setiap keberhasilan kegiatan siswa.

C. Saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, maka peneliti merumuskan beberapa saran sebagai berikut : a.

Untuk Guru : 1. Guru sebaiknya membuat suatu perencanaan dan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan. 2. Guru harus lebih peka terhadap hal-hal yang disukai oleh siswa atau yang menjadi minat siswa yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. 3. Guru diharapkan selalu berpikir kreatif dan inovatif dalam upaya menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, menyenangkan, dan mampu memicu keaktifan, keantusiasan, dan ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran IPS agar siswa merasa tertarik belajar. 4. Guru diharapkan mampu melaksanakan penelitian tindakan kelas sebagai upaya perbaikan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS. 5. Untuk meningkatkan pemahaman siswa terutama dalam pembelajaran IPS, guru disarankan untuk menggunakan metode Quantum Learning dalam proses pembelajaran. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 194

b.

Untuk siswa : 1. Siswa diharapkan untuk dapat berperan aktif dalam upaya menciptakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dengan Quantum Learning. 2. Siswa diharapkan dapat berlatih belajar bekerja sama, tidak hanya selama kegiatan pembelajaran di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas. 3. Siswa diharapkan mempunyai jiwa pantang menyerah dan kompetitif. 4. Siswa diharapkan dapat mengetahui dan menerapkan cara belajar yang cocok dengan masing-masing individu. Cara belajar ada 3 macam yaitu tipe visual, tipe auditorial, dan tipe kinestetik. 5. Siswa diharapkan membiasakan membaca buku dan mencatat dengan memperbanyak warna dan simbol dalam buku catatannya.

c. Untuk pembaca : 1. Pembaca

yang

akan

melaksanakan

penelitian

diharapkan

untuk

menuntaskan kegiatan penelitian sehingga siswa yang memperoleh nilai di atas KKM dapat mencapai 100%. 2. Pembaca yang akan melaksanakan penelitian dengan menggunakan metode Quantum Learning diharapkan lebih kreatif dalam menciptakan kegiatan pembelajaran.

commit to user