PENINGKATAN HASIL BELAJAR DRIIBLING PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI

Download bahwa kemampuan awal siswa dalam melakukan teknik dribbling bola masih rendah. Dari 36 orang siswa terdapat 22 .... terkandung dalam pendid...

0 downloads 307 Views 318KB Size
PENINGKATAN HASIL BELAJAR DRIIBLING PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI VARIASI PEMBELAJARAN DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VIII SMP

MUHAMMAD SHALEH Prodi PendidikanJasmani Kesehatan Dan Rekreasi Stok Bina Guna Medan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar dribbling permainan sepak bola melalui variasi pembelajaran dengan menggunakan media audiovisual pada siswa kelas VIII5 SMP N 2 Merbau tahun ajaran 2015/2016. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2016. Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII5 dengan julah siswa 36 orang yang terdiri dari 15 orang siswa laki-laki dan 21 orang siswa perempuan yang akan diberikan tindakan berupa Variasi pembelajaran dengan menggunakan media audiovisual terhadap hasil belajar dribbling. Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan kelas (Classroom Action Reseach). Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus I dilakukan tes hasil belajar I dapat dilihat bahwa kemampuan awal siswa dalam melakukan teknik dribbling bola masih rendah. Dari 36 orang siswa terdapat 22 orang (61,2%) yang telah mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 14 orang (38,9%) belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 71,3. Sedangkan pada siklus II dapat dilihat bahwa kemampuan siswa dalam melakukan tes hasil belajar secara klasikal sudah meningkat. Dari 36 orang siswa terdapat 31 orang (86,2%) yang telah mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 5 orang (13,8%) belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 80,0, sehingga terdapat kenaikan 25% hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan hal itu maka dapat di simpulkan bahwa pembelajaran melalui variasi Pembelajaran dengan Menggunakan Media Audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar dribbling bola pada siswa kelas VIII SMPN 2 Merbau Tahun Ajaran 2015/2016. KATA KUNCI : Hasil belajar dribbling, Media AudioVisual dan Variasi Pembelajaran

PENDAHULUAN Manusia membutuhkan pendidikan

pendidikan itu dapat memberi kesempatan berkembangnya

semua

atau

aspek

dengan

pribadi

dalam kehidupannya. Dimana pendidikan

manusia

merupakan usaha agar manusia dapat

merumuskan

mengembangkan potensi dirinya melalui

berisikan pengembangan aspek pribadi

proses pembelajaran dan atau cara lain

manusia.

tujuan

kata

pendidikan

lain itu

yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.

Tujuan pendidikan seperti rumusan

Pendidikan dapat dikatakan baik, bila

diatas merupakan rumusan tujuan yang

sangat

ideal,

seperti

hal

dalam

anak didik tidak dapat mencapai tujuan

meningkatkan keimanan dan ketaqwaan

pengajaran.

peserta

untuk

menyatakan bahwa ”Suksesnya seseorang

psikomotorik,

dalam pelajarannya adalah sebagian hasil

kognitif, dan efektif, serta pengembangan

kesanggupan dan kemampuan yang ada

pengetahuan tentang kesehatan peserta

pada siswa, sebagian lagi karena metode

didik.

(teknik) mengajar dan belajar yang tepat,

didik,

meningkatkan

Salah meningkatkan

juga asfek

bertujuan

satu

upaya

untuk

mutu

pendidikan

di

Slameto

(2003

:

52)

dan sebagian lagi karena lingkungan”. Pendapat tersebut dipertegas oleh Mager

Indonesia adalah dengan cara melalui

(dalam

perbaikan proses belajar mengajar secara

pernyataan yang jelas dari pada tujuan-

efektif, misalnya dengan jalan memilih

tujuan yang akan merupakan dasar pokok

metode mengajar yang baik dan benar.

untuk

Metode yang dipilih dan diperkirakan

pengajaran serta pemilihan alat-alat untuk

cocok

digunakan

pembelajaran keterampilan,

teori

Roestiyah)

pemilihan

menyatakan

metode

dan

suatu

bahan

dalam

proses

menentukan apakah pengajaran itu telah

dan

praktek

berhasil. Banyak kendala yang dihadapi

untuk

guru untuk mencapai tujuan pembelajaran

semata-mata

meningkatkan keefektifitasannya.

saat proses belajar mengajar dikelas,

Oleh karena itu diharapkan peran

diantara kendala tersebut adalah aplikasi

serta lembaga pendidikan dan keguruan

metode pembelajaran diajarkan dengan

dalam menyiapkan tenaga-tenaga pendidik

alokasi

terutama guru yang akan memberikan

kurikulum

pengajaran didalam dan diluar kelas,

pembelajaran.

dalam artian pengajar harus mampu memilih

menerapkan

yang

untuk

tersedia

mencapai

pada tujuan

Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan

metode

Teknologi (IPTEK) yang sangat pesat

pembelajaran yang diprediksi akan lebih

dewasa ini membawa dampak dalam

efektif untuk memudahkan siswa dalam

berbagai

belajar dikelas dan diluar kelas maupun

terutama dalam hal pendidikan. Tingkat

belajar mandiri.

ilmu pengetahuan dan teknologi yang

Salah

dan

waktu

satu

bidang

kehidupan

manusia

ketidakberhasilan

dicapai suatu bangsa biasanya dipakai

pencapaian tujuan program pengajaran

sebagai tolak ukur kemajuan bangsa ini.

yang direncanakan adalah kekurangan

Dalam

pengetahuan atau ketidak mampuan untuk

perkembangan

memilih metode yang di gunakan sehingga

tersebut, bangsa Indonesia perlu memiliki

menghadapi teknologi

tantangan informasi

warga yang bermutu atau kualitas tinggi.

sebagai katalisator adalah guru membantu

Perlu diketahui bahwa kualitas seseorang

siswa dalam menemukan kekuatan, talenta,

akan

dan kelebihan mereka. Guru bertindak

terlihat

jelas

dalam

bentuk

kemampuan dan kepribadian sewaktu

sebagai

orang

dengan

menumbuhkan dan mengembangkan rasa

tantangan atau harus menghadapi suatu

cinta siswa akan proses pembelajaran serta

masalah sampai masalah tersebut dapat

membantu siswa untuk mengerti cara

diselesaikan dengan baik. Agar Indonesia

belajar

yang

optimal.

Dalam

proses

memiliki cukup warga yang berkualitas

pembelajaran

apabila

guru

dapat

tinggi diperlukan sumber daya manusia

menerapkan kedua peran tersebut maka

yang

mampu

segala kegiatan dalam pembelajaran akan

sehingga

terasa lebih menyenangkan dan lebih

diperlukan keterampilan yang melibatkan

bermakna bagi siswa. Tetapi sebaliknya

pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif

apabila di dalam proses pembelajaran

dan

berlangsung guru dianggap sebagai sumber

tersebut

bermutu

berkompetisi

berhadapan

tinggi

secara

kemampuan

dan

global,

bekerja

sama

yang

efektif.

belajar

pembimbing

yang

yang

paling

mampu

benar

dan

Selama ini guru dipandang sebagai

memposisikan siswa sebagai pendengar

sumber informasi utama, namun karena

ceramah guru maka proses pembelajaran

semakin majunya teknologi maka siswa

akan membosankan dan menjadikan siswa

dapat

mendapatkan

malas belajar. Sikap anak didik yang pasif

informasi yang dibutuhkan, maka guru

tersebut ternyata tidak hanya terjadi pada

seharusnya

mampu

mata pelajaran tertentu saja tetapi pada

menyesuaikan diri terhadap perkembangan

hampir semua mata pelajaran termasuk

tersebut. Salah satu yang dapat dilakukan

penjas.

dengan

mudah

tanggap

dan

adalah menerapkan peran guru sebagai

Pendidikan jasmani yang diajarkan

fasilitator dan katalisator. Peran guru

di

sebagai fasilitator adalah memfasilitasi

mengembangkan intelektual, emosiaonal

proses pembelajaran yang berlangsung di

dan

kelas. Guru memilih atau merancang

Kemampuan motorik ini diharapkan akan

rencana pembelajaran yang sesuai dengan

dapat

kondisi kelas dan berusaha mengarahkan

Dengan kondisi fisik yang baik, akan dapat

siswa

menunjang proses belajar mengajar setiap

untuk

berperan

aktif

dan

bertanggungjawab terhadap proses serta hasil pembelajaran. Sedangkan peran guru

sekolah

adalah

keterampilan

mendukung

mata pelajaran.

bertujuan

motorik

kondisi

untuk

siswa.

fisiknya.

Mata

pelajaran

yang

Banyak batasan yang diberikan orang

terkandung dalam pendidikan jasmani

tentang media. Asosiasi Teknologi dan

ditata sedemikian rupa, sehingga melalui

Komunikasi Pendidikan (Association of

suatu aktivitas jasmani atau permainan

Education

yang menarik akan dapat menjadikan

Technology/AECT)

kondisi fisik yang baik bagi siswa-siswi.

membatasi media sebagai segala bentuk

Secara

dan saluran yang digunakan orang untuk

umum

olahraga

kegiatan

pembelajaran

penjas melibatkan aktivitas fisik, demikian pula halnya dalam belajar permainan sepak bola.

and

Communication di

Amerika,

menyalurkan pesan/informasi. Banyak media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar

Keberhasilan belajar-mengajar

proses pada

kegiatan

pembelajaran

mengajar penjas. Media yang digunakan sebaiknya

disesuaikan

dengan

materi

penjas dapat diukur dari keberhasilan

pembelajaran yang akan disampaikan.

siswa yang mengikuti kegiatan tersebut.

Beberapa

Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat

diterapkan selama proses belajar mengajar

pemahaman, penguasaan materi dan hasil

berlangsung, tergantung dari keadaan kelas

belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman,

atau siswa.

media

pembelajaran

dapat

penguasaan materi dan hasil belajar maka

Berdasarkan observasi penulis di

semakin tinggi pula tingkat keberhasilan

SMP Negeri 2 Merbau. Sekolah ini

pembelajaran.

memiliki peralatan olahraga yang lengkap

Dalam proses belajar mengajar, guru

dan lapangan yang sangat luas. Kegiatan

yang menjadi sentral perhatian tidak akan

intra dan ekstrakurikuler SMP Negeri 2

lepas

proses

Merbau tergolong baik, banyak siswa yang

pembelajaran yang dilakukan. Termasuk di

mempunyai prestasi di bidang akademik,

dalamnya adalah mengenai kesiapan dalam

semua itu ditunjang oleh guru-guru yang

mengajar,

baik,

berkualitas. Kegiatan ekstrakurikuler SMP

pengetahuan dan keterampilan guru, faktor

Negeri 2 Merbau Medan juga bermacam-

kelengkapan sarana dan prasarana, faktor

macam seperti: olahraga, kesenian, dan

kurikulum

PRAMUKA.

dengan

pelaksanaan

perencanaan

serta

faktor

yang

lingkungan

mengajar.

diajarkan

beberapa

kegiatan

ekstrakurikuler olahraga di SMP Negeri 2

Salah satu faktor keberhasilan guru dalam

Ada

menyampaikan adalah

pembelajaran

materi

dengan

dengan

yang

menerapkan

bantuan

media.

Merbau antara lain: bola kaki, tenis meja dan lain-lain.

Pada saat jam pelajaran pendidikan jasmani

materi

pelajaran

KKM adalah siswa yang belum memahami

olahraga

cara dribbling dalam sepak bola yang

permainan bola besar pokok bahasan sepak

benar juga sikap awal dan akhir siswa

bola di kelas VIII, terlihat bahwa pada saat

dalam melakukan dribbling sesuai dengan

proses

peraturan yang ada.

pembelajaran

sepak

bola

berlangsung banyak siswa yang terlihat kurang

termotivasi

dalam

melakukan

Namun nilai itu belum memenuhi Kriteria

Ketuntasan

Minimal

(KKM)

aktivitas pembelajaran. Kondisi proses

secara klasikal yang diterapkan sekolah

pembelajaran selama ini dilakukan di

yaitu 80% dari keseluruhan siswa. Hal ini

lapangan sepak bola tidak jauh dari

berpengaruh pada hasil belajar siswa yaitu

sekolah, memakai lima bola, para siswa

rendahnya nilai-nilai siswa yang terlihat

diharuskan

yang

pada KKM yang diterapkan disekolah

disampaikan guru, jadi dapat disimpulkan

untuk pelajaran Pendidikan Jasmani adalah

bahwa hasil belajar pada pembelajaran

75. Belum diketahui secara pasti apa

pendidikan jasmani khusus nya dribbling

penyebabnya, apakah karena jam pelajaran

pada permainan sepak bola. Dalam proses

yang singkat (hanya dua kali pertemuan),

pembelajaran

materi

menguasai

materi

Pendidikan

Jasmani,

yang

terlalu

sulit,

metode

Olahraga dan Kesehatan agar tercipta

pengajaran yang kurang tepat, media

kondisi dan kegiatan belajar mengajar

pembelajaran yang kurang cocok, atau hal-

yang

hal lain yang dialami siswa.

memungkinkan

siswa

tidak

mengalami kesulitan dan mampu mencapai

Di SMP Negeri 2 Merbau sarana dan

sasaran belajar maka perlu diperhatikan

prasarana untuk pembelajaran permainan

berbagai faktor yang mempengaruhi antara

sepak bola sudah lengkap. Namun sarana

lain : faktor tenaga pengajar, metode

dan prasarana jarang digunakan terutama

pengajaran,

media audio visual, selama ini guru hanya

media/alat

dan

fasilitas

olahraga. Data Pendidikan

memberikan yang diperoleh dari

penjelasan-

penjelasan singkat tentang materi tersebut. Bahan pelajaran yang kompleks

Kesehatan dari 36 siswa yang ada di kelas

seperti dribbling pada permainan sepak

VIII-5

yang

bola itu sangat menentukan alat bantu

memperoleh Kriteria Ketuntasan Minimal

berupa media pembelajaran seperti gambar

(KKM) dan 26 siswa (72%) yang belum

dan audio visual. Tanpa bantuan media

memperoleh Kriteria Ketuntasan Minimal

maka bahan pelajaran sulit untuk dicerna

(KKM). Siswa yang belum memperoleh

atau dipahami. Menyadari hal tersebut

10

siswa

Olahraga

dan

dan

ada

Jasmani,

guru

latihan

(28%)

perlu adanya suatu pembaruan dalam

belajarnya siswa senantiasa menunjukkan

pembelajaran untuk memungkinkan siswa

ketekunan, keantusiasan, serta berperan

dapat mempelajari pendidikan jasmani

secara aktif. Factor kebosanan disebabkan

khususnya materi dribbling (menggiring

oleh adanya penyajian kegiatan belajar

bola) dalam permainan sepak bola jauh

yang

lebih mudah, lebih cepat, lebih bermakna,

mengakibatkan perhatian, motivasi dan

efektif dan menyenangkan. Salah satu

minat siswa terhadap pelajaran, guru dan

adalah dengan menggunakan media audio

sekolah. Untik itu diperlukan adanya

visual. Penggunaan media ini diharapkan

keanekaragaman atau yang sering disebut

dapat membantu siswa dalam memahami

variasi dalam kegiatan belajar.

menggiring bola dalam permainan sepak

begitu-begitu

Variasi

saja

mengandung

akan

makna

bola melalui keterangan-keterangan dari

perbedaan. Dalam kegiatan pembelajaran,

guru dibantu dengan petunjuk berupa

pengertian variasi merujuk pada tindakan

audio

dan

yang

memberikan

keterangan

perbuatan

guru,

ataupunb

aktif mencari sumber referensi belajarnya

dimaksudkan untuk memacu dan mengikat

dengan memanfaatkan berbagai sumber

perhatian

belajar dalam hidup bermakna dalam diri

berlangsung.

siswa

spontan,

disengaja

kepada siswa. Dan siswa lebih berperan

siswa sehingga hasil belajar pendidikan

secara

yang

selama

yang

pelajaran

J.J. Hasibuan, & Nodjiono (1984:44)

jasmani siswa dapat menjadi lebih baik.

mengemukakan bahwa : “Variasi dapat

Media audio visual, merupakan media

diartikan sebagai perbuatan guru dalam

pembelajaran yang bersifat memakai suatu

konteks belajar mengajar yang bertujuan

alat bantu atau media tersebut terdapat

mengatasi

materi beserta cara pengajaran yang telah

dalam proses belajarnya siswa senantiasa

dirancang

menunjukkan

oleh

seorang

guru

untuk

melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Disamping

itu,

yang

siswa

ketekunan,

sehingga

keantusiasan

serta berperan secara aktif “.

dapat

Penerapan keterampilan mengadakan

digunakan dan dapat disesuaikan dengan

variasi harus dilandasi dengan maksud

tingkat kemampuan siswa. Audio dapat

tertentu, relevan dengan tujuan yang ingin

menampilakn pesan yang memotivasi.

dicapai, sesuai dengan materi dan latar

Menggunakan

audio

kebosanan

variasi

diartikan

belakang social budaya serta kemampuan

sebagai perbuatan giru dalam proses

siswa,

berlangsung

secara

belajar mengajar yang bertujuan mengatasi

berkesinambungan, serta dilakukan secara

kebosanan siswa, sehingga dalam proses

wajar dan terencana.

Ibrahim, dkk (1988:71) menyatakn

gambar“. Berdasarkan pengertian tersebut

bahwa : “Variasi adalah sebagai suatu

dapat disimpulkan bahwa

proses pengubahan dalam pengajaran yang

dan penglihatan, dapat di dengar dengan

menyangkut tiga komponen yaitu gaya

telinga

mengajar

kedengaran dan kelihatan, berdasarkan

yang

bersifat

penggunaan

media

intruksional,

dan

dan pola

personal, bahan-bahan

serta

tingkat

interaksi guru dengan siswa”.

dan

di

pendengaran

lihat

dan

pendengaran

dengan

mata,

penglihatan

dengan

suara-suara dan gambar-gambar “. Penyebutan audio visual sebenarnya

Berdasarkan pendapat para ahli di

mengacu

pada

indera

yang

menjadi

atas, maka dapat disimpulakn bahwa

sasaran dari media tersebut. Media audio

variasi

adalah

mengandung

suatu

makna

tindakan

yang

visual mengandalkan pendengaran dan

perbedaan

yang

penglihatan

dari

khalayak

sasaran

membuat sesuatu tidak monoton. Sehingga

(penonton). Produk audio visual dapat

membuat pembelajaran semakin menarik

menjadi media dokumentasi dan dapat

dan tidak menjenuhkan siswa.

juga menjadi media komunikasi. Sebagi

Menurut

Djamarah

Zain

media dokumentasi tujuan yang lebih

(2006:124) menyatakan bahwa: “ media

utama adalah mendapatkan fakta dari suatu

audio

peristiwa.

visual

adalah

dan

media

yang

Sedangkan

sebagai

media

mempunyai unsur suara dan unsur gambar

komunikasi, sebuah produk audio visual

“.

mempunyai

melibatkan lebih banyak elemen media

kemampuan yang lebih baik, dengan

dan lebih membutuhkan perencanaan agar

menampilakn unsur gambar, suara dan

dapat mengkomunikasikan sesuatu.

Jenis

media

yang

unsur gerak.

Audio dan visual ialah gabungan

Poerwadarminta

dalam

kamus

komponen-komponen

saling

Bahasa indonesia disebutkan bahwa yang

melengkapi

dimaksud audio adalah : “ sesuatu yang

gambar dan suara yang dikombinasikan

berkaitan dengan pendengaran, dapat di

satu sama lain.

dengar,

kedengaran,

berdasarkan

yang

yang

memproduksi

suatu

Menurut A. S. Sadirman (2007:49) menyatakan

bahwa:



perangkat

pendengaran,

diberikan

dengan

mengguankan

suara-suara“.

Sedangkan

pengajaran dengan media audio visual

visual adalah “berdasarkan penglihatan,

seperti radio, tape recorder, film bingkai,

sesuatu

yang

berkaitan

dengan

film rangkai, OHP (Overhead Projector),

dilihat,

kelihatan,

microfis, film, televisi dan video “.

diberikan dengan menggunakan gambar-

Kelebihan media-media ini adalah: 1.

penglihatan,

dapat

Materi pembelajaran dapat disebarkan

Hasil tes siklus I dari 36 siswa

kepada seluruh siswa secara serentak, 2.

yang mngikuti tes ternyata ada 22 orang

Perhatian siswa dapat dipusatkan pada satu

siswa (61%) yang telah mencapai tingkat

materi

untuk

ketuntasana belajar, selebihnya 14 orang

Dapat

siswa (39%) belum mencapai tingkat

ditampilkan berwarna sehingga menarik

ketuntasan belajar karena kebnayakan

minat siswa, 5. Praktis dan menghemat

siswa tidak melakukan sikap lanjutan yang

tenaga dan waktu karena dapat dipakai

baik,

berulang-ulang dan 6. Dapat merangsang

berikutnya siswa dapat melakukan sikap

dan memotivasi kegiatan siswa.

akhir/ gerak lanjutan dengan baik. Nilai

PEMBAHASAN

rata-rata yang diperoleh adalah 75 (tuntas).

tertentu,

mengajarkan

3.

Cocok

keterampilan,

Penelitian

ini

4.

dalam

pembelajaran

di

Hasil tes siklus II dari 36 orang

lapangan SMPN 2 Merbau Tahun Ajaran

siswa yang mengikuti tes ada 31 orang

2015/2016.

Dari observasi diketahui

siswa (86,2%) yang telah mencapai tingkat

bahwa dari 36 orang siswa, 10 orang siswa

ketuntasan belajar dan 5 orang siswa

mencapai ketuntasan belajar dan 26 orang

(13,8%) tidak mencapai ketuntasan belajar.

siswa belum mencapai ketuntasan belajar.

Dari hasil observasi dapat dilihat bahwa

Hal ini diperlukan sebagai informasi awal

kegiatan belajar telah berlangsung denga

bagi

memberikan

baik karena nilai rata-rata yang telah

pemecahan masalah dan kendala yang

diperoleh adalah 86.2% (Tuntas) dimana

dihadapi siswa dalam proses belajar

siswa

Dribbling dalam permainan sepak bola.

ketuntasan belajar.

peneliti

dilaksanakan

diharapkan

untuk

sudah dapat

Adapun diskripsi hasil observasi

Berdasarka

mencapai

hasil

tingkat

penelitian

pada siswa dapat dilihat dari tabel di

setelah memberikan tindakan pengajaran

bawah ini:

dengan penerapan variasi pembelajaran

Tabel 4.1 Diskripsi hasil Observasi dribbling pada siswa

diperoleh nilai rata-rata 71,3 dengan Indikator

N Hasil o belajar 1 . 2 .

Siklus I

Jumla h siswa 36

melalui media audiovisual pada siklus I

I

II

III

37 422 398 9 Siklus 36 42 461 459 II 6 Total Maksimal

ketuntasan Sk or

61%.

Kemudian

pada

pembelajaran siklus II dapat dilihat bahwa telah terjadi peningkatan aktivitas belajar

11 98 13 46 48

siswa dari siklus sebelumnya. Pada tes hasil belajar siklsu II diperoleh nilai ratarata 80.0 dengan nilai ketuntasan 86.2% dimana peningkatan hasil belajar secara

klasikal dari siklus I dan siklus II sebesar

mengikuti pembelajaran dribbling Sesuai

25%.

dengan

refleksi, dengan nilai rata-rata

Penguasaan teknik dalam setiap cabang

kelas pembelajaran dribbling adalah 71,3

olahraga merupakan kunci utama dalam

dengan persentase ketuntasan 61% siswa

meraih keberhasilan, demikian pula halnya

yang lulus dan hasil belajar siswa pada

pada dribbling . pembelajaran melalui

siklus kedua adalah 80 dengan persentase

variasi pembelajaran dengan media audio

ketuntasan 86% dapat disimpulkan adanya

visual dapat digunakan sebagai bahan

peningkatan yang signifikan hasil belajar

untuk memberikan materi pembelajaran,

pada siklus II.

namun

melalui

variasi

Saran

dengan

media

audio

disesuaikan

dengan

pembelajaran visual

materi

yang

pelajaran,

keadaan siswa dan ketersediaan sarana dan prasarana disekolah.

Data Awal Siklus I dan Siklus II

Data Awal

10

Presen T.Tu tase ntas 28%

sebagi berikut : 1. Guru pendidikan jasmani harus kreatif

Tabel 4.9 perbandingan Hasil Belajar

Siklus Tun tas

Peneliti dapat memberikan saran-saran

26

Prese ntase 72%

dalam

kekurangan sarana dan prasarana pembelajaran

Rat arata 53.3

menyikapi

yang

ada

di

memiliki

dan

sekolahnya. 2. Guru

hendaknya

mendesain berbagai macam modelmodel pembelajran, agar siswa tidak

Siklus 22 I

61,2%

Siklus 31 II

86.2%

14

38.8% 71,3

jenuh. 3. Penerapan

5

13,8% 80.0

teknologi

dalam

pendidikan jasmani juga diperlukan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran

Kesimpulan

4. Penyampaian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, secara umum dapat disimpulkan bahwa:

siswa melalui media audiovisual dengan dribbling

pada

siswa kelas VIII SMPN 2 Merbau. Pada siklus I siswa cukup antusias dalam

disesuaikan

dengan

keadaan siswa di masing-masing sekolah,

Adanya peningkatan hasil belajar

variasi pembelajaran

hendaknya

pembelajaran

supaya

siswa

dapat

mengerti serta menguasai apa yang disampaikan oleh guru.

5. Guru dapat menerapkan metode

Kristiyanto. (2010). Penelitian Tidakan

pembelajaran pendidikan jasmani dengan media audiovisual melalui variasi pembelajaran sebagai salah

Kelas. Jakarta:Rineka Cipta Muhajir (1996). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta, Erlangga

satu pendekatan dalam mengajar, agar siswa tidak bosan, dan lebih

Mukholid.(2007). Pendidikan Jasmani, Olahraga

aktif dalam proses pembelajaran.

dan

Kesehatan.

Surakarta,Yudistira Nurhasan, 2001. Tes dan Pengukuran

DAFTAR PUSTAKA

dalam Pendidikan Jasmani.

Aqib, Zainal. (2009). Penelitian Tindakan

Jakarta

Kelas Untuk Guru. Bandung :

Nusri, Ardi (2003). Diktat Sepak Bola.

Yrama Widya

MEDAN, UNIMED

Arikunto, Suharsimin. (2006). Prosedur Penelitian

Suatu

Pendekatan

Roestiyah,

1994.

Pengajaran

Untuk

Dapat belajar. Jakarta.Erlangga.

Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. FIFA. (2005). Rules Of The Game (

Roji, 2009. Pendidikan Jasmani kelas VII, .Jakarta :Erlangga

Peraturan Permainan ) / PSSI. UNIMED. MEDAN.

Rusli

Lutan.

Belajar

Pembelajaran.

Hamalik, Oemar. (2010). Proses Belajar

dan

Bandung:

Prospect.

Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

(2007).

Sabri, Ahmad (2010). Strategi Belajar

Hasibuan, J.J dan Nodjiono. (1986). Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Mengajar

&

Micro

Teaching.

Padang: Quantum Teaching.

Remaja Rosdakarya. Husdarta, Y. M. Saputra, (2000). Belajar Dan

Pembelajaran,

Departemen

Pendidikan

Nasional

Jenderal

Pendidikan

Menengah.

Direktorat Dasar

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor faktor

yang

Mempengaruhinya.

Jakarta: PT. Rineka Cipta. Slavin,

(2005). Teori,

Cooperatif Riset

Nusamedia

dan

Learning Praktik,

Soeitoe, 1990. Belajar Dalam Pengajaran Departemen

Pendidikan

Dan

Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi

Proyek

Pembinaan Tenaga Kependidikan. Sucipto,dkk. 2000. Sepak Bola. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Supandi, 1992. Strategi Belajar Mengajar Pendidikan

Jasmani

Dan

Kesehatan, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.