PERAN PEMBIMBING AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN AKHLAK REMAJA DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA BAMBU APUS CIPAYUNG JAKARTA TIMUR
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom. I)
Oleh : ZURAIDA NIM 1110052000040
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/ 2014 M
I
PERAN PEMBIMBINGAGAMAISLAM DALAMMENINGKATKAN AKHLAK RDMAJA DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA BAMBU APUS CIPAYUNG JAKARTA TIMI,]R
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom. I)
Oleh :
ZI]RAIDA
J
NIM 1110052000040
JT'RUSAN BIMBINGAN DAI\I PET{YULT'HAN ISLAM
FAKI]LTAS ILMU DAKWAH DAN TLMU KOMI]NIKASI
LNMRSITAS ISLAM NEGERT (UrN) SYARIF HIDAYA-TULLAH JAKARTA 1436W 20t4vr
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan
1. 2. 3.
ini
saya menyatakan bahwa:
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.t) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta. Jika di kemudian hari terbulti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta-
Zuraida
PENGESAIIAN PAI\TITIA UJIAN
Slripsi yang berjudul Peran Pembimbing Agama Islrm Dalam Meningkatkan Akhlak Remaja Di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apur Cipayung Jrkarta Timur telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Iknu Dakwah dan Ilmu Komunikasi LJIN Syarif Hidayatulah Jakarta" pada hari Jumat, 12 Desember 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk gremperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Bimbingan dao Penyduhan Islam.
Jallarta, 12 Desember 20 I 4
gidang Munaqasyah p Anggota
Anggota
Dns.
Drs. S
Jumroni, M.Si
NrP. 196305rs 199203 I 006
arto, MA 60806 199603 I 001
Anggota
Dra.Rini
Prihatini, M.Si
NIP.
199503 2 003
1
Drs. Su NIP. 19
Pembimbing
Lc,MA NrP.l974l021' 200801 I 009
arto, MA 0806 199603
I
001
ABSTRAK ZURAIDA 1110052000040 Peran Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlak Remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. Pembimbing: Fauzun Jamal, Lc, MA Pembimbing agama memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan akhlak remaja. Disamping itu pembimbing agama menjadi orang yang penting dalam mendidik, menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun remaja ke arah tujuan yang bermanfaat bagi banyak orang. Dalam melaksananakan perannya tersebut, pembimbing agama menempuh upaya tertentu dalam rangka meningkatkan akhlak remaja. Berbagai upaya yang dilaksanakan oleh pembimbing agama sangat menentukan tercapainya tujuan yang ingin diharapkan. Sehingga penelitian peran yang dilakukan pembimbing agama Islam merupakan hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Permasalahan pokok adalah penelitian ini adalah minimnya pengetahuan agama remaja tentang ajaran Islam. Disini mereka mendapatkan bimbingan di Panti mendapatkan porsi yang sangat sedikit sekali, yaitu seminggu dua kali saja, itupun yang dibahas bimbingan agama secara umum saja. Ditambah lagi dengan latar belakang pendidikan para siswa yang kebanyakan hanya tamatan SD. Perumusan masalah dalam penelitian ini mencakup peran yang dilakukan pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di PSBR metode yang digunakan dan faktor pendukung serta penghambat pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja pada panti tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Informan dalam penelitian ini terdiri dari dua orang pembimbing agama Islam dan tujuh orang remaja panti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja yaitu menjelaskan keuntungan orang yang berakhlak baik dan kerugian orang yang berakhlak buruk, memberikan nasehat dan teguran kepada remaja yang berakhlak buruk dan memberikan contoh yang baik kepada remaja-remaja binaan. Metode yang digunakan pembimbing agama Islam terdiri dari metode ceramah, diskusi, tanya jawab bimbingan baca Al-Qur’an dan praktik. Adapun faktor pendukungnya, pembimbing yang memiliki kapasitas ilmu yang memadai, adanya pengawasan dari orang tua asuh, terbangunnya kesadaran dari remaja untuk memperbaiki diri serta sarana dan prasarana yang memadai. Sedangkan faktor penghambatnya ialah waktu penyampaian materi yang tidak cukup begitu juga dengan alokasi waktu yang seharusnya dilakukan pada waktu yang tepat dan kurangnya tenaga pembimbing agama Islam di panti tersebut.
Kata kunci: Pembimbing Agama, akhlak remaja, metode bimbingan.
i
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan pengikutnya yang setia. Allhamdulillah wa syukurillah berkat rahmat dan anugerah- Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Peran Pembimbing Agama Islam Dalam Meningkatkan Akhlak Remaja Di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.” Selanjutnya, ucapan terima kasih saya sampaikan kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Bakhmizon dan Ibunda Nur’aini yang selama ini telah memberikan saya dukungan baik dari segi moril maupun materil, yang senantiasa ridho dengan langkah saya, yang tak letih berdoa di setiap penghujung malam, dan tak habis membagi cinta dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, baik moril maupun materil, khususnya kepada: 1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. Suparto, M. Ed, Ph. D sebagai Wakil Dekan bidang Akademik, Bapak Drs. Jumroni, M. Si sebagai Wakil Dekan bidang Administrasi Dan Keuangan, dan Bapak Dr. H. Sunandar, MA
ii
sebagai Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu memberikan arahan/masukan, nasihat, bimbingan dan do’a kepada penulis. 3. Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu secara administratif. 4. Bapak H. Fauzun Jamal LC., MA selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini. 5. Seluruh Dosen dilingkungan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) dan khususnya dosen jurusan Bimbingan Dan Penyuluhan Islam (BPI) FIDKOM yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman baru kepada penulis. 6. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan fasilitas untuk mendapatkan referensi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 7. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen DIKTI) Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud R.I) dan Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag R.I) sebagai pencetus
iii
dan pemberi bantuan beasiswa BIDIKMISI angkatan pertama tahun 2010 selama 4 tahun. 8. Seluruh pejabat dan staf Lembaga Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus (PSBR) Jakarta Timur yang dengan ramah telah menyilahkan peneliti untuk melakukan penelitian terkait skripsi. Secara khusus terimakasih dihaturkan pada Bapak Junaidi dan Bapak Imron yang selalu meluangkan waktu untuk wawancara, juga staf yang sangat rajin dan cekatan dalam menanggapi semua keperluan adminisntrasi peneliti. 9. Adikku tersayang, Mukhlis dan Rafi’ah A’lawiyah, yang tak henti menunjukkan rasa sayang pada peneliti, serta menjadi alasan terbaik bagi peneliti agar terus berusaha maksimal dalam meraih cita-cita. 10. Ibu guru TK Salman, Ibu Umi, ibu Eni, Ibu Yanti, Ibu Mumun, Ibu Mimin, Ibu Faridah, Ibu Hani selalu memberikan dukungan, motivasi dan nasihat positif. 11. Teman-teman kampus: Aditia, Haula, Mela, Deuis, Sri, Fitri, Ayu, Indah, Elva, Jannah, Ela, Ucup, Ida dan teman-teman BPI angkatan 2010 lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu terimakasih buat sharingnya dalam proses merampungkan skripsi. Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada kalian semua, penulis mengucapkan banyak terimakasih. Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita semua.
iv
Akhirnya kepada-Nyalah penulis serahkan segala urusan ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menambah khazanah pengetahuan walaupun belum sepenuhnya optimal.
Jakarta, 1 Desember 2014
Zuraida NIM. 1110052000040
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...............................................................................
ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................
v
BAB
I
PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F.
BAB
BAB
Latar Belakang Masalah ................................................. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... Tinjauan Pustaka ............................................................ Metodologi Penelitian .................................................... Sistematika Penulisan ....................................................
1 6 7 8 11 16
II LANDASAN TEORI A. Peran Pembimbing Agama Islam .................................... 1. Pengertian Peran ...................................................... 2. Pengertian Pembimbing Agama Islam ..................... 3. Syarat-Syarat Pembimbing Agama Islam ................ 4. Tugas Pembimbing Agama Islam ............................
18 18 19 26 29
B. Akhlak ............................................................................ 1. Pengertian Akhlak .................................................... 2. Ruang Lingkup Ajaran Akhlak ................................
32 32 34
C. Remaja ............................................................................ 1. Pengertian Remaja ................................................... 2. Ciri-Ciri Masa Remaja .............................................
41 41 43
III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA REMAJA (PSBR) BAMBU APUS CIPAYUNG JAKARTA TIMUR A. B. C. D. E. F.
Sejarah Berdirinya Panti ................................................ Visi, Misi dan Tujuan Berdirinya Lembaga ................... Fungsi dan Tugas Lembaga ............................................ Ruang Lingkup Kegiatan Lembaga ................................ Penerima Manfaat .......................................................... Program .........................................................................
iii
45 47 48 49 50 54
BAB
G. Sarana dan Prasarana Lembaga. ...................................... H. Gender ............................................................................ I. Struktur Organisasi Lembaga ......................................... J. Jumlah Pegawai dan Latar Belakang Pendidikan .......... K. Kemitraan dengan pihak luar ......................................... IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA
57 58 59 60 61
A. Deskripsi Informan.......................................................... 1. Pembimbing ............................................................. 2. Terbimbing ...............................................................
63 63 65
B. Peran Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlak Remaja di Panti ................................................ 1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan .............................. 2. Materi Bimbingan .................................................... 3. Peran Pembimbing Agama ........................................ 4. Akhlak Remaja Terhadap Allah, Terhadap Manusia dan Lingkungan ........................................................
76
C. Metode bimbingan yang digunakan pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di panti..........
83
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlak Remaja di Panti ................................................................................ 1. Faktor Pendukung .................................................... 2. Faktor Penghambat ...................................................
86 85 87
E. Analisa SWOT pada lembaga ........................................ F. Analisis Hasil Upaya Pembimbing Agama Islam Dalam Meningkatkan Akhlak Remaja Di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur .
BAB
70 70 72 75
88
95
V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................... 99 B. Saran ............................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 101
iv
DAFTAR TABEL Tabel 1 Sarana dan Prasarana Lembaga Tahun 2013...................... Tabel 2
57
Komposisi Pegawai PSBR Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013........................................................................
58
Tabel 3
Komposii Pegawai Menurut Jabatan Tahun 2013............
60
Tabel 4
Tingkat Pendidikan Pegawai Tahun 2013.......................
61
Tabel 5
Tabel Pembimbing Agama Islam....................................
63
Tabel 6
Terbimbing Berdasarkan Jenis Kelamin.........................
65
Tabel 7
Terbimbing Berdasarkan Usia........................................
65
Tabel 8
Terbimbing Berdasarkan Jurusan yang Diambil............
66
v
LAMPIRAN 1. Transkip wawancara 2. Surat keterangan melakukan penelitian 3. Data siswa PSBR 4. Jadwal kegiatan program pelayanan dan pengembangan penerima manfaat PSBR Bambu Apus Cipayung Jakarta angkatan 1/75 tahun 2014 5. Dokumentasi
vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman yang serba modern ini, dimana tuntutan hidup semakin meningkat dan bertambah serta persaingan semakin ketat yang mendorong orang berlomba-lomba untuk mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Bahkan tidak sedikit yang melupakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua atau pembimbing bagi anak-anaknya. Mereka lebih asyik dengan pekerjaan dan kegiatannya setiap hari, sehingga melalaikan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Permasalahan sosial yang semakin kompleks serta perkembangan ilmu dan teknologi yang kian berkembang memiliki dampak atau pengaruhnya terhadap kehidupan anak didik, baik bersifat negatif ataupun yang positif. Sehingga dibutuhkan sekali bimbingan khususnya bimbingan agama yang akan membentuk pribadinya menjadi manusia seutuhnya demi tercapainya kebahagiaan dunia akhirat.1 Bimbingan diperlukan agar dalam pelaksanaan suatu perbuatan atau kewajiban dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan tuntunan agama. Oleh karena itu, pemberian pendidikan tentang agama sangat penting sekali jika dimulai dari masa anak-anak. Karena pada masa itu merupakan masa perkembangan serta pembentukan kepribadiannya. Dalam hal ini,
1
Mumun Mulyanah, “Upaya Pembimbing Agama dalam Meningkatkan Pengetahuan Ibadah Shalat Siswa SDN Kunciran 4 Pinang kota Tengerang,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Jakarta, 2009), h. 1-2.
1
2
pembimbing memiliki peran yang sangat besar dalam mewujudkan hal tersebut. Pembimbing menjadi orang yang paling penting dalam mendidik, menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi banyak orang.2 Pemberian bimbingan ditujukan untuk meningkatkan akhlak. Akhlak merupakan bukti dan buah keimanan. Keimanan tidak ada nilainya tanpa akhlak, dan akhlak akan berbuah keimanan jika diaplikasikan (diterapkan) dalam
kehidupan sehari-hari. Seseorang yang berakhlak baik akan
menunjukkan kualitas keimanannya baik untuk dirinya sendiri, lingkungan sekitar, dan tentunya kepada Allah SWT. Berakhlak mulia merupakan tujuan pokok dari risalah Islam. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Allah SWT dalam Surat Al-Hajj ayat 41 yang berbunyi:
Artinya: “ (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”( QS. Al-Hajj: 41)3
2
Mumun Mulyanah, “Upaya Pembimbing Agama dalam Meningkatkan Pengetahuan Ibadah Shalat Siswa SDN Kunciran 4 Pinang kota Tengerang,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Jakarta, 2009), h. 1-2. 3 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, edisi Khat Madinah, (Bandung: Syamil Cipta Media, 2007), h. 337.
3
Seseorang yang memiliki akhlak yang baik akan lebih meningkatkan kualitas ibadahnya dan berlomba-lomba dalam mengerjakan kebajikan. Akhlak juga merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang kehadirannya hingga saat sekarang ini semakin dirasakan. Secara historis dan teologis, akhlak tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup manusia agar selamat dunia dan akhirat. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan Muhamamad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima.4 Seorang pembimbing agama Islam harus menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya, agar ia memiliki pengaruh dalam mendidik. Sehingga peserta didik akan mencoba untuk meneladani perbuatan yang baik yang dilakukan oleh seorang pembimbing agama Islam tersebut. Seorang pembimbing agama Islam mengajak peserta didiknya untuk berakhlak baik. Apabila akhlak seorang pembimbing agama Islam sendiri tidak terpuji, maka tidak akan ada peserta didik yang akan mau merespon ajakannya, melainkan akan menjatuhkan wibawanya sendiri sebagai seorang pembimbing agama Islam. Rasulullah SAW melalui sunnahnya menganjurkan agar pembentukan dilakukan melalui keteladanan. Hal ini didasarkan pada realita bahwa bahasa tubuh lebih efektif dan berdampak lebih besar dibandingkan dengan bahasa lisan.
4
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandug: September 2006) , cet. 1, h. 149.
PT Remaja Rosdakarya,
4
Karena itu Rasulullah SAW adalah teladan utama bagi umat Islam, di setiap zaman dan tempat. Hal ini karena Rasulullah SAW adalah refleksi utuh dari Al-Qur’an, sebagaimana yang dituturkan Aisyah ketika ditanya mengenai akhlak Rasulullah SAW, lalu ia menjawab: “Akhlaknya adalah Al-Qur’an”.5 Seorang pembimbing agama Islam yang baik hendaknya mencontoh kepribadian Nabi Muhammad SAW di semua aspek kehidupannya. Karena Nabi sebagai uswah hasanah, qudwah shalihah, dan figur yang sempurna bagi semua umat manusia di sepanjang masa. Di antara fenomena yang paling tampak untuk dicontoh dari Nabi Muhammad SAW adalah bagaimana beliau menyatukan agama dan dunia, ibadah dan kehidupan, tazkiyah (mensucikan jiwa), dan jihad. Semua itu beliau lakukan tanpa menimbulkan ketimpangan dalam segi apapun.6 Adapun tujuan pokok dari bimbingan agama Islam adalah untuk memberikan bantuan kepada anak didik agar mampu memecahkan kesulitan yang dialami dengan kemampuan sendiri yang dilandasi atas dorongan keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Jadi, bimbingan agama dalam penelitian ini bertujuan untuk membimbing remaja khususnya remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) agar menjadi muslim sejati, meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman remaja tentang ajaran Islam. Bimbingan agama juga bertujuan agar remaja memiliki ketaqwaan kepada Allah SWT, berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
5
Fathi Yakan, ISTI’AB: Meningkatkan Kapasitas Rekrutmen Dakwah, (Jakarta: Robbani Press, Juni 2005 M), cet. 1, h. 121-122. 6 Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah Ruhiah, (Jakarta: Robbani Press, Maret 2006 M), Cet. XV, h. 68-69.
5
bermasyarakat, bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.7 Pada Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur, bimbingan agama Islam mendapatkan porsi yang sangat sedikit sekali, yaitu seminggu dua kali saja, itupun yang dibahas bimbingan agama secara umum saja. Ditambah lagi dengan latar belakang pendidikan para siswa yang kebanyakan hanya tamatan SD. Hal ini sangat memprihatinkan dunia pendidikan Islam saat ini karena hal tersebut tidak sesuai lagi dengan hakikat pendidikan, yaitu pendidikan bukan hanya mencerdaskan otak, akan tetapi pendidikan juga harus mampu merubah tingkah laku (akhlak) seseorang dari akhlak yang buruk menjadi akhlak yang baik.8 Menurut Drs. H. Burhanuddin Salam dalam bukunya “Pengantar Pedagogik” menyebutkan bahwa pada umur 12-18 tahun disebut fase The Sense Of Identity, fase ini merupakan fase sadar akan keyakinan dan mencoba mengidentifikasikan dirinya untuk melakukan peran dan tokoh yang dianggap baik dan yang mendekati dirinya. Ia menilai dirinya dari segi norma, sifatsifatnya maupun hubungan dengan orang lain agar merasa diperhatikan. Oleh karena itu, ia selalu berusaha menunjukkan identitas dirinya.9 Remaja Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) yang berada pada umur 1518 tahun, sedang berada pada fase tersebut. Dimana pada fase of identity, remaja sedang mencari jati dirinya yang sebenarnya. Segala sesuatu yang
7
Wawancara dengan Bapak Junaidi, Pembimbing Agama, PSBR, 18 April 2014. Wawancara dengan Bapak Junaidi, Pembimbing Agama, PSBR, 20 Juni 2014 9 Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, November 2002), cet 1. h. 70. 8
6
mereka anggap itu baik, akan mereka tunjukkan pada orang disekitarnya agar mereka mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari orang yang di sekelilingnya. Hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar asalkan siswa Remaja Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) ini diajarkan dan ditanamkan akhlakul karimah dari seorang pembimbing khususnya pembimbing agama Islam. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Peran Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlak Remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Pada penelitian ini, penulis memberikan batasan permasalahan yang akan dipaparkan. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya perluasan materi yang dibahas. Penulis membatasi masalah penelitian hanya pada peran pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. Akhlak yang dimaksud di sini adalah akhlak terhadap Allah SWT, akhlak terhadap manusia, dan akhlak terhadap lingkungan. 2. Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana peran pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur?
7
b. Metode apa yang digunakan pembimbing agama Islam dalam meningkatan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur? c. Apa faktor pendukung dan penghambat pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur? C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui dengan jelas peran pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. b. Untuk mengetahui metode yang digunakan pembimbing agama Islam dalam meningkatan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. 2. Manfaat dari penelitan ini: a. Manfaat Akademis Manfaat akademis yang di harapkan dalam penelitian ini adalah dapat memperkaya pengalaman sekaligus menerapkan ilmu yang didapat selama proses perkuliahan. Manfaat lainnya adalah untuk menambah khazanah penelitian, model dan objek penelitian mahasiswa jurusan khususnya dalam bidang Komunikasi dan Dakwah.
8
b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) untuk mengetahui pentingnya upaya pembimbing agama dalam meningkatkan akhlak remaja, serta untuk mengetahui bentuk bimbingan agama, materi bimbingan dan metode yang dapat digunakan dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR. Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat untuk mengetahui tentang perlunya kerjasama antara orang tua, pihak panti, dan masyarakat dalam bersama-sama membimbing akhlak remaja. D. Tinjauan Pustaka 1. Muhammad Nuh, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam 2012, UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta.
Judul
skripsi
“Peran
Penyuluh
Di
Kementerian Agama Dalam Membina Akhlak Umat Pada Masyarakat Kota Tangerang”. Peran penyuluh di Kementerian Agama dalam membina akhlak umat pada masyarakat Kota Tangerang adalah sebagai animasi sosial, pembangkit kesadaran masyarakat, dan sebagai penyampai informasi. Metode yang digunakan oleh penyuluh Kementerian Agama dalam membina akhlak umat pada masyarakat Kota Tangerang adalah yang pertama secara dialog langsung dengan masyarakat, yang kedua penyuluh memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya kepada sang penyuluh, dan yang ketiga dengan cara ceramah umum. Dan tentunya sesuai dengan metode dakwah bil lisan, dakwah bil hal, dan dakwah bil hikmah.
9
Kelebihan dari skripsi tersebut yaitu mengungkan bentuk pembinaan akhlak pada masyarakat Kota Tangerang yaitu dengan menyesuaikan terhadap apa yang disenangi oleh masyarakat. Dan pembinaan akhlak yang baik itu adalah yang dilakukan dengan cara terus menerus. Baik dengan cara pembinaan melalui orang lain maupun pembinaan diri sendiri tanpa harus dituntun orang lain. Karena hidup ditengah krisis kehidupan seperti sekarang ini, pembinaan akhlak harus lebih gencar dilakukan agar tidak terjebak di dalam keterpurukan moral dan agar dapat menjadi individu yang berakhlak mulia. Kekurangan dalam pembahasan skripsi tersebut adalah pada kegiatan pembinaan akhlak yang dilakukan oleh Penyuluh dari Kementerian Agama tidak terlalu berbeda dengan ceramah-ceramah agama pada umumnya, jadi lebih bagus lagi penulis memberikan ciri khas dalam memberikan penyuluhan terhadap masyarakat, agar masyarakat bisa tau bahwa yang sedang memberikan penyuluh itu adalah Penyuluh dari kementerian agama. 2. Rike Aryana, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam 2010, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi “Peran Penyuluh Agama Dalam Pembinaan Akhlak Bagi Anak Pemulung Di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan”. Peran penyuluh agama dalam pembinaan akhlak bagi anak pemulung Di Yayasan Media Amal Islami adalah sebagai perubahan perilaku sebagai inisiator, sebagai fasilitator. Sebagai motivator, sebagai teladan dan sebagai pemimpin. Metode yang digunakan penyuluh
10
agama adalah dengan dakwah bil lisan, dakwah bil haal, dakwah bil hikmah dan pendekatan persuasif. Kelebihan dari skripsi tersebut yaitu Faktor pendukung dalam pembinaan akhlak bagi anak pemulung adalah para penyuluh agama yang tidak menyerah dalam melakukan dakwahnya, sarana dan prasarana yang menunjang untuk kelancaran proses kegiatan pembinaan tersebut. faktor penghambatnya pertama faktor internal yaitu mulai dari anak-anak pemulung yang malas dan tidak adanya standarisasi untuk tenaga penyuluh agama. Sedangkan faktor internal yaitu ada pihak non muslim yang punya kepentingan untuk memanfatkan situasi dan kondisi dari anak-anak pemulung, faktor cuaca, kurangnya peran aktif dari pemerintah dan financial yang tersendat. Kekurangan dalam pembahasan skripsi peran penyuluh agama dalam pembinaan akhlak bagi anak pemulung penulis alangkah bagusnya menjelaskan bahwa memulung bukan pekerjaan yang hina dan dinilai negatif, dan dapat mengembalikan reputasi pemulung yang buruk menjadi yang baik memulung bukan suatu pekerjaan yang sia-sia dan meresahkan masyarakat. Berbeda dengan kedua penulis sebelumnya, penulis lebih menfokuskan pada “Peran Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Ahklak di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur”. Skripsi ini membahas Peran pembimbing agama Islam yang ada di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur dalam meningkatkan akhlak remaja atau anak bimbingannya.
11
E. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian merupakan strategi umum yang dipakai dalam pengumpulan
dan
analisis
data
yang
diperlukan
guna
menjawab
permasalahan yang diteliti. Penggunaan metodologi ini dimaksudkan untuk menentukan data yang valid, akurat dan signifikan dengan permasalahan sehingga dapat digunakan untuk mengungkapkan permasalahan yang diteliti.10 1. Pendekatan Penelitian Sebuah pendekatan diakui selain mengandung sejumlah keunggulan, juga memiliki beberapa kelemahan tertentu. Hal ini adalah sesuatu yang wajar dan universal. Meskipun demikian, tidak berarti sebuah pendekatan menjadi tidak sah atau tidak penting untuk digunakan. Sebab, persoalannya tidak terletak pada bagaimana menggunakan dan menempatkan sebuah pendekatan (dengan keunggulan dan kelemahan yang melekat padanya) dalam suatu studi dengan masalah yang relevan ditelaah menurut logika pendekatan tersebut.11 Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan penelitian deskriptif, seperti perkataan orang dan prilaku yang diamati.12
10
Lexy J Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Refisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet Ke-33, edisi refisi, h. 4 11 LexyJ. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998), Hal3. 12 Lexy J Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Refisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 11.
12
Selain itu metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.13 Dengan menggunakan penelitian kualitatif, peneliti memberikan kesempatan pada informan untuk menyampaikan informasi yang sebanyak- banyaknya dan tidak terbatas pada bentuk kuesioner tertutup, melainkan dengan menggunakan wawancara mendalam sesuai dengan metode pengumpulan data yang seringkali digunakan dalam penelitian kualitatif.14 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jl. PPA. No. 1 Bambu Apus Cipayung Jakarta timur 13890. (dekat jalur terminal Kp. Rambutan dan TMII) Tlp. 021-8445547 fax. 02184591257. Adapun pelaksanaan penelitian ini dimulai pada tanggal 8 April 2014 sampai dengan 23 September 2014. Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut menariknya a.
PSBR menyediakan pendidikan setara paket A(SD), B(SMP) dan C (SMA). Di berikan kepada anak-anak yang sudah tidak bersekolah 2-4 tahun, didaftarkan secara gratis. Jadi disamping mereka mengikuti keterampilan yang ada di panti mereka juga mendapatkan ijazah paket
13
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2009), cet. 5, h. 1 Kristi E Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi (Jakarta: LPSP3, 1998), h. 32. 14
13
yang diambil tersebut. Setiap tahunnya ada 30 anak PSBR mengikuti program penyetaraan paket A,B,C Tersebut. b.
PSBR menampung anak yang ingin masuk TKW. Karena mereka belum cukup umur selanjutnya mereka di bimbing dulu di PSBR supaya ada keterampilan.
3. Subyek dan Obyek Penelitian. Subjek penelitian ini adalah pembimbing agama Islam yang berjumlah dua orang dan sepuluh orang siswa Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. Penulis menentukan subyek penelitian tersebut karena pada lembaga tersebut terdapat dua orang pembimbing agama Islam, sehingga penulis dapat memperoleh data yang cukup baik dan bervariasi sesuai dengan judul penelitian. Lalu dengan sepuluh orang siswa Panti Sosial Bina Remja (PSBR), penulis mengambil subyek demikian karena sesuai dengan kriteria yang penulis harapkan yaitu Adapun teknik pemilihan subjek yang digunakan peneliti adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah sampel yang betulbetul diambil dengan benar memilih ciri-ciri dari populasi yang ada.15maka dari itu, penulis menentukan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai keterkaitan dengan karakteristik populasi yan sudah di ketahui sebelumnya. Karakteristik subjek yang ditentukan peneliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
15
Abdul Aziz Albone dkk, Panduan Penyusunan Proposal Penelitian, (Padang: Yayasan Jihadul Khair Center, 2009),h. 76
14
a.
Remaja terlantar dan putus sekolah yang tidak mampu dari batas usia 15 s/d 18 thn yang mengikuti masa rehabilitasi periode Januari s/d Juni 2014.
b.
Remaja yang aktif mengikuti bimbingan agama selama 6 bulan. Berdasarkan ketersediaan subjek yang sesuai dengan karakteristik
dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitian ini, maka peneliti memutuskan memilih sepuluh orang remaja PSBR Kemudian yang menjadi objek dalam penelitian ini yaitu upaya pembimbing agama dalam meningkatkan akhlak di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. Sumber data dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a)
Data primer, yaitu berupa wawancara kepada subyek penelitian yaitu pembimbing agama Islam dan remaja-remaja di panti.
b) Data sekunder, yaitu berupa data tidak langsung yang berupa catatancatatan atau dokumen. 4. Teknik Pengumpulan Data a) Observasi Dalam hal ini metode observasi adalah pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. Dalam melakukan observasi peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap upaya yang dilakukan para pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak terhadap para terbimbing di lingkungan Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.
15
b) Wawancara Yaitu dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi. Peneliti melakukan wawancara kepada pembimbing agama Islam yaitu Bapak Junaedi S. Pd. I dan Bapak Drs. H. Muhammad Imron Rosyadi untuk memperoleh kelengkapan data. Sebelumnya penulis terlebih dahulu menyusun pertanyaan tentang permasalahan yang berkaitan dengan objek penelitian sebagai pedoman wawancara yang dijadikan acuan pada saat wawancara berlangsung. Teknik ini dibantu dengan recorder (alat perekam suara) untuk merekam hasil wawancara dan mencatat informasi yang didapat pada saat wawancara berlangsung. c)
Dokumentasi Yaitu menelaah dokumentasi dan arsip yang dimiliki PSBR
5. Teknik Analisis Data Ada berbagai cara untuk menganalisi data, tetapi secara garis besar menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a) Reduksi data, yaitu peneliti mencoba memilih data yang relevan terkait upaya pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di PSBR. b) Penyajian data, setelah data mengenai upaya pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di PSBR terkumpul atau diperoleh, maka data tersebut disusun dalam bentuk narasi, visual gambar, matrik, bagan, tabel dan lain sebagainya.
16
c) Penyimpulan atas apa yang disajikan, pengambilan kesimpulan dengan menghubungkan dari tema tersebut sehingga memudahkan untuk menarik kesimpulan.16
6. Teknik Penulisan Skripsi Adapun pedoman dalam penulisan penelitian ini, peneliti mengacu pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi), yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang disusun oleh Hamid Nasuhi DKK, diterbitkan oleh CEQDA ( Center Of Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatulah Jakarta tahun 2007. F. Sistematika Penulisan Dalam penelitian skripsi diperlukan sistematika penulisan yang baik dan benar melalui aturan atau tata cara penulisan. Untuk dijadikan sebagai bahan acuan, maka penulis memasukkan sistematika penulisan ke dalam bahasan. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan, yang merupakan bab awal yang menguraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan teoritis, yang berisikan masalah inti dalam judul skripsi ini. Yaitu memuat tentang pengertian (peran pembimbing agama Islam: pengertian peran, syarat-syarat pembimbing agama Islam, tugas dan tanggung jawab pembimbing agama Islam), (akhlak 16
Lexy J. Moleong, Metodologi Penenlitian Kualitatif Edisi Refisi, h. 186
17
remaja:
pengertian akhlak, ruang lingkup
ajaran
akhlak),
(pengertian remaja, ciri-ciri masa remaja). BAB III :Gambaran umum panti sosial bina remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur, meliputi sejarah berdirinya, visi, misi, dan tujuan, fungsi, sasaran pelayanan, jenis-jenis pelayanan, tahaptahap pelayanan, prinsip-prinsip pelayanan, fasilitas, sarana dan prasarana, jaringan kerja pelayanan, struktur organisasi. BAB IV : Hasil Temuan Data dan Analisa Data mengenai: identifikasi informan, temuan dan analisis hasil penelitian. BAB V : Penutup, berisi kesimpulan dalam penulisan skripsi ini dan saran yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi penulis. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Pembimbing Agama Islam Pengertian Peran
1.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia “peran adalah beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dimasyarakat.1 Menurut Abu Ahmadi peranan adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.2 Sedangkan menurut David Berry mendefinisikan peran sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.3 Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Keliat, bahwasanya peran adalah sikap dan prilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. 4Adapun menurut Soerjono Soekanto dari sebuah bukunya, “peran dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.5 Dari beberapa definisi diatas penulis yang dimaksud peran adalah suatu yang
penting
kedudukannya
dimasyarakat
dan
didalam
kehidupan
masyarakat. Peran seseorang merupakan bagian dalam interaksi social dan
1
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 84 2 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-2, h. 115 3 David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Sosiologi, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 1995), Cet, ke-3, h. 99 4 Sabi’ah, KonsepDiri, FakultasKedokteranUniversitas Sumatra Utara, h. 6 5 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke1, h. 667
18
19
dalam interaksi social tersebut munculah perilaku. Perilaku yang diharapkan dapat berguna untuk membimbing atau mengarahkan masyarakat untuk menjadi lebih baik. Begitu pula yang dilakukan pembimbing agama Islam di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. mereka memberikan bimbingan agama dalam meningkatkan akhlak remaja sesuai dengan materi atau pokok pembahasan yang diinginkan oleh remaja itu sendiri. Selain itu para pembimbing agama Islam juga memberikan contoh langsung kapada remaja melalui aplikasi ibadah yang mereka jalankan atau lakukan dalam kegiatan sehari-hari seperti wudhu, salat, mengaji dan membaca doa-doa setiap hari. 2.
Pengertian Pembimbing Agama Dalam kamus bahasa Indonesia, “pembimbing” menurut bahasa berarti
“pemimpin” atau “penuntun”. Kata tersebut diambil dari kata “bimbing” yang artinya “pimpin” atau “tuntun”, kemudian diberi awalan “pe” menjadi pembimbing yang artinya “yang menyebabkan sesuatu menjadi tahu”. Pemimpin, penuntun, merupakan sesuatu yang dipakai untuk membimbing. Kalimat tersebut menjadi arti “seseorang yang memberikan bimbingan atau tuntunan” arti tersebut di sesuaikan dengan profesi dan disiplin ilmu yang di miliki.6 Kata “bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance” yang mempunyai arti menunjukan, membimbing, menuntun atau membantu.7
6
W. J. S. Poerwardarminta, Kamus umum bahasa indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984) Cet. Ke-7. h. 427 7
Hallen A., Bimbingan dan Konseling ( Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet. Ke 1, h. 3.
20
Prayitno mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.8 Sementara itu, Winkel mendefinisikan bimbingan: a. Usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman, dan informasi tentang dirinya sendiri. b. Cara untuk memberikan bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya. c. Sejenis pelayanan kepada individu-individu agar mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat, dan menyusun rencana dengan realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan diri dalam lingkungan tempat mereka hidup. d. Proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan, dan
8
79-80
Hamdani , Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Bandung, (CV Pustaka Setia, 2012), h.
21
menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan.9 Menurut Bimo Walgito, bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan
individu
tersebut
dapat
mencapai
kesejahteraan
dalam
hidupnya.10 Dari berbagai defenisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa pembimbing adalah seseorang yang memberikan proses bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkala, yang bertujuan agar individu tersebut dapat mengembangkan dirinya secara maksimal sesuai dengan apa yang diharapkannya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bimbingan yaitu sebagai berikut: 1. Bimbingan berarti bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain yang memerlukannya. Perkataan “membantu” berarti dalam bimbingan tidak ada paksaan, tetapi lebih menekankan pada pemberian peranan individu ke arah tujuan yang sesuai dengan potensinya. Jadi, pembimbing tidak ikut menentukan pilihan atau mengambil keputusan dari orang yang dibimbingnya. Orang yang menentukan pilihan atau keputusan adalah individu itu sendiri. 9
Hamdani , Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Bandung, (CV Pustaka Setia, 2012), h.
79-83 10
Bimo Walgito, Bimbingan Dan Konseling (Study & Karier), (CV. Offset, 2004), h. 7
22
2. Bantuan (bimbingan) tersebut diberikan kepada setiap orang tetapi prioritas diberikan kepada individu-individu yang membutuhkan atau benar-benar yang harus dibantu. 3. Bimbingan merupakan suatu proses kontinu dan terarah pada tujuan. Artinya bimbingan itu tidak diberikan hanya sewaktu-waktu dan secara kebetulan. 4. Bimbingan atau bantuan diberikan agar individu dapat mengembangkan dirinya semaksimal mungkin. Bimbingan diberikan agar individu dapat lebih mengenal dirinya sendiri (kekuatan dan kelemahannya), menerima keadaan dirinya, dan dapat mengarahkan dirinya sesuai dengan kemampuannya. 5. Bimbingan diberikan agar individu dapat menyesuaikan diri secara harmonis dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.11 Adapun secara umum tujuan bimbingan adalah membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Tujuan secara khusus sebagai berikut: a. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapi b. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.12
11
Hamdani, Bmbingan dan Penyuluhan Islam, Bandung, (CV Pustaka Setia, 2012), h. 83-
84 12
Aunur Rahman Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam (Yogyakarta: UII Press, 2001), cet ke-2, h.35.
23
Sedangkan agama dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.13 Agama adalah wahyu Tuhan yang merupakan petunjuk bagi manusia agar memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.14 Agama dalam perspektif sosiologi merupakan sebuah sistem kepercayaan (beliefe sytem). Agama dengan sendirinya menjadi acuan moral bagi tindakan manusia, karena agama adalah gejala yang begitu sering terjadi dimana-mana.15 Bimbingan dalam agama Islam diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapakan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran, atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dan bermasyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.16 Menurut WS. Winkel dan M.M. Sri Hastuti tujuan pelayanan bimbingan adalah: 1. Supaya sesama manusia mengatur kehidupannya sendiri. 2. Menjamin perkembangan dirinya sendiri seoptimal mungkin. 3. Memikul tanggung jawab sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri. 13
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1,
h. 9 14
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), cet. ke- 4 h. 214 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 119 16 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan,( Jakarta: Gemawindu Panca Perkasa 2000), cet. ke-1, h. 31 15
24
4. Menggunakan kebebasannya sebagai manusia secara dewasa dengan berpedoman kepada cita-cita yang mewujudkan semua potensi yang baik padanya. 5. Menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam kehidupan ini secara memuaskan.17 Menurut M. Hamdan Bakran Adz Dzaky seperti dikutip oleh Tohirin merinci tujuan bimbingan dan konseling Islam sebagai berikut: 1) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai (muthmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah) dan mendapatkan pencerahan taufiq dan hidayahnya (mardhiyah). 2) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah atau madrasah, lingkungan kerja, maupun lingkungan sosial beserta alam sekitarnya.18 Aunur Rahim Faqih mengemukakan tujuan bimbingan agama Islam sendiri dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu secara umum dan secara khusus yang dirumuskan sebagai berikut:
17
W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), Cet. Ke-3. h. 31. 18 W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), Cet. Ke-3. h. 38.
25
1. Tujuan umum Tujuan umum bimbingan agama Islam adalah untuk membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan dunia akhirat.19 2. Tujuan khusus Adapun tujuan khusus bimbingan agama Islam adalah untuk Membantu individu mengatasi masalah yang sering di hadapinya, membantu individu memelihara dalam mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain. Menurut Abu Ahmadi, ada tiga tujuan diadakannya bimbingan, yaitu: a. Untuk memelihara dan membina suasana serta kondisi yang baik. b. Pencegahan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. c. Perbaikan atau penyembuhan dalam mengatasi suatu masalah.20 Anak yang berada dalam
masa pertumbuhan dan perkembangan
selalu ingin mendapatkan bimbingan dari orang tua, walaupun keinginannya itu tidak dikemukakan secara terbuka. Keadaan tersebut menghendaki para orang tua selalu memberikan bimbingan dan memperhatikan pendidikan anakanaknya.
19
Ainur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: Ui Press, 2001), Cet. Ke-2, H. 31 20 Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta, Rineka Cipta, 1991), h. 112.
26
Bimbingan agama yang dilakukan akan memberi pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan pada anak. Namun demikian besar kecilnya pengaruh tersebut sangat tergantung pada motivasi anak untuk memahami nilai-nilai agama sebab bimbingan & agama pada hakikatnya merupakan penanaman nilai keagamaan. Oleh karena itu, bimbingan agama lebih dititikberatkan pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan tuntutan agama. Syarat Pembimbing Agama
3.
Supaya pembimbing dapat menjalankan pekerjaannya dengan sebaikbaiknya, maka pembimbing harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu: a. Seorang pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas, baik dari segi teori maupun segi praktik. b. Dari segi psikologis, seorang pembimbing harus dapat mengambil tindakan yang bijaksana. Pembimbing harus cukup dewasa secara psikologis dengan adanya kemantapan atau kestabilan di dalam psikisnya, terutama dalam hal emosi.21 c. Seorang pembimbing harus sehat jasmani dan psikisnya. Apabila jasmani dan psikis tidak sehat maka hal itu akan mengganggu dalam menjalankan tugasnya. d. Seorang pembimbing harus memiliki kecintaan terhadap pekerjaannya dan juga terhadap anak atau individu yang dihadapinya.
21
h. 40
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling ( Studi & Karier), ( CV. Andi Offset, 2004),
27
e. Seorang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang baik sehingga usaha bimbingan dan konseling dapat berkembang ke arah keadaan yang lebih sempurna. f. Seorang pembimbing harus supel, ramah tamah, dan sopan. g. Seorang pembimbing diharapkan mempunyai sifat-sifat yang dapat menjalankan prinsip-prinsip serta kode etik bimbingan dengan sebaikbaiknya.22 Sesuai dengan persyaratan atau kemampuan yang harus dimiliki pembimbing dan konselor agama (Islam) tersebut, maka M. Arifin sebagaimana dikutip oleh M. Lutfi merumuskan syarat-syaratnya sebagai berikut: a. Meyakini akan kebenaran agama yang dianutnya, menghayati dan mengamalkan, karena ia menjadi pembawa norma agama (religious) yang konsekuen, serta menjadikan dirinya idola (tokoh yang dikagumi) sebagai muslim sejati, baik lahir maupun batin di kalangan orang yang dibimbingnya.23 b. Memiliki sikap dan kepribadian yang menarik, terutama bagi orang yang dibimbingnya dan lingkungan kerja atau masyarakat sekitarnya. c. Memiliki rasa tanggung jawab, rasa berbakti yang tinggi dan loyalitas terhadap profesi yang ditekuninya, sekalipun berhadapan dengan kondisi masyarakat yang selalu berubah-ubah.
22
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling ( Studi & Karier), ( CV. Andi Offset, 2004),
h. 41. 23
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan ( Konseling) Islam, (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 156
28
d. Memiliki kematangan jiwa dalam menghadapi permasalahan yang memerlukan pemecahan (dalam berfikir dan emosional). e. Mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan berbagai pihak, terutama dengan klien dan pihak lain dalam kesatuan tugas atau profesinya. f. Mempunyai sikap dan perasaan terikat dengan nilai-nilai ke Islaman dan kemanusiaan. Klien harus ditempatkan sebagai individu yang normal yang memiliki harkat dan martabat sebagai makhluk Tuhan. g. Memiliki keyakinan bahwa setiap klien yang dibimbing memiliki kemampuan dasar (potensi) yang mungkin dikembangkan menjadi lebih baik.24 h. Memiliki rasa cinta dan kasih sayang yang mendalam terhadap klien, sehingga selalu berupaya untuk mengatasi dan memecahkan masalahnya. i. Memiliki ketangguhan, kesabaran, dan keuletan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, sehingga tidak mudah menyerah apalagi putus asa dalam menghadapi kesulitan- kesulitan tugas. j. Memiliki sikap yang tanggap dan jiwa yang peka terhadap semua kesulitan yang disampaikan klien. k. Memiliki watak dan keribadian yang familiar, sehingga setiap klien yang menggunakan jasanya merasa terkesan dan kagum dengan cara-cara pelayanannya. l. Memiliki jiwa yang progresif (ingin maju) dalam profesinya, sehingga ada upaya untuk meningkatkannya sesuai dengan perkembangan yang ada dalam masyarakat. 24
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan ( Konseling) Islam, (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 157
29
m. Memiliki kepribadian yang bulat dan utuh sehingga mempunyai kemampuan
dalam
menangkap
dan
menyikapi
masalah-masalah
mental/rohaniyah yang dirasakan klien. n. Memiliki pengetahuan dan pengalaman teknis yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas dan profesinya. Adapun syarat yang harus dimiliki pembimbing agama antara lain sebagai berikut: a. Bertawakal dan mendasarkan sesuatu atas nama Allah SWT. b. Sabar, utamanya tahan menghadapi si terbantu yang menentang keinginan untuk diberikan bantuan. c. Tidak emosional, artinya tidak mudah terbawa emosi dan dapat mengatasi diri dan si terbantu. d. Retorika yang baik, sehingga dapat mengatasi keraguan si terbantu dan dapat meyakinkan bahwa ia dapat memberikan bantuan. e. Dapat membedakan tingkah laku klien yang berimplikasi terhadap hukum wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram.25 4.
Tugas Pembimbing Agama Tugas pembimbing adalah membimbing dan mengenalkan kebutuhan
atau kesanggupan peserta didik, menciptakan situasi yang kondusif bagi berlangsungnya proses kependidikan, menambah dan mengembangkan
25
Elfi Mu’awanah Dan Rifa Hidayah, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), Cet. Ke-1, h. 142.
30
pengetahuan yang dimiliki untuk disalurkan kepada peserta didik, serta senantiasa membuka diri terhadap seluruh kelemahan atau kekurangannya.26 Samsul Nizar mengutip pendapat Imam Al-Ghazali, bahwa tugas pembimbing
yang
utama
adalah
menyempurnakan,
membersihkan,
mensucikan, serta membawa hati manusia untuk selalu mengingat Allah SWT. Bagi pembimbing agama, tugas pokoknya adalah membimbing dan mengajarkan pengetahuan agama serta nilai-nilai agama ke dalam pribadi anak didiknya. Yang menjadi tekanan utamanya adalah mengubah sikap mental anak didik ke arah beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pembimbing agama harus memiliki beberapa persyaratan khusus, antara lain kematangan jiwa dan keimanan yang tangguh serta berkemampuan menjadi uswatun hasanah (contoh teladan) sesuai norma-norma ajaran agamanya, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Dalam hal ini, seorang pembimbing bertugas melaksanakan kegiatan-kegiatan dengan cara: a. Bekerja sama dengan murid. b. Bekerja sama dengan orang tua murid. c. Bekerja sama dengan rekan-rekan seprofesi dan masyarakat. d. Melakukan promosi dan hubungan dengan orang lain bagi kepentingan anak bimbingannnya.27
26 27
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. Ke-1, h. 44 Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, h. 75
31
Umar dan Sartono mengutip pendapat Rachel Dunaway Cox yang pernah melakukan studi di Amerika Serikat dan mengambil kesimpulan bahwa tugas pokok pembimbing adalah sebagai berikut: a. Melaksanakan koordinasi kegiatan bimbingan di sekolah. b. Merangsang dan mendidik karyawan sekolah agar memahami dan menghayati pelaksanaan program bimbingan di sekolahnya. c. Melaksanakan kegiatan bimbingan yang bersifat khusus pada saat tertentu.28 Sesungguhnya dalam Islam setiap pembimbing atau konselor berperan atau berfungsi sebagai “juru dakwah” atau “muballigh” yang mengemban tugas dalam menyampaikan pesan-pesan ajaran Islam ke tengah-tengah kehidupan umat manusia, baik dalam bentuk individu maupun kelompok, agar diyakini dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan Islam, pembimbing atau konselor bertugas mengarahkan kliennya agar masuk ke ajaran Islam secara utuh, menyeluruh dan universal.29 Dalam psikoterapi berwawasan Islam menyatakan bahwa pembimbing mempunyai tugas terhadap kesembuhan, keselamatan dan kebersihan rohani klien dunia akhirat. Karena aktifitas bimbingan adalah berdimensi ibadah, berefek
sosial,
dan
bermuatan
teologis
tidak
semata-mata
bersifat
kemanusiaan.30.
28
Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, h. 76 M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan ( Konseling) Islam, (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 158 30 Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah Bimbingan Psikotrapi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), H. 41. 29
32
B. Akhlak 1. Pengertian Akhlak Secara bahasa, pengertian akhlak diambil dari bahasa arab yang berarti: (a) perangai, tabi’at, adat (diambil dari kata dasar khuluqun), (b) kejadian, buatan, ciptaan (diambil dari kata dasar khalqun). Adapun pengertian akhlak secara terminologis dapat dilihat pada pernyataan ulama. Para ulama telah banyak mendefenisikan mengenai pengertian akhlak, diantaranya Ibn Maskawaih dalam bukunya Tahdzib al-Akhlak. Beliau mendefinisikan mengenai pengertian akhlak akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa terlebih dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan. Selanjutnya Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya „Ulum al-Din menyatakan bahwa akhlak adalah gambaran tingkah laku dalam jiwa yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.31 Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab akhlak. Bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis antara lain berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at. Dalam kepustakaan, akhlak diartikan juga sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah laku), mungkin baik, mungkin buruk.32 Hal ini dikarenakan bahwa akhlak ditimbulkan sesuai dengan kadar keimanan
31
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, September 2006), cet. 1, ke-1 h. 151. 32 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 346.
33
seseorang kepada Allah SWT. Jika iman seseorang sedang bertambah, maka yang muncul adalah akhlak yang baik. Sebaliknya, jika iman seseorang sedang berkurang, maka akhlak yang muncul adalah akhlak yang buruk. Menurut konsep Ibnu Miskawaih, akhlak ialah suatu sikap mental atau keadaan jiwa yang mendorongnya untuk berbuat tanpa pikir dan pertimbangan. Sementara tingkah laku manusia terbagi menjadi dua unsur, yakni unsur watak naluriah dan unsur lewat kebiasaan dan latihan.33 Secara etimologi kata “akhlak” adalah bentuk jamak dari dari kata “khuluq” yang mengandung pengertian pada tabiat dan sikap yang ditunjukkan melalui perbuatan keseharian. Menurut Y. S Marjo menjelaskan bahwa, “akhlak ialah sikap yang digerakkan oleh jiwa yang menimbulkan tindakan dan perbuatan dari manusia baik terhadap Tuhan maupun terhadap manusia ataupun terhadap dirinya sendiri.”34 Suatu perbuatan atau sikap dapat dikategorikan akhlak apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan suatu
33
Zar Sijaruddin, Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 135 34 Ys. Marjo, Kamus Populer, ( Surabaya: Beringin Jaya, 1997). Cet. Ke-1, h. 24
34
perbuatan yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur, mabuk, atau gila. Ketiga, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Keempat, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main, berpura-pura atau bersandiwara.35 Jadi, apabila salah satu dari kriteria tersebut tidak ada dalam perbuatan atau sikap seseorang, maka tidak dapat disebut sebagai akhlak. 2. Ruang Lingkup Ajaran Akhlak Menurut Heny Narendrany Hidayati, bahwa akhlak Islam adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak dalam ajaran Islam mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah SWT, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa). Lebih jelasnya dapat disimak pada paparan berikut ini:36 a. Akhlak terhadap Allah SWT Akhlak terhadap Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai khalik. Sikap atau perbuatan tersebut memiliki ciri-ciri perbuatan akhlaki sebagaimana telah dijelaskan diatas. 35
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, September 2006), cet. 1, ke-1 h. 151-152 36 Menurut Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlak Karimah Mahasiswa, (Jakarta: UIN Press Dan Center For Quality Development And Assurance- Lembaga Peningkatan Dan Jaminan Mutu, 2009), Cet. Ke-1, h. 12-14
35
Bentuk-bentuk perbuatan yang termasuk dalam berakhlak kepada Allah diantaranya: tauhid, ibadah/shalat, puasa, taubat, ikhlas, bersyukur, tawakal, ridha Allah, rendah hati, amal saleh, cinta ilmu, muru‟ah. Abuddin Natta menyebutkan sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah SWT, yaitu: Pertama, karena Allah SWT yang telah menciptakan manusia. Dia menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan keluar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk. Dalam ayat lain Allah SWT mengatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah yang kemudian di proses menjadi benih yang disimpan ditempat yang kokoh (rahim). Setelah itu menjadi segumpal darah, segumpal daging, dijadikan tulang dan dibalut dengan daging, dan selanjutnya diberi roh. Dengan demikian, sudah sepantasnya manusia berterima kasih kepada yang menciptakannya. Kedua, karena Allah SWT yang telah memberikan perlengkapan pancaindera berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna. Perlengkapan itu diberikan kepada manusia agar manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan. Penglihatan dan pendengaran adalah sarana observasi, dengan bantuan akal mampu untuk mengamati dan mengartikan kenyataan empiris. Hanya dengan proses generalisasi empiris ini akan mengarahkan manusia bersyukur kepada
36
penciptanya. Bersyukur berarti mampu memanfaatkan perlengkapan panca indera tersebut menurut ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah Swt. Ketiga, karena Allah SWT yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan sebagainya. Keempat, Allah SWT yang memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan. Maka, dengan kemampuan Allah SWT berikan kepada manusia, seharusnya dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat manusia, bukan untuk melakukan kerusakan dan menimbulkan mudharat (bahaya) bagi banyak orang. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah SWT. Diantaranya dengan cara tidak menyekutukan-Nya, takwa kepadaNya, mencintai-Nya, ridha dan ikhlas terhadap segala ketentuan-Nya dan bertaubat, mensyukuri nikmat-Nya, selalu berdoa kepada-Nya, yaitu dengan menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai diri manusia. Quraish Shihab mengatakan bahwa titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah.37 Kegiatan menanamkan nilai-nilai akhlak kepada Allah yang sesungguhnya 37
http://astro-remaja.blogspot.com/2013/05/ruang-lingkup-akhlak-islami.html, Pukul 09. 35, 02 Oktober 2014.
37
akan membentuk pendidikan keagamaan, diantara nilai-nilai ketuhanan yang sangat mendasar ialah: 1. Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Tuhan. Jadi tidak cukup hanya “percaya” kepada adanya Tuhan, melainkan harus meningkat
menjadi
sikap
mempercayai
Tuhan
dan
menaruh
kepercayaan kepadanya. 2. Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah SWT senantiasa hadir atau bersama manusia diamanapun manusia berada. Karena Allah SWT selalu mengawasi manusia, maka manusia harus berbuat, berlaku dan bertindak menjalankan sesuatu dengan sebaik mungkin dan penuh rasa tanggung jawab, tidak dengan setengahsetengah dan tidak dengan sikap sekadarnya saja. 3. Takwa, yaitu sikap yang sadar penuh bahwa Allah SWT selalu mengawasi manusia. Kemudian manusia berusaha berbuat hanya sesuatu yang diridhai Allah SWT, dengan menjauhi atau menjaga diri dari sesuatu yang tidak diridhai-Nya. Taqwa inilah yang mendasari budi pekerti luhur (al-akhlaqul karimah). 4. Ikhlas, yaitu sikap murni dalam suatu perbuatan, semata-mata demi memperoleh keridhaan Allah dan bebas dari pamrih lahir dan batin, tertutup maupun terbuka. Dengan sikap ikhlas, manusa akan mampu mencapai tingkat tertinggi nilai karsa batinnya dan karsa lahirnya, baik pribadi maupun sosial.
38
5. Tawakal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah SWT dengan penuh harapan kepadanya dan keyakinan bahwa dia akan menolong manusia dalam mencari dan menemukan jalan yang terbaik. 6. Syukur, yaitu sikap penuh terimakasih dan penghargaan. Dalam hal ini atas segala nikmat dan karunia yang tidak terbilang banyaknya yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia. Bersyukur dalam hidup, senantiasa mengharap kepada Allah SWT karena beryukur kepada Allah SWT hakikatnya beryukur kepada diri sendiri, karena manfaat yang besar akan kembali kepada yang bersangkutan. 7. Sabar, yaitu sikap tabah menghadapi segala kepahitan hidup, besar dan kecil, lahir dan batin, fisiologis maupun psikologis, karena keyakinan yang tak tergoyahkan bahwa kita semua berasal dari Allah SWT dan akan kembali kepadanya. Jadi, sabar adalah sikap batin yang tumbuh karena kesadaran akan asal dan tujuan hidup yaitu Allah SWT. b. Akhlak terhadap Sesama Manusia Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur’an berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenal hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang di belakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah. Di sisi lain Al-Qur’an menekankan bahwa setiap orang hendaknya melakukan perbuatan secara wajar. Seperti tidak masuk ke rumah orang tanpa izin, jika bertemu mengucapkan salam, dan ucapan yang dikeluarkan
39
adalah ucapan yang baik. Setiap ucapan yang ducapkan adalah ucapan yang benar, jangan mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak wajar pula berprasangka buruk tanpa alasan, atau menceritakan keburukan seseorang, tidak menyapa atau memanggilnya dengan sebutan buruk. Tawaduk (rendah hati), rendah hati orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan diri dalam pergaulan, Tasamuh (tenggang rasa), saling menghormati, dan saling menghargai sesama manusia. Selanjutnya yang melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan, pemaafan ini hendaknya disertai dengan kesadaran bahwa yang dimaafkan berpotensi pula melalakukan kesalahan. Selain itu pula dianjurkan agar menjadi orang yang pandai mengendalikan nafsu amarah. Adapun
bentuk-bentuk
akhlak
terhadap
sesama
manusia
diantaranya adalah jujur, ikhlas, amanah, tawadhu, sabar, pemaaf, penolong, rajin, disiplin, bermanfaat, cerdas, cinta damai, tanggung jawab, sabar, tasamuh, persaudaraan, peduli sosial, dan berbagi. c. Akhlak terhadap Lingkungan Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Adapun bentuk-bentuk perbuatan yang termasuk akhlak terhadap lingkungan, yaitu dengan peduli lingkungan diantaranya memelihara tumbuh-tumbuhan, menyayangi hewan, menjaga kebersihan, dan menjaga ketentraman.
40
Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber
dari fungsi
manusia sebagai
khalifah.
Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia terhadap sesamanya dan terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptanya. Karena pada dasarnya, Allah SWT menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi, untuk mengelola dan mengambil manfaat dari segala sesuatu yang dianugerahkan (diberikan) Allah SWT di muka bumi ini. Dalam pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang atau memetik bunga sebelum mekar karena tidak memberi kesempatan kepada manusia lainnya untuk mencapai tujuan penciptanya. Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan pengrusakan, bahkan dengan kata lain, setiap pengrusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai pengrusakan pada diri manusia sendiri. Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah SWT dan menjadi milik-Nya, serta semuanya memiliki ketergantungan kepada-Nya. Hal ini menambah keyakinan seorang muslim untuk menyadari segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan di alam semesta pasti akan kembali kepadanya.
41
Dari uraian di atas memperlihatkan bahwa akhlak Islam sangat komprehensif (menyeluruh) dan mencakup berbagai makhluk yang diciptakan Tuhan. Hal yang demikian dilakukan karena secara fungsional seluruh makhluk tersebut satu sama lain saling membutuhkan. Punah dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk Tuhan akan berdampak negatif bagi makhluk lainnya.38 C. Remaja 1.
Pengertian Remaja Istilah remaja atau adolesence berasal dari kata lain adolescere, (kata bendanya adolescentia, yang berarti remaja), yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah ini adolescence seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. 39 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia remaja memiliki arti mulai dewasa.40 Masa remaja ialah satu periode dari masa anak-anak menjadi dewasa ketika manusia menguji berbagai peran yang mereka mainkan dan mengintegrasikan peran-peran itu ke dalam suatu persepsi diri, suatu identitas.41 Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan 38
Abu Ahmadi, dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, Agustus, 2004), cet ke-1V, H. 198 39 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1980, Edisi Ke-5, h. 206 40 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 739 41 Tim Penyusun, Intervensi Psikososial (Intervensi Pekerja Sosial Profesional), Jakarta: Departemen Sosial Direktorat Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia, 2006, h. 13
42
seksual. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Pada masa ini terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.42 Menurut Papalia dan Olds, masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.43 Sedangkan Hurlock membagi masa remaja menjadi masa awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dam masa remaja akhir (16 atau 17 hingga 18 tahun), masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir, individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.44 Masa remaja, menurut Tanley Hall, seorang bapak pelopor psikologi perkembangan remaja dianggap sebagai masa topan badai dan stres (storm and stress), karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri. Kalau terarah dengan baik, maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggung jawab, tetapi kalau tidak terbimbing, maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik.45
42
Sarlito Wirawan. S, Psikologi Remaja, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994, h.9 Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D., Human Development (8 th ed). Bustom: McGraw-Hill, 2001, h. 122 44 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1980, Edisi ke-5, h. 207 45 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004, h. 13 43
43
Dari beberapa pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa remaja adalah masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. 2.
Ciri - ciri Masa Remaja Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang sangat cepat baik secara fisik maupun secara psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja. a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal sebagai masa storm and stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, harus lebih mandiri, dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah. b. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti
44
tinggi badan, berat badan dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja. c. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis dan dengan orang dewasa. d. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati masa dewasa. e. Kebanyakan
remaja
bersikap
ambivalen
dalam
menghadapi
perubahan yang terjadi. Disatu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi disisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.46
46
Mr. Dan O’ Donnell, Perlindungan Anak, Sebuah Panduan Bagi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat ( UNICEF, 2006), H. 128.
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA PANTI SOSIAL BINA REMAJA (PSBR) BAMBU APUS CIPAYUNG JAKARTA TIMUR A. Sejarah Berdirinya Panti Anak adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan bangsa dan negara. Kondisi masyarakat yang miskin di suatu wilayah seringkali berdampak pada ketidakmampuan keluarga dalam mengupayakan pemenuhan akan hak dasar anak terutama di bidang pendidikan baik formal maupun nonformal. Hampir sebagian besar remaja yang berada di desa-desa mengalami putus sekolah sehingga menjadi masalah besar yang mengancam bangsa dan negara karena ditangan merekalah sebagai generasi penerus nasib bangsa dan negara ini dipertaruhkan. Selain pendidikan formal, remaja ini tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk membantu mereka keluar dari kemiskinan struktural.
Kondisi
putus
sekolah
dan
minim
keterampilan
dapat
menyebabkan mereka tidak mampu bersaing di dunia kerja ataupun bidang usaha, yang nantinya mereka menjadi pengangguran dan tidak memiliki aktivitas bermanfaat. Pendidikan terhadap anak sejatinya berlangsung sepanjang masa long live education. Salah satu upayanya adalah memberikan pendidikan yang layak terhadap anak sehingga dapat membentuk karakter kepribadian, wawasan, life skill yang didapat akan bermanfaat untuk kehidupan mereka
45
46
agar menjadi lebih baik lagi. Namun, bagi sebagian masyarakat hal itu tidak dapat diperoleh, selain karena biaya pendidikan yang mahal, rendahnya ekonomi keluarga juga menjadi alasan bagi anak-anak untuk ikut membantu meningkatkan penghasilan keluarga demi kelangsungan hidup. Hal ini menjadi penyebab utama meningkatnya angka putus sekolah. Salah satu program pemerintah untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan remaja yang kurang mampu adalah pelayanan sosial bagi remaja putus sekolah. Program pengembangan tersebut menjadi hal yang sangat krusial, mengingat semakin meningkatnya jumlah remaja yang terpaksa putus sekolah. Di tengah keterbatasan dan ketidakmampuan remaja dalam mengakses pendidikan formal dan nonformal serta ingin mengembangkan diri dalam meningkatkan keterampilan hidup mereka, maka Kementerian Sosial RI melalui pusat pengembangan remaja Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur membuka kesempatan bimbingan dan pelayanan. PSBR adalah salah satu unit pelaksana teknis di lingkungan Kementrian Sosial RI yang memberikan pelayanan sosial kepada remaja putus sekolah berupa bimbingan sosial dan bimbingan keterampilan kerja. Dengan adanya bimbingan ini di harapkan para remaja memiliki kemampuan dan kemandirian serta dapat berkembang secara wajar di tengah hirup pikuk masyarakat, sehingga dapat berperan aktif dalam pembangunan serta kemajuan tempat tinggalnya.
47
PSBR Bambu Apus Jakarta berdiri pada bulan Juli 1972. PSBR secara resmi memulai operasional pada tanggal 15 September 1974, diresmikan oleh Menteri Sosial Republik Indonesia, Bapak HMS. Mintaredja, SH. Sebelum bernama PSBR, awalnya bernama Panti Asuhan Percontohan. Selang beberapa tahun berganti nama menjadi Panti Penyantunan Anak (PPA). Pada tanggal 23 April 1994 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor: 14/HUK/1994 berubah nama menjadi Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus (PSBR). PSBR ini beralamat di JL. PPA. No. 1 Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur dengan luas tanah 103. 400 m2 dan luas bangunan 20.062 m2.1 B. Visi, Misi dan Tujuan Berdirinya Lembaga 1. Visi Visi PSBR Bambu Apus adalah mewujudkan PSBR Bambu Apus sebagai Lembaga Penyelenggara Pelayanan Rehabilitasi Sosial secara prima bagi remaja terlantar putus sekolah. 2. Misi Misi Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus adalah : a. Melaksanakan perencanaan program dan kegiatan penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi remaja secara efektif dan efisien.
1
Brosur, Pusat Pengembangan Remaja Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta, April 2014
48
b. Melaksanakan penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi remaja yang prima, profesional, dan berkelanjutan sesuai prosedur dan standar pelayanan. c. Meningkatkan dukungan manajemen penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi remaja yang akuntabel (bertanggung jawab), transparan dan profesional.2 3. Tujuan Berdirinya Lembaga Tujuan PSBR Bambu Apus adalah terpenuhinya hak dan kebutuhan dasar remaja, terbentuknya karakter remaja yang jujur, disiplin, tanggung jawab, percaya diri, terampil dan mandiri. Terlaksananya proses rehabilitasi sosial yang selaras dengan tuntutan kebutuhan remaja dan masyarakat dan tersedianya sumber daya manusia Pusat Pengembangan Remaja PSBR Bambu Apus yang profesional dan berkualitas serta berjalannya administrasi yang sistematis, terkoordinasi, terdokumentasi dan konsisten.3 C. Fungsi dan Tugas Lembaga 1. Fungsi a. Pusat pemberdayaan dan pengembangan diri remaja. b. Pusat informasi pelatihan dan penelitian tentang perilaku susila remaja dan organisasi. c. Pusat rujukan penanganan masalah sosial remaja sebagai upaya pencegahan, rehabilitasi pemberdayaan, dukungan, dan pengembangan. 2
Brosur, Pusat Pengembangan Remaja Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta, April 2014. 3 Wawancara dengan Bapak Junaidi, Pembimbing Agama Islam, PSBR, 8 April 2014.
49
2. Tugas Lembaga Memberikan bimbingan dan pelayanan yang bersifat prefentif, rehabilitatif, dan promotif dalam bentuk bimbingan fisik, spiritual, sosial, pelatihan keterampilan, resosialisasi serta bimbingan lanjut bagi remaja terlantar putus sekolah agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat serta melakukan pengkajian dan penyiapan standar pelayanan.4 D.
Ruang Lingkup Kegiatan Lembaga PSBR Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI melaksanakan tugas pelayanan kesejahteraan sosial, melalui kegiatan sosial, mental, fisik, serta bimbingan sosial dan keterampilan kerja seperti keterampilan otomotif, elektro, las, jahit, dan salon. Pihak panti remaja terlantar dan putus sekolah yang tidak mampu dari batas usia 15 thn s/d 18 thn. Remaja tersebut tidak pernah menjenjang pendidikan hingga SLTA atau sederajat. Ruang lingkup panti ini mencakup nasional yang bekerja sama dengan dinas-dinas sosial terkait di beberapa daerah di seluruh Indonesia.5
4
Brosur, Pusat Pengembangan Remaja Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta, April 2014 5 Wawancara dengan Bapak Imron, Pembimbing Agama Islam, PSBR, 18 April 2014.
50
E. Penerima Manfaat 1. Jangkauan Pelayanan dan Perekrutan Menyadari perlunya pusat pemberdayaan dan pengembangan diri bagi remaja, sejak 1 September 1994 PSBR telah menerima sekitar 75 angkatan. Jangka waktu pelayanan adalah enam bulan, dalam satu tahun dibuka dua kali pendaftaran. Periode 1 : Januari s/d Juni dengan penerimaan dilaksanakan setiap bulan November dan Desember untuk angkatan pertama, dan Periode 2: Juli s/d Desember dengan penerimaan dilaksanakan setiap bulan Mei dan Juni untuk angkatan kedua. Jangkauan Pusat Pengembangan Remaja PSBR Bambu Apus Jakarta Timur Tahun 2012 yang merupakan wilayah sasaran program penerima manfaat meliputi Regional Jawa : DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. 2. Deskripsi Klien Sesuai dengan latar belakang berdirinya PSBR ini adalah untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial, melalui kegiatan sosial, mental, fisik serta bimbingan sosial dan keterampilan kerja dengan tujuan agar remaja terlantar putus sekolah yang menerima pelayanan dapat berkembang secara wajar, mandiri dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara baik di tengah masyarakat juga serta dapat terampil dan aktif dalam pembangunan. Oleh karena itu penerima manfaat di PSBR Bambu Apus memiliki tipe “normal functioning” yakni klien PSBR Bambu Apus dapat dikatakan berfungsi secara normal.
51
3. Kriteria Pemilihan Kriteria untuk menjadi calon remaja di PSBR Bambu Apus adalah sebagai berikut: a. Anak laki- laki atau perempuan b. Remaja terlantar dan putus sekolah pada tingkat SD, SMP, SLTA atau yang sederajat c. Usia 15 s/d 18 tahun d. Fotokopi ijazah e. Fotokopi Kartu Keluarga f. Surat keterangan tidak mampu g. Sehat jasmani dan rohani h. Tidak bertato dan narkoba atau tindak kriminal lainnya i. Surat rekomendasi dari Dinas Sosial setempat j. Lulus seleksi oleh Instansi Sosial setempat atau petugas panti k. Surat penyerahan dari orang tua atau keluarga l. Akte kelahiran atau surat kenal lahir 4. Proses Penerimaan Proses penerimaan calon remaja PSBR Bambu Apus adalah sebagai berikut: a) Sosialisasi Sosialisasi adalah kegiatan penyebarluasan informasi tentang PSBR secara umum kepada masyarakat. Tujuannya adalah agar:
52
1) Peserta pertemuan mengetahui dan memahami tugas pokok dan Fungsi PSBR. 2) Peserta pertemuan mengetahui dan memahami status PSBR sebagai UPT milik Kementrian Sosial RI. 3) Peserta pertemuan mengetahui dan memahami maksud dan tujuan PSBR. 4) Peserta pertemuan mengetahui program-program yang ada di PSBR seperti administrasi, orientasi, penelusuran minat bakat (PMB), out bond, dan bimbingan sosial. Program binaan yaitu Kegiatan bimbingan keterampilan, kegiatan kunjungan industri, pembekalan dan persiapan magang, magang atau praktek belajar kerja, monitoring magang, kegiatan widyawisata, dan penyuluhanpenyuluhan. b) Pendaftaran Pendaftaran
merupakan
kegiatan
membagikan
formulir
pendaftaran, mewawancarai, melakukan observasi sekaligus mencatat anak remaja calon binaan PSBR di lokasi (tempat tinggal calon binaan). Beberapa aspek yang harus diperoleh dari kegiatan ini adalah: 1) Identitas calon binaan (nama calon, usia, pendidikan terakhir, permasalahan yang dihadapi anak pada waktu tersebut. 2) Identitas orang tua atau wali (nama, alamat orang tua atau wali, usia, pekerjaan). 3) Jumlah saudara kandung calon (bila ada alamat keluarga atau warga terdekat yang tinggal di sekitar PSBR Bambu Apus).
53
4) Penyebab keterlantaran (putus sekolah). c) Seleksi Seleksi adalah kegiatan untuk menentukan calon peserta di PSBR Bambu Apus yang dilakukan tim seleksi. Tim Seleksi ini diketuai oleh seorang pekerja sosial yang ditunjuk berdasarkan SK Pimpinan PSBR. d) Registrasi Registrasi
adalah
kegiatan
mencatat,
menyimpan
serta
mengagendakan data-data calon remaja PSBR ke dalam buku register. Kegiatan registrasi dilakukan di PSBR Bambu Apus dan dilakukan oleh tim yang ditunjuk berdasarkan SK kepala panti. e) Orientasi Orientasi adalah proses yang diselenggarakan oleh PSBR untuk melakukan penyesuaian fisik, psikis dan mental anak calon remaja ke dalam metode pelayanan yang ada. f)
Pengasuhan atau bimbingan Setiap rumah asuh terdapat orang tua asuh. Sistem pengasuhan adalah menganggap anak seperti keluarganya sendiri dan bertugas mengayomi anak. Orang tua asuh dapat menjadi teman, sahabat dan guru bagi para remaja. Yang menjadi orang tua asuh adalah pegawai PSBR Bambu Apus Jakarta yang bersedia menjadi orang tua asuh.6
6
Wawancara dengan Bapak Junaidi, Pembimbing Agama, PSBR, 12 Juli 2014.
54
F. Program Pelaksanaan Program Pusat Pengembangan Remaja PSBR Bambu Apus Jakarta selaku mitra kerja di bawah naungan Kementrian Sosial RI yakni satuan kerja perangkat wilayah yang berada di Jakarta Timur dalam tahun pelaksanaan anggaran 2013 adalah melaksanakan kegiatan program terhadap remaja dengan sasaran target 150 anak pada masing-masing angkatan. Seksi Rehabilitasi Sosial yang bertugas untuk membuat rancangan program kegiatan bagi remaja dalam satu tahun. Pelaksanaan kegiatan Bimbingan Sosial dan Keterampilan Kerja selama tahun 2012 telah dilaksanakan dengan kegiatan : 1. Administrasi a. Mempersiapkan agenda dan data awal tentang remaja. b. Tersedianya catatan studi kasus dan persyaratan administrasi. c. Mempersiapkan atau menyediakan sarana dan prasarana pelaksanaan kegiatan seperti alat tulis dan peralatan penunjang untuk remaja. d. Menyusun berkas biodata dan data kesehatan remaja. e. Buku perkembangan remaja. f. Mempersiapkan buku induk remaja. g. Menyusun dan menelaah identitas calon remaja. 2. Orientasi remaja Pelaksanaan orientasi remaja di lingkungan panti bertujuan untuk mewujudkan kemandirian dan meningkatkan kedisiplinan remaja. Dalam pelaksanaan orientasi juga dilakukan pengenalan program dan kegiatan penunjang.
55
3. Penelusuran Minat Bakat (PMB) remaja Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menempatkan remaja pada jurusan yang sesuai dengan kemampuannya agar remaja dapat mengikuti proses belajar-mengajar dengan baik. 4. Out Bond. Maksud
dari
dilaksanakannya
kegiatan
ini
adalah
untuk
mengembangkan potensi diri dan menumbuhkan rasa percaya diri pada remaja. Juga untuk membentuk disiplin kerja dan memotivasi diri dalam bekerja. 5. Bimbingan Sosial remaja Bimbingan sosial adalah proses komunikasi, informasi edukasi dan motivasi yang terencana, terarah, dan berkelanjutan untuk memberikan pengetahuan dan mendorong perubahan sikap dan perilaku. Adapun materi bimbingan sosialnya adalah bimbingan dalam PBB (Pelajaran Baris Berbaris), bimbingan perubahan perilaku, bimbingan keorganisasian /kepemimpinan, pengetahuan tentang napza, bimbingan sosial masyarakat, etika sosial remaja, dan lain-lain. 6. Kegiatan Bimbingan Keterampilan bagi remaja Bimbingan keterampilan kerja dilakukan agar remaja memiliki kemampuan dan kemandirian sehingga mereka dapat terampil dan aktif berpartisipasi di masyarakat dengan bekal keterampilan dasar yang dimiliki yang memungkinkan bagi mereka untuk pemenuhan kebutuhan hidup di masa depan.
56
7. Kegiatan Kunjungan Industri remaja Kunjungan industri merupakan salah satu pelengkap dari proses bimbingan
keterampilan
kerja.
Kegiatan
ini
diharapkan
mampu
memberikan gambaran nyata tentang dunia kerja. 8. Pembekalan dan Persiapan Magang Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pemantapan remaja yang akan mencari tempat magang untuk diberi kesempatan menimba ilmu di berbagai unit usaha sesuai dengan keterampilannya. 9. Magang atau praktek belajar kerja remaja Kegiatan magang merupakan ajang pengenalan lembaga tempat bekerja
sekaligus
mengasah
kemampuan
remaja
dalam
bidang
keterampilan yang dimiliki atau diperoleh selama bimbingan sosial dan bimbingan keterampilan ketika di panti. Kegiatan tersebut berlangung selama 27 hari. 10. Monitoring Magang Kegiatana monitoring magang dilakukan untuk mengetahui dan mengontrol pelaksanaan magang yang dilaksanakan oleh remaja. 11. Kegiatan Widyawisata remaja Widyawisata merupakan kegiatan rekreasi yang dilakukan pada remaja agar telibat langsung pada aktifitas permainan. 12. Penyuluhan- penyuluhan Penyuluhan atau ceramah umum dilaksanakan di Aula PSBR setelah dilaksanakannya magang.7
7
Wawancara dengan Bapak Imron, Pembimbing Agama, PSBR, 15 Juli 2014.
57
G. Sarana dan Prasarana Lembaga PSBR Bambu Apus Jakarta Timur berada di areal seluas 103.400 m2 sesuai dengan pembuatan sertifikat tanah pengganti dengan surat ukur pengesahan akta Notaris Hetty Siagian, SH dengan SPK Nomor: 831H/PPKUM/X/2010 tanggal 01 Oktober 2010. Sarana dan prasarana yang terdapat di PSBR Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur dijelaskan dalam tabel berikut. Tabel 18 Sarana dan Prasarana Lembaga Tahun 2013 No
Gedung/Bangunan
Jumlah
1
Gedung kantor dan ruang aula
1 unit
2
Rumah asuh (cottage)
23 unit
3
Gedung Poliklinik / Perlindungan Sosial
1 unit
Anak 4
Dapur umum dan ruang makan
1 unit
5
Gedung instalasi produksi (shelter workshop)
1 unit
6
Ruang bimbingan / praktik keterampilan
5 unit
7
Ruang ibadah (masjid)
1 unit
8
Gedung fungsional PekSos dan Konseling
1 unit
9
Pos jaga / keamanan
1 unit
10
Rumah Dinas Kepala Panti
1 unit
11
Rumah dinas tipe 45
10 unit
12
Rumah dinas tipe 70
9 unit
8
Pamflet, Profil Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus, pada tahun 2013
58
13
Lapangan futsal
1 unit
14
Lapangan bola voli/ basket
1 unit
15
Gedung olah raga bulu tangkis
1 unit
16
Taman Kanak kanak ( TK )
1 unit
17
Taman Anak Sejahtera Kasih Ibu
1 unit
18
Pusat pelayanan terpadu ( gedung ADK )
1 unit
H. Gender TABEL 29 Komposisi Pegawai PSBR Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013 No
Jenis Kelamin
Jumlah Orang
Prosentase (%)
Keterangan
1
Laki- laki
25
50
Pensiun 1 org
2
Perempuan
25
50
50
100%
Jumlah
9
Pamflet, Profil Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, pada tahun 2012.
59
I.
Struktur Organisasi Lembaga BAGAN 110 STRUKTUR ORGANISASI PUSAT LEMBAGA REMAJA (PSBR) BAMBU APUS JAKARTA KEMENSOS RI NP.106/HUK/2014 Kepala Lembaga
Dra.Ignatia Sri Wuwuh P, M.Si
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Dyah Wijayanti A.KS,M.Kesos
Kepsek Rehabilitasi Sosial
Kepsek Program dan Advokasi Sosial
Namin Sunarto, AKS
Hasrifah M, S.si
Kelompok Jabatan Fungsional Dra. Habibi Tamher, M.Si Shelter Workshop Instalasi Produksi
10
Pamflet, Profil Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, pada tahun 2013
60
J.
Jumlah Pegawai dan Latar Belakang Pendidikan Tabel 311 Komposisi Pegawai Menurut Jabatan Tahun 2013
No Jabatan 1 Kepala Panti 2 Subbag Tata Usaha a. Kepala Sub Bagian b. Staf Sub Bagian 3 Seksi Program dan Advokasi a. Kepala Seksi b. Staf Seksi 4 Seksi Rehabilitasi Sosial a. Kepala Seksi b. Staff Seksi 5 Fungsional
11
Jumlah 1 orang
Keterangan
1 orang 18 orang 1 orang 2 orang 1 orang 6 orang
a. Pekerja Sosial
15 orang
b. Perencana c. Arsiparis d. Pranata komputer e. Instruktur
1 orang -
f. Penyuluh Sosial g. Pustakawan
1 orang -
h. Psikolog i. Dokter/perawat
1 orang -
j. Perawat/paramedis k. Verifikator Keuangan
2 orang -
Fungsional Angka Kredit Fungsional Angka Kredit
Fungsional Angka Kredit Fungsional Non Angka Kredit Fungsional Non Angka Kredit Sda
Pamflet, Profil Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, pada tahun 2012
61
Tabel 412 Tingkat Pendidikan Pegawai Tahun 2013 No
Tingkat Pendidikan
Jumlah Orang
1
S2
7
2
S1
12
3
Diploma IV
9
4
Diploma III
8
5
SLTA
12
6
SLTP
2
7
SD
Jumlah
Keterangan
50
K. Kemitraan dengan Pihak Luar Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan memperluas jaringan kerjasama dengan masyarakat atau lingkungan di sekitar panti, maka Pusat Pengembangan Remaja PSBR Bambu Apus telah melaksanakan kerjasama dengan pihak-pihak berikut : 1. Komando Rayon Militer 007 Cipayung Jakarta Timur Dalam rangka penanganan disiplin dan perubahan sikap mental penerima manfaat, PSBR melibatkan pihak koramil dalam kegiatan saat masa orientasi dan pengenalan lingkungan.
12
Pamflet, Profil Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, pada tahun 2013
62
2. Kepolisian Sektor (Polsek) Cipayung Jakarta Timur Dalam rangka penanganan dan pencegahan kenakalan remaja, serta perlindungan remaja berada di lingkungan sosial panti untuk penanganan penerima manfaat serta pemahaman tentang tata tertib di jalan raya. 3. Dinas Pendidikan dan DIKMEN Kecamatan Cipayung Dinas Pendidikan diperlukan dalam rangka kerjasama dalam pembelajaran serta pendidikan untuk anak sekolah atau untuk remaja terlantar putus sekolah melalui Paket Pendidikan kesetaraan Paket A, B, dan C di PKBM Bina Remaja Bambu Apus yang bekerjasama dengan PSBR Bambu Apus. 4. Dinas Kesehatan Dinas kesehatan diperlukan untuk penanganan remaja yang sakit, serta pemeriksaan, dan pengobatan dilakukan satu bulan sekali kegiatan ini bertempat di gedung Poliklinik dengan melibatkan tenaga medis dokter satu orang dari Dinas Kesehatan dan tenaga perawat di dalam panti dua orang. 5. Perusahaan Swasta Pada bidang perbengkelan atau industri garment pihak PSBR telah menjalin kerjasama dalam bentuk penerimaan remaja yang telah mengikuti bimbingan sosial dan keterampilan kerja sesuai dengan bidang yang telah diambil oleh remaja/ penerima manfaat dalam bentuk penyaluran penerima manfaat.13
13
Wawancara pribadi dengan Bapak Junaidi, Pembimbing Agama, PSBR, 24 Juli 2014.
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Informan 1. Pembimbing Dalam bab ini, penulis memaparkan tentang deskripsi pembimbing dan terbimbing yang ada di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. Pembimbing agama Islam yang ada di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) yaitu dua orang pembimbing. Tabel 5 Pembimbing Agama Islam Nama Tugas
No 1
2
Hari/waktu
Drs. H. Muhammad Imron
Pembimbing
Senin-Minggu
Rosyadi
Agama Islam
18.00-19.30
Junaedi S. Pd. I
Pembimbing
Rabu
Agama Islam
08.00-09.45
Deskripsi mengenai Pembimbing Agama Islam di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) yaitu: a. Bapak Drs. H. Muhammad Imron Rosyadi Bapak Imron adalah seorang Pembimbing Agama Islam di PSBR lahir di Lubuk Linggau, pada tanggal 28 Juli 1973. Bapak Imron telah bergabung di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) hampir enam tahun dari tahun 2008.
63
64
Selama menjadi seorang pembimbing agama Islam di panti, ia ikut berkontribusi dalam memajukan PSBR terutama pada bidang yang ditugaskan kepadanya. Bapak Imron memberikan bimbingan agama Islam rutin setiap hari yang dilaksanakan setelah shalat magrib sampai menjelang shalat Isya di Masjid Istiqomah komplek panti PSBR. Bapak Imron berharap dalam setiap kegiatannya dapat menjadi kebaikan dan berdampak positif terhadap akhlak remaja. 1 b. Bapak Junaedi S. Pd. I Bapak Junaedi adalah seorang pembimbing agama Islam di PSBR lahir di Jakarta, tanggal 15 Juni 1975. Ia sekarang bertempat tinggal di Jln. Kenanga No 25 Rt 10/01 Pondok Rangon, Cipayung Jakarta Timur. Ia menjalankan tugasnya dengan cermat dan ikut serta menyelesaikan permasalahan yang dihadapi remaja di panti. Ada beberapa tugas yang dijalankan Bapak Junaedi sebagai seorang pembimbing agama Islam di panti meliputi: 1. Pengamatan perilaku remaja. 2. Memberikan bantuan khusus kepada remaja-remaja yang bermasalah dan membutuhkan. 3. Mengadakan bimbingan kelompok atau individu kepada remaja.2
1
Wawancara pribadi dengan Bapak Muhammad Imron Rosyadi, Pembimbing Agama Islam, rumah, 10 Juni 2014. 2 Observasi di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR), 14-18 April 2014
65
2. Terbimbing Adapun deskripsi mengenai terbimbing adalah sebagai berikut: Tabel 6 Terbimbing Berdasarkan Jenis Kelamin3 No
Jenis kelamin
Jumlah
1
Laki-Laki
109 Orang
2
Perempuan
41 Orang
Jumlah
150 Orang
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terbimbing laki-laki berjumlah 109 orang dan terbimbing perempuan berjumlah 41 orang. Tabel 7 Terbimbing Berdasarkan Usia4 No
Usia
Jumlah
1
16 Tahun
44 Orang
2
17 Tahun
44 Orang
3
18 Tahun
62 Orang
Jumlah
150 Orang
3
Data kegiatan Bimbingan Agama Islam di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Penerima Manfaat PSBR Bambu Apus, periode Juni 2014. 4 Data kegiatan Bimbingan Agama Islam di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Penerima Manfaat PSBR Bambu Apus, periode Juni 2014.
66
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa terbimbing umur 16 tahun berjumlah 44 orang, terbimbing umur 17 tahun berjumlah 44 orang, dan terbimbing umur 18 tahun berjumlah 62 orang. Tabel 8 Terbimbing Berdasarkan Jurusan yang Diambil5 No
Jurusan Di PSBR
Jumlah
1
Montir
26 Orang
2
Motor
27 Orang
3
Las
20 Orang
4
Elektro
14 Orang
5
Menjahit
42 Orang
6
Salon
21 Orang
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa terbimbing yang mengambil jurusan montir 26 orang, motor 27 orang, las 20 orang, elektro 14 orang, menjahit 42 orang, dan salon 21 orang. Terbimbing yang menjadi sampel penulis di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur berjumlah tujuh orang. Penulis hanya mengambil sepuluh sampel dalam penelitian ini karena sesuai dengan kriteria yang penulis harapkan yaitu:
5
Data kegiatan Bimbingan Agama Islam di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Penerima Manfaat PSBR Bambu Apus, periode Juni 2014
67
a. Remaja terlantar dan putus sekolah yang tidak mampu dari batas usia 15 s/d 18 thn yang mengikuti masa rehabilitasi periode Januari s/d Juni 2014. b. Remaja yang aktif mengikuti bimbingan agama selama 6 bulan. Dari jumlah tersebut, penulis harap cukup untuk mewakili sampel penelitian yang penulis lakukan di panti. Adapun terbimbing yang telah penulis wawancarai diantaranya: a. Hasan, lahir di Pemalang, tanggal 27 Oktober 1998. Alamat asal Pemalang. Hasan yang sekarang sudah berumur 16 tahun telah berhenti sekolah sejak lulus SMP karena ketiadaan biaya untuk melanjutkan pendidikan. Hasan mulai masuk ke PSBR pada tanggal 2 Januari 2014 atas ajakan dari salah seorang pegawai dari lembaga. Di PSBR ini Hasan mengambil jurusan Las.6 b. Trisna, lahir di Subang, pada tanggal 30 Juni 1996. Alamat asal Kp. Siluman Girang RT 010/003 Desa Siluman Kec. Pabuaran Kab. Subang. Merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Trisna yang sekarang sudah berumur 18 tahun telah berhenti sekolah sejak lulus SMP karena ekonomi keluarganya yang tidak sanggup untuk membiayai pendidikannya. Ia mengetahui PSBR dari temannya yang sebelumnya pernah menjadi salah seorang siswa di panti. Ia pun tertarik untuk menjadi salah seorang siswa di PSBR dan pihak
6
Wawancara dengan Hasan, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, Jakarta pada tanggal 21 April 2014.
68
keluarga juga mendukungnya untuk masuk ke PSBR. Ia mengambil jurusan Montir di PSBR dan ekstra kulikuler Voli.7 c. Nur Kafi Muhammad lahir di Cilacap, pada tanggal 15 Januari 1997. Merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara. Kafi yang sekarang telah berumur 18 tahun telah berhenti sekolah sejak lulus MTS karena faktor ekonomi keluarganya. Kafi mulai masuk PSBR pada tanggal 2 Januari 2014 dan mengambil jurusan las. Ia mengetahui PSBR dari kakaknya yang juga merupakan alumni dari PSBR.8 d. Dedeh Heryani, lahir di Ciamis, pada tanggal 22 Desember 1997. Alamat asal Ciamis. Dedeh yang sekarang berusia 17 tahun sudah berhenti sekolah sejak lulus SMP karena tidak ada biaya untuk melanjutkan pendidikan. Dedeh mulai masuk PSBR pada tanggal 2 Januari 2014. Dedeh mengetahui PSBR dari temannya yang merupakan alumni di PSBR dan di PSBR mengambil jurusan Salon.9 e. Nurjannah, lahir di Pangandaran, pada tanggal
30 April 1998.
Alamat asal Bulak Gebang Desa Suka Jaya Cimerak Pangandaran. Nurjannah yang sudah berumur 16 tahun berhenti sekolah sejak lulus SMP karena faktor ekonomi keluarganya. Nurjannah mulai masuk PSBR pada tanggal 2 Januari 2014. Nurjannah mengetahui
7
Wawancara dengan Trisna, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, Jakarta pada tanggal 18 April 2014. 8 Wawancara dengan Kafi, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, Jakarta pada tanggal 19 April 2014. 9 Wawancara dengan Dedeh, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, Jakarta pada tanggal 22 Mei 2014.
69
PSBR dari tetangganya dan di PSBR ini ia mengambil jurusan Salon.10 f. Taopik, lahir di Garut, pada tanggal
12 Juni 1997 alamat asal
Garut. Taopik yang sekarang sudah berumur 17 tahun berhenti sekolah sejak lulus SMP karena faktor ekonomi orang tua yang tidak mendukung untuk melanjutkan pendidikan. Taopik mulai masuk PSBR pada tanggal 2 Januari 2014 atas ajakan dari salah seorang pegawai di lembaga tersebut, di PSBR ini Taopik mengambil jurusan Elektronika.11 g. Dera Yuda, lahir di Sukabumi, pada tanggal
1 Agustus 1998.
Alamat asal Sukabumi. Yuda yang sekarang berumur 16 tahun telah berhenti sekolah sejak lulus SMP karena tidak ada biaya untuk melanjutkan pendidikan. Yuda mulai masuk PSBR pada tanggal 2 Januari
2014 dan sebelumnya ia sempat tinggal di PPA-PKH
(Pengurangan Pekerjaan Anak dalam Rangka Menempuh Keluarga Harapan). Kemudian atas rujukan dari PPA-PKH akhirnya ia masuk ke PSBR dengan mengambil jurusan Salon.12
10
Wawancara dengan Nurjannah, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, Jakarta pada tanggal 22 Mei 2014. 11 Wawancara dengan Taopik, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, Jakarta pada tanggal 22 Mei 2014. 12 Wawancara dengan Yuda, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, Jakarta pada tanggal 22 Mei 2014.
70
B. Peran Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlak Remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. Pembimbing agama Islam di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) memegang peranan penting dalam meningkatkan akhlak remaja. a. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pembimbing agama Islam di PSBR berjumlah dua orang yaitu Bapak Drs. H. Muhammad Imron Rosyadi dan Bapak Junaedi, S. Pd. I. Dalam memberikan bimbingan kepada remaja di panti mereka memiliki jadwal bimbingan yang berbeda. Jadwal bimbingan Bapak Imron dilaksanakan pada hari Senin-Minggu mulai pukul 18.00-19.30 WIB di Masjid Istiqomah. Sebagaimana yang Bapak Imron kemukakan dalam wawancara: “Saya memberikan bimbingan agama kepada remaja-remaja di PSBR yang dilaksanakan setiap hari setelah shalat magrib sampai menjelang waktu Isya di Masjid Istiqomah yang masjidnya ini berada di dalam komplek PSBR dengan pengawasan saya sendiri. Dalam bimbingan agama ini, saya memberikan materi akhlak. Saya berharap dengan memberikan materi akhlak, remaja dapat mengerti dan mengetahui bagaimana bertingkah laku yang baik, misalnya bagaimana cara menghormati orang tua dan berperilaku jujur.”13 Sedangkan tempat dan jadwal bimbingan akhlak oleh Bapak Junaedi, dilaksanakan pada hari Rabu pukul 08.00-09.45 WIB. Sebagaimana yang diungkapkan beliau dalam pernyataan berikut: “Kalau Bapak dek memberikan bimbingan di kelas, hari rabu pagi pukul 08.00-09.45. Bapak memberikan materi tentang akhlak kepada remaja. Materi akhlak yang kita kenalkan kepada para remaja yaitu pertama, membaca Al-Qur’an dan shalat 13
Wawancara pribadi dengan Bapak Muhammad Imron Rosyadi, Pembimbing Agama Islam, rumah, 8 September 2014
71
karena membaca Al-Qur’an dan shalat merupakan media atau alat untuk membentuk karakter siswa. Kedua, menanamkan keyakinan kepada remaja akan adanya hal-hal yang gaib seperti adanya Allah SWT, malaikat, dan setan. Mana yang harus mereka dekati dan mana yang harus mereka jauhi. Ketiga, berperilaku sopan kepada siapapun, baik terhadap orang tua asuh, instruktur, pegawai, teman, maupun masyarakat sekitarnya. Keempat, menyayangi teman, tidak mencaci maki kekurangan teman, tidak menggosip, dan menyakiti teman secara fisik.14” Dari hasil wawancara di atas dapat bahwa pelaksanaan bimbingan Bapak Imron bertempat di Masjid Istiqomah Komplek Panti Sosial Bina Remaja (PSBR). Bimbingan diberikan kepada remaja-remaja setiap hari setelah shalat magrib sampai menjelang waktu Isya. Bapak Imron berharap dengan memberikan materi akhlak, remaja-remaja mengerti bagaimana bertingkah laku yang baik, misalnya bagaimana cara menghormati orang yang lebih tua dan berprilaku jujur. Sedangkan pelaksanaan bimbingan Bapak Junaedi dilaksanakan di dalam kelas pada hari Rabu pukul 08.00-09.45 WIB. Bapak Junaedi menyampaikan materi-materi bimbingan di antaranya: a. Tata cara membaca Al-Qur’an dan melaksanakan shalat . b. Menanamkan keyakinan kepada siswa akan adanya hal-hal yang gaib seperti adanya Allah SWT, malaikat dan setan. c. Berprilaku sopan kepada siapapun, baik terhadap orang tua asuh, instruktur, pegawai, teman, maupun masyarakat sekitarnya. h. Menyayangi teman, tidak mencaci maki kekurangan teman, tidak menggosip, tidak menyakiti teman secara fisik. 14
Wawancara pribadi dengan Bapak Junaedi, Pembimbing Agama Islam, PSBR, 10 Juli 2014
72
b. Materi Bimbingan Materi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pelaksanaan bimbingan karena pemilihan materi yang sesuai akan membantu peserta bimbingan mencapai tujuan yang diinginkan. Adapun materi bimbingan yang diajarkan pembimbing agama Islam di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur dalam meningkatkan akhlak remaja adalah: a. Al-Qur’an dan Al-Hadits, merupakan pondasi atau tuntutan hidup umat Islam, karena barang siapa yang selalu berpegang teguh kepada keduanya maka mereka tidak akan tersesat selama-lamanya. Untuk itu kita wajib mempercayai, memahami dan mengamalkan isi keduanya yang ada didalamnya. b. Ilmu tauhid (keimanan), dengan menanamkan nilai-nilai keimanan kepada remaja yang tercermin dalam rukun iman yang enam meliputi iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul, iman kepada hari kiamat, iman kepada qadha dan Qadar. c. Aqidah akhlak, adalah ilmu yang berbicara tentang bagaimana cara berprilaku atau berkata yang benar sesuai dengan ajaran Islam, sehingga menciptakan akhlak mahmudah (terpuji). d. Ilmu Fiqih, meliputi thaharah, shalat, bacaan-bacaan shalat, ayatayat pendek, puasa, zakat, sedekah, haji dan umrah.15
15
Wawancara pribadi dengan bapak Junaedi, Pembimbing Agama Islam, PSBR, 15 Agustus 2014.
73
Menurut W.S Winkel: “Bimbingan berarti pemberian bantuan kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutantuntutan hidup. Bantuan itu bersifat psikis (kejiwaan) bukan “pertolongan” finansial, media, dan lain sebagainya. Dengan adanya bantuan ini, seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mapan untuk menghadapi masalah yang akan dihadapinya kelak ini menjadi tujuan bimbingan. Jadi, yang memberikan bantuan menganggap orang lain mampu menuntun dirinya sendiri meskipun kemampuan itu mungkin harus digali dan dikembangkan melalui bimbingan.16 Pembimbing Agama Islam di PSBR memberikan bantuan kepada remaja-remaja PSBR yang dilakukan secara berkala, yang bertujuan agar remaja-remaja tersebut dapat mengembangkan dirinya secara maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Upaya yang dilakukan pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) sebagaimana yang diungkapkan oleh informan 2 dan informan 1 : “Pembimbing agama yang ada di sini itu menjelaskan materi akhlak yang baik kepada kita, kita diajarkan untuk selalu berakhlak baik saat di dalam kelas misalnya bagaimana bertingkah laku yang baik, bersikap ramah dengan teman, tidak jahil dan tidak mencuri milik teman. Pembimbing agama juga menjelaskan kepada kita mengenai keuntungan kalau orang yang berakhlak baik akan disayang oleh orang di sekeliling kita,
16
Hamdani, Bimbingan Dan Penyuluhan Islam, Bandung, (CV Pustaka Setia, 2012), h. 79
74
dan akan mempunyai banyak teman. Mereka juga menjelaskan kepada kita bahwa orang yang akhlaknya buruk akan dikucilkan, tidak disenangi oleh orang yang ada di sekeliling kita dan mempunyai sedikit teman. Selanjutnya mereka juga selalu memberikan motivasi kepada kita yang berakhlak baik agar kita yang sudah berakhlak baik untuk selalu dipertahankan dan ditingkatkan, tapi kalo yang berakhlak buruk diberi nasehat dan teguran gitu deh kak.”17 “Ia kak, pembimbing agama mengajarkan kepada kita bagaimana bertingkah laku yang baik, misalnya bagaimana cara menghormati orang tua dan berperilaku jujur. Beliau menjelaskan kepada kita keuntungan orang yang berakhlak baik semua orang akan merasa senang dengan kehadiran kita, semua orang akan merasakan manfaat dengan kehadiran kita, apabila kita meninggal mereka merasa kehilangan. Sedangkan orang yang berakhlak buruk tidak disenangi dan dijauhi.”18 Dari hasil observasi dan wawancara kepada informan 2 bahwa upaya yang dilakukan pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur baik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan 2 pembimbing agama Islam menjelaskan akhlak kepada remaja yaitu menjelaskan kepada remaja-remaja keuntungan orang yang berakhlak baik dan bahaya orang yang berakhlak buruk. Remaja diajarkan bagaimana berakhlak yang baik saat berada di dalam kelas misalnya bersikap ramah dengan teman, tidak jahil, tidak mencuri milik teman, memberikan apresiasi dalam bentuk pujian kepada remaja yang berakhlak baik, memberikan motivasi (dorongan) untuk selalu berakhlak baik dan memberikan nasehat serta teguran kepada remaja yang berakhlak buruk.
17
Wawancara dengan Trisna, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, Jakarta pada tanggal 18 April 2014. 18 Wawancara dengan Trisna, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, Jakarta pada tanggal 21 April 2014.
75
Berdasarkan dengan hasil wawancara penulis kepada salah satu seorang pembimbing agama Islam, “Akhlak itu diperkenalkan kepada remaja melalui materi tentang akhlak yang baik, yaitu bagaimana remaja bertingkah laku dengan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan contoh yang baik terlebih dahulu kepada remaja, yaitu dengan mengambil contoh yang baik dari sejarah Nabi Muhammad SAW. Bagi remaja yang berakhlak baik, akan diberikan apresiasi dalam bentuk pujian dan untuk remaja yang berakhlak buruk akan diberikan nasehat dan teguran serta menyuruhnya untuk menyadari atas perbuatan yang telah dilakukan.” 19 Selanjutnya,
berdasarkan
hasil
wawancara
penulis
dengan
pembimbing agama Islam, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Junaedi: “Akhlak ditanamkan kepada remaja dengan keteladanan. Bimbingan dan arahan yang diberikan berupa memantau kehadiran remaja, memberikan nasehat dan memberikan materi yang sifatnya membangun kesadaran remaja tentang pentingnya akhlak yang baik. Untuk memperbaiki akhlak remaja yang buruk adalah dengan menegur dan menasehatinya agar remaja tersebut tidak mengulangi perbuatan buruknya. Bagi siswa yang berakhlak baik akan diberikan apresiasi dengan nilai yang baik. 20
c. Peran Pembimbing Agama Pembimbing agama Islam memiliki peran yang sangat besar dalam
meningkatkan
akhlak
remaja
di
PSBR.
Seperti
yang
dikemukakan oleh Keliat, bahwasanya peran adalah sikap dan prilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.21
19
Wawancara pribadi dengan bapak Muhammad Imron Rosyadi, Pembimbing Agama Islam, PSBR, 19 Agustus 2014. 20 Wawancara pribadi dengan bapak Junaedi, Pembimbing Agama Islam, PSBR, 20 Agustus 2014. 21 Sabi’ah, KonsepDiri, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara, h. 6
76
Pembimbing
yaitu seseorang yang memberikan bantuan
bimbingan atau melakukan proses membimbing untuk membantu orang lain dalam menyelesaikan masalah dengan
memberikan nasehat –
nasehat agama. Jadi peran pembimbing yaitu memberikan siraman rohani kepada Remaja PSBR sesuai materi atau pokok pembahasan yang diinginkan oleh remaja itu sendiri. Selain itu para pembimbing juga memberikan contoh langsung kapada remaja melalui aplikasi ibadah yang mereka jalankan atau lakukan dalam kegiatan sehari-hari seperti tata cara wudhu, salat, membaca Al-Qur’an dan membaca doa-doa sehari-hari hari. Dalam kegiatan bimbingan agama yang dilakukan Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur ada dua orang pembimbing agama Islam yang memberikan bimbingan kepada remaja di Panti tersebut yaitu Bapak Drs. H. Muhammad Imron Rosyadi dan Bapak
Junaedi S. Pd. I. Kedua pembimbing tersebut melakukan
bimbingan dengan peran dan fungsi yang sama, namun berbeda dalam segi metode pedekatannya. d. Akhlak remaja terhadap Allah, akhlak remaja terhadap manusia, akhlak remaja terhadap lingkungan. Menurud Heny Narendrany Hidayati Akhlak terhadap Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai khalik.
77
22
Akhlak siswa terhadap Allah SWT di panti dinilai cukup baik. Hal
ini dapat dilihat dari data yang penulis peroleh melalui hasil wawancara, sebagaimana yang diungkapkan oleh: Informan 1: “Alhamdulillah setelah menjadi siswa di panti ini saya tidak melalaikan shalat fardhu yang lima waktu. Bersama temanteman, saya shalat secara berjama’ah di Masjid. Saya ingat waktu itu Bapak Imron pernah menjelaskan kepada kita bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja karena malas secara terus menerus adalah kekafiran. Dan di dalam ceramah yang pernah beliau sampaikan di Masjid Istiqomah, Bapak Imron juga menjelaskan kepada kita bahwa orang yang mengabaikan shalat kelak akan tersesat kecuali orang yang bertaubat, beriman, dan orang-orang yang mengerjakan kebaikan maka mereka akan masuk syurga.23
Informan 5: “Mmm, kalau untuk mengerjakan ibadah sunnah seperti shalat tahajud insyallah theh jumat subuh jam tigaan. Oia doa saya setelah sholat tahajud itu mudah-mudahan kedua orang tua saya sehat selalu, dilancarkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya. Sebelum saya menjadi siswa dan mengikuti bimbingan agama di panti, shalat fardhu saya sering tidak lengkap alias bolong, dan ibadah sunnah seperti shalat tahajud, dhuha pun bisa dikatakan belum pernah saya lakukan. Sebelumnya saya tidak pernah baca wirid-wirid dan jarang doakan kedua orang tua. Sebelum saya masuk ke panti saya orang yang mudah marah, suka melotot, berkata-kata kasar, sering berkelahi. Saya sadar hal itu akan merugikan diri sendiri. Tetapi alhamdulillah setelah saya menjadi siswa di panti ini saya menjadi lebih solider, cara berbicara lebih sopan dan tidak mementingkan diri sendiri.”24 Informan 3
22
Menurut Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlak Karimah Mahasiswa, (Jakarta: UIN Press Dan Center For Quality Development And AssuranceLembaga Peningkatan Dan Jaminan Mutu, 2009), Cet. Ke-1, h. 12-14 23 Hasil wawancara dengan Hasan, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, Jakarta pada tanggal 21 April 2014. 24 Wawancara dengan Nurjannah, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR), Jakarta pada tanggal 22 Mei 2014.
78
“Alhamdulillah sejak saya mengikuti bimbingan di panti shalat fardhu selalu saya laksanakan. Karena hukum melaksanakan sholat ini adalah wajib.kalau ditinggalkan kita berdosa. kadang saya baca wirid-wirid kadang enggak kak, setelah saya selesai shalat saya hanya mendoakan orang tua saya. Setelah itu saya pergi keluar dan bergabung bersama teman-teman saya yang nongkrong di lapangan panti atau warung. Kalau shalat tahajud jarang kak, tetapi kalau shalat sunnah alhamdulillah saya kadang di Masjid dan kadang di asrama. ”25 Informan 7 “Aku semenjak tinggal di panti selalu melaksanakan shalat fardhu karena sebagai umat Islam kita diwajibkan untuk melaksanakan shalat fardhu. Setelah shalat aku baca wirid-wirid dan mendoakan orang tua biar selalu diberi kesehatan, panjang umur dan rezeki murah. Kalau shalat tahajud jarang kak, karna aku tidak pernah bangun tengah malam untuk sholat palingan bangun subuh, tapi shalat dhuha aku selalu kerjakan setiap jam istirahat supaya Tuhan mengampuni dosa-dosa yang pernah saya perbuat.”26 Dari hasil wawancara penulis kepada informan, bahwa akhlak remaja terhadap Allah SWT di panti dinilai cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari data yang penulis peroleh melalui hasil wawancara, sebagaimana yang diungkapkan oleh informan diatas. Selama tinggal di panti, para informan telah mengalami perubahan akhlak yang dinilai cukup baik. Perubahan tersebut tampak dalam hal mereka Selalu mendoakan kedua orang tua ketika selesai shalat, selalu membaca wirid-wiridan setelah selesai shalat, selalu melaksanakan shalat fardhu lima waktu secara berjamaah dan juga mengerjakan shalat tahajud. Hal ini disebabkan karena sesudah menjadi siswa dan mendapatkan bimbingan 25
di PSBR mereka baru menyadari bahwa shalat dapat
Wawancara dengan Kafi, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR), Jakarta pada tanggal 19 April 2014. 26 Wawancara dengan Yuda, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR), Jakarta pada tanggal 22 Mei 2014.
79
menenangkan jiwa dan pikiran-pikiran yang kalut. Sebelum menjadi siswa dan mengikuti kegiatan bimbingan agama di panti PSBR, para informan ini jarang mendoakan kedua orang tua, tidak pernah membaca wirid-wiridan setelah selesai shalat dan jarang melaksanakan shalat fardhu. Hal ini disebakan karena sebelum mendapatkan bimbingan agama di PSBR, pemahaman agama mereka masih sangat minim sehingga pelaksanaan ibadah pun dinilai masih kurang baik Akhlak remaja terhadap Allah SWT sebagaimana yang diungkapkan Bapak Junaedi dalam pernyataan berikut: “Menurut saya akhlak remaja kepada Allah SWT menjalankan perintah agama terutama masalah shalat alhamdulillah sudah baik, yaitu baik dalam arti lebih banyak yang mau sendiri dibandingkan dengan disuruh-suruh. Walaupun sebagian remaja masih ada yang bercanda ketika melakukan shalat.27” Hal ini juga dapat diperkuat dan dilengkapi dengan hasil wawancara penulis bersama salah seorang pembimbing agama Islam, Bapak Imron: “Alhamdulillah setelah remaja masuk ke panti ini akhlak remaja kepada Allah SWT terutama masalah shalat sejauh ini sudah berjalan dengan baik meskipun awalnya remaja-remaja ini harus disuruh-suruh dulu untuk shalat ke masjid dan sekarang sebagian besar sudah dengan kesadarannya sendiri shalat ke Masjid tanpa harus disuruh-suruh lagi. Remaja di panti akan terus dibiasakan untuk shalat, meskipun selalu ada penekanan dari kami untuk menyuruhnya shalat.28” Hasil wawancara penulis kepada dua orang pembimbing agama Islam di atas, bahwa akhlak remaja di panti terhadap Allah SWT 27
Wawancara pribadi dengan Bapak Junaedi, Pembimbing Agama Islam, PSBR, 9 September 2014 28 Wawancara pribadi dengan Bapak Muhammad Imron Rosyadi, Pembimbing Agama Islam, PSBR, 14 Juli 2014.
80
khususnya
yang
berhubungan
dengan
ibadah
seperti
shalat
alhamdulillah secara keseluruhan sudah baik, yaitu baik dalam arti lebih banyak yang mau mengerjakan shalat sendiri tanpa harus disuruhsuruh. Kemauan untuk shalat ini merupakan salah satu perubahan akhlak yang cukup baik dari para remaja di PSBR setelah mereka mengikuti bimbingan agama Islam, karena sebelum mengikuti bimbingan agama di panti PSBR mereka sulit diatur, terutama dalam hal shalat. Akhlak remaja terhadap sesama manusia sebagaimana yang diungkapkan oleh informan 9 dalam pernyataan berikut: “Ketika ada seseorang yang lagi butuh pertolongan sebisa mungkin saya berusaha untuk menolong dan misalnya ketika ada teman saya lagi ada masalah kita selesaikan bareng-bareng dengan teman deket saya yang lain, kalo ada orang yang buat salah sama saya, saya maafin dan begitu juga sebaliknya. Kalau saya merasa punya salah sama teman, saya langsung minta maaf dan saya juga akan menempati janji kalo buat janji sama teman karena janji itu kan harus ditepati dan ngucapin salam ketika bertamu ke rumah orang karena kelihatan gak sopan kalo main nyelonong masuk aja ke rumah orang. Entar disangka saya anak tidak di didik sama orang tua lagi. Alhamdulillah banget yak setelah saya diberikan bimbingan di panti ini. Dibandingkan sebelum saya ngikutin kegiatan bimbingan saya ini orang nya sangat cuek sekali, gak mau minta maaf kalo ada salah sama orang, gak pernah menempati janji dan kalo masuk ke rumah sendiri kadang baca salam kadang enggak”.29 Dalam hal akhlak terhadap sesama manusia, bahwa akhlak para remaja di PSBR setelah mengikuti bimbingan agama Islam telah mengalami perubahan yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari data yang penulis peroleh melalui hasil wawancara, sebagaimana yang 29
Hasil wawancara dengan Taopik, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, Jakarta pada tanggal 22 Mei 2014.
81
diungkapkan oleh informan 6. Informan 6 menyatakan bahwa setelah mengikuti bimbingan agama Islam, ia mengalami perubahan akhlak yang lebih baik. Hal ini tampak dalam hal menolong orang yang membutuhkan pertolongan, memberikan solusi yang terbaik ketika ada seseorang yang meminta pendapatnya tentang suatu masalah, meminta maaf ketika mempunyai kesalahan terhadap orang lain, memaafkan kesalahan orang lain, menepati janji, dan mengucapkan salam ketika hendak bertamu ke rumah orang lain. Sebelum mengikuti kegiatan bimbingan agama di PSBR, mereka memiliki sikap cuek, tidak mau menolong orang yang berada dalam kesusahan, suka memukul teman, tidak pernah mau meminta maaf jika mempunyai kesalahan terhadap orang lain, tidak pernah menepati janji ketika mempunyai janji dengan orang lain dan jarang mengucapkan salam ketika hendak bertamu ke rumah orang lain. Hal ini juga dapat diperkuat dan dilengkapi dengan hasil wawancara penulis bersama salah seorang pembimbing agama Islam Bapak Junaedi mengenai akhlak siswa terhadap sesama manusia terutama pada temannya setelah masuk ke panti sudah banyak perubahan seperti lebih solider, menghargai perbedaan, dan saling membantu.30 Adapun kaitannya dengan akhlak remaja terhadap lingkungan, penulis menilai bahwa akhlak remaja terhadap lingkungan dinilai sudah
30
Wawancara pribadi dengan Bapak Junaedi, Pembimbing Agama Islam, PSBR, 9 September 2014.
82
cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara penulis dengan siswa. Siswa menyatakan selalu membuang sampah ke tong sampah yang telah disediakan oleh panti, membersihkan halaman panti yang kotor, menjaga dan merawat keindahan panti dengan tidak mencoretcoret dinding panti, tidak merusak tanaman orang lain, menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat. Sebelum mengikuti kegiatan bimbingan agama di PSBR. Membuang sampah
sembarangan,
kurang
menjaga
kebersihan,
dan
suka
mengambil milik orang lain.31. Hal ini juga dapat diperkuat dan dilengkapi
dengan hasil
wawancara penulis bersama salah seorang pembimbing agama Islam Bapak Junaedi: “Untuk akhlak remaja terhadap lingkungan, kalau dilihat dari segi kerapihan remaja disini sudah bagus. Hubungan remaja dengan guru sudah baik dan sopan. Mengenai masalah kebersihan masih ada sebagian kecil remaja yang masih membuang sampah sembarangan. Untuk masalah sampah tergantung individunya masing-masing, karena masih ada sebagian kecil siswa yang belum bisa memahami tentang kebersihan. Sebagian siswa masih saja membuang sampah sembarangan tidak membuang ditempat yang sudah disediakan panti, siswa ini membuang sampah ke tong sampah itu apabila disuruh saja, ketika tidak ada yang menyuruh mereka hanya membiarkan dan melihat saja sampah itu berserekan. ”32
31
Hasil wawancara dengan Dedeh, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, Jakarta pada tanggal 22 Mei 2014. 32 Wawancara pribadi dengan Bapak Junaedi, Pembimbing Agama Islam, PSBR, 14 Juli 2014
83
C. Metode Bimbingan yang digunakan Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlak Remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. Metode adalah segala sesuatu mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.
atau cara yang digunakan untuk 33
Metode dalam suatu bimbingan
sangat diperlukan sekali agar materi yang disampaikan oleh pembimbing agama Islam dapat dimengerti oleh remaja. Adapun metode yang digunakan oleh pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur: 1. Metode directive Dalam teori ini, metode direktif merupakan bentuk psikoterapi yang paling sederhana, karena pembimbing atas dasar metode ini secara langsung memberi jawaban-jawaban terhadap problem yang klien disadari menjadi sumber kecemasannya.34 “Pembimbing mengungkapkan metode direktif yang berupaya mengarahkan remaja untuk bisa keluar dari permasalahan yang sedang dihadapinya. Misalnya untuk bimbingan akhlak dan ibadahnya seperti shalat fardhu yang lima waktu merasa kesulitan untuk diberi bimbingan, maka langka awal pembimbing melakukan pendekatan secara emosional agar remaja mau bercerita tentang permasalahan apa yang remaja pikirkan. Setelah siswa menceritakan semua permasalah yang ia hadapi barulah pembimbing memberikan solusi sehingga pikiran mereka menjadi terbuka. Materi yang diberikan pembimbing kepada remaja seperti : tatat cara membaca Al-Qur’an, 33
M. Lutfi, MA, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluhan (Konseling) Islam (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 120. 34 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta: Hamzah,2010), h.71.
84
Dzikir, kegiatan berjamaah seperti shalat berjamaah, aqidah, fiqih, akhlak dan pengetahuan lainnya. Di dalam bimbingan ini, pembimbing memberikan metode yang mudah dimengerti oleh remaja PSBR. 2. Metode Ceramah Pembimbing agama Islam memberikan ceramah kepada remajaremaja tentang akhlak, kejujuran dan motivasi. Pembimbing juga menjelaskan secara singkat akhlak mulia yang dimiliki oleh Rasulullah SAW agar dapat dicontoh oleh remaja di panti. Pembimbing agama Islam menggunakan metode ceramah dengan durasi waktu kurang lebih 15 menit. 3. Metode bimbingan belajar Al-Qur’an Al-Qur’an merupakan tuntunan hidup kaum muslimin, yang di dalamnya memuat jawaban atas semua permasalahan yang dihadapi manusia. Al-Qur’an juga mampu memberikan ketenangan pada hati dan pikiran manusia. Sehingga dengan fadilah Al-Qur’an dapat membantu dalam memahami atau meningkatkan akhlak remaja. Dalam pelaksanaan metode ini, pembimbing agama Islam mengajarkan tata cara membaca AlQur’an. Kemudian metode ini juga diselingi dengan menghafal doa-doa pendek, menghafal bacaan shalat, dan menghafal hadits yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. 4. Metode Diskusi Dalam
memberikan
bimbingan,
pembimbing
agama
Islam
memberikan kesempatan kepada remaja untuk berdiskusi. Remaja bisa mengajukan pertanyaan baik seputar masalah keagamaan ataupun masalah
85
lainnya yang ingin didiskusikan. Diskusi merupakan salah satu metode yang diminati oleh remaja di panti karena melalui diskusi ini remaja bisa saling mengemukakan argumentasi untuk mencari jawaban kebenaran sehingga remaja bisa semakin aktif dalam mencari solusi suatu permasalahan yang didiskusikan.35 5. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah salah satu metode yang digunakan pembimbing agama Islam di panti. Metode ini digunakan saat pembimbing agama telah selesai menyampaikan materi. Di sini remaja
diberi
kesempatan untuk bertanya kepada pembimbing agama jika ada materi yang kurang jelas dan belum dimengerti. Pembimbing agama tidak memberikan batasan jumlah pertanyaan, sehingga remaja di perbolehkan untuk bertanya di luar konteks materi yang dibahas pada hari itu. Biasanya pertanyaan akan langsung dijawab oleh pembimbing agama saat itu juga. 6. Metode praktik langsung. Metode praktik langsung adalah salah satu metode yang dilakukan oleh pembimbing agama Islam di PSBR dengan cara melakukan praktek secara langsung sesuai dengan materi yang akan disampaikan kepada remaja-remaja. Diantaranya tata cara membaca Al-Qur’an, melaksanakan shalat fardhu dan sunnah.36
35
Observasi kegiatan Bimbingan Agama Islam, PSBR, 12 April-30 Juni 2014 Wawancara pribadi dengan Bapak Junaedi, Pembimbing Agama Islam, PSBR, 10 Juli 2014. 36
86
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlak di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. 1. Faktor Pendukung Setiap program kegiatan pasti akan mendapati faktor penghambat dan faktor pendukungnya. Begitu juga dengan kegiatan pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. Adapun faktor pendukung dari kegiatan ini diantaranya: a. Pembimbing agama Islam yang ada di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur memiliki pengetahuan yang memadai dalam menjalankan tugasnya. Materi yang diberikan kepada remaja-remaja di panti sudah dikuasai pembimbing agama Islam dengan baik.37 b. Adanya pengawasan ekstra dari orang tua asuh tentang perubahan tingkah laku remaja-remaja di panti seperti ketika remaja-remaja di panti mulai malas shalat maka orang tua asuh akan mengingatkan. PSBR memiliki buku pemantau atau kontrol terhadap ibadah remajaremaja yang dipegang oleh orang tua asuh dan pembimbing agama Islam, untuk mengetahui perkembangan atau perubahan sikap remajaremaja, sehingga para orang tua asuh dan pembimbing agama Islam dapat memantau dan mengawasi sikap dan perilaku para remaja. Orang tua asuh dan pembimbing agama Islam melakukan pencatatan pada buku pemantau perkembangan remaja-remaja, baik yang bersifat 37
Wawancara dengan Bapak Muhammad Imron Rosyadi, Pembimbing Agama Islam, PSBR, 9 September 2014
87
positif maupun hal-hal yang harus mendapatkan pendampingan atau perbaikan. Dengan dilaksanakannya pencatatan atau pengisian buku perkembangan
remaja-remaja ini, para orang tua asuh dan
pembimbing agama Islam dapat menjalin komunikasi, melakukan perencanaan,
dan
memecahkan
masalah
yang
terbaik
untuk
kepentingan remaja-remaja serta mengetahui perkembangan remajaremaja tersebut secara keseluruhan. Selanjutnya memberikan evaluasi yang berbentuk lisan dan tertulis, yang diiringi dengan praktik langsung. Cara tersebut dilakukan agar apa yang diharapkan pembimbing agama Islam dapat tercapai dengan baik.38 c. Adanya kesadaran dari remaja-remaja untuk memperbaiki diri, seperti berbicara lebih sopan dengan orang yang lebih tua. d. Adanya motivasi dari orang tua dan pembimbing agama Islam dalam rangka peningkatan akhlak para remaja. e. Sarana dan prasarana yang ada di panti sudah memadai seperti ruangan kelas yang bersih, ruangan serba guna, papan tulis, buku-buku dan mesjid yang dilengkapi dengan perpustakaan kecil.39 2. Faktor penghambat Sedangkan faktor penghambat upaya pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur adalah:
38
Wawancara dengan Bapak Muhammad Imron Rosyadi, Pembimbing Agama Islam, PSBR, 9 September 2014. 39 Wawancara dengan Bapak Junaedi, Pembimbing Agama Islam, PSBR, 10 Juli 2014.
88
a. Waktu penyampaian materi yang tidak cukup, begitu juga dengan alokasi waktu yang seharusnya dilakukan pada waktu yang tepat. b. Jumlah pembimbing agama Islam yang tersedia di panti belum mencukupi. Pembimbing agama Islam yang bertugas di PSBR Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur hanya berjumlah dua orang. Jumlah pembimbing agama Islam ini tidak sebanding dengan jumlah siswa yang mencapai 150 orang. Sehingga menghambat upaya pembimbing agama Islam untuk meningkatkan akhlak remaja di panti tersebut. c. Kurangnya konsentrasi para remaja dalam mengikuti bimbingan agama Islam dan banyak remaja yang tidak memperhatikan penjelasan yang disampaikan pembimbing agama Islam. Sehingga para remaja tidak memahami materi yang disampaikan dalam bimbingan agama Islam tersebut.40 E. Analisa SWOT pada lembaga yakni Strengths (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman). 1. Analisis SWOT SWOT adalah singkatan dari Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman). “SWOT is an acronym for the internal Strengths and Weaknesses of a business and enviromental Opportunities and Threats facing that business.”
40
41
Adapun
Wawancara dengan Bapak Muhammad Imron Rosyadi, Pembimbing Agama Islam, PSBR, 9 September 2014. 41 JOHN A, PEARCE II and RICHARD B. ROBINSON JR. Strategic Management,3rd ed.(USA : Richard D. Irwin, Illions, 1988)h. 292
89
pengertian lain “Swot is an acronym for a company’s Strength, Weakness, Oppor, and Threats.”42 Jadi, SWOT adalah sebuah strategi yang mengevaluasi Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman) di dalam bisnis. ANALISIS SWOT Kekuatan ( Strength)
1. Kualitas
metode-metode
bimbingan 2. Kenyamanan remaja dalam bimbingan 3. Kualitas bimbingan
Peluang (Opportunities) 1. Teknologi bimbingan 2. Kepercayaan masyarakat
Kelemahan (Weakness)
1. Kuantitas pembimbing 2. Kesulitan-kesulitan teknis dalam bimbingan 3. Kinerja pembimbing belum optimal 4. Pengembanganmetodebimbingan
Ancaman ( Treaths) 1. Kepercayaan
masyarakat
lembaga.
3. Fasilitas
2. Kendala penanganan remaja
4. Kerjasama dengan lembaga
3. Penurunan
lain
pada
minat
remaja
dalam
bimbingan
42
ARTHUR A. THOMPSON, JR. and A.J. STRICKLAND III. Strategic management: concept and cases7th ed. (New York: Richard d. Irwin, inc.1993)h.87.
90
INTERNAL
KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W) S.1 Kualitas metode-metode W.1 Kuantitas pembimbing bimbingan S.2
S.3
W.2Kesulitan kesulitan teknis
Kenyamanan remaja dalam bimbingan dalam bimbingan
W.3Kinerja
pembimbing
Kualitas bimbingan
belum optimal W.4 Pengembangan bimbingan
metode
EKSTERNAL
Peluang ( O )
Asumsi strategi SO:
1. Teknologi
1. Terciptanya kualitas-
bimbingan 2. Kepercayaan masyarakat 3. Fasilitas kerjasama
Asumsi strategi WO:
1. Kuantitas
kualitas metode
pembimbing
bimbingan dengan
ditanggulangi
ditunjang teknologi
oleh kepercayaan
bimbingan
masyarakat.
2. Kenyamanan remaja
2. Kesulitan-
dengan
dalam bimbingan
kesulitas teknis
lembaga lain
menciptakan
dalam bimbingan
kepercayaan
ditanggulangi
masyarakat pada
oleh fasilitas.
lembaga. 3. Terwujudnya
3. Kinerja pembimbing
kualitas bimbingan
belum optimal
ditunjang dengan
ditanggulangi
91
fasilitas yang
oleh teknologi
lengkap.
bimbingan. 4. Lemahnya pengembangan metode bimbingan ditanggulangi dengan kerjasama bersama lembaga lain.
Ancaman ( t ) T.1 Kepercayaan
Asumsistrategi SO: 1. Terciptanya kualitas-
Asumsistrategi WT 1. Memperkecil
masyarakat pada
kualitas metode
lemahnya
lembaga.
bimbingan dengan
kuantitas
T.2 Kendala
ditunjang teknologi
pembimbing
penanganan remaja
bimbingan.
dapat menghindar
T.3 Penurunan minat remaja dalam
2. Kenyamanan remaja
kendala
dalam bimbingan
penanganan
menciptakan
remaja
kepercayaan
2. Memperkecil
masyarakat pada
kesulitan-
lembaga.
kesulitan teknis
92
3. Terwujudnya
dalam bimbingan
kualitas bimbingan
dapat mengurangi
ditunjang dengan
penurunan minat
fasilitas yang
remaja dalam
lengkap.
bimbingan
4. Kualitas metode
3. Memperkecil
bimbingan dapat
kurangnya kinerja
ditingkatkan dengan
pembimbing yang
bekerjasama dengan
belum optimal
lembaga lain
dapat menghindari penurunan kepercayaan masyarakat pada lembaga. 4. Memperkecil lemahnya pengembangan metode bimbingan dapat meningkatkan stabilitas dana untuk bimbingan
93
Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal lembaga maka dapat diformulasikan alternative strategi yang dapat dilaksanakan. Formulasi strategi ini dilakukan dengan alat analisis SWOT. Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT, maka alternatif yang dapatdiperoleh adalah: 1. Strategi S.O a. Bekerja sama dengan lembaga lain Kualitas
metode
bimbingan
dapat
ditingkatkan
dengan
bekerjasama dengan lembaga lain, dengan bekerjasama dengan lembaga lain pengembangan-pengembangan metode yang efektif dapat dilakukan. b. Meningkatkan kepercayaan masyarakat Meningkatkan kepercayaan masyarakat bisa dilakukan dengan pengembangan metode-metode bimbingan yang baik sehingga membangun kepercayaan dari masyarakat bahwa lembaga mampu dalam merehabilitasi remaja putus sekolah. 2. Strategi WO a. Kuantitas pembimbing Kuantitas bimbingan bisa ditanggulangi oleh teknologi bimbingan dan
menciptakan
kepercayaan
masyarakat,
dengan
begitu
memungkinkan masyarakat ikut bergabung atau sebagai tenaga diberdayakan. b. Kesulitan-kesulitas teknis
94
Kesulitan-kesulitan yang teknis bisa ditanggulangi oleh fasilitas lembaga yang dimanfaatkan dengan baik, misalnya pengembangan teknologi bimbingan. 3. Stategi ST a. Kualitas metode bimbingan Kualitas metode bimbingan yang baik dapat menurunkan dampak kendala penanganan remaja. Seringkali ketika di lapangan kita mendapati kesulitan-kesulitan yang tidak terduga. Selain itu kualitas bimbingan yang baik mampu menyeimbangkan stabilitas dana, terarah dan memiliki perhitungan yang pasti. Yang teakhir, dengan
metode
yang
baik
mampu
menekan
penurunan
kepercayaan di masyarakat akan citra lembaga. b. Kenyamanan remaja Kenyamanan remaja dalam bimbingan dapat mempengaruhi dampak penurunan minat residen dalam bimbingan. Tidak dapat dipungkiri, kenyamanan saat proses bimbingan akan berpengaruh pada penyerapan informasi yang diberikan. 4. Strategi WT a. Kinerja pembimbing Kinerja pembimbing berkaitan dengan kuantitas pembimbing, artinya jumlah pembimbing harus seimbang dengan terbimbing. Hal ini untuk memperkecil kesulitan-kesulitan teknis dalam bimbingan dapat mengurangi penurunan minat remaja dalam bimbingan. b. Minat remaja
95
Memperkecil kesulitan-kesulitan teknis dalam bimbingan dapat mengurangi penurunan minat remaja dalam bimbingan. Untuk itu hendaknya kesulitan-kesulitan saat proses bimbingan perlu dihindari sekecil mungkin. 2. Pemilihan Strategi Pemilihan strategi ini bertujuan untuk menentukan strategi yang bisa dijalankan oleh lembaga dan menentukan strategi mana yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan dalam dengan tujuan pengembangan metodemetode dalam rehabilitasi bagi para remaja PSBR. Strategi yang bisa dijalankan oleh Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur secara berurutan: a. Meningkatkan kepercayaan masyarakat b. Bekerjasama dengan lembaga lain c. Kuantitas pembimbing dan kualitas metode bimbingan d. Kenyamanan remaja, Kinerja pembimbing, Kepercayaan remaja, Minat remaja
F. Analisis Peran Upaya Pembimbing Agama Islam Dalam Meningkatkan Akhlak Remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. Dalam penelitian ini, peran pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur adalah dengan memberikan materi sesuai dengan tujuan yang ingin diharapkan yaitu memberikan materi akhlak (akhlak terhadap Allah SWT, akhlak terhadap manusia, akhlak terhadap lingkungan).
96
Upaya lain adalah dengan memberikan materi bimbingan Al-Qur’an dan hadits, ilmu tauhid (keimanan), aqidah akhlak dan ilmu fiqih. Adapun metode yang digunakan para pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja yaitu dengan metode Directive, ceramah, bimbingan belajar Al-Qur’an, tanya jawab, diskusi, dan praktik. Hasil
observasi
dan
wawancara
langsung
dilapangan
penulis
menemukan bahwa bimbingan agama sangat berpengaruh terhadap akhlak remaja. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur yaitu dapat dilihat dari perubahan akhlak yang ditunjukkan oleh para remaja sesudah mengikuti bimbingan agama Islam. Setelah mengikuti bimbingan agama Islam, para remaja mengalami perubahan akhlak yang lebih baik terutama dalam hal pertama akhlak terhadap Allah SWT. Perubahan tersebut tampak dalam hal remaja PSBR selalu mendoakan kedua orang tuanya ketika selesai shalat, selalu membaca wirid-wiridan setelah selesai shalat, selalu melaksanakan shalat fardhu lima waktu secara berjamaah dan mereka juga melaksanakan shalat tahajjud. Sebelum menjadi siswa dan mengikuti kegiatan bimbingan agama di panti PSBR, para informan ini jarang mendoakan kedua orang tua, tidak pernah
membaca
wirid-wiridan
setelah
selesai
shalat
dan
jarang
melaksanakan shalat fardhu. Hal ini disebakan karena sebelum mendapatkan bimbingan agama di PSBR, pemahaman agama mereka masih sangat minim sehingga pelaksanaan ibadah pun dinilai masih kurang baik. Kedua, Dalam hal akhlak terhadap sesama manusia, penulis menyimpulkan bahwa akhlak
97
para remaja di PSBR setelah mengikuti bimbingan agama Islam telah mengalami perubahan yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari data yang penulis peroleh melalui hasil wawancara, sebagaimana yang diungkapkan oleh informan 9. Informan 9 menyatakan bahwa setelah mengikuti bimbingan agama Islam, ia mengalami perubahan akhlak yang lebih baik. Hal ini tampak dalam hal menolong orang yang membutuhkan pertolongan, memberikan solusi yang terbaik ketika ada seseorang yang meminta pendapatnya tentang suatu masalah, meminta maaf ketika mempunyai kesalahan terhadap orang lain, memaafkan kesalahan orang lain, menepati janji, dan mengucapkan salam ketika hendak bertamu ke rumah orang lain. Sebelum mengikuti kegiatan bimbingan agama di PSBR, mereka memiliki sikap cuek, tidak mau menolong orang yang berada dalam kesusahan, suka memukul teman, tidak pernah mau meminta maaf jika mempunyai kesalahan terhadap orang lain, tidak pernah menepati janji ketika mempunyai janji dengan orang lain dan jarang mengucapkan salam ketika hendak bertamu ke rumah orang lain. Hal ini juga dapat diperkuat dan dilengkapi dengan hasil wawancara penulis bersama salah seorang pembimbing agama Islam Bapak Junaedi mengenai akhlak siswa terhadap sesama manusia terutama pada temannya setelah masuk ke panti sudah banyak perubahan seperti lebih solider, menghargai perbedaan, dan saling membantu.43 Ketiga, akhlak remaja terhadap lingkungan, akhlak remaja terhadap lingkungan dinilai sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara penulis dengan siswa. Siswa menyatakan selalu membuang sampah ke tong sampah yang telah disediakan 43
Wawancara pribadi dengan Bapak Junaedi, Pembimbing Agama Islam, PSBR, 9 September 2014.
98
oleh panti, membersihkan halaman panti yang kotor, menjaga dan merawat keindahan panti dengan tidak mencoret-coret dinding panti, tidak merusak tanaman orang lain, menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat.44
44
Hasil wawancara dengan Dedeh, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, Jakarta pada tanggal 22 Mei 2014.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur “Peran Pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di
(PSBR) Bambu Apus Cipayung
Jakarta Timur” dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Peran pembimbing agama Islam dalam peningkatan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) adalah: a. Menjelaskan keuntungan orang yang berakhlak baik dan kerugian orang yang berakhlak buruk. b. Memberikan nasehat dan teguran kepada remaja yang berakhlak buruk. c. Memberikan contoh yang baik kepada remaja-remaja. 2. Adapun metode yang digunakan pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR): ceramah, diskusi, tanya jawab, bimbingan belajar Al-Qur’an dan praktik. 3. Faktor pendukung dan penghambat Pembimbing Agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) a. Faktor pendukung 1. Pembimbing yang bertugas di Panti memiliki pengetahuan yang memadai dalam menjalankan tugasnya. 2. Adanya pengawasan dari orang tua asuh terhadap perubahan tingkah laku remaja-remaja di panti.
99
100
3. Adanya kesadaran dari remaja-remaja di panti untuk memperbaiki diri. 4. Motivasi dari orang tua dan Pembimbing Agama Islam dalam rangka peningkatan akhlak para remaja. 5. Sarana dan prasarana yang ada di panti sudah memadai. b. Faktor penghambat 1. Waktu penyampaian materi yang tidak cukup, begitu juga dengan alokasi waktu yang seharusnya dilakukan pada waktu yang tepat. 2. Jumlah pembimbing agama Islam yang tersedia di panti belum mencukupi. B. Saran Peranan pembimbing agama Islam sangat penting dalam meningkatkan akhlak: 1. Mengutamakan bimbingan agama di level apapun, baik di lingkungan keluarga maupun di panti. 2. Remaja–remaja agar dapat menjaga kebersihan dimanapun berada dan tidak membuang sampah sembarangan. 3. Keikutsertaan orang tua dalam membina akhlak yang baik sangat di butuhkan. 4. Kontrol sosial masyarakat terhadap berjalannya bimbingan di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bampu Apus juga di perlukan.
101
DAFTAR PUSTAKA A, Hallen, Bimbingan Dan Konseling, Jakarta: Ciputat Press, 2002, Cet. Ke-1 Ahmadi, Abu dan Salimi, Noor, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Agustus, 2004.
Ahmadi, Abu, dan Supriyono, Widodo, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Ali, Mohammad Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.
Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006. Arifin, Isep, Zainal, Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah Bimbingan Psikotrapi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2009. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2000, cet. ke- 4 Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Remaja, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004. Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, edisi Khat Madinah. Bandung: Syamil Cipta Media, 2007. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998, Cet. Ke-1, Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, Cet. Ke-3 Faqih, Ainur, Rahim, Bimbingan Dan Konseling Islam, Yogyakarta: UII Press, 2001, Cet. Ke-2, Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012. Hidayati, Heny Narendrany, Pengukuran Akhlak Karimah Mahasiswa, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2009.
102
Hurlock, Elizabeth, B., Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1980, Edisi ke-5 ISTI’AB, Yakan, Fathi: Meningkatkan Kapasitas Rekrutmen Dakwah. Jakarta: Robbani Press, 2005. Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama: Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002. Lutfi, Muhammad. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Maleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Refisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. Marjo, Ys, Kamus Populer, Surabaya: Beringin Jaya, 1997, Cet. Ke-1, Mr. O’ Donnell, Perlindungan Anak, Sebuah Panduan Bagi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat ( UNICEF, 2006). Mu’awanah, Elfi, Hidayah, Rifa, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Dasar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009, Cet. Ke-1, Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002, cet. 1, Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D., Human Development (8 th ed). Bustom: McGraw-Hill, 2001. Poerwandari, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, Jakarta: lembaga LPSP3, 1998. Poerwardarminta, W. J. S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1984, Cet. Ke-7 Salam, Burhanuddin. Pengantar Pedagogik. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002. Sarwono, Sarlito, Wirawan. Psikologi Remaja, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994. Shaleh, Rachman, Abdul, Pendidikan Agama Dan Keagamaan, Jakarta: Gemawindu Panca Perkasa 2000, cet. ke-1 Sijaruddin, Zar, Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet ke-10.
103
Filsafat Islam: Filosof Dan Filsafatnya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. Tim Penyusun, Intervensi Psikososial (Intervensi Pekerja Sosial Profesional), Jakarta: Departemen Sosial Direktorat Kesejahteraan Anak, Keluarga, dan Lanjut Usia, 2006.
Ulwan, Abdullah Nashih. Tarbiyah Ruhiah. Jakarta: Robbani Press, Maret 2006. Umar Dan Sartono, Bimbingan Dan Penyuluhan, Bandung: Pustaka Setiap, 2001, Cet, Ke-2 Walgito, Bimo, Bimbingan Dan Konseling (Study & Karier), CV. Offset, 2004 Winkel W.S, Hastuti, M.M. Sri, Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan, Yogyakarta: Media Abadi, 2004, Cet. Ke-3
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Jl.Ir. H. JuandaNo.95 Ciputat l54l2lndoncsia Websitc:
Tel€pon/Fax Email :
!..lLilLuitilkllla.?sid
ffi
Nomor:
Un. o I /F5/PP. oo
Lamp
:
I
:
Bimbingan Skripsi
Hal
( satu) bundel
.O
-nU
t
Jakal'v-,
:
t
(021) 74327281 74103580
Juni 2014
Kepada Yth.
Fauzun Jamal Lc., MA Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Assalamu'alaikum Wr. W. Bersama ini kami sampaikan outline dan naskah proposal skripsi yang diajukan oleh mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai berikut,
Jurusan/I(onsentrasi
Zural,da I I10052000040 Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Semester
VIII @elapan)
Telp. Judul Skripsi
085780340788 Upaya Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlak di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur
Nama Nomor Pokok
kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalam penyelesaian penyusunan dan skipsinya selama 6 (enam) bulan dari tanggal 03 Juni s.d. 03 Desember 2014.
Kami mohon
Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih. Was s al amu'
alaikum W'r.
Wb.
Ph.D
Tembusan : 1. Dekan 2. Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Telepo Fax: (021) 7432728 I 74703580 Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia
Nomor Lampiran Hal
websne:
!:$.!!tsig!Lnd!.&jd,
E-mait: datt!"h@til* uiriakanai. id
t(/ 0/ no v
:
u n.0 1 /F5/PP.0 o.o
:
Izin Penelitian (Skripsi)
Jakarta,/ Juli 2014
Kepada Yth, Pimpinan Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus, Cipayung Jakarta Timur
di Tempat Assalamu' alaikum I4r. Ilb.
Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkan bahwa: Nama
Nomor Pokok Tempat/Tanggal Lahir Semester Jurusan/I(onsentrasi AIamat Telp.
Zuraida 1 I 10052000040 Lampung, 18 Maret 1991 VIII (Delapan) Bimbingan dan Penyuluhan Islam Komp. Batan Legoso No. 27 RT 06/08 Ciputat 085780340788
adalah benar mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari data dalam rangka penulisan skripsi berjudul Upaya Pembinbing Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlak di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Cipayung Jakarta Timur.
Sehubungan dengan
itu,
dimohon kiranya Bapak/Ibn/Sdr.
dapat
menerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatan dimaksud. Demikian, atas kerjasama dan bantuannya kami mengucapkan tei'ima kasih.
I
ass alamu' alaikum Wr. Wb.
Dekan,
Subhan, MA 110 199303
Tembusan : 1. Wakil Dekan Bidang Akademik 2. Ketua Jurusan/Prodi. Bimbingan dan Penyuluhan Islam
-..: KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
PANTI SOSIAL BINA REMAJA BAMBU APUS Jl. PPA No. 1 Bambu Apus Kec. Cipayung Jakarta Timur Kode pos : 13890 Telp i 021,8445547 Fax : 021{4591257 e-mail :
[email protected];
[email protected] website : bambuapus.kemsos,go.id
SURAT KETERANGAN No : 258 /PSBR/KS.01.01/09/2014
Yang berlarlda tangan dibawah .lakarta Timr"r menerangkan
ini Kepala Panti
bahwa
Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus
:
Nama
: Znraida
NPM
: 1110052000040
Mahasiswa dari
: Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komurikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bahwa yang bersangkutan telah melaksarrakan penelitaan dengan judul UPAYA
PEMBIMBING AGAMA ISLAM DALAM MENiNGI(ATKAN AKI{LAK REMA.IA DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA BAMBLI APUS CIPAYUNC JAKARTA ctari tanggal
25
April s/d 23 September 2014 di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Demikian Surat Keterangan ini dibuat agar dapat dipergulakan seperlunya.
.lakarta. 23 September 201 4
Wuu'uh P.
JADWAL KEGIATAN PROGAM PELAYANAN DAN PENGEMBANGAN PENERIMA MANFAAT PSBR BAMBU APUS JAKARTA ANGKATAN 1/75 TAHUN 204