PERAN POLA PENGASUHAN ORANGTUA TERHADAP SIKAP NASIONALISME

Download Segala inisiatif untuk berperilaku berasal dari anak-anak, sehingga peran orangtua cenderung sangat terbatas, karena semua peran tersebut s...

0 downloads 401 Views 418KB Size
Provitae Jurnal Psikologi Pendidikan 2017, Vol. 9, No. 1, 1 - 20

PERAN POLA PENGASUHAN ORANGTUA TERHADAP SIKAP NASIONALISME REMAJA R. Rahaditya dan Agoes Dariyo Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Abstract Aim of this research is to know the differences of nationalism based on the parenting style. There are 121 adolescents involve in the research. Data collecting by questionarries such as parenting style and nationalism. Anova, regression and correlation are used to analysis the data. The result is, there are differences nationalism based on the parenting style (F = 3.236, p = . 043 < .05). There is correlation between authoritative parenting style and nationalism (r = .405(**), p = .000 < . 01). There is no correlation between authoritarian parenting style and nationalism (r = . 0,190, p = .810 > .05), and there is correlation between permissive parenting style and nationalism (r = . 377, P = . 0283 < .05). Beside, there is the role of authoritative parenting style on the nationalism (r2 = . 164, t = 4542, p= .000 < .01). Score r2 = . 164 means the contribution of authoritative parenting style on the nationalism is 16. 4 % and the other factors wich contribute on the nationalism is 83.6 %. Keywords: parenting style, nationalism, and adolescence. negaraan yang baik akan memunculkan

Pendahuluan Nasionalisme

merupakan

hal

sikap tangguh, mandiri dan kompetitif di

yang sangat penting dalam kerangka

masa depan (Novianty & Goei, 2013).

pendidikan kewarganegaraan bagi setiap

Maka,

rakyat Indonesia. Pendidikan kewargane-

memiliki

setiap

warga

sikap

negara

wajib

nasionalisme

demi

menjunjung tinggi harkat dan martabat R. Rahaditya adalah Dosen MKU Universitas Tarumanagara Jakarta. Agoes Dariyo adalah Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara. Korespondensi ke e-mail [email protected]

bangsanya

sendiri

Rahaditya, Hendrastomo

(Brubaker, 2015).

(2007)

2004;

Menurut saat

ini,

nasionalisme mengalami tantangan yang

1

R. Rahaditya dan Agoes Dariyo

berat yang harus diatasi oleh setiap

kesadaran akan identitas setiap warga

bangsa

Indonesia

negara bahwa mereka adalah bagian

sedang

penting dari suatu bangsa (Arad & Alon,

Era

2006). Mereka menyadari akan identitas

khususnya

karena

bangsa

bangsa

menghadapi

Indonesia

era

globalisasi.

globalisasi ditandai dengan perubahan

diri

sebagai

berbagai aspek sosial, politik, ekonomi,

membedakan dengan negara lainnya di

budaya, hukum, keamanan tingkat dunia

dunia (Kusumawardani & Faturochman,

(Azra, 2016). Hal itu juga mempengaruhi

2004; Druckman, 2007).

perubahan perilaku setiap warga negara yang

cenderung

peduli

Negara

yang

Nasionalisme bangsa Indonesia

lagi

telah mengalami pertumbuhan melalui

mengenai masalah nasionalisme dan

suatu perjalanan sejarah yang sangat

mengarah

panjang.

pada

tidak

warga

disintegrasi

bangsa

(Adisusilo, 2005).

Kesadaran

sebagai

warga

negara bangsa Indonesia telah dimulai

Nasionalisme ialah paham untuk

sejak

masa

kerajaan-kerajaan

yang

dapat mencintai bangsa dan negara

tersebar di seluruh wilayah nusantara.

sendiri. Nasionalisme menjadi dasar bagi

Dengan kehadiran bangsa-bangsa lain

setiap

untuk

seperti Inggris, Belanda, Portugis, dan

demi

Jepang

warga

mengungkapkan kemajuan

negara rasa

pernah

melakukan

penjajahan di wilayah Indonesia, maka

Nasionalisme

kesadaran nasionalisme semakin kuat

tumbuh-kembang melalui interaksi sosial

dalam diri setiap warga negara. Berbagai

individu dengan lingkungan hidupnya di

momentum

tengah-tengah masyarakat bangsa-negara

kesadaran nasionalisme dapat dicatat

sendiri. Nasionalisme mendorong pula

antara lain kelahiran sumpah pemuda

2007).

negara

yang

sendiri

(Druckman,

bangsa

cinta

2

penting

munculnya

Peran Pola Pengasuhan Orangtua terhadap Sikap Nasionalisme Remaja

tanggal 28 Oktober 1928 dan puncaknya

Sikap nasionalisme dapat tumbuh

kemerdekaan Republik Indonesia tnggal

kembang melalui interaksi intensif antara

17 Agustus 1945 (Kusumawardani &

individu dengan lingkungan hidupnya di

Faturochman, 2004; Adisusilo, 2005).

tengah-tengah masyarakat bangsa Negara

Kini Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI)

sudah

(Brubaker, 2004). Salah satu lingkungan

merasakan

primer

yang

memberi

pengaruh

kemerdekaan selama 72 tahun (1945-

munculnya

2017). Negara Indonesia sudah benar-

lingkungan keluarga. Orangtua sebagai

benar lepas dari penjajahan bangsa lain.

tokoh yang signifikan yang memberi

Indonesia telah menjadi Negara yang

pengaruh

berdaulat penuh atas wilayah seluruh

kembangnya sikap nasionalisme dalam

nusantara yang bebas dari intervensi

dari setiap anak kandungnya di rumah.

bangsa asing. Wilayah seluruh nusantara

Mereka sebagai orangtua menerapkan

diatur, dikelola dan diperintah oleh

suatu pola pengasuhan yang tepat sesuai

bangsa

dengan

latar-belakang

kehidupan

dipegang langsung oleh warga Negara

keluarga

masing-masing.

Baumrind

Indonesia yang dipilih secara langsung

(dalam Papalia, Olds & Feldman, 2009)

oleh

menyatakan bahwa pengasuhan berperan

sendiri.

rakyat

Pimpinan

secara

nasional

demokratis.

nasionalisme

langsung

bagi

tumbuh-

Nasionalisme telah dijabarkan secara

penting

praktis oleh setiap rakyat Indonesia,

kepribadian maupun perilaku setiap anak

sehingga setiap rakyat berdaulat secara

dalam keluarga. Baumrind menyebutkan

penuh

ada

dalam

melaksanakan

bagi

adalah

pola

perkembangan

sikap,

pengasuhan

antara

lain:

permisif,

otoriter

dan

pemerintahan dari tingkat pusat sampai

demokratis,

tingkat daerah (Lumolos, 2007).

penelantaran. Dalam penelitian Dariyo

3

R. Rahaditya dan Agoes Dariyo

(2016) ditemukan bahwa masyarakat

orangtua yang serba memperbolehkan

Indonesia lebih banyak menerapkan pola

bagi anak-anak untuk melakukan apa

asuh demokratis, permisif dan otoriter;

saja sesuai dengan kemauan mereka.

sedang pola asuh penelantaran cenderung

Anak-anak memperoleh kebebasan untuk

tidak

melakukan apa saja, sehingga mereka

diterapkan

oleh

masyarakat

Indonesia.

memiliki peran yang sangat besar dalam

Pola asuh demokratis ditandai

bersikap, berperilaku dan bertindak.

dengan dorongan dan kesadaran orangtua

Segala inisiatif untuk berperilaku berasal

untuk

dalam

dari anak-anak, sehingga peran orangtua

mengambil suatu keputusan tertentu.

cenderung sangat terbatas, karena semua

Orangtua mengajak untuk berdialog,

peran tersebut sudah dipegang oleh anak-

berkomunikasi dan berinteraksi dengan

anak.

melibatkan

anak-anaknya.

anak-anak

menghargai

Pola asuh otoriter ialah pola asuh

anak-anaknya mampu untuk berpikir,

yang lebih menekankan pada otoritas

bersikap dan bertindak secara mandiri

orangtua sangat besar dalam menentukan

sesuai dengan karakteristiknya. Orangtua

keputusan apa pun yang harus dilakukan

dapat menyampaikan gagasan, pendapat

oleh anak-anak dalam keluarga. Anak-

atau pendiriannya tanpa memaksakan

anak harus mematuhi dan melakukan apa

kehendak kepada anak-anaknya. Anak-

pun

anak dengan sadar dan bersikap secara

orangtuanya.

kritis

inisiatif berasal dari orangtua dan anak-

dapat

Orangtua

menerima

pandangan

orangtua dengan suka rela.

yang

menjadi Segala

kehendak

ide,

gagasan,

anak tinggal mentaati apa pun yang

Pola asuh permisif ialah suatu

dikehendaki oleh orangtuanya. Dengan

pola asuh yang ditandai dengan sikap

demikian,

4

peran

anak-anak

sangat

Peran Pola Pengasuhan Orangtua terhadap Sikap Nasionalisme Remaja

terbatas dalam menentukan sikap dan

berdampak

pada

munculnya

tindakan keseharian, karena semua peran

keterpaksaan dalam diri anak-anak untuk

otoritas dipegang oleh orangtuanya.

mengembangkan

sikap

sikap

nasionalisme.

Secara konsep teoretis, pola asuh

Anak-anak merasa terpaksa dan dipaksa

demokratis akan mampu menumbuh

untuk memiliki nilai-nilai nasionalisme

kembangkan sikap nasionalisme pada

karena orangtua menghendaki demikian.

anak-anak dengan baik, karena proses

Tidak ada pilihan lain bagi anak-anak

perkembangan

kecuali

sikap

nasionalisme

mereka

memilih

bersifat sukarela. Artinya anak-anak

mengembangkan

mengembangkan sikap nasionalisme atas

Rumusan masalah yang diajukan dalam

dasar kesadaran kritis dalam lingkungan

penelitian ini adalah apakah terdapat

dialogis

perbedaan nasionalisme pada remaja

antara

anak-anak

dengan

orangtuanya. Dalam pola pengasuhan

sikap

untuk

nasionalisme.

ditinjau dari pola asuh orangtua?

permisif, orangtua memberi kebebasan kepada

anak-anaknya

untuk

Kajian Pustaka

mengembangkan sikap nasionalisme atau tidak

sikap

Keamajuan suatu bangsa erat

nasionalisme. Semua itu terserah bagi

kaitannya dengan sikap nasionalime dari

anak-anaknya.

anak-

setiap

harus

nasionalisme sebagai sikap cinta warga

anak

mengembangkan

Nasionalisme

tidak

bersikap

dan

Kadang-kadang tahu

bagaimana

menentukan

sikapnya

Negara

warga

yang

negaranya.

berupaya

Sikap

untuk

terkait dengan nasionalisme tersebut.

membangun dan memajukan bangsa

Demikian pula, dalam pola asuh otoriter

negaranya (Druckman, 2007; Brubaker,

yang diterapkan oleh orangtua akan

2004). Mereka memiliki kesadaran untuk

5

R. Rahaditya dan Agoes Dariyo

mengembangkan segenap potensi dan

Sifat nasionalisme didasari oleh suatu

kompetensinya yang disumbangkan demi

ideologi kebangsaan (Brubaker, 2004;

kejayaan

bangsa

negaranya.

Sebab

Druckman, 2007). Setiap Negara atau

mereka

yang

memiliki

sikap

bangsa tentu saja memiliki semangat

mengembangkan

nasionalisme yang tumbuh dalam diri

sikap patriotisme (Brubaker, 2004; Arad

setiap warga negaranya. Masing-masing

& Alon, 2006). Menurut Kamus Besar

negara

Bahasa Indonesia nasionalisme memiliki

ideologinya sesuai dengan karakteristik

dua pengertan yaitu: (1) nasionalisme

wilayah

adalah paham (ajaran) untuk dapat

kaitannya dengan latar-belakang sejarah,

mencintai bangsa dan negara sendiri

sosial, budaya, politik, hukum, ekonomi,

(sifat kenasionalan) dan (2) kesadaran

agama atau pun adat-istiadat yang telah

keanggotaan dalam suatu bangsa yang

berkembang di setiap negara masing-

secara potensial atau actual bersama

masing. Dengan demikian, setiap negara

mencapai,

memiliki

nasionalisme,

akan

mempertahankan,

mengabdikan

identitas

dan

menumbuh-kembangkan

bangsanya.

perbedaan

Hal

ini

tertentu

erat

dalam

integritas,

perkembangan sikap nasionalisme pada

kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu,

setiap warga negaranya (Arad & Alon,

semangat kebangsaan (Tim Penyusun

2006; Druckman, 2007; Hendrastomo,

KBBI, 2002).

2007).

Smith (dalam Miftahudin, 2009)

Amal

dan

Armawi

(dalam

menyatakan bahwa nasionalisme sebagai

Kusumawardani & Faturochman, 2004)

gerakan

dapat

menyatakan bahwa kualitas berbangsa di

mempertahankan otonomi, kesatuan dan

Indonesia didasari oleh tiga pandangan

identitas wilayah suatu bangsa negara.

yaitu pandangan ketahanan nasional

ideologis

untuk

6

Peran Pola Pengasuhan Orangtua terhadap Sikap Nasionalisme Remaja

sesuai dengan GBHN (Garis-garis Besar

Pola Pengasuhan Orangtua

Haluan Negara), pandangan karakteristik nasional

yang

menekankan

Lingkungan

pada

sumber

keluarga

adalah

bagi

proses

pertama

kepribadian unik pada bangsa Indonesia,

pembelajaran yang penting untuk anak-

dan pandangan integrasi nasional yang

anak. Orangtua memberi peran besar

didasari oleh kemajemukan bangsa dan

dalam upaya pengembangan segenap

negara Indonesia.

potensi dan kompetensi bagi anak-anak.

Selanjutnya, Martaniah (dalam

Orangtua

berupaya

menerapkan

Kusumawardani & Faturochman, 2004)

pengasuhan yang tepat bagi anak-anak.

merumuskan

yang

Pengasuhan orangtua dilakukan atas

mewakili sikap nasionalisme, yakni: (1)

dasar cinta kasih yang tulus iklas demi

cinta terhadap tanah air dan bangsa

tumbuh kembang anak yang berkualitas

dengan lebih mengutamakan kepentingan

dalam kehidupan mereka pada masa kini

bangsa,

maupun masa yang akan datang (Dariyo,

(2)

enam

karakter

berpartisipasi

dalam

pembangunan, (3) menegakkan hukum

2013).

dan menjunjung keadilan sosial, (4)

Mengasuh adalah suatu upaya

memanfaatkan iptek, menghindari sikap

aktif orangtua untuk mengajar, mendidik,

apatis, terbuka pada permbaharuan dan

dan membina anak-anak agar mereka

perubahan, serta berorientasi pada masa

memiliki

depan, (5) berprestasi, mandiri dan

potensinya

bertanggung jawab dengan menghargai

Orangtua berharap anak-anak memiliki

diri sendiri dan orang lain, dan (6) siap

perkembangan aspek fisiologis, kognitif

berkompetisi dengan bangsa lain dan

maupun psikoemosional yang terbaik

terlibat dalam kerjasama internasional.

(Papalia et al., 2009; Brock, Dindo,

7

perkembangan dengan

segenap

sebaik-baiknya.

R. Rahaditya dan Agoes Dariyo

Simms, & Clarck, 2016), sehingga

permisif dan penelantaran. Karena itu,

mereka

pola pengasuhan tertentu akan memberi

tumbuh-kembang

pribadi

yang

masyarakat

menjadi

bertanggung-jawab

(Dariyo,

2013;

di

pengaruh tertentu dalam diri anak-anak.

Preston,

Dalam

penelitian

Dariyo

(2016)

Gottfield, Grootfied, Delany & Ibrahim,

ditemukan 3 pola asuh yang sering

2016). Orang tua memiliki hubungan

diterapkan oleh orangtua masyarakat

khusus dengan anak, sehingga orangtua

Indonesia yaitu otoriter, demokratis dan

berinteraksi

permisif.

secara

intensif

demi

mewujudkan pribadi yang matang dalam

Orangtua yang menerapkan pola

diri anak (Preston et al., 2016).

asuh demokratis terhadap anak-anak,

Baumrind (dalam Papalia at al., 2009)

akan

mengalami

pertumbuhan dan perkembangan segenap

pengasuhan orangtua memberi pengaruh

potensi psikologis dengan baik. Orangtua

besar terhadap perkembangan sikap,

mengajak untuk berdialog, diskusi dan

perilaku maupun kepribadian anak-anak

berbicara secara aktif dengan anak-anak

dalam

yang

dalam membahas sesuatu hal (Shaffer &

mengajar,

Obradovic, 2017). Anak-anak dilibatkan

mendidik dan membimbing anak-anak

untuk mengemukakan pendapat, gagasan

agar mereka mengalami perkembangan

atau ide-ide pemikirannya dengan sikap

segala

dengan

penerimaan positif dari orangtuanya.

sebaik-baiknya (Marcu, Oppenheim, &

Orangtua pun siap untuk menerima

Koren-karie, 2016; Shaffer & Obradovic,

perbedaan

2017).

Baumrind menyebutkan ada 4

anaknya. Dengan demikian, pembicaraan

pola asuh yaitu otoriter, demokratis,

dan komunikasi yang positif antara

keluarga. kali

aspek

bahwa

anak-anak

pola

pertama

menyebutkan

maka

Orangtualah

mengasuh,

psikologisnya

8

pandangan

dengan

anak-

Peran Pola Pengasuhan Orangtua terhadap Sikap Nasionalisme Remaja

orangtua

dan

anak-anak

akan

orangtuanya

menumbuhkan rasa percaya, rasa aman

(Shaffer

&

Obradovic,

2017).

dan tentram dalam keluarga. Dalam

Orangtua yang menerapkan pola

penelitian Dariyo (2016) ditemukan pola

asuh permisif, maka orangtua serba

asuh

memperbolehkan

demokratis

memberi

pengaruh

anak-anak

untuk

positif terhadap ketaatan otoritas pada

bersikap, bertindak maupun berperilaku

remaja, dibandingkan pola asuh permisif

sesuai dengan kehendak mereka sendiri.

maupun pola asuh otoriter.

Orangtua memberi kebebasan secara

Orangtua yang menerapkan pola

leluasa

kepada

anak-anak

untuk

asuh otoriter kepada anak-anak, maka

melakukan apa saja. Anak-anak memiliki

anak-anak akan tumbuh kembang dalam

kesempatan luas untuk melakukan apa

suasana yang tidak nyaman, penuh rasa

saja, sehingga seringkali anak-anak tidak

takut, kekuatiran dan tidak tenang dalam

memahami dan melanggar norma, aturan

keluarga.

atau etika sosial yang berlaku dalam

Orangtua

memaksakan

kehendaknya agar anak-anak senantiasa

lingkungan

menuruti, mentaati atau mengikuti apa

penelitian ini diajukan hipotesis yaitu ada

pun

yang

orangtuanya. kedaulatan

kehendak

perbedaaan sikap nasionalisme

Orangtua

memiliki

remaja ditinjau dari pola asuh orangtua.

dan

otoritas

ruang

maupun

gerak

gagasan,

ide-idenya

di

pada

dalam Metode

perilaku anak-anaknya. Anak-anak tidak

mengemukakan

Dalam

menjadi

menentukan sikap, tindakan maupun

memiliki

masyarakat.

Karakteristik Subjek Penelitian

untuk

Karakteristik

subjek

dalam

pemikiran

penelitian ini adalah remaja usia 16-21

hadapan

tahun, laki-laki dan perempuan, tercatat

9

R. Rahaditya dan Agoes Dariyo

aktif sebagai mahasiswa di Universitas

pengasuhan dan alat ukur nasionalisme.

X.

Alat ukur pengasuhan dikembangkan

Variabel dan Desain Penelitian

dari konsep Baumrind (dalam Papalia et

Variabel penelitian terdiri dari

al., 2009) yang terdiri dari tiga pola asuh

variabel

pola

yaitu otoriter, demokratis dan permisif.

pengasuhan orangtua dan nasionalisme.

Pola asuh otoriter (α = 0, 723),

Pola pengasuhan terdiri dari tiga jenis

demokratis dengan alpha chronbach (α =

yaitu pola asuh demokratis, otoriter dan

0,619) dan permisif (α = 0, 806) . Alat

permisif.

ukur nasionalisme dikembangkan dari

dua

sikap

yaitu

variabel

Variabel nasionalisme ialah seorang

remaja

terhadap

Kusumawardani & Faturochman (2004).

kebangsaan dalam lingkungan Negara

Alat ukur nasionalisme terdiri dari 18

Kesatuan

item.

Republik

Indonesia

Hasil

uji

coba

ukur

bahwa

skor

(Kusumawardani & Faturochman 2004).

nasionalisme

Penelitian dirancang untuk mengetahui

validitas bergerak dari angka r = 0, 235

peran

sampai r = 0, 530; dan skor reliabilitas

pola

nasionalisme penelitian

pengasuhan pada

ini

terhadap

remaja.

Maka

memfokuskan

pada

diketahui

alat

alpha chronbach ( α = 0, 791).

perbedaan nasionalisme ditinjau dari

Teknik Analisis Data

pola pengasuhan orangtua pada remaja.

Teknik

analisis

data

dalam

penelitian menggunakan analisis varians Alat Ukur dan Pengambilan Data

(anova). Sebelum melakukan analisis

Penelitian

data, maka dilakukan uji asumsi.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur pola

10

Peran Pola Pengasuhan Orangtua terhadap Sikap Nasionalisme Remaja

Hasil dan Pembahasan

pola asuh permisif = 65.8000. Adapun

Gambaran Subyek Penelitian

F= 3.236, p= 0,043 < 0,05; maka dapat

Data subjek dalam penelitian ini adalah

laki-laki

bahwa

ada

perbedaan

orang/57%),

nasionalisme ditinjau dari pola asuh

perempuan ( 59 orang/43%). Sebagian

orangtua. Sementara itu, diketahui bahwa

besar umur subjek yaitu 18 tahun (92

rerata nasionalisme remaja laki-laki=

orang atau 76%), umur 17 tahun (14

70.4783, sedang rerata nasionalisme

orang atau 11,6%), umur 19 (10 orang

remaja perempuan= 69.9231, dan F =

atau 8,3%). Adapun rata-rata usia subjek

0,262, p = 0,610 > 0,05. Hal ini berarti

adalah 18,1 tahun.

tidak ada perbedaan nilai nasionalisme

Sebagian

(62

dikatakan

besar

suku

bangsa

antara remaja laki-laki maupun remaja

subjek adalah Tionghoa (80 orang atau

perempuan.

73,6%), Jawa (12 orang atau 9,9%) dan

Hasil uji korelasi menunjukkan

Batak (8 orang atau 6.6%), dan suku

bahwa

bangsa lainnya (12 orang atau 9,9% ).

demokratis

Dilihat

organisasi

0,405(**), p = .000 < 0,01), tidak ada

diketahui subjek yang aktif berorganisasi

hubungan pola asuh otoriter dengan

berjumlah 77 orang ( 63,6%) dan tidak

nasionalisme (r = 0,190; p = 0,810 >

aktif

0,05), ada hubungan antara pola asuh

dari

keterlibatan

berorganisasi

(44

orang

atau

36,4%). Hasil

ada

hubungan degan

pola

nasionalisme

asuh (r=

permisif dengan nasionalisme (r= 0, 377; analisis

anova

P = 0,0283 < 0,05).

menunjukkan bahwa nilai mean (rata-

Hasil uji regresi menunjukkan

rata) pola asuh demokratis= 70.6168,

bahwa terdapat peran signifikan pola

mean pola asuh otoriter= 71.2500, mean

asuh demokratis terhadap nasionalisme

11

R. Rahaditya dan Agoes Dariyo

(r2= 0,164; t= 4542; p= 0,000 < 0,01).

tindakan

Nilai r2= 0,164 menunjukkan bahwa

nasionalisme adalah lingkungan keluarga

sumbangan

demokratis

(Druckman, 2007; Arad & Alon, 2006).

terhadap nasionalisme sebesar 16,4%.

Keluarga sebagai unit sosial terkecil

Hal ini berarti masih ada faktor-faktor

yang paling efektif memberi pengaruh

lain yang mempengaruhi nasionalisme

signifikan terhadap kepribadian anak-

sebesar 83,6 %. Selain itu, ternyata tidak

anak (Berk, 2012; Dariyo, 2013). Secara

ada peran yang signifikan pola asuh

khusus Baumrind (dalam Papalia et al.,

permisif

pola

asuh

terhadap

nasionalisme

(r2=

maupun

perilaku

2009; Chen, Liu, Li, Cen,

0,142; t= 1152; p= 0,283 > 0,05).

Wang,

2000)

pengasuhan Pembahasan

memegang

Nasionalisme merupakan sikap

Chen,

menyatakan orangtua-lah

peran

luhur

penting

&

bahwa yang bagi

pengembangan kepribadian dan potensi

warga negara untuk memiliki rasa cinta

anak-anak.

terhadap tanah air. Setiap warga negara memiliki hak untuk memajukan bangsa

Nasionalisme ditinjau dari Pola Asuh

dan

Orangtua

negaranya

(Druckman,

2007;

Kusumawardani & Faturochman, 2004).

Dalam penelitian ini, ditemukan

Nasionalisme harus tertanam kuat dalam

ada

diri setiap warga negara. Nasionalisme

ditinjau dari pola asuh orangtuanya (F=

dapat

ditumbuh-

3.236; p= 0,043 < 0,05). Diketahui

kembangkan dalam lingkungan keluarga,

bahwa nilai rerata pola asuh demokratis

karena

bagi

(M= 70.6168), rerata pola asuh otoriter

pertumbuhan dan perkembangan sikap,

(M= 71.2500) dan rerata pola asuh

dibentuk

lingkungan

dan

pertama

12

perbedaan

nasionalisme

remaja

Peran Pola Pengasuhan Orangtua terhadap Sikap Nasionalisme Remaja

permisif (M= 65.8000). Kedua pola asuh

mendidik

anak-anak

demokratis maupun otoriter memiliki

mengembangkan

nilai rerata lebih tinggi dibandingkan

perilaku yang diharapkan di masa yang

rerata pola asuh permisif.

akan datang (Baumrind, dalam Papalia et

nilai,

untuk sikap,

dan

Namun ketika variabel pola asuh

al., 2009; Buckels, Beall, Hofer, Lin,

dan sikap nasionalisme diuji melalui uji

Zhou, & Schaller, 2015). Baik pola asuh

korelasi ternyata diketahui ada hubungan

demokratis maupun permisif memberi

signifikan pola asuh demokratis dengan

kesempatan luas bagi anak-anak untuk

nasionalisme (r= 0,405(**); p = .000 <

mengembangkan nilai, norma, sikap dan

0,01), sedangkan pola asuh otoriter

tindakan yang baik. Orangtua memberi

dengan nasionalisme tidak

memiliki

kesempatan kepada anak-anak memiliki

hubungan ( r= 0,190; p= 0,810 > 0,05).

sikap nasionalisme, sebagai sikap yang

ada ada hubungan antara pola asuh

penting dalam kehidupan di masyarakat,

permisif dengan nasionalisme (r= 0,377;

negara dan bangsa (Kusumawardani &

p= 0,0283 < 0,05).

Faturochman, 2004; Buckels et al.,

Baik pola asuh

demokratis maupun pola asuh permisif

2015).

justru memiliki hubungan dengan sikap

Dengan

kesempatan

baik

nasionalisme remaja. Artinya orangtua

tersebut, maka anak-anak pun terbuka

yang menerapkan pola asuh demokratis

untuk mendapatkan nilai-nilai positif

maupun

dapat

yang diberikan oleh lembaga pendidikan

menumbuhkan sikap nasionalisme dalam

formal (sekolah) maupun non formal

diri remaja.

(media masa, koran, televisi), seperti

pola

asuh

permisif

Pola asuh sebagai pola orangtua dalam

membimbing,

mengajar

sikap nasionalisme.

dan

13

R. Rahaditya dan Agoes Dariyo

Pola

Asuh

Demokratis

sumbangan pola asuh demokratis sebesar

dan

16,4%

Nasionalisme

terhadap

munculnya

sikap

Hasil analisis korelasi diketahui

nasionalisme. Menurut Baumrind (dalam

bahwa ada hubungan signifikan pola

Papalia at al., 2009; Berk, 2012) dalam

asuh demokratis dengan nasionalisme (r=

pengasuhan

0,405(**); p= 0,000 < 0,01). Dengan

menekankan

penerapan pola asuh demokratis yang

dengan anak-anak dalam keluarga (Chen

dilakukan oleh orangtua, maka anak-

et al., 2000).

anak

berkomunikasi dua arah dengan anak-

remaja

kenyamanan

dapat

dan

tinggal

bersama

Mereka

juga

merasakan

ketenangan dengan

ketika

interaksi

orangtua

yang dialogis

Orangtua mengajak

anak. Orangtua memberi kesempatan

orangtua.

merasakan

demokratis,

bagi

pola

anak-anak

untuk

menyatakan

pikiran,

pendapat

pengasuhan, pembinaan dan pendidikan

secara

terbuka

orangtuanya, sehingga anak-anak mampu

keluarga (Chen et al., 2000; Brock,

mengembangkan sikap nasionalisme.

Dindo, Simms, & Clarck, 2016). Anak-

Dalam hal ini, bila skor pola asuh

maupun dalam

sikapnya lingkungan

anak merasa nyaman dan tenang dalam

demokratis makin tinggi, maka makin

menyikapi

tinggi pula sikap nasionalisme remaja.

lingkungan keluarga, karena orangtua

Dalam

uji

regresi

setiap

persoalan

dalam

diketahui

dapat menerima sikap, tindakan maupun

bahwa variabel pola asuh demokratis

pemikiran anak-anak dengan sebaik-

memberi sumbangan cukup signifikan

baiknya (Bukhart, Borelli, Rasmussen,

terhadap munculnya sikap nasionalisme

Brody, & Sbarra, 2017).

remaja (r2= 0,164; t= 4542; p= 0,000 <

Pola asuh demokratis orangtua

0,01). Nilai r2= 0,164 menunjukkan

terhadap anak-anak ditandai pula dengan

14

Peran Pola Pengasuhan Orangtua terhadap Sikap Nasionalisme Remaja

sikap orangtua untuk membimbing anak-

sangat berperan besar terhadap sikap,

anak

dan tindakan anak-anak dalam keluarga.

untuk

mencintai

bangsa

dan

negaranya sendiri (Bukhart et al., 2017).

Orangtua

Orangtua

yang

juga

berinteraksi

dengan

yang otoriter ialah orangtua

memiliki

hak

penuh

dalam

mengajak diskusi dan bertanya-jawab

menentukan norma, aturan maupun nilai-

mengenai sikap dan tanggung-jawab

nilai yang ditumbuhkemangkan dalam

anak terhadap sosial budaya masyarakat

keluarga (Dariyo, 2013). Anak-anak

(Bukhart et al., 2017; Marcu et al., 2016;

harus mematuhi apa pun yang ditentukan

Shaffer & Obradovic, 2017) Anak-anak

oleh orangtua. Jika anak-anak tidak

diharapkan

terhadap

mematuhi aturan, norma maupun nilai-

lingkungan sosial-budaya masyarakat.

nilai sosial keluarga, maka orangtua

Dengan demikian, maka pola asuh

dapat

demokratis pun akan dapat menumbuh-

(punishment) yang tegas atau keras

kembangkan sikap nasionalisme dalam

terhadap anak-anak (Baumrind, dalam

diri anak-remaja dalam keluarga.

Papalia at al., 2009). Dengan demikian,

untuk

peduli

menerapkan

anak-anak

tumbuh

sangsi,

hukuman

kembang

dalam

suasana yang mencekam, penuh rasa

Pola Asuh Otoriter dan Nasionalisme Dalam uji korelasi ternyata tidak

cemas, takut atau kuatir karena mereka

ada hubungan pola asuh otoriter dengan

hendak bermaksud untuk menghindari

nasionalisme (r=

hukuman

0,05).

Artinya

0,190, p= 0,810 >

orangtuanya.

Sebagai anak-anak, mereka mungkin

kemunculan

menunjukkan kepatuhan atau ketaatan

sikap nasionalisme dalam diri remaja.

terhadap kedua orangtuanya, namun

Dalam pola asuh otoriter, orangtua

ketaatan mereka cenderung bersifat semu

menghambat

asuh

sangsi

otoriter

cenderung

pola

atau

15

R. Rahaditya dan Agoes Dariyo

(pseudo-obedience)

(Dariyo,

2016).

antaranya menumbuh-kembangkan sikap

Mereka tidak mampu untuk menumbuh-

nasionalisme.

kembangkan sikap nasionalisme dalam

Orangtua yang permisif ialah

dirinya.

orangtua yang memberi keleluasaan atau kebebasan yang sepenuhnya

Pola Asuh Permisif dan Nasionalisme

anak-anak. Anak-anak memiliki peran

Melalui uji korelasi ditemukan

yang besar untuk menentukan sikap,

ada hubungan antara pola asuh permisif

tindakan

dengan nasionalisme (r= 0,377, p=

mengontrol

bertangggungjawab

maupun

pun. Orangtua

sikap

yang

ekplorasi diri dengan memanfaatkan

mengembangkan

sikap

sudah

dewasa,

dari

jawab

dapat positif,

permisif

orangtuanya,

maka

masyarakat (Sulistyo, 2013). Mereka

Karena itu, anak-anak dapat melakukan

Mereka

di

bertanggung-jawab dan tidak mandiri di

besar dalam mengambil suatu keputusan.

orangtuanya.

mandiri

mereka tidak akan menjadi pribadi yang

2013). Anak-anak memperoleh porsi

diperoleh

dan

mereka tidak mampu memanfaatkan

sikap dan perilaku anak-

yang

mampu

masyarakat (Dariyo, 2013). Namun kalau

tidak

anak (Cohert & Martin, dalam Sulistyo,

kesempatan

yang

Mereka

kembang menjadi pribadi yang dewasa,

memberi kebebasan kepada anak-anak

bertindak apa

dalam

dengan baik, tentu mereka akan tumbuh

untuk melakukan apa saja. Orangtua

bersikap

perbuatan

memanfaatkan sikap permisif orangtua

memberi keleluasaan bagi anak-anak

berpikir,

maupun

hidupnya.

0,0283 < 0,05). Pola asuh permisif justru

untuk

kepada

ciri-ciri

di

menjadi

pribadi

yang

mandiri, dan bertanggungadalah mereka yang memiliki dalam

sikap

nasionalisme

(Kusumawardani & Faturochman, 2004).

16

Peran Pola Pengasuhan Orangtua terhadap Sikap Nasionalisme Remaja

remaja. Ada hubungan antara pola asuh

Kelemahan dalam Riset ini Para peneliti menduga

permisif

bahwa

dengan

sikap

nasionalisme

remaja. Tetapi tidak ada hubungan antara

kelemahan riset ini terletak pada jumlah

pola

data yang tidak seimbang antara pola

asuh

otoriter

dengan

sikap

nasionalisme remaja.

asuh demokratis (107), otoriter (4) dan permisif (10). Dengan jumlah data yang

Saran tidak mencapai angka minimal, maka Penelitian selanjutnya disarankan pengolahan data pola asuh otoriter dan memperbesar jumlah data khusus pola permisif

tidak

bisa

mencerminkan asuh otoriter dan permisif, sehingga

kondisi kenyataan. Hal ini, sejalan kedua pola asuh tersebut dapat diolah dengan pandangan Suryabrata (1998) secara statistik dengan baik. Dengan dan Nisfianoor (2013) yang menyatakan demikian,

maka

hasil

pengolahan

nilai angka minimal adalah 30 orang agar tersebut

dapat

dipergunakan

untuk

suatu data dapat diolah secara statistik. menggambarkan kondisi kenyataan di Kesimpulan Berdasarkan

hasil

masyarakat. penelitian

Saran

praktis

yang

dapat

diperoleh beberapa simpulan. Pertama,

dilakukan

yaitu ada perbedaan sikap nasionalisme

mengajar, mendidik dan membimbing

ditinjau dari pola asuh orangtua. Pola

anak-anak agar mereka memilki sikap

asuh demokratis dan otoriter memiliki

cinta pada tanah air. Mereka adalah

nilai yang lebih tinggi dibandingkan pola

generasi penerus yang akan menjadi

asuh permisif. Kedua, ada hubungan

pemimpin bangsa dan negara yang akan

positif

datang. Mereka harus dipersiapkan sejak

signifikan

antara

pola

asuh

demokratis dengan sikap nasionalisme

17

oleh

orangtua

adalah

R. Rahaditya dan Agoes Dariyo

masa

kecil

demi

melanjutkan

prediction and implication. Journal of

kepemimpinan bangsa di masa depan.

Personality and Social Psychology, 108(3), 497-514. Bukhart M.L., Borelli, J.L., Rasmussen,

Daftar Pustaka Adisusilo, S. (2005). Sejarah pemikiran

H.F., Brody, R.,

& Sbarra, D.A.

Barat dari yang klasik sampai yang

(2017). Parental mentalizing as an

modern.

indirect

Yogyakarta:

Penerbit

Universitas Sanata Dharma.

Israel’s

national

between

attachment

anxiety and parenting satisfaction.

Arad, U. & Alon, G. (2006). Patriotism and

link

Journal of Family Psychology, 31(2),

security.

203-213.

Herlyza: Institute for policy and

Brubaker, R. (2004). In the name of the

strategy.

nation: Reflections on nationalism and

Azra, A. (2016). Nasionalisme, etnisitas,

patriotism. Citizenship studies, 8(2),

dan agama di Indonesia: Tantangan

115-127.

Globalisasi. Jakarta: Setneg Republik

Brock, R.L., Dindo, L., Simms, L.J. &

Indonesia.

Clarck, L.A. (2016). Pesonality and

Berk, L.E. (2012). Infants and Children:

dyadic adjustment: Who you think

Prenatal through middle childhood.

your partner is really matters. Journal

(7th edition). Boston: Pearson.

of Family Psychology, 30(5), 602-613.

Buckels, E.E., Beall, A.T., Hofer, M.,

Chen, X., Liu, M., Li, B., Cen, G., Chen,

Lin, E.Y., Zhou, Z., & Schaller, M.

H & Wang, L. (2000). Maternal

(2015).

in

authoritative and authoritarian attitude

care

and mother-child interactions and

Individual

activation motivational

of

the

differences parental

system:

Assesment,

relationship

18

in

urban

China.

Peran Pola Pengasuhan Orangtua terhadap Sikap Nasionalisme Remaja

International Journal of Behaviour

kota Bitung. Jurnal Penelitian Politik,

Development, 24(1), 119-126.

4(1), 33-47.

Dariyo,A. (2013). Dasar-dasar pedagogi

Marcu,

modern. Jakarta: Indeks.

karie,

Dariyo, A. (2016). Pengasuhan terhadap social otoritas

self-efficacy pada

(2016). is

Parental

associated

with

dan

ketaatan

cooperative interactions in families

remaja

(laporan

with toddlers. Journal of Family Psychology, 30(8), 935-943.

LPPI Universitas Tarumanagara. D.

N.

insightfulness

penelitian, tidak diterbitkan). Jakarta:

Druckman,

I., Oppenheim, D., & Koren-

(2007).

Nisfianoor,

Nationalism,

(2013).

Pendekatan

Statistika Modern. Jakarta: Penerbit

patriotism and group loyalty: A social psychological

M.

Universitas Trisakti.

perspective.

Novianty, S. & Goei, Y.A. (2013). Peran

International Studies Review, 38(1),

pendidikan

agama

43-68.

kewarganegaraan

di

Hendrastomo, G. (2007). Nasionalisme

meningkatkan

karakter

tangguh,

kompetitif

kebangsaan dalam peradaban modern.

Psikologi Ulayat, 1(2), 239- 250.

Kusumawardani, (2004).

A &

Faturochman

Nasionalisme.

R.D. (2009). Human development.

Buletin

Boston: McGraw-Hill. Presston,

Lumolos, J. (2007). Sikap pemilih pasangan

Jurnal

Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman,

Psikologi, XII( 2), 61- 72.

terhadap

dinamis.

dalam

vs Globalisasi: Hilangnya semangat

Dimensia, 1(1), 1- 11.

dan

SMA

dan

calon

Grottfied,

K.S.J.,

Gottfied,

A.W.,

A.E., Delany, D.E., &

kepala

Ibrahim, S.M. (2016). Positive family

daerah menjelang pilkada lansung di

relationship: Longitdinal network of

19

R. Rahaditya dan Agoes Dariyo

relations.

Journal

of

Family

Psychology, 30(7), 875-895. Rahaditya,

R.

(2015).

kewarganegaraan

Pendidikan

di

perguruan

tinggi. Jakarta: Pustaka Mandiri. Sulistyo,

J.T.

(2013).

Hubungan

problematic online game use dengan pola

asuh

pada

remaja.

Jurnal

Psikologi Ulayat, 1(2), 396-406. Shaffer, A. & Obradovic, J. (2017). Unique

contributions

of

emotion

regulation and executive functions in predicting the quality of parent-child interaction

behaviors.

Journal

of

Family Psychology, 31(2), 150-159. Suryabrata, S. (1998). Pengembangan alat ukur psikologis. Yogyakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen

Pendidikan

dan

Kebudayaan. Tim Penyusun KBBI (2002). Kamus besar

bahasa

Departemen

Indonesia.

Jakarta:

Pendidikan

dan

Kebudayaan Republik Indonesia.

20