PERBEDAAN KOMUNIKASI PERSUASIF ANTARA DISTRIBUTOR

Download maupun nasional telah melakukan terobosan baru dan melakukan inovasi terhadap pola atau tatanan bisnisnya agar perusahaannya tetap eksis da...

0 downloads 564 Views 361KB Size
PERBEDAAN KOMUNIKASI PERSUASIF ANTARA DISTRIBUTOR MULTI LEVEL MARKETING (MLM) PRIA DAN WANITA

Ratna Yuniar Widianingsih Intaglia Harsanti

Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat

ABSTRAK

Komunikasi persuasif merupakan proses komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku seseorang, baik secara verbal maupun nonverbal, namun tidak bersifat paksaan ataupun ancaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan komunikasi persuasif antara distributor Multi Level Marketing (MLM) pria dan wanita. Sampel dari penelitian ini adalah 100 orang distributor MLM pria dan wanita. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dimana uji hipotesis dilakukan dengan teknik Independent Sample T-Test dan diperoleh nilai t sebesar 0,484 dengan taraf signifikansi sebesar 0,488 (p > 0,05). Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan dalam komunikasi persuasif antara distributor MLM pria dan wanita. Hasil tersebut menunjukkan, bahwa hipotesis yang berbunyi ada perbedaan komunikasi persuasif antara distributot MLM pria dan wanita, ditolak. Kata Kunci : komunikasi, persuasif, distributor, mlm, pria, wanita.

PERSUASIVE COMMUNICATION DIFFERENCES BETWEEN MULTI LEVEL MARKETING DISTRIBUTOR (MLM) MEN AND WOMEN

Ratna Yuniar Widianingsih Intaglia Harsanti

Faculty of Psychology, University Gunadarma Jl. Margonda Raya. 16 424 100 Depok, West Java

ABSTRACT Persuasive communication is a communication process that aims to influence attitudes, opinions and behavior, both verbally and nonverbally, but not coercive or threatening. This study aims to determine differences in persuasive communication between the distributor Multi Level Marketing (MLM) men and women. Samples from this study were 100 people MLM distributor of men and women. The method used in this research is quantitative method, in which hypothesis testing was done by using the Independent Sample T-Test and t values obtained for 0.484 with significance level of 0.488 (p> 0.05). This means there is no significant difference in the persuasive communication between men and women MLM distributors. These results suggest that the hypothesis which says there is persuasive communication differences between men and women distributot MLM, rejected. Keywords: communication, persuasive, distributors, mlm, men, women.

kemampuan komunikasi yang baik. Hal ini

PENDAHULUAN

sesuai dengan pendapat Boorom, dkk Memasuki

era

informasi, persaingan

globalisasi

dan

dalam berbagai

bidang kehidupan tak dapat dielakkan, termasuk

dalam

bidang

perdagangan.

Untuk mengantisipasi ancaman globalisasi tersebut, para pengusaha dan pebisnis baik yang

berskala

maupun

internasional,

nasional

telah

regional, melakukan

terobosan baru dan melakukan inovasi terhadap pola atau tatanan bisnisnya agar perusahaannya tetap eksis dan lebih kompetitif di era pasar bebas ini. Salah satu pola bisnis yang dikembangkan oleh pengusaha adalah penjualan langsung dengan sistem pemasaran berjenjang atau bertingkat

yang

disebut

multi

level

marketing (MLM) (Fuad, 2009).

berbisnis yang sangat efektif, dikarenakan modal yang dibutuhkan relatif kecil, selain itu bisnis ini juga selalu mengedepankan daya tarik passive income yang cukup dalam

jangka

panjang

(Sarosa, 2006). Biasanya

orang

yang bergabung

yang

tugas

pokoknya

melakukan penjualan dan memperbesar jaringan di bawahnya (Kisata, 2006). Untuk bisa menghasilkan pendapatan dan passive income yang besar, seorang distributor

kemampuan penjual untuk membuat dan memodifikasi

pesan-pesan

melalui

komunikasi interaktif dengan pelanggan. Komunikasi

interaktif

yang

digunakan oleh distributor MLM untuk bisa mengajak sebanyak-banyaknya orang untuk bergabung dalam bisnisnya adalah komunikasi persuasif. Menurut Burgoon & Rufner (2002) komunikasi persuasif adalah proses komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi pemikiran dan pendapat orang lain agar menyesuaikan pendapat dan keinginan komunikator. Atau proses komunikasi

yang

mengajak

atau

mengubah sikap, keyakinan, dan pendapat sesuai keinginan komunikator. Namun ajakan ini bukan berarti paksaan atau ancaman. Menurut Kiyosaki (2001) dengan menggunakan komunikasi persuasif yang baik seorang distributor MLM tidak hanya

orang

dalam sebuah MLM disebut distributor, yaitu

besar kinerja penjualan bersumber pada

membujuk orang lain dengan tujuan untuk

Bisnis MLM menjadi pilihan inovasi

menjanjikan

(dalam Wicaksono, 2006) bahwa sebagian

MLM

harus

memiliki

menjadi

penjual

dari

produk

yang

memiliki selling point tinggi tapi juga menjadi business owner yang penuh percaya

diri,

sehingga

bisnis

yang

dijalankannya berkembang. Salah satu faktor yang memiliki peran dalam komunikasi persuasif, adalah jenis kelamin. Perbedaan jenis kelamin

kemungkinan ikut menentukan perbedaan

kelembutan dan menjaga hubungan dengan

komunikasi persuasif, karena jenis kelamin

konsumen (Beedes dan Crane, 2005).

merupakan

perbedaan

yang

paling

fundamental baik secara fisik maupun

TINJAUAN PUSTAKA

psikologis. Secara fisik, umumnya karakter suara wanita bersahabat, lembut, dan manja, sedangkan pria tegas dan jelas (Masduki,

2004).

Perbedaan

secara

psikologis, wanita lebih emosional, lebih pasif, lebih submisif, sedangkan pria lebih rasional, lebih aktif, dan lebih agresif (Anonim, 2006). jenis

menjadi subjek lama

kelamin

telah

penelitian untuk waktu

dalam

psikologi

ataupun

sosiologi (Roos, 2005). Perbedaan jenis kelamin dipelajari di berbagai bidang seperti perilaku penjualan dan kepuasan kerja,

pendampingan

perilaku

tenaga

penjual,

dan

stereotip

berorganisasi

penjualan (McQuiston, 2009). Menurut McQuiston,

Goff, 2009)

dalam pembelian.

pria

(dalam

dan

wanita

Sedangkan menurut

Bakewell dan Mitchell (2006) pria dan memiliki

gaya

pengambilan

keputusan yang berbeda.

menggabungkan

ketangguhan,

dan

ketegasan,

kebutuhan

untuk

mengontrol dan mendominasi, sedangkan wanita

pemikiran dan pendapat orang lain agar menyesuaikan pendapat dan keinginan komunikator atau pembicara. Atau proses

lebih

yang

mengajak

atau

membujuk orang lain dengan tujuan untuk mengubah sikap, keyakinan, dan pendapat sesuai

keinginan

pembicara.

Namun

ajakan ini bukan berarti paksaan atau ancaman (Burgoon & Rufner, 2002). Toulmin

(dalam

Bagus,

2010)

menyatakan bahwa dalam komunikasi persuasi terdapat tiga komponen penting.

a. Claim Yaitu pernyataan tujuan persuasi baik yang

tersurat

(eksplisit)

maupun

tersirat (implisit). b. Warrant Yaitu

perintah

yang

dibungkus

dengan ajakan atau bujukan sehingga

Dalam melakukan penjualan, pria lebih

komunikasi yang bertujuan mempengaruhi

Komponen tersebut adalah:

dkk

mempertimbangkan kriteria yang berbeda

wanita

Komunikasi persuasif ialah proses

komunikasi

Perbedaan

yang

Komunikasi Persuasif

menunjukkan

aspek

terkesan tidak memaksa. c. Data Yaitu

data-data

digunakan

atau

untuk

fakta

yang

memperkuat

argumentasi keunggulan pesan dari

Wanita sering kali

komunikator.

pembicara

untuk

mendorong melanjutkan

pembicaraannya menunjukkan

Jenis Kelamin

dengan ketertarikan

atau

perhatian. Menurut Baron dan Byrne (1994) jenis kelamin didefinisikan pada hal-hal yang

berkaitan

dengan

faktor-faktor

biologis, anatomi, dan perbedaan fisik yang secara genetik menentukan dan hadir pada saat kelahiran. Jenis kelamin sebagai dasar perbedaan biologis antara pria dan wanita. Jenis kelamin ditentukan pada saat pembuahan, dengan kehadiran kromosom X

dari

masing-masing

orang

tua

(menciptakan wanita) atau kromosom X dari ibu dan kromosom Y dari ayah (menciptakan pria).

beberapa

perbedaan

karakteristik kemampuan berbicara antara pria dan wanita, antara lain:

pada wanita

komunikasi untuk mengembangkan memelihara

hubungan,

pembicaraan/percakapan sering

mereka

berujung

pada

pembicaran tentang diri mereka sendiri. 2) Wanita

suatu pemahaman yang lebih baik terhadap

perasaan-perasaan

dan

persepsi-persepsi. 5) Percakapan “maintenance work”. Wanita lebih sering menanyakan sejumlah

pertanyaan

yang

mendorong percakapan. 6) Personal, concrete style (gaya yang konkrit).

Wanita

lebih

sering

pribadi,

dan

anekdot.

menggunakan

bahasa

Lebih konkrit

daripada bahasa yang samar-samar,

isu-isu

dan

perasaan-perasaan

sedemikian rupa sehingga orang

1) Wanita cenderung menggunakan

lebih

4) Wanita lebih sering bertanya untuk

pembicaraan wanita menjelaskan

a. Karakteristik kemampuan berbicara

dan

dukungannya pada orang lain.

menggunakan detil, pengungkapan

Wood (dalam Benokraitis, 1996) mengusulkan

3) Wanita secara khusus menunjukkan

lain

bisa

memahami

dan

mengidentifikasi. 7) Tentativeness (bersifat sementara), kemungkinan diekspresikan dalam sejumlah cara, yaitu: a) Verbal hedges (memagari katakata) dan qualifiers (pemberi

berusaha

membuat

persamaan di antara pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi.

sifat) b) Menghaluskan sangkalan/penolakan pesan

c) Wanita

menggunakan

verbal

3) Conversational

fillers

dominance

(mendominasi percakapan). Dalam banyak

b. Karakteristik kemampuan berbicarapada

konteks

biasanya

pria

mendominasi percakapan, berbicara

pria

lebih sering dan dalam periode

1) Instrumentally (secara instrumental).

waktu yang lama. Pria menunjukkan

Pria

cenderung

kemampuan

menggunakan

berbicara

dominansi

untuk

dengan

pembicaraan

memotong

orang

lain,

menyelesaikan tujuan khusus. Pria

menginterpretasi kembali makna/arti

lebih sering terfokus pada problem

yang telah orang katakan, atau

solving (pemecahan masalah), yaitu

mengubah arah percakapan. Pria

dengan

cenderung menyatakan diri mereka

mendapatkan

mengumpulkan

informasi,

fakta-fakta,

dan

tegas,

penganut

kemutlakan

mengusulkan jalan keluar pada suatu

(absolutist). Dibandingkan wanita

tindakan/solusi.

bahasa pria secara khas lebih kuat,

Jadi

pada

pria

kemampuan berbicara lebih sering

langsung,

dimaksudkan

mengakhiri

(memerintah), jarang sekali bersifat

suatu persoalan dengan sebuah solusi

tentatif (sementara). Pria cenderung

dari

untuk berkomunikasi lebih sering

untuk

pada

berakhir

dengan

membicarakan diri sendiri. 2) Exerting

control

(menggunakan

refleksi dari gayanya yang umum bukan perseorangan.

memperlihatkan,

meningkatkan, atau mempertahankan status

autoritatif

dalam terminologi abstrak, suatu

kontrol). Pria menggunakan kontrol untuk

dan

personal,

dan

ide-idenya

secara tegas, serta sering juga untuk

Distributor

MLM

(

Multi

Level

Marketing)

Sedikit

MLM (Multi Level Marketing) biasa

kemungkinan bagi pria menawarkan

juga disebut Network Marketing (NM)

apa yang dianggap oleh wanita

atau

sebagai

empati.

berjenjang. MLM adalah sebuah bisnis

untuk

yang menggunakan strategi jaringan dalam

atau

memasarkan jaringannya. Biasanya orang

membuka informasi rahasia pribadi

yang bergabung disebut distributor, yaitu

tentang dirinya sendiri.

orang yang tugas pokoknya melakukan

menantang

Pria

orang

lain.

kata-kata/ucapan kurang

mengekspresikan

mungkin simpati

direct

selling

atau

pemasarang

penjualan dan memperbesar jaringan di

Populasi dan Sampel Penelitian

bawahnya (Kisata, 2006).

Populasi penelitian dalam sampel

METODE PENELITIAN

ini adalah distributor MLM perusahaan

Identifikasi

Daehsan

Variabel-Variabel

Putih.

Penelitian

Indonesia Sampel

wilayah

penelitian

Cempaka ini

adalah

distributor MLM yang telah aktif minimal Dalam penelitian ini beberapa variabel

6 bulan, dengan dasar pertimbangan bahwa

yang akan dikaji adalah:

subjek

Variabel Terikat (Y) : Komunikasi

minimal

Persuasif Variabel Bebas (X)

: Jenis Kelamin

persuasif

sikap,

merupakan

bulan

terdaftar sudah

selama

berbelanja,

downline, dan mendapatkan

penelitian ini berjumlah 100 orang, dengan pembagian 50 orang pria dan 50 orang wanita. Teknik pengambilan sampel yang

dan

digunakan

perilaku seseorang, baik secara verbal

sampling,

maupun nonverbal, namun tidak bersifat

sampel

paksaan ataupun ancaman. Komunikasi

mengambil sampel yang dipilih peneliti

persuasif ini akan diukur menggunakan

berdasarkan

karakteristik-karakteristik

skala komunikasi persuasif dengan melihat

tertentu

dimiliki

komunikasi

(Nasution, 2004).

persuasif

pendapat

sudah

bonus dari perusahaan tersebut. Sampel

proses komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi

6

merekrut

Definisi Operasional Variabel Penelitian Komunikasi

yang

dalam

konteks

adalah yaitu

yang

teknik teknik

dilakukan

yang

purposive pengambilan

dengan

oleh

cara

sampel

strategi pemasaran terhadap produk yang dikembangkan dari komponen komunikasi

Teknik Pengumpulan Data

persuasif menurut Toulmin (dalam Bagus, 2010) yang meliputi claim, warrant, data. Jenis kelamin adalah istilah yang mengacu pada perbedaan anatomi antara pria dan wanita yang dibawa sejak lahir. Dalam hal ini diketahui melalui identitas subjek.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala komunikasi persuasif dan jenis kelamin: a. Skala Komunikasi Persuasif Dalam

mengumpulkan

data

mengenai perbedaan komunikasi persuasif antara distributor MLM pria dan wanita, digunakan skala komunikasi persuasif

dalam bentuk skala Likert yang disusun

menganalisis

berdasarkan

komunikasi

persuasif pada distributor MLM sebagai

persuasif menurut Toulmin (dalam Bagus,

variabel terikat (Y) berdasarkan jenis

2010), yaitu claim, warrant, dan data.

kelamin sebagai variabel

b. Jenis Kelamin

Analisis

komponen

Jenis kelamin dapat dibedakan menjadi dua yaitu, pria dan wanita. Adapun untuk mengetahui jenis kelamin dan identitas subjek lainnya dapat dilihat dengan menggunakan daftar isian identitas

dengan

komunikasi

bebas

(X).

menggunakan

program komputer SPSS for Windows Versi 17.0. HASIL PENELITIAN Uji Validitas dan Reliabilitas

subjek penelitian yang tercantum pada skala komunikasi persuasif.

data,

perbedaan

Pada skala komunikasi persuasif yang disusun dengan menggunakan Skala Likert, dari 25 item yang digunakan

Validitas

dan

Reliabilitas

Alat

Pengumpulan Data

item yang lainnya dinyatakan gugur. Item

Untuk mengukur validitas akan digunakan Product Moment dari Pearson dengan mengkorelasikan skor tiap aitem dengan skor total item. Dan

untuk

mengukur reliabilitas akan menggunakan Alpha

Cronbach.

Uji

validitas

dan

reliabilitas dalam penelitian ini akan menggunakan bantuan SPSS versi 17 for Windows. Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian

ini

diperoleh 18 item yang valid, sementara 7

dilakukan

dengan

menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 17 for Windows.

yang valid memiliki nilai korelasi antara 0,333 sampai 0,658. Pengujian validitas ini dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows Ver. 17. Uji reliabilitas dilakukan dengan teknik Alpha Cronbach dan diperoleh angka koefisien reliabilitas sebesar 0,869. Secara umum dapat dikatakan bahwa alat ukur

tersebut

reliabel.

Pengujian

reliabilitas ini dilakukan dengan bantuan SPSS for windows Ver. 17.0. Uji Asumsi Berdasarkan pengujian normalitas pada

variabel

komunikasi

persuasif,

distributor MLM pria mempunyai nilai Teknik Analisis Data Pengujian penelitian Independent

ini

hipotesis menggunakan

Sample

T-Test,

dalam teknik yaitu

statistik 0,78 dengan nilai signifikansi sebesar 0,200 (p > 0,05), sedangkan distributor MLM wanita mempunyai nilai

statistik 0,78 dengan signifikansi sebesar 0,200 (p > 0,05). Secara umum dikatakan bahwa

distribusi

skor

komunikasi

persuasif pada sampel yang telah diambil

Tabel 9 Perhitungan Mean Empirik dan Mean Hipotetik

adalah normal. Dari hasil pengujian homogenitas

Skala

Subjek

ME (Mean Empirik)

Komunikasi Persuasif Distributor MLM

Pria Wanita

diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,488 (p

>

0,05),

menunjukkan

hasil

pengujian

bahwa

ini

keduanya

mempunyai varians yang sama (homogen).

Std. Deviasi

78,1

MH (Mean Hipotetik) 54

75,82

54

12

Uji Hipotesis Adapun Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan uji T (ttest) yaitu Independent Sample T Test, diperoleh nilai F sebesar 0,484 dengan taraf signifikansi sebesar 0,488 (p > 0,05). Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan dalam komunikasi persuasif antara distributor MLM pria dan wanita. Hasil

tersebut

menunjukkan,

bahwa

hipotesis yang berbunyi ada perbedaan komunikasi persuasif antara distributor MLM pria dan wanita, ditolak.

skala

komunikasi persuasif diperoleh dengan cara menghitung: X – 2SD = 54 – (2 x 12) = 30 X – 1SD = 54 – (1 x 12) = 42 X + 1SD = 54 + (1 x 12) = 66 X + 2SD = 54 + (2 x 12) = 78 Secara rinci hasil pengkategorian skala komunikasi persuasif dapat dilihat pada dibawah ini: Sangat rendah

: (x ≤ MH – 2 SDH) = <30

Rendah

: (MH – 2 SDH < x ≤ MH –SDH) = 30 – 42

Kategori Responden dalam Komunikasi

Sedang

: (MH – SDH < x ≤ MH + SDH)= 42 – 66

Persuasif Berdasarkan

penggolongan

perhitungan

Mean

Tinggi

+ SDH) = 66 – 78

Empirik (ME) dan Mean Hipotetik (MH) pada skala komunikasi persuasif antara distributor MLM diatas, diperoleh skor Mean Empirik (ME) dan Mean Hipotetik (MH), sebagai berikut:

: ( MH + SDH< x ≤ MH

Sangat tinggi

: (x > MH + 2 SDH) = >78

12

antara distributor Multi Level Marketing

Kesimpulan

(MLM) pria dan wanita. Sedangkan Penelitian menguji

ini

secara

bertujuan empiris

untuk

perbedaan

berdasarkan empirik

perhitungan

diketahui

nilai

bahwa

mean tingkat

komunikasi persuasif antara distributor

kemampuan komunikasi persuasif pria

Multi Level Marketing (MLM) pria dan

sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan

wanita. Komunikasi persuasif merupakan

wanita.

proses komunikasi yang bertujuan untuk

perusahaan Daehsan Indonesia merupakan

mempengaruhi

dan

perusahaan MLM murni yang memiliki

perilaku seseorang, baik secara verbal

program pelatihan yang harus diikuti oleh

maupun nonverbal, namun tidak bersifat

distributor MLMnya. Pelatihan tersebut

paksaan ataupun ancaman. Komunikasi

berisi pengetahuan tentang produk dan

persuasif adalah proses interaktif yang

strategi pemasaran yang harus diterapkan

digunakan oleh distributor MLM untuk

oleh distributor MLM baik pria maupun

bisa mengajak sebanyak-banyaknya orang

wanita kepada calon konsumen. Teknik ini

untuk

merupakan

sikap,

bergabung

pendapat

dalam

bisnisnya.

Hal

ini

dapat

strategi

dikarenakan

pemasaran

yang

Komunikasi persuasif pada distributor

dirasakan sangat efektif untuk mencapai

MLM dipengaruhi oleh perbedaan jenis

efektifitas

kelamin, hal ini dikarenakan perbedaan

memasarkan produk..

kerja

distributor

dalam

jenis kelamin merupakan perbedaan yang paling fundamental baik secara fisik

DAFTAR PUSTAKA

maupun psikologis. Penelitian

ini

adalah

penelitian

kuantitatif dimana uji hipotesis dilakukan

Aidil, E. (2005). Diktat psikologi faal 2. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

dengan teknik Independent Sample T-Test. Sampel yang digunakan adalah distributor MLM wilayah

perusahaan Cempaka

Daehsan Putih.

Indonesia Teknik

pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria sampel

Bagus, M. G. (2010). Buku ajar psikologi komunikasi. Lampung: Fakultas Psikologi Unair. Bakewell, C & Mitchell. (2006). Male versus female consumer decision making styles. Journal of Business Research, 59 (12), 1297-1300.

sudah menjadi distributor MLM minimal 6 bulan dan sampel berjumlah 100 orang. Hasil analisa menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan komunikasi persuasif

Baron, R. A & Byrne. D. (1994). Social psychology: Undestanding human interaction. Boston: Allyn and Bacon.

Basow, S. A. (1992). Gender stereotype and roles. California: Brooks/Cole Publ, Co. Basu, S. (1999). Manajemen Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Beetles, A and Andrew .C .(2005). Mapping out the field of gender and buyer-seller relationships: Developing a new perspective. Journal of Marketing Management, 21 (1), 231-250. Benokraitis, N. V. (1996). Marriages and families: Change schoices, and constraints (2nd. Ed). New Jersey: Prentice Hall. Burgoon & Ruffner. (2002). Human communication. London : Allyn & Bacon, Inc. Burleson, B. R, dkk. (1996). Men’s and women’s evaluations of communication skills in personal relationships : When sex differences make a difference and when they don’t. Journal of Social and Personal Relationships, 13(2), 201224. Carli, L. L. (2001). Gender and social influence. Journal of Social Issues, 57 (4), 725-741. Carli, L. L. (2006). Gender issues in workplace groups: Effects of gender and communication style on social influence. Wellesley : Department of Psychology Wellesley College. Demirdogen, U. (2010) . The roots of research in (political) rersuasion: Ethos, pathos, logos and the yale studies of persuasive communications. International Journal of Social Inquiry, 3 (1), 189-201.

Fakhrurrozi, M. (2003). Budaya industri pemasaran jaringan di Indonesia.Yogyakarta: Netbooks Press. Fardiah, D. (2002). Komunikasi antarpersona: Perspektif komunikasi cyberspace. Mediator: Jurnal Komunikasi, 3 (1), 65. Fuad. (2009). Multi Level Marketing dalam Tinjauan Hukum Islam. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, 4 (1), 5367. Handayani, T & Sugiarti. (2002). Konsep dan teknik penelitian gender. Malang: Universitas Muhamadyah Malang (UMM) Press. Kisata, P. (2006). Why not MLM ?. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Kiyosaki, R. T. (2001). The cashflow quadrant. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Masduki. (2004). Menjadi broadcaster profesional. Yogyakarta: LKIS. Men’s Guide. (2006). Menyingkap cinta wanita maskulin. ( http ://portal. cbn. net. id/ cbprtl/ cyberman/ detail. aspx?x= Men’s +Guide&y =cyberman %7C0 % 7C6 % 7C1678). Diakses tanggal 27 Juni 2011. Manfredo, M.J (1992). Influencing human behavior: Theory and applications in recreation and tourism. Champaign, IL: Sagamore Publishing. McQuiston, D. H. (2009). Gender differences in communication: Implications for salespeople. Journal of Selling & Major Account Management. 9 (1), 54-64.

Muncy, J. A. (2004). Ethical issues in multilevel marketing: Is it a legitimate business or just another pyramid scheme?. Marketing Education Review, 14 (3), 47-53. Nasution, S. & Usman. (2008). Proses penelitian kuantitatif. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Natan, S.A. (1993). Network marketing, program pengembangan sumber daya yang tak terbatas. Seminar Sehari. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Netshitangani, T. (2008). Gender differences in communication styles: The impact on the managerial work of a woman school principal. ANZCA08 Conference, Power and Place. Wellington, July. Perloff, Richard M. (2003). The dynamics of persuasion: Communication and attitudes in the 21st century. Second Edition. London : Lawrence erlbaum associates, publishers.

Santrock, J. W. (2002). A topical approach to life-span development (International edition). New York: McGraw-Hill. Sarosa, P. (2006). Becoming young entrepreneur (Dream Big, Start Small, Act Now!). Jakarta : PT. Gramedia. Segall, M. H., Dasen, P. R., Berry, J. W., & Poortinga. (1990). Human behavior in global perspective: An introduction to cross-cultural psychology (Pregamon General Psychology Series). New York: Pregamon Press, Inc. Senduk, S. (2004). Mencari penghasilan tambahan. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Soelaeman, H. T. (2005). Trik Manajemen MLM. SWAsembada, No. 21/XXI/13-23 Oktober, 16-18. Soemirat, S dan Suryana, A. (2007). Komunikasi persuasif. Jakarta: Universitas Terbuka

Qodratillah, dkk. (2008). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Soeratman, L. ( 2002). Dinamika Wiraniaga Multilevel Marketing. Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, 1 (3), 257-274.

Rakhmat, J. (2007). Psikologi komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rodakarya.

Strader & Katz. (1990). Effects of a persuasive communication on beliefs, attitudes, and career choice. The Journal of Social Psychology, 130 (2), 141-150.

Roos, J. (2005). Gender Differences in Persuasive Dialogues. 3rd Twente Student Conference on IT , Enschede June. University of Twente: Faculty of Electrical Engineering, Mathematics and Computer Science., Santoso, B. (2003). All about MLM : Memahami lebih lauh MLM dan pernak perniknya. Yogyakarta : CV. Andi.

Supratiknya, A. (1995). Komunikasi antar pribadi: Tinjauan psikologis. Yogyakarta: Kanisius. Taillard, M. (2000). Persuasive communication: The case of marketing. UCL Working Papers in Linguistics, 12 (1), 145–172.

Wang, G. W., dan Jennifer Cushman. (1991). Perubahan indentitas orang Cina di Asia Tenggara. Jakarta: Pustaka Utama Grafika. Wicaksono, P. (2006). Analisis pengaruh komitmen bisnis independent business owner (ibo) dan penjualan adaptif terhadap kinerja bisnis ibo dalam multilevel marketing ( mlm ) (Studi Empiris terhadap Independent Business Owner/IBO pada PT. AMWAY Indonesia di Jawa Tengah

dan Yogyakarta). Tesis ( tidak diterbitkan ). Semarang : Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Williams, K. (2001). Understanding, communication anxiety, and gender in physics: Taking the fear out of physics learning. Journal of College Science Teaching, 30(4), 232-237.