PERBEDAAN TAKSIRAN BERAT JANIN IBU ANEMIA DENGAN IBU

Download Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan taksiran berat janin dari ibu anemia dengan ibu tidak anemia di Puskesmas Kentara...

0 downloads 368 Views 94KB Size
PERBEDAAN TAKSIRAN BERAT JANIN IBU ANEMIA DENGAN IBU TIDAK ANEMIA BERDASARKAN RUMUS NISWANDER Hanna Hutabarat*, Nur Afi Darti** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara **Staf Pengajar Departemen Keperawatan Maternitas dan Anak Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Jl. Prof. Maas No. 3 Kampus USU Medan 20155, INDONESIA Phone: 061-8213318 E-mail: [email protected]

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan taksiran berat janin dari ibu anemia dengan ibu tidak anemia di Puskesmas Kentara Kabupaten Dairi. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 20 Januari sampai 20 Maret 2012 dengan menggunakan kuisioner data demografi serta melakukan pengukuran kadar Hb dan taksiran berat janin dengan menggunakan rumus Niswander dari hasil pemeriksaan tinggi fundus uteri. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. Mayoritas responden ibu anemia berusia 20 – 35 tahun (81,8%), usia kehamilan 28 – 31 minggu (68%), sebagian responden multigravida (81,8%) dengan jarak kehamilan 1 – 2 tahun (72,7%) dan berpendidikan SMP (45,5%) dan setengah responden berpenghasilan diatas Rp. 1.000.000,- sedangkan mayoritas responden ibu tidak anemia berusia 20 – 35 tahun (77,3%), usia kehamilan 32 – 35 minggu (54,5%), sebagian besar multigravida (54,5%) dan mayoritas berpendidikan SMA dan Sarjana (45,5%) pekerjaan wirawasta (31,8%) dan berpenghasilan diatas Rp. 1.000.000,-. Hasil penelitian statistik menggunakan uji T-tes menunjukkan terdapat perbedaan yang siknifikan antara taksiran berat janin ibu anemia dengan ibu tidak anemia.

Kata Kunci : Hb, Anemia, Taksiran berat janin

PENDAHULUAN Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia terutama pada kelompok wanita usia reproduksi. Bagi ibu hamil, anemia berperan pada peningkatan prevalensi kematian dan kesakitan ibu, dan bagi bayi dapat meningkatkan resiko kesakitan dan kematian bagi bayi, serta berat badan bayi rendah (Endang,2008). Anemia pada ibu hamil bisa disebabkan karena kurangnya elemen untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12, tetapi yang sering terjadi anemia karena kekurangan zat besi (Rukiyah, 2010). Berdasarkan hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa 51% ibu hamil

yang menderita anemia mempunyai kecenderungan melahirkan bayi dengan berat badab lahir rendah (BBLR) (Lubis, 2003). Hasil penelitian Latifah tentang pengaruh kadar hemoglobin ibu hamil terhadap taksiran berat janin di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahu 2007 dengan menggunakan rumus Jhonson terdapat hubungan yang tidak signifikan terhadap taksiran berat janin (P>0.05) (Latifah, 2007). Maka peneliti menggunakan rumus Niswander untuk melihat perbedaan taksiran berat janin ibu anemia dengan ibu tidak anemia di Puskesmas Kentara kabupaten Dairi. Tingginya angka kejadian anemia pada ibu hamil di Indonesia dengan tingginya angka kejadian anemia di Kentara kecamatan Laeparira dan

perbedaan penelitian sebelumnya tentang pengaruh anemia terhadap pertumbuhan janin serta pentingnya mengkaji berat badan untuk memantau pertumbuhan janin.sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk melihat perbedaan taksiran berat janin ibu anemia dengan ibu tidak anemia dan tinggi fundus uteri; berdasarkan rumus Niswander di Puskesmas Kentara Kabupaten Dairi dan juga belum pernah ada dilakukan di Puskesmas kentara Kabupaten Dairi. METODE Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi komparatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan taksiran berat janin dari ibu anemia dengan ibu tidak anemia berdasarkan rumus Niswander di Puskesmas Kentara Kabupaten Dairi. Populasi dalam penelitian ini yaitu para ibu hamil yang bertempat tinggal di kentara kecamatan Laeparira kabupaten Dairi yang memeriksakan kehamilan di Puskesmas Kentara Kab. Dairi yaitu sebanyak 196 orang. Penentuan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu hamil sebanyak 44 orang, yaitu ibu hamil yang anemia (22 orang) dan ibu hamil yang tidak anemia (22 orang) di puskesmas Kentara Kab. Dairi. Teknik yang digunakan untuk menentukan responden sampel ibu hamil yang anemia dan tidak anemia adalah purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kentara Kabupaten Dairi. Penelitian ini dilakukan pada bulan 20 Januari 2011 sampai 20 Maret 2012. Instrument yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan kuisioner berupa data demografi yang meliputi: usia ibu, usia kehamilan, paritas, jarak kehamilan, pendidikan, pekerjaan ibu dan penghasilan keluarga dalam satu bulan. Untuk mengetahui kadar Hb dan taksiran berat badan janin melalui proses pengukuran. Pengukuran kadar Hb

dengan menggunakan alat metode Sahli sedangkan untuk taksiran berat janin melalui pengukuran tinggi fundus uteri dengan menggunakan rumus Niswander yaitu Taksiran Berat Badan Janin (TBJ) = 1,12 (TFU – 7,7) x 100 gr (Mangie, 2010). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian ini meliputi data umum dan data khusus. Selain menjawab penelitian tentang perbedaan taksiran berat janin dari ibu anemia dengan ibu tidak anemia juga dijabarkan deskripsi karakteristik responden ibu anemia dengan ibu tidak anemia. Responden dalam penelitian ini adalah ibu hamil dengan usia kehamilan trimester ke III, tidak hamil kembar, tidak menderita preeklamsia, tidak obesitas, dan tidak menderita DM dan ibu tersebut memeriksakan kehamilannya di puskesmas Kentara dengan jumlah responden sebanyak 44 orang. Untuk kadar Hb ibu anemia dari 22 responden terdapat 9 – 10 gr% dengan demikian dapat disimpulkan responden anemia ringan. Sedangkan pada Hb ibu tidak anemia dari 22 responden terdapat 10,1 – 12 gr%. Adapun karakteristik responden Hb ibu anemia dengan ibu tidak anemia yang akan dipaparkan mencakup usia ibu, usia kehamilan, gravida, jarak kehamilan, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan keluarga perbulan. 1.1.1.

Karakteristik Taksiran Berat Janin Ibu Anemia dan Ibu tidak Anemia Ibu Tidak Ibu Anemia Anemia aksiran Perse berat janin Frekuens Freku Persent ntase i ensi ase (%) (%) <1500 10 45.5 0 0 1500 9 40.9 7 31.8 2500 >2500 3 13.6 15 68.2 Total 22 100 22 100

Untuk taksiran berat janin ibu anemia dari 22 responden mayoritas memiliki berat janin < 1500 gram sebanyak 45.5%, diikuti berat janin 1500 – 2500 gram 40.9%. Dengan demikian dapat disimpulkan mayoritas responden memiliki berat janin rendah. Untuk taksiran berat janin ibu tidak anemia dari 22 responden mayoritas memiliki berat janin > 2500 gram 68.2%. Dengan demikian dapat disimpulkan mayoritas responden memiliki berat janin normal. Dari data menunjukkan bahwa dari ke tujuh karakteristik demografi responden, hanya usia kehamilan yang menunjukkan perbedaan taksiran berat janin berdasarkan usia kehamilan (minggu) pada trimester ke tiga. Sedangkan karakteristik demografi yang lain meliputi usia ibu, usia kehamilan, gravida, jarak kehamilan, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan keluarga perbulan. Ibu anemia memiliki taksiran berat janin mayoritas < 1500 gram 45.5% dan ibu tidak anemia mayoritas memiliki taksiran berat janin > 2500 gram yaitu 68,2%. Taksiran berat janin diperoleh dari pengukuran tinggi fundus uteri. Analisa data SPSS diperoleh bahwa besar Thitung menggunakan t-test adalah 6.273 dengan probabilitas (signifikansi) 0,000 dan nilai Ttabel yang diperoleh dari tabel distribusi t-student dengan df = 42 dengan tingkat signifikansi (α)=5% adalah 2,018. Hal ini menunjukkan bahwa Thitung > Ttabel (6.273 > 2,018) dan probabilitas < 0,05 (0,000<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara taksiran berat janin ibu anemia dan ibu tidak anemia. Pembahasan Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka pembahasan yang dilakukan untuk menjawab pertayaan penelitian tentang perbedaan taksiran berat janin ibu anemia dengan ibu tidak anemia adalah sebagai berikut:

Dari hasil penelitian didapatkan dari 22 responden ibu anemia memiliki kadar Hb 9 – 10 gr% hal ini sesuai dengan pendapat Manuaba (2001) menyatakan bahwa pada masa kehamilan terjadi pengenceran darah sehingga ibu hamil cenderung mengalami anemia fisiologis dan Hb ibu hamil akan turun 9 – 10 gr%. Hb ibu hamil pada trimester III sebesar 10,8 gr% (Sarwono 1997). Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hoo Swit Tjiong di Rumah Sakit Cipto di Jakarta menguraikan bahwa nilai 10 gr% sebagai batas terendah kadar Hb dalam kehamilan. Seorang wanita hamil yang memiliki kadar Hb kurang dari 10gr% barulah dikatakan ibu hamil tersebut mengalami anemia. Oleh karena itu, ibu hamil dengan kadar Hb 10 – 12 gr% tidak dianggap anemia patologis akan tetapi dikatakan anemia fisiologis (Wiknjosastro, 2000). Sedangkan ibu tidak anemia mayoritas memiliki kadar Hb 11-12 gr% hal ini sesuai dengan pendapat Varney, 2006 Kadar hemoglobin ibu hamil lebih dari 11 gram/dl. Dari hasil penelitian didapatkan dilihat bahwa dari 44 reponden ibu anemia dengan ibu tidak anemia 79,5% atau 35 orang dari 44 responden berada pada usia reproduksi sehat (20 – 35 tahun) dan sisanya sebanyak 20.5% berada pada usia reproduksi muda dan reproduksi tua (9.1% atau 4 orang berada pada usia < 20, dan 11.4% atau 4 orang pada usia >35 tahun). Hal ini sesuai dengan pernyataan Amiruddin,dkk (2004) yang menyatakan bahwa umur seorang ibu berkaitan dengan alat-alat reproduksi wanita. Umur yang reproduksi aman adalah 25 – 35 tahun, kehamilan diusia kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia, karena pada kehamilan diusia kurang dari 20 tahun secara biologis belum optimal, emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia lebih

dari 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini. Dari hasil penelitian didapatkan dari ibu anemia mayoritas usia kehamilan 28 – 31 minggu (54,5%) hal ini sesuai dengan pernyataan Sarwono (1997) yang menyatakan bahwa anemia kehamilan meningkat pada usia trimester ketiga bila dibandingkan trimester pertama dan trimester kedua.sedangkan pernyaan Sarwono (1997) hal ini berbeda mayoritas usia kehamilan 32-35 minggu. Gravida adalah jumlah kehamilan yang dialami seorang ibu. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai resiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Dari hasil penelitian mayoritas ibu anemia multigravida senbayak 18 responden (81,8%) . Hasil ini sesuai dengan penelitian Hasibuan (2003) yang menyatakan bahwa ibu hamil yang telah melahirkan anak yang banyak lebih meningkatkan anemia, hal ini dikarenakan bayaknya darah yang keluar selama proses persalinan. Sedangkan pada ibu tidak anemia mayoritas multigravida sebanyak 12 responden (54,5%). Hal ini mungkin saja dikarenakan pada ibu multigravida mengkomsumsi makanan yang bergizi dan suplemen Fe yang dapat meningkatkan kadar Hb. Hal ini sesuai dengan pernyataan Depkes RI (1999) yang menyatakan bahwa suplemen zat besi merupakan salah satu upaya penting, efektif dan efesien untuk mencegah dan penanggulangan kekurangan zat besi dapat juga dicegah bila makanan seharihari ibu hamil cukup mengandung zat besi dan juga asam polat. Jarak kelahiran adalah waktu sejak ibu hamil sampai terjadinya kelahiran berikutnya. Mayoritas jarak kelahiran ibu anemia yaitu jarak kehamilan 1 – 2 tahun sebanyak 16 responden (72,7%), Berdasarkan penelitian Amiruddin, dkk (2004) yang menyatakan bahwa jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan

terjadinya anemia dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi belum optimal dan sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian ini terhadap ibu tidak anemia yang mayoritas jarak kehamilan pada kehamilan pertama sebanyak 10 responden (45.5%). Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator sosial dalam masyarakat karena melalui pendidikan sikap tingkah laku manusia dapat meningkat dan berubah citra sosialnya. Pendidikan ibu merupakan modal utama dalam menunjang ekonomi keluarga. Menurut Amiruddin,dkk (2004) yang menyatakan bahwa pendidikan ibu mempengaruhi ibu anemia atau ibu tidak anemia. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan dari 22 responden ibu anemia mayoritas pendidikan SMP sebanyak 10 responden (45.5%), sedangkan ibu tidak anemia mayoritas pendidikan tamatan SMU dan sarjana sebanyak 20 responden (90.9%). Hal ini sesuai dengan pendapat Steven (2005) bahwa ibu yang memiliki pendidikan yang tinggi akan semakin mudah menyerap dan memahami apabila mendapat informasi mengenai masalah kesehatan pada kehamilan. Pekerjaan dan penghasilan dapat menggambarkan tingkat social ekonomi. Dari dapat dilihat bahwa 29,5% ibu hamil memiliki penghasilan dibawah upah minimum regional dan 70,5% memiliki penghasilan standar artinya bahwa sebagian besar ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya ke puskesmas berpenghasilan diatas upah minimum. Ibu hamil yang tergolong dalam status ekonomi menengah kebawah dapat mempengaruhi anemia kehamilan. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh penghasilan ibu hamil terhadap mempengaruhi kejadian anemia. Hal ini sesuai dengan pendapat Fishkar (1993) yang menyatakan bahwa sosial ekonomi dapat mempengaruhi kejadian anemia.

Pemeriksaan pertumbuhan berat janin penting dilakukan selama masa kehamilan karena pemeriksaan ini merupakan salah satu indikator atau yang menentukan kesejahteraan janin. Dari hasil penelitian berdasarkan usia ibu hamil ibu anemia dan tidak anemia mayoritas usia 20 – 35 tahun dengan taksiran berat janin ibu anemia <1500 gram dan ibu tidak anemia >2500 gram. Hal ini berbeda dengan penelitian Gayatri, dkk (2003) yang menyatakan bahwa semakin tua usia ibu maka kecenderungan yang terjadi adalah bayi yang dilahirkan mengalami peningkatan berat lahir namun pada ibu >40 tahun ditemukan berat bayi yang dilahirkan menurun kembali. Dari hasil penelitian mayoritas responden ibu anemia memiliki taksiran berat janin < 1500 gram pada usia kehamilan 28 – 31 minggu. Sebagian besar taksiran berat janin ibu anemia rendah, namun ada terdapat taksiran berat janin ibu anemia normal. Hal ini mungkin saja terjadi dikarenakan pada ibu anemia mengkonsumsi makanan yang bergizi dan sehat untuk pertumbuhan janinnya karena makanan yang sehat dan baik tidak harus mahal, ibu hamil dapat mengkonsumsi makanan yang bergizi tapi murah. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Mochtar (1998) yang menyatakan bahwa kehamilan 28 minggu berat janin normal 1100 gram dan usia kehamilan 32-35 minggu berat janinnya 1800 gram. Namun hasil penelitian ini sesuai dengan taksiran janin ibu tidak anemia persentase taksiran berat janin mayoritas > 2500 gram dengan usia kehamilan 32 – 35 minggu. Berdasarkan karakteristik gravida responden ibu anemia mayoritas responden multigravida dimana ibu anemia taksiran berat janin < 1500 gram dan taksiran berat berat janin ibu tidak anemia > 2500 gram. Hasil ini berbeda dengan pendapat Gayatri, dkk (2003) yang menyatakan bahwa pada ibu gravida yang telah melahirkan jumlah anak yang banyak maka berat janin meningkat.

Menurut Amiruddin,dkk (2004) yang menyatakan bahwa pendidikan ibu mempengaruhi berat janin. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan pendidikan responden tamatan Sarjana dan SMA memiliki taksiran berat janin normal sedangkan responden tamatan SMP dan SDmemiliki taksiran berat janin rendah. Pekerjaan dan penghasilan dapat menggambarkan tingkat sosioekonomi. Dari dapat dilihat taksiran berat janin 1500 – 2500 gram memiliki penghasilan dibawah upah minimum regional dan taksiran berat janin >2500 memiliki penghasilan standar artinya bahwa sebagian besar ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya ke puskesmas berpenghasilan diatas upah minimum. Ibu hamil yang tergolong dalam status ekonomi menengah kebawah dapat mempengaruhi pertumbuhan berat janin tidak normal. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh penghasilan dan pekerjaan ibu hamil terhadap taksiran berat janin. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyaan Admin (2006) yang menyatakan bahwa tingkat sosio ekonomi yang rendah dapat mempengaruhi berat lahir. Taksiran berat janin ibu yang anemia dan tidak anemia terdapat perbedaan. apabila dilihat dari rata –rata total taksiran berat janin, Taksiran berat janin ibu yang anemia lebih rendah dibanding dengan taksiran berat janin ibu tidak anemia. Total perbandingan ini diperoleh dari selisih taksiran berat janin ibu yang anemia dan tidak anemia berdasarkan usia kehamilan 28 – 36 minggu. Dari data demogravi rata-rata besar perbandingan taksiran berat janin usia kehamilan 28 minggu sebesar 300 gram, usia kehamilan 29 minggu sebesar 500 gram, usia kehamilan 30 minggu sebesar 600 gram, usia kehamilan 31 minggu sebesar 500 gram, usia kehamilan 32 minggu sebesar 600 gram, usia kehamilan 33 minggu sebesar 100 gram, usia kehamilan 34 minggu sebesar 500 gram, usia kehamilan 35 minggu tidak terdapat perbandingan, usia kehamilan 36

minggu sebesar 700 gram. Hal ini disebabkan karena sebagian besar ibu anemia memiliki taksiran berat janin tidak normal (59,1%) dan terdapat 40,9 % taksiran berat janin ibu anemia normal. Sedangkan taksiran berat janin ibu tidak anemia 100% normal. Uji independent t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara taksiran berat janin ibu anemia dan ibu tidak anemia di Puskesmas Kentara Kabupaten Dairi. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ada perbedaan taksiran berat janin ibu anemia dengan ibu tidak anemia. Pernyataan ini didukung oleh beberapa penelitian yang dilakukan, seperti penelitian Steer (1995) yang mengkonfirmasikan bahwa Hb yang rendah beresiko 5 kali lipat melahirkan bayi BBLR. Jumairah, dkk (1999) menunjukkan tentang anemia gizi bahwa ada hubungan kadar Hb ibu hamil dengan berat bayi baru lahir, dimana semakin tinggi Hb ibu hamil semakin tinggi berat bayi yang dilahirkan. Penelitian lain yang mendukung adalah penelitiaan Lee, dkk (2006) yang melakukan penelitian pada ibu hamil di Korea yang menunjukkan bahwa bayi yang dilahirkan dari ibu yang anemia melahirkan bayi dengan berat rendah. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian statistik menggunakan uji t-tes menunjukkan bahwa Thitung > Ttabel (6,273 > 2,018) dan probabilitas < 0,05 (0,000<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara taksiran berat janin ibu anemia dengan ibu tidak anemia berdasarkan rumus Niswander di Puskesmas Kentara Kabupaten. Dairi. Berdasarkan hasil penelitian, taksiran berat janin berdasarkan rumus Niswander di Puskesmas Kentara Kabupaten Dairi dapat memberi informasi yang baru tentang perbedaan taksiran berat janin ibu anemia dengan ibu tidak anemia dengan faktor – faktor yang mempengaruhi anemia kehamilan dan berat janin dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan janin

Pemeriksan sebaiknya Hb rutin dilakukan pada saat ibu memeriksakan kehamilan baik di Puskesmas maupun Rumah Sakit. Di beberapa Puskesmas maupun Rumah Sakit pemeriksaan kadar Hb masih menggunakan metode Sahli padahal resiko kesalahannya besar. Sebaiknya pemeriksaan kadar Hb menggunakan alat yang lebih akurat. DAFTAR PUSTAKA Amiruddin, R, dkk (2004). Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis Terhadap Kejadian Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Bantimurung. Dibuka pada 10 Mei 2012 dalam http://med.unhas.ac.id_MedicalFaculity-Of-Hasanuddin-University. Andotonopo, Wiku & Arifin, Muhamad Thohar. (2005). Kurang Gizi Pada Ibu Hamil : Ancaman Pada Janin. Dibuka pada 23 Oktober 2010 dalam http://tkimia.21.forumer.com/post186. html Arikunto, S. (2006). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Bobak, Lowdermilk. (2004). Keperawatan Martenitas. Jakarta: EGC Damanik, Nurilla. (2005). Hubungan usia gestasi kehamilan terhadap antropometri bayi baru lahir. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Lubis, Zulhaida. (2003). Status gizi ibu hamil serta pengaruhnya terhadap bayi yang dilahirkan. Dibuka pada tanggal 18 Oktober 2010 dalam http://tumoutou.net/zulhaida_lubis.htm l Manuaba, Ida Bagus Gde. (1998). Ilmu kebidanan, penyakita kandungan & keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC Moctar, Rustam. (1998). Synopsis obstetric: obstetric fisiologi: obstetric patologi. Jakarta: EGC Nelwanti, Nurlina. (2004). Hubungan faktor internal ibu hamil dalam kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe dengan status anemia. Ners jurnal

keperawatan Universitas Andalas 1. (1). 14-18 Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian keperawatan: pedoman skripsi & instrument penelitian keperawat. Jakarta: Salemba Medika Pritchard, Macdonald & Gant. (1991). Obstetric Williams. Surabaya: Airlangga University Press Riswan, Muhamad. (2003). Anemia defisiensi besi pada wanita hamil di beberapa praktek bidan swasta dalam Kotamadya Medan. USU digital Liblary. 1-26. Dibuka pada 15

November 2010 dalam http://liblary.USU.co Sidabuke, I Royentina. (2004). Gambaran kasus ibu hamil dengan anemia di rumah sakit umum dr. Pirngadi Medan tahun 2003. Karya tulis ilmiah. Program D-IV Bidan Pendidikan fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Sulistiawaty, Ari. (2009). Asuhan kebidanan pada masa kehamilan. Jakarta: Salemba Medika Tarwoto, Warnidar. (2007). Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil, Konsep dan Penatalaksanaan. Jakarta : Trans Info Media