Perempuan Bergerak - Kalyanamitra

masalah kebijakan negara terhadap perekonomian yang menciptakan kemiskinan bangsa. Itu terlihat jelas ketika pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Mi...

9 downloads 571 Views 11MB Size
Edisi II| MEI - AGUSTUS 2008

Perempuan Bergerak bersatu bersama lawan tirani

Perempuan Bergerak | Edisi Perdana |April - Juli 2008

1

K

awan-kawan, buletin Perempuan Bergerak edisi Mei-Agustus 2008 bertema Pemiskinan Perempuan. Kali ini membahas masalah kebijakan negara terhadap perekonomian yang menciptakan kemiskinan bangsa. Itu terlihat jelas ketika pemerintah

menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Beban ekonomi rumah tangga makin berat ditanggung perempuan. Keterbatasan peluang pekerjaan berakibat minimnya sumber pendapatan. Di sisi lain, harga kebutuhan hidup tidak terbeli. Kebijakan ekonomi negara tidak pro rakyat. Kekuatan ekonomi global (neoliberalisme) diterapkan negara, akibatnya menimbulkan krisis ekonomi yang berlarut-larut. Kemajuan ilmu pengetahuan membuka jalan bagi pembebasan kaum perempuan. Namun di bawah sistem ekonomi kapitalisme, kemajuan ini tidak dinikmati oleh kaum perempuan di dunia. Ketimpangan tampak jelas pada kondisi kehidupan mayoritas perempuan di negeri-negeri dunia ketiga (yang terjajah secara ekonomi). Pandangan partiarkhis menunjukkan betapa filosofi yang melemahkan peranan perempuan dalam masyarakat masih berkuasa, bahkan dalam masyarakat modern kapitalistis yang berposisi meninggalkan masyarakat feodal. Pandangan ini menghambat kemajuan, bahkan dalam melawan proses penjajahan dan pemiskinan suatu bangsa. Situasi ini harus cepat diubah. Perempuan harus bergerak melakukan perubahan, sehingga bencana kemanusiaan akibat kapitalisme bisa diatasi. Salah satu jalan mengubah masyarakat yakni kaum perempuan harus memanfaatkan kuota 30% di parlemen untuk memperjuangkan: (a) produk perundang-undangan yang anti kapitalisme dan pro pembebasan perempuan, (b) mempermudah akses partisipasi langsung perempuan untuk menentukan produk perundang-undangan (melalui referendum, dengar pendapat yang melibatkan semua organisasi-organisasi perempuan, penyusunan anggaran partisipatif ), (c) memperjuangkan akses kaum perempuan terhadap pekerjaan-pekerjaan produktif. Perjuangan legislasi harus diikuti perjuangan untuk merebut kekuasaan dan mengubah masyarakat patriarkhal. Kecenderungan kaum feminis yang terjebak semata-mata pada perjuangan legislasi dengan meninggalkan akar rumputnya adalah masalah bagi perjuangan feminisme itu sendiri. Buletin Perempuan Bergerak edisi Mei-Agustus 2008 ini menyajikan masalah Pemiskinan Perempuan yang terjadi di Indonesia. Dalam Fokus Utama dibahas peran perempuan yang besar namun diabaikan pemerintah. Budaya partiarkhal akan dikupas dalam Perspektif. Dalam rubrik Opini dan Warta Perempuan dikupas dampak kenaikan BBM terhadap angka kemiskinan di Indonesia. Dalam Budaya POP dan Pustakaria diberikan khasanah baru isu terkini. Kami berharap buletin ini bisa menjadi acuan dalam diskusi perjuangan perempuan. Selamat membaca!

Jakarta, 28 Agustus 2008 Sulistiyono Penanggung Jawab: Rena Herdiyani; Pemimpin Redaksi: Hegel Terome; Redaktur Pelaksana: Sulistiyono; Redaksi: Naning Ratningsih, Iha Sholihah, Listyowati, Nani Ekawaty, Rakhmayuni, Ika Agustina, Diana; Reportase: Wiwik (PMK), Leni (PMK), Silvia (PMK), Yani (PMD); Tata Letak : Sulistiyono; Distribusi : Rakhmayuni Perempuan Bergerak merupakan media yang memuat pandangan-pandangan yang membangun kesadaran kritis kaum perempuan di seluruh Indonesia sehingga memberdayakan dan menguatkan mereka. Kekuatan bersama kaum perempuan yang terbangunkan itu merupakan sendi-sendi penting terdorongnya gerakan perempuan dan sosial umumnya untuk menuju masyarakat yang demokratis, setara, tidak diskriminatif dan tidak subordinatif. Redaksi menerima kritik, saran dan sumbangan berupa surat pembaca, artikel dan foto jurnalistik. Naskah, artikel dan foto jurnalistik yang diterima redaksi adalah yang tidak anti demokrasi, anti kerakyatan, diskriminatif dan bias gender. Naskah tulis diketik pada kertas A4, spasi satu, huruf Arial 12, maksimal 3 halaman dalam bentuk file atau print-out. Untuk pemasangan iklan di buletin, hubungi Redaksi perempuan. Telp

: 021-7902109

Fax

: 021-7902112

Email

: [email protected]

Alamat Redaksi

: Jl.Kaca Jendela II No.9 Rawajati-Kalibata, Jakarta Selatan 12750. Telp : 021-7902109; Fax : 021- 7902112; Email : [email protected]; Website : www.kalyanamitra.or.id

Untuk berlangganan Perempuan Bergerak secara rutin, kirimkan nama dan alamat lengkap ke redaksi. Redaksi menerima sumbangan pengganti biaya cetak Rp. 10.000,- dan biaya pengiriman di rekening sesuai kota tujuan. Transfer ke Rekening Bank Bukopin Cabang Kalibata, No. Rekening 0103-034652 a/n. Rena Herdiyani.

2

Perempuan Bergerak | Edisi II|Mei - Agustus 2008

REMBUG PEREMPUAN

PEMISKINAN PEREMPUAN

DAFTAR ISI

FOKUS UTAMA

Pemiskinan Perempuan, Pemiskinan Bangsa! Gadis Asmanah, 31 tahun, tinggal di kampung yang kumuh, dekat dengan sentra industri kecil di Cakung, Jakarta Timur. Gadis ini menjadi buruh garmen di Pusat Industri Kecil (PIK)... Hal. 6

OPINI

ABSENNYA KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN YANG KOMPREHENSIF Oleh: Binny Buchori *) Ada pemandangan yang tiba-tiba menjadi biasa bagi kita sekarang: antri minyak tanah, minyak goreng, beras, BBM. Umumnya ini dilakukan oleh perempuan. Seiring dengan keputusan pemerintah untuk mencabut subsidi BBM pada Mei 2008, antrian pun bertambah panjang dengan jenis antrian baru: antri Bantuan Langsung Tunai (BLT); sebagai kompensasi kenaikan harga BBM..... Hal. 9

WARTA PEREMPUAN K E B I J A K A N YA N G M E M I S K I N K A N PEREMPUAN emiskinan merupakan persoalan yang hingga kini belum dapat dientaskan pemerintah Indonesia. Data BPS menunjukkan penurunan angka penduduk miskin di Indonesia, yakni 39,30 juta orang ( M a re t 2 0 0 6 ) m e n j a d i 3 7 , 1 7 j u t a o r a n g ( M a re t 2 0 0 7 ) . N a m u n , k i t a l i h a t s e n d i r i realitas di lapangan, bahwa penduduk miskin makin bertambah. Salah satu faktor penyebab tingginya angka kemiskinan adalah banyaknya kebijakan yang tidak berpihak kepada masyarakat miskin.... Hal. 11

K

3

Perempuan Bergerak | Edisi II |Mei - Agustus 2008

DAFTAR ISI

PERSPEKTIF Pemiskinan Perempuan dan Masa Depan Bangsa Oleh: AJ Susmana *) emiskinan dan kenestapaan manusia ada sejak dahulu bahkan ketika berhadapan dengan alam semesta yang seak an tak tertaklukkan oleh alat produksi dan teknologi primitif manusia purba. Namun tentu saja, kemiskinan bukanlah nasib yang harus diterima dengan kepasrahan, terlebih dalam perjalanan sejarah manusia yang menghasilkan dua wajah kemanusiaan yang tampak bertolak belakang tujuan-tujuannya: segelintir manusia yang berlimpah ruah dengan sumber-sumber kehidupan dan manusia yang kurus kering, miskin, terhisap, berkubang dalam kemiskinan dan kesengsaraan, jauh dari sumber-sumber kehidupan..... Hal. 13

K

SOSOK PEREMPUAN HARUS MANDIRI!

H

j. Nurhayani, sosok yang bersahaja. Tak tampak di wajahnya gurat kekecewaan maupun semburat dendam, meskipun pengalaman pahit pernah mendera hidupnya. Dulu, ketika masih bersama suaminya. Beruntung dirinya tidak terlalu bergantung pada suaminya. Ketika dirinya terzalimi, ia mampu bangkit dan menata hidupnya kembali. Prinsip hidupnya sederhana: “Perempuan itu harus bisa mandiri, ada ataupun tanpa suami, “ ujarnya. Namun, dibalik sikap lembut, tersimpan pribadi yang ulet. Betapa tidak, sebagai single parent , ibu 3 anak ini sangat menghargai kerja keras dalam sebuah proses. Baginya, selama kita mau berusaha pastilah ada jalan menuju sukses... Hal. 14

BUDAYA POP

Kemiskinan Dalam Reality Show

4

Perempuan Bergerak | Edisi II|Mei - Agustus 2008

B

erbicara mengenai reality show di Indonesia, maka akan muncul sederet acara yang k i n i d i g e m a r i o ra n g d i b e r b a g a i s t a s i u n T V Indonesia. Acara tersebut dikemas dalam bentuk yang bervariasi dan didesain sedemikian rupa untuk menarik perhatian penonton. Tidak bisa d i p u n g k i r i , b a hw a a c a r a re a l i t y s h ow t e l a h mendorong antusiasme penonton untuk sekedar menyaksikan, meniru, bahkan memotivasi untuk turut serta. Tak pelak lagi, acara seperti ini telah menjadi ajang persaingan antara stasiun televisi y a n g s a t u d e n g a n l a i n ny a . D e n g a n m e l i h a t tingginya antusiasme pemirsa televisi menikmati acara itu, membuat reality show menjadi budaya massa yang fenomenal di masyarakat.. Hal. 17

DAFTAR ISI

PUSTAKARIA BEDAH BUKU

KEMISKINAN PEREMPUAN DALAM BERBAGAI DIMENSI Dalam isu gender dan kemiskinan, rumah tangga merupakan salah satu sumber diskriminasi dan subordinasi terhadap perempuan. Ketidaksetaraan dalam alokasi sumberdaya dalam rumah tangga memperlihatkan lakilaki dan perempuan mengalami bentuk kemiskinan yang berbeda. Di ruang publik, kemiskinan perempuan selalu dikaitkan dengan tertutupnya ruang-ruang partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan yang sifatnya formal bagi perempuan. Bagi perempuan, sering konsep ruang publik ini diartikan sebagai tenpat kerja atau tempat berusaha daripada forum-forum di dalam komunitas. Keterlibatan dalam forum publik di dalam komunitas pun biasanya terbatas dan masih tidak terlepas dari peran domestiknya....Hal. 20

BEDAH FILM

TAK ADA KATA TUA UNTUK KELUARGA Perempuan tua, Waginah, bersama suaminya yang juga renta, hidup berdua di kota Yogyakarta. Waginah, 88 tahun, asal Panjul, Kulon Progo, tak punya penghasilan tetap. Waginah hidup serba pas-pasan. Dia harus membanting tulang untuk menghidupi keluarga besarnya. Sudah 30 tahun Waginah bekerja sebagai buruh gendong sayur-mayur. Ia tak punya sawah yang luas. Kalau sawahnya luas, pastilah ia bisa menghidupi keluarganya tanpa harus bekerja sebagai buruh gendong. Ketika anak-anaknya masih kecil, suaminya bekerja sebagai tukang becak. Sekarang sudah tua, maka suaminya hanya jaga rumah atau jadi petani penggarap lading. Hal. 23

PUISI PEREMPUAN Hal. 26 Edisi II | Mei - Agustus 2008

Perempuan Bergerak

bersatu bersama lawan tirani

Cover: Gambar diambil dari website dan dokumen foto kalyanamitra

5

Perempuan Bergerak | Edisi II |Mei - Agustus 2008

FOKUS UTAMA

Pemiskinan Perempuan, Pemiskinan Bangsa! “…Ya, ya, Pariyem saya…”Iyem” panggilan sehari-harinya. Saya bocah gunung, melarat pula, badan dan jiwa harta karun saya…” (Linus Suryadi AG, “Pengakuan Pariyem”)

G

adis Asmanah, 31 tahun, tinggal di kampung yang kumuh, dekat dengan sentra industri kecil di

Cakung, Jakarta Timur. Gadis ini menjadi buruh garmen di Pusat Industri Kecil (PIK). Ia bekerja sebagai buruh lepas. Sekolahnya tidak tamat SD. Ia tinggal bersama kakak perempuannya. Ia asli Betawi. Mereka berasal dari keluarga

dengan segala kekayaan yang ada di dalamnya jatuh ke tangan kapitalis asing dan kroni Soeharto. Baru saja kita keluar dari mulut buaya karena kolonisasi; oleh Soeharto dan gerombolannya, kita dijual kembali ke imperialis dunia. Celaka memang!

misk in. Gadis ini menderita gagal ginjal, gula darah,

Pertengahan tahun 1997, Indonesia dilanda krisis

dan hepatitis, sudah 2 tahun. Selama 2 tahun menderita

ekonomi yang parah yang kemudian menjadi k risis

berbagai penyakit itu, sekalipun belum pernah ia berobat

multi dimensional. Lebih dari 100 juta orang jatuh

serius ke dokter atau rumah sakit. Dua hari menjelang

kedalam jurang kemiskinan. Harga-harga barang dan

kematiannya, ia masih sempat bekerja di pabrik tempatnya

jasa meroket. Diinspirasi kalangan mahasiswa, rakyat

bekerja. Kalau merasa sakit, ia hanya minum extra jos.

bersama-sama menjatuhk an Soehar to dari tampuk

Jika tidak, ia hanya pergi ke puskesmas di PIK dan diberi

kekuasaannya, meskipun gerombolannya masih terus

obat setiap dua hari sekali. Sehari sebelum kematiannya,

berkuasa hingga kini. Reformasi terjadi, angka kemiskinan

ia dibawa keluarganya ke Rumah Sakit Persahabatan,

menurun menjadi 37,17 juta jiwa (BPS, Maret 2007).

namun pihak rumah sakit menolaknya karena dianggap

Akan tetapi, apakah angka itu mengungkapkan fakta

sudah terlambat. Pihak rumah sakit mengatakan bahwa si

sosial yang sebenarnya? Kita

Asmanah harus dicuci darahnya, sementara Asmanah dan

dan mengkritisinya.

keluarganya tidak punya beaya untuk itu. Padahal, selama ini alasan mengapa ia tidak berobah ke rumah sakit, karena tidak punya uang. Akibatnya, ia menahan derita bertahuntahun tanpa solusi, karena miskin!

Kenapa miskin? Kemiskinan sebagai proses

sejarah

Ilustrasi tersebut hanya satu dari jutaan kasus akibat

buk anlah per istiwa

kemiskinan perempuan. Potret kemiskinan perempuan di

biasa. Kemiskinan

Indonesia bisa kita perluas tak hanya sebatas kisah tragis

hadir karena upaya

si Asmanah tadi. Melalui Koran dan televisi, kerap kita

sistematis sekelompok

saksikan kisah-kisah tragis perempuan miskin yang busung

orang untuk merampas

lapar, sakit parah, bahkan mati bunuh diri.

segala sumber daya

Kita memasuki usia kemerdekaan yang ke-63 tahun, namun upaya untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia masih jauh realitasnya daripada slogan-slogan politik kosong pemerintah selama ini. Dalam cengkraman Orde Baru, semua kekayaan negara digadaikan ke pihak asing dengan alasan kebutuhan investasi. Tanah dan air

6

Perempuan Bergerak | Edisi II|Mei - Agustus 2008

kelompok lainnya. Oleh karena itu, kemiskinan merupak an hasil rek ayasa sosial, ekonomi, politik, dan budaya kelompok dominan. Kemiskinan tidak

patut ragu-ragu

laki miskin. Mereka umumnya terdiskriminasi oleh berbagai

penderitaan, trauma, kepedihan, dan lainnya bagi kaum

sistem dan tata nilai yang berkembang di masyarakat dan

korban.

oleh negara. Mereka diposisikan sedemikian rupa untuk

Penindasan yang dilakukan kelompok minoritas, seperti

direkayasa dan ditindas. Kelompok dominan, termasuk

elit politik, penguasa, pemerintah, pemuka masyarakat,

kaum laki-laki, akan melestarikan sistem ekonomi dan

pemuka agama, maupun laki-laki menggunakan

politik yang tidak adil, sehingga perempuan tetap miskin.

kekuasaannya ataupun menciptakan tatanan kekuasaan

Ruang lingkup kebebasan hidup mereka dibatasi. Hak-

untuk memuaskan kerakusannya. Nietzche mengatakan

hak dasar (basic rights), seperti pangan, sandang, papan,

“ k e h e n d a k u n t u k b e r k u a s a ”. M e r e k a m e n i k m a t i

pendidikan, tidak dipenuhi negara atau pemerintah atau

kesenangan dan foya-foya di atas penderitaan mayoritas

kelompok yang dominan.

orang atau penduduk. Kelimpahan harta benda mereka

Perempuan misk in yang menafk ahi hidup dan

merupakan hasil rampasan dengan cara apapun. Gandhi

keluarganya jarang menjadi perhatian kita. Itu karena kita

p e r n a h m e n g a t a k a n , b a hw a d u n i a i n i c u k u p u n t u k

masih terjerat dalam tatanan nilai yang patriarkhal. Mereka

menghidupi seluruh mak hluk yang ada di dalamnya,

tidak pernah dihitung penghasilannya atau menjadi tenaga

namun tidak cukup untuk satu orang yang rakus!

kerja tanpa upah dan tersembunyi (hidden and unpaid

Kemiskinan tidak lahir dengan sendirinya dan tanpa

labor).

sebab. Orang menjadi misk in tidak k arena malas dan

Perempuan misk in sangat rentan terhadap tindak

boros atau karena nasib atau takdir Tuhan menentukan

kekerasan kelompok dominan, seperti negara, pemerintah,

demikian. Semua kemiskinan itu karena diciptakan dan

maupun lak i-lak i. Merek a tidak mampu melindungin

dijaga melalui sistem kekuasaan yang otoriter dan represif.

t u b u h m e re k a , a k i b at nya g a m p a n g m e n j a d i s a s a ra n

Dalam konteks Indonesia, tidak ada orang atau penduduk

pemerkosaan, pemukulan, bahkan pembunuhan.

miskin karena alasan malas, bodoh, dan lainnya. Yang ada, sejak awal rejim Soeharto telah menguras kekayaan sumber daya Indonesia untuk kelimpahan dirinya dan gerombolannya (kroni). Perilaku pemiskinan itu terus diwariskan kepada rejim SBY-JK saat ini. Namun, rejim ini tidak sendirian, mereka ditopang oleh kaum kapitalis asing.

Di mana perempuan miskin?

Dalam dimensi politik, perempuan miskin tidak terwakili secara proporsional di antara kelompok miskin dan tak punya kekuasaan. Mereka tidak memiliki suara dan peluang. Ini akibat negara atau pemerintah yang b i a s g e n d e r. B i a s g e n d e r p e m e r i n t a h t a m p a k j e l a s d a l a m b e r b a g a i k e b i j a k a n ( at u ra n , h u k u m , u n d a n g undang, perda) yang dihasilkan dan yang dipraktikan. Penganggaran keuangan negara (APBN) misalnya, belum

Pe re m p u a n m i s k i n d i I n d o n e s i a sangat gampang kita temui baik di kota maupun di desa; di gununggunung, di desa terpencil, hamparan, di pesisir, bahk an di kota besar. Kemiskinan mereka sebagian besar karena faktor perampasan sumber daya oleh sistem sosial, ekonomi, politik , dan budaya oleh negara atau pemerintah (lokal, nasional, regional, internasional). Perempuan miskin tidak punya pilihan dan uang untuk hidup. Mereka tidak sekolah, terbatas aksesnya pada informasi, pengetahuan dan keterampilan. Perempuan misk in jauh lebih berat beban hidupnya daripada laki-

7

Perempuan Bergerak | Edisi II |Mei - Agustus 2008

FOKUS UTAMA

bisa dilepaskan dari penindasan, perampasan hak,

FOKUS UTAMA

memiliki perspektif perempuan. Dianggap semua dana pembangunan akan diakses setara dengan kemampuan laki-laki memanfaatkannya, di tingkat lapangan. Justru, akses itu tidak ada di pihak perempuan. Di beberapa d a e ra h , d e n g a n k e p e nt i n g a n p o l i t i k p r i m o rd i a l i s m e agama, malah menciptakan peraturan daerah (perda) yang melarang perempuan supaya tidak berbuat macam-macam. Undang-undang sumber daya alam, malah dibuat untuk mengabadi kepada tuan kapitalis asing daripada memberi tempat bagi kiprah perempuan miskin di dalamnya.

Hilangnya generasi bangsa! Perempuan miskin akan berdampak luas dan dalam bagi suatu bangsa. Mereka yang kelaparan sepanjang hari sulit dibayangkan akan melahirkan generasi masa depan dengan kualitas manusia yang kita harapkan. Ibu-ibu yang terkena gizi buruk tidak mungkin mampu membesarkan anak-anak mereka secara wajar dan berkualitas. Untuk dirinya sendiri mereka terasa sulit, apalagi untuk membesarkan anak-anaknya.

tidak memperhitungkan konteks kemakmuran sumber daya alam suatu negara. Untuk Indonesia, ukuran wajar pengeluaran sehari-hari mencapai 11 dollar Amerika per hari per orang atau per rumah tangga (ini pun masih sangat minim). Secara strategis, pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab mengubah tatanan yang tidak setara antara perempuan dan laki-laki di Indonesia hingga kini. Perubahan ini menuntut perombakan total cara berpikir dan bertindak kita dalam memposisikan perempuan miskin. Oleh karena, mereka adalah korban, dan sebagian besar kita justru pelakunya. Dalam kaitan itu, keberanian pemerintah Indonesia untuk melawan kebijak an global harus dibuktik an. Mampuk ah k ita mengk ritisi dan menolak kebijak an G-8 yang mengatur dunia ketiga secara semenamena? Mampukah kita menolak kebijakan WTO yang memisk ink an k aum tani k ita (ar tinya memisk ink an perempuan tani)? M ampuk ah k ita menasionalisasi kembali aset-aset negara yang sudah digadaikan rejim Soeharto? Mampukah kita membatasi ruang gerak modal

Apa yang bisa k ita bayangk an, apabila ada 37,17

atau investasi asing di Indonesia? Seharusnya, inilah yang

juta perempuan miskin yang terdera gizi buruk, busung

menjadi tugas negara mewujudkannya! Ini sesuai dengan

lapar, tidak sekolah? Secara sederhana dan garis lurus

mandat yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945,

dapat kita simpulkan, maka akan ada 37,17 juta anak

yang mesti dilaksakan pemerintah atau negara secara

miskin baru dilahirkan di Indonesia. Lingkaran setan ini

konsisten dan konsekuen.

akan terus berlanjut dan membelit, sehingga suatu saat kita akan melihat suatu kepunahan bangsa. Tidak akan terjadi regenerasi yang berkualitas, dengan kondisi yang demikian. Angka tersebut bisa jadi lebih spektakular lagi, bila ternyata orang miskin di Indonesia mencapai 100 juta lebih. Dapat ditarik kesimpulan sederhana, maka akan ada 100 juta anak-anak miskin, yang kelak berlanjut mewariskan kemiskinan mereka ke anak-cucunya.

Tentu itikad baik pemerintah masih perlu dibuktikan dalam melahirkan kebijakan dan praktik politik yang berpihak pada rakyat ( juga perempuan miskin). Dengan kondisi yang ada saat ini, sulit bagi kita untuk percaya apakah sisa-sisa Orba yang berkuasa sekarang memiliki itikad baik itu? Dengan demikian, pengikisan rejim Orba yang masih bercokol dalam kesadaran, sistem ekonomi politik, sosial, budaya, harus kita gencarkan supaya

Oleh karena itu, peperangan melawan kemiskinan

perempuan terbebas dari proses pemiskinan yang ada.

janga n h a nya m e nj a d i s l o g a n - s l o g a n p o l i t i k k osong

Oleh karena, pemiskinan perempuan adalah pemiskinan

apalagi janji-janji menipu kaum politisi sebatas semasa

bangsa! (HG)

kampanye. Peperangan itu harus lebih dulu merombak tatanan kekuasaan yang selama ini direk ayasa untuk membuat perempuan menjadi miskin. Negara atau pemerintah Indonesia harus diatur untuk kepentingan

Bahan bacaan:

rakyat banyak atau memperjuangkan kepentingan

1. Yaya s a n J u r n a l Pe re m p u a n , J u r n a l Pe re m p u a n

perempuan baik secara praktis maupun strategis. Secara p ra k t i s, p e m e r i nt a h m e s t i m e m e n u h i h a k- h a k d a s a r perempuan (pangan, sandang, papan, pendidikan) sesuai kebutuhan yang wajar. Untuk ini, ukuran miskin kriteria Bank Dunia (1 dollar Amerik a per orang atau rumah tangga per hari) buk anlah ukuran yang wajar, karena

8

Perempuan Bergerak | Edisi II|Mei - Agustus 2008

No.42, Jakarta, 2005. 2. L i n u s S u r y a d i A G , Pe n g a k u a n Pa r i y e m , S i n a r Harapan, Jakarta, 1984.

OPINI

ABSENNYA KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN YANG KOMPREHENSIF Oleh: Binny Buchori *)

A

da pemandangan yang tiba-tiba menjadi biasa

diakui oleh BPS yang

bagi kita sekarang: antri minyak tanah, minyak

mencantumkan jumlah

goreng, beras, BBM. Umumnya ini dilakukan oleh

penduduk miskin sebanyak

perempuan. Seiring dengan keputusan pemerintah

37 juta jiwa. Dan, angka ini

untuk mencabut subsidi BBM pada Mei 2008, antrian

lebih tinggi dibandingk an

pun bertambah panjang dengan jenis antrian baru: antri

dengan jumlah sebelum

B a nt u a n L a n g s u n g Tu n a i ( B LT ) ; s e b a g a i k o m p e n s a s i

krisis finansial, yaitu 34

kenaikan harga BBM.

juta jiwa.

Lazimkah warga negara mengantri kebutuhan pokok

Dengan keadaan seperti itu, tidaklah mengherankan

dan subsidi tunai? Bila kita percaya bahwa salah satu

bila laporan Bank Pembangunan Asia (ADB) yang baru-

kewajiban negara adalah memenuhi hak ekonomi sosial

b a r u i n i d i r i l i s m e nye b u t k a n b a hwa I n d o n e s i a a k a n

warga negara, maka antrian panjang tidak perlu terjadi.

gagal dalam memenuhi Tujuan Pembangunan Milenium

Oleh karena negara akan menciptakan lapangan kerja

(Millenium Development Goal).

dan mengatur harga kebutuhan pokok sedemikian rupa, sehingga semua warga dapat membeli kebutuhan bahan pokok nya tanpa antri. Rupanya buk an jalan ini yang diambil oleh pemerintah Indonesia! 10 tahun setelah Indonesia dilanda krisis, perkenomian Indonesia tetap belum pulih dan masalah kemiskinan tidak kunjung selesai. Hal ini terlihat antara lain dengan terpuruknya Indeks Pembangunan Manusia I ndonesia. Laporan Pembangunan Manusia tahun 2007, yang diterbitk an United Nations Development Project (UNDP), menunjukkan bahwa Indonesia masih menempati ranking ke 107

Melihat kenyataan ini, tidak lah salah apabila k ita ber tanya apa yang keliru dengan kebijak an ekonomi Indonesia? Mengapa meskipun pertumbuhan kita sudah mencapai angka 6% setahun, hal ini tidak juga memberikan kemakmuran untuk Indonesia? S a l a h s at u j awa b a n nya a d a l a h k a re n a k e b i j a k a n ekonomi k ita selalu memacu pada per tumbuhan dan tidak mengutamak an pemerataan. Hal ini bisa dilihat dari kebijakan anggaran kita yang dari tahun ke tahun lebih mementingk an penek anan laju inflasi, menjaga stabilitas

d a r i 1 7 7 n e g a r a . Po s i s i ini sangat ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara lain yang juga terkena krisis, seperti Malaysai, Korea Selatan dan Thailand, yang masing-masing menempati urutan ke 63, 26 dan 78. Buruknya kemiskinan di

Indonesia

juga

9

Perempuan Bergerak | Edisi II |Mei - Agustus 2008

OPINI

n i l a i t u k a r, m e n e k a n d e f i s i t

a n g g a r a n ,

d a r i p a d a m e n d o ro n g a n g g a ra n

y

a

n

g

dapat menciptakan lapangan pekerjaan, membelanjakannya untuk subsidi pangan, pupuk, dan pelayanan hak dasar seperti pendidikan, kesehatan, akses a ir b e r s i h , d a n l a i n nya . D a l a m APBN 2008, misalnya, alokasi anggaran untuk keseluruhan subsidi adalah 2,3% dari PDB, sedangk an alok asi pembayaran utang mencapai 3,5% dari PDB. B e l a n j a s o s i a l h a ny a m e n c a p a i 3% dari PDB, bandingkan dengan negara-negara tetangga, yang belanja sosialnya mencapai 6% dari PDB. Dampak kebijakan tersebut ialah meningk atnya jumlah pengangguran, buruk nya p e l a y a n a n k e s e h a t a n , h a n c u r n y a i n f r a s t r u k t u r, meningk atnya jumlah orang putus sekolah. D engan keadaan seperti ini, kenaikan harga BBM makin memperparah kemiskinan di Indonesia.

tangga tersebut terdiri dari suami-istri- anak-anak, atau k e p a l a r u m a h t a n g g a nya a d a l a h o ra n g t u a t u n g g a l, baik perempuan maupun laki-laki. Padahal, kebutuhan rumah tangga dengan orang tua tunggal yang dikepalai oleh perempuan, berbeda dengan kebutuhan rumah

Pe n d a p a t a n r a t a - r a t a r u m a h t a n g g a I n d o n e s i a , sebelum kenaikan harga BBM, sudah rendah dan menjadi lebih rendah setelah BBM naik. Meskipun semua warga n e g a ra te r k e n a d a m p a k k e n a i k a n B B M , n a m u n b a gi perempuan dampak nya lebih terasa. S eper ti banyak dinyatak an berbagai rujuk an, kemisk inan berdampak lebih parah pada perempuan karena keterbatasan akses dan juga ketidak-setaraan gender. Dalam Human Development Repor t 2007, disebutkan bahwa tingkat melek huruf pada perempuan di Indonesia adalah 86,8% sedangkan pada laki-laki mencapai 94%, pendapatan perempuan rata-rata di Indonesia per tahun hanya 50% dari pendapatan rata-rata lak i-lak i. (Perempuan US$ 2410; laki-laki US$ 5280). D e n g a n k e nyat a a n i n i , te nt u nya I n d o n e s i a wajib menerbitkan berbagai kebijakan yang mendorong kenaikan pendapatan untuk perempuan,

Ta n g g a M i s k i n , t a n p a m e m b e d a k a n a p a k a h r u m a h

tingkat

tangga yang dikepalai oleh suami-istri. Salah satu kebijakan yang patut dicoba adalah memberikan jaminan pendapatan minimum (basic income), khusus bagi perempuan dan anak-anak pada k e l u a r g a m i s k i n . M e n u r u t S u g e n g B a h a g i j o, d a l a m studinya, Sebuah Ide dan Institusi bernama Basic Income (Prakarsa, for thcoming), dengan mengalokasikan anggaran sebesar 2%-4% dari PDB, maka 70 juta jiwa bisa mendapatkan jaminan pendapatan minimum. Untuk melaksanakan itu, tentulah diperlukan kemauan politik dari Pemerintah dan dukungan politik baik dari DPR maupun berbagai parpol di Indonesia. Dapatkah kita menciptakan kemauan politik untuk mendorong kesejahteraan untuk semua melalui konsep jaminan pendapatan minimum? -------------

melek huruf dan jumlah perempuan yang bersekolah. Sayangnya sampai saat ini, kebijak an-kebijak an yang merespon masalah kemiskinan pada perempuan masih sangat minim (boleh dikatakan tidak jalan). Kompensasi kenaik an untuk BBM diberik an dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai kepada 19 Juta Rumah

10

Perempuan Bergerak | Edisi II|Mei - Agustus 2008

*) Direktur Eksekutif Prakarsa Jakarta.

WARTA PEREMPUAN

KEBIJAKAN YANG MEMISKINKAN PEREMPUAN

K

emisk inan merupakan

persoalan yang hingga kini

belum

dapat

dientaskan pemerintah Indonesia. Data BPS menunjukkan penurunan angka penduduk miskin di Indonesia, yakni 39,30 juta orang (Maret 2006) menjadi 37,17 juta orang (Maret 2007). Namun, kita lihat sendiri realitas di lapangan, bahwa penduduk miskin makin bertambah. Salah satu faktor penyebab tingginya

angka

kemiskinan adalah banyaknya kebijakan

kebijakan ekonomi, y a n g

tidak berpihak kepada masyarakat miskin.

jika dikeluarkan.

Masyarakat

pula yang harus menanggung sendiri akibatnya. Perempuan selama ini di masyarak at mempunyai

Kebijakan ekonomi sering dikeluarkan tanpa

peran mengatur dan mengelola rumah tangga. Mereka

memperhitungkan akibat yang ditimbulkannya. Apalagi

kelompok per tama yang menjadi korban sistem yang

langkah preventif untuk mengatasinya, tentu tak

d i k e l u a r k a n n e g a r a . Pe re m p u a n h a r u s b e r p i k i r d a n

terpikirkan. Keputusan pemerintah untuk menaikkan harga

berupaya keras ketika keluarganya mengalami kekurangan

BBM adalah contoh kebijakan tanpa memperhitungkan

ekonomis. Perempuan tidak tinggal diam ketika anak-

a k i b a t ny a b a gi k e h i d u p a n m a s y a ra k a t k e l a s b awa h .

anaknya, bahkan suami mereka tidak bisa makan. Seperti

Kebijakan yang mengatas-namakan penyelamatan

yang dilakukan Ibu Rohati, janda dari Prumpung, harus

e k o n o m i n e g a r a i n i t e r ny a t a m e m p e r b u r u k k o n d i s i

melakukan segalanya sendiri untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat itu sendiri.

keluarga dan sekolah anak-anaknya.

D engan adanya kenaik an harga BBM, masyarak at

Segala usaha dikerjakan perempuan, seperti membuka

kelas bawah makin sulit memenuhi kebutuhan hidupnya.

usaha kecil, warung sampai harus bekerja di luar negeri,

Sehingga, banyak terjadi kasus kelaparan, kekerungan gizi,

sebagai buruh migran yang sangat rawan dengan segala

bahkan kasus bunuh diri, karena himpitan ekonomi yang

bentuk kekerasan. Karena, sampai saat ini, pemerintah

tidak mampu ditanggulangi. Program bantuan langsung

tidak mampu mengatasi persoalan-persoalan yang dialami

tunai (BLT ) sebagai konpensasi kenaikan BBM ini juga tidak

para buruh migran tersebut. Padahal, 75% devisa ke kas

mampu menjawab persoalan yang terjadi.

negera berasal dari sumbangsih para buruh migran.

Kondisi ini adalah fakta tidak adanya analisis yang

S e c a ra u m u m , p e re m p u a n m e m a n g h a m p i r t i d a k

tajam para pengambil kebijakan terhadap dampak

terlibat dalam wacana ekonomi dan politik negara ini,

11

Perempuan Bergerak | Edisi II |Mei - Agustus 2008

WARTA PEREMPUAN

k a re n a d i a n g g a p b u k a n m a k h l u k p o l i t i k d a n b u k a n pelaku ekonomi. Kegiatan perempuan yang umumnya berskala kecil (berbasis rumah tangga dan modal ribuan rupiah), kerap diabaikan sebagai usaha ekonomi yang tidak memerluk an pengembangan serius. Ak ibatnya, perempuan sangat sulit mengakses layanan-layanan yang disediakan untuk pengembangan ekonomi, seperti kredit kecil usaha. Perempuan kerap tersandung prosedur layanan tersebut, yakni izin suami. Padahal, tiap orang atau warga negara mempunyai hak yang sama di segala bidang kehidupan. ” I n i l a h s a a t b a g i p e re m p u a n u n t u k b a n g k i t d a n melawan segala bentuk penindasan yang terjadi. Perempuan harus punya kesadaran politik dan berorganisasi untuk meningkatkan pengetahuannya,” ungkap Ibu Yuni Pristiwati, dari Asppuk (Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil). Tiap warga negara berhak menuntut haknya termasuk hak ekonominya. Demikian juga dengan perempuan. Dan, negaralah yang harus memenuhi hak tiap warga negaranya, seperti diamanatkan UUD 1945.

Pe n g i n g k a r a n n e g a r a t e r h a d a p r a k y a t m e m a n g terbukti dengan banyaknya aset-aset negara yang digadai pada negara asing. Tanpa memperhitungkan kerugian yang dialami rakyatnya. Dengan banyaknya aset-aset n e g a ra d i k u a s a i o l e h p i h a k a s i n g, ra k yat I n d o n e s i a t e r s i n g k i r d a r i t a n a h ny a s e n d i r i . B a ny a k p r a s y a r a t memberatkan rakyat ketika harus melamar pekerjaan di perusahaan-perusahaan di negara sendiri. Outsourching menjadi pilihan perusahaan untuk mempekerjakan orang. Bagi para pekerja dalam negeri, tentu ini sangat tidak adil, selain tidak adanya jaminan keselamatan, jaminan kesehatan dan kesejahteraan bagi pekerja kontrak. Kemiskinan memang bukan persoalan yang mudah. Maruarar Sirait, anggota Komisi XI DPR RI Fraksi PDIP berpendapat, bahwa kemiskinan adalah masalah bersama, jadi pemerintah harus lebih peka, memberikan peluang dan mendengar apa yang terjadi pada masyarakat luas. “Pemerintah harus memberikan solusi untuk mengatasi kemiskinan dan berupaya merumuskan apa yang harus dilakukan bersama-sama agar output yang dihasilkan

Kebijakan-kebijakan yang pro perempuan sulit

lebih baik. Saat ini kepercayaan masyarakat terhadap

diwujudkan pemerintah kita, termasuk kebijakan

pemerintah semakin berkurang, seharusnya pemerintah

ekonomi. Program-program pemberdayaan masyarakat

lebih dapat mendengar aspirasi rakyatnya,” tandasnya.

yang digalak k an pemerintah belum bisa mengurangi jumlah perempuan miskin di Indonesia. Kebijakan yang sering mengabaikan kepentingan perempuan diakui oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). “Kebijakan ekonomi yang pro perempuan agak diabaikan karena banyak hambatan dari budaya partriarkhal yang tertanam selama ini,” ungkap Hedi Idris dan Woro, dari Direktorat Penanggulangan Kemiskinan BAPPENAS.

Negara, sebagai institusi terbesar, adalah pihak yang harus bertanggung jawab terhadap berbagai persoalan rakyatnya. Kebijakan yang pro perempuan dan rakyat miskin menjadi harapan untuk bisa mengatasi persoalan kemiskinan itu sendiri. Kemiskinan memang tidak bisa dientaskan hanya oleh satu pihak saja. Diperlukan sinergi berbagai elemen untuk bersama-sama menanggulanginya. Untuk mengubah kondisi kemisk inan yang kompleks

Meskipun ada upaya pemerintah untuk mengarahkan

memerlukan strategi yang tepat. Seluruh upaya perubahan

p r o g r a m k e p r o g e n d e r, s e p e r t i P r o g r a m N a s i o n a l

di tingkat atas maupun bawah tak bisa dilepaskan dari

Pemberdayaan Masyarakat yang 70% untuk perempuan,

dukungan dan kerja sama berbagai pihak. Kerja sama

t e t a p i k e n a p a p e re m p u a n d i m i s k i n k a n o l e h s i s t e m

dalam melakukan advokasi kebijakan, mendukung dan

ekonomi yang ada?

memfasilitasi penguatan akar rumput, dan melakukan

Menurut Mahmud Thoha, Kepala Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),

kampanye adalah hal-hal yang bisa dilakukan organisasi maupun individu diluar korban.

dalam seminar ber tajuk Kemisk inan dan Perempuan

Namun, di tengah ketersingk irannya, perempuan

yang diselenggarakan Kalyanamitra, mengatakan bahwa

miskin setidaknya masih mempunyai secercah harapan

kebijakan yang meningkatkan angka kemiskinan terhadap

untuk terus memperjuangkan lahirnya kebijakan yang

perempuan yakni kebijakan ekonomi yang menggusur

pro perempuan. Dukungan gerakan perempuan dalam

l a h a n m a s ya ra k at ( p e n d u d u k d e s a ) u nt u k d i j a d i k a n

mengadvokasi hak-hak perempuan menjadi semangat

k awasan industri atau k awasan pariwisata tanpa ada

tersendir i dalam membangun komitmen yang lebih

perhitungan konpensasi yang adil antara penduduk dan

kuat untuk terus membangun kesadaran k ritis k aum

para pengusaha.

perempuan miskin. (LS/NK)

12

Perempuan Bergerak | Edisi II|Mei - Agustus 2008

Oleh: AJ Susmana *)

K

emiskinan dan kenestapaan manusia ada sejak dahulu bahk an ketik a berhadapan dengan alam semesta yang seakan tak tertaklukkan oleh alat produksi dan teknologi primitif manusia purba. Namun tentu saja, kemiskinan bukanlah nasib yang harus diterima dengan k e p a s ra h a n , te r l e b i h d a l a m p e r j a l a n a n s e j a ra h manusia yang menghasilkan dua wajah kemanusiaan yang tampak bertolak belakang tujuan-tujuannya: segelintir manusia yang berlimpah ruah dengan sumber-sumber kehidupan dan manusia yang kurus kering, miskin, terhisap, berkubang dalam kemiskinan dan kesengsaraan, jauh dari sumbersumber kehidupan. Bagaimanapun kemiskinan adalah aib kemanusiaan yang menyadari diri sebagai mak hluk yang bisa berpikir seperti yang disadari Aristoteles ratusan tahun sebelum tahun Masehi dimulai. Karena itu usaha-usaha melanggengkan kemiskinan pasti bertentangan dengan kerja dan nurani kemanusiaan itu sendiri yang mau tak mau ber-esensi mengubah kehidupan menjadi lebih baik sebagaimana juga Multatuli sampai pada kesimpulan bahwa tugas manusia adalah menjadi manusia.

bukan? di tengah temuan-temuan teknologi modern yang dapat melipatgandakan jumlah pangan dunia, lautan kemiskinan dan kelaparan terus melanda sebagian belahan dunia? Apa yang sebenarnya terjadi dengan sejarah kemanusiaan ini? Karl Marx, setidaknya, memahami adanya sistem ekonomi, sosial dan politik yang berlaku dalam m a s y a r a k a t y a n g m e nye b a b k a n k e t i d a k- a d i l a n kemanusiaan terus berlangsung di muka bumi sampai detik ini. Sistem ekonomi yang mementingk an akumulasi modal pada segelintir orang dengan diduk ung perangk at politik , sosial dan budaya terus membuat pertentangan wajah kemanusiaan semakin nyata. Sistem penghisapan yang mendunia, imperialisme pun , menembus dan melewati batasbatas negara, sehingga slogan penolakan atas sistem penghisapan manusia oleh manusia dan bangsa oleh bangsa pun bergema di sini melalui bapak-bapak dan ibu-ibu pejuang kemerdekaan. Ungkapan yang kedengaran klise “yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin” pun justru semakin terbukti dalam dunia yang makin modern ini. Dalam kasus Indonesia, akibat kenaikan harga BBM 2008, kemiskinan pun meningkat: per 1 Oktober 2005 dalam data Program Pembangunan PBB (UNDP) diperkirakan mencapai 65 juta orang.

B e gi t u l a h a l a m d i o l a h u n t u k kesejahteraan manusia dan pun d e w a - d e w a a t a u p u n Tu h a n disembah dan dipuji untuk kemajuan nasib manusia itu sendiri. Realitas kemiskinan yang masih hadir sampai sekarang adalah kesalahan dalam memandang hakikat kemanusiaan itu sendiri. Sangat mengherankan

13

Perempuan Bergerak | Edisi II |Mei - Agustus 2008

PERSPEKTIF

Pemiskinan Perempuan dan Masa Depan Bangsa

PERSPEKTIF

Dari kelompok penduduk misk in itu, 60 persen adalah perempuan yang bekerja di sektor domestik atau publik, sebagai buruh, petani penggarap, di sektor informal, hingga ibu rumah tangga. (Kompas, 26 Mei 2008) Jadi, jelas sudah, di tengah wajah nestapa kemiskinan yang terus berlangsung itu tampaklah wajah perempuan dengan mencolok . Ini terjadi karena perempuan menduduki posisi yang lemah dalam lapisan struktur masyarak at yang mengandalk an hidupnya dari penghisapan atas rak yatnya yang bekerja. D engan begitu proses pemisk inan perempuan berlangsung sistematis dalam lapisan struktur masyarakat. Dari perjalanan manusia yang panjang dapat kita temukan bagaimana Aristoteles yang berpikir itu, mengesampingkan peranan perempuan dalam politik dan tak menempatkan perempuan sebagai subyek demokrasi Yunani tapi justru menyamakan perempuan sebagaimana budak yang tak memiliki hak berpolitik. Pandangan Aristoteles mengenai p e r e m p u a n j e l a s n e g a t i f : “ Pe r e m p u a n a d a l a h perempuan dengan sifat khususnya yang kurang berkualitas…kita harus memandang sifat perempuan yang dimilikinya sebagai suatu ketidaksempurnaan alam.” (Baca: Simone de Beauvoir, Second Sex: Fakta dan Mitos, Cetakan pertama, Januari 2003, Pustaka Promethea, Surabaya;ix). Pandangan ini terus diik uti oleh filsuf-filsuf dikemudian hari bahkan termasuk Thomas Aquinas dan dalam kekinian kita sering mendengar bahwa p e re m p u a n a d a l a h m a k h l u k l e m a h ya n g h a r u s dibimbing, dilindungi dan diarahk an oleh lelaki karena ia tak dapat berpikir dengan rasio (otak) n y a t a p i l e b i h p a d a p e r a s a a n n y a . Pa n d a n g a n partiarkhis ini jelas menunjukkan betapa filsafat yang melemahkan peranan perempuan dalam masyarakat masih berkuasa bahkan dalam masyarakat modern k apitalistis yang telah ber posisi meninggalk an masyarakat feodal. Pandangan ini jelas menghambat k e m a j u a n , b a h k a n d a l a m s o a l m e l awa n p ro s e s penjajahan dan pemiskinan suatu bangsa. Lihatlah bagaimana penjajahan bentuk baru, neoliberalisme, yang kini menimpa rakyat Indonesia itu berlangsung berbarengan dengan politik pemasungan perempuan melalui perda-perda daerah yang berkehendak kuat mendomestifikasikan dan

14

Perempuan Bergerak | Edisi II|Mei - Agustus 2008

melemahkan daya juang dan posisi perempuan dalam masyarakat. Misalnya melarang perempuan k e l u a r m a l a m , b e ra d a d a l a m te m p at- te m p at tertentu dan mengatur cara berpakaian perempuan s e p e r t i m e n g e n a k a n ro k p a n j a n g d i s e k o l a h padahal bisa saja mengenakan celana panjang yang lebih fleksibel dan aman. Tindakan politik ini (bila tak dilawan) akan terus diikuti dengan mementingkan lelaki dalam pencarian lapangan kerja, membuat gaji perempuan lebih rendah daripada lelaki. Akibatnya juga dalam pendidikan yang belum diurus negara sepenuhnya, keluargakeluarga akan mementingkan anak lelaki dalam menempuh pendidikan dan menyelesaikan sekolah dan membiarkan perempuan hidup dalam kebodohan dan situasi pembodohan. Cukuplah sudah bila perempuan kembali dididik dan disiapkan untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik yang pintar memasak , memelihara anak-anak dan tugas-tugas domestik lainnya. Ini semua adalah tindakan politik yang tentu saja akan memiskinkan perempuan dan akan membuat p e re m p u a n k e m b a l i j a t u h p a d a p e r b u d a k a n domestik. Tentu kita tak menghendaki proses mundur posisi perempuan dalam politik Indonesia yang sekaligus bermakna proses pemiskinan perempuan itu terus terjadi dan berlangsung di negeri ini. Justru di tengah penjajahan baru neoliberal, peran aktif perempuan dalam perjuangan kemandirian bangsa semakin ditagih. Dalam perspektif inilah g e r a k a n p e r e m p u a n k i n i d i t e g a k k a n . Ta n p a keterlibatan aktif k aum perempuan itu, k ita akan tetap menjadi bangsa terjajah, miskin dan semiskin-miskinnya bangsa di dunia. -----*) Pegiat sastra di Sanggar Satu Bumi Jakarta

H

j. Nurhayani, sosok yang bersahaja. Tak tampak di wajahnya gurat kekecewaan maupun semburat dendam, meskipun pengalaman pahit pernah mendera hidupnya. Dulu, ketika masih bersama suaminya. Beruntung d i r i ny a t i d a k t e r l a l u bergantung pada suaminya. Ketika dirinya terzalimi, ia mampu bangkit dan menata hidupnya kembali. Prinsip hidupnya sederhana: “Perempuan itu harus bisa m a n d i r i , a d a a t a u p u n t a n p a s u a m i , “ u j a r ny a . Namun, dibalik sikap lembut, tersimpan pribadi yang ulet. Betapa tidak, sebagai single parent , ibu 3 anak ini sangat menghargai kerja keras dalam sebuah proses. Baginya, selama kita mau berusaha pastilah ada jalan menuju sukses. Sebagai tamatan Sekolah Menengah Pertama, perempuan kelahiran 49 tahun lalu ini mengaku, bahwa pendidikan rendah bukanlah h a m b a t a n u n t u k d i r i ny a m e r a i h sukses. Terbukti berkat ketekunan dan keuletannya, Bu Nur, demikian dia biasa dipanggil, bisa mendirikan koperasi BMT yang beranggotakan 35 orang. Hal tersebut merupakan buah panjang kerja kerasnya selama ini. ”Saya bersyukur sekali, berkat koperasi ini, saya bisa naik haji dan membeayai kuliah anak saya sampai bisa memberangkatkannya k e A m e r i k a ,” te ra n gnya . K i n i s e l a i n m e n g e l o l a koperasi BMT, Bu Nur juga tengah merintis usaha syariah, yaitu pembeayaan khusus yang sistemnya

tanpa simpanan pokok dan diperuntukan bagi para pedagang dengan sistem bagi hasil. Anggotanya sekarang mencapai 50 orang. Usaha ini dirintisnya sejak tahun 2004. Koperasi dan usaha yang dirintis dan dikelola perempuan berjilbab ini memang bukan tanpa tujuan. Baginya, bisa menolong mereka yang dalam kondisi ekonomi kurang, memang menjadi tujuan utamanya. ”Selama ini saya berusaha menumbuhk an sik ap percaya dan bertanggungjawab di antara anggota. Saya hanya ingin menolong para

Perempuan itu harus bisa mandiri, ada ataupun tanpa suami

ibu di sini,” tegasnya. ”Dengan adanya koperasi di sini, minimal bisa membantu mereka dalam h a l k e u a n g a n ,” t a n d a s n y a . D i te n g a h h i m p i t a n e k o n o m i yang serba susah sek arang, beban ganda pasti akan sangat dirasakan para perempuan. Tak hanya harus bertanggung jawab dalam mengelola keuangan keluarga, mereka pun dituntut melakukan pengeluaran seefisien mungkin, mengingat sekarang semua serba mahal. Dampak ekonomi tersebut, ternyata juga dirasakan Bu Nur. ”Sejak BBM naik,

15

Perempuan Bergerak | Edisi II |Mei - Agustus 2008

SOSOK

PEREMPUAN HARUS MANDIRI!

SOSOK

minat orang untuk beli jadi kurang, karena mereka l e b i h b a n y a k m e m e n t i n g k a n u r u s a n p e r u t ,” terangnya. Sebagai ibu rumah tangga, Bu Nur menilai krisis e k o n o m i ya n g te r j a d i b a nya k b e rd a m p a k p a d a kehidupan masyarakat, terutama para perempuan. Kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) turut andil dalam meningkatkan kemiskinan. ”Setelah BBM naik, banyak ibu yang tadinya biasa beli beras 2 liter, sekarang jadi 1 liter. Selain itu, dampak naiknya BBM juga membuat anggaran untuk hidup semak in meningk at. Tak h e ra n , b i l a k e m u d i a n p o s - p o s a n g g a ra n u nt u k biaya yang lainnya menjadi dikurangi, seperti anggaran untuk beaya anak sekolah. Kalau sudah begini, pastilah ak an banyak anak yang putus sekolah,” tandasnya. Wa l a u p u n k e n a i k a n B B M t i d a k t e r l a l u berdampak pada kehidupannya, mengingat sekarang anaknya yang sekolah tinggal seorang, namun Bu Nur menilai k alau selama ini pemerintah tidak bijak menyikapi masalah-masalah yang terjadi. Seperti k e b i j a k a n m e n a i k a n h a rg a B B M , seharusnya tidak diberlakukan saat ekonomi sulit seper ti sek arang, karena akan banyak perempuan dan ibu rumah tangga yang semakin pusing akibatnya. Menurut perempuan asal Padang ini, perempuan sekarang masih banyak yang hidupnya tergantung pada suaminya, sehingga kalau pendapatan suami tidak cukup, membuat merek a tak punya pilihan, karena tidak memiliki penghasilan sendiri. Melalui koperasi yang didirik annya, Bu Nur berharap bisa membantu perekonomian warga sekitar tempat tinggalnya. ”Saya hanya ingin menolong, itu saja,” jelasnya. Menurutnya, perempuan itu seharusnya jangan terlalu tergantung pada suami. Perempuan juga harus bisa mengusahakan perekonomiannya sendir i. ”K alau bisa mandir i k an enak , bisa punya penghasilan sendiri sehingga tidak terlalu tergantung pada orang lain,” ungkapnya. Bagi ibu 3 anak ini, kemandirian perempuan mungkin bisa menekan tingginya angka kemiskinan. Baginya,

16

Perempuan Bergerak | Edisi II|Mei - Agustus 2008

persoalan kemiskinan itu bisa terjadi karena dua hal, yakni karena faktor manusianya sendiri dan faktor dari luar, seperti kebijakan-kebijakan pemerintah yang membuat perekonomian masyarakat semakin sulit. Tetapi, terlepas dari semua itu, perempuan yang kini bergelar Hajah ini berharap kondisi Indonesia bisa lebih baik ke depannya, sehingga tidak ada lagi kesulitan ekonomi seperti sekarang. Dengan demikian, masyarakat miskin menjadi berkurang. ”Satu lagi yang harus dijadikan patokan, bahwa biar miskin, perempuan harus tetap mandiri ” tukasnya. (NN)

BUDAYA POP

Kemiskinan Dalam Reality Show

B

erbicara mengenai reality show di Indonesia,

memiliki kepercayaan terhadap objek yang ditontonnya.

maka akan muncul sederet acara yang kini

Menilik pengertian karakteristik fidelity or realism, reality

digemari orang di berbagai stasiun TV Indonesia. Acara tersebut dikemas dalam bentuk yang bervariasi dan didesain sedemikian rupa untuk menarik perhatian penonton. Tidak bisa dipungkiri, bahwa acara reality show telah mendorong antusiasme penonton untuk sekedar menyaksikan, meniru, bahkan memotivasi untuk turut ser ta. Tak pelak lagi, acara seper ti ini telah menjadi ajang persaingan antara stasiun televisi yang satu dengan lainnya. Dengan melihat tingginya antusiasme pemirsa televisi menik mati acara itu, membuat reality show menjadi budaya massa yang fenomenal di masyarakat.

show termasuk di dalamnya. Yang berkembang saat ini, reality show tidak hanya menggambarkan per wujudan asli suatu kejadian atau seseorang, tetapi sudah menjadi ajang kompetisi. Beberapa jenis realit y show, dan Gumgum menggolongk annya kedalam empat golongan, di antaranya: program yang berisi rekaman kehidupan seseorang atau sekelompok orang dengan sepengetahuan objek yang direkam (contoh: dunia lain, tantangan); program yang berisi rek aman tersembunyi atas perilaku orang yang mengejutkan, atau dalam kondisi yang direkayasa (contoh: spontan, paranoid, H2C, playboy kabel); kemudian program pencarian bakat

M e n u r u t G u m g u m G u m i l a r, s e c a r a k h u s u s

melalui kompetisi tertentu (contoh: AFI, Indonesian Idol,

program televisi memiliki empat karakteristik

Idola Cilik, Mamamia, stardut, dll.); dan yang terakhir

utama. Salah satunya adalah fidelity or realism yang

ialah program amal (charity), dengan konsep menolong

merupakan karateristik utama program televisi yang

orang lain (contoh: Uang k aget, bedah rumah, nik ah

menggambar k an per wujudan asli satu per istiwa,

gratis, dll.).

seseorang, kejadian, dan proses, sehingga pemirsa

Kepopuleran dan kesuksesan dapat diraih dengan

17

Perempuan Bergerak | Edisi II |Mei - Agustus 2008

BUDAYA POP

cepat tanpa harus bersusah-susah. Untuk menjadi seorang bintang, dapat ditempuh dalam waktu singkat. Setidak nya, itulah yang menjadi persepsi masyarak at mengenai fenomena ajang kontes bakat yang saat ini tengah diperagakan berbagai stasiun televisi di Indonesia. Budaya instan yang menjadikan seseorang menjadi bintang dadakan diserbu peminat. Entah apa motivasinya, tetapi sejauh yang dapat diamati, calon bintang terpilih dalam suatu kontes bakat tidak lagi mengandalkan kualitasnya. Bagaimana menarik simpati pemirsa atau meraup massa sebanyak mungkin merupak an senjata untuk menjadi pemenang. Pengalaman atau kisah hidup yang tragis atau berasal dari golongan bawah (kemiskinan) merupakan alat yang dijadikan peserta untuk mendapat simpati pemirsa. Yang lebih miris adalah, timbul sifat bangga akan kondisi kemiskinan karena alasan menarik simpati tadi dan ajang ini dijadikan sebagai ajang untuk meningkatkan taraf hidup. Penentuan pemenang dilakukan melalui polling sms menjadikan tiap peserta untuk berlomba-lomba menarik s i m p at i . B a h k a n , c a l o n - c a l o n ya n g b e r k u a l i t a s ya n g sebenarnya layak untuk menang, justru tersisih karena kurang mampu menarik penonton. Hal ini sering terjadi pada setiap acara pencarian bakat. Pertanyaannya adalah: Mengapa kemiskinan diumbar untuk menarik simpati? Apakah ini jurus terjitu untuk menarik simpati masyarakat? Jika demikian, ini sungguh sangat disayangkan, karena potret kemiskinan dijadikan komoditi meraih popular itas dan propaganda untuk m e l a n g g e n g k a n t u j u a n ny a . K e m i s k i n a n s e o l a h - o l a h dapat diselesaikan dengan cara instan, dengan mengikuti ajang atau kontes bakat. Yang menjadi kekuatiran ialah adanya budaya meniru, sehingga masyarakat berlomba-

di masyarakat, bahwa dengan menjadi populer, maka dalam waktu singk at dapat memperoleh penghasilan yang banyak. Embel-embel sebagai ajang mencari bibit baru atau talent show, hal itu dimanfaatk an benar-benar oleh pihak per televisian. Padahal, ketika tayang tak jarang calon bintang yang tampil memiliki suara yang pas-pasan, bahkan tidak layak sama sekali. Kontes semacam ini jika tidak mengandalkan suara, maka tampang dan simpati yang dijadik an komoditi untuk menang. Yang terjadi sekarang, jauh dari sekadar mencari bibit baru. Acara ini justru dijadikan alternatif hiburan oleh sebagian penonton atau tidak punya pilihan alternatif hiburan. Karena seperti kita ketahui, acara televisi kita selain dipenuhi begitu banyak sinetron, juga dihuni oleh program-program yang lebih mengedepank an hiburan semata tanpa mak na. Belum lagi selingan-selingan iklan yang bias gender. Sisi edukasinya sangat minim. Padahal televisi merupakan media penyampai pesan dan juga salah satu bentuk budaya massa. Pihak televisi sendiri seper ti tidak peduli dengan kondisi ini, karena meningkatkan rating dan share penonton adalah yang terpenting. Karena semakin tinggi rating, maka pemasangan iklan dalam program tersebut semakin banyak. Semakin banyak iklan yang “nampang”, maka keuntungan semakin besar. Kembali lagi, masalah keuntungan dalam jumlah yang besar dan maksimal menjadi alasan dibalik program-program pencarian atau kontes bakat, yang sebetulnya kurang mendidik. Sesungguhnya televisi juga memiliki tanggungjawab sosial sebagai media yang member ik an pendidik an ter hadap masyarak at. Inter vensi sistem kapitalisme dalam dunia pertelevisian Indonesia sangatlah jelas. Coba lihat dari periode penayangan kontes bakat tersebut. Periodenya biasanya dibuat paling tidak setahun sekali, sehingga dalam jangka waktu tersebut muncul binatang baru lagi. Sedangkan bintang yang terbentuk dalam kontes bakat sebelumnya menjadi tenggelam, bahkan hilang sama sekali. Dan pihak penyelenggara lepas tangan setelah kontes berakhir, tanpa ada tindak lanjut. Jika bintang baru muncul setahun sekali di sebagian besar ajang kontes bakat, maka beberapa tahun ke depan di Indonesia akan banyak sekali penyanyi, ataukan memang semua orang di Indonesia mau jadi penyanyi?

Tayangan Idola Cilik lomba untuk menjadi selebritis. Akan timbul anggapan

18

Perempuan Bergerak | Edisi II|Mei - Agustus 2008

anak-anak. Hal itu diungkap oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan, Meuthia Hatta Swasono. Beliau mengimbau agar stasiun televisi menghentikan tayangan reality show karena dapat menggiring anak bersikap konsumerisme, boros, pamer, hura-hura, dan anak menjadi terobesesi, sedangkan eksplorasi bakatnya justru sangat minim. Melihat ajang kontes bakat menyanyi anak yang ditayangkan salah satu stasiun televisi, justru menimbulkan keprihatinan tersendiri.

D a m p a k l a i n ya n g t i m b u l i a l a h m u n c u l nya p e r s e p s i di masyarakat bahwa persoalan kemiskinan dapat diselesaikan dengan cara memberikan uang yang banyak dalam waktu yang singkat. Kesan menjadi jutawan dadakan melek at dalam benak masyarak at, tanpa memik irk an kehidupan jangka panjang. Belum lagi konsep acara yang mengharuskan mereka berlomba-lomba dengan waktu untuk menghabisk an uang dalam waktu sek ian jam, sehingga menimbulkan pendapat bahwa segala sesuatu akan dilakukan untuk mendapatkan uang.

Kehidupan anak-anak diplot dalam suatu skenario di

Yang menarik dari program charity ialah sebagian besar

mana ia harus menuruti setiap adegan dalam skenario

penerima uang dadakan tersebut justru perempuan tua dan

tertentu. Belum lagi mereka menyanyikan lagu-lagu

miskin. Mungkin ini dampak positif acara seperti ini, karena

dewasa yang belum pantas merek a nyanyik an dan

masyarakat menjadi tahu potret kemiskinan perempuan

riasan tebal, sehingga anak menjadi tumbuh sebelum

Indonesia. Seharusnya, ini menjadi bentuk keprihatin

waktunya. Mungkin sebagian orang tua akan bangga

pemerintah dalam melihat kondisi perempuan Indonesia

menyaksikan anaknya menyanyi di atas pentas dan

yang masih sangat dekat dengan kemiskinan dan secepat

mendapat sorakan penonton, namun belum tentu hal

mungkin mencari solusi untuk menanggulanginya.

yang sama dialami oleh si anak.

Persoalan kemiskinan perempuan di Indonesia tanpa

Hasil wawancara kalyanamitra dengan beberapa

harus dibuat menjadi reality show di layar kaca, ini telah

orang menunjukkan bahwa ajang kontes bakat

menjadi reality show di kehidupan nyata kita. Pemiskinan

sebenarnya bagus, karena dapat menyalurkan hobi dan

perempuan terjadi dalam segala bidang ke hidupan.

kreatifitas. Namun, di sisi lain, mereka menyayangkan

Dalam bidang sosial ekonomi, politik, dan budaya. Dan

karena kreatifitas peserta kontes bakat tersebut hanya

persoalan ini tidak dapat diselesaikan dengan menjadi

d a l a m m e ny a ny i k a n l a g u - l a g u o r a n g l a i n , b u k a n

bintang dadakan atau objek charity, namun perlu kerja

kreatifitas dalam mencipta lagu. Selain itu, mereka

k e r a s p e m e r i n t a h . Pe re m p u a n a d a l a h t i a n g n e g a r a .

menilai bahwa peserta yang mengikuti ajang tersebut

Harusnya konsep ini disadari betul oleh pemerintah,

di samping ingin menjadi populer juga memiliki

sehingga perempuan harus diprioritask an dalam hal

motif lain, yakni mencari uang. Mereka tidak setuju

pemenuhan hak-hak dasarnya. Namun, hingga 100 tahun

dengan maraknya reality show yang periodenya terlalu

kebangk itan nasional I ndonesia, 63 tahun I ndonesia

berdekatan, karena menjadi terlalu banyak mencetak

Merdeka, 10 tahun reformasi, kaum perempuan indonesia

bintang, sehingga bintang-bintang yang lama menjadi

masih belum merdeka dalam memperoleh hak-haknya,

tenggelam.

apalagi pemenuhannya oleh negara. Demikian pula yang

Program reality show lain yang tidak kalah heboh dengan ajang kontes bak at, yak ni yang berkonsep charity. Sebut saja uang kaget, bedah rumah, rezeki nomplok, dll. Dari konsep acara terlihat jelas, bahwa yang menjadi objek sasaran adalah masyarakat kelas bawah yang dekat dengan kemiskinan, dan benar-benar perlu ditolong (lagi-lagi kemiskinan yang diekspos). Pada dasarnya tidak ada masalah dalam program acara

terjadi dalam program-program televisi Indonesia saat ini tidak mengakomodasi kemerdekaan bagi perempuan indonesia untuk menyatakan aspirasi dan mengekspresikan kepentingannya, melainkan makin melanggengkan budaya patriarki dalam sistemnya yang kapitalis yang menindas, membodohkan, dan membuat mereka terkebelakang. Ini memerlukan gerakan sosial politik seluruh lapisan rakyat untuk mengubah kondisi penindasan itu. (IK)

itu, k arena bisa mendorong penonton untuk lebih memperhatik an lingkungan sek itar dan terdorong

Sumber bacaan:

untuk melakukan hal yang sama kepada orang lain

1. Gumgum Gumilar, Reality Show.

yang membutuhkan. Namun dalam perkembangannya,

2. Harian Media Indonesia, Reality Show tidak Mendidik

masyarakat miskin menjadi berharap lebih agar mereka

bagi Anak-anak, Jumat 15 Agustus 2008.

menjadi objek penerima uang dadakan tersebut.

19

Perempuan Bergerak | Edisi II |Mei - Agustus 2008

BUDAYA POP

Reality show tidak mendidik masyarakat apalagi

BEDAH BUKU

KEMISKINAN PEREMPUAN DALAM BERBAGAI DIMENSI Judul

: Potret Kemiskinan Perempuan

Pengarang

: Noerdin, Edriana (et al)

Penerbit

: Women Research Institute (WRI) Jakarta

Tahun

: Cetakan 1, Maret 2006

Kolasi

: viii+163 hlm; 15x22 cm

ISBN

: 979-99305-4-5

Dalam isu gender dan kemiskinan, rumah tangga merupakan salah satu sumber disk riminasi dan subordinasi terhadap perempuan. Ketidaksetaraan

dalam

alokasi sumberdaya dalam rumah tangga memperlihatkan laki-laki dan perempuan mengalami bentuk kemiskinan yang berbeda. Di ruang publik , kemisk inan perempuan selalu dikaitkan dengan tertutupnya ruang-ruang partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan yang sifatnya formal bagi perempuan. Bagi perempuan, sering konsep ruang publik ini diar tik an sebagai tenpat kerja atau tempat berusaha daripada forum-forum di dalam komunitas. Keterlibatan dalam forum publik di dalam komunitas pun biasanya terbatas dan masih tidak terlepas dari peran domestiknya.

ketidaksetaraan, dan ketidakadilan dialami perempuan.

Pe r s o a l a n l a i n ya n g d i h a d a p i p e re m p u a n a d a l a h

Pengaruh sistem sosial budaya yang paternalistik

pembangunan di segala bidang yang sering belum berpihak

berdampak besar dalam lahirnya produk-produk hukum

kepada perempuan. Program-program pembangunan

yang bias gender yang merugikan perempuan. Diskriminasi

secara formal dikuasai laki-laki, karena sumber daya yang

perempuan, kesenjangan gender, maupun minimnya

terpenting dalam kehidupan selalu dikuasai oleh pihak yang

perempuan sebagai pengambil keputusan masih terjadi

memiliki kekuatan sosial, ekonomi, dan politik lebih kuat.

sampai saat ini. Padahal kesetaraan gender di Indonesia

Maka, adanya marginalisasi terhadap peran perempuan

mempunyai dasar hukum yang cukup kuat antara lain

dalam pengambilan keputusan kerap terabaikan. Hal ini

UUD 1945 pasal 27 ayat 1, UU No. 7 Tahun 1984 tentang

terjadi karena perempuan tidak dilibatkan dalam proses-

Pengesahan Konvesi mengenai Penghapusan S egala

proses pengambilan keputusan yang bersifat formal.

Bentuk Disk riminasi terhadap Perempuan (Lembaran

Persoalan ketimpangan gender terdapat dalam setiap

Negara Tahun 1984 No. 29, Tambahan Lembaran Negara

lini kehidupan bermasyarakat, mulai dari struktur sosial,

No.3177) pasal 2 butir b dan c, dan juga dalam UU No.

politik, dan ekonomi, kultur masyarakat, sampai pada

39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dalam pasal

produk kebijak an yang dilahirk an. Realita persoalan

20 ayat 2, pasal 48, dan pasal 49.

yang dihadapi perempuan menunjuk an kemisk inan,

20

Perempuan Bergerak | Edisi II|Mei - Agustus 2008

Dalam dokumen Strategi Nasional Penanggulangan

dalam program pengentasan kemiskinan, yakni pemenuhan hak-hak dasar setiap individu. Namun demikian, hal itu harus diimbangi dengan perumusan strategi capaian yang responsif gender. Perempuan harus menjadi prioritas dalam target sasaran pengentasan kemiskinan, karena pengalaman perempuan dan laki-laki terhadap kemiskinan berbeda. Juga dalam akses sumberdaya politik maupun

1.119.233 per bulan dibanding upah perempuan Rp. 829.870), dan segi pendidikan (rata-rata upah laki-laki Rp. 1.338.433 per bulan dibanding upah perempuan Rp. 764.795). Hal ini menunjukan bahwa implementasi pemenuhan hak perempuan belum berjalan optimal. Karena diskriminasi upah masih terjadi sampai tahun 2006, walaupun belum ada data terbaru.

ekonomi, perempuan masih jauh tertinggal dibandingkan

Keterbatasan akses perempuan terhadap sumber

laki-laki. Sehingga, implementasi strategi pengentasan

produksi atau aset produktif berupa tanah, rumah, dan

kemiskinan harus mendorong peningkatan partisipasi dan

lainnya juga menentukan ada tidaknya akses perempuan

kesejahteraan perempuan.

ke modal atau kredit. Namun aset produktif sebagian

Akses politik dan tingkat keter wakilan perempuan dalam lembaga politik formal, baik di tingkat nasional maupun lok al, besar pengaruhnya terhadap kualitas h i d u p p e re m p u a n . K u a l i t a s h i d u p p e re m p u a n t i d a k dapat dipisahkan dari kebijakan publik yang dibuat oleh lembaga-lembaga politik, karena kebijakan itu diikuti oleh alokasi anggaran untuk implementasinya. Dalam akses pekerjaan, jumlah perempuan masih kecil daripada lakilaki. Keterbatasan perempuan dalam mengakses pasar tenaga kerja berlaku untuk semua tingkat pendidikan. Ketidakadilan dari aspek akses pekerjaan juga berimbas terhadap upah yang diterima ( jauh dari pekerja lak ilaki). Adanya diskriminasi upah, jelas sangat merugikan perempuan, karena secara praktik, jam kerja perempuan

besar dikuasai laki-laki, sehingga untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengannya harus mendapat izin suami. Ini menunjukan adanya dominasi laki-laki terhadap pengambilan keputusan atau kontrol aset produksi. Keterbatasan dalam akses aset produksi yang menghambat perempuan untuk mengembangkan usaha di sektor formal mengakibatkan perempuan memilih bekerja di sektor informal, antara lain dengan menjadi Tenaga Kerja Wanita ( TKW ). Namun b e gi t u, p e r l i n d u n g a n h u k u m te r h a d a p p a ra T K W lemah, sehingga mereka mengalami berbagai tindak kekerasan dan eksploitasi. Hal yang sama juga terjadi terhadap pembantu rumah tangga yang bekerja di dalam negeri.

lebih banyak dibandingk an lak i-lak i. Perbedaan upah

Sampai kini, perempuan belum sepenuhnya

menurut tingkat pendidikan antara laki-laki dan

memperoleh haknya atas layanan kesehatan reproduksi

perempuan dapat dilihat pada tabel berikut:

ya n g b e r m u t u. B u k a n h a nya m a s a l a h a k s e s ya n g terbatas, namun juga belum menjadi prioritas

Rata-rata upah/gaji/pendapatan pekerja* sebulan menurut tingkat pendidikan dan jenis kelamin, tahun 2001 dan 2002 (dalam rupiah) 2001

Tingkat Pendidikan

Perempuan


172.018

SD

2002

pembangunan. Sedikitnya ketersediaan tenaga kesehatan yang mudah diakses dengan biaya murah, terutama di daerah- daerah terpencil menunjuk an

Rasio Upah**

Perempuan

Laki-laki

Rasio Upah**

326.394

52,7

187.059

367.287

51,1

232.726

388.502

59,9

264.112

435.676

60,6

SLTP

340.685

489.951

69,5

399.176

558.648

71,5

(AKI) di Indonesia yakni, 307 orang per 100.000 orang

SMU/SMK

555.175

711.013

78,1

640.035

809.694

79,0

(Data Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun

>SMU/ SMK

914.036

1.203.660

75,9

977.652

1.348.203

72,5

2002/2003), yang 35-50 persen ak ibat aborsi yang

Jumlah

442.928

623.904

67,22

493.607

703.901

66,94

tidak aman. Oleh karena minimnya akses pelayanan

Laki-laki

Sumber: Data diolah dari data Sakernas tahun 2001 dan 2002 dalam Sri Harijati Hatmadja (tidak dipublikasikan). Diambil dari buku Potret Kemiskinan Perempuan, Women Research Institute, hal. 9. Keterangan: *) Pekerja buruh/karyawan dan pekerja bebas **) Rasio upah adalah upah perempuan dibagi upah lakilaki

Angka tersebut ialah data tahun 2001-2002, sedangkan data Sakernas tahun 2006, kesenjangan upah tidak hanya terjadi dalam lapangan pekerjaan (rata-rata upah laki-laki Rp. 827.101 per bulan dibanding upah perempuan Rp. 612.131). Dari sisi pekerjaan (rata-rata upah laki-laki Rp.

ketidak-seriusan pemerintah dalam memberikan hak dasar perempuan. Tingginya Angk a Kematian I bu

kesehatan reproduksi yang baik dan aturan aborsi yang bias gender, maka itu harusnya mendapat perhatian serius pemerintah untuk membuat kebijak an yang m e m p r i o r i t a s k a n k e p e nt i n g a n p e re m p u a n d a l a m pembangunan. Dalam bidang pendidikan, negara telah menjamin hak tiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan tanpa membedak an jenis kelamin. Yang menjamin hal itu ialah UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 yaitu, “Semua

21

Perempuan Bergerak | Edisi II |Mei - Agustus 2008

BEDAH BUKU

Kemisk inan (SNPK ) memuat target-target pemerintah

BEDAH BUKU

warga negara berhak mendapat pengajaran”. Dalam

penting untuk dimasukan dalam penyusunan program

hal pendidikan dasar, tingkat partisipasi antara laki-

pengentasan kemisk inan dan perumusan inter vensi.

lak i dan perempuan telah mencapai lebih dari 97

Integrasi perspektif gender dalam strategi dan program,

persen. Namun akses terhadap pendidikan lanjutan

aksi intervensi, pemantauan, dan evaluasi harus melibatkan

m a k i n b e r k u r a n g, s e h i n g g a b e r i m b a s p a d a k i a n

perempuan agar kemiskinan berbasis gender dan

tingginya angka perbedaan pendidikan berdasarkan

kemiskinan pada umumnya dapat dikurangi.

gender. Semak in tinggi jenjang pendidik an mak in

Berbagai dimensi pemiskinan perempuan ini diuraikan

sulit perempuan untuk mengaksesnya. Perbedaan

secara jelas dalam buku Potret Kemiskinan Perempuan

angka buta huruf antara perempuan dan laki-laki pun

terbitan Women Research Institute ( WRI) ini. Buku ini

masih tinggi. Hambatan yang sampai kini terjadi dalam

merupakan kumpulan tulisan WRI mengenai ragam

hal pendidikan perempuan adalah, dari segi budaya,

persoalan kemiskinan perempuan di Indonesia. Buku ini

bahwa setinggi-tingginya pendidikan maka akhirnya

mencoba mengantarkan para pembaca pada suatu realitas

harus bekerja di rumah tangga.

bahwa sekalipun sudah dilahirkan berbagai landasan hukum

Budaya kawin muda sampai saat ini masih terjadi di

untuk meningk atk an kesetaraan gender di Indonesia,

pedesaan (di daerah-daerah terpencil). Selain hambatan

namun masih saja persoalan kemiskinan berbasis gender

budaya, hambatan ekonomis juga mendominasi, yakni

belum teratasi.

keterbatasan beaya untuk sekolah sehingga keluarga

S e l a i n m e m b e r i k a n u ra i a n m e n g e n a i p e m i s k i n a n

miskin cenderung menyekolahkan anak laki-lakinya

p e re m p u a n , W R I j u g a m e m b e r i k a n b e b e r a p a s o l u s i

d a r i p a d a a n a k p e re m p u a n . B u d ay a m e n g a n g g a p

untuk mengatasai ketimpangan gender yang sampai

bahwa laki-laki adalah pencari nafkah. Padahal, dalam

saat ini masih terjadi di masyarakat, yakni antara lain:1)

beban kerja, alokasi waktu atau jam kerja, perempuan

Meningkatkan akses perempuan terhadap kesempatan

lebih panjang dibanding laki-laki, tetapi secara

kerja dan berusaha, pendidikan yang murah dan bermutu,

ekonomis penghasilan laki-laki lebih tinggi daripada

pelayanan kesehatan umum dan kesehatan reproduksi

perempuan. Perempuan harus ber tanggungjawab

yang murah dan bermutu, sumber daya modal, bahan

terhadap pekerjaan produktif, reproduktif, dan fungsi-

baku, pasar kerja, informasi, pengembangan teknologi

fungsi sosial di komunitas, sedangkan laki-laki hanya

bagi pengembangan usaha, pupuk murah, lahan pertanian,

ber tanggungjawab dalam hal pekerjaan produktif.

air bersih, serta keterlibatan dalam pengambilan keputusan

Pekerjaan domestik yang dilakukan perempuan tidak

dalam kelembagaan sosial, politik, eksekutif, dan legislatif;

dikatakan sebagai pekerjaan, karena tidak dibayar

2) Keterlibatan perempuan dalam mengontrol proses

dan tidak menghasilkan materi, serta memiliki jam

perencanaan, pelaksanaan, pengalokasian anggaran dan

kerja yang tidak terbatas karena dikerjakan sepanjang

memantau jalannya kebijakan dan program pengentasan

waktu. Kondisi yang tidak seimbang ini adalah proses

kemiskinan; 3) Meningkatkan penerimaan manfaat

pemiskinan perempuan.

dari program-program pengentasan kemisk inan pada

Fenomena kemiskinan perempuan dalam berbagai dimensi tidak lepas dari implementasi program-program pemerintah. Salah satunya dalah hal alokasi anggaran pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan perempuan. Alokasi anggaran untuk kesejahteraan perempuan dalam APBD di tiap daerah beragam, namun kesimpulannya sama, yakni minim. Yang perlu dicatat adalah ketersediaan alokasi anggaran untuk pemberdayaan perempuan dalam program yang diatur dalam Perda lebih ditujukan pada sektor domestik atau privat, bukan dalam peningkatan partisipasi publik perempuan. Kesimpulannya, dalam pengentasan pemiskinan perempuan, perspektif dan analisi gender sangat

22

Perempuan Bergerak | Edisi II|Mei - Agustus 2008

khususnya, dan program-program pembangunan pada umumnya oleh perempuan. (IK) ***

BEDAH FILM

TAK ADA KATA TUA UNTUK KELUARGA Judul: Tulang Punggung Sutradara: K. Ardi Pemain: Waginah Produksi: Komunitas Mata Hati Durasi: 45 menit

P

erempuan tua, Waginah, bersama suaminya yang juga renta, hidup berdua di kota Yogyakarta. Waginah, 88 tahun, asal Panjul, Kulon Progo, tak punya

penghasilan tetap. Waginah hidup serba pas-pasan. Dia harus membanting tulang untuk menghidupi keluarga besarnya. Sudah 30 tahun Waginah bekerja sebagai buruh gendong sayur-mayur. Ia tak punya sawah yang luas. Kalau sawahnya luas, pastilah ia bisa menghidupi keluarganya tanpa harus bekerja sebagai buruh gendong. Ketika anak-anaknya masih kecil, suaminya bekerja sebagai tukang becak. Sekarang sudah tua, maka suaminya hanya jaga rumah atau jadi petani penggarap lading. Waginah setiap harinya bangun jam 2.30 dini hari untuk mulai bekerja. Ketika pintu belakang pasar sudah dibuka, Waginah langsung berangkat ke toko Progo. Kemudian ia mengangkat barang ke Pendopo pasar yang terletak di belakang pasar, berjalan kaki tanpa sandal. Sekitar jam 6 pagi atau jam 7.30 pagi, ia selalu mengambil barang dari gemblakan lalu dibawa ke pasar. Setelah itu, ia mencari pelanggan lagi sampai ada yang menyuruhnya mengantarkan barang mereka.

tua hanya menghabiskan Rp. 3.000 karena makan nasi hanya pagi dan sore saja. Siang hari, ia makan jajanan dan minum. Total pengeluaran Waginah sehari sekitar Rp 4.000. Untuk buang air kecil habis Rp 1.000. Sudah hampir dua tahun Waginah menginap di pasar. Itu pun tidak di pungut beaya, jika kekamar mandi untuk mencuci Rp 500, mandi Rp 500, dan buang air Rp 300. Sebenarnya, sama saja dengan mengontrak rumah, namun pengeluarannya tidak terasa. Untuk keperluan kamar mandi, dalam sebulan menghabiskan lebih dari Rp 30.000. Dulu Waginah pernah ngontrak rumah di samping pasar di Saudagaran, dekat pasar Kuncen. Ia pulang paling-paling kalau ada tetangga yang meninggal. Itu juga tidak pasti. Tetapi, kalau ada tetangganya hajatan atau saat musim tanam, Waginah tinggal di rumah sampai 3 hari. Kalau capek dan darah naik, ia bisa istirahat sampai 10 hari untuk pulih, selain pergi ke dokter.

Waginah punya 5 orang pelanggan 5 tetap. Setiap mereka

Biasanya Waginah makan mentimun hingga 2 kg jika darah sedang

belanja, Waginah selalu membawanya sampai ke rumah mereka

turun agar cepat pulih. Anaknya juga membelikan tongseng untuk

atau ke tempat mereka biasa berbelanja. Ongkos mengangkat

penambah darah.

barang tergantung mereka memberinya. Kalau dekat biasanya Rp 2.000. Namun kalo jauh bisa Rp 3.000 sampai Rp 4.000. Bila nasib sedang baik dan ketemu Ndoro atau tuan besar, ia bisa dapat Rp 5.000. Setiap hari Waginah bisa memperoleh uang Rp 15.000 dan dapat lebih besar, kalau bertemu para Priyayi, karena berbeda antara upah yang diberikan priyayi dengan pedagang biasa. Waginah sekarang sudah lanjut usia dan tidak kuat mengangkat beban yang terlalu berat. Namun ia tidak terlalu ngoyo dalam

Waginah tua senantiasa berdoa agar tetap bisa bekerja sampai ajal menjemputnya, sehingga nantinya bisa mengasuh anak-cucu. Kalau tidak kuat bekerja, dia minta makan pada anak-anaknya, dengan menuruti permintaan anaknya agar membayar hutang yang banyak itu. Jika tidak dituruti, anaknya bisa kecewa dan pergi. Kepada siapa lagi dia akan minta makan kalau anaknya pergi? Maka, masa tua Waginah semakin susah karena masih harus makan padahal sudah lemah untuk bekerja. (RK/NE)

mencari rejeki, hanya sedapatnya saja. Ketika masih muda, dia kuat mengangkat beban 60 kg sampai 70 kg. kini, ia hanya mampu mengangkat beban 50 kg. Untuk makan sehari-hari, Waginah

23

Perempuan Bergerak | Edisi II |Mei - Agustus 2008

PUISI PEREMPUAN

Tato di Lengan Seorang Lelaki dari Saumlaki

Orang orang desa itu Oleh: putu oka sukanta

D

i depan mata kita berduyun dan berdering

bagai semut merah orang-orang dari kaki bukit orang-orang dari ladang kerontang

Oleh: m aan mansyur

A

ku bertemu seorang lelaki dari Saumlaki di atas perahu yang menyeberangkan aku dari satu pulau ke lain pulau.

Ia mengenakan satu tato berwarna ungu di bahu kanannya bertuliskan nama perempuan, mungkin nama kekasihnya.

merayapi jalan ke kota

Tak ada seorang pun dilahirkan untuk jadi penyair di sini.

di bahu pikulan sarat harapan

setiap lelaki hanya boleh memilih jadi pelaut atau petani

dan kecemasan bagai timbangan berat sebelah orang-orang dari desa itu, berkerumun seperti juga lalat merubung bangkai di tengah kota—orang-orang kaya hutan beton dan raung binatang peminum bensin di antara kita sendiri di depan mata kita di depan meja makan kita di depan wc kita

dan perempuan hanya jadi istri dan mencintai lelaki melebihi cinta yang bisa mereka beri bagi diri sendiri. Maukah, harap lelaki itu, tatoku ini kau jadikan sebuah sajak? seorang tertidur di bahuku dan aku menjaganya dengan tato. Kau tahu, seseorang yang tertidur di bahumu adalah beban, tuliskanlah ke dalam sajak, agar kita bisa berbagi beban. Setiap hari, katanya, aku melepas ikan-ikan ke tidurnya. Aku ingin ikan-ikan itu memainkan ombak rambutnya.

di depan, di depan, di belakang

Tak aku biarkan angin timur merusak pantai matanya.

di belakang, di samping, di atas,

Dan di dalam sajak kelak kau saksikan pohon kelapa

di sini dan di bawah kita

tumbuh berjejer menyerupai bulu mata paling indah.

bagai tawon mengantar madu

Sesampai di pantai, aku tak menemukan satu pun kalimat

buat penyakit kita yang parah

Aku tak bisa jadi penyair di sini. Di kamar hotel aku ingat

buat butir-butir darah

nama di bahu lelaki itu. Tapi kertas di depanku cuma kertas

kita, kita, kita semua

kosong seperti tidur tak dikunjungi mimpi, tidur yang tak berisi

tapi

ikan yang sedang bermain-main di ombak rambut perempuan itu.

mampukah ia membayar uang kuburan buat bangkainya jika sudah tidak bermadu lagi?

Kupang

mereka masih datang juga

Oleh: m aan mansyur

orang-orang itu juga padahal kamtib telah membersihkannya jalan raya pasar, pinggir rel dan semua keliaran yang membiak dari perangai kita, kita juga sebab kota ini bukan punya kita punya mereka juga seperti Indonesia.

S

ajak akan merusak Kupang, kota yang aku datangi di ujung Juni ini.

Tetapi aku harus menuliskannya sebab ingin aku ajak kau ke sana, saat tiba bulan madu suatu kelak. Di siang hari udara sungguh panas selalu meminta kita jadi anak-anak bermain-main air di kamar mandi. Senja selalu berhenti di Kupang lebih lama seperti sebuah kereta di stasiun yang sepi penumpang. Di malam hari cuaca dingin sekali kita tidak bisa tidur tanpa pelukan. Matahari pagi tiba di jendela kamar dengan senyummu saudara kembar. Sajak akan merusak Kupang, Sayang. Kota ini lebih indah, jauh lebih indah, dari semua kata yang bisa ditemukan oleh sajak untuk menggambarkannya.

24

Perempuan Bergerak | Edisi II|Mei - Agustus 2008

LEMBAR ISIAN PEMBACA BULETIN PEREMPUAN BERGERAK Nama anda Organisasi anda Alamat lengkap No. Kontak Email 1.

2.

: : : : :

Berapa sering Anda membaca bulletin Kalyanamitra sebelumnya?

Apa nama bulletin Kalyanamitra sebelumnya? Apakah anda pernah berlangganan?

Gunting disini

3.

Secara umum, bagaimana pendapat Anda mengenai bulletin Kalyanamitra ini?

4.

Informasi apa yang menurut Anda penting diperoleh dari bulletin Kalyanamitra?

5.

Menurut anda, apakah isu yang digarap dalam bulletin ini menarik dan aktual?

6.

Apakah bulletin ini benar-benar bermanfaat bagi Anda?

7.

Beri penilaian berikut: • keseluruhan isi: • keseluruhan layout dan desain: • panjang tiap artikel: • kemudahan konsep yang disampaikan: • keseluruhan ilustrasi/foto-foto:

8. Menurut Anda, apa topik menarik ke depan yang perlu dibahas bulletin Perempuan Bergerak?

9.

Berapa usia anda?

25

Perempuan Bergerak | Edisi II |Mei - Agustus 2008

10. Dalam bidang apa lembaga Anda bergerak?

11. Apakah Anda ingin berlangganan?

Nama

:

Organisasi

:

Gunting disini

Untuk kolom langganan, isilah formulis berikut:

Alamat lengkap : Jumlah edisi dan eksemplar yang dibutuhkan

:

Ongkos cetak dikirimkan ke Bank BUKOPIN No. Rek: 0103034652 atas nama Rena Herdiyani

Harap lembar isian pembaca buletin Perempuan Bergerak ini dikembali ke alamat berikut:

Kalyanamitra Jl. Kaca Jendela II No.9 Rawajati, Kalibata, Jakarta 12750, Indonesia Atau Faksimili (021) 7902112

26

Perempuan Bergerak | Edisi II|Mei - Agustus 2008

AG

K

SEMINAR NASIONAL

alyanamitra, sebagai organisasi perempuan non pemerintah, yang peduli terhadap isu-isu perempuan, bekerjasama dengan Kedutaan Besar Finlandia akan mengadakan Seminar Nasional

Seminar Nasional ini merupakan salah satu upaya peningkatan kesadaran publik tentang pentingnya menggali, mengidentifikasi, menganalisa, dan mencari solusi bersama untuk penanggulangan persoalan dan berbagai aspek penindasan yang dialami kaum perempuan. Diharapkan dari Seminar Nasional ini akan terbangun kesadaran dan dukungan kolektif untuk menanggulangi berbagai persoalan yang dialami perempuan dari kebijakan pemerintah dari kekuasaan modal asing. Seminar Nasional ini mengambil 6 (enam) persoalan yang sedang dihadapi rakyat khususnya perempuan, yaitu: Pemiskinan perempuan, Kesehatan Reproduksi, Orientasi Seksual, Perempuan dalam Politik, Poligami dan Ibuisme. Dari 6 (enam) persoalan tersebut kalyanamitra sudah menyelenggakan 2 kali seminar yaitu Pemiskinan perempuan pada tanggal 22 Juli 2008 mengangkat tema“Perempuan dan Kemiskinan: Bersama Mengungkap Realitas” dan Kesehatan Reproduksi pada tanggal 28 Agustus 2008 mengangkat tema “Aborsi: Menagih Tanggung-jawab Pemerintah”. Nah untuk seminar ketiga, kali ini kalyanamitra akan mengangkat isu Lesbian, Gay, Bi-seksual dan Transeksual (LGBT). Acara Seminar ketiga ini akan diselenggarakan pada bulan November 2008. Berikut ini kutipan masalah Lesbian, Gay, Bi-seksual dan Transeksual.

LeSBIaN, GaY, Bi-SEkSuAL, DAN TRAnSEKSuAL

D

alam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, dinyatakan: “Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.” Bagaimana dengan orang-orang yang mengalami perubahan menjadi lesbian, gay, biseksual, dan transeksual di Indonesia? Deklarasi Montreal, Kanada, 26-29 Juli 2006, merekomendasikan agar semua Negara dan PBB mengakui dan mempromosikan 17 Mei setiap tahunnya untuk dijadikan Hari Internasional melawan Homophobia. Namun, sampai hari ini masih ada sekitar 80 negara yang mengkriminalisasi homoseksualitas dan mengutuk perilaku seks sejenis dengan hukuman penjara, bahkan ada yang mengenakan hukuman mati, seperti Iran, Mauritania, Nigeria, Pakistan, Saudi Arabia, Sudan, Emirat Arab, dan Yaman. Diskriminasi berbasis orientasi seksual dan identitas gender masih belum diakui formal oleh Negara-Negara anggota PBB meskipun mekanisme hak asasi manusia seperti Komite HAM telah berkali-kali mengutuk segala bentuk diskriminasi tersebut. Kelompok Lesbian, Gay, Bisexual dan Transexual (LGBT) di Indonesia masih banyak mengalami diskriminasi di keluarga, masyarakat, dan dalam perundang-undangan. Kekerasan, perkosaan, pelecehan, pemukulan, razia, dan lainnya mereka alami. Mestinya, dalam kebhinekaan kita, tidak ada lagi diskriminasi dalam bentuk apapun, termasuk bagi kelompok LGBT. (sumber: www.declarationofmontreal.org)

Ingin tahu diskusinya...? SEGERa!!

Kirim Lembar Isian Pembaca Buletin Perempuan Bergerak

Kami segera beritahu ke ANda!!!

Kami Tunggu !!

27

Perempuan Bergerak | Edisi II |Mei - Agustus 2008

AGENDA PEREMPUAN

. . . A END

28

Perempuan Bergerak | Edisi II|Mei - Agustus 2008