p-ISSN 2355-5343 e-ISSN 2502-4795 http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar
Article Received: 26/05/2016; Accepted: 05/09/2016 Mimbar Sekolah Dasar, Vol 3(2) 2016, 222-230 DOI: 10.17509/mimbar-sd.v3i2.4384
PERILAKU PROSOSIAL PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PERBEDAAN JENIS KELAMIN Yustiana Amini1 & Ipah Saripah2 1,2Program
Studi Bimbingan dan Konseling FIP UPI Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 1Email:
[email protected] 2Email:
[email protected] 1,2Jl.
ABSTRACT The aim of this research is to provide an overview of empirical research to the student prosocial behavior in elementary school. The approach used to examine the student prosocial behavior is a quantitative approach with descriptive methods. The population is 84 high-grade student's SD Miftahul Iman Year 2015/2016. Results show that the overall level of prosocial behavior is the adequate category with average value of 1.89, which indicates that students are already quite capable of showing their prosocial behavior but still require the guidance of a counselor or teacher. Based on sex, there is difference but not significant in the average value of prosocial behavior among girl and boy students. Keywords: prosocial student, sex difference.
behavior,
elementary
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perilaku prososial peserta didik kelas tinggi sekolah dasar berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Penelitian menggunakan pendekatakan kuantitatif dengan metode deskriptif. Alat pengukuran data adalah kuesioner berbentuk skala yang dikembangkan berdasarkan indikator perilaku prososial. Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik kelas tinggi SD Miftahul Iman Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 84 peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan perilaku prososial dalam kategori sedang dengan nilai rerata sebesar 1.89, artinya peserta didik sudah cukup mampu menampilkan dan menunjukkan perilaku prososialnya. Selain itu, secara keseluruhan terdapat perbedaan tetapi tidak terlalu signifikan antara perilaku prososial peserta didik perempuan dengan perilaku prososial peserta didik laki-laki. Kata Kunci: perilaku prososial, peserta didik sekolah dasar, perbedaan jenis kelamin.
How to Cite: Amini, Y., & Saripah, I. (2016). PERILAKU PROSOSIAL PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PERBEDAAN JENIS KELAMIN. Mimbar Sekolah Dasar, 3(2), 222-230. doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbar-sd.v3i2.4384.
PENDAHULUAN ~ Manusia adalah makhluk
sebaya.
sosial
dan
teman sebaya akan membawa dampak
lain. Dalam
positif terhadap anak tersebut. Anak yang
yang
saling
berinteraksi
membutuhkan satu sama berinteraksi
dengan
memiliki
keunikan
sendiri
terhadap
lingkungan,
dan
anak
kurang
keragamannya
lingkungan
Hubungan yang baik dengan
disenangi
oleh
temannya
cenderung diabaikan bahkan dikucilkan
yang
oleh
temannya
sehingga
diabaikan
dalam lingkungan teman sebayanya.
hambatan pada tahap perkembangan selanjutnya.
menimbulkan
Dengan
penting
di lingkungan tidak hanya dipengaruhi oleh
mengembangkan perilaku prososial.
[222]
anak
untuk
demikian,
Perkembangan anak dalam bersosialisasi keluarga, tetapi juga lingkungan teman
bagi
akan
terus
tergambar melalui perilakunya terutama
sosial
maka
jika
mampu
Yustiana Amini & Ipah Saripah, Perilaku Prososial Peserta Didik Sekolah Dasar…
Pengertian
prososial
sendiri
menurut
pengorbanan, kemurahan hati, dan saling
Kartono (2003) adalah suatu perilaku sosial yang
menguntungkan
terdapat
unsur-unsur
kerjasama,
kooperatif,
Perilaku dapat
prososial diartikan
di
berbagi.
dalamnya
kebersamaan,
Faktor
lingkungan
dengan
dalam
perilaku
dan
altruisme.
perbedaan
(Prosocial
Behavior)
prososial anak seperti pemberian model
juga
sebagai
segala
individu
terkait
yang dilakukan oleh orang tua dapat
tindakan apapun yang menguntungkan
membantu
anak
orang lain (Einsberg & Mussen, 1989).
Penggunaan
dalam
model
berperilaku.
dalam
perilaku
tersebut seperti menjelaskan mengenai Secara umum istilah prososial diaplikasikan
hal-hal
yang
boleh
dan
pada tindakan yang tidak menyediakan
dilakukan saat bermain dengan teman
keuntungan langsung pada orang yang
sepermainan
melakukan tindakan tersebut, dan bahkan
kepada anak mengenai konsekuensi dari
mengandung derajat resiko tertentu (Baron
perilaku yang mereka lakukan) (Eisenberg
& Byrne, 2005). Perilaku prososial dapat
& Fabes, 1998 ). Di luar pengaruh orang tua,
memberikan pengaruh terhadap individu
faktor
dalam melakukan interaksi sosial. Perilaku
sekolah juga dapat memengaruhi perilaku
prososial sendiri dapat berarti berperilaku
prososial.
baik kepada orang lain serta memiliki sikap
Caldwell
mementingkan kepentingan orang lain
prososial anak mungkin dipengaruhi oleh
terlebih dahulu. William (dalam Dayakisni,
teman-teman dekat. Selain itu, semakin
2009) membatasi perilaku prososial secara
baik kualitas persahabatan, maka akan
lebih rinci sebagai perilaku yang memiliki
lebih banyak memengaruhi teman satu
intens untuk mengubah keadaan fisik atau
sama lain dalam berperilaku prososialnya.
(misalnya,
saudara,
teman
Wentzel, (2004)
tidak
boleh
menjelaskan
sebaya,
McNamara,
mengatakan
dan dan
perilaku
psikologis penerima bantuan dari kurang baik menjadi lebih baik, dalam arti secara
Setiap individu memiliki kecenderungan
material maupun psikologis. Dalam hal ini
untuk berperilaku prososial atau tidak,
dapat dikatakan bahwa perilaku prososial
terlepas dari perbedaan jenis kelamin,
bertujuan untuk membantu meningkatkan
sehingga individu memiliki kesempatan
well
yang sama dalam berperilaku prososial.
being
seseorang prososial
orang yang
turut
lain,
dikarenakan
melakukan
tindakan
menyejahterakan
Pada
dan
kenyataannya,
perbedaan
jenis
kelamin ikut memengaruhi individu untuk
membahagiakan kehidupan orang atau
berperilaku
prososial.
penerima bantuan. Ada pun perilaku
penelitian yang dilakukan oleh Becker &
prososial meliputi saling membantu, saling
Eagly (2004) ditemukan bahwa dari 8.706
menghibur, persahabatan, penyelamatan,
penerima
penghargaan
Menurut
warga
hasil
yang
secara sukarela menyelematkan orang lain [223]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 2 Oktober 2016
- meskipun membahayakan dirinya sendiri -
kelas VI adalah 36 orang, peserta didik laki-
hanya 9% penerima penghargaan tersebut
laki sebanyak 24 orang dan perempuan 12
adalah
orang.
perempuan
(Taylor,
Peplau,
O’Sears, 2009, p. 478). Berbeda dengan hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Pengumpulan
Shell
menggunakan instrumen berupa angket
(1987) menyebutkan anak perempuan
atau kuesioner skala perilaku prososial.
lebih siap memberikan bantuan dibanding
Analisis data penelitian dilakukan secara
dengan anak laki-laki (Bierhoff, 2002, p, 27.)
kuantitatif,
Berdasarkan
persentase
Eisenberg, Cialdini, McCreath, &
terlihat
hasil
perilaku
penelitian
prososial
tersebut
individu
data
yaitu
penelitian
dengan
tingkat
menghitung
perilaku
prososial.
ikut
Adapun untuk mengetahui perbedaan
dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin.
antara perilaku prososial peserta didik lakilaki dan perilaku prososial perempuan
METODE
dilakukan uji beda dua rata-rata dengan
Pendekatan
yang
digunakan
ialah
menggunakan uji t.
pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Metode deskriptif bertujuan untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
Gambaran
secara
akurat
prososial dari 84 peserta didik kelas tinggi
serta
diperoleh hasil 16 peserta didik (19%)
hubungan antarfenomena yang diselidiki
berada pada kategori tinggi, 57 peserta
(Nazir,
Julia).
didik atau sebesar 68% berada pada
seluruh
kategori sedang dan 11 peserta didik atau
peserta didik SD Miftahul Iman Tahun
sebesar 13% berada pada kategori rendah.
Ajaran 2015/2016 yang terdiri dari kelas
Dengan demikian, secara umum perilaku
tinggi yaitu kelas IV, kelas V dan kelas VI.
prososial peserta didik kelas tinggi SD
Jumlah peserta didik di kelas IV adalah 22
Miftahul
Iman
orang, yang terdiri dari 16 orang laki-laki
sedang
(M=
dan enam orang perempuan. Jumlah
persentase
peserta didik di kelas V adalah 32 orang, 15
prososial setiap aspek dijelaskan pada
orang diantaranya adalah laki-laki dan 17
Tabel 1.
sistematis,
mengenai
fakta-fakta,
2005;
Partisipan
faktual
sifat-sifat
Suhandani,
penelitian
dan
D.,
adalah
&
orang perempuan. Jumlah peserta didik
[224]
umum
mengenai
berada 1,89
63%.
perilaku
pada
kategori
.308)
dengan
Gambaran
perilaku
SD=
Yustiana Amini & Ipah Saripah, Perilaku Prososial Peserta Didik Sekolah Dasar…
Tabel 1. Gambaran Perilaku Prososial Peserta Didik Aspek
N
Berbagi
Rerata
Std. Deviasi
Kategori
67
0,36
Sedang
1,88
62
0,39
Sedang
84
1,88
62
0,46
Sedang
Kejujuran
84
1,91
63
0,50
Sedang
Menyumbang
84
1,76
59
0,42
Sedang
Angka
Persentase
84
2,00
Kerjasama
84
Menolong
Pada Tabel 1
dapat dilihat mengenai
berbagi, kerjasama, menolong, kejujuran
gambaran pencapaian aspek perilaku prososial
peserta
didik
secara
dan menyumbang.
umum.
Perilaku prososial peserta didik berada
Menurut Eisenberg (1989), secara umum
pada kategori rendah, artinya peserta
peserta didik
didik cukup mampu menunjukkan dan
berbagi, dan menyenangkan hati orang
menampilkan
lain
berbagi,
perilaku
prososial
bekerjasama,
seperti
yang
biasanya
senang membantu,
relatif
aktif,
ramah,
menolong,
kompeten, asertif, pandai menempatkan
kejujuran dan menyumbang. Seluruh aspek
diri, dan simpatik. Perilaku prososial akan
berada pada kategori sedang, secara
berkembang
berurutan aspek berbagi memiliki skor
perkembangan kognitifnya. Hasil penelitian
rerata cukup tinggi sebesar 2,00 dengan
menunjukkan bahwa peserta didik kelas
rentang 34-67% dari 100%. Tertinggi kedua
tinggi
merupakan aspek kejujuran dengan skor
menampilkan
rerata sebesar 1,91 atau sebesar 63%
berperilaku prososial. Terdapat beberapa
peserta didik cukup dapat menampilkan
faktor
perilaku
aspek
perilaku prososial terhambat, salah satunya
kerjasama dan menolong memiliki skor
adalah lingkungan dan teman sebaya.
rerata sama yaitu sebesar 1,88 denga
Eisenberg & Paul (1989, p. 7) menyatakan
persentase perilaku sebesar 62% dan aspek
peningkatan perilaku prososial pada anak-
terendah
menyumbang
anak dapat memberikan kontribusi pada
dengan skor rerata sebesar 1,76 atau
perbaikan kondisi manusia, masyarakat
sebesar 59% peserta didik sudah cukup
dan kesejahteraan umum.
kejujuran.
adalah
Sedangkan
aspek
seiring
sebagian
yang
besar
dengan
belum
kemampuannya membuat
dapat dalam
perkembangan
menampilkan perilaku menyumbangnya. Dengan demikian, secara umum peserta
Terdapat beberapa faktor yang dapat
didik belum sudah mampu menunjukkan
mempengaruhi perkembangan perilaku
dan menampilkan perilaku prososial pada
prososial seseorang di luar faktor keluarga,
kehidupan
salah satunya adalah teman sebaya. Clark
sehari-hari
seperti
perilaku
& Ladd (2000) mengemukakan bahwa [225]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 2 Oktober 2016
perilaku psrososial peserta didik didik ikut
persahabatan
dipengaruhi
berpengaruhi
sebaya,
oleh
artinya
hubungan anak
teman
yang
memiliki
maka pada
akan
perilaku
lebih prososial
masing-masing individu tersebut.
hubungan teman sebaya yang baik, maka anak tersebut juga relatif memiliki perilaku
Selain dilihat dari kelima aspek, gambaran
prososial yang tinggi. Sejalan dengan
perilaku prososial peserta didik juga dilihat
pendapat Wentzel, McNamara & Caldwell
berdasarkan
(2004, p, 5) yang mengemukakan behwa
masing indikator. Gambaran indikator dari
perilaku prososial anak dipengaruhi oleh
tiap aspek perilaku prososial peserta didik
teman
dijelaskan pada tabel berikut.
dekat,
semakin
baik
kualitas
tiap
aspek
dari
masing-
Tabel 2. Gambaran Indikator Perilaku Prososial Peserta Didik Kelas Tinggi SD Miftahul Iman Tahun Ajaran 2015/2016 Aspek
Mean
Indikator Memberi dalam bentuk materi
Berbagi
dengan teman Memberi dan menerima dalam bentuk perasaan dengan teman Mampu
berkontribusi
Kerjasama
dalam
menyelesaikan
dalam
kelompok
bermain Memberikan
bantuan
tanpa
diminta Memberi bantuan pada orang yang tidak dikenal Mengatakan
Kejujuran
sesuatu
tanpa
mengada-ada Tidak berbuat curang dengan orang lain.
Menyumbang
%
Deviasi
2,00
67%
0,45
Sedang
1,95
65%
0,46
Sedang
1,91
64%
0,42
Sedang
1,83
61%
0,48
Sedang
1,93
64%
0,51
Sedang
1,79
59%
0,46
Sedang
2,02
67%
0,51
Sedang
1,74
58%
0,60
Sedang
1,76
59%
0,42
Sedang
tugas belajar Berkontribusi
Menolong
Kategori
Angka
secara
bersama-sama dan bertanggung jawab
Std.
Bersedia memberikan sebagian barang yang dimilikinya untuk orang
yang
membutuhkan
(dalam bentuk beramal)
[226]
Yustiana Amini & Ipah Saripah, Perilaku Prososial Peserta Didik Sekolah Dasar…
Dari semua indikator yang berada pada
persentase kemampuan prososial sebesar
kategori
64%.
sedang
persentase
sebesar
dengan
rentang
34-67%,
indikator
tertinggi pertama adalah mengatakan
Indikator selanjutnya yaitu berkontribusi
sesuatu tanpa mengada-ada (M=2,02.,
dalam kelompok bermain memiliki nilai
SD=0.51), dan memberi dalam bentuk
rerata
materi pada orang lain (M=2,00., SD=0.45)
kemampuan
yang persentase kemampuannya sebesar
untuk indikator rendah lainnya adalah
67%. Indikator tertinggi kedua merupakan
indikator memberi bantuan pada orang
indikator memberi dan menerima dalam
yang tidak dikenal (M=1,79., SD=0.46) dan
bentuk
SD=0.46)
indikator bersedia memberikan sebagian
dengan persentase kemampuan sebesar
barang yang dimilikinya untuk orang yang
65%. Indikator selanjutnya adalah mampu
membutuhkan (dalam bentuk beramal)
berkontribusi secara bersama-sama dan
(M=1,76.,
bertanggung jawab dalam menyelesaikan
kemampuan
tugas belajar (M=1,91., SD=0.42) dengan
sebesar 59%. Indikator terendah adalah
persentase
64%.
tidak berbuat curang dengan orang lain
Kemudian indikator memberikan bantuan
(M=1,74 dan SD=0.60) dengan persentase
tanpa diminta (M=1,93., SD=0.51) memiliki
sebesar 58%.
perasaan
(M=1,95.,
kemampuan
sebesar
1,83
dengan sebesar
SD=0.42)
61%.
dengan
kedua
persentase Sedangkan
persentase
indikator
tersebut
PERILAKU PROSOSIAL 2.5
Axis Title
2 1.5 1 0.5 0
laki-laki perempuan
Berbagi
Kerjasama
Menolong
Kejujuran
Menyumb ang
2.01
1.83
1.79
1.81
1.68
2
1.96
2.03
2.05
1.89
Grafik 1. Gambaran Perilaku Prososial Berdasarkan Perbedaan Jenis Kelamin Dari hasil uji beda kelima aspek perilaku
perilaku prososial peserta didik perempuan
prososial pada peserta didik perempuan
dan
dan
menunjukkan
peserta
didik
laki-laki
terdapat
peserta
didik bahwa
laki-laki. peserta
Hal
ini didik
perbedaan dengan nilai sebesar Sig.(2-
perempuan lebih menunjukkan perilaku
Tailed) 0.020 < 0.05, maka 𝐻1 diterima
prososialnya daripada laki-laki. Perbedaan
artinya
tersebut tidaklah terlalu signifikan karena
terdapat
perbedaan
antara [227]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 2 Oktober 2016
pada
dasarnya
perempuan
setiap
dan
individu,
laki-laki,
baik
serta
memiliki
keterlibatan
diperlukan
teman
untuk
sebaya
mengembangkan
kesempatan yang sama dalam melakukan
kognitifnya dan membantu anak untuk
perilaku prososial. Skor rata-rata perilaku
terlibat aktif dalam kehidupan sosial (Hine,
prososial peserta didik perempuan adalah
2013, p, 17). Studi meta-analisis yang
sebesar
persentase
dilakukan oleh Eisenberg & Fabes (1998)
kemampuan prososial sebesar 67% dan
menyebutkan bahwa terdapat stereotip
skor rata-rata perilaku prososial peserta
yang berkembang di masyarakat yang
didik
menunjukkan perempuan lebih prososial
2,00
laki-laki
dengan
adalah
1,83
dengan
persentase sebesar 61%.
daripada laki-laki. Perempuan dipandang lebih menunjukkan perilaku prososialnya
Secara umum berdasarkan hasil yang
melalui perasaan-perasaan dan bentuk
didapat
perhatian kepada orang lain, sedangkan
bahwa
skor
rerata
perilaku
prososial pada dua kelompok sampel
laki-laki
lebih
menunjukkan
menunjukkan perilaku prososial peserta
prososialnya
didik perempuan cenderung lebih tinggi
menolong secara langsung (Eisenberg &
daripada peserta didik laki-laki kelas tinggi
Mussen, 1989).
dalam
perilaku
bentuk
nyata
SD Miftahul Iman Tahun Ajaran 2015/2016. Jika dilihat dari signifikansi pada perilaku
Anak laki-laki cenderung lebih agresif dan
prososial peserta didik perempuan dan
lebih aktif dengan melakukan kegiatan
peserta
yang
didik
laki-laki
tidak
terlihat
perbedaan yang signifikan.
berhubungan
dengan
fisik
sedangkan anak perempuan cenderung lebih emosional, kooperatif dan bersifat
Beberapa studi menunjukkan bahwa anak
membantu
perempuan terlihat lebih menunjukkan
penilaian
perilaku prososialnya daripada anak laki-
evaluasi diri (Cook & Cook, 2009, p, 362).
laki, namun tidak terlalu signifikan. Stereotip
Anak perempuan juga cenderung untuk
gender
menacari
yang
beredar
di
masyarakat
karena dari
dan
sering
menerima
dan
melakukan
orang
menerima
bantuan
adalah bahwa anak perempuan lebih
daripada anak laki-laki, studi menunjukkan
altruistik
perempuan
bahwa anak perempuan lebih mudah
cenderung lebih menunjukkan perilaku
dipengaruhi dibandingkan anak laki-laki
prososialnya
(Eisenberg & Fabes, 1998). Serbin et, al.
sehingga
(Eisenberg Lingkungan
&
anak
daripada
anak
Mussen,
1989,
sosial
p,
58).
(1994)
menyebutkan
bahwa
saat
cukup
mencoba untuk memengaruhi orang lain,
kontribusinya dalam memberi pengaruh
anak laki-laki cenderung menggunakan
terhadap perkembangan perilaku anak,
ancaman dan kekuatan fisik, sedangkan
terutama
anak
dalam
memberikan
laki-laki
melakukan
perilaku
prososial. Ajaran dari orang tua dan guru [228]
perempuan
cenderung
Yustiana Amini & Ipah Saripah, Perilaku Prososial Peserta Didik Sekolah Dasar…
menggunakan persuasi
lisan (Cook &
menampilkan dan menunjukkan perilaku
Cook, 2009).
prososialnya dan memerlukan bantuan untuk
Perbedaan
perilaku
perempuan
dan
prososial
meningkatkan
dan
antara
mengembangkan kemampuannya dalam
terus
berperilaku prososial; dan 2) terdapat
berkembang dan akan meningkat seiring
perbedaan perilaku prososial pada peserta
dengan
didik perempuan dengan peserta didik
laki-laki
bertambah
akan usia
dan
perkembangan kognitifnya. Eisenberg &
laki-laki.
Peserta
didik
perempuan
Fabes (1998) menyatakan sedikit terjadinya
cenderung lebih menunjukkan perilaku
perbedaan antara perempuan dan laki-
prososialnya daripada peserta didik laki-
laki pada usia anak-anak, namun pada
laki. Perbedaan perilaku prososial tersebut
usia remaja perbedaan tersebut akan
tidaklah signifikan terjadi, oleh karena itu
terlihat cukup signifikan.
baik peserta didik perempuan maupun peserta didik laki-laki sama-sama memiliki
Secara keseluruhan dari hasil penelitian,
kesempatan untuk menunjukkan perilaku
perbandingan
prososialnya.
prososial
skor
peserta
tingkat
didik
perilaku
laki-laki
dan
perempuan kelas tinggi di SD Miftahul Iman
REFERENSI
dengan
Baron, R. A., dan Byrne, D., (2005). Psikologi sosial jilid 2 (edisi 10). Jakarta: Erlangga.
menggunakan
menunjukkan
hasil
bahwa
uji
T-test terdapat
perbedaan yang tidak terlalu signifikan
Clark, K. E., & Ladd, G. W. (2000). Connectedness and autonomy support in parent-child relationships: Links to children's socioemotional orientation and peer relationships. Developmental Psychology, 36, 485–498.
antara perilaku prososial peserta didik perempuan dan laki-laki di SD Miftahul Iman. Hal tersebut memungkinkan bahwa faktor perbedaan jenis kelamin tidak terlalu
Cook, J. L & Cook, G. (2009). Child Development Principles and Perspectives. P: 362-365.
berpengaruh terhadap perilaku prososial peserta didik, khususnya peserta didik di kelas tinggi SD Miftahul Iman.
Dayakisni, T. dan Hudaniah. (2009). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.
SIMPULAN Berdasarkan
hasil
penelitian
Eisenberg, N., & Fabes, R.A.(1998). Prosocial Development. In W. Damon, (Ed.), Handbook of child psychology: Social, emotional, and personality development (Vol. 3, pp. 701–778). New York: Wiley.
dan
pembahasan mengenai perilaku prososial peserta didik kelas tinggi SD Miftahul Iman, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) pada umumnya perilaku prososial pada
Einsberg, N., & Mussen, P. H. (1989). The roots of prosocial behavior in children. Ney York: Cambridge University Press.
peserta didik kelas tinggi SD Miftahul Iman Bandung berada pada kategori sedang.
Hine, B. A. (2013). Investigating the Developing Relationship Between
Artinya peserta didik sudah cukup mampu [229]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 2 Oktober 2016
Gender and Prosocial Behavior. Psychology Press: University of London. Kartono, K. (2003). Kamus Bandung: Pionir Jaya.
psikologi.
Suhandani, D., & Julia, J. (2014). IDENTIFICATION OF TEACHER COMPETENCE REFLECTING TEACHER PROFESSIONALISM IN THE SUMEDANG DISTRICT (STUDY ON PEDAGOGICAL COMPETENCE). Mimbar Sekolah Dasar, 1(2), 128-141. doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbarsd.v1i2.874. Wentzel, K. R., McNamara, B. C., & Caldwell, K. A. (2004). Friendships in middle school: influences on motivation and school adjustment. Journal of Education Psychology, 96(2), 195–203.
[230]