PERSEPSI HARGA, PERSEPSI MEREK, PERSEPSI NILAI, DAN KEINGINAN

Download Abstrak: Persepsi harga dan merek memiliki pengaruh terhadap keinginan pembelian ulang dimediasi oleh persepsi nilai ... Equation Modelling...

2 downloads 796 Views 392KB Size
Jurnal Manajemen Pemasaran, Vol. 7, No. 1, April 2012 ISSN 1907-235X

doi: 10.9744/pemasaran.7.4.25-32

PERSEPSI HARGA, PERSEPSI MEREK, PERSEPSI NILAI, DAN KEINGINAN PEMBELIAN ULANG JASA CLINIC KESEHATAN (STUDI KASUS ERHA CLINIC SURABAYA) Ike Kusdyah STIE Asia Malang Email: [email protected] Abstrak: Persepsi harga dan merek memiliki pengaruh terhadap keinginan pembelian ulang dimediasi oleh persepsi nilai yang diperoleh konsumen. Hasil penelitian terhadap 112 responden wanita dengan menggunakan analisa Structural Equation Modelling (SEM) diperoleh hasil bahwa: (1) Persepsi harga berpengaruh positif terhadap persepsi nilai; (2) Persepsi merek berpengaruh positif terhadap persepsi nilai; (3) Persepsi harga tidak berpengaruh terhadap keinginan pembelian ulang; (4) Persepsi merek tidak berpengaruh terhadap keinginan pembelian ulang; (5) Persepsi nilai berpengaruh positif terhadap keinginan pembelian ulang. Kata kunci: Customer behavior, persepsi harga, persepsi merek, perceived value, intens to repurchase, Structural Equation Modeling (SEM). Abstract: Price and brand perception has an influence on intents to repurchase mediated by perceived value. The results of the analysis of 112 women respondents using Structural Equation Modelling (SEM) obtained results that: (1) positive effect on price perception of perceived value, (2) positive effect on brand perception of perceived value, (3) perceptions of the price effect the desire repeat purchases, (4) does not affect the perception of the brand re-purchase desire; (5) Perceived value has a positive effect on repeat purchase desire. Keywords: Price and brand perception, perceived value, intents to repurchase, Structural Equation Modeling (SEM)

semua situasi pembelian. Harga juga merupakan salah satu isyarat yang digunakan konsumen dalam proses persepsi, dimana harga akan mempengaruhi penilaian konsumen tentang suatu produk (Ridgway & Netemeyer, 1993). Sedangkan peranan merek adalah merek bukan hanya sebuah simbol, namun merek dapat juga memberikan arti bahwa produk tersebut mempunyai nilai tertentu (Pepadri, 2002). Persepsi harga dan persepsi merek akan berpengaruh pada perceived value yang nantinya menimbulkan intens to repurchase konsumen (Agarwal & Teas, 2002).

PENDAHULUAN Perawatan kulit dan wajah merupakan salahsatu kebutuhan utama wanita modern yang akan menunjang aktivitasnya. Kebutuhan ini begitu diperhatikan oleh perusahaan jasa layanan perawatan kesehatan dan kecantikan kulit, sehingga bermunculan berbagai usaha klinik perawatan kulit dan wajah, terutama di kota-kota besar. Bertumbuhnya usaha ini, memberikan peluang untuk bertambahnya jumlah klinik kesehatan, yang menyebabkan persaingan antar perusahaan dalam memperebutkan jumlah konsumen (Sukotjo & Radix, 2010). Persaingan yang makin ketat, mengharuskan perusahaan tetap menjaga keberlangsungannya, dengan cara mempertahankan pelanggannya. Hal ini dapat dilakukan dengan menanamkan persepsi subyektif kepada konsumen saat pengkonsumsian barang atau jasa hingga konsumen berminat untuk melakukan pembelian ulang (Musaddad, 2011). Klinik kecantikan merupakan perusahaan yang menggabungkan jasa dan produk dalam berproses. Pemilihan sebuah klinik kecantikan sebagai tempat perawatan kesehatan dan kecantikan kulit banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya persepsi harga dan persepsi merek (Agarwal & Teas, 2002). Harga menjadi salah satu isyarat paling dominan dalam pemasaran, hal tersebut karena harga ada pada

KAJIAN TEORITIS Price perception berkaitan dengan bagaimana informasi harga dipahami seutuhnya dan memberikan makna yang dalam oleh konsumen. Persepsi harga menjadi sebuah penilaian konsumen tentang perbandingan besarnya pengorbanan dengan apa yang akan didapatkan dari produk dan jasa (Zeithaml, 1988). Merek memainkan peranan yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan konsumen. Sangat penting bagi perusahaan untuk mengetahui proses pengambilan keputusan konsumen dan mengidentifikasi kondisi dalam proses tersebut (Cravens & Nigel, 2003). Peranan merek terhadap kualitas produk atau jasa adalah merek bukan hanya sebuah simbol, namun merek dapat juga memberikan 25

26

JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 7, NO. 1, April 2012: 25-32

seperti gambar 1.

H3 arti bahwa produk tersebut mempunyai nilai atau Persepsi kualitas tertentu (Pepadri, 2002). Merek adalah Harga (X1) sebuah nama atau simbol yang diasosiasikan dengan suatu produk atau jasa dan menimbulkan arti psikoH1 Intents to Persepsi logis atau asosiasi. Merek bukan hanya apa yang H5 Repurchase Nilai (Y1) tercetak di dalam sebuah produk atau kemasannya, (Y2) H2 tetapi apa yang ada di benak konsumen dan bagaimana konsumen mengasosiasikannya. Pada perkemPersepsi bangan selanjutnya merek adalah sebuah nama yang Merek (X2) dianggap mewakili sebuah obyek, dianggap sebagai H4 sebuah simbol kemudian menjadi image. Pada akhirnya merek bukan apa yang dibuat di pabrik, Gambar 1. Kerangka Konseptual Persepsi harga danPersepsi Persepsi Merek terhadap Gambar 1. Kerangka Konseptual harga dan Intens to terhadap Repurchase melalui Perceived Value tercetak di sebuah kemasan atau apa yang diinginkan Persepsi Merek Intens to Repurchase melalui oleh pemasar, tetapi apa yang ada di dalam pikiran Perceived Value konsumen (Susanto, 2008). Sebuah nilai dianggap Berdasarkan kerangka konseptual dan kajian sebagai bukan nilai kecuali apabila hal itu telah dirasakan menjadi satu. Tidak peduli seberapa nyata pustakan yang dipaparkan di atas kemudian dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut: sebuah nilai akan dianggap bukan nilai hingga nilai telah dirasakan (Bono & Heller, 2006). Perceived H1: Persepsi harga berpengaruh terhadap perceived value value didasarkan pada evaluasi konsumen terhadap H : produk dan jasa. Konsumen menekankan bahwa 2 Persepsi merek berpengaruh terhadap perceived value keuntungan yang diterima dari suatu produk atau jasa merupakan komponen yang terpenting dalam value. H3: Persepsi harga berpengaruh terhadap intens to repurchase Value juga merupakan kualitas yang diterima konsumen sesuai dengan harga yang dibayarkan H4: Persepsi merek berpengaruh terhadap intens to repurchase (Zeithaml, 1988). Minat konsumen adalah keinginan H5: Perceived value berpengaruh terhadap intens to yang timbul dari proses pengaktifan ingatan sebagai repurchase sebuah rencana yang tersimpan. Keinginan konsumen untuk membeli ulang suatu produk didasarkan pada kepercayaan dan nilai yang berkaitan dengan tindakan METODE PENELITIAN membeli atau menggunakan produk tersebut. Minat Populasi dalam penelitian ini adalah semua beli ulang merupakan bagian dari perilaku pembelian konsumen Erha Clinic yang mengkonsumsi layanan. konsumen di mana kesesuaian antara performa dari produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan meng- Dalam hal ini jumlah populasi Erha Clinic Surabaya hasilkan minat konsumen untuk mengkonsumsinya adalah infinite, karena jumlahnya tidak dapat lagi di masa akan datang. Hal ini didukung oleh diketahui dengan pasti atau tidak terbatas. Karena pernyataan Anoraga (2000) bahwa minat beli ulang jumlah konsumen yang tidak terbatas maka tidak merupakan minat pembelian yang didasarkan atas semua populasi diteliti, hanya sebagian yang pengalaman pembelian yang telah dilakukan di masa dijadikan sampel. Sampel yang dimaksud adalah konsumen wanita yang pernah mengunjungi Erha lalu. Clinic Surabaya dan melakukan satu kali pembelian KERANGKA HIPOTESIS PENELITIAN dan berusia di atas 17 tahun. Besaran sampel yang digunakan berpedoman jumlah data yang akan Penerapan intents to repurchase menurut Agardigunakan dalam model analisis Structural Equation wal & Teas (2002) terdiri dari tiga isyarat eksrinsik Modeling (SEM). Ukuran sampel yang disarankan yaitu pesepsi harga, persepsi merek dan persepsi nama toko. Dalam penelitian ini dipilih persepsi harga dalam Structural Equation Modelling (SEM) adalah dan persepsi merek karena disesuaikan dengan obyek sebanyak 100 atau lebih (Hair et al., 1998). Penelitian penelitian yaitu Erha Clinic Surabaya di mana merek ini menggunakan 16 indikator sehingga diperlukan jumlah sampel minimum 5 x 16 = 80, dan ukuran dan nama toko tidak berbeda dalam obyek penelitian tersebut. Persepsi harga dan persepsi merek ber- sampel maksimum 10 x 16 = 160. Berdasarkan aturan pengaruh terhadap perceived value kemudian ber- di tersebut bila menggunakan sampel minimum 80 maka belum memenuhi syarat sehingga dipilih pengaruh terhadap intents to repurchase. Dari uraian di atas maka kerangka konsep sampel 7 x 16 yaitu sebesar 112 dalam penelitian ini penelitian ini dapat digambarkan seperti Gambar 1. sudah memenuhi.

Kusdyah: Persepsi Harga, Persepsi Merek, Persepsi Nilai, dan Keinginan Pembelian Ulang Jasa Clinic Kesehatan

27

Persepsi harga (X1) menjadi penilaian kon- (endogen). Structural Equation Modelling (SEM) sumen mengenai informasi harga yang diperoleh serta merupakan model yang tepat untuk menyelesaikan perbandingan besarnya pengorbanan konsumen model penelitian ini disebabkan dapat menampung berupa uang dengan apa yang akan didapatkan pemasalahan lebih dari persamaan (multi equation) konsumen dari produk/jasa yang ditawarkan. Maka dan input data berupa observable ataupun unobserindikator yang diukur adalah: 1) harga terjangkau, 2) vable variable. Data dianalisis dengan menggunakan sesuai layanan yang akan diterima, 3) sesuai fasilitas SEM (Structural Equation Modeling) program yang akan diterima, 4) lebih murah dari pesaing. LISREL 8.50 yang memberikan gambaran yang jelas Persepsi merek (X2) merujuk pada persepsi kon- antara konstruk penelitian. Dengan menggunakan sumen terhadap nama atau simbol yang diasosiasikan model persamaan struktural dari LISREL 8.50 akan dengan suatu produk/jasa dan menimbulkan arti diperoleh indikator-indikator model yang fit. Dalam psikologis. Merek memberikan arti bahwa produk diagram alur hubungan antar konstruk ditunjukkan dan jasa mempunyai nilai atau kualitas tertentu bagi melalui anak panah seperti yang ditunjukkan dalam konsumen. Indikator yang akan diukur: 1) bangga, 2) Gambar 2. seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2. prestige, 3) rasa aman, 4) kualitas layanan/ produk tinggi. Persepsi Nilai (Y1) merujuk pada evaluasi Persepsi konsumen terhadap produk dan jasa. Konsumen Harga (X1) menekankan bahwa keuntungan yang diterima dari suatu produk atau jasa merupakan komponen yang terpenting dalam value serta merupakan kualitas yang Intents to Persepsi Repurchase Nilai (Y1) diterima konsumen sesuai dengan harga yang (Y2) dibayarkan. Indikator empiriknya: 1) nilai tambah, 2) produk/layanan bermanfaat, 3) hasil sesuai harga, 4) Persepsi kualitas produk/layanan sesuai harga. Intens to Merek (X2) repurchase (Y2) merujuk kepada minat pembelian konsumen berdasarkan pengalaman, nilai yang Gambar 2. Model Struktural Persepsi Harga, Persepsi Merek, Perswepsi Nilai didapat, kepercayaan serta penilaian pembelian yang Gambar 2. Model Struktural Persepsi Harga, Persepsi telah dilakukan dimasa lalu. Indikator empiriknya: 1) Merek, Persepsi Nilai dan Intents to Repurchase percaya untuk menggunakan obat kecantikan di masa mendatang, 2) merasa nyaman jika menggunakan PEMBAHASAN ulang jasa kecantikan, 3) merasa yakin untuk konsisErha Clinic memberikan layanan di bidang tensi pelayanan jasa klinik, 4) akan menggunakan jasa Cosmetic Dermatology yang meliputi Rejuvenation klinic kembali. Prosedur pengambilan data penelitian dilakukan Center, Anti Acne Center, Hair Center dan Body melalui pembagian kuesioner untuk mendapatkan Center dan General Dermatology (kasus kulit umum) yang meliputi Children's Skin Center (kasus kulit persepsi konsumen terhadap indikator variabel anak), Senior's Skin Center (kasus kulit orang tua) dan penelitian yang digunakan. Pengukuran persepsi ini dilakukan dengan menggunakan skala Likert (skala 1 Special Skin Center. Secara berkesinambungan Erha Labs melakukan pengamatan untuk inovasi yang yang menyatakan persepsi sangat tidak setuju sampai dikembangkan, dan didukung oleh tim dokter dengan skala 5 untuk menyatakan persepsi sangat setuju) terhadap setiap pernyataan dalam kuesioner. spesialis kulit yang tergabung dalam Erha Institute yang merupakan pusat pelatihan dan pengembangan Analisis deskriptif melalui distribusi frekuansi, dapat memberikan informasi secara relatif maupun kumu- lanjutan keilmuan medis dermatologi. Klinic ini merupakan spesialisasi untuk perawatan kulit dan latif terhadap obyek penelitian. Informasi dapat memposisikan sebagai first class dermatology dinyatakan dalam bentuk prosentase (%) atau secara services dalam menjawab kebutuhan kesehatan dan relatif setiap kelas atau kategori, maupun jumlah perawatan kulit masyarakat Indonesia. Klinik ini telah proporsi sampai ke kelas kelompok atau kategori berusaha untuk memberikan kenyamanan maksimal tertentu atau frekuensi kumulatif. Selain itu dapat dan eksklusif bagi setiap pasien, dengan menerapkan ditampilkan mean atau rataan yang merupakan nilai konsep Boutique Clinic. Pelayanan terbaik dengan pemusatan data penelitian, serta standar deviasi yang merupakan ukuran penyimpangan data. Pola hubung- harga yang terjangkau akan memberikan kepuasan pelanggan dan secara konsep akan berpengaruh pada an antar variabel yang diteliti merupakan hubungan minat untuk membeli ulang sebagai salahsatu indikausal atau sebab akibat dari beberapa variabel independen (eksogen) kepada satu variabel dependen cator loyalitas pelanggan.

28

JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 7, NO. 1, April 2012: 25-32

Sampel yang menjadi responden dalam penelitian ini diklasifikasikan berdasarkan pendidikan terakhir, usia, pekerjaan responden, lama menjadi langganan, rata-rata penghasilan setiap bulan dan ratarata pengeluaran dalam sekali kunjungan. Karakteristik sampel ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Responden Pendidikan Terakhir SMA Sederajat Akademi/Diploma Sarjana S1 Pasca sarjana S2/S3 Total Usia 17-25 tahun 26-35 tahun 36-50 tahun > 50 tahun Total Pekerjaan Responden Pelajar/Mahasiswa Pegawai swasta Pegawai negeri Wiraswasta Profesional Lain-lain Total Lama Menjadi Langganan < 6 bulan 6-12 bulan > 12 bulan Total Rata-rata Penghasilan Setiap Bulan < Rp. 2 juta Rp. 2 juta-Rp. 3 juta Rp. 3 juta-Rp. 4 juta Rp. 4 juta-Rp. 5 juta > Rp. 5 juta Total Rata-rata Pengeluaran 1x Kunjungan < Rp. 500 ribu Rp. 500 ribu-Rp. 1 juta Rp. 1 juta- Rp. 1,5 juta Rp. 1,5 juta-Rp. 2 juta > Rp. 2 juta Total

Frekuensi 26 19 62 5 112 Frekuensi 26 33 43 10 112 Frekuensi 19 33 8 33 9 10 112 Frekuensi 48 32 32 112

Persentase 23.2 17 55.4 4.5 100 Persentase 23.2 29.5 38.4 8.9 100 Persentase 17 29.5 7.1 29.5 8 8.9 100 Persentase 42.9 28.6 28.6 100

Frekuensi

Persentase

14 15 24 30 29 112 Frekuensi 40 43 14 10 5 112

12.5 13.4 21.4 26.8 25.9 100 Persentase 35.7 38.4 12.5 8.9 4.5 100

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini adalah wanita yaitu sebanyak 100 orang atau 89.3%. Berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat bahwa paling banyak responden sarjana S1 sebanyak 62 orang atau 55.4%. Berdasarkan usia paling banyak responden berusia 36-50 tahun yaitu sebanyak 43

orang atau 38.4%. Berdasarkan pekerjaan responden paling banyak memiliki pekerjaan wiraswasta dan pegawai swasta masing-masing sebanyak 33 orang atau 29.5%. Berdasarkan lama menjadi langganan paling banyak responden berlangganan kurang dari 6 bulan yaitu sebesar 48 orang atau 42.9%. Berdasarkan rata-rata penghasilan responden setiap bulan paling banyak berpenghasilan 4-5 juta rupiah yaitu sebesar 30 orang atau 26.8%. Berdasarkan rata-rata pengeluaran sekali kunjungan paling banyak 500 ribu-1 juta rupiah yaitu sebesar 43 orang atau 38.4%. Tabel 2. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas Variabel Indikator Persepsi Harga (X1) harga terjangkau sesuai layanan yang akan diterima sesuai fasilitas yang akan diterima lebih murah dari pesaing Alpha Cronbach = 0.750 Persepsi Merek (X2) Bangga Prestige rasa aman kualitas layanan/ produk tinggi Alpha Cronbach = 0.818 Perceived value (Y1) Nilai tambah Produk/layanan bermanfaat Hasil sesuai harga Kualitas produk/ layanan sesuai Alpha Cronbach = 0.884 Intens to Percaya menggunarepurchase (Y2) kan produk Merasa nyaman Merasa yakin Akan menggunakan lagi Alpha Cronbach = 0.862

R

Keterangan

0.595

Valid

0.553

Valid

0.567

Valid

0.488

Valid Reliabel

0.642 0.531 0.720

Valid Valid Valid

0.687

Valid Reliabel

0.52

Valid

0.894 0.773

Valid Valid

0.836

Valid Reliabel

0.775 0.721 0.692

Valid Valid Valid

0.699

Valid Reliabel

Menurut Cooper, Donald & William (1999) validitas digunakan untuk menguji apakah tes yang diukur sudah sesuai dengan apa yang ingin diukur. Suatu poin pertanyaan dinyatakan valid apabila r>0,3. Sedangkan uji reliabilitas menurut Ghozali (2005) berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas instrumen mencirikan tingkat konsistensi.

Kusdyah: Persepsi Harga, Persepsi Merek, Persepsi Nilai, dan Keinginan Pembelian Ulang Jasa Clinic Kesehatan

Uji reliabilitas pada penelitian ini diaplikasi dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha. Variabelvariabel penelitian dikatakan reliabel apabila memiliki Alpha > 0,60. Tabel 2 menyajikan pengujian validitas dan reliabilitas dari variabel persepsi harga (X1), persepsi merek (X2), perceived value (Y1), dan intens to repurchase (Y2). Hasil pengujian validitas dan reliabilitas pada Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai korelasi dari masing-masing indikator untuk setiap variabel laten, r > 0.3 dan nilai Alpha-Cronbach > 0.6. Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel dinyatakan valid dan reliabel. DESKRIPSI VARIABEL PENELITIAN Tanggapan responden terhadap variabel model melalui masing-masing indikatornya, dibuat dalam bentuk distribusi frekuensi. Penilaian responden terhadap indikator variabel dilihat pada Tabel 3. Hasil yang nampak menggambarkan bahwa persepsi harga berada pada kategori baik terutama pada indikator harga sesuai layanan yang akan diterima. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen sebelum mengkonsumsi produk/layanan akan melihat apakah dari segi manfaat layanan dan fasilitas sebanding dengan harga yang akan dibayarkan. Artinya, persepsi konsumen Erha Clinic mengenai harga lebih memandang manfaat yang akan didapatkan daripada harga itu sendiri. Sedangkan dari hasil standar deviasi dapat dilihat bahwa semua indikator nilainya di bawah 1 yang menunjukkan variasi jawaban responden kecil.

Untuk melihat persepsi merek secara keseluruhan klasifikasinya adalah baik. Hal ini disebabkan sebagian besar responden merasa aman terhadap layanan/produk serta menilai bahwa layanan/produk yang ditawarkan oleh Erha Clinic tersebut berkualitas tinggi. Jawaban responden yang paling bervariasi adalah mendapat prestige tinggi dilihat dari standar deviasinya yang paling besar. Penilaian responden terhadap variabel perceived value secara keseluruhan adalah baik. Hal ini disebabkan responden merasakan adanya manfaat dari layanan/produk serta hasil yang diberikan sesuai dengan harga yang dibayarkan. Sedangkan dari hasil standar deviasi dapat dilihat bahwa semua indikator nilainya di bawah 1 yang menunjukkan variasi jawaban responden kecil. Penilaian responden terhadap variabel intens to repurchase secara keseluruhan adalah baik. Hal ini disebabkan oleh rasa percaya responden terhadap layanan/produk Erha Clinic, serta pengalaman baik yang dialami konsumen saat melakukan kunjungan di klinik kecantikan tersebut. Jawaban responden yang paling bervariasi adalah tidak akan memilih klinik kecantikan lain selain Erha Clinic dilihat dari standar deviasinya yang paling besar. Terlihat bahwa loyalitas pelanggan untuk klinik kecantikan sangat bervariasi. ANALISIS MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL (SEM) Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap kesesuaian model melalui telaah terhadap berbagai criteria goodness of fit. Berikut ini beberapa indeks

Tabel 3. Penilaian responden terhadap indikator dari masing-masing variabel Variabel Persepsi Harga (X1)

Total Persepsi Merek (X2)

Total Perceived Value (Y1)

Total Intens to Repurchase (Y2)

Total

29

Indikator Harga terjangkau Sesuai layanan yang akan diterima Sesuai fasilitas yang akan diterima lebih murah dari pesaing Persepsi Harga Bangga Prestige Rasa aman Kualitas layanan/produk tinggi Persepsi Merek Nilai tambah Produk/layanan bermanfaat Hasil sesuai harga Kualitas produk/layanan sesuai harga Perceived Value Percaya menggunakan produk Merasa nyaman Merasa yakin Akan menggunakan lagi Intens to Repurchase

Rataan 3.80 4.06 4.03 3.54 3.85 3.90 3.83 4.04 3.95 3.93 3.47 4.07 3.90 3.86 3.83 4.00 3.38 4.01 3.29 3.67

Std.Deviasi 0.708 0.489 0.561 0.696 0.584 0.599 0.483 0.598 0.722 0.532 0.584 0.598 0.465 0.712 0.704 0.812

Keterangan Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Cukup baik Baik Cukup baik Baik

30

JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 7, NO. 1, April 2012: 25-32

kesesuaian dan cut-off value dan hasil pengujian model (Ferdinand, 2002). Hasil pengujian goodness of fit overall disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa semua criteria menunjukkan model baik kecuali AGFI yang sebesar 0.84 di mana cut-off value ≥ 0.90. Tabel 4. Hasil Pengujian Goodness of Fit Model Struktural Cut-Off Kriteria Hasil Evaluasi Model Value 58.08 < 62.25 Sesuai Chi Square 1.12 ≤ 2.00 Sesuai CMIN/df 0.056 < 0.062 Sesuai RMR 0.26128 ≥ 0.05 Sesuai Probability 0.032 ≤ 0.08 Sesuai RMSEA 0.94 ≥ 0.90 Sesuai GFI 0.84 ≥ 0.90 Marginal AGFI 0.99 ≥ 0.95 Sesuai CFI Tabel 5. Tingkat Signifikansi Hubungan Pengaruh Antar Variabel Hubungan Pengaruh Estimasi t P Value Persepsi harga ke Perceived 0.00076521 Value 0.56 3.46 ** Persepsi Merek ke Perceived 0.049027455 Value 0.25 1.99 * Persepsi harga ke Intens to Repurchase 0.10 1.31 0.192876341 Persepsi merek ke Intens to Repurchase 0.04 0.60 0.549718266 Perceived Value ke Intens to Repurchase 0.84 5.05 1.72845E-06 ** Keterangan:  Sig α = 0.05 ** Sig α = 0.01

Dari Tabel 5 dan Gambar 3 terlihat bahwa terdapat 3 jalur dari 5 jalur memiliki pengaruh yang langsung dan signifikan, sedangkan 2 jalur lainnya memiliki pengaruh yang langsung namun tidak signifikan. Pada penelitian ini terbukti bahwa variabel persepsi harga memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perceived value. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Agarwal & Teas (2002) yang menyatakan bahwa persepsi harga berpengaruh negatif terhadap perceived value. Hal ini disebabkan konsumen Erha Clinic yang mengutamakan kepentingan kesehatan kulit, sehingga dengan persepsi harga yang baik akan memberikan value yang baik pula. Apabila harga sesuai tetapi layanan yang diterima mengecewakan tentu akan memberikan value yang rendah, tetapi bila harga sudah sesuai dengan kemampuan konsumen dan layanan yang didapat juga sesuai maka akan memberikan value yang baik bagi konsumen.

Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa variabel persepsi merek memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perceived value. Artinya persepsi merek mempengaruhi perceived value secara langsung dan bermakna bagi konsumen. Hasil ini sesuai dengan penelitian Agarwal & Teas (2002); Lo, Chang & Chang (2011). Merujuk pada pendapat ini maka dapat dikatakan bahwa penilaian persepsi merek yang paling besar adalah konsumen Erha Clinic merasa aman terhadap layanan/produk yang diberikan, sehingga semakin tinggi rasa aman terhadap layanan/produk maka semakin terbentuk perceived value yang baik. Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa variabel persepsi harga memiliki pengaruh yang positif tidak signifikan terhadap intens to repurchase. Hasil ini berbeda dengan penelitian Agarwal & Teas (2003) yang hasilnya negatif. Konsumen Erha Clinic yang memandang bahwa kesehatan kulit begitu penting. Semakin baik dan sesuai persepsi konsumen Erha Clinic terhadap harga maka berpengaruh terhadap minat pembelian ulang yang baik pula. Hasil yang tidak signifikan berarti bahwa persepsi harga kurang berpengaruh terhadap minat beli ulang. Harga harus dapat memberikan makna yang dalam bagi konsumen, sehingga value yang didapat merupakan hal yang penting daripada harga itu sendiri yang nantinya akan berpengaruh kepada intens to repurchase. Persepsi merek memiliki pengaruh yang positif tidak signifikan terhadap intens to repurchase. Hasil ini sama dengan hasil penelitian Agarwal & Teas (2002) yang menyatakan hasil positif. Hasil tidak signifikan artinya persepsi merek jika dihubungkan secara langsung kurang bermakna terhadap keputusan konsumen untuk melakukan pembelian ulang. Konsumen Erha Clinic lebih melihat kepada manfaat yang akan diterima sehingga dengan kata lain meskipun persepsi merek dalam benak konsumen baik tetapi konsumen lebih menekankan pada hasil yang didapat sehingga meskipun persepsi konsumen terhadap merek tinggi belum tentu membuat konsumen berminat untuk melakukan pembelian ulang. Perceived value memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap intens to repurchase. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian William & Kai-Cheh (2003); Olaru, Purchase & Peterson (2007); Agarwal & Teas (2002). Hal ini menunjukkan bahwa perceived value penting untuk memahami perilaku pembelian konsumen. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa konsumen merasakan suatu value yang berarti sehingga mempengaruhi para konsumen untuk melakukan pembelian ulang. Dengan kata lain semakin tinggi value yang ditasakan oleh konsumen Erha Clinic akan layanan/produk maka minat pembelian ulang akan semakin besar.

Kusdyah: Persepsi Harga, Persepsi Merek, Persepsi Nilai, dan Keinginan Pembelian Ulang Jasa Clinic Kesehatan

31

Keterangan: garis lurus menyatakan jalur yang pengaruhnya signifikan Gambar 3. Diagram Jalur Model Struktural dalam SEM

KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil-hasil penellitian yang telah dijabarkan pada bagian sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: 1. Variabel persepsi harga dan persepsi merek berpengaruh positif signifikan terhadap variabel perceived value. 2. Variabel persepsi harga dan persepsi merek berpengaruh positif tidak signifikan terhadap variabel intens to repurchase. 3. Variabel perceived value berpengaruh positif signifikan terhadap variabel intens to repurchase. Intens to repurchase konsumen Erha Clinic lebih dipengaruhi oleh perceived value daripada persepsi harga dan persepsi merek. DAFTAR PUSTAKA Agarwal, S., Teas, R.K. (2002). Cross-national applicability of a perceived quality model. Journal of Product & Brand Management. Retrieved

February 20, 2012, from http://search.proquest. com/docview/220597755/13570C6A3872A FBA3FF/1?accountid=45762. Anoraga, P. (2000). Manajemen bisnis. Jakarta: PT Rineka Cipta. Bono, E., Heller, R. (2006). Perceived Value: When considering value, perception can be as important as reality. Retrieved February 25, 2012, from http://www.thinkingmanagers.com/management/perceived-value.php. Cooper, Donald R.C., William E. (1999), Metode penelitian bisnis (5th ed.). Jakarta: Erlangga Cravens, D. W., & Nigel F. P. (2003). Strategic Marketing, Prentice Hall of India, New Delhi. Ferdinand, A. (2002). Structural equation modelling dalam penelitian manajemen. Semarang: Universitas Diponegoro. Ghozali, I. (2006). Aplikasi analisis multivariate dengan proses SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Lo, H., C., Chang, H., C., Chang, C., F. (2011). The effect of brand image and traceability certification on consumer’s value perceptions:

32

JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 7, NO. 1, April 2012: 25-32

Mediating role of perceived quality and perceived risk. Retrieved July 3, 2012, from http://www.google.co.id/ Musaddad, M., A. (2011). Pengaruh minat beli ulang terhadap loyalitas konsumen Cimory Yoghurt Drink (Studi kasus CMP Botani Square Bogor). Retrieved May 10, 2012, from https://docs. google.com/viewer?a=v&q=cache:yZDEfuE1 xIkJ:repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/12345 6789/47602/H11mam.pdf Olaru, D., Purchase, S., Peterson, N. (2008). From customer value to repurchase intention and recommendation. Journal of business and industrial marketing, 23(8), 554-565. Pepadri, I. (2002, October). Pricing is the moment of truth: All marketing comes to focus in the pricing decision. Jurnal Usahawan NO. 10 TH XXXI Retrieved March 8, 2012, from http://xa.yimg.com/kq/groups/15493189/321631 88/ name/Pricing+ The+Moment+of+Truth.pdf. Ridgway, N. M., Netemeyer, R. G. (1993). Price perception and consumer shopping behavior: A field study. Journal of Marketing Research, 30 (May), 234-245. Hair Jr., Yoseph F., Rolph E. Anderson, Ronald L. Papham, William Black. 1998. Multivariate Data Analysis, 5th edition, Prentice-Hall, Inc., New Jersey.

Hatane Semuel., Zulkarnain, J. (2011). Pengaruh sistem manajemen mutu ISO terhadap kinerja karyawan melalui budaya kualitas perusahaan (Studi kasus PT. Otsuka Indonesia Malang). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 13(2), 162-176. Sukotjo, H., & Radix, S., (2010, October). Analysis7P Marketing Mix (Product, Price, Promotion, Place, Participant, Process and Physical Evidence) against product purchase decision Teta Beauty Clinic. Journal of economics and business management, 216-228. Retrieved March 1, 2012, from http://puslit2.petra.ac.id/ ejournal/index.php/idei/issue/view/3090. Susanto, A.B. (2006). Merubah Merek, Merubah Persepsi. Retrieved March 8, 2012, from http:// www.jakartaconsulting.com/art-01-13.htm. William, J., Kai-Chieh, H. (2003). Application of perceived value model to identify factors affecting passengers’ repurchase intentions on city bus: A case of the Taipei metropolitan area. Retieved May, 1, 2012, from http://search. proquest.com/docview/212425268/136E907920 C29B25557/1?accountid=45762. Zeithaml, V. A. (1988). Customer perceptions of price, quality and value: A means-end model and synthesis of evidence. Journal of marketing 52: 2-22.