PERSEPSI JURNALIS TERHADAP CITIZEN JOURNALISM (Studi Deskriptif Kuantitatif Persepsi Jurnalis Anggota AJI Kota Medan Terhadap Citizen Journalism) Anindita Marisa Ilham 090904034
ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Persepsi Jurnalis Anggota AJI Kota Medan terhadap Citizen Journalism”. Citizen journalism memungkinkan warga biasa memberitakan, menginformasikan kejadiankejadian dan peristiwa yang terjadi pada lingkungan sekitarnya, dunia jurnalistik kini memiliki ragam baru. Jurnalis profesional dengan citizen journalist mempunyai perbedaan yang mendasar yaitu tidak adanya etika yang mengikat para citizen journalist seperti pada jurnalis profesional dan kepada siapa mereka bekerja untuk membuat informasi kepada publik. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui persepsi jurnalis terhadap citizen journalism dan mengetahui perkembangan citizen journalism. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, yaitu teknik menganalisis dan menggambarkan data yang telah terkumpul. Populasi penelitian ini adalah 78 orang jurnalis yang tergabung dalam Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Medan. Penelitian menggunakan kuesioner dengan 28 pertanyaan untuk pengumpulan data. Data yang didapat kemudian dianalisis melalui tabel tunggal. PENDAHULUAN Pada era digital saat ini jurnalistik dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa harus bekerja pada perusahaan media massa. Masyarakat dapat memberitakan apa saja kejadian yang telah mereka alami maupun meliput kejadian-kejadian yang terjadi disekitar mereka. Masyarakat umum dapat menampilkan karya-karya jurnalistik mereka di berbagai media massa atau media sosial sehingga lahirlah istilah citizen journalism yaitu jurnalisme yang dilakukan warga. Kegiatan jurnalisme warga dalam menyebarluaskan informasi kepada publik bisa saja seperti yang dilakukan oleh jurnalis profesional. Informasi dapat dikemas dalam bentuk tulisan, gambar, foto, dan video yang disebarluaskan pada media massa biasanya internet. Media yang digunakan pewarta warga dapat berupa situs sosial, jejaring sosial, maupun mikroblog. Namun dalam perkembangannya, citizen journalism tercatat semakin berkembang dengan kehadiran blog yang memungkinkan citizen journalist memuat tulisan, foto dan video diblog pribadinya. Dalam perkembangannya citizen journalism mendapat banyak pro dan kontra dari pengamat dan ahli. Mengutip Nugraha (2012: 36) yang menyatakan bahwa tidak dapat disangkal sebagian institusi pers dan jurnalis profesional yang bekerja pada media arus utama masih memandang pesimis citizen journalism sebagai ‘barang yang kurang berguna’. Akan tetapi, sebagian institusi pers menganggap citizen journalism adalah challenge atau tantangan yang harus diperlakukan untuk melengkapi media arus utama. Dengan sendirinya, pewarta warga menjadi bermanfaat dan menjadi pelengkap media arus utama. Salah satu organisasi jurnalis yang cukup besar di Indonesia adalah AJI. Aliansi Jurnalis Independen (AJI) lahir sebagai perlawanan komunitas pers Indonesia terhadap kesewenangwenangan rejim Orde Baru. Mulanya adalah pembredelan Detik, Editor dan Tempo, 21 Juni 1
1994. Dalam sejarahnya AJI mendapat banyak rintangan untuk berdiri sebagai aliansi yang solid. Pada masa Orde Baru, AJI termasuk organisasi yang terlarang sehingga kegiatan jurnalistik dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Melihat dari sejarah tersebut AJI adalah organisasi nonpemerintah yang memperjuangkan hak-hak dan kebebasan pers dalam memberikan informasi kepada rakyat. Atas sejarah AJI tersebut peneliti tertarik meneliti persepsi anggota AJI Kota Medan mengenai kehadiran pewarta warga yang juga memberikan informasi kepada masyarakat lewat karya-karya seperti tulisan, foto atau video layaknya seorang jurnalis profesional. KERANGKA TEORI Komunikasi Komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna (Effendy, 2006: 9). Harold Lasswell mengemukakan paradigmanya tentang ilmu komunikasi dalam karyanya The Sturcuture and Function of communication in Society, mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan : “Who, Says What, In Which Channel, To Whom, With/What Effect?”. Paradigma Lasswell menunjukkan komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yaitu : 1. Who : Komunikator, Source, Sender ; orang yang menyampaikan pesan. 2. Says What : Pesan yang dinyatakan oleh komunikator. 3. In Which Channel : Media ; saluran atau sarana yang mendukung pesan yang disampaikan 4. To Whom : Komunikasi, Receiver, Recipient ; Orang yang menerima pesan. 5. With what Effect : Efek ; dampak sebagai pengaruh pesan. Berdasarkan Paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek. Model lain yang dikenal luas adalah model David K. Berlo. Model yang dikemukakan pada tahun 1960 ini dikenal dengan model SMCR, kepanjangan dari source (sumber), Message (Pesan), Channel (saluran), dan Receiver (Penerima). Sumber adalah pihak yang menciptakan pesan, baik seseorang maupun kelompok. Pesan adalah terjemahan gagasan ke dalam kode simbolik, seperti bahasa atau isyarat; saluran adalah medium yang membawa pesan dan penerima adalah orang yang menjadi sasaran komunikasi. Menurut model Berlo, sumber dan penerima pesan dipengaruhi oleh faktor-faktor: keterampilan berkomunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial, dan budaya. Pesan dikembangkan berdasarkan elemen, struktur, isi, perlakuan, dan kode. Salurannya berhubungan dengan panca indera: melihat, mendengar, menyentuh, membaui, dan merasai (mencicipi). Model ini bersifat organisasional daripada mendeskripsikan proses karena tidak menjelaskan umpan balik (Mulyana, 2007: 162). Khusus mengenai Channel pada S-M-C-R yang berarti saluran, menurut Edward Sappir mengandung dua pengertian, yakni primer dan sekunder. Media sebagai saluran primer adalah lambang, misalnya bahasa, kial (gesture), gambar atau warna yang dipergunakan khusus dalam komunikasi tatap muka. Sedangkan media sekunder adalah media yang berwujud baik media massa. Misalnya surat kabar, televisi atau radio, maupun media non massa misalnya surat, telepon, atau poster. Jadi komunikator pada tatap muka hanya menggunakan satu media saja misalnya bahasa, sednagkan pada komunikasi bermedia seorang komunikator misalnya 2
wartawan atau penyiar radio menggunakan dua media yaitu media primer dan sekunder jelasnya bahasa dan sarana yang digunakan (Effendy, 2003: 254).
Sembilan Elemen Jurnalisme Bill Kovach Bill Kovach Dan Tom Rosenstiel, dalam Sembilan Elemen Jurnalisme (2005), merumuskan sembilan elemen jurnalisme yaitu kebajikan utama jurnalis dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Sembilan elemen jurnalisme itu adalah : 1. Menyampaikan Kebenaran Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran. Keinginan agar informasi merupakan kebenaran adalah elementer 2. Memiliki loyalitas kepada masyarakat loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga. 3. Melakukan verifikasi Intisari jurnalisme adalah sebuah disiplin verifikasi. 4. Memiliki kemandirian terhadap apa yang diliputnya Wartawan harus tetap independen dari pihak yang mereka liput. 5. Memiliki kemandirian untuk memantau kekuasaan Wartawan harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan. 6. Menjadi forum bagi kritik dan kesepakatan publik Jurnalisme harus menghadirkan sebuah forum untuk kritik dan komentar publik. 7. Menyampaikan sesuatu secara menarik dan relevan kepada publik Wartawan harus membuat hal yang penting menjadi menarik dan relevan untuk diketahui publik. 8. Membuat berita secara komprehensif dan proporsional Wartawan harus menjaga berita dalam proporsi dan menjadikannya komprehensif. 9. Memberi keleluasaan wartawan untuk mengikuti hati nurani mereka Wartawan punya kewajiban terhadap hati nurani. Setiap wartawan dari redaksi harus punya rasa etika dan tanggung jawab personal sebuah panduan moral Kesembilan elemen yang dikemukakan oleh Bill Kovach & Tom Rosenstiel tersebut merupakan elemen-emen jurnalisme yang ideal untuk dilakukan bagi jurnalis. Kesembilan elemen ini dapat menjadi acuan bagi citizen journalist ketika terjun kedalam dunia jurnalisme dan memberitakan reportase mereka kepada publik.
PERSEPSI Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita (Mulyana. 2007: 179). Dalam persepsi terdapat 3 komponen utama, yaitu (Sobur, 2003: 446) : 1. Seleksi, adalah proses penyaringan indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit 2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang, interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan 3
pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana. 3. Reaksi, yaitu persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul dimasyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi (Bungin, 2005: 44). Populasi Adapun populasi dalam penelitian ini adalah anggota AJI Kota Medan yang masih terdaftar hingga tahun 2013. Anggota AJI Kota Medan yang terdaftar hingga Januari 2013 berjumlah 84 orang yang terdiri dari 13 orang jurnalis wanita dan 71 orang jurnalis pria. Sampel Sampel dapat didefinisikan sebagai sebagian anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi (Martono,2010:66). Dalam penelitian ini digunakan sampel total, yaitu keseluruhan populasi merangkap sebagai sampel penelitian (Bungin, 2005: 111). Namun dalam populasi ditemukan 3 orang bekerja tidak sebagai jurnalis yaitu sebagai desain grafis dan layouter serta 3 orang yang sulit dijangkau oleh karena keterbatasan waktu dan tempat sehingga sampel dalam penelitian ini menjadi 78 orang. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian Lapangan Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang meliputi kegiatan survei di lokasi penelitin dan pengumpulan data dari responeden melalui kuesioner. 2. Penelitian Kepustakaan Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan untuk mendukung penelitian. Dalam hal ini, penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku, majalah, surat kabar, jurnal, internet dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian. Jadwal waktu pelaksanaan penelitian adalah Februari 2013 hingga selesai
4
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang dilakukan adalah analisis tabel tunggal yaitu suatu analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi dan presentase. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari dua kolom, sejumlah frekuensi dan presentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 2006: 226). Data-data yang terkumpul diproses sesuai dengan tahapantahapan yang telah ditetapkan, kemudian ditabulasi dan dianalisis. Selanjutnya peneliti akan melakukan pembahasan dan menginterpretasikannya HASIL Jurnalis AJI kota Medan menyadari fungsi warga yang kini dapat ikut berperan dalam memberitakan kejadian-kejadian dan peristiwa di sekitar mereka, hal ini dpat diketahui melalui hasil penelitian bahwa mayoritas responden setuju citizen journalism adalah jurnalisme yang dilakukan oleh warga. Dalam penelitian ini 32% Jurnalis AJI kota Medan berpendapat kurang setuju jika citizen journalism saat ini dapat menyamai karya jurnalis profesional, namun begitu dalam suatu pernyataan responden ada beberapa karya yang bagus bahkan dapat melebihi karya jurnalis professional. Sebanyak 67,9% Jurnalis AJI Kota Medan setuju bahwa citizen journalism dapat menjadi alat publikasi aspirasi masyarakat. Salah satu fungsi media massa adalah sebagai kontrol social, Dalam penelitian ini 57,6% jurnalis AJI Kota Medan setuju bahwa citizen journalism juga dapat melakukan fungsi kontrol sosial. Jurnalis merupakan profesi yang memiliki kode etik dalam melakukan pekerjaannya mencari, meliput informasi, menulis berita dan menyiarkannya. Dalam penelitian ini 32% mayoritas jurnalis AJI Kota Medan kurang setuju jika citizen journalist dapat memenuhi kode etik jurnalistik, hal ini senada dengan jurnalis yang benar-benar tidak setuju bahwa citizen journalism dapat memenuhi kode etik jurnalistik. Persepsi jurnalis yakni anggota AJI kota Medan cukup baik terhadap citizen journalism, Hal ini dapat diketahui dari hasil analisis bahwa jurnalis menyukai adanya keberadaan citizen journalism. Motif dalam mengakses citizen journalis dalam penelitian ini ditemukan 51,2% jurnalis AJI Kota Medan kurang setuju mengakses citizen journalism untuk memenuhi kebutuhan hiburan. Sebanyak 76,9% jurnalis AJI Kota Medan setuju mengakses citizen journalism untuk mendapatkan informasi dan 65,3% jurnalis setuju citizen journalism dapat memberikan pembelajaran kepada mereka. Mayoritas jurnalis AJI Kota Medan mengakses citizen journalism untuk mendapatkan informasi. Pekerjaan jurnalis AJI kota Medan juga tidak terganggu dengan adanya kehadiran citizen journalism yang kian ramai. Untuk melihat perkembangan citizen journalism dapat dilihat dari kemampuan citizen journalist dalam menyajikan informasi kepada khalayak. Dari hasil analisis ditemukan 53,8% jurnalis AJI Kota Medan memang kurang setuju bahwa citizen journalist kredibel terhadap karya yang dibuatnya. Hal ini karena citizen journalism sering memuat nama anonim atau bukan nama sebenarnya dalam suatu pemberitaan. Sementara untuk netralitas dalam pemberitaan mayoritas jurnalis AJI Kota Medan (48,7%) setuju bahwa citizen journalist sudah netral atau tidak memihak kepentingan tertentu dalam pemberitaannya. Dalam penelitian ini mayoritas jurnalis AJI Kota Medan sebanyak 75,6 % setuju bahwa citizen journalist sudah membuat berita berdasarkan fakta yang ada dilapangan. Sedangkan untuk unsur opini yang dapat masuk dalam sebuah pemberitaan, sebanyak 44,8% jurnalis AJI Kota Medan kurang setuju citizen journalist memberitakan tidak berdasarkan opininya sendiri. Hal ini dikarenakan seringnya ditemui opini 5
reporter masuk kedalam pemberitaan citizen journalism. Dalam penelitian ini mayoritas jurnalis AJI Kota Medan sebanyak 60,2% setuju bahwa citizen journalism sudah memenuhi unsur-unsur 5W+1H. Sebuah informasi yang menarik mengandung nilai berita (news value) dan human interest. Dari hasil analisis 78,2 % jurnalis AJI Kota Medan setuju bahwa citizen journalism sudah memuat berita yang memiliki news value. Sedangkan untuk human interest, sebanyak 71,7% jurnalis AJI Kota Medan setuju citizen journalism memuat berita yang menarik dengan unsur human interest. Aktualitas berita penting agar pembaca mengetahui dengan segera informasi terkini mengenai suatu berita. Dalam penelitian ini ditemukan mayoritas responden sebanyak 64,1% setuju bahwa citizen journalism memuat berita aktual mengenai tema atau isu tertentu. Dalam penelitin ini 35,8% jurnalis AJI Kota Medan kurang setuju citizen journalism memiliki sudut pandang yang banyak dalam pemberitaannya. Sebuah informasi dapat disajikan dari berbagai bentuk seperti artikel,opini,fotografi dan video. Dalam penelitian ini ditemukan 60,2% jurnalis AJI Kota Medan setuju bahwa citizen journalism yang disajikan dalam bentuk artikel menarik, 47,4% jurnalis AJI Kota Medan kurang setuju citizen journalism berbentuk opini menarik, 53,8% responden setuju citizen journalism berbentuk fotografi menarik dan 53,8% setuju citizen journalism berbentuk video menarik. Dapat dikatakan dalam perkembangannya citizen journalism sudah cukup baik bagi jurnalis AJI Kota Medan dilihat dari pemenuhan unsurunsur pemberitaan. Citizen journalism sudah memuat karya yang menarik untuk dikonsumsi. KESIMPULAN Setelah melalui proses analisis data mengenai “persepsi jurnalis AJI Kota Medan Terhadap Citizen Journalism” maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa para persepsi jurnalis AJI Kota Medan terhadap citizen journalism cukup baik. Mayoritas Anggota AJI Kota Medan juga mengganggap Citizen journalism dapat memberikan pembelajaran kepada mereka melalui informasi-informasi yang didapat saat mengakses citizen journalism.. Mayoritas Anggota AJI Kota Medan tidak terganggu dengan kegiatan citizen journalism.. 2. Citizen journalism yang saat ini semakin berkembang sudah membuat berita dengan baik dan menarik. Berdasarkan kesimpulan sebelumnya citizen journalism dapat memberikan informasi dan pembelajaran kepada siapa saja yang mengakses karya citizen journalism termasuk jurnalis profesional. Namun responden menyarankan bahwa citizen journalism saat ini masih perlu dipoles dengan diberikan penataran tentang ilmu jurnalistik. 3. Dalam penelitian ini ditemukan citizen journalist belum dianggap kredibel dalam pemberitaannya namun citizen journalist dianggap sudah mampu memberitakan sebuah informasi secara netral. Menurut beberapa responden AJI Kota Medan Idealnya seorang reporter mencantumkan nama reporter dengan jelas agar kredibilitas pembuat berita dapat dipertanggung jawabkan. Citizen journalism juga sudah memberitakan berdasarkan fakta walaupun dalam pemberitaannya jurnalis AJI Kota Medan kurang setuju citizen journalist memberitakan tidak dengan opininya sendiri, seringnya ditemukan opini citizen journalist dalam sebuah karya merupakan salah satu alasan mengapa jurnalis AJI Kota Medan kurang setuju jika citizen journalist tidak memberitakan berdasarkan opininya sendiri. Hal ini sejalan dengan mayoritas responden yang berpendapat kurang setuju citizen journalism memuat sudut pandang yang banyak dalam pemberitaannya. Menurut wawancara dengan anggota AJI Kota Medan Idealnya seorang jurnalis harus melakukan disiplin verifikasi sehingga memuat pendapat banyak orang yang berkaitan dengan suatu peristiwa. Mayoritas jurnalis AJI Kota Medan setuju citizen journalism memuat berita 6
dengan melengkapi unsur 5W+1H, citizen journalism juga memuat berita dengan news value, human interest dan berita aktual mengenai isu atau tema tertentu dimana dengan pemenuhan unsur tersebut sebuah berita dikatakan lengkap dalam memberikan informasi secara menarik. Saran Responden Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan saran bagi penggiat citizen journalism yaitu: citizen journalist sebaiknya mengikuti pelatihan atau penataran jurnalistik dari jurnalis profesional maupun institusi yang dapat menerangkan ilmu jurnalistik secara baik. Citizen journalism sebaiknya memperhatikan etiket dalam publikasi pemberitaannya. Etiket dalam pemberitaan diperlukan agar tidak ada masyarakat lain yang tersinggung dan merasa ditekan pada pemberitaan yang dibuat oleh citizen journalist. Saran Dalam Kaitan Akademis Dengan adanya penelitian ini diharapkan mahasiswa khususnya dalam bidang komunikasi dapat meneliti dengan penelitian sejenis. Citizen journalism adalah fenomena yang terus berkembang sehingga dengan adanya penelitian berikutnya dengan konsep yang yang lain dapat memperkaya khasanah penelitian komunikasi khususnya bidang jurnalistik. Saran Dalam Kaitan Praktis Dengan adanya penelitian ini diharapkan citizen journalist dapat lebih memperhatikan nilai-nilai jurnalistik dalam kegiatan melaporkan informasinya dan mengikuti pelatihan jurnalistik untuk memperkaya ilmu jurnalistik serta wawasan yang lebih dalam saat menjadi seorang reporter. Dengan mengikuti pelatihan jurnalistik diharapkan citizen journalism dapat menyamai karya jurnalis profesional yang memenuhi standar-standar karya jurnalistik.
7
DAFTAR PUSTAKA Bill Kovach. Tom Resenstiel. (2005). Sembilan Elemen Jurnalisme. Jakarta: Yayasan Pantau Bungin, Burhan. (2005). Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Aditya Bakti.
Citra
______________________. (2006). Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosda Karya Martono, Nanang. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif: Ananlisis isi dan sekunder. Jakarta: Rajawali Pers
Analisis
Mulyana, Deddy. (2007). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Rosdakarya
Remaja
Nugraha,Pepih. (2012). Citizen Journalism: Pandangan, Pemahaman dan Pengalaman. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. (2006). Metode Penelitian Survey. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia. Sobur,Alex. (2004). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
8
data