PERSEPSI PERAWAT MENGENAI CARING PADA PENGELOLAAN

ABSTRAK. Salah satu tanggung jawab perawat adalah melakukan pengelolaan terapi intravena. Tahun 2011 angka kejadian flebitis terjadi sekitar 4, 28% di...

11 downloads 494 Views 186KB Size
PERSEPSI PERAWAT MENGENAI CARING PADA PENGELOLAAN PASCA PEMASANGAN INFUS

1

Ilfa Khairina1Wiwi Mardiah1Dian Adiningsih1 Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Padjadjaran, Bandung Jawa Barat

ABSTRAK Salah satu tanggung jawab perawat adalah melakukan pengelolaan terapi intravena. Tahun 2011 angka kejadian flebitis terjadi sekitar 4, 28% di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam, dan 6,02% di Ruang Rawat Inap Anak. Saat ini perkembangan dari teori-teori caring yang baru adalah mengembangkan pendekatan preventif. Caring adalah inti dari profesi keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang baik bagi klien, dan persepsi adalah salah satu faktor terbentuknya sikap dan perilaku dan juga penginterpretasian individu terdahap sesuatu hal yang diamati. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, dengan tujuan adalah mengetahui persepsi perawat mengenai caring pada pengelolaan pasca pemasangan infus. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dengan modifikasi dari konsep Middle Range Theory of Caring dari Kristen Swanson dan konsep pengelolaan pasca pemasangan infus dari Kozier dan Erb. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana ruang rawat inap yang berjumlah 38 orang.Data diolah menggunakan Skor-T dan distribusi frekuensi yang menunjukkan bahwa sebesar 52,64% perawat pelaksana belum melaksanakan caring saat melakukan pengelolaan pasca pemasangan infus. Diharapkan pihak rumah membuat Standar Operasional Prosedur mengenai pengelolaan pasca pemasangan infus dan menciptakan lingkungan caring bagi staf agar menjadi motivasi yang efektif dalam melaksanakan caring pada pengelolaan pasca pemasangan infus. Kata Kunci

: Caring, pengelolaan pasca pemasangan infus, terapi intravena

ABSTRACT Nurses have a responsibilities for the management of this intravenous theraphy. Unfortunately, local complication and systematic complications usually happen in post-infusion management. In 2011,4,28 % phlebitis is happen in internity ward and 6,02% in children’s ward. Nowadays, focus of caring theory tender to preventive approach. Caring is the essence of the nursing profession that is to prepare a good nursing care for clients. Pperception is one of factors to build attitude, behavior and also individual’s interpretatiton about an object. This study was a decriptive quantitative research, and the aim of the study was to describe caring of nurses on post-infusion management with nurse caring as Ilfa Khairina, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jln. Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang, Telp/ Fax: 0227795596 Email : [email protected] 08987826557 1

variable. The instrument used was a questionnaires with a modification from the concept of Middle Range Theory of Caring by Kristen Swanson and concepts of post-infusion management by Kozier and Erb. Population and samples in this study were the nurses of inpatient ward at RSUD Kota Bandung was totalling 38 peoples. The data in this study was analized using T-scores and frequency distribution and the results is showed that 52, 64% of nurses caring behaviour have not implemented during post-infusion management. The hospital are expected to be to make a Procedural Operational Standard for post-infusion management and create the caring environment for the staff to be an effective motivation to caring behaviour in post-infusion management. Keywords Literatures

: Caring, post-infusion management, intravenous therapy : 49, 1994-2012

PENDAHULUAN Organisasi profesi PPNI dalam pasal 15 ayat (b) menjelaskan Tindakan Keperawatan berdasarkan pada Kebutuhan Dasar Manusia yang merupakan bidang garapan keilmuan keperawatan, termasuk dalam kebutuhan individu memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, diantaranya yaitu melaksanakan pemasangan infus sesuai program medik, memonitor infus yang terpasang, mengganti balutan infus, dan melepas infus (Praptianingsih, 2006). Terapi intravena dilakukan berdasarkan order dokter dan perawat bertanggung jawab dalam pemeliharaan terapi yang dilakukan (Hindley, 2004 ; Sukmawati dkk, 2009). Kozier, et al (2009) menjelaskan tindakan-tindakan memantau infus meliputi mengganti set infus setiap 72 jam sekali, mengganti larutan infus, observasi kecepatan tetesan dan bilik tetes, kepatenan insersi, observasi peralatan

Ilfa Khairina, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jln. Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang, Telp/ Fax: 0227795596 Email : [email protected] 08987826557 2

masih berfungsi dengan baik (tidak terjadi kebocoran), observasi adanya tandatanda infeksi, adanya emboli udara dan tromboemboli pada selang klien. Pemberian cairan melalui infus atau terapi intravena (IV) juga memiliki komplikasi diantaranya flebitis, infiltrasi, emboli udara, emboli dan kerusakan kateter, kelebihan beban sirkulasi, dan reaksi pirogenik (Weinstein, 2001). Pencegahan terhadap komplikasi yang bisa terjadi pada terapi intravena harus diperhatikan oleh perawat. Sebagai perawat di ruangan perawat memberikan pelayanan keperawatan dalam bentuk asuhan keperawatan yang holistik. Witri, dkk (2005) dalam jurnalnya menjelaskan bahwa asuhan keperawatan holistik adalah asuhan keperawatan yang mengembangkan nilai-nilai humanistik dan alturistik. Dalam hal ini caring menjadi penting dalam pelaksanaan asuhan keperawatan holistik. Swanson (1991) dalam Middle Range Theory of Caring mendeskripsikan 5 proses caring menjadi lebih praktis, yaitu (1) “Komponen Mempertahankan Keyakinan”, mengaktualisasikan diri untuk menolong orang lain, mampu menolong orang lain dengan tulus, memberikan ketenangan kepada klien, dan memiliki sikap yang positif, (2) “Komponen Pengetahuan”, memberikan pemahaman klinis tentang kondisi dan situasi klien, melakukan setiap tindakan berdasarkan aturan, dan menghindari terjadinya komplikasi, (3) “Komponen Kebersamaan”, hadir secara emosional dengan orang lain, mampu berbagi dengan klien dengan tulus, dan membangun kepercayaan dengan klien (4) “Komponen Tindakan” yang dilakukan, tindakan terapeutik seperti membuat nyaman, Ilfa Khairina, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jln. Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang, Telp/ Fax: 0227795596 Email : [email protected] 08987826557 3

antisipasi

bahaya,

Memungkinkan”,

dan

intervensi

memberikan

yang

informed

kompeten,

consent

pada

(5)

“Komponen

setiap

tindakan,

memberikan respon yang positif terhadap keluhan klien (Della-Monica, 2008). Penatalaksanaan infus termasuk tindakan yang paling banyak dilakukan di RSUD Kota Bandung. Di Ruang Rawat Inap Anak, Bedah, Penyakit Dalam angka kejadian infeksi pasca pemasangan infus di ruang rawat inap bulan Desember 2007-Februari 2009 bila dirata-ratakan adalah 7, 28 % (Sukmawati, 2009). Berdasarkan studi penelitian di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam pada tanggal 26 Oktober 2011, hasil wawancara dan observasi terhadap 3 dari 4 orang perawat yang dinas pagi, perawat menyatakan jarang mengunjungi klien kecuali jika dipanggil oleh keluarga, biasanya untuk mengganti tabung infus. Perawat pertama menerangkan akan melakukan observasi terhadap keadaan infus seperti memantau jumlah tetesan, emboli di dalam selang, mengkaji bengkak pada klien, kepatenan insersi pada saat kunjungan. Penggantian infus set di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam dilakukan maksimal 4 hari setelah terpasang infus, namun sering tidak diganti sampai klien pulang kecuali jika klien sudah mengalami flebitis. perawat menyatakan jarang memberikan penjelasan tentang keluhan, dukungan, dan keadaan klien kepada keluarga dan klien. Saat ini perkembangan dari teori-teori caring yang baru adalah mengembangkan pendekatan preventif bukan reaktif untuk masalah-masalah kesehatan (Noel, 2010). Tanpa adanya teori caring dalam pendekatan klinis, dunia Ilfa Khairina, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jln. Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang, Telp/ Fax: 0227795596 Email : [email protected] 08987826557 4

keperawatan dan kesehatan akan di dominasi oleh pandangan biomedis, dan akan kehilangan pentingnya menanggapi setiap kebutuhan manusia, dan caring adalah salah satu cara memenuhi kebutuhan dasar manusia (Galvin, 2010). Berdasarkan rumusan diatas maka rumusan masalah penelitian adalah “ Bagaimana persepsi perawat mengenai caring pada pengelolaan pasca pemasangan infus di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Bandung ?”.

METODE PENELITIAN Penelitian

ini

dirancang

menggunakan

desain

deskriptif

dengan

pendekatan kuantitatif. Penelitian bertujuan untuk mengetahui persepsi perawat mengenai caring pada pengelolaan pasca pemasangan infus di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Bandung. Variabel dalam penelitian ini adalah caring perawat pada pengelolaan pasca pemasangan infus. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat pelaksana (total sampling) yang bertugas di Ruangan Rawat Inap Penyakit Dalam, Ruangan Rawat Inap Bedah, dan Ruangan Rawat Inap Anak di RSUD Kota Bandung. Populasi perawat pelaksana di tiga ruangan ini adalalah 38 orang. Pengambilan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling atau sampling jenuh dan sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 38 orang. Instrumen penelitian ini menggunakan skala Likert berbentuk kuesioner untuk mengukur persepsi perawat mengenai caring pada pengelolaan pasca infus

Ilfa Khairina, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jln. Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang, Telp/ Fax: 0227795596 Email : [email protected] 08987826557 5

di Ruang Rawat Penyakit Dalam, Ruang Rawat Bedah, dan Ruang Rawat Anak RSUD Kota Bandung. Instrumen yang digunakan

merupakan modifikasi dari Middle Range

Theory of Caring dari Kristen Swanson yang dideskripsikan dalam 5 proses yaitu

caring

Pengetahuan”,

“Komponen “Komponen

Mempertahankan Kebersamaan”,

Keyakinan”,

“Komponen

“Komponen

Tindakan”,

dan

“Komponen Memungkinkan” yang kemudian diaplikasikan dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang disesuaikan dengan pengelolaan pasca pemasangan infus menurut Kozier and Erb. Pada suatu penelitian, dalam pengumpulan fakta / data diperlukan adanya alat dan cara pengumpulan data yang baik sehingga data yang dikumpulkan merupakan data yang valid, reliable, dan accurate. Pada penelitian ini uji validitas menggunakan Pearson Product Moment dan uji reabilitas menggunakan Alpha Crochbach. Pada tahap pengisian kuesioner, peneliti menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari penelitian kemudian peneliti meminta kesediaan perawat untuk menjadi responden pada penelitian ini. Kuesioner diberikan kepada semua perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap penyakit dalam, ruang rawat inap anak, dan ruang rawat inap bedah. Responden tidak diberi batasan waktu untuk mengisi semua pertanyaan yang ada di kuesioner dan ditunggu oleh peneliti.

Ilfa Khairina, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jln. Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang, Telp/ Fax: 0227795596 Email : [email protected] 08987826557 6

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif (analisis univariat) dari hasil kuesioner. Data yang sudah sesuai dengan subvariabel atau indikatornya kemudian dikelompokkan ke dalam kategori selalu (S), sering (SR), kadangkadang (KD), hampir tidak pernah (HTP), dan tidak pernah (TP). Skor standar yang dilakukan pada setiap responden yang biasa digunakan dalam skala Likert adalah skor T, dengan mean kelompok 143, 05 dan standar deviasi yaitu 8,65. Data kemudian ditabulasikan dan dihitung persentasenya dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi. Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Bandung, di tiga ruang rawat inap yaitu Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam, Ruang Rawat Inap Bedah, dan Ruang Rawat Inap Anak. Penelitian dilakukan pada 14- 19 Mei 2012.

HASIL DAN PEMBAHASAN Data diolah menggunakan analisi univariat untuk melihat persepsi perawat mengenai caring pada pengelolaan pasca pemasangan infus berdasarkan variabel penelitian yaitu pengelolaan pasca pemasangan infus dengan mengkombinasikan 5 proses caring dari Kristen Swanson yaitu “Komponen Memiliki Keyakinan” (Maintaining Belief),

“Komponen Pengetahuan”

(Knowing), “Komponen

Kebersamaan” (Being With), “Komponen Tindakan” (Doing For), dan “Komponen Memungkinkan” (Enabling) dan pengelolaan pasca pemasangan infus dari Kozier dan Erb.

Ilfa Khairina, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jln. Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang, Telp/ Fax: 0227795596 Email : [email protected] 08987826557 7

Tabel Distribusi Frekuensi Persepsi Perawat Mengenai Caring pada Pengelolaan Pasca Pemasangan Infus di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Bandung Kriteria Caring

Frekuensi 18

Tidak Caring

20

Total

38

Persentase 47,36 52,64 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari total responden yang berjumlah 38 orang perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Bandung terdapat 47,36 % atau hampir setengah perawat pelaksana dapat dikategorikan caring saat melakukan pemantauan pasca pemasangan infus dan 52,64 % atau hampir sebagian besar dari responden termasuk pada kategori tidak caring saat melakukan pengelolaan pasca pemasangan infus di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Bandung. Hasil ini menunjukkan bahwa hampir sebagian besar dari responden belum melaksanakan caring pada pengelolaan pasca pemasangan infus di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Bandung. Caring adalah sentral untuk praktek keperawatan karena caring merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien (Muhlisin dan Ichsan, 2008). Pendekatan yang dinamis diperlukan karena setiap responden memiliki karakteristiknya masing-masing. Hal ini juga membutuhkan pendekatan yang Ilfa Khairina, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jln. Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang, Telp/ Fax: 0227795596 Email : [email protected] 08987826557 8

berbeda-beda, tidak sama, karena setiap manusia diciptakan unik. Selain itu, setiap ruang rawat inap memiliki fokus spesifikasi yang berbeda misalnya Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam, Ruang Rawat Inap Bedah, dan Ruang Rawat Inap Anak. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Meril dan Curtis (2009) di dalam Glembocki dan Dunn (2010) tentang persepsi perawat mengenai caring pada 10 keluarga pada unit trauma. Pada penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa menurut responden, perawat yang berperilaku caring adalah (1) perawat yang berpengetahuan, (2) perawat yang memiliki perilaku nonverbal seperti penggunaan nada suara dan kata-kata yang sopan, kontak mata, mendengarkan, dan menghargai mereka secara manusia, (3) perawat yang terampil, menjaga privasi klien dan keluarga, (4) perawat yang tidak tergesa-gesa. Green juga melakukan penelitian pada tahun 2004 mengenai persepsi perawat mengenai perilaku caring dan didapatkan hasil bahwa menurut perawat, perawat yang memiliki perilaku caring adalah (1) perawat yang menghargai kliennya sebagai manusia, (2) perawat yang selalu hadir untuk klien, dan (3) perawat yang profesional, bekerja dengan pengetahuan dan terampil dalam tindakan (Glembocki dan Dunn, 2010). Sejalan dengan Middle Range Theory of Caring dari Kristen Swanson yang memiliki 5 komponen caring yaitu Komponen Mempertahankan Keyakinan, Komponen Pengetahuan, Komponen Kebersamaan, Komponen Tindakan, dan Komponen Memungkinkan. Ilfa Khairina, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jln. Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang, Telp/ Fax: 0227795596 Email : [email protected] 08987826557 9

Pada penelitian ini bisa dilihat mulai dari “Komponen Pengetahuan”, dari 2 pertanyaan yang memiliki nilai paling rendah yaitu “saya mengganti set infus lebih dari 72 jam sejak infus terpasang” dan “setelah memberikan transfusi darah saya tidak mengganti set infus dengan yang baru”. Hal ini cukup mepresentasikan bahwa persepsi perawat mengenai caring pada “Komponen Pengetahuan” dapat dikategorikan tidak caring. Gambaran lain yang bisa dilihat adalah salah satu pernyataan dalam instrumen ”Menurut saya, emboli yang ada pada selang tidak menimbulkan bahaya bagi klien”. Sesuai dengan ciri-ciri caring pada perawat yang dikemukanan oleh Morison dan Burnard (2009) salah satunya cirinya adalah berpengetahuan. Dari pernyataan tersebut, menunjukkan bahwa perawat belum memiliki pengetahuan yang adekuat saat melakukan pengelolaan pasca infus, dengan banyak perawat yang sependapat bahwa emboli tidak menimbulkan bahaya bagi klien. Sesuai dengan analisa data hasil perhitungan bahwa pada “Komponen Pengetahuan” perawat pelaksana Ruang Rawat Inap RSUD Kota Bandung hanya 42,10 % perawat yang mempersepsikan dirinya ke dalam caring. Item “Selalu Hadir” untuk klien yang sebelumnya ada pada penelitian Green pada tahun 2004, pada Middle Range Theory of Caring milik Kristen Swanson merupakan bagian dari “Komponen Kebersamaan”, hal ini dapat dilihat dari pernyataan “Saat keluarga/ klien mengeluh bahwa ada masalah dengan infus klien saya merespon keluhan dengan cepat” yang termasuk pada soal yang memiliki nilai yang rendah. Selanjutnya pada pernyataan “Saya memakai name Ilfa Khairina, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jln. Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang, Telp/ Fax: 0227795596 Email : [email protected] 08987826557 10

tag atau selalu memperkenalkan diri saat melakukan observasi keadaan infus” yang memiliki nilai paling rendah. Dapat dilihat bahwa pada komponen ini persepsi perawat mengenai caring masih cukup rendah dengan persentase hanya 47,36 % perawat yang mempersepsikan perilaku caring. “Komponen Tindakan”, pada penelitian ini bisa dilihat pernyataan “Saat mengganti set infus atau tabung infus saya menutup skerem / tirai klien” dan “Saya tahu kapan saat harus mengganti tabung infus klien kemudian “Saat klien mengeluh bengkak saya melakukan kompres hangat pada daerah tersebut”. Melihat hasil analisa data pada komponen ini pun tidak mendukung untuk dapat dikategorikan caring. Pada studi kualitatif oleh Finch pada tahun 2008 mengenai dampak caring terhadap peningkatan kesehatan dengan responden 14 orang dengan penyakit kronis, didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan kesehatan klien ke arah yang lebih baik, peningkatan fisik dan emosional. Secara fisik klien menjadi lebih nyaman, memiliki pengetahuan yang lebih mengenai status kesehatan mereka, lebih tenang, santai, dan peningkatan pandangan hidup (Glembocki dan Dunn, 2010). Sesuai dengan Komponen Memungkinkan pada Middle Range Theory of Caring menurut Kristen Swanson yang didalammya terdapat beberapa item diantaranya yaitu “Memberikan Dukungan”, “Memberikan informed consent”. Namun pada penelitian ini, hasil analisa data menunjukkan bahwa bagian ini memiliki nilai yang kecil, misalnya pada pernyataan “Bila penggantian lokasi Ilfa Khairina, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jln. Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang, Telp/ Fax: 0227795596 Email : [email protected] 08987826557 11

insersi dibutuhkan saya meminta persetujuan terlebih dahulu”. Disini dapat dilihat bahwa komponen ini belum mendukung persepsi perawat ke arah caring. Persepsi banyak mempengaruhi setiap tindakan seseorang (Ivancevich, 2006). Setiap tindakan individu merupakan gambaran dari sikap dan perilakunya. Dalam membentuk perilaku perawat yang ideal dibutuhkan penilaian yang berkesinambungan agar perilaku-perilaku caring dapat teridentifikasi. Kemudian dalam pembentukan perilaku dapat dilihat seseorang berperilaku caring dalam situasi yang berbeda. Namun, dalam penelitian ini belum terlihat konsistensi perawat dalam melaksanakan caring dalam pengelolaan pasca pemasangan infus. Penilaian

yang

berkesinambungan

akan

memperlihatkan

perilaku

yang

ditunjukkan oleh perawat saat bekerja, dan menunjukkan bahwa perawat selalu menanamkan sikap dan perilaku caring saat melakukan pengelolaan pasca infus. Salah satu cara pembentukan perilaku menurut Bandura (1977) dalam Maulana (2009) adalah penggunaan model yang didasarkan pada Teori Belajar Sosial. Menurutnya, dasar pembentukan dari perilaku dapat ditempuh dengan menggunakan contoh atau model. Lingkungan juga menjadi hal yang berpengaruh saat melakukan pendekatan caring. Lingkungan adalah dimana interaksi transpersonal caring terjadi antara klien dan perawat sedangkan lingkungan caring adalah sesuatu yang menawarkan perkembangan dari potensi yang ada, dan disaat yang sama membiarkan seseorang untuk memilih tindakan yang terbaik bagi dirinya saat itu (Muhlisin dan Ichsan, 2008). Ilfa Khairina, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jln. Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang, Telp/ Fax: 0227795596 Email : [email protected] 08987826557 12

SIMPULAN Hampir sebagian besar (52,64%) perawat pelaksana mempersepsikan perilaku caring pada pengelolaan pasca pemasangan infus ke dalam kategori tidak caring. Berdasarkan 5 komponen caring dari Kristen Swanson didapatkan 4 komponen caring belum dilaksanakan dengan baik oleh perawat sehingga di kategorikan dalam kategori tidak caring yaitu “Komponen Pengetahuan”, “Komponen

Kebersamaan”,

“Komponen

Tindakan”

dan

“Komponen

Memungkinkan” sedangkan satu komponen yang telah dilaksanakan dengan baik oleh perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Bandung yaitu “Komponen Mempertahankan Keyakinan”.

SARAN Bagi pihak rumah sakit diharapkan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan mendapatkan perhatian lebih lanjut dari institusi agar dapat memperhatikan pelaksanaan caring di setiap ruangan rawat inap agar dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dalam aspek yang lebih luas. Salah satunya yaitu dengan cara (1) melakukan pelatihan yang berkala mengenai pengetahuan pengelolaan pasca pemasangan infus untuk meningkatkan pengetahuan perawat (2) membuat Standar Operasional Prosedur untuk tindakan pengelolaan pasca pemasangan infus (3) menciptakan lingkungan caring, seperti menjalin kekerabatan antar staf dan Ilfa Khairina, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jln. Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang, Telp/ Fax: 0227795596 Email : [email protected] 08987826557 13

dengan kepala ruangan, agar lingkungan bekerja menjadi faktor pendukung yang efektif bagi perawat untuk mengaplikasikan perilaku caring pada pengelolaan pasca pemasangan infus. Bagi perawat diharapkan penelitian ini dapat menjadi motivasi awal perawat untuk selalu meningkatkan perilaku caring agar tidak terjadi penurunan nilai terhadap keprofesian perawat. Untuk institusi pendidikan keperawatan diharapkan bisa memulai dan dibangun sejak awal peserta didik belajar mengenai keperawatan sehingga antara nilai-nilai caring dapat disadari sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari dunia keperawatan. Salah satunya dengan cara yaitu dengan dipeloporinya oleh tenaga pendidik agar menjadi role model yang dapat memotivasi dan contoh langsung bagi mahasiswa keperawatan. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian mengenai pelaksanaan caring terhadap tindakan-tindakan klinis lainnya dan meneliti mengenai hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi caring terhadap pemasangan infus dan pengelolaan pasca pemasangan infus.

DAFTAR PUSTAKA Al-Rasyid. 1994. Teknik Peyusunan dan Pemeriksaan Skala. Bandung : Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran Della-Monica, Nola R. 2008. Development and Psichometric Evaluation of The Nurse Caring Patient Scale. Proquest LLC. USA Galvin, Kathleen T. 2010. Revisiting Caring Science. Journal Compilation 2010 British Association of Critical Care Nurses, Nursing in Critical Care 2010 Vol. 15 No. 4 Glembocki dan Dunn. 2010. Building an Organizational Culture of Caring : Caring Perseptions Enhanced with Education. The Journal of Continuing Education in Nursing. Vol 41, No 12, 2010. Ilfa Khairina, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jln. Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang, Telp/ Fax: 0227795596 Email : [email protected] 08987826557 14

Ivancevich, et al. 2006. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Penerbit Erlangga Maulana, Heri. D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC Morison dan Burnard. 2009. Caring and Communicating; Hubungan Interpersonal dalam Keperawatan. Jakarta : EGC Noel, Dianne L. 2010. Occupational Health Nursing Practice Through The Human Caring Lens. AAOHN Journal, January 2010, Vol 58, No. 1 Putra, Aditya W. 2012. Sensasi dan Pesepsi. Available at : http://blog.elearning.unesa.ac.id (diakses 15 Juli 2012) Praptianingsih, Sri. 2006. Kedudukan Hukum Perawat dalam Upaya Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Kozier, et al. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis ; Edisi 5. Jakarta : EGC Muhlisin dan Ichsan. 2008. Aplikasi Model Konseptual Caring dari Jean Watson dalam Asuhan Keperawatan. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 19792697, Vol . 1 No.3 September 2008 :147-150 Sukmawati, dkk. 2009. Gambaran Pelaksanaan Pemasangan Infus yang Dilakukan Perawat di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Kota Bandung. J. Keperawatan Universitas Padjadjaran Volume 11 No. XXI Oktober 2009-Februari 2010: 183-190 Walgito. 2002. Psikologi Sosial; Suatu Pengantar. Yogyakarta Weinstein. 2001. Terapi Intravena. Jakarta : EGC Witri, dkk. 2005. Makna Caring Menurut Perawat di RSAI Bandung. J. Keperawatan Universitas Padjadjaran Volume 7 No. XIII Oktober 2005-Februari 2006: 37-48

Ilfa Khairina, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jln. Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang, Telp/ Fax: 0227795596 Email : [email protected] 08987826557 15