POLA KOMUNIKASI ORANGTUA SINGLE PARENT DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER REMAJA DI RW 01 KELURAHAN KAMPUNG BARU KECAMATAN LUBUK BEGALUNG PADANG
ARTIKEL
INTAN RAHMAH ILFANI NPM.11060097
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2015
1
Parent Communication Pattern of Single Parent In Teenager Character Building At RW 01 District Kampung Baru Region Lubuk Begalung Padang By: Intan Rahmah Ilfani * Gusneli, S.S., M.Pd ** Fuaddillah Putra, M.Pd., Kons. ** Student * Lectures ** Student Guidance and Counseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT This research was background by single parent existence who got busy in to earn living so that lack giving attention to teenager school. The purpose of this research was to describe: (1) Communication pattern stimulus-response which was used by single parent in teenager character building, (2) Communication pattern ABX which was used by single parent in teenager character building and (3) Communication pattern interactional which was used by single parent in teenager character building. The type of this research was descriptive quantity. The research population was all single parent consist 18 respondent. The sample taken technique was total sampling. The sample of this research was all single parent. The measurement tool was questioner. For data analysis was used percentage technique. Based on the research, was gotten that patter of stimulusresponse communication, ABX, and interactional that single parent used in teenager character building was in good category. The result of research was recommended to single parent in order to be able to increase their role in helping teenager character building through good communication pattern based on good character value. Keyword: communication pattern, parent, teenager, character. tertentu, sehingga dengan cara ini sistem dapat disusun, dipelihara, dan diubah. Selanjutnya Merrinhe’s (Harapan dan Ahmad, 2014: 2) mengartikan komunikasi itu adalah si pengirim menyampaikan pesan yang diinginkan kepada si penerima dan menyebabkan terjadinya tanggaan (respons) dari si penerima pesan sebagaimana yang dikehendakinya. Menurut Isti’anah (2010: 4-8) menjadi orangtua merupakan salah satu dari sekian banyak tugas manusia sebagai makhluk sosial. Masa menjadi orangtua merupakan salah satu tahap perkembangan yang dijalani kebanyakan orang dan sifat universal. Keutuhan orangtua (ayah-ibu) dalam sebuah keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan diri. Keluarga yang utuh memberikan peluang yang besar bagi anak untuk membangun kepercayaan terhadap kedua orangtuanya, merupakan unsur esensial dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan diri.
Pendahuluan Berkomunikasi itu tidak mudah, terkadang seseorang dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang lain dan ada seseorang yang mengeluh tidak dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang lain. Apa yang ingin disampaikan tidak dapat dimengerti dengan baik oleh orang lain. Mereka mengeluh tentang kesenjangan komunikasi antara dirinya dan keluarganya, terutama dengan anak-anaknya. Menurut Djamarah (2014: 10) komunikasi adalah hubungan antar dan antara manusia, baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak, komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia. Setiap orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Forsdale (Harapan dan Ahmad, 2014: 2) mengartikan komunikasi sebagai suatu proses memberikan signal menurut aturan
1
2
Keluarga single parent yaitu keluarga tunggal yang hanya terdiri dari ibu atau ayah saja yang disebabkan karena perceraian atau salah satunya meninggal dunia, sehingga seluruh tugas dan tanggungjawab dibebankan kepada yang tinggal (Isti’anah, 2010: 2). Selanjutnya penelitian Saltzer (Irmayantri, 2011: 4) menunjukkan bahwa anak dari orangtua single parent cenderung dinilai kurang baik, secara sosial maupun edukasional dibandingkan anak dari orangtua utuh. Shek (Lestari, 2012: 61) menegaskan bahwa komunikasi orangtua-anak dapat mempengaruhi fungsi keluarga secara keseluruhan dan kesejahteraan psikososial pada diri anak. Selanjutnya menurut Clark dan Shileds (Lestari, 2012: 61) komunikasi yang baik antara orangtua-anak berkolerasi dengan rendahnya keterlibatan anak dalam perilaku yang melanggar aturan. Menurut Djamarah (2014: 110-114) pola komunikasi yang sering terjadi dalam keluarga adalah: a) model komunikasi stimulus-respons yaitu, menunjukkan komunikasi sebagai suatu proses aksireaksi, b) model ABX yaitu, menggambarkan bahwa seseorang (A) menyampaikan informasi kepada seseorang lainnya (B) mengenai sesuatu, dan c) model interaksional yaitu menganggap manusia jauh lebih aktif, komunikasi disini digambarkan sebagai pembentukan makna, yaitu penafsiran atau pesan atau perilaku orang lain oleh para peserta komunikasi. Observasi yang dilakukan pada tanggal 15 Desember 2014 pada saat pra penelitian tentang pola komunikasi orangtua single parent dalam pembentukan karakter remaja, peneliti melihat bahwa ada orangtua single parent yang kurang memahami karakter remaja, serta adanya orangtua single parent yang berkata dengan nada tinggi kepada remaja sehingga membuat remaja melawan perkataannya. Selanjutnya wawancara yang dilakukan pada tanggal 26 Desember 2014 saat pra penelitian tentang komunikasi orangtua single parent dalam keluarga, peneliti melihat bahwa adanya orangtua single parent yang sibuk mencari nafkah, adanya remaja yang tidak menghiraukan perkataan orangtua single parent, serta masih ada orangtua single parent yang kurang memperhatikan sekolah remaja, itu disebabkan karena orangtua single parent yang sibukmencari nafkah, sehingga remaja merasa kurang diperhatikan sehingga remaja lebih memilih untuk menutup diri
dan mencari kesibukan di luar dari lingkungan keluarga. Kondisi keluarga yang seperti itu membuat remaja menjadi pembangkang, melawan perkataan orangtua single parent. Berdasarkan fenomena di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Pola Komunikasi Orangtua Single Parent dalam Pembentukan Karakter Remaja di RW 01 Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Lubuk Begalung Padang”. Mengacu pada fenomena di atas sebagaimana yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1. Pola komunikasi stimulus-respons yang digunakan orangtua single parent dalam pembentukan karakter remaja. 2. Pola komunikasi ABX yang digunakan orangtua single parent dalam pembentukan karakter remaja. 3. Pola komunikasi interaksional yang digunakan orangtua single parent dalam pembentukan karakter remaja. Berdasarkan permasalahan yang terdahulu, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pola komunikasi orangtua single parent dalam pembentukan karakter remaja di RW 01 Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Lubuk Begalung Padang?”. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Yusuf (2005: 83) “Penelitian deskriptif adalah salah satu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu”. Menurut Lufri (2007: 56) “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan suatu gejala, fakta, peristiwa atau kejadian yang sedang atau sudah terjadi”. Dengan kata lain penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalahmasalah aktual yang sedang atau sudah terjadi dan diungkapkan sebagaimana adanya atau tanpa manipulasi. Berdasarkan penelitian ini akan mendeskripsikan pola komunikasi orangtua single parent dalam pembentukan karakter remaja di RW 01 Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Lubuk Begalung Padang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015. Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan, penelitian ini
3
akan dilakukan pada orangtua single parent di RW 01 Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Lubuk Begalung Padang. Alasan peneliti memilih RW 01 ini karena peneliti menemukan masih adanya pola komunikasi orangtua single parent kepada remaja yang kurang baik dalam pembentukan karakter remaja di RW 01 Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Lubuk Begalung Padang. Dalam penelitian ini yang akan menjadi populasi adalah seluruh orangtua single parent di RW 01 Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Lubuk Begalung Padang yang berjumlah 18 orang. dan sampel dalam penelitan ini adalah seluruh orangtua single parent di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Lubuk Begalung Padang. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. Menurut Riduwan (2012: 9) “Data interval adalah data yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama”. Sementara itu Hasan (2003: 34) menjelaskan bahwa “Data interval adalah data dimana objek atau kategori dapat diurutkan berdasarkan suatu atribut yang memberikan informasi tentang interval antara tiap objek atau kategori sama”. Data ini diperoleh langsung dari responden yang diteliti dengan cara penyebaran angket yang disusun sesuai permasalahan yang diteliti. Angket yang telah dikumpulkan dari orangtua single parent yang menjadi sampel penelitian lalu diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Memeriksa kelengkapan dan kesesuaian isi angket yang telah diisi oleh subjek penelitian. 2. Membuat tabel pengolahan untuk penskoran. 3. Menghitung persentase masingmasing frekuensi Sudijono (2010: 43).
P
4.
f x100 N
Keterangan : P : Persentase f : Frekuensi N : Jumlah sampel 100 : Bilangan tetap Menetapkan kriteria penilaian masingmasing data yang diperoleh dengan batasan yang telah ditentukan.
Dikemukakan oleh Riduwan (2010: 89) yaitu: a. 81% - 100% = Sangat baik b. 61% - 80% = Baik c. 41% - 60% = Cukup baik d. 21% - 40% = Kurang baik e. 0% - 20% = Sangat kurang baik Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Pola Komunikasi Stimulus-Respons yang Digunakan Orangtua Single Parent dalam Pembentukan Karakter Remaja. Hasil penelitian mengenai pola komunikasi stimulus-respons yang digunakan orangtua single parent dalam pembentukan karakter remaja terungkap bahwa stimulus-respons berada pada kategori cukup baik yaitu 11 responden dengan persentase 61,11%, pada kategori baik yaitu 7 responden dengan persentase 38,89% dan tidak ada orangtua single parent dalam pembentukan karakter remaja pada kategori sangat baik, kurang baik dan sangat kurang baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan, peneliti menemukan bahwa pola komunikasi stimulus-respons yang digunakan orangtua single parent dalam pembentukan karakter remaja sebagian besar cukup baik. Hal ini tentu akan mempengaruhi remaja dalam pembentukan karakternya, karena dengan adanya pola komunikasi orangtua single parent, maka remaja akan merasa bahwa dalam pembentukan karakter bisa dilakukan dengan komunikasi yang baik antara orangtua single parent dengan remaja agar karakter remaja lebih terbentuk dengan nilai-nilai karakter yang baik. Menurut Djamarah (2014: 110) pola komunikasi yang biasanya terjadi dalam keluarga adalah model stimulusrespons (S-R). Pola ini menunjukkan komunikasi sebagai suatu proses “aksireaksi” yang sangat sederhana. Pola S-R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan-tulisan), isyarat-isyarat nonverbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu. Menurut Mulyana (2005: 134) model S-R mengabaikan komunikasi sebagai suatu proses, khususnya yang berkenaan dengan faktor manusia. Secara implisit ada asumsi dalam model
4
S-R ini bahwa perilaku (respons) manusia dapat diramalkan. Ringkasnya, komunikasi dianggap sebagai statis, yang menganggap manusia selalu berperilaku karena kekuatan dari luar (stimulus), bukan berdasarkan kehendak, keinginan, atau kemauan bebasnya. 2. Pola Komunikasi ABX yang Digunakan Orangtua Single Parent dalam Pembentukan Karakter Remaja Hasil penelitian mengenai pola komunikasi ABX yang digunakan orangtua single parent dalam pembentukan karakter remaja terungkap bahwa model ABX berada pada kategori cukup baik yaitu 9 responden dengan persentase 50%, pada kategori baik yaitu 7 responden dengan persentase 38,89%, pada kategori sangat baik yaitu 2 responden dengan persentase 11,11%, dan tidak ada orangtua single parent dalam pembentukan karakter remaja pada kategori kurang baik dan sangat kurang baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan, peneliti menemukan bahwa pola komunikasi ABX yang digunakan orangtua single parent dalam pembentukan karakter remaja sebagian besar baik. Hal ini tentu akan mempengaruhi remaja dalam pembentukan karakternya, karena dengan adanya pola komunikasi orangtua single parent, maka remaja akan merasa bahwa dalam pembentukan karakter bisa dilakukan dengan komunikasi yang baik antara orangtua single parent dengan remaja agar karakter remaja lebih terbentuk dengan nilai-nilai karakter yang baik. Menurut Djamarah (2014: 111112) pola komunikasi lainnya yang juga sering terjadi dalam komunikasi antara anggota keluarga adalah model ABX yang dikemukakan oleh Newcomb dari perspektif psikologi-sosial. Newcomb menggambarkan bahwa seseorang (A) menyampaikan informasi kepada seseorang lainnya (B) mengenai sesuatu (X). Model tersebut mengasumsikan bahwa orientasi A (sikap) tehadap B dan terhadap X saling bergantung, dan ketiganya merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat orientasi, yaitu : (1) Orientasi A terhadap X, yang meliputi sikap terhadap X sebagai objek yang harus didekati atau dihindari dan atribut
kognitif (kepercayaan dan tatanan kognitif), (2) orientasi A terhadap B dalam pengertian yang sama, (3) orientasi B terhadap X, (4) orientasi B terhadap A. Mulyana (Djamarah, 2014: 112114) menyebutkan bahwa bila A dan B mempunyai sikap positif terhadap satu sama lain dan terhadap X (orang, gagasan, atau benda) hubungan itu merupakan simetri. Bila A dan B saling membenci, dan salah satu menyukai X, sedangkan lainnya tidak, hubungan itu juga merupakan simetri. Akan tetapi, bila A dan B saling menyukai, namun mereka tidak sependapat mengenai X atau bila mereka saling membenci, namun sependapat mengenai X, maka hubungan mereka bukan simetri. 3. Pola Komunikasi Interaksional yang Digunakan Orangtua Single Parent dalam Pembentukan Karakter Remaja. Hasil penelitian mengenai pola komunikasi interaksional yang digunakan orangtua single parent dalam pembentukan karakter remaja terungkap bahwa model interaksional berada pada kategori baik yaitu 11 responden dengan persentase 61,11%, pada kategori sangat baik yaitu 3 responden dengan persentase 16,67%, pada kategori cukup baik yaitu 3 responden dengan persentase 16,67%, pada kategori kurang baik yaitu 1 responden dengan persentase 5,55%, dan tidak ada orangtua single parent dalam pembentukan karakter remaja pada kategori sangat kurang baik. Hal ini menunjukan bahwa secara umum pola komunikasi orangtua single parent dalam pembentukan karakter remaja berada pada kategori baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan, peneliti menemukan bahwa pola komunikasi interaksional yang digunakan orangtua single parent dalam pembentukan karakter remaja sebagian besar baik. Hal ini tentu akan mempengaruhi remaja dalam pembentukan karakternya, karena dengan adanya pola komunikasi orangtua single parent, maka remaja akan merasa bahwa dalam pembentukan karakter bisa dilakukan dengan komunikasi yang baik antara orangtua single parent dengan remaja agar karakter remaja lebih terbentuk dengan nilai-nilai karakter yang baik.
5
Menurut Djamarah (2014: 114115) model interaksional ini berlawanan dengan model S-R. Sementara model SR mengasumsikan manusia adalah pasif, model interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif. Komunikasi di sini digambarkan sebagai pembentukan makna, yaitu penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain oleh para peserta komunikasi. Beberapa konsep penting yang digunakan adalah diri sendiri, diri orang lain, simbol, makna, penafsiran, dan tindakan. Menurut Mulyana (2005: 159) model interaksional ini merujuk pada model komunikasi yang dikembangkan oleh para ilmuan sosial yang menggunakan perspektif interaksi simbolik. Menurut model interaksi simbolik orang-orang sebagai peserta komunikasi (komunikator) bersifat aktif, reflektif dan kreatif, menafsirkan, menampilkan perilaku yang rumit dan sulit diramalkan. Para peserta komunikasi menurut model interaksional adalah orang-orang yang mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial, tepatnya melalui apa yang disebut pengambilan peran orang lain. Diri berkembang lewat interaksi dengan orang lain, dimulai dari lingkungan terdekatnya seperti keluarga dalam suatu tahap yang disebut tahap permainan dan terus berlanjut hingga kelingkungan luas dalam suatu tahap yang disebut tahap pertandingan. Dalam interaksi itu individu selalu melihat dirinya melalui perspektif (peran) orang lain. Maka konsep diripun tumbuh berdasarkan bagaimana orang lain memandang individu tersebut (Mulyana, 2005: 160). Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan temuan hasil penelitian mengenai “Pola Komunikasi Orangtua Single Parent dalam Pembentukan Karakter Remaja di RW 01 Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Lubuk Begalung Padang”, Dapat disimpulkan bahwa secara umum berada pada kategori baik. Sedangkan hasil penelitian berdasarkan sub variabel yang terkait dengan variabel dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pola komunikasi stimulus-respons yang digunakan orangtua single parent dalam pembentukan karakter
2.
3.
remaja di RW 01 Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Lubuk Begalung Padang termasuk ke dalam kategori cukup baik. Jika dilihat berdasarkan indikator yaitu: (1) stimulus verbal berada pada kategori baik, (2) stimulus nonverbal berada pada kategori sangat baik, (3) respons verbal berada pada kategori cukup baik dan (4) respons nonverbal berada pada kategori baik. Pola komunikasi ABX yang digunakan orangtua single parent dalam pembentukan karakter remaja di RW 01 Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Lubuk Begalung Padang termasuk kedalam kategori cukup baik. Pola komunikasi interaksional yang digunakan orangtua single parent dalam pembentukan karakter remaja di RW 01 Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Lubuk Begalung Padang termasuk ke dalam kategori baik.
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dalam penelitian ini, peneliti ingin mengajukan beberapa saran kepada: 1. Orangtua, diharapkan agar dapat berperan dalam membantu pembentukan karakter remaja melalui pola komunikasi yang baik sesuai dengan nilai-nilai karakter yang ada, sehingga karakter remaja dapat dibentuk melalui pola komunikasi yang baik agar tercipta nilai-nilai karakter yang baik dalam diri remaja. 2. Remaja, diharapkan berkomunikasi yang baik dengan orangtua ataupun dengan orang lain, karena dengan komunikasi yang baik akan tercipta nilai-nilai karakter yang baik. 3. Masyarakat, diharapkan agar ikut memperhatikan dan berpartisipasi dalam pembentukan karakter remaja melalui komunikasi yang baik agar tercipta nilai-nilai karakter yang baik dalam diri remaja. 4. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat, agar dapat membentuk dan membekali para calon guru BK dengan berbagai ilmu pengetahuan, sehingga calon guru BK dapat memberikan pengetahuan kepada orangtua atau masyarakat khususnya untuk membentuk karakter remaja melalui komunikasi yang baik.
6
5. Peneliti selanjutnya, dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan diharapkan dapat melakukan penelitian mengenai pola komunikasi orangtua single parent dalam pembentukan karakter remaja dengan aspek yang berbeda. Kepustakaan Djamarah, Syaiful Bahri. 2014. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak dalam Keluarga (Sebuah Perspektif Pendidikan Islam). Jakarta: Rineka Cipta. Harapan, Edi dan Syarwani, Ahmad. 2014. Komunikasi Antar Pribadi: Perilaku Insani dalam Organisasi Pendidikan. Jakarta: Raja Garfindo Persada. Hasan, M Iqbal. 2003. Pokok-pokok Materi Statistik 1. Jakarta: Bumi Aksara Irmayantri. 2011. Perilaku Komunikasi Antara Orang Tua Tunggal (Single Parent) dan Anak dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak di SMP Negeri 8 Makassar. Jurnal. Isti’anah. 2010. Kepribadian Anak Pada Keluarga Single Parent (Studi Kasus terhadap AS dan NA di Banjarmasin Jawa Barat. Jurnal. Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga. Jakarta: Kencana. Lufri.
2007. Kiat Memahami dan Melakukan Penelitian. Padang: UNP Press.
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya Riduwan. 2010. Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistik. Bandung: Alfabeta. Riduwan. 2012. Metodologi Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Yusuf,
A. Muri. 2005. Metodologi Penelitian Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah. Padang: UNP Press.