PRAKTEK METEOROLOGI PERTANIAN

Download Meteorologi dalam Pertanian. 1. ... Dalam pertanian, informasi meteorologi termasuk salah satu ..... Iklim Gunung adalah iklim di tempat-te...

0 downloads 441 Views 4MB Size
PRAKTEK METEOROLOGI PERTANIAN

PRAKTEK METEOROLOGI PERTANIAN

Drs. Soerjadi Wirjohamidjojo Yunus S. Swarinoto, S.Si

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Drs. Soerjadi Wirjohamidjojo Praktek Meteorologi Pertanian xvi +192 hlm: 16x21 cm ISBN: 978 - 979 - 1241 - 05 - 2 1. Meteorologi dalam Pertanian II. Yunus

1. Judul

S. Swarinoto, S.Si 630.251 5

Penulis

:

Drs. Soerjadi Wirjohamidjojo Yunus S. Swarinoto, S.Si

Penerbit

:

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Jl. Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta, Indonesia 10720 Telp. (6221) 4246321; Faks. (6221) 4246703

© Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2007

KATA PENGANTAR

Buku yang diberi judul PRAKTEK METEOROLOGI PERTANIAN ini berisi uraian tentang macam dan penggunaan informasi cuaca untuk kegiatan pertanian. Buku tersebut dimaksudkan untuk disajikan kepada masyarakat meteorologi dan masyarakat pertanian khususnya, dan masyarakat lain pada umumnya, untuk dapat memberi tambahan pengetahuan tentang meteorologi yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Uraian dalam buku ini tidak dimaksudkan sebagai suatu petunjuk teknis tentang bagaimana penyelenggaraan kegiatan meteorologi dalam pertanian, melainkan hanya membicarakan tentang apa dan bagaimana cuaca dan informasi cuaca diperlukan dalam kegiatan pertanian. Isi buku disusun dalam tujuh Bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I. BAB II. BAB III. BAB IV.

PENDAHULUAN KEGIATAN PERTANIAN SISTEM CUACA PERTANIAN PENYEDIAAN INFORMASI CUACA PERTANIAN i

BAB V.

PENYAJIAN INFORMASI CUACA PERTANIAN

BAB VI. KEAKURASIAN INFORMASI CUACA PERTANIAN BAB VII. DAMPAK DAN KEGUNAAN INFORMASI CUACA PERTANIAN Bab I, sebagai pembukaan memuat uraian tentang kedudukan Informasi Cuaca dalam bidang Ilmu Meteorologi. Selanjutnya membahas secara khusus pengertian umum tentang cuaca, iklim, dan musim serta tentang kegiatan pertanian dan sensitivitasnya kepada cuaca. Dalam pertanian, informasi meteorologi termasuk salah satu yang selalu diperlukan. Semua informasi tersebut dibuat dengan maksud untuk membantu kegiatan pertanian. Uraian mengenai berbagai kegiatan pertanian tersebut dimuat dalam Bab II. Dalam Bab III diuraikan tentang cuaca pertanian, yakni cuaca yang diperlukan dan yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pertanian. Uraian tentang cuaca pertanian tersebut dipandang perlu, mengingat bahwa setiap kegiatan pertanian dan setiap fase kehidupan tumbuhan mempunyai tanggap dan kepekaan berbeda kepada cuaca. Bagaimana proses penyediaan informasi cuaca dalam pertanian dibahas dalam Bab IV. Informasi cuaca pertanian, perlu diketahui oleh masyarakat pertanian dalam waktu tepat, karena setelah ditanam, tanaman sangat bergantung kepada cuaca. Penjelasan tentang penyajian dan penyampaian informasi cuaca tersebut dimuat dalam Bab V. Informasi pada umumnya dipandang sebagai sumberdaya yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu selain harus ii

tepat waktu penyampaiannya, ketelitian informasi juga diperlukan. Namun demikian dalam hal informasi cuaca, ukuran ketelitian sangat relatif bergantung kepada kepekaan kegiatan yang memerlukan. Oleh karena itu untuk menyatakan ukuran ketelitian informasi cuaca diperlukan kriteria dan batasan, yang lazimnya disebut sebagai batas toleransi. Uraian dan contoh tentang batas toleransi tersebut dimuat dalam Bab VI. Pada dasarnya informasi cuaca dalam pertanian dimaksudkan untuk meningkatkan produksi dan meningkatkan efisiensi pertanian. Namun demikian dalam pertanian sering dihadapi kesulitan dengan adanya cuaca tertentu yang pada suatu saat diperlukan tetapi cuaca pada saat itu justru berpotensi mendukung timbulnya sesuatu yang dapat mengganggu kegiatan pertanian pada saat itu. Dengan kata lain, cuaca pada saat itu di satu sisi menguntungkan dan di sisi yang lain dapat merugikan. Beberapa contoh cuaca yang demikian dan contoh kegunaan cuaca untuk memperoleh peningkatan efisiensi pertanian diuraikan dalam Bab VII. Dengan maksud agar dapat mudah difahami oleh para Pembaca, khususnya masyarakat petani, dalam buku ini digunakan bahasa dan istilah-istilah dalam bahasa Indonesia yang sederhana dengan merujuk kepada istilah-istilah meteorologi yang telah dibakukan. Namun demikian Penulis yakin bahwa Pembaca akan banyak menemui istilah-istilah meteorologi yang dirasa masih asing. Oleh karena itu dengan maksud untuk memudahkan para Pembaca mengenali istilah-istilah yang dipandang masih asing tersebut, dalam buku ini istilah yang dirasa masih asing dilengkapi dengan istilah asingnya yang ditulis dalam kurung di belakangnya dengan huruf yang iii

dicetak miring (Italic). Sebagai kelengkapannya istilah-istilah tersebut disusun dalam “Daftar Istilah” yang disajikan sebagai lampiran dalam buku ini. Penulis menyadari bahwa buku ini masih banyak kekurangannya; oleh karena itu Penulis sangat mengharapkan kritik, koreksi, dan masukan guna penyempurnaan isi di kemudian hari. Ucapan terimakasih Penulis sampaikan kepada Ir. Sri Woro B. Harijono, M.Sc., Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika, yang telah merestui penulisan buku ini. Ucapan terimakasih juga Penulis sampaikan kepada Prof. DR. Mezak A. Ratag, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Meteorologi dan Geofisika yang telah memberikan koreksi, fasilitas, dan lain-lain sehingga penyusunan buku ini dapat dilakukan dengan tepat waktu. Selanjutnya tidak lupa penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada semua pihak, utamanya para staf Pusat Penelitian dan Pengembangan serta Pusat SISDATIN Klimatologi dan Kualitas Udara Badan Meteorologi dan Geofisika yang telah memberikan bantuan data, bahan, dan lain-lain sehingga penyusunan buku ini dapat terselesaikan sampai penerbitannya. Jakarta, 31 Juli 2007

Penulis

iv

Daftar Gambar

Gambar 2.1. Bagan kaitan timbal-balik antara tanaman,tanah, dan cuaca / iklim Gambar 2.2. Penyiapan lahan Gambar 2.3. Kegiatan menanam padi Gambar 2.4. Penyemprotan hama Gambar 2.5. Masa panen Gambar 2.6. Penjemuran hasil panen Gambar 2.7. Transportasi hasil panen Gambar 3.1. Stasiun Pengamatan Cuaca Pertanian Gambar 3.2. Alat ukur cuaca telemetri di Jakarta (Foto: 2007, Yunus,) Gambar 3.3. Piranograf di Pakanbaru (Foto: 2007, Yunus) Gambar 3.4. Alat rekam suryaan matahari jenis Campbel Stokes di Banjarbaru (Foto: 2007, Yunus) Gambar 3.5. Pias perekam lamanya penyuryaan Gambar 3.6. Perubahan harian suhu dan kelembapan nisbi udara di Jakarta 96745 (Sumber: BMG Juli 2007)

v

Gambar 3.7. Termometer tanah di Banjarbaru (Foto: 2007, Yunus) Gambar 3.8. Mata angin Gambar 3.9. Cup Anemometer di Banjarbaru (Foto: 2007, Yunus) Gambar 3.10. Thermohigrograf di Jakarta (Foto: 2007, Yunus) Gambar 3.11. Evaporimeter Panci Terbuka Gambar 3.12. Alat penakar hujan Hellmann di Jakarta (Foto: 2007, Yunus) Gambar 3.13. Tornado Gambar 3.14. Posisi PPAT paling selatan dan paling utara Gambar 3.15. Peta angin pasat pada waktu matahari di selatan (atas), dan pada waktu matahari di utara (bawah) (Logwood J.G.) Gambar 3.16. Daerah sumber dan arah gerak siklon tropik (Neuwolt, 1985) Gambar 3.17. Foto siklon tropik dari satelit cuaca Gambar 5.1. Bagan alur pembuatan keputusan dan nilai ekonomi (Mc.Quigg) Gambar 5.2. Contoh grafik suhu, banyak awan, tekanan dari Stasiun Meteorologi Medan Gambar 5.3. Contoh kecepatan angin sepanjang garis khatulistiwa dari 90 °BT – 140 BT° Gambar 5.4. Contoh isoplet keseringan arah dan kecepatan angin mengikut bulan (Sumber: WMO 100) Gambar 5.5. Mawar angin (windrose) vi

Gambar 5.6. Peta isobar permukaan Gambar 5.7. Contoh klimagram Gambar 7.1. Bagan analisis penggunaan lahan dalam pertanian (Lansberg) Gambar 7.2. Contoh grafik penilaian curah hujan kumulatif selama bulan Januari 2004 di Cangkuang, Cirebon (Sumber: Pengolahan data)

vii

Daftar Tabel

Tabel 1.1. Awal musim hujan dan awal musim kemarau di beberapa tempat di Indonesia Tabel 3.1. Skala Beaufort dan kecepatan angin Tabel 3.2. Suhu udara dan tekanan uap air maksimum (em) Tabel 3.3. Musim tumbuh berbagai tanaman dengan menggunakan kriteria curah hujan Tabel 3.4. Beda suhu maksimum dan minimum (Tmaks–Tmin) dibeberapa tempat (persepuluhan °C) Tabel.3.5. Keseringan dan musim siklon tropik di berbagai daerah Tabel 3.6. Curah hujan rata-rata bulanan di berbagai tempat Tabel 3.7. Sebaran curah hujan musiman dalam Musim Kemarau diberbagai tempat Tabel 4.1. Matriks hubungan tanggap tanah dan tanaman terhadap Cuaca Tabel 4.2. Matriks hubungan antara unsur cuaca dan nilai yang perlu diinformasikan berkenaan dengan dampaknya kepada tanah dan tanaman ix

Tabel 4.3. Matriks Unsur Cuaca – Macam nilai yang diinformasikan Tabel 4.4. Matriks Cuaca – Satuan waktu informasi Tabel 4.5. Nilai a, b, dan n/N untuk beberapa tempat (Oldeman) Tabel 4.6. Nilai N untuk tempat-tempat di sekitar khatulistiwa Tabel 4.7. Lama hari siang di beberapa tempat di Indonesia Tabel 4.8. Nilai Ra untuk beberapa tempat (Oldeman) Tabel 4.9. Nilai Suhu maksimum dan minimum untuk beberapa tempat (Oldeman) Tabel 4.10. Contoh perhitungan nilai kumulatif Tabel 4.11. Contoh menghitung frekuensi Tabel 4.12. Nilai banyak awan siang dan malam Tabel 5.1. Keseringan curah hujan bulan januari di Jakarta Tabel 5.2. Pasangan unsur pertanian dengan unsur cuaca Tabel 5.3. Contoh nilai-nilai cuaca sesaat yang perlu diinformasikan Tabel 5.4. Contoh nilai-nilai cuaca harian yang perlu diinformasikan Tabel 5.5. Contoh nilai-nilai cuaca mingguan yang perlu diinformasikan Tabel 5.6. Contoh nilai-nilai cuaca bulanan yang perlu diinformasikan Tabel 5.7. Informasi prakiraan cuaca yang diperlukan sesuai fase kegiatan

x

Tabel 6.1. Batas toleransi keakurasian alat Tabel 6.2. Batas akurasi beberapa unsur cuaca untuk prakiraan Tabel 7.1. Cuaca yang menguntungkan dan merugikan bagi tanah dan tanaman Tabel 7.2. Cuaca yang merugikan dan yang menguntungkan bagi tanaman dalam musim hujan dan musim kemarau Tabel 7.3. Macam dan hubungan kegiatan dalam domain Tabel 7.4. Contoh keseringan curah hujan (mm) di Sukabumi

xi

Daftar Isi

KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Bidang Ilmu 1.2. Definisi 1.2.1. Cuaca 1.2.2. Iklim 1.2.3. Musim 1.3. Komponen Meteorologi Pertanian Bab 2 KEGIATAN PERTANIAN 2.1. Perencanaan Pola Tanam 2.2. Pengolahan Tanah 2.3. Budidaya Tanaman 2.3.1. Pembibitan 2.3.2. Penanaman 2.3.3. Pemeliharaan 2.3.4. Panen 2.4. Pascapanen 2.5. Transportasi xiii

Bab 3SISTEM CUACA PERTANIAN 3.1. Cuaca Pertanian 3.2. Pengamatan Cuaca Pertanian 3.3. Stasiun Cuaca Pertanian 3.4. Unsur Cuaca Pertanian 3.4.1. Sinaran surya 3.4.2. Suhu 3.4.3. Angin 3.4.4. Kelembapan 3.4.5. Penguapan dan Penguappeluhan 3.4.6. Hujan 3.4.6.1. Badai Guntur 3.4.6.2. Tornado 3.5. Berbagai Kriteria 3.5.1.Musim Tumbuh 3.5.2.Derajat Hari 3.5.3.Selang Kering, Selang Basah 3.5.4.Beda suhu siang dan malam 3.6. Iklim Lingkungan 3.6.1. Sistem Cuaca Kawasan Tropik 3.6.2. Sistem Cuaca Wilayah Indonesia 3.6.3. Ikhtisar Cuaca Sinoptik di BerbagaiWilayah Bab 4 PENYEDIAAN INFORMASI CUACA PERTANIAN 4.1. Informasi Meteorologi Pertanian 4.2. Penyediaan Informasi 4.2.1. Penyediaan Informasi Hasil Pengamatan 4.2.2. Menaksir Data 4.2.3. Penyediaan Informasi Klimatologi 4.2.3.1. Homogenitas Data 4.2.3.2. Analisis Statistik 4.2.3.3. Batas Operasional xiv

4.2.3.4. Penyediaan Informasi Cuaca Berlangsung 4.2.3.5. Penyediaan Informasi Cuaca Yang Akan Datang 4.2.3.6. Penyediaan Informasi Adanya Selang Kering dan Selang Basah Bab 5 PENYAJIAN INFORMASI CUACA PERTANIAN 5.1. Penyajian Informasi Klimatologi 5.1.1. Tabel Frekuensi (Keseringan) 5.1.2. Diagram Grafik 5.1.3. Peta 5.1.4. Klimagram 5.2. Penyajian Informasi Cuaca Berlangsung 5.3. Penyajian Informasi Cuaca Prakiraan 5.3.1. Penyajian Prakiraan Jangka Pendek (Harian) 5.3.2. Penyajian Prakiraan Jangka Sedang (Mingguan) 5.3.3. Penyajian Prakiraan (Tinjauan) Cuaca Bulanan 5.3.4. Penyajian Prakiraan Cuaca Jangka Panjang (Musim) Bab 6 KEAKURASIAN INFORMASI CUACA PERTANIAN 6.1. Kompetensi Pengamat 6.2. Keakurasian Alat Pengamatan 6.3. Keakurasian Hasil Pengamatan Cuaca 6.4. Keakurasian Prakiraan Cuaca Bab 7 DAMPAK DAN KEGUNAAN INFORMASI CUACA PERTANIAN 7.1. Dampak Cuaca / Iklim 7.2. Fungsi dan Penerapan Informasi Meteorologi Pertanian xv

7.3. Teknik Penggunaan Informasi Meteorologi 7.3.2. Teknik Penggunaan Informasi Cuaca Sedang Berlangsung 7.3.3. Teknik Penggunaan Informasi Prakiraan Cuaca 7.4. Modifikasi DAFTAR PUSTAKA DAFTAR ISTILAH LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS

xvi

BAB 1 PENDAHULUAN

Seperti yang telah dikemukakan dalam Pengantar, buku ini diberi judul “Praktek Meteorologi Pertanian”. Namun demikian istilah meteorologi pertanian yang dimaksud hanya dalam pengertian terbatas mengenai cuaca dan penggunaannya dalam kegiatan pertanian. 1.1. Bidang Ilmu Dalam Buku Meteorological Vocabulary, Organisasi Meteorologi Dunia memberi definisi bahwa klimatologi pertanian adalah klimatologi yang membahas tentang pengaruh iklim kepada kegiatan pertanian. Kutipan lengkapnya adalah: “Agricultural Climatology is climatology applied to the effect of climate on agricultural activities”. Sedangkan dalam Glossary of Meteorology yang diterbitkan oleh American Meteorological Society menyebutkan bahwa: “Meteorologi pertanian adalah meteorologi dan mikrometeorologi yang digunakan khusus dalam pertanian”. Selain itu didefinisikan juga klimatologi pertanian, bahwa:

Praktek Meteorologi Pertanian

1

“Klimatologi pertanian adalah klimatologi dalam pengaruhnya kepada produksi tanaman, termasuk utamanya tentang musim tumbuh, hubungan antara laju pertumbuhan dan hasil panen kepada berbagai faktor iklim, batasan-batasan iklim untuk pertanaman, irigasi, dan pengaruh iklim kepada perkembangan dan penyebaran penyakit tanaman”. Pembahasan utamanya kepada hal yang berkaitan dengan lahan dan lapisan udara dari permukaan tanah sampai puncak tanaman yang termasuk dalam bidang iklim mikro. Kutipan dari definisi tersebut sebagai berikut: “In general, climatology as applied to the effect of climate on crops. It includes especially the length of growing season, the relation of growth rate and crop yields to the various climate factors and hence the optimum and limiting climates for any given crop, the value of irrigation, and the effect of climatic and weather conditions on the development and spread of crop diseases. In discipline is primarily concerned with the space occupied by crops, namely the soil and the layer of air up to the tops of the plants, in which conditions are governed largely by the microclimate”. Selain itu disebutkan pula bahwa” “Agricultural meteorology, in general, meteorology and micrometeorology as applied to the specific problems of agriculture”. Definisi lain yang dikemukakan McIntosch dalam buku Meteorological Glossary, Universitas Edinburg menyebutkan bahwa :

2

Praktek Meteorologi Pertanian

“Agroklimatologi adalah ilmu tentang iklim yang relevan dengan masalah pertanian, misalnya tentang keterlibatannya suatu jenis data yang sering tidak termasuk dalam klimatologi umum”. Selengkapnya apa yang dikemukakan sebagai berikut : “Agroclimatology, the study of those aspects of climate which are relevant to the problems of agriculture. Such study involves types of data e.g. earth temperature and accumulated temperature, which are often nor considered in more general climatology” Dalam Buku Meteorological Vocabulary yang diterbitkan Organisasi Meteorologi Dunia tersebut juga ditunjukkan sistematika pembidangan meteorologi yang ringkasnya sebagai berikut : Meteorologi sebagai bidang ilmu dibagi menjadi Meteorologi Teori, Meteorologi Terapan, Meteorologi Gabungan, dan Meteorologi Praktik. Meteorologi Pertanian termasuk cabang Meteorologi Terapan. Bidang meteorologi lain yang termasuk dalam Meteorologi Terapan adalah Meteorologi Sinoptik, Meteorologi Penerbangan, Meteorologi Maritim, Hidrometeorologi, dan Meteorologi Kesehatan. Meteorologi Praktik membahas tentang Pengamatan, Analisis, Prakiraan, dan Pelayanan Meteorologi. Namun demikian dari definisi dan pembidangan seperti yang telah diuraikan kiranya tidak mudah dipisahkan antara meteorologi terapan dan meteorologi praktik. Pembahasan dalam meteorologi terapan memerlukan pula penjelasan tentang ha-hal yang termasuk dalam meteorologi praktik. Sebagai bagian dari Meteorologi Praktik, Pengamatan Praktek Meteorologi Pertanian

3

Meteorologi membahas tentang sistem pengamatan untuk memperoleh data yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan informasi selanjutnya. Analisis Meteorologi membahas tentang tatacara untuk mengetahui sifat dan menginterpretasi perilaku unsur meteorologi, dan Prakiraan Meteorologi membahas tentang perkembangan cuaca dan penaksiran cuaca di waktu kemudian. Selanjutnya Pelayanan Meteorologi membahas tentang informasi dan penyajian informasi meteorologi kepada pengguna. Informasi meteorologi pada dasarnya dibagi dalam tiga macam, yakni informasi cuaca waktu lampau, informasi cuaca yang sedang berlangsung, dan informasi cuaca yang akan terjadi pada waktu kemudian. Karena setiap kegiatan mempunyai tanggap kepada cuaca berbeda-beda maka macam informasi yang diperlukan juga berbeda. Oleh karena itu Pelayanan Meteorologi juga berbeda untuk setiap kegiatan, baik materi maupun cara penyajiannya, sesuai dengan kegiatannya. Berbagai macam pelayanan meteorologi antara lain pelayanan kepada masyarakat penerbangan, pelayanan meteorologi kepada masyarakat kelautan, pelayanan meteorologi kepada masyarakat pertanian, pelayanan meteorologi kepada masyarakat umum. Dengan menggunakan pengertian-pengertian dasar tersebut dalam buku ini dibahas tentang informasi cuaca yang diperlukan dalam kegiatan pertanian. Pertanian sangat peka terhadap cuaca. Selain diperlukan dalam meningkatkan efisiensi kegiatan pertanian, cuaca berpotensi memberikan dampak kepada pertanian. Informasi cuaca mempunyai andil besar dalam pembuatan rencana dan operasi kegiatan pertanian. Namun demikian dalam pelayanan meteorologi pertanian sering dialami kesulitan karena kegiatan pertanian banyak macamnya 4

Praktek Meteorologi Pertanian

dan masing-masing mempunyai sensitivitas kepada cuaca / iklim yang berbeda-beda. Oleh karena itu pelayanan meteorologi dalam pertanian memerlukan tatacara tertentu. 1.2. Definisi Untuk mengawali pembahasan tentang meteorologi pertanian, kiranya sangat perlu untuk lebih dahulu difahami pengertian tentang istilah cuaca, iklim, dan musim. Sampai saat ini masih banyak ketidaksamaan pengertian tentang cuaca dan iklim, dan banyak orang mencampuradukkannya sehingga perbedaan arti antara kata istilah cuaca dan iklim menjadi kabur. Yang demikian itu memang terdapat di mana-mana bahkan dalam lingkup dunia. W.J. Gibbs, dalam Buletin WMO Volume 36 bulan Oktober 1987 halaman 290-297 mengingatkan akan dampak penggunaan istilah dan pengertian cuaca dan iklim yang tidak jelas. Gibbs menyarankan agar sebaiknya menengok kembali definisi yang telah ditetapkan dalam Konferensi Iklim Dunia (World Climate Conference) tahun 1979. Kutipan tentang definisi cuaca dan iklim yang ditetapkan dalam konferensi tersebut seperti berikut : “Weather is associated with the complete state of the atmosphere at a particular instant in time, and with the evolution of this state through the generation, growth and decay of individual disturbances”. “Climate is the synthesis of weather events over the whole of period statistically long enough to establish its statistical ensemble properties (mean values, variances, probabilities of extreme events, etc.) and is largely independent of any instantaneous state”. Praktek Meteorologi Pertanian

5

Selain itu Gibbs juga mengidentifikasi bahwa banyak orang menggunakan pengertian iklim sebagai cuaca rata-rata. Pengertian tersebut dinilai tidak sesuai dengan definisi yang ditetapkan dalam Konferensi Iklim Dunia tahun 1979 tersebut. Untuk menghidari kesalah pahaman tersebut Gibbs menyarankan pengertian secara teknis bahwa : “Weather is the state of the atmosphere over one given region during one given period (minute, hour, day, month, season, year, decade, etc.)”, dan “Climate is the statistical probability of the occurrence of various states of the atmosphere over a given region during a given calendar period”. 1.2.1. Cuaca Dari apa yang dikemukakan Gibbs dan hasil Konferensi Iklim Dunia dapat diambil sarinya bahwa “cuaca” adalah keadaan atmosfer pada setiap waktu kesatuan. Dengan demikian kita dapat mengatakan tentang cuaca saat ini, cuaca pukul 12, cuaca nanti sore, cuaca tanggal 17 Agustus 1945, cuaca besok pagi, cuaca minggu ini, cuaca minggu depan, cuaca bulan depan, dan seterusnya apabila waktu-waktu tersebut diartikan sebagai satu satuan waktu. Jadi cuaca menyatakan keadaan yang berlangsung pada saat atau selama waktu kesatuan. Nilai atau kadar cuaca dinyatakan dengan nilai unsur-unsurnya secara simultan antara lain suhu, tekanan, angin, kelembapan, termasuk adanya fenomena yang ada pada waktu kesatuan yang dimaksud. Dengan demikian cara mengemukakan nilai-nilai unsur cuaca berbeda apabila waktu kesatuannya berbeda. Untuk menyatakan cuaca pada suatu saat digunakan nilai-nilai unsur cuaca saat itu, sedangkan untuk menyatakan 6

Praktek Meteorologi Pertanian

cuaca dalam waktu kesatuan yang lebih panjang menggunakan nilainilai unsur cuaca paling rendah, paling tinggi, paling dirasakan. Sebagai contoh : Cuaca pukul 12.00 : Pada pukul 12.00 suhu udara 28 C, tekanan udara 1010 milibar (hektopaskal), angin 270 atau dari barat dengan kecepatan 20 km/jam. Kelembapan udara 80 %, dan langit cerah tidak ada awan. o

o

Cuaca hari kemarin : Kemarin suhu udara paling rendah 21 C terjadi pada pagi hari dan paling tinggi 30 C terjadi pada siang hari; tekanan udara berubah-ubah antara 1010 mb dan 1012 mb; angin arahnya berubah-ubah dari 360 (dari utara) pada pagi hari menjadi 90 (dari timur) dan kecepatannya berubah-ubah dari 5 km/jam sampai 12 km/jam. Kelembapan udara berkisar dari 60 % pada siang dan sore hari sampai mencapai 80% pada malam dan pagi hari. Langit berawan sepanjang hari dan pada sore hari sebentar-sebentar turun hujan deras. o

o

o

o

Cuaca minggu lalu : Minggu lalu suhu udara paling rendah 21 C terjadi pada pagi hari Senin dan paling tinggi 33 C pada hari Jumat siang. Tekanan udara berubah-ubah antara 1010 mb dan 1012 mb setiap harinya. Dari hari Senin sampai Rabu angin arahnya berubah-ubah dari 360 (dari utara) pada pagi hari menjadi 90 (dari timur) dan kecepatannya berubah-ubah dari 5 km.jam sampai 12 km/jam, dan dari Kamis sampai Minggu angin arahnya berubah-ubah dari 180 (dari selatan) pada pagi hari menjadi 270 (dari barat); kecepatannya berubah-ubah dari 10 km.jam sampai 15 km/jam. Setiap hari kelembapan udara berkisar dari 60 % pada siang dan sore hari sampai mencapai 80% pada malam dan pagi hari. Tiga hari pertama langit berawan sepanjang hari dan pada tiga hari berikutnya hujan setiap sore hari. o

o

o

o

o

o

Praktek Meteorologi Pertanian

7

Nilai rata-rata tidak sesuai untuk menyatakan keadaan karena nilai tersebut hanya berupa bilangan hasil perhitungan bukan hasil pengukuran. 1.2.2. Iklim Iklim mengandung pengertian kebiasaan cuaca yang terjadi di suatu tempat atau daerah, dan juga memberi pengertian bahwa iklim adalah ciri kecuacaan suatu tempat atau daerah, dan bukan cuaca ratarata. Oleh karena itu tidak mungkin kita mengatakan iklim hari ini, iklim besok pagi, iklim minggu depan, dan seterusnya.; tetapi kita dapat mengatakan: iklim zaman dahulu, iklim selama ini, iklim di waktu mendatang. Jadi iklim berkaitan dengan periode waktu panjang tidak tentu. Ciri kecuacaan suatu tempat atau daerah ditetapkan berdasarkan kriteria keseringan atau probabilitas nilai-nilai satu atau lebih unsur iklim yang ditetapkan, misalnya : hujan, suhu, suhu dan hujan, suhu dan angin, hujan dan penguapan. Setiap daerah mempunyai iklim yang berbeda. Perbedaan tersebut karena bumi bentuk bulat dari bumi sehingga sinar matahari tidak dapat diterima serbasama oleh setiap permukaan bumi. Selain itu permukaan bumi yang beranekaragam jenisnya dan beranekaragam bentuk topografinya tidak sama caranya menanggapi sinaran matahari yang diterimanya. Untuk mengenali tentang iklim digunakan tinjauan dari berbagai aspek, antara lain dari aspek waktu, skala, wilayah, dan jenis. Dari aspek waktu dikenal Iklim Prasejarah, Iklim Sejarah, Iklim Quaterner. Iklim 8

Praktek Meteorologi Pertanian

prasejarah adalah iklim zaman dahulu yang penetapannya didasarkan atas cerita-cerita sebelum adanya fakta-fakta sejarah. Iklim sejarah adalah iklim yang penetapannya berdasarkan cerita-cerita yang tertulis atau benda-benda sejarah. Iklim Quartener ditetapkan berdasarkan data zaman quartener dengan menggunakan data lapisan bumi atau geologi. Dari skala yang dipelajari iklim dibedakan dalam Iklim Mikro, Iklim Meso, Iklim Ruangan. Iklim Mikro adalah iklim dalam skala kecil dalam ukuran panjang orde meter dan ukuran waktu menit: Iklim Meso adalah iklim dalam ukuran panjang orde kilometer dan ukuran waktu dalam orde jam atau lebih. Iklim Ruangan adalah iklim yang dibuat dalam ruangan tertutup, misalnya dalam rumah kaca, Dari aspek wilayah dibedakan Iklim Kutub (polar Climate), klim Tengah (Temperate Climate), Iklim Subtropis (Subtropical Climate), Iklim Tropis (Tropical Climate), Iklim Khatulistiwa (Equatorial Climate ). Namun demikian batas antar wilayah tidak jelas. Iklim Kutub dicirikan dengan suhu sangat rendah; Koppen memberi kriteria suhu paling tinggi di bawah 2 OC atau 52 OF tetapi lebih O O tinggi dari 0 C atao 32 F. Iklim Tengah merupakan jenis iklim yang terdapat di lintang tengah antara kawasan kutub dan kawasan tropik, tetapi batasnya tidak jelas. Iklim Tropis merupakan jenis iklim di kawasan tropik yang dicirikan dengan suhu selalu tinggi dan variasi tahunannya kecil, hujan hampir dapat terjadi di sembarang waktu dalam setahun. Iklim Subtropis dicirikan utamanya kemarau di musim panas dan Praktek Meteorologi Pertanian

9

hujan di musim dingin. Iklim Khatulistiwa dicirikan dengan variasi suhu harian kecil dan hujan di sembarang waktu dan dalam setahun hujan dua kali maksimum. Dari jenis atau ciri yang dibentuk oleh lingkungan dikenal tipe iklim, yakni :Iklim Benua (Continental Climate), Iklim Bahari (Maritime/ Marine Climate), Iklim Monsun (Monsoon Climate), Iklim Mediteran (Mediterranian Climate), Iklim Tundra (Tundra Climate), dan Iklim Gunung (Mountain Climate). Iklim Benua, iklim yang dimiliki daratan luas skala benua, dicirikan dengan julat yang besar dari suhu tahunan dan suhu harian, kelembapan nisbi rendah serta (umumnya) curah hujan sedang, kecil atau yang tak menentu. Suhu tahunan ekstrem terjadi langsung setelah matahari berbalik. Dalam keadaan ekstrem Iklim Benua menyebabkan terjadinya penggurunan. Iklim Bahari adalah jenis iklim yang dicirikan dengan perbedaan yang kecil antara suhu tahunan dan suhu udara harian. Iklim tersebut terdapat di pulau-pulau yang kecil, dan di bagian dunia yang menghadap angin, misalnya kepulauan Inggris utamanya di bagian paling barat. Iklim Monsun jenis iklim di kawasan monsun. Dicirikan dengan perubahan unsur-unsur iklim secara musiman. Hujan banyak pada waktu matahari di atas kawasan yang bersangkutan. Umumnya dimiliki tempat-tempat di kawasan tropik. Iklim Mediteran merupakan jenis iklim yang dicirikan dengan panas, kering, musim panas yang cerah dan musim dingin banyak hujan. 10

Praktek Meteorologi Pertanian

Jenis iklim mediteran mempunyai ciri yang hampir berlawanan dengan iklim monsun. Iklim Tundra adalah iklim yang sesuai dengan tumbuh dan hidupnya tumbuhan lumut, dicirikan dengan suhu sangat rendah tetapi tidak tertutup salju. Iklim Gunung adalah iklim di tempat-tempat tinggi, dicirikan dengan makin ke atas suhu makin rendah, demikian pula tekanan makin rendah. Selain itu penyuryaan matahari banyak, makin ke atas sampai ketinggian tertentu hujan makin banyak, dan di atasnya hujan makin berkurang. Daerah ketinggian dengan hujan makin berkurang disebut daerah sungsangan hujan (rainfall inversion). Hujan banyak terdapat di daerah yang menghadap angin. 1.2.3. Musim Musim berbeda dengan cuaca dan iklim. Musim adalah selang waktu dengan cuaca yang paling sering terjadi atau mencolok, misalnya musim hujan adalah rentang waktu yang banyak terjadi hujan; musim kemarau rentang waktu yang sedikit hujan, musim dingin rentang waktu dengan suhu udara selalu rendah, musim panas rentang waktu dengan suhu udara selalu tinggi. Di Indonesia yang paling dikenal adalah musim yang didasarkan atas seringnya atau banyaknya curah hujan, sehingga dikenal musim hujan dan musim kemarau. Untuk menandai musim hujan dan musim kemarau tersebut Badan Meteorologi dan Geofisika menggunakan kriteria banyaknya curah hujan selama setiap sepuluh hari atau yang disebut “dasarian”. Penetapan dasarian dimulai dari tanggal 1 Januari. Dasarian pertama Praktek Meteorologi Pertanian

11

adalah satuan waktu sepuluh hari dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 10 Januari; dasarian kedua dari tanggal 11 Januari sampai dengan 20 Januari. Untuk bulan yang mempunyai banyak hari 31, dasarian ketiga ditetapkan dari tanggal 21 sampai dengan 31. Untuk bulan Februari, dasarian ketiga dari tanggal 21 sampai dengan 28 atau 29 Februari. Awal musim didefinisikan sebagai dasarian awal mulainya musim. Awal musim hujan adalah dasarian pertama yang curah hujannya 50 mm atau lebih. Awal musim kemarau adalah dasarian pertama yang curah hujannya kurang dari 50 mm. Panjang musim adalah banyaknya dasarian dari awal musim sampai akhir musim. Baik awal musim maupun panjang musim tidak sama setiap tahunnya, bergantung kepada kondisi dan tatanan cuaca lainnya dalam skala besar. Panjang musim di setiap tempat berbedabeda. Sesuai dengan letak geografinya unsur cuaca / iklim Indonesia mempunyai variasi musiman. Variasi musiman tersebut dapat jelas terlihat pada curah hujan. Oleh karena itu di Indonesia dikenal musim hujan dan musim kemarau. Kedua musim tersebut dibedakan dari banyaknya curah hujan. Pada umumnya sewaktu matahari ada di belahan bumi selatan dari bulan Oktober sampai Maret, curah hujan lebih banyak dibandingkan sewaktu matahari di atas belahan bumi utara dari bulan April sampai September; tetapi di tempat tertentu tidak demikian. Sebagai contoh, rata-rata awal dan panjang musim di beberapa tempat di Indonesia untuk periode 1971 - 2000 seperti tercantum dalam Tabel 1.1. berikut :

12

Praktek Meteorologi Pertanian

Tabel 1.1. Awal musim hujan dan awal musim kemarau di beberapa tempat di Indonesia untuk periode 1971 - 2000. Lokasi/ daerah

Awal musim (das. ke) kemarau

hujan

Panjang musim (dasarian) kemarau

hujan

Jawa: Pandeglang barat

Juni II

Sep. III

10

25

Sukabumi selatan

Juni III

Sep. III

9

27

Indramyu timur

April III

Nop. II

17

16

Cilacap

Mei III

Okt. I

15

27

Batang, Kendal

Mei III

OKtr. III

15

20

Boyolali

Mei I

Okt. III

17

19

Lampung selatan

April III

Nop. III

21

17

Bengkulu utara

Juni III

Agu. III

7

28

Aceh tengah

Mei III

Okt. I

13

23

Kapuas barat

Juli I

Sept.III

6

27

Banjar tengah

Mei I

Okt. I

18

22

Balikpapan

Juli I

Okt. I

9

31

Gowa, Maros

Mei II

Okt. III

16

20

Mamuju

Juli II

Nop. I

10

22

Manado

Juli III

Sep. III

6

27

Boleleng utara

Maret III

Des. III

26

10

Karangasem utara

Maret II

Des. I

26

11

Lombok barat

Mei II

Nop. III

15

14

Sumbawa barat

April I

Des. I

24

12

Sumatra

Kalimantan :

Sulawesi :

Bali :

NTB :

Praktek Meteorologi Pertanian

13

Lanjutan Tabel 1.1 NTT : Manggarai barat

April III

Okt. III

18

19

Kupang barat

Maret III

Des. I

25

11

Halmaer

Juli III

Okt. III

12

25

Ambon utara

Mei I

Nop. III

21

19

Tual

Juli I

Nop. III

15

23

Manokwari

Juli I

Nop. I

12

18

Jayapura

Mei II

Nop. III

19

17

Merauke

Mei I

Des. II

22

14

Maluku :

Papua :

Sumber: BMG. (2005)

Namun demikian kriteria musim tersebut bersifat umum. Dalam pertanian kriteria musim disesuaikan dengan jenis tanaman. Dari kata musim banyak digunakan istilah “variasi musiman”. Variasi musiman adalah berubahnya nilai unsur cuaca secara bergantian dalam waktu selama waktu setahun. Di Indonesia selain terlihat jelas pada curah hujan, di banyak tempat variasi musiman juga terlihat pada arah angin meskipun tidak sama perubahannya di setiap tempat. Misalnya di Sumatera Barat variasi musiman angin berupa perubahan dari angin baratdaya dan timurlaut, di Jawa terlihat dari perubahan angin barat dan angin timur. Variasi-variasi tersebut berkaitan dengan monsun Asia dan monsun Australia. Di beberapa daerah misalnya di Jawa bagian timur, Bali, Nusa Tenggara serta daerah lain yang berdekatan dengan Australia, variasi musiman suhu maksimum dan minimum juga terlihat jelas.

14

Praktek Meteorologi Pertanian

1.3. Komponen Meteorologi Pertanian Salah satu persoalan yang sangat penting dalam masalah Negara adalah penyediaan pangan bagi penduduknya. Untuk mengatasinya telah banyak upaya dengan meningkatkan teknologi pertanian; namun sejauh peningkatan teknologi tersebut masih ada kendala yang tidak mudah diatasi dengan teknologi, yakni masalah cuaca / iklim. Tanaman masih belum dapat dipisahkan dari faktor cuaca / iklim. Kegagalan panen masih banyak terjadi karena ketidak cukupan cuaca / iklim yang diperlukan bagi tanaman. Meteorologi pertanian mempunyai andil besar dalam masalah penyediaan pangan tersebut. Iklim telah tersedia secara alami; namun manusia meskipun dengan ilmu dan teknologinya, tidak mampu mengendalikan kecuali dalam skala yang terbatas. Oleh karena itu upaya yang bijaksana dalam meningkatkan keberhasilan usaha produksi pertanian yang maksimal adalah menyesuaikan kegiatan usahanya dengan perilaku cuaca / iklim yang ada. Tanaman selain memerlukan tanah tertentu dan kecukupan zat hara, juga memerlukan air dan radiasi matahari yang cukup dalam waktu bersamaan. Dari sifat tersebut dapat dikemukakan bahwa paling tidak ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam produksi pertanian tanaman, yaitu : a. Kebutuhan dan tanggap tanaman kepada cuaca dan iklim, tanah, dan air; b. Karateristik lokasi dari unsur tanah (fisik maupun kimiawi); c. Karakteristik lokasi dari unsur cuaca dan iklim. Dalam kaitannya dengan hal tersebut maka fungsi meteorologi dalam pertanian yang perlu mendapat perhatian, khususnya dalam hal sebagai berikut (WMO 134) : Praktek Meteorologi Pertanian

15

(1) Pemonitoran (termasuk teknik, pengumpulan data, analisiS, percobaan); (2) Dampak cuaca/iklim kepada pertumbuhan dan perkembangan tanaman, kualitas dan kuantitas produksi; (3) Dampak cuaca / iklim kepada timbulnya penyakit tanaman, kerusakan tanaman, kehilangan produksi; (4) Dalam fungsinya sebagai sumberdaya iklim; (5) Dalam kaitannya dengan penyimpanan produksi; (6) Dalam kaitannya dengan modifikasi dan iklim tiruan; (7) Dalam kaitannya dengan Operasi managemen; (8) Dalam kaitannya dengan kehutanan; (9) Dalam kaitannya dengan nilai ekonomi. Kegiatan pertanian, kehidupan tanaman, berlangsung secara terus-menerus fase demi fase, dan setiap fase memerlukan kondisi cuaca tertentu. Demikian pula cuaca terus-menerus berlangsung dan juga selalu berubah. Namun demikian perubahan tersebut tidak selalu sejalan dengan yang diperlukan bagi tanaman dalam fase itu. Dengan demikian memonitor, termasuk menganalisis dan memprediksi cuaca / iklim perlu dilakukan agar dapat dilakukan penilaian dan upaya penyesuaian dengan adanya cuaca yang terjadi atau yang akan terjadi. Dalam setiap fase kehidupan tanaman terpengaruh oleh kondisi lingkungan termasuk tanah, air, cuaca. Oleh karena itu yang perlu diketahui adalah sejauh mana kondisi lingkungan tersebut mempengaruhi atau akan mempengaruhi kehidupan tanaman. Adanya fenomena ekstrem misalnya badai, embun beku, polusi, dapat secara langsung merusak tanaman. Upaya pecegahan atau 16

Praktek Meteorologi Pertanian

pelindungan perlu dilakukan. Dalam hal tersebut informasi klimatologi tentang keseringan sesuatu fenomena ekstrem di suatu tempat , gawar (warning) dan prediksi akan adanya fenomena ekstrem sangat diperlukan. Sebagai sumberdaya, cuaca / iklim perlu dianalisis dan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pertanian.

Praktek Meteorologi Pertanian

17

BAB 1 Kegiatan Pertanian

Kegiatan pertanian adalah upaya yang berkaitan dengan pembudidayaan tanaman. Kegiatan pertanian sangat beragam, demikian pula nilai cuaca dan iklim yang diperlukan. Kegiatan pertanian erat kaitannya dengan cuaca, musim, dan iklim. Dalam kegiatan pertanian terdapat tiga komponen utama yang ikut mengambil bagian, yakni tanah, tanaman, dan cuaca / iklim. Ketiganya mempunyai hubungan timbal balik dan saling bergantung seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.1.

Tanah

Tanaman

Cuaca/iklim

Gambar 2.1. Bagan kaitan timbal balik antara tanaman, tanah, dan cuaca / iklim Praktek Meteorologi Pertanian

19

Untuk mengerjakan tanah perlu dipilih cuaca dan musim yang sesuai. Untuk membuat pola tanam perlu memperhatikan iklim yang ada. Bila suatu tanaman sudah ditanam, kehidupan selanjutnya sangat berkaitan dengan cuaca yang ada. Kondisi tanah menentukan jenis, kesuburan tanaman; sebaliknya tanaman membuat perubahan kepada tanah. Karena pemanasan matahari tanah menjadi panas dan panas tersebut dipancarkan ke udara di atasnya, sehingga mengubah cuaca dan iklim mikro. Besarnya keseimbangan panas dan sinaran berkaitan pula dengan jenis tanaman dan jenis tanah. Selanjutnya cuaca dan iklim memberikan dampak kepada tanah dan pertumbuhan tanaman. Demikian seterusnya kondisi tanaman dapat membentuk sifat cuaca dan iklim. Dari bagan kaitan timbal balik tersebut terlihat perlunya memperhatikan ketiga unsur (tanah, tanaman, dan iklim) secara berimbang dalam upaya melaksanakan kegiatan pertanian. Namun demikian dalam tulisan ini hanya dibicarakan dari segi cuaca dan iklim. Keragaman kegiatan pertanian memerlukan informasi cuaca dan iklim yang bersifat spesifik di lokasi pertanian. Pada dasarnya cuaca / iklim dimanfaatkan untuk membuat perencanaan, yakni perencanaan stratejik dan perencanaan operasional, serta pengendalian pelaksanaan kegiatan pertanian. Perencanaan stratejik meliputi perencanaan tataguna lahan, perencanaan pola tanam. Perencanaan operasional meliputi perencanaan penyiapan tanah, pembibitan, penanaman, pemeliharaan. Pelaksanaan kegiatan meliputi pengolahan tanah, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen, pasca panen, transportasi.

20

Praktek Meteorologi Pertanian

Untuk membuat perencanaan tataguna lahan dan pola tanam diperlukan informasi klimatologi yang memberi gambaran tentang kebiasaan cuaca di daerah yang dimaksudkan. Nilai-nilai cuaca yang diperlukan utamanya adalah nilai rata-rata, nilai kisaran, dan nilai keseringan. Untuk membuat perencanaan operasional, diperlukan informasi cuaca yang sedang berlangsung dan prakiraan cuaca dari jangka waktu sedang sampai jangka panjang (musim). Untuk melaksanakan kegiatan misalnya pada waktu pengolahan tanah, diperlukan informasi cuaca yang sedang berlangsung dan prakiraan cuaca jangka pendek (harian) sampai sedang (mingguan). Dari masa pengolahan tanah, pembibitan dan seterusnya prakiraan cuaca harian digunakan sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan kegiatan harian, misalnya waktu mengolah tanah, penyemprotan hama, pemupukan, penjemuran, dan lain-lain. Dengan informasi cuaca / iklim tersebut, perlakuan–perlakuan untuk penanggulangan dapat ditetapkan. 2.1. Perencanaan Pola Tanam Cuaca selalu berubah dan berbeda setiap waktu dan di setiap tempat. Perubahan tersebut ada yang tidak beraturan dan ada yang beraturan. Yang tidak beraturan umumnya berlangsung dalam waktu pendek yang ditimbulkan oleh proses-proses sementara dalam atmosfer. Sedangkan yang beraturan berkaitan dengan perubahan-perubahan alam dalam skala besar, misalnya yang utama karena, perputaran bumi pada porosnya, peredaran bumi mengelilingi matahari, perubahan fisik Praktek Meteorologi Pertanian

21

matahari. Perubahan-perubahan tersebut berbentuk perubahan harian (daily variation), perubahan musiman (seasonal variation), perubahan tahunan (annual variation), dan seterusnya. Pola tanam bersifat tetap untuk jangka panjang; oleh karena itu selain didasarkan atas sifat fisis tanah dan lingkungan, lebih banyak didasarkan atas ciri kecuacaan atau klimatologi wilayah yang bersangkutan. Bila faktor tanah sudah dimasukkan, selanjutnya untuk membuat rencana pola tanam perlu dikenali lebih dahulu sifat tanaman atas tanggapnya kepada cuaca / iklim. Sifat ketanggapan tersebut ditetapkan sebagai syarat cuaca / iklim yang diperlukan. Kemudian dilakukan analisis unsur cuaca / iklim untuk mencari pola sebarannya mengikut waktu. Dalam hal ini analisis sebaran keseringan terjadinya nilai unsur cuaca di atas atau di bawah persyaratan lebih membantu dibandingkan analisis nilai rata-rata. Dari hasil analisis tersebut dicari selang waktu dengan perubahan cuaca yang sesuai dengan persyaratan cuaca bagi tanaman yang bersangkutan. Bagi tanaman semusim, perencanaan tanam perlu disusun dengan lebih cermat mengingat fase-fase pertumbuhan dan perkembangannya memerlukan waktu tertentu dan persayaratan tertentu. Sebagai contoh untuk menetapkan pola tanam padi pada lahan basah yang memerlukan adanya curah hujan lebih atau sama dengan 75 mm setiap dasarian sampai waktu menjelang panen, dan kurang dari 50 mm pada waktu panen. Ketidaksesuaian antara fase kehidupan dan perubahan cuaca dapat menimbulkan kegagalan kegiatan pertanian.

22

Praktek Meteorologi Pertanian

2.2. Pengolahan Tanah Sebelum suatu tanaman ditanam perlu disiapkan tanah yang memungkinkan dilakukannya penanaman tanaman. Pekerjaan pengolahan tanah dilakukan setelah tanah cukup lembap atau pada saat tanah masih dalam keadaan lembap sehingga mudah diolah.

Gambar 2.2. Penyiapan lahan

2.3. Budidaya Tanaman Budidaya tanaman umumnya meliputi pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan panen. 2.3.1. Pembibitan Penyiapan bibit dilakukan di tempat-tempat tertentu yang cuacanya sesuai yang diperlukan bagi bibit tanaman. Tempat tersebut ada yang di dalam ruangan dengan kondisi cuaca tiruan yang disesuaikan dengan yang diperlukan tanaman, misalnya di ruang rumah hijau (green house), atau di ruang terbuka yang diberi peneduh penahan sinar matahari, penutup untuk membuat kelembapan tinggi, pelindung angin, dan lain-lain. Praktek Meteorologi Pertanian

23

2.3.2. Penanaman Setelah bibit cukup kuat kemudian ditanam pada lahan yang telah disiapkan. Kondisi tanah yang diperlukan tanaman berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman, misalnya untuk menanam padi ada jenis yang memerlukan tanah berair, ada jenis padi yang memerlukan tanah yang hanya lembap saja. Selama penanaman dibutuhkan keadaan langit cerah atau berawan.

Gambar 2.3. Kegiatan menanam padi.

Pemilihan waktu tanam sangat penting karena setelah tanaman ditanam cuaca sangat berpengaruh kepada pertumbuhan selanjutnya. Oleh karena itu lebih dahulu perlu diketahui prakiraan cuaca selanjutnya setelah masa tanam.

2.3.3. Pemeliharaan Setelah bibit ditanam dilakukan pemupukan, pengairan, penyemprotan hama, dan lain-lain. 24

Praktek Meteorologi Pertanian

Gambar 2.4. Penyemprotan hama

Selama masa pemeliharaan diperlukan data pada hari itu apakah keadaannya memungkinkan pekerjaan pemeliharaan dilakukan. Misalkan bila untuk melakukan penyemprotan atau pemupukan diperlukan cuaca langit cerah atau berawan dan angin tidak lebih dari 10 km/jam maka pekerjaan ditunda apabila cuaca yang diperlukan tersebut tidak memenuhi. Selain itu prakiraan cuaca harian – mingguan suhu, angin, kelembapan, hujan di tempat pertanian juga diperlukan untuk membuat rencana pekerjaan hari-hari berikutnya. Petani harus mengetahui benar syarat kegiatan dan kebutuhan tanaman selama fase pemeliharaan. Kesulitan mungkin dapat terjadi apabila di suatu tempat saat itu terdapat bermacam-macam jenis tanaman dan dalam fase yang berbeda. 2.3.4. Panen Kegiatan memanen juga perlu direncanakan dengan memilih waktu dengan cuaca tertentu yang memungkinkan dilakukannya pemanenan. Selama menjelang panen, diperlukan data cuaca harian dan prakiraan cuaca harian – mingguan meliputi sinaran matahari, suhu, Praktek Meteorologi Pertanian

25

angin, kelembapan, dan hujan.

Gambar 2.5. Masa panen

2.4. Pascapanen Selama masa panen dan pascapanen diperlukan informasi cuaca meliputi data cuaca harian dan prakiraan cuaca harian – mingguan suhu, angin, kelembapan, dan hujan untuk kegiatan pengeringan. Tidak sedikit jenis hasil tanaman yang masih memerlukan cuaca tertentu setelah dipanen, misalnya untuk pengeringan. Hasil panen dapat rusak dalam penjemuran karena kehujanan.

26

Praktek Meteorologi Pertanian

Gambar 2.6. Penjemuran hasil panen

2.5. Transportasi Kegiatan pertanian tidak dimaksudkan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri secara langsung, tetapi juga dilakukan untuk maksud mencari keuntungan. Oleh karena lebih dahulu perlu ditetapkan jenis tanaman apa yang akan ditanam. Selain itu juga diperlukan perencanaan penyimpanan dan pengangkutan hasil-hasil tanaman. Selain informasi di lokasi pertanian, untuk keperluan agribisnis diperlukan informasi cuaca di tempat lain. Informasi tersebut berguna untuk memberi pertimbangan penetapan pengiriman hasil pertanian, dan lain-lain. Berbagai jenis transportasi perlu dipilih dalam pengiriman hasil panen sesuai dengan jenis dan jumlah barang yang akan diangkut. Demikian pula cara pengemasan perlu disesuaikan dengan kodisi cuaca waktu pengiriman. Praktek Meteorologi Pertanian

27

Gambar 2.7. Transportasi hasil panen

28

Praktek Meteorologi Pertanian

BAB 3 SISTEM CUACA PERTANIAN

Biasanya apabila seseorang membicarakan tentang “sarana produksi pertanian”, terlintas dalam pikiran bahwa yang dimaksud adalah tanah dan modal, bibit, pupuk, peptisida. Dengan sarana produksi yang baik diharapkan akan memperoleh produksi pertanian yang maksimal. Tetapi dalam kenyataan sering dialami panen tidak memenuhi harapan meskipun sarana produksi seperti yang telah disebutkan di atas memenuhi persyaratan yang diperlukan. Ada yang dilupakan, ialah “cuaca / iklim”. Cuaca dan iklim seharusnya di masukkan sebagai salah satu sumberdaya sarana produksi pertanian. Pengaruh lingkungan yang bergantung kepada tanah adalah faktor edafik. Tanah merupakan lapisan bumi yang terkena pelapukan oleh cuaca, dipengaruhi oleh organisme yang hidup, tanaman dan hewan pada lapisan tanah tersebut. Jadi ada hubungan yang erat antara tanah dan organisme, dan kedua-duanya dipengaruhi oleh iklim dan topografi. Sesungguhnya sangat sulit atau bahkan tidak mungkin memisahkan pengaruh faktor edafik karena adanya saling berkaitan dengan faktor lain yang menyusun habitat. Tanaman memerlukan tanah untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi pertumbuhan akar, ketersediaan air, ketersediaan zat hara, dan ketersediaan udara.

Praktek Meteorologi Pertanian

29

Perubahan ketersediaan kebutuhan dasar tersebut dapat mengakibatkan keterbatasan fungsi dan penyebaran organisme. Bila kondisi permukaan bumi dan atmosfer secara global membentuk iklim dalam skala makro, pertumbuhan dan perkembangan tanaman selain memerlukan faktor iklim makro, sebaliknya tanaman dapat membentuk iklim di sekitarnya yang dikenal dengan “iklim mikro”. 3.1. Cuaca Pertanian Setiap orang, setiap benda, setiap kegiatan mempunyai tanggap dan kepekaan berbeda kepada cuaca. Suatu tanaman sudah layu apabila satu hari tidak turun hujan, sedangkan tanaman lain dapat tahan lebih lama. Bagi seseorang atau sesuatu kegiatan, adanya cuaca tertentu mungkin dirasakan sebagai yang menguntungkan, tetapi bagi orang atau kegiatan lain justru dirasakan sebagai yang merugikan. Misalkan pada musim kemarau yang banyak hujan, bagi para petani palawija merasa untung karena tanamannya dapat tumbuh subur, tetapi bagi petani bawang merah merasa rugi karena bawangnya tidak baik kualitasnya. Kegiatan pertanian mempunyai tanggap dan kepekaan tersendiri kepada cuaca. Cuaca yang diperlukan dan yang berdampak kepada kegiatan pertanian disebut “cuaca pertanian”.. Unsur cuaca yang penting dalam pertanian, yang selanjutnya disebut unsur utama, antara lain sinaran matahari, suhu (termasuk suhu udara dan suhu tanah), angin, kelembapan udara, hujan, penguapan dan penguappeluhan.

30

Praktek Meteorologi Pertanian

Selain sifat dan nilai unsur cuaca utama, misalnya perubahan dan tinggi rendahnya suhu udara, perubahan angin, perubahan kelembapan, proses-proses dalam atmosfer yang berkaitan dengan nilai unsur cuaca tersebut dapat menghasilkan sesuatu keadaan dan atau gejala yang disebut “fenomena cuaca”. Berbagai macam fenomena cuaca dikelompokkan dalam empat golongan, yakni fenomena hidrometeor, fenomena litometeor, fenomena fotometeor, dan fenomena elektrometeor. Hidrometeor adalah fenomena, kecuali awan, yang timbul dan wujudnya berkaitan dengan air; misalnya embun, kabut, hujan, salju. Litometeor adalah fenomena yang timbul dan wujudnya berkaitan dengan butir-butir kecil dari benda yang tidak mengandung air, misalnya debu, asap. Fotometeor adalah fenomena optik yakni peristiwa yang timbul dan wujudnya berkaitan dengan pembiasan, pemantulan, penguraian, dan interferensi cahaya matahari atau cahaya bulan selama melewati atmosfer. Peristiwa tersebut terjadi berkaitan dengan adanya perbedaan suhu dan kerapatan lapisan-lapisan udara, atau karena adanya partikel atau butir-butir air, butir atau kristal es di dalam udara. Fotometeor dapat timbul pada waktu udara cerah atau panas (misalnya fatamorgana, mirats, benda-benda yang terlihat bergoyang). Selain itu dapat timbul pada awan atau di dalam awan, atau di dalam hidrometeor atau litometeor (misalnya halo yakni lingkaran cahaya yang tampak di sekitar matahari atau bulan, pelangi. busur kabut, cincin Bishop). Karena udara berlapis-lapis maka peristiwa pembiasan, pemantulan, penguraian, dan interferensi di dalam udara terjadi berkali-kali sehingga benda yang kita lihat tidak tampak seperti atau pada tempat yang sebenarnya. Makin jauh Praktek Meteorologi Pertanian

31

letaknya kesalahan lihat tersebut makin besar. Elektrometeor adalah fenomena elektrik yang timbul dan wujudnya berkaitan dengan kadar muatan listrik udara, misalnya kilat, badai guntur (thunderstorm), aurora. Terjadinya kilat dan badai guntur berkaitan dengan awan Kumulonimbus. Oleh karena itu badai guntur termasuk fenomena campuran antara fenomena hidrometeor dan elektrometeor. Badai guntur dipandang sebagai fenomena yang luar biasa dan mempunyai dampak sangat luas, baik dalam sistem cuaca maupun kepada sistem lainnya. Berbagai fenomena cuaca yang penting dalam pertanian adalah:

 fenomena hidrometeor, misalnya kabut, hujan, salju, embun beku;  fenomena litometeor, misalnya debu;  fenomena elektrometeor, misalnya kilat, badai guntur. Keadaan dan fenomena cuaca yang sangat kuat dan berpotensi mengganggu atau merusak disebut “fenomena ekstrem”. Berbagai keadaan dan fenomena yang digolongkan sebagai fenomena ekstrem dalam pertanian antara lain suhu udara sangat rendah, suhu udara sangat tinggi, angin kencang, kabut tebal, hujan lebat, salju, embun beku, badai guntur, debu letusan gunung. 3.2. Pengamatan Cuaca Pertanian Kondisi kritis bagi tanaman adalah saat tanam, karena setelah tanaman ditanam kehidupan selanjutnya banyak bergantung kepada cuaca di tempat penanaman. Oleh karena itu pengamatan cuaca sangat diperlukan. 32

Praktek Meteorologi Pertanian

Pengamatn cuaca untuk pertanian dilakukan setiap waktu yang diperlukan. Waktu pengamatan ditentukan dengan menggunakan waktu standar setempat. Di Indonesia menggunakan standar waktu daerah yang bersangkutan (WIB , WITA atau WIT). 3.3. Stasiun Cuaca Pertanian Dalam buku ini dibedakan antara Stasiun Meteorologi Pertanian dan Stasiun Cuaca Pertanian. Stasiun Meteorologi Pertanian adalah unit organisasi meteorologi tempat dilakukannya penyediaan dan pelayanan informasi meteorologi bagi keperluan pertanian, sedangkan Stasiun Cuaca Pertanian adalah tempat berikut peralatannya untuk melakukan pengamatan dan pengukuran cuaca di tempat kegiatan pertanian. Stasiun Cuaca Pertanian adalah tempat dan perangkat peralatan yang digunakan untuk memperoleh data cuaca pertanian. Oleh karena itu Stasiun Cuaca Pertanian sebaiknya terdapat di daerah pertanian. Perangkat peralatan yang diperlukan meliputi salah satu, beberapa atau keseluruhan dari macam alat yang digunakan untuk mengukur besarnya nilai-nilai unsur cuaca pertanian. Lokasi penempatan alat-alat ukur disesuaikan dengan keperluannya. Bila pengamatan atau pengukuran dimaksudkan untuk memperoleh data yang umum atau mewakili daerah yang luas perangkat alat pengamatan di tempatkan di tempat terbuka. Bila pengamatan atau pengukuran dimaksudkan untuk memperoleh data yang khusus untuk tempat tertentu perangkat alat pengamatan di tempatkan di tempat yang dimaksud.

Praktek Meteorologi Pertanian

33

Gambar 3.1. Stasiun Pengamatan Cuaca Pertanian.

Pengamatan cuaca pertanian ada yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan alat-alat ukur yang tersedia, dan ada yang hanya dilakukan oleh alat ukur otomatik.

34

Praktek Meteorologi Pertanian

Gambar 3.2. Alat ukur cuaca telemetri, Jakarta (Foto: 2007, Yunus)

Alat ukur cuaca yang sesuai adalah jenis perekam atau otomat. Namun demikian ada unsur cuaca yang masih perlu dilakukan pengamatan secara penglihatan, misalnya pengamatan jenis awan. 3.4. Unsur Cuaca Pertanian Secara umum, kadar cuaca dinyatakan dengan besarnya nilai parameter atau unsur cuaca serta adanya fenomena cuaca yang terjadi. Unsur cuaca utama adalah : suhu, tekanan, angin, dan kelembapan. Dari unsur utama tersebut diturunkan berbagai unsur lain, misalnya suhu titik embun, suhu potensial. Praktek Meteorologi Pertanian

35

Dalam pertanian unsur cuaca yang perlu diinformasikan adalah: sinaran surya (termasuk banyaknya dan intensitas sinaran, lamanya peyuryaan), suhu ( termasuk suhu udara, suhu titik embun, suhu tanah), angin, kelembapan udara, penguapan dan penguap peluhan, serta fenomena yang ada (termasuk hujan, kabut, embun, badai guntur). 3.4.1. Sinaran Surya Apabila air cukup tersedia, pertumbuhan dan produksi tanaman hampir seluruhnya ditentukan oleh sinaran matahari dan suhu udara. Kebutuhan tanaman akan sinaran matahari juga berbeda-beda menurut jenis tanaman dan fase pertumbuhannya. Hasil penelitian yang telah banyak dilakukan seperti yang dilakukan oleh Irsal dkk. (1982, 1983) menunjukkan bahwa pemanfaatan sinaran matahari oleh padi gogo selama pertumbuhan reproduktif jauh lebih efisien ( > 2 kali) dibandingkan dengan selama pertumbuhan vegetatif. Pengurangan radiasi matahari sekitar 60% sejak fase pengisian polong menurunkan hasil biji 17 - 20%; tetapi pengurangan dengan proporsi yang sama sejak pertumbuhan vegetatif menurunkan hasil biji 37 – 46% (Baharsyah 1980). Parameter yang digunakan untuk menyatakan nilai sinaran matahari adalah bondong sinaran (flux radiation) atau banyaknya sinaran, intensitas sinaran dan lama penyuryaan (sunshine duration). Bondong sinaran atau banyaknya sinaran adalah ukuran jumlah sinaran yang diterima alat selama selang waktu pengukuran. Umumnya satuan waktu yang digunakan per hari, dan satuan ukuran nilainya dalam watt atau miliwatt.

36

Praktek Meteorologi Pertanian

Intensitas sinaran adalah ukuran banyaknya sinaran per satuan luas per satuan waktu, yang dinyatakan dengan satuan watt atau miliwatt per cm atau kalori per cm per menit. 2

2

Untuk mengukur bondong dan intensitas sinaran matahari digunakan alat solarimeter atau radiometer. Solarimeter banyak jenisnya sesuai dengan macam sinaran yang diukur, antara lain pirheliometer, piranometer, pirgeometer, pirradiometer, netpirradiometer; tetapi pada prinsipnya sama, yakni menggunakan dua logam yang satu berwarna hitam pekat dan satunya berwarna putih mengkilat. Logam yang berwarna hitam menyerap semua sinaran dan yang mengkilap memantulkan semua sinaran yang jatuh padanya sehingga antara kedua logam tersebut terjadi perbedaan suhu dan menimbulkan perbedaan potensial listrik. Dari arus listrik yang timbul ditaksir besarnya sinaran. Pirheliometer adalah alat peukur sinaran langsung dari matahari yang jatuhnya tegaklurus. Dengan pirheliometer diperoleh nilai intensitas sinaran matahari yang sampai di tempat alat.

Gambar 3.3. Piranograf (Pekanbaru) (Foto: 2007, Yunus) Praktek Meteorologi Pertanian

37

Piranometer adalah alat peukur sinaran global atau sinaran langit, yaitu sinaran yang tidak langsung dari matahari. Alat tersebut prinsipnya sama dengan pirheliometer tetapi bagian logam yang langsung menghadap matahari ditutup. Pirgeometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur sinaran dari bawah yang berasal dari bumi. Pirradiometer digunakan untuk mengukur sinaran total, sekaligus baik sinaran matahari maupun sinaran semesta. Netpirradiometer digunakan untuk mengukur banyaknya sinaran yang masuk dan yang keluar pada suatu permukaan mendatar. Lamanya penyuryaan adalah waktu selama matahari bersinar dengan kekuatan tertentu. Lama penyuryaan dinyatakan dengan satuan jam atau persen (%). Untuk mengukur lama penyinaran digunakan alat rekam lama suryaan. Alat rekam lama suryaan ada yang terbuat dari bola gelas (Campbel Stokes).

Gambar 3.4. Alat rekam suryaan matahari jenis Campbel Stokes (Banjarbaru) (Foto: 2007, Yunus)

38

Praktek Meteorologi Pertanian

Bola gelas tersebut diletakkan menghadap ke matahari sehingga sinar matahari terpusatkan dan memungkinkan pias kertas yang diletakkan di bawahnya terbakar. Karena matahari bergerak maka pada kertas dapat dilihat jejak bekas terbakar. Panjangnya jejak tersebut menyatakan lamanya penyuryaan. Bila langit cerah selama sehari sehingga kertas terbakar sepanjang batas yang ditetapkan, lamanya penyuryaan diberi nilai 100 %.

Gambar 3.5. Pias perekam lamanya penyuryaan

3.4.2. Suhu Suhu yang diperlukan bagi kegiatan pertanian meliputi suhu udara lingkungan atau suhu permukaan dan suhu tanah. Sumber utama yang menimbulkan panasnya atmosfer adalah sinaran matahari. Apabila sinaran matahari mengenai suatu benda sebagian sinaran dipantulkan, sebagian diteruskan, dan sebagian diserap. Penyerapan sinaran mengakibatkan benda tersebut mengalami berbagai macam proses, di antaranya memancarkan kembali sinaran dalam bentuk panas yang menurut Stefan-Boltzmann, apabila benda bersifat sebagai benda hitam, yakni benda yang mempunyai sifat menyerap dan memancarkan kembali semua sinaran yang diserap, banyaknya sinaran yang dipancarkan sebanding dengan suhunya dipangkat empat, seperti berikut : 4

B = T Praktek Meteorologi Pertanian

39

dengan:  adalah bilangan tetapan pembanding yang disebut tetapan Stefan – –5 4 Boltzmann ; besarnya  = 5,673 x 10 erg / cm2 / K / detik; dan T adalah suhu benda dalam derajat Kelvin. Oleh karena itu apabila banyaknya sinaran matahari yang diterima berubah, suhunya juga berubah. Untuk menyatakan tingginya suhu udara digunakan satuan derajat. Ada tiga satuan derajat yang lazim digunakan dalam meteorologi, yakni derajat Celcius ( C) , derajat Fahrenheit ( F), dan derajat Kelvin (K). Hubungan antara satuan-satuan tersebut sebagai berikut : a K = (a - 273) C b F = 5(b - 32)/9 C (a). Suhu Udara Permukaan Suhu udara yang dimaksud adalah suhu udara di dekat permukaan dan suhu udara atas. Pengukuran suhu udara permukaan dilakukan pada ketinggian sekitar 1,2 meter dari permukaan bumi dengan menggunakan termometer. Setiap bagian atmosfer mempunyai suhu yang berbeda; demikian pula berbeda pada setiap saat. Perbedaan tersebut terjadi karena berbeda jumlah sinaran yang diterima dan karena berbagai faktor lainnya; antara lain karena kedudukan matahari, tinggi rendahnya tempat, struktur dan jenis permukaan. Dalam arah mendatar di dekat permukaan bumi ke arah kutub suhu makin berkurang. Daerah tropik mempunyai suhu rata-rata paling tinggi karena matahari terus-menerus di atas kawasan khatulistiwa sehingga kawasan 40

Praktek Meteorologi Pertanian

tersebut banyak menerima sinaran. Karena bumi berputar pada porosnya dan beredar mengelilingi matahari maka suhu udara di dekat permukaan bumi mempunyai perubahan harian dan perubahan musiman. Di kawasan tropik perubahan harian sangat kelihatan dan menjadi ciri khas kawasan tersebut. Sedangkan mendekati kutub perubahan musiman sangat terlihat. Hampir di semua tempat di kawasan tropik suhu udara mencapai maksimum sekitar atau beberapa waktu setelah matahari mencapai titik tertinggi (kulminasi) atau setelah pukul 12 waktu setempat. Di Indonesia umumnya maksimum tercapai sekitar pukul 13 waktu setempat.

Gambar 3.6. Perubahan harian suhu dan kelembapan nisbi udara di Jakarta Juli 2007 (Sumber: BMG).

Dalam arah mendatar di dekat permukaan bumi suhu udara berkurang mengikut ketinggian tempat; besarnya pengurangan bergantung kepada keadaan lingkungan. Oldeman (1982) mengemukakan bahwa di Indonesia pengurangan suhu mengikuti ketinggian tempat Praktek Meteorologi Pertanian

41

tersebut secara umum mengikuti rumus : Th = Th - 0,5 h o

dengan: Th = suhu pada ketinggian h meter dari permukaan laut, dan Th = suhu pada ketinggian ho. o

Untuk mengukur suhu udara digunakan termometer atau termograf. Karena maksud pengukuran adalah suhu udara lingkungan maka termometer atau termograf ditempatkan dalam ruangan atau bangunan yang tidak langsung terkena sinar matahari, yang dinamakan sangkar meteorologi. Penempatan termometer pada ketinggian yang sesuaikan dengan tujuan pengukuran; umumnya pada ketinggian antara 30 sampai 120 cm dari permukaan tanah. Yang diukur adalah suhu pada setiap saat; selain itu juga diukur suhu maksimum, dan suhu minimum selama selang waktu sehari. (b). Suhu Tanah Pengukuran suhu tanah dilakukan dengan memasang termometer di dalam tanah pada kedalaman sesuai dengan tujuan pengukuran; tetapi umumnya digunakan kedalaman standar, yakni 5, 10, 20, 50, dan 100 cm dari permukaan tanah. Umumnya pemilihan lokasi penempatan alat dimaksudkan agar hasil pengukuran dapat mewakili luas tanah sekitar 100 m . Dalam pencatatan suhu tanah dilengkapi dengan keterangan tentang jenis dan ciri fisik tanah. 2

42

Praktek Meteorologi Pertanian

Gambar 3.7. Termometer tanah (Banjarbaru) (Foto: 2007, Yunus)

3.4.3. Angin Karena perbedaan suhu dan tekanan antara suatu tempat dan pada tempat lain, terjadilah gerakan udara yang disebut angin. Selanjutnya bila tidak ada penjelasan lainnya, istilah angin digunakan untuk mengatakan gerak udara dalam arah mendatar. Angin permukaan adalah angin yang terukur oleh sensor angin pada ketinggian antara 6 dan 10 meter dari permukaan bumi. Angin dicirikan dengan arah datangnya dan kecepatannya. Arah angin dinyatakan dengan derajat. Angin dari utara arahnya dinyatakan 360 derajat; dari timur 90 derajat; dari selatan 180 derajat; dari barat 270 derajat. Arah 0 derajat digunakan untuk angin yang sangat lemah. Kecepatan angin dinyatakan dalam km/jam, m/detik, atau dalam knot ( 1 knot = 1 mil/jam = 1,8 km/jam ). Praktek Meteorologi Pertanian

43

Gambar 3.8. Mata angin

Angin mempunyai energi yang besarnya setara dengan kecepatannya; makin kencang makin besar energi yang dibawanya. Berkaitan dengan energi tersebut oleh Beaufort angin dibedakan tingkatnya dari kekuatannya dan dinyatakan dengan skala yang dikenal dengan skala Beaufort. Hubungan antara skala Beaufort dan kecepatan angin dikemukakan oleh G.C. Simpson (Meteorological Office Publication No. 180, London, 1906) dalam rumus : V = 0,836 B /2 3

dengan: V = kecepatan angin dinyatakan dalam m/dt, dan B besarnya skala.

44

Praktek Meteorologi Pertanian

Tabel 3.1. Skala Beaufort dan kecepatan angin Skala Beaufort

Tingkat

Kecepatan Knot Km/jam

0

tenang

<1

1

Teduh

1–3

2

Sepoi lemah

4–6

6 – 11

Terpaan angin terasa di muka, anemomete berputar perlahan

3

Sepoi lembut

7 - 10

12 – 19

Daun-daun kecil dipohon bergerak bendera dapat berkibar

4

Sepoi sedang

11 – 16

20 – 29

Debu dan kertas dapat terbang; ranting pohon bergerak

5

Sepoi segar

17 -21

30 – 39

Pohon-pohon kecil terlihat condong, genangan air di tanah terlihat berombak kecil

6

Sepoi kuat

22 - 27

4- - 50

Batang pohon terlihat bergerak; suara berdesing dari kawat telpon dapat terdengar; payung dapat terangkat

Angin ribut 28 - 33 lemah

51 – 61

Pohon– pohon bergerak; berjalan terasa berat

7

<1

Tanda-tanda di darat Asap mengepul vertikal tetapi alat anemometer tidak berputar

2 - 5 Asap mengepul miring,tetapi alat anemometer tidak berputar

8

Angin ribut

34 - 40

62 – 74

Batang pohon dapat patah, sampai pohon tumbang

9

Angin ribut kuat

42 -

75 – 87

Dapat membawa kerusakan cerobong pot-pot beterbangan

10

Badai

88 – 101

Kerusakan lebih besar; tetapi di darat jarang terjadi

11

Badai amuk

102 – 120

Kerusakan berat; tetapi sangat jarang terjadi di darat

12

topan

> 120

Hampir tidak pernah terjadi

Praktek Meteorologi Pertanian

45

Selain dari kecepatan, arah, dan kekuatannya, angin juga dikenali dari berbagai sifat lain, misalnya dari tempatnya, dari waktu berlangsungnya. Nama angin yang biasa bertiup di suatu tempat disebut angin lokal atau angin setempat; antara lain angin laut, angin darat, angin gunung, angin lembah. Angin berkaitan dengan kondisi lingkungan dan berkaitan pula dengan adanya pengaruh sistem cuaca lain, misalnya perenggan (front), monsun, siklon tropik, pusaran (vortice), badai guntur. Angin yang berkaitan dengan kondisi lingkungan, misalnya angin yang terdapat di daerah dekat pantai, di pegunungan, umumnya berubah berkala harian. Di daerah dekat pantai pada siang hari angin banyak datang dari arah laut, dan pada malam hari banyak dari arah darat. Di tempat dekat gunung, pada siang hari angin banyak bertiup ke arah gunung, dan pada malam hari banyak ke arah lembah. Angin yang berkaitan dengan perenggan (front) arahnya berubah mengikut gerak perpindahan perenggan. Angin yang berkaitan dengan monsun berubah arahnya secara musiman. Misalnya di Bandar Udara Cengkareng karena adanya monsun Asia musim dingin, dalam bulan Januari banyak angin dari arah barat sedangkan dalam bulan Juli karena adanya monsun Asia musim panas dan monsun Australia, arah angin banyak dari timur. Angin yang berkaitan dengan siklon tropik kecepatannya besar dan arahnya berubah mengikut gerak perpindahan siklon tropik tersebut. Angin yang berkaitan dengan pusaran kecepatannya lebih rendah dari yang berkaitan dengan siklon tropik, dan arahnya berubah mengikut gerak perpindahan pusaran. 46

Praktek Meteorologi Pertanian

Angin yang berkaitan dengan badai guntur arah dan kecepatannya dapat berubah dengan cepat. Pada waktu pembentukan awan badai guntur arah angin banyak menuju ke arah tempat di bawah awan, sedangkan pada waktu awan badai guntur dalam fase menghilang angin kencang dapat terjadi dari arah tempat awan badai guntur. Angin juga dapat berubah-ubah pada waktu terik matahari. Perubahan kecepatannya dapat besar dan dalam waktu singkat, disebut “langkisau (gust)”. Sesaat sesudah terjadi langkisau biasanya diikuti keadaan lengang atau tak ada angin. Alat untuk mengukur arah angin disebut sirip angin (windvane). Alat untuk mengukur kecepatan angin disebut anemometer. Umumnya sirip angin dan anemometer disatukan dalam satu perangkat. Pemasangan anemometer disesuaikan dengan keperluannya, namun untuk angin permukaan anemometer dipasang pada ketinggian standar yakni 10 m dari permukaan tanah.

Gambar 3.9. Cup Anemometer (Banjarbaru) (Foto: 2007, Yunus) Praktek Meteorologi Pertanian

47

3.4.4. Kelembapan Udara mengandung uap air yang banyaknya tidak tetap. Uap air berasal dari berbagai sumber, antara lain dari penguapan laut, penguapan sungai, penguapan danau, dan penguap-peluhan dari tumbuh-tumbuhan. Untuk menyatakan kadar uap air di dalam udara digunakan istilah kelembapan. Banyaknya uap air di dalam udara bergantung ke-pada banyak faktor, antara lain ketersediaan air dan sumber uap, suhu udara, tekanan udara, angin. Dalam kajian sifat udara untuk keperluan tertentu, udara dibedakan dari kandungan uap air di dalamnya dan dikenal istilah udara basah dan udara kering. Udara basah digunakan untuk menyatakan udara yang mengandung uap air, dan udara kering bagi udara yang tidak mengandung uap air. Jadi udara basah adalah campuran udara kering dan uap air. Baik udara kering maupun uap air keduanya berbentuk gas yang mempunyai tekanan. Tekanan atmosfer atau yang lazim disebut tekanan udara, adalah jumlah tekanan dari udara kering dan tekanan uap air yang ada di dalam atmosfer saat itu. Jika tekanan udara kering secara terpisah besarnya p , dan tekanan uap air pada saat itu e, maka tekanan udara pada saat itu : d

p = pd + e Udara yang suhunya tinggi mempunyai kemampuan menyimpan uap air lebih banyak dibandingkan dengan udara yang suhunya lebih rendah. Oleh karena itu apabila ke dalam udara yang suhu dan tekanannya tetap dimasukkan uap air sebanyak-banyaknya, pada suatu saat uap air yang ada dalam udara tidak lagi bertambah karena sebagian ada yang mengembun kembali menjadi air. Dalam keadaan seperti itu udara disebut jenuh dengan uap air. Pada saat jenuh tersebut tekanan uap 48

Praktek Meteorologi Pertanian

air mencapai maksimum. Jadi makin tinggi suhunya makin tinggi tekanan uap air maksimum yang dapat dicapai. Tabel 3.2. Suhu udara dan tekanan uap air maksimum (em) T\d 40 30 20 10 0 -0 -10 -20 -30

0 73.77 42.43 23.37 12.27 6.107 6.107 6.107 2.597 2.862 1.032 1.254 0.379 0.508

1 77.80 44.92 24.86 13.11 6.566 5.623 5.678 2.376 2.644 0.937 1.150 0.342 0.462

2 82.01 47.55 26.43 14.01 7.054 5.173 5.276 2.172 2.440 0.850 1.053 0.307 0.420

3 86.42 50.30 28.08 14.96 7.575 4.757 4.898 1.984 2.251 0.770 0.964 0.276 0.381

4 91.03 53,20 29.83 15.97 8.129 4.372 4.545 1.811 2.075 0.698 0.882 0.248 0.346

5 95.85 56.23 31.67 17.04 8.719 4.015 4.214 1.652 1.911 0.632 0.807 0.223 0.313

6 100.8 59.42 33.60 18.17 9.346 3.685 3.906 1.506 1.759 0.572 0.737 0.200 0.284

7 106.1 62.76 35.64 19.36 10.01 3.379 3.617 1.371 1.618 0.517 0.672 0.179 0.257

8 111.6 66.26 37.79 20.63 10.72 3.097 3.348 1.248 1.487 0.466 0.613 0.160 0.232

9 117.4 69.93 40.05 21.96 11.47 2.837 3.097 1.135 1.366 0.421 0.588 0.143 0.209

Ada tiga macam ukuran yang digunakan untuk menyatakan nilai kelembapan udara, yakni kelembapan nisbi (relative humidity), kelembapan mutlak (absolute humidity) atau nisbah campur (mixing ratio), dan kelembapan spesifik (specific humidity). Kelembapan nisbi adalah nilai perbandingan antara tekanan uap air yang ada pada saat pengukuran dan besarnya tekanan uap air maksimum yang dapat dicapai pada suhu dan tekanan udara pada saat itu. Apabila tekanan uap air pada saat itu sebesar e milibar, dan tekanan uap maksimum em milibar maka kelembapan nisbi : H = e/em x 100 % Kelembapan mutlak atau nisbah campur adalah perbandingan antara massa uap air dan massa udara kering dalam tiap satuan volume udara. Misalkan dalam 1m3 udara terdapat m uap air dan m udara kering, maka kelembapan mutlak atau nisbah campurnya sebesar : v

d

r = mv / md Praktek Meteorologi Pertanian

49

Kelembapan spesifik adalah perbandingan antara massa uap air dan massa udara dalam tiap satuan volume udara. Misalkan dalam 1m udara mengandung m gram uap air dan m gram udara kering maka berat udara sebesar (mv + md ) gram, dan kelembapan spesifik sebesar: 3

v

d

q = mv / (mv + md ) Alat ukur kelembapan adalah psikrometer atau hygrometer. Ada juga alat ukur kelembapan dan sekaligus dapat mengukur atau merekam suhu udara. Alat ukur yang demikian itu disebut sebagai termohigrograf.

Gambar 3.10. Termohigrograf (Jakarta) (Foto: 2007, Yunus)

3.4.5. Penguapan dan Penguappeluhan Penguapan adalah proses keluarnya uap dari permukaan air. Besarnya penguapan dinyatakan dengan bilangan dalam millimeter yang menyatakan banyaknya air yang hilang karena menguap melalui 50

Praktek Meteorologi Pertanian

tiap satuan luas tiap satuan waktu. Misalkan banyaknya penguapan sebesar 1 mm/hari berarti air yang berubah menjadi uap tiap 1 m selama sehari sebanyak 1 m X 1mm = 1000.000 mm = 1 liter. Laju penguapan termasuk hal penting dalam pertanian. Penguapan yang melalui permukaan benda bukan air, misalnya permukaan tanah, daun, dan lain sebagainya disebut sebagai “penguappeluhan”. 2

2

3

Besarnya laju penguapan dan laju penguappeluhan bergantung banyak faktor, antara lain sinaran matahari, suhu, angin, kelembapan, tekanan atmosfer, jenis permukaan, jenis tanah. Untuk mengukur besarnya penguapan digunakan alat evaporimeter. Evaporimeter yang lazim digunakan adalah evaporimeter panci terbuka (open pan evaporimeter). Evaporimeter panci terbuka terdiri atas bak yang diisi air dan dilengkapi dengan alat ukur tingginya permukaan air. Misalkan pada pukul 07.00 pagi permukaan setinggi a mm dan pada pukul 07.00 malam setinggi b maka banyaknya penguapan selama 12 jam hari itu sebanyak (b – a) mm.

Gambar 3.11. Evaporimeter Panci Terbuka Praktek Meteorologi Pertanian

51

Evaporimeter panci terbuka dipasang di tempat terbuka yang kira-kira sejauh empat kali tinggi pepohonan atau bangunan di sekelilingnya agar dapat diperoleh besarnya penguapan yang sebenarnya. 3.4.6. Hujan Curah hujan adalah butir-butir air atau kristal es yang keluar dari awan. Bila curahan dapat mencapai bumi disebut “hujan”; apabila setelah keluar dari dasar awan tidak sampai ke bumi karena habis menguap segera setelah keluar dari awan disebut “virga”. Butir air yang dapat keluar dari awan dan mencapai bumi sekurang-kurangnya bergaris tengah 200 mikrometer; bila kurang dari 200 mikrometer, butir-butir air tersebut sudah habis menguap sebelum mencapai bumi (1 mikrometer = 0,001 cm). Parameter yang penting dari hujan bagi pertanian intensitasnya, banyaknya, dan keseringan terjadinya.

adalah

Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan selama waktu hujan. Bila selama hujan banyaknya curah hujan = r mm dan hujan berlangsung selama t menit, maka intensitas rata-rata I: I = r/t (mm/menit) dengan: I = intensitas hujan, r banyaknya curah hujan selama waktu hujan, dan t= selang waktu hujan. Misalkan hujan berlangsung selama 5 menit, dan banyaknya hujan selama waktu hujan tersebut 15 mm maka intensitas I =15/5 = 3 mm/menit. 52

Praktek Meteorologi Pertanian

Banyaknya hujan (R) adalah jumlah air hujan yang sampai ke permukaan bumi selama selang waktu pengukuran. Umumnya dinyatakan dengan satuam millimeter (mm) atau inci (inc). Bila selama satu hari banyaknya hujan (R) = 1 mm berarti bahwa selama hari itu air 2 hujan yang tertampung pada permukaan bumi setiap luas 1 m sebanyak 1 m2 X 1mm = 1.000.000 mm3 = 1 liter. Kepadatan hujan (D) adalah ukuran untuk menyatakan seringnya hujan atau banyaknya hari hujan selama kurun waktu tertentu, misalnya dalam sebulan banyaknya hari 30, terjadi 9 hari hujan maka kepadatan hujan 9/30. Rumus umumnya ditulis : D = h/B dengan: D menyatakan kepadatan hujan, h banyaknya hari hujan, B banyaknya hari dalam sebulan. Hari hujan adalah hari ada hujan lebih dari 0,5 mm. Untuk mengukur banyaknya curah hujan digunakan alat ukur hujan. Alat ukur hujan dipasang di tempat yang bebas sehingga air yang tertampung murni dari awan yang menghasilkan.

Praktek Meteorologi Pertanian

53

Gambar 3.12. Alat penakar hujan Hellmann (Jakarta) (Foto: 2007, Yunus)

Hujan diberi nama menurut ciri-cirinya. Hujan yang berupa es dinamakan hujan batu; umumnya berasal dari awan Kumulonimbus yang tinggi. Hujan yang butir-butir airnya kecil disebut hujan gerimis; umumnya berasal dari awan Stratus atau Altostratus. Hujan yang turun sangat deras dan berlangsung sekejap dinamakan hujan curah (shower); umumnya berasal dari awan Kumulonimbus. Hujan yang berlangsung terus-menerus dan lebat disebut hujan jujuh (continues rain); umumnya berasal dari awan Altostratus tebal atau Nimbostratus. Di kawasan luar tropik hujan jujuh sering terjadi di atas perenggan sangkaran (occluded front) atau perenggan campuran massa udara dingin dan massa udara panas. Hujan yang sangat sedikit sehingga tidak terekam alat ukur disebut hujan suri. Hujan yang banyak mengandung debu atau bahanbahan lain sehingga memberi kesan warna merah disebut hujan merah. Disamping curah hujan terdapat fenomena yang penting dalam kegiatan pertanian, antara lain badai guntur, tornado. 54

Praktek Meteorologi Pertanian

3.4.6.1. Badai Guntur Badai guntur termasuk fenomena yang sangat mengganggu dalam penerbangan tetapi bermanfaat bagi pertanian, karena kilat yang ditimbulkan dapat menghasilkan nitrogen yang diperlukan bagi kesuburan tanah. Terjadinya badai guntur berkaitan dengan timbulnya awan Kumulonimbus tertentu yang juga dikenal dengan nama awan guntur. Selain dapat menimbulkan longsoran udara, awan guntur menghasilkan loncatan muatan listrik yang sangat kuat yang disebut kilat. Kilat terjadi berkali-kali, mulai dari sedikit dan makin bertambah sering. Hujan deras terjadi beberapa menit setelah frekuensi kilat mencapai maksimum. Kilat dapat menimbulkan petir dan guntur. Waktu hidupnya sel badai guntur, yakni mulai dari tumbuhnya kemudian menjadi tingkat muda sampai tingkat tua dan akhirnya mati, selama sekitar 2 jam. 3.4.6.2. Tornado Tornado atau angin puyuh adalah pusaran turus udara yang terdapat pada awan Kumulonimbus dan tampak seperti awan corong (funnel cloud) atau awan juntaian. Panjang diameter pusaran dapat mencapai beberapa ratus meter. Arah putaran biasanya siklonik (bila di daerah belahan bumi utara bearah mengiri atau berlawanan arah putaran jarum jam, dan bila di belahan bumi selatan putarannya menganan atau searah dengan putaran jarum jam). Kecepatan angin di sekitarnya dapat mencapai 150 sampai 500 km/jam. Dengan kecepatan yang demikian besar angin puyuh Praktek Meteorologi Pertanian

55

mempunyai daya pengrusak yang cukup tinggi. Angin puyuh dapat terjadi di sembarang tempat; tetapi yang paling sering adalah di Australia tengah dan Amerika Serikat bagian tengah. Di Amerika Serikat rata-rata terjadi 140 sampai 150 angin puyuh dalam setahun. Umumya banyak terjadi di awal musim semi pada siang dan sore hari. Di Indonesia angin puyuh mudah terjadi pada awal dan akhir musim hujan di atas daerah dataran yang luas, meskipun tidak sering.

Gambar 3.13. Tornado.

3.5. Berbagai Kriteria Dalam pertanian sering digunakan batasan-batasan berdasarkan nilai unsur cuaca yang mempunyai arti tertentu bagi kegiatan pertanian atau tanaman, antara lain musim tumbuh (growing season), derajat hari (degrre day), selang kering (dry spell), selang basah (wet spell). 3.5.1. Musim Tumbuh Musim tumbuh adalah selang waktu dalam setahun dengan cuaca tertentu yang memungkinkan suatu tanaman dapat tumbuh secara optimal. Dari definisi tersebut dapat difahami bahwa setiap jenis tanaman mempunyai musim tumbuh yang berbeda-beda karena masing56

Praktek Meteorologi Pertanian

masing mempunyai tanggap dan syarat cuaca yang berbeda. Pada umumnya, utamanya di kawasan tropik, penentuan musim tumbuh menggunakan kriteria curah hujan. Oldeman (1982) menggunakan kriteria curah hujan 75 mm dalam sebulan atau 25 mm dalam satu dasarian. Sebagai contohdengan menggunakan kriteria curah tersebut musim tumbuh beberapa tanaman seperti tercantum dalam tabel 3.3. berikut : Tabel 3.3. Musim tumbuh berbagai tanaman dengan menggunakan kriteria curah hujan Tanaman

Panjang musim tumbuh (hari)

Pisang

300 – 365

Jeruk

240 – 365

Kapas

150 – 180

Kentang

100 – 150

Jagung

100 – 140

Padi

90 – 150

Tembakau

90 – 120

Dari panjang panjang musim tumbuh dapat dipilih daerahdaerah mana yang sesuai dengan tanaman yang bersangkutan. 3.5.2. Derajat Hari Derajat hari adalah besarnya selisih nilai suhu rata-rata harian dari normalnya yang digunakan sebagai standar. Satu derajat hari adalah selisih suhu rata-rata sehari (di bawah atau di atas) sebesar satu derajat (C atau F) dari suhu standar. Umumnya nilai derajat hari dihitung secara kumulatif. Makin banyak menunjukkan makin seringnya suhu menyimpang dari suhu standar yang dapat digunakan untuk membuat Praktek Meteorologi Pertanian

57

penilaian cuaca yang mempunyai akibat tertentu kepada tanaman atau kegiatan pertanian umumnya. Misalkan dalam periode sepuluh hari nilai derajat hari 15 positif berarti selama sepuluh hari tersebut penyimpangan suhu sebesar 15 derajat di atas standar atau rata-rata 1,5 derajat setiap hari. 3.5.3. Selang Kering, Selang Basah Selang kering (dry spell) adalah selang waktu dalam hari yang berturut-turut tidak tercatat ada hujan; dan selang basah (wet spell) adalah selang waktu dalam hari yang berturut-turut tercatat ada hujan. Namun demikian definisi tersebut bersifat umum; diberbagai Negara menggunakan kriteria yang berbeda. Misalkan di Amerika Serikat selang kering diartikan sebagai selang waktu selama dua minggu yang setiap harinya tidak ada hujan yang tercatat. Di Inggris didefinisikan sebagai selang waktu limabelas hari yang setiap harinya tidak tercatat hujan lebih dari 0,04 inci (1 mm). Dengan terjadinya selang kering atau selang basah dapat memberi dampak tertentu kepada tanaman atau kegiatan pertanian umumnya, misalnya tanaman menjadi layu karena selang kering atau tanaman menjadi busuk karena ada selang basah. 3.5.4. Beda Suhu Siang dan Malam Suhu udara berkaitan dengan banyaknya sinar matahari dan banyaknya sinaran yang dipancarkan bumi. Pada siang hari jumlah sinaran matahari dan sinaran bumi banyak jumlahnya, sedangkan pada malam hari tidak ada sinaran matahari melainkan hanya sinaran bumi yang jumlahnya makin berkurang menjelang pagi. Oleh karena itu pada siang hari suhu udara selalu lebih tinggi dibandingkan suhu udara pada malam hari. Perbedaan suhu malam dan siang hari berkaitan dengan lingkungan. 58

Praktek Meteorologi Pertanian

Tabel 3.4. Beda suhu maksimum dan minimum (Tmaks – Tmin) di beberapa tempat (persepuluhan C) Lokasi

jam

feb

mar apr

mei jun

jul

agu

sep

okt

nop

des

B.Aceh

090

100

101 097

089 105

115

105

098

089

088

073

Padang

085

087

085

082

076

087

089

085

083

081

079

083

Jakarta

065

071

078

080

083

083

086

091

087

085

082

074

S.baya

088

077

085

081

081

088

096

108

113

110

102

094

Kupang

067

069

080

094

089

088

093

103

109

112

105

082

Pontianak

081

096

083

094

095

101

106

109

101

097

090

088

Kendari

107

126

121

117

109

104

117

143

140

147

123

121

Ambon

075

077

077

073

061

054

057

048

062

068

073

075

Jayapura

067

064

065

066

065

065

068

066

066

061

068

063

Manado

079

082

089

091

095

094

095

100

114

105

094

083

Sumber : diolah dari Almanak BMG 1994.

Di atas laut atau daerah pantai beda suhu siang dan malam hari lebih kecil dibandingkan dengan di atas daerah daratan. Di atas daerah ngarai perbedaan suhu pada siang dan malam hari dapat sangat besar. Beda suhu tersebut dapat dikenali dari tingginya suhu maksimum dan suhu minimum harian. Selain berkaitan dengan lokasi, beda suhu maksimum dan minimum berkaitan dengan musim. Di daerah-daerah tertentu besarnya beda suhu malam dan siang hari dapat digunakan untuk menandai kadar musim. 3.6. Iklim Lingkungan Meskipun kegiatan pertanian umumnya dilakukan setempat, namun dalam cuaca dan iklim yang mempengaruhinya tidak lepas dari cuaca dan iklim dalam skala besar. Misalnya adanya hujan di suatu Praktek Meteorologi Pertanian

59

tempat, selain berkaitan dengan sistem cuaca dan iklim di tempat tersebut berkaitan dengan musim. Musim di tempat tersebut berkaitan dengan sistem cuaca dan iklim di daerah lain. 3.6.1. Sistem Cuaca Kawasan Tropik Dari aspek astronomi dan geografi yang dimaksud kawasan tropik adalah daerah antara rasi bintang Cancer (23 ½ derajat lintang utara) dan rasi bintang Capricorn (23 ½ derajat lintang selatan). Namun demikian dalam meteorologi definisi tersebut kurang memadai karena cuaca tidak mengenal batas geografi yang tetap. Dalam meteorologi, kawasan tropik didefinisikan sebagai daerah di antara garis petemuan angin pasat belahan bumi selatan paling utara dan angin pasat belahan bumi selatan paling selatan. Letak garis tersebut tidak tetap dan tidak selalu jelas. Garis tersebut sering disebut sebagai “khatulistiwa meteorologi”.

Gambar 3.14. Posisi PPAT paling selatan dan paling utara

Meskipun disebutkan sebagai “pias” dalam kenyataannya tidak menunjukkan wujud yang utuh dan tidak tetap. Pias Pumpun AntarTropik (PPAT) bergeser ke utara – selatan mengikut gerak matahari, 60

Praktek Meteorologi Pertanian

namun demikian pergeseran setiap harinya tidak teratur dan tidak sama di setiap tempat. Di atas lautan Atlantik dan Pasifik timur PPAT lebih banyak berada di belahan bumi utara dan gerak pergeserannya kecil, berbeda dengan yang ada di kawasan tropik Asia yang pergeserannya antara 15 LS sampai 20 LU dan sering tidak jelas. Pasat. Ciri kecuacaan kawasan tropik utamanya dibentuk oleh sinaran matahari, karena kawasan tropik mendapat sinaran matahari paling banyak di antara yang diterima kawasan di luarnya. Karena sinaran matahari tersebut suhu udara kawasan tropik cukup tinggi dan lebih tinggi dari sekitarnya. Perbedaan suhu tersebut menimbukan kecenderungan udara dari kawasan sekitarnya bergerak menuju ke kawasan tropik, sehingga kawasan tropik menjadi daerah pumpunan angin. Perbedaan tekanan antar daerah tersebut mendorong udara di daerah tekanan tinggi cenderung mengalir ke daerah tekanan rendah. Karena bumi berputar dari barat ke arah timur, udara di sekitar daerah tekanan tinggi subtropik di belahan bumi utara yang menuju daerah tekanan rendah khatulistiwa dibelokkan ke kanan menjadi angin timur, sedangkan yang menuju ke arah daerah tekanan rendah kutub berbelok ke timur menjadi angin barat yang disebut angin baratan kutub. Di belahan bumi selatan, udara dari daerah tekanan tinggi subtropik yang menuju ke arah tekanan rendah khatulistiwa dibelokkan ke kiri menjadi angin tenggara, sedangkan yang menuju ke arah daerah tekanan rendah kutub berbelok ke timur menjadi angin timuran kutub. Aliran udara dari daerah tekanan tinggi subtropik ke arah khatulistiwa berlangsung secara terus-menerus, dan dikenal dengan Praktek Meteorologi Pertanian

61

nama angin pasat. Di daerah tropik belahan bumi utara dikenal bertiup pasat timur laut, dan di daerah tropik belahan bumi selatan bertiup pasat tenggara. Angin pasat berlangsung terus-menerus sepanjang tahun.

Gambar 3.15. Peta angin pasat pada waktu matanari di selatan (atas), dan pada waktu matahari di utara (bawah). (Logwood J.G.).

Pasat yang paling jelas terdapat di lautan Atlantik dan Pasifik bagian timur dan tengah. Di Asia, termasuk di Indonesia pasat sering tidak tampak karena adanya angin musim (monsun). Pumpunan angin pasat membentuk jalur yang disebut Pias Pumpun Antartropik (Intertropikal Convergence Zone). Di daerah sekitar PPAT terdapat banyak awan dan hujan. Monsun. Kata monsun berasal dari bahasa Arab “mousim” ialah nama angin musiman di Arab yang dalam selang waktu enam bulan bertiup dari timurlaut dan enam bulan berikutnya dari arah baratdaya. Kemudian istilah itu digunakan di daerah lain, bahkan di Eropa sekarang juga menggunakannya untuk angin barat dengan “European Monsoon”. 62

Praktek Meteorologi Pertanian

Sebab utama terjadinya monsun sebenarnya adalah perbedaan variasi tahunan suhu daratan luas (benua) dan lautan sekitarnya. Perbedaan suhu tersebut kemudian diikuti dengan perbedaan tekanan dengan lebih tinggi di atas daratan pada musim dingin dan sangat rendah di musim panas. Daerah yang mempunyai sistem monsun umumnya adalah kawasan tropik, antara lain Australia Utara, Afrika, Spanyol, Texas dan pantai barat Amerika serikat, Asia Selatan, Asia Timur. Monsun yang paling nyata adalah yang terdapat di Asia Selatan dan Timur. Di India monsun yang terkenal adalah monsun barat daya, dan di Indonesia yang dikenal adalah monsun barat dan monsun timur meskipun tidak untuk semua daerah di Indonesia. Monsun mempunyai kaitan penting dalam iklim global. Seperti yang dikemukakan oleh Yasunari, T. (1991), sistem monsun dapat dipandang sebagai mesin pemanas dengan bahan bakar air. Berbagai cara telah banyak digunakan untuk mempelajari tentang monsun, misalnya dengan m,enggunakan nilai-nilai indeks angin (J.C. Sadler and J.T. Lim, 1977), indeks kemantapan udara dan kelengasan (J. Charney and J. Shukla, 1977), model sinoptik (P.S. Pant, 1977). Selain dengan kriteria yang dikemukakan Ramage, kini daerah monsun juga didefinisikan dengan menggunakan kiteria posisi Pias Pumpun Antartropik (PPAT). Digunakannya PPAT sebagai kriteria daerah monsun karena daerah yang dilewati PPAT selalu mengalami perubahan arah angin yang memenuhi kriteria Ramage tersebut. Dengan demikian maka selain daerah yang telah disebutkan, maka daerah monsun lebih umum terletak di kawasan antara tempat PPAT paling utara (dalam bulan Juli) dan tempat PPAT paling selatan (dalam bulan Januari), termasuk daerah Pasifik timur, Amerika selatan, dan Atlantik barat.

Praktek Meteorologi Pertanian

63

Dari aspek penyinaran matahari dan kondisi lingkungan setempat, cuaca kawasan tropik umumnya dibentuk oleh interaksi antara sistem cuaca lokal dan sistem cuaca kawasan di luarnya. Sistem cuaca yang spesifik di kawasan tropik adalah pola peredaran atmosfer, pumpunan (convergence) angin, siklon tropik, monsun, dan pasat. Siklon tropik. Sesuai dengan namanya siklon tropik adalah siklon yang terdapat di kawasan tropik, tetapi sifat-sifatnya berbeda dengan siklon yang ada di kawasan luartropik. Siklon tropik temasuk cuaca usikan (disturbance) berskala besar. Imbasnya sampai ratusan kilometer dan hidupnya dapat berhari-hari. Sumber siklon tropik terdapat di lautan yang luas di antara garis lintang 6 dan 15 derajat. Siklon tropik dapat mudah terbentuk apabila suhu permukaan laut lebih dari 29 C dan suhu udara di atasnya sekitar 32 C. Pada keadaan suhu tersebut penguapan laut dapat terjadi besar-besaran sehingga udara di atasnya mempunyai kelembapan tinggi. Bila tempat tersebut terganggu, umumnya oleh angin timuran khatulistiwa, terjadilah golakan dan putaran karena mendapat dorongan perputaran bumi.

Gambar 3.16. Daerah sumber dan arah gerak siklon tropik. (Neuwolt, 1985)

64

Praktek Meteorologi Pertanian

Daerah lautan yang mempunyai syarat cukup untuk timbulnya siklon tropik adalah lautan Pasifik Baratdaya, lautan Atlantik, laut Arab, laut India di teluk Banggala, laut Arafura di sebelah utara Australia. Di Pasifik Baratdaya mencapai 208 siklon tropik per tahun; di lautan Atlantik-Caribia 85 kali per tahun; di teluk Benggala 75 kali per tahun; di lautan India Baratdaya 41 kali per tahun; di laut Arafura 31 kali per tahun; di sebelah barat Australia 23 kali per tahun dan di Pasifik Timurlaut 10 kali per tahun. Di dalam siklon tropik tekanan udara sangat rendah sampai dapat mencapai 900 mb atau 900 hPa. Landaian tekanan dari luar ke arah dalam sangat besar. Di bagian pusat dalam daerah dengan jejari sekitar 10 km udara cerah tak berawan dan tak ada angin. Daerah tersebut dikenal dengan nama „mata badai”. Di bagian tepi terdapat angin sangat kencang dan berawan padat disertai hujan lebat. Kecepatan angin sampai lebih dari 200 knot, dan hujan dalam sehari dapat mencapai 800 – 2.000 mm. Bagian dari siklon tropik yang paling banyak hujannya dan berangin paling kencang terdapat di depan sebelah kanan dari arah gerakan siklon tropik; oleh karena itu bagian tersebut dinamakan “sektor bahaya”.

Praktek Meteorologi Pertanian

65

Tabel. 3.5. Keseringan dan musim siklon tropik di berbagai daerah Daerah sumber

Rata-rata/ thn

Musim timbulnya

Pasifik baratdaya

208

Juni – Oktober

Laut Caribia

85

Juni – September

Teluk Carpentaria

31

Desember – Maret

Lautan India timur

23

Desember – Maret

Teluk Benggala

75

Mei – Juli

Laut Arab

19

Mei – Juli

Diolah dari berbagai sumber.

Umumnya siklon tropik mempunyai gerakan dari timur ke barat dan menjauhi khatulistiwa. Bila siklon tropik kuat dan ada perenggan di kawasan luartropik, siklon tropik berbalik mengikuti arah gerakan perenggan. Di belahan bumi utara arah berbaliknya ke timur laut, dan di belahan bumi selatan ke arat tenggara. Bila angin baratan khatulistiwa kuat, siklon tropik bergerak ke arah barat hampir sejajar khatulistiwa. Karena salah satu syarat terbentuknya siklon tropik adalah suhu laut yang tinggi dan beda suhu udara di atasnya lebih dari 2 derajat Celsius, maka musim siklon tropik adalah pada waktu posisi matahari di atas daerah sumber yang bersangkutan. Di Pasifik Baratdaya musim siklon tropik pada bulan Juni sampai Oktober; di Laut Arafura bulan Desember sampai Maret; di teluk Benggala bulan Mei sampai Agustus. Oleh penduduk sekitarnya, siklon tropik di laut Arafura disebut “willywilly. Siklontropik biasanya diberi nama berurutan mengikut abjad dalam tiap musim siklon tropik. 66

Praktek Meteorologi Pertanian

Gambar 3.17. Foto siklon tropik dari satelit cuaca

Bagi daerah-daerah tertentu adanya siklon tropik dapat menimbulkan bencana dan kerusakan tanaman atau mengganggu kegiatan pertanian, namun siklon tropik menjadi sumber hujan bagi kawasan tersebut, misalnya di Filipina. Di Indonesia tidak pernah timbul siklon tropik, tetapi karena daerah lautan sekitar Indonesia yakni lautan Pasifik baratdaya, laut Arafura, laut India, dan teluk Benggala merupakan tempat siklon tropik maka sistem cuaca di Indonesia juga berkaitan dengan adanya siklon tropik di tempat-tempat tersebut. 3.6.2. Sistem Cuaca Wilayah Indonesia Indonesia terletak dalam kawasan tropik khatulistiwa yang membentang antara 6 LU sampai 12 LS serta antara 95 BT sampai 141 O

Praktek Meteorologi Pertanian

O

O

67

BT. Daerah tersebut dikelilingi oleh lautan luas yakni lautan India dan lautan Pasifik. Indonesia disebut pula sebagai negara kepulauan yang luas dan topografinya beragam. Selain itu bentuk pulau dan letaknya juga beragam. Kesemuanya itu menjadi faktor penting dalam pembentukan cuaca di Indonesia. O

Dari letaknya yang di kawasan tropik Indonesia mendapat banyak sinaran matahari sepanjang tahun. Pemanasan yang banyak tersebut memberi ciri kepada udara di atasnya selalu panas dan selalu cenderung bergerak ke atas atau bergolak. Udara yang panas mempunyai sifat mampu menahan banyak uap air; sehingga udara selalu mempunyai kelembapan nisbi yang tinggi. Kedudukan matahari yang bergeser ke utara dan ke selatan secara bergantian setiap tahun memberi ciri adanya perubahan pemanasan yang dikenal dengan perubahan musiman. Perubahan musiman pemanasan tersebut selanjutnya menimbulkan pula perubahan cuaca. Oleh karena itu di Indonesia cuaca mempunyai perubahan musiman atau tahunan (annual variation), sehingga dikenal musim hujan, musim kemarau. Karena letaknya membentang di sekitar khatulistiwa maka matahari lintasan matahari hampir tetap sepanjang hari sehingga panjang hari siang dan hari malam hampir sama. Adanya siang dan malam hari menimbulkan perbedaan mencolok pada banyaknya sinaran yang diterima bumi. Pada siang hari bumi menerima banyak sinaran dari matahari daripada malam hari di mana bumi banyak memancarkan sinaran ke angkasa. Dengan demikian pada siang hari suhu udara tinggi dan pada malam hari lebih rendah. Sifat yang demikian disebut berubah harian atau variasi harian (diurnal variation).

68

Praktek Meteorologi Pertanian

Variasi harian. Karena letak wilayah Indonesia di sekitar khatulistiwa, maka wilayah tersebut menerima sinaran matahari terus-menerus sepanjang tahun tetapi berbeda mencolok pada waktu siang dan malam hari. Perbedaan sinaran siang dan malam hari memberi ciri yang kuat berupa variasi harian unsur cuaca, terutama pada suhu, tekanan, angin, dan kelembapan. Variasi harian suhu yang nyata adalah variasi harian dengan maksimum pada siang hari dan minimum pada malam menjelang pagi hari. Variasi harian tekanan mempunyai maksimum dua kali dan minimum juga dua kali. Maksimum terjadi pada sekitar pukul 10.00 pagi dan 10.00 malam, sedangkan minimum pada sekitar pukul 04.00 pagi dan pukul 04.00 sore. Variasi harian angin terdapat di tempat-tempat tertentu, misalnya di kawasan pantai variasi harian ditandai dengan adanya angin darat dan angin laut, di pegunungan dengan angin lembah dan angin gunung. Variasi harian kelembapan nisbi udara berkebalikan dengan variasi harian suhu, yakni minimum pada saat suhu mencapai maksimum dan maksimum pada waktu suhu mencapai minimum. Variasi harian curah hujan sangat bergantung kepada tempatnya; di atas daratan hujan lebih banyak terjadi pada siang dan sore hari, sedangkan di atas laut dan teluk sering terjadi pada waktu malam dan menjelang pagi hari. Namun demikian variasi harian tersebut berubah karena adanya gangguan dari sistem yang lebih besar, misalnya monsun. Oleh karena itu perubahan dari kebiasaan harian dapat digunakan untuk mengidentifikasi sistem yang lebih besar, misalnya di Jakarta bila hujan terjadi pada menjelang pagi pertanda adanya monsun barat. Variasi musiman. Sesuai dengan letak geografinya Indonesia mempunyai variasi musiman. Variasi musiman tersebut dapat jelas terlihat pada curah hujan. Oleh karena itu dikenal musim hujan dan musim kemarau. Kedua musim tersebut dibedakan dari banyaknya curah Praktek Meteorologi Pertanian

69

hujan. Pada umumnya sewaktu matahari ada di belahan bumi selatan dari bulan Oktober sampai Maret, curah hujan lebih banyak dibandingkan sewaktu matahari di atas belahan bumi utara dari bulan April sampai September. Dalam tabel berikut ditunjukkan sebaran jumlah curah hujan bulanan di beberapa tempat yang berbeda variasinya. Tabel 3.6. Curah hujan rata-rata bulanan (1981 – 1990) di berbagai tempat Lokasi

jan feb mar apr mei jun

jul agu sep okt nop des

B.Aceh

253

200

159

115

96

60

28

12

39

102

241

230

Padang

292

196

319

275

272

168

234

227

355

440

503

327

Jakarta

394

245

191

143

127

85

60

53

57

95

116

244

S.baya

352

261

278

142

107

78

24

5

37

36

103

257

Kupang

429

352

201

46

34

15

11

1

15

19

135

221

Pontianak

251

155

310

275

284

169

204

130

309

369

358

238

Kendari

158

191

221

252

281

233

188

94

83

49

108

207

Ambon

118

120

135

145

393

500

474

327

189

116

74

134

Jayapura

275

256

234

257

179

198

89

108

124

172

183

287

Manado

230

391

328

226

271

235

113

78

134

190

215

307

Sumber : Almanak BMG 1994.

Variasi musiman juga terlihat pada arah angin meskipun tidak sama arah anginnya; misalnya di Sumatera Barat variasi musiman berupa perubahan dari angin baratdaya dan timurlaut, di Jawa terlihat dari perubahan angin barat dan angin timur. Variasi-variasi tersebut berkaitan dengan monsun Asia dan monsun Australia. Di beberapa daerah misalnya di Jawa bagian timur, Bali, Nusa tenggara serta daerah lain yang berdekatan dengan Australia, variasi musiman suhu maksimum dan minimum juga terlihat jelas. Minoru Tanaka (1994) mengemukakan bahwa daur musim kemarau yang diidentifikasi dengan 70

Praktek Meteorologi Pertanian

menggunakan jumlah liputan awan di Jawa dan sekitarnya mempunyai variasi kisaran sampai 35% sedangkan daur intra musiman sekitar 5%. Hal tersebut sesuai dengan pendapat M.J. Manton dan J.L. Mc.Bride yang mengemukakan bahwa dalam daerah monsun lebih banyak struktur skala meso. Tabel 3.7. Sebaran curah hujan musiman Musim Kemarau di berbagai tempat (1971 2000) No.

Nama Lokasi

Curah Hujan Musim

1

Pandeglang bagian barat

335 – 453

2

Lampung tengah bagian selatan

574 – 776

3

Kapuas bagian barat

247 – 334

4

Barru, Pangkajene kepulauan

289 – 391

5

Buleleng bagian utara

301 -407

6

Lombok barat bagian barat

286 – 386

7

Manggarai bagian barat

243 – 329

8

Halmahera tengah

414 – 560

9

Manokwari bagian baratlaut

430 -582

Sumber: BMG, 2006.

Bila definisinya seperti yang telah disebutkan, maka Indonesia tentunya juga mempunyai monsun. Kalau di India ada monsun baratdaya (southwest monsoon) dan monsun timur laut (northeast monsoon), di Indonesia dikenal monsun barat dan monsun timur meskipun ada sebagian daerah di kawasan Indonesia bagian barat yang merasakan adanya monsun baratdaya dan monsun timurlaut. Monsun Indonesia. Indonesia bukan daerah monsun. Tetapi karena adanya monsun Asia dan monsun Australia, sistem cuaca di Indonesia banyak dikendalikan oleh kedua monsun tersebut sehingga juga mempunyai ciri monsunal. Praktek Meteorologi Pertanian

71

Karena perbedaan pemanasan lautan India dan benua Asia secara bergantian setiap tahun, maka timbul kecenderungan adanya aliran massa udara lautan ke benua dan sebaliknya. Pada waktu musim panas di benua Asia terdapat aliran dari Lautan India ke benua Asia dan menimbulkan monsun yang dikenal dengan monsun panas Asia. Dengan adanya kecenderungan arah aliran udara dari baratdaya maka di India monsun panas juga disebut monsun baratdaya. Sebaliknya pada waktu musim dingin di Asia terdapat kecenderungan aliran dari benua Asia ke lautan India. Monsun yang timbul disebut monsun dingin, dan karena kecenderungan arah alirannya dari timur laut, disebut pula monsun timurlaut. Selain monsun Asia, di Australia Utara juga terdapat monsun. Pada waktu musim dingin di belahan bumi selatan atau musim panas di belahan bumi utara di Australia bertiup angin timur, sedangkan pada waktu musim panas di belahan bumi selatan atau musim dingin di Asia, di Australia Utara bertiup angin barat dari arah lautan India. Benua Australia yang pada musim dingin menjadi daerah bertekanan udara tinggi bersamaan waktu dengan benua Asia musim panas atau berlangsungnya monsun panas. Sebaliknya benua Australia yang pada musim panas menjadi daerah bertekanan udara rendah bersamaan waktu dengan benua Asia musim dingin atau berlangsungnya monsun dingin. Adanya tekanan rendah di benua Australia menimbulkan sebagian aliran monsun dingin Asia memasuki wilayah Indonesia; dan adanya tekanan tinggi di Australia yang bertepatan dengan berlangsungnya monsun panas Asia memperkuat angin pasat tenggara memasuki wilayah Indonesia. Sifat monsunal Indonesia dimiliki oleh angin dan awan serta hujan. Meskipun berbeda nilainya, curah hujan di Indonesia mempunyai 72

Praktek Meteorologi Pertanian

variasi tahunan monsunal, yakni sebagian tahun banyak hujan dan disebut musim hujan, dan sebagian lainnya kurang hujan disebut musim kemarau. Namun demikian karena wilayah Indonesia cukup luas, dan struktur wlayah sangat beragam ciri monsunal tersebut berbeda-beda di setiap daerah. Misalnya, aliran monsun dingin Asia memasuki wilayah Sumatera bagian tengah sampai utara dengan arah angin dari timur laut, dan monsun panas dengan arah angin dari barat daya. Di atas Kalimantan sampai Maluku bagian utara pada waktu monsun dingin angin bertiup dari barat laut. Angin tersebut berasal dari angin pasat timur laut yang berbelok menjadi angin barat; sedangkan pada waktu monsun panas angin di atas wilayah tersebut bertiup dari arah tenggara sampai selatan baratdaya sebagai kepanjangan dari angin pasat tenggara. Di atas Sumatera bagian selatan, Jawa sampai Nusa Tenggara Timur pada waktu monsun dingin angin bertiup dari barat sampai barat laut sebagai pembelokan dari monsun timurlaut dan pembelokan dari angin pasat timur laut serta angin baratdaya yang berasal dari pembelokan angin pasat tenggara. Pada waktu monsun panas, di atas kawasan tersebut bertiup angin tenggara sampai timur yang berasal dari angin pasat tenggara. Di atas wilayah Maluku bagian tengah, selatan, dan Papua, pada waktu monsun dingin angin bertiup dari barat sampai baratlaut yang berasal dari berbeloknya angin pasat timurlaut dan dari barat sampai baratdaya yang berasal dari berbeloknya angin pasat tenggara. Sedangkan pada waktu monsun panas, angin dari arah tenggara sampai barat-baratdaya yang berasal dari berbeloknya angin pasat tenggara. PPAT di kawasan Indonesia. PPAT berada di kawasan Indonesia dari Praktek Meteorologi Pertanian

73

bulan Oktober sampai April. Jadi dalam musim hujan pada umumnya, tetapi tidak merupakan pertemuan aliran antisiklonal utara dan selatan yang sama. Pergeseran umumnya dari utara ke selatan, namun daerah awan berkembang dari barat ke timur. PPAT dapat digunakan sebagai indikator aktivitas monsun; atau sebaliknya aktivitas monsun menentukan keberadaan dan kondisi PPAT. Namun demikian PPAT di bagian-bagian daerah Indonesia dibentuk oleh sistem angin yang berbeda. Di bagian barat (Sumatera bagian barat sampai Nangroe Aceh Darusalam) PPAT terdapat di antara massa udara monsun timurlaut sebagai kepanjangan dari monsun dingin Asia Tenggara, massa udara lautan India utara sebagai kepanjangan dari monsun Asia Selatan, dan massa udara dari lautan India Selatan sebagai kepanjangan pasat belahan bumi selatan. Pada waktu musim dingin Asia, PPAT memasuki wilayah ini dari utara mulai bulan Oktober sampai Desember, selanjutnya bergerak ke selatan menjauhi khatulistiwa. Dalam bulan Januari sampai Maret, PPAT sering tidak jelas karena berbaur dengan palung dekat khatulistiwa ; kadang-kadang terlihat dua daerah lajur awan dari garis geser angin. Bila terdapat dua garis geser angin, di antara garis tersebut adalah lajur baratan khatulistiwa. Letaknya berubah-ubah sehingga angin permukaan di suatu tempat juga berubah-ubah dari tenggara dan dari baratlaut. Setelah mencapai paling jauh di selatan khatulistiwa, kemudian kembali ke utara dan dilanjutkan dengan aktifnya monsun baratdaya (Asia Summer Monsoon) mulai bulan Mei. Setelah itu PPAT bergerak ke utara keluar dari wilayah Indonesia, dan kemudian angin baratdaya bertiup mantap di hampir seluruh wilayah tersebut . 74

Praktek Meteorologi Pertanian

Di bagian tengah (Riau sampai Sulawesi), PPAT merupakan pertemuan angin pasat Pasifik Barat setelah termodifikasi di laut Cina Selatan dan berbelok ke timur ketika mendekati dan sampai melewati khatulistiwa, dengan angin pasat dari selatan setelah berbelok ke arah timur. Daerah golakan tidak tepat di atas PPAT melainkan di atas garis geser angin (shearline) di depan dan di belakang (sebelah menyebelah) PPAT. Bila terjadi arus lintas khatulistiwa (cross equatorial flow) daerah golakan aktif di depan atau di samping selatan PPAT. Pergeseran ke selatan tidak sama; di bagian timur lebih besar karena berkaitan erat dengan tekanan rendah Australia Utara. Letak Sulawesi Selatan yang membujur ke selatan dan bukit-bukit di sepanjang semenanjung tersebut mempunyai andil besar kepada aktivitas PPAT di kawasan tersebut. Di bagian selatan (Nusa Tenggara sampai Merauke), PPAT dari Januari sampai Maret. PPAT tersebut terbentuk dari angin baratdaya yang berasal dari daerah tekanan tinggi di Lautan India Timur sebelah barat Australia dan angin timurlaut dari daerah tekanan tinggi di Pasifik Barat yang membelok ke timur setelah melintasi khatulistiwa. PPAT sering masuk ke dalam lembang tropis di atas teluk Carpentaria di sebelah selatan pulau Timor dan di sebelah utara Australia. Daerah awan dan hujan hampir berimpit dengan daerah PPAT. Mendekati Papua bagian selatan Merauke, PPAT terbentuk oleh angin pasat belahan bumi selatan dari sistem tekanan tinggi subtropik Pasifik Selatan Barat dan Pasifik Utara Barat. Di bagian timur (Maluku sampai Papua bagian utara) posisi PPAT mudah berubah kadang-kadang agak ke utara dan kadang-kadang membujur arah baratdaya - timurlaut melintasi pulau Papua. Dalam analisis sering sulit membedakan dengan garis geser angin (shearline). Praktek Meteorologi Pertanian

75

Dalam waktu monsun dingin selatan PPAT menjauh ke utara, tetapi di kawasan timur tersebut ditempati garis geser angin yang terbentuk dari angin pasat selatan yang berbelok ke timur pada waktu mendekati khatulistiwa. Oleh karena itu dalam bulan Juli – September banyak awan dan hujan di kawasan tersebut. 3.6.3. Ikhtisar Cuaca Sinoptik Di Berbagai Wilayah Indonesia memiliki cuaca yang beragam sifatnya mengikut kondisi setempat, namun punya kesamaan, yakni mempunyai satu variasi, variasi harian; dan variasi musiman. Untuk mengenali sistem cuaca dan iklim suatu tempat selain perlu dikenali faktor cuaca sinoptik lingkungan, perlu diperhatikan pula faktor lingkungan setempat. Di Indonesia faktor lingkungan setempat tersebut banyak ragamnya, yang sekurang-kurangnya dapat digunakan untuk mengenali massa udara apa yang memasuki wilayah yang diperhatikan, dan apa sifat aliran udara yang ada. Faktor-faktor tersebut menjadi pangkal dan pendorong terbentuknya cuaca, khususnya curah hujan di masing-masing daerah. Aceh. Aceh yang terletak di ujung barat-utara langsung menghadap lautan India dan bertetangga dengan sistem cuaca teluk Benggala dan Banglades. Dalam sistem tekanan, daerah tersebut terletak dalam daerah tekanan rendah khatulistiwa (doldrums). Dalam waktu peralihan musim doldrums terlihat jelas; angin sangat berubah arah (variable). Musimnya dikuasai oleh monsun Asia Selatan yang pada musim dingin Asia angin bertiup dari timurlaut dengan massa udara yang sifat asalnya dari Tibet, dingin dan kering, kemudian termodifikasi di laut India utara. Oleh karena itu bergantung banyak kepada udara di atas laut tersebut. Kalau laut panas banyak menghasilkan hujan dan bila lautnya dingin hujan berkurang. 76

Praktek Meteorologi Pertanian

Pada musim panas belahan bumi utara angin bertiup dari arah baratdaya karena monsun baratdaya (South-West monsoon). Pada waktu monsun Asia musim panas aktif dan kuat, angin baratdayanya berkurang dan menjadi dari selatan sampai selatan tenggara; curah hujan juga berkurang. Pada saat itu di laut sebelah barat India sering timbul lembangtropis; curah hujan banyak di pantai barat dan utara India. Tetapi bila monsun Asia tersebut lemah, angin dari arah baratdaya sampai barat. Ada yang mengatakan bahwa angin barat tersebut adalah angin baratan khatulistiwa atau sebagai kepanjangan dari komponen peredaran Walker. Angin baratan tersebut memicu timbulnya lembangtropis sampai siklontropis di teluk Benggala. Imbas dari lembangtropis dan siklontropis dirasakan di daerah Aceh berupa banyak hujan dengan angin kencang, serta gelombang laut yang tinggi. Masa timbulnya lembangtropis tersebut antara bulan Mei sampai September. Oleh karena itu berbeda dengan di daerah tengah atau timur yang banyak cuaca gangguan dalam bulan Oktober – Maret, di sana perlu waspada dalam waktu antara Mei dan September. Daerah Sumatra Bagian Utara (Sumatera Utara bagian utara dan Riau daratan). Daerah tersebut terletak di sebelah utara Bukit Barisan; di sebelah utaranya dibatasi oleh selat Malaka. Letaknya sejajar dengan semenanjung Malaysia. Di atas daerah tersebut bertiup angin musim timurlaut yang berasal dari monsun Asia Dingin dan angin musim selatan-baratdaya yang berasal dari monsun Asia Panas dan dari pasat selatan. Tetapi angin selatan baratdaya tersebut tidak terlalu kuat karena terhambat Bukit Barisan. Namun demikian angin pasat yang kuat dapat menimbulkan efek “fohn” yang dapat dirasakan di Sumatera Utara Praktek Meteorologi Pertanian

77

bagian utara yang nama lokalnya “angin bohorok”. Angin bohorok bersifat kering dan panas, dan dapat terjadi antara bulan Juli – September. Angin timurlaut mulai masuk daerah tersebut bulan Nopember dan berlangsung sampai bulan Februari. Dalam bulan Maret – April angin sangat berubah-ubah, dan selanjutnya menjadi angin tenggara sampai baratdaya dari bulan Mei sampai September. Kemudian dalam bulan Oktober juga berubah-ubah menjelang bertiupnya angin timuran. Dengan demikian bulan Maret - April adalah bulan menjelang pergantian dari angin timurlaut menjadi angin tenggara-baratdaya, dan Oktober-Nopember bulan menjelang pergantian angin tenggarabaratdaya menjadi angin timur. Angin timur berkaitan dengan monsun dingin Asia. Bila terdapat pusaran di laut Cina Selatan, angin timur tersebut berbelok ke arah timur menjadi angin utara atau sampai baratlaut. Angin timur dari monsun dingin Asia menimbulkan banyak hujan di sepanjang pantai utara / timur Malaysia. Hujan berkurang di sebelah selatan termasuk di daerah Su3matera bagian utara tersebut. Angin tenggara baratdaya berkaitan dengan monsun dingin Australia dan monsun panas Asia. Dengan demikian adanya angin tersebut bergantung kepada kedua aktivitas monsun tersebut. Bila monsun panas Asia kuat dan mosun Australia lemah banyak bertiup angin baratdaya; bila monsun panas Asia lemah dan monsun dingin Australia kuat banyak bertiup angin tenggara. Bila kedua-duanya kuat, angin bertiup dari arah timur; dan bila kedua-duanya lemah angin berubahubah arah sampai barat. Dalam bulan dengan angin berubah-ubah, banyak timbul curah hujan. Dalam bulan tersebut di selat Malaka 78

Praktek Meteorologi Pertanian

terjadi banyak golakan yang ditimbulkan oleh pumpunan angin yang membawa sifat massa udara dari laut India Utara dan dari Laut Cina Selatan. Akibat percampuran tersebut sering timbul “gebos” berupa garis yang panjang (squall line) yang dikenal dengan nama “Sumatran”. Gebos tersebut umumnya terjadi pada malam menjelang pagi hari. Daerah Riau lautan dan Kalimantan Barat. Letaknya di dan menghadap laut Cina Selatan merupakan kawasan segitiga emas tempat bertemunya aliran pasat Pasifik Barat, aliran udara dari daratan Cina, aliran udara dari lautan India, dan aliran pasat tenggara (Australia). Pada waktu monsun dingin Asia berlangsung, massa udara daratan Cina dan massa udara subtropik Pasifik Barat daya bertemu di daerah tersebut. Massa udara yang berasal dari Cina bersifat dingin dan kering, sedangkan yang dari Pasifik lebih panas dan mantap (stable). Keduanya termodifikasi di atas laut Cina Selatan yang panas. Oleh karena itu sifat kedua massa udara tersebut mempunyai peran besar dalam pembentukan cuaca. Indikator adanya pertemuan kedua massa udara tersebut berupa perenggan (front) yang ujungnya bagian selatan dapat mencapai di atas Laut Cina Selatan. Pada citra satelit perenggan tersebut mudah dikenali. Biasanya datangnya perenggan tersebut diawali dengan seruak (surge) monsun. Musim monsun dingin adalah musim angin timurlaut di daerah Riau dan Kalimantan Barat. Tetapi pada saat monsun lemah atau istirahat (break), angin timurlaut berbelok ke timur sewaktu di atas laut Cina selatan dan sering membentuk pusaran. Adanya pusaran

Praktek Meteorologi Pertanian

79

menghambat gerak monsun ke selatan. Pusaran tersebut sering terjadi dalam bulan Desember. Bila monsun dingin kuat, angin bertiup dari arah timurlaut dengan kencang (> 10 knot) dan sampai melewati khatulistiwa dan dikenal dengan alir lintas khatulistiwa (cross equatorial flow). Pada waktu monsun panas Asia lebih rumit. Pada pertengahan musim monsun (Juli-Agustus), sering empat aliran (dari tenggara sebagai kepanjangan pasat selatan, dari monsun baratdaya lautan India, dari Pasifik Barat Daya, dan dari Asia bagian timur) masuk ke wilayah tersebut. Oleh karena itu pada musim monsun panas tersebut sering terjadi pusaran di atas laut Cina Selatan. Pada saat ada pusaran sering terlihat dua lajur awan dari baratdaya ke arah timurlaut dan lajur awan dari tenggara ke arah baratlaut, dan terkesan sebagai PPAT yang bercabang. Bila monsun panas kuat letak pusaran lebih ke utara, dan bahkan sering bergabung dengan siklontropis yang berasal dari Pasifik Baratdaya. Bulan Maret - April dan September - Oktober daerah tersebut merupakan daerah doldrums dengan angin berubah-ubah. Daerah Sumatera Selatan Laut Jawa dan sekitarnya. Daerah Sumatera Selatan, Laut Jawa dan sekitarnya boleh dikatakan sebagai daerah yang benar-benar memiliki sebutan monsun barat identik dengan musim hujan karena memang benar-benar angin bertiup dari barat pada waktu musim hujan; dan musim timur adalah musim kemarau karena benar-benar angin bertiup dari arah timur pada waktu musim kemarau. Mulai bulan Oktober angin berangsur bertiup dari 80

Praktek Meteorologi Pertanian

barat sampai bulan Maret berkaitan dengan monsun dingin Asia; dan berangsur menjadi dari timur berkaitan dengan monsun Australia musim dingin. PPAT di daerah tersebut merupakan batas angin timurlaut dari Pasifik Barat yang dibelokkan ke timur karena melintasi khatulistiwa menjadi angin barat, dan angin pasat tenggara belahan bumi selatan (Australia) yang terbelokkan ke timur karena pertukaran momentum dari angin barat tersebut. Aliran udara di bagian selatan dari PPAT pada waktu menuju ke selatan lebih bersifat siklonal dibandingkan di bagian utara. Di bagian timur aliran terpotong oleh jasirah Sulawesi Selatan. Bulan Maret - Mei daerah tersebut menjadi daerah doldrums; angin berubah-ubah dan berangsur menjadi angin tenggara sampai selatan. Pada waktu Australia musim dingin, angin pasat dari tenggara dibelokkan menjadi angin baratdaya, sedangkan pasat utara menjadi baratlaut. Bila terdapat siklontropis di sebelah timur Filipina, PPAT membujur pada arah baratdaya - timurlaut menuju ke arah tempat siklontropis. Daerah Kalimantan dan Sulawesi. Daerah Kalimatan dan Sulawesi mempunyai cuaca sinoptik lingkungan yang sama, tetapi Kalimantan yang berupa pulau besar dan Sulawesi yang mempunyai struktur jazirah, dan banyak teluk mempunyai reaksi yang berbeda. Massa udara di atas daerah Kalimantan dan Sulawesi pada waktu musim monsun Asia Dingin berasal dari Laut Cina Selatan dan Pasifik Praktek Meteorologi Pertanian

81

baratdaya, serta massa udara yang telah melewati lautan India bagian timur. Pada waktu musim dingin belahan bumi utara, angin timurlaut pasat bergabung dengan angin timur monsun di laut Cina selatan, kemudian pada waktu mendekati khatulistiwa berbelok ke timur menjadi angin baratlaut. Jasirah Sulawesi Selatan yang melintang tegaklurus angin baratan selama monsun dingin Asia seolah-olah menjadi pemisah sehingga aliran menjadi lebih asiklonal ke arah selatan. Pada musim dingin Australia (belahan bumi selatan), hampir seluruh daerah dialiri udara yang bersifat benua tropis Australia. Pada musim dingin selatan tersebut angin dari arah tenggara sampai selatan - tenggara. Makin ke utara cenderung berbelok ke arah timurlaut karena seringnya terdapat lembangtropis atau siklontropis di sebelat timur Filipina. Daerah Maluku bagian tengah dan utara sampai Papua bagian barat dan utara. Pada daerah tersebut terdapat banyak pulau kecil dan menghadap laut Pasifik baratlaut. Daerah Maluku bagian tengah dan utara serta Papua bagian utara berhadapan dengan lautan Pasifik barat. Daerah tersebut hampir sepanjang tahun ditempati massa udara yang dibawa oleh pasat dari tekanan tinggi subtropik Pasifik baratdaya dan pasat dari tekanan tinggi subtropik Pasifik tenggara. Pada waktu musim dingin utara bertiup angin barat yang berasal dari pasat timurlaut yang berbelok ke timur, dan pasat tenggara yang berbelok ke timur. PPAT tidak jelas karena adanya barisan 82

Praktek Meteorologi Pertanian

pegunungan yang tinggi di sepanjang Papua. Pada waktu musim panas utara daerah tersebut menjadi daerah geser angin dari tenggara menjadi baratdaya. Pada waktu musim dingin utara, massa udara di atas daerah tersebut diwarnai massa udara laut Cina Selatan dan Pasifik baratlaut, kadang-kadang juga yang berasal dari lautan India bagian timur (dekat Australia). Selama musim dingin utara tersebut angin bertiup dari baratlaut dan dari selatan sampai baratdaya. PPAT sering melompat jauh dari utara ke selatan. Pada waktu terdapat lembangtropis atau siklontropis di Australia Utara PPAT jauh di sebelah selatan; kemudian bila lembangtropis atau siklontropis tersebut hilang PPAT dengan cepat pindah ke utara. Pada musim dingin selatan (Australia), udara di atas daerah tersebut diwarnai oleh campuran sifat udara lautan India bagian timur dan Pasifik selatan baratdaya. Selama musim dingin selatan (Australia) tersebut daerah Maluku menjadi daerah angin berubah-ubah atau dalam daerah geser angin (shearline) sebagai perubahan dari angin tenggara menjadi angin baratdaya. Daerah geser angin terdapat melintang kearah timurlaut dari sekitar pulau Buru. Daerah NAD bagian barat-selatan sampai Bengkulu. Daerah Sumatera bagian barat menghadap langsung ke lautan India bagian barat, sehingga sistem cuaca daerah tersebut banyak diwarnali oleh sifat udara lautan.

Praktek Meteorologi Pertanian

83

Pada waktu musim dingin utara (Asia) diatas lautan India ditempati oleh daerah tekanan tinggi subtropik meskipun letaknya agak ke selatan; tetapi pada waktu musim dingin selatan (Australia), daerah tekan tinggi subtropik tersebut terbagi menjadi dua, satu di bagian barat dan satunya di bagian timur dekat Australia. Yang di bagian timur sering menjadi satu dengan tekanan tinggi daratan Australia. Kedua daerah tekanan tinggi tersebut membentuk palung tekanan rendah yang ujungnya sebelah utara terletak di dekat sebelah barat-selatan Sumatera. Ujung palung tersebut menjadi daerah pusaran yang adanya hampir terus-menerus. Pada musim dingin utara udara di daerah tersebut campuran dari udara yang diwarnai sifat udara laut Cina Selatan dan lautan India. Pada waktu musim dingin Asia tersebut angin bertiup dari arah baratlaut yang berasal dari angin timurlaut yang dibelokkan ke timur setelah melintasi khatulisti3wa, dan angin baratdaya yang berasal dari angin tenggara dari pasat selatan lautan India yang dibelokkan ke timur pada waktu mendekati khatulistiwa. PPAT sering tidak mudah dibedakan dengan garis geser angin (shearline). Pada musim panas Asia atau musim dingin selatan udara di atas daerah tersebut diwarnai oleh sifat udara laut India dan sifat udara benua tropis Australia yang sudah lama di atas lautan India bagian timur. Selama musim panas Asia atau musim dingin selatan tersebut, angin berubah-ubah dari tenggara sampai baratdaya. Sering menjadi tempat garis geser angin yang mempermudah timbulnya pusaran di atas ujung palung tekanan rendah. 84

Praktek Meteorologi Pertanian

Daerah Selat Sunda dan Jawa bagian selatan. Daerah Selat Sunda dan Jawa bagian selatan menghadap lautan India bagian timur. Daerah tersebut membujur sejajar khatulistiwa dan bagian pinggir dari daerah tekanan tinggi subtropik selatan. Pada waktu menjelang akhir musim dingin utara, udara di daerah tersebut diwarnai oleh sifat udara laut Cina Selatan yang sudah melalui banyak daerah dan udara tropik lautan India bagian timur. Tetapi pada waktu musim dingin selatan, udara diwarnai oleh sifat udara benua Australia dan udara tropik lautan India bagian timur. Makin ke timur sifat udara benua tropis lebih terlihat. Dari bulan Januari – Februari daerah tersebut ditempati oleh PPAT yang merupakan daerah pumpunan angin dari barat-baratlaut yang berasal dari angin monsun timurlaut kemudian berbelok menjadi angin barat setelah melintasi khatulistiwa, dan angin baratdaya yang berasal dari angin pasat tenggara (selatan yang berbelok ke timur). Pada musim dingin selatan, PPAT sudah ke utara, dan angin berubah menjadi dari tenggara sampai timur yang berasal dari angin pasat dari subtropik selatan. Di bagian barat daerah tersebut terdapat imbas dari adanya palung tekanan rendah yang terbentuk oleh daerah tekanan tinggi subtropik lautan India barat dan timur masih terasakan. Daerah Jawa Timur sampai Nusa Tenggara Timur. Daerah Jawa Timur sampai Nusa Tenggara Timur merupakan daerah yang paling nyata antara musim hujan dan musim kemarau. Perubahan tekanan udara secara musiman sampai mencapai 5 milibar, dan terlihat lebih jelas dibandingkan dengan daerah lain.

Praktek Meteorologi Pertanian

85

PPAT di daerah tersebut hanya dalam waktu pendek (Januari – Februari) yang terbentuk sebagai pupunan angin barat dari belahan bumi utara dan angin baratdaya dari lautan India bagian timur. Pada musim panas udara diwarnai dengan sifat massa udara benua tropik Australia. Angin bertiup dari tenggara sampai timur. Daerah Papua bagian selatan. Daerah Papua bagian selatan merupakan daerah tertutup yang dibatasi oleh barisan gunung yang tinggi yang menghadap ke laut Banda dan laut Arafura. Pada waktu musim dingin utara udara di atas daerah tersebut diwarnai oleh campuran udara lautan Pasifik barat dan udara lautan India bagian timur serta dari sifat lautan Pasifik selatan baratdaya. Selama musim dingin utara angin bertiup dari arah baratlaut yang berasal dari pasat utara yang terbelokan menjadi angin baratlaut setelah melintasi khatulistiwa, dan angin barat yang berasal dari daerah tekanan tinggi lautan India bagian timur. Angin baratan kuat timbul berkaitan dengan adanya lembangtropik atau siklontropik willy-willy. Pada musim dingin selatan (Australia) udara diwarnai oleh sifat lautan Pasifik selatan baratdaya. Angin bertiup dari arah tenggara sebagai bagian pasat daerah tekanan tinggi subtropik selatan.

86

Praktek Meteorologi Pertanian

BAB 4 PENYEDIAAN INFORMASI CUACA PERTANIAN

Informasi meteorologi adalah semua hasil atau keterangan yang diperoleh dari pengamatan, pengolahan, analisis, dan prakiraan meteorologi. Informasi meteorologi dapat dibedakan menjadi dua, yakni informasi cuaca dan informasi klimatologi. Informasi cuaca meliputi keterangan tentang cuaca yang sedang berlangsung, dan keterangan tentang cuaca yang diperkirakan atau diprakirakan akan terjadi di waktu berikutnya, sedangkan informasi klimatologi adalah keterangan tentang kebiasaan cuaca yang terjadi di suatu tempat. Informasi cuaca yang sedang berlangsung dan informasi klimatologi berupa data yang sekurang-kurangnya memuat keterangan yang menunjukkan nilai sesaat, nilai maksimum-minimum, nilai kisaran, dan nilai keseringan. Informasi prakiraan cuaca sekurang-kurangnya memuat keterangan tentang akan terjadinya nilai-nilai maksimum dan minimum, awal dan akhir terjadinya, dan nilai kemungkinan atau probabilitas atau kecenderungan di waktu berikutnya.

Praktek Meteorologi Pertanian

87

4.1. Informasi Meteorologi Pertanian Informasi meteorologi yang khusus untuk kegiatan operasi pertanian disebut “informasi meteorologi pertanian”. Informasi meteorologi pertanian mempunyai andil besar dalam pembuatan rencana dan operasi kegiatan pertanian. Cuaca dan iklim dapat disiasati dan dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi operasi kegiatan pertanian. Namun demikian di sisi lain cuaca berpotensi memberikan dampak merugikan kepada produksi pertanian, baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya curah hujan yang berlebihan misalnya, dapat mengakibatkan genangan dan tidak efektifnya penggunaan pupuk; kelembapan yang tinggi baik bagi sejumlah tanaman, tetapi juga baik bagi pertumbuhan hama dan penyakit yang dapat mengganggu tanaman. Hal lain yang sering dihadapai dalam penyediaan dan penyajian serta pemanfaatan informasi meteorologi pertanian adalah keragaman kegiatan dan tanaman di suatu daerah, baik jenis maupun fase kehidupan tanaman. Masing-masing mempunyai persyaratan tertentu yang berbeda-beda. Dengan kondisi yang demikian terjadinya cuaca pada suatu saat mungkin menguntungkan bagi salah satu kegiatan atau tanaman dalam fase itu, tetapi pada saat yang sama justru merugikan bagi kegiatan dan jenis tanaman yang lain dalam fase yang lain pula. Oleh karena itu dari segi meteorologi akan lebih baik apabila di satu daerah terdapat satu jenis kegiatan atau satu jenis tanaman dalam fase kehidupan yang sama atau berbagai jenis tanaman yang pada waktu bersamaan dalam fase yang memerlukan persayaratan cuaca / iklim yang sama. 88

Praktek Meteorologi Pertanian

Informasi meteorologi pertanian dapat dibagi menjadi dua, yakni informasi cuaca pertanian dan informasi klimatologi pertanian. Informasi cuaca pertanian meliputi keterangan tentang cuaca pa-da saat itu atau yang sedang berlangsung, dan cuaca pada waktu beriku-nya atau cuaca yang diprakirakan akan terjadi di wilayah kegiatan pertanian. Informasi cuaca pertanian disediakan untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan operasi pertanian yang sedang dilakukan dan yang segera akan dilakukan. Informasi klimatologi meliputi keterangan tentang kebiasaan cuaca di tempat kegiatan pertanian. Informasi klimatologi pertanian disediakan untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan rencana atau pola kegiatan pertanian dalam jangka waktu panjang, misalnya untuk perencanaan tataguna lahan, perencanaan pola tanam. Dalam memanfaatkan cuaca dan iklim kepada pihak pertanian diharapkan sudah mempunyai kriteria keperluan dan persyaratan cuaca / iklim bagi kegiatannya, yang selanjutnya disebut “batas operasional”. Dengan batas operasional tersebut pemanfaatan informasi meteorologi dapat lebih efektif. Pada dasarnya informasi cuaca / iklim pertanian dimaksudkan agar dapat memberi jawaban atas pertanyaan berikut.

 Bagaimana cuaca dan iklim yang ada;  Cuaca yang bagaimana yang diperlukan tanah dan tanaman selama fase pertumbuhannya atau selama kegiatan pertanian dilakukan; Praktek Meteorologi Pertanian

89

 Cuaca dan iklim yang bagaimana yang berdampak kepada tanah dan tanaman atau kegiatan pertanian;

 Cuaca dan iklim yang mana yang perlu dihindari agar tidak terkena dampak yang merugikan bagi tanah dan tanaman atau kegiatan pertanian;

 Cuaca dan iklim yang bagaimana yang dapat dimanfaatkan sehingga dampak yang menguntungkan dapat diperoleh;

 Cuaca dan iklim yang bagaimana yang dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan upaya penanggulangan dan atisipasi. 4.2. Penyediaan Informasi Sesuai dengan sensitivitas dan jenis kegiatan pertanian, penyediaan informasi meteorologi memerlukan tatacara tertentu. Penyediaan informasi meteorologi pertanian memerlukan berbagai sarana, prasarana dan perangkat analisis. Selain itu penyediaan informasi dilakukan melalui berbagai proses mulai dari kegiatan pengamatan cuaca, kegiatan pengolahan dan analisis cuaca, pertukaran informasi, dan teknik serta metode penyediaan dan penyajian informasi. Untuk mengetahui perkembangan cuaca diperlukan data hasil pengamatan. Kemudian dilakukan analisis, yakni mengatur data, menghitung, menggambarkan hasil perhitungan, dan lain-lain, sehingga dapat diketahui tentang kadar cuaca saat itu dan perkembangannya. Untuk memberikan informasi cuaca bagi kegiatan pertanian 90

Praktek Meteorologi Pertanian

perlu pertimbangan bahwa : 1. Kegiatan pertanian berkaitan dengan tanaman, tanah, cuaca / iklim; 2. Tanah, tanaman, dan cuaca / iklim mempunyai hubungan timbal balik; 3. Tanah dan tanaman menanggapi cuaca secara seketika dan atau secara perlahan-lahan; 4. Tahapan tanam-menanam mulai dari masa pengolahan tanah, masa pembibitan, masa penanaman bibit, masa pemeliharaan, masa panen, dan masa pasca panen. 5. Tanaman mempunyai tanggap berbeda pada masa yang berbeda; 6. Cuaca / iklim memberi umpan kepada tanah dan tanaman; 7. Cuaca ada yang seketika dirasakan tanaman atau kegiatan pertanian pada saat itu, tetapi ada pula yang baru dirasakan setelah berkali-kali terjadi atau kadarnya bertambah atau berkurang secara kumulatif. Dengan dasar pertimbangan tersebut maka penyediaan informasi meteorologi perlu disesuaikan. Penyediaan informasi meteorologi pertanian ada yang perlu dilakukan di tempat kegiatan, dan ada pula yang dapat dilakukan di pusat-pusat informasi meteorologi di luar tempat kegiatan. 4.2.1. Penyediaan Informasi Hasil Pengamatan Hasil pengamatan berupa data atau keterangan yang Praktek Meteorologi Pertanian

91

menunjukkan keadaan pada saat pengamatan di tempat pengamatan. Nilai unsur yang diamati menunjukkan keadaan pada saat pengamatan dan ada yang menunjukkan nilai kumulatif dari waktu sebelumnya sampai saat pengamatan. Cara pengukuran disesuaikan dengan sifat unsur cuaca yang diukur dan ketanggapan tanaman kepada nilai unsur tersebut. Sebagai contoh, sinaran matahari berlangsung secara terusmenerus. Tanah menanggapi secara perlahan-lahan, sedangkan tanaman untuk proses fotosintesa menggunakannya setiap penyinaran berlangsung. Oleh karena itu pengukuran sinaran matahari perlu dilakukan dengan menggunakan alat rekam yang dapat mencatat nilai sinaran setiap saat. Suhu udara nilainya berubah setiap saat, dan tanah serta tanaman menang- gapinya secara perlahan-lahan. Selain itu nilai suhu udara pada suatu saat sering diperlukan pada saat itu. Oleh karena itu pengukuran suhu udara perlu dilakukan dengan alat thermometer rekam dan thermometer biasa yang dapat digunakan sewaktu-waktu diperlukan. Hujan terjadinya sewaktu-waktu; tanah dan tanaman menanggapi seketika atau secara perlahan-lahan, sedangkan hasil pengukuran curah hujan menunjukkan banyaknya curah hujan kumulatif. Dengan demikian pengkuran curah hujan perlu dilakukan dengan alat rekam. Lebih lengkapnya bagaimana hubungan ketanggapan dan kesesuaian pengukuran unsur cuaca yang terkait disusun dalam tabel berikut.

92

Praktek Meteorologi Pertanian

Tabel 4.1. Matriks hubungan tanggap tanah dan tanaman terhadap cuaca Cuaca

Tanggap tanah

Tanggap tanaman

Pengkuran nilai

Seketika

Perlahan

Seketika

Perlahan

sesaat; kumulatif sehari

---

X

X

X

Suhu

sesaat

---

X

---

X

Angin

sesaat

X

X

X

---

Kelembapan

sesaat

---

X

X

X

Penguapan

kumulatif

---

X

---

X

Hujan

kumulatif

X

X

X

X

Unsur

Sinaran matahari

Matriks dalam Tabel 4.1. tersebut menggambarkan unsur cuaca dan sifat nilainya yang dapat dirasakan oleh tanah dan tanaman. Selanjutnya dari sifat-sifat, baik sifat unsur cuaca maupun sifat ketanggapan tanah dan tanaman disusun nilai-nilai cuaca pertanian yang perlu diinformasikan seperti yang tercantum dalam Tabel 4.2.

Praktek Meteorologi Pertanian

93

Tabel 4.2. Matriks hubungan antara unsur cuaca dan nilai yang perlu diinformasikan berkenaan dengan dampaknya kepada tanah dan tanaman

Dari matriks dalam Tabel 4.1. dan Tabel 4.2. diperoleh macam nilai unsur cuaca yang perlu diinformasikan, seperti yang tercantum dalam Tabel 4.3.dan Tabel 4.4.

94

Praktek Meteorologi Pertanian

Tabel 4.3. Matriks Unsur Cuaca – Macam nilai yang diinformasikan

Praktek Meteorologi Pertanian

95

Tabel 4.4. Matriks Cuaca – Satuan waktu informasi

4.2.2. Menaksir Data Data cuaca dihasilkan dari pengamatan dan pengukuran di stasiun pengamatan cuaca setiap saat; tetapi laporan data mungkin berupa nilai rata-rata tiap jam, tiap hari, mingguan, sepuluh harian, bulanan, dan seterusnya. Dengan laporan tersebut sering pula dijumpai bahwa kita memerlukan nilai yang lain diluar yang dilaporkan. Untuk 96

Praktek Meteorologi Pertanian

memenuhi keperluan tersebut umumnya dilakukan interpretasi atau penaksiran. Banyak metode penaksiran yang dapat digunakan, baik metode dinamik maupun metode statistik. Namum demikian dalam buku ini tidak dibahas tentang metode–metode tersebut. Sekedar sebagai contoh diberikan rumus-rumus penaksiran yang telah digunakan oleh Peneliti, tetapi masih bersifat umum. .Secara lebih spesifik untuk daerah pertanian tertentu, masih perlu disesuaikan. 1). Menaksir Data Sinaran Surya a. Menaksir sinaran surya dengan lama suryaan Sering dijumpai bahwa di suatu stasiun pengamatan ada alat peukur sinaran surya tetapi tidak ada alat ukur lama suryaan, atau sebaliknya; sedangkan kita memerlukan data yang tidak ada dalam pengukuran. Dalam hal demikian dapat dilakukan penaksiran dengan menggunakan hubungan antara kedua unsur tersebut dengan dasar bahwa makin lama suryaan makin banyak sinaran yang datang. Oldeman memperoleh rumus korelasi sebagai berikut : Rg = (a + bn/N). Ra dengan: 2

Rg = sinaran total per hari (kal/cm ); a dan b = konstanta. yang berbedabeda untuk setiap tempat; n = lama suryaan dalam sehari (jam); N = lama matahari di atas ufuk secara astronomis; dan R = banyak sinaran atmosfer yang mungkin diterima pada bidang horizontal. Nilai a, b, N dan Ra tetap tetapi berbeda untuk setiap tempat yang berbeda. Oldeman (FAO) menggunakan nilai-nilai untuk beberapa tempat di Indonesia : a

Praktek Meteorologi Pertanian

97

Tabel 4.5. Nilai a, b, dan n/N untuk beberapa tempat (Oldeman)

N bergantung kepada lintang tempat, diambil dari tabel yang sebagiannya sebagai berikut : Tabel 4.6. Nilai N untuk tempat-tempat di sekitar khatulistiwa

Untuk Indonesia dapat digunakan “lama hari siang” seperti yang contohnya terdapat dalam Tabel 4.7. atau langsung dengan menggunakan data lama suryaan (dalam %) yang dihasilkan dari pengukuran alat ukur lama suryaan (Campble Stokes). Ra diambil dari tabel yang dibuat berdasarkan konstanta matahari sebesar 2 kal/cm2/menit, yang sebagian seperti yang tercantum dalam Tabel 4.8.

98

Praktek Meteorologi Pertanian

Bulan

Banda Aceh

Medan

Jambi

Padang

Beng kulu

Tabel 4.7. Lama hari siang di beberapa Tempat di Indonesia

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des

11j 49' 11j 56' 12j 04' 12j 13' 12j 21' 12j 26' 12j 26' 12j 24' 12j 10' 12j 02' 11j 54' 11j 49'

11j 56' 11j 59' 12j 05' 12j 11' 12j 16' 12j 20' 12j 19' 12j 15' 12j 09' 12j 04' 11j 59' 11j 56'

12j 13' 12j 10' 12j 08' 12j 05' 12j 03' 12j 02' 12j 02' 12j 03' 12j 06' 12j 08' 12j 10' 12j 13'

12j 11' 12j 08' 12j 07' 12j 06' 12j 05' 12j 05' 12j 04' 12j 05' 12j 05' 12j 07' 12j 09' 12j 10'

12j 20' 12j 16' 12j 08' 12j 03' 11j 57' 11j 55' 11j 54' 11j 58' 12j 04' 12j 10' 12j 17' 12j 20'

Sumber: Almanak BMG. Tabel 4.8. Nilai Ra untuk beberapa tempat (Oldeman)

b. Menaksir Lama Suryaan Dengan Banyaknya Awan Bila yang ada hanya data pengamatan banyaknya liputan awan, maka lama suryaan dapat ditaksir dari banyaknya liputan awan. Hal tersebut didasarkan pengertian bahwa awan menghalangi sinaran yangsampai ke permukaan bumi, sehingga makin banyak awan makin kecil lama suryaan. Dari hasil penelitiannya, Reddy (1974) yang dikutip Oldeman mengemukakan hubungan antara lama suryaan (n/N) dengan Praktek Meteorologi Pertanian

99

keseringan adanya awan sebagai berikut : n/N = 1 - f1 + f2 dengan: -0,25a

f1 = a.e

;

f2 = 0,02 + 0,08 cos L; a = (CL + CM + CH)/8; CL = banyaknya awan rendah, CM banyaknya awan tengah, CH= banyaknya awan tinggi, (dalam okta); dan L = lintang tempat (dalam derajat). Misalkan untuk tempat di khatulistiwa yang rata-rata perbulan banyaknya awan CL = 5, CM = 4, CH = 3, maka a = (3+4+1)/8 = 1, sehingga lama suryaan rata-rata : n/N = 1- f1 + f2 -0,25

= 1- (1.e

) + (0,02 + 0,08 cos 0)

» 1 - 0,77 + (0,02 + 0,08. 1 ) = 0,33 2). Menaksir Suhu Udara Suhu udara mempunyai peran banyak dalam proses-proses yang ada dalam atmosfer, tanah, dan tanaman. Oleh karena itu pengukuran suhu udara perlu dilakukan. Pengukuran suhu mudah dilakukan dengan alat yang sederhana (termometer). Dalam skala mikro, suhu udara sangat bervariasi menurut lokasinya; tetapi dalam skala lebih besar suhu udara bervariasi mengikut ketinggian tempat; dan dalam skala lebih besar lagi suhu bervariasi mengikut lintang geografi. 100

Praktek Meteorologi Pertanian

a. Menaksir suhu dengan ketinggian. Dalam troposfer suhu udara rata-rata berkurang mengikut ketinggian. Di kawasan khatulistiwa laju penurunannya sekitar 6 C /1000 m. Jadi apabila di bagian bawah dekat permukaan bumi suhu udara rata-ratanya 25 C, maka pada ketinggian 3 km sekitar 7 C. Untuk tempat-tempat di permukaan bumi suhu udara juga turun mengikut ketinggian tempat tetapi laju penurunannya berbeda-beda bergantung kepada jenis permukaan. Di Indonesia pengurangan suhu mengikut ketinggian tempat tersebut secara umum mengikuti rumus : Th = Tho - 0,5 h dengan: Th = suhu pada ketinggian h meter dari permukaan laut, dan Tho = suhu pada ketinggian ho, dan h dinyatakan dalam ratusan meter. Jadi apabila di tempat yang ketinggiannya 100 m di atas permukaan laut suhunya 28C, di tempat yang ketinggiannya 1000 m di atas permukaan laut sebesar : T1000 = 28 - 0,5 .1000/100 = 23 C Selain itu Oldeman juga menghitung hubungannya suhu maksimum dan suhu minimum dengan ketinggian untuk tempat-tempat di antara 5 LU dan 8 LS yang hasilnya sebagai berikut.

Praktek Meteorologi Pertanian

101

Tabel 4.9. Nilai Suhu maksimum dan minimum untuk beberapa tempat (Oldeman)

b. Menaksir Suhu Udara Dengan Lintang Geografi Karena elevasi matahari berbeda di setiap lintang geografi maka suhu udara berubah mengikut lintang. Ke arah mendekati kutub suhu udara rata-rata makin berkurang. Ciri yang paling mencolok adalah pada variasi harian. Variasi harian di kawasan tropik besar, sedangkan mendekati kutub makin kecil; sebaliknya variasi tahunan atau musiman di kawasan tropik kecil dan mendekati kutub makin besar. Bagi kegiatan pertanian di kawasan tropik termasuk di Indonesia, variasi harian suhu udara tersebut sangat perlu diperhatikan, karena ada kaitannya dengan musim. Di Indonesia dalam musim kemarau amplitudo variasi harian lebih besar dibandingkan dalam musim hujan. 3) Menaksir Penguapan dan Penguappeluhan Penguapan dan penguappeluhan unsur penting dalam pertanian. Selain menentukan kelembapan tanah juga mempunyai dampak kepada kehidupan tanaman. 102

Praktek Meteorologi Pertanian

a. Menaksir Penguapan Dengan Sinaran dan Suhu Udara Air menguap karena adanya energi. Dengan menggunakan satuan ukuran kedalaman, untuk menguapkan 1 mm air diperlukan 2 energi sekitar 59 kalori/cm . Tentu saja energi tersebut diperoleh dari sinaran matahari. Apabila di Indonesia sinaran matahari selama sehari 2 sekitar 350 kalori/cm /hari maka besarnya penguapan sebanyak sekitar 5 mm/hari. Oldeman dan Irsal (1977) mengemukakan bahwa hubungan antara penguapan yang diukur dengan panci penguapan (EO) dan banyaknya sinaran matahari global (Rg) sebagai berikut : EO= 0,012 Rg + 0,26 (bila suhu maksimum lebih tinggi dari 31 C) EO= 0,009 Rg + 0,55 (bila lebih rendah dari 31 C). dengan: 2

EO dinyatakan dalam mm/hari dan Rg dalam kalori/cm /hari. b. Taksiran Penguappeluhan Dengan Sinaran dan Suhu Udara Penguppeluhan adalah penguapan melalui permukaan benda, misalnya permukaan tanah, permukaan daun, permukaan batang, dan lain-lain. Seperti halnya penguapan, untuk penguappeluhan diperlukan energi dari sinaran matahari. Banyaknya penguappeluhan tanah bergantung kepada kelembapan tanah sehingga banyaknya penguappeluhan menjadi terbatas; padahal daya penguappeluhannya masih ada. Oleh karena itu untuk menyatakan besar penguappeluhan digunakan parameter “penguappeluhan potensial” yang oleh Penman Praktek Meteorologi Pertanian

103

(1948), didefinisikan sebagai “banyaknya air yang maksimum dapat diuapkan oleh tutupan tanah dengan rumput pendek apabila banyak air yang membasahi tanah tak terbatas jumlahnya”. Banyaknya penguappeluhan dapat ditaksir kira-kira sama dengan penguapan yang diukur dengan menggunakan alat ukur penguapan panci terbuka. Dalam hubungannya dengan sinaran, Penman menunjukkan bahwa : PET = 0,5 + Rg/59 dengan: PET (potensial evapotranspiration) dinyatakan dalam mm/hari, dan Rg 2 adalah banyaknya sinaran yang dinyatakan dalam kal/cm /hari. 4) Menaksir Data Curah Hujan a. Menaksir Nilai Keseringan Hujan Dengan Nilai Rata-Rata Sering diperlukan nilai keseringan atau probabilitas dari banyak curah hujan tertentu, tetapi laporan data hujan hanya nilai rata-rata, misalnya rata-rata bulanan. Hasil penelitian Oldeman (1977) untuk beberapa tempat di Indonesia menyebutkan bahwa : P75 = 0,82 Pr - 30 dengan: P75 = curah hujan dengan probabilitas 75%, dan Pr curah hujan rata-rata bulanan. Misalkan curah hujan rata-rata bulanan dalam bulan Januari 200 mm, maka curah hujan dengan probalitas 75% adalah: (0,82. 200 - 30) = 134 mm. b. Menaksir Banyaknya Curah Hujan Dengan Lama Suryaan Bila laporan curah hujan tidak ada, dapat ditaksir dengan 104

Praktek Meteorologi Pertanian

menggunakan data lama suryaan. Hal tersebut dilandasi pengertian bahwa hujan berasal dari awan; dan adanya awan yang menutupi langit memberi akibat sinaran berkurang. Makin banyak dan makin tebal awan serta makin lama adanya awan akan makin sedikit lama suryaan. Hubungan tersebut oleh Oldeman dinyatakan sebagai: n = 13,8 3,35 log (Pr +10) dengan: n = rata-rata lama suryaan, Pr = curah hujan rata-rata bulan. Atau ditulis: (13,8 + n)/3,35

Pr = -10 + e

Jadi misalnya lama suryaan rata-rata 3 jam, maka curah hujan rata-rata bulan tersebut sebesar: (13,8 + 3)/3,35

Pr = -10 + (2,7) (16,8/3,35) = -10 + (2,7) 5  -10 + (2,7)  -10 + 144  134 mm 4.2.3. Penyediaan Informasi Klimatologi Penyediaan informasi klimatologi melalui dua tahap, yakni penyediaan data dan analisis statistik. 4.2.3.1. Homogenitas Data Untuk menyediakan informasi klimatologi diperlukan data hasil pengamatan dalam kurun waktu yang panjang. Untuk informasi klimatologi kawasan tropik tentang hujan diperlukan data 30 tahun atau lebih, dan untuk unsur iklim lainnya dapat lebih dari lima tahun. Data harus homogen, yakni dihasilkan dari pengamatan di tempat yang tetap Praktek Meteorologi Pertanian

105

dan lingkungan yang tidak berubah serta dari waktu pengamatan yang secara terus-menerus. Apabila dalam kenyataan data tidak homogen maka dilakukan analisis agar data menjadi seperti homogen. Umumnya ketidakhomogenan data karena pada suatu waktu tidak ada pengamatan. Ada berbagai macam cara untuk menghomogenkan data, antara lain yang sederhana dengan metode statistik korelasi, metode kecenderungan (trend), dan metode beda hingga. Untuk mengetahui apakah data sudah homogen dapat dilakukan dengan menguji nilai simpangannya terhadap batas yang ditetapkan. Menghomogenkan data karena ada kekosongan data dapat dilakukan dengan membandingkan data homogen dari hasil pengamatan stasiun pengamatan lain yang berdekatan. Misalkan dari stasiun pengamatan A terdapat sederet data ai (I = 1, 2, …. ), dan dari stasiun pengamatan B terdapat sederet data bi (I = 1,2,….. ). Beda data dari A dan B adalah: d = [ (bi – ai)] / n q=

(bi) /

(ai)

Apabila data bj tidak ada dapat ditaksir dengan menggunakan data ajdari stasiun A dengan menggunakan rumus: bj = aj + d atau Bj= q + aj dengan: d = { (ai) } / n; dan qj = b j / a j Contoh: Stasiun A mempunyai data hujan homogen selama 30 tahun dari tahun 106

Praktek Meteorologi Pertanian

1971 sampai dengan 2000 sehingga dari data tersebut dapat dibuat normalnya. Stasiun B yang tempatnya dekat dengan stasiun A mempunyai data dari homogen selama 20 tahun dari tahun 1971 sampai 1990. Untuk membuat normalnya bagi stasiun B dilakukan sebagai berikut : Ai Bi 1971 – 1990 88,9 76,8 1971 – 2000 73,6 *** (a). di = 76,8 – 88,9 = – 12,1 maka Bj = 73,6 – 12,1 = 61,5 atau : (b). q = Bi/Ai = 76,8 / 88,9 = 0,86 maka Bj = 0,86 . 73,6 = 63,3 Metode tersebut dapat digunakan untuk pengisian data yang hilang. 4.2.3.2. Analisis Statistik Analisis Statistik dimaksudkan untuk mencari jawaban sampai seberapa besar tingkat perkembangan nilai suatu unsur cuaca dilihat dari antara lain nilai mutlaknya, nilai keseringan terjadinya, dan nilai kumulatifnya. Data yang dianalisis dan cara analisis disesuaikan dengan sifat unsurnya. Banyak cara analisis yang digunakan, namun untuk keperluan kegiatan pertanian setempat dapat diambil cara yang sederhana saja. 1). Hitung Nilai Rata-Rata

Cara menghitung rata-rata (X ) dapat dilakukan dengan sederhana: r

Xr = (Xi )/n Praktek Meteorologi Pertanian

107

dengan: X adalah nilai ke-i dari unsur yang ada. Untuk mendapatkan nilai ratarata yang baik upayakan banyaknya nilai sebanyak waktu yang dimaksud; misalnya nilai rata-rata harian dalam sebulan, hendaknya banyaknya data sebanyak 30, nilai rata-rata maksimum-minimum; tengarai nilai-nilai maksimum-minimum mutlak. i

2). Hitung Nilai Kumulatif Analisis nilai kumulatif dilakukan untuk unsur yang nilainya diukur secara kumulatif selama waktu tertentu, misalnya hujan, penguapan. Nilai kumulatif dapat diperoleh dengan menjumlahkan nilai yang pertama dan yang berikutnya. Apabila nilai tersebut pada waktu t1, t2, t3,…..ti, ti+1,…..tn masing-masing X1, X2, X3,…..Xi, Xi+1,…..Xn, maka nilai kumulatif sampai pada waktu tj adalah X = X1+ X2+ X3+…..Xi+ Xi+1+….. +Xn = åXi(I = 1,2, …j). Untuk memudahkan lihat contoh dalam tabel berikut: Tabel 4.10. Contoh perhitungan nilai kumulatif

108

Tanggal

Curah hujan

Curah hujan kumulatif

1 2 3 4 5 6 . . dst.

4 0 10 20 5 15 . . dst.

4 4 14 34 39 54 . . dst.

Praktek Meteorologi Pertanian

3). Hitung Nilai Keseringan Dalam pertanian, nilai keseringan terjadinya nilai-nilai cuaca lebih penting bila dibandingkan dengan nilai rata-rata. Nilai keseringan diperoleh dengan menghitung banyak terjadinya nilai-nilai lebih dari atau kurang dari nilai tertentu yang dipilih. Untuk menghitung keseringan atau probabilitas, data diurutkan mulai dari yang kecil; kemudian dihitung berapa banyaknya nilai-nilai yang diperhatikan (fi). Ada kalanya nilai keseringan dinyatakan dalam % dan disebut nilai keseringan nisbi: F = fi/m dengan: m = banyaknya data. Untuk data yang banyak jumlahnya, yang lazim digunakan dalam klimatologi, F = fi/(m+1) Sebagai contohnya perhatikan tabel berikut : Tabel 4.11. Contoh menghitung frekuensi Tanggal

Suhu

Nilai terurut

f

F

F

F

1

22

21

21 = 2

2/10

2/10

10/10

2

21

21

3

23

22

22 = 1

1/10

3/10

8/10

4

23

23

23 = 3

3/10

6/10

7/10

5

26

23

6

29

23

7

23

26

26 = 2

2/10

8/10

4/10

8

28

26

9

26

28

28 = 1

1/10

9/10

2/10

10

21

29

29 = 1

1/10

10/10

1/10

Praktek Meteorologi Pertanian

109

4.2.3.3. Batas Operasional Tanah dan tanaman menanggapi cuaca secara seketika dan atau secara perlahan-lahan. Kenyataan tersebut mengisyaratkan bahwa keadaan tanah dan keadaan tanaman bergantung kepada cuaca saat itu dan cuaca yang berlangsung berikutnya. Apabila pada suatu ketika terjadi hujan deras, sehingga saat itu terjadi banjir dan tanah longsor, tidak berarti bahwa saat itu dapat menanam tanaman, dan bahkan mungkin batang-batang padi menjadi rusak. Demikian pula misalnya setelah musim hujan kemudian pada saat itu hujan berhenti maka sinaran matahari dan suhu tinggi saat itu tidak langsung membuat tanah menjadi kering, tetapi secara berangsur sehingga mungkin baru satu atau beberapa minggu kemudian tanah mencapai kelembapan tertentu. Dengan demikian tanah dapat dimanfaatkan dan tanaman dapat tumbuh baik apabila cuaca sudah sampai pada batas nilai tertentu. Nilai tertentu yang memungkinkan kegiatan pertanian dilakukan dengan optimal disebut “batas operasional”. Kegiatan pertanian banyak macamnya, misalnya mengolah tanah, menabur bibit, menanam, memelihara tanaman, dan lain-lain. Setiap kegiatan memerlukan cuaca yang berbeda. Oleh karena itu batas operasional berbeda untuk setiap kegiatan, berbeda untuk berbagai macam jenis tanah, berbeda untuk setiap jenis tanaman, berbeda untuk setiap fase pertumbuhan tanaman, dan lain sebagainya. Untuk membuat batas operasional perlu lebih dahulu dikenali keadaan unsur kegiatan pertanian dalam kaitannya dengan cuaca, yang sekurang-kurangnya dapat menjawab pertanyaan:

110

Praktek Meteorologi Pertanian

 Apa yang terjadi apabila nilai cuaca setinggi itu?  Apa yang terjadi apabila nilai cuaca mencapai maksimum dan atau minimum setinggi itu?

 Apa yang terjadi bila sampai pada suatu saat nilai cuaca mencapai nilai kumulatif tertentu?

 Apa yang terjadi apabila keseringan nilai cuaca sudah sekian kali ? Untuk mengenalinya dilakukan percobaan atau perhitungan statistik korelasi antara cuaca dan kegiatan yang dimaksud, kemudian dari hasilnya ditetapkan definisi nilai batas. Nilai batas tersebut ada yang menyebutnya “nilai indeks” Sebagai contoh, tanaman umumnya dapat tumbuh apabila ditanam pada tanah yang dalam kondisi curah hujan sekurang-kurangnya setengah dari banyaknya penguappeluhan potensial. Dari kriteria tersebut kemudian dibuat definisi tentang “musim tumbuh” (growing season) (FAO). Batas musim tumbuh tersebut mungkin berbeda untuk daerah yang berbeda dan berbeda untuk jenis tanaman yang berbeda. Robertson (1970), menetapkan awal hari tumbuh untuk padi dengan kriteria neraca air yang dalam rumus ditulis : Si = Si-1 + Pi - Ei dengan: Si = kadar air tanah pada hari ke-i; Si-1 = kadar air tanah pada satu hari sebelum hari ke-i; Pi = curah hujan selama hari ke-i; dan Ei = banyaknya pengupan pada selama hari ke-i.

Praktek Meteorologi Pertanian

111

4.2.3.4. Penyediaan Informasi Cuaca Berlangsung Informasi cuaca berlangsung memuat keterangan tentang cuaca dari beberapa waktu yang lalu sampai saat informasi dibuat. Informasi tersebut berguna untuk membuat penilaian (assessment). Baik untuk penilaian cuaca sendiri maupun untuk penilaian dampaknya kepada pertanian, misalnya penilaian keadaan tanah, keadaan tanaman, keadaan hama, ketersediaan air, dan lain sebagainya. Penilaian umumnya dilakukan dengan membandingkan terhadap syarat atau batas operasional masing-masing tanaman atau kegiatan. Penilaian yang mudah dengan merajah data cuaca berlangsung pada diagram yang memuat grafik syarat atau batas operasional. 4.2.3.5. Penyediaan Informasi Cuaca Yang Akan Datang Informasi cuaca yang akan datang atau prakiraan cuaca diperlukan untuk menetapkan rencana atau langkah-langkah yang perlu dilakukan. Prakiraan cuaca dibuat dalam skala waktu pendek sampai panjang sesuai dengan yang diperlukan. Umumnya prakiraan cuaca dibuat dalam skala waktu harian, tiga harian, mingguan, sepuluh harian, bulanan, musiman, dan seterusnya. Prakiraan cuaca tersebut digunakan untuk menetapkan perencanaan operasional dan melakukan antisipasi dan penanggulangan akibat cuaca yang diperkirakan akan terjadi. Pada dasarnya, baik prakiraan cuaca harian, mingguan, bulanan, maupun yang lebih panjang, unsur yang diprakirakan sama, yakni meliputi unsur-unsur cuaca berikut:

112

Praktek Meteorologi Pertanian

(a) Keadaan langit (termasuk awan dan lamanya penyinaran matahari); (b) Cuaca (termasuk adanya fenomena, misalnya hujan, badai guntur, embun, dan lain-lain); (c) Suhu udara (suhu maksimum, suhu minimum, kisaran); (d) Angin (arah angin, kecepatan angin, kisaran); (e) Kelembapan (kelembapan maksimum, kelembapan minimum; (f) Kondisi keringnya udara. Satuan nilai unsur yang diprakirakan berbeda, sesuai dengan panjangnya waktu prakiraan. Nilai-nilai prakiraan yang lebih bermanfaat adalah nilai kemungkinan atau probabilitas. Berbagai nilai unsur yang perlu diprakirakan adalah seperti berikut: (a) Keadaan langit : Tabel 4.12. Nilai banyak awan siang dan malam Nilai banyak awan

Untuk siang hari

Untuk malam hari

< 2/10

Cerah dengan lama suryaan lebih dari 90%

Cerah

2 - 3/10

Cerah dengan lama suryaan lebih dari 75%

Cerah

4 – 6/10

Berawan sebagian, dengan lama suryaan lebih dari 50%

Berawan sebagian

7 – 9/10

Umumnya berawan dengan lama suryaan kurang dari 50%

Umumnya berawan

Berawan dengan lama suryaan kurang dari 10%

Berawan

> 9/10

Praktek Meteorologi Pertanian

113

(b) Suhu udara : Suhu udara yang diprakirakan adalah suhu maksimum dan suhu minimum pada ketinggian dekat permukaan tanah. Dengan demikian suhu maksimum dapat lebih tinggi dari suhu udara lingkungan dan suhu minimum dapat lebih rendah. Jadi dapat berbeda dengan suhu lingkungan yang biasanya diinformasikan kepada masyarakat umum. (c) Angin: Prakiraan angin meliputi arah dan kecepatannya, dengan nilai kisaran. Nilai kecepatan angin dinyatakan dalam knot atau km/jam atau dengan menggunakan nilai skala Beaufort. (d) Kelembapan: Prakiraan kelembapan udara dengan menyebutkan nilai maksimum pada malam hari dan minimum pada siang hari. (e) Hujan : Yang diprakirakan tentang hujan adalah ada atau tidak adanya, dan peluang (chance) kemungkinan terjadinya. (f) Embun: Untuk daerah-daerah tertentu adanya embun cukup berarti bagi tanaman. Ada yang dirasa menguntungkan karena dapat membasahi rumput dan menaikkan kelembapan tanah, tetapi juga ada yang merugikan misalnya embun beku yang dapat membuat tanaman atau rumput menjadi kering seperti terbakar. Oleh karena itu prakiraan terjadinya embun sangat diperlukan. (g) Kering udara : Bagi berbagai tanaman kondisi keringnya udara menentukan

114

Praktek Meteorologi Pertanian

kualitas hasil, misalnya tembakau, kapas. Ukuran keringnya udara diambil dari laju kehilangan air, banyaknya hari tidak ada hujan, atau nilai-nilai lain yang sesuai dengan kegiatan pertanian di tempat yang bersangkutan.. Nilai-nilai unsur cuaca yang diprakirakan disesuaikan dengan jangka waktu prakiraan dan dengan batas-batas nilai yang diperlukan bagi kegiatan pertanian. Untuk prakiraan jangka pendek harian nilai yang diprakirakan adalah nilai sesaat, nilai maksimum dan nilai minimum dalam satu hari, lamanya cuaca berlangsung. Untuk prakiraan jangka panjang nilai yang diprakirakan adalah nilai maksimum, nilai minimum, nilai kisaran, nilai keseringan atau probabilitas atau kecenderungan terjadinya lebih atau kurang dari nilai yang ditetapkan, lamanya cuaca berlangsung. Untuk prakiraan jangka musiman, selain seperti yang termuat dalam prakiraan jangka panjang diprakirakan pula awal musim, panjangnya musim. Tentang kriteria awal musim disesuaikan dengan yang diperlukan bagi kegiatan pertanian. Cara menentukan awal dan akhir musim dapat menggunakan perhitungan kumulatif maju atau kumulatif bertambah dan kumulatif mundur atau kumulatif berkurang. Cara tersebut digunakan berdasarkan alasan bahwa unsur cuaca selama satu musim berawal dan berlanjut makin besar sampai mencampai maksimum dan kemudian turun sampai mencapai nilai minimum dalam musim berikutnya. Pengambilan kumulatif maju dimulai dari saat yang dipilih. Misalnya untuk menetapkan awal musim hujan atau musim tumbuh untuk sesuatu tanaman atau mulainya suatu kegiatan dimulai dari Praktek Meteorologi Pertanian

115

tanggal 1 September dengan nilai kumulatif 150 mm. Tanggal saat dicapainya nilai kumulatif 150 mm adalah awal dari musim yang dimaksud. Pengambilan kumulatif mundur dimulai dari saat yang dipilih, misalnya dengan tanggal tertentu atau saat nilai kumulatif maju mencapai nilai tertentu, dan berakhir sampai mencapai nilai kumulatif tertentu misalnya 200 mm. Saat dicapainya nilai kumulatif mundur 200 mm ditetapkan sebagai akhir musim yang dimaksud. Morris dan Zandstra (1979) yang dikutip Oldeman (1982) memilih nilai kumulatif curah hujan dasarian 75 mm dimulai dari dasarian pertama bulan Januari untuk menetapkan awal musim tumbuh untuk tanaman lahan kering dan 200 mm sebagai awal musim pengolahan tanah untuk penanaman padi lahan basah di Thailand. Akhir musim ditetapkan pada nilai kumulatif mundur mencapai 300 mm dihitung dari nilai kumulatif maju 500 mm. 4.2.3.6. Penyediaan Informasi Adanya Selang Kering dan Selang Basah Informasi adanya selang kering dan selang basah dilakukan dalam sesuatu musim tumbuh dengan kriteria curah hujan selama sehari. Kriteria selang kering dan selang basah tidak bersifat umum. Untuk mengidentifikasi selang kering dan selang basah digunakan data curah hujan harian kemudian dicari periode-periode yang selama itu tidak ada hujan kurang dari dan yang lebih dari yang ditentukan. Misalnya Oldeman (1982) menetapkan selang kering menggunakan kriteria curah hujan dalam satu dasarian tidak ada hari berturut-turut dengan hujan lebih dari 3 mm, dan selang basah hari berturut-turut dengan hujan lebih dari 3 mm.

116

Praktek Meteorologi Pertanian

BAB 5 PENYAJIAN INFORMASI CUACA PERTANIAN

Informasi cuaca diberikan kepada berbagai pihak. Oleh karena itu macam informasi dan cara penyajiannya perlu disesuaikan dengan pihak penggunanya. Misalnya untuk kegiatan penerbangan informasi cuaca yang diberikan meliputi cuaca di Bandar udara, cuaca di sepanjang jalur penerbangan, cuaca untuk keperluan pendaratan pesawat terbang. Prakiraan cuaca umumnya meliputi wilayah yang luas dan jangka waktu prakiraan pendek 3 sampai 24 jam. Namun demikian karena semua penerbangan mempunyai kegiatan yang sama dan persyaratan yang standar penyajian infromasi cuaca dapat dilakukan lebih mudah dan seragam. Berbeda dengan kegiatan penerbangan, penyajian informasi cuaca tidak mudah diseragamkan karena kegiatan pertanian berbeda di setiap tempat dan pada satu tempat yang sama terdapat banyak macam dan jenis tanaman yang berada dalam fase kehidupan yang berbeda. Dalam pertanian informasi meteorologi umumnya disediakan bagi para pembuat keputusan, para penyuluh pertanian, para petani, dan pihak-pihak yang berkaitan dengan operasi pertanian. Pembuat keputusan lebih banyak memerlukan informasi klimatologi dan informasi cuaca berlangsung serta informasi prakiraan Praktek Meteorologi Pertanian

117

untuk dasar penentuan kebijakan dan mengantisipasi kemungkinan dampak yang dapat ditimbulkan secara luas. Informasi meteorologi digunakan sebagai bahan masukan disamping informasi bukan meteorologi untuk bahan pertimbangan pembuatan keputusan.

even cuaca Informasi cuaca

even bukan cuaca Informasi bukan cuaca

pemilihan aternatip

pengambilan keputusan

nilai ekonomi

Gambar 5.1. Bagan alur pembuatan keputusan dan nilai ekonomi(Mc.Quigg).

Penyuluh pertanian lebih banyak memerlukan informasi cuaca berlangsung dan prakiraan cuaca untuk membuat penilaian keadaan yang hasilnya digunakan dasar pembuatan petunjuk pelaksanaan operasional kegiatan pertanian di wilayahnya. Para petani lebih banyak memerlukan informasi cuaca saat itu dan prakiraan cuaca untuk digunakan dasar melaksanakan kegiatan operasional di tempatnya. Penyajiannya dengan menggunakan bahasa umum yang mudah difahami.

118

Praktek Meteorologi Pertanian

5.1. Penyajian Informasi Klimatologi Informasi klimatologi disiapkan dengan melakukan analisis data waktu lampau. Pada umumnya analisis dimaksudkan antara lain untuk mengetahui perilaku cuaca selama waktu adanya data yang dianalisis. Dari analisis dapat dibuat informasi tentang nilai keseringan terjadinya, nilai kumulatifnya, dan lain-lain. Umumnya analisis dilakukan dengan menggunakan metode statistik. Unsur cuaca yang dianalisis dan kriteriakriteria yang diambil disesuaikan dengan syarat-syarat yang diperlukan bagi kegiatan pertanian yang bersangkutan. Secara garis besar urutan proses sebagai berikut: 1) Menyiapkan form untuk menampilkan data dalam tabel, 2) Menghitung / menaksir nilai unsur-unsur yang tidak diperoleh dari pengukuran dengan rumus-rumus tertentu. 3) Menampilkan hasil analisis dalam bentuk tabel, grafik, atau dalam bentuk peta. 5.1.1. Tabel Frekuensi (Keseringan) Nilai keseringan terjadinya nilai unsur cuaca sangat membantu dalam pembuatan rencana dan penentuan keputusan. Tabel memuat keseringan nilai satu unsur atau gabungan dari dua atau lebih nilai unsur.

Praktek Meteorologi Pertanian

119

Contoh: Tabel 5.1. Contoh Keseringan curah hujan. Bulan Januari di Jakarta. Curah hujan sehari (mm)

Banyaknya kejadian

<1 1–5 6 – 10 11 – 15 16 – 20 > 20 Jumlah

2 6 10 26 4 2 50

Keseringan (%) 4 12 20 52 8 4 100

Keseringan kumulatip (%) 4 16 32 84 92 96

Batas tertinggi 0,5 4,7 9,8 14,3 18,5 25

5.1.2. Diagram / Grafik Dalam pelayanan informasi klimatologi, selain ikhtisar data dalam bentuk tabel biasanya diisajikan dalam bentuk diagram atau grafik dan dalam bentuk peta. Diagram dan peta klimatik khusus untuk suatu kegiatan tertentu disebut diagram dan peta iklim tematik. Diagram dan peta iklim klimatik dibuat untuk satu atau lebih unsur cuaca dan kriteria dipilih berdasarkan nilai kaitan dan batas yang ditetapkan bagi kegiatan pertanian. Ada dua macam diagram, yakni grafik temporal yang menggambarkan sebaran nilai mengikut waktu, dan diagram spasial yang menggambarkan sebaran nilai mengikut ruang. a. Diagram Temporal Data dirajah dan dibuat diagram yang absisnya skala waktu dan ordinatnya skala nilai unsur yang dianalisis. Diagram yang dibuat disesuaikan dengan keperluan atau syarat batas operasional pertanian. Misalnya, data suhu dirajah dalam peta yang absisnya skala waktu dan ordinatnya skala nilai suhu. Diagramnya menyatakan nilai unsur sebagai fungsi waktu, F = F(t). 120

Praktek Meteorologi Pertanian

Contoh:

Gambar 5.2. Contoh grafik suhu, banyak awan, tekanan dari Stasiun Met. Medan.

b. Diagram Spasial Penyajian diagram spasial dilakukan dengan merajah nilai unsur yang pada diagram yang absisnya memuat skala jarak, dalam satu, dua atau tiga dimensi. Diagramnya menyatakan nilai unsur sebagai fungsi jarak, F = F(x) untuk satu dimensi; F = F(x,y) untuk dua dimensi, dan F = F(x,y,z) untuk tiga dimensi. Praktek Meteorologi Pertanian

121

Contoh:

Gambar 5.3. Contoh kecepatan angin sepanjang garis khatulistiwa dari 90 °BT – 140 BT°

c. Diagram Isoplet Diagram isoplet menggambarkan fungsi dua peubah. Bila ada nilai yang berkaitan dengan dua peubah atau unsur cuaca, nilai tersebut dirajah dalam bentuk diagram kisi-kisi yang ke satu arah dengan skala salah satu peubah atau unsur dan ke arah lain dengan skala peubah atau unsur satunya. Kemudian dibuat garis-garis isoplet yakni garis yang menghubungkan nilai-nilai sama. Dengan isoplet tersebut dikenali daerah-daerah paling tingg dan paling rendah. Biasanya nilai yang dirajah adalah nilai keseringan (frekuensi), misalnya keseringan pasangan (x,y).

122

Praktek Meteorologi Pertanian

Contoh:

Gambar 5.4. Contoh isoplet keseringan arah dan kecepatan angin mengikut bulan (Sumber: WMO 100).

d. Diagram Nilai Vektor Diagram nilai vector umumnya digunakan untuk menggambarkan peubah yang mempunyai dua parameter., misalnya angin yang mempunyai besaran arah dan kecepatan.

Gambar 5.5. Mawar angin (windrose) Praktek Meteorologi Pertanian

123

5.1.3. Peta a. Peta Sebaran Untuk menunjukkan sebaran nilai-nilai suatu unsur cuaca digunakan peta potongan horizontal, dengan memilih suatu bidang sebagai bidang rujukan. Nilai yang dirajah dapat nilai sesaat, keseringan atau nilai-nilai lain. Dari sebaran nilai yang dirajah dibuat garis-garis yang menghubungkan nilai sama dan disebut garis iso. Garis iso untuk tekanan disebut “isobar”, untuk suhu disebut “isotherm”, untuk curah hujan disebut “isohyet”. Bidang rujukan dipilih sesuai dengan unsur cuaca yang bersangkutan. Untuk tekanan udara permukaan menggunakan bidang rujukan permukaan laut. Nilai-nilai tekanan direduksi ke tekanan pada permukaan laut. Contoh: Tampilan sebaran tekanan tekanan dari banyak tempat dengan menggunakan peta dengan bidang rujukan permukaan laut. Untuk menggambarkan sebaran tekanan dibuat isobar-isobar. Dari pola isobar dapat dikenali daerah dengan tekanan tinggi dan daerah dengan tekanan rendah.

124

Praktek Meteorologi Pertanian

Gambar 5.6. Peta isobar permukaan

Untuk suhu dan curah hujan menggunakan bidang permukaan topografi. b. Peta Tematik Dengan lebih dahulu mengenali sifat ketanggapan kegiatan atau tanaman kepada cuaca, diagram atau peta tematik secara sederhana dapat dibuat. Misalkan untuk memulai menanam jagung diperlukan syarat curah kumulatif mulai 1 Agustus sampai pada tanggal 1 September harus paling sedikit 80 mm, dan suhu rata-rata antara 24 dan 28 C, maka diagram tematik untuk jagung dapat dibuat dengan meletak-tindihkan (overlay) kedua diagram temporal hujan dan diagram temporal suhu. Dari diagram tindihan tersebut dapat dilihat misalnya apakah syarat yang diperlukan dapat dipenuhi dan kapan waktu pemenuhan tersebut. O

1) Peta klimatik dibuat untuk masing-masing unsur memuat sebaran keseringan klimatologi nilai-nilai yang dipilih. Praktek Meteorologi Pertanian

125

2) Peta tematik adalah overlay dari beberapa peta klimatik tertentu sesuai dengan unsur kegiatan pertanian. 3) Skala peta sama untuk semua unsur. 5.1.4. Klimagram Analisis klimagram dilakukan untuk data dari satu stasiun. Data klimagram menunjukkan perkembangan pasangan dua unsur atau lebih. Umumnya hanya diambil dua atau tiga unsur saja, karena makin banyak unsur yang diambil makin sulit penggambarannya. Pasangan unsur tersebut dipilih sesuaikan dengan syarat kegiatan atau batas operasional. Misalnya : Tabel 5.2. Pasangan unsur pertanian dengan unsur cuaca Unsur pertanian

Unsur cuaca klimagram

Kelembapan tanah,

Hujan, penguappeluhanan

Irigasi

Hujan, penguapan,

Pertumbuhan tanaman

Radiasi, hujan,

Penyakit

Suhu, kelembapan, angin

penguapan 5 4 3 2 1

hujan Gambar 5.7. Contoh klimagram 1, 2, 3, ….dst. menyatakan waktu satuan, misalnya hari, minggu, dasarian, bulan, dst.

126

Praktek Meteorologi Pertanian

5.2. Penyajian Informasi Cuaca Berlangsung Dari hasil analisis tersebut diperoleh nilai-nilai unsur yang perlu disajikan. Nilai tersebut antara lain: suhu (T); tekanan udara (P); angin meliputi arah (aW) dan kecepatan (kW); kelembapan (H); curah hujan (R) meliputi jumlah curah hujan (JR), hari hujan (HR), dan intensitas hujan (IR); penguapan (E); sinaran surya (S) meliputi intensitas sinaran (IS) dan lama suryaan (LS). Nilai-nilai yang dilaporkan adalah nilai sesaat, nilai ekstrem, nilai rata-rata, nilai kumulatip, nilai paling banyak, nilai dibawah atau diatas suatu nilai yang dipilih, yang dapat diringkas seperti pada tabel contoh berikut: Informasi Cuaca Sesaat. Dalam informasi sesaat, yang disajikan untuk T, P, W, H, IS, adalah nilai sesaat; sedangkan untuk IR adalah nilai sesaat dan nilai kisaran. Untuk JR, E, dan LS adalah nilai kumulatip dari waktu sebelumnya. Catatan: Tentang P (tekanan udara) umumnya tidak diperlukan bagi pertanian, kecuali dalam hal khusus yang berkaitan dengan kegiatan yang menggunakan pesawat terbang.

Praktek Meteorologi Pertanian

127

Tabel 5.3. Contoh nilai-nilai cuaca sesaat yang perlu diinformasikan Nilai

T

H

W

P

aW kW

R

S

E

JR HR IR

I S

LS

Sesaat











-

-



-



-

Rata2

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Rata2 maks.

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Rata2 min.

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Maks. mutlak

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Min. mutlak

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Kumulatif dari waktu lalu

-

-

-

-

-



-

-



-



Paling banyak

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Kisaran

-

-

-

-

-

-

-



-

-

-

Lebih dari

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Kurang dari

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Misalnya, Cuaca pada pukul 1200 WIB : Langit cerah. Suhu 28 C; tekanan 1012,6 hPa; angin 300 dengan kecepatan 10 knot; Kelembapan nisbi 80%. Tidak ada hujan selama satu jam terakhir. Penguapan selama satu jam terakhir 0,5 mm. Intensitas sinaran 20 watt/m2. Lama penyinaran sampai pukul 12 sebanyak 40 %. Lain-lain : awan Cu 5/8. 128

Praktek Meteorologi Pertanian

Informasi Cuaca Harian. Dalam informasi harian, yang disajikan untuk T, adalah nilai rata-rata sehari, nilai maksimum dan minimum. Untuk P adalah nilai rata-rata sehari dan nilai kisarannya. Untuk aW adalah nilai paling banyak/sering terjadi selama sehari, dan untuk kW adalah nilai maksimum (mutlak) dan nilai keseringan lebih dari dan atau kurang dari. Untuk H adalah nilai ratarata sehari dan nilai kisaran. Untuk JR adalah nilai kumulatip selama sehari, dan untuk IR adalah nilai rata-rata selama waktu hujan pada hari tersebut. Tidak ada laporan untuk HR. Untuk E adalah nilai kumulatip selama sehari. Untuk IS dan LS adalah nilai kumulatip selama sehari.

Praktek Meteorologi Pertanian

129

Tabel 5.4. Contoh nilai-nilai cuaca harian yang perlu diinformasikan Nilai

T

W

P

R

H

aW kW

S

E

JR HR IR

I S

LS

Sesaat

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Rata2





-

-



-

-



-

-

-

Rata2 maks.

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Rata2 min.

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Maks. mutlak



-

-



-

-

-

-

-

-

-

Min. mutlak



-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Kumulatif dari waktu lalu

-

-

-

-

-



-

-







Paling banyak

-

-



-

-

-

-

-

-

-

-

Kisaran

-



-

-



-

-

-

-

-

-

Keseringan lebih dari

-

-

-



-

-

-

-

-

-

-

Keseringan kurang dari

-

-

-



-

-

-

-

-

-

-

Misalnya, Cuaca hari ini, tgl 17-8-2004: Rata-rata suhu 28 C, dengan maksimum (mutlak) 32 C dan minimum (mutlak) 22 C. O

Tekanan berkisar antara 1005,7 hPa dan 1013,1 hPa dengan ratarata 1010,2 hPa. Arah angin terbanyak 310, kecepatannya paling tinggi 25 dengan 8 kali (80 %) lebih dari 8 knot. Kelembapan nisbi berkisar 130

Praktek Meteorologi Pertanian

antara 50 dan 80 % dengan rata-rata 70 %. Curah hujan sebanyak 50 mm terjadi antara pukul 12 dan 14 dengan rata-rata intensitas selama waktu hujan 10 mm/menit. Penguapan selama sehari sebesar 6 mm. Banyaknya sinaran 300 watt/m2, dan lama suryaan 7 jam atau 80%. Lain-lain : Rata-rata awan 3/8 tiap jam dengan paling banyak dari awan Cu. Informasi Cuaca Mingguan. Dalam informasi mingguan, yang disajikan untuk T, adalah nilai rata-rata seminggu, nilai rata-rata maksimum seminggu, rata-rata minimum seminggu, nilai maksimum dan minimum mutlak dalam minggu yang dimaksudkan, nilai keseringan lebih dari dan atau kurang dari. Untuk P adalah nilai rata-rata seminggu dan nilai kisarannya. Untuk aW adalah nilai paling banyak selama seminggu, dan untuk kW adalah nilai mutlak dan nilai keseringan lebih dan atau kurang dari. Untuk H adalah nilai rata-rata seminggu dan nilai kisaran. Untuk JR adalah nilai kumulatip selama seminggu, untuk HR adalah banyaknya hari hujan dalam minggu yang dimaksud, dan untuk IR adalah nilai rata-rata selama waktu hujan dalam minggu tersebut dan keseringan intensitas lebih dari. Untuk E adalah nilai kumulatip selama seminggu, dan nilai ratarata per hari. Untuk IS dan LS adalah nilai rata-rata per hari dan kisaran selama seminggu.

Praktek Meteorologi Pertanian

131

Tabel 5.5. Contoh nilai-nilai cuaca mingguan yang perlu diinformasikan Nilai

T

W

P

R

H

aW kW

S

E

JR HR IR

I S

LS

Sesaat

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Rata2





-

-



-

-









Rata2 maks.



-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Rata2 min.



-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Maks. mutlak



-

-



-

-

-

-

-

-

-

Min. mutlak



-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Kumula tif dari waktu

-

-

-

-

-





-



-

-

Paling banyak

-

-



-

-

-

-

-

-

-

-

Kisaran

-



-

-



-

-

-

-





Keseringan lebih dari



-

-



-

-

-

-



-

-

Keseringan kurang dari



-

-



-

-

-

-

-

-

-

Misalnya, Cuaca minggu pertama bulan Agustus 2004: Rata-rata suhu 28 C setiap hari, dengan rata-rata maksimum 32 C dan rata-rata minimum 22 C; maksimum mutlak 33 C dan minimum mutlak 15C. Hari dengan suhu rata-rata sehari > 23 C sebanyak 8 kali dan < 18 C sebanyak 4 kali. O

Tekanan berkisar antara 1005,7 hPa dan 1013,1 hPa dengan 132

Praktek Meteorologi Pertanian

rata-rata 1010,2 hPa. Arah angin terbanyak 310, kecepatannya paling tinggi 30 knot dengan 60 kali (70%) lebih dari 10 knot, dan 10 kali (12%) kurang dari 4 knot dengan rata-rata 10 knot. Kelembapan nisbi berkisar antara 50 dan 80 % dengan rata-rata 70 % . Curah hujan sebanyak 50 mm, dengan 4 hari hujan, dan rata-rata intensitas 10 mm/menit dengan sebanyak 4 kali intensitasnyalebih dari 8 mm/menit. Penguapan selama seminggu sebanyak 30 mm dengan rata-rata 4 mm/hari. Intensitas sinaran berkisar dari 300 – 350 watt/m2 dengan ratarata 310 watt/m2/hari; serta lama suryaan berkisar antara 30% dan 80% dengan rata-rata 60 %/hari. Lain-lain : Rata-rata awan 3/8 tiap jam dengan paling banyak dari awan Cu. Informasi Cuaca Bulanan. Dalam informasi bulanan, yang disajikan untuk T adalah nilai rata-rata sebulan, nilai rata-rata maksimum sebulan, rata-rata minimum sebulan, nilai maksimum dan minimum mutlak dalam bulan yang dimaksudkan, nilai keseringan lebih dari dan atau kurang dari. Untuk P adalah nilai rata-rata sebulan dan nilai kisarannya. Untuk aW adalah nilai paling banyak selama sebulan, dan untuk kW adalah nilai mutlak dan nilai keseringan lebih dari dan atau kurang dari. Untuk H adalah nilai rata-rata sebulan dan nilai kisaran. Untuk JR adalah nilai kumulatip selama sebulan, untuk HR adalah banyaknya hari hujan dalam bulan yang dimaksud, dan untuk IR adalah nilai rataPraktek Meteorologi Pertanian

133

rata selama waktu hujan dalam bulan tersebut, dan keseringan intensitas rata-rata lebih dari. Untuk E adalah nilai kumulatip selama sebulan, dan nilai ratarata per hari. Untuk IS dan LS adalah nilai rata-rata per hari dan kisaran selama sebulan. Tabel 5.6. Contoh nilai-nilai cuaca bulanan yang perlu diinformasikan Nilai

T

W

P

aW kW

134

R

H

S

E

JR HR IR

I S

LS

Sesaat

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Rata2





-

-



-

-









Rata2 maks.



-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Rata2 min.



-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Maks. mutlak



-

-



-

-

-

-

-

-

-

Min. mutlak



-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Kumula tif dari waktu lalu

-

-

-

-

-





-



-

-

Paling banyak

-

-



-

-

-

-

-

-

-

-

Kisaran

-



-

-



-

-

-

-





Keseringan lebih dari



-

-



-

-

-



-

-

-

Keseringan kurang dari



-

-



-

-

-

-

-

-

-

Praktek Meteorologi Pertanian

Misalnya, Cuaca bulan Agustus 2004 : Rata-rata suhu 28 C, dengan rata-rata maksimum 32 C rata-rata minimum 22 C, maksimum mutlak 33 C minimum mutlak 20 C; hari dengan suhu rata-rata sehari > 23 C sebanyak 8 kali dan < 18 C sebanyak 4 kali. o

Rata-rata tekanan 1010,2 hPa berkisar antara 1005,7 hPa dan 1013,1 hPa. Arah angin terbanyak 310 dengan kecepatan paling tinggi 20 knot, dengan keseringan 200 kali (56%) lebih tinggi dari 10 knot dan 110 kali (30%) lebih kecil dari 5 knot. o

Kelembapan nisbi rata-rata 60 %, dan berkisar antara 40 dan 80%. Hujan terjadi pada minggu pertama dan ketiga dengan jumlah curah hujan 60 mm, dan 8 hari hujan, rata-rata intensitas 10 mm/menit dengan paling sering (12 kali) lebih dari 8 mm/menit. Penguapan sebanyak 100 mm, dengan rata-rata 4 mm/hari. Sinaran surya rata-rata 300 watt/m2/hari dengan berkisar antara 260 –310 watt/m2/hari; laman suryaan rata-rata 6 jam/hari (60%) dan berkisar antara 4 – 8 jam/hari (40 –80%). Lain-lain : rata-rata awan 3/8 setiap hari dengan paling banyak awan Cu. Catatan : Dalam informasi lebih dari dan kurang dari, nilai-nilai batasnya disesuaikan dengan batas-batas keperluan, atau nilai signifikan, misalnya batas layu, batas kering, dll. Praktek Meteorologi Pertanian

135

Untuk informasi musiman, dibuat seperti dalam informasi bulanan, dengan ditambah definisi tentang satuan waktu musim. Misalnya musim hujan adalah periode dari tgl. 1 Oktober sd. 30 Maret; musim kemarau dari tanggal 1 April sd. 30 September. 5.3. Penyajian Informasi Cuaca Prakiraan Prakiraan cuaca berupa prakiraaan jangka pendek (1 – 3 hari), prakiraan jangka sedang (mingguan), prakiraan tinjauan (outlook) bulanan, dan prakiraan jangka panjang (musiman). Pada dasarnya, seperti yang tercantum dalam bab 4.2.5, baik prakiraan cuaca harian, mingguan, bulanan, maupun yang lebih panjang, unsur yang diparkirakan sama, yakni meliputi unsur-unsur cuaca (a) Keadaan langit (termasuk awan dan lamanya penyinaran matahari); (b) Cuaca (termasuk adanya fenomena, misalnya hujan, badai guntur, embun, dan lain-lain); (c) Suhu udara (suhu maksimum, minimum, kisaran); (d) Angin; (e) Kelembapan; (f) Kondisi keringnya udara. Dalam prakiraan nilai rata-rata kurang tepat untuk diinformasikan. Sebaliknya nilai kisaran dan nilai keseringan sangat perlu diinformasikan.

136

Praktek Meteorologi Pertanian

5.3.1. Penyajian Prakiraan Jangka Pendek (Harian) Prakiraan jangka pendek umumnya dibuat untuk masa laku 1 sampai 3 hari. Prakiraan cuaca harian, diperlukan oleh para petani untuk menyesuaikan kegiatan sehari-hari dengan cuaca yang ada dan yang segera ada. Isi dan nilai unsur yang diprakirakan disesuaikan dengan yang dimaksud adalah wilayah pertanian padi maka nilai-nilai unsur cuaca yang diinformasikan sesuai dengan nilai-nilai yang dipersyaratkan bagi tanaman padi. Penyajiannya dilakukan sehari sebelum masa laku prakiraan. Contoh Prakiraan Cuaca Harian: Cuaca hari esok, tgl 1 Agustus 2007: Suhu akan berkisar antara 22 C (minimum) dan 28 C (makksimum). Arah angin terbanyak 310, kecepatannya paling tinggi 25 dengan 8 kali (80 %) lebih dari 8 knot. Kelembapan nisbi berkisar antara 50 dan 80 %. Hujan dapat terjadi antara pukul 12 dan 14 dengan intensitas selama waktu hujan 10 mm/menit. Penguapan selama sehari sebesar 6 mm. Banyaknya sinaran 300 watt/m2, dan lama suryaan 7 jam atau 80%. Lain-lain : Langit sebentar-sebentar berawan dengan banyaknya awan berkisar antara 3 - 4/8 tiap jam dan paling banyak dari awan Cu. Peluang hujan 30 %. 5.3.2. Penyajian Prakiraan Cuaca Jangka Sedang (Mingguan) Prakiraan cuaca mingguan dibuat untuk selama seminggu yang akan datang. Penyajiannya dilakukan paling kurang satu hari sebelum minggu yang dimaksud. Prakiraan perlu selalu ditinjau, dan bila perlu Praktek Meteorologi Pertanian

137

dapat dilakukan penyesuaian atau amandemen. Contoh Prakiraan Cuaca Mingguan: Cuaca minggu depan dari 1 – 7 Agustus 2007. Suhu pada siang hari berkisar dari 26 C dan 30 C dan maksimum mutlak 34 setiap hari, dengan rata-rata maksimum 32 C dan rata-rata minimum 22 C; maksimum mutlak 33 C dan minimum mutlak 15 C. Hari dengan suhu rata-rata sehari > 23 C sebanyak 8 kali dan < 18 C sebanyak 4 kali. Tekanan berkisar antara 1005,7 hPa dan 1013,1 hPa dengan rata-rata 1010,2 hPa. Arah angin terbanyak 310, kecepatannya paling tinggi 30 knot dengan 60 kali (70%) lebih dari 10 knot, dan 10 kali (12%) kurang dari 4 knot dengan rata-rata 10 knot. Kelembapan nisbi berkisar antara 50 dan 80 % dengan rata-rata 70 % . Curah hujan sebanyak 50 mm, dengan 4 hari hujan, dan rata-rata intensitas 10 mm/menit dengan sebanyak 4 kali intensitasnya lebih dari 8 mm/menit. Penguapan selama seminggu sebanyak 30 mm dengan antara 4 - 6 mm/hari. Intensitas sinaran berkisar dari 300 – 350 watt/m2 serta lama suryaan berkisar antara 30% dan 80%. Lain-lain : Liputan awan 3/8 – 4/8 tiap jam dengan paling banyak dari awan Cu. 5.3.3. Penyajian Prakiraan (Tinjauan) Cuaca Bulanan Prakiraan cuaca bulanan lebih bersifat tinjauan karena sulit 138

Praktek Meteorologi Pertanian

menentukan batas cuaca dalam bulan. Umumnya informasi berisi keterangan tentang kecenderungan unsur-unsur cuaca pertanian. 5.3.4. Penyajian Prakiraan Cuaca Jangka Panjang (Musim) Di kawasan subtropik prakiraan musim meliputi suhu, angin, kelembapan, hujan, salju, penguapan. Di kawasan tropik (Indonesia) umumnya prakiraan musim tentang hujan, antara lain : a. prakiraan awal musim, diperlukan untuk menetapkan masa penyiapan lahan, waktu tanam. b. prakiraan panjangnya dan kadar musim, diperlukan untuk menetapkan alternatip-alternatip penanggulangan apabila cuaca yang tidak diharapkan terjadi. c. prakiraan cuaca di tempat lain, untuk digunakan sebagai pertimbangan a.l. bagi agribisnis, ekspor, pemasaran. Catatan : Dari pihak pertanian perlu menetapkan kriteria atau batas cuaca operasional, misalnya syarat cukup bagi tanah untuk memulai penaburan, syarat cukup bagi irigasi, batas ambang untuk timbulnya penyakit, dll. Untuk dapat dipelajari, informasi cuaca perlu disajikan. Cara penyajian berbagai macam menurut media penyampaiannya.; tetapi bentuk paparannya dibuat secara tetap dan baku.

Praktek Meteorologi Pertanian

139

Tabel 5.7. Informasi prakiraan cuaca yang diperlukan sesuai fase kegiatan Unsur cuaca Hujan

Menjelang dan dalam musim hujan

Menjelang dan dalam musim kemarau

Kapan musim hujan tiba?

Kapan musim kemarau tiba?

Berapa jumlah curah hujannya?

Berapa jumlah curah hujannya?

Berapa kepadatan hujan?

Berapa kepadatan hujan?

Berapa banyak hujan pada malam /siang hari?

Berapa banyak hujan pada malam / siang hari?

Berapa intensitasnya

Berapa intensitasnya?

Adakah kemungkinan dry spell dan berapa lama?

Adakah kemungkinan wet spell dan berapa lama?

Berapa lama penyinaran matahari?

Berapa lama penyinaran matahari?

Berapa banyak liputan awan?

Berapa banyak liputan awan?

Berapa intensitasnya?

Berapa intensitasnya?

Kelem bapan

Berapa besarnya kisaran kelembapan udara?

Berapa besarnya kisaran kelembapan udara?

Angin

Dari mana arah yang paling sering?

Dari mana arah yang paling sering?

Berapa kecepatan angin pada waktu pagi, siang, sore?

Berapa kecepatan angin pada waktu pagi, siang, sore?

Berapa banyak angin ribut?

Berapa banyak angin kering / panas?

Tidak terlalu signifikan

Berapa suhu minimum dan maksimum?

Sinaran mata hari

Suhu

Berapa suhu titik embun minimum ? Kapan terjadi ibun beku (frost)?

Note: Di daerah tertentu informasi prakiraan suhu udara dan embun sangat diperlukan, utamanya pada musim kemarau. (mis. di daerah ngarai, pegunungan, perkebunan sayur, perkebunan tembakau).

140

Praktek Meteorologi Pertanian

BAB 6 PENYAJIAN INFORMASI CUACA PERTANIAN

Informasi meteorologi sangat bermanfaat dalam pertanian. Oleh karena itu mutu informasi menjadi hal yang sangat penting. Keakurasian informasi dinilai dari kompetensi pengamat, keakurasian alat pengamatan / pengukuran, keakurasian hasil pengamatan, dan keakurasian prakiraan cuaca. Pengendalian mutu perlu dilakukan secara teratur. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menjaga keakurasian informasi meteorologi utamanya adalah : (a) Pemeriksaan kompetensi dan kualitas pengamat cuaca; (b) Secara terus-menerus membandingkan hasil pengamatan saat ini dengan hasil pengamatan sebelumnya; (c) Secara berkala dan teratur melakukan pemeriksaan pemasangan, pengujian, dan kalibrasi alat pengamatan; (d) Pemeriksaan kelengkapan laporan hasil pengamatan, penyimpangan prakiraan, dan koreksi klimatologi. Karena setiap fase kegiatan pertanian dan jenis pertanian mempunyai tanggap kepada cuaca berbeda-beda, maka untuk memberi penilaian tingkat keakurasian digunakan “batas toleransi” yakni kisarannilai yang ditetapkan yang masih diperbolehkan bagi suatu Praktek Meteorologi Pertanian

141

informasi untuk masing-masing fase kegiatan dan jenis pertanian yang bersangkutan. 6.1. Kompetensi Pengamat Pengamat cuaca mempunyai peran sangat penting dalam penyediaan informasi cuaca, karena hasil pengamatan yang dilakukan digunakan secara langsung untuk pengambilan keputusan pertanian. Selain itu data hasil pengamatan dan pengukuran digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan informasi selanjutnya. Oleh karena itu kompetensi Pengamat sangat diperlukan. Kompetensi tersebut dinilai antara lain dari kecakapan berikut :

 Kemampuan merawat alat dengan cara yang benar;  Ketelitian dalam mengganti dan memasang pias alat-alat rekam pada waktu dan posisi yang tepat, sehingga rekaman pengukuran menunjukkan keadaan yang sebenarnya;

 Kemampuan melakukan teknik pengamatan yang sesuai;  Pencatatan hasil pengukuran yang benar. Perawatan alat yang tidak benar dapat mengakibatkan kurangnya ketelitian alat. Pengamatan dan penggantian pias pada waktu yang tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan mengakibatkan data yang terbaca tidak menunjukkan pada saat pengamatan yang sebenarnya. Dalam melakukan pengamatan, prosedur pengamatan dan pembacaan alat-alat ukur harus diikuti karena setiap alat mempunyai ciri yang berbeda-beda yang menunjukkan kekhususan alat yang bersangkutan. 142

Praktek Meteorologi Pertanian

Hasil-hasil pengamatan dan pengukuran harus dicatat dengan benar sesuai dengan yang diperoleh. Dengan demikian data dan informasi cuaca dapat dihasilkan dan disajikan dengan benar. 6.2. Keakurasian Alat Pengamatan Menurut ketentuan WMO dalam buku Guide To Meteorological Instrument And Observing Practices, akurasi alat pengamatan adalah kedekatan nilai hasil pengamatan / pengukuran dengan nilai yang sebenarnya atau yang ditetapkan. Keakurasian alat dinilai dari penempatan atau pemasangan alat, dan ketelitian hasil pengukuran. Penempatan alat harus di tempat yang sesuai dengan maksud pengukuran unsur yang bersangkutan dan sifat alat. Bagi alat-alat yang peka terhadap sinar matahari (misalnya thermometer, termograf, termohigrograf, barometer, barograf), harus dipasang pada bangunan atau diberi pelindung yang menghalangi sinar matahari langsung dan yang berventilasi seperti di tempat terbuka. Ada pula alat yang harus dipasang di tempat jauh dari halangan pohon atau bangunan, misalnya penakar hujan. Untuk memperoleh ketelitian, alat perlu dikalibrasi secara berkala dengan alat standar. Alat standar adalah alat yang ditetapkan untuk digunakan sebagai rujukan bagi semua alat yang digunakan untuk pengukuran di lapangan. Keakurasian nilai pengukuran ditetapkan sesuai dengan unsur yang diukur. Sebagai contoh keakurasian nilai hasil pengukuran alat yang direkomendasikan tercantum dalam Tabel 6.1. berikut :

Praktek Meteorologi Pertanian

143

Tabel 6.1. Batas toleransi keakurasian alat Macam alat Te r m o m e t e r maksimum Te r m o m e t e r minimum Te r m o m e t e r biasa Barometer Anemometer

Batasan

Maksimum toleransi o

suhu > – 18 C suhu < – 18 oC suhu > – 18 oC – 18 oC > suhu > – 35 oC suhu < – 35 oC Suhu > 0 oC

± 0,2 oC ± 0,3 oC ± 0,3 oC ± 0,6 oC ± 0,8 oC – 0,2 oC  + 0,1 oC

---

± 0,05 hPa

---

± 1 knot

6.3. Keakurasian Hasil Pengamatan Cuaca Hasil pengamatan / pengukuran adalah bagian paling penting dalam informasi cuaca pertanian. Oleh karena itu pengujian hasil pengamatan perlu ditempatkan pada bagian pertama. Namun demikian karena alat mempunyai kepekaan terbatas, hasil pengukuran tidak selalu tepat benar. Selain itu dampak nilai unsur cuaca tingkatnya berbedabeda. Oleh karena itu keakurasian disesuaikan dengan ketanggapan pertanian. (a) Suhu Udara

 Suhu selalu lebih tinggi daripada titik embun;  Perubahan dalam satu jam < 2 C;  Bila ada perubahan > 2 C harus ditinjau apakah ada perubahan fenomena cuaca lain di sekitar tempat pengamatan;  Kesalahan pengukuran + 1 C. (b) Angin Kesalahan pengukuran: 144

Praktek Meteorologi Pertanian

 Arah angin + 10 derajat  Kecepatan angin + 2 km/jan untuk angin yang kecepatannya kurang dari 19 km/jan (10 knots); + 10% untuk angin yang kecepatannya lebih dari 19 km/jam. (c) Awan Kesalahan pengukuran :

 Banyaknya awan + 1/8 (1 okta);  Ketinggian dasar awan + 15 m untuk ketinggian sampai 150 m; + 10% untuk ketinggian dari 150 m sampai 300 m; + 20% untuk ketinggian lebih tinggi dari 300 m. 6.4. Keakurasian Prakiraan Cuaca Batas penyimpangan dan tingkat keakurasian prakiraan cuaca pertanian yang diperlukan berbeda sesuai dengan macam prakiraan dan unsur yang diprakirakan, serta macam kegiatan pertanian yang dilakukan. Namun demikian secara umum dapat digunakan ukuran berikut:

Praktek Meteorologi Pertanian

145

Tabel 6.2. Batas akurasi beberapa unsur cuaca untuk prakiraan

146

Unsur

Batas penyimpangan yang ditetapkan

Peluang kebenaran prakiraan

Arah angin

+ 30°

80 % dari kasus

Kecepatan angin

+ 9 km/jam (5 knots) sampai 46 km/jam (25 knots) + 20% untuk kecepatan > 46 km/jam (25 knots)

80 % dari kasus

Endapan

Terjadi atau tidak terjadi

80 % dari kasus

Banyak awan

+ 2 okta

70 % dari kasus

Suhu udara

+ 1 °C

70 % dari kasus

Praktek Meteorologi Pertanian

BAB 7 DAMPAK DAN KEGUNAAN INFORMASI CUACA PERTANIAN

Cuaca dan iklim mempunyai nilai ekonomi cukup besar dalam pertanian. Seperti yang digambarkan oleh McQuig dan Landsberg dalam diagram berikut unsur cuaca / iklim mempunyai kedudukan sebagai masukan dasar (basic input) yang cukup berarti. dari

Masukan kedua

Pengendali

ekonomi Masukan dasar

Operasional

Luaran

untuk ekonomi

Hambat an luar

Gambar 7.1. Bagan analisis penggunaan lahan dalam pertanian (Lansberg) Keterangan: Arus transformasi Arus informasi (pemonitoran) Masukan dasar meliputi : Sinaran, suhu, curah hujan, penguapan, angin, CO2, tanah. Masukan kedua meliputi : manusia, tenaga, cadangan air, mesin, energi, fertilizer. Hambatan luar meliputi : hama, penyakit, polusi udara. Pengendali meliputi : culyivation, peptisida, penahan ibun beku, penahan angin, penahan sinaran, nutricient, irigasi. Luaran meliputi : crop, yield, waste. Kekompleksan operasional : genetics, photosynthesis, fenologi, transpirasi Praktek Meteorologi Pertanian

147

Cuaca dan iklim diperlukan bagi kegiatan pertanian pada umumnya dan khususnya bagi tanaman. Tetapi di sisi lain juga dapat menimbulkan kerugian. Berbagai dampak dan kemanfaatan cuaca / iklim dalam pertanian meliputi : (1) Dampak cuaca / iklim kepada pertumbuhan dan perkembangan tanaman, kualitas, dan kuantitas produksi; (2) Dampak cuaca / iklim kepada timbulnya penyakit tanaman, kerusakan tanaman, kehilangan produksi; (3) Dalam fungsinya sebagai sumberdaya iklim; (4) Dalam kaitannya dengan penyimpanan produksi; (5) Dalam kaitannya dengan modifikasi dan iklim tiruan; (6) Dalam kaitannya dengan operasi managemen; (7) Dalam kaitannya dengan kehutanan; (8) Dalam kaitannya dengan nilai ekonomi Cuaca / iklim memberi dampak kepada tanah dan tanaman. Dengan demikian yang sekurang-kurangnya perlu diketahui tentang cuaca dan iklim adalah:

 Bagaimana cuaca dan iklim yang ada;  Cuaca dan iklim yang bagaimana yang berdampak kepada tanah dan tanaman;

 Cuaca dan iklim yang mana yang perlu dihindari agar tidak terkena dampak yang merugikan bagi tanah dan tanaman;

 Cuaca dan iklim yang bagaimana yang dapat dimanfaatkan sehingga dampak yang menguntungkan dapat diperoleh;

 Cuaca dan iklim yang bagaimana yang dapat digunakan untuk 148

Praktek Meteorologi Pertanian

menentukan perlu tidaknya dilakukan upaya penanggulangan;

 Cuaca yang bagaimana yang diperlukan tanah dan tanaman selama fase pertumbuhannya. Tidak setiap waktu cuaca yang ada diperlukan oleh tanaman, bahkan mungkin merugikan. Oleh karena itu apabila ada cuaca yang merugikan perlu dilakukan antisipasi atau penanggulangan. Bagi petani perlu memperhitungkan alternatif dan menyiapkan upaya antisipasi apabila cuaca yang tidak diharapkan terjadi. 7.1. Dampak Cuaca / Iklim Kegiatan pertanian berkaitan banyak dengan cuaca / iklim. Dampak cuaca / iklim kepada kegiatan pertanian dapat dikategorikan menjadi: (a) dampak langsung; (b) dampak tidak langsung. Selanjutnya dampak lansung ada yang dirasakan seketika, dan ada yang dirasakan secara lambat. Dampak langsung seketika umumnya ditimbulkan oleh adanya fenomena ekstrem, misalnya curah hujan yang lebat atau terus-menerus dapat menimbulkan tanah longsor saat itu; angin kencang menimbulkan kerusakan batang tanaman, adanya embun beku yang mengenai tanaman membuat daun dan batang tanaman menjadi kering. Untuk dapat menanggulangi atau mengantisipasi dampak tersebut lebih dahulu perlu diketahui berapa kemungkinan terjadinya fenomena ekstrem tersebut serta berapa besar nilai ekstremnya. Praktek Meteorologi Pertanian

149

Cuaca terus-menerus berlangsung sehingga kadarnya ada yang terus-menerus meningkat atau menurun, tetapi umumnya berfluktuasi atau berubah berkala harian, musiman, tahunan, antar tahunan, dan seterusnya. Karena perubahan tersebut, maka komponen-komponen pertanian menanggapinya secara terus-menerus pula, misalnya tanah menjadi kering tidak karena saat itu saja suhunya tinggi atau saat itu tidak hujan, tetapi tanah menjadi kering karena beberapa waktu suhu selalu tinggi dan selama itu tidak ada hujan. Sering terjadi bahwa kerusakan tanaman tidak karena cuaca saat itu secara langsung. Cuaca / iklim tidak hanya diperlukan tanaman saja tetapi hama, penyakit, tumbuhan parasit juga memerlukan cuaca / iklim. Tidak jarang timbulnya hama, penyakit, parasit tersebut justru pada saat adanya cuaca yang diperlukan bagi tanaman dan kegiatan pertanian. Jadi gangguan tidak timbul dari cuaca, tetapi karena cuaca saat itu justru mendukung kesuburan hidupnya hama, penyakit, dan parasit yang selanjutnya hama, penyakit, dan parasit tersebut mengganggu tanaman. Setiap orang atau setiap kegiatan mempunyai tanggap dan kepekaan berbeda kepada cuaca. Bagi seseorang atau sesuatu kegiatan adanya cuaca tertentu mungkin dirasakan sebagai yang menguntungkan, tetapi bagi orang atau kegiatan lain justru dirasakan sebagai yang merugikan. Misalkan pada musim kemarau yang banyak hujan menguntungkan bagi petani sayuran, tetapi dirasa merugikan bagi perusahaan industri garam. Dalam tabel berikut ini diberikan contoh macam cuaca yang menguntungkan dan merugikan seperti yang dimaksud.

150

Praktek Meteorologi Pertanian

Tabel 7.1. Cuaca yang menguntungkan dan merugikan bagi tanah dan tanaman Unsur cuaca/ iklim

Tanah Yang menguntungkan (1)

Tanaman Yang merugikan (2)

Yang menguntungkan (3)

Yang merugikan (4)

Sinaran matahari

Sinaran banyak meningkat kan kualitas tanah

Sinaran banyak meningkatkan laju pengeringan

Lama penyi naran banyak , fotosintesa berlangsung lama

Lama penyi naran banyak tanaman cepat layu

Suhu

Meningkat kan kualitas tanah

Merubah struktur tanah

Meningkatkan proses pertumbuhan

Fluktuasi besar tanaman stress. Daun banyak yg gugur. Suhu rendah bahaya ibun

Angin

Tanah dapat didinginkan

Ablasi, penggerusan; tanah mudah menjadi kering

Bila lemah membantu kecepatan penyerbukan

Bila kencang merusak batang, daun

Kelem bapan

Kelem bapan tinggi, kelem bapan tanah terjaga

Kelembapan rendah, penguapan tinggi. Kandungan air tanah rendah

Kelembapan tinggi tumbuhan dapat tumbuh subur

Kelembap an tinggi gulma dan hamapenyakit mudah timbul.

Curah hujan,

Hujan banyak, tanah gembur dan menjadi subur

Hujan banyak, banjir, erosi, tanah longsor

Hujan banyak, mudah menyerap hara dari tanah

Hujan banyak melimpas kan pupuk

Praktek Meteorologi Pertanian

151

Tabel 7.2.Cuaca yang merugikan dan yang menguntungkan bagi tanaman dalam musim hujan dan musim kemarau Unsur cuaca/ iklim

Musim hujan Yang menguntungkan (1)

Musim kemarau

Yang merugikan (2)

Yang menguntungkan (3)

Yang merugikan

Upaya karena ( …..)

(4)

Sinaran mata hari

Intensi tas tinggi karena matahari dekat di atas Indo nesia

Lama penyinaran kurang karena tutupan awan

Lama penyi naran banyak

Intensitas lebih rendah

(1)(3) Menanam pohon pelindung (2)(4) menyesu ai kan ta naman, waktu tanam

Angin

Angin umum nya rendah

Sering terjadi angin ribut yang merusak tanaman

Tidak ada angin ribut

Di daerah tertentu angin kencang dan kering bertiup terusmenerus

(1)(2)(3) (4) Menanam pohon pe lindung; menyesu ai kan ta naman, waktu tanam

Kelem bapan

Kelem bapan tinggi, pengu apan potensi al tinggi, kadar kelem bapan tanah terjaga

Kelem bapan tiinggi, gulma dan hamapenyakit mudah terjadi

Kelem bapan rendah gulma dan hamapenyakit tidak mudah terjadi

Kelem bapan rendah, penguapan tinggi. Kandungan air tanah rendah

(1)(2)(3) (4) Menanam pohon pe lindung. Menyesu aikan ta naman, waktu tanan

Sumber diolah dari .(M.W. Baradas 1982).

152

Praktek Meteorologi Pertanian

Lanjutan tabel 7.2. Unsur cuaca/ iklim

Musim hujan

Musim kemarau

Yang merugikan

Curah hujan,

Banyak jumlah nya, meme nuhi kebu tuhan tanaman akan air

Kelebihan, banjir; pestisida banyak terbuang karena limpasan air

Tidak ada banjir

Jumlahnya sedikit, sering menimbul kan keke ringan

(1)(4) Sistem waduk, irigasi; (2)(4). Gunakan informasi cuaca utk. atur waktu, antisipasi.

Selang kering (dry spell)

Menambah sinaran matahari

Dapat menimbul kan tanaman stress kekurang an air

-

-

Gunakan informasi cuaca untuk pengatur an irigasi, penyiram an, penyem protan, antisipasi

Selang basah (wet spell)

-

-

Menam bah ke cukupan air

Dapat merusak kualitas hasil panen,

Gunakan informasi cuaca untuk pengatur an irigasi, dan antisipasi

(2)

Yang menguntungkan (3)

Yang merugikan

Upaya karena ( …..)

Yang menguntungkan (1)

(4)

Sumber diolah dari .(M.W. Baradas 1982).

7.2. Fungsi dan Penerapan Informasi Meteorologi Pertanian Seperti yang telah dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya, informasi meteorologi digolongkan menjadi tiga, yakni informasi tentang kebiasaan cuaca waktu lampau atau klimatologi, informasi Praktek Meteorologi Pertanian

153

tentang cuaca yang sedang berlangsung, dan informasi tentang cuaca yang diperkirakan atau yang diprakirakan akan terjadi di waktu berikutnya. Informasi tersebut merupakan salah satu bahan yang bermanfaat untuk menetapkan rencana dan pengambilan keputusan dalam bidang pertanian. Informasi klimatologi berguna untuk antara lain menetapkan rencana stratejik jangka panjang, misalnya untuk menetapkan rencana tataguna lahan, menetapkan pola tanam, sebagai bahan penyusunan desain dan teknologi pertanian. Informasi cuaca sedang berlangsung digunakan untuk antara lain membuat penilaian apakah cuaca sampai saat itu mempunyai kecenderungan di bawah atau di atas persyaratan atau batas operasional pertanian yang ditetapkan. Dengan demikian informasi tersebut berfungsi sebagai isyarat dan pengendali untuk melaksanakan kegiatan operasional pertanian dan mencegah terhadap kemungkinan akibat yang dapat ditimbulkan oleh cuaca sampai saat itu. Informasi tentang cuaca yang diperkirakan atau yang diprakirakan akan terjadi di waktu berikutnya berguna untuk menetapkan rencana dan pengambilan keputusan untuk penanggulangan dan antisipasi akibat yang berkaitan dengan kondisi cuaca yang akan terjadi. Dalam pertanian penentuan masa tanam sangat penting karena sesudah tanaman ditanam kehidupan selanjutnya bergantung kepada cuaca yang ada. Oleh karena itu informasi cuaca berupa prakiraan cuaca atau prakiraan musim diharapkan mempunyai keyakinan yang tinggi. Informasi tentang nilai keseringan dari unsur cuaca sangat bermanfaat bagi pertanian. Namun karena kegiatan pertanian banyak macamnya dan tidak sama sensitifitasnya kepada cuaca, maka adanya 154

Praktek Meteorologi Pertanian

dan tinggi rendahnya nilai unsur cuaca pada suatu saat dirasa menguntungkan bagi sesuatu kegiatan atau tanaman tetapi dirasa merugikan bagi kegaiatan atau tanaman lain. Selama siklus hidup tanaman, mulai dari perkecambahan sampai panen selalu memerlukan air. Air memegang peranan penting dalam pertumbuhan tanaman sampai perkembangan dan sampai produksinya. Dalam kehidupan tanaman air mempunyai berbagai fungsi, antara lain: a. Sebagai komponen utama jaringan tanaman; b. Sebagai pengangkut unsur hara dari tanah ke akar kemudian ke bagian-bagian tanaman lainnya; c. Sebagai komponen dari bahan organik yang terbentuk dari proses fotosintesis; d. Sebagai pengatur suhu tanaman, karena air mempunyai kemampuan menyerap panas dalam proses transpirasi. Kepekaan tanaman kepada kekurangan air berbeda dari tanaman yang satu dan tanaman yang lain dan berbeda pula dari satu fase dan fase pertumbuhan lain. Curah hujan merupakan sumber air alami yang sangat bermanfaat. Namun demikian keberadaanya yang sering tidak pada saat yang diperlukan bagi suatu jenis tanaman dan tidak sesuai dengan masa pertumbuhan tanaman pada saat itu. Sinaran matahari yang mengenai klorofil pada tanaman berhijau daun merupakan energi yang digunakan dalam proses fotosintesis, proses yang menjadikan sumber dari semua bahan organik Praktek Meteorologi Pertanian

155

tanaman. Hasil fotosintesis tersebut menjadi bahan utama dalam pertumbuhan tanaman dan produksinya. Penyerapan cahaya oleh pigmen lain menimbulkan terjadinya pemecahan dan penyebaran dari bahan-bahan dalam berbagai organ tanaman melalui proses fotoperiodisme. Banyak percobaan dengan tanaman menunjukkan eratnya hubungan antara laju fotosintesis dan sinaran matahari. Pada dasarnya semua bahan kering berasal dari fotosintesis; maka terdapat hubungan yang erat antara sinaran matahari dan pertumbuhan serta produksi tanaman. Selain itu hubungan antara fotosintesis dan cahaya dipengaruhi pula oleh indeks luas daun. Penembusan cahaya matahari ke dalam tajuk bergantung kepada besar dan bentuk daun, oprientasi, pengaturan daun, serta penyerapan cahaya oleh bagian lain dari tanaman selain daun. Peningkatan fotosintesis juga dapat meningkatkan pembungaan dan pembuahan; sebaliknya penurunan intensitas sinaran dapat memperpanjang masa vegetatif tanaman. Sebagai contoh (Hanafi, 1994) produksi padi meningkat dengan adanya jumlah sinaran matahari: a) Hubungan antara produksi padi dan sinaran; Y = 0,0572 X + 1655,82; r = 0,35

ns

X = total sinaran 45 hari sebelum panen. b) Hubungan jumlah anakan produktip dengan total sinaran; Y = 0,0004 X + 910,241; r = 0,2015

ns

X = total sinaran 45 hari sebelum panen. 156

Praktek Meteorologi Pertanian

Untuk menerapkan informasi meteorologi perlu dilakukan berbagai langkah, yakni :

    

Mengumpulkan data cuaca di tempat kegiatan; Mengenali hubungan antara unsur cuaca dan unsur tanah; Mengenali hubungan antara unsur cuaca dan unsur tanaman; Mengenali unsur cuaca yang menguntungkan dan yang merugikan; Menandai bata-batas nilai cuaca yang menguntungkan dan yang merugikan.

Penerapan informasi pertanian melibatkan tiga kegiatan dalam tiga domain, yakni domain cuaca, domain pertanian, dan domain antara. Domain cuaca memuat kegiatan penyediaan informasi tentang klimatologi, tentang cuaca sampai saat sekarang, tentang cuaca saat ini, serta penyediaan informasi tentang cuaca yang akan datang atau prakiraan. Dalam domain pertanian terdapat kegiatan penyediaan informasi tentang syarat dan kondisi atau batas operasional pertanian (lahan, tanaman, hama), serta pengambilan keputusan berdasarkan tingkat pemenuhan syarat dan batas operasional yang ada. Dalam domain antara terdapat kegiatan penyediaan informasi tentang alternatif atau pilihan berdasarkan kriteria kesesuaian cuaca dan iklim yang diinformasikan dalam domain cuaca. Dengan demikian rangkaian ketiga domain tersebut membentuk suatu alur pengambilan keputusan. Rangkaian tersebut memberi pengertian: Praktek Meteorologi Pertanian

157

Berbagai hubungan antar domain seperti tercantum dalam tabel berikut. Bila informasi cuaca < xxxx > (domain cuaca), sedangkan syarat dan kondisi pertanian seperti < yyyy > (domain antara) maka sesuai dengan informasi cuaca yang ada keputusan yang diambil adalah < zzzz > (domain pertanian).

158

Praktek Meteorologi Pertanian

Tabel 7.3. Macam dan hubungan kegiatan dalam domain Domain cuaca

Domain pertanian

Domain antara

BILA CUACA

PERTANIAN YANG TERKAIT SYARAT hidupnya tanaman

MAKA

KLIMATOLOGI

CUACA SAMPAI SAAT SEKA RANG

CUACA SAAT INI

SYARAT selama pertumbuhan ASSESSMENT: Kondisi tanah

ASSESSMENT: Kondisi tanaman ASSESSMENT: Kondisi hama JENIS TANAMAN

PILIH

Domain pertanian TINDAKAN YANG DILAKUKAN TETAPKAN Wilayah jenis tanaman TETAPKAN Pola tanam

GUNAKAN prakiraan cuaca (unsur cuaca yang sesuai)

LAKUKAN / TIDAK DILAKUKAN

GUNAKAN cuaca sampai saat sekarang

TETAPKAN waktu mulai

TETAPKAN upaya penanggulangan TETAPKAN alternatip PRAKIRAAN CUACA

ASSESSMENT: Kondisi tanah ASSESSMENT: Kondisi tanaman ASSESSMENT: Kondisi hama

GUNAKAN cuaca saat ini

TETAPKAN Rencana : mengerjakan lahan

TETAPKAN Rencana : pembibitan Rencana : tanam TETAPKAN Rencana : pemupukan TETAPKAN Rencana : penyemprotan TETAPKAN Rencana : pengairan TETAPKAN Rencana : panen TETAPKAN Rencana : penjemuran TETAPKAN Rencana : penyimpanan TETAPKAN Rencana : pengiriman, dll. Praktek Meteorologi Pertanian

159

7.3.Teknik Penggunaan Informasi Meteorologi Pertanian 7.3.1.Teknik Penggunaan Informasi Klimatologi Informasi klimatologi memuat keterangan tentang ciri atau kebiasaan nilai-nilai cuaca di suatu tempat atau daerah. Ciri tersebut diperoleh dengan menganalisis data dari waktu sebelumhya sampai yang ada pada saat terakhir. Oleh karena itu nilai yang diperoleh bergantung kepada banyaknya data yang dianalisis. Informasi klimatologi digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan kebijakan dan rencana tetap jangka panjang, misalnya penetapan tataguna lahan, pola tanam, dan lain-lain. Ciri yang baik untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan adalah sekurangkurangnya nilai keseringan adanya, keseringan kadarnya dalam batasbatas tertentu dari unsur-unsur cuaca yang bersangkutan. Selanjutnya dengan menganalisis hubungan ciri cuaca tersebut dengan kegiatan pertanian, dibuat kesimpulan apa yang dapat dilakukan. Sebagai contoh, informasi tentang curah hujan berdasarkan data dari stasiun cuaca sebagai berikut : Tabel 7.4. Contoh keseringan curah hujan (mm) di Sukabumi. Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des

Keseringan 80% > =

200 250 175 164 142

87

48

40

100 125 180

Batas atas

220 274 183 169 157 101 100

58

48

118 160 189

90

Misalkan direncanakan penggunaan lahan untuk pertanian, maka perlu dipilih jenis tanaman yang mana yang sesuai dengan kondisi klimatologi tersebut. Untuk itu perlu diketahui sifat-sifat tanaman, misalnya: 160

Praktek Meteorologi Pertanian

 Padi memerlukan curah hujan lebih dari 75 mm selama pertumbuhannya 3 – 4 bulan;

 Jagung memerlukan curah hujan tidak lebih dari 125 mm selama pertumbuhannya 2 – 3 bulan;

 Tembakau memerlukan curah hujan antara 40 dan 60 mm selama pertumbuhannya, 3 – 4 bulan. Dari sifat ketiga jenis tanaman tersebut data klimatologi memberi informasi bahwa bulan Oktober sampai Mei memenuhi untuk hidupnya padi; bulan Juni sampai Nopember sesuai dengan persyaratan tanaman jagung, dan bulan Agudtus sampai September sesuai dengan yang diperlukan tembakau tetapi lamanya yang hanya dua bulan tidak memenuhi. Dengan demikian informasi klimatologi memberi pertimbangan bahwa daerah tersebut sesuai untuk padi dan jagung, dan tidak sesuai untuk tembakau. Dengan memperhatikan umur tanaman, informasi klimatologi memberi pertimbangan pola tanam, bahwa padi dapat ditanam dua sampai tiga kali, dan jagung dapat ditanam satu sampai dua kali dalam setahun. Selanjutnya dengan mengetahui sifat-sifat vegetatif tanaman padi dan jagung ditentukan kapan mulai mengerjakan tanah, kapan mulai menanam. 7.3.2. Teknik Penggunaan Informasi Cuaca Sedang Berlangsung Cuaca terus berlangsung, demikian juga hidupnya tanaman dan kegiatan pertanian umumnya. Perkembangan cuaca ikut menentukan perkembangan tanaman dan kegiatan pertanian. Oleh karena itu pemantauan cuaca secara terus-menerus diperlukan untuk mengetahui atau menilai sampai sejauh mana perkembangan cuaca tersebut Praktek Meteorologi Pertanian

161

mempengaruhi kondisi tanaman dan komponen-komponen kegiatan pertanian lainnya. Untuk melakukan penilaian cuaca sebaiknya diketahui syarat atau batas-batas cuaca bagi tanaman atau komponen kegiatan pertanian lainnya. Dengan membandingkan persyaratan-persyaratan atau batasbatas operasional kegiatan pertanian, dapat diketahui dan direncanakan apa yang perlu dilakukan. Misalkan perkembangan adanya hujan yang terus bertambah sehingga tanah mencapai batas cukup untuk diolah, atau hujan yang makin kurang sehingga diperlukan tambahan air dari irigasi. Teknik analisis dapat dilakukan secara sederhana dengan membuat grafik nomogram (untuk satu unsur cuaca) atau klimatogram (untuk kombinasi dua atau lebih unsur cuaca). Sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar 7.2. berikut.

Gambar 7.2. Contoh grafik penilaian curah hujan kumulatif selama bulan Januari 2004 di Cangkuang, Cirebon. (Sumber: Pengolahan data)

Teknik yang lebih modern dihitung dengan menggunakan model atau rumus matematik, atau dengan menggunakan nilai indeks. Model 162

Praktek Meteorologi Pertanian

dan indeks tersebut pada dasarnya menggabungkan antara nilai unsur cuaca dan unsur pertanian, misalnya model neraca air untuk menilai dampak curah hujan dan penguapan kepada kelembapan tanah. Model tersebut dinyatakan dengan rumus sebagai berikut (Sutrisno 1982): Kai = Kai -1 + RRi – 0,75 Eo (Kai -1 / Kamaks) dengan indeks i menyatakan hari atau satuan waktu saat pengamatan kei, dan i-1 menyatakan satu satuan waktu sebelum saat pengamatan. Kai = estimasi kandungan air tanah pada hari ke-i; Kai -1 = kandungan air tanah pada hari kei-1; Kamaks= kapasitas maksimum kandungan air yang ada dalam tanah; RRi = curah hujan sampai hari ke-i; Eo = banyak penguapan dari pengukuran panci terbuka A. Model penilaian dengan indeks, misalnya Indeks Monsun Umum (General Monsoon Indeks = GMI) seperti yang digunakan oleh Achutim et.al. (1982) untuk menghitung musim tumbuh, dengan rumus sebagai berikut: GMI NW = 0,15 P11 + 0,3 P12 + 0,3 P1 + 0,25 P2 dan GMI SE = 0,15 P4 + 0,3 P5+ 0,3 P6 + 0,25 P7 dengan GMI NW = indeks monsun barat laut; GMI SE = indeks monsun tenggara; dan Pi = banyaknya curah hujan bulan ke- i ( i = 1 adalah bulan Januari, i = 2 adalah bulan Februari dan seterusnya). 7.3.3. Teknik Penggunaan Informasi Prakiraan Cuaca Dalam menggunakan Informasi Prakiraan perlu disadari bahwa “prakiraan” adalah informasi yang tidak pasti. Artinya bahwa dalam informasi tersebut terkandung kesalahan atau nilai kemungkinan Praktek Meteorologi Pertanian

163

(probability). Nilai kemungkinan berkisar dari 0 sampai 100%. Namun demikian dalam kenyataan umumnya prakiraan mempunyai nilai kemungkinan kurang dari 100%. Tetapi karena kepekaan sesuatu kegiatan atau tanaman terhadap cuaca ada yang rendah ada yang tinggi atau sangat sensitif, maka dalam menggunakan informasi prakiraan tidak perlu harus diperhitungkan dengan nilai kemungkinan yang tinggi. Misalkan hari ini sawah sudah berair, kemudian besok pagi direncanakan akan menanam padi. Dalam keadaan demikian apakah besok ada hujan atau tidak tidak mempunyai pengaruh apapun selain para penanam basah kehujanan bila hujan. Itu berarti bahwa kepekaan kegiatan menanam padi tersebut terhadap hujan rendah. Oleh karena itu prakiraan cuaca tidak harus mempunyai nilai kemungkinan tinggi. Berbeda dengan kalau direncanakan menjemur gabah. Kalau kehujanan kualitas gabahnya menjadi rendah, oleh karena itu harus ada upaya mengantisipasi agar kalau sewaktu-waktu ada hujan dapat ditanggulangi misalnya dengan menyediakan plastik untuk penutup. Jadi penjemuran peka terhadap adanya hujan, sehingga diperlukan prakiraan cuaca yang mempunyai nilai kemungkinan yang tinggi. Tetapi di sisi lain, bila kegiatan mempunyai kepekaan makin tinggi diperlukan nilai kemungkinan prakiraan cuaca yang tinggi, juga diperlukan upaya antisipasi yang nilai investasnya makin tinggi. Oleh karena itu di dalam menggunakan informasi prakiraan perlu dihitung berapa nilai kemungkinan prakiraan yang diperlukan agar biaya antisipasi tidak tinggi dan keuntungan masih dapat diperoleh. Berikut contoh teknik penggunaan informasi prakiraan cuaca secara sederhana. Secara sederhana pengambilan keputusan berdasarkan informasi prakiraan cuaca dapat menggumakan rumus Benefit / Cost

164

Praktek Meteorologi Pertanian

Ratio (R) sebagai berikut : R = (Hd – C) / (Ht – I) Dengan Hd = nilai hasil kegiatan apabila dilakukan upaya penanggulangan; C = nilai biaya untuk penanggulangan; Ht = nilai hasil kegiatan apabila cuaca memenuhi syarat yang diperlukan (tidak ada penanggulangan); I = biaya investasi bila tidak ada penanggulangan). Bila R > 1, dapat dilakukan penanggulangan, Bila R < 1, tidak perlu bertindak (tidak melakukan apa-apa). Contoh : Pak Ali seorang petani bawang merah. Sebelum bertanam ia menanyakan tentang kemungkinan cuaca ke BMG. Dia mendapat informasi bahwa musim kemarau akan mulai pada minggu pertama bulan Juni, dan berlangsung sampai minggu terakhir bulan September. Selama musim kemarau hujan akan terjadi 5 sampai 8 hari hujan setiap bulannya, dan banyaknya curah hujan setiap hari hujan kurang dari 15 mm/hari. Setelah mendapat informasi tersebut dia mengingat-ingat sifat tanaman bawang merah. Dia sudah cukup berpengalaman sehingga dia tahu benar sifat tanaman bawang merah, antara lain dikatakan bahwa :

 tanaman bawang merah mulai tanam sampai panen memerlukan waktu 90 hari;

 waktu tanam harus pada minggu kedua dari awal musim kemarau.

 bahwa bawang merah dapat tumbuh dengan baik apabila hari Praktek Meteorologi Pertanian

165

hujan tidak lebih dari 10 hari setiap bulannya dan curah hujannya tidak lebih dari 15 mm/hari hujan. Dengan membandingkan persyaratan yang diperlukan tanaman bawang merah dan informasi cuaca dari BMG tersebut dia menyimpulkan bahwa cuaca dalam musim tanam yang akan datang cukup baik. Selain itu dia juga mempunyai pandangan bahwa informasi prakiraan tidak dijamin 100% benar, melainkan pasti ada kemungkinan kesalahan. Dengan dasar informasi dan pandangan tersebut Pak Ali membuat perhitungan yang ringkasnya sebagai berikut : Biaya tanam dari bibit sampai panen: I = Rp. 4.000.000,00 / ha Diperhitungkan apabila cuaca seperti yang diprakirakan, hasil panen sebanyak 2 ton / ha. Bila harga bawang Rp.5.000.000,00 / ton maka nilai jualnya: Ht = 2 x Rp. 5.000.000,00 = Rp.10.000.000,00 / ton Dengan demikian keuntungan yang akan diperoleh : (Ht) – (I) = Rp. 6.000.000,00. Kemudian dia mengambil asumsi kebenaran prakiraan cuaca 80%, jadi ada kemungkinan salah 20%. Berdasarkan pengalaman dia memperhitungkan bila kemungkinan yang 20% itu terjadi hasilnya hanya 50%, atau 1 ton / ha, dan nilai jualnya menjadi: Ht = 1 x Rp. 5.000.000,00 = Rp. 5.000.000.,00 / ha. 166

Praktek Meteorologi Pertanian

Dengan demikian keuntungan yang akan diperoleh sebesar : (Ht–I)= Rp. 5.000.000,00 – Rp. 4.000.000,00 = Rp.1.000.000,00. Tetapi dia juga membuat perhitungan apabila cuaca yang kemungkinan 80% itu terjadi dapat diatasi dengan membuat parit yang agak dalam meskipun hasilnya diperkirakan hanya 80%. Untuk membuat parit tersebut diperlukan biaya tambahan sebesar Rp.2000.000,00 sehingga biaya investasi seluruhnya menjadi: C = Rp.4000.000,00 + Rp. 2000.000,00 = Rp. 6.000.000,00 Hasil yang diperkirakan dengan membuat parit : Hd = 80% X Rp.10.000.000,00 = Rp. 8.000.000,00 Dan keuntungan : Hd – C = Rp. 8.000.000,00 – Rp. 6.000.000,00 = Rp. 2.000.000,00 Dengan rumus B / C ratio dihitung : B/.C ratio= R = (Hd – C) / (Ht – I) =Rp. 2000.000,00/Rp. 1.000.000,00 =2 Jadi R > 1, maka ia memutuskan untuk memperdalam parit. Dengan membuat parit maka perhitungan spekulasi menjadi : Bila prakiraan cuaca benar 100% dan memperdalam parit akan untung Rp.10.000.000,00 – Rp. 6.000.000,00 = Rp. 4.000.000,00. Bila prakiraan cuaca benar 80% dan memperdalam parit akan Praktek Meteorologi Pertanian

167

untung Rp.8.000.000,00 – Rp.6.000.000,00 = Rp.2.000.000,00. Bila prakiraan cuaca benar 80% dan tidak memperdalam parit akan untung Rp.5.000.000,00 – Rp.4.000.000,00 = Rp.1.000.000,00. Jadi menetapkan ketelitian prakiraan 80% dan membuat parit lebih dalam lebih baik daripada tidak, karena masih akan ada kemungkinan mendapat keuntungan antara Rp.2.000.000,00 dan Rp.4.000.000,00 / ha atau lebih banyak apabila tidak memperdalam parit. 7.4. Modifikasi Adanya unsur cuaca / iklim atau intensitas unsur cuaca / iklim tidak selalu sesuai dengan yang diperlukan tanaman. Namun demikian kita dapat membuat sesuai meskipun hanya dalam skala terbatas. Misalnya : 

menggunakan rumah kaca atau rumah hijau yang dapat diatur masuk / keluarnya sinaran, suhu, kelembapan, disesuaikan dengan yang diperlukan oleh tanaman di dalamnya. Banyak cara lain yang bisa dilakukan agar dapat mengatur sinaran matahari, suhu, dan kelembapan.



membuat penahan angin atau penahan sinaran matahari dengan pohon penghalang atau tanaman-tanaman yang menjalar;



membuat atap atau penutup untuk menjaga udara agar tetap lembap.

168

Praktek Meteorologi Pertanian

BIOGRAFI

Soerjadi Wirjohamidjojo, lahir diCepu tanggal 16 Agustus 1937. Setelah tamat SMA di Madiun tahun 1956, melanjutkan sekolah di Akademi Meteorologi dan Geofisika. Pada tahun 1958 bekerja di Lembaga Meteorologi dan Geofisika (sekarang Badan Meteorologi dan Geofisika). Pada tahun 1965 melanjutkan sekolah di Institut Teknologi Bandung pada jurusan Geofisika dan Meteorologi. Setelah tamat tahun 1971, kembali lagi ke Badan Meteorologi dan Geofisika sampai tahun 1993. Pendidikan lain diperoleh dari latihan-latihan pendek yang diselenggarakan oleh berbagai badan internasional antara lain WMO (World Meteorological Organisation). Selama bekerja di Badan Meteorologi dan Geofisika melaksanakan tugas-tugas sebagai pengamat, penganalisis, dan peneliti cuaca, serta sebagai pengajar tentang meteorologi di Balai Pendikdikan dan Latihan Meteorologi dan Geofisika, Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, Kursus Analisis Dampak Lingkungan di Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia Universitas Indonesia, dan di berbagai Lembaga Penelitian lain. Selain itu sejak 1993 sebagai dosen matematika pada Institut Sains dan Teknologi Al Kamal Jakarta, dan pada tahun 1997 sampai dengan 2002 Praktek Meteorologi Pertanian

189

sebagai Ketua Sekolah Tinggi teknologi YUPPENTEK Tangerang. Kini masih aktif sebagai peneliti bidang meteorologi.

190

Praktek Meteorologi Pertanian

Yunus Subagyo Swarinoto. Lahir di Blitar, Jawa Timur, pada tanggal 24 Oktober 1957. Setelah tamat dari Sekolah Menegah Atas Negeri di Blitar, melanjutkan studi di Jakarta. Lulus Pendidikan Pengamat Meteorologi dari Pusat Pendidikan dan Latihan Meteorologi dan Geofisika Jakarta pada tahun 1977. Lulus Sarjana Muda Ilmu Publisistik dari Sekolah Tinggi Publisistik (sekarang IISIP) Jakarta pada tahun 1984. Lulus Pendidikan Prakirawan Meteorologi dari Akademi Meteorologi dan Geofisika Jakarta pada tahun 1986. Lulus Sarjana (S1) dari Universitas Indonesia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Fisika Bidang Studi Fisika Atmosfer dan Meteorologi pada tahun 1996. Lulus Magister (S2) Ilmu Geografi Fisik dari Program Pascasarjana Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia Depok tahun 2006. Sejak tahun 1978 bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kantor Pusat Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Jakarta pada Sub Bidang Riset Klimatologi. Tahun 2002 diangkat menjadi Koordinator Sub Bidang Analisa Klimatologi dan Kualitas Udara. Kemudian pada tahun 2004 diangkat menjadi Kepala Sub Bagian Tata Usaha Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Meteorologi dan Geofisika. Selanjutnya pada tahun 2006 diangkat menjadi Kepala Bidang Manajemen Data Klimatologi dan Kualitas Udara di Pusat SISDATIN Klimatologi dan Kualitas Udara. Ikut serta dalam Riset Unggulan Terpadu (RUT) V pada tahun 1998 bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Kemudian berpartisipasi dalam RUT VIII pada tahun 2000 bekerjasama dengan Kementrian Riset dan Teknologi (KMRT). Berpartisipasi dalam Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS) pada tahun 2001 bekerjasama dengan BPPT. Sejak 191

Praktek Meteorologi Pertanian

November 2004 masuk ke dalam jenjang fungsional peneliti sebagai Peneliti Madya Bidang Klimatologi. Pengetahuan tambahan dalam bidang klimatologi didapat dari dinas luar negeri untuk seminar/ training/ workshop dari beberapa negara antara lain: Amerika Serikat (2001, 2002, 2005), Australia (2006), China (2005), Filipina (1991, 1997, 2006), India (2005), Jepang (1998, 1999, 2000, 2001, 2002,

Praktek Meteorologi Pertanian

192

DAFTAR PUSTAKA

Asnani, G.C. 1993. Tropical Meteorology. Volume I. Indian Institute of Tropical Meteorology, Pune, India, 602 hal. Baradas. M.W. (1984). Pokok-Pokok Pengelolaan Cuaca Untuk Pertanian di Daerah Tropika Basah Indonesia. Kertas Kerja No. 41. INS/7.8/042 – Mei 1984. .Badan Meteorologi dan Geofisika. Jakarta. Barry, R.G. & R.J., Chorley. 1998. Atmosphere, Weather, and Climate. Seventh Edition, Routledge Publisher, London, 409 hal. Boer R. dkk. (2003). Nilai Ekonomi Prakiraan Iklim. Workshop Pemanfaatan Informasi Iklim untuk Pertanian di Sumatra Barat. Padang 11-13 Agustus 2003. Carlson, T.N. 1981. Tropical Meteorology. The Pennsylvania State University, Department of Meteorology, An Independent Learning Opportunity, Commonwealth Educational System, 405 hal. Chang, C.P. & T.N., Krishnamurty. 1987. Monsoon Meteorology. The Oxford Monographics on Geology and Geophysics No. 7, Oxford University Press, New York, 544 hal. Chang, C.P. 2005. The Maritime Continent Monsoon dalam The Global Monsoon System: Research and Forecast, Chang, C.P., Wang, B., N.C.G. Lau (Ed.). WMO/TD No. 1266 (TMRP Report No. 70), Secretariat of the World Meteorological Organization, Geneva, hal. 156-178. Praktek Meteorologi Pertanian

169

Conrad, V & L.W. Pollak. 1950. Methods in Climatology. Harvard University Press, Cambridge, 458 hal. Hanafi. (1994). Analisis Data Iklim Dalam Bidang Perkebunan, Kehutanan dan Pertanian. Makalah Pelatihan Tenaga Pengamat Meteorologi Tingkat Menengah. ITB Bandung, 8-11 februari 1994. IRRI (1975). Research Highlight for 1975. Irman Irawan dkk. (2005). Paket Modul Pelatihan Iklim Untuk Pertanian di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Inventarisasi Pengembangan Sumberdaya Alam. BPPT Jakarta. Julian, P.R. & M.C., Robert. 1978. A Study of the Southern Oscillation and Walker Circulation Phenomenon. Mon. Wea. Rev., 106, 1433 – 1450. Krishnamurty, T.N. 1979. Compendium of Meteorology. World Meteorological Organization, No. 364, Geneva, Switzerland, 428 hal. Marwoto & Sri Wahyuni Indriani. (2000). Pengendalian Hama Thrips Secara Terpadu Pada Tanaman Kacang Hijau. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol. 19 Nomor 4. 2000. hal. 130-135. Balai LITBANG Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang. Murakami, M. 1992. Asian Monsoon. Meteorological Society of Japan, Academic Press Inc., Tokyo, Japan, 541 hal. Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Penerbit PT Ghalia Indonesia, Jakarta, 544 hal. Nieuwolt S. (1985). Klimatologi Kawasan Tropik. Dewan Bahasa dan Pustaka. Malaysia. Oke T.R. (1992). Boundary Layer Climates. Methuen. London and New York. 170

Praktek Meteorologi Pertanian

Oldeman, L.R., (1975). An Agroclimatic Map of Java. Central Research Institute for Agriculture. Bogor. Oldeman, L.R. & Frere, M. (1982). A Study of the Agroclimatology of the Humid Tropics of South-East Asia. WMO-No.597. Technical Note No. 179. Ramage, C.S. 1971. Monsoon Meteorology. International Geophysics Series, Academic Press Inc., New York. Sutrisno (1982). Indonesian Inter – Agency Climate Impact Assessment System. Proceeding Of The Workshop On Practical Farm Weather Management And Climate Impact Assessment. Project INS/82/004 (Meteorological Programme for Increased Food Production) WMO. Swarinoto, Y.S. & Basuki. 2004. Kaitan Curah Hujan Musiman dan Produksi Tanaman Pangan di Propinsi Jawa Timur. Dalam Arsil Saleh (Ed.) Prosiding: Seminar Nasional Inovasi Teknologi Sumber Daya Tanah dan Iklim, Departemen Pertanian Republik Indonesia, hal.: 345355. Timbul Manik (2003). Aplikasi Informasi Iklim untuk Pertanian : Penentuan Periode Musim Tanam Berdasarkan Analisis Peluang Hujan di Sumatra Barat. Workshop Pemanfaatan Informasi Iklim untuk Pertanian di Sumatra Barat. Padang 11-13 Agustus 2003. Trewartha, Glenn T. & Horn H. Lyle (1980). Introduction to Climate. McGraw Hill International Book Company. Wilks, D.S. 1995. Statistical Methods in the Atmospheric Sciences. Academic Press Inc., San Diego, CA, 467 hal. Wirjohamidjojo Soerjadi (1984). Survey on The Inter Agency Agrometeorological Service In Indonesia. Practical Farm Weather Management And Climate Impact Assessment. Project INS/82/004/Jakarta. Praktek Meteorologi Pertanian

171

Wirjohamidjojo Soerjadi (2006). Meteorologi Praktik. Badan Meteorologi & Geofisika. ISBN 979-99507-8-3. Wirjohamidjojo, Soerjadi, Susanto, Patoni, & Hadijanto, Soeroso. (1993). Kamus Hidrometeorologi. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. ISBN 979-459-357-5. Wirjohamidjojo, Soerjadi (1993). Pengalamanku Tentang Cuaca di Indonesia. Buku – IV. BMG Jakarta. WMO (1983). Guide to Climatological Practices. WMO – No. 100. WMO (1993). Guide to Agricultural Meteorological Practices. WMO – No. 134. August 1993. Yusmin. (2007). Iklim Sebagai Sumberdaya Produksi Pertanian. Majalah Warta GEMA TIRTA Nomor 1 Tahun I, Januari 2007. Jakarta.

172

Praktek Meteorologi Pertanian

DAFTAR ISTILAH

alir lintas khatulistiwa (cross equatorial flow). bondong sinaran (flux radiation) cuaca (weather) derajat hari (degree day) evaporimeter:panci terbuka (open pan evaporimeter) gebos garis (squall line) hujan curah (shower) hujan jujuh (continues rain) iklim (climate) Iklim Bahari (Maritime/ Marine Climate) Iklim Benua (Continental Climate), Iklim Gunung (Mountain Climate) Iklim Khatulistiwa (Equatorial Climate) Iklim Kutub (Polar Climate) Iklim Mediteran (Mediterranian Climate) Iklim Monsun (Monsoon Climate) Iklim Subtropis (Subtropical Climate Iklim Tengah (Temperate Climate)

Praktek Meteorologi Pertanian

173

Iklim Tropis (Tropical Climate) Iklim Tundra (Tundra Climate) kelembapan mutlak (absolute humidity) kelembapan nisbi (relative humidity) kelembapan spesifik (specific humidity) kelembapan tanah (soil moisture) klimagram (climagram) lama penyuryaan (duration sunshine) musim (season) musim tumbuh (growing season) neraca air (water balance) nisbah campur (mixing ratio) penampang tegak horizontal (horizontal cross section). penguapan (evaporation) penguappeluhan (evapotranspiration) perenggan sangkaran (occluded front) peta klimatik (climatic map) Pias Pumpun Antartropik (Intertropical Convergence Zone) PPAT (ITCZ) selang basah (wet spell) selang kering (dry spell) sirip angin (windvane) sinaran matahari (sun radiation) sinaran surya (solar radiation)

174

Praktek Meteorologi Pertanian

LAMPIRAN

FORMAT PENYAJIAN INFORMASI CUACA PERTANIAN

A. TABEL DATA

Tabel A1.1. Data Klimatologi

Lama suryaan Int. sinaran Evapotranspirasi Evaporasi Int. hujan Hari hujan Curah hujan Lembap min. Lembap rata2 Angin < 3 knot Angin 3 knot

175

Praktek Meteorologi Pertanian

Angin arah Suhu min Suhu Suhu maks Bulan

1

2

3

.

.

12

Jml

Rt2

SD

176 Lama suryaan

Evapotranspiras

Evaporasi

Hari hujan

Curah hujan

Angin < 3 knot

Angin  3 knot

Angin arah

Minggu ke

Lama suryaan

Int. sinaran

Evapotranspiras

Evaporasi

Int. hujan

Hari hujan

Curah hujan

Lembap min.

Lembap rata2

Angin < 3 knot

Angin  3 knot

Angin arah

Suhu min

Suhu

Suhu maks

Probabilitas

Tabel A1.2. Data Frekuensi / Probabilitas

0,9 0,8 0,7 . . 0,1

Tabel A1.3. Data kumulatip (minggu)

1 2 3 .. .. 52 jml

Keterangan: Minggu ke-1 : Mulainya kumulatip maju Minggu ke- 52: Mulainya kumulatip mundur

Praktek Meteorologi Pertanian

Praktek Meteorologi Pertanian

Hari hujan Int. hujan Evaporasi Evapotranspiras Int. sinaran Lama suryaan

Int. hujan Evaporasi Evapotranspiras Int. sinaran Lama suryaan

Lembap min.

Lembap rata2

Angin < 3 knot

Angin  3 knot

Angin arah

Suhu min

Suhu

Suhu maks

Jam

Hari hujan

Tabel A2.2. Data Rata-Rata Hari Bulan : ………… Tahun : …….. Curah hujan

01 02 03 . . .24 jml Rt2 Ma Mi

Curah hujan

Lembap min.

Lembap rata2

Angin < 3 knot

Angin  3 knot

Angin arah

Suhu min

Suhu

Suhu maks

Tanggal

Tabel A2.1. Data Cuaca Harian Tanggal : ………. Bulan : ………… Tahun : ……..

1 2 3 .. .. 31 jml Rt2 Ma Mi

177

178 Evapotranspiras Int. sinaran Lama suryaan

Int. sinaran Lama suryaan

Int. hujan

Hari hujan

Curah hujan

Lembap min.

Lembap rata2

Angin < 3 knot

Angin  3 knot

Angin arah

Suhu min

Suhu

Suhu maks

Tanggal

Evapotranspiras

Tabel A3.2. Data Cuaca Prakiraan Mingguan Tahun : …….. Evaporasi

1 2 3 .. .. 31

Evaporasi

Int. hujan

Hari hujan

Curah hujan

Lembap min.

Lembap rata2

Angin < 3 knot

Angin  3 knot

Angin arah

Suhu min

Suhu

Suhu maks

Minggu ke-

Tabel A3.1. Data Cuaca Prakiraan Harian Bulan : ………… Tahun : ……..

1 2 3 .. .. 52

Praktek Meteorologi Pertanian

Praktek Meteorologi Pertanian

C.H. Semusim

Panjang Musim

Awal musim

Indeks UAP

Indeks MONSUN

Indeks SOI

Indeks ENSO

Bulan ke

Lama suryaan

Int. sinaran

Evapotranspiras

Evaporasi

Int. hujan

Hari hujan

Curah hujan

Lembap min.

Lembap rata2

Angin < 3 knot

Angin  3 knot

Angin arah

Suhu min

Suhu

Suhu maks

Bulan ke

Tabel A3.3. Data Cuaca Prakiraan Bulanan Tahun : ……..

1 2 3 .. .. 12

Tabel A3.4. Data Cuaca Prakiraan Musiman Tahun : ……..

1 2 3 .. .. 12

179











Cabe

Tomat

Kubis

Kacang hijau

Palawija

Kedelai

Kentang

jagung

Padi

Tipe iklim

Tabel A4.1. Data Tanaman Kesesuaian Iklim

A B C .. .. dst

Kriteria: A = (….., ….., dst.); kriteria B = (….., ….., dst.); kriteria C = (….., ….., …., …… dst.)











Cabe

Tomat

Kubis

Kacang hijau

Palawija

Kedelai

Kentang

jagung

Padi

Batas kumulatip

Tabel A4.2. Data Umur Tanaman Sesuai Iklim (dalam minggu)

k 1 k 2 . dst  pj p 2 . dst

ki = kumulatif maju; pi = kumulatif mundur 180

Praktek Meteorologi Pertanian

Batas kumulatip

Tabel A4.3. Data Kesesuaian Hama dan Penyakit

k 1 k 2 . dst  pj p 2 . dst

Praktek Meteorologi Pertanian

181

B. BAGAN ALUR PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK 1. Pembuatan Data Klimatologi Frekuensi / Probabilitas

DATA

CEK DATA KOSONG, TAKSIR DG UNSUR LAIN

No

Yes HITUNG FREKUENSI

PRINT TABEL / GRAFIK

2. Pembuatan Data Klimatologi Kumulatif (mingguan) DATA HARIAN

CEK DATA KOSONG, TAKSIR DG UNSUR LAIN

No

Yes HITUNG KUMULATIP MAJU, KUMULATIP MUNDUR

PRINT TABEL / GRAFIK

182

Praktek Meteorologi Pertanian

3. Pembuatan Data Cuaca Harian

PENGAMATAN

CEK DATA KOSONG, TAKSIR DG UNSUR LAIN

No

Yes DATA LENGKAP

PRINT TABEL / GRAFIK

4. Pembuatan Data Cuaca Rata-Rata Hari DATA TIAP JAM

CEK DATA KOSONG, TAKSIR DG UNSUR LAIN

No

Yes DATA RATA2

PRINT TABEL / GRAFIK

Praktek Meteorologi Pertanian

183

5. Pembuatan Data Cuaca Kumulatif (mingguan) DATA RATA2 / KUMULATIP SEHARI

CEK DATA KOSONG, TAKSIR DG UNSUR LAIN

No

Yes HITUNG KUMULATIP

PRINT TABEL / GRAFIK

6. Pembuatan Prakiraan Cuaca Musiman If indeks ENSO, dll. (tabel 3.4) = < ……> then Prakiraan musim (tabel 3.4) = <………> 7. Pembuatan Prakiraan Cuaca Bulanan If Prakiraan musim (tabel 3.4) = < ……> then Prakiraan Bulanan (tabel 3.3) = <………> 8. Pembuatan Prakiraan Cuaca Mingguan If Prak.Bulanan (tabel 3.3) = < ……> then Prakiraan Mingguan (tabel 3.2= <………> 9. Pembuatan Prakiraan Cuaca Harian If Prakiraan Mingguan (tabel 3.2) = < ……> then Prakiraan Harian (tabel 3.1) = <………> (Catatan : skema 3.1. sampai dengan 3.4. tersebut untuk model statistik; bila model dinamik dimulai dari satuan waktu kecil, misalnya: hari). 184

Praktek Meteorologi Pertanian

10. Penentuan Jenis Tanaman (komuditi) Sesuai Iklim If tipe iklim (tabel 4.1) = < misalnya C >, go to < misalnya Jagung > DATA KLIM tabel 1.1.

DATA PERT. tabel 4.1.

CEK KESESUAIAN

No

Yes JENIS TANAMAN

Praktek Meteorologi Pertanian

185

11. Penenetuan Pola Tanam (Tumpang Sari) If kumulatif (tabel 4.2) = < misalnya k atau p >, go to ; If kumulatif (tabel 4.2) = < misalnya k atau p >, go to < misalnya padi >; where k + k+ …. + p + p + …. = 52 minggu i

j

i

j

i

i

j

j

DATA KLIM tabel 1.2.

DATA PERT. tabel 4.2.

CEK KESESUAIAN

No

Yes POLA TANAM

12. Pembuatan Rencana CUACA SAMPAI SAAT SEKARANG

ASSESSMENT PERT.

PRAKIRAAN CUACA (UNSUR YANG SESUAI)

CUACA SAAT INI

No

Yes

BUAT RENCANA

186

Praktek Meteorologi Pertanian

13. Penentuan Waktu Mulai / Penanggulangan / Alternatif

CUACA SAAT INI

CEK JENIA TANAMAN

CUACA SAMPAI SAAT SEKARANG

No

Yes TETAPKAN: WAKTU MULAI / UPAYA PENANGGULANGAN / ALTERNATIP

Praktek Meteorologi Pertanian

187

BIOGRAFI

Soerjadi Wirjohamidjojo, lahir diCepu tanggal 16 Agustus 1937. Setelah tamat SMA di Madiun tahun 1956, melanjutkan sekolah di Akademi Meteorologi dan Geofisika. Pada tahun 1958 bekerja di Lembaga Meteorologi dan Geofisika (sekarang Badan Meteorologi dan Geofisika). Pada tahun 1965 melanjutkan sekolah di Institut Teknologi Bandung pada jurusan Geofisika dan Meteorologi. Setelah tamat tahun 1971, kembali lagi ke Badan Meteorologi dan Geofisika sampai tahun 1993. Pendidikan lain diperoleh dari latihan-latihan pendek yang diselenggarakan oleh berbagai badan internasional antara lain WMO (World Meteorological Organisation). Selama bekerja di Badan Meteorologi dan Geofisika melaksanakan tugas-tugas sebagai pengamat, penganalisis, dan peneliti cuaca, serta sebagai pengajar tentang meteorologi di Balai Pendikdikan dan Latihan Meteorologi dan Geofisika, Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, Kursus Analisis Dampak Lingkungan di Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia Universitas Indonesia, dan di berbagai Lembaga Penelitian lain. Selain itu sejak 1993 sebagai dosen matematika pada Institut Sains dan Teknologi Al Kamal Jakarta, dan pada tahun 1997 sampai dengan 2002 188

Praktek Meteorologi Pertanian

sebagai Ketua Sekolah Tinggi teknologi YUPPENTEK Tangerang. Kini masih aktif sebagai peneliti bidang meteorologi.

Praktek Meteorologi Pertanian

189

Yunus Subagyo Swarinoto. Lahir di Blitar, Jawa Timur, pada tanggal 24 Oktober 1957. Setelah tamat dari Sekolah Menegah Atas Negeri di Blitar, melanjutkan studi di Jakarta. Lulus Pendidikan Pengamat Meteorologi dari Pusat Pendidikan dan Latihan Meteorologi dan Geofisika Jakarta pada tahun 1977. Lulus Sarjana Muda Ilmu Publisistik dari Sekolah Tinggi Publisistik (sekarang IISIP) Jakarta pada tahun 1984. Lulus Pendidikan Prakirawan Meteorologi dari Akademi Meteorologi dan Geofisika Jakarta pada tahun 1986. Lulus Sarjana (S1) dari Universitas Indonesia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Fisika Bidang Studi Fisika Atmosfer dan Meteorologi pada tahun 1996. Lulus Magister (S2) Ilmu Geografi Fisik dari Program Pascasarjana Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia Depok tahun 2006. Sejak tahun 1978 bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kantor Pusat Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Jakarta pada Sub Bidang Riset Klimatologi. Tahun 2002 diangkat menjadi Koordinator Sub Bidang Analisa Klimatologi dan Kualitas Udara. Kemudian pada tahun 2004 diangkat menjadi Kepala Sub Bagian Tata Usaha Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Meteorologi dan Geofisika. Selanjutnya pada tahun 2006 diangkat menjadi Kepala Bidang Manajemen Data Klimatologi dan Kualitas Udara di Pusat SISDATIN Klimatologi dan Kualitas Udara. Ikut serta dalam Riset Unggulan Terpadu (RUT) V pada tahun 1998 bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Kemudian berpartisipasi dalam RUT VIII pada tahun 2000 bekerjasama dengan Kementrian Riset dan Teknologi (KMRT). Berpartisipasi dalam Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS) pada tahun 2001 bekerjasama dengan BPPT. Sejak 190

Praktek Meteorologi Pertanian

November 2004 masuk ke dalam jenjang fungsional peneliti sebagai Peneliti Madya Bidang Klimatologi. Pengetahuan tambahan dalam bidang klimatologi didapat dari dinas luar negeri untuk seminar/ training/ workshop dari beberapa negara antara lain: Amerika Serikat (2001, 2002, 2005), Australia (2006), China (2005), Filipina (1991, 1997, 2006), India (2005), Jepang (1998, 1999, 2000, 2001, 2002,

Praktek Meteorologi Pertanian

191