RESPON HASIL DAN JUMLAH BIJI BUAH SEMANGKA (CITRULLUS

Download JURNAL AGROTEKNOS Maret 2012. Vol.2. No.1. hal. 57-62. ISSN: 2087-7706. RESPON HASIL DAN JUMLAH BIJI BUAH SEMANGKA (Citrullus vulgaris). ...

0 downloads 378 Views 562KB Size
JURNAL AGROTEKNOS Maret 2012 Vol.2. No.1. hal. 57-62 ISSN: 2087-7706

RESPON HASIL DAN JUMLAH BIJI BUAH SEMANGKA (Citrullus vulgaris) DENGAN APLIKASI HORMON GIBERELIN (GA3) Response of Yield and Seed Number of Watermelon (Citrullus vulgaris) Treated with Hormone Gibberellin (GA3) TEGUH WIJAYANTO 1*, WA ODE RAHZIA YANI 2, MADE WIDANA ARSANA1 1

Dosen Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo 2 Alumni Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo

ABSTRACT Hormone gibberellin (GA3) is known to be able to increase yield and plays a role in the production of seedless fruits. This research was conducted to determine the effects of GA3 application on yield and quality (seed number) of watermelon. The research was performed at the experimental farm of Agriculture Faculty, University of Halu Oleo. The research was arranged in a Complete Randomized Design (CRD) with a single factor (dose of GA3), consisted of 6 (six) levels, namely: without GA3 application (G0), GA3 100 mg L-1 (G1), GA3 150 mg L-1 (G2), GA3 200 mg L-1 (G3), GA3 250 mg L-1 (G4), and GA3 300 mg L-1 (G5). Each treatment consisted of 4 (four) plants, with 3 replicates, to make an averall 72 experimental units (plants). Research results showed that the application of GA3 significantly influenced the fresh fruit weight, fruit diameter, fuit content diameter, and seed number. Treatment of gibberellin 300 mg L-1 (G5) tended to produce higher yield (fresh fruit weight, fruit diameter, fuit content diameter), while G4 treatment (250 mg L-1) resulted in the lowest number of seeds in the fruit. Despite further research is still needed, this research indicates that the application of gibberellins (GA3) has the potency in increasing the yield of watermelon and improving the quality, in term of the possibility to produce seedless watermelon. Keywords: gibberellins (GA3), fruit yield and quality, seedless fruit, watermelon. 1PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tanaman hortikultura. Salah satu tanaman hortikultura yang buahnya memiliki nilai jual relatif tinggi adalah tanaman semangka (Citrullus vulgaris), sehingga dibudidayakan secara luas oleh masyarakat. Hal ini memberi banyak keuntungan kepada petani dan pengusaha tanaman semangka dan dapat meningkatkan perbaikan tata perekonomian Indonesia khususnya dibidang pertanian. Buah semangka memiliki daging yang tebal, sebagian besar adalah air. Namun demikian buah ini tetap mempunyai kandungan gizi yang cukup. Dalam 100 gram buah semangka terdapat sekitar 28 gram kalori, 0,5 gram protein, 0,2 gram lemak, 6,9 gram karbohidrat, 590 SI vitamin C, 0,2 mg niasin, 0,05 riboflavin, Alamat korespondensi: [email protected] *)

0,05 thiamin, 0,3 mg abu, 7 mg kalsium, 0,2 mg besi, dan 12 mg fosfor (Agromedia, 2007). Produktivitas buah semangka di Sulawesi Tenggara adalah sekitar 10,76 ton.ha-1, jauh dibawah potensi produksi yang mencapai 30 ton.ha-1 (Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sulawesi Tenggara, 2006). Rendahnya produksi semangka di Sulawesi Tenggara diduga disebabkan antara lain karena kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya para petani tentang cara membudidayakan tanaman semangka yang baik dalam menghasilkan produksi yang tinggi, buah yang manis dan tidak memiliki biji. Oleh karena itu untuk membantu para petani dalam meningkatkan hasil produksi dan kualitas buah semangka perlu terus dilakukan perbaikan teknik budidaya. Aplikasi fitohormon dapat menggantikan peran biji dalam merangsang pembentukan

58

WIJAYANTO ET AL.

dan perkembangan buah (Schawabe dan Milis, 1981 dalam Saptowo, 2001). Buah yang terbentuk tanpa melalui proses polinasi dan fertilisasi disebut buah partenokarpi, yang tidak memiliki biji. Partenokarpi lebih bermanfaat bagi peningkatan kualitas dan produksi buah, khususnya pada jenis tanaman komersil (hortikultura). Partenokarpi buatan dapat diinduksi melalui aplikasi zat pengatur tumbuh, seperti giberelin. Pada tahun 1926, ilmuwan Jepang, Eiichi Kurosawa, menemukan bahwa Gibberella fujikuroi mengeluarkan senyawa kimia yang menjadi penyebab penyakit rebah anakan/kecambah. Hasil penelitian membuktikan bahwa GA3 dapat berperan dalam pengembangan anggur tanpa biji (Shiozaki, et.al., 1998) dan semangka tanpa biji (Sunarjono, 2003). Asam giberelat (GA), khususnya GA3, juga berperan dalam proses pembungaan dan dapat mempengaruhi tebal tipisnya kulit buah semangka (Farlex, 2004). GA3 banyak digunakan dalam bidang pertanian untuk beragam tujuan. Aplikasi GA telah dilakukan pada banyak tanaman terutama pada keluarga Solanaceae dan Cucurbitaceae, dengan peningkatan hasil dan kualitas yang memuaskan. Berdasarkan fakta ini maka perlu dilakukan suatu penelitian mengenai respon hasil dan kualitas buah semangka melalui aplikasi GA3. Diharapkan dengan aplikasi GA3 ini dapat dihasilkan buah semangka yang lebih berkualitas yang memiliki daging buah yang tebal tanpa biji, dengan disertai peningkatan produksi. Penelituan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh GA3 dalam meningkatkan hasil dan kualitas buah semangka. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dalam rangka meningkatkan produksi dan kualitas semangka, sekaligus sebagai bahan pembanding bagi penelitian selanjutnya.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, dari bulan Juli sampai dengan September 2009. Alat dan Bahan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain gelas ukur, spayer, pipet tetes, kamera, serta alat tulis menulis. Bahan yang digunakan yaitu benih semangka (Citrullus vulgaris Schard) varietas

J. AGROTEKNOS hibrida Baginda F1, larutan GA3, polybag, kayu, ember, akuades, pupuk kotoran sapi, dan pupuk NPK. Rancangan Penelitian. Penelitian ini disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari enam taraf perlakuan penyemprotan tanaman semangka. G0 : tanpa penyemprotan larutan GA3. G1 : penyemprotan larutan GA3 100 mg L-1 pada bunga betina semangka. G2 : penyemprotan larutan GA3 150 mg L-1 pada bunga betina semangka. G3 : penyemprotan larutan GA3 200 mg L-1 pada bunga betina semangka. G4 : penyemprotan larutan GA3 250 mg L-1 pada bunga betina semangka. G5 : penyemprotan larutan GA3 300 mg L-1 pada bunga betina semangka. Tiap perlakuan terdiri dari empat polibag dan masing-masing disusun dalam tiga kelompok sekaligus sebagai ulangan sehingga secara keseluruhan terdapat 72 unit percobaan. Pelaksanaan Penelitian. Larutan GA3 dibuat dalam lima konsentrasi larutan yang berbeda (G1 = 100 mg L-1, G2 = 150 mg L-1, G3 = 200 mg L-1, G4 = 250 mg L-1, G5 = 300 mg L1). GA3 ditimbang sebanyak 100 mg, 150 mg, 200 mg, 250 mg, 300 mg dan diletakkan dalam wadah yang berbeda. Masing-masing bubuk murni yang sudah ditimbang dilarutkan dengan menggunakan 5 ml KOH 1 N. KOH diteteskan sedikit demi sedikit dengan pipet tetes secara perlahan-lahan sampai bubuk benar-benar larut. GA3 yang telah larut disimpan dalam gelas ukur 1000 ml dan ditambahkan akuades sampai volume larutan mencapai 1000 ml. Masing-masing larutan GA3 disimpan dalam botol penyemprot dan masing-masing botol diberi label yang sesuai. Benih terlebih dahulu disemaikan. Benih dipilih dengan cara merendam benih selama 1 jam. Benih yang mengapung dibuang dan yang tenggelam digunakan untuk persemaian. Benih yang akan disemaikan dipindahkan ke polibag kecil. Pembibitan dilakukan dalam polibag berukuran 15 cm x 20 cm yang telah diisi medium, berupa campuran tanah, pupuk kotoran sapi dan pasir dengan perbandingan 2 : 1 : 1. Polibag yang digunakan berukuran 25 cm x 30 cm. Medium disterilkan dengan cara disangrai pada suhu 80oC sampai tanah berwarna kecoklatan. Campuran tanah, pupuk

Vol. 2 No.1, 2012

Respon Hasil Dan Jumlah Biji Buah Semangka

kotoran sapi, dan pasir dengan perbandingan 2 : 1 : 1, dimasukan kedalam polibag (sebanyak 15 kg setiap polibag) kemudian diratakan. Penanaman di lapangan dilakukan pada saat bibit berumur 18 hari atau telah berdaun 3 helai, dan ditanam satu tanaman per polibag. Masing-masing perlakuan menggunakan empat polibag. Jarak antar polibag 30 cm, jarak antar perlakuan 50 cm, dan jarak antar kelompok 80 cm. Penyemprotan larutan GA3 dilakukan pada bunga betina yang dimulai pada ruas daun ke 5. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari antara jam 06.30-09.00 WITA. Sebelum dilakukan penyemprotan, larutan GA3 dibagi dua (setengah larutan untuk penyemprotan pertama dan sisanya untuk penyemprotan kedua), hal ini dilakukan pada setiap larutan. Penyemprotan larutan GA3 dilakukan dua kali, penyemprotan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 21 HST dan penyemprotan kedua setelah tanaman berumur 28 SHT. Setelah penyemprotan pertama setiap bunga ditandai dengan pita agar tidak terjadi kesalahan penyemprotan pada waktu penyemprotan berikutnya. Pemeliharaan tanaman di lapangan meliputi: penyiraman, perawatan, pengendalian hama dan penyakit, serta gulma. Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore (sesuai kondisi pertanaman dan lingkungan). Perawatan dilakukan dengan pemotongan cabang utama atau primer, yang dipotong pada 30 HST, sementara 3-4 cabang sekunder dipelihara. Penjarangan buah dilakukan dengan hanya menyisakan satu buah semangka dalam satu pohon. Waktu pemberian pupuk dasar adalah 3 hari sebelum tanam, dengan cara ditugal. Pemupukan susulan dilakukan mulai tanaman berumur 10 HST sampai 32 HST, dengan cara ditugal pada 10, 15, dan 32 HST. Pupuk susulan berupa NPK 150 kg.ha-1, setara dengan 0,94 g di setiap polibag. Pemanenan buah semangka dilakukan pada saat tanaman berumur 49 HST, dengan kriteria buah yang dipanen telah berwarna hijau keputihan dengan corak hijau pekat dan

59

tampak rata diseluruh permukaan buah, dan mengkilap. Pengamatan dan Analisis Data. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah : a. Berat segar buah (g), ditimbang pada saat panen. b. Diameter buah (cm), pengukuran dilakukan pada saat panen. c. Diameter daging (cm) buah, pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong, diukur pada saat panen. d. Jumlah biji (biji), dilakukan dengan menghitung biji yang terdapat pada daging buah, dihitung pada saat panen. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan metode sidik ragam (uji-F), dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD) pada taraf kepercayaan 95%, untuk mendapatkan perlakuan yang lebih baik.

HASIL DAN PEMBAHASAN Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh aplikasi GA3 terhadap hasil dan kualitas semangka (Citrullus vulgaris) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh aplikasi GA3 terhadap hasil dam kualitas semangka (Citrullus vulgaris)

No

Variabel yang diamati

1. 2. 3. 4.

Berat segar buah Diameter buah Diameter daging buah Jumlah biji

Perlakuan GA3 ** * ** **

Keterangan: * = berbeda nyata; ** = berbeda sangat nyata

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian larutan GA3 berbeda sangat nyata terhadap berat segar buah, diameter daging buah, dan jumlah biji semangka, dan berbeda nyata terhadap diameter buah semangka umur 49 HST. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan pengaruh pemberian larutan GA3 terhadap berat segar buah, diameter buah, diameter daging buah, dan jumlah biji semangka umur 49 HST di sajikan pada Tabel 2.

60

WIJAYANTO ET AL.

J. AGROTEKNOS

Tabel 2. Pengaruh pemberian GA3 terhadap rata-rata berat segar buah, diameter buah, diameter daging buah, dan jumlah biji semangka umur 49 HST

Perlakuan G5 (GA3 300 mg L-1) G4 (GA3 250 mg L-1) G3 (GA3 200 mg L-1) G2 (GA3 150 mg L-1) G1 (GA3 100 mg L-1) G0 (tanpa GA3)

Berat segar buah (kg/buah) 1,289 a 1,122 a 1,223 a 0,826 b 0,804 b 0,835 b

Diameter buah (cm)

Diameter daging buah (cm)

Jumlah Biji (biji)

17,735 16,833 16,316 15,535 15,013 14,000

14,828 14,065 13,518 12,725 12,318 9,568

13,667 12,833 13,583 15,250 26,756 31,083

a a ab bc bc c

a ab abc bc c d

c c c c b a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama, berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%

Tabel 2 dan Gambar 1 menunjukkan bahwa rata-rata berat segar buah, diameter buah dan diameter daging buah tertinggi umur 49 HST diperoleh pada perlakuan G5 (GA3 150 mg L-1), namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan G4 dan G3. Sedangkan jumlah biji paling sedikit diperoleh pada perlakuan G4 (GA3 250 mg L-1), namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan G2, G, dan G5.

Gambar 1. Perbandingan buah semangka yang diberi perlakuan G5 dibandingkan dengan yang tidak diberi perlakuan GA3 (G0). Ukuran buah yang diberi perlakuan G5 lebih besar dan mengandung lebih sedikit biji.

Pertumbuhan dan produksi tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan salah satu faktor pendukung untuk tanaman agar menghasilkan produksi buah yang baik. Hasil penelitian (Tabel 2; Gambar 1) menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis larutan GA3 memberikan pengaruh sangat nyata terhadap berat segar buah, diameter daging buah, dan jumlah biji semangka, dan berpengaruh nyata terhadap diameter buah semangka umur 49 HST. Hal ini menandakan bahwa GA3 dapat memacu pertumbuhan tanaman sehingga produksi

tanaman dapat meningkat pula. Pemberian GA3 mempengaruhi perkembangan buah sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 2, dimana perlakuan G5 (300 mg L-1) memberikan hasil tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Buah pada kelompok pertama (tanpa penyemprotan) (G0) tumbuh normal, buah pada kelompok kedua (dengan penyemprotan) (G1) sampai enam (G5) ukurannya bertambah (diameter daging dan diameter buah), dan terjadi pengurangan jumlah biji. Terjadinya pembesaran buah disebabkan karena pengaruh pemberian GA3 sebagai senyawa pertumbuhan sampai perkembangan buah. Hal ini sesuai dengan pendapat Pagewise (2002), bahwa GA3 merupakan hormon yang dapat merangsang perkecambahan biji dan membantu dalam proses perkembangan buah pada saat perkembangan bunga, dimana GA3 endogen dari dalam kuncup bunga merangsang pemekaran bunga. Ketika bunga mekar disemprot GA3 (penambahan GA3 dari luar), biji tak berkembang normal. Bahwa jumlah biji terbanyak didapat pada perlakuan tanpa penyemprotan GA3 (G0) dan jumlah biji terkecil pada perlakuan GA3 dengan konsentrasi 250 ppm (G4). Ada buah yang terjadi harus ada biji, ada pula buah yang dapat tumbuh dan berkembang tanpa biji. Bahkan, ada buah yang terbentuk dan tumbuh tanpa pembuahan. Ketidaknormalan juga dapat terjadi dalam pembentukan biji. Ada biji yang berkembang tanpa pembuahan bahkan tanpa penyerbukan (Suwanto, 2002 dalam Annisah, 2009). GA3 eksogen diduga dapat menggantikan peran giberelin yang terdapat dalam biji pada buah semangka normal. Giberelin (GA3) dapat mengurangi jumlah biji apabila diterapkan

Vol. 2 No.1, 2012

Respon Hasil Dan Jumlah Biji Buah Semangka

pada tanaman berbunga. Bunga yang mekar disemprotkan GA3 sebanyak 50% dari larutan formula GA3 dengan aplikasi dua kali penyemprotan. Hal ini dimaksudkan agar penyebarannya merata di seluruh bidang permukaan bunga. GA3 yang disemprotkan pada bunga tidak mempengaruhi ukuran (panjang biji) (Peacock, 2005). Dalam kaitannya dengan kandungan GA3, Tabel 2 memberikan gambaran bahwa fase penambahan berat buah berkaitan dengan peningkatan konsentrasi GA3 di dalam buah, penambahan GA3 pada tanaman akan meningkatkan ukuran sel sehingga terjadi penambahan berat buah oleh hasil fotosintat. Hal ini didukung pula oleh kandungan hormon lainnya yang berada dalam buah. Hal ini sejalan dengan pernyataan Saptowo dalam AgroBio (2001), bahwa peningkatan produksi fotosintesis yang pesat akan menambah C/N rasio menjadi relatif lebih besar. Kondisi ini mendorong tanaman beralih fase dari fase vegetatif ke fase genetatif. Fase genetatif tanaman memacu pembentukan jaringan penyimpanan. Sel-sel jaringan penyimpanan akan terbentuk lebih banyak dan lebih besar. Hubungan antara penambahan konsentrasi larutan GA3 dengan perkembangan buah semangka dapat pula dilihat pada perkembangan diameter buah dan diameter daging buah. Buah semangka terdiri dari dua bagian dengan warna berbeda, yaitu yang berwarna putih dan merah. Lapisan yang berwarna putih adalah lapisan yang disebut periscarp (dinding ovary sebelah luar yang keras). Pada semangka, ketebalan periscarp bervariasi. Ada yang tebal dan ada yang tipis dan memasuki masa panen terjadi pertambahan pembesaran buah yang diikuti oleh penambahan ketebalan daging buah begitu juga periscarp. Reza dalam Trubus (2009) menyatakan bahwa biji muda banyak mengandung hormon GA, yang diproduksi di biji untuk pembesaran buah. Saat GA3 ditambah dari luar, biji tak berkembang karena pembesaran buah disokong dari luar. Keterlibatan GA3 dalam biji pada buah tanaman sejalan dengan pendapat Zulkarnain (2009) dimana “kadar GA3 meningkat dan mencapai maksimum lebih awal, tetapi menurun dengan tajam saat biji berhenti tumbuh dan memasuki periode pematangan”. Jadi dengan pemberian GA3 maka dapat membantu proses pematangan dan

61

pertumbuhan endosperm maupun embrio, dimana biji sebagai pensuplai ZPT bagi pertumbuhan dan perkembangan bakal buah namun karena telah dilakukan penambahan GA3 dari luar maka perkembangan buah tetap terjadi tetapi terjadi penghambatan pertumbuhan embrio sehingga biji tidak terbentuk (Gambar 1). Penambahan GA3 memacu tanaman membentuk buah karena GA3 dapat menaikan produksi hormon absisat. Pada bunga daun dan buah tidak terjadi produksi auksin (Saptowo dalam AgroBio, 2001). Karena proses tidak terjadi, maka GA3 yang disemprotkan dapat menggantikan peranan dari penggunaan auksin pada perkembangan buah dan perkembangan biji menjadi terhambat. Hasil penelitian (Tabel 2) menunjukkan bahwa pemberian larutan GA3 berpengaruh nyata terhadap penambahan diameter buah. Hal ini diduga karena adanya pengaruh ZPT yang lain, seperti auksin. Bagi tumbuhan, biji merupakan tempat cadangan auksin. Auksin bekerja dengan mempengaruhi metabolisme pada dinding sel. Akibatnya sel lebih mudah memanjang kearah sinar matahari. Nitsch (1950) dalam Annisah (2009) menyatakan bahwa kandungan dan sintesis auksin pada bakal biji berlangsung hingga 17 hari setelah pembuahan. Hal ini membuktikan bahwa auksin dibutuhkan selama perkembangan buah. Kadar auksin selama perkembangan bakal buah berbeda-beda untuk setiap tanaman, tetapi umumnya meningkat pada saat 20 hari setelah pembungaan baik pada bunga yang diserbuki atau yang disemprot auksin (Lee et al, 1997 dalam annisah 2009). Perlakuan GA3 mengakibatkan tidak terbentuknya biji karena gangguan pertumbuhan tabung sari sebelum pembuahan. Masih adanya biji juga diduga karena adanya serbuk sari dari tanaman lain dan konsentrasi larutan GA3 yang diberikan belum optimal.

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Larutan GA3 memberikan berpengaruh terhadap hasil dan kualitas buah pada semangka, dalam hal berat segar buah (kg/buah), diameter daging buah, diameter

62

WIJAYANTO ET AL.

buah dan jumlah biji buah semangka, pada panen umur 49 hari. 2. Dosis perlakuan G5 (300 mg L-1) secara umum memberikan pengaruh terbaik terhadap peningkatan hasil dan kualitas (jumlah biji) buah semangka pada panen umur 49 hari. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pembentukan buah partenokarpi dengan aplikasi GA3 yang dikombinasikan dengan auksin.

DAFTAR PUSTAKA Agromedia, 2007. Budidaya semangka. Agromedia Pustaka. Jakarta Annisah, 2009. Pengaruh giberellin terhadap penbentukan buah partenokarpi pada beberapa varietas semangka. USU, Medan. Agrobio, 2001. Jurnal Tinjauan Ilmiah Riset Biologi dan Bioteknologi Pertanian. Vol. 4 No. 2 Christianingsih, R., 2008. Pengaruh triakontanol dan giberelin terhadap pertumbuhan dan persentase buah jadi tanaman buncis. J. Agros. 10 (2): 35-42. Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sulawesi Tenggara, 2006. Data statistik tanaman tanaman hortikultura Sulawesi Tenggara. Kantor Disbunhor Sulawesi Tenggara, Kendari. Farlex, 2004. Gibberellin.

http://encyclopedia.farlex.com/Gibberellin s. USA.

J. AGROTEKNOS Leandra R.T, A.L.Braccini, B.G. Martinho, Churata, and I. Schuster., 2011. Evaluation of soybean cultivars on the embryogenic and organogenic potential. Acta Scientiarum. Agronomy Maringá 33 (1): 67-74 Lu, J., 1996. Application of gibberellins acid on grape cultivar Orlando Seedless. Proc. Flo. State Hort. Soc. 109:246-247. Pegewise, 2002. What are gibberellins.

http://www.essortment.com/all/whatagibb ere_rjdnhtm. USA Peacock, B., 2005. Gibberellin and flame seedless grapes. Department of Agriculture. University of California. USA. Saleh, M.S., 2010. Perkecambahan benih aren dalam kondisi terang dan gelap pada berbagai konsentrasi GA3. Jurnal Agrivigor 10 (1):18-25. Saptowo, J.P., 2001. Pembentukan buah partenokarpi melalui rekayasa genetik. Buletin Agbio Vol. 4 (2) Tahun 2001. Shiozaki, S., Ogata, T., Horiuchi, S., and Zhao, X., 1998. Polyamines in gibberellins-induced development of seedless grape berries. Osaka University J. Vol. 25 (3). 187-197. Sunarjono, 2003. Aneka permasalahan semangka dan melon beserta pemecahannya. Penebar Swadaya. Jakarta. Trubus, 2009. Sayuran tanpa biji. Trubus Majalah Pertanian Indonesia. Jakarta. Zulkarnain, 2009. Dasar-dasar Hortikultura. Bumi Aksara. Jakarta.