RESPON PERTUMBUHAN VEGETATIF STEK BUAH NAGA SUPER RED (Hylocereus costaricensis) PADA MEDIA TANAM DENGAN KOMPOSISI YANG BERBEDA
Oleh :
AFIF ZUHDI NIM. 090 500 055
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2012
RESPON PERTUMBUHAN VEGETATIF STEK BUAH NAGA SUPER RED (Hylocereus costaricensis) PADA MEDIA TANAM DENGAN KOMPOSISI YANG BERBEDA
Oleh
AFIF ZUHDI NIM. 090 500 055
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2012
HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah Nama Mahasiswa NIM Program Studi Jurusan
:
Respon Pertumbuhan Vegetatif Stek Buah Naga Super Red (Hylocereus costaricensis) Pada Media Tanam Dengan Komposisi Yang Berbeda : Afif Zuhdi : 090 500 055 : Budidaya Tanaman Perkebunan : Manajemen Pertanian
Pembimbing,
F. Silvi Dwi Mentari, S.Hut, MP NIP. 19770723 200312 2 002
Penguji I,
Penguji II,
Ir. Syarifuddin, MP NIP. 19650706 200112 1 001
Roby, SP, MP NIP. 19730517 200501 1 009
Menyetujui, Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
Ir. Syarifuddin, MP NIP. 19650706 200112 1 001
Lulus ujian pada tanggal : 17 Agustus 2012
Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. Hasanudin, MP NIP. 19630805 198903 1 005
ABSTRAK AFIF ZUHDI. Respon Pertumbuhan Vegetatif Stek Buah Naga Super Red (Hylocereus costaricensis) Pada Media Tanam Dengan Komposisi Yang Berbeda (dibawah bimbingan F. SILVI DWI MENTARI). Penelitian ini dilatar belakangi oleh masih tingginya permintaan pasar buah naga terutama di Kalimantan Timur. Tingginya permintaan pasar ini diimbangi dengan masih sedikitnya pelaku budidayanya. Selain itu sebagian besar buah ini diperoleh dari luar pulau. Melihat kondisi tersebut, budidaya buah naga akan memiliki prospek pasar yang baik untuk masa mendatang terutama di Kalimantan Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dan kesesuaian komposisi media tanam yang berbeda terhadap pertumbuhan vegetatif stek buah naga super red. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. selama 8 bulan dengan menggunakan 4 perlakuan dan 6 kali ulangan. Adapun 4 perlakuan tersebut adalah Topsoil (m1), Topsoil + Pupuk kandang ayam dengan perbandingan 2 : 1 (m2), Topsoil + Pasir dengan perbandingan 2 : 1 (m3), dan Topsoil + Pasir + Pupuk Kandang Ayam dengan perbandingan 2 : 1 : 1 (m4). Pengambilan data dilakukan pada umur 30, 60, dan 90 hari setelah tanam. Parameter yang diamati adalah kecepatan tumbuh tunas, jumlah tunas, dan panjang tunas. Pengolahan data menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa komposisi media tanam m1, m2, m3, dan m4 memberikan pengaruh tidak signifikan pada pertumbuhan vegetatif stek buah naga super red baik dari kecepatan tumbuh tunas, jumlah tunas, maupun panjang tunas. Kata kunci : Respon, Pertumbuhan vegetatif, Buah naga super red, Komposisi media tanam.
RIWAYAT HIDUP AFIF ZUHDI, lahir pada tanggal 10 Agustus 1990 di Desa Kroyo Kulon, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Rozikin Saiful Mahmud dan Ibu Pariyani. Tahun 1996 memulai pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri Kroyo Kulon, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah dan lulus pada tahun 2002. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 18 Purworejo hingga lulus pada tahun 2005. Selanjutnya melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Purworejo dan lulus pada tahun 2008. Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2009 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. Pada tanggal 07 Maret 2012 sampai dengan 24 April 2012 mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Telen Bukit Permata Estate (BPE) Kecamatan Kaubun, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan KaruniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai syarat untuk memperoleh sebutan Ahli Madya pada program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Keberhasilan dan kelancaran penyusunan karya ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ibu F. Silvi Dwi Mentari, S.Hut, MP selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak arahan dan bimbingan kepada penulis. 2. Bapak Roby, SP, MP selaku dosen penguji karya ilmiah. 3. Bapak Ir. Syarifuddin, MP selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan dan penguji karya ilmiah. 4. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian. 5. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 6. Seluruh staf dosen dan teknisi Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan yang telah banyak membagikan ilmunya selama perkuliahan. 7. Keluarga yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis. 8. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Penulis menyadari dalam penyusunan karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan, namun penulis berharap semoga karya ilmiah ini tetap dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.
Penulis
Kampus Sei Keledang, Agustus 2012
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ...........................................................................
vi
DAFTAR ISI .........................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
x
I. PENDAHULUAN .............................................................................
1
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................
4
A. Tinjauan Umum Tanaman Buah Naga ........................................
4
1. Asal tanaman buah naga........................................................
4
2. Sistematika tanaman buah naga super red ............................
5
3. Jenis – jenis tanaman buah naga ...........................................
6
4. Morfologi tanaman buah naga super red ................................
6
a. Akar ...................................................................................
7
b. Batang dan cabang ............................................................
7
c. Bunga ................................................................................
7
d. Buah ..................................................................................
8
e. Biji ......................................................................................
8
5. Syarat tumbuh tanaman buah naga........................................
9
B. Perbanyakan Tanaman Buah Naga Dengan Teknik Stek ...........
10
C. Tinjauan Umum Media Tanam ....................................................
14
1. Topsoil ...................................................................................
14
2. Pasir .......................................................................................
15
3. Pupuk kandang ayam .............................................................
16
III. METODE PENELITIAN ...................................................................
19
A. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................
19
B. Alat dan Bahan ...........................................................................
19
C. Rancangan Penelitian .................................................................
20
D. Prosedur penelitian .....................................................................
20
1. Persiapan areal ......................................................................
20
2. Persiapan media tanam..........................................................
20
3. Persiapan bahan tanam .........................................................
21
4. Penanaman stek ....................................................................
21
5. Pemberian label .....................................................................
21
6. Pemeliharaan .........................................................................
21
E. Pengamatan dan Pengambilan Data...........................................
22
F. Analisis Data ...............................................................................
22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................
23
A. Hasil............................................................................................ B. Pembahasan...............................................................................
23 24
V. KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................
28
A. Kesimpulan ................................................................................. B. Saran .........................................................................................
28 28
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
29
LAMPIRAN ..........................................................................................
31
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Denah penelitian ......................................................................
32
2.
Data Penelitian di Lapangan.....................................................
33
a. Tabel 5. Data kecepatan tumbuh tunas................................
33
b. Tabel 6. Data jumlah tunas yang muncul pada umur 30 hari setelah tanam ......................................................................
33
c. Tabel 7. Data jumlah tunas yang muncul pada umur 60 hari setelah tanam ......................................................................
33
d. Tabel 8. Data jumlah tunas yang muncul pada umur 90 hari setelah tanam ......................................................................
33
e. Tabel 9. Data panjang tunas pada umur 30 hari setelah tanam...................................................................................
34
f. Tabel 10. Data panjang tunas pada umur 60 hari setelah tanam...................................................................................
34
g. Tabel 11. Data panjang tunas pada umur 90 hari setelah tanam...................................................................................
34
Analisis Data ............................................................................
35
a. Tabel 12. Sidik Ragam respon kecepatan tumbuh tunas buah naga super red pada media tanam yang berbeda .......
35
b. Tabel 13. Sidik Ragam respon jumlah tunas buah naga super red pada media tanam yang berbeda pada umur 90 hari setelah tanam ...............................................................
35
c. Tabel 14. Sidik Ragam respon panjang tunas buah naga super red pada media tanam yang berbeda pada umur 90 hari setelah tanam ...............................................................
36
Dokumentasi Kegiatan Selama Penelitian ................................
37
a. Gambar 1. Persiapan lahan .................................................
37
b. Gambar 2. Pasir ...................................................................
37
c. Gambar 3. Topsoil ...............................................................
38
d. Gambar 4. Pupuk kandang ayam .........................................
38
3.
4.
e. Gambar 5. Pencampuran media tanam ...............................
39
f. Gambar 6. Pengisian polybag ..............................................
39
g. Gambar 7. Pembuatan lubang tanam ..................................
40
h. Gambar 8. Stek buah naga super red ..................................
40
i. Gambar 9. Penanaman stek ................................................
41
j. Gambar 10. Pengambilan data ............................................
41
DAFTAR TABEL
Nomor 1. 2. 3. 4.
Tubuh Utama
Halaman
Perbandingan kandungan hara pupuk kandang ayam dengan pupuk kandang lain................................................................
18
Kecepatan tumbuh tunas rata - rata pada stek buah naga super red (Hari setelah tanam) ..............................................
23
Jumlah tunas rata - rata yang muncul pada stek buah naga super red (Buah) ...................................................................
24
Panjang tunas rata - rata pada stek buah naga super red (cm) .......................................................................................
24
I. PENDAHULUAN Buah naga terbilang buah yang baru di kenal di Indonesia. Saat ini buah naga mulai dikembangkan serta memiliki peluang untuk disebarluaskan. Prospek buah naga di pasar terutama di Kalimantan Timur cukup baik karena penggemarnya berangsur – angsur meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dengan semakin membanjirnya buah naga di supermarket atau pasar swalayan. Untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut perlu dikembangkan sentra produksi buah naga di Kalimantan Timur sehingga kebutuhan buah naga
dapat terpenuhi
tanpa harus mengambil dari luar daerah (Anonim, 2012). Keberhasilan budidaya buah naga diawali dengan menyiapkan bibit yang baik dan berkualitas tinggi. Bibit yang sehat, vigor, serta bebas hama dan penyakit merupakan beberapa ciri bibit berkualitas tinggi. Bibit yang demikian akan menghasilkan tanaman yang berkualitas. Kualitas bibit juga bisa dilihat dari kualitas induknya. Jika induknya memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat dengan kualitas buah yang bagus, besar kemungkinan bibit yang dihasilkan juga memiliki sifat yang tidak jauh berbeda dengan induknya. Untuk memperoleh bibit yang memiliki sifat yang tidak jauh berbeda dengan induknya dapat dilakukan dengan perbanyakan tanaman secara vegetatif. Untuk perbanyakan tanaman secara vegetatif pada buah naga dilakukan dengan teknik stek. Perbanyakan tanaman buah naga secara vegetatif dengan teknik stek harus dapat memanfaatkan batang atau cabang yang memiliki kandungan hormon pertumbuhan (auxin), nitrogen dan karbohidrat tinggi sehingga akan cepat menumbuhkan akar (Redaksi Agromedia, 2009).
Selain pemilihan bahan stek yang baik, penggunaan bahan yang sesuai untuk digunakan sebagai media tanam juga harus diperhatikan. Penggunaan media tanam harus disesuaikan dengan syarat tumbuh bagi buah naga itu sendiri. Dalam budidaya buah naga secara stek, media tanam memberikan kontribusi yang cukup penting bagi pertumbuhan akar. Media tanam yang baik adalah media tanam yang dapat mempertahankan kelembaban, dengan drainase dan aerasi yang baik, serta memiliki kandungan unsur hara yang cukup bagi tanaman (Anonim, 2011). Tanaman buah naga memerlukan lahan tanam yang subur dan banyak mengandung unsur hara. Disamping itu buah naga juga menghendaki lahan lahan yang beraerasi (sirkulasi udara) yang baik. Artinya lahan harus gembur atau remah dan aliran air lancar (tidak tergenang). Dalam lahan yang gembur masih terdapat ruang - ruang bagi udara untuk bersirkulasi. Buah naga dapat hidup di tanah dengan pH mendekati netral hingga netral yaitu antara 5 – 7 (Anonim, 2010). Kesuburan tanah di Kalimantan Timur untuk pertanian masih kurang apabila dibandingkan dengan pulau jawa. Kondisi tanah di Kalimantan Timur pada umumnya terdiri atas tanah yang memiliki kandungan hara rendah yang disebabkan karena lapisan topsoil yang tipis dan terbentuk dari batuan muda sehingga tanahnya bersifat tidak stabil. Apabila curah hujan tinggi, tanah tersebut sangat mudah longsor dan terkikis akibat erosi (Anonim, 2010). Berdasarkan informasi diatas dilakukan penelitian mengenai pertumbuhan vegetatif stek buah naga super red menggunakan 4 perlakuan media tanam dengan komposisi yang berbeda.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dan kesesuaian komposisi media tanam yang berbeda terhadap pertumbuhan vegetatif stek buah naga super red. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang media tanam terbaik dari 4 macam komposisi media tanam yang diteliti.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tanaman Buah Naga 1. Asal tanaman buah naga Tanaman mirip kaktus ini berasal dari negara Mexico, Amerika Tengah, Amerika Utara, dan saat ini sudah menyebar di seluruh penjuru dunia. Di daerah asalnya buah naga ini dinamai pitahaya atau pitaya roja. Penduduk disana sering memanfaatkan buah ini untuk dihidangkan sebagai buah konsumsi segar di meja hidangan. Tetapi dalam perkembangannya buah naga lebih dikenal sebagai tanaman dari Asia karena sudah dikembangkan secara besar - besaran di beberapa Negara Asia terutama Vietnam dan Thailand. Pada awalnya tanaman ini ditujukan sebagai tanaman hias karena bentuk batangnya segitiga dan berduri pendek serta memiliki bunga yang indah mirip dengan bunga Wijayakusuma, berbentuk corong dan mulai mekar pada senja dan akan mekar sempurna pada malam hari. Karena itulah tanaman ini juga dijuluki night blooming cereus. Nama buah naga atau dragon fruit mungkin disebabkan karena buah ini memiliki warna merah menyala dan memiliki kulit dengan sirip hijau yang mirip dengan sosok naga dalam imajinasi di negara China. Dahulu kala masyarakat China kuno sering menyajikan buah ini dengan meletakannya diantara dua ekor patung naga diatas meja altar dan dipercaya akan mendatangkan berkah. Seperti di daerah asalnya Mexico dan Amerika, meskipun awalnya tanaman ini ditujukan untuk tanaman hias, dalam perkembangannya masyarakat vietnam mulai mengembangkan sebagai tanaman buah karena selain enak dimakan, buah ini juga memiliki kandungan yang bermanfaat.
Maka tanaman ini mulai dibudidayakan di kebun - kebun sebagai tanaman yang diambil buahnya. Buah naga masuk atau mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 2000 dan bukan dari budidaya sendiri melainkan diimpor dari Thailand. Padahal pembudidayaan tanaman ini relatif mudah dan iklim tropis di Indonesia sangat mendukung pengembangannya. Tanaman ini mulai dikembangkan sekitar tahun 2001 di beberapa daerah di Jawa Timur seperti Mojokerto, Pasuruan, Jember dan sekitarnya. Tetapi sampai saat ini areal penanaman buah naga masih bisa dibilang sedikit dan hanya ada di daerah tertentu karena memang masih tergolong langka dan belum dikenal masyarakat luas (Anonim, 2010a). 2. Sistematika tanaman buah naga super red Menurut Hardjadinata (2010), tanaman buah naga dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Cactales
Famili
: Cactaceae
Subfamili
: Hylocereus
Species
: Hylocereus costaricensis
3. Jenis - jenis tanaman buah naga Menurut Warisno dan Dahana (2009), buah naga tidak merujuk pada satu jenis tanaman saja, melainkan juga pada beberapa species
terutama anggota genus Hylocereus. Beberapa species yang disebut sebagai buah naga antara lain : a. Hylocereus undatus b. Hylocereus purpusii c. Hylocereus polyrhizus d. Hylocereus costaricensis e. Hylocereus troigonus f. Selenicereus megalanthus Adapun objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah buah naga super red Hylocereus costaricensis. Ciri - ciri dari species ini adalah tumbuh dengan cepat, bahkan mungkin yang tercepat di antara genus Hylocereus. Batangnya berlapis wax berwarna putih. Bunganya berukuran besar. Buah berwarna merah cerah dengan bentuk oval dan gelambir kulit bervariasi. Buah berukuran besar dengan ukuran panjang 10 - 15 cm. Daging buah berwarna merah tua, bertekstur lembut dan rasanya enak dengan banyak biji berwarna hitam kecil. 4. Morfologi tanaman buah naga super red Menurut Warisno dan Dahana (2009), tanaman buah naga merupakan tanaman parennial, tumbuh cepat, merambat dan tidak berdaun. Kemudian diperjelas oleh Hardjadinata (2010), morfologi tanaman buah naga adalah sebagai berikut : a. Akar Perakaran buah naga umumnya berkisar 20 - 30 cm. Namun menjelang
produksi
buah,
biasanya
perakaran
bisa
mencapai
kedalaman 50 - 60 cm, mengikuti perpanjangan batang berwarna cokelat yang tertanam di dalam tanah. Tanaman buah naga juga memiliki akar yang tumbuh di batang yang disebut akar aerial (akar udara) yang bersifat epifit yang berfungsi untuk menempel dan merambat pada tanaman lain. b. Batang dan cabang Batang buah naga berwarna hijau kebiru - biruan atau kehitaman. Batang tersebut berbentuk segitiga dan sukulen (banyak mengandung lendir). Dari batang tersebut, akan tumbuh cabang yang bentuk dan warnanya sama dengan batang. Cabang tersebut berfungsi sebagai “daun” untuk proses fotosintesis. Pada batang dan cabang tanaman, tumbuh duri - duri yang pendek dan keras. Duri - duri tersebut terletak pada tepi sudut batang maupun cabang dan terdiri dari 4 - 5 buah duri pada setiap titik tumbuh. c. Bunga Bunga mirip dengan kulit buah nanas. Seluruh permukaan bunga tertutup oleh mahkota yang bersisik. Bentuknya corong memanjang, berukuran sekitar 30 cm. Kelopak bunga berwarna hijau. Jika kelopak bunga berwarna merah, pertanda bahwa bunga tidak akan menjadi buah. Selang beberapa hari, akan terlihat mahkota bunga yang berwarna putih di dalam kelopak bunga tersebut. Bunga akan mekar pada sore hari dan akan mekar sempurna pada malam hari sekitar pukul 22.00 (night blooming cereus). Saat mekar, mahkota bunga bagian dalam berwarna putih bersih. Di dalamnya
terdapat
benang
sari
berwarna
kuning
dan
akan
mengeluarkan aroma harum. Sementara di bagian tengahnya terdapat tangkai dan kepala putik. Mahkota bunga akan layu setelah terjadi penyerbukan yang menandakan awal dari tahap pembuahan. d. Buah Bentuk buah ada yang bulat dan bulat panjang. Umumnya buah berada di dekat ujung cabang atau pertengahan cabang. Buah dapat tumbuh lebih dari satu pada setiap cabang sehingga terkadang posisi buah saling berdekatan. Kulit buah berwarna merah menyala saat buah matang dengan sirip berwarna hijau, berukuran sekitar 2 cm. Saat matang sempurna, daging buah sangat tebal, berair (juicy) dan warna daging buah menawan. Daging buah dihiasi dengan tebaran biji - biji kecil berwarna hitam pekat. Ketebalan kulit buah sekitar 1 - 4 mm. Rata - rata bobot buah umumnya berkisar 250 - 600 g/buah. e. Biji Biji buah naga berwarna hitam dengan bentuk bulat kecil, pipih dan sangat keras. Sekaligus biji buah naga mirip dengan biji wijen. Setiap buah mengandung lebih dari 1.000 biji. Berbeda dengan buah berbiji lainnya, biji buah naga yang kecil itu dapat dimakan bersama dengan daging buahnya. 5. Syarat tumbuh tanaman buah naga Tanaman buah naga termasuk kedalam tanaman xerofit. Meskipun dalam kedaan sedikit unsur hara sekalipun tanaman ini tetap dapat tumbuh. Hal ini diperjelas dengan definisi dan ciri tumbuhan xerofit menurut
Anonim (2011), Tumbuhan xerofit yaitu tumbuhan yang dapat hidup pada daerah yang kekurangan air / minim air. Contohnya Kurma dan Kaktus. Cirri – ciri tumbuhan xerofit yaitu daun kecil berbentuk duri untuk mengurangi penguapan. Batang sukulen yang kaya akan air. Lapisan kutikula tebal untuk mengurangi penguapan. Berakar serabut yang sangat panjang untuk mencari air dan hara mineral di dalam tanah. Tanaman buah naga merupakan tanaman tropis dan dapat beradaptasi dengan berbagai lingkungan tumbuh dan perubahan cuaca seperti sinar matahari dan curah hujan. Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan buah naga sekitar 720 mm/tahun. Pada curah hujan 600 1.300 mm/tahun tanaman ini juga masih bisa tumbuh. Tetapi tanaman ini tidak akan tahan dengan genangan air. Hujan yang terlalu deras dan berkepanjangan
dapat
menyebabkan
kerusakan
tanaman
terutama
pembusukan akar dan merambat sampai pangkal batang. Intensitas sinar matahari yang dibutuhkan sekitar 70% - 80%, oleh karena itu tanaman ini sebaiknya ditanam di lahan tanpa naungan dan sirkulasi udara juga baik. Tanaman ini akan tumbuh lebih baik bila ditanam di dataran rendah antara 0 - 350 m dpl. Suhu udara yang ideal antara 26˚C – 36˚C dan kelembaban antara 70% – 90% (Anonim, 2010b). Tanaman buah naga lebih baik pertumbuhannya bila ditanam di dataran rendah antara 0 - 350 m dpl. Tanah harus beraerasi dengan baik. Agar tanaman ini bisa tumbuh dengan baik dan maksimal, media tumbuhnya harus subur dan mengandung bahan organik cukup dengan kandungan kalsium tinggi. Drainase harus berjalan baik dan bersifat porous karena tanaman ini tidak tahan terhadap genangan air. Bahan organik yang
digunakan harus benar - benar matang karena berfungsi menyangga kation, aktifitas mikroorganisme dan penyedia hara. Beberapa bahan yang biasa digunakan antara lain pupuk kandang, kompos dan sekam. Media juga sebaiknya dicampur bahan anorganik seperti pasir dan bubuk bata merah yang berfungsi untuk memperlancar aerasi dan drainase serta mempertahankan
dan
mengubah
sifat
fisik
media
tanam.
Perlu
diperhatikan media tidak boleh mengandung garam (Anonim, 2009b). B. Perbanyakan Tanaman Buah Naga Dengan Teknik Stek Perbanyakan tanaman secara vegetatif dipilih sebagai cara untuk mempertahankan sifat - sifat induk kepada keturunannya. Selain untuk memperoleh sifat genetik yang sama dengan induknya, pembiakan secara vegetatif
juga
bertujuan
mempercepat
kemampuan
berbuah
atau
memperpendek masa remaja dan memperoleh kepastian produksi. Pada prinsipnya perbanyakan tanaman buah - buahan dengan cara vegetatif dibagi dalam dua macam, yaitu: 1. Perbanyakan vegetatif
tanpa mengubah sifat pohon induk, misalnya
berupa stek, tunas, sobekan, cangkok, rundukan, dan kultur jaringan. 2. Perbanyakan vegetatif dengan meningkatkan keunggulan sifat pohon induk, misalnya berupa okulasi, enten, dan penyusuan (Rukmana, 1999). Pengertian stek (cuttage) adalah pembiakan tanaman secara vegetatif dengan cara memotong atau memisahkan bagian vegetatif tanaman tertentu yang ditanam pada media tumbuh tertentu ( Kusnadi dan Santoso, 1996). Stek berasal dari kata stuk (bahasa belanda) dan cuttage (bahasa inggris) yang artinya potongan. Sesuai dengan namanya, perbanyakan ini dilakukan dengan menanam potongan organ vegetatif dari pohon induk
kedalam media tanam agar tumbuh menjadi tanaman baru. Organ vegetatif yang ditanam dapat berupa akar, batang, daun, atau tunas. Keunggulan teknik ini adalah dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak walaupun bahan tanam yang tersedia terbatas. Namun tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan stek. Hanya tanaman yang mampu bertahan hidup lama setelah terpisah dari pohon induknya saja yang dapat diperbanyak dengan teknik ini (Redaksi Agromedia, 2009). Perbanyakan vegetatif yang digunakan dan terbukti berhasil pada tanaman buah naga adalah dengan stek batang atau cabang. Perbanyakan dengan stek batang memiliki tingkat keberhasilan bibit bertahan hidup lebih tinggi, pertumbuhannya lebih cepat dan bibit yang dihasilkan lebih berkualitas tinggi karena serupa dengan induknya (Hardjadinata, 2010). Bahan tanam stek batang diambil dari batang atau cabang pohon induk. Entres untuk stek batang harus berasal dari pohon induk yang sehat dan tidak sedang bertunas. Cabang yang terlalu tua tidak baik digunakan untuk bahan stek karena sangat sulit untuk menumbuhkan akar. Sementara itu, cabang yang terlalu muda akan cepat layu dan kekeringan karena penguapannya berlangsung cepat. Cabang yang digunakan untuk bahan tanam harus memiliki kandungan hormon pertumbuhan (auxin), nitrogen dan karbohidrat tinggi sehingga akan cepat menumbuhkan akar (Redaksi Agromedia, 2009). Pemotongan stek yaitu dengan menggunakan pisau yang tajam. Batang dipotong antara 10 - 30 cm, tergantung pada jenis tanamannya. Paling tidak setiap stek mempunyai 3 - 5 mata tunas. Bahan untuk stek ini biasanya cabang bagian tengah dan pangkal saja (Kusnadi dan Santoso, 1996).
Pemotongan pada bagian pangkal ±3 mm dibawah mata tunas yang paling atas. Bila terlalu jauh dengan mata tunas maka kayu dibawah maupun diatas mata tunas akan membusuk dan mengering. Bagian yang mengering ini akan mengakibatkan mata tunas mengering dan kemudian mati (Rini, 2004). Teknik stek batang juga mudah dilakukan. Batang tua yang sehat, berwarna hijau gelap kelabu dengan ukuran panjang ideal ≥30 cm dipilih. Dengan ciri - ciri tersebut, tunas baru akan cepat keluar dan membesar. Bibit yang baik juga dicirikan dengan diameter batang. Semakin besar diameter batang, bibit cenderung lebih tahan terhadap serangan penyakit busuk pangkal batang (Hardjadinata, 2010). Menurut Redaksi Agromedia (2009), secara umum faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek dapat dikelompokan menjadi dua macam yaitu faktor dalam dan faktor luar (lingkungan) tanaman. 1. Faktor dalam a. Jenis tanaman Jenis tanaman yang dapat dibiakan dengan stek adalah tanaman yang mampu bertahan hidup lama setelah terpisah dari pohon induknya.
b. Bahan stek Bahan stek meliputi nutrisi yang terkandung dalam bahan stek, ketersediaan air, kandungan hormon endogen dalam jaringan stek. 2. Faktor luar a. Suhu Kisaran suhu yang baik untuk pembentukan akar adalah 21 – 27˚C.
b. Media perakaran Jenis media yang digunakan untuk media tanam akan sangat mempengaruhi kemampuan stek untuk membentuk akar. Media tanam memiliki fungsi yaitu untuk menahan bahan stek agar tetap dalam tempatnya, menyediakan dan menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh stek dan untuk membiarkan penetrasi udara ke bagian dasar dari stek. Kriteria media yang baik untuk stek antara lain : Harus cukup kuat sebagai pemegang stek Harus mampu mempertahankan kelembaban Memiliki aerasi dan drainase yang baik Bebas dari hama, gulma, dan penyakit c. Temperatur media Temperatur optimum untuk perakaran berkisar 24˚C - 29˚C. d. Kelembaban Kelembaban udara termasuk salah satu faktor penting yang mempengaruhi stek sebelum berakar. Kelembaban udara pada bahan stek sebaiknya diatas 90% terutama sebelum stek mampu membentuk akar karena
kelembaban
yang
tinggi
akan
mengahambat
laju
evapotranspirasi stek, mencegah stek dari kematian dan kekeringan. e. Intensitas cahaya Cahaya dibutuhkan tanaman sebagai salah satu komponen dalam proses fotosintesis, untuk itu intensitas cahaya yang sesuai untuk tanaman akan menentukan keberhasilan stek.
C. Tinjauan Umum Media Tanam 1. Topsoil Menurut Anonim (2011), Tanah merupakan tempat tumbuh tanaman dan penyedia unsur hara. Berhasil atau tidaknya pertumbuhan tanaman banyak ditentukan oleh sifat - sifat tanah, karena sifat - sifat tanah menentukan kesesuaian lingkungan akar tanaman. Tanah lapisan atas banyak mengandung bahan organik yang mempunyai kemampuan menghisap dan memegang air yang tinggi. Tanah yang beraerasi baik, presentase pembentukan akar pada stek lebih tinggi dan kualitasnya lebih baik. Tanah lapisan topsoil ini tebalnya antara 10 - 30 cm, warnanya coklat sampai kehitam - hitaman, lebih gembur yang biasanya disebut tanah olah atau tanah pertanian. Lapisan ini merupakan tempat pertumbuhan tanaman yang utama, disini hidup dan berkembang biak jasad hidup tanah dan merupakan lapisan tanah yang tersubur. Kesuburan
tanah disebabkan
oleh bunga tanah yaitu campuran sisa tumbuhan dan hewan yang telah mati dan membusuk di dalam lapisan tanah atas ( Anonim, 2010). Menurut Hardjowigeno (2007), bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3% – 5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun manfaat bahan organik yang terdapat dalam sifat-sifat tanah dan juga akibatnya terhadap pertumbuhan tanaman adalah : a. Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah. b. Menambah kemampuan tanah untuk menahan air. c. Sumber unsur hara N, P, S dan unsur hara mikro serta lainnya.
d. Sumber energi mikro organisme. 2. Pasir Pasir dapat dipilih sebagai media tanam karena mempunyai pori pori yang lebih banyak, dimana pori - pori tersebut sangat baik untuk aerasi dan drainase serta mempermudah akar untuk menyerap unsur hara. Jumlah pori - pori pasir yang lebih banyak dibandingkan tanah liat mudah menjadi basah dan cepat pula kering karena proses penguapan dan konsisten (ketahanan partikel terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air dan angin oleh karena itu penggunaan
pasir
sebagai
media
tanam
jauh
lebih
baik
bila
dikombinasikan dengan bahan lain (Dina dan Agoes, 1994). Menurut Rini (2004), Pasir telah digunakan secara luas sebagai media perakaran stek karena media ini relatif murah dan mudah didapat, bersih serta memiliki daya rekat tinggi. Pasir tidak menyimpan kelembaban sehingga membutuhkan frekuensi penyiraman yang lebih. Penggunaan tunggal tanpa campuran dengan media lain membuatnya sangat kasar sehingga tidak akan memberikan hasil yang baik. Pasir memiliki partikel terbesar dan ukuran partikel tidak menentukan tingkat aerasi dan drainase. Bentuknya granular dan terdiri dari batuan dan partikel mineral yang sangat kecil. Oleh karena itu tekstur pasir dan tanah berpasir dibentuk oleh disintegrasi dan pelapukan dari batuan seperti batu gamping, granit, kuarsa dan serpih. Tanah berpasir lebih mudah untuk menumbuhkan jika kaya bahan organik tetapi kemudian memungkinkan drainase yang lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga mengakibatkan over drainase dan dehidrasi tanaman di musim panas. Jadi jika ingin
menanam tanaman di tanah berpasir, penyiraman secara teratur sangat penting di musim panas dan menguranginya di musim dingin dan musim hujan.
Tanah
berpasir
baik
untuk
pertumbuhan
tanaman
karena
memungkinkan air untuk cepat meresap sehingga tidak ada genangan air di sekitar akar (Anonim, 2011). Sifat- sifat dari pasir antara lain: kurang sekali menahan air, bersifat longgar, dan mudah merembeskan air. Udara mudah masuk ke dalam celah-celah butir pasir, dengan kata lain tata udara baik karena udara mudah masuk maka tanah cepat mengering (Anonim, 2011). 3. Pupuk Kandang Ayam Menurut Suriatna (1992), pupuk terdiri dari dua golongan yaitu golongan pertama pupuk alam (pupuk organik) seperti pupuk kandang, kompos, bokashi, dan lain-lain. Golongan kedua yaitu pupuk buatan (pupuk anorganik) seperti Urea, NPK, TSP dan lain-lain. Menurut Marsono dan Lingga (2007), pupuk kandang ayam adalah campuran antara kotoran ayam dengan sisa makanan dan alas tidur ayam. Campuran ini mengalami pembusukan hingga tidak berbentuk seperti asalnya lagi dan memiliki kandungan hara yang cukup untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Pengaruh pemberian pupuk kandang terhadap sifat fisik dan kimia tanah adalah: Dapat mengurangi pemadatan tanah, menaikkan ketersedian air karena bahan organik yang dapat mengikat air, menaikkan infiltrasi air sehingga tidak mudah tererosi, menaikkan nilai tukar kation tanah, menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Semakin banyak pupuk kandang yang diberikan pada tanah, maka kandungan
bahan
organik
di
dalam
tanah
semakin
meningkat,
mengakibatkan volume tanah semakin besar, bobot isi tanah menjadi ringan. Pupuk kandang dapat bertindak sebagai bahan organik, akan berangsur - angsur membentuk humus. Peningkatan kadar humus inilah yang dapat meningkatkan jumlah pori, sehingga air tersedia di dalam tanah. Humus bersifat sebagai koloid organik berperan aktif dalam penyerapan molekul air yang berada di dalam tanah. Pupuk kandang mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk kandang padat banyak mengandung unsur fosfor, nitrogen, dan kalium. Sebagian besar kotoran hewan dapat digunakan sebagai pupuk. Salah satunya adalah kotoran ayam. Adapun kelebihan pupuk kandang ayam adalah : a. Aman digunakan dalam skala besar, bahkan dalam pertanian organik sumber utama unsur hara dapat berasal dari pupuk kandang ayam. b. Membantu menetralkan pH tanah. c. Memperbaiki struktur tanah. d. Membantu penyerapan unsur hara dari pupuk kimia yang ditambahkan. Jika dibandingkan dengan pupuk kandang lain, pupuk kandang ayam memiliki kandungan hara yang lebih tinggi (Anonim, 2011). Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1. Perbandingan kandungan hara pupuk kandang ayam dengan pupuk kandang lain. Unsur (%)
Kotoran Kotoran
Kotoran
Kotoran
Kotoran
Ayam
Sapi
Kuda
Babi
Domba
Nitrogen (N)
1,70
0,29
0,44
0,60
0,55
Phospor (P2O5)
1,90
0,17
0,17
0,41
0,31
Kalium (K)
1,50
0,35
0,35
0,13
0,15
Beberapa hasil penelitian aplikasi pupuk kandang ayam selalu memberikan respon yang baik saat musim pemberian pertama, hal ini terjadi karena pupuk kandang ayam relatif
lebih cepat terdekomposisi
serta memiliki kadar hara yang cukup pula jika dibandingkan dengan pupuk kandang yang lain (Widowati et al., 2005).
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan pembibitan buah naga di samping selatan gerbang masuk Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu yang digunakan untuk penelitian adalah selama 8 bulan terhitung mulai dari tanggal 01 Januari 2012 dan berakhir pada tanggal 31 Agustus 2012. B. Alat dan Bahan 1. Alat - alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Cangkul b. Parang c. Pisau d. Gembor e. Alat tulis menulis f. Penggaris g. Kamera h. Polybag ukuran 15 cm x 20 cm i. Alat penakar 2. Bahan a. Stek buah naga super red (Hylocereus costaricensis) b. Top soil c. Pasir d. Pupuk kandang ayam
C. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan untuk setiap perlakuan terdiri atas 6 kali ulangan. Adapun 4 perlakuan tersebut yaitu : m1 : Topsoil m2 : Topsoil + Pupuk kandang (2 : 1) m3 : Topsoil + Pasir (2 : 1) m4 : Topsoil + Pasir + Pupuk kandang (2 : 1 : 1) D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan areal Areal pembibitan dibersihkan dari gulma kemudian permukaannya diratakan dengan menggunakan cangkul dan parang. Tujuannya adalah agar polybag dapat disusun dengan mudah dan berdiri tegak serta menghindari tumbuhnya gulma. 2. Persiapan media tanam Topsoil dibersihkan dari seresah dan kerikil, kemudian digemburkan dan dicampur dengan media lain. Komposisi perbandingan tanah dengan media lain yang digunakan adalah topsoil + pasir (2 : 1), topsoil + pupuk kandang (2 : 1), dan topsoil + pasir + pupuk kandang (2 : 1 : 1). Selain itu disiapkan juga topsoil tanpa campuran sebagai kontrol. Untuk menghindari bias maka diusahakan setiap ulangan dari tiap – tiap perlakuan harus mempunyai takaran yang sama. Untuk itu, sebelum dimasukan kedalam polybag media harus ditakar terlebih dahulu. Misalnya apabila berat media tanam per polybag adalah 1 kg maka untuk komposisi m3 (topsoil + pasir) perbandingannya adalah 2/3 kg topsoil : 1/3 kg pasir. Namun dalam
penelitian ini perbandingan media yang digunakan tidak menggunakan satuan berat melainkan menggunakan satuan volume sehingga tidak dilakukan penimbangan. Perbandingan jumlah media yang dicampur dalam 1 polybag disesuaikan dengan menggunakan alat penakar saja. Media yang telah siap kemudian dimasukan kedalam polybag. 3. Persiapan bahan tanam Stek yang digunakan dalam penelitian ini adalah stek Buah Naga Super red (Hylocereus costaricensis) yang diperoleh dari Kecamatan Sekolaq Darat, Kabupaten Kutai Barat. Bahan stek dipotong dengan panjang ± 25 cm dan meruncing pada bagian pangkal. Bahan stek yang telah dipotong kemudian diangin – anginkan selama dua hari agar getah yang keluar pada bekas potongan mengering. 4. Penanaman stek Masing – masing polybag ditanami 1 stek. Cara penanamannya yaitu dengan membenamkan pangkal stek sedalam ± 5 cm kedalam media tanam. Hal ini berlaku untuk semua stek yang akan diteliti. 5. Pemberian label Masing – masing polybag diberi label sesuai dengan perlakuan dan selanjutnya disusun di areal lahan pembibitan. Penentuan letak polybag pada penelitian ini dilakukan dengan cara diundi. 6. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman meliputi : a. Penyiraman Penyiraman menggunakan gembor dilakukan 2 kali sehari atau disesuaikan dengan keadaan tanah di dalam polybag.
b. Penyiangan Penyiangan dilakukan apabila terdapat gulma pada polybag atau sekitar areal pembibitan. E. Pengamatan dan Pengambilan Data Adapun parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah : 1. Kecepatan tumbuh tunas (hari setelah tanam) Kecepatan tumbuh tunas diamati dan dicatat hanya pada saat pertama kali muncul tunas (hari ke- x) setelah stek ditanam. 2. Jumlah tunas yang muncul (buah) Jumlah tunas yang muncul dihitung pada 30, 60, dan 90 hari setelah stek ditanam. 3. Panjang tunas (cm) Panjang tunas juga diukur pada 30, 60, dan 90 hari setelah stek ditanam. Cara kerjanya adalah dengan mengukur panjang tunas yang pertama kali muncul pada stek. Untuk selanjutnya tunas tersebut juga yang diambil datanya hingga penelitian berakhir. F. Analisis Data Pengolahan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan bila terdapat perbedaan yang nyata atau sangat nyata maka dilakukan uji lanjut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil 1. Kecepatan tumbuh tunas Berdasarkan dari hasil penelitian dan olah data menggunakan analisa sidik ragam yang telah dilakukan, ternyata perbedaan komposisi media tanam antara m1, m2, m3, dan m4 memberikan respon tidak signifikan pada kecepatan tumbuh tunas stek buah naga Super red (Hylocereus costaricensis). Adapun kecepatan tumbuh tunas rata – rata dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Kecepatan tumbuh tunas rata - rata stek buah naga Super red (Hari setelah tanam). r t m1 m2 2. J m 3 u m4
1
2
3
4
5
6
38 29 36 47
47 65 28 26
50 47 28 20
36 29 55 25
29 49 51 29
23 28 24 44
x 223 247 222 191
37 41 37 32
mlah tunas Berdasarkan dari hasil penelitian dan olah data menggunakan analisa sidik ragam yang telah dilakukan, ternyata perbedaan komposisi media tanam antara m1, m2, m3, dan m4 memberikan respon tidak signifikan pada jumlah tunas stek buah naga Super red (Hylocereus costaricensis). Adapun jumlah tunas rata – rata dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Jumlah tunas rata - rata yang muncul pada stek buah naga super red (buah). Umur Perlakuan m1 m2 m3 m4
30 Hari
60 Hari
90 Hari
1 2 1 1
1 2 1 2
2 3 2 3
3. Panjang tunas Berdasarkan dari hasil penelitian dan olah data menggunakan analisa sidik ragam yang telah dilakukan, ternyata perbedaan komposisi media tanam antara m1, m2, m3, dan m4 memberikan respon tidak signifikan pada panjang tunas stek buah naga super red (Hylocereus costaricensis). Adapun panjang tunas rata – rata dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Panjang tunas rata – rata pada stek buah naga super red (cm). Umur Perlakuan m1 m2 m3 m4
30 Hari
60 Hari
90 Hari
2,8 1,7 1,3 2,9
10,9 15,1 8,9 19,6
18,6 24 15,1 24,9
B. Pembahasan Berdasarkan data hasil penelitian yang telah diolah menggunakan analisa sidik ragam, ternyata perbedaan komposisi media tanam memberikan pengaruh tidak signifikan pada ketiga parameter. Hal ini menunjukan bahwa empat komposisi media tanam tersebut layak untuk digunakan sebagai media tanam pada pembibitan buah naga karena semuanya memberikan hasil yang
kurang lebih sama baiknya. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa meskipun media tanam hanya menggunakan tanah, stek buah naga tetap dapat tumbuh dengan baik seperti pada media tanam yang menggunakan kombinasi pupuk kandang maupun pasir. Pemilihan media tanam dalam penelitian ini bukan didasarkan dari kandungan unsur hara pada media tanam tersebut, melainkan dari sifat fisik masing – masing media tanam yang dipakai yang telah disesuaikan dengan syarat tumbuh buah naga. Pemilihan media tanam berdasarkan sifat fisik tersebut dikarenakan stek yang ditanam belum memiliki akar untuk menyerap unsur hara. Artinya, meskipun di dalam media tanam tersebut memiliki kandungan unsur hara yang tinggi tetap tidak akan berpengaruh pada proses awal pertumbuhan tanaman. Tanah topsoil dipilih sebagai media tanam dalam penelitian ini karena tanah tersebut memiliki drainase dan airasi yang baik. Selain itu, kandungan bahan organik didalamnya juga dapat mempertahankan kelembaban. Sebagaimana diketahui bahwa kelembaban media tanam juga menjadi faktor penentu keberhasilan stek. Penambahan pupuk kandang ayam bukan bertujuan untuk memberikan tambahan nutrisi bagi stek buah naga, melainkan untuk memperbaiki sifat fisik media tanam. Kandungan bahan organik dalam pupuk kandang ayam yang dapat menggemburkan tanah diharapkan dapat memperbaiki permeabilitas tanah. Sedangkan penambahan pasir bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik media tanam agar diperoleh media yang porous seperti yang diharapkan oleh buah naga yang tidak tahan terhadap genangan air. Dari hasil akhir penelitian yang menunjukan bahwa media tanam yang digunakan tidak berpengaruh nyata bagi pertumbuhan stek, diduga ada faktor
lain yang mempengaruhi pertumbuhan stek tersebut. Ada kemungkinan kandungan nutrisi (karbohidrat) dan auksin didalam bahan stek yang berperan dalam menstimulir pertumbuhan akar. Hal ini disebabkan karena bahan stek yang digunakan adalah cabang / batang yang belum mengalami pertumbuhan dan masih dalam kondisi yang segar sehingga kandungan karbohidrat dan auksin didalamnya masih tinggi. Menurut Anonim (2010), Daya pembentukan akar pada suatu tanaman yang distek dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat dan keseimbangan hormon dalam bahan stek yang digunakan. Pertumbuhan akar terjadi karena adanya pergerakan kebawah dari auksin, karbohidrat dan rooting cofactor (zat – zat yang berinteraksi dengan auksin yang mengakibatkan perakaran) baik dari tunas maupun dari daun. Zat – zat ini akan mengumpul dan selanjutnya akan menstimulir pembentukan akar stek. Akar adventif dapat tumbuh dari dua macam sumber yaitu dari jaringan kalus dan akar morfologi atau akar primordial. Hal ini diperjelas dengan definisi dan peranan auksin bagi tumbuhan menurut Anonim (2011), Hormon auksin merupakan senyawa kimia Indol Asetic Acid (IAA) yang dihasilkan dari sekresi pada titik tumbuh yang terletak pada ujung tunas (terdiri atas batang dan daun), ujung akar, daun muda, bunga, buah, dan kambium. Jika hormon auksin berada di ujung tunas, maka akan diangkut oleh jaringan berkas pembuluh (xilem dan floem) menuju ke tunas untuk tumbuh dan pemanjangan sel - sel jaringan batangnya. Hormon auksin diproduksi di bagian koleoptil ujung tunas lalu diangkut oleh jaringan pembuluh angkut menuju tunas, selanjutnya tunas akan tumbuh menjadi tunas bagian akar, batang, dan daun. Hormon auksin selain berfungsi merangsang perpanjangan sel - sel batang juga berfungsi merangsang pertumbuhan akar samping (lateral) dan akar
serabut yang berfungsi sebagai penyerapan air dan mineral, mempercepat aktifitas pembelahan sel - sel titik tumbuh kambium akar dan batang, menyebabkan terjadinya diferensiasi sel menjadi jaringan berkas angkut xilem, dan merangsang terjadinya pembentukan bunga dan buah. Selain dipengaruhi oleh faktor internal, pertumbuhan akar dan tunas pada stek buah naga ini diduga juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu kelembaban. Pengamatan dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan April. Pada bulan ini intensitas hujan cukup rapat. Diperkirakan kelembaban udara maupun tanah pada bulan ini cukup tinggi. Menurut Anonim (2010), Stek pada umumnya akan berakar bila ditanam pada musim dimana kelembaban udara tinggi dan pada saat tidak terjadi pertumbuhan
karena
pada
masa
ini
tanaman
banyak
mengandung
karbohidrat. Hal ini juga ditambahkan oleh Anonim (2011), Sampai batas batas tertentu, tanah dan udara yang lembab berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini karena air yang diserap oleh tanaman lebih banyak dan lebih sedikit air yang diuapkan sehingga menyebabkan pembentangan sel - sel. Dengan demikian, sel - sel tanaman akan lebih cepat mencapai ukuran yang maksimum.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa komposisi media tanam m1, m2, m3, dan m4 memberikan respon yang tidak signifikan pada kecepatan tumbuh tunas, jumlah tunas, maupun panjang tunas stek buah naga Super red (Hylocereus costaricensis). Artinya dari 4 komposisi media tanam tersebut sebenarnya memberikan respon yang kurang lebih sama dan semuanya sesuai untuk digunakan sebagai media tanam. Dalam kaitannya dengan pembibitan, faktor biaya dan kemudahan mendapatkan bahan sebagai media tanam sangat diperhitungkan, sehingga pemilihan media tanam yang murah dan mudah didapat yang sebaiknya dipilih.
B. Saran 1. Sebaiknya perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan masing – masing perlakuan media tanam tanpa campuran yaitu topsoil, pupuk kandang, dan pasir. 2. Sebaiknya perlu dilakukan penelitian juga menggunakan bahan stek dengan panjang, berat, ataupun usia batang stek yang homogen karena dalam penelitian ini bahan stek yang digunakan diperkirakan tidak sepenuhnya homogen.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2009.http://www.buahnaga.us/2009b/04/syarat-tumbuh-buah-naga.html. (15/01/2012) ------------.2010.http://id.wikipedia.org/wiki/topsoil.(15/01/2012) ------------.2010.http://www.denidi.com/2008/04/mengenal-buah-naga. (15/01/2012) ------------.2010.http://budidayabuahnaga.blogspot.com/2010a/01/dari-manakahasal-buah-naga.html.(15/01/2012) ------------.2010.http://budidayabuahnaga.blogspot.com/2010b/01/tips-dan-trikbudidaya-buah-nagacara.html.(25/01/2012) ------------.2011.http://wordpress.com/2011/03/2006/media-tanam-tidak-selalutanah.(25/01/2012) ------------.2011.kesuburan tanah tanah.html.(1/08/2012)
Kalimantan
timur.
syadiashare.com/jenis-
------------.2011.fidiaja.blogspot.com/2011/01/manfaat-kotoran-ayam. (01/08/2012) ------------.2011.http://id.wikipedia.org/wiki/xerofit.(15/08/2012) ------------.2012.http://www.buahnaga.blogspot.com/2012/02/buah-naga-di-kaltim. (22/08/2012) Dina dan Agoes. 1994.Aneka Jenis Media Tanam dan Penggunaanya. PT. Pemberswadaya. Jakarta. Hardjadinata. 2010. Budidaya Buah Naga Super Red Secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta. Hardjowigeno, S. 2007.Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta. Kusnadi dan Santoso. 1996. Kamus Istilah Pertanian. Kanisius.Yogyakarta. Marsono dan Lingga. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Redaksi Agromedia. 2009. Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman. Media Pustaka, Jakarta.
Agro
Rini. 2004.Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi, Penebar Swadaya, Jakarta.
Rukmana, R. 1999. Teknik Memproduksi Bibit Unggul Tanaman Buahbuahan,Kanisius. Yogyakarta. Suriatna, S. 1992. Pupuk dan Pemupukan. PT. Melton Putra. Jakarta. Warisno dan Dahana. 2009. Buku Pintar Bertanam Buah Naga di Kebun, Pekarangan dan Dalam Pot. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Widowati, Widati, Jainudin, dan Hartatik. http://groups.yahoo.com( 20/12/2011).
2005.
Agrobisnis.
Lampiran 1. Denah pen nelitian
(m2) 2
(m2) 4
(m3) 3
(m2) 1
(m4) 5
(m4) 3
(m3) 2
(m4) 2
(m1) 2
(m1) 1
(m3) 6
(m1) 3
(m4) 1
(m4) 6
(m3) 1
(m1) 6
(m2) 3
(m4) 4
(m1) 5
(m2) 5
(m3) 5
(m3) 4
(m1) 4
(m2) 6
Keterangan : m1
:
Topsoil
m2
:
Topsoil + Pupuk kandang (2 : 1)
m3
:
Topsoil + Pasir (2 : 1)
m4
:
Topsoil + Pasir + Pupuk kandang (2 : 1 : 1)
T
Lampiran 2. Data Penelitian di Lapangan Tabel 5. Data kecepatan tumbuh tunas (Hari setelah tanam). r 1 2 3 4 t m1 38 47 50 36 m2 29 65 47 29 m3 36 28 28 55 m4 47 26 20 25
5
6
29 49 51 29
23 28 24 44
Tabel 6. Data jumlah tunas yang muncul pada umur 30 hari setelah tanam (Buah). r 30 Hari t 1 2 3 4 5 6 m1 1 1 2 m2 3 1 2 6 m3 1 1 1 3 m4 1 1 1 1 4 Total 15 Tabel 7. Data jumlah tunas yang muncul pada umur 60 hari setelah tanam (Buah). r 60 Hari t 1 2 3 4 5 6 m1 1 1 3 1 1 1 8 m2 3 1 4 1 1 2 12 m3 2 1 1 2 1 1 8 m4 6 1 1 1 2 2 14 Total 42 Tabel 8. Data jumlah tunas yang muncul pada umur 90 hari setelah tanam (Buah). r 90 Hari t 1 2 3 4 5 6 m1 2 1 3 1 1 1 9 m2 5 5 4 1 1 2 18 m3 5 1 1 2 1 1 11 m4 6 5 1 1 2 3 18 Total 56
Tabel 9. Data panjang tunas pada umur 30 hari setelah tanam (cm). r 30 Hari t m1 m2 m3 m4
1
2
3
3
4
5 1,1
6 4,5 1,5 3
0,6 0,3 2,4
0,6 5,5
3,1
5,6 5,1 3,9 11,4
0,4
Total
26
Tabel 10. Data panjang tunas pada umur 60 hari setelah tanam (cm). r 60 Hari t m1 m2 m3 m4 Total
1 12,7 20,5 13,8 10,2
2 7,6 1,6 7 25
3 4,3 9,8 13 27,5
4 15 26,5 2,5 21,5
5 20,9 11,3 0,7 22
6 5,1 20,8 16,8 11,5
65,6 90,5 53,8 117,7 327,6
Tabel 11. Data panjang tunas pada umur 90 hari setelah tanam (cm). r 90 Hari t m1 m2 m3 m4 Total
1 16 30,5 15,3 15,6
2 13,5 8,2 10 29,6
3 12 16,8 17 35,5
4 17 29,2 16 22,8
5 27 34 14,8 28
6 26 25,5 17,6 18,2
111,5 144,2 90,7 149,7 496,1
Lampiran 3. Analisis Data Tabel 12. Sidik ragam respon kecepatan tumbuh tunas buah naga Super red pada media tanam dengan komposisi yang berbeda. SK
DB
JK
KT
F Hitung
Perlakuan Galat
3 20
263,458 3122,50
87,819 156,125
0,562 tn
Total
23
3385,958
F Tabel 5% 1% 3,10 4,94
Keterangan : tn
= tidak nyata pada taraf 5%
KK = 34% Tabel 13. Sidik ragam respon jumlah tunas buah naga Super red pada media tanam dengan komposisi yang berbeda pada umur 90 hari setelah tanam. SK
DB
JK
KT
F Hitung
Perlakuan Galat
3 20
10,999 56,333
3,666 2,817
1,301 tn
Total
23
67,332
Keterangan : tn
= tidak nyata pada taraf 5%
KK = 72%
F Tabel 5% 1% 3,10 4,94
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan Selama Penelitian
Gambar 1. Persiapan lahan
Gambar 2. Pasir
Gambar 3. Topsoil
Gambar 4. Pupuk kandang ayam
Gambar 5. Pencampuran media tanam
Gambar 6. Pengisian polybag
Gambar 7. Pembuatan lubang tanam
Gambar 8. Stek buah naga super red (Hylocereus costaricencis)
Gambar 9. Penanaman stek
Gambar 10. Pengambilan data
Tabel 14. Sidik ragam respon panjang tunas buah naga Super red pada media tanam dengan komposisi yang berbeda pada umur 90 hari setelah tanam. SK
DB
JK
KT
F Hitung
Perlakuan Galat
3 20
388,945 993,865
129,648 49,693
2,609 tn
Total
23
1382,81
Keterangan : tn
= tidak nyata pada taraf 5%
KK = 34%
F Tabel 5% 1% 3,10 4,94