PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 2, April 2015 Halaman: 184-188
ISSN: 2407-8050 DOI: 10.13057/psnmbi/m010203
Seleksi bakteri asam laktat sebagai penghasil enzim protease Selection of lactic acid bacteria as a protease enzyme producer RUTH MELLIAWATI♥, APRIDAH CAMELIAWATI DJOHAN, YOPI Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jl. Raya Bogor km. 46, Cibinong, Bogor 16911, Jawa Barat. Tel./Fax. +6221-8754587/8754588, ♥email:
[email protected] Manuskrip diterima: 1 Desember 2014. Revisi disetujui: 15 Januari 2015.
Abstrak. Melliawati R, Djohan AC, Yopi. 2015. Seleksi bakteri asam laktat sebagai penghasil enzim protease. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1 (2): 184-188. Telah diseleksi bakteri asam laktat koleksi BTCC yang berasal dari dadih dan danke sebagai penghasil protease. Medium seleksi menggunakan MRSA + CaCO3 0.5%, medium skim milk agar (SMA) dan susu pasteurisasi. Hasil seleksi menunjukkan bahwa dari 42 isolat BTCC yang diuji, 36 isolat mampu menghasilkan asam laktat dan 20 isolat diantaranya memberikan indeks zona bening ≥ 2. Sementara itu, uji proteolitik dihasilkan 18 isolat mampu menghidrolisis protein dan 8 isolat diantaranya memberikan indeks zona bening di atas 1,6. Diantara bakteri yang diuji, isolat kode DR 1-3-2 (Lactobacillus plantarum strain LAB12) menghasilkan aktivitas enzim protease paling tinggi yaitu sebesar 0,598 unit/mL selama proses fermentasi 72 jam. Optimasi media dan faktor lingkungan perlu dilakukan untuk meningkatkan aktivitas enzim secara maksimal. Kata kunci: Bakteri asam laktat, asam laktat, enzim protease, aktivitas enzim protease
Abstract. Melliawati R, Djohan AC, Yopi. 2015. Selection of lactic acid bacteria as a protease enzyme producer. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1 (2): 184-188. Selection of lactic acid bacteria producing protease enzyme from the BTCC collection was conducted from buttermilk and danke. Selection medium used MRSA + CaCO3 0.5%, skim milk agar (SMA) medium and pasteurized milk. The result showed that of 42 isolates tested, 36 isolates produced lactic acid, and 20 isolates of the lactic acid producing isolates showed clear zone index ≥ 2. Meanwhile, the proteolytic test resulted in 18 isolates that were able to hydrolyze protein, and 8 isolates of the hydrolyzing protein isolates showed clear zone index above 1.6. Among the tested bacteria, isolate DR 1-3-2 (Lactobacillus plantaruum LAB12 strain) exhibited the highest activity of protease enzyme, up to 0,598 units/mL during 72-hour fermentation. Media optimization and environmental factors need to be controlled to maximize the enzyme activity. Keywords: Lactic acid bacteria, lactic acid, enzyme protease, the enzyme protease activity
PENDAHULUAN Bakteri asam laktat (BAL) adalah bakteri gram negatif berbentuk kokus atau batang. Di dalam proses fermentasi, BAL mengubah senyawa molekul organik komplek seperti protein, karbohidrat dan lemak menjadi molekul yang lebih sederhana, mudah larut dan kecernaan tinggi. BAL disebut juga sebagai biopreservatif karena mempunyai peran dalam menghambat pertumbuhan bakteri patogen dan mampu memberikan dampak positif bagi kesehatan manusia (Hugas 2008). Koleksi BAL di Pusat Penelitian Bioteknologi sebagian sudah dimanfaatkan untuk membuat silase ( Ridwan et al. 2005; Ratnakomala 2006). Penggalian potensi bakteri asam laktat perlu terus dilakukan, mengingat penggunaan bakteri (mikroorganisme) dalam industri sangat diperlukan. Beberapa keuntungan bila menggunakan mikroorganisme adalah dapat diproduksi dalam skala besar, waktu yang diperlukan untuk produksi relatif efisien dan dapat diproduksi secara berkesinambungan dengan biaya relatif rendah.
Enzim sangat berperan dalam industri diantaranya adalah protease, terutama dalam aplikasi bioteknologi (Mohen et al. 2005) Aplikasi protease sangat luas di berbagai industri, misalnya industri pangan (Pastor et al. 2001), industri farmasi (Anwar and Saleemuddin 1998; Gupta et al. 2002), sintesa peptida (Kumar and Hiroshi 1999), prosesing kulit (George et al. 1995), dalam proses penenunan (Helmann 1995) dan proses pengempukan daging (Takagi et al. 1992; Wilson et al. 1992). Protease disebut juga peptidase atau proteinase, merupakan enzim golongan hidrolase yang akan memecah protein menjadi molekul yang lebih sederhana, seperti menjadi oligopeptida pendek atau asam amino (Watanabe and Hayano 1994), dengan reaksi hidrolisis pada ikatan peptida (Poliana and MacCabe 2007). Enzim protease diperlukan oleh semua makhluk hidup karena bersifat esensial dalam metabolisme protein (Poliana and MacCabe 2007). Peranannya dalam tubuh antara lain membantu pencernaan protein dalam makanan, menggunakan kembali protein-protein intraseluler, koagulasi sel darah, dan aktivasi berbagai jenis protein, enzim, hormon, serta neurotransmiter.
MELLIAWATI et al. – Bakteri asam laktat sebagai penghasil enzim protease
Dengan mengetahui betapa diperlukannya enzim dalam berbagai bidang industri dan kesehatan dan sementara itu untuk memenuhi kebutuhan enzim masih tergantung dari produk import, maka tujuan penelitian ini adalah menyeleksi bakteri asam laktat (koleksi Pusat penelitian Bioteknologi) sebagai penghasil enzim protease dan mengetahui kemampuan aktivitas enzim proteasenya dari isolat BAL yang terseleksi. BAHAN DAN METODE Bakteri asam laktat Empat puluh dua isolat Bakteri Asam Laktat (BAL) koleksi BTCC yang berasal dari dadih (makanan fermentasi susu dari Sumatera Barat) dan danke (makanan dari susu yang dikoagulasi menggunaan getah buah papaya) digunakan sebagai material penelitian. Medium Medium untuk perbanyakan sel bakteri dan produksi enzim protease digunakan medium GYS yaitu 0,3% glukosa, 1% Yeast extract, 2% Skim Milk (Nurhasanah 2010). Seleksi potensi asam terhadap BAL Untuk menyeleksi BAL yang memiliki potensi dalam menghasilkan asam, maka dilakukan seleksi dengan menggunakan medium MRSA + CaCO3 0.5% (Khunajakr et al. 2008). Inkubasi dilakukan selama 68 jam pada suhu ruang (26°C). Adanya zona bening disekitar koloni bakteri menunjukkan bakteri tersebut menghasilkan asam. Pengukuran besarnya zona bening dilakukan untuk mengetahui besarnya kemampuan bakteri dalam menghasilkan asam yaitu dengan rumus indeks zona bening pada persamaan: Indeks zona bening asam =
Seleksi potensi protease terhadap BAL Seleksi dilakukan dengan menggunakan medium SMA (skim milk agar) dan susu pasteurisasi. Inkubasi dilakukan selama 68 jam pada suhu ruang (26°C). Bakteri yang menghasilkan zona bening disekitar koloni bakteri, berarti positif menghasilkan enzim protease (Taheri et al. 2009). Besarnya diameter zona bening dihitung dengan rumus indeks zona bening pada persamaan: Indeks zona bening protease =
Uji aktivitas enzim dan kadar protein Uji aktivitas enzim protease dilakukan menggunakan metode dari Meloan and Pomeranz (1973) yang telah dimodifikasi. Kadar protein diukur menggunakan
185
spektrofotometer pada panjang gelombang 280 nm dengan asumsi bahwa 1% larutan enzim adalah 10. Proses fermentasi pembuatan enzim protease Enam BAL terpilih (DP 1-1-2, DP 1-4-1, DR 1-3-2, DR 1-7-3, DSB 4-2, L. Acidophillus ) diinokulasikan sebanyak satu ose ke medium 10 mL dalam Erlenmeyer 100 mL, kemudian inkubasi selama 24 jam pada suhu kamar. Sebanyak 5% dari kultur bakteri tersebut di inokulasikan ke dalam Erlenmeyer 500 mL yang berisi 100 mL medium yang sama, selanjutnya di inkubasikan selama 24 -72 jam pada suhu kamar. Substrat hasil fermentasi di sentrifugasi pada 10.000 rpm selama 10 menit. Filtrat berupa enzim kasar selanjutnya dianalisis. Tiga isolat BAL yang memberikan hasil aktivitas tertinggi, difermentasi kembali pada medium yang sama (GYS) selama 24-72 jam untuk mencari aktivitas enzim tertinggi dan untuk mengetahui lama fermentasi yang diperlukan untuk mencapai hasil tertinggi. Pembuatan enzim protease dilakukan dengan menggunakan BAL terseleksi dengan kondisi fermentasi terbaik. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian terhadap 42 isolat BAL dalam medium padat MRSA yang mengandung 0,5% CaCO3, menunjukkan bahwa 36 isolat mampu menghasilkan asam dengan memperlihatkan zona bening disekitar koloni (Tabel 1). Terbentuknya zona bening menunjukkan bahwa bakteri tersebut menghasilkan metabolit sekunder (asam laktat) yang berlebih sehingga kelebihan asam laktat diperlihatkan dengan adanya zona bening disekitar koloni bakteri. Tiap bakteri mempunyai kemampuan yang berbeda dalam mengatasi kondisi lingkungannya, baik terhadap pertumbuhan koloninya maupun dalam menghasilkan metabolit sekundernya, seperti isolat bakteri DP 1-3-1, DP 1-3-2 dan DSK -1 baru terlihat zona bening setelah lebih 3 hari inkubasi, sedang 3 bakteri lagi tidak tumbuh dalam medium MRSA. Hasil pengamatan, 20 isolat bakteri memberikan indek zona bening lebih besar atau sama dengan 2 (≥2), sedang 16 isolat bakteri memberikan indeks zona bening kurang dari 2 tetapi lebih dari atau sama dengan 1 (≥1<2). Luas zona bening yang terbentuk oleh bakteri tersebut menunjukkan kemampuan bakteri dalam mengsekresikan asam ke dalam medium yang mengandung CaCO3. Hasil pengamatan terhadap 42 isolat BAL yang diuji dalam medium Skim Milk, 18 isolat bakteri mampu menghidrolisis protein dengan menunjukkan zona bening disekitar koloni. Delapan (8) isolat bakteri di antaranya memberikan indeks zona bening di atas 1,6 cm dan 10 isolat mempunyai indek zona bening di atas 1,33 tetapi di bawah indek 1,6 (>1,33 < 1,6). Sementara itu hasil penelitian Utami et al. (2012), melaporkan bahwa salah satu isolat BAL yang diisolasi dari kakao (G6) memiliki zona bening terbesar yaitu 15 mm sedang isolat dari whey tahu (LnA4) menghasilkan zona bening 10 mm (Wardani dan Lia 2012). Bila dilihat dari zona bening yang dihasilkan oleh isolat BAL yang berasal dari dadih,
186
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (2): 184-188, April 2015
menghasilkan zona bening lebih luas dari pada isolat BAL dari Kakao dan whey tahu. Hal tersebut karena dadih dan danke merupakan produk hasil fermentasi susu dan susu adalah salah satu media pertumbuhan yang baik untuk bakteri (BAL), maka kemungkinan BAL yang ada di dalamnya sangat mempunyai potensi dalam menghasilkan enzim protease sehingga dari hasil seleksi ini, diperolehnya BAL dengan zona bening yang lebih luas.
Hasil uji terhadap kemampuan mengkoagulasi susu menunjukkan bahwa semua isolat BAL yang diuji, dapat mengkoagulasi susu pada hari 1 dan 2. Koagulasi terjadi karena bakteri dalam susu memfermentasi laktosa, menghasilkan asam laktat. Derajat keasaman susu menurun menyebabkan protein susu, yaitu kasein mengkoagulasi. Pada Tabel 2, tercatat bahwa isolat bakteri DP 1-4-1, DR 1-3-2, DR 1-7-3, DSB 4-2 menunjukkan indeks
Tabel 1. Hasil uji dalam medium MRSA + CaCO3 terhadap bakteri BTTC
Tabel 2. Hasil uji dalam medium Skim Milk Agar terhadap 42 isolat bakteri BTCC
Diameter DiamIndeks Zona zona eter asam bening Kode bening koloni Sumber laktat asam isolat asam H3 H3 H3 H3 (cm) (cm) DP 1-1-1 Dadih Palembang + 1.10 0.50 2.20# DP 1-1-2 Dadih Palembang + 1.00 0.50 2.00# DP 1-2 Dadih Palembang + 1.10 0.50 2.20# DP 1-3-1 Dadih Palembang +* 0.60 DP 1-3-2 Dadih Palembang +* 0.80 DP 1-4-1 Dadih Palembang + 0.90 0.50 1.80 DP 2-1-2 Dadih Palembang + 1.00 0.50 2.00# DR 1-1-1 Dadih Riau + 0.70 0.40 1.75 DR 1-1-2 Dadih Riau + 0.70 0.30 2.33# DR 1-2-1 Dadih Riau + 1.20 0.80 1.50 DR 1-2-2 Dadih Riau + 0.90 0.40 2.25# DR 1-3-1 Dadih Riau + 1.30 0.80 1.63 DR 1-3-2 Dadih Riau + 1.20 0.60 2.00# DR 1-6 Dadih Riau + 0.50 0.30 1.67 DR 1-6-2 Dadih Riau DR 1-7-1 Dadih Riau + 1.30 0.40 3.25# DR 1-7-2 Dadih Riau + 1.30 0.50 2.60# DR 1-7-3 Dadih Riau + 0.90 0.40 2.25# DR 1-7-4 Dadih Riau + 0.90 0.40 2.25# DR 1-8-3 Dadih Riau + 1.10 0.60 1.83 DR 2-1-1 Dadih Riau DR 2-1-2 Dadih Riau + 1.20 0.70 1.71 DR 2-2-3 Dadih Riau + 0.90 0.30 3.00# DR 2-3-1 Dadih Riau + 0.70 0.30 2.33# DR 2-3-2 Dadih Riau + 0.70 0.40 1.75 DR 2-4-1 Dadih Riau + 0.70 0.40 1.75 DR 2-4-2 Dadih Riau + 0.50 0.30 1.67 DR 3-1-2 Dadih Riau + 0.60 0.40 1.50 DR 3-1-3 Dadih Riau + 1.00 0.40 2.50# DR 3-2-1 Dadih Riau + 0.60 0.30 2.00# DR 3-3-1 Dadih Riau DR 3-3-2 Dadih Riau + 1.00 0.40 2.50# DR 4-1 Dadih Riau + 0.50 0.30 1.67 DR 4-2 Dadih Riau + 0.50 0.50 1.00 DSB 1-1 Dadih Sumatera Barat + 0.40 0.30 1.33 DSB 4-2 Dadih Sumatera Barat + 0.70 0.40 1.75 DSB 6-3 Dadih Sumatera Barat + 0.90 0.40 2.25# DSB 6-5 Dadih Sumatera Barat + 1.10 0.40 2.75# DSB-1 Dadih Sumatera Barat + 1.20 0.70 1.71 DSK-1 +* 0.30 DSS 2-2 Danke Sulawesi Selatan + 1.00 0.40 2.50# DSS 2.1 Danke Sulawesi Selatan + 1.00 0.40 2.50# Keterangan: * = zona bening asam laktat muncul setelah lebih dari 3 hari; - = tidak ada pertumbuhan/zona bening/data; + = ada pertumbuhan/zona bening; # = indeks asam laktat di atas 2
DiamDiameter eter Indeks KoaguKode zona koloni protease lum Sumber isolat bening H5 H5 H1/H2 protease (cm) H5 (cm) DP 1-1-1 Dadih Palembang 0.3 0.2 1.50 -/+ DP 1-1-2 Dadih Palembang 0.8 0.4 2.00# -/+ DP 1-2 Dadih Palembang -/+ DP 1-3-1 Dadih Palembang 1.3 0.7 1.86# -/+ DP 1-3-2 Dadih Palembang 1.4 0.9 1.56 -/+ DP 1-4-1 Dadih Palembang 0.5 0.2 2.50# (-/+) DP 2-1-2 Dadih Palembang -/+ DR 1-1-1 Dadih Riau -/+ DR 1-1-2 Dadih Riau -/+ DR 1-2-1 Dadih Riau 0.4 0.3 1.33 -/+ DR 1-2-2 Dadih Riau 1.2 0.8 1.50 -/+ DR 1-3-1 Dadih Riau -/+ DR 1-3-2 Dadih Riau 0.9 0.3 3.00# (-/+) DR 1-6 Dadih Riau -/+ DR 1-6-2 Dadih Riau -/+ DR 1-7-1 Dadih Riau 0.5 0.3 1.67# (-/+) DR 1-7-2 Dadih Riau 1.3 1.0 1.30 -/+ DR 1-7-3 Dadih Riau 0.8 0.3 2.67# (-/+) DR 1-7-4 Dadih Riau -/+ DR 1-8-3 Dadih Riau -/+ DR 2-1-1 Dadih Riau -/+ DR 2-1-2 Dadih Riau -/+ DR 2-2-3 Dadih Riau +/+ DR 2-3-1 Dadih Riau -/+ DR 2-3-2 Dadih Riau -/+ DR 2-4-1 Dadih Riau -/+ DR 2-4-2 Dadih Riau -/+ DR 3-1-2 Dadih Riau 1.7 1.5 1.13 -/+ DR 3-1-3 Dadih Riau 1.7 1.5 1.13 -/+ DR 3-2-1 Dadih Riau 0.5 0.3 1.67# -/+ DR 3-3-1 Dadih Riau -/+ DR 3-3-2 Dadih Riau -/+ DR 4-1 Dadih Riau 0.4 0.3 1.33 -/+ DR 4-2 Dadih Riau -/+ DSB 1-1 Dadih Sumatera Barat 0.4 0.3 1.33 -/+ DSB 4-2 Dadih Sumatera Barat 6.5 1.7 3.82# (+/+) DSB 6-3 Dadih Sumatera Barat -/+ DSB 6-5 Dadih Sumatera Barat -/+ DSB-1 Dadih Sumatera Barat 1.4 0.9 1.56 -/+ DSK-1 -/+ DSS 2-2 Danke Sulawesi Selatan -/+ DSS 2.1 Danke Sulawesi Selatan -/+ Keterangan: - = tidak ada zona bening/data/koagulum; + = ada zona bening/koagulum; # = indeks protease di atas 1.6; ( ) = memiliki potensi tinggi
MELLIAWATI et al. – Bakteri asam laktat sebagai penghasil enzim protease
187
Bakteri
Zona bening Gambar 1. Zona bening isolat DR 1-7-1 (kiri) dan isolat DSB 4-2 (kanan)
Tabel 3. Hasil rendemen (%) oleh 3 isolat Bakteri Asam Laktat pada medium susu pasteurisasi % Inokulum (dalam 40 mL susu) 6% 6% 6%
Rendemen (%) 26,56 19,51 25,39
Kandungan Protein (mg/ml)
Isolat bakteri /kode B-628 B-804 B-633
Protein 17.2 17 16.8 16.6 16.4 16.2 16 15.8 15.6 15.4 15.2 15 1
2
3 4 Kode bakteri
6
Prot ein
100
Gambar 3. Kandungan protein dari 6 isolat bakteri BTCC setelah melalui proses fermentasi selama 24 jam pada suhu kamar.
80 60 40 20
0.7
0 1
2
3
4
5
6
Bakteri Aktiv. Protease
Gambar 2. Hasil aktivitas protease dari 6 isolat bakteri BTCC dalam medium GYS yang difermentasi selama 24 jam pada suhu kamar. Keterangan: Kode bakteri: 1. DP 1-1-2, 2. DP 1-4-1, 3. DR 1-3-2, 4. DR 1-7-3, 5. DSB 4-2, 6. Lactobacillus acidophillus ( B-628)
A ktiv. Pro tease (U n it/m l)
A ktiv. Pro tease (% relatif)
120
5
0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 24 jam
48 jam
L.a
protease di atas 2,50. Hal ini dapat diartikan bahwa BAL tersebut mempunyai potensi untuk menghasilkan enzim protease. Terbentuknya zona bening disekitar koloni bakteri, menunjukkan bahwa bakteri tersebut mampu memproduksi senyawa (asam, enzim dsb) yang diekspresikan keluar secara berlebihan. Dapat disampaikan bahwa bakteri yang menghasilkan zona bening yang luas mempunyai potensi yang besar menghasilkan produk metabolit sekunder, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1 A. Isolat DR 1-7-1 yang mengeluarkan asam laktat dan Gambar 1B. Isolat DSB 4-2 yang mengeluarkan enzim protease.
72 jam
Waktu Fermentasi DR 1-3-2
DR 1-7-3
Gambar 4. Hasil aktivitas protease dari 3isolat bakteri selama proses fermentasi 24-72 jam
Pengujian 3 isolat BAL terhadap besarnya rendemen pada medium susu yang dipasteurisasi diperlihatkan pada Tabel 3. Hasilnya menunjukkan bahwa 2 isolat BAL ( B628 dan B-633) menghasilkan rendemen yang tidak berbeda nyata. Rendemen tertinggi dihasilkan oleh isolat BAL B-628 sebesar 26,56%.
188
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (2): 184-188, April 2015
Untuk selanjutnya pengujian secara kuantitatif dilakukan terhadap 6 isolat BAL yaitu DP 1-1-2, DP 1-4-1, DR 1-3-2, DSB 4-2, DR 1-7-3 dan isolat B-628 (Lactobacillus acidophillus). Hasil aktivitas enzim protease dari 6 isolat bakteri tersebut diperlihatkan pada Gambar 2. Aktivitas enzim (% relatif) tertinggi didapat oleh B-628 kemudian kedua oleh isolat bakteri DR 1-3-2 (77,61%) dan ketiga oleh isolat DR 1-7-3 (75,67%). Sementara itu hasil analisis kadar protein menunjukkan bahwa isolat DP 1-4-1 memperoleh protein tertinggi yaitu 16,95 mg/mL yang diikuti oleh isolat DSB 4-2 dan B-628 masing masing 16,4 mg/mL (Gambar 3). Hasil uji secara kuantitatif terhadap 6 isolat tersebut diatas, 3 isolat diantaranya dipilih untuk diuji ketahap berikutnya untuk mengetahui waktu fermentasi yang diperlukan dalam menghasilkan aktivitas enzim terbaik. Isolat yang diuji adalah isolat DR 1-7-3, DSB 4-2 dan B-628. Pada Gambar 4. diperlihatkan hasil aktivitas enzim protease pada ketiga isolat bakteri uji. Terlihat bahwa untuk isolat bakteri DR 1-7-3 pada lama fermentasi 24 jam dapat menghasilkan aktivitas protease sebesar 0,41 unit/mL, sementara itu untuk isolat bakteri DR 1-3-2 aktivitas protease tertinggi dicapai pada waktu fermentasi 72 jam diperoleh sebesar 0,598 unit/mL. Penelitian Naiola dan Nunuk (2007), melaporkan bahwa aktivitas enzim spesifik dari Bacillus sp. menggunakan media dedak dan limbah cair tahu diperoleh sebesar 5,71 U/mg sedang Wardani dan Lia (2012) dalam penelitiannya yang menggunakan isolat LnA4 (isolat dari whey tahu) menghasilkan aktivitas enzim spesifik sebesar 0,123 U/mg. Sementara itu, aktivitas enzim yang diperoleh dari hasil penelitian ini masih belum optimal, oleh karena itu untuk meningkatkan aktivitas enzim yang dihasilkan oleh isolat bakteri DR 1-3-2 akan dilakukan optimasi terhadap medium atau mencari media yang lebih tepat dengan melibatkan faktor lingkungan (pH dan suhu). Tiga puluh enam (36) isolat bakteri mampu menghasilkan asam laktat dan 20 isolat diantaranya memberikan indek zona bening ≥ 2. Uji proteolitik dihasilkan 18 isolat bakteri mampu menghidrolisis protein dan 8 isolat diantaranya memberikan indek zona bening di atas 1,6. Isolat bakteri DR 1-3-2 (Lactobacillus plantarum strain LAB12) menghasilkan aktivitas enzim tertinggi (0,598 unit/mL) selama proses fermentasi 72 jam. Untuk meningkatkan aktivitas enzim secara optimal perlu dilakukan optimasi medium dan faktor lingkungan. UCAPAN TERIMA KASIH Disampaikan ucapan terima kasih kepada pimpinan proyek PN Meat Pro yang telah memberikan dana untuk melakukan penelitian ini. Ucapan terima kasih disampaikan pula kepada Kepala Bidang Bioproses yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Yantiati Widyastuti yang telah memberikan koleksi BTTC untuk digunakan dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Anwar A, Saleemuddin M. 1998. Alkaline proteases. A Review. Bioresour Technol 6 (3): 175-183. Barnes DL, Harper SJ, Bodyfelt WF, McDaniel MR. 1991. Prediction of consumer acceptability of yoghurt by sensory and analytical measures of sweetness and sourness. Dairy Sci 74: 3746-3754. Barret AJ, Rawlings ND, Woessner JF. 2004. Handbook of Proteolytic Enzymes. Elsevier, London. Geoge S, Raju V, Krishan MRV, Subramanian TV, Jayaraman K. 1995. Production of protease by Bacillus amyloliquefaciens in solidstate fermentation and its application in the unlairing of hides and skins. Proces Biochem 30: 457-462. Gupta R, Beg QK, Lorenz P. 2002. Bacterial alkaline proteases: Molecular approaches and industrial application. Appl Microbiol Biotechnol 59: 15-32. Helmann JD. 1995.Compilation and analylis of Bacillus substilis SAdependent promotes sequences: evidence for extended contact between RNA polymerase and upstream promotes DNA. Nucl Acids Res 23: 2351-2360 Hugas M. 1998. Bacteriocinogenic lactic acid bacteria for the biopreservation of meat and meat products. Meat Sci 49 (1): S139S150. http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0309174098900444 Kunajakr A, Aporn W, Duangtip M, Sukon T. 2008. Sreening and Identification of Lactic Acid Bacteria Producing Antimicrobial compounds from Pig Gastrointestinal Traccts. KMITL Sci. Tech J 8 (1): 8-11. Kumar A, Sachdev A, Balasubramanyam SD, Saxena AK, Lata A. 2002. Optimization of condition for production of neutral and alkaline protease from species of Bacillus and Pseudomonas. Ind J Microbiol 42: 233-236. Kumar CG, Hiroshi T. 1999. Microbial alkaline protease from a bioindustrial vino point. Biotechnol Adv 17: 561-594. Mohen FN, Dileep D, Deepthi D. 2005. Potential application of protease isolated from Psudomonas auriginosa PD100. Biotechnol Ind 8: 197203. Naiola E. dan Nunuk W. 2007. Semi purifikasi dan karakterisasi enzim protease Bacillus sp. Berkala Penel Hayati 13: 51-56 Nurhasanah A. 2010. Produksi enzim protease dari bakter Lactobacilli untuk sediaan bahan baku suplemen kesehatan.. http://km.ristek.go.id/index.php/klasifikasi/detail/20381/ Pastor MD, Lorda GS, Baltti A. 2001. Protease obtention using Bacillus substills 3411 and amaranth seed meal medium at different aeration ratio. Braz J Microbiol 32: 1-8. Poliana J, MacCabe AP. 2007. Industrial Enzymes; Structure, Function, and Applications. Springer, Dordrecht. Ridwan R, Ratnakomala S, Kartina G, Widyastuti Y. 2005. Pengaruh penambahan dedak padi dan Lactobacillus plantarum 1BL-2 dalam pembuatan silase rumput gajah (Pennisetum purpureum). Media Peternakan 28 (3): 117-123 Ratnakomala S, Ridwan R, Kartina G, Widyastuti Y. 2006. Pengaruh inokulum Lactobaccilus plantarum 1A-2 dan 1BL-2 terhadap kualitas silase rumput gajah (Pennisetum purpureum). Biodiversitas 7 (2): 131-134 Takagi H, Kondou M, Hisatsuka T, Nakamuris K, Tsai YC, Yamsaki M. 1992. Effect of an alkaline elastase from an alkalophillic Bacillus stain on the tenderization of beef meat. J Agric Food Chem 46: 23642368. Utami LS, Sumaryati S, Jamsari. 2012. Isolasi bakteri probiotik penghasil protease dan laktase dari fermentasi kako varietas hijau.. Chem Prog 5 (2): 109-114. Wardani AK, Lia ON. 2012. Purifikasi dan karakterisasi protease dari bakteri hasil isolasi dari whey tahu. Jurnal Teknologi Pertanian 13 (3): 149-156. Watanabe K, Hayano K. 1994. Estimate of the source of soil protease in upland fields. Biol Fertil Soils 18: 341-346. Wilson SA, Young OA, Coolbear T, Daniel RM. 1992. The use of protease from extreme thermophilic for meat tenderization. Meat Sci 32: 93-103.