JURNAL SIMBIOSIS I (2): 85- 101 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
ISSN : 2337-7224 September 2013
EKSPLORASI SPASIAL CENDAWAN TANAH PADA SEKITAR RHIZOSFER TANAMAN JAMBU METE (Anacardium occidentale L.) DI KARANGASEM DAN BULELENG-BALI
(SPACIAL EXPLORATION OF FUNGI IN RHIZOSPHERE A CASHEW PLANTATIONS (Anacardium occidentale L.) AT KARANGASEM AND BULELENG-BALI) Ni Luh Desy Wulandari1), Meitini W. Proborini2), I Ketut Sundra2) Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Udayana *) Email:
[email protected] INTISARI Penelitian telah dilaksanakan yang bertujuan untuk mengetahui total koloni, keanekaragaman, dan tingkat penyebaran cendawan tanah yang terdapat pada rizosfer perkebunan jambu mete (Anacardium occidentale L.) di Sukadana Karangasem dan Sendang Buleleng. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan (Oktober 2012 – Januari 2013). Sampel dari dua lokasi berbeda di Sukadana Karangasem dan Sendang Buleleng, masing-masing lokasi diambil dari 5 titik yang berbeda. Hasil data yang diidentifikasi jenis cendawan secara deskripsi. Data total koloni yang dikuantifikasi dengan rumus yang telah ditetapkan. Hasil penelitian teridentifikasi 11 jenis cendawan pada kedua lokasi yang berbeda yaitu : Aspergilus flavus, A. niger, A. parasiticus, Botrytis cinera, Cladosporium sphaeospermum, Fusarium sporotrichioides, P. brevicompactum, P. citrinum, P. chrysogenum, Rhizopus stolonifer, dan Synchephalastrum racemosum. Hasil perhitungan total koloni cendawan yang didapatkan di Sukadana Karangasem dengan total rata-rata adalah 33,6 x 103 – 35 x103 CFU/g, sedangkan lokasi Sendang Buleleng 22,6 x 103 – 37,6 x 103 CFU/g. Tingkat penyebaran cendawan di Karangasem adalah tergolong seragam (0,85) dan di Buleleng tergolong mengelompok (1,03).
Kata kunci: Rhizosfer mete, keanekaragaman cendawan, Karangasem, Buleleng-Bali ABSTRACT Research have been carried out to calculate total colony of fungi, determine fungi species, and the rate spread of the fungi in rhizosphere a cashew plantations (Anacardium occidentale L.) at Sukadana Karangasem and Sendang Buleleng for 4 months (October 2012 - January 2013). Samples were taken from two different areas in which five point were sampled. Results data were analyzed qualitatively by identifying the species of fungi that is a description. The quantitative data was taken to calculate total colony of fungi. The research found 11 species of fungi taken from two different locations, namely: Aspergilus flavus, A. niger, A. parasiticus, Botrytis cinera, Cladosporium sphaeospermum, Fusarium sporotrichioides, P. brevicompactum, P. citrinum, P. chrysogenum, Rhizopus stolonifer, and Synchephalastrum racemosum. Total fungal colony in Sukadana Karangasem was : 33.6 x 103 - 35 x 103 CFU /g, in Sendang Buleleng 22.6 x 103 – 37.6 x 103 CFU/g. Abundance of fungi in Sukadana Karangasem is relatively uniform (0.85) and in Sendang Buleleng belong to cluster (1,03). Keywords: Cashew rhizosphere, abudance of fungal species, Karangasem, BulelengBali
JURNAL SIMBIOSIS I (2): 85- 101 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
ISSN : 2337-7224 September 2013
Menurut
PENDAHULUAN Cendawan tanah banyak memiliki
perbedaan
Darmawijaya
tekstur
(1990)
tanah
dapat
peranan penting dalam dekomposisi tanah
berpengaruh terhadap jumlah populasi dan
(Gandjar
keanekaragaman
dkk.,
2006).
Kelompok
mikroorganisme
cendawan anggota ordo Peronosporales,
disekitarnya
Mucorales,
kelas
maupun makroorganisme (fauna tanah).
Ascomycetes atau Deuteromycetes yang
Perbedaan lokasi tersebut sangat berkaitan
bersifat
Menurut
dengan struktur tanah sehingga adanya
Dharmaputra dkk., 1989 Cendawan di
perbedaan pada kedua lokasi. Sampel
rizosfer
tanah
dan
beberapa
saprofit
dari
ditanah.
berbentuk
miselium,
spora
yang
(cendawan
diambil
bakteri)
dari
Buleleng
tanah
lempung
(konidia), dan khlamidospora. Miselium
mempunyai
berfungsi
berdebu. Menurut Hanafiah dkk., (2005)
untuk
metabolisme.
melakukan
di
tanah-tanah lempung berdebu memiliki
dan
sifat tanah seperti berikut : tekstur licin,
beragam dibandingkan pada tanah bukan
membentuk butiran/menggumpal keras,
rizosfer (Lynch 1990; Carlile et al.2001).
mengkilat, dan memiliki ruang pori yang
Menurut Novriani dan Madjid (2009)
berukuran kecil, sehingga menyebabkan
terjadinya interaksi antara mikroorganisme
tanah-tanah tersebut pada waktu musim
dengan tanaman pada rizosfer dapat
hujan sangat liat dan pada waktu musim
bersifat simbiosa mutualisme, parasitisme
kemarau sangat keras. Sampel tanah di
atau kompetisi. Interaksi tersebut dapat
Karangasem
mempengaruhi
lempung berpasir. Menurut Hanafiah dkk.,
rizosfer
Populasi
aktifitas
biasanya
cendawan
tekstur
dan
lebih
banyak
pertumbuhan
tanaman,
dengan
(2005)
merugikan
antara
memiliki sifat tanah seperti berikut:
mikroorganisme dengan tanaman (baik
Tekstur kasar, membentuk butiran yang
yang menguntungkan maupun merugikan)
agak keras tetapi mudah hancur, tidak
akan
melekat,
berkompetisi
Interaksi
pada
lingkungan
tersebut yang disertai oleh pengaruh faktor
memiliki
lempung
tanah
baik interaksi yang menguntungkan atau tanaman.
tanah-tanah
kondisi
ruang
berpasir
pori
yang
berukuran besar.
eksternal dan faktor internal. Kedua faktor
Berdasarkan latar belakang yang
tersebut akan memberikan reaksi yang
sudah dipaparkan di atas, penulis ingin
berbeda terhadap pertumbuhan tanaman.
meneliti jenis-jenis cendawan apa saja
JURNAL SIMBIOSIS I (2): 85- 101 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
ISSN : 2337-7224 September 2013
yang terdapat pada rizosfer perkebunan
Isolasi
tanaman
Total Koloni Cendawan
jambu
mete
(Anacardium
occidentale L.) pada kedua lokasi tersebut.
Isolasi cendawan dilakukan dengan metode pour plate (Pelczar dan Chan,
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian
Cendawan dan Perhitungan
di
2006). Isolasi cendawan tanah dilakukan
Tumbuhan
pada pengenceran 10 -3. Pada pengenceran
(Mikologi). Analisis tanah dilaksanakan di
10-1 botol yang telah terisi air steril
Laboratorium
Fakultas
sebanyak 90 ml ditambah sampel tanah
Pertanian Universitas Udayana. Penelitian
sebanyak 10 gram kemudian dikocok
ini dilaksanakan selama empat bulan
hingga homogen, pengenceran 10 -2 tabung
(Oktober 2012 – Januari 2013).
reaksi yang telah terisi air steril sebanyak 9
Laboratorium
dilaksanakan
Taksonomi
Ilmu
Tanah
ml kemudian ditambahkan 1 ml suspensi sampel
Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan
dari
pengenceran
dilakukan
sebelumnya kemudian di vortex langkah
dengan metode jelajah/eksplorasi yaitu
ini dilakukan sampai pengenceran 10-5 dari
menentukan titik-titik pengambilan sampel
pengenceran
(secara
membuat
dituang dalam cawan petri steril, kemudian
pengundian yang ditentukan pada lima
media PDA dituang ke dalam petri pada
titik
untuk
suhu 40 0 C dan cawan petri diputar hingga
titik satu dengan titik
homogen, selanjutnya dilakukan inkubasi
acak
sampel
tanah
dengan
pengambilan
menghubungkan
cara
sampel),
di
Sampel tanah diambil pada rizosfer/area di
cendawan) selama 2 – 3 hari pada suhu
sekeliling akar tanaman mete dengan
ruang 25 – 270C. Hifa yang tumbuh
kedalaman
kemudian diamati dan dipindahkan ke
cm
dengan
(tempat
media
lima tanaman mete dicampur (komposit)
diidentifikasi,
dan diambil ± 100 gram, kemudian tiap-
dilakukannya tiga kali ulangan (Proborini,
tiap titik pengambilan sampel yang lainya
2002).
cara yang sama.
Total
(reisolasi),
inkubasi
menggunakan skop. Sampel tanah dari
(sampai titik ke lima) dilakukan dengan
baru
enkas
masing-masing
yang lainnya diberikan jarak ± 200 meter.
10-20
dalam
tersebut
pada
koloni
selanjutnya
penelitian
cendawan
ini
yang
tumbuh pada media PDA, akan tampak warna
awal
yaitu
berwarna
putih,
kemudian diamati, dipilih yang dianggap
JURNAL SIMBIOSIS I (2): 85- 101 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
memiliki
ciri-ciri
Dihitung
total
menggunakan
sperti
cendawan.
koloni
rumus.
ISSN : 2337-7224 September 2013
dengan
Rumus
yang
digunakan untuk menghitung total koloni cendawan yaitu: Jumlah cendawan
= Jumlah koloni per
Rumus : Keterangan : V = Varian M = Mean/rata-rata individu N = Jumlah spesies X = Jumlah individu masingmasing spesies (Odum, 1993).
cawan x1 Faktor_Pengenceran Dengan satuan CFU (Colony Forming
Hasil dan Pembahasan
Units) (Kawuri dkk, 2007).
Hasil Total Koloni Cendawan Hasil perhitungan total koloni di
Penyebaran Jenis Cendawan Untuk jenis-jenis
mengetahui cendawan
penyebaran
rizosfer perkebunan jambu mete pada
rizosfer
lokasi Karangasem adalah antara 33,6 x
di
perkebunan jambu mete pada kedua lokasi
103 - 35 x
CFU/g,
sedangkan
(Sukadana
lokasi Buleleng 22,6 x 10 3
- 37,6 103
Karangasem
dan
Sendang
103
Buleleng) dapat digunakan seperti rumus
CFU/g. Data selengkapnya ditampilkan
pola penyebaran yang ada dibawah ini :
pada Tabel 3 di bawah ini :
Tabel 1.Total rata-rata koloni cendawan pada semua titikpada kedua lokasi (Karangasem dan Buleleng) Lokasi Sampel/Total Rata-rata Koloni Karangasem
Total Koloni (CFU/g)
Buleleng
Total Koloni (CFU/g)
KM1
35 x 10 3
BL1
35,3 x 103
KM2
33,3 x 103
BL2
22,6 x 103
KM3
34 x 10 3
BL3
34,3 x 103
KM4
32,6 x 103
BL4
36 x 103
KM5
34,3 x 103
BL5
37,6 x 103
Keterangan : KM1 = Karangasem titik 1 KM2 = Karangasem titik 2 KM3 = Karangasem titik 3 KM4 = Karangasem titik 4 KM 5 = Karangasem titik 5
BL1 BL2 BL3 BL4 BL5
= = = = =
Bulelelng titik 1 Bulelelng titik 2 Bulelelng titik 3 Bulelelng titik 4 Bulelelng titik 5
JURNAL SIMBIOSIS I (2): 85- 101 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
ISSN : 2337-7224 September 2013
Hasil penelitian menunjukan data
Menurut
Tarigan
(1988)
tertinggi dan terrendah rata-rata total
pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh
koloni cendawan yang tumbuh di cawan
lingkungan, baik faktor biotik maupun
petri
abiotik. Salah satu faktor lingkungan yang
pada
Karangasem
masing-masing dan
lokasi
Buleleng
dengan 3
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
menggunakan pengenceran 10 . Total
mikroorganisme
koloni cendawan tertinggi terdapat pada
tanah) adalah ketersediaan nutrisi yang
KM5 (lokasi Karangasem titk 5) sebesar
dapat menunjang kehidupannya. Menurut
34,3 x 10 3
CFU/g dan BL5 (lokasi
Purwaningsih (2005) kesuburan tanah
Buleleng titk 5) sebesar 37,6 x 103 CFU/g.
dapat diprediksi dari jumlah populasi
Total cendawan terendah terdapat pada
mikroba
KM4 (lokasi Karangasem titik 4) yaitu
Tingginya jumlah mikroba merupakan
32,6 x 10
3
CFU/g dan BL2 (lokasi
pertanda
yang
(khususnya
hidup
tingginya
cendawan
di
dalamnya.
tingkat
kesuburan
Buleleng titik 2) yaitu 22,6 x 103 CFU/g
tanah, karena mikroba berfungsi sebagai
(Tabel 1). Tinggi dan rendahnya total
perombak
koloni cendawan yang didapat pada lokasi
nutrien yang tersedia bagi tanaman, di
Karangasem dan Buleleng, disebabkan
dalam tanah terkandung cukup bahan
karena tidak meratanya penyebaran spora
organik
cendawan pada saat pengambilan sampel
pertumbuhan mikroba. Kelembaban tanah
tanah dimasing-masing titik tersebut. Hasil
berpengaruh pada aerasi, suhu dan reaksi
pengamatan lapangan dan hasil analisis
di dalam tanah.
tanah
Hasil Identifikasi Cendawan
yang
telah
diujikan
dapat
mempengaruhi total koloni cendawan yang
senyawa
dan
organik
senyawa
Berdasarkan
lainnya
hasil
menjadi
untuk
identifikasi
didapatkan pada kedua lokasi. Hal ini
cendawan yang ditemukan pada lokasi di
karena faktor lingkungan dan ketersediaan
Karangasem 9 spesies dan di Buleleng 9
unsur hara pada masing-masing titik yang
spesies,
berperan terhadap pertumbuhan cendawan
ditampilkan pada table 2 di bawah ini:
tersebut.
data
selengkapnya
dapat
JURNAL SIMBIOSIS I (2): 85- 101 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
ISSN : 2337-7224 September 2013
Tabel 2.Jenis dan jumlah cendawan yang ditemukan pada kedua lokasi (Karangasem dan Buleleng)
Cendawan yang ditemukan pada
K), tekstur tanah, pH tanah kelembaban,
kedua lokasi (Sukadana Karangasem dan
dan suhu menunjukan hasil yang berbeda
Sendang Buleleng) spesies yang diperoleh
pada kedua lokasi tersebut.
adalah sebelas 11. Lokasi di Sukadana
Berdasarkan hasil analisis tanah
Karangasem Sembilan 9 spesies dan lokasi
pada kedua lokasi, ketersediaan unsur hara
Sendang Buleleng Sembilan 9 spesies,
(C, N, P, dan K) dapat pula mempengaruhi
tetapi yang dapat membedakan kedua
keberadaan mikroorganisme (cendawan
lokasi
tanah).
tersebut
adalah
spesies
dari
Hal
ini
karena
beberapa
cendawannya (lokasi Karangasem terdapat
mikroorganisme memiliki peranan penting
Aspergilus flavus dan Penicilium citrinum,
di dalam tanah untuk penyediaan maupun
sedangkan
Aspergilus
penyerapan unsur hara bagi tanaman. Tiga
Fusarium
unsur hara penting bagi tanaman, yaitu
di
parasiticus sporotrichioides).
Buleleng dan
Berdasarkan
hasil
penelitian pada Tabel 2 menunjukkan,
Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba.
bahwa terjadi keanekaragaman jumlah dan
Menurut
Wahyuaskari
(2010)
jenis spesies di kedua lokasi (Karangasem
unsur hara N tersedia melimpah di udara ±
dan Buleleng). Keanekaragaman jenis dan
74%, tetapi N di udara tidak dapat
jumlah cendawan dipengaruhi oleh faktor
langsung dimanfaatkan tanaman. Unsur N
lingkungan di kawasan perkebunan jambu
harus ditambat atau difiksasi oleh mikroba
mete pada kedua lokasi tersebut. Faktor
dan
lingkungan yang mempengaruhi tersebut
ketertersediaan
meliputi analisis tanah yang telah diujikan
satunya amoniak (NH3) menjadi nitrat
seperti : ketersediaan unsur hara (C, N, P,
(HNO3). Mikroba penambat N ada yang
diubah
bentuknya bagi
tanaman,
menjadi salah
JURNAL SIMBIOSIS I (2): 85- 101 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
ISSN : 2337-7224 September 2013
bersimbiosis (Rhizobium sp.) dan ada pula
pada lokasi Buleleng tidak ditemukan
nonsimbiosis (hidup bebas) (Pseudomonas
cendawan Aspergilus flavus, tetapi pada
sp.). Mikroba tanah lain yang berperan di
lokasi
dalam penyediaan unsur hara adalah
cendawan Aspergilus parasiticus dengan
mikroba pelarut fosfat (P) (Aspergilus sp.
jumlah (3 koloni). Hal ini karena A. flavus
dan Penicilium sp.) dan kalium (K).
lebih
Mikroba
lingkungan
yang
melarutkan
berkemampuan P,
umumnya
tinggi
Sendang
Buleleng
mampu
ditemukan
berkompetisi
yang
pada
lebih
ekstrim
juga
(berdasarkan hasil analisis tanah) yaitu di
berkemampuan tinggi dalam melarutkan
Sukadana Karangasem dibandingkan di
K. Kelompok mikroba lain yang juga
Sendang Buleleng, sebaliknya cendawan
berperan dalam penyerapan unsur hara.
Aspergilus parasiticus yang lebih mampu
Menurut Jeger (2001) populasi mikrorganisme
baik
yang
berkompetisi di Sendang Buleleng.
bersifat
Menurut Scheidegger dan Payne
antagonis, patogen, maupun saprofit dapat
(2003)
menambah keanekaragaman spesies di
cendawan
saprofit
dalam tanah. Menurut Barker and Weeks
umumnya
memiliki
(1991)
tersebut
sebagai
rizosfer
terdapat dalam sisa-sisa tumbuhan maupun
menyebabkan perbedaan keanekaragaman
binatang. Menurut Hedayati et al. (2007)
spesies dan populasi cendawan. Tekstur
Aspergillus flavus tersebar luas, karena
tanah yang didominasi oleh fraksi lempung
produksi konidianya yang dapat tersebar
(clay)
jumlah
melalui udara dan melalui serangga, selain
sedikit
itu
selain
perbedaan
faktor-faktor
lokasi
biasanya
mikroorganismenya
dan
mengandung lebih
Aspergillus
pendaur
flavus di
tanah,
peranan
ulang
pertumbuhannya
merupakan pada penting
nutrisi
yang
dipengaruhi oleh
dibandingkan kondisi tanah dengan tekstur
kadar air, oksigen, dan ketersediaan unsur
berpasir.
hara. Menurut Rukmana dkk., (1997)
Ditemukan penelitian
yaitu
pada genus
kedua
lokasi
Aspergilus
cendawan
Aspergillus
parasiticus
merupakan cendawan yang dapat merusak
diantaranya A. niger, A. flavus, dan A.
bahkan
merugikan
parasiticus. Berdasarkan hasil penelitian
Abbas (2005) cendawan yang termasuk
pada Tabel 2 cendawan Aspergilus flavus
dalam genus Aspergillus sangat dikenal
hanya ditemukan pada lokasi Karangasem
karena peranannya sebagai patogen pada
yaitu dengan total (20 koloni), sedangkan
tanaman
dan
tanaman.
kemampuannya
Menurut
untuk
JURNAL SIMBIOSIS I (2): 85- 101 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
ISSN : 2337-7224 September 2013
menghasilkan aflatoksin pada tanaman
beradaptasi pada aw (activity water (0,8
yang terinfeksi.
aw) yang lebih rendah, sehingga mampu
Cendawan Aspergilus niger di temukan lebih banyak pada kedua lokasi
berkembang lebih cepat dibandingkan dengan Penicillium.
(khususnya jumlah lebih banyak terdapat pada
lokasi
Sendang
Buleleng).
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel
2
cendawan
Botrytis
cinera
Banyaknya cendawan ini ditemukan di
ditemukan pada kedua lokasi yaitu di
lokasi
Karangasem
Sendang
Buleleng,
karena
yaitu
dengan
total
(31
cendawan ini lebih mampu berkompetisi di
koloni), dan di Buleleng (11 koloni).
lingkungan tersebut. Hasil analisis tanah di
Perbedaan jumlah cendawan ini yang
Buleleng menunjukan hasil yang lebih
ditemukan
baik dibandingkan di Karangasem, hal ini
disebabkan karena perbedaan lokasi yang
juga
meliputi
dapat
mempengaruhi
dominasi
pada
kedua
perbedaan
lokasi
dapat
lingkungan,
cendawan ini lebih banyak di lokasi
ketersediaan unsur hara (C, N, P, K), dan
Buleleng.
dapat disebabkan pada saat sampling di
Menurut Syarief
(2003)
lokasi Karangasem spora cendawan ini
kompetisi yang dilakukan oleh cendawan
lebih banyak dari pada di Buleleng.
ini
mengeluarkan
Menurut Williamson dkk., (2007) secara
metabolit sekunder yang bisa menghambat
umum cendawan Botrytis cinera dapat
pertumbuhan cendawan lainnya, sehingga
menyebabkan penyakit Grey mold pada
cendawan ini dapat mengabsorbsi nutrisi
tanaman. Bagian tanaman yang terkena
yang lebih banyak, dan menyebabkan
cendawan ini akan menjadi nekrosis dan
pertumbuhannya lebih cepat. Menurut
berubah warna dari kecokelatan hingga
Waty (2012) ketersediaan unsur hara C, N,
kehitaman.
yaitu
dengan cara
dkk.,
dan K yang rendah, tetapi Aspergilus niger
Berdasarkan hasil penelitian pada
mampu hidup dikarenakan cendawan ini
Tabel
mampu melarutkan posfat sebagai sumber
sphaeospermum ditemukan pada kedua
nutrisi bagi cendawan ini dan tanaman.
lokasi yaitu pada lokasi Karangasem
Menurut
(2006)
dengan total (6 koloni), sedangkan di
cendawan yang termasuk dalam genus
Buleleng (8 koloni). Hal ini karena
Aspergillus memerlukan temperatur yang
meratanya penyebaran spora cendawan ini
lebih
Pitt
tinggi
and
(45 0C),
Hocking
tetapi
mampu
2
cendawan
Cladosporium
di tanah pada kedua lokasi tersebut dan
JURNAL SIMBIOSIS I (2): 85- 101 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
cendawaan Menurut
ini
bersifat
Gandjar
(1999)
memiliki sebaran
luas
ISSN : 2337-7224 September 2013
kosmopolit.
ini dapat menyebabkan penyakit layu pada
spesies
tanaman.
dan
ini
berperan
Berdasarkan hasil penelitian pada
sebagai penyerangan sekunder pada semua
Tabel 2 cendawan dari genus Penicilium
tanaman. Spesies ini telah diisolasi dari
ditemukan pada kedua lokasi yaitu di
tanah, udara, dan biji-bijian.
Sukadana Karangasem dan di Sendang
Cendawan
Fusarium
Buleleng
diantaranya
sporotrichioides hanya ditemukan pada
brevicompactum,
lokasi di Sendang Buleleng dengan total (2
chrysogenum. Penicilium brevicompactum
koloni), sedangkan di lokasi Sukadana
ditemukan pada kedua lokasi yaitu pada
Karangasem
Tidak
lokasi Karangasem (17 koloni) dan di
ditemukannya cendawan ini di Sukadana
Sendang Buleleng (32 koloni), hal ini
Karangasem, dapat disebabkan karena
karena penyebaran spora cendawan ini
sporanya tidak tersebar, kemungkinan
lebih
cendawan ini tidak mampu berkompotisi
dibangdingkan di Karangasem. Cendawan
pada lingkungan yang lebih ekstrim, serta
ini bersifat kosmopolit yang tersebar luas
ketersediaan unsur hara dan keadaan
di kedua lokasi tersebut. Menurut Scott et
lingkungan di Sukadana Karangasem.
al., (2007) cendawan ini umumnya dapat
Berdasarkan
hasil
diisolasi dari debu. Keberadan spesies ini
menunjukan
bahwa
tidak
ditemukan.
analisis kadar
tanah air
di
pada
banyak
kedua
P.
Penicilium
terdapat
lokasi,
citrinum,
di
P.
Buleleng
karena
dapat
Karangasem sangat rendah dibandingakn
terkontaminasi dari debu maupun tanah,
di Buleleng, sehingga pada lokasi ini tidak
mampu mendegradasi serat selulose, dan
ditemukan cendawan ini. Berdasarkan
material lain yang kaya akan selulose.
hasil analisis tanah berkaitan dengan
Cendawan
keberadaan
mikotoksin (Mycophenolic Acid (MPA)
cendawan
Fusarium
ini
sporotrichioides pada lokasi Buleleng,
yang
karena kadar air di lokasi ini lebih banyak
immunosuppressive.
dapat
digunakan
memproduksi
sebagai
dibandingkan di Karangasem, sehingga
Berdasarkan hasil penelitian pada
cendawan ini mampu menyerap air melalui
Tabel 2 cendawan Penicilium citrinum
berkas pengangkut (xylem) dari tanaman
hanya ditemukan pada lokasi Karangasem
mete
menunjang
(29 koloni) sedangkan pada lokasi di
kehidupannya, diketahui bahwa cendawan
Buleleng tidak ditemukan, hal ini karena
yang
dapat
JURNAL SIMBIOSIS I (2): 85- 101 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
P.
citrinum
mempunyai
ISSN : 2337-7224 September 2013
kemampuan
menyebabkan penyakit pada tanaman dan
berkompetisi pada lingkungan yang lebih
diketahui sebagai penghasil metabolit
ekstrim (di Karangasem dibandingkan di
sekunder telah digunakan dalam beberapa
Buleleng), selain itu penyebaran spora
produk
spesies ini sedikit, sehingga pada saat
antibiotik.
sampling kemungkinan sporanya tidak ikut terambil.
Menurut
P.citrinum
merupakan
kimia,
termasuk
Berdasarkan hasil penelitian pada
(2010)
Tabel 2 cendawan Rhizopus stolonifer
mirkoorganisme
ditemukan pada kedua lokasi Karangasem
yang mempunyai pertumbuhan relatif
dengan total (15 koloni) dan Buleleng (42
cepat,
koloni). Pada lokasi Buleleng total koloni
serta
menekan
Cayanto
komersial
mempunyai
kemampuan
mikroorganisme
lain
(berkompetisi).
kemungkinan penyebaran spora ini sangat
Berdasarkan penelitian pada Tabel 2
cendawan
cendawan ini sangat banyak ditemukan,
Penicilium
chrysogenum
banyak
dibandingkan
Karangasem.
Menurut
pada
lokasi
Gandjar
dkk.,
ditemukan pada kedua lokasi yaitu di
(1999) spesies ini tersebar luas di daerah
Sukadana Karangasem (5 koloni) dan di
tropis dan sub tropis, cendawan ini
Sendang Buleleng (22 koloni), hal ini
terdapat dalam tanah yang mengandung
karena penyebaran spora cendawan ini
bahan organik, sehingga dapat mengalami
lebih
Buleleng
proses pelapukan. Menurut Alexander
Karangasem.
(1976) Cendawan dari genus Rhizopus
Penyebaran spora cendawan ini meliputi
tergolong dalam kelompok hemiselulotik
keadaan
lokasi
dan selulotik, karena Rhizopus dapat
Buleleng (berkaitan dengan hasil analisis
merombak lignin, lemak, selulosa, dan
tanah). Cendawan ini bersifat ini mampu
karbohidrat yang terdapat pada bahan
hidup di tempat yang ekstrim dan bersifat
organik tersebut.
banyak
dibangdingkan
terdapat
di
di
dilingkungan
pada
kosmopolit (tersebar luas) di kedua lokasi
Berdasarkan hasil penelitian pada
tersebut. Spesies ini ditemukan pada kedua
Tabel
lokasi, karena mudah disiolasi dari rizosfer
racemosum ditemukan pada kedua lokasi
tanah,
di
di Sukadana Karangasem (8 koloni) dan di
lingkungan (di dalam ruangan maupun di
Sendang Buleleng (6 koloni). Pada kedua
luar ruangan). Menurut Gandjar dkk.,
lokasi ditemukannya spesies ini karena
(1999)
dapat berkompetisi pada lingkungan yang
serasah
genus
dedaunan,
Penicilium
serta
dapat
2
cendawan
Synchephalastrum
JURNAL SIMBIOSIS I (2): 85- 101 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
ISSN : 2337-7224 September 2013
berbeda dan dapat disiolasi dari tanah.
mikroorganisme antagonis pada daerah
Menurut Gandjar dkk., (1999) spesies ini
rizosfer dapat menghambat persebaran dan
bersifat saprofit, banyak ditemukan di
infeksi akar oleh patogen, keadaan ini
daerah tropis maupun subtropis, yang
disebut
mudah diisolasi dari tanah, dan serasah
Mikroba
dedaunan. Spesies ini memiliki suhu
dikembangkan sebagai agen pengendalian
pertumbuhan 170 - 400C.
hayati. Selain sebagai agen antagonis,
Menurut Hyakumachi and Kubota
hambatan antagonis
mikroorganisme
alamiah
mikroba.
sangat
potensial
tanah
juga
pertumbuhan
dapat
(2003) cendawan tanah yang berada di
mempengaruhi
tanaman
rizosfer merupakan salah satu kelompok
dengan memproduksi senyawa-senyawa
mikroba yang telah dilaporkan dapat
stimulat pertumbuhan seperti auksin dan
menginduksi ketahanan tanaman terhadap
fitohormon.
berbagai penyakit, baik penyakit terbawa
Hasil perhitungan pola penyebaran
tanah maupun penyakit terbawa udara.
pada keanekaragaman jenis cendawan di
Menurut Chanway (1997) keberadaan
Sukadana Karangasem mendapatkan hasil
cendawan
(0,85),
di
rizosfer
tanah
dapat
angka
tersebut
berarti
membantu pertumbuhan tanaman melalui
penyebarannya
berbagai mekanisme seperti: peningkatan
(Michael (1994) penyebaran teratur atau
penyerapan nutrisi, sebagai kontrol biologi
seragam adalah jumlah spesies yang
terhadap serangan patogen, dan juga
terdapat
menghasilkan hormon pertumbuhan bagi
komunitas. Penyebaran seragam terjadi
tanaman. Menurut Baker and Cook (1974)
apabila
secara alami tanah memiliki potensi
sehingga menimbulkan kompotisi yang
mikroorganisme yang mampu menekan
mendorong pembagian ruang hidup yang
perkembangan
tanah.
sama. Hasil perhitungan pola penyebaran
Sebagian besar mikroorganisme antagonis
cendawan di lokasi Sendang Buleleng
tersebut
mendapatkan hasil (1,03). angka tersebut
patogen
hidup
dalam
sebagai
saprofit.
pada
ada
seragam.
tempat
tertentu
persaingan
yang
dalan
keras,
Kemampuan organisme dalam beradaptasi
berarti
terhadap berbagai keadaan lingkungan
Menurut
merupakan potensi besar untuk digunakan
secara mengelompok merupakan pola
sebagai agen pengendali hayati. Menurut
yang sering ditemukan di alam, karena
Waksman,
beberapa spesies tertentu yang hidupnya
(1952)
keberadaan
penyebarannya
Menurut
Michael
mengelompok.
(1994)
penyebaran
JURNAL SIMBIOSIS I (2): 85- 101 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
ISSN : 2337-7224 September 2013
selalu ada dalam kelompok-kelompok
oleh tekstur tanah. Perbedaan tekstur tanah
untuk
pada
mencakup
kebutuhannya
yang
kedua
lokasi
tersebut
meliputi
disebabkan oleh faktor lingkungan tekstur
ketersediaan unsur hara yang terkandung
tanah,
di
ketersediaan
unsur
hara,
pH,
kelembaban, dan ketersediaan air. Hasil penelitian pada penyebaran
dalamnya,
sehingga
mempengaruhi
kesuburan
Kesuburan
sangat
tanah
tanah.
berpengaruh
cendawan di tanah baik secara seragam
terhadap
maupun mengelompok, hal tersebut dapat
dalam tanah (khususnya cendawan tanah)
disebabkan
karena
dari
tergantung terhadap ketersediaan unsur-
lingkungan
pada
lokasi
unsur yang dapat dimanfaatkan untuk
pengaruh kedua
keberadaan
dapat
mikroorganisme
pengambilan sampel. Rao (1994) semua
menunjang
faktor lingkungan yang mempengaruhi
tanah
penyebaran mikroorganisme (cendawan)
keberadaan mikroorganisme pada tanah,
dalam tanah. Banyaknya jumlah cendawan
karena
di
oleh
menghancurkan limbah organik, fiksasi
kandungan bahan organik,
nitrogen, pelarutan fosfat, merangsang
dalam
banyaknya oksigen
tanah
dan
dipengaruhi
karbondioksida
dalam
kehidupannya.
sangat
berpengaruh
dapat
pertumbuhan,
Kesuburan terhadap
berperan
membantu
untuk
penyerapan
atmosfer tanah pada kedalaman yang
unsur hara, dan hasil perombakan dari
berbeda-beda.
mikroorganisme
Menurut Isroi (2006) perbedaan
dimanfaatkan oleh tanaman.
pada kedua lokasi, terutama dipengaruhi
1
2
3
dalam
4
tanah
dapat
JURNAL SIMBIOSIS I (2): 85- 101 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
ISSN : 2337-7224 September 2013
5
6
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 12.
7
Keterangan Gambar Makroskopis A. flavus Mikroskopis A. flavus Makroskopis A. niger Mikroskopis A. niger Makroskopis A. parasiticus Makroskopis A. parasiticus Makroskopis Botrytis cinera Mikroskopis B. cinera Makroskopis C. sphaeospermum Mikroskopis C. sphaeospermum Mikroskopis C. sphaeospermum Makroskopis F. sporotrichoides
Kesimpulan
8
No 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Keterangan Gambar Mikroskopis F. sporotrichoides Mikroskopis F. sporotrichoides Makroskopis P. brevicompactum Mikroskopis P. brevicompactum Makroskopis P. citrinum Mikroskopis P. citrinum Makroskopis P. chrysogenum Mikroskopis P. chrysogenum Makroskopis R. stolonifer Mikroskopis R. stolonifer Makroskopis S. racemosum Mikroskopis S. racemosum
1. Rata-rata total koloni cendawan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan
di Sukadana Karangasem adalah
sebagai berikut :
32,6
x 103 CFU/g - 35 x 103
CFU/g, sedangkan di Sendang
JURNAL SIMBIOSIS I (2): 85- 101 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
ISSN : 2337-7224 September 2013
Bulelelng 22,6 x 103 CFU/g 37,6 x 10-3 CFU/g.
Saran 1. Diperlukan penelitian lebih lanjut
2. Cendawan yang teridentifikasi
untuk
pada rizosfer mete di kedua
cendawan
lokasi
sehingga
(Karangasem
dan
eksplorasi
jenis-jenis
tanah secara periodik, dapat
diketahui
jenis
Buleleng)
yaitu sebanyak 11
cendawan apa yang lebih dominan
spesies.
Lokasi
di daerah tersebut.
Sukadana
Karangasem terdapat sembilan 9 spesies yaitu Aspergilus niger, A.
Daftar Pustaka
flavus,
Abbas, H. K. 2005. Aflatoxin and Food Safety. CRC Press, Taylor & Francis Group: London. Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi 3 (tiga). Terjemahan oleh Munsir Busnia, Gadjah Mada Umniversity Press. Yogyakarta. Altas Indonesia dan Dunia. 2007. Edisi 33. Pustaka Agung Harapan. Surabaya. Baker KF, RJ Cook. 1974. Biological Control of Plant Pathogens. WH. Freeman: San Francisco. Barker, K.R. and W.W. Weeks. 1991. Relationships between soil and levels of Meloidogyne incognita and tobacco yield and quality. Journal of Nematology 23(1): 8290 Cayanto, D. 2010. Uji Mikroba Aspergillus niger dan Penicillium citrinum Sebagai Mikroba Antagonis terhadap Patogen Embun Tepung (Podosphaera leucotricha) Tanaman Apel Secara in vitro. http://www.shvoong.com. Chanway, C.P. (1997). Inoculation of Tree Roots with Plant Growth Promoting Bacteria: An Emerging technology for reforestation,Forest Science. Darmawijaya,M. 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Botrytis
Cladosporium
cinera,
sphaeospermum,
Penicilium brevicompactum, P. citrinum,
P.
Rhizopus
chrysogenum,
stolonifer,
Synchephalastrum
dan
racemosum.
Lokasi Sendang Buleleng juga terdapat Sembilan 9 spesies yaitu Aspergilus niger, A. parasiticus, Botrytis cinera, Cladosporium sphaeospermum,
Fusarium
sporotrichoides,
Penicilium
brevicompactum, chrysogenum,
P. Rhizopus
stolonifer, dan Synchephalastrum racemosum. 3. Tingkat penyebaran jenis-jenis cendawan Karangasem
di adalah
Sukadana tergolong
seragam (0,85) dan di Sendang Buleleng mengelompok (1,03).
tergolong
JURNAL SIMBIOSIS I (2): 85- 101 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
Gandjar, I., R. A. Samson, K. T. Vermeulen, A. Oetari. I. Santoso. 1999. Pengenalan Kapang Topik Umum. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Gandjar, Indrawati & Wellyzar Sjamsuridzal. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Hanafiah. K. A., Iswandi A., A. Napoleon dan Nuni G. 2005. Biologi Tanah dan Limbah. Jakarta. Hedayati, M. T., Pasqualotto, A. C., Warn, P. A., Bowyer, P., Denning. D. W. 2007. Aspergillus flavus : human pathogen, allergen, and mycotoxin producer. Microbiology 153: 16771692. Hyakumachi, M and M Kubota. 2003. Fungi as plant growth promoter and disease suppressor. Pp. 101110 In: Fungal Biotechnology in Agricultural, Food and Environmental Application. Arora D. K. (ed) Marcel Dekker. Isroi. S. 2006. Penelitian Mikroba. Balai Pertanian Bioteknology. Bogor. http://
[email protected];Isroi@ Ipard.co [ 10 April 2007] Jeger MJ. 2001. Biotic interaction and plant-pathogen association. In: Jeger MJ, Spence NJ. Biotic Interaction in Plant. Pathogen Association. CABL publishing: New York (USA). Kawuri, R., Y. Ramona., I.B.G Darmayasa. 2007. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Umum Untuk Study Farmasi F MIPA UNUD. Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi F MIPA Universitas Udayana. BukitJimbaran Laboratorium Ilmu Tanah. 2011. Fakultas Pertanian. UNUD. Denpasar-Bali. Michael, P. E., 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan
ISSN : 2337-7224 September 2013
Laboratorium.Universitas Indonesia, Jakarta. Novriani dan A. Madjid. 2009. Dasardasar Ilmu Tanah. Prospek Pupuk Hayati Mikoriza. Bahan Kuliah Untuk Mahasiswa Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya Perss: Malang. Odum, E.P, 1993. Dasar-dasar ekologi. Edisi ketiga. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Pitt, J. I., A. D. Hocking. 2006. Penicillium and related genera. Di dalam: C. W. Blackburn (ed). Food Spoilage Microorganisms. Woodhead: CRC Press. Proborini, M. W. 2002. Penuntun Praktikum Mikologi. Laboratorium Taksonomi Tumbuhan dan Mikologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Universitas Udayana . Bukit Jimbaran. Purwaningsih, Sri. 2005. Isolasi, Enumerasi, dan Karakterisasi Bakteri Rhizobium dari Tanah Kebun Biologi Wamena, Papua. Jurnal Biodiversitas.Vol.6(2)8284. Rao, N.S.S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Edisi kedua Penerbit Universitas Indonesia, UI Press. Jakarta. Rukmana, Rachmad dan Saputra. 1997. Penyakitpenyakit tanaman Hortikultura dan Teknik Pengendalian. Kanisius :Yogyakarta. Scheidegger ,K. A., Payne, G. A. 2003. Unlocking the secrets behind secondary metabolism: a review of Aspergillus flavus from pathogenicity to functional genomics. Journal Toxicol. 22: 423 – 459. Scott, J.A. Bess Wong, Richard C. Summerbell, and Wendy A. Untereiner. 2007. A. survey of Penicillium brevicompactum and
JURNAL SIMBIOSIS I (2): 85- 101 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
P. biolowiezense from indoor environments, with commentary on the taxonomy of the P.brevicompactum group 1. Botany 86: 732-741 Syarief, R., L. Egad an C.C Nurwitri. 2003. Mikotoksin Bahan Pangan. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor. Tarigan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. : Depdiknas. Jakarta. Wahyuaskari 2010. Habitat Mikroba Di Tanah Available : http://wahyuaskari.wordpress.com/ akademik/tanah-sebagai-habitat mikroorganisme/pengaruhmikroba-terhadap-pertumbuhantanaman/ Opened : 01.06.2013 Waksman SA. 1952. Soil Mikrobiology. John Willey & John: New York. Waty. R. 2012. Potensi Aspergillus niger dan Penicillium spp. Sebagai Endosimbion Pelarut Fosfat Pada Akar Serealia (Skirpsi). Institut Pertanian Bogor: Bogor. Williamson B., B. Tudzynski, P. Tudzynski, J.A. Kan. 2007 Botrytis cinerea: The Cause of Grey Mould disease. Mold Plant Pathol. 8(5):561-580
ISSN : 2337-7224 September 2013