strategi dan teknik strategi dan teknik beracara dalam ... - ELSAM

STRATEGI DAN TEKNIK. STRATEGI DAN TEKNIK. BERACARA DALAM. BERACARA DALAM .... Tahapan proses: ajudikasi. • Sebagai produk dari sidang -sidang pengadil...

20 downloads 506 Views 1MB Size
STRATEGI DAN TEKNIK BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA Dr.Luhut M.P. Pangaribuan,S.H.,LL.M. Dr Luhut M P Pangaribuan S H LL M Dosen Praktik Peradilan Pidana  dan Pascasarjana FHUI Ketua Dewan Kehormatan DPP‐IKADIN Wakil Ketua Umum DPN PERADI Anggota Dewan Kehormatan Pusat PERADI

I Strategi Beracara Dalam I. Peradilan Pidana

1.

Pengertian Hukum Acara Pidana dan SPP



SPP adalah hukum acara pidana dalam arti yang luas sementara hukum acara pidana adalah SPP dalam arti sempit.



Menurut Wirjono Prodjodikoro hukum acara pidana (formil) selalu berhubungan erat dengan adanya hukum pidana (materil). Hukum acara pidana adalah ketentuan yang memuat cara bagaimana aparatur penegak hukum dalam SPP bertindak guna mencapai tujuan negara dengan m n d k n hukum mengadakan h k m pidana. pid n Dalam D l m hukum h k m pidana pid n diatur di t ”bila”, ”bil ” kepada k p d ”siapa” ”si p ” dan ”bagaimana” hakim dapat menjatuhkan pidana. Singkatnya, hukum acara pidana diadakan terbatas hanya untuk melaksanakan ketentuan hukum pidana saja.



Dewasa ini beberapa sarjana melihat bahwa konsekuensi dari pandangan yang sempit terhadap SPP akan melahirkan hukum acara pidana yang hanya berorientasi pada punishment semata. Pada hal seharusnya Hukum acara pidana diadakan untuk menegakkan keadilan, memberantas kejahatan dan mencegah h kejahatan. k j h t S b Sebagai i konsekuensi k k i logis l i dari d i pemikiran iki i i maka ini k hukum acara pidana berorientasi pada kesisteman, suatu sistem untuk menegakkan keadilan, memberantas kejahatan, dan mencegah kejahatan; bukan sebanyak-banyaknya memasukkan org ke penjara. Penerapan hukum acara p pidana sebagai g rangkaian g penegakkan p g hukum y yang g diarahkan untuk mencapai ketiga tujuan tersebut disebut sistem peradilan pidana.

2. SISTEM PERADILAN PIDANA PERJALANAN ORANG BEBAS MENJADI TERPIDANA Pra-P SPDP

Bisa disidik?

Upaya Paksa

Wewenang

(1) Orang bebas

SD

BAP

Wewenang

Penyidik/Penyelidik

Penyidik

Peristiwa Hukum Pidana

J-Peneliti

(3) Tersangka T k

(2) Saksi S k i

Pembuktian

Praperadilan

Putusa n

ST

Wewenang Hakim

Wewenang JPU

(5) Terpidana T id

Hak

Hak

Eksepsi

Pledoi

Surat Pengalihan/ Penangguhan Penahanan dengan jaminan uang atau jaminan orang dengan konpensasi uang

Pra-Ajudikasi

Tugas & Tanggung Jawab LP Hakim Wasmat

(4) Terdakwa T d k

Hak Surat Keberatan

Upaya Paksa

Remisi, Asimilasi & pelepasan bersyarat

P Pasca-Ajudikasi: Aj dik i Ajudikasi

terima atau upaya hukum, biasa & luarbiasa

3. SISTEM PERADILAN PIDANA: PROSES DILIHAT DARI PERISTIWA HUKUM Individu (warganegara): Dengan Advokat atau tidak (procureur stelling)

• Penetapan sebagai tersangka tertutup, tid k ada tidak d yang dapat d t dilakukan dil k k tsk. t k • Bahkan tidak ada mekanisme untuk mendapatkan informasi • Bila upaya paksa penahanan ditetapkan dapat mengajukan keberatan ke atasan penyidik • Atau mengajukan k pengalihan lh jenis penahanan atau penangguhan penahanan • Atau mengajukan praperadilan

• M Mengajukan j k “k b “keberatan” t ” t h d terhadap surat dakwaan • Mengajukan alat bukti a de charge • Mengajukan “pembelaan” terhadap surat tuntutan • Mengajukan duplik terhadap replik

Peristiwa Hukum

B kti permulaan Bukti l yang cukup k dan d bukti b kti yang cukup Laporan Polisi ditambah salah satu alat bukti (KPK, 2 alat bukti) Status: tersangka Tahapan proses:pra-ajudikasi

Bukti yang lengkap Dua alat bukti ditambah keyakinan Status: terdakwa Tahapan proses: ajudikasi

Negara: Penyidik (Polisi/Jaksa/ PPNS)/Penuntut Umum (Jaksa), mengadili (Hakim dan Hakim ad hoc) • Merupakan produk pemeriksaan d h l d prapenuntutan dan t t pendahuluan • Ditetapkan sepihak oleh penyidik • Dasar untuk menetapkan status sebagai tersangka dan atau menahan. • Sebagai tersangka dapat dikenakan upaya paksa tahanan (rutan, rumah dan kota) dan tindakan lain seperti wajib lapor • Sebagai dasar menyusun surat dakwaan

• S Sebagai b i produk d k dari d i sidang-sidang id id pengadilan • Ditetapkan oleh Hakim dan sebagai dasar untuk memutuskan bersalah dan menghukum • Alat-alat bukti itu adalah saksi, ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa

• menyampaikan “memori banding”

Ada kelalaian dalam penerapan hukum acara atau kekeliruan atau ada yang kurang lengkap (Pasal 240 ayat 1 KUHAP) Tahapan proses:banding

• menyampaikan sifatnya wajib

“memori

kasasi’

• menyampaikan permohonan PK

dan

Bila suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak sebagaimana mestinya; bila cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan Undang-undang; bila pengadilan telah melampaui batas wewenangnya (Pasal 253 ayat 1 KUHAP) Tahapan proses: kasasi

Apabila terdapat keadaan baru yang dapat menimbulkan dugaan kuat, bahwa jika keadaan baru itu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung hasilnya akan berupa putusan bebas atau lepas dan tuntutan Penuntut Umum tidak dapat diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan; apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah terbukti akan tetapi hal atau keadaan terbukti, sebagai dasar dengan alasan putusan yang dinyatakan telah terbukti itu, ternyata telah bertentangan satu dengan yang lain; apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim atau t suatu t kekeliruan k k li yang nyata t (Pasal (P l 263 ayat 2 KUHAP) Tahapan proses: PK

• Pemeriksaan dalam tingkat banding oleh Hakim Tinggi • “memori banding” oleh Penuntut Umum • Ditetapkan dan diputuskan oleh Hakim Tinggi • Pemeriksaan dalam tingkat kasasi oleh Hakim Agung • Jaksa dapat menyampaikan “kontra memori kasasi”

• Jaksa dapat hadir dan menyampaikan pendapatnya • Berita acara pendapat ditandatangani oleh Hakim PN, Jaksa, Pemohon, dan Panitera • Hakim Agung dalam tingkat PK menetapkan dan memutuskan

4. KONSEP DAN ASAS-ASAS • Crime-control model dan due process model • Pembuktian: dengan alat bukti (tmsk barang bukti) dan keyakinan. Bentuk pembuktian: bukti permulaan yang cukup, bukti yang cukup dan bukti yang “sempurna”. • Alat bukti bukti: ket saksi, ket ahli, surat, petunjuk, ket tsk/tdw. Petunjuk selain dpt diperoleh dari saksi, surat ket tsk/tdw dlm tipikor juga dari informasi dan dokumen (ps26A UUTPK). • Pemeriksaan pendahuluan (pra-ajudikasi): hasil “BAP” dan “SD”. BAP adalah dasar menyusun surat dakwaan. dakwaan • Pemeriksaan Pengadilan: strukturJudex factie dan Judex Jurist, proses non-adversary dan gabungan retry dan dokumen. • Sepuluh asas KUHAP: equality before the law; legalitas dalam upaya paksa; presumption of innocence; remedy and rehabilitation, fair, impartial, impersonal and objective; legal assitance; presensi; terbuka; pengawasan pelaksanaan putusan. • Asas-asas hukum umum: sumber hukum: hukum tertulis dan tidak tertulis serta doktrin dan yurisprudensi; disenting opinion; due process; tidak ada hukuman tanpa kesalahan; peradilan cepat, murah dan sederhana; judex factie-judex jurist; tidak menganut procureur stelling; hakim aktif (inquisitorial) dan mengadili dengan tiga hakim dengan pengecualian menurut UU (non adverserial); Hakim ad hoc dapat duduk bersama hakim disebut dengan judisial campuran; tidak menganut doktrin beyond reasonable doubt tapi dua alat bukti dengan keyakinan (negative wettelijk). )

5. PERADILAN HAM • Peradilan HAM: pelanggaran hak asasi manusia berat, genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan (Pasal 4 UU 2000:26) • Statuta Roma: International Criminal Court (ICC) • Komnas HAM Penyelidik, Penyelidik JA Penyidik dan Penuntut, Penuntut dan Pengadilan HAM (Pasal 18, Pasal 21 jo Pasal 23, Pasal 27) • Penahanan: penyidikan 90+90+60, penuntutan 30+20+20, pengadilan 90 30 90+30 • Penyidik, penuntut dapat ad hoc, dan majelis hakim ad hoc • Perlindungan saksi (Pasal 34 UU 2000:26 jo PP 2002:2) Kompensasi Restitusi dan Rehabilitasi • Ganti Rugi : Kompensasi,

6. PROSES PENDAHULUAN ( (Pra-Ajudikasi) j ) • Penyelidikan dan Penyidikan serta pra-penuntutan (KUHAP sbg lex generalis, UU Pengadilan HAM sbg lex spesialis). ) • Penyelidikan: tertutup, untuk mengidentifikasi suatu peristiwa hukum guna melihat apakah penyidikan dapat dilakukan • Penyelidik: KUHAP, setiap polisi; UU Pengadilan HAM, Komnas HAM. • Bukti permulaan: Polri, satu alat bukti ditambah laporan polisi • Penyidik: Polisi (min. Ipda & di bid.penyidikan min. 2 thn) dan PPNS (min. gol III/a & masa kerja min. 2 thn ) serta Jaksa Agung. • Penyidikan: membuat terang tindak pidana dan menemukan tersangka • Upaya paksa: juridis dan nesesitas

• Kontrol upaya paksa: pengalihan jenis tahanan, jjaminan: m orang g atau uang, g, atau jjaminan m orang g dengan kompensasi uang dan Praperadilan • Bentuk: interview, konfrontasi dan rekonstruksi • Alat bukti: a charge dan a de charge (Pasal 65 jo 116 ayat 3 dan 4 KUHAP jo 160 ayat 1c jo SEMA 1985:2) • Hasil akhir proses pendahuluan BAP dan sebagai dasar SD

7. Ajudikasi (Pengadilan): Judex Factie & Judex Jurist JJudex Jurrist

MK

Judex F Factie

PT

MA

PK

PTTUN

PMT

PTA

Banding & TK I Pamen Keatas

Pid PN Pdt Industrial

PTUN

PP

Anak

KPPU BPSK

PA

BKK Terkait : Arbitrase Arbitrase, KON, dst

PSI-NAD MASYARAKAT PENCARI KEADILAN

PM

PMU Banding untuk Pamen Keatas

PMP

• Judex Factie: Pengadilan Negeri dan Tinggi • Bentuk Pemeriksaan: biasa, biasa singkat, singkat dan cepat (tipiring dan lalu lintas) serta penggabungan perkara gugatan ganti rugi • Urutan proses: SD, Eksepsi, pendapat, Putusan sela, pembuktian; eksaminasi k d cross eksaminasi, dan k ST, Pledoi, Pl d replik, l k duplik, d l k Putusan P • Wajib mendengar keterangan yang menguntungkan (Pasal 65 jo 160 ayat (1)c KUHAP) • Pemeriksaan PT berdasarkan berkas termasuk memori dengan kemungkinan g mendengar g sendiri saksi ((Pasal 238 KUHAP)) • PT pertama-tama memeriksa apakah ada kelalaian penerapan hukum acara atau kekeliruan atau kurang lengkap (Pasal 240 KUHAP). K m di Kemudian apakah: k h: menguatkan m tk atau t m mengubah b h atau t m mb t lk membatalkan dan mengadakan putusan sendiri (Pasal 241 KUHAP)

• MA: J Judex J Jurist • Memori kasasi wajib (Pasal 248 KUHAP) • Putusan bebas sebagai pengecualian • A Ambigu bi MA sebagai b i Judex J d Jurist J i : Pasal P l 253 ayat (3), (3) 255, 256 KUHAP jo Pasal 50 UU 2004:5

8. SURAT RESMI ADVOKAT • Format normatif Surat Resmi tidak ada, tapi tertulis dan setelah dibacakan (kecuali memori) diserahkan • Surat Resmi (Produk Advokat): Praperadilan, Eksepsi, Pledoi, Duplik, dan Memori Banding • Eksepsi: (1) tidak berwenang, (2) SD tidak dapat diterima, (3) SD harus dibatalkan atau (4) opening statement • Aspek Peradilan: Fakta, Kesalahan, dan Hukum Pledoi (1) Pendahuluan, (2) Question of Fact Fact: deskriptif dan • Pledoi: preskriptif, (3) Question of Law: kecocokan fakta dg unsur delik, (4) Permohonan: lepas, bebas, klemensi • Memori banding tidak wajib dan berisi kelalaian dalam penerapan hukum, kekeliruan, atau kurang lengkap

9. UPAYA HUKUM LUAR BIASA



Pemeriksaan kasasi demi kepentingan hukum oleh JA (Pasal 259 KUHAP)



Peninjauan Kembali (“PK”)



Problem: PK oleh Jaksa



Grasi yaitu pengampunan berupa berupa: perubahan, peringanan, pengurangan atau penghapusan pelaks. pidana oleh Presiden dgn pertimbangan MA (Ps.1 jo Ps.4 ayat (1) UU No. 5/2010 jo UU No.22/2002 tentang Grasi)

10. LEMBAGA PEMASYARAKATAN • Napi

pengurangan masa pidana (remisi), sec. dib k dibaurkan d dengan masyarakat k t (asimilasi) ( i il i), &

berhak dpt

ekstramural k t l

pembebasan bersyarat (Ps.6 dan 14 UU LP dan PP No.28/2006)

• R Remisi isi : berkelakuan b k l k b ik; telah baik; t l h menjalani j l i 1/3 masa s pid id (tipikor (ti ik dan tipid tertentu)/ sdh menjalani pid selama 6 bulan (tipid.umum dan anak) • Asimilasi : berkelakuan baik; mengikuti program pembinaan dgn baik, telah menjalani 2/3 masa pid (tipikor dan tipid ) j pid selama 1/2 masa p p pid ((tipid.umum p dan tertentu)/menjalani anak) • Pembebasan bersyarat : telah menjalani masa pid sekurang2nya 2/3 dan d tdk dk krg k 9 bln; bl berkelakuan b k l k b k mendapat baik; d pertimbangan b Dirjen Pemasyarakatan (tipikor dan tipid tertentu)

II. Teknik Beracara Dalam Peradilan Pidana

A. Pengertian dan Ruang Lingkup 1.. Pengert Pengertian an Dalam memberikan pelayanan hukum oleh Advokat, secara teknis wawancara harus dilakukan dan terjadi pada pertemuan awal dengan klien Wawancara itu bersifat tertutup dan rahasia (vide, klien. (vide Pasal 19 UU Advokat jo Pasal 322 KUHP). Dalam proses wawancara itu mengikuti suatu bentuk dan teknik tertentu agar tercapai t c p i maksud m ksud dari d i Kode K d Etik Advokat Ad k t Indonesia Ind n si ((“KEAI”) KEAI”) dan d n UU Advokat khususnya antara lain tentang sumpah dan kepribadian Advokat (Pasal 4, 24 UU Advokat jo Pasal 3 butir a KEAI). Bentuk k wawancara dapat secara lisan l dan melalui l l alat l k komunikasi. k Namun, bila kasusnya individual bentuk wawancaranya adalah tatap muka karena seorang Advokat menurut kode etik harus mendengar sendiri keterangan dari klien.

2. Ruang Lingkup •

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi atau “alat bukti”.



Tujuan : ditemukan suatu pengetahuan dan pengertian yang sama (i) tentang kasusnya, (ii) tentang legal action yang akan dilakukan dan (iii) selanjutnya adanya keyakinan dan kepercayaan antara Advokat dan klien.



Hubungan g Profesi: Terjadinya j y suatu p pengertian, g , keyakinan y dan kepercayaan antara Advokat dan klien dengan ditandatanganinya persetujuan pelayanan hukum (“engagement letter”) dan SKK (vide, Pasal 19 ayat 1 UU Advokat) yang prosesnya mengikuti tahapan tahapan-tahapan tahapan diuraikan di bawah.

B Pertemuan Awal dan Persiapan Penanganan B.Pertemuan 1. Surat kuasa Apakah k h sudah d h pernah h memberikan b k surat kuasa k atas perkara yang sama (vide, Pasal 5 butir e,7 butir f KEAI) Bila sudah pernah maka agar diselesaikan terlebih dahulu (Pasal 5 butir e KEAI) 2. Persetujuan pelayanan hukum: ruang lingkup, handling lawyer, pelaporan p ((Pasal 1 butir f,, 4 butir d,, e,, f,, 7 butir i KEAI cost,, p jo Pasal 4, 21 UU Advokat) 3. Pernyataan tidak ada conflict of interest (Pasal 4 butir j KEAI jo j 15 UU Advokat) Ad k t)

C. Menemukan Substansi Kasus: Fakta-Fakta Fakta Fakta dan Hukum 1.

Kasus posisi berdasarkan informasi klien: lisan dan d k dokumen (P (Pasal l 4 butir b i h, h Pasal P l 15, 15 Pasal P l 19 UU Advokat): “Pertemuan”

2. Kasus posisi setelah:

- Interview dan investigasi untuk mendapatkan d tk alat-alat l t l t bukti b kti (saksi, ( k i ahli,surat, hli t incl Pasal 26A UU 20:2001, petunjuk) - Legal g research

3. Produk Advokat: “Pendapat Hukum Awal” (vide, Pasal 3 butir b ti a, 4 butir b ti g, 4 butir b ti b dan d c, 8 butir b ti g KEAI)

D. Legal Action 1. Mewakili dan atau mendampingi : Produk Advokat

“Surat Surat-Surat Surat

Resmi Advokat Advokat”

2. Retained untuk mempersiapkan dokumen dokumen-dokumen dokumen

hukum dan memberikan nasihat yang diperlukan : Pendapat hukum atas pertanyaan-pertanyaan spesifik. spesifik

3. Filing dan dokumentasi

E. Pelaporan

Perlu disepakati bentuk dan waktu pelaporan, termasuk lampiran-lampiran dokumen. dokumen Aslinya biasanya masih disimpan Advokat yang akan diserahkan setelah tuntas tugas g dan pelayanan hukum yang diberikan telah selesai (hak retensi).

Epilog dari

Fiat Justitia et Ruat Coellum

(keadilan harus ditegakkan, meskipun langit harus runtuh) ke

Fiat Justitia, ne Pereat Mundus

(keadilan harus ditegakkan agar dunia tidak hancur binasa)