STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF TENTANG PERSEPSI PARA GURU

Download (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Persepsi Para Guru Terhadap Tayangan. Little Miss Indonesia di SCTV). Efrat C Sipahutar. 100904135. AB...

0 downloads 583 Views 235KB Size
PERSEPSI PARA GURU TERHADAP TAYANGAN LITTLE MISS INDONESIA DI SCTV (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Persepsi Para Guru Terhadap Tayangan Little Miss Indonesia di SCTV) Efrat C Sipahutar 100904135 ABSTRAK Skripsi ini berjudul Persepsi para guru terhadap Tayangan Little Miss Indonesia di SCTV. Little Miss Indonesia merupakan salah satu tayangan pencarian bakat yang diikuti oleh finalis anak-anak perempuan yang masih berusia berkisar 3-7 tahun. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini ialah 8 orang guru Yayasan Perguruan Budaya Medan. Melalui pendekatan deskriptif kualitatif, peneliti ini berusaha memahami situasi, menafsirkan serta menggambarkan suatu peristiwa atau fenomena keadaan objek yang terjadi di masyarakat, dalam hal ini mengetahui persepsi para guru yang pernah menonton tayangan Little Miss Indonesia di SCTV. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis. Tayangan Little Miss Indonesia di SCTV ini suatu tayangan untuk meningkatkan potensi bakat anak. Hal ini karena setelah para finalis dipilih, mereka akan dikarantina di asrama untuk diberikan pelatihan-pelatihan berupa koreografi, olah vokal, penampilan, kepribadian, dan tata busana oleh para pelatih yang ahli di bidangnya. Tayangan Little Miss Indonesia ini menampilkan panggung dengan nuansa anak-anak perempuan. Tayangan pencarian bakat anak yang marak digelar stasiun-stasiun televisi merupakan sebuah ide yang sangat kreatif. Banyak bakat terpendam anak-anak dapat diasah untuk berkarya. Namun, pemakaian kostum anak-anak perempuan masih minim dan penanaman nilai-nilai kesopanan semakin berkurang. Peran dan arahan dari orang tua bahkan para guru mereka yang sangat dibutuhkan agar nilai kesopanan semakin baik ditanamkan pada anak dalam berpenampilan saat tampil di depan penonton. Kata Kunci : Little Miss Indonesia, Perspektif Budaya, SCTV, Persepsi PENDAHULUAN Televisi merupakan salah satu media massa yang dapat menyebarkan informasi secara cepat dan serentak keseluruh penjuru tanah air. Televisi memiliki potensi yang sangat besar dari pada media elektronik lainnya, karena sifatnya yang audio-visual sehingga dapat memadukan bahasa lisan, tulisan, video atau gambar yang bergerak, animasi, dan efek suara menjadi satu kesatuan. Televisi juga merupakan salah satu media komunikasi digunakan oleh berbagai pihak untuk menyampaikan pesan / informasi tertentu. Pada tahun 1962 menjadi tonggak pertelevisian Nasional Indonesia dengan berdiri dan beroprasinya Televisi Republik Indonesia (TVRI). Selama 27 tahun penduduk Indonesia hanya bisa menyaksikan satu saluran televisi saja. Namun pada tahun 1989, Pemerintah akhirnya mengizinkan Rajawali Citra Televisi Indonesia 1

(RCTI) sebagai stasiun televisi swasta nasional pertama di Indonesia. Kini seiring dengan berkembangnya jaman dan teknologi, Indonesia mempunyai banyak stasiun televisi lainnya seperti Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Andalas Televisi (ANTV), Indosiar, TV7, Lativi, Metro TV, Trans TV, Trans 7, Global TV dan TV One maupun Tv lokal lainnya (Badjuri 2010: 8). Media massa menyerap beberapa unsur budaya masyarakat, lalu menyesuaikannya dengan keadaan kehidupan kota serta menyajikan semua bentuk budaya tersebut baik karya fisik dan musik yang jumlahnya masih langka. Media cenderung “menjajah” baik budaya tinggi maupun budaya rakyat dalam segi isi maupun segi bentuk. Dengan adanya keberadaan budaya pop saat ini yang keberadaannya berlangsung terus dalam kehidupan sosial dengan beraneka ragam wujud seperti bahasa, busana, musik, dan tata-cara, maka budaya pop memegang pearanan penting dalam hubungan antara media dan masyarakat (McQuail 1987: 37-38). Komunikasi di antara individu disebabkan oleh kebutuhan hidupnya yang tidak memenuhi secara sendiri-sendiri. Mereka mempunyai makna yang sama dengan simbol-simbol yang sama serta cara berpikir yang sama tentang suatu hal sebelum mereka melakukan komunikasi. Persepsi kita telah terstruktur dalam kategori mental yang berada melekat dalam diri kita untuk memandang dunia kita, “Our perceptions are structred by the mental categories available to us for makng sense of our world” (Purwasito, 2003: 292-293). Aspek komunikasi yang melibatkan massa dipandang sebagai fenomena komunikasi manusia yang luas sementara di pihak lain komunikasi sebagai objek perhatian berbagai disiplin ilmu termasuk sosiologi, ilmu pengetahuan politik, psikologi sosial dan humaniora. Sebagai bagian dari bidang analisis budaya komunikasi massa memeberikan sumbangan besar pembentukan kebudayaan masyarakat (McQuail 1987: 169). Tayangan ajang Little Miss Indonesia ini merupakan segmen hiburan dari program acara televisi Eat Bulaga yang ditayangkan oleh SCTV di jam 2 siang. Acara ini pertama kali dimulai pada tanggal 16 Juli 2012. Berisi acara yang berhubungan dengan komedi dan kuis yang megudara selama 2 jam. Acara ini diadopsi dari acara televisi Filipina Eat Bulaga. Little Miss Indonesia tersebut terdiri dari anak-anak perempuan yang berusia 3-7 tahun. Mereka memamerkan bakat baik menyanyi, menari, berakting, berceramah, serta modelling yang sudah menjadi transeter anak-anak sekarang. Wajah imut-imut dan tingkah lucu, serta suara cadel anak-anak menjadi alternatif hiburan paling hits di layar kaca televisi. Selain itu pemakain busana berunsur minim masih layaknya orang dewasa masa kini. (Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Eat_Bulaga!_Indonesia). Hakikat anak usia dini dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 adalah kelompok yang berusia antara 0-6 tahun namun ada bebrapa ahli yang mengelompokkannya hingga usia 8 tahun (Essa, 2003). Anak Usia dini merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosio emosional, bahasa, dan komunikasi (Mutiah 2010: 6). 2

Arasteh (Semiawan, 1999: 99) mencoba untuk mengidentifikasi sejumlah usia bagi perkembangan kreativitas pada usia anak-anak. Ketika anak usia 5-7 tahun mereka siap memasuki sekolah, maka belajar bahwa meraka harus menerima otoritas dan konformis dengan aturan dan tata tertib yang dibuat orang dewasa (orang tua dan guru). Semakin kaku dalam menetapkan otoritas, maka semakin besar kemungkinan dapat mengganggu perkembangan kreativitas. Pada usia ini orangtua dan guru mampu memperlakukan peraturan yang ada dengan disertai berbagai penjelasan yang dapat memberikan pemahan pada anak, sehingga anak dalam mengikuti aturan tidak merasa tertekan. Bakat yang dimiliki oleh seorang anak akan tampak, muncul, berkembang dan menjadi keahlian secara alami dengan dorongan dan pembelajaran yang humanis. Tetapi akibatnya anak tersebut kehilangan kesempatan untuk tumbuh berkembang secara wajar dalam hal fisik, psikologis, sosial, dan pendidikan. Program tayangan Little Miss Indonesia SCTV ini, televisi mampu memberikan apresiasi kepada khalayak penonton untuk ikut serta mengikuti pencarian bakat anak-anak. Persepsi penonton / pemirsa terhadap tayangan tersebut mampu memberi dorongan yang positif atau dorongan negatif khususnya bagi anak-anak. Peneliti akan melakukan penelitian di Yayasan Perguruan Kebudayaan Medan. Yayasan tersebut dipilih peneliti karena perguruan tersebut terdiri dari gabungan jenjang sekolah TK - SD - SMP - SMA. Landasan dari Yayasan tersebut menjadikan Perguruan Budaya sebagai lembaga pendidikan yang cerdas dan unggul dalam mentransformasikan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada seluruh masyarakat dan membangun karakter bangsa. Selain itu dapat membentuk siswa yang unggul, kreatif, cerdas, terampil, bertanggung jawab, dinamis dan berbudi pekerti luhur, serta bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Anak didik di tingkat TK dan SD pernah mengikuti kegiatan keterampilan anak. (Sumber: http://budayaschool.wordpress.com/profil). Minat mengajar dan minat mengembangkan kemampuan anak, merupakan faktor yang penting saat kita membicarakan soal kualitas guru. Berbeda dengan guru sekolah dasar, guru di sekolah menengah harus memiliki tingkat pengetahuan lebih tinggi dalam bidang tingakat pelajaran yang dibawakannya. Guru sekolah dasar bekerja dengan anak-anak yang lebih muda, tidak perlu memerlukan pendalaman materi pelajaran. Guru haruslah lebih pada bakat dan keleluasaan untuk mengembangkan bakat anak kedalam proses pembelajaran. Orang tua yang peduli, menentukan kepribadian guru lebih penting daripada transkip nilainya di universitas (Victor Cogen Ed. D, 2006:138-140). Para guru berhak mendampingi siswa didik mereka yang masih tergolong usia 7 tahun kebawah untuk mengembangkan bakat positif bagi masing-masing siswa. Orang tua sangat berharap bahwa sekolah dapat meramalkan secara akurat seorang anak kelak akan berhasil mengembangkan bakatnya dikemudian hari. Dalam membimbing siswanya yang tergolong usia dini di jenjang sekolah TK dan SD ini sebaiknya guru-guru diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk belajar kreatif sebanyak dan selekas mungkin. Caranya adalah dengan membuat situasi belajar yang menarik dan sekreatif mungkin sehingga anak-anak dapat memiliki keinginan untuk kreatif seperti yang dilakukan oleh gurunya. Para guru berhak mendampingi siswa didik mereka yang 3

masih tergolong usia 7 tahun kebawah untuk mengembangkan bakat positif yang dimiliki masing-masing siswa. Orang tua sangat berharap bahwa sekolah dapat meramalkan secara akurat apakah seorang anak kelak akan berhasil mengembangkan bakatnya dikemudian hari. Program tayangan Little Miss Indonesia SCTV ini, televisi mampu memberikan apresiasi kepada khalayak penonton untuk ikut serta mengikuti pencarian bakat anak-anak. John Wenburg dan William Wilmot (Dalam Mulyana, 2005:167), bahwa persepsi dapat didefinisikan sebagai cara organisme memberi makna. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Manusia tak lepas dari kegiatan berpersepsi, hampir tiap hari manusia berpersepsi seperti persepsi ketika kita mencium aroma makanan, ketika melihat televisi, mendengarkan radio, menyentuh kain dan sebagainya. Tayangan dari Little Miss Indonesia dapat menjadi ajang pengembangan bakat anak, salah satunya melalui pelatihan-pelatihan yang diberikan pihak dari program acara. Anak-anak cenderung dijadikan „artis cilik‟, anak-anak justru menyanyikan lagu-lagu orang dewasa dengan segala macam atribut mulai dari kostum hingga riasan yang tampak layaknya orang dewasa untuk memukau para juri dan penontonnya. Justru sifat dan gaya natural anak yang harus lebih dominan. Menjadi anak yang super sibuk atas keinginan sendiri atau dorongan orang tua akan mengakibatkan anak kehilangan waktu untuk belajar, bermain, berekreasi, dan bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Celakanya, anak justru akan tumbuh dewasa sebelum waktunya. Oleh sebab itu peneliti merasa perlu mengeksplorasi permasalahan ini lewat skripsi dengan judul: “Studi Deskriptif Kualitatif tentang Persepsi Para Guru terhadap Tayangan Little Miss Indonesia Di SCTV”. Fokus Masalah Berdasarkan uraian konteks masalah diatas, peneliti merumuskan bahwa fokus masalah yang diteliti lebih lanjut adalah : “Bagaimana persepsi para guru TK dan SD terhadap Tayangan Little Miss Indonesia di SCTV”. KAJIAN PUSTAKA Komunikasi Kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin, “comunis”, yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar katanya “communis” adalah “communico” yang artinya berbagi (Stuart,1983, dalam Vardiansyah, 2004: 3). Dalam literatur lain disebutkan komunikasi juga berasal dari kata “communication” atau “communicare” yang berarti "membuat sama" (to make common). Istilah “communis” adalah istilah yang paling sering di sebut sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata kata Latin yang mirip Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan di anut secara sama. Carl I. Hovland (Effendy, 2005:10) komunikasi adalah proses mengubah prilaku orang lain (communication is the process to modify the behaviour of the other individuals). Miller (Dalam Ardianto, 2007:18-19), meyebutkan bahwa komunikasi sebagai suatu hal yang mempunyai pusat perhatian dalam situasi perilaku dimana sumber menyampaikan pesan kepada penerima secara sadar 4

untuk mempengaruhi perilaku. Selain itu komunikasi juga memiliki fungsi yaitu, untuk meninformasikan (to inform), mendidik (to educated), menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to influence). Disonansi Kognitif Teori disonansi kognitif pertama kali dikemukakan oleh psikolog Leon Festinger pada tahun 1957. Menurut Festinger, perilaku seseorang dapa dijelaskan dari keiinginan mendasar pada diri seseorang untuk selalu konsisten antara sikap yang telah ada dengan perilaku aktualnya (Surip, 2011:63). Kognisi terkait dengan sikap atau perilaku yang dipegang seseorang yang terekam dalam pikirannya. Disonansi kognitif sebagian besar merupakan teknik pembelaan diri yang dilakukan oleh sesorang untuk memperoleh harga diri. Untuk mendapatkannya seseorang harus memiliki kemampuan beradaptasi dengan berbagai pilihan dan kemungkinan yang beragam. Orang yang mengalami disonansi akan berupaya mecari dalih untuk mengurangi disonansinya itu (Effendy, 2002:262). Dalam kamus komunikasi, dissonance artinya: situasi psikologi yang tidak menyenangkan sebgai akibat dari ketidakserasian antara dua unsur atau hal dalam suatu proses komunikasi (Surip, 2011:64). Secara defenitif, cognitive dissonance berasal dari dua suku kata, yaitu cognitive dan dissonance. Cognitive merupakan knowledge (pengetahuan), sedangkan Dissonance dikatakan sebagai ketidakcocokan (incongruity) . Teori ini mengemukakan bahwa keyakinan seseorang dapat berubah pada saat mereka sedang berada pada situasi konflik. Ini dapat terjadi karena pada dasarnya manusia didorong oleh keinginan untuk selalu berada dalam suatu keadaan psikologis yang seimbang (konsonan). Persepsi Secara etimologis persepsi atau dalam bahasa Inggris Perception berasal dari bahasa latin “perceptio”, dari percipare yang artinya menerima atau mengambil. Dalam arti sempit, persepsi ialah penglihatan, yakni bagaimana seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau penegrtian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003:445). Menurut Desiderato (Dalam Rakhmat, 2004: 51) definisi persepsi adalah “Pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Hubungan dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori. Berdasarkan uraian tersebut, persepsi merupakan hasil pengolahan dan penafsiran pesan dari proses sensasi dan juga melibatkan atensi, ekspektasi, motivasi dan memori. Persepsi dalam ilmu komunikasi, bisa dikatakan sebagai inti komunikasi, sedangkan penafsiran adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian balik dalam proses komunikasi. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi individu, maka semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya, 5

semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (Mulyana, 2005:167). Komunikasi Massa Komunikasi massa diadobsi dari istilah bahasa inggris “communications” sebagai kependekan dari mass media communication (komunikasi massa) artinya komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass comunications dapat diartikan sebgai salurannya yaitu media massa sebagai kependekan dari media of massa (Wiryanto, 2004:69). Pengertian komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Ardianto, 2004:3), yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is message communication through a mass medium to large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak banyak, seprti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri ribuan bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa maka itu bukan komunikasi massa. Mulyana (2001:75) berpendapat bahwa komunikasi yang menggunakan media massa baik cetak (majalah, surat kabar) ataupun elektronik (radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan yang ditujukan kepada sejumlah besar orang di banyak tempat anoim dan heterogen. Media Massa Televisi Media yang sering dimaksudkan dalam proses komunikasi massa disebut dengan media massa, yang memiliki ciri khas mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dn serentak (instantaneous). Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan massa jika diartikna dalam konotasi negatif merupakan kerumunan ataupun sekumpulan orang banyak yang biasanya jumlahnya tidak teratur. Kehadiran media massa pada akhirnya sering menimbulkan masalah dikehidupan manusia. Sifat media yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan komunikasi massa harus benar-benar mendapat perhatian, karena erat sekali kaitannya dengan khalayak yang akan diterpa. Selain itu media juga merupakan saluran yang dimanfaatkan untuk mengendalikan arah dan memberikan dorongan terhadap perubahan sosial. METODOLOGI PENELITIAN Metode adalah proses, prinsip yang digunakan untuk mendekati suatu masalah dan mencari jawabannya. Metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. Metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain (Mulyana, 2001:145). Penelitian kualitatif ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek dan objek 6

penelitian sesorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain berdasarkan fakta yang tampak atau sebgaimana adanya (Nawawi, 1995:63). Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Program Tayangan Ajang Little Miss Indonesia - 1 di SCTV Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) metode wawancara, yaitu penelitian dilakukan dengan mewawancarai pihak yayasan perguruan kebudayaan medan. (2) metode dokumenter, yaitu mengumpulkan data berupa video serta foto-foto tayangan Little Miss Indonesia di SCTV yang menampilkan anak-anak perempuan. Video dan foto-foto terkait kemudian disajikan di harddisk, dan selanjutnya dilakukan analisis data. Dan (3) metode kepustakaan, yaitu penelitian dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Analisis Data Bogdan dan Biken (Moleong, 2005:248) menyajikan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan bekerja dengan data, mengorganisasikan data memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, menafsirkannya, memaknai, dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang yang dapat diceritakan kepada orang lain. Seperti digambarkan dalam kerangka analisis, peneliti menggunakan model Miles dan Huberman untuk menganalisis data yang ada dengan teknik (1) Reduksi data dapat diartikan sebagai prosedur pemilahan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstakan dan transformasi data kasar. (2) Penyajian data Setelah proses reduksi berlangsung, maka langkah berikutnya adalah penyajian data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya pengambilan tindakan dan penarikan kesimpulan. (3) Penarikan kesimpulan yaitu tahap akhir verifikasi dan penarikan kesimpulan yang dimaknai sebagai penarikan arti dari data yang dikumpulkan di lapangan, direduksi dan disajikan. Pemberian makna atas kesimpulan ini tentu saja sejauh pemahaman peneliti dan interpretasi yang dibuatnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan terhadap delapan informan para guru Yayasan Perguruan Budaya Medan. Penelitian ini hanya dibatasi pada delapan orang informan karena data yang didapatkan dianggap sudah cukup dan jenuh yang artinya penambahan informan baru lagi tidak akan memberikan informasi baru dan memiliki arti bagi penelitian yang dilakukan. Mereka yang dipilih sebagai informan adalah individu-individu yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan peneliti sesuai dengan teknik pemilihan sampel yaitu purposive sampling dimana individu-individu yang dipilih adalah para guru TK dan SD Yayasan Perguruan Budaya Medan. Peneliti memilih para guru TK dan SD 7

Budaya Medan karena para guru di Yayasan Budaya telah memiliki dasar kemampuan guru serta sertifikasi jenjang pendidikan guru. Peneliti juga memilih informan guru TK dan SD karena guru sebagai pendidik memberi persepsi mereka saat menonton tayangan Little Miss Indonesia di SCTV yang terdiri dari anak-anak berusia dini yang masih memerlukan arahan serta bimbingan orang tua maupun guru untuk mengembangkan keterampilan bakat dalam diri mereka. Seluruh informan memberikan persepsi yang pernah menonton tayangan Little Miss Indonesia umumnya sangat terhibur terhadap tayangan pencarian bakat tersebut. Jadi persepsi mengabaikan sejumlah informasi, melainkan juga menunjukan kemampuan persepsi untuk membedakan antara berbagai jenis informasi tersebut orang biasanya ingin meyakini kebenaran persepsinya. Persoalannya adalah bagaimana menguji dan menginterpretasikan nilai kebenaran. Cara yang biasa untuk menentukan kevalidan persepsi kita adalah membandingkannya dengan sesuatu. Jika makna yang dipersepsikan konsisten atau mirip dengan kriteria yang digunakan sebagai pembanding (pengalaman masa lalu dan perangka internal seperti sikap, nilai dan keyakinan) maka kita menganggapnya valid. Ketika kita menghampiri yang tidak sesuai dengan kriteria pembanding maka kita akan mengalami ketidaksesuaian kognitif inkonsistensi untuk mengatasi ketidaksesuaian psikologis kita. Dari semua pengaruh persepsi kita maka tidak sistem kognitif seperti nilai sikap dan harapan tetapi konteks dimana kita mnyiapkan suatu objek (Marhaeni Fajar, 2009: 154). PENUTUP KESIMPULAN Dari hasil penelitian tentang persepsi para guru saat menonton tayangan Little Miss Indonesia di SCTV terhadap kesepuluh informan yang berlatar belakang agama, suku, usia, dan jenis kelamin yang berbeda, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Tayangan Little Miss Indoneisa mampu mengembangkan bakat anak sejak dini dan memberi kreatifitas anak lebih baik lagi. 2. Seluruh informan memberikan persepsi bahwa umumnya, mereka sangat terhibur melihat aksi dan tingkah lucu anak-anak usia 3-7 tahun ketika tampil di televisi. Dari segi kostum para finalis yang anak-anak pakai umumnya telah sesuai dengan usia mereka namun masih minim dan terlalu dewasa. Jika anak usia dini diijinkan memakai kostum yang minim, tentunya akan mengajarkan anak berperilaku kurang sopan. Para guru juga menjelaskan, orang tua sangat berperan penting mendampingi dan mendukung anak yang masih batita saat mengikuti pencarian bakat di pentas Little Miss Indonesia. Selain itu, persepsi lainnya guru menganggap tayangan tersebut bersifat monoton dan membosankan karena sudah banyak acara pencarian bakat anak yang serupa ditayangkan di televisi. Dan akhirnya mengalami gejala timbul tenggelam di dunia pertelevisian.

8

SARAN 1. Saran secara teoritis para guru memiliki persepsi masing-masing mengenai tayangan Little Miss Indonesia. Persepsi guru dilihat tindakan para guru untuk membimbing anak didik kearah yang positif. 2. Saran dalam kaitan Akademik, penelitian ini menunjukkan persepsi dari para guru merespon tayangan Little Miss Indonesia di SCTV. Televisi mampu menyajikan program acara menyalurkan bakat anak ke seluruh penonton yang bersifat menghibur. Secara akademis penelitian ini dapat memberikan masukan, dan menambah bahan penelitian, bahan refrensi serta sumber bacaan dikalangan mahasiswa khususnya di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu komunikasi. Penelitian juga berharap penelitian ini dapat berlanjut dalam penelitian mengenai persepsi menonton tayangan pencarian bakat anak-anak. 3. Saran secara praktis, dapat menjadi masukan bagi para guru diharapkan mampu membimbing anak didik mereka di Yayasan Perguruan Budaya Medan agar menjadi anak yang punya kreatifitas yang tinggi. Menanamkan nilai-nilai kesopanan kepada anak dalam berpenampilan dan bertindak. Tayangan Little Miss Indonesia di SCTV sebaiknya tidak memberi peluang kepada anak batita dibawah lima tahun. DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Kumala Erdinaya. 2004. Komunkasi Massa : Suatu Pengantar. Bandung: Rosdakarya. Effendy. Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. .2005. Teori dan Praktik Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu komunikasi: Teori & Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Mulyana, Dedy. 2001. Metode Peneltian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. dan Jalaludin Rakhmat. 2005. Komunikasi Antarbudaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Moleong, L.J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: UGM Press. Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. Surip, M. 2011. Teori Komunikasi: Perspektif Teoritis Teori Komunikasi. Medan: Unimed. Wiryanto. 2004. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Grasindo. Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Ke-1. Bogor: Ghalia Indonesia. 9

Victor Cogen, 2006. Melejitkan Prestasi Anak Bagaimana Meningkatkan nilai siswa “C” menjadi “A”. Bandung: Pustaka Hidayah. Sumber Internet: http://ernams.wordpress.com/2008/01/07/pendekatan-interpretif Diakses pada tanggal 30 Oktober 2013 http://id.wikipedia.org/wiki/Eat_Bulaga!_Indonesia Diaskses pada tanggal 22 November 2013

10