TATA CARA PRODUKSI BENIH INTI CABAI OLEH : DINY

Download 17 Ags 2017 ... Cabai merupakan tanaman menyerbuk sendiri karena, tetapi persentase ... varietas tersebut selama pemeliharaan benih inti/pe...

2 downloads 568 Views 282KB Size
No. 018, Agustus 2017 (Tanggal diunggah 17 Agustus 2017)

Penyunting : Tonny K. Moekasan, Laksminiwati Prabaningrum, Nikardi Gunadi, dan Asih K. Karjadi Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya, Fauzi Haidar

TATA CARA PRODUKSI BENIH INTI CABAI Oleh : Diny Djuariah Kelompok Peneliti Pemuliaan dan Plasma Nutfah BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN Jl. Tangkuban Parahu No. 517, Lembang – Bandung Barat 40391 e-mail : [email protected]

PENDAHULUAN Cabai merupakan tanaman menyerbuk sendiri karena, tetapi persentase penyerbukan silang secara alami dibeberapa tempat tercatat sangat bervariasi, berkisar antara 7-68 % (Odland & Porter 1941, Murthy & Murthy 1962;Sing et al. 1973; Moor 1983; Ahmed et al. 1992). Hal itu terjadi karena persilangan dilakukan oleh serangga dan anther pecah 2-3 hari setelah bunga mekar, juga sehingga

stigma

menggambarkan

menerima bahwa

pollen

cabai

dari

bersifat

tanaman

lain.

Kondisi

tersebut

high allogamy, sehingga tingkat

keseragaman yang tinggi sangat sulit dicapai. Tanaman menyerbuk sendiri seperti cabai secara teoritis bersifat homosigot sempurna, tetapi kenyataannya keseragaman yang sempurna jarang dicapai. Sejumlah variasi masih dapat terjadi selama siklus produksi benih, khususnya pada varietas-varietas yang baru dilepas, oleh karena itu pemurnian varietas tersebut selama pemeliharaan benih inti/penjenis sangat diperlukan.

Dengan demikian perlu disusun tata cara penanaman dan pemeliharaan benih inti yang dibakukan atau dijadikan pedoman yang bertujuan untuk menjamin keseragaman genetik yang tinggi dari breeder seed (benih penjenis). BATASAN BENIH INTI Menurut Qamara dan Asep Setiawan (1990) benih inti adalah segenggam benih pertama yang diperoleh pemulia tanaman dari individu-individu tanaman dari varietas istimewa untuk tujuan pemurnian dan pemeliharaan varietas tersebut.

Perbanyakan benih inti selanjutnya juga dilakukan di bawah

pengawasan pemulia tanaman tersebut atau oleh pemulia tanaman lainnya yang mampu menyediakan benih penjenis (BS) yang merupakan basis semua perbanyakan benih selanjutnya. Fehr mengilustrasikan benih inti sebagai contoh benih yang harus dipersiapkan oleh pemulia.

Ketika suatu kultivar terbentuk, pemulia harus

mempersiapkan contoh benih yang akan digunakan untuk meningkatkan jumlah benih kultivar tersebut untuk didistribusikan pada petani. Contoh benih biasanya merupakan benih penjenis dan pemulia secara umum bertanggungjawab pada produksi dan pemeliharaan benih tersebut. Contoh benih itu juga disebut basic seed karena memperlihatkan basis genetik dari suatu kultivar.

Pemulia juga

menggunakan benih ini untuk memproduksi foundation seed dimana foundation seed dipakai untuk produksi benih dalam skala besar. PROSES PRODUKSI BENIH INTI/BENIH PENJENIS Ada dua alternatif yang dapat dipakai dalam memproduksi benih perjenis yaitu menggunakan metode seleksi massa dan progeny testing (Fehr 1978). Melalui metode seleksi massa, benih inti dengan penampilan karakter yang seragam ditanam.

Tanaman dengan tipe simpang dibuang sebelum panen.

Tanaman yang tersisa dipanen secara bulk untuk menghasilkan benih perjenis. Keuntungan dari metode ini adalah dapat memproduksi benih pada satu musim sehingga menghemat waktu dan biaya, sedangkan kerugiannya adalah tingkat keseragaman yang tinggi sulit dicapai.

Individu tipe simpang sulit untuk

teridentifikasi terutama untuk karakter kuantitatif. Jika ada aksi alel dominan maka sulit dibedakan antara tanaman homozygous dan tanaman heterozygous.

2

Metode yang kedua adalah melalui progeny testing. Metode ini lebih menjamin tingkat keseragaman yang tinggi, namun memerlukan tiga musim tanam, yaitu : (1) musim tanam ke - 1 : contoh benih yang seragam ditanam. Dilakukan pengamatan terhadap waktu berbunga, warna bunga, karakter daun dan dilakukan seleksi individu. Panen dilakukan per individu tanaman. Benih yang diteruskan adalah benih-benih yang berasal dari tanaman yang memiliki karakteristik yang sama/seragam, (2) musim tanam ke - 2 : Benih dari hasil musim tanam ke - 1 ditanam dan dilakukan progeny test terutama untuk karakter yang penting seperti ketahanan terhadap hama dan penyakit dan karakter agronomi. Baris-baris yang memiliki keragaman pada karakter penting atau tidak seragam dibandingkan baris mayoritas dibuang.

Seleksi baris

dilakukan dan hanya benih-benih yang berasal dari baris yang memiliki keseragaman karakter saja yang dilanjutkan pada musim tanam berikutnya, (3) musim ke – 3 : Benih-benih dari baris-baris yang terseleksi ditanam pada blok yang terpisah dan tanaman diamati keseragamannya. Blok dengan kondisi yang tidak seragam dibuang.

Seleksi blok dilakukan pada blok yang seragam lalu

dipanen dalam bulk atau dicampur secara merata sebagai benih penjenis. TEKNIK PEMELIHARAAN BENIH INTI/BENIH PENJENIS Teknik pemeliharaan benih inti/benih penjenis dapat mengacu pada perbanyakan benih galur murni cabai yang dilakukan di Asian Vegetable Research and Development (AVRDC). Prosedur perbanyakan benih galur cabai yang dikembangkan oleh AVRDC menjamin dihasilkannya benih dengan tingkat kemurnian genetik yang tinggi dan kualitas yang tinggi. Tingkat kemurnian genetic yang tinggi artinya benih yang dihasilkan tidak tercampur dengan benih varietas/galur lain, tidak bersilang dengan varietas/galur lain dan bebas dari tipe simpang (yaitu tanaman dengan penampilan yang berbeda dari galur yang dikehendaki).

Benih dengan kualitas yang tinggi memiliki lapisan benih yang

berkilau, endosperm yang berisi, persentase daya berkecambah yang tinggi (>70%) serta bebas dari kotoran benih dan penyakit benih. Untuk memproduksi benih dengan tingkat kemurnian genetik dan kualitas yang tinggi syarat-syarat yang harus dipenuhi ialah kondisi klimatik yang menguntungkan, lahan yang cocok, alat-alat yang memadai dan manajemen yang baik.

3

Iklim Tanaman cabai akan tumbuh optimum pada kisaran suhu 21-33°C. Untuk produksi benih, suhu kritis pada malam hari di atas 30°C akan menghambat pembentukan buah. Lahan Produksi benih cabai akan baik jika dilkasanakan pada lahan bekas famili leguminoceae atau cereal, atau lahan yang sebelumnya tidak ditanami oleh famili Solanaceae. Hal itu bertujuan untuk menghindari kontaminasi pollen atau biji tanaman cabai sebelumnya, serta untuk pencegahan hama dan penyakit tanaman. Prinsipnya, tanaman harus diusahakan sesehat mungkin, karena benih sehat hanya dapat dihasilkan dari tanaman sehat saja. Isolasi Seperti telah disinggung sebelumnya cabai digolongkan ke dalam tanaman menyerbuk sendiri, tetapi persentase penyerbukan silangnya cukup tinggi, kadang-kadang dapat mencapai 90%. Penyerbukan silang ini diakibatkan oleh serangga sehingga isolasi dari lebah sangat penting. Penyerbukan silang juga dapat disebabkan oleh serangga seperti trips dan semut serta angin dengan persentase yang kecil. Isolasi antar galur/varietas dapat dilakukan dengan menanam cabai dengan jarak 200 meter antar galur dengan menutup tanaman dengan jaring untuk menghindari lebah. Selain isolasi jarak, cara lain adalah menanam cabai di screenhouse atau rumah kasa. Jika isolasi seperti itu tidak memungkinkan, isolasi dapat dilakukan dengan penanaman dengan skala besar (minimal 1 hektar) dengan menggunakan tanaman penghalang, yaitu tanaman yang memiliki tinggi tanaman melebihi cabai seperti tebu, jagung atau sorghum di sekeliling cabai.

Benih yang dipanen hanya yang berasal dari tanaman yang

berada dipertanaman tengah.

Untuk skala kecil, dilakukan penutupan bunga

sebelum mekar menggunakan kantung kertas atau kantung kain kasa. Pemeriksaan Pemeriksaan dilakukan dua kali yaitu sebelum berbunga dan sebelum panen.

Pembuangan (roguing) tanaman tipe simpang (rouging) berpedoman

pada deskripsi tanaman. Menurut George (1999), roguing pada cabai dilakukan pada stadia sebagai berikut :

4

1. Sebelum berbunga : untuk memeriksa tipe karakter yang sesuai dengan karakter kultivar yang dikehendaki, termasuk adalah tipe pertumbuhan tanaman, vigour, daun, pigmentasi, dan morfologi daun. 2. Pembungaan awal dan pematangan buah awal untuk memeriksa mencek karakter pada stadia pertama ditambah pengamatan terhadap seed borne diseases 3. Panen pertama untuk memeriksa karakter-karakter seperti pada stadia 1 dan 2, ditambah pengamatan warna buah dan morfologi buah. Panen Pemanenan buah untuk benih dilakukan pada saat buah matang, yang warna buahnya sudah merah. Buah yang baru dipanen disimpan pada tempat yang teduh dan kering, yaitu tempat bersuhu 25oC dan kelembaban 50% selama satu minggu. Ekstraksi benih Benih cabai dapat diekstraksi dari buah segar atau buah yang telah disimpan (25oC,50%,1 minggu).

Ekstraksi benih dapat menggunakan tangan

atau grinder khusus. Pemisahan benih dari buah melalui pencucian berkali-kali dapat memisahkan benih baik dari kotoran dan benih jelek. Kotoran dan benih jelek akan terapung. Jika benih tidak langsung ditanam, benih harus dikeringkan sebelum disimpan. Pengendalian penyakit Beberapa penyakit dapat terbawa ke dalam benih yaitu Bacterial Spot (BS) yang disebabkan oleh Xanthomonas axonopodis, Xanthomonas campestris, PMMV, Tobacco Mosaic Virus (TMV) dan Tomato Mosaic Virus (ToMV). Pemeriksaan terhadap penyakit tanaman dilakukan dua kali yaitu sebelum berbunga dan sebelum panen. Perlakuan benih setelah panen Jika benih terinfeksi BS maka benih diberikan perlakuan menggunakan Acetic acid dan Klorox, yang cara merendam benih yang baru panen dalam larutan glacial acetic acid (konsentrasi 13 %) selama 4 jam lalu benih dibilas dengan air sebanyak tiga kali. Selanjutnya benih direndam kembali dengan 12.5 klorox (konsentrasi 1,25 %) selama 5 menit. menurunkan persentase perkecambahan benih.

5

Perlakuan benih ini dapat

Jika benih terinfeksi PMMV, benih diperlakukan menggunakan trisodium phosphate (TSP, Na3PO4.12H2O). Benih yang baru panen dibungkus oleh kantung kain nilon lalu dicelupkan kedalam larutan TYSP 10 % selama 30 menit, lalu 2 jam, setelah itu dibilas dengan air selama 45 menit. Penyakit

lain

seperti

Colletotrichum,

Rhizoctonia,

Fusarium,

dan

Phytophthora dapat dikendalikan dengan menggunakan fungisida Captan dan Benlate. Pengeringan Untuk mempertahankan persentase daya berkecambah dan vigor benih, sebelum disimpan benih harus dikeringkan. Benih pada disebar di dalam screen untuk pengeringan pada suhu 25oC, kelembaban 40% selama satu minggu. Jika tersedia, gunakan air dryer atau benih ditempatkan pada tempat hangat yang memiliki ventilasi yang baik dan tidak terkena cahaya matahari secara langsung. Sesekali

benih

diaduk

menggunakan

kipas

angin

untuk

mempercepat

pengeringan. Penyimpanan Benih cabai dapat disimpan di dalam amplop, kantung kain, tempat plastik, tempat logam, aluminium foil atau tempat apapun yang tersedia yang kedap udara. Tempat penyimpanan harus ditempeli label, yang memuat informasi tentang nama varietas atau nomor kode, tahun, lokasi, kuantitas benih, persentase daya berkecambah benih, persentase ketidakmurnian benih karena kotoran dan biji gulma. Benih disimpan pada kondisi terkontrol (suhu <25oC ; kelembaban <60%) untuk menjaga persentase daya berkecambah. Kondisi penyimpanan seperti ini dapat mempertahankan daya berkecambah sebesar 60% selama lima tahun. Penyimpanan di AVRDC selama 10 tahun masih dapat mempertahankan daya berkecambah seperti semula. Pengujian kemurnian benih Pengujian kemurnian benih dilakukan dengan cara menanam 100 tanaman/varietas dengan menggunakn 10 tanaman cek dari varietas yang sama dari sumber benih sebelumnya.

Penilaian dilakukan terhadap setiap individu

tanaman untuk karakter morfologi seperti panjang dan lebar kotiledon, ada dan tidaknya antosianin pada hipokotil, waktu anthesis, panjang, lebar, berat dan warna buah. Perbedaan karakter tanaman dengan cek tidak boleh lebih dari 2%.

6

Pengujian daya berkecambah benih dilakukan berdasarkan ISTA rules. Pengujian dilakukan empat ulangan dengan 100 benih/ulangan pada suhu 24 oC. Persentase daya berkecambah minimal adalah 70%. DAFTAR PUSTAKA Berke, T.G. 2000. Multiplying seed of pepper lines. International Cooperators Guide. Asian Vegetables Research and Development Center. Taiwan. 4 pp Fehr, W. R. 1987. Principles of cultivar development. Macmillan Publ. Comp. New York. 536 pp. George, R.A.T. 1999. Vegetable seed production. CABI publ. New York. 328 pp.

7