TD1.7 DIAGNOSIS PENGEMBANGAN PARAGRAF

Download argumentasi, (2) paragraf eksposisi, (3) paragraf deskripsi, (4) paragraf persuasi, dan (5) paragraf naratif. Penjelasan masing-masing jeni...

0 downloads 463 Views 74KB Size
DIAGNOSIS KESULITAN PENGEMBANGAN PARAGRAF DALAM KARYA ILMIAH MAHASISWA STITMA TUBAN

oleh Darwan S. ABSTRACT This research’s purpose is to explain about the difficultness or hardness diagnostic that happen among the college students in developing paragraph whwn making scientific writing. The subject of this research is college students who are into Teknik Penulisan Karya Ilmiah. This research is being done for a semester by analyse scientific writing which is given to them. The result is that almost all the college students still have problem in developing the paragraph. It is appear from their final result when developing their idea in a few paragraph. That means, the college students still can’t unite the idea of a paragraph with the other ones coherencely. Because of that, the college students who are into Teknik Penulisan Karya Ilmiah is sugegested to (1) understand EYD, (2) doing more exercise to develop paragraph, and (3) doing more exercise to do scientific writing. Keywords : Difficultness Diagnostic, Paragraph Development

1. Pendahuluan Belajar bahasa Indonesia berarti belajar untuk menguasai empat aspek berbahasa, yaitu membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan. Di perguruan tinggi, pembelajaran bahasa Indonesia selayaknya difokuskan pada pembelajaran aspek menulis. Ini didasarkan pada sejumlah alasan penting, yaitu: (1) sesuai kebutuhan mahasiswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan yang lebih banyak ditekankan pada pembuatan makalah, (2) setiap mahasiswa pada akhir studi diwajibkan menempuh tugas akhir berupa pembuatan skripsi, dan (3) perlunya pengembangan budaya literasi di perguran tinggi. Dalam silabus matakuliah Teknik Penulisan Karya Ilmiah, salah satu materi pokok yang harus dikuasai oleh mahasiswa adalah kompetensi dalam menyusun dan mengembangkan berbagai jenis paragraf. Sehingga pada akhir perkuliahan diharapkan mahasiswa sudah tidak mengalami kesulitan ketika diwajibkan untuk menyelesaikan tugas dalam

penyuasunan karya ilmiah. Akan tetapi, setelah diamati dari hasil pekerjaan mereka, menunjukkan hasil yang masih kurang memuaskan. Masih banyak kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa ketika mengembangkan paragraf dalam menulis karya ilmiah. Untuk itu, dalam tulisan ini, penulis berusaha menemukan penyebab kesulitan mahasiswa dalam mengembangkan paragraf bahasa Indonesia. Sesuai dengan focus dalam penelitian

ini

yang

berusaha

untuk

menemukan

kesulitan

mahasiswa

dalam

mengembangkan paragraf dan menemukan penyebabnya, maka penelitian ini menitik beratkan dalam rumusan masalahnya adalah (1) bagaimana bentuk kesulitan mahasiswa dalam mengembangkan paragraf bahasa Indonesia, dan (2) apa penyebab kesulitan mahasiswa dalam mengembangkan paragraf berbahasa Indonesia. Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini

untuk (1) mendeskripsikan

bentuk kesulitan mahasiswa dalam

mengembangkan paragraf bahasa Indonesia, dan (2) menjelaskan penyebab kesulitan mahasiswa dalam mengembangkan paragraf bahasa Indonesia. Orientasi teoritik penelitian ini menggunakan orientasi fenomenologis dengan tujuan untuk menemukan bentuk kesulitan dan menemukan penyebab kesulitan mahasiswa dalam mengembangkan paragraf bahasa Indonesia.

2. Kajian Pustaka 2.1 Diagnosis Kesulitan Kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh. Dengan kata lain, dapat disebut bahwa individu yang mengalami kesulitan belajar adalah individu yang normal inteligensinya, tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan penting dalam proses belajar, baik persepsi, ingatan, perhatian, ataupun fungsi motoriknya. Bebarapa ahli menganggap kesulitan belajar sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut kemungkinan disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan, dapat bersifat psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis dalam proses belajarnya.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan suatu kondisi yang menunjukkan adanya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan yang diperoleh yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu baik bersifat psikologis, sosiologis maupun fisiologis dalam proses belajar. Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis. Menurut Thorndike (dalam Winkel, 1982), diagnosis dapat diartikan sebagai berikut ini. 1.

Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejalagejalanya (symtoms);

2. Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial; 3.

Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau fakta-fakta tentang suatu hal. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan diagnosis kesulitan belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar dengan mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan tertentu, dan mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan kemungkinan maupun saran tindakan pemecahannya. Dalam kaitannya dengan diagnosis kesulitan dalam pengembangan paragraf diartikan sebagai usaha yang dilakukan subjek penelitian untuk mengembangkan paragraf setelah mendapatkan penjelasan berupa teori dan contoh penerapan, selanjutnya mengerjakan tugas menyelesaikan karya ilmiah pada akhir perkuliahan. Karya ilmiah yang telah dihasilkan selanjutnya dianalisis untuk menemukan adanya kesalahan dalam penerapan teori dan contoh penerapan yang telah diberikan dalam karya ilmiahnya. Kesalahan dalam pengembangan paragraf karya ilmiah inilah yang dimaksudkan dengan kesulitan yang dialami mahasiswa. Hasil analisis ini selanjutnya akan dikonsultasikan dengan sejumlah norma dan kaidah yang berlaku terutama dalam kaitannya dengan pengembangan paragraf.

2.2 Paragraf Paragraf merupakan seperangkat kalimat yang saling berkaitan, membentuk satu kesatuan pengertian untuk menyampaikan suatu gagasan. Dengan definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa seperangkat kalimat saja belum dapat dikategorikan sebagai paragraf jika tidak membentuk satu kesatuan pengertian atau makna. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan paragraf yang baik setidaknya harus memenuhi syarat kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan. Berdasarkan tujuannya, paragraf dapat

dapat dibedakan atas : (1) paragraf

argumentasi, (2) paragraf eksposisi, (3) paragraf deskripsi, (4) paragraf persuasi, dan (5) paragraf naratif. Penjelasan masing-masing jenis diuraikan berikut ini. PARAGRAF ARGUMENTASI Paragraf argumentasi adalah paragraf yang berisi ideataugagasan dengan diikuti alasan yang kuat untuk menyakinkan pembaca. Ciri-ciri paragraf argumentasi diuraikan seperti berikut: (1) bersifat nonfiksi atauilmiah, (2) bertujuan menyakinkan orang lain bahwa apa yang dikemukakan merupakan kebenaran, (3) dilengkapi bukti-bukti berupa data, tabel, gambar, dll. (4) ditutup dengan kesimpulan. Pola Pengembangan Paragraf Argumentasi a. Pola Pengembangan Sebab – Akibat adalah paragraf yang mula-mula bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai sebab yang diketahui lalu bergerak maju menuju pada suatu kesimpulan sebagai efek akibat. Pola ini ditandai dengan kata – kata, misalnya: sebab, karena, disebabkan. b. Pola Pengembangan Akibat- Sebab adalah paragraf yang mula-mula bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat yang diketahui, selanjutnya bergerak menuju sebab-sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat tadi.

PARAGRAF DESKRIPSI Paragraf deskripsi adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan tujuan agar pembaca seakan-akan bisa melihat, mendengar, atau merasakan sendiri

semua yang ditulis oleh penulis. Paragraf deskripsi dapat dikenali sesuai dengan ciricirinya yaitu: (1) menggambarkan ataumelukiskan objek tertentu (orang, tempat, keindahan alam dll.), dan (2) bertujuan agar pembaca seolah-olah melihat sendiri objek. Pola Pengembangan Paragraf Deskripsi a. Pola deskripsi objektif adalah paragraf deskripsi yang dalam penggambaran objeknya tidak disertai dengan opini penulis. Artinya, penulis menggambarkan kondisi sesuai dengan keadaannya secara objektif tanpa ada pandangan-pandangan dan pendapat pribadi penulisnya. b. Pola deskripsi subjektif adalah paragraf deskripsi yang dalam penggambaran objeknya disertai dengan opini penulis. c. Pola deskripsi spasial adalah paragraf yang menggambarkan objek secara detail khususnya yang berhubungan dengan ruangan, benda, atau tempat. d. Pola deskripsi waktu adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan pada waktu peristiwa atau kejadian secara kronologis sesuai urutan waktu peristiwa.

PARAGRAF EKSPOSISI Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bertujuan untuk menjelaskan dan menerangkan sesuatu permasalahan kepada pembaca agar pembaca mendapat gambaran yang sejelas-jelasnya tentang sesuatu permasalahan yang dimaksud oleh pengarang. Paragraf ini dapat diamati atau dikenali dari ciri-cirinya: (1) bersifat nonfiksi atau ilmiah, (2) bertujuan memberikan penjelasan atau pemaparan kepada pembaca, (3) berdasarkan fakta, dan (4) tidak bermaksud memengaruhi pembaca. Pola Pengembangan Paragraf Eksposisi a. Pola umum-khusus (deduksi) adalah paragraf yang dikembangkan dengan cara dimulai dari hal-hal yang bersifat umum kemudian menjelaskan dengan kalimat-kalimat pendukung yang bersifat khusus. b. Pola khusus-umum (induksi) merupakan paragraf yang dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian menjelaskan dengan kalimat-kalimat yang bersifat umum. c. Pola perbandingan merupakan paragraf yang dikembangkan dengan tujuan membandingkan dengan hal yang lain, berdasarkan unsur kesamaan dan perbedaan,

kerugian dengan keuntungan, kelebihan dengan kekurangan. Penanda transisi atau penanda hubungan yang sering digunakan adalah: jika dibandingkan dengan, seperti halnya, demikian juga, sama dengan, selaras dengan, sesuai dengan. d. Pola pertentanganataukontradiktif yaitu paragraf yang dikembangkan dengan cara mempertentangkan gagasan satu dengan gagasan lain. Pola ini dikembangakn dengan menggunakan penanda hubungan: biarpun, walaupun,berbeda, berbeda dengan, akan tetapi, sebaliknya, melainkan, namun, meskipun begitu. e. Pola analogi merupakan paragraf yang menunjukkan kesamaan-kesamaan antara dua hal yang berlainan kelasnya tetapi tetap memperhatikan kesamaan segi atau fungsi dari kedua hal tadi sebagai ilustrasi. f. Pola pengembangan proses yaitu

pola pengembangan paragraf yang ide pokok

paragrafnya disusun berdasarkan urutan proses terjadinya sesuatu. g.

Pola pengembangan klasifikasi adalah pola pengembangan paragraf dengan cara mengelompokkan barang-barang yang dianggap mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu.

h. Pola pengembangan contohatauilustrasi merupakan paragraf yang berfungsi untuk memperjelas suatu uraian, khususnya uraian yang bersifat abstrak. Kata penghubung (contohnya, umpamanya, misalnya). j. Pola pengembangan definisi yaitu paragraf yang berupa pengertian atau istilah yang terkandung dalam kalimat topik serta memerlukan penjelasan panjang lebar agar tepat maknanya dan mudah dipahami oleh pembaca k. Pola sebab akibat adalah pola pengembangan yang menunjukkan sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Atau sebaliknya, akibat sebagai gagasan utama, sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya.

PARAGRAF PERSUASIF Paragraf persuasif adalah paragraf yang bertujuan meyakinkan dan membujuk seseorang atau pembaca agar melaksanakan ataumenerima keinginan penulis. Ciri paragraf ini, diantaranya, adalah: (1) ada fakta atau bukti untuk memengaruhi atau

membujuk pembaca, (2) bertujuan mendorong, memengaruhi dan membujuk pembaca, dan (3) menggunakan bahasa secara menarik untuk memberikan sugesti (kesan) kepada pembaca. Contoh pola pengembangan paragraf persuasif dapat diamati berikut ini. Beras organik lebih menguntungkan daripada beras nonorganik . Mutu beras organik lebih sehat , awet, dan lebih enak. Selain itu, beras organik tidak mencemari lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia. Keuntungan yang didapat para petani beras organik juga lebih tinggi. Petani beras organik mendapatkan keuntungan 34 % dari biaya prduksi, sedangkan petani beras nonorganik hanya mendapat keuntungan 16 % dari biaya produksi. Oleh karena itu, mari kita bertani dengan cara organik agar lebih mnguntungkan dan dapat meningkatkan taraf hidup.

PARAGRAF NARATIF Paragraf naratif dapat diartikan sebagai

suatu bentuk paragraf yang

menceritakan serangkaian peristiwa yang disusun menurut urutan waktu terjadinya peristiwa yang diangakt sebagai tema pengembangannya. Adapun ciri-ciri paragraf naratif, yaitu: (1) ada tokoh, tempat, waktu, dan suasana yang diceritakan, (2) mementingkan urutan waktu maupun urutan peristiwa, (3) tidak hanya terdapat dalam karya fiksi (cerpen, novel, roman) tetapi juga terdapat dalam tulisan nonfiksi (biografi, cerita nyata dalam surat kabar, sejarah, riwayat perjalanan). Pola pengembangan paragraf naratif a. Pola pengembangan narasi ekspositoris atau nonfiksi atau informatif adalah cerita yang benar-benar terjadi (cerita kepahlawanan, sejarah, biografi atau otobiografi, cerita nyata dalam surat kabar). b. Pola pengembangan narasi sugestif atau fiksi / artistik adalah cerita yang menonjolkan khayalan sehingga pembaca terkesan dan tertarik dan seakan-akan terhayut, bahkan merasa mengalami cerita tersebut( cerpen, novel dll.). 2.3 Karya Ilmiah

Karya ilmiah merupakan karya tulis yang disusun berdasarkan kaidah ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis sesuai dengan metode penulisan yang sistematis, bahasa yang baik dan benar. Karakteristik yang menonjol dalam karya ilmiah adalah adanya data berupa fakta, sistematika penulisan yang baku, dan bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Salah satu kompetensi yang harus dicapai oleh mahasiswa dalam mengikuti matakuliah kuliah Teknik Penulisan Karya Ilmiah adalah mahasiswa memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan ide dalam jalinan paragraf untuk menyatakan suatu konsep secara ilmiah. Pencapaian kompetensi ini diukur dengan suatu indikator bahwa mahasiswa mampu membuat karya ilmiah tentang suatu topik sesuai dengan aturan tulisan karya ilmiah yang terdiri dari tiga bagian utama yaitu pendahaluan, bagian inti dan penutup. Karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa diharapkan menunjukkan sebuah karya ilmiah yang baik dan sesuai dengan aturan yang berlaku yang terdiri atas pendahaluan, bagian inti dan penutup. Pendahuluan berfungsi untuk memberikan orientasi kepada pembaca, memberikan mereka perspektif yang dibutuhkan untuk memahami informasi secara lebih rinci yang ditulis pada bagian berikutnya (Weissberg and Buker, 1990 : 20). Pendahuluan bisa dibagi menjadi lima (5) bagian, atau lima (5) langkah. Dalam bagian pertama, penulis membuat konteks, atau kerangka rujukan untuk membantu pembaca memahami topik tulisan dengan konteks kajian yang lebih luas. Bagian kedua berisi tentang informasi yang lebih rinci tentang aspek masalah yang sudah pernah ditulis oleh penulis atau peneliti lain; bagian ketiga berisi tentang pernyataan yang menjelaskan perlunya melakukan suatu penelitian, pembahasan lebih lanjut; bagian keempat berisi tentang pernyataan yang sangat spesifik yang berisi tentang tujuan penulis sedangkan bagian kelima berisi pernyataan ( bersifat pilihan) yang memberikan manfaat atau justifikasi untuk melaksanakan penelitian atau kajian tentang topik yang telah ditentukan. Sesudah pendahuluan, bagian berikutnya merupakan bagian inti. Bagian ini biasanya terdiri dari metode dan hasil. Pada bagian metode, penulis harus menjelaskan langkah-langkah yang harus diikuti dalam melaksanakan suatu kajian atau penelitian. Sedangkan pada bagian hasil berisi tentang hasil yang diperoleh peneliti dan merupakan

jawaban terhadap masalah atau tujuan yang ingin dicapai yang ditulis di pendahuluan. Pada bagian hasil ini, peneliti harus memberikan suatu pembahasan atau argumentasi untuk menjustifikasi hasil yang diperoleh. Bagian yang terakhir adalah bagian penutup yang berisi tentang simpulan dan saran yang disampaikan oleh penulis sehubungan kajian yang dibahas (Weissberg dan Buker, 1990). Dengan indikator seperti tersebut, kompetensi mahasiswa diukur. Tetapi membuat karya ilmiah bukanlah suatu pekerjaan yang gampang bagi mahasiswa. Oleh sebab itu, tujuan dari tulisan ini adalah untuk menjelaskan masalah-masalah yang dihadapi oleh mahasiswa dalam membuat karya ilmiah.

3. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Ilmu Tarbiyah Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Makhdum Ibrahim (STITMA) Tuban. Waktu pelaksanaannya adalah pada semester gasal tahun akademik 2011-2012. Selanjutnya, subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang menempuh mata kuliah Teknik Penulisan Karya Ilmiah. Objek penelitiannya adalah karya tulis mahasiswa yang disusun oleh mahasiswa semester gasal tahun akademik 2011-2012 sebagai tugas akhir perkuliahan yang merupakan persyaratan mahasiswa untuk menempuh ujian akhir semester pada matakuliah Teknik Penulisan Karya Ilmiah. Penelitian ini berdasarkan jenis datanya menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena problematika kesulitan yang dialami mahasiswa dalam membuat karya tulis ilmiah yang nampak dari kesalahannya dalam pengembangan paragraf. Berdasarkan orientasi teoritiknya, penelitian ini menggunakan paradigma fenomenologis yang berusaha untuk menyajikan fakta dan menemukan penyebabnya. Data penelitian berupa karya tulis mahasiswa dengan fokus pada pengembangan paragraf yang dianalisis secara deskriptif kualitatif, dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman, 1992).

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, hasil analisis data yang dilakukan peneliti bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) bentuk kesalahan mahasiswa dalam pengembangan paragraf bahasa Indonesia, dan (2) pembahasan tentang penyebab kesalahan yang dikonsultasikan pada sejumlah norma penulisan paragraf yang benar.

4.1 Bentuk Kesalahan dalam Pengembangan Paragraf Parera (1991) menjelaskan bahwa paragraf yang baik adalah paragraf yang memenuhi

syarat

kesatuan

(unity),

kepaduan

(coherence),

dan

kelengkapan

(completeness). 4.1.1 Kesatuan Paragraf dikatakan memenuhi syarat kesatuan jika dalam paragraf yang dikembangkan hanya memiliki satu gagasan pokok yang dikembangkan dengan pola tertentu. Oleh sebab itu, dalam mengembangkan paragraf tidak boleh terdapat unsureunsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan tema atau gagasan dalam paragraf tersebut. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan peneliti dengan mengambil salah satu paragraf dalam karya ilmiah yang dibuat mahasiswa, didapatkan data seperti berikut ini. (1) Dengan kata lain membina dan mendidik anak-anak dalam bentuk untuk membentuk kepribadian yang sehat (jasmani dan rohani). Keluarga adalah merupakan persekutuan hidup terkecil dari masyarakat negara yang luas. Pangkal ketenteraman dan kedamaian hidup adalah terletak dalam keluarga. Paragraf (1) di

atas menyuratkan

adanya

kesulitan mahasiswa

dalam

mengembangkan paragraf yang tidak memiliki syarat kesatuan, sebab kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut tidak menunjukkan adanya keterkaitan antara kalimat satu dengan kalimat kedua. Seharusnya kalimat kedua dan ketiga digabungkan menjadi satu kalimat. Selain itu, kalimat kedua dan ketiga tidak mendukung bahkan tidak memperjelas substansi paragraf yang disebutkan dalam kalimat pertama. Paragraf (1) seharusnya: Dengan kata lain, membina dan mendidik anak dalam keluarga sebenarnya bertujuan untuk membentuk kepribadian anak yang sehat jasmani dan rohani. Sebab, keluarga yang

merupakan persekutuan hidup terkecil dari masyarakat adalah tempat anak mendapatkan ketenteraman dan kedamaian hidup. Temuan pada aspek kesatuan paragraf ini menunjukkan bahwa mahasiswa masih belum mampu untuk membuat paragraf yang memenuhi syarat kesatuan. Beberapa penyebab kesalahan yang diamati peneliti karena: (1) terdapat kalimat yang sumbang dan tidak ada keterkaitan dengan kalimat sebelumnya, (2) terdapat lebih dari satu kalimat topik, (3) tidak ada kalimat penjelas dalam paragraf, dan (4) terdapat penyimpangan kalimat pendukung dari kalimat topik dalam satu paragraf.

4.1.2 Kepaduan (Koherensi) Paragraf dikatakan koheren apabila kalimat topik dikembangkan secara runtut dan secara logis dalam kalimat-kalimat berikutnya. Oshima dan Hague (1998) menjelaskan bahwa koherensi paragraf dapat diamati dari arus pikiran yang dinyatakan dari satu aklimat ke kalimat berikutnya merupakan pertautan yang logis dan lancar. Data untuk kepaduan atau koherensi paragraf didapatkan contoh seperti paragraf (2) berikut ini. (2) Sedangkan dari segi yang dinilai pada evaluasi formatif ini pada pokoknya adalah hasil belajar siswa yang meliputi segi pengetahuan, keterampilan, sikap serta penguasaan bahan yang diajarkan. Itu semua dilakukan dalam rangka evaluasi sehingga dapat dikatakan contoh pekerjaan evaluasi antara lain…. Berdasarkan hasil analisis data, dapat dinyatakan bahwa mahasiswa belum sepenuhnya terampil dalam mengembangkan paragraf.

Dengan kata lain, mahasiswa

masih mengalami kesulitan dalam menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain untuk membentuk sebuah paragraf yang koheren. Kesulitan yang dialami mahasiswa tidak pada saat membuat kalimat topik tetapi pada saat mengembangkan kalimat topik ke dalam bentuk kalimat-kalimat pendukung agar membentuk suatu paragraf yang koheren. Bandingkan dengan paragraf berikut ini: (2) …..sedangkan aspek yang dinilai dalam evaluasi formatif adalah aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan penguasaan bahan yang diajarkan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap karya tulis yang dibuat

mahasiswa, dapat dinyatakan bahwa kebanyakan mahasiswa membuat kalimat topik pada awal paragraf, dan hal ini tidak merupakan masalah bagi mahasiswa. Tetapi saat mereka harus mengembangkan kalimat topik tersebut menjadi beberapa kalimat pendukung, dapat dinyatakan bahwa mahasiswa masih mengalami kesulitan karena mereka menghabiskan waktu yang cukup lama untuk itu dan adanya fenomena bahwa mahasiswa masih menulis satu atau dua kalimat yang semestinya tidak merupakan bagian dari suatu paragraf. Kesulitan lain yang dialami oleh mahasiswa adalah ketidakmampuan mereka untuk membuat paragraf yang cukup panjang tetapi tetap koheren. Jordan (1990) menyatakan bahwa paragraf tidak semestinya terlalu pendek.

Tetapi tidak ada ketentuan khusus

tentang berapa kalimat yang harus ada dalam sebuah paragraf. Artinya, panjang sebuah paragraf tergantung pada selesainya sebuah ide atau topik untuk didiskusikan dalam sebuah paragraf, sehingga kalimat pendukung harus mampu memperjelas ide dalam kalimat pokok dan mampu mengesampingkan kalimat-kalimat lain yang tidak relevan. Masalah mahasiswa mayoritas terletak pada ketidakmampuan untuk membuat kalimat-kalimat yang mendukung ide pokok. Mereka lebih sering memasukkan kalimatkalimat yang sepintas kelihatan mendukung tetapi sesungguhnya tidak relevan dengan kalimat pokok. Dengan memperhatikan masalah seperti tersebut, dapat dinyatakan bahwa mahasiswa belum memiliki kepekaan untuk merasakan pengembangan atau jalinan ide yang ada dalam paragrafnya. Sehingga cara yang sering dilakukan oleh mahasiswa adalah menambahkan kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf dengan kata penghubung untuk menjembatani ide-ide yang ada, misalnya dengan menambahkan kata penghubung yang sesungguhnya tidak begitu diperlukan. Sebagai akibatnya kata penghubung

tersebut

terkesan dipaksakan karena jalinan batiniah dari ide yang dikembangkan tidak memerlukan kata penghubung tersebut. Masalah lain yang dialami mahasiswa adalah kekurangmampuan mahasiswa untuk mengakhiri sebuah paragraf dengan sebuah kalimat akhir atau penutup. Fungsi kalimat penutup adalah sama dengan kalimat pokok, yaitu harus cukup umum yang mencakup semua ide pendukung yang dijelaskan dalam sebuah paragraf.

Temuan pada aspek koherensi atau kepaduan dalam penyusunan paragraf, mahasiswa masih kurang mampu mengembangkan paragraf yang padu disebabkan (1) penulisan paragraf atau kalimat pendukung yang rancu, sehingga hubungan antar kalimat terputus, (2) adanya penggunaan jalinan penanda kohesi yang tidak tepat, (3) penanda jalinan antar kalimat tidak ada, dan (4) kalimat yang disusun tidak runtut sehingga makna keseluruhan paragraf tidak jelas.

4.1.3 Kelengkapan Aspek ketiga dalam pengembangan paragraf adalah kelengkapan. Kelengkapan suatu paragraf bersifat relatif dan sangat tergantung pada kebutuhan dalam pengembangan suatu idea tau gagasan. Kelengkapan paragraf tidak ditandai oleh banyaknya kalimat penjelas atau kalimat pendukung, tetapi harus dilihat keberadaan kalimat itumemenuhi fungsinya dalam paragraf itu sendiri. Dengan demikian, paragraf yang memenuhi syarat kelengkapan adalah paragraf yang di dalamnya terdapat pokok pikiran yang dapat dijelaskan dan dikembangkan secara tuntas sekaligus menyeluruh. Berikut ini disajikan contoh data paragraf yang dikembangkan oleh mahasiswa dalam konteks paragraf yang kurang lengkap. (3)Ahmadi, 1990:121) mendefinisikan belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perbuatan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Contoh paragraf (3) di atas menunjukkan bahwa aspek kelengkapan tidak terpenuhi, sebab dalam paragraf tersebut hanya berisi satu definisi belajar hasi kutipan pendapat yang tidak disertai dengan perincian maupun penjelasan. Agar menjadi paragraf yang lengkap seharusnya setelah kutipan tersebut diberikan uraian yang memberikan penjelasan baik berupa contoh maupun bukti lain. Paragraf (3) tersebut sangat sulit atau tidak dapat diperbaiki menjadi paragraf yang lengkap. Temuan penelitian dalam kesulitan pengembangan paragraf pada aspek ini, disebabkan oleh : (1) tidaka adanya contoh atau ilustrasi dan bukti yang digunakan untuk menjelaskan kalimat topik, (2) tidak ada pengembangan rincian fakta dari kalimat topik,

dan (3) tidak ada pengembangan argumentasi yang mendasari kalimat topik berupa definisi. Dengan memperhatikan kesulitan yang dialami oleh mahasiswa dalam mengembangkan sebuah paragraf dapat

disimpulkan bahwa mahasiswa

mayoritas

mengalami masalah dalam mengembangkan suatu ide menjadi beberapa paragraf. Dapat dinyatakan bahwa mahasiswa belum mampu untuk membuat mind mapping yang merupakan panduan bagi mahasiswa untuk menuntun jalinan idenya. Dengan kata lain, mahasiswa belum sepenuhnya memiliki kemampuan untuk mengelaborasi pemikiran yang ada dalam dirinya untuk membuat pembaca memahami apa yang ingin disampaikan. Kalau

memperhatikan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh dosen

pengampu mata kuliah selama proses belajar mengajar berlangsung dapat dijelaskan bahwa dosen sangat memahami masalah yang dialami oleh mahasiswa. Hal ini dapat dilihat dari strategi yang dilakukan oleh dosen untuk membantu mahasiswa

yaitu

mengajak mahasiswa untuk brainstorming yang bermaksud untuk menstimulasi ide-ide mahasiswa. Setelah itu, dosen dan mahasiswa secara bersama-sama menentukan serta mengembangkan suatu mind mapping dalam bentuk diagram yang memperlihatkan jalinan ide yang satu dengan yang lain. Pada tahap ini tampak jelas bahwa mahasiswa mempunyai kesulitan karena sebagian besar dari mereka tidak mampu memberikan ide bagaimana caranya untuk mengembangkan ide pendukung dari ide pokok yang telah ditentukan secara bersama sebelumnya. Tetapi dengan menggunakan diskusi secara terarah, akhirnya dosen dan mahasiswa bisa menyelesaikan suatu mind mapping dalam bentuk suatu diagram. Selama diskusi pembuatan mind mapping ini, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa sesungguhnya sudah mampu untuk mengkonsolidasikan suatu informasi dari berbagai sumber, tetapi mereka masih mengalami kesulitan dalam mengembangkan pikiran melalui suatu permasalahan yang kompleks dan belum mampu untuk menyajikan suatu ide dalam suatu format yang menunjukkan jalinan struktur ide secara keseluruhan tentang suatu topik. Dengan menggunakan mind mapping yang dibuat secara bersama-sama, mahasiswa kemudian disuruh untuk mengembangkan mind mapping dalam bentuk

diagram tersebut untuk menjadi sebuah karangan ilmiah. Mahasiswa diizinkan untuk berdiskusi dengan teman-temannya tetapi karangan mereka harus dibuat secara individual. Selama proses penulisan ini, mahasiswa secara individu diperbolehkan untuk berkonsultasi dan bertanya kepada dosen apabila ada permasalahan yang harus mereka pertanyakan. Dalam waktu yang ditentukan, mahasiswa mengumpulkan draft tulisan mereka. Berdasarkan analisis draft yang dibuat mahasiswa, dapat dinyatakan bahwa sangat sulit bagi dosen untuk merevisi tulisan mereka karena masalah yang dialami mahasiswa banyak pada tataran pengembangan ide dalam paragraf. Meskipun pada akhirnya semua mahasiswa mampu untuk memperbaiki kualitas karya ilmiah mereka tetapi dapat dinyatakan bahwa sebagian besar dari mereka belum mampu untuk menjadi penulis yang independen atau mandiri. Dengan kata lain, mereka masih tetap memerlukan bimbingan terutama dalam membuat konsep mind mapping sebelum mereka mengembangkannya menjadi suatu karya tulis. Kalau karya tulis mahasiswa dianalisis secara holistik untuk melihat perbandingan kemampuan mahasiswa dalam menulis pendahuluan, inti pembahasan dan penutup, maka dapat dinyatakan bahwa kemampuan mahasiswa dalam membuat pendahuluan paling rendah dibandingkan dengan kemampuan dalam menulis inti pembahasan dan penutup. Dengan kata lain, membuat pendahuluan dipandang paling sulit oleh mahasiswa dibandingkan dengan menulis bab tentang landasan teori, hasil, dan penutup. Berdasarkan hasil analisis data, dapat dinyatakan bahwa hal ini terjadi karena bagian pendahuluan memerlukan kemampuan mahasiswa untuk menyediakan latar belakang informasi yang sesuai dengan

topik (pikiran pokok) yang dikembangkan oleh tiap-tiap mahasiswa,

sehingga diperlukan adanya originalitas pemikiran maupun originalitas suatu informasi. Sedangkan dalam pembuatan bab dua tentang landasan teori memungkinkan mahasiswa untuk mengutip pendapat orang lain sehubungan dengan teori yang dibahas. Ada kecenderungan bahwa mahasiswa membuat bab dua ini dengan cara ‘cut’atau’copy’ dan ‘paste’ dari pemikiran atau kalimat orang lain sehingga relatif lebih gampang bagi mereka untuk membuat bab dua dibandingkan dengan bagian pendahuluan. Dengan sistem penulisan yang ‘cut’ dan ‘paste’ ini kemampuan menulis mahasiswa yang sesungguhnya

bisa diprediksi dengan jelas hanya dengan membandingkan kualitas bab ini dengan bab pendahuluan. Dengan kata lain, kualitas kalimat dan paragraf yang dibuat dalam bagian pendahuluan menunjukkan perbedaan yang tajam dengan yang ada di bab dua tentang landasan teori.

5. Penutup Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi mahasiswa dalam menulis suatu karya ilmiah belum memuaskan, terutama dalam pengembangan paragraf. Masih banyak mahasiswa mengalami masalah dalam hal pemahaman dasar penulisan karya ilmiah dan mereka belum mampu untuk mengembangkan paragraf dengan menggunakan jalinan ide yang runtut. Oleh sebab itu, disarankan kepada pengampu mata kuliah agar memikirkan strategi pembelajaran yang cocok dan efektif untuk meletakkan dasar-dasar pemahaman pengembangan paragraf. Demikian juga untuk mahasiswa yang menempuh matakuliah Teknik Penulisan Karya Ilmiah untuk: (1) mempelajari dengan saksama kaidah atau aturan dalam penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), (2) memperbanyak latihan mengembangkan paragraf sehingga paragraf yang dihasilkan dapat memenuhi syarat kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan, dan (3) memperbanyak membaca sekaligus berlatih untuk menulis karya ilmiah.

DAFTAR RUJUKAN Jordan, R.R.1990. Academic Writing Course. Second Edition. London: Collins ELT. Miles, Matthew and Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Rohendi. Jakarta: Universitas Indonesia. Oshima, A. and Hague. 1998. Introduction to Academic Writing. Adisson Wesley Publishing Company. Parera, J.D. 1991. Sintaksis. Jakarta: Gramedia. Weissberg, R. and Buker, S. 1990. Writing up Research Experimental Research Report Writing for Students of English.New Jersey : Prentice-Hall, Inc. Winkel, W. 1982. Psikologi Pendidikan. Jakarta: FE-UI.