TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN, TINGKAT PENGETAHUAN GIZI

Download Jenis Terapi Kanker dan Status Gizi Pasien Kanker Rawat Inap di Rumah Sakit. Kanker Dharmais. Dibimbing oleh EVY DAMAYANTHI dan RIRIN HARIA...

0 downloads 420 Views 830KB Size
TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN, TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, JENIS TERAPI KANKER DAN STATUS GIZI PASIEN KANKER RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS

LINA SUGITA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN, TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, JENIS TERAPI KANKER DAN STATUS GIZI PASIEN KANKER RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS

LINA SUGITA

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

ABSTRACT LINA SUGITA. Adequency level of Energy and Protein Intake, Level of Nutrition Knowledge, Type of Cancer Therapy and Nutritional Status of Cancer Hospitalized Patients at Dharmais Cancer Hospital. Under direction of EVY DAMAYANTHI and RIRIN HARIANI. The purpose of this research was for study about adequency level of energy and protein intake, level of nutrition knowledge, type of cancer therapy and nutritional status of cancer hospitalized patients at Dharmais cancer hospital. This research was used cross sectional study design with purposive sampling technique and total sample was 80 cancer patients. Data processing used Nutrisurvey and Microsoft Excel 2007 programe with univariat descriptive analysis and bivariat to see the relationship from level of energy and protein intake, level of nutrition knowledge, type of cancer therapy with nutritional status that tested with pearson corelation. The result showed based on level of nutrition knowledge, almost a half from sample (43.8%) had low level of nutrition knowledge. Most of the sample had severe deficit at energy intake (90%) and protein intake (55%). Half of the sample (62.5%) had been doing chemotherapy, with the highest sample was on breast cancer patient (30%). Half of the sample had good nutritional status (50%), even though sample with severe underweight nutritional status was 16.25%, sample with mild underweight was 11.25%, for 15% sample that had overweight and 7.5% sample with severe overweight. Test result from pearson corelation showed that there was no relationship between level of nutrition knowledge, adequency level of energy intake, adequency level of protein intake and cancer therapy with nutritional status. Key words: cancer, nutritional status, energy intake, protein intake, nutrition knowledge

RINGKASAN LINA SUGITA.Tingkat Kecukupan Energi dan Protein,Tingkat Pengetahuan Gizi, Jenis Terapi Kanker dan Status Gizi Pasien Kanker Rawat Inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Dibimbing oleh EVY DAMAYANTHI dan RIRIN HARIANI. Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 diantara penyakit tidak menular. Pada semua kelompok umur di Indonesia, kanker (tumor ganas) berada pada urutan keenam setelah diabetes mellitus yaitu 4.3‰. Kanker dapat dianggap sebagai penyakit dari sel-sel tubuh yang berkembang secara abnormal. Pengembangannya melibatkan kerusakan sel-sel DNA, dan kerusakan ini terakumulasi dari waktu ke waktu. Seiring dengan perjalanan penyakitnya dapat menimbulkan masalah gizi,terutama menyebabkan penurunan status gizi bagi penderitanya. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari tingkat kecukupan energi dan protein, tingkat pengetahuan gizi, jenis terapi kanker dan status gizi pasien kanker rawat inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, karena pengambilan data dilakukan pada satu waktu tidak berkelanjut. Bertempat di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Dilakukan pada bulan Juli 2011. Populasi adalah pasien kanker rawat inap di kelas II, III, dan Jamkesmas. Contoh adalah bagian dari populasi yang diambil dengan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi yaitu laki-laki atau perempuan, berusia > 18 tahun, pasien rawat inap kunjungan maksimal 3 hari rawat, kondisi sadar dan bersedia menjadi contoh penelitian. Jumlah contoh yang diambil yaitu sebanyak 80 orang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data karakteristik contoh (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan), tingkat pengetahuan gizi contoh diperoleh menggunaka kuesioner dengan pertanyaan sebanyak 20 pertanyaan, asupan makan contoh diperoleh dengan menggunakan recall 2 x 24 jam, antropometri (berat badan) contoh diperoleh dengan pengukuran menggunakan timbangan injak. Data sekunder meliputi data profil Rumah Sakit Kanker Dharmais, data tinggi badan, jenis kanker dan jenis terapi kanker yang diperoleh dari rekam medik. Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis, pengolahan data dimulai dari coding, editing, entry data kemudian dianalisis dengan menggunakan program nutrisurvey, komputer perangkat lunak microssoft excel 2007 dengan analisis deskriptif. Untuk melihat hubungan antar variabel, uji yang digunakan yaitu uji korelasi Pearson. Secara keseluruhan sebagian besar dari contoh (70%) adalah perempuan. Secara keseluruhan usia contoh berkisar antara 45-54 tahun (45%), hampir separuh dari contoh (39%) dengan tingkat pendidikan SMA/sederajat, separuh dari contoh (59%) tidak bekerja, hal ini dikarenakan contoh pada penelitian ini sebagian besar adalah ibu rumah tangga. Berdasarkan status gizi, separuh dari contoh (50%) dengan status gizi lebih maupun kurang, yaitu sebesar 16.25% contoh status gizi kurus berat, 11.25% kurus ringan, sebesar 15% contoh gemuk ringan dan 7.5% contoh gemuk berat. Berdasarkan tingkat pengetahuan gizi, hampir separuh dari contoh (43.8%) tingkat pengetahuan gizi rendah < 60% dengan rata-rata pengetahuan gizi 61.3%. Sebagian besar dari contoh (90%) memiliki tingkat kecukupan energi dengan kategori defisit berat,

dan contoh (55%) dengan tingkat kecukupan protein defisit berat. Rata-rata asupan energi contoh 862±340 kkal dan rata-rata asupan protein contoh 34±17 gram. Dimana pada contoh yang memiliki tingkat kecukupan defisit berat ratarata asupan energi contoh yaitu 805±291 kkal dan rata-rata asupan protein 32±15 gram, contoh dengan tingkat kecukupan defisit sedang rata-rata asupan energi 878 kkal dan protein 43 gram, contoh dengan tingkat asupan defisit ringan rata-rata asupan energi yaitu 1578±173 kkal dan protein 60±60, contoh dengan asupan baik rata-rata asupan energi contoh 1169±334 kkal dan asupan protein contoh 34±24 gram. Separuh dari contoh (62.5%) sedang menjalani terapi kemoterapi, dengan jumlah contoh 30% terbanyak pada kanker payudara. Berdasarkan kebiasaan makan contoh sebelum terdiagnosa kanker, sebagian besar dari contoh (47.4%) menjawab kadang mengkonsumsi sayur dan (48.5%) jarang mengkonsumsi buah. Hasil analisis menunjukan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan gizi dengan status gizi dimana p>0.05. Hal ini dikarenakan pengetahuan gizi merupakan faktor yang tidak secara langsung mempengaruhi status gizi. Hasil menunjukan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis terapi kanker dengan status gizi dengan p>0.05, hal ini diduga karena terdapat faktor lain yang tidak diamati seperti stadium kanker, jenis obat yang digunakan yang mungkin berpengaruh. Selain itu, contoh yang diamati tidak beragam jenis terapinya yang sebagian besar contoh (62.5%) mendapat kemoterapi, sedangkan sisanya (37.5%) mendapat terapi radiasi, operasi dan kombinasi. Menyebabkan hubungan yang tidak bermakna secara statistik. Dan juga hasil menunjukan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan energi dan tingkat kecukupan protein dengan status gizi dengan p>0.05, hal ini dimungkinkan karena status gizi seseorang merupakan refleksi dari kebiasaan makan pada waktu sebelumnya. Selain itu, pengaruh kanker dan terapi kanker, asupan makan pada status gizi tidak dapat dilihat hanya pada satu waktu (cross sectional), tetapi perlu dilihat perjalanan penyakit dan terapi yang dilakukan, untuk itu perlu penelitian lebih lanjut mengenai status gizi pasien kanker melalui pendekatan longitudinal ke depan (cohort).

Judul : Tingkat Kecukupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi, Jenis Terapi Kanker, dan Status Gizi Pasien Kanker Rawat Inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Nama : Lina Sugita NRP

: I 14096055

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

dr. RirinHariani, SpGK 19660128 199102 2 001

Dr. Ir. EvyDamayanthi, MS 19621204 198903 2 002

Mengetahui, KetuaDepartemenGiziMasyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 196212181987031001

TanggalDisetujui:

PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga tugas akhir dengan judul skripsi, “Tingkat Kecukupan Energi dan Protein, JenisTerapi Kanker, Tingkat Pengetahuan Gizi dan Status Gizi Pasien Kanker Rawat Inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais” dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat bagi penulis untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.Terselesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis juga mengucap kanteri makasih kepada. 1. Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS selaku pembimbing I yang telah senantiasa sabar dan tulus memberikan arahan, motivasi dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini. 2. dr. Ririn Hariani, SpGK selaku pembimbing II yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di Instalansi Gizi Rumah Sakit Kanker Dharmais. 3. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, MS selaku Penguji dan pemandu seminar yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini. 4. Kepala perawat kelas I, II, dan Jamkesmas serta para perawat dan ahli gizi RS Kanker Dharmais telah memberikan izin dan bantuannya dalam pengumpulan data penelitian. 5. Kedua orangtua di rumah yang selalu memberikan yang terbaik melalui motivasi dan dukungan baik material maupun spiritual kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta Adik dan Nenek tercinta atas semangat dan doanya. 6. Sahabat dan teman-teman terdekat, mba Desri, serta kerabat Ekstensi Ilmu Gizi angkatan 3 atas berbagi ilmu, motivasi, dukungan, bantuan dan doanya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca. Bogor, Maret 2012 Penulis

RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Sukabumi Provinsi Jawa Barat pada tanggal 30 April 1988.Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Yugiyono dan Ibu Juju Ratnasih. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD NegeriPintukisi II kota Sukabumi padatahun 2000. Kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 5 kota Sukabumi dan lulus tahun 2003. Pendidikan selanjutnya ditempuh penulis di SMA Negeri 2kota Sukabumi dan lulus pada tahun 2006. Penulis diterima di Program Diploma Politeknik Kesehatan Bandung pada jurusan Gizi dan lulus pada tahun 2009. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada Program Ahli Jenis S1 Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009. Selama menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah ikut serta kepanitiaan dalam kegiatan seminar Nasional dengan judul “Lebih Sehat, Muda dan Menarik dengan Minuman Antioksidan dan Susu”.

i    DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI………………………………………………………………….……… i DAFTAR TABEL…………………………………………………………….……… ii DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………… iii DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………. iv PENDAHULUAN…………………………………………………………………… 1 Latar belakang………………………………………………………….….... 1 Rumusan masalah…………………………………………………….…….. 4 Tujuan ………….………………………..…………………………….…….. 4 Kegunaan ………….………….……………………………………….……. 4 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………….. 6 Definisi kanker……………………………………………………………….. 6 Etiologi dan Patofisiologi Kanker………………………………………….. 6 Kategori Kanker……………………………………………………………… 8 Stadium Kanker……………………………………………………….…….. 8 Gejala Kanker……………………………………………………………….. 9 Faktor Risiko…………………………………………………………..…….. 11 Terapi Kanker……………………………………………………………….. 13 Pengetahuan Gizi………….…………………........................................... 15 Status Gizi…………………………………………………………………… 15 Pengukuran Status Gizi……………………….…………………………… 16 Indeks Masa Tubuh………... ………………………………………………. 17 Survei Konsumsi.………..…………………………………………….…..... 18 Metode Recall 24 Jam………………………………………………………. 19 Gizi Pada Pasien Kanker……………………………………………........... 20 KERANGKA PEMIKIRAN…………………………………………………….…… 22 METODOLOGI PENELITIAN……………………………………………….……. 24 Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian…………………………….….….. 24 Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh…………………………….…….. 24 Jenis dan Cara Pengumpulan Data……………………………….………. 25 Pengolahan dan Analisis data…………………………………….….……. 26 DEFINISI OPERASIONAL………………………………………………….…….. 30 HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………….………... 31 Gambaran umum RS Kanker Dharmais………………………….……..... 31 Distribusi Frekuensi Karakteristik ………….…………………….………… 31 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Gizi …………………………....……… 34 Tingkat Kecukupan Energi dan Protein dengan Status Gizi…............... 37 Distribusi Frekuensi Jenis Terapi dan Jenis kanker……………...……. 38 Distribusi Frekuensi Status Gizi………………………………..….......….. 40 Tingkat Kecukupan Energi dan Protein dengan Status Gizi…………. 42 Jenis Terapi Kanker dengan Status Gizi………………………..………. 44 Jenis Kanker dengan Status Gizi…………….. …………………….…… 45 Terapi Kanker dengan Tingkat Kecukupan pan Energi& Protein………. 47 Hubungan Antar Variabel………….……………................……………… 51 KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………………… 55 Kesimpulan…………………………………………………………………… 55 Saran………………………………………………………………………….. 55 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….. 56 LAMPIRAN……………………………………….…………………………………. 60

ii    DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1

Faktor risiko gizi pada kanker secara umum………………………...

12

Tabel 2

Kategori ambang batas IMT…………………………………………...

18

Tabel 3

Jenis dan cara pengumpulan data……………………………………

25

Tabel 4

Pengkategorian variabel penelitian…………………………………...

29

Tabel 5

Sebaran contoh berdasarkan jawaban yang benar pertanyaan pengetahuan gizi……………………………………………....

Tabel 6

36

Sebaran contoh menurut jenis kanker berdasarkan jenis kelamin…………………………………………………………………..

39

Tabel 7

Sebaran contoh berdasarkan status gizi……….…………………….

40

Tabel 8

Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein dengan status gizi……………......……………………………

Tabel 9

41

Sebaran contoh berdasarkan jenis terapi kanker dengan status gizi…................................................................................................

44

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan jenis terapi kanker dengan status gizi ..............................…………….………………………………….. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein……………………................................................................. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan.............................

45

Tabel 13 Hasil uji analisis korelasi Pearson hubungan pengetahuan gizi, tingkat asupan energi& protein, jenis terapi kanker dengan status gizi..………………………………………………………………………

46 49 51

iii    DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1

Kerangka pemikiran....................................................................

23

Gambar 2

Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin……………………...

32

Gambar 3

Sebaran contoh berdasarkan usia………………………………...

32

Gambar 4

Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan………………..

33

Gambar 5

Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan………………………….

34

Gambar 6

Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi………...

34

Gambar 7

Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan

Gambar 8

protein.........................................................................................

37

Sebaran contoh berdasarkan terapi kanker................................

38

iv    DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1

Persetujuan responden…………………………………………... 60

Lampiran 2

Kuesioner penelitian……………………………………………… 61

Lampiran 3

Master data karakteristik contoh………………………………… 69

1

PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut WHO dan Bank Dunia (2005) diperkirakan setiap tahun, 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta diantaranya meninggal dunia. Jika tidak dikendalikan, diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta meninggal karena kanker pada tahun 2030. Ironisnya, kejadian ini akan terjadi lebih cepat di negara miskin dan berkembang (International Union Against Cancer /UICC 2009). Kanker menempati urutan kedua setelah penyakit jantung sebagai penyebab kematian utama di Amerika serikat. Pada wanita usia 40 hingga 79 tahun dan laki-laki usia 60-79 tahun (Whitney 2008). Penyakit kanker sebagian besar dapat dicegah, namun dapat mengakibatkan lebih dari satu juta kematian setiap tahunnya. Sekitar 23 % kematian di Amerika serikat diakibatkan oleh kanker (Lee RD, et al 2008). Proporsi kejadian kanker di dunia yang lebih tinggi terjadi di daerah kurang berkembang, baik dari segi insiden kanker (56% dari kasus kanker baru di tahun 2008 terjadi di negara berkembang) dan kematian kanker (63% dari kematian akibat kanker). Penderita kanker terbanyak di dunia adalah kanker paru-paru (1.61 juta, 12.7% dari total), kanker payudara (1.38 juta, 10.9%) dan kanker kolorektal (1.23 juta, 9.7%). Penyebab kematian yang paling umum terjadi yaitu pada kanker paru-paru (1.38 juta, 18.2% dari total), kanker lambung (0.74 juta, 9.7%) dan kanker hati (0.69 juta, 9.2%) (GLOBOCAN 2008). Di Indonesia pada tahun 2004, prevalensi penyakit neoplasma mengalami peningkatan yang cukup tinggi (Depkes Indonesia 2005). Data statistik rumah sakit dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2006, menunjukkan bahwa kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap (19,64%), disusul kanker leher rahim (11,07%), dan leukemia (5,93%) (Depkes Indonesia 2009). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 diantara penyakit tidak menular pada semua kelompok umur di Indonesia, kanker (tumor ganas) berada pada urutan keenam setelah diabetes mellitus yaitu 4.3‰. Kanker dapat dianggap sebagai penyakit dari sel-sel tubuh yang berkembang secara abnormal. Pengembangannya melibatkan kerusakan pada sel - sel DNA, dan kerusakannya ini terakumulasi dari waktu ke waktu. Sel-sel ini merusak dan melepaskan diri dari mekanisme yang berfungsi untuk melindungi

2

dari pertumbuhan dan penyebaran sel-sel tersebut, yaitu neoplasma. Klasifikasi tumor didasarkan pada jaringannya, sifat pertumbuhan, dan invasi atau penyebaran ke jaringan lain. Pertumbuhan neoplasma ganas biasanya merusak jaringan sekitarnya dan dapat menyebar ke organ lainnya, proses ini dikenal sebagai metastasis (Grant 2004). Kanker dapat membunuh penderitanya dengan berbagai cara, tetapi yang paling sering adalah akibat kekurangan gizi yang berat atau kakhesia. Pada penderita dengan kakhesia, penderita mengalami kurus kering dan lemah lunglai, seperti orang yang menderita kelaparan dengan jangka waktu yang lama. Malnutrisi pada kanker disebabkan oleh faktor-faktor primer dan sekunder, baik langsung maupun tidak langsung. Pada 20% - 40% dari seluruh penderita kanker penyebab kematian adalah karena kelaparan. Faktor-faktor primer tersebut antara lain faktor umur, pengetahuan tentang gizi, asupan makanan, penyakit infeksi dan untuk faktor-faktor sekunder tersebut antara lain stadium kanker dan tindakan pengobatan kanker (Uripi 2002). Status gizi dan tingkat konsumsi pangan merupakan bagian penting dari status kesehatan seseorang. Seseorang dengan kondisi sakit yang sedang dalam penyembuhan dan juga pada lanjut usia pun memerlukan pangan khusus karena kondisi kesehatannya yang kurang baik. Pandangan dan kepercayaan seseorang, termasuk juga pengetahuan mereka tentang ilmu gizi, harus dipertimbangkan

sebagai

bagian

dari

berbagai

faktor

penyebab

yang

berhubungan terhadap konsumsi makanan mereka. Dengan pendidikan gizi yang baik

maka

dapat

ditingkatkan

konsumsi

pangan

serta

keadaan

gizi

(Suhardjo 2003). Terjadinya penurunan status gizi pada sebagian besar penderita kanker terutama karena turunnya asupan zat-zat gizi, baik akibat gejala penyakit kankernya sendiri atau efek samping pengobatan seperti anoreksia, mual, muntah, maupun diare. Penyakit kanker dapat diobati dengan pembedahan, radiasi, kemoterapi, imunoterapi, atau kombinasi beberapa jenis pengobatan tersebut. Meskipun demikian, semua jenis pengobatan ini sedikit banyak akan mempengaruhi keadaan gizi penderita karena efek samping yang ditimbulkan seperti anoreksia, mual, muntah, maupun diare. Di lain pihak, keberhasilan pengobatan sangat tergantung pada keadaan gizi penderita (Uripi 2002). Kemunduran status gizi dapat menimbulkan komplikasi dan menghambat terapi kuratif. Kekurangan gizi merupakan salah satu faktor penting yang sangat

3

mempengaruhi hasil pengobatan kanker karena pasien dengan kecukupan gizi dan status gizi yang baik relatif lebih tahan terhadap terapi kanker dari pada pasien yang berstatus gizi buruk dan kecukupan gizi kurang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Montoya dan Domingo (2010) mengenai status gizi pasien kanker dengan pengobatan kemoterapi pada Lembaga Nasional Transplantasi Ginjal di Singapura, menunjukan bahwa separuh (47,5%) pasien kanker yang menjalani kemoterapi mengalami kekurangan gizi bahkan risiko lebih tinggi mengalami gizi buruk. Dalam penelitiannya dinyatakan bahwa pada pasien kanker berisiko kekurangan gizi karena memiliki sistem metabolik yang tinggi akibat tumor, rendahnya asupan makan karena kemoterapi yang menyebabkan perubahan indera pencecap dan pembau. Begitu juga dengan hasil studi Unsal (2006) dan Geirsdottir (2008) menunjukan bahwa, terjadi penurunan status gizi pasien kanker (40%) setelah menjalani terapi kemoterapi, dan terjadi peningkatan keadaan malnutrisi pasien kanker (31% menjadi 43%) setelah menjalani terapi radiasi. Studi lain menunjukan bahwa 64% pasien kanker mereka mengalami gizi buruk yang meningkat sampai 81% di antara pasien yang menjalani perawatan paliatif, dimana perawatan paliatif yaitu perawatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi dampak kanker serta meningkatkan kualitas hidup pasien. Perawatan ini biasanya dilakukan pada pasien dengan kondisi stadium lanjut. Karena tingginya prevalensi gizi buruk pada pasien kanker sehingga penting untuk dilakukannya penilaian status gizi pasien tersebut. Rumah Sakit Kanker Dharmais adalah RS rujukan pusat yang berfungsi memberikan pelayanan yang merata bagi masyarakat, khususnya bagi penderita kanker. Ada peningkatan persentase penyakit kanker di RS Kanker Dharmais dari tahun ke tahun. Hal ini dapat terlihat dari 10 besar jumlah penderita kanker dari tahun 2009 jumlah penderita kanker adalah 1530 kasus dan pada tahun 2010 berjumlah 1722 kasus. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tingkat kecukupan energi dan protein, tingkat pengetahuan gizi, jenis terapi kanker, dan status gizi pasien kanker rawat inap Rumah Sakit Kanker Dharmais.

4

Rumusan Masalah Bagaimanakah tingkat kecukupan energi dan protein,tingkat pengetahuan gizi, jenis terapi kanker dan status gizi pasien kanker rawat inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari tingkat kecukupan energi dan protein, tingkat pengetahuan gizi, jenis terapi kanker dan status gizi pasien kanker rawat inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Tujuan Khusus 1. Mempelajari karakteristik contoh (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan). 2. Identifikasi tingkat pengetahuan gizi contoh kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais. 3. Identifikasi tingkat kecukupan energi dan protein contoh kanker di Rumah Sakit kanker Dharmais. 4. Identifikasi jenis kanker dan jenis terapi kanker contoh kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais. 5. Identifikasi status gizi contoh kanker rawat inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais. 6. Menganalisis hubungan antara pengetahuan gizi, tingkat kecukupan energi dan protein, jenis terapi kanker dengan status gizi contoh kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Peneliti Dengan melakukan penelitian ini peneliti akan memperoleh pengalaman langsung untuk mengetahui permasalahan kanker dalam bidang gizi dan mengetahui baik tingkat asupan makan, terapi kanker maupun status gizi pasien kanker juga menambah wawasan dan pengetahuan peneliti di bidang gizi klinik. 2. Bagi Institusi Rumah Sakit Dengan melakukan penelitian ini diharapkan hasilnya dapat memberikan masukan informasi data mengenai status gizi pasien kanker rawat inap dan hubungannya dengan tingkat asupan makan dan terapi kanker serta

5

sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan intervensi gizi pada pasien kanker. 3. Bagi Masyarakat Dengan melakukan penelitian ini diharapkan hasilnya berguna untuk masyarakat khususnya pasien kanker maupun keluarganya dalam informasi berkenaan dengan asupan makan pasien kanker, terapi kanker serta hubungannya dengan status gizi pasien kanker.

6

TINJAUAN PUSTAKA Kanker Definisi Kanker Kanker dapat dianggap sebagai penyakit dari sel-sel tubuh yang berkembang secara abnormal. Pengembangannya melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid), dan kerusakannya ini terakumulasi dari waktu ke waktu. Sel-sel ini merusak dan melepaskan diri dari mekanisme yang berfungsi untuk melindungi dari pertumbuhan dan penyebaran sel - sel tersebut, yaitu

neoplasma.

Klasifikasi

tumor

didasarkan

pada

jaringannya,

sifat

pertumbuhan, dan invasi atau penyebaran ke jaringan lain. Pertumbuhan neoplasma ganas biasanya merusak jaringan sekitarnya dan dapat menyebar ke organ lainnya, proses ini dikenal sebagai metastasis (Grant 2008). Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh perkembangan populasi sel yang lolos pada pertumbuhan regulasi normal, replikasi, dan diferensiasi dan yang menyerang jaringan di sekitarnya. Kanker berkembang ketika clone dari sel abnormal dapat keluar dari regulasi. Kanker dihasilkan dari fungsi sel yang abnormal dan kelainan ini hasil dari mutasi dalam struktur nukleotida DNA yang paling sering diperoleh selama hidup (mutasi somatik) (Wiseman 2007). Penyakit kanker dapat didefinisikan berdasarkan empat karakteristik, yang dapat menjelaskan bagaimana sel kanker belaku berbeda dengan sel normal. 1. Klonalitas : Kanker berasal dari perubahan genetik yang terjadi pada sebuah sel, yang kemudian berploriferasi membentuk sel ganas. 2. Autonomi : Pertumbuhan tidak teratur dengan benar oleh pengaruh biokimia dan fisik normal dalam lingkungan. 3. Anaplasia : Tidak terdapat diferensiasi sel yang normal dan terkoordinasi 4. Metastasis : Sel kanker memiliki kemampuan tumbuh secara tidak kontinyu dan menyebar ke bagian tubuh lain (Mendelsohn 2000). Etiologi dan Patofisiologi Kanker Kanker adalah suatu pertumbuhan maligna yang selnya memiliki sifat – sifat : replikasi terus menerus, hilangnya kontak penghambat, invasif dan kemampuannya untuk menyebar, jika tidak ditangani maka akan menjadi fatal. Faktor lingkungan merupakan penyebab kejadian kanker sebesar 80-85%,

7

sedangkan sekitar 10-15% disebabkan oleh kesalahan replikasi dan genetika, dan diyakini sepertiga dari kanker berhubungan dengan diet (Damayanthi 2008). Penyebab kanker bervariasi dan tidak dapat diketahui dengan pasti. Kanker

terjadi

karena

kerusakan

struktur

genetik

yang

menyebabkan

pertumbuhan sel menjadi tidak terkontrol. Pola insiden kanker bervariasi sesuai jenis kelamin, ras, dan letak geografik. Beberapa kanker dapat dipengaruhi faktor genetik keluarga, namun yang paling sering terjadi karena faktor lingkungan dan gaya hidup. Promotor kanker, yang disebut karsinogen seperti bahan kimia, virus serta faktor lingkungan dan gaya hidup (Mendelsohn 2000 dan Duyff 2006). Kanker adalah nama untuk sekelompok kondisi yang dihasilkan dari pertumbuhan tidak terkendali dari sel - sel yang abnormal. Perkembangannya kompleks melalui beberapa tahap yaitu: aktivasi, inisiasi, promotor, progresi (perkembangan dan penyebaran), dan kemungkinan remisi (sukses pengobatan atau pembalikan). Menurut Krinke (2005) Fase transformasi sel normal menjadi sel kanker adalah sebagai berikut : 1. Aktivasi. Beberapa bahan kimia dan/atau radiasi dapat memicu perubahan sel. Dalam proses yang normal, tubuh seseorang dapat menghilangkan zat-zat berbahaya, dalam beberapa kasus substansi menetap dan menempel pada DNA dalam sel. 2. Inisiasi. DNA berubah atau bermutasi dalam sel yang disalin. Jika itu terjadi dalam DNA tertentu, ini akan membuat sel lebih sensitif terhadap zat berbahaya dan/atau radiasi. 3. Promosi. Ketika sel menjadi sensitif, promotor mendorong sel-sel membelah dengan cepat. Jika urutan normal dari DNA rusak, gumpalan sel abnormal mengikat bersama untuk membentuk suatu masa atau tumor. 4. Progresi. Sel-sel terus berkembang biak dan menyebar ke jaringan terdekat. Jika mereka memasuki sistem getah bening, sel-sel abnormal akan diangkut ke organ tubuh lain. 5. Pembalikan.

Tujuan

dari

pembalikan

adalah

untuk

mencegah

perkembangan kanker atau untuk memblokir salah satu dari keempat tahap pertama.

8

Kategori kanker Tumor diidentifikasi berdasarkan jaringan asal, tempat mereka tumbuh. Akhiran “oma” biasanya ditambahkan ke istilah jaringan untuk mengidentifikasi suatu kanker (Corwin 2001). Beberapa kategori umum kanker yaitu, karsinoma adalah kanker jaringan epitel, termasuk sel-sel kulit, testis, ovarium, kelenjar penghasil mukus, sel penghasil melanin, payudara, serviks, kolon, rektum, lambung, pankreas dan esophagus. Limfoma adalah kanker jaringan limfe yang mencakup kapiler limfe, lakteal, limpa, berbagai kelenjar limfe dan pembuluh limfe. Timus dan sumsum tulang juga dapat dipengaruhi. Limfoma spesifik antara lain adalah penyakit Hodgkin (kanker kelenjar limfe dan limpa) dan limfoma malignum. Leukemia adalah kanker dalam darah dimana sumsum tulang belakang memproduksi sel darah putih abnormal yang mendesak keluar sel darah putih normal, sel darah merah dan platelet. Sarkoma adalah kanker jaringan ikat, termasuk sel-sel yang ditemukan di otot dan tulang (Escott 2008). Glioma adalah kanker sel-sel glia (penunjang) di susunan saraf pusat. Karsinoma in situ adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang masih terbatas di daerah tertentu sehingga dianggap lesi prainvasif (Corwin 2001). Stadium kanker Stadium kanker merupakan keputusan klinis yang berkaitan dengan ukuran tumor, derajat invasi lokal yang telah terjadi dan derajat penyebarannya ke tempat-tempat jauh pada seseorang (Corwin 2001). Sebuah prediktor secara kuat mengenai kekambuhan penyakit dan lamanya paparan penyakit pasien yang menyerang di tempat itu serta penyebaran ke organ terdekat, seperti tulang, hati, paru-paru dan sistem saraf pusat. Secara klinis untuk menentukan diagnosa perluasan penyakit, maka akan digunakan hasil pemeriksaan klinis pasien, hasil observasi selama intervensi pembedahan, dan hasil laporan patologis (Nasca 2008). Sistem stadium tumor terbagi menjadi dua yaitu stadium yang masih terbatas dan stadium yang sudah meluas. Sistem stadium terbatas termasuk kategori kanker in situ (tumor yang terbatas pada lapisan atas sel epitel), penyebaran kanker masih terbatas pada satu tempat. Sistem TNM dapat digunakan untuk pembagian stadium kanker yang meluas, dimana T (ukuran tumor), N (metastasis ke kelenjar getah bening regional), dan M (ada atau tidak adanya metastasis jauh). Sistem TNM telah dikembangkan oleh gabungan The

9

International Agency for Research on Cancer (IARC) dan The American Joint Committee on Cancer (AJCC) (Nasca 2008). Gejala kanker Menurut Corwin (2001) gejala kanker secara umum timbul tergantung dari jenis atau organ tubuh yang terserang yaitu : a. Nyeri dapat terjadi akibat tumor yang meluas menekan syaraf dan

pembuluh darah disekitarnya, reaksi kekebalan dan peradangan terhadap kanker yang sedang tumbuh, dan nyeri juga disebabkan karena ketakutan atau kecemasan. b. Pendarahan atau pengeluaran cairan yang tidak wajar, misalnya ludah,

batuk atau muntah yang berdarah, mimisan yang terus menerus, cairan puting susu yang mengandung darah, cairan lubang senggama yang berdarah (diantara menstruasi/menopause) darah dalam tinja, darah dalam air kemih. c.

Perubahan kebiasaan buang air besar.

d. Penurunan berat badan dengan cepat akibat kurang lemak dan protein

(kaheksia). e. Gangguan pencernaan, misalnya sukar menelan yang terus menerus. f.

Nyeri akibat penekanan syaraf dan pembuluh darah terutama terjadi pada jaringan-jaringan yang terletak diruangan yang terbatas seperti tulang atau otak

g. Anemia yang terjadi akibat berbagai sebab h. Kelelahan sering terjadi akibat gizi yang buruk, malnutrisi protein, dan

gangguan oksigenasi jaringan akibat anemia. Menurut Corwin (2001), Wilson (2003), dan Escott (2008), terdapat beberapa gejala kanker yag secara khusus berdasarkan jenis kanker yang dialami, yaitu : a. Kanker paru-paru

Batuk persisten, dispnea, nyeri pleura (dada), hemoptisis (batuk berdarah). Anoreksia, penurunan berat badan adalah manifestasi kanker paru yang lanjut. b. Kanker payudara

Adanya benjolan, penebalan kulit (tickening), perubahan bentuk, kulit menjadi

merah,

panas,

(benjolan) dan nyeri

edematosa

(pembengkakan),

berindurasi

10

c.

Kanker lambung Gejala dini rasa sedikit tidak enak pada abdomen bagian atas, rasa penuh setelah makan. Pada akhirnya terjadi anoreksia dan penurunan berat badan.

d. Kanker kolon

Perubahan kebiasaan defekasi, pendarahan, nyeri, anoreksia dan penurunan berat badan e. Kanker andung kemih atau ginjal

Ada darah pada air seni, rasa sakit atau perih pada saat buang air kecil, keseringan atau kesulitan buang air kecil, sakit pada kandung kemih. f.

Kanker prostat Kencing tidak lancar, rasa sakit ketika buang air kecil, rasa terbakar Limfoma Kelenjar getah bening membesar, mual , muntah , anoreksia demam atau penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.

g. Leukemia

Pucat, kelelahan kronis, penurunan berat badan, anemia, mual, muntah, dan demam. h. Kanker otak

Sakit kepala sering merupakan manifestasi kanker otak stadium lanjut i.

Kanker mulut Bengkak kecil di dasar mulut yang dapat bergerak dan tidak menimbulkan nyeri.

j.

Kanker hati Nyeri akut karena pendarahan dari tumor, acites (penumpukan cairan di rongga perut), nafsu makan menurun dan muncul ikterus (kuningan)

k.

Kanker pankreas Penurunan nafsu makan, penurunan berat badan dan nyeri punggung

l.

Nasofaring Gejala pertama baru muncul setelah pertumbuhan masuk meluas ke lingkungan sekitar misalnya menyebabkan mata juling, tuli satu telinga dan bengkak di leher akibat metastasis di kelenjar limfe leher.

m. Kanker servik

Gangguan siklus haid, keputihan berlebihan dan bau busuk, penderita sering mendadak sakit perut.

11

Faktor risiko Faktor-faktor risiko untuk kanker antara lain adalah pajanan ke bahan fisik, kimiawi, atau virus yang diketahui bersifat mutagenik dan pajanan berkepanjangan ke suatu promotor. Mutagen dapat terhirup, tertelan, atau bekerja di kulit, misalnya radiasi ultraviolet. Menurut Corwin (2001) dan Krinke (2005) terdapat pula beberapa faktor risiko lainnya yaitu : a.

Faktor risiko hormonal Hormon estrogen dapat berfungsi sebagai promotor bagi kanker tertentu, misalnya kanker payudara dan kanker endometrium. Wanita yang menstruasi memiliki kadar estrogen yang tinggi, maka risiko terbentuknya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi dini dan mencapai menopause lambat. Terlambat mengandung atau tidak memiliki anak dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

b.

Faktor kejiwaan, emosi psikis Gangguan

yang

terjadi

pada

emosi

dapat

menyebabkan

atau

memperberat kanker seperti stress, dendam, kebencian yang mendalam atau sakit hati. Peranan faktor kejiwaan pada kanker dapat melalui beberapa cara, diantaranya; stress atau dendam yang mempengaruhi perkembangan sel menjadi liar dan efek yang melemahkan sistem kekebalan tubuh sel T sehingga tidak mampu melenyapkan sel kanker tertentu. c.

Faktor yang bersifat protektif terhadap pembentukan kanker. Hormon progesteron bersifat protektif terhadap kanker yaitu dengan menghambat efek stimulasi estrogen. Hormon progesteron meningkat pada wanita saat kehamilan dan saat menyusui, oleh karena itu wanita yang menyusui selama paling sedikit 6 bulan berturut-turut, wanita yang hamil beberapa kali, akan mengurangi risiko terkena kanker payudara.

d.

Faktor riwayat keluarga Adanya riwayat keluarga yang mengidap kanker, terutama dari satu jenis, adalah faktor risiko terjangkitnya kanker. Kecenderungan genetik untuk kersinogenesis mungkin disebabkan oleh rapuhnya gen-gen regulator, kerentanan terhadap inisiator atau promotor tertentu, kesalahan enzim pengkoreksi, atau gagalnya fungsi sistem imun (Corwin 2001).

12

e.

Faktor prilaku individu Perilaku tertentu meningkatkan kemungkinan bahwa seseorang akan lebih sering terpajan ke inisiator atau promotor. Faktor-faktor risiko perilaku antara lain adalah merokok, dan konsumsi makanan yang banyak mengandung lemak dan daging yang diawetkan. Faktor risiko perilaku berkaitan dengan perilaku seksual seperti berganti-ganti pasangan, dan melakukan hubungan intim pada usia dini, meningkatkan risiko terinfeksi virus papiloma manusia yang berkaitan dengan neoplasma alat kelamin. Infeksi oleh virus herpes simplek tipe-2 yang ditularkan melalui hubungan kelamin dapat menigkatkan risiko kanker (Corwin 2001).

f.

Faktor makanan Diet dapat merubah peran genetik dalam perkembangan kanker. Walaupun pola diet berdampak lebih besar ketika awal kehidupan, tetapi perhatian ditunjukan lebih besar pada orang dewasa dalam menurunkan risiko kanker. Asupan buah, sayuran dan antioksidan berhubungan dengan penurunan kanker pada tahap inisiasi dan progresi. The American Cancer Society Expert Committe telah menunjukan bahwa manfaat dari peningkatan asupan buah dan sayuran dapat mencegah kanker payudara, kolon, paru-paru dan prostat (Krinke 2005). Adapun faktor risiko kanker yang berkaitan dengan gizi secara umum, disajikan pada tabel 1.

Tabel 1 Faktor risiko gizi pada kanker secara umum Tipe kanker Paru – paru Payudara Lambung Kolon/ rektum Nasofaring Hati Servik Esophagus Prostat

-

Faktor risiko gizi dengan fakta nyata maupun diduga berpengaruh Rendahnya asupan buah dan sayur Rendahnya asupan buah dan sayur Obesitas (terutama pada wanita menopause) Peningkatan asupan alkohol Rendahnya asupan buah dan sayur Asupan makanan yang diawetkan Tingginya penggunaan obat, merokok dan makanan awetan. Rendahnya asupan buah dan sayur Tingginya asupan daging merah (terutama lemak pada daging merah) Asupan alkohol berlebih Rendahnya asupan buah dan sayur Asupan alkohol dan tembakau berlebih Kebiasaan merokok Tingginya asupan alkohol Konsumsi makanan yang terkontaminasi (terutama kontaminasi aflatoxins) Rendahnya asupan buah dan sayur Rendahnya asupan buah dan sayur Kekurangan gizi Asupan tinggi alcohol Tingginya asupan daging merah atau lemak daging dan produk olahanya

Sumber : Klinke 2005

13

Terapi kanker Terapi pada pasien kanker bertujuan untuk membinasakan sel-sel kanker dengan membunuhnya ataupun membuangnya (uripi 2002). Walaupun saat ini cukup banyak pilihan terapi yang dapat dilakukan untuk setiap jenis kanker tetapi sebagian besar menimbulkan komplikasi dan penyulit pada penderitanya. Secara umum tujuan terapi kanker adalah memperbesar angka harapan hidup dan mengatasi gejala yang berarti memperbaiki kualitas hidup. Berikut ini jenis terapi untuk pasien kanker : a. Kemoterapi Kemoterapi adalah penggunaan bahan kimia atau obat untuk mengobati kanker. Sedangkan operasi dan terapi radiasi digunakan untuk mengobati tumor lokal. Kemoterapi adalah terapi sistemik yang efeknya mempengaruhi seluruh tubuh. Aksi target dari kemoterapi tidak hanya terbatas pada jaringan ganas, hal itu juga mempengaruhi sel-sel normal. Sel-sel tubuh dengan peredaran yang cepat seperti sumsum tulang, folikel rambut, dan mukosa saluran pencernaan biasanya yang paling terpengaruh. Gejala gizi yang dialami akibat kemoterapi meliputi myelosupresi (penurunan dalam produksi sel darah merah, sel darah putih dan trombosit oleh sumsum tulang), kelelahan, mual dan muntah, kehilangan nafsu makan, mucositis, perubahan rasa dan bau, xerostomia (mulut kering), disfagia, dan perubahan fungsi usus. Akibatnya, asupan makan dan status gizi dapat terpengaruh (Grant 2008). Kemoterapi

adalah

penggunaan

obat

untuk

penyembuhan

atau

pengendalian kanker. Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang dapat mempengaruhi seluruh tubuh. Obat ini akan bekerja dengan menghambat atau mematikan sel-sel tumor, dan juga berpengaruh pada sel normal seperti ketika sel-sel pada saluran pencernaan terkena dapat menyebabkan diare, konstipasi, ataupun menghambat penyerapan zat gizi. Efek samping ini bersifat sementara karena sel-sel saluran cerna menganti dirinya sendiri setiap tiga hari. Namun karena kemoterapi dilakukan dalam waktu yang lama sehingga dapat menyebabkan

status

gizi

buruk

(Levine

and

Colleagues

2008

dalam

Peckenpaugh 2010). Tingkat keparahan efek samping tergantung pada agen tertentu, dosis, lamanya pengobatan, obat yang digunakan, respon individu, dan status kesehatan saat ini. Penggunaan waktu dan terapi yang tepat seperti antiemetic, antidiarrhe, agen hematopoetik, dan antibiotik, serta perubahan pola makan,

14

sangat penting bagaimana mengatur efektivitasnya terkait dengan efek samping pengobatan (Grant 2008). b. Radiasi Terapi radiasi dapat diberikan secara eksternal ke dalam tubuh dari akselerator liniear atau unit kobalt atau internal dengan menempatkan sumber radioaktif secara langsung di dalam tubuh atau pada tumor dengan dosis tinggi. Berbeda dengan kemoterapi yang merupakan terapi sistemik, terapi radiasi berpengaruh hanya pada tumor dan daerah sekitarnya. Efek samping terapi radiasi biasanya hanya pada daerah yang teradiasi. Radiasi juga dapat diberikan dengan mengkombinasikannya dengan terapi kemoterapi agar meningkatkan efek radiasi. Terapi radiasi yang dilakukan pada leher, dada, kerongkongan, dan perut menyebabkan masalah makan yang akut. Efek samping dari pengobatan sering menyebabkan ketidaknyamanan penderitanya, seperti disfagia, mulut sakit, stomatitis, esofagitis (radang kerongkongan) dan penurunan produksi air liur yang menyebabkan mulut kering (Grant 2008). c. Operasi Operasi dilakukan dalam pengobatan kanker dalam upaya untuk mengangkat tumor atau mengurangi gejala (misalnya obstruksi pada saluran cerna). Masalah gizi dapat berkembang tergantung pada jenis prosedur yang dilakukan. Memberikan gizi yang optimal diperlukan dengan cara memodifikasi diet

berdasarkan

kemampuan

atau

ketidakmampuan

seseorang

untuk

mengkonsumsi, dan mencerna makanan. Operasi digunakan untuk pengobatan kanker dapat pula dikombinasikan dengan kemoterapi adjuvant sebelum operasi atau pasca operasi atau terapi radiasi. Setelah operasi diet yang diberikan yaitu tinggi energi dan protein yang diperlukan untuk penyembuhan luka dan pemulihan. Gejala yang umum terjadi seperti kelelahan, kesakitan, kehilangan nafsu makan, dan perubahan makan. Umumnya efek samping tersebut sementara dan menghilang beberapa hari setelah operasi (Peckenpaugh 2010). d. Imunoterapi Imunoterapi adalah bentuk terapi kanker yang baru diciptakan yang memanfaatkan dua sifat atau ciri utama dari sistem imun : spesifitas dan daya ingat.

Imunoterapi

dapat

digunakan

untuk

mengidentifikasi

tumor

dan

memungkinkan pendeteksian semua tempat metastasis yang tersembunyi. Imunoterapi dapat merangsang sistem kekebalan pejamu agar berespons secara

15

lebih agresif terhadap tumor, atau sel-sel tumor dapat diserang oleh antibodi yang dibuat di laboratorium.

Imunoterapi yang digunakan seperti ; Antibodi

Berlabel Fluoresen, Stimulan Imunitas, dan Antibodi penyerang. Selain itu, sedang dikembangkan terapi yang didasarkan pada biologi molekuler sel tumor yang khas yang berbeda dengan sel-sel non kanker, contoh terapi biologis untuk tumor yaitu menggunakan obat-obat yang secara spesifik menghambat faktor angiogenesis dan enzim-enzim tumor tertentu misalnya kolagenase tipe IV (Corwin 2001). Pengetahuan gizi Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Pengetahuan gizi yang baik akan dapat menghindarkan seseorang dari konsumsi pangan yang salah atau buruk (Suhardjo 2003). Tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan praktek seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan gizi melalui berbagai sumber seperti buku-buku pustaka, majalah, televisi, radio, surat kabar, dan orang lain (suami, teman, tetangga, ahli gizi, dokter, dan lainlain) (Khomsan et al 2009 ). Salah satu sebab masalah kurang gizi yaitu kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo 2003). Pengetahuan gizi menjadi landasan yang menentukan konsumsi pangan. Individu yang berpengetahuan

baik

akan

mempunyai

kemampuan

untuk

menerapkan

pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan pangan, sehingga konsumsi pangan mencukupi kebutuhan (Nasoetion dan Khomsan 1995). Menururut Khomsan (2000) kategori pengetahuan gizi dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu baik, sedang dan kurang. Cara pengkategorian dilakukan dengan menetapkan cut-off-point dari skor yang telah dijadikan persen. Untuk keseragaman maka dianjurkan menggunakan cut-off-point sebagai berikut : baik: 80%, sedang : 60-80%, dan kurang : < 60%. Status Gizi dan Gizi Pada Pasien Kanker Status gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat

16

gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier 2004). Status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang sebagai akibat dari konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan dalam jangka waktu yang lama (Supariasa 2002). Status gizi merupakan bagian terpenting dari status kesehatan seseorang. Kemunduran status gizi dapat menimbulkan komplikasi dan menghambat terapi kuratif. Menilai status gizi seseorang dapat memberikan gambaran tentang baik atau tidaknya status gizi orang tersebut (Gibson 2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi Menurut

Gibson (2005), bahwa

konsep terjadinya keadaan gizi

mempunyai dimensi yang sangat kompleks. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dan tingkat kesehatan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan ketersediaan bahan makanan, keadaan sosial budaya seperti pendidikan, pengetahuan gizi, dan faktor lingkungan (biologi, kimia, dan fisik). Gizi adalah faktor penting dalam perjalanan penyakit dan penyebab utama kematian secara umum pada masyarakat. Penyakit jantung koroner, obesitas, hipertensi, anemia, osteoporosis, diabetes mellitus, dan kanker adalah penyakit yang umum berhubungan dengan gizi (Hammond 2008). Beberapa kasus kematian diakibatkan, antara lain karena penyakit jantung koroner, stroke, diabetes mellitus, dan beberapa jenis kanker, memiliki hubungan yang kuat dengan tipe dan kualitas konsumsi makanan. Status gizi yang optimal dapat dicapai dengan keseimbangan antara asupan gizi dan kebutuhan gizi. Asupan gizi dipengaruhi oleh asupan makan dan penyerapan zat gizi dalam tubuh, sedangkan kebutuhan gizi dipengaruhi oleh pertumbuhan tubuh, pemeliharaan tubuh, stress psikologis, dan penyakit infeksi maupun bukan infeksi (Hammond 2008). Pengukuran status gizi Penilaian status gizi ada dua cara yaitu penilaian secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun penilaian gizi secara tidak langsung dibagi menjadi tiga yaitu survei konsumsi, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa 2002).

17

a. Antropometri Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan antara asupan energi dan protein (Supariasa

2002).

Menurut

Riyadi

(2004),

saat

ini

pengukuran

antropometri (ukuran-ukuran tubuh) digunakan secara luas dalam penilaian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan kronik antara intik energi dan protein. Pengukuran antropometri yang sering dilakukan adalah berat badan (BB): untuk mengetahui massa tubuh, panjang/tinggi badan (PB/TB): untuk mengetahui dimensi linear, tebal lipatan kulit (skinfold thickness) dan lingkar lengan atas (LILA): untuk mengetahui komposisi tubuh, cadangan energi dan protein (Briawan dan Madanijah 2008). b. Klinis Pemeriksaan

klinis

digunakan

untuk

mendeteksi

defisiensi

gizi.

Pemeriksaan ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda - tanda klinis secara umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi (Supariasa 2002). c. Biokimia Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Pemeriksaan ini hanya dapat diperoleh di rumah sakit atau pusat kesehatan (Supariasa 2002). d. Biofisik Penilaian status gizi secara biofisik dilakukan untuk melihat kemampuan fungsi jaringan dan perubahan struktur. Penilaian dengan cara ini dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : uji radiologi, tes fungsi fisik, dan sitologi (Supariasa 2002). Indeks Massa Tubuh Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa merupakan masalah penting, karena selain mempunyai risiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau normal (Supariasa 2002).

18

Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan manjadi Indeks Masa Tubuh (IMT). Adapun rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

²

Tabel 2 Kategori ambang batas IMT Kategori

IMT

Kurus tingkat berat

< 17,0 kg/m2

Kurus tingkat ringan

17,0 – 18,49 kg/m2

Normal

18,5 – 24,9 kg/ m2

Gemuk tingkat ringan

25 – 27,0 kg/m2 > 27,0 kg/m2

Gemuk tingkat berat Sumber : Depkes (2005)

Survei konsumsi makanan Survei konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Secara umum tujuan dari survei konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut (Supariasa 2002). Jenis data konsumsi Pengumpulan jenis data konsumsi makanan terbagi dua yakni kualitatif dan kuantitatif (Gibson 2005). Metode kuantitatif Metode ini digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan

yang

dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah Masak (DKMM) dan daftar penyerapan minyak.

Metode untuk pengukuran konsumsi secara

kuantitatif antara lain: a. Metode recall 24 jam b. Perkiraan makanan (Estimated food records) c. Penimbangan makanan (Food weighing)

19

d. Metode food account e. Metode inventaris (Inventory method) f.

Pencatatan (Household food records)

Metode Recall 24 jam Prinsip dari metode recall 24 jam yaitu dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini, responden disuruh menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu. Biasanya dimulai sejak bangun pagi kemarin sampai responden istirahat tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu saat mulai wawancara mundur kebelakang sampai 24 jam penuh. Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu untuk dapat data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari (Supariasa 2002). Metode recall 24 jam didesain untuk memperkirakan asupan makanan rata-rata individu selama periode waktu yang lebih lama. Recall 24 jam diperlukan untuk memperkirakan kebiasaan asupan zat gizi individu yang bervariasi setiap harinya (Gibson 2005). •

Kelebihan metode recall 24 jam a.

Mudah pelaksanaannya serta tidak membebani responden.

b.

Biaya relatif murah, tidak memerlukan peralatan khusus.

c.

Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.

d.

Dapat digunakan untuk responden buta huruf.

e.

Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi

individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari. •

Kekurangan metode recall 24 jam a.

Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari, bila hanya dilakukan recall satu hari.

b.

Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden, sehingga metode ini tidak cocok dilakukan pada anak usia 7 tahun, orang tua berusia diatas 70 tahun dan orang yang hilang ingatan atau pelupa.

20

c.

Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat.

d.

Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian Gizi Pada Pasien Kanker

Gizi merupakan bagian yang penting pada penatalaksanaan terapi kanker, baik pada pasien yang sedang menjalankan terapi kanker, pemulihan dari terapi, dan pada keadaan remisi maupun untuk mencegah kekambuhan. Adapun tujuan dari terapi gizi yaitu untuk mempertahankan atau memperbaiki status gizi, mengurangi gejala sindrom kaheksia, mencegah komplikasi lebih lanjut serta memenuhi kecukupan mikronutrien (Sutandyo dan Ririn 2006). Berikut ini penatalaksanaan gizi pada kanker : Kebutuhan gizi Kebutuhan gizi pasien kanker sangat individual dan berubah-ubah dari waktu kewaktu selama perjalanan penyakit serta tergantung dari terapi yang dijalankan (Sutandyo dan Ririn 2006). Menurut Babcock (2005) walaupun kebutuhan gizi pada individu bervariasi, pedoman untuk terapi gizi pasien kanker harus memenuhi kebutuhan gizi spesifik dan tujuannya terkait dengan percepatan metabolisme, yang syaratnya dapat meningkatkan sintesis jaringan protein dan produksi energi. a. Energi Kanker menyebabkan terjadinya hipermetabolik, untuk itu kebutuhan energi sangat tinggi pada pasien. Pada pasien dewasa dengan status gizi baik memerlukan energi 2000 kkal, atau 25 sampai 30 kkal/ kg berat badan. Untuk keperluan pemeliharaan, energi lebih mungkin diperlukan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat stress individu atau luasnya kerusakan jaringan (Babcock 2005). b. Protein Sebagian besar pasien kanker mempunyai imbangan nitrogen yang negatif. Oleh karena itu dukungan gizi harus dapat memenuhi kebutuhan sintesa protein dan menurunkan degradasi protein. Kebutuhan protein pada pasien kanker dengan adanya peningkatan kebutuhan atau pasien dengan hipermetabolisme atau wasting yang berat dianjurkan protein 1,5-2 g/kg berat badan (Sutandyo dan Ririn 2006).

21

c. Vitamin dan mineral Vitamin dan mineral sebagai kontrol protein dan metabolisme energi melalui peranannya sebagai koenzim spesifik dalam cell enzyme pathways dan juga berperan penting dalam membangun dan memelihara jaringan yang kuat. Oleh karena itu perlu asupan vitamin dan mineral yang optimal, sesuai rekomendasi standar kecukupan gizi (The Dietary Reference Intake/ Recommended Dietary Allowance standards) tetapi lebih sering untuk tingkat terapetik yang lebih tinggi. Suplemen vitamin dan mineral biasanya diindikasikan sesuai dengan aturan makan (Babcock 2005). d. Cairan Asupan cairan harus dipastikan cukup dengan alasan yaitu mengganti cairan akibat gangguan gastrointestinal dari muntah, demam, infeksi ataupun diare, dan untuk membantu ginjal membuang produk uraian metabolisme dari kerusakan sel-sel kanker dan obat racun yang digunakan dalam

kemoterapi.

Beberapa

jenis

obat

kemoterapi

(seperti

cyclophosphamide, cytoxan) membutuhkan sebanyak 2 sampai 3 liter cairan untuk mencegah hemorrhagic cystitis (Babcock 2005). Diet pada pasien kanker Jenis diet untuk pasien kanker sangat tergantung pada keadaan pasien, perkembangan penyakit, dan kemampuan untuk menerima makanannya. Oleh sebab itu, diet disusun secara individual. Jenis makanan atau diet yang diberikan hendaknya memperhatikan nafsu makan, perubahan indera pencecap, rasa cepat kenyang, mual, penurunan berat badan akibat pengobatan. Sesuai keadaan pasien makanan yang diberikan secara oral, enteral maupun parenteral. Makanan dapat diberikan dalam bentuk makanan padat, makanan cair atau kombinasi. Makanan padat dapat berbentuk makanan biasa, makanan lunak atau makanan lumat (Almatsier 2004). Syarat diet penyakit kanker adalah energi tinggi yaitu 36 kkal/kg BB untuk laki-laki dan 32 kkal/kg BB untuk perempuan. Protein tinggi yaitu 1-1,5 g.kg BB, lemak sedang yaitu 15-20% dari kebutuhan total energi. Karbohidrat, dan vitamin dan mineral diberikan cukup, rendah yodium apabila sedang menjalankan medikasi radioaktif internal, dan porsi makanan diberikan kecil dan sering (Almatsier 2004).

22

KERANGKA PEMIKIRAN Satus gizi adalah keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang sebagai akibat dari konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan. Menilai status gizi seseorang dapat memberikan gambaran tentang baik atau tidaknya status gizi orang tersebut (Gibson 2005). Status gizi merupakan bagian terpenting dari status kesehatan seseorang. Kanker dapat dianggap sebagai penyakit dari sel-sel tubuh yang berkembang secara abnormal. Perkembangannya melibatkan kerusakan pada sel - sel DNA, dan kerusakannya ini terakumulasi dari waktu ke waktu. Sel-sel ini merusak dan melepaskan diri dari mekanisme yang berfungsi untuk melindungi dari pertumbuhan dan penyebaran sel-sel tersebut, yaitu neoplasma. (Grant 2008). Seiring dengan perjalanan penyakitnya dapat menimbulkan masalah gizi seperti malnutrisi. Malnutrisi pada kanker disebabkan oleh faktor-faktor primer dan sekunder, baik langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor primer tersebut antara lain faktor umur, pengetahuan tentang gizi, asupan makanan, penyakit infeksi dan untuk faktor-faktor sekunder tersebut antara lain stadium kanker dan tindakan pengobatan kanker (Uripi 2002). Malnutrisi akan berpengaruh terhadap penurunan status gizi bagi penderitanya. Status gizi pada pasien kanker dapat dilihat dari kondisi kesehatan non kanker ataupun penyakit infeksi dan kondisi kesehatan kankernya itu sendiri yang meliputi jenis kanker, stadium kanker, dan jenis terapi kanker. Selain itu, asupan makan dan zat gizi akan mempengaruhi status gizi secara langsung. Asupan makan pada pasien kanker dapat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan terkait kanker seperti jenis kanker itu sendiri dan jenis terapi yang diberikan, serta seberapa baik pengetahuan gizinya.

23

Kondisi sosial, ekonomi dan budaya

Karakteristik contoh : ‐ Usia ‐ Jenis kelamin ‐ Pekerjaan ‐ Tk pendidikan

Pengetahuan gizi

Kebiasaan makan

Asupan (energi & protein) melalui asupan makanan secara oral, enteral, dan parenteral

Kondisi kesehatan terkait kanker : ‐ Jenis kanker ‐ Terapi kanker

Kondisi kesehatan non kanker Penyakit Infeksi/ lainnya Status Gizi Pasien Kanker : Indeks Massa Tubuh (IMT)

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan antara status gizi pasien kanker rawat inap dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya

Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti Hubungan yang diteliti Hubungan yang tidak diteliti

24

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengumpulan variabel independen dan dependen dilakukan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan karakteristik dan tingkat kecukupan energi dan protein, tingkat pengetahuan gizi, jenis terapi kanker serta status gizi pasien kanker rawat inap. Penelitian ini dilaksanakan di RS Kanker Dharmais Jakarta Barat. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli 2011. Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap di RS kanker Dharmais. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil secara non probability samples dengan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi sebagai berikut : 1. Laki- laki atau perempuan 2. Usia ≥18 tahun 3. Pasien rawat inap dengan kunjungan baru maksimal 3 hari rawat 4. Kondisi sadar dan bersedia menjadi contoh penelitian yang ditunjukan dengan penandatanganan informed concern. Dengan perhitungan sampel sebagai berikut :

n= .

= 78

keterangan : n = jumlah contoh 78 N = jumlah populasi 354 orang (periode bulan Juni) d = tingkat kepercayaan (0.1) (Notoatmodjo 2005) Jumlah contoh yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan yaitu 78 orang. Pengambilan contoh dilakukan selama dua minggu, dengan jumlah contoh sebanyak 80 orang dari populasi pasien kanker untuk periode bulan Juni 2011 pada kelas II, III dan jamkesmas yaitu 354 orang.

25

Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi data karakteristik contoh (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan), antropometri contoh meliputi (berat badan dan tinggi badan) tingkat pengetahuan gizi contoh, asupan makan contoh. Data sekunder terdiri dari, jenis penyakit kanker contoh, jenis terapi kanker yang sedang dijalankan contoh, dan gambaran umum rumah sakit, gambaran umum instalasi gizi RS Kanker Dharmais. Data karakteristik contoh (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan) diperoleh melalui pengisian kuesioner dengan menggunakan kuesioner. Data antropometri (berat badan dan tinggi badan) diperoleh dengan melakukan pengukuran menggunakan timbangan injak dan microtoise. Data pengetahuan gizi contoh diperoleh melalui pengisian kuesioner dengan menggunakan kuesioner. Data mengenai jenis kanker, pengobatan atau jenis terapi kanker diperoleh dari buku rekam medis contoh. Data asupan makan contoh dikumpulkan dengan menggunakan recall 2 x 24 jam dari makanan yang dikonsumsi contoh. Data sekunder didapatkan dari data profil Rumah Sakit Kanker Dharmais mengenai gambaran umum Rumah sakit dan instalasi gizi. Selain itu data jenis diet, jenis kanker, pengobatan ataupun terapi kanker dan lama perawatan dikumpulkan dari hasil diagnosa dokter melalui rekam medis. Jenis dan cara pengumpulan data secara umum dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 3 Jenis dan Cara Pengumpulan Data No 1

2

Data Karakteristik contoh - Usia - Jenis kelamin - Tingkat pendidikan - Pekerjaan

Jenis data

Cara Pengumpulan Data

Alat

Primer

Wawancara

kuesioner

Berat badan, dan tinggi badan

Primer/sekunder

3

Pengetahuan gizi

Primer

4

Jenis kanker,jenis terapi kanker Asupan zat gizi (Energi & protein) Gambaran umum rumah sakit dan instalasi gizi

5 6

Sekunder Primer Sekunder

Wawancara

timbangan injak dan rekam medis Kuesioner

Wawancara/ melihat dari buku rekam medis Wawancara dengan recall 2 x24 jam

Buku rekam medis Recall 2 x 24 jam

wawancara

-

Pengukuran

26

Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh kemudian diolah melalui proses editing, coding, dan entry data kemudian tabulasi dan dianalisis dengan menggunakan program komputer perangkat lunak Microssoft excel 2007 dengan analisis deskriptif. Data karakteristik contoh yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan, data pengetahuan gizi contoh, data asupan makan data jenis kanker, data terapi kanker, dan data status gizi contoh dikelompokan berdasarkan kriteria tertentu kemudian dianalisis secara deskriptif. Usia contoh. Data usia contoh yang diperoleh dikelompokan menjadi tiga kelompok berdasarkan (Riskesdas 2007) yaitu 15-24 tahun, 25-34 tahun, 35-44 tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun, 65-74 tahun dan > 75 tahun. Jenis kelamin. Data jenis kelamin contoh terdiri dari dua kategori yaitu laki - laki dan perempuan. Tingkat pendidikan. Data tingkat pendidikan contoh diolah dengan mengkelompokan menjadi lima kategori yaitu tidak sekolah, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Perguruan Tinggi/sederajat. Pekerjaan. Data pekerjaan contoh diolah dengan mengkelompokan menjadi lima kategori yaitu PNS, Pegawai Swasta, Wiraswasta, Buruh, dan Ibu Rumah tangga/ tidak bekerja. Tingkat pengetahuan gizi. Tingkat pengetahuan gizi contoh diolah dengan

menggunakan

scoring

dari

hasil

jawaban

contoh,

kemudian

dikelompokan menjadi tiga kategorikan menurut (Khomsan 2000) yaitu tingkat pengetahuan baik (> 80%), tingkat pengetahuan sedang (60- 80%), dan tingkat pengetahuan kurang (< 60%). Jenis kanker. Data jenis kanker contoh diolah dengan mengkategorikan berdasarkan jenis kanker contoh yang ada pada buku rekam medis. Jenis Terapi kanker. Data terapi kanker contoh diolah dengan mengkategorikan berdasarkan jenis terapi yang dijalani contoh yang ada pada buku rekam medis. Asupan zat gizi. Data hasil konsumsi dalam satuan gram kemudian dihitung energi dan kandungan proteinnya dengan menggunakan program nutrisurvey sehingga diperoleh rata-rata asupan untuk 2 hari. Data tersebut dianalisis sebagai berikut : Asupan energi dan protein contoh dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (2005) untuk contoh dengan status gizi kurang maupun lebih,

27

sedangkan contoh dengan status gizi normal menggunakan angka kecukupan gizi yang telah dikoreksi dengan berat badan aktual contoh sehingga didapatkan angka kecukupan energi dan protein koreksi. Rumus yang digunakan dalam mengkoreksi angka kecukupan gizi adalah sebagai berikut (Nasoetion & Damayanthi 2008): AKG Koreksi = Angka kecukupan gizi kemudian digunakan untuk menghitung tingkat konsumsi zat gizi. Tingkat konsumsi zat gizi contoh diperoleh dengan menggunakan rumus (Nasoetion & Damayanthi 2008) : Tingkat konsumsi zat gizi =

,

100 %

Penggolongan tingkat kecukupan dilakukan berdasarkan Supariasa (2002) yaitu : Defisit berat : < 70 % AKG Defisit sedang : 70 - 79 % AKG Defisit ringan : 80 - 89 % AKG normal

: 90 - 119% AKG

kelebihan

: ≥ 120% AKG

Status gizi. Status gizi contoh diukur dengan menggunakan indeks massa tubuh yang terdiri dari lima kategori menurut Depkes (1994) dalam Depkes (2005) yaitu sebagai berikut : Kategori

IMT

Kurus tingkat berat

< 17,0 kg/m2

Kurus tingkat ringan

17,0 - 18,49 kg/m2

Normal

18,5 - 24,9 kg/ m2

Gemuk tingkat ringan

25 - 27,0 kg/m2

Gemuk tingkat berat

> 27,0 kg/m2

Pengolahan data ini mencakup tabulasi data dan perhitungan statistik. Analisis data yang dilakukan yaitu analisis data univariat dan analisis data bivariat. Adapun data yang akan dianalisis yaitu: 1. Analisis Univariat a. Data karakteristik contoh meliputi (usia, jenis kelamin, pekerjaan dan tingkat pendidikan)

28

b. Tingkat kecukupan dan Asupan energi dan protein contoh c. Tingkat pengetahuan gizi contoh d. Jenis terapi kanker contoh e. Jenis kanker contoh f.

Status gizi contoh

g. Asupan makan contoh (energi dan protein) dengan status gizi contoh h. Jenis terapi kanker contoh dengan status gizi contoh i.

Jenis kanker contoh dengan status gizi contoh

j.

Asupan makan contoh (energi dan protein) dengan terapi kanker contoh

k. Kebiasaan makan contoh 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat untuk melihat hubungan antar dua variabel dengan menggunakan uji korelasi Pearson digunakan untuk melihat hubungan antara variabel yaitu hubungan antara tingkat pengetahuan gizi, asupan (energi dan protein), jenis terapi kanker dengan status gizi. .

29

Tabel 4 Pengkategorian variabel penelitian No

Variabel

1.

Usia

2.

Jenis Kelamin

3.

Pekerjaan

3.

Tingkat Pendidikan

5.

Pengetahuan gizi

6.

Jenis kanker

7.

Terapi kanker

8.

Asupan zat gizi (Energi & protein)

9.

Status gizi

Kategori/Kelompok 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2.

15-24 tahun 25-34 tahun 35-44 tahun 45-54 tahun 55-64 tahun 65-74 tahun > 75 tahun Laki-laki Perempuan

1. Pegawai swasta 2. PNS 3. Wiraswasta 4. Buruh 5. IRT/ tidak bekerja 3. Perguruan Tinggi 4. SMA/sederajat 5. SMP/sederajat 6. SD/sederajat 7. Tidak sekolah 1. Kurang (<60%) 2. Sedang (60%-80%) 3. Baik (>80%) 1. Kanker payudara 2. Kanker servix 3. Kanker paru 4. Kanker ovarium 5. Kanker nasofaring 6. Kanker rektum 7. Kanker tiroid 8. Kanker kolon 9. Hepatoma 10. Lymphoma non hodgkin’s 1. Kemoterapi 2. Radioterapi 3. Operasi 4. Terapi lainnya 1. Defisit berat : < 70% AKG 2. Defisit sedang : 70 - 79% AKG 3. Defisit ringan : 80 - 89 % AKG 4. Normal : 90 - 119% AKG 5. Kelebihan : ≥ 120 % AKG Kurus tingkat berat : <17,0 kg/m2 Kurus tingkat ringan : 17,0 – 18,49 kg/m2 Normal : 18,5- 24,9 kg/m2 Berat tingkat ringan : 25,0 – 27,0 kg/m2 Berat tingkat berat : > 27 kg/m2

Sumber/ Acuan

Riskesdas 2007

Sebaran contoh

Sebaran contoh

Sebaran contoh

Khomsan (2000)

Data RSK.Dharmais

Rekam medis

Supariasa (2002)

Depkes (2005)

30

Definisi Operasional Contoh adalah pasien kanker rawat inap baik laki-laki maupun perempuan yang telah bersedia menjadi contoh penelitian dan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan peneliti. Usia adalah umur penderita kanker yang dikelompokan menjadi tujuh kelompok umur yaitu 15-24 tahun, 25-34 tahun, 35-44 tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun, 6574 tahun dan > 75 tahun. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir contoh yang telah ditamatkan dan memperoleh ijazah atau sertifikat, yang dikategorikan menjadi SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/ sederajat, Perguruan tinggi/ sederajat. Pekerjaan adalah jenis pekerjaan contoh yang dikategorikan menjadi PNS, Pegawai Swasta, wiraswasta, buruh, IRT/ tidak bekerja. Pengetahuan gizi adalah kemampuan contoh dalam menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan gizi seimbang, dan fungsi zat gizi. Jenis kanker adalah jenis kanker yang diderita oleh contoh. Jenis Terapi kanker adalah jenis upaya tindakan seperti kemoterapi, radioterapi maupun kombinasi pengobatan yang sedang dijalani oleh contoh. Asupan makan adalah konsumsi makanan contoh berdasarkan hasil recall dua kali 24 jam. Asupan Energi dan Protein adalah rata-rata asupan energi dan protein contoh yang berasal dari makanan baik secara oral, enteral maupun parenteral yang dihitung dari 2 hari asupan contoh. Tingkat Kecukupan Energi dan Protein adalah jumlah asupan energi dan protein contoh yang dibandingkan dengan angka kecukupan gizi untuk status gizi kategori kurang atau lebih sedangkan status gizi normal dibandingkan dengan angka kecukupan gizi yang telah dikoreksi berat badan ideal. Status gizi adalah keadaan gizi contoh yang dihitung berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) menurut Depkes (2005). IMT dihitung berdasarkan berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan dikuadratkan (BB/TB2).

31   

HASIL DAN PEMBAHASAN Rumah Sakit Kanker Dharmais Rumah Sakit (RS) Kanker Dharmais didirikan sebagai usulan dari mantan presiden RI, Soeharto pada tahun 1993 sebagai rumah sakit rujukan pusat yang berfungsi memberikan pelayanan yang merata bagi masyarakat, khususnya bagi penderita kanker. RS Kanker Dharmais juga menjadi pusat pendidikan dan penelitian bagi mereka yang bergerak dalam pelayanan penyakit kanker yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan terhadap penyakit kanker. Bangunan RS Kanker Dharmais didirikan di atas lahan seluas 38.920 m2 dengan luas total seluruh bangunan adalah 63.540 m2 dan terdiri dari tiga blok bangunan yaitu bangunan pelayanan rumah sakit, bangunan penelitian, pengembangan dan asrama, serta bangunan penunjang. RS Kanker Dharmais berfungsi sebagai pusat kegiatan pelayanan medis pasien kanker serta pusat pendidikan dan pelatihan kanker. RS Kanker Dharmais juga melakukan riset klinik, riset dasar dan pendidikan mengenai kanker sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pasien kanker. Pelayanan medis di rumah sakit ini bertujuan kuratif, paliatif, rehabilitatif, preventif, promotif dan edukatif. RS Kanker Dharmais memberikan pelayanan berupa: pengobatan segala jenis kanker, deteksi dini kanker dengan tes screening kanker di samping melakukan check up serta pencegahan kanker dengan melakukan penyuluhan mengenai berbagai jenis pencegahan penyakit kanker. Rumah sakit ini dituntut untuk selalu memantau perkembangan kanker baik secara nasional maupun internasional (Profil RS Kanker Dharmais 1993). Karakteristik Contoh Contoh pada penelitian ini adalah pasien kanker rawat inap RS Kanker Dharmais kelas II, III dan Jamkesmas yang diambil dari populasi pada periode bulan Juni 2011, yaitu sebanyak 354 orang contoh yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah keseluruhan contoh adalah 80 orang, dimana jumlah tersebut melebihi jumlah minimal sampel. Karakteristik contoh yang diamati meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan.

32    Jenis Kelamin Contoh Berdasarkan jenis kelamin contoh dikelompokan menjadi laki-laki dan perempuan. Seperti disajikan pada gambar di bawah ini:

30% laki-laki perempuan

70%

Gambar 2 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa berdasarkan jenis kelamin, jumlah terbesar adalah kelompok berjenis kelamin perempuan sebanyak 56 orang (70%) dan untuk laki-laki 24 orang (30%). Hasil tersebut sejalan dengan RISKESDAS 2007 yang melaporkan kejadian kanker pada perempuan (5.7‰) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (2.9 ‰). Usia Contoh Berdasarkan usia contoh dikelompokan menjadi tujuh kelompok usia yaitu 15-24 tahun, 25-34 tahun, 35-44 tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun, 65-74 tahun, dan > 75 tahun. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 5% 2% 11%

14%

15‐24 25‐34 35‐44 23%

45‐54 55‐64

45%

65‐74

Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan kelompok usia Dari gambar 3 di atas, dapat diketahui bahwa berdasarkan usia, jumlah terbesar adalah kelompok usia 45-54 tahun sebanyak 36 orang (45%). Kelompok usia 35-44 tahun sebanyak 18 orang (23%), usia 25-34 sebanyak 11 orang (14%), usia 55-64 sebanyak 9 orang (11%) dan sisanya pada kelompok usia 6574 tahun 4 orang (5%) serta usia 15-24 tahun sebanyak 2 orang (2%). Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa kejadian kanker sebagian besar terjadi pada golongan usia 45-54 tahun. Kanker diketahui meningkat sejalan dengan bertambahnya usia (Linn 2004), karena mutasi pada gen

33    penyebab kanker terakumulasi dengan usia, yang menyebabkan meningkatnya risiko kanker pada usia lanjut (Virshup 2010). Menurut Escott (2008) kejadian kanker umumnya terjadi setelah usia 30 tahun, seperti pada kanker payudara, dan kanker colon kejadiannya setelah usia 50 tahun serta kanker pankreas dan lambung yang umum terjadi pada usia antara 50-60 tahun. Hal ini dikarenakan bahwa ciri dari kanker itu memiliki jangka waktu

yang

panjang

antara

terkena

dengan

saat

timbulnya

kanker.

Pertumbuhannya sekitar 6 sampai 10 tahun sebelum tumornya membesar (Wim de jong 2004). Seperti halnya pada kanker payudara, yang membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa yang cukup besar untuk dapat dipalpasi ( kira - kira diameter 1 cm) (Wilson 2003). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar pasien kanker terdiagnosa kanker pada usia antara 35 hingga 54 tahun. Tingkat Pendidikan Contoh Berdasarkan tingkat pendidikan contoh dikelompokan menjadi lima kelompok yaitu Perguruan tinggi, SMA/sederajat, SMP/sederajat, SD/sederajat dan tidak sekolah yang disajikan pada gambar dibawah ini : 2% 15%

29%

perguruan tinggi SMA SMP

15%

SD tdk sekolah 39%

Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan Berdasarkan gambar 4 di atas, menunjukkan bahwa jumlah terbesar untuk tingkat pendidikan contoh adalah SMA/sederajat sebanyak 33 orang (39 %), perguruan tinggi 21 orang (26 %) dan sisanya masing - masing sebanyak 12 orang (15 %) SMP/sederajat dan SD/sederajat, dan hanya 2 orang contoh (3 %) tidak sekolah. Menurut Guhardja et al (1992) Pendidikan merupakan faktor dari diri seseorang yang mempengaruhi perilakunya. Selain itu, pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap banyaknya informasi maupun pengetahuan yang ia

34    miliki. Menurut Khomsan et al (2009) Tingkat pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh kemampuan intelektualnya. Tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu. Pekerjaan contoh Berdasarkan pekerjaan contoh dikelompokan menjadi lima kelompok yaitu pegawai swasta, PNS, wiraswasta, buruh dan tidak bekerja/ ibu rumah tangga yang disajikan pada gambar dibawah ini :

24% swasta PNS wiraswasta 10%

59%

buruh tdk kerja/IRT

2% 5%

Gambar 5 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan Berdasarkan gambar 5 di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar contoh tidak bekerja yaitu sebanyak 47 orang (59 %), sedangkan contoh yang bekerja untuk pegawai swasta sebanyak 19 orang (24 %), PNS sebanyak 10 orang (10 %), buruh 4 orang (5 %) dan yang bekerja sebagai wiraswasta hanya 2 orang (2%). Sebagian besar dari contoh tidak bekerja, hal ini dikarenakan contoh pada penelitian sebagian besar dengan jenis kelamin wanita dan merupakan seorang ibu rumah tangga. Hasil ini sejalan dengan RISKESDAS 2007 yang melaporkan bahwa kejadian kanker lebih banyak terjadi pada ibu rumah tangga dengan prevalensi (8.2‰). Pengetahuan Gizi Pada penelitian ini pengetahuan gizi contoh diukur dengan menggunakan angket pengetahuan yang terdiri dari 20 pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan gizi seimbang, dan fungsi zat-zat gizi pada bahan makanan. Berikut sebaran contoh menurut pengetahuan gizi disajikan pada gambar 6 di bawah ini.

35 

jumlah contoh

  50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0

43.8 35

40 32

13

< 60%

60 ‐ 80 %

16.25

> 80%

% Kategori Tingkat Pengetahuan Gizi n

%

Gambar 6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar dari contoh memiliki tingkat pengetahuan gizi rendah yaitu sebanyak 35 orang (43.8 %) dan tingkat pengetahuan sedang sebanyak 32 orang ( 40 %) sedangkan tingkat pengetahuan baik hanya 13 orang (16.25 %). Skor pengetahuan gizi contoh berkisar antara 25% sampai 95 % dengan rata-rata 61.3 % ± 0.186%. Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan (Suhardjo 2003). Salah satu pertimbangan seseorang untuk mengkonsumsi makanan adalah tingkat pengetahuan tentang manfaat makanan tersebut bagi kesehatan, pengetahuan tentang bahan penyusun asal makanan, dan makna simbolnya. Semakin baik pengetahuan gizinya, makan seseorang akan semakin memperhatikan kualitas pangan yang akan dikonsumsinya (Khomsan et al 2009). Pertanyaan pengetahuan gizi yang diajukan pada contoh yaitu pengetahuan dasar mengenai menu gizi seimbang, jenis kandungan gizi pada pangan, fungsi dan manfaat zat gizi. Berdasarkan hasil penelitian ini, separuh dari contoh (43.8 %) memiliki tingkat pengetahuan gizi rendah. Hal ini dikarenakan sebagian besar dari contoh dengan tingkat pendidikan SMA, SMP, dan SD. Sedangkan pada contoh dengan tingkat pendidikan baik sebanyak 13 orang (16.25 %) merupakan contoh dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi. Dimana tingkat pendidikan tinggi seseorang akan berpengaruh terhadap pengetahuan maupun informasi yang lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang pendidikan lebih rendah. Berikut tingkat pengetahuan gizi contoh berdasarkan pertanyaan dan jawaban yang benar:

36   

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan jawaban yang benar pertanyaan pengetahuan gizi No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

Pertanyaan dan jawaban Susunan menu keluarga yang baik yaitu nasi, sayur, lauk, buah, dan susu. Zat-zat gizi yang diperlukan tubuh yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Zat gizi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh yaitu protein Bahan makanan mengandung protein hewani yaitu daging, ikan, telur, dan susu Bahan makanan mengandung protein nabati yaitu kacangkacangan Fungsi utama protein yaitu mengganti bagian tubuh yang rusak, Pangan yang termasuk sumber karbohidrat yaitu nasi Simpanan energi berlebih disimpan tubuh dalam bentuk yaitu lemak Penggunaan minyak goreng yang aman sebaiknya tidak lebih dari 3 kali Kandungan gizi pada sayur dan buah yaitu vitamin dan mineral Makanan yang mengandung serat yaitu sayuran dan buah-buahan Kelompok pangan yang mengandung antioksidan yaitu sayuran dan buah-buahan Fungsi antioksidan yaitu menetralisir radikal bebas Jenis vitamin larut lemak yaitu A,D,E dan K Mempertahankan gizi sayuran proses pengolahan yang baik yaitu dicuci, dipotong dan dimasak Merebus sayuran terlalu lama menyebabkan vitamin dan mineralnya banyak berkurang Jumlah sayur dan buah yang baik dikonsumsi yaitu ≥ 5 porsi Jumlah air yang baik dikonsumsi setiap hari ≥ 8 gelas Pengaruh kurang zat besi yaitu anemia Makanan sumber zat besi yaitu hati, bayam dan daging

n = 80

%

69

86.2

59

73.7

47

58.7

69

86.2

44

55

29 73 45

36.2 91.2 56.2

77

96.2

67 47 48

83.7 58.7 60

23 8 50

35 10 62.5

66

82.5

12 68 31 53

15 85 38.7 66.2

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 20 pertanyaan yang diajukan kepada contoh, terdapat 5 pertanyaan yang dianggap sulit oleh contoh diantaranya adalah pengaruh kurang zat besi, fungsi utama protein, fungsi antioksidan, jumlah sayuran dan buah yang baik dikonsumsi dan jenis vitamin larut lemak. Dimana diantara contoh menjawab tidak tahu dan beberapa diantara mereka pernah mendengar namun menyatakan lupa. Untuk pertanyaan yang dijawab bener oleh sebagian besar contoh diantaranya yaitu mengenai penggunaan minyak goreng yang aman, kandungan gizi sayuran dan buah, susunan menu keluarga makan yang baik, pangan sumber karbohidrat dan protein. Menurut Khomsan et al (2009) pengetahuan gizi adalah salah satu faktor untuk memperbaiki kebiasaan pangan sehingga berdampak pada semakin baiknya status gizi. Upaya meningkatkan pengetahuan gizi dapat dilakukan melalui penyuluhan.

37    Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Tingkat kecukupan energi dan protein dalam penelitian ini adalah proporsi asupan energi dan protein contoh yang diperoleh dari hasil recall 2 x 24 jam, yang kemudian dibandingkan dengan Angka kecukupan gizi (AKG) dalam WKNPG untuk contoh dengan kondisi malnutrisi gizi lebih maupun kurang, sedangkan untuk contoh dengan status gizi normal, menggunakan Angka kecukupan gizi (AKG) yang telah dikoreksi, kemudian dikategorikan menjadi 5 kategori yaitu defisit berat (< 70% AKG), sedang (70-79% AKG), ringan (80-89% AKG), normal (90-119 % AKG) dan kelebihan (≥ 120 % AKG) (Supariasa 2002). Berikut sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein:

100

90

persen

80 55

60 40

15

20

5

1.2

8.8

16.2 3.7

0

5

0 defisit berat

defisit  sedang

defisit  ringan

normal

kelebihan

kategori tingkat kecukupan

%Energi

%Protein

Gambar 7 sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh memiliki tingkat kecukupan energi dan protein yang rendah yaitu sebesar 90% tingkat kecukupan energi kategori defisit berat dan sebesar 55% tingkat kecukupan protein kategori defisit berat. Hal ini disebabkan karena, contoh pada penelitian ini merupakan pasien kanker yang sedang menjalani terapi kanker, dimana pengaruh dari terapi yang dijalani secara umum menyebabkan penurunan nafsu makan, rasa mual dan muntah, dan perubahan indera pencecap. Menurut Grant (2008), dari pengobatan yang diberikan pada pasien kanker

memiliki

efek

samping

yang

menyebabkan

ketidaknyamanan

penderitanya, seperti disfagia, mulal, muntah, stomatitis, esofagitis (radang kerongkongan) dan penurunan produksi air liur yang menyebabkan mulut kering (Grant 2008).

38    Rata-rata asupan makan contoh yaitu untuk energi 862±339 kkal/hari,untuk protein 34±17 gram/hari dan lemak 24±13 gram/hari. Pada contoh yang memiliki tingkat kecukupan defisit berat rata-rata asupan energi contoh yaitu 805±291 kkal dan rata-rata asupan protein 32±15 gram, contoh dengan tingkat kecukupan defisit sedang rata-rata asupan energi 878 kkal dan protein 43 gram, contoh dengan tingkat asupan defisit ringan rata-rata asupan energi yaitu 1578±173 kkal dan protein 60±60 gram, contoh dengan asupan baik rata-rata asupan energi contoh 1169±334 kkal dan asupan protein contoh 34±24 gram. Dimana asupan makan contoh selain asupan oral juga terdapat beberapa contoh dengan tambahan gizi parenteral dan enteral. Jenis Terapi Kanker Penatalaksanaan kanker bersifat multidisiplin, mulai dari pendekatan diagnostik yang melibatkan banyak keahlian, kemudian pengobatan kanker yang multimodalitas dengan operasi, radiasi, dan kemoterapi, ataupun kombinasi dari ketiga hal tersebut (Reksodiputro 2006). Berikut sebaran contoh berdasarkan jenis terapi kanker yang dijalani. %

62.5

18.8

12.5

Kombinasi

6.2

Kemoterapi

Radiasi

Operasi

Gambar 8 Sebaran contoh berdasarkan jenis terapi kanker Pada gambar di atas, dapat dilihat bahwa separuh dari contoh sedang menjalani terapi kanker dengan kemoterapi sebesar (62.5%), dan sisanya dengan terapi operasi sebesar (18.8%), kombinasi sebesar (12.5) dan radiasi sebesar (6.2%). Beberapa contoh dalam penelitian ini merupakan pasien kanker yang sedang menjalani kemoterapi kanker pertama. Jenis Kanker Kanker adalah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel jaringan yang tidak terkendali. Sel-sel bagian tubuh yang terserang penyakit ini mengalami perubahan material genetik asam deoksiribonukleat

39    (DNA), yang merupakan ciri-ciri atau karakteristik yang berbeda dari setiap sel (Uripi 2002). Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal yang cenderung menginvasi jaringan di sekitarnya dan menyebar ke tempat- tempat jauh (Corwin 2001). Terdapat beberapa kategori kanker yang diidentifikasi berdasarkan jaringan asal, tempat mereka tumbuh (Corwin 2001). Berikut sebaran contoh berdasarkan jenis kanker ditunjukan pada Tabel 6. Tabel 6 Sebaran contoh menurut jenis kanker berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin Total Laki-laki Perempuan n n n % Kanker Payudara 24 29.6 24 KNF 4 13 16.0 9 Kanker ovarium 10 10 12.3 Kanker servik 9 9 11.1 LNH 4 2 6 7.4 Kanker Rekti 4 1 5 6.2 Kanker Kolon 2 1 3 3.7 Kanker Paru 1 1 2 2.5 Kanker Tyroid 2 2 2.5 Kanker Pankreas 1 1 1.2 Kanker Pelpis 1 1 1.2 Hepatoma 1 1 1.2 KSS 1 1 1.2 Glen Penis 1 1 1.2 Leukimia 1 1 1.2 Total 23 57 80 100 *Keterangan: KNF:karsinoma nasofaring, LNH: limfoma nonHodgkin, KSS: karsinoma sel skuamos Jenis kanker

Dari Tabel 6 di atas dapat diketahui sebaran contoh berdasarkan jenis kanker. Jenis kanker terbanyak yang diderita oleh contoh yaitu jenis kanker payudara dan karsinoma nasofaring (KNF). Sebanyak 24 orang (29.6 %) contoh dengan jenis kanker payudara dan 13 orang (16%) contoh dengan jenis kanker KNF dan sisanya sebanyak 10 orang (12,3 %) kanker ovarium, 9 orang (11,1%) kanker servix, 6 orang (7.4%) limpoma non Hodgkin (LNH), 5 orang (6.2%) kanker rekti, 3 orang (3.2%) kanker kolon, 2 orang (2.5%) kanker paru dan kanker tyroid, dan masing-masing 1 orang (1.2%) untuk kanker pankreas, kanker pelpis, leukemia, glen penis, hepatoma, dan KSS. Berdasarkan jenis kanker menurut jenis kelamin, dari 24 contoh dengan kanker payudara seluruhnya pada contoh wanita, sedangkan kanker nasofaring (KNF) lebih banyak diderita oleh contoh laki-laki. Menurut Lazuardi (2011) kanker dapat timbul di semua bagian tubuh, akan tetapi kanker dapat memiliki tempat prediksi untuk tumbuh. Misalnya pada laki-laki, kanker banyak ditemukan di hati, paru, kulit, darah, kelenjar limfe,

40    dan nasofaring, sedangkan pada wanita banyak ditemukan di serviks, uterus, payudara, ovarium, kulit, hati dan paru. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar contoh adalah pasien dengan kanker payudara (29.6%). Berdasarkan data statistik 10 besar kanker tersering RS Kanker Dharmais, kunjungan pasien terbesar yaitu kanker payudara sebesar (37%) pada tahun 2009 dan meningkat menjadi (41 %) tahun 2010. Status Gizi Status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang sebagai akibat dari konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan dalam jangka waktu yang lama (Supariasa 2002). Pada penelitian ini, status gizi contoh dikelompokan menjadi 5 kategori menurut Depkes (2005). Berikut sebaran contoh menurut status gizi dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan status gizi Status Gizi

n

%

Kurus tingkat berat

13

16.25

Kurus tingkat ringan

9

11.25

Normal

40

50

Gemuk tingkat ringan

12

15

Gemuk tingkat berat

6

7.5

Total

80

100

Berdasarkan Tabel 7 di atas, dapat diketahui bahwa dari 80 contoh separuh dari contoh yaitu 40 orang (50 %) termasuk kategori gizi baik (normal), sedangkan separuh lainnya terbagi menjadi kurus berat sebanyak 13 orang (16.25 %), kurus ringan sebanyak 9 orang (11.25 %), gemuk ringan sebanyak 12 orang (15 %) dan gemuk berat sebanyak 6 orang (7.5 %). Pada penelitian ini menunjukan bahwa separuh dari contoh dengan status gizi normal (50%). Namun berdasarkan wawancara yang dilakukan pada contoh, sebagian dari contoh menyatakan bahwa mereka mengalami penurunan berat badan 1- 3 kg setelah terpapar kanker ataupun setelah dilakukannya terapi awal. Walaupun ketika dirawat dalam kondisi status gizi normal, akan tetapi dapat terjadi penurunan berat badan selama terapi yang berakibat pada penurunan status gizi. Salah satu yang menjadi pendukung keberhasilan terapi kanker adalah kondisi gizi pasien itu sendiri. Menurut Uripi (2002) perlu dilakukannya penimbangan berat badan pasien kanker sekurang - kurangnya seminggu sekali. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi gizi serta agar intervensi gizi

41    dapat dilakukan dengan adekuat. Menurut Laviano dan Meguid (1996) dalam Vickers dan Nagi (2004) menyatakan, lebih dari 50 % pasien yang didiagnosa kanker melaporkan penurunan berat badan yang berhubungan nyata terkait dengan gejala malnutrisi. Sebuah studi lainnya menunjukan bahwa sedikit banyak terjadi kehilangan berat badan (lebih sedikit dari 5%) sebelum terapi yang berhubungan dengan rendahnya prognosis, sehingga penting untuk dilakukan penilaian status gizi awal dan intervensi sebagai langkah pencegahan (Grant 2008). Hasil yang ditunjukan oleh penelitian ini yaitu separuh dari contoh mengalami malnutrisi baik itu gizi lebih maupun gizi kurang. Pada contoh malnutrisi gizi kurang yaitu dengan kategori kurang ringan (11.25%) dan kurus berat (16.25%). Walaupun hanya sebagian kecil dari contoh dengan status gizi kurang, tetapi hal ini telah menunjukan bahwa kondisi kanker sedikit banyak akan berpengaruh pada status gizi. Menurut McMahon et al (1998) Pengaruh yang merugikan terhadap gizi dapat ditimbulkan oleh kanker dan mungkin juga ditambah dengan pengaruh pengobatan dan faktor psikologi akibat kanker. Sering terjadi penipisan cadangan gizi yang berhubungan dengan penurunan berat badan dan mengakibatkan status gizi buruk yang dibuktikan lebih dari 50% pasien kanker ketika didiagnosa. Selain contoh dengan status gizi kurang terdapat pula contoh dengan status gizi lebih, yaitu (15%) contoh dengan kategori gemuk ringan dan (7.5%) contoh kategori gemuk berat. Hal ini menunjukan bahwa tidak hanya dalam kondisi status gizi kurang, seseorang terdiagnosa kanker tetapi juga dengan status gizi lebih atau obesitas, karena salah satu faktor risiko kejadian kanker adalah kelebihan berat badan baik overweight ataupun obesitas. Menurut Gordon (1996) secara umum obesitas berhubungan dengan semua kejadian kanker kecuali pada kanker paru-paru. Terdapat perbedaan antara pasien kanker di Asia dan Amerika ataupun Eropa, dimana di Amerika atau Eropa seseorang yang terdiagnosa kanker ketika mereka dalam kondisi gizi lebih (overweight atau obesitas), sedangkan di Asia seperti di Indonesia, pasien kanker lebih banyak terdiagnosa pada kondisi gizi normal ataupun sudah gizi kurang.

42    Tingkat Kecukupan Energi dan Protein dengan Status Gizi Berikut sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan tingkat kecukupan protein dengan status gizi. Tabel 8 Sebaran Contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein dengan status gizi Tingkat Kecukupan

- Energi Defisit Berat Defisit Sedang Defisit Ringan Normal Total - Protein Defisit Berat Defisit Sedang Defisit Ringan Normal Kelebihan Total

Status Gizi Gemuk tingkat Gemuk tingkat Total Kurus tingkat Kurus tingkat Normal berat ringan ringan berat n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) 13 13 9 2 1 1 13

16.2

16.2 11.2 2.5 1.2 1.2 16.1

8 1 9 7 1 1 9

10 1.2 11.2 8.7 1.2 1.2 11.1

34 1 2 3 40

42.5 1.2 2.5 3.7 49.9

12 12

20 8 4 5 3 40

25 10 5 6.2 3.7 50

6 2 4 12

15

15 7.5 2.5 5 15

5 1 6 2 2 2 6

6.2 1.2 7.5 2.5 2.5 2.5 7.5

72 90 1 1.2 4 5 3 3.7 80 100 44 55 12 15 7 8.7 13 16.2 4 5 80 100

Pengambilan data kecukupan energi dan protein contoh diperoleh dari asupan energi dan protein yang diambil dengan menggunakan metode recall 2 x 24 jam, dari hasil recall yang dilakukan, dapat dilihat bahwa asupan makan pada contoh dapat berubah-ubah setiap harinya, hal ini dipengaruhi oleh kondisi klinis contoh yang dipengaruhi oleh penyakit kanker dan terapi yang dijalani contoh, akan berbeda asupan contoh sebelum dan setelah terapi kanker juga keadaan pasien, dan jenis kankernya. Berdasarkan Tabel 8 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh dengan tingkat kecukupan energi dan protein yang rendah yaitu tingkat kecukupan energi rendah dengan kategori defisit berat sebanyak 72 orang (90 %), dan tingkat kecukupan protein rendah dengan kategori defisit berat sebanyak 44 orang (55 %).

Hasil penelitian ini menunjukan, dari 50% contoh dengan

status gizi normal memiliki tingkat kecukupan energi dan protein dengan kategori defisit berat yaitu sebanyak 34 orang (42.5%) dan 20 orang (25%). Sedangkan pada contoh dengan status gizi kurus berat, seluruhnya memiliki tingkat kecukupan energi defisit berat. Dan begitu juga pada contoh dengan status gizi gemuk berat sebanyak 5 orang (6.2%) memiliki tingkat kecukupan energi defisit berat. Pada penelitian ini menunjukan bahwa, contoh dengan status gizi lebih, normal maupun kurang sebagian besar memiliki tingkat asupan energi dan

43    protein yang rendah dengan rata-rata asupan energi dan protein contoh yaitu 862±340 kkal/hari dan 34±17 gram/hari. Hal ini dikarenakan secara umum efek samping dari pengobatan yang ditandai dengan mual, muntah, pusing, dan juga akibat perubahan indera pencecap dan pembau yang dapat memperbesar kondisi anoreksia pada pasien kanker sehingga menyebabkan terjadinya penurunan asupan makan. Menurut Grant (2008) terapi kanker dapat mempengaruhi kebutuhan gizi secara nyata dan berpengaruh pada sistem pencernaan, penyerapan dan metabolisme. Gejala gizi yang ditimbulkan termasuk mual dan muntah, perubahan rasa dan bau, disfagia, anoreksia, rasa nyeri dan kelelahan. Contoh pada penelitian ini mendapatkan terapi gizi oral berupa diet makanan biasa, makanan lunak, makanan cair, dan terdapat pula beberapa contoh dengan penambahan terapi gizi parenteral. Berdasarkan hasil recall, sebagian besar contoh (90%) tingkat kecukupan energinya rendah < 70% angka kecukupan gizi (AKG). Sedangkan pada tingkat kecukupan protein contoh terdapat 5% dengan asupan normal yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kecukupan energi normal 3.75% dan terdapat juga contoh dengan tingkat kecukupan protein lebih yaitu sebanyak 5%. Hal ini dikarenakan, pada saat pengambilan data asupan makan contoh menggunakan recall, sebagian besar contoh mengkonsumsi lebih sedikit makanan sumber karbohidrat seperti nasi, bubur dan juga makanan cair lainnya hanya ¼ porsi dan bahkan ada yang hanya makan 2-3 sendok makan. Begitu pula dengan asupan pada sayur, hampir sebagian besar contoh tidak menghabiskannya, dengan alasan merasa mual apabila memakannya. Sedangkan pada pangan hewani maupun nabati hampir sebagian besar pasien dapat menghabiskannya. Sehingga menyebabkan asupan protein contoh lebih tinggi. Menurut Sutandyo dan Ririn (2006) Pada pasien kanker diet yang diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien. Terjadi defisiensi energi dan protein pada pasien kanker disebabkan penurunan asupan makan dan perubahan metabolisme. Metabolisme energi berkaitan dengan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Peningkatan metabolisme ini sampai 50% lebih tinggi dibandingkan pasien bukan kanker. Peningkatan metabolisme pada pasien kanker ini dimungkinkan akibat dari ketidakmampuan tubuh beradaptasi dengan asupan makan yang rendah. Untuk itu, perlu dilakukan terapi gizi yang adekuat,

44    seperti pemberian diet tinggi protein yang berfungsi untuk dapat memenuhi kebutuhan sintesa protein dan menurunkan degradasi protein akibat kanker. Jenis Terapi Kanker dengan Status Gizi Contoh pada penelitian ini merupakan pasien kanker yang sedang menjalani terapi kanker berupa terapi kemoterapi, radiasi, operasi, serta terapi kombinasi. Terapi yang dijalani oleh pasien kanker dapat berpengaruh terhadap status gizi yang merupakan akibat dari efek samping terapi tersebut. Berikut sebaran contoh berdasarkan terapi kanker terhadap status gizi. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan jenis terapi kanker dengan status gizi Terapi Kurus Tingkat berat n (%) Kombinasi 2 2.5 Kemoterapi 8 10 Radiasi Operasi 3 3.7 Total 13 16.2

Kurus Tingkat ringan n (%) 1 1.2 6 7.5 1 1.2 1 1.2 9 11.1

Status Gizi Normal

Gemuk tingkat ringan n (%) n (%) 5 6.2 23 28.7 11 13.7 4 5 8 10 1 1.2 40 49.9 12 14.9

Gemuk tingkat berat n (%) 2 2.5 2 2.5 2 2.5 6 7.5

Total n 10 50 5 15 80

(%) 12.5 62.5 6.2 18.7 100

Pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa hampir sebagian besar dari contoh menjalankan terapi kanker dengan jenis terapi kemoterapi yaitu sebanyak 50 orang (62.5 %), dan sebanyak 15 orang (18.7%) contoh menjalankan operasi, 10 orang (12.5%) dengan terapi kombinasi serta 5 orang (6.2%) dengan terapi radiasi. Hasil penelitian ini menunjukan, dari 50 orang contoh yang menjalani kemoterapi terdapat sebesar 28.7% dengan status gizi kategori normal, 13.7% dengan status gizi kategori gemuk serta terdapat juga 8 orang contoh dengan status gizi kategori kurus berat. kemoterapi merupakan terapi dengan menggunakan bahan kimia atau obat yang digunakan secara oral ataupun injeksi untuk menghentikan atau memperlambat pertumbuhan sel kanker (Duyff 2006). Adapun efek samping yang ditimbulkan yaitu mual dan muntah, kelelahan, kehilangan nafsu makan, dan perubahan rasa dan bau sehingga akibatnya asupan makan dan status gizi pun dapat terpengaruh (Grant 2008). Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada contoh, separuh dari contoh merupakan pasien kanker yang baru menjalankan kemoterapi pertama, dimana status gizi contoh tersebut dalam kategori normal. Namun terdapat pula contoh yang telah mengalami penurunan status gizi, dimana hal tersebut pengaruh dari stadium kanker, jenis obat dan dosis yang diberikan pada pasien kanker. Karena jenis

45    obat kemoterapi dan dosisnya akan berbeda pengaruhnya pada setiap pasien kanker. Selain kemoterapi terdapat juga contoh yang menjalankan terapi dengan operasi (18.7%), radiasi (6.2%) dan terapi kombinasi (12.5%). Dari 15 orang contoh yang menjalani operasi terdapat 8 orang dengan status gizi normal, dan 3 orang dengan status gizi kategori kurus berat. Pengaruh yang ditimbulkan dari operasi tidak begitu berat seperti pada terapi kemoterapi dan radiasi, terkecuali apabila operasi telah dikombinasikan dengan terapi lainnya pengaruh yang ditimbulkan pun agar berbeda. Operasi dilakukan dalam pengobatan kanker dalam upaya untuk mengangkat tumor atau mengurangi gejala (misalnya obstruksi pada saluran cerna). Gejala yang umum terjadi seperti kelelahan, kesakitan, kehilangan nafsu makan dan perubahan makan. Umumnya efek samping tersebut sementara dan menghilang beberapa hari setelah operasi (Peckenpaugh 2010). Untuk contoh dengan terapi operasi, mereka diberi diet makanan

lunak

ataupun

cair

tergantung

dari

kemampuannya

dalam

mengkonsumsi dan mencerna makanan. Terapi radiasi berfungsi untuk menghancurkan sel kanker dan berpengaruh hanya pada tumor dan daerah sekitanya, tergantung dosis, dan frekuensi terapinya. Gejala yang ditimbulkan dari terapi ini seperti ketidaknyamanan penderitanya, disfagia, mulut sakit dan kering, mual dan muntah ataupun kehilangan nafsu makan (Grant 2008; Duyff 2006). Semua jenis terapi kanker akan mengakibatkan penurunan asupan makan, sehingga dapat berdampak pada penurunan status gizi. Penelitian yang dilakukan oleh Unsal at el (2006) menunjukan bahwa malnutrisi pada pasien kanker meningkat dari 31% menjadi 43% setelah menjalani terapi radiasi. Sama halnya dengan penelitian Geirsdottir dan Thorsdottir (2008) yang menunjukan bahwa terjadi penurunan status gizi (41%) pada pasien kanker yang menjalani terapi kemoterapi. Untuk itu, pasien kanker dengan status gizi normal, kondisi status gizi tersebut harus dijaga karena kondisi gizi yang baik akan berpengaruh pada keberhasilan terapi kanker. Jenis Kanker dengan Status Gizi Tabel 10 sebaran contoh berdasarkan jenis kanker dengan status gizi Jenis kanker

Kanker payudara KNF Kanker Ovarium

Status Gizi Kurus tingkat berat n (%) 1 1.2 4 5 2 2.5

Kurus tingkat ringan n (%) 3 3.7 1 1.2

Normal n 13 8 4

(%) 16.2 10 5

Gemuk tingkat ringan n (%) 3 3.7 1 1.2 3 3.7

Gemuk tingkat berat n (%) 4 5 -

Total n 24 13 10

(%) 30 16.2 13

46   

Jenis kanker

Kanker servik LNH Kanker Rekti Kanker Kolon Kanker Paru Kanker Tyroid Kanker Pankreas Kanker Pelpis Hepatoma KSS Glen Penis Leukimia Total

Status Gizi Kurus tingkat berat n (%) 1 1.2 1 1.2 1 1.2 2 2.5 1 1.2 13 16

Kurus tingkat ringan n (%) 2 2.5 1 1.2 1 1.2 1 1.2 9 11

Normal n 5 2 2 1 2 1 1 1 40

(%) 6.2 2.5 2.5 1.2 2.5 1.2 1.2 1.2 49.7

Gemuk tingkat ringan n (%) 2 2.5 2 2.5 1 1.2 12 12.3

Gemuk tingkat berat n (%) 1 1.2 1 1.2 6 7.4

Total n 9 6 5 3 2 2 1 1 1 1 1 1 80

(%) 112 7.5 6.2 4 2.5 2.5 1.25 1.25 1.25 1.25 1.25 1.25 100

Berdasarkan Tabel 10 di atas, dapat dilihat sebagian besar contoh penelitian ini adalah pasien kanker payudara sebanyak 24 orang (30%), di mana 13 orang (16.2%) dengan kategori status gizi normal, dan terdapat 4 orang contoh (5%) kanker payudara dengan kategori gemuk berat, dan terdapat 1 orang contoh (1.2) kurus berat. Pada kanker nasofaring (KNF), dari 13 orang, sebanyak 8 orang contoh (10%) dengan status gizi normal dan terdapat 4 orang contoh (4%) termasuk kategori kurus berat, sedangkan pada kanker paru-paru dari 2 orang contoh keduanya dengan status gizi kategori kurus berat begitu juga pada kanker pankreas. Pada setiap jenis kanker, pengobatan dapat dilakukan dengan cara kemoterapi, radioterapi, imunoterapi maupun terapi kombinasi tetapi cara pemberiannya akan berbeda tergantung dari organ yang terserang maupun stadium kanker. Dimana pada kanker payudara, obat kemoterapi dan dosis yang diberikan akan berbeda dengan obat kemoterapi pada kanker lainnya seperti kanker saluran cerna (kanker lambung, kanker kolon, kanker pankreas). Pada penelitian multisenter terhadap 12 jenis kanker, prevalensi penurunan berat badan sebesar 31%-40% pada penderita kanker payudara, kanker hematologic dan sarcoma, 54%-64% pada penderita kanker kolon, prostat dan paru, > 80% pada penderita dengan kanker pancreas dan lambung yang didapat penurunan paling berat (Wiwiek 2008). Menurut Pillay Prem (2011) kanker secara langsung mempengaruhi status gizi yang disebabkan oleh perubahan metabolisme tubuh dan karena kehilangan nafsu makan, kebutuhan tubuh akan energi yang meningkat, yang artinya pasien kanker membutuhkan energi yang tinggi untuk

47    memelihara atau menjaga berat badan dan massa tubuh. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, hampir sebagian besar contoh dengan kanker payudara adalah pasien yang menjalani kemoterapi pertama dengan beberapa diantaranya kondisi status gizi normal dan gemuk berat. Terapi kanker dengan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan terapi kanker dengan tingkat kecukupan energi dan protein Tingkat Terapi kanker kecukupan Kombinasi Kempterapi Radiasi energi n (%) n (%) n (%) Defisit Berat 9 11.2 45 56.2 5 6.25 Defisit Sedang 1 1.2 Defisit Ringan 1 1.2 2 2.5 Normal 2 2.5 Total 10 12.4 50 62.4 5 6.25

Operasi n (%) 13 16.2 1 1.2 1 1.2 15 18.6

72 1 4 3 80

Tingkat Terapi kanker kecukupan Kombinasi Kemoterapi Radiasi protein n (%) n (%) n (%) Defisit Berat 8 10 24 30 3 3.7 Defisit Sedang 2 2.5 7 8.7 1 1.2 Defisit Ringan 6 7.5 Normal 11 13.7 Kelebihan 2 2.5 1 1.2 Total 10 12.5 50 62.4 5 6.1

Operasi n (%) 9 11.2 2 2.5 1 1.2 2 2.5 1 1.2 15 18.6

Total n (%) 44 55 12 15 7 9 13 16 4 5 80 100

n

Total (%) 90 1.2 5 3.7 100

Berdasarkan Tabel 11 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat kecukupan energi dan protein contoh defisit berat yaitu 90% dan 55% dengan terapi terbanyak pada kemoterapi 50%. Dari seluruh contoh yang menjalani terapi kanker baik kemoterapi, radiasi, operasi maupun kombinasi, sebagian besar tingkat asupan energi dan proteinnya defisit berat. Menurut Peckenpaugh (2010) dari setiap jenis terapi kanker berisiko mempengaruhi keadaan gizi penderitanya. Pada tingkat kecukupan protein terdapat contoh dengan tingkat kecukupan protein berlebih yaitu 2 orang contoh pada terapi kemoterapi dan masing-masing 1 orang contoh pada terapi radiasi dan operasi. Berdasarkan hasil recall yang dilakukan pada contoh, rata-rata contoh menghabiskan lauk hewani yang disajikan dibangdingkan dengan pangan sumber karbohidrat seperti nasi, tim dan bubur yang hanya separuh, ataupun hanya ¼ porsi saja. Hasil penelitian ini menunjukan rata-rata asupan energi dan protein contoh yang menjalani terapi yaitu pada terapi kemoterapi rata-rata asupan energi 912.43±316.36 kkal dan protein 35.88±14.88 gram, rata-rata asupan

48    energi terapi radiasi 513.49±303.63 kkal dan protein 30.9±29.57 gram , terapi operasi 862.8±396.65 kkal dan 33.38±21.48 gram, serta pada terapi kombinasi 784.30±307.01kkal dan rata-rata asupan protein 27.08±11.40 gram. Berdasarkan rata-rata asupan energi dan protein tersebut, pada terapi radiasi rata-rata asupan energi dan protein lebih rendah dibandingkan dengan terapi lainnya. Hal ini dikarenakan pada terapi radiasi, efek samping terapi menyebabkan ketidak nyamanan penderitanya, seperti disfagia, mulut sakit, mual, pusing, esofagitis (radang kerongkongan), penurunan produksi air liur sehingga berpengaruh pada penurunan asupan makan (Grant 2008). Walaupun pada kemoterapi memiliki efek samping yang hampir sama, tetapi pada kemoterapi pengaruhnya tergantung dari jenis obat terapi, dan dosis yang diberikan. Sehingga asupan makan contoh lebih beragam. Sedangkan pada operasi, gejala yang umum terjadi seperti kelelahan, kesakitan, kehilangan nafsu makan, dan perubahan makan. Umumnya efek samping tersebut sementara dan menghilang beberapa hari setelah operasi (Peckenpaugh 2010). Kebiasaan Makan Kebiasaan makan dapat diartikan sebagai tingkah laku individu dalam memenuhi kebutuhan akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan, dan pemilihan makanan. Ada dua faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan yaitu faktor ekstrinsik (faktor yang berasal dari luar manusia) dan faktor intrinsik (faktor dari manusia itu sendiri) (Khumaidi 1989). Pada penelitian ini, kebiasaan makan yang dimaksud adalah cara contoh mengkonsumsi makanan setiap harinya yang dilihat dari frekuensi makan, kebiasaan sarapan pagi, frekuensi makan pada jenis pangan hewani, pangan nabati, sayur, buah, porsi makan pangan hewani, porsi pangan nabati, porsi sayur, dan porsi buah, serta makanan selingan atau kudapan. Kebiasaan makan ini merupakan kebiasaan makan contoh sebelum didiagnosa ataupun sebelum menderita kanker. Berdasarkan Tabel 12 di bawah ini, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan contoh memiliki keragaman kebiasaan makan yang hampir sama, seperti terlihat pada frekuensi makan setiap hari sebagian contoh makan dengan frekuensi

>

3

kali

sehari

dengan

persentase

sebesar

57.2%,

selalu

mengkonsumsi lauk hewani (83.1%) dengan banyaknya porsi yaitu 1 porsi (1 penukar untuk jenis lauk hewani (Almatsier 2004)) (57.2%), selalu menkonsumsi lauk nabati (70.8%) dengan banyak porsi > 1 porsi (65.8%) dan

49    hanya ada 1 (2.4%) contoh yang tidak pernah mengkonsumsi lauk nabati karena tidak menyukainya. Pada pangan sayur dan buah hampir sebagian dari contoh menjawab kadang-kadang dan juga jarang mengkonsumi buah dan sayur. Untuk sayur sebanyak 47.4 % contoh menjawab kadang mengkonsumsi sayur dengan banyak porsi yaitu 1 porsi setiap kali makan, dan untuk buah sebagian contoh menjawab jarang mengkonsumsi buah sebanyak 48.5% dengan banyaknya porsi hanya 1 porsi, sedangkan untuk selingan sebagian besar dari contoh sebanyak 71.2 % menjawab jarang makan selingan. Kebiasaan makan tersebut merupakan kebiasaan contoh sebelum terdiagnosa kanker. Berikut sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan No

Kebiasaan makan

1.

Frekuensi makan < 3 kali 3 kali > 3 kali Sarapan Jarang Kadang Selalu Lauk hewani Jarang Kadang Selalu Porsi lauk hewani < 1 porsi 1 porsi > 1 porsi Lauk nabati Jarang Kadang Selalu Tdk suka Porsi lauk nabati < 1 porsi 1 porsi > 1 porsi Tdk suka

2.

3.

4.

5.

6.

Total n

%

No

Kebiasaan makan

7.

Sayur Jarang Kadang Selalu Tdk pernah Porsi sayur < 1 porsi 1 porsi > 1 porsi Tdk pernah Buah Jarang Kadang Selalu Porsi buah < 1 porsi 1 porsi > 1 porsi Selingan Jarang Kadang Selalu Total

21 14 45

26,3 17,7 56

12 6 62

15.2 7.8 76.9

1 12 67

1.7 15.2 83.1

9.

1 46 33

1.7 57.2 41.1

10.

7 14 57 2

9 17.8 70.8 2.4

11.

3 23 52 2

4.2 28.8 64.6 2.4

8.

Total n

%

12 38 29 1

15.2 47.4 36.2 1.2

9 44 26 1

11.5 54.7 32.5 1.2

39 24 17

48.5 30.1 21.4

12 50 18

15.2 62.2 22.6

57 10 13 80

71.2 12.7 16.1 100

*keterangan : jarang : < 1x/minggu,kadang : 3x/ minggu, selalu > 4 x/ minggu

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, kebiasaan konsumsi buah dan sayur contoh sebelum terdiagnosa kanker sangat rendah terutama pada konsumsi buah yaitu sebanyak (48.5%) contoh menyatakan mereka jarang mengkonsumsi buah. Alasan mereka jarang mengkonsumsi buah antara lain karena faktor ketersediaan di rumah, kurangnya informasi mengenai porsi yang baik dikonsumsi setiap hari, dan kesadaran mereka akan pentingnya sayur dan buah. Namun setelah terdiagnosa kanker, sebagian besar contoh meningkatkan konsumsi buah segar ataupun dengan cara di jus. Menurut

50    Kristjansdottir et al (2006) meningkatkan konsumsi sayur dan buah dapat berpotensi baik meningkatkan kesehatan masyarakat, disarankan konsumsi buah dan sayur 400 gram (> 200 gram dalam sehari). FAO/UNDP merekomendasi buah dan sayur yaitu 75 kg/kap/tahun. Konsumsi paling sedikit 5 porsi (paling sedikit 400 gram/ 14 oz) dari variasi buah dan sayur setiap harinya (WRCF;AICR 2007). Menurut Block et al (1992) kajian komprehensif dari sebuah studi epidemiologi yang menguji hubungan antara asupan buah dan sayur terhadap timbulnya kanker ditemukan pengaruh perlindungan yang signifikan secara statistik dalam 128 dari 156 studi diet. Fakta dari tinjauan studi case control menunjukan bahwa diet tinggi buah dan sayur berhubungan dengan penurunan risiko kanker (Hill 1995, 2001) Begitu juga dengan pendapat (Fung et al , 2005; Byers et al, 2002)

bahwa

peningkatan asupan tinggi buah dan sayur telah terbukti secara signifikan menurunkan risiko kanker payudara, esopagus, lambung, kolon dan rektum. Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar contoh (83.1%) selalu mengkonsumsi pangan hewani baik itu dari jenis ikan, cumi, udang dan kerang - kerangan serta unggas maupun daging. Namun setelah terdiagnosa kanker, terjadi perubahan kebiasaan makan contoh akan pangan hewani. Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan kepada contoh, beberapa dari contoh menyatakan bahwa mereka mengurangi konsumsi pangan hewani (terutama daging merah dan produk olahannya) bahkan ada yang sama sekali tidak mengkonsumsinya. Hal tersebut terjadi karena informasi yang diperoleh contoh, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media seperti media cetak, dan juga televise. Tetapi setelah diinformasikan oleh dokter dan ahli gizi, beberapa dari contoh mau mengkonsumsi pangan hewani khususnya daging tanpa lemak. Sebuah studi menunjukan bahwa pembatasan protein pada pasien kanker tidak mengubah komposisi atau laju pertumbuhan tumor, tetapi berpengaruh pada penurunan kesehatan pasien kanker. Perubahan makan contoh setelah terdiagnosa kanker tidak hanya pada konsumsi pangan hewani saja tetapi juga pada pangan sumber karbohidrat, salah satunya yaitu perubahan konsumsi mie khususnya mie instan, hampir seluruh dari contoh mengurangi dan tidak mengkonsumsi mie instan, selain itu juga MSG (monosodium glutamat) pada bumbu masakan. Contoh mengurangi dan tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat pengawet makanan.

51    Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Hasil analisis korelasi pearson menunjukan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan tingkat kecukupan energi (r = 0.066, p = 0.559 ) dan pengetahuan gizi dengan tingkat kecukupan protein (r = 0.121, p = 0.287). Hal ini dikarenakan sebagian besar dari contoh memiliki tingkat kecukupan energi (88.89%) dan protein (54.32%) yang rendah, sehingga dengan tingkat pendidikan yang baik maupun kurang pada contoh tidak berbeda nyata terhadap asupan makannya. Menurut Khomsan (2000) seseorang dengan tingkat pengetahuan yang baik belum tentu mengubah kebiasaan makannya. Hubungan antara Variabel Gizi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh (Rock 2004). Status gizi normal menggambarkan keseimbangan yang baik antara asupan gizi dengan kebutuhan gizi (Denke 1998; Klein 2004). Kekurangan gizi memberikan efek yang merugikan yang tidak diinginkan terhadap struktur dan fungsi hampir semua organ dan sistem tubuh (Wiwiek 2008). Seiring dengan perjalanan penyakitnya pada pasien kanker dapat menimbulkan masalah gizi seperti malnutrisi dan memiliki risiko lebih tinggi mengalami kaheksia. Kurang lebih 20-50 % pasien kanker mengalami penurunan status gizi sebelum menjalankan terapi (Sutandyo dan Ririn 2006). Malnutrisi pada kanker disebabkan oleh faktor-faktor primer dan sekunder, baik langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor primer tersebut antara lain faktor umur, pengetahuan tentang gizi, asupan makanan, penyakit infeksi dan untuk faktor faktor sekunder tersebut antara lain stadium kanker dan tindakan pengobatan kanker (Uripi 2002). Terapi pada kanker terdiri dari kemoterapi, radioterapi, imunoterapi dan pembedahan (operasi). Terapi kanker tersebut memiliki efek samping yang dapat menyebabkan masalah makan seperti mual, muntah, anoreksia, perubahan indera pencecap dan tidak nafsu makan. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap penurunan asupan zat-zat gizi, sehingga menyebabkan terjadinya penurunan status gizi bagi penderitanya. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecukupan energi dan protein, pengetahuan gizi serta jenis terapi kanker terhadap status gizi pasien kanker, dilakukan uji analisis korelasi Pearson terhadap faktor - faktor tersebut.

52    Tabel 13 Hasil Uji Analisis korelasi Pearson hubungan pengetahuan gizi, tingkat kecukupan energi dan protein, jenis terapi kanker dengan status gizi pasien kanker Variabel Hubungan dengan Status Gizi Tingkat pengetahuan gizi r = 0,055 p = 0,629 Tingkat kecukupan energi r = 0,067 p = 0,555 Tingkat kecukupan protein r = 0,048 p = 0,674 Jenis Terapi kanker r = 0,025 p = 0,825 Keterangan: * korelasi yang signifikan pada tingkat 0.05 (2-tailed) ** korelasi yang signifikan pada tingkat 0.01 (2-tailed) Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan prilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Suhardjo 1988). Hasil uji analisis korelasi Pearson menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan status gizi pasien kanker (r=0.055; p=0.629). Tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan status gizi diduga karena pengetahuan gizi merupakan faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi status gizi, tetapi memerlukan perubahan dalam hal pengaruhnya terhadap kebiasaan makan maupun asupan makan, selain itu dimana pada tingkat pengetahuan gizi yang sama, setiap contoh akan berbeda asupan makannya, salah satu faktor yang mempengaruhi asupan makan adalah kebiasaan makan. Menurut Khomsan (2000) seseorang yang memiliki pengetahuan gizi yang baik belum tentu mengubah kebiasaan makannya. Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein dengan Status Gizi Jumlah energi yang dikonsumsi seseorang merupakan kuantitatif yang baik untuk mengetahui cukup tidaknya makanan yang dikonsumsi orang tersebut. Keadaan gizi akan baik bila tubuh memperoleh zat gizi yang cukup sesuai kebutuhan tubuh. Gizi yang diberikan harus berdasarkan kebutuhan gizi secara individual baik jumlah maupun komposisinya. Kebutuhan gizi pasien kanker sangat individual dan berubah-ubah dari waktu kewaktu selama perjalanan penyakit serta tergantung dari terapi yang dijalankan (Noorwati dan Ririn 2006). Hasil uji analisis korelasi Pearson menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupann energi dan tingkat kecukupan protein dengan status gizi pasien kanker, masing-masing diantaranya

53    (r=0.067; p=0.555) dan (r=0.048; p=0.674). Hasil ini tidak sesuai dengan pendapat Sediaoetama (1991) yang menyatakan bahwa status gizi sangat tergantung dari konsumsi dan tingkat konsumsi. Hal ini dimungkinkan karena status gizi seseorang dapat ditentukan oleh status gizi sebelumnya, di mana status gizi merupakan refleksi dari kebiasaan makan pada waktu sebelumnya. Selain itu diduga terdapat variabel lain yang tidak diteliti yang berpengaruh terhadap status gizi seperti penyakit infeksi, faktor stress, reaksi obat-obatan yang digunakan. Berdasarkan hasil penelitian ini sebaran contoh tidak menyebar, sebagian besar hanya pada satu kategori saja yaitu tingkat kecukupan energi dan protein defisit berat, hal ini menyebabkan hubungan yang tidak bermakna secara statistik. Hubungan Jenis Terapi Kanker dengan Status Gizi Pengobatan utama penyakit kanker ditujukan untuk membinasakan sel-sel kanker dengan membunuhnya atau membuangnya. Hal ini dapat dilakukan dengan operasi atau pembedahan, penyinaran atau radiasi dan kemoterapi (Uripi 2002). Setiap bentuk pengobatan ataupun terapi akan berisiko terhadap gangguan gizi, gangguan tersebut tergantung pada tempat terapi yang dilakukan di area kanker, dan akan berdampak berbeda pula pada status gizi (Peckenpaugh 2010). Hasil uji analisis korelasi Pearson menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara terapi kanker dengan status gizi pasien kanker (r=0.025; p=0.825). Hasil ini tidak sesuai dengan pendapat Vickers dan Nagi (2004) yang menyatakan bahwa terapi kanker dapat berpengaruh secara signifikan terhadap status gizi pada pasien kanker. Terapi seperti pembedahan ataupun kombinasi terapi pada kanker sering berpengaruh terhadap kondisi psikologis yang dapat menambah pengaruh merugikan pada kanker. Menurut Grant (2008) terapi kanker dapat mempengaruhi kebutuhan gizi secara signifikan dan berpengaruh pada sistem pencernaan, penyerapan dan metabolisme. Gejala yang gizi yang ditimbulkan termasuk mual dan muntah, perubahan rasa dan bau, disfagia, anoreksia, rasa nyeri dan kelelahan. Berdasarkan hal tersebut terapi kanker berpengaruh terhadap kondisi status status gizi penderitanya. Berbeda dengan hasil penelitian ini yang diduga terdapat faktor lain yang tidak diamati seperti stadium kanker, jenis obat yang digunakan yang mungkin berpengaruh, selain itu, contoh yang diamati tidak beragam jenis terapinya yang sebagian besar contoh (62.5%) mendapat kemoterapi sedangkan sisanya (37.5%)

54    mendapat terapi radiasi, operasi dan kombinasi, sehingga secara statistik menyebabkan tidak ada hubungan yang signifikan. Keterbatasan Penelitian Selama masa penelitian terdapat beberapa kesulitan, dimana kesulitan tersebut yang akhirnya menjadi keterbatasan dalam penelitian ini, antara lain : ƒ

Kesulitan utama yaitu pada saat pengumpulan data, dimana tidak semua subjek bersedia untuk menjadi contoh penelitian yang disebabkan karena kondisi klinis contoh terkait dengan kanker.

ƒ

Pada saat wawancara kepada contoh, tidak semua contoh mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Hal ini dikarenakan kondisi contoh yang menurun.

ƒ

Contoh yang diamati pada penelitian ini tidak mewakili keseluruhan kondisi pasien rawat inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais karena tidak semua pasien rawat inap dapat dijadikan subjek penelitian disebabkan kondisi pasien yang tidak dimungkinkan untuk menjadi subjek penelitian.

   

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Lebih dari separuh contoh kanker (70%) adalah perempuan. Secara keseluruhan usia contoh berkisar antara 45-54 tahun (45%), hampir separuh dari contoh (39%) dengan tingkat pendidikan SMA/sederajat, separuh dari contoh (59%) tidak bekerja, hal ini dikarenakan contoh pada penelitian ini sebagian besar adalah ibu rumah tangga. Berdasarkan status gizi, separuh dari contoh (50%) dengan status gizi lebih maupun kurang, yaitu sebesar (16.25%) contoh status gizi kurus berat, (11.25%) kurus ringan, sebesar (15%) contoh gemuk ringan dan (7.5%) contoh gemuk berat. Berdasarkan tingkat pengetahuan gizi, hampir separuh dari contoh (43.8%) tingkat pengetahuan gizi rendah < 60% dengan rata -rata pengetahuan gizi 61.3%.Sebagian besar contoh (90%) tingkat kecukupan energi dan (55%) tingkat kecukupan protein defisit berat, rata-rata asupan energi contoh 862±340 kkal, rata-rata asupan protein contoh 34±17 gram, Separuh dari contoh (62.5%) sedang menjalani terapi kemoterapi, dengan jumlah contoh (30%) terbanyak pada kanker payudara. Berdasarkan kebiasaan makan contoh sebelum terdiagnosa kanker, sebagian besar dari contoh (47.4%) menjawab kadang mengkonsumsi sayur dan (48.5%) jarang mengkonsumsi buah. Berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson menunjukan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, pengetahuan gizi, dan juga terapi kanker dengan status gizi. SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran yang dapat diberikan yaitu Perlu dilakukan penilaian status gizi secara berkala untuk mengetahui status gizi pasien kanker dan agar intervensi gizi dapat diberikan dengan adekuat, selain itu perlu dilakukan konsultasi gizi pada pasien berkenaan dengan asupan makan pasien yang rendah, serta perlu dilakukan penyuluhan gizi pada pasien kanker untuk menambah pengetahuan gizi mereka berkenaan dengan fungsi zat gizi vitamin dan mineral, fungsi antioksidan dan juga makanan yang berkaitan dengan kanker. sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai status gizi dengan pendekatan longitudinal kedepan (kohort) berdasarkan jenis kanker dengan stadium kanker serta jenis obat terapi yang digunakan. Selain itu dapat dibandingkan pula status gizi pasien berdasarkan lama rawat terhadap status gizi.

56   

DAFTAR PUSTAKA Almatsier, sunita. 2004. Prinsip dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Almatsier, sunita. 2004. Penuntun Diet. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Adhistiana, Resty. 2009. Studi Tentang Indentifikasi Muatan Gizi Dalam Mata Pelajaran Serta Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Gizi Anak Sekolah Dasar [Skripsi]. Bogor : Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Babcock M et al. 2005. Nutritional Support in cancer and AIDS. Di dalam: Nix S, editor. Williams’ Basic Nutrition & Diet Therapy. USA: Elsevier mosby. Briawan D, Madanijah S, editor. 2008. Penilaian Status Gizi Cara Antropometri. [Diktat] Mata Kuliah Departemen Gizi Masyarakat. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Corwin J, Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Kedokteran EGC. Damayanthi, Evy. 2008. Gizi dan Kanker dalam Indonesia Journal of Cancer (2008) vol 2 No 3. Jakarta: National Cancer Center. RSK Dharmais. Denke M, Wilson D.1998. Protein and Energy Malnutrition. Di dalam: Fauci, Braunwald, Isselbacher, Wilson, Martin, editor. Harrison’s Principles of Internal Medicine 14th. New York : McGraw-Hill, pp 452 – 454. [Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) 2007. Http://lapriskesdas.co.id [20 November 2011]. [Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2010. Prevalensi Kanker di Indonesia. http://www.depkes.go.id/index. [ 19 Mei 2011]. [Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat. [Depkes] Departemen Kesehatan.2005. Direktorat Pengendali Penyakit Tidak menular (PPTM). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Duyff, Roberta L. 2006. Complete Food and Nutrition Guide. USA: American Dietetic Association Escott, Sylvia. 2008. Nutrition and Diagnosis-Related Care. USA: Saunder Company. Geirsdottir OG, Thorsdottir I. 2008. Nutritional status of cancer patients in chemotherapy: dietary intake, nitrogen balance and screening. Di dalam American Journal Of Clinical Nutrition. Food Nutr Res.2008; 52: 10.4302.

57    Gibson, Rosalind S. 2005. Principles of Nutrition Assessment. New York : Oxford University Press. GLOBOCAN. 2008. Union for International Cancer Control. Http://UICC.org.[20 november 2011] Gordon M. 1999. Perspectives In Nutrition. USA ; WBC McGraw-hill Grant, Barbara. 2008. Medical Nutrition Therapy for Cancer Prevention, Treatment, and Recovery. Di dalam: Mahan LK, Stump SE, editor. krause’s Food, Nutrition,& Diet Therapy. USA: Saunders Elsevier. Guhardja S, Puspitawati H, Hartoyo, Hastuti D, editor. 1992. Manajemen Sumber daya keluarga [Diktat]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hammond. 2008. Nutrition care. Di dalam : mahan LK, Stump SE, editor. Krause’s Food, Nutrition,& Diet Therapy. USA: Saunder Elsevier. Haryanti S. 2008. Faktor – faktor yang berhubungan dengan status giz penderita kanker payudara wanita [Skripsi]. Semarang : Universitas Negeri Semarang. Hill, Michael. 2001. Review of Diet and Cancer: What is The Evidence. Di dalam: Nutrition and Health. USA : Blackwell Science. Jong,wim de. 2004. Kanker. Jakarta: WARCAN. Khomsan, A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. [Diktat] Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber daya keluarga. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Khomsan et al. 2009. Aspek Sosio-Budaya Gizi dan Sistem Pangan Suku Baduy. Bogor: Departemen Gizi masyarakat, fakultas ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Klein S. 2004. Protein – Energy Malnutrition. Di dalam: Goldman L, Ausiello, D, editor. Cecil Textbook of Medicine. Philadelphia : Saunders Elsevier. Krinke UB. 2005. Nutrition Through The Life Cycle. USA : Thomson & Wadsworth. Kristjansdottir et al. 2006. Determinants of Fruit and Vegetable Intake among 11 year-Old.School children in a country of trsditionally low fruit and vegetable. http:llijbnpa.org [8 oktober 2010]. Khumaidi, M. 1989. Gizi Masyarakat. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Lazuardi, C. 2011. Malnutrisi Pada Kanker.http://kalbe.co.id. [ 6 Juni 2011]. Lee, Robert D. 2008. Nutritional Assessment. New York : McGraw-Hill Companies.

58    Linn, Bernard s, Linn Margaret s. 2004. Dietary Patterns And Practices Which Affect The Incidence Of cancer In The Elderly. Di dalam: Watson RR, editor. CRC Handbook of Nutrition in the Aged . Florida : CRC Press,inc. Medelsohn, J. 2000. Prinsip Neoplasma. Di dalam: Horrison Prinsip – prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 4. Jakarta : Kedokteran EGC. Montoya E J et al. 2010. Nutritional Status Of cancer Patients Admitted For Chemotherapy At The National Kidney And Transplant Institute. Di dalam: International Journal Of Cancer (2010) Singapore med j 2010; 51(11):860. Nasca, Philip C. 2008. Fundamentals Of Cancer Epidemiology. Canada : Jones and Bartlett Publishers. Nasoetion, Damayanthi E, editor. 2008. Ilmu Gizi Dasar [Diktat]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia,Institut Pertanian Bogor. Notoajmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi revisi. Jakarta : Rineka Cipta. Peckenpaugh, Nancy J. 2010. Nutrition Essentials And Diet Therapy. USA : Saunders Elsevier. Pillay, Prem. 2011. Diet, Cancer Treatment. The new York times company. http://drPremPillay.org [ 10 September 2011 ]. Price Sylvia A, Wilson L M. 2003. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – proses penyakit. Jakarta : Penerbit buku Kedokteran EGC. Reksodiputro, A Harryanto. 2006. Pengobatan suportif pada pasien kanker dalam buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta : pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam, fakultas kedokteran universitas Indonesia. Riyadi H. 2004. Penilaian Status Gizi [Diktat]. Di dalam: Baliwati YF, Khomsan A, Dwiriani CM, editor. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya; hlm 78-82. Rock CL. 2004. Nutrition in the Prevalention and treatment of disease. Di dalam: Goldman L, Ausiello D, editor. Cecil Textbook of Medicin. Philadelphia: Saunders Elsevier. Sizer FS, Whitney E. 2008. Nutrition and Cancer. Di dalam: Nutrition Concepts and controversies.USA: THOMSON & WADSWORTH. Sediaoetama, AD. 1991. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat. Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara. Suhardjo. 1988. Sosio Budaya Gizi. Jakarta : Bumi Aksara. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

59    Sutandyo N, H Ririn. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Unsal D et al. 2006. Evaluation of nutritional status in cancer patients receiving radiotherapy: a prospective study. Di dalam: National Center for Biotechnology Information (2006) Am j Clin Oncol 2006 Apr;29(2): 183 – 8. Uripi Vera. 2002. Menu Untuk Penderita Kanker. Jakarta : Puspa Swara. Virshup, David M. 2010. Biology, Clinical Manifestations, And Treatment Of Cancer. Di dalam: Pathophysiology The Biologic Basis For Disease in Adults and Children. USA : Mosby Elsevier. Vickers SM, Nagi PA. 2004. Nutritional Requirements Following Cancer Treatment. Di dalam: Handbook Of Clinical Nutrition And Aging. New Jersey : Humana Press Wiseman M. 2007. Essential of Human Nutrition. New York : Oxford University Press. Wiwiek. 2008. Terapi nutrisi pada penderita kanker. Surabaya : Pusat Pengembangan Paliatif dan bebas nyeri RSU Dr.Soetomo. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

60    Lampiran 1 Persetujuan Responden

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama

: Lina Sugita

Judul

: Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi, Jenis Terapi Kanker dan Status Gizi Pasien Kanker Rawat Inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : ………………………. Alamat : ……………………… Dengan ini menyatakan bersedia untuk berperan serta dalam penelitian dengan memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian sebagai berikut : 1. Identitas diri contoh 2. Pemeriksaan berat badan 3. Pemeriksaan tinggi badan 4. Pengisian kuesioner pengetahuan gizi 5. Kebiasaan makan 6. Asupan makan selama 2 hari Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sukarela tanpa tekanan dari pihak manapun. Untuk digunakan sebagaimana mestinya. Jakarta, Juli 2011 Peneliti

Responden

( Lina Sugita )

(

Penanggung jawab penelitian

( dr. Ririn Hariani, SpGK )

)

61   

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN TINGKAT ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN, TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, JENIS TERAPI KANKER DAN STATUS GIZI PASIEN KANKER RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS Hari/tanggal Enumerator A. Karakteristik contoh 1. Kode contoh 2. Nama contoh 3. Jenis kelamin 4. Tempat/tanggal lahir 5. Alamat 6. Umur 7. Berat badan 8. Tinggi badan 9. IMT 10. Pekerjaan :

11. Pendidikan

12. Diagnosis kanker 13. Jenis Kanker 14. Jenis Terapi kanker 15. Stadium kanker 16. keterangan lainnya

: _____________________ : _____________________ : ________________ : ________________________________ : L/P : ________________________________ : ________________________________ _______________________________ : ____Tahun : ____ Kg : ____ Cm : _______ 1. Tidak bekerja 2. PNS 3. Swasta 4. Karyawan 5. …………….. : 1. Tidak sekolah 2. SD 3. SMP 4. SMA 5. PT : ______________ : ______________ : ______________ : ______________ : ______________

62   

Hari/ tanggal : Kode contoh : Nama contoh :

.1

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

B. Kebiasaan makan Apakah anda terbiasa sarapan a. Ya pagi b. Tidak a. Roti b. Biskuit c. Nasi goreng d. Nasi uduk e. Gorengan f. Gado – gado Menu apa yang biasa anda g. Mie makan waktu sarapan h. Susu i. teh j. kopi k. jus l. lainnya sebutkan Berapa kali anda makan dalam a. kurang dari 3 kali sehari b. lebih dari 3 kali sehari a. ayam b. daging sapi c. daging kambing d. daging babi e. ikan f. udang Lauk hewani apa yang biasa g. kerang anda makan h. kornet i. sarden j. nugget k. jeroan l. lainnya sebutkan Berapa banyak lauk hewani a. kurang dari 1 porsi yang anda konsumsi setiap b. satu porsi kali makan c. lebih dari 1 porsi a. tahu b. tempe Lauk nabati yang biasa anda c. kacang merah makan d. lainnya sebutkan Berapa banyak lauk nabati a. kurang dari 1 porsi anda konsumsi setiap kali b. satu porsi makan c. lebih dari 1 porsi a. wortel Sayur apa ang biasa anda b. kentang makan c. bayam d. kangkung

63   

9.

10.

11. 12.

13.

No 1.

2.

3.

4.

e. sawi f. kol g. brokoli h. lainnya sebutkan a. kurang dari 1 porsi Berapa banyak sayuran yang b. 1 porsi anda konsumsi setiap hari c. Lebih dari 1 porsi a. Apel b. Jeruk c. Pisang d. Melon Buah apa yang biasa anda e. Semangka makan f. Nanas g. Alpukat h. Lainnya sebutkan Berapa banyak buah yang a. Kurang dari 1 porsi anda konsumsi setiap kali b. 1 porsi makan c. Lebih dari 1 porsi a. Kurang dari 3 kali Berapa kali anda makan b. 3 kali selingan/cemilan dalam sehari c. Lebih dari 3 kali a. Gorengan b. Roti c. Biskuit d. Buah Jeni selingan/ cemilan yang e. Bakso anda suka f. Martabak g. Chiki h. Lainnya sebutkan C.Kuesioner Pengetahuan Gizi Pertanyaan Pilihan Jawaban Bagaimanakah susunan menu a. Nasi, sayur, lauk, buah, yang baik bagi keluarga ? susu b. Nasi, sayur, lauk, buah c. Nasi, sayur dan lauk d. Tidak tahu Zat – zat gizi yang diperlukan a. Karbohidrat, lemak, oleh tubuh terdiri atas ? protein, vitamin, mineral dan air b. Protein, vitamin dan mineral c. Karbohidrat, protein, zat besi dan yodium d. Tidak tahu a. Lemak Zat gizi yang berfungsi untuk b. karbohidrat pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh ? c. Protein d. Tidak tahu Bahan makanan yang banyak a. Kacang – kacangan

Nilai

64    mengandung protein hewani ? 5.

Bahan makanan yang banyak mengandung protein nabati?

6.

Fungsi utama protein dalam tubuh ?

7.

Pangan yang termasuk sumber karbohidrat ?

8.

Konsumsi energi berlebih akan disimpan tubuh dalam bentuk ?

9.

Minyak goreng sebaiknya dipakai menggoreng tidak lebih dari …

10.

Buah – buahan dan sayuran mengandung zat gizi ?

11. Makanan yang banyak mengandung serat adalah

12. Kelompok pangan manakah yang banyak mengandung antioksidan ? 13. Fungsi antioksidan adalah

14. Vitamin – vitamin mempunyai sifat larut lemak dan larut air, manakah vitamin berikut yang larut dalam lemak ? 15. Untuk mempertahankan gizi pada sayuran, maka proses pengolahan yang baik adalah

b. Ayam, susu dan kedelai c. Daging, ikan, telur, susu d. Tidak tahu a. Kacang – kacangan b. Tahu, tempe, ikan c. Daging , ikan, telur, susu d. Tidak tahu a. Sumber energi utama b. Mengganti bagian tubuh yang rusak c. Menjaga kesehatan mata d. Tidak tahu a. Nasi b. sayuran c. Ikan d. Tidak tahu a. Tenaga b. Lemak c. Protein d.Tidak tahu a. 3 kali b. 7 kali c. 5 kali d. Tidak tahu a. Protein b. Vitamin dan mineral c. Lemak d. Tidak tahu a. Telur b. sayuran dan buah buahan c. Mie d. Tidak tahu a. Kacang-kacangan b. Daging-dagingan c. Sayuran dan buahbuahan d. Tidak tahu a. Menetralisir radikal bebas b. Mengatur suhu tubuh c. Mengatur proses dalam tubuh d. Tidak mengerti a. Vitamin A, C dan D b. Vitamin B dan C c. Vitamin A, D, E, K d. Tidak tahu a. Dipotong, dicuci, dan dimasak b. Dicuci, dimasak, dipotong c. Dicuci, dipotong dan dimasa

65    d. Tidak tahu 16. Merebus sayuran terlalu lama dapat menyebabkan ?

a. Bertambah lezat b. Vitamin dan mineralnya banyak berkurang c. Tidak mudah dicerna d. Tidak mengerti

17. Berapakah jumlah sayuran dan buah yang baik dikonsumsi setiap hari…

a. 1 porsi saja b. ≥ 5 porsi c. 3 – 4 porsi d. Tidak tahu a. 3 gelas b. ≥ 8 gelas c. 5 gelas d. Tidak tahu a. Gusi berdarah b. Darah tinggi c. Anemia d. Tidak tahu a. Tahu, tempe, oncom b. Jagung, alpukat, beras c. Hati, bayam, daging d. Tidak tahu

18. Berapakah banyak air sebaiknya diminum setiap hari.. 19. Bila tubuh mengalami kekurangan zat besi, maka akan timbul penyakit ? 20. Sumber zat besi terdapat pada bahan makanan ?

66   

D. RECALL 2 X 24 JAM Nama contoh :

Hari/tanggal

:

Kode contoh :

Enumerator

:

Pola makan Makan pagi

Selingan pagi

Makan siang

Selingan sore

Makan malam

Selingan malam

Jenis makanan

Ukuran rumah tangga (URT)

67   

Pola makan Makan pagi

Selingan pagi

Makan siang

Selingan sore

Makan malam

Selingan malam

Jenis makanan

Ukuran rumah tangga (URT)

68   

Correlations %pengetahuan Asupan.energi Asupan.protein %pengetahuan Pearson Correlation

1

.055

.066

.121

.231

.136

.629

.559

.287

80

80

80

80

80

80

Pearson Correlation

.136

1

.765**

.088

.723**

.548**

Sig. (2-tailed)

.231

N Asupan.protein Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

.437

.000

.000

80

80

80

80

80

.168

.765**

1

.128

.462**

.696**

.136

.000

.259

.000

.000

80

80

80

80

80

80

.055

.088

.128

1

.067

.048

Sig. (2-tailed)

.629

.437

.259

.555

.674

80

80

80

80

80

80

Pearson Correlation

.066

.723**

.462**

.067

1

.732**

Sig. (2-tailed)

.559

.000

.000

.555

N tk.konsP

.000

80

Pearson Correlation N

tk.konsE

tk.konsP

.168

N

IMT

tk.konsE

.136

Sig. (2-tailed) Asupan.energi

IMT

.000

80

80

80

80

80

80

Pearson Correlation

.121

**

**

.048

**

1

Sig. (2-tailed)

.287

.000

.000

.674

.000

80

80

80

80

80

N

.548

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

.696

.732

80

69

no

jk

pekerjaan

pnddikan

usia

bb

tb

imt

kategori

jenis kanker

terapi kanker

1

laki-laki

mahasiswa

PT

26

44

166

15.9

kurus berat

KNF

kemo

2

laki-laki

karyawan

SMA

30

61

156

25.1

gemuk ringan

LNH

kemo

3

perempuan

swasta

PT

52

70

155

29.13

gemuk berat

ca. mamae

kemo

4

perempuan

IRT

SMA

56

51

152

22

normal

ca.ovarium

kemo

5

perempuan

IRT

SMA

59

60

150

26.37

gemuk ringan

ca. mamae

kemo

6

perempuan

IRT

SD

49

39

146

18.2

kurus ringan

ca. mamae

radiasi

7

perempuan

IRT

SD

50

53

142

26.2

gemuk ringan

ca.mamae

kemo

8

laki-laki

PNS

SMA

54

62.5

162

23.62

normal

KNF

kemo

9

perempuan

IRT

SD

65

45

146

21.11

normal

ca. cervix

radiasi

10

laki-laki

swasta

PT

41

45

155

18.7

normal

KNF

kemo

11

laki-laki

mahasiswa

SMA

21

48

175

15.67

kurus berat

KNF

kemo

12

laki-laki

pensiun

SMA

59

45

165

16.5

kurus berat

ca. rekti

operasi

13

perempuan

IRT

tidak sekolah

53

45

150

20

normal

ca. ovarium

kemo

14

laki-laki

mahasiswa

SMA

21

60

170

20.76

normal

limpoma

kemo

15

perempuan

IRT

SMA

48

58

149

26.12

gemuk ringan

ca. mamae

kemo

16

perempuan

swasta

PT

46

54

161

20.8

normal

ca. mamae

operasi

17

perempuan

IRT

SD

42

35

145

16.64

kurus berat

ca. ovarium

operasi

18

perempuan

IRT

SMA

32

40

158

16.02

kurus berat

KNF

kemo

19

laki-laki

PNS

PT

57

49

155

20.39

normal

ca. rekti

kemo,radiasi,op

20

perempuan

PNS

PT

54

50

156

20.54

normal

ca.tyroid

operasi

21

perempuan

IRT

SMA

38

55

156

22.6

normal

ca.mamae

kemo

22

perempuan

IRT

SMP

39

65

160

25.39

gemuk ringan

ca. mamae

kemo

23

perempuan

swasta

PT

59

49

157

19.87

normal

ca.mamae

kemo

24

perempuan

swasta

PT

47

49

160

19.1

normal

ca. mamae

kemo

25

perempuan

IRT

SMA

30

60

154

25.29

gemuk ringan

ca.ovarium

kemo

26

perempuan

IRT

SD

55

53

160

20.7

normal

ca. servix

operasi

27

perempuan

IRT

PT

46

60

158

24

normal

KNF

kemo

28

perempuan

IRT

SMA

45

50

154

21.1

normal

hepatoma

kemo

29

perempuan

PNS

PT

49

40

148

18.26

kurus ringan

ca.mamae

kemo

70

    No

Jenis kelamin

Pekerjaan

Pendidikan

Usia

Bb

Tb

Imt

Kategori

Jenis kanker

Terapi kanker

30

perempuan

IRT

SMP

54

69

151

30.26

gemuk berat

ca. cervix

kemo

31

laki-laki

swasta

SMA

48

63

159

24.91

normal

KNF

kemo

32

perempuan

IRT

SMA

46

40

150

17.77

kurus ringan

ca. cervix

kemo

33

perempuan

IRT

SMA

28

56

152

24.23

normal

ca. mamae

operasi

34

perempuan

IRT

SMP

47

49

150

21.77

normal

ca. ovarium

kemo

35

perempuan

karyawan

SMA

35

63

156

25.88

gemuk ringan

ca. rekti

kemo

36

laki-laki

swasta

PT

42

70

166

25.4

gemuk ringan

ca. colon

kemo

37

laki-laki

swasta

SMA

50

72

165

26.4

gemuk ringan

ca. rekti

kemo

38

perempuan

IRT

SD

30

49

150

21.77

normal

KNF

kemo

39

laki-laki

karyawan

SMA

53

69

165

25.34

gemuk ringan

LNF

kemo

40

laki-laki

karyawan

SMA

42

76

165

27.9

gemuk berat

glen penis

operasi

41

perempuan

IRT

SMA

54

60

155

24.9

normal

ca. mamae

kemo

42

perempuan

IRT

SMA

36

62

160

24.25

normal

ca. servix

kemo,radiasi

43

perempuan

IRT

SMA

35

48

150

21.33

normal

ca. mamae

kemo

44

perempuan

IRT

SMP

68

64

147

29.6

gemuk berat

ca. mamae

operasi

45

perempuan

swasta

SMA

46

40

157

16.22

kurus berat

ca. paru

kemo

46

perempuan

PNS

PT

43

53

145

25.2

gemuk ringan

ca. ovarium

kemo

47

laki-laki

karyawan

PT

31

69

173

23.05

normal

LNH

radiasi

48

perempuan

IRT

SD

47

34

145

16.17

kurus berat

ca. mamae

kemo

49

perempuan

IRT

PT

65

40

157

16.22

kurus berat

ca. pankreas

kemo

50

perempuan

PNS

SMA

48

52

150

23.11

normal

ca tyroid

operasi

51

perempuan

IRT

PT

31

30

153

12.81

kurus berat

KNF

kemo

52

perempuan

IRT

SMA

41

84

154

35.4

gemuk berat

ca. mamae

kemo,operasi

53

perempuan

IRT

SD

57

47

150

20.88

normal

ca. ovarium

operasi

54

laki-laki

buruh

SD

53

49

162

18.6

normal

KNF

kemo,operasi

55

perempuan

swasta

PT

25

43

159

17

kurus ringan

ca. servix

kemo,radiasi

56

perempuan

IRT

SMP

46

76

158

30.44

gemuk berat

ca. mamae

kemo,operasi

57

perempuan

IRT

SMA

33

59

155

24.55

normal

ca. mamae

kemo,operasi

71

               

58

laki-laki

swasta

SMA

42

59

175

19.26

normal

KNF

radiasi

59

perempuan

IRT

60

perempuan

swasta

PT

35

42

150

18.66

normal

ca. mamae

operasi

SMP

41

33

144

15.91

kurus berat

ca. servix

kemo,radiasi

61

laki-laki

Wiraswasta

SMA

35

67

165

24.6

normal

ca. rekti

kemo,radiasi

62

perempuan

IRT

SMP

52

44

155

18.31

kurus ringan

LNH

kemo,operasi

63

laki-laki

petani

SD

63

51

165

18.7

normal

KSS

operasi

64

laki-laki

tidak kerja

SMP

32

44

160

17.1

kurus ringan

ca. colon

kemo

65

perempuan

Wiraswasta

SD

53

42

151.5

18.42

kurus ringan

ca. ovarium

kemo

66

perempuan

IRT

SMP

46

26

135

14.26

kurus berat

ca. colon

kemo

67

perempuan

IRT

SMA

68

24

150

10.67

68

perempuan

IRT

SMP

60

45

145

21.4

kurus berat

ca. pelpis

kemo

normal

ca. mamae

kemo

69

perempuan

swasta

PT

47

39

151

17

kurus ringan

ca. mamae

kemo

70

perempuan

PNS

PT

53

48

153

20.5

normal

ca. ovarium

kemo

71

perempuan

IRT

SMA

53

58

155

24.14

normal

ca. ovarium

operasi

72

laki-laki

swasta

SMA

52

63

174

20.8

normal

KNF

kemo

73

perempuan

IRT

SD

53

59

151

25.8

gemuk ringan

ca. mamae

operasi

74

perempuan

IRT

SMA

40

55

155

22.8

normal

ca. mamae

kemo

75

perempuan

IRT

SMP

53

44

155

76

laki-laki

buruh

SMP

45

52

164

18.31

kurus ringan

LNH

kemo

19.33

normal

KNF

kemo

77

laki-laki

swasta

PT

41

67

168

23.73

normal

leukemia

kemo

78

perempuan

IRT

tdk dklah

46

54

159

21.35

normal

ca. servix

radiasi

79

perempuan

IRT

SMA

39

53

150

23.55

normal

ca. servix

operasi

80

laki-laki

swasta

PT

51

46

171

15.73

kurus berat

ca. paru

kemo

72 No

skor P.gz

Keb. Gizi

AKG koreksi E

AKG koreksi P

Asupan E

Asupan P

Asupan lemak

Tk.asupan Energi

Tk.asupan Protein

1

85

2755

1870

44

1185

46.9

23.65

46.47

78.17

2

65

3081

2312

59

975

49

36.65

41.49

81.67

3

85

2845

2227

63.63

1097

39

36.6

62.69

78

4

65

2417

1623

46.36

1267

44.3

41.5

50.17

86

5

45

2559

1909

54.54

878

43

15.25

78.07

95.56

6

80

2223

1276

35.45

276.2

6.35

3.1

15.30

12.7

7

65

2476

1750

50

880

32

41

59.11

72.17

8

45

2847

2250

60

1330

43.3

17.7

50.28

64

9

45

2186

1309

36.8

204

2.35

1.55

15.58

6.39

10

50

2457

1706

43.5

538

51.5

13.8

31.54

118.39

11

80

3034

2040

48

1413

70.6

28.9

55.40

117.67

12

30

2307

1633

43.5

739

28.3

12.5

32.84

71.17

13

30

2319

1432

41

966

35.45

52.4

67.46

86.46

14

75

3325

2550

60

1164

40.25

17.85

45.65

67.08

15

50

2622

1898

52.72

895

57.1

31

49.73

114.2

16

80

2608

1767

49

788

22.9

32.95

44.60

46.73

17

45

2208

1145

31.8

676

20.95

32.3

37.57

41.9

18

50

2454

1309

36.36

723

24.4

38

40.17

48.4

19

70

2346

1778

47.42

814

32.5

42.9

45.78

68.54

20

85

2430

1591

45.45

926

31.75

27.6

58.20

69.86

21

85

2687

1800

50

492

14.45

6.1

68.44

101.7

22

75

2891

2127

59

1232

50.85

34.4

27.33

28.90

23

80

2367

1559

44.54

795

32.3

31

50.99

72.52

24

80

2495

1604

44.54

978

35.2

13.15

60.97

79.03

25

50

2856

1964

54.54

651

53.12

51.95

36.17

106.24

26

40

2497

1686

48

579

26

21

34.34

54.17

27

90

2716

1964

54.54

1598

58.7

32.9

81.36

107.63

28

90

2511

1636

45.45

1489

50.1

40.8

91.01

110.23

29

45

2251

1309

36.36

571

19.4

11

31.72

38.8

30

45

2790

2195

62.7

642

26.1

17.8

36.68

52.2

31

85

2915

2388

60.96

658

22.35

27.85

27.55

36.66

32

60

2287

1309

36

1128

60.45

8.95

62.67

120.9

33

95

2788

2046

53.8

1073

46.7

50.9

52.44

86.80

34

45

2457

1604

44.54

808

37.85

25.75

50.37

84.98

35

45

2875

2062

57.27

770

25.8

25.3

42.78

51.6

36

70

3273

2653

67.74

1502

54.5

15.3

63.91

90.83

37

90

3206

2613

69.67

552

23.5

13.6

24.53

39.17

38

65

2622

1604

44.54

703

38.75

18.65

43.83

87.00

39

60

3078

2504

66.77

726

32.95

25.85

32.72

54.97

40

60

3434

2758

73.54

1816

96

53.85

80.70

96

41

55

2626

1909

54.54

915

35.55

36.7

47.93

65.18

73 No

skor P.gz

Keb. Gizi

AKG koreksi E

AKG koreksi P

Asupan E

Asupan P

Asupan lemak

Tk.asupan Energi

Tk.asupan Protein

42

75

2863

2258

62.72

767

31.7

23.6

33.97

50.54

43

65

2554

1571

43.63

733

18.6

22.4

46.66

42.63

44

40

2539

1861

52.36

1072

43

30.8

67.00

95.55

45

70

2314

1309

36.36

747

27.55

25.45

41.50

55.1

46

80

2575

1735

48

552

10.1

7.15

30.67

20.2

47

65

3472

2615

66.77

551

53.25

10.4

21.07

79.75

48

40

2139

1113

30.9

631

21.5

26.4

35.00

43

49

80

2129

1164

32.72

834

36.7

12.95

52.00

81.55

50

45

2507

1702

47.27

1147

35.95

38.45

67.39

76.05

51

90

2246

982

27.27

697

24.7

28.3

38.72

49.4

52

55

3226

2749

76.36

553

11.38

3

30.72

22.76

53

50

2320

1495

42

1425

58.35

33.55

95.32

138.93

54

25

2475

1778

47.4

1443

26.8

19.8

81.16

56.54

55

85

2586

1571

41.34

446

33.4

9.25

23.47

66.8

56

75

3034

2487

69

1023

35.6

25.45

56.83

71.2

57

95

2811

1931

53.63

727

28.5

30.4

37.65

53.14

58

75

3052

2236

57

975

69.8

18.4

43.60

122.46

59

70

2434

1374

38

652

21.55

17.55

47.45

56.71

60

40

2174

1080

30

648

14.85

12.4

36.00

29.7

61

55

3275

2193

60.9

990

45.45

25.85

45.14

74.63

62

75

2328

1400

40

432

10.6

9.45

43.31

62.89

63

45

2422

1850

49.35

699

23.25

20.55

24.68

21.2

64

60

2608

1668

42.5

905

31.28

40.75

48.89

28.4

65

65

2267

1336

38.18

1509

51.45

28.2

27.21

34.43

66

45

1951

851

23.64

616

20.2

16.85

35.80

14.03

67

45

1755

698

56.7

693

28.3

26.7

37.78

47.11

68

50

2231

1432

41

864

31.58

26.6

40.22

52.13

69

60

2262

1276

35.45

880

14.2

0.8

95.35

137.52

70

90

2390

1527

43.63

1456

60

46.1

86.26

102.9

71

60

2596

1845

52.72

502

18.15

17.6

34.22

40.4

72

35

3014

2286

60.96

818.4

8.55

8.95

60.34

77.02

73

35

2601

1877

53.63

627

19.5

15.3

35.82

39

74

35

2663

1800

50

1251

53.25

54

69.50

106.50

75

35

2318

1400

40

333

21

15.5

18.50

42

76

65

2695

1971

50.32

1055

40.25

37.95

53.53

79.99

77

50

3222

2539

64.83

373

13.2

8.2

14.69

20.36

78

25

2600

1767

49

561.25

22.75

20.55

31.76

46.43

79

75

2614

1734

48.18

221

8.4

1

12.75

17.43

80

50

2511

1669

44.5

1153

32.7

11.55

51.24

54.5