TINGKAT KEPUASAN PASIEN PADA PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUMAH

Download Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan tingkat kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan di ruang rawat inap flamboyan. R...

1 downloads 381 Views 54KB Size
Ayuningtyas, Tingkat kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan di rumah sakit

TINGKAT KEPUASAN PASIEN PADA PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT Kutri Riski Ayuningtiyas, Mustayah, Tri Nataliswati Poltekkes Kemenkes Malang, Jl. Besar Ijen No 77C Malang email: [email protected]

Abstract: The step satisfied is an idea and patient’s expectations of an activitiesreceived from nersing service, the differentopinionpatientsasverysatisfied, satisfied, dissatisfied, andvery dissatisfied. Itmust be knownthe sizethat affectthestep ofpatientsatisfaction. Something that isveryimportantfor nursing must be known the patient’sneedtomeettheirsatisfactionwith the servicesthey deliver. Therefore the aimofthis studyto describethe step satisfied ofpatientsinnursing service in hospitalized in flamboyan’s room RSUD Lawang Kabupaten Malang. This result implemented in 21 April-17 Mey 2014. The method used is descriptive design with 50 respondents. Data collection use accidental sampling technique. Techniques of data collectionusingquestionnairecovered. The results showed 25 respondents(50%) expressed only satisfied only. The size that cause Unfulfilled level of patient satisfaction include:nurse patient relationship, aminities, choice, effectivess, safety. It is expected that nurses are able to understand and the size that affect the step of patient satisfaction and improve the quality of nursing care quality in the hospital. Keywords: the step satisfied, patients, hospitalized Abstrak: Tingkat kepuasan pasien merupakan pendapat dan harapan pasien terhadap suatu kegiatan yang diterima dari pelayanan keperawatan yang mengakibatkan suatu pendapat pasien yang berbedabeda seperti sangat puas, puas, tidak puas, dan sangat tidak puas. Perawat harus mengetahui ukuran apa sajakah yang memengaruhi tingkat kepuasan pasien tersebut. Ukuran tersebut merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perawat untuk mengetahui apa yang pasien butuhkan untuk memenuhi kepuasan mereka terhadap pelayanan yang berikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan tingkat kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan di ruang rawat inap flamboyan RSUD Lawang Kabupaten Malang. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 April-17 Mei 2014. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan jumlah sampel 50 responden menggunakan teknik accidental sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup. Hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat kepuasan responden setengahnya (50%) adalah puas. Ukuran yang menyebabkan tingkat kepuasan pasien antara lain : hubungan perawat dengan pasien, kenyamanan pelayanan, kebebasan melakukan pilihan, efektivitas pelayanan, keamanan tindakan Kata kunci: kepuasan pasien, pelayanan.

PENDAHULUAN

keseluruhan dari organisasi dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan, rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian biososial (Fauzi, 2013). Rumah sakit sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan 83

Rumah sakit merupakan tempat penyediaan layanan kesehatan untuk masyarakat. Menurut Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor 983.MENKES/SK/1992 mengenai pedoman rumah sakit umum dinyatakan bahwa rumah Sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik, pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan. Menurut WHO rumah sakit adalah ISSN 2301-4024

83

JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 2, OKTOBER 2015: 83-90

kesehatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, rehabilitasi medis dan pelayanan perawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan dan unit rawat inap.Pelayanan rumah sakit tidak terlepas dari pembangunan ekonomi masyarakat (Maninjaya, 2004) Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat (Levey and Loomba, 1973). Pelayanan rumah sakit kemudian bergeser karena kemajuan ilmu pengetahuan khususnya teknologi kedokteran, peningkatan pendapatan dan pendidikan masyarakat. Pelayanan kesehatan di rumah sakit saat ini tidak saja bersifat kuratif (penyembuhan) tetapi juga bersifat pemulihan (rehabilitatif). Keduanya dilaksanakan secara terpadu melalui upaya promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Dengan demikian, sasaran pelayanan kesehatan di rumah sakit bukan hanya untuk individu pasien, tetapi juga berkembang untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. Fokus perhatiannya memang pasien yang datang atau yang dirawat sebagai individu dan bagian dari keluarga. Atas dasar sikap seperti itu, pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna untuk diupayakan agar seluruh masyarakat dapat menikmati pelayanan kesehatan secara terjangkau dan terlayani secara merata (Maninjaya, 2004). Situasi pelayanan kesehatan yang kompleks ini seringkali menyulitkan komunikasi antara pasien dan pihak penyedia layanan kesehatan. Komunikasi yang baik amat membantu menyelesaikan berbagai masalah sedangkan komunikasi yang buruk akan menambah masalah dalam pelayanan kesehatan. Di samping komunikasi yang baik, pelayanan kesehatan harus memenuhi kaidah-kaidah profesionalisme dan etis. Untuk menangkal hal-hal yang berpotensi merugikan berbagai pihak yang terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit dan untuk 84

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan maka perlu ditingkatkan kemampuan tenaga kesehatan menyelesaikan masalah medis dan non-medis di rumah sakit dan tercipta struktur yang mendukung pelayanan kesehatan secara profesional dan berkualitas. Salah satu upaya mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional di rumah sakit adalah dengan memenuhi kaidah-kaidah yang tercantum dalam Kode Etik Rumah Sakit di Indonesia (KODERSI) (Fauzi, 2013). Kualitas layanan kesehatan dan kepuasan pelanggan menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan layanan di rumah sakit. Disisi lain, dalam bentuk pelayanan yang berkembang sekarang ini, pelayanan menjadi semakin rumit dan cukup sulit diukur, karena hasil yang terlihat merupakan dari berbagai faktor yang berpengaruh. Oleh sebab itu, tercapainya pelayanan kesehatan yang baik memerlukan upaya yang sungguhsungguh dari berbagai pihak, dalam hal ini kerjasama dari setiap unit yang terkait mengambil peran yang sangat penting (Pohan, 2007). Kurangnya kepuasan pasien terjadi karena dinamika tuntutan pasien yang demikian cepat berubah namun tidak diimbangi dengan kecepatan perubahan pola kerja dan tindakan perawat. Perawat lebih banyak berfokus pada kinerja medik atau teknik keperawatan (pelaksanaan fungsi dependent atau fungsi pelimpahan dari dokter) padahal pasien nampaknya justru mengharapkan kinerja perawat sesuai normatifnya yaitu lebih berfokus pada aspek yang berkaitan dengan dimensi non teknik keperawatan (pelaksanaan fungsi independent) (Potter dkk, 2005). Banyak faktor penyebab ketidakpuasan pasien di rumah sakit, salah satunya adalah faktor komunikasi antara dokter dan perawat. Tingkat kepuasan pasien sangat tergantung pada bagaimana faktor tersebut di atas dapat memenuhi harapan-harapan. Sebagai contoh faktor komunikasi verbal perawat dalam komunikasi terapeutik apabila dilaksanakan tidak sesuai dengan spirit dalam komunikasi tersebut maka yang dihasilkan adalah respon ketidakpuasan dari pasien. Seorang pasien yang tidak puas pada gilirannya akan menghasilkan sikap/perilaku tidak patuh terhadap seluruh prosedur keperawatan dan ISSN 2301-4024

Ayuningtyas, Tingkat kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan di rumah sakit

prosedur medis misalnya menolak pasang infus, menolak minum obat, menolak untuk dikompres panas/dingin,dan lain-lain. Akhirnya pasien akan meninggalkan rumah sakit dan mencari jasa pelayanan yang bermutu di tempat lain. Oleh sebab itu sudah saatnya kepuasan pasien menjadi bagian integral dalam misi dan tujuan profesi keperawatan karena semakin meningkatnya intensitas kompetisi global dan domestik, serta berubahnya preferensi dan perilaku dari pasien untuk mencari pelayanan jasa keperawatan yang lebih bermutu (Hendrawan, 2008). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2005 menunjukkan bahwa masih ditemukan adanya keluhan tentang ketidakpuasan pasien terhadap komunikasi perawat. Rata-rata hasil data yang didapatkan dari beberapa Rumah Sakit di Indonesia menunjukan 67% pasien yang mengeluh adanya ketidakpuasan dalam penerimaan pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2005). Di Indonesia perkembangan rumah sakit dari tahun ke tahun semakin meningkat yaitu terjadi peningkatan jumlah rumah sakit sebesar 13,1% dan peningkatan jumlah tempat tidur sebesar 9,8% dalam waktu tujuh tahun. Di sisi lain masalah yang dihadapi rumah sakit semakin komplek termasuk masalah yang berkaitan dengan sumber daya manusia, lebih khusus lagi tenaga keperawatan utamanya yang berkaitan dengan pelayanan pada pasien. Pelayanan pada pasien khususnya dalam berkomunikasi antara perawat dengan pasien dapat menyebabkan kepuasan pada pasien (Depkes RI, 2005). Berdasarkan survey yang penulis lakukan dengan cara wawancara pada tanggal 13 februari 2013 pada 7 orang pasien yang dirawat di RSUD Lawang, saat ditanya tentang pelayanan keperawatan RSUD Lawang, 3 dari 7 pasien yang dirawat di RSUD Lawang mengatakan senang mendapatkan pelayanan keperawatan di RSUD Lawang karena tarif yang ditetapkan RSUD Lawang terjangkau bagi pasien, jarak dari rumah ke tempat pelayanan dekat, 4 dari 7 pasien yang dirawat di RSUD Lawang pelayanan yang dilakukan oleh perawat di ruang rawat inap

ISSN 2301-4024

bekerjanya lamban, kurangnya keramahan dan kesopanan perawat di RSUD Lawang. Tujuan dari penelitian ini mendiskripsikan tingkat kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan di ruang rawat inap flamboyan RSUD Lawang Kabupaten Malang METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini penelitian deskriptif yaitu salah satu jenis metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasi objek sesuai dengan apa adanya (Ridwanaz, 2012). Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan di ruang Flamboyan Instalasi Rawat Inap RSUD Lawang Kabupaten Malang. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang mendapatkan pelayanan perawatan ruang Flamboyan di Instalasi Rawat Inap RSUD Lawang Kabupaten Malang dengan jumlah 50 responden. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah pasien yang sedang menjalani pelayanan keperawatan di ruang flamboyan Instalasi Rawat Inap RSUD Lawang Kabupaten Malang selama dilakukan penelitian dan yang memenuhi criteria Inklusi. Sampling dengan teknik accidental sampling, jumlah sampel dalam penelitian ini 50 responden. Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah tingkat kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan ruang Flamboyan di Instalasi Rawat Inap RSUD Lawang Kabupaten Malang. Tingkat kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan adalah pendapat dan harapan pasien terhadap suatu kegiatan yang diterima dari pelayanan keperawatan yang mengakibatkan suatu pendapat pasien seperti sangat puas, puas, tidak puas, dan sangat tidak puas. Penelitian menentukan subjek penelitian yaitu pasien yang sedang menjalani rawat inap ruang flamboyan di Instalasi Rawat Inap RSUD Lawang. Waktu tanggal 21 April– 17 Mei 2014 bertempat di Ruang Flamboyan RSUD Lawang Kabupaten Malang. Instrument penelitiaan yang digunakan adalah kuesioner tertutup artinya kuesioner yang sudah

85

JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 2, OKTOBER 2015: 83-90

disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih, dengan member tanda check list pada pilihan jawaban yang tersedia. Data yang dikumpulkan melalui angket di tabulasi dan diberi skor (scoring) terhadap itemitem dari angket tersebut.Yaitu Nilai 5 untuk jawaban “Sangat Puas”, nilai 4 untuk jawaban “Puas”, nilai 3 untuk jawaban “ Cukup Puas”, nilai 2 untuk jawaban “Tidak Puas”, nilai 1 untuk jawaban “Sangat Tidak Puas”. Dalam jawaban responden bisa memilih jawaban yang telah disediakan, kemudian hasilnya dikalikan 100%. Hasil jawaban responden yang telah diberi skor, kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria kualitatif yang disusun sendiri oleh peneliti dengan merujuk pada pendapat (Alimul, 2007) karena dengan suatu pertimbangan cara tersebut memudahkan bagi peneliti untuk memberikan kriteria untuk setiap persentase kualitatif dari setiap responden: 76-100% = sangat puas, 51-75% = puas, 26-50% = tidak puas, <25% = sangat tidak puas HASIL PENELITIAN Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : HK.02.03/I/0232/2014 Tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Lawang Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur, RSUD Lawang telah dinyatakan memenuhi syarat dan kemampuan pelayanan sebagai Rumah Sakit Umum Kelas C. Berlaku sejak tanggal 21 Februari 2014. RSUD Lawang berada di Kecamatan Lawang Kabupaten Malang.RSUD Lawang memiliki visi Menjadi Rumah Sakit yang mandiri dan menjadi Pilihan Masyarakat Kabupaten Malang Tahun 2018. Kegiatan pelayanan RSUD Lawang Kabupaten Malang berlangsung 24 jam kecuali pelayanan Poli Umum atau Poli Spesialis hanya buka sesuai jam kerja yaitu jam 07.0014.00. RSUD Lawang mempunyai ruang rawat inap untuk kelas III yaitu ruang Flamboyan.Flamboyan mempunyai 20 tempat tidur yang bangsal, masingmasing antara laki-laki dan perempuan terpisah. Di ruang Flamboyan terdapat cukup ventilasi

86

sehingga cukup pencahayaan di ruangan, tempat tidur sudah memakai pengaman sehingga pasien safety terjaga dan memiliki kebijakan untuk berkunjung yang datang agar datang sesuai dengan jam berkunjung yang telah ditetapkan, serta ketetapan jumlah pengunjung yang harus dibatasi. Di dalam ruangan rawat inap Flamboyan kurang adanya fasilitas dengan poster kesehatan seperti poster bahaya merokok, pentingnya cuci tangan, dll. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa lebih dari setengahnya yang berjenis kelamin perempuan yaitu 29 orang (58%). Karakteristik responden berdasarkan umur, pada Tabel 1 diketahui bahwa sebagian kecil yang berumur 26-35 tahun yaitu 11 orang (22%) . Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa kurang dari setengahnya yang tingkat pendidikan SMP yaitu 20 orang (40%). Berdasarkan jenis pekerjaan (Tabel 3) diketahui bahwa kurang dari setengahnya bekerja sebagai buruh yaitu 18 orang (36%). Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa tingkat kepuasan responden setengahnya (50%) adalah puas. Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia Umur (tahun) 17-25 26-35 36-45 46-55 56-65 >65 Total

F 10 11 9 10 3 7 50

% 20 22 18 20 6 14 100

Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan Jenis Pendidikan SMA SMP SD Total

F 13 20 17 50

% 26 40 34 100

ISSN 2301-4024

Ayuningtyas, Tingkat kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan di rumah sakit

Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan Jenis pekerjaan Buruh Swasta Tidak Bekerja Mahasiswa Total

F 18 12 15 5 50

% 36 24 30 10 100

PEMBAHASAN Hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan bahwa setengahnya responden yaitu sebanyak 25 responden (50%) mengatakan puas. Menurut peneliti untuk meningkatan tingkat kepuasan pasien, ada beberapa ukuran tingkat kepuasan yaitu hubungan perawat dengan pasien, kenyamanan pelayanan, kebebasan melakukan pilihan. Jika ukuran tersebut sudah terpenuhi oleh tenaga medis maka tingkat kepuasan pasien semakin tinggi. Menurut Sondakh (2013), suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan dapat memuaskan pasien. Dengan pendapat ini, maka ukuran pelayanan kesehatan yang bermutu hanya mengacu pada penerapan kode etik standar pelayanan profesi yang baik saja. Ukuran tingkat kepuasan pasien yang pertama adalah hubungan pasien dengan perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setengahnya tingkat pendidikannya adalah SMP. Pendidikan SMP merupakan relatif rendah dalam mendapatkan pendidikan formal, tapi jika pasien yang berpendidikan rendah mempunyai banyak informasi dari media cetak, elektronik, maupun informasi dari tim kesehatan maka hubungan pasien dengan perawat terjalin dengan baik seperti pada waktu perawat melakukan pelayanan keperawatan, pasien akan kooperatif dalam menerima pelayanan keperawatan tanpa ada keluhan. Hal tersebut didukung oleh teori Notoadmodjo (2010) bahwa majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat memengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti

ISSN 2301-4024

Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat kepuasan pelayanan Klasifikasi Sangat Puas Puas Tidak Puas Sangat Tidak Puas Total

F 1 25 22 2 50

% 2 50 44 4 100

televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain–lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Hal tersebut dibuktikan dengan tabulasi data kuesioner pada nomor 01 sebanyak 17 responden (34%) mengatakan puas karena tenaga medis selalu ramah dan selalu menyapa pasien disaat melakukan tindakan keperawatan. Pada nomor 13, ditemukan bahwa sebanyak 21 responden (42%) mengatakan puas karena adanya kejelasan informasi secara lengkap dan jelas tentang kondisi kesehatan pasien. Pada nomor 11 sebanyak 17 responden (34%) mengatakan puas karena tenaga medis menanyakan tentang keluhan semakin berkurang kepada pasien. Menurut peneliti kuesioner pada nomor 01, 13, 11 menunjukkan bahwa hubungan perawat dengan pasien sangat baik, hal itu dibuktikan dengan pasien sangat puas dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan perawat. Perawat dalam berkomunikasi dengan pasien diharapkan akan memenuhi kebutuhan pasien di rumah sakit. Menurut pendapat Pohan (2007), banyak faktor penyebab kepuasan pasien tinggi di rumah sakit, salah satunya adalah faktor komunikasi antara pasien dan perawat. Tingkat kepuasan pasien sangat tergantung pada bagaimana faktor tersebut di atas dapat memenuhi harapan-harapan. Komunikasi (communication), yaitu memberikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa yang dapat mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan pasien. Ukuran tingkat kepuasan pasien yang kedua adalah kenyamanan pelayanan. Tabulasi data selanjutnya pada kuesioner pada nomor 05, ditemukan bahwa sebanyak 21 responden (42%) mengatakan puas karena pada waktu berinteraksi dengan pasien perawat berpenampilan sangat rapi

87

JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 2, OKTOBER 2015: 83-90

dan bersih. Pada nomor 07 sebanyak 19 responden (38%) mengatakan puas karena perawat selalu menjaga agar kondisi ruangan rawat inap selalu bersih. Menurut peneliti faktor kenyamanan memengaruhi tingkat kepuasan, jika pasien merasakan kenyamanan di waktu rawat inap, pasien yang puas akan memberitahu teman, keluarga, tetangga, sehingga akan menguntungkan bagi rumah sakit tersebut. Menurut Sondakh (2013), kenyamanan pelayanan juga memengaruhi tingkat kepuasan tentang hal yang menyenangkan dalam semua kondisi, lokasi rumah sakit, kebersihan, kenyamanan ruangan, pembuangan sampah, kesegaran ruangan, kesopanan dan keramahan penampilan petugas pelayanan kesehatan, kerapian dan kebersihan penampilan petugas, kebersihan, kerapian, kenyamanan ruangan. Jika yang diatas sudah terlaksana oleh rumah sakit maka memberikan kepercayaan kepada masyarakat. Ukuran tingkat kepuasan pasien yang ketiga adalah kebebasan melakukan pilihan. Tabulasi data yang selanjutnya kuesioner pada nomor 09, ditemukan bahwa sebanyak 18 responden (36%) mengatakan puas karena petugas kesehatan menanyakan persetujuan tindakan keperawatan, bila akan melakukan tindakan. Pada nomor 11 sebanyak 15 responden (30%) mengatakan puas karena pasien mempunyai hak menyampaikan kepada pihak petugas kesehatan. Menurut peneliti banyaknya responden mengatakan puas dikarenakan perawat di ruangan selalu menerapkan 5S (Sapa, Salam, Senyum, Sopan, Santun) dan menerapkan kebebasan mengungkapkan dan memilih tindakan yang akan dilakukan oleh perawat, sehingga pasien dapat mengungkapkan keluhan yang dirasakan selama di rawat di rumah sakit. Menurut Wike (2009), petugas kesehatan memberikan kebebasan kepada pasien untuk menyampaikan keluhannya keputusan dan mempunyai hak menyetujui dan tidak menyetuhjui tindakan yang akan dilakukan oleh perawat. Ukuran tingkat kepuasan pasien yang keempat adalah efektivitas pelayanan. Pada tabulasi data yang kuesioner pada nomor 14, ditemukan bahwa sebanyak 15 responden (30%) 88

mengatakan puas karena petugas kesehatan selalu mengobservasi secara rutin keadaan pasien. Dan pada nomor 15 sebanyak 13 responden (26%) mengatakan puaskarena tindakan cepat pada pasien yang membutuhkan. Menurut peneliti hal diatas menunjukkan meningkatan efektivitas pelayanan tersebut sangatlah penting untuk meningkatkan tingkat kepuasan pasien. Efektivitas pelayanan berarti petugas kesehatan mampu mengatasi segala masalah pada waktu pelayanan keperawatan secara tepat dan benar.Menurut Sondakh (2013) efektivitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan benar-benar harus sesuai dengan masalah yang ditemukan. Dan petugas kesehatan harus mengatasinya secara tepat dan benar. Menurut pendapat Wike (2009), aspek ini dijabarkan bahwa kemampuan perawat untuk cepat tanggap menyelesaikan keluhan pasien, perhatian terhadap keluhan pasien dan keluarganya, ketepatan jadwal pelayanan rumah sakit yang dijalankan (visit/kunjungan dokter, perewatan), pelayanan kesehatan kepada semua pasien tanpa memandang status (misal sosial, ekonomi, pendidikan), prosedur pelayanan tidak berbeli-belit. Ukuran tingkat kepuasan pasien yang terakhir adalah keamanan tindakan. Pada Tabulasi data, ditemukan bahwa sebanyak 22 responden (22%) mengatakan puas karena perawat memberikan penjelasan tentang efek samping dari tindakan yang akan dilakukan. Menurut peneliti setiap perawat harus menerapkan 5B ( Benar pasien, Benar Obat, Benar Tanggal, Benar cara) kepada pasien sehingga dalam melakukan pelayanan keperawatan akan mengurangi kesalahan tindakan keperawatan dan menjaga Patient safety ke setiap pasien. Patient safety sangatlah penting untuk tidak merugikan bagi pihak rumah sakit, perawat dan pasien. Menurut Nursalam (2011), keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variable untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien selama dirawat dirumah sakit sehingga sangat merugikan ISSN 2301-4024

Ayuningtyas, Tingkat kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan di rumah sakit

baik pasien itu sendiri maupun pihak rumah sakit. KTD bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain beban kerja perawat yang tinggi, alur komunikasi yang kurang tepat, penggunaan sarana kurang tepat dan lain sebagainya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kurang dari setengahnya responden yaitu 22 responden (44%) mengatakan tidak puas. Menurut peneliti pasien dewasa yang menjalani rawat inap di rumah sakit akan mengalami stress baik stress fisik maupun stress psikologis. Ketika mereka menjadi pasien, biasanya tidak akan betah berlama-lama di rumah sakit, akan merasa terpaksa dan tersiksa karena harus meninggalkan rutinitas yang dijalani. Apabila hal itu terjadi, akan lebih banyak yang menginginkan menjadi pasien rawat jalan daripada rawat inap supaya bisa menyelesaikan hal-hal lain yang berkaitan dengan aktivitas dan rutinitas yang dijalaninya sehari-hari. Sehingga pasien dewasa ini akan selalu memperhatikan. Psikologi keperawatan menurut Endang Ekowarni, merasa ketika mereka sakit dan harus dirawat, akan menimbulkan perasaan terbebani dibatasi oleh kondisinya yang sedang sakit, sehingga tidak dapat bergerak bebas dan leluasa. Sebagai seorang pasien, mereka menganggap penyakit yang datang sebagai faktor penghambat aktivitas mereka.Hal tersebut dikarenakan jadwal kehidupannya lebih banyak terstruktur oleh pekerjaan-pekerjaan rutin, targetoriented yang lebih banyak menghabiskan waktu hanya untuk bekerja untuk mengejar kemapanan hidup, tanpa mempedulikan kondisi fisiknya (Anjaryani, 2009). PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 50 responden di Ruang Rawat Inap Flamboyan RSUD Lawang Kabupaten Malang pada tanggal 21 April-17 Mei 2014 disimpulkan bahwa sebagian besar pasien yang menyatakan puas sebanyak 25 responden (50%). Adanya hasil penelitian ini diharapkan 1) pihak RSUD Lawang bisa mengevaluasi kinerja rumah sakit untuk lebih meningkatkan pelayanannya sehingga pasien rawat inap di rumah

ISSN 2301-4024

sakit tersebut merasa nyaman, 2) memperbanyak fasilitas di ruangan seperti poster kesehatan seperti poster bahaya merokok, pentingnya cucitangan, dll. 3) memperhatikan suasana ruangan dan lingkungan rumah sakit seperti kebersihan ruangan. Perawat diharapkan lebih banyak berperan dalam membantu pasien memenuhi kebutuhan dasarnya dengan cara membantu langsung, memberi pengajaran, atau dengan cara mendiskusikan kebutuhan pasien dan perawat menerapkan 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun) setiap melakukan tindakan yang berhubungan dengan pasien. Perawat juga harus meningkatkan lagi lima dimensi atau aspek kualitas pelayanan keperawatan yaitu Berwujud (tangibles), Reliabilitas (reliablility), Daya tanggap (responsiveness), Jaminan (assurance), Empati (empathy) untuk meningkatkan tingkat kepuasan pasien. DAFTAR PUSTAKA Alimul. A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Anjaryani,W.D. 2009. Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan Perawat di RSUD Tugurejo Semarang.Theses.Semarang:Program Studi Magister Promosi Kesehatan Kajian Sumberdaya Manusia Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Depkes RI. 2005. Indikator kinerja Rumah Sakit. Jakarta Fauzi,dkk.2013.VariabeldanSubVariabel.http:// www.scribd.com/doc/51225147/Variabel-danSub–Variabel.diakses pada tanggal 23 Juni 2014. Hendrawan. 2008. Faktor penyebab ketidakpuasan pasien di rumah sakit. http://hendrawan. anak perawat.blogspot.com/. diakses tgl 20 Juni 2014. Levey, S& Loomba PN. 1973. Health Care Administration, A Managerial Prospective.J.P. Liippineett Comp., Hill Muninjaya, AA Gede. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC Notoatmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rieneka Cipta Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi II. Jakarta: Salemba Medika.

89

JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 2, OKTOBER 2015: 83-90

Pohan IS. 2007. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan: Dasar-dasar pengertian dan penerapan. Jakarta: EGC Rizwanad.2012.PengertianPenelitianDeskriptif.http:/ /ridwanaz.com/umum/bahasa/pengertianpenelitian-deskriptif/ .diakses pada tanggal 20 juni 2014.

90

Sondakh, JJS. 2013. Mutu Pelayanan (Kesehatan dan Kebidanan). Jakarta : Salemba Medika Wike, D. 2009. http/www.KTI/ Proposal-kti-denganjudul-gambaran-tingkat-kepuasan. Pdf.html. diakses pada tanggal 28 Juni2014

ISSN 2301-4024