TUGAS AKHIR FAKTOR PENGARUH PERUBAHAN

Download persaingan ini menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan, terutama di daerah hinterland di mana lahan ...... Apa saja faktor-faktot serta bo...

0 downloads 364 Views 4MB Size
perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

TUGAS AKHIR

FAKTOR PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI LAHAN INDUSTRI di ZONA INDUSTRI PALUR KABUPATEN KARANGANYAR

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota

Oleh: ISNAENI MURTI NUR WENI NIM. I0606027

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2010

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

TUGAS AKHIR

FAKTOR PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI LAHAN INDUSTRI di ZONA INDUSTRI PALUR KABUPATEN KARANGANYAR

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota

Oleh: ISNAENI MURTI NUR WENI NIM. I0606027

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2010

i

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN FAKTOR PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI LAHAN INDUSTRI di ZONA INDUSTRI PALUR KABUPATEN KARANGANYAR Disusun Oleh: ISNAENI MURTI NUR WENI I0606027 Menyetujui, Surakarta, Juli 2010 Dosen Pembimbing Tugas Akhir Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ir. Soedwiwahjono, MT NIP. 19620306 199003 1 001

Ir. Sumardi SM NIP. 19450805 198410 1 001

Mengesahkan, Ketua Jurusan Arsitektur

Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Ir. Hardiyati, MT NIP. 19561209 198601 2 001

Ir. Galing Yudana, MT NIP. 19620129 198703 1 002

Pembantu Dekan I

Ir. Nugroho Djarwanti, MT 19561112 198403 2 007

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2010

ii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRAK Pertambahan penduduk suatu kota akan berimplikasi terhadap peningkatan kebutuhan lahan dan lapangan pekerjaan. Karena semua aktivitas dilakukan di atas lahan, maka akan terjadi persaingan penggunaan lahan. Kecenderungan dari persaingan ini menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan, terutama di daerah hinterland di mana lahan persawahan masih tersedia cukup luas. Di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar dimana zona industri Palur berada di dalamnya adalah salah satu daerah hinterland dan menjadi limpahan dari pergeseran penggunaan lahan tersebut. Studi ini mencoba menangkap fenomena alih fungsi lahan pertanian menjadi industri yang terdapat di zona industri Palur, dilihat dari sisi permintaan dan penawaran lahan. Sasaran dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi perubahan luas lahan pertanian dan industri, mengidentifikasi proses perubahan penggguna lahan yang terjadi, dan untuk mengidentifikasi faktor-faktor serta bobot penyebab perubahan tersebut. Metode yang digunakan untuk analisis perubahan luas adalah metode overlay peta dengan membandingkan peta lama (peta rencana tata guna lahan) dengan sumber data lama dan baru. Metode analisis kualitatif deskriptif dengan mengkaji aspek manajemen lahan yang merupakan paduan dari tiga sistem, yaitu sistem aktifitas, pengembangan dan lingkungan digunakan untuk mengidentifikasi proses perubahan penggunaan lahan yang terjadi. Sedangkan untuk mengidentifikasi faktor-faktor dan bobot faktor penyebab perubahan penggunaan lahan yang terjadi menggunakan metode analisis faktor. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa luas lahan pertanian di zona industri Palur berkurang 126,596 Ha, dan luas lahan industri bertambah 54,6 Ha. Selain terjadi penyimpangan luas, ternyata juga terdapat penyimpangan lokasi industri dari yang sudah ditetapkan. Adapun dalam proses perubahannya, terjadi pertemuan antara demand dan supply di mana dari sisi demand, preferensi pengusaha dalam berlokasi industri memerlukan lahan untuk membangun pabrik dan dari sisi supply, preferensi pemilik lahan pertanian dalam penjualan lahannya mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi industri. Berdasarkan perhitungan analisis faktor, diperoleh enam faktor penyebab perubahan penggunaan lahan. Dari sisi permintaan diperoleh faktor input proses produksi dengan bobot 0,917 (yang berarti bahwa faktor input proses produksi mempengaruhi perubahan pernggunaan lahan sebesar 91,7%), faktor penunjang proses produksi dengan bobot 0,812 (yang berarti bahwa faktor penunjang proses produksi mempengaruhi perubahan pernggunaan lahan sebesar 81,2%), dan faktor eksternal proses produksi dengan bobot 0,717 (yang berarti bahwa faktor eksternal proses produksi mempengaruhi perubahan pernggunaan lahan sebesar 71,7%). Sedangkan dari sisi penawaran, diperoleh faktor internal pemilik lahan dengan bobot 0,783 (yang berarti bahwa faktor internal pemilik lahan pertanian mempengaruhi perubahan pernggunaan lahan sebesar 78,3%), faktor pertimbangan ekonomis dengan bobot 0,703 (yang berarti bahwa faktor pertimbangan ekonomis mempengaruhi perubahan pernggunaan lahan sebesar commit to user bobot 0,921 (yang berarti bahwa 70,3%), dan faktor intervensi pemerintah dengan

iii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

faktor intervensi pemerintah mempengaruhi perubahan pernggunaan lahan sebesar 92,1%). Berdasarkan temuan hasil studi ini dapat diberikan suatu rekomendasi bahwa RTRK Palur tahun 1991-2001 perlu dievaluasi. RTRK yang telah disusun dapat dipertahankan namun perlu dievaluasi agar mampu mengarahkan mekanisme pasar (kondisi permintaan dan penawaran lahan) yang terjadi, sehingga pada praktiknya mampu mengarahkan pertumbuhan aktivitas-aktivitas lain yang muncul sebagai akibat dari pertumbuhan aktivitas industri. Selanjutnya perlu dibuatkan RTRK Palur yang baru untuk memperbaharui RTRK yang lama. Di dalam penyusunan RTRK yang baru diharapkan dapat mengevaluasi gejala perubahan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kondisi eksisting, sehingga apabila terjadi perubahan yang cenderung menyimpang akan segera diantisipasi. Kata kunci : faktor pengaruh, perubahan penggunaan lahan, pertanian, industri

commit to user

iv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

MOTTO

Perjalanan yang paling jauh adalah perjalanan menuju rasa puas. Perjalanan yang paling dekat adalah perjalanan menuju mati dan putus asa. (Usman Gumanti) Setiap manusia itu seperti bulan. Di samping kecemerlangannya, selalu ada sisi gelapnya. (Mark Twain)

Teruntuk yang tersayang :

Ibu yang selalu mendorong dan mendoakan untuk selesainya tugas akhir ini Adik yang turut memberi dorongan dan semangat Semua sahabat karib yang juga selalu menyemangati commit to user

v

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan ridlo-Nya penulis telah dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini, yang berjudul ”Faktor Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri di Zona Industri Palur Kabupaten Karanganyar”. Dengan tersusunnya laporan tugas akhir ini, penulis secara khusus ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada: 1.

Ibu Ir. Hardiyati, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2.

Bapak Ir. Galing Yudana, MT selaku Ketua Progam Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta..

3.

Ibu Ir. Ana Hardiana, MT selaku ketua tim panitia tugas akhir.

4.

Bapak Ir. Soedwiwahjono, MT selaku pembimbing pertama serta Bapak Ir. Sumardi SM selaku pembimbing kedua yang telah membimbing penulis dalam proses penyusunan laporan tugas akhir ini.

5.

Bapak Ir. Marsudi, MT dan Ibu Isti Andini, ST, MT selaku dosen penguji.

6.

Bapak Ir. Fx. Soewandi, MT selaku Pembimbing Akademik.

7.

Ibu Suwarni, ibuku yang selalu mendoakanku, mendukung setiap langkahku dan memberi motivasi dalam hidupku.

8.

Wisma Yoga Nugraha, adikku yang turut memberi dorongan dan semangat.

9.

Seluruh staf Bappeda dan dinas terkait atas dukungan data-datanya.

10.

Para dosen dan staf karyawan Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

11.

Teman-teman yang selalu memberikan dorongan dan bantuan dalam proses penyusunan laporan tugas akhir ini, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan tugas commit to user dan kelemahan. Dengan tidak akhir ini masih banyak terdapat kekurangan

vi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

menutup mata terhadap kesalahan dan kekeliruan yang mungkin terdapat dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis memohon maaf dan kiranya laporan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukannya.

Surakarta,

Oktober 2010

Isnaeni Murti Nur Weni

commit to user

vii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................

i

HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................

ii

HALAMAN ABSTRAK .......................................................................

iii

MOTTO .................................................................................................

v

KATA PENGANTAR ...........................................................................

vi

DAFTAR ISI ..........................................................................................

vii

DAFTAR TABEL .................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR .............................................................................

xii

BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................

1

1.1

Latar Belakang ............................................................................

1

1.2

Perumusan Masalah ....................................................................

3

1.3

Tujuan dan Sasaran Studi ............................................................

4

1.4

Ruang Lingkup dan Pembatasan .................................................

5

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Studi .........................................

5

1.4.2 Ruang Lingkup Materi .....................................................

5

1.4.3 Pembatasan .......................................................................

6

1.5

Kerangka Pemikiran ....................................................................

9

1.6

Pendekatan dan Metode Studi .....................................................

11

1.6.1 Pendekatan dan Metode Studi ..........................................

11

1.6.1.1 Analisis Perubahan Luas Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri .....................................................

13

1.6.1.2 Analisis Proses Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri .......................

13

1.6.1.3 Analisis Faktor Permintaan dan Penawaran yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri .......................

14

1.6.2 Kebutuhan Data ................................................................ to user 1.6.2.1 Data Primercommit .........................................................

16

viii

16

perpustakaan.uns.ac.id

1.7

digilib.uns.ac.id

1.6.2.2 Data Sekunder .....................................................

17

1.6.3

Pengumpulan Data ..........................................................

18

1.6.4

Teknik Sampling .............................................................

19

Sistematika Penulisan .................................................................

20

BAB 2 KONSEP-KONSEP PERUBAHAN PENGGUNAAN

2.1

2.2

2.3

LAHAN PERTANIAN MENJADI LAHAN INDUSTRI .....

23

Tinjauan Umum Industri .............................................................

23

2.1.1 Aktifitas Industri ...............................................................

23

2.1.2 Kebijakan Pengaturan Lokasi Industri .............................

24

2.1.3 Teori Lokasi......................................................................

25

2.1.3.1 Teori Alfred Weber ............................................

25

2.1.3.2 Teori Lokasi Pasar Losch....................................

26

Tinjauan Terhadap Lahan ...........................................................

28

2.2.1 Pengertian Lahan ..............................................................

28

2.2.2 Hubungan Lahan dan Aktifitas Pertanian.........................

28

2.2.3 Hubungan Lahan dan Aktifitas Industri ...........................

29

2.2.4 Harga Lahan .....................................................................

31

2.2.5 Teori Permintaan dan penawaran Lahan ..........................

31

2.2.6 Teori Permintaan Lahan ...................................................

32

2.2.7 Teori Penawaran Lahan ....................................................

33

Tinjauan Terhadap Alih Fungsi Lahan Pertanian .......................

34

2.3.1 Pengertian Alih Fungsi Lahan Pertanian ..........................

34

2.3.2 Faktor Penentu Perubahan Pengunaan Lahan Ditinjau dari Sisi Pengusaha Industri .............................................

35

2.3.3 Faktor Penentu Perubahan Penggunaan Lahan Ditinjau dari Sisi Pemilik Lahan Pertanian ....................................

36

BAB 3 TEMUAN LAPANGAN ...........................................................

41

3.1

41

Tinjauan Regional Wilayah Perkotaan Surakarta ....................... commit to user Surakarta .................. 3.1.1 Perkembangan Wilayah Perkotaan

ix

41

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

3.1.2 Hubungan Perkembangan Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar terhadap Perkembangan Zona Industri Palur

42

3.1.3 Arahan Pengembangan Kabupaten Karanganyar dan Zona Industri Palur ...................................................................

43

3.1.4 Kebijakan Pengembangan Aktivitas Industri di Zona

3.2

Industri Palur ....................................................................

44

Kondisi Umum Zona industri Palur ...........................................

48

3.2.1 Letak Geografis ................................................................

48

3.2.2 Kondisi Fisik Lahan dan Iklim .........................................

48

3.2.3 Struktur Kota dan Penggunaan Lahan ..............................

49

3.2.4 Karakteristik Kependudukan ............................................

53

3.2.4.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk ...................

53

3.2.4.2 Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin ..............................................................

54

3.2.4.3 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

55

3.2.4.4 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

55

3.2.5 Kondisi Struktur Ekonomi ................................................

56

3.2.6 Karakteristik Sarana dan Prasarana Pendukung Aktivitas Industri .............................................................................

58

3.2.6.1 Sarana dan Prasarana Transportasi .....................

58

3.2.6.2 Sarana Kesehatan ................................................

61

3.2.6.3 Sarana Perdagangan ............................................

61

3.2.6.4 Jaringan Listrik ...................................................

62

3.2.6.5 Saluran Air Bersih ...............................................

62

3.2.6.6 Jaringan Telekomunikasi ....................................

62

3.2.7 Karakteristik Harga Lahan dan Pasar Lahan ....................

62

3.2.8 Karakteristik Perkembangan Kegiatan Industri................

65

3.2.9 Karakteristik Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri ....................................................

68

3.2.10 Karakteristik Permintaan Aktivitas Industri ..................... commit to user 3.2.11 Karakteristik Penawaran Lahan Industri ..........................

68

x

69

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

3.2.11.1 Penawaran Internal ..............................................

69

3.2.11.2 Penawaran Eksternal ...........................................

69

BAB 4 PEMBAHASAN ........................................................................

72

4.1

Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri di Zona Industri Palur ....................................................

72

4.1.1 Analisis Luas Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri di Zona Industri Palur ...............

73

4.1.2 Analisis Sebaran Keruangan Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri di Zona Industri Palur .................................................................... 4.2

Analisis Proses Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri di Zona Industri Palur .........................................

4.3

76

78

Analisis Faktor Permintaan dan Penawaran yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri di Zona Industri Palur .................................................................

80

4.3.1 Analisis Faktor Permintaan yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri di Zona Industri Palur .......................................................

81

4.3.1.1 Analisis Input Proses Produksi ...........................

81

4.3.1.2 Analisis Faktor Penunjang Proses Produksi........

84

4.3.1.3 Analisis Faktor Eksternal Produksi .....................

87

4.3.2 Analisis Keterkaitan Faktor-Faktor Permintaan yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri di Zona Industri Palur ...............

90

4.3.2.1 Keterkaitan Faktor Input Proses Produksi .........

91

4.3.2.2 Keterkaitan Faktor Penunjang Proses Produksi ..

94

4.3.2.3 Keterkaitan Faktor Eksternal Produksi ..............

98

4.3.3 Analisis Faktor Penawaran yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri di Zona commit to user Industri Palur .................................................................... 99

xi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

4.3.4 Analisis Keterkaitan Faktor-Faktor Penawaran yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri di Zona Industri Palur ................

103

4.3.4.1 Keterkaitan Faktor Internal Pemilik Lahan

4.3

Pertanian.............................................................

104

4.3.4.2 Keterkaitan Faktor Pertimbangan Ekonomis ......

106

4.3.4.3 Keterkaitan Faktor Intervensi Pemerintah ..........

107

Faktor-Faktor Penentu yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri di Zona Industri Palur ...............................................................................

108

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................

112

5.1

Kesimpulan .................................................................................

112

5.2

Kelemahan Studi .........................................................................

116

5.3

Rekomendasi ..............................................................................

117

5.3.1 Rekomendasi Bagi Rencana Penggunaan Lahan .............

117

5.3.2 Rekomendasi Bagi Studi Lanjutan ...................................

118

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

commit to user

xii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1

Kebutuhan Data .................................................................

17

Tabel 2.1

Kriteria Lokasi Industri ......................................................

27

Tabel 2.2

Faktor-Faktor Lokasi Industri ............................................

38

Tabel 2.3

Faktor-Faktor Penentu Perubahan Penggunaan Lahan Ditinjau dari Sisi Pemilik Lahan Pertanian .......................

Tabel 3.1

39

Pemanfaatan Lahan Eksisting Tahun 2009 dan Rencana Tahun 1991-2001 di Zona Industri Palur (Ha) ..................

50

Tabel 3.2

Jumlah Penduduk Kecamatan Jaten Tahun 2009 (Jiwa) ...

53

Tabel 3.3

Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin di Zona Industri Palur Tahun 2009 (Jiwa) .........................

Tabel 3.4

Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Zona Industri Palur Tahun 2009 (Jiwa) .............................

Tabel 3.5

56

Upah Minimum Regional Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Karanganyar (Rupiah/bulan) ...........................

Tabel 3.7

55

Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Zona Industri Palur Tahun 2009 (Jiwa) .............................

Tabel 3.6

54

56

Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap Pembentukan PDRB di Kabupaten Karanganyar Tahun 2004-2008 (Persen)57

Tabel 3.8

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008 (2000=100) 58

Tabel 3.9

Sarana Perdagangan di Zona Industri Palur Tahun 2009 ..

Tabel 3.10

Tingkat Harga Lahan di Zona Industri Palur Tahun 1991-2010 (Rp/m2) ............................................................

Tabel 3.11

Jumlah dan Jenis Industri di Zona Industri Palur .......... 65

Tabel 4.1

Luas Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi

61

63

Lahan Industri di Zona Industri Palur Tahun 1991-2009 (Ha)73 Tabel 4.2

Variabel Input Proses Produksi yang Berpengaruh terhadap Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri commit to user di Zona Industri Palur dari Sisi Pengusaha (Permintaan) .. 81

xiii

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 4.3

digilib.uns.ac.id

Pembagian Komponen Variabel Input Proses Produksi terhadap Perubahan Penggunaan Lahan dari Sisi Permintaan pada Tiap Faktor Sebelum Rotasi Faktor .......

Tabel 4.4

83

Pembagian Komponen Variabel Input Proses Produksi terhadap Perubahan Penggunaan Lahan di Zona Industri Palur pada Tiap Faktor Berdasarkan Rotasi Faktor ...........

Tabel 4.5

83

Variabel Faktor Penunjang Proses Produksi yang Berpengaruh terhadap Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri di Zona Industri Palur dari Sisi Pengusaha (Permintaan) ......................................

Tabel 4.6

84

Pembagian Komponen Variabel Penunjang Proses Produksi .... terhadap Perubahan Penggunaan Lahan dari Sisi Permintaan pada Tiap Faktor Sebelum Rotasi Faktor

Tabel 4.7

86

Pembagian Komponen Variabel Penunjang Proses Produksi terhadap Perubahan Penggunaan Lahan di Zona Industri Palur pada Tiap Faktor Berdasarkan Rotasi Faktor 87

Tabel 4.8

Variabel Faktor Eksternal Proses Produksi yang Berpengaruh Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri di Zona industri Palur dari Sisi Pengusaha (Permintaan) ......................................

Tabel 4.9

88

Pembagian Komponen Variabel Eksternal Proses Produksi Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan dari Sisi Permintaan pada Tiap Faktor Sebelum Rotasi Faktor .......

Tabel 4.10

89

Pembagian Komponen Variabel Eksternal Proses Produksi terhadap Perubahan Penggunaan Lahan di Zona Industri Palur pada Tiap Faktor Berdasarkan Rotasi Faktor 90

Tabel 4.11

Variabel Penawaran yang Berpengaruh terhadap Perubahan Penggunaan Lahan Industri di Zona Industri Palur dari Sisi Pemilik Lahan Pertanian (Penawaran) ...... 100 commit to user

xiv

perpustakaan.uns.ac.id

Table 4.12

digilib.uns.ac.id

Pembagian Komponen Variabel Penawaran yang Berpengaruh terhadap Perubahan Penggunaan Lahan dari Sisi Penawaran pada Tiap Faktor Sebelum Rotasi Faktor ...................................................................... 101

Tabel 4.13

Pembagian Komponen Variabel Penawaran yang Berpengaruh terhadap Perubahan Penggunaan Lahan dari Sisi Penawaran pada Tiap Faktor Berdasarkan Rotasi Faktor ...................................................................... 102

commit to user

xv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Orientasi Wilayah Studi .............................................

8

Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran ..........................................................

10

Gambar 1.3 Proses Perubahan Penggunaan Lahan ...............................

12

Gambar 1.4 Kerangka Studi ..................................................................

22

Gambar 2.1 Sistem Proses Produksi ......................................................

24

Gambar 2.2 Bagan Proses Pengaturan Lokasi Industri .........................

25

Gambar 2.3 Penentu Harga Lahan .........................................................

32

Gambar 2.4 Pengaruh Permintaan Terhadap Harga Lahan Kota ..........

33

Gambar 2.5 Pengaruh Penawaran Terhadap Harga Lahan Kota ...........

34

Gambar 2.6 Kerangka Teori ..................................................................

40

Gambar 3.1 Peta Hirarki Pusat Kota Wilayah Perkotaan Surakarta......

46

Gambar 3.2 Peta Lokasi Industri Yang Diizinkan .................................

47

Gambar 3.3 Peta Penggunaan Lahan Eksisting Zona Industri Palur Tahun 2009 ........................................................................

51

Gambar 3.4 Peta Rencana Penggunaan Lahan Zona Industri Palur Tahun 1991-2001 ...............................................................

52

Gambar 3.5 Jumlah Penduduk Kecamatan Jaten Tahun 2008-2009 (Jiwa) .................................................................................

53

Gambar 3.6 Jalan Lokal Yang Rusak ....................................................

59

Gambar 3.7 Jalan Arteri Primer Palur-Sragen .......................................

59

Gambar 3.8 Peta Kondisi Aksesibilitas .................................................

60

Gambar 3.9 Peta Pasar Harga Lahan .....................................................

64

Gambar 3.10 Prosentase Jenis Industri di Zona Industri Palur................

65

Gambar 4.1 Peta Analisis Luas Perubahan Lahan .................................

75

Gambar 4.2 Peta Sebaran Keruangan Industri .......................................

76

Gambar 4.3 Diagram Alir Proses Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri di Zona Industri Palur . Gambar 4.4 Keterkaitan Faktor-Faktor Permintaan yang Berpengaruh commit to user terhadap Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi

xvi

79

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Lahan Industri di Zona Industri Palur ................................

91

Gambar 4.5 Keterkaitan Faktor Input Proses Produksi .........................

92

Gambar 4.6 Perolehan Sumber Bahan Baku .........................................

93

Gambar 4.7 Daerah Asal Tenaga Kerja .................................................

94

Gambar 4.8 Katerkaitan Faktor Penunjang Proses Produksi .................

95

Gambar 4.9 Sarana dan Prasarana Pendukung yang Dikehendaki di Sekitar Lokasi Industri .......................................................

96

Gambar 4.10 Perolehan Sumber Energi Listrik untuk Aktivitas Industri di Zona Industri Palur ........................................................

97

Gambar 4.11 Sumber Perolehan Air untuk Aktivitas Industri di Zona Industri Palur .....................................................................

97

Gambar 4.12 Keterkaitan Faktor Internal Pemilik Lahan Pertanian..... 104 Gambar 4.13 Tingkat Usia Responden Pemilik Lahan Pertanian di Zona Industri Palur ..................................................................... 105 Gambar 4.14 Luas Lahan Pertanian Responden Sebelum Dijual Kepada Pengusaha .......................................................................... 106 Gambar 4.15 Pengaruh Biaya Produksi terhadap Pertimbangan Penjualan Lahan Pertanian ................................................................. 106 Gambar 4.16Pengaruh Penawaran Pengusaha terhadap Motivasi Penjualan Lahan Pertanian ............................................... 106 Gambar 4.17 Katerkaitan Faktor Pertimbanagn Ekonomis ..................... 106 Gambar 4.18Pengaruh Pajak Lahan terhadap Motivasi Penjualan Lahan Pertanian ................................................................. 108 Gambar 4.19 Keterkaitan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri di Zona Industri Palur ........................................................................................... 111 Gambar 5.1 Diagram Alir Proses Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Industri di Zona Industri Palur ............ 114

commit to user

xvii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

LAMPIRAN

Lampiran A

Form Kuisioner

Lampiran B

Rekapitulasi Kuisioner

Lampiran C

Hasil Output Analisis Berdasarkan Perhitungan SPSS

Lampiran D

Interpretasi Analisis Faktor Berdasarkan Perhitungan SPSS

commit to user

xviii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN

1.8

Latar Belakang Pertambahan penduduk kota yang sangat pesat akan berimplikasi terhadap

peningkatan kebutuhan ruang untuk mewadahi kegiatannya dan salah satunya dimanifestasikan dalam bentuk lahan. Di atas lahan inilah kemudian penduduk melakukan berbagai kegiatan, baik secara individual maupun secara kelompok. Padahal untuk memenuhi kebutuhan lahan tersebut terdapat keterbatasanketerbatasan yang dimiliki suatu kota, baik secara fisik dan geografis, maupun kemampuan pemerintah dalam menyediakan infrastruktur dan pelayanan kota. Pertambahan penduduk yang pesat tersebut juga akan mengakibatkan peningkatan tuntutan pemenuhan kebutuhan lapangan pekerjaan, dan salah satu penyedianya adalah sektor industri. Pertumbuhan lapangan pekerjaan di sektor industri menjadi sangat pesat setelah masa orde baru. Dari tahun ke tahun, pangsa sektor industri dalam total lapangan pekerjaan mengalami peningkatan. Sektor industri memiliki kemampuan yang tinggi dalam menyerap tenaga kerja, menyebarkan kegiatan pembangunan di daerah serta mempunyai kekuatan untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor lainnya. Mengingat secara administrasi luas suatu kota adalah tetap dengan meningkatnya kebutuhan akan lahan baik untuk kegiatan industri maupun dalam penyediaan fasilitas, maka akan terjadi kelangkaan lahan di suatu kota yang selanjutnya menyebabkan harga lahan mahal dan sulit didapat. Tidak dapat dipungkiri jika industrialisasi tersebut kemudian juga akan menimbulkan gejala alih fungsi lahan di daerah pinggiran (Hall, 1996:241-242). Fenomena alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan industri secara teoritis dapat dijelaskan dalam konteks ekonomi lahan yang menempatkan sumberdaya lahan sebagai faktor produksi. Karena karakteristiknya, maka secara alamiah akan terjadi persaingan dalam penggunaan lahan untuk aktifitas pertanian dan aktifitas industri. Gejala alih fungsi lahan dari penggunaan persawahan menjadi non to user persawahan semakin meningkat, commit khususnya bagi suatu kota yang berpenduduk

1

perpustakaan.uns.ac.id

2 digilib.uns.ac.id

lebih dari satu juta jiwa. Gejala ini cenderung terjadi di desa-desa di daerah hinterland dimana lahan persawahan masih tersedia cukup luas (Bachriadi, 1997:2). Salah satu kabupaten yang mempunyai potensi industri yang cukup tinggi adalah Kabupaten Karanganyar. Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten yang termasuk dalam Wilayah Perkotaan Surakarta, dan Kota Surakarta itu sendiri merupakan pusat pertumbuhan bagi Wilayah Pembangunan IV Jawa Tengah. Wilayah terbangunnya secara fisik telah tumbuh dan berkembang melebihi batas administrasinya (Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten Karanganyar, 2006). Perkembangan ini masih terjadi hingga saat ini terutama di wilayah administrasi kabupaten tetangga yang berbatasan dengan Kota Surakarta. Sehingga daerah-daerah ini telah menjadi satu kesatuan dalam perkembangan Kota Surakarta, atau masuk ke dalam Wilayah Perkotaan Surakarta. Salah satu daerah yang termasuk dalam Wilayah Perkotaan Surakarta adalah Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar dimana zona industri Palur berada di dalamnya. Seperti yang disebutkan dalam Permenpera Nomor 16/PERMEN/M/2006, yang dimaksud dengan zona industri adalah bentangan lahan yang diperuntukan bagi kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan. Kecamatan Jaten ini meliputi 8 (delapan) desa. Namun dari delapan desa tersebut, keberadaan industri di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar hanya tersebar di lima desa yaitu Desa Ngringo, Sroyo, Dagen, Jetis,dan Brujul (RTRK Palur, 1991-2001). Lokasi zona industri ini sangat strategis karena berada pada lokasi yang menghubungkan antara Kota Surakarta, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen. Zona industri Palur adalah salah satu zona industri yang perkembangannya sangat pesat. Sektor industri yang terdapat di zona industri Palur mempunyai kontribusi yang cukup tinggi terhadap perekonomian Kabupaten Karanganyar. Selama kurun waktu lima tahun terakhir sektor industri masih merupakan sektor to user yang memberikan sumbangan commit terbesar terhadap pembentukan PDRB di

3 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Kabupaten Karanganyar, yaitu sebesar 52,08% (PDRB Kabupaten Karanganyar, 2008). Dari pembentukan PDRB, sektor industri didominasi oleh kelompok industri besar dengan jumlah tenaga kerja minimal 100 orang dan kelompok industri sedang dengan jumlah tenaga kerja antara 20-99 orang (BPS dalam PDRB Kabupaten Karanganyar, 2008). Perkembangan industri di zona industri Palur sesungguhnya secara hukum telah dibatasi dengan dikeluarkannya SK Gubernur Jawa Tengah No. 593.6/6865/1980. Berdasarkan peraturan tersebut, sejak tanggal 5 Juni 1980 izin pendirian industri baru tidak dikeluarkan. Pengembangan zona industri Palur hanya diperbolehkan pada lahan sela yang dibatasi antara jalan arteri primer SoloSragen dan jalur kereta api Solo-Surabaya. Lahan yang terletak di sebelah barat jalan arteri primer Palur-Sragen tidak dapat dikembangkan untuk kegiatan industri kecuali yang sudah ada dan mempunyai izin serta tidak mengganggu sawah irigasi teknis. Namun pada kenyataannya, masih terdapat pembangunan industri baru setelah peraturan tersebut dikeluarkan (RTRK Palur, 1991-2001). Keberadaan industri di zona industri Palur yang pertumbuhannya meningkat pesat itu tentunya menimbulkan perubahan-perubahan segi fisik. Salah satu perubahan yang terjadi adalah penyusutan luas lahan pertanian produktif. Masih terdapatnya pembangunan industri baru setelah dikeluarkannya SK Gubernur Jawa Tengah No. 593.6/6865/1980 dan RTRK Palur Tahun 1991-2001 mengenai

peraturan

pembatasan

pembangunan

industri,

menimbulkan

ketidaksesuaian atau penyimpangan dengan peraturan yang ada. Studi ini mencoba menangkap fenomena perubahan penggunaan lahan yang terjadi di wilayah studi dilihat dari sisi permintaan lahan oleh pengusaha industri dan penawaran lahan oleh pemilik lahan pertanian, yang kemudian akan diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini.

1.9

Perumusan Masalah Pertumbuhan perkotaan yang pesat menyebabkan peningkatan intensitas

penggunaan lahan di dalam kota sehingga menyebabkan pertumbuhan ekstensif commit to user

4 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

penggunaan lahan di daerah hinterland, baik di dalam maupun ke luar batas wilayah administrasi kota. Zona industri Palur berpotensi dalam penyediaan lahan pertanian yang luas dan memiliki lokasi strategis sebagai daerah penghubung antar kota-kota di sekitar Kota Surakarta. Akibat potensi lokasi yang cukup strategis serta ketersediaan lahan yang masih luas, zona industri Palur semakin tumbuh pesat dan banyak diminati oleh para investor sebagai salah satu lokasi yang strategis untuk pengembangan usaha dan bisnis. Pertumbuhan dan perkembangan industri di Palur yang cukup pesat disisi lain menyebabkan perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan non pertanian yang dalam hal ini menjadi lahan industri. Fenomena perubahan penggunaan lahan tersebut berkaitan dengan adanya persaingan kebutuhan lahan yaitu permintaan lahan untuk aktifitas industri dan penawaran dari pemilik lahan pertanian. Masalah utama yang terjadi di zona industri Palur adalah adanya faktor-faktor permintaan dan penawaran terhadap lahan yang menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri yang cenderung tidak sesuai dengan Rencana Palur. Dalam penelitian ini, secara lebih jelas akan menjawab beberapa pertanyaan penelitian, yaitu: ·

Seberapa luas telah terjadi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri yang terjadi di zona industri Palur?

·

Bagaimana proses perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri di zona industri Palur?

·

Apa

saja

faktor-faktor

serta

berapa

bobot

faktor-faktor

yang

mempengaruhi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri dilihat dari sisi demand dan supply di zona industri Palur?

1.10

Tujuan dan Sasaran Studi Tujuan dari penyusunan studi ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-

faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri dilihat dari sisi permintaan dan penawaran lahan di zona industri Palur. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

5 digilib.uns.ac.id

Sasaran-sasaran yang ingin dicapai dalam studi ini adalah: ·

Mengidentifikasi perubahan luas lahan pertanian dan lahan industri di zona industri Palur.

·

Mengidentifikasi proses perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri di zona industri Palur.

·

Mengidentifikasi faktor-faktor dan besaran/bobot faktor-faktor demand (preferensi pengusaha dalam berlokasi industri) yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri di zona industri Palur.

·

Mengidentifikasi faktor-faktor dan besaran/bobot faktor-faktor supply (preferensi pemilik lahan pertanian dalam penjualan lahannya) yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri di zona industri Palur.

1.11

Ruang Lingkup dan Pembatasan Ruang lingkup penelitian meliputi ruang lingkup wilayah studi dan ruang

lingkup materi. Penjelasan masing-masing ruang lingkup dan pembatasan tersebut adalah sebagai berikut. 1.11.1 Ruang Lingkup Wilayah Studi Ruang lingkup wilayah studi ini adalah zona industri Palur yang merupakan bagian dari Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar, meliputi lima desa yaitu Desa Ngringo, Sroyo, Brujul, Jetis dan Dagen. Analisis dilakukan dengan unit spasial kelima desa di zona industri Palur. Peta orientasi wilayah studi dapat dilihat pada gambar 1.1. 1.11.2 Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi ini mencakup lingkup penjabaran aspek-aspek sasaran studi. Adapun aspek-aspek bahasan tersebut adalah: ·

Identifikasi perubahan luas lahan pertanian dan lahan industri di zona industri Palur dengan perbandingan peta rencana penggunaan lahan dengan peta penggunaan lahan eksisting. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

·

6 digilib.uns.ac.id

Identifikasi proses perubahan penggunaan lahan di zona industri Palur dengan mengaitkan sistem aktifitas, sistem pengembangan dan sistem lingkungan dengan kompetisi lahan di zona industri Palur.

·

Sintesa kajian literatur dan kondisi eksisting dalam mengidentifikasi faktor-faktor dari sisi permintaan (preferensi pengusaha terhadap lokasi industri) dan dari sisi penawaran (preferensi pemilik lahan dalam penjualan lahan), yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri di zona industri Palur.

1.11.3 Pembatasan Ruang lingkup wilayah studi dalam penelitian ini dibatasi pada lingkup zona, yaitu zona industri Palur. Hal ini dikarenakan lokasi persebaran industri berada di bagian wilayah administrasi Kabupaten Karanganyar. Dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 16/PERMEN/M/2006, yang dimaksud dengan “zona industri” adalah “bentangan lahan yang diperuntukan bagi kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan”. Dalam sebuah zona masih dimungkinkan adanya kegiatan/aktivitas selain industri, seperti perumahan, perdagangan, pendidikan dll. Sedangkan pengertian “kawasan” dalam Permenpera tersebut adalah “kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri”. Dalam hal ini jika dalam sebuah areal dikatakan sebagai kawasan industri, maka hanya terdapat fungsi kegiatan/aktivitas industri saja. Seperti cantoh kawasan industri Jawa Tengah di Cilacap, dalam areal aktivitas/kegiatan industri tersebut tidak dimungkinkan terdapat aktivitas/kegiatan pendukung seperti perumahan dan perdagangan di dalam kawasan industri tersebut. Adapun kegiatan pendukung tersebut berada di luar kawasan industri. Sedangkan “wilayah” dalam UU RI Nomor 26 Tahun 2007 mempunyai pengertian yaitu “ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap commit to user unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif

7 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dan/atau aspek fungsional”. Dalam hal ini lingkup wilayah lebih general dan lebih luas, sehingga istilah wilayah dirasa kurang lazim jika digunakan untuk menyebut Palur. Sehingga dalam studi ini, istilah zona dirasa lebih sesuai untuk obyek penelitian karena di Palur tidak hanya terdapat kegiatan/aktivitas industri saja yang umum disebut kawasan industri, tetapi juga masih dimungkinkan terdapat peruntukan perumahan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan serta fasilitasfasilitas yang lain sebagai pendukung aktivitas/kegiatan industri.

commit to user

8

Gambar 1.1 Peta Orientasi Wilayah Studi

9 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

1.12

Kerangka Pemikiran Pertambahan

penduduk

perkotaan

yang

meningkat

menyebabkan

kebutuhan lahan untuk aktifitas juga meningkat. Namum di sisi lain demand/permintaan lahan dengan supply/ketersediaan lahan yang tidak seimbang mengakibatkan terjadinya perkembangan pusat kota ke daerah hinterland sehingga muncul restrukturisasi keruangan daerah hinterland. Perkembangan sektor industri di Provinsi Jawa Tengah yang pesat memerlukan adanya penempatan lokasi industri di beberapa kabupaten atau kota di Jawa Tengah untuk mendukung keberadaannya. Salah satu alternatif lokasi yang cukup diminati oleh para investor atau pengusaha di Kabupaten Karanganyar adalah zona industri Palur. Preferensi pengusaha dalam memilih lokasi industri menjadi elemen demand yang mempengaruhi menjamurnya industri di Palur. Di sisi lain, penawaran (preferensi pemilik lahan dalam penjualan lahan) menjadi faktor supply yang ikut menentukan perubahan penggunaan lahan yang terjadi di zona industri Palur. Terkait dengan perluasan secara fisik yang dalam hal ini adalah penggunaan lahan kota, maka diperlukan suatu instrumen pengendali penggunaan lahan kota dan rencana penggunaan lahan yang terhimpun dalam Rencana Tata Ruang Wilayah/Kawasan. Adapun tujuan dari bentuk instrumen tersebut adalah membatasi penggunaan lahan yang diizinkan, menjamin ketersediaan lahan untuk seluruh aktifitas pada lokasi yang strategis, dan menghindari penggunaan lahan yang tidak harmonis (Napitupulu, 1999:3). Kebijakan dan peraturan yang disusun oleh pemerintah sangat menentukan proses perubahan yang terjadi. Jika arahan kebijakan mampu mengendalikan proses perubahan tersebut, maka perubahan yang terjadi tidak akan menimbulkan permasalahan baru. Melalui

identifikasi

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

perubahan

penggunaan lahan, diharapkan dapat memberikan rekomendasi bagi evaluasi dan arahan rencana penggunan lahan industri di Kabupaten Karanganyar selanjutnya.

commit to user

10 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pertambahan penduduk kota

Perkembangan aktifitas kota

Peningkatan kebutuhan lahan

Restrukturisasi daerah pinggiran

Perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri

Analisis proses perubahan guna lahan pertanian menjadi lahan industri

Analisis perubahan luas lahan pertanian dan lahan industri

· SK Gubernur · RTRK Palur · RTRW Kab · RUTRKRDTRK IKK Jaten · Undangundang dan peraturan terkait Perubahan luas lahan pertanian dan lahan industri

Kajian teori

faktor-faktor penentu perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri

Faktor demand penentu perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri

Tahapan perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri

Faktor supply penentu perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri

Faktor-faktor penentu yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri

Temuan studi dan rekomendasi Sumber : Analisis, 2010

Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

1.13

11 digilib.uns.ac.id

Pendekatan dan Metode Studi

1.13.1 Pendekatan dan Metode Studi Studi ini didasari oleh pemikiran bahwa perubahan lahan yang terjadi disebabkan oleh kuatnya pengaruh permintaan pasar industri terhadap penawaran lahan dalam kompetisi lahan. Berdasarkan pemikiran ini, maka tahap awal yang dilakukan adalah meneliti kondisi pasar lahan di zona industri Palur yang menentukan preferensi lokasi industri dan karakteristik kebutuhan lahan untuk industri. Pendekatan studi ini didasarkan pada pengertian tentang preferensi pengaruh demand/permintaan lahan untuk aktifitas industri yang dibandingkan dengan supply/ketersediaan lahan. Dasar pendekatan studi dalam penelitian ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Chapin (1979), dimana pertumbuhan lahan dipengaruhi oleh keterkaitan atau interaksi antara tiga sistem, yaitu sistem aktifitas, pengembangan dan lingkungan. Sistem aktifitas diasumsikan sistem permintaan lahan sebagai pembentuk faktor demand dan sistem pengembangan serta lingkungan mewakili pembentuk faktor supply. Dengan adanya pasar, kedua aktifitas tersebut bertemu dan harga lahan ditetapkan sebagai standar nilai lahan. Setiap aktifitas kota memiliki nilai harga lahan yang berbeda-beda, tergantung dari potensi yang dimiliki lahan tersebut terhadap permintaan aktifitas dan kemampuan membayar suatu lokasi. Nilai lahan yang tertinggi akan mengalahkan penawaran dalam kompetisi nilai lahan dan akan mendapatkan lokasi lahan. Harga lahan akan dipertimbangkan dengan kebijakan arahan penggunaan lahan kota. Proses pasar menyesuaikan arah rencana penggunaan lahan sepanjang bisa mengakomodasi permintaan pasar. Pada kenyataannya, rencana penggunaan lahan tidak mempertimbangkan kecenderungan pasar dan kekuatan pasar cukup kuat mempertahankan penggunaan lahan eksisting sehingga rencana tersebut diabaikan. Di sisi supply, harga lahan mencerminkan keuntungan komparatif antar lokasi-lokasi yang ada. Elemen-elemen keuntungan komparatif terdiri dari karakteristik penawaran suatu lahan. Elemen utama keuntungan komparatif dalam penelitian ini adalah aksesibilitas dan tingkat pelayanan. Keduanya dibentuk oleh commit to user sistem pengembangan yang membangun sarana dan prasarana. Idealnya,

12 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pengembangan tersebut disesuaikan dengan arahan rencana penggunaan lahan agar

pembangunannya

dapat

efektif

dan

dapat

mempermudah

arahan

pengembangan sistem pertumbuhan aktifitas. Untuk lebih jelas dalam mengetahui keterkaitan antar tiga sistem aktifitas tersebut dapat diilihat pada bagan berikut. Perkembangan kota Pertumbuhan ekonomi Pertambahan penduduk

DEMAND SIDE

Meningkatnya aktifitas kota · Produksi · konsumsi Kebutuhan akan ruang dan lokasi Pembentuk penggunaan lahan kota · Komersial · Perumahan · Industri · dll

Kebutuhan untuk industri · Aksesibilitas dan aspek lokasi · Fasosum · Ekonomi/nilai lahan · Kebijakan pemerintah

Kemampuan daya beli lokasi

Sistem Pengembangan

Proses kompetisi penggunaan lahan (penyebab perubahan fungsi lahan)

SUPPLY SIDE Perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri

Pengembangan · Sarana · prasarana Karakteristik penawaran suatu lahan Kebijakan pengembangan · Peruntukan lahan · peraturan

Perubahan harga lahan

Sistem lingkungan · Kondisi fisik · Lokasi lahan

Sumber : Wijaya, 1999 dan hasil modifikasi

Gambar 1.3 commit to user Proses Perubahan Penggunaan Lahan

13 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Dalam penelitian ini ada beberapa analisis yang akan diulas berkaitan dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Di bawah ini akan diuraikan beberapa analisis yang akan dilakukan beserta metode pendekatan studi yang dilakukan. 1.13.1.1

Analisis Perubahan Luas Lahan Pertanian Menjadi Lahan

Industri Analisis ini merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui luasan lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi lahan industri. Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah metode analisis peta/overlay peta. Menurut Sutanto (1986) dalam Maulana (1999:17), terdapat empat cara untuk mendeteksi perubahan penggunaan lahan dengan menggunakan analisis peta, yaitu dengan membandingkan: 1. Sumber data lama dengan data baru 2. Peta lama dengan sumber data baru 3. Peta lama dengan sumber data lama dan sumber data baru 4. Peta lama dengan peta baru Pendeteksian perubahan penggunaan lahan suatu daerah, kawasan atau wilayah dapat dilakukan dengan menerapkan salah satu metode di atas atau gabungan dari beberapa metode (Sutanto, 1986 dalam Maulana, 1999:17). Pada penelitian ini digunakan metode yang ketiga yaitu membandingkan peta lama dengan sumber data lama dan sumber data baru. Hal ini disebabkan karena belum dibuatnya peta baru tetapi data-data lama dan baru telah tersedia. 1.13.1.2

Analisis Proses Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian

Menjadi Lahan Industri Analisis

ini

merupakan

analisis

yang

menjelaskan

bagaimana

proses/tahapan perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri bisa terjadi. Dalam analisis ini akan mengkaji aspek manajemen lahan yang merupakan paduan dari tiga sistem, yaitu sistem aktifitas, pengembangan dan lingkungan. Sistem aktifitas dikategorikan sebagai sistem permintaan lahan dan kedua sistem lainnya mewakili sistem penawaran lahan. Metode yang digunakan commit kualitatif to user deskriptif. dalam analisis ini adalah metode analisis

14 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

1.13.1.3

Analisis

Faktor

Permintaan

dan

Penawaran

yang

Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri Analisis ini merupakan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di zona industri Palur yang dilihat dari sisi permintaan dan penawaran. Metode yang digunakan dalam analisis ini yaitu metode Analisis Faktor. Analisis faktor adalah teknik statistika yang berguna untuk mengelompokkan kriteria-kriteria atau variabel-variabel menjadi beberapa faktor (Davies, 1984 dalam Teknik Kuantitatif untuk Arsitektur dan Perancangan Kota Disetai Contoh-contoh). Dasar bagi pengelompokkan itu adalah korelasi antar variabel. Variabel-variabel yang saling berkorelasi cukup kuat akan dikelompokkan ke dalam sebuah faktor. Jika sebuah variabel atau lebih berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka variabel tersebut akan dikeluarkan dari analisis faktor. Metode Analisis Faktor digunakan untuk mendukung analisis faktor-faktor perubahan penggunaan lahan dari sisi permintaan (pengusaha) dan dari sisi penawaran (pemilik lahan). Proses pengolahan dengan menggunakan metode Analisis Faktor dalam studi ini dilakukan secara terpisah antara sisi pengusaha dan sisi pemilik lahan. Hal ini disebabkan karena adanya jumlah sampel/data, sehingga analisis yang dilakukan juga dipisahkan. Namun pada akhirnya akan dikaitkan pada sub bab terakhir yang merupakan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan secara keseluruhan. Alat uji yang digunakan pada tahap ini adalah Kaiser Meyer Oitkin Measure of Sampling Adequacy (MSA) dan Bartlett’s Test of Sphericity (BTS). Kaiser Meyer Oitkin measures of sampling adequacy (MSA) yaitu ukuran tingkat korelasi antar dua variabel yang dapat diwakili oleh variabel-variabel lainnya. kriteria tingkat korelasi sehingga model cukup baik adalah KMO MSA ≥ 0,5. Jika angka MSA yang dihasilkan di atas 0,5 maka kumpulan variabel tersebut dapat diproses lebih lanjut sebagai variabel terpilih. Sedangkan dari angka-angka MSA di bawah 0,5 pada tahap selanjutnya harus dilakukan proses reduksi (proses commit user seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dantoabstraksi data yang diperoleh). Dalam

perpustakaan.uns.ac.id

15 digilib.uns.ac.id

tahap tersebut, nilai terkecil akan dikeluarkan dari pemilihan variabel. Tahap ini dilakukan secara terus menerus hingga tidak ada lagi variabel yang memiliki angka MSA di bawah 0,5. Bartlet’st Test of Sphercity (BTS) yaitu test statistik terhadap matriks korelasi dari data apakah merupakan matrik identitas atau bukan. Sedangkan kriteria uji statistiknya adalah membandingkan nilai BTS dengan nilai signifikasinya. Apabila nilai BTS > nilai signifikasinya maka matriks korelasinya disebut matriks identitas. Setelah menguji variabel dengan mencari nilai/angka MSA dan nilai BTS untuk mencari variabel terpilih, tahapan selanjutnya adalah ekstraksi faktor utama. Pada tahap ekstraksi faktor ini mencakup hasil perhitungan yang terdiri dari nilai komunal (communalities), nilai total variansi (total variance explained), matrik komponen (component matrix), dan grafik scree plot. Nilai komunal menunjukkan hubungan variabel dengan faktor yang akan terbentuk. Semakin kecil nilai komunal, maka hubungannya semakin lemah. Hubungan variabel tersebut dapat dijelaskan dengan besaran persentase ekstraksi variabel. Perhitungan nilai total variansi menunjukkan jumlah faktor yang terbentuk, yang dapat dilihat dari nilai eigenvalues. Nilai eigenvalues itu sendiri menunjukkan kepentingan relatif masing-masing varians. Nilai eigenvalues di atas 1 dapat digunakan dalam menghitung jumlah faktor yang terbentuk. Sedangkan nilai eigenvalues di bawah 1 tidak digunakan dalam menghitung jumlah faktor yang terbentuk. Jumlah faktor yang terbentuk ini dapat juga dilihat pada grafik scree plot. Pada perhitungan matrik komponen, diperoleh nilai/angka faktor loading yang menunjukkan besar korelasi antara suatu variabel dengan faktor yang terbentuk. Jika nilai faktor loading/nilai korelasinya besar, maka variabel termasuk dalam komponen faktor yang terbentuk tanpa memperhatikan tanda positif dan negatif. Nilai faktor loading tersebut harus di atas 0,55. Jika nilai faktor loading di bawah 0,55 maka variabel tersebut tidak secara nyata masuk ke to user dalam faktor dan perlu dilakukan commit rotasi faktor.

16 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Rotasi faktor dimaksudkan agar dapat diperoleh faktor-faktor yang tidak saling berkorelasi. Proses ini dilakukan untuk memperjelas apakah faktor yang terbentuk sudah secara signifikan berbeda dengan faktor lain. Proses rotasi ini merupakan kelanjutan dari ekstraksi faktor yang dilakukan sebelumnya, di mana faktor loading tiap variabel pada masing-masing faktor yang semula kecil semakin diperkecil, dan faktor yang besar akan semakin diperbesar. Rotasi akan terus dilakukan jika masih terdapat variabel yang berada di bawah angka pembatas yang ditetapkan yaitu 0,55. Tahapan yang selanjutnya adalah penamaan faktor. Tidak ada ketentuan secara khusus dalam memberikan nama faktor-faktor yang telah dihasilkan. Penamaan faktor biasanya disesuaikan dengan kesamaan karakteristik dari masing-masing komponen variabel yang membentuknya. Pada dasarnya tahap penamaan faktor tidak terlalu diutamakan. Hal yang ditekankan adalah bagaimana cara mendekati esensi/intisari dari variabel-variabel

yang terpisah dan

mengidentifikasi abstraksi yang lebih mendalam untuk menghasilkan jalan cerita yang lebih komplit untuk melukiskan subyek yang diteliti, dan mungkin jalan cerita tersebut memberi pengembangan hipotesis lain yang dapat diteliti dalam lingkup penelitian yang serupa (Kachigan, 1986:393-394). 1.13.2 Kebutuhan Data Kebutuhan data berisi uraian data yang akan diperlukan dalam analisis. Kebutuhan data tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini. 1.13.2.1

Data Primer

Data primer ini diperolah dari pengamatan langsung di lapangan, angket/kuisioner dan wawancara dengan informan terkait. Sasaran data primer adalah pengusaha dan pemilik lahan pertanian. Sasaran pengumpulan data primer melalui kuisioner bagi para pengusaha ditujukan untuk mengetahui latar belakang para pengusaha dalam pemilihan lokasi industri di zona industri Palur. Sedangkan bagi pemilik lahan pertanian, data primer diperoleh melalui pembagian kuisioner yang berkaitan dengan kepemilikan lahan pertanian. commit to user

17 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

1.13.2.2

Data Sekunder

Jenis data ini diperoleh melalui studi literatur atau studi pustaka yang berkaitan dengan kecenderungan perkembangan wilayah studi untuk memperoleh gambaran awal mengenai lokasi industri di wilayah studi dan untuk memperjelas permasalahan yang akan dibahas selanjutnya. Data sekunder ini misalnya dokumen Rencana Tata Ruang Kawasan Palur, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karanganyar, Monografi Kecamatan Jaten, data-data tentang perindustrian dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Koperasi Kabupaten Karanganyar, peraturan-peraturan terkait sektor industri, peta-peta pendukung dan sumber ilmiah mengenai zona industri Palur.

Tabel 1.1 Kebutuhan Data Jenis Analisis Analisis luas perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri Analisis proses perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri

Metode Analisis Analisis peta/ overlay peta

Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri

Analisis faktor

Analisis kualitatif diskriptif

Kebutuhan Data Peta rencana penggunaan lahan Peta penggunaan lahan eksisting Persebaran dan lokasi industri Karakteristik fisik dan harga lahan Sarana dan prasarana Karakteristik aktifitas sosial ekonomi yang berkembang Pengaturan bentuk penanganan perkembangan industri Arahan pengembangan zona industri Palur Karakteristik segmen pasar yang berkembang Varibel-variabel penentu perubahan penggunaan lahan dari sisi permintaan terkait pertimbangan industri memilih lokasi industri Varibel-variabel penentu perubahan penggunaan lahan dari sisi penawaran terkait karakteristik sosial ekonomi masyarakat petani yang menjual lahan (pendapatan, pendidikan, pekerjaan)

Sumber : Analisis, 2010

commit to user

Sumber Bappeda Bappeda, digitasi dan plot kondisi eksisting Disperindagkop BPN Monografi Kecamatan Bappeda

Kuisioner kepada pengusaha dan pemilik lahan

perpustakaan.uns.ac.id

18 digilib.uns.ac.id

1.13.3 Pengumpulan Data Kegiatan pengumpulan data terdiri dari inventarisasi kebutuhan data, baik data sekunder (data berbentuk peta, laporan atau dokumen yang tersedia di beberapa instansi atau perpustakaan), maupun data primer (diperoleh langsung dari beberapa pengusaha/instansi yang terkait dan masyarakat). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Wawancara Wawancara merupakan suatu teknik mendekati sumber informasi dengan jalan tanya jawab kepada narasumber/informan yang tinggal di zona industri Palur. Wawancara juga dilakukan terhadap pimpinan dan staf Bappeda, Disperindagkop, BPN, kantor Kecamatan Jaten, kantor Kelurahan Ngringo, Kelurahan Sroyo, Kelurahan Brujul, Kelurahan Jetis dan Kelurahan Dagen, serta lembaga terkait lainnya. 2. Observasi Langsung Observasi merupakan usaha yang dilakukan untuk memperoleh informasi tambahan tentang apa yang dilihat, didengar dan diperhatikan pada saat di lapangan yaitu di zona industri Palur yang terdiri dari lima desa, termasuk dalam teknik ini adalah pengambilan gambar. 3. Dokumentasi Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-data dari sumber buku literatur (buku referensi), laporan/penelitian terkait sebelumnya (seperti skripsi atau jurnal) dan data-data instansional yang diperoleh dari lembaga pemerintahan (seperti dokumen RTRW Kabupaten Karanganyar, RTRK Palur, RTRK-RDTRK IKK Jaten, Monografi Kelurahan, UU dan peraturan-peraturan terkait). 4. Kuisioner Kuisioner adalah daftar pertanyaan yang disusun oleh peneliti yang akan ditujukan untuk dijawab oleh narasumber/responden. Dalam penelitian ini, yang akan menjadi responden/narasumber adalah perusahaan untuk menggali faktor demand dan pemilik tanah untuk menggali faktor supply, commitPalur. to user serta masyarakat di zona industri

perpustakaan.uns.ac.id

19 digilib.uns.ac.id

1.13.4 Teknik Sampling Sampel adalah sebagian dari populasi yang diamati dalam penelitian, atau dengan kata lain, sampel adalah individu yang diselidiki dalam penelitian. Sampel diperlukan untik mengefisiensikan waktu, tenaga dan biaya. Dalam studi ini, sampel dibutuhkan untuk penyebaran kuesioner kepada responden (pengusaha dan petani). Hasil penyebaran kuisioner kepada responden melalui sampel dapat dianggap mewakili kondisi seluruh populasi di wilayah studi. Teknik sampling yang digunakan adalah Sampel Quota. Dalam pemilihan subyek-subyek sampelnya, diambil anggota-anggota sampel sedemikian rupa sehingga sampel tersebut benar-benar mencerminkan ciri-ciri dari populasi yang sudah dikenal sebelumnya. Sampel ini selalu melandaskan diri pada informasiinformasi dan pengetahuan yang telah diperoleh dan dicek mengenai ciri-ciri khusus satu populasi. Informasi tadi sudah bersifat tetap, jelas dan tidak diragukan. Subyek-subyek yang dipilih menjadi anggota sampel itu mempunyai sifat-sifat yang dimiliki oleh populasi tempat sampel untuk ditarik (Kartono, 1996:148). Dalam penentuan jumlah sampel, yang diambil pada prinsipnya tidak ada peraturan-peraturan yang ketat untuk secara mutlak menentukan berapa persen sampel tersebut harus diambil dari populasi. Dalam studi ini, populasi sampel pengusaha dan sampel pemilik lahan pertanian diasumsikan bersifat relatif homogen. Setelah diketahui homogen atau tidaknya populasi, kemudian dihitung besarnya populasi dengan menentukan perbandingann dan perimbangan riil dari jumlah masing-masing kategori faktor-faktor tadi (Kartono, 1996:135).

1. Untuk Industri Sampel yang diambil untuk industri adalah sebanyak 41 perusahaan. Sampel ini diambil berdasarkan perhitungan proporsi dari jumlah keseluruhan industri yang ada di zona industri Palur. Jumlah sampel responden pengusaha tidak dibedakan berdasarkan jenis industrinya (dianggap homogen) dan sampel yang diambil tidak berdasarkan unit per commitper to desa user tidak sama. desa mengingat sebaran industri

20 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

f=



0 :

(Singarimbun, 1989:22)

n = jumlah sampel N = jumlah populasi d = derajat kecermatan (0,1)  ú + 1 70 = 70.0,1 + 1 =

= 41 responden

2. Untuk pemilik lahan pertanian Sampel yang diambil untuk masyarakat pemilik lahan pertanian sebanyak 30, sedangkan kuisioner yang disebarkan untuk mayarakat dibagi secara merata untuk lima desa, sehingga masing-masing desa ada 6 sampel. Sampel sebanyak 30 tersebut berdasarkan pertimbangan minimal sampel distribusi normal yaitu 30 (Sudjana, 1992:32). Hal ini mengingat terbatasnya data mengenai pemilik lahan pertanian yang menjual lahannya untuk kepentingan industri. Ciri-ciri dari populasi dianggap homogen yaitu responden merupakan pemilik lahan pertanian yang bertempat tinggal dan yang pernah menjual lahan pertaniannya untuk kepentingan industri, di lokasi pengambilan sampel.

1.14

Sistematika Penulisan Secara garis besar sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari

lima bab pembahasan yaitu:

BAB I

PENDAHULUAN Berisi paparan latar belakang studi, perumusan masalah, tujuan dan sasaran studi, ruang lingkup dan pembatasan, kerangka pemikiran, pendekatan dan metodecommit studi, serta sistematika penyusunan laporan. to user

21 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB II

KONSEP-KONSEP

PERUBAHAN

PENGGUNAAN

LAHAN

PERTANIAN MENJADI LAHAN INDUSTRI Berisi teori-teori yang mendukung pembahasan permasalahan seperti teori-teori tentang industri, lahan dan alih fungsi/perubahan penggunaan lahan, serta kebijakan-kebijakan terkait.

BAB III TEMUAN LAPANGAN Berisi paparan kondisi umum Wilayah Perkotaan Surakarta dan zona industri Palur, seperti arahan kebijakan pembangunan, kondisi fisik dan geografis, ekonomi dan kependudukan, karakteristik perkembangan industri, karakteristik perubahan penggunaan lahan dan karakteristik permintaan industri.

BAB IV PEMBAHASAN Berisi hasil analisis luas perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri, analisis proses perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri, dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri dari sisi permintaan oleh dan sisi penawaran .

BAB V

PENUTUP Berisi kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan, kelemahan studi, dan rekomendasi untuk kemungkinan studi lanjutan.

commit to user

22

Tema : Alih fungsi lahan

Judul : Faktor pengaruh perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri di zona industri Palur Kabupaten Karanganyar

Analisis : · Analisis perubahan luas lahan pertanian dan lahan industri, menggunakan metode overlay peta · Analisis proses perubahan guna lahan pertanian menjadi lahan industri, menggunakan metode kualitatif diskriptif · Analisis faktor permintaan dan penawaran yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri, menggunakan metode analisis faktor

Output : Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pengguna lahan pertanian menjadi lahan industri di zona industri Palur Kabupaten Karanganyar dilihat dari sisi demand dan sisi supply

Latar belakang : · Pertambahan penduduk · Peningkatan kebutuhan infrastruktur, pelayanan serta lapangan pekerjaan · Peningkatan kebutuhan lahan, namun luas administrasi tetap · Persaingan penggunaan lahan · Perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian di daerah pinggiran/hinterland salah satunya adalah zona industri Palur

Tinjauan Teori : · Tinjauan terhadap industri · Tinjauan terhadap lahan · Tinjauan terhadap alih fungsi lahan pertanian Data : · Peta rencana penggunaan lahan · Peta penggunaan lahan eksisting · Persebaran dan lokasi industri · Karakteristik fisik dan harga lahan · Sarana dan prasarana · Arahan pengembangan zona industri Palur · Karakteristik aktifitas sosial ekonomi yang berkembang · Karakteristik segmen pasar yang berkembang · Varibel-variabel penentu perubahan guna lahan dari sisi permintaan dan penawaran

Sumber: Analisis, 2010

Gambar 1.4 Kerangka Studi

Permasalahan : · Seberapa luas telah terjadi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri yang terjadi di zona industri Palur? · Bagaiman proses perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri yang terjadi di zona industri Palur? · Apa saja faktor-faktot serta bobot faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri di zona industri Palur dilihat dari sisi demand/permintaan dan supply/penawaran lahan?

Tujuan : mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri di zona industri Palur dilihat dari sisi permintaan dan penawaran terhadap lahan Sasaran : · Mengidentifikasi perubahan luas lahan pertanian dan lahan industri di zona industri Palur. · Mengidentifikasi proses perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri di zona industri Palur · Mengidentifikasi faktor-faktor demand yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri di zona industri Palur · Mengidentifikasi faktor-faktor supply yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri di zona industri Palur

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB 2 KONSEP-KONSEP PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI LAHAN INDUSTRI

2.4

Tinjauan Umum Industri Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, industri adalah

kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Djoko santoso, 2003:11 membagi industri menjadi empat, yaitu: 1. Industri Rumah Tangga Seperti industri batik tulis, kerajinan tenun, kerajinan logam, kerajinan anyaman, kerajinan ukir-ukiran, dan kerajinan tanah liat. 2. Industri Ringan Seperti industri jenang dodol, industri batik cap, dan industri sepatu. 3. Industri sedang Seperti industri pakaian jadi dan industri percetakan. 4. Industri Besar Seperti industri dasar (mesin, besi baja, pemintalan, dan kimia dasar) Dalam

Peraturan

Menteri

Negara

Perumahan

Rakyat

Nomor

16/Permen/M/2006, yang dimaksud dengan “zona industri” adalah “bentangan lahan yang diperuntukan bagi kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan”. 2.4.1 Aktifitas Industri Aktifitas industri sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang berkaitan satu sama lain sebagai suatu sistem produksi. Sistem produksi adalah gabungan dari beberapa unit/elemen yang saling berhubungan dan saling menunjang untuk melaksanakan proses produksi dalam suatu perusahaan (Djojodipuro, 1990:7). commit to user

23

24 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Secara garis besar sistem produksi industri terbagi menjadi tiga bagian yaitu input, proses produksi dan output industri. Input sistem produksi terdiri dari bahan baku, tenaga kerja dan dana. Sedangkan proses produksi meliputi fasilitas, mesin dan peralatan, serta lingkungan kerja dan output sistem yang berupa produk yang dihasilkan (Djojodipuro, 1990:7-8). Dalam faktor yang termasuk input, proses dan output, masih terdapat faktor lain yaitu berupa permintaan pasar, manajemen perusahaan, lingkungan eksternal yang meliputi pemerintah, teknologi, perekonomian dan kondisi sosial politik (David&Russel, 1994:11). Selain itu, Smith (1981:84) menambahkan bahwa masih terdapat faktor transportasi dan pasar dalam proses produksi industri.

Input : · Bahan baku · Tenaga kerja · Modal

Proses produksi

Output/ produk

Pasar

Transportasi

Sumber : Smith, 1981:24

Gambar 2.1 Sistem Proses Produksi 2.4.2 Kebijakan Pengaturan Lokasi Industri Penanganan masalah pendirian di suatu daerah melibatkan berbagai instansi dalam proses perizinannya. Secara umum penanganan dilakukan oleh dua instansi yang berbeda untuk jenis yang berbeda pula, yakni BKPM/BKPMD (Badan Koordinasi Penanaman Modal/Daerah) serta Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Dalam hal pengaturan lokasi industri, proses terjadi pada tingkatan Daerah Tingkat II. Instansi Pusat dan Dati I, tidak memiliki kebijaksanaan pengalokasian khusus karena hanya mengeluarkan Persetujuan Prinsip Usaha dan Izin Usaha Tetap (IUT). Mengenai persetujuan lokasi industri, instansi ini berpedoman pada rekomendasi yang dikeluarkan Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang mengacu commit to user

25 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pada Rencana Tata Ruang yang telah ada. Adapun jenis dan proses pengaturan lokasi dapat dilihat dari gambar berikut.

Mengajukan usulan usaha dan fasilitas yang diinginkan

· Izin Usaha Tetap · Izin tenaga kerja asing

Kanwil perindustrian

Investor

Mengajukan usulan lokasi usaha

Izin lokasi oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/ Kodya sesuai RTR

Permohonan HGB

Izin lokasi oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/ Kodya sesuai RTR

Perusahaan di luar kawasan/ kawasan berikat

Sumber : Keppres No.41 tahun 1996

Perusahaan di dalam kawasan industri

Izin UUG oleh sekwilda dati II a.n. Bupati/ Walikota

Gambar 2.2 Bagan Proses Pengaturan Lokasi Industri Bagan tersebut menunjukkan bahwa lokasi industri sangat bergantung dari kualitas rencana tata ruang yang ada, dan pemerataan pertumbuhan industri akan sulit terjadi. Bila perencana dan pemda salah menetapkan rencana pengalokasian kegiatan industri, maka dampak apapun akan terjadi. Padahal posisi pemerintah pusat dalam mempengaruhi lokasi kegiatan ekonomi sangat penting. 2.4.3

Teori Lokasi

2.4.3.1 Teori Alfred Weber Pemilihan lokasi industri menurut Weber didasarkan pada prinsip meminimalisasi biaya. Weber mengatakan commit tobahwa user lokasi setiap industri tergantung

26 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pada total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat di mana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Menurut Weber, ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi. Dalam menjelaskan keterkaitan transportasi dan bahan baku, Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau Locational Triangle untuk memperoleh lokasi optimum (Tarigan, 2005:140). 2.4.3.2 Teori Lokasi Pasar Losch Teori ini didasarkan pada permintaan (demand). Dalam teori ini diasumsikan bahwa lokasi optimum dari suatu pabrik atau industri adalah apabila dapat menguasai wilayah pemasaran yang luas sehingga dapat dihasilkan pendapatan yang besar. Untuk membangun teori ini, Losch juga berasumsi bahwa pada suatu tempat yang topografinya datar atau homogen, jika disuplai dari pusat (industri), volume penjualan akan membentuk kerucut. Semakin jauh dari pusat industri, semakin berkurang volume penjualan barang karena harganya semakin tinggi akibat dari naiknya biaya transportasi. Berdasarkan teori ini setiap tahun pabrik akan mencari lokasi yang dapat menguasai wilayah pasar seluas-luasnya. Di samping itu, teori ini tidak menghendaki pendirian pabrik-pabrik secara merata dan saling bersambung sehingga berbentuk heksagonal karena hal ini akan menyebabkan harga semakin turun/murah. Terhadap pandangan Losch ini, perlu dicatat bahwa saat ini banyak pemerintah yang melarang industri berada di dalam kota. Dengan demikian lokasi produksi/industri harus bergeser ke pinggir kota atau bahkan ke luar kota dengan membuka kantor pemasaran di dalam kota. Artinya dalam industri tersebut walaupun proses produksi berada di luar kota tetap merupakan bagian dari kegiatan kota dalam arti kata memanfaatkan range atau wilayah dari kota tersebut (Tarigan, 2005:145).

commit to user

27

Tabel 2.1 Kriteria Lokasi Industri Lokasi Komplek Industri

Estet Industri

Lahan Peruntukan Industri

Standar Teknis Jarak terhadap pusat kota

Di luar kota

Maksimum 15 km

Daerah pinggiran kota

Jarak terhadap permukiman

Terpisah dari permukiman

Minimal 2 km

Minimal 3 km

Jaringan jalan Fasilitas dan prasarana

Di sekitar jalan regional Minimal tersedia sumber air

Di sekitar jalan regional Dalam radius pelayanan listrik, air bersih, dan telekomunikasi

Kualitas air sungai Peruntukan lahan

Terlayani sungai golongan C, D, E Budidaya pertanian

Di sekitar jalan regional Dalam radius pelayanan listrik, air bersih, telekomunikasi, sistem transportasi dan perbankkan Terlayani sungai golongan C, D, E Budidaya pertanian

Terlayani sungai golongan C, D, E Budidaya pertanian

Kawasan Berikat/ Bonded Zone Daerah pinggiran kota dengan aksesibilitas tinggi ke pelabuhan/ airport Terpisah dari permukiman Di sekitar jalan regional Dalam radius pelayanan listrik, air bersih, telekomunikasi, sistem transportasi terutama pelabuhan/ airport dan kargo terminal Terlayani sungai golongan C, D, E Budidaya pertanian

Pemukiman Industri kecil

Sentra Industri Kecil

Sarana Usaha Industri Kecil

Tak tertentu

Tak tertentu

Di dalam estet industri

Relatif berbaur dengan permukiman Di sekitar jalan lokal Minimal terlayani listrik dan sumber air

Relatif berbaur dengan permukiman

Di dalam estet industri

Di sekitar jalan lokal

Di dalam estet industri Di dalam estet industri

Terlayani sungai golongan C, D, E Dapat berbaur antara lain dengan permukiman dan pertanian

Terlayani sungai golongan C, D, E Dapat berbaur antara lain dengan perdagangan, pertanian dan permukiman

Minimal tersedia sumber air

Di dalam estet industri Di dalam estet industri

Keterangan : Sungai Golongan A : air yang digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu Sungai Golongan A : air baku yang baik untuk air minum dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan lainnya, selain keperluan A Sungai Golongan A : air baku yang baik untuk air minum dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan lainnya, selain keperluan A dan B Sungai Golongan A : air yang baik untuk pertanian, usaha perkotaan, industri, listrik tenaga air, lintasan air dan keperluan lain, selain keperluan A, B, C Sungai Golongan A : air yang tidak sesuai untuk keperluan dalam golongan A, B, C dan D Sumber : Kriteria Lokasi Industri dan Standar Teknis Industri, Departemen Perindustrian 1988 dalam RTRK Palur 1991-2001

perpustakaan.uns.ac.id

2.5

28 digilib.uns.ac.id

Tinjauan Terhadap Lahan

2.5.1 Pengertian Lahan Tata guna lahan (landuse) adalah komponen keseluruhan dari suatu bentang alam yang mencakup tutupan vegetasi, tanah, kemiringan, permukaan geomeorfologis, sistem hidrologis dan kehidupan binatang di dalamnya (Nurlambang, 2002:2). Terkadang istilah lahan sering disalahartikan dengan istilah lain sehingga tidak jarang lahan diartikan semata-mata oleh tanah, atau bahkan disamaartikan dengan ruang (space). Namun sesungguhnya ketiganya memiliki definisi dan pengertian yang berbeda-beda. Yang dimaksud dengan tanah (soil) adalah bagian dari lahan yang merupakan kerak atau lapisan teratas bumi yang mampu menunjang kehidupan tanaman secara permanen dan mengatur tata air pada lapisan tersebut. Pengertian lahan dapat ditinjau dari dua segi (Lichfield dan Drabkin, 1980:5), yaitu: ·

Ditinjau dari segi fisik geografi, lahan adalah tempat dimana sebuah hunian tercipta dan mempunyai kualitas fisik yang penting dalam penggunaannya.

·

Ditinjau dari segi ekonomi, lahan adalah suatu sumberdaya alam yang mempunyai peranan penting dalam produksi.

2.5.2 Hubungan Lahan dan Aktifitas Pertanian Lahan pertanian adalah lahan yang digunakan untuk usaha produksi bahan makanan utama seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian), dan tanaman holtikultura seperti sayur-sayuran (Orleanti, 2000:35). Beberapa masalah pembangunan ekonomi khususnya di dunia ketiga, orang tidak akan lepas dari masalah pertanian. Sedangkan berbicara masalah pertanian, kita tidak bisa terlepas dari lahan. Meskipun mulai saat ini dirintis pertanian tanpa lahan dengan teknologi dan sejenisnya namun tidak sampai beberapa dekade, lahan untuk pertanian masih dibutuhkan mengingat mahalnya teknologi tersebut. Pertanian tangguh yang mampu berfungsi seperti tersebut diatas menjadi harapan untuk mempercepat proses pembangunan negara-negara commit to user berkembang.

perpustakaan.uns.ac.id

29 digilib.uns.ac.id

Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah perbaikan masalahmasalah yang menyangkut pemilikan lahan bahkan kalau dipandang perlu bisa dilakukan land reform (Reksohadiprojo, 1998:64-65). 2.5.3 Hubungan Lahan dan Aktifitas Industri Lokasi merupakan tinjauan lahan dari aspek ruang (space). Jika kekayaan alam dapat dipindah ke tempat lain, maka tidak demikian dengan aspek ruang. Dengan tidak bisa dipindahkannya aspek ruang ini maka terdapat perhitungan untung rugi bagi suatu lokasi. Bagi lokasi tertentu cukup menguntungkan sedangkan lokasi lain mungkin kurang menguntungkan. Pentingnya lokasi sebenarnya dapat ditinjau dari tiga hal, yaitu alokasi ekonomi, penggunaan lahan dan status hukum. Konsep lokasi ekonomi berdasar anggapan bahwa suatu tempat dapat menikmati keuntungan lokasi di bidang tempat lainnya berupa antara lain berkurangnya biaya dan waktu tranportasi ke pusat pasar, adanya produksi yang lebih tinggi dan biaya produksi yang lebih rendah pada tempat tertentu (Reksohadiprojo, 1998:58). Upaya yang dilakukan dalam mewujudkan tujuan tersebut diantaranya dengan memperkecil biaya yang dikeluarkan. Penempatan pabrik yang baik dengan sendirinya adalah pada lokasi yang dapat menyumbangkan keuntungan terhadap penghematan biaya transportasi, produksi dan distribusi. Kesalahan pemilihan lokasi akibat kurangnya perencanaan akan mengakibatkan pemborosan dalam jangka waktu yang panjang. Lokasi diisyaratkan dapat membawa keuntungan dari masa pra produksi melalui biaya transportasi bahan baku, alat produksi, tenaga dan sebagainya sampai masa produksi dan biaya pascaproduksi. Pengaruh kehadiran industri terhadap perkembangan dan tata ruang wilayah atau kota sudah dirasakan sejak awal revolusi industri yang dimulai dengan penemuan teknologi mesin uap pada tahun 1769. Pembangunan industri kota-kota Eropa pada awalnya di pusat kota, bersamaan dengan itu pusat kota menjadi tempat yang kotor, kumuh dan penuh kesemrawutan sebagai konsekuensi logis peningkatan aktifitas kota (Catanese, 1989:14). Hal ini mengakibatkan struktur kota berubah dan timbul pula teori-teori keruangan yang membicarakan commit to user

30 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pola guna lahan menyangkut lokasi konsentrasi industri seperti teori Alfred Weber, Edgar Hoover, Losch, Von Thunnen, dan lainnya. Di Indonesia, penyebaran industri memiliki kecenderungan bergerak dari daerah kota ke arah daerah pinggiran kota atau daerah yang disebut Sub Urban Area (Desa Kota),

dikarenakan peningkatan pembangunan transportasi.

Pergeseran ini terjadi pada masa 80-an sampai 90-an yang didukung pula oleh kebijaksanaan

paemerintah

daerah

yang

pada

umumnya

mengarahkan

pertumbuhan industrinya ke daerah pinggiran (Koestoer dalam Iskandar, 1997:3) Pergeseran penyebaran ini disebabkan pula oleh beberapa pertimbangan (Koestoer dalam Iskandar, 1997:3-4) antara lain karena: ·

Adanya kompetisi penggunaan lahan/ruang yang sangat ketat di daerah kota sehingga berdampak pada tingginya nilai lahan.

·

Daerah pinggiran pada awalnya relatif lapang, sehingga penempatan industri diasumsikan dapat aman dan tidak mengganggu kelancaran dan ketertiban lalulintas.

·

Disisi lain dengan kelancaran lalulintas akan meningkatkan akses ke perusahaan industri. Hal ini yang menyebabkan persebaran terpola di sekitar jalan raya.

·

Pertimbangan kedekatan dengan sumber air. Terlepas dari batasan fisik yang masuk dalam wilayah ini adalah daerah

ambang antara kota dan desa yang terjadi karena perluasan kota terutama daerah metropolitan. Kecenderungan ini disebabkan oleh banyak hal diantaranya yang telah dikemukakan di atas. Perkembangan pada awal abad dua puluh satu lahir suatu masa yang disebut era globalisasi, di mana tersebarnya hubungan-hubungan aktifitas dari batasan geografis maupun masyarakat. Era ini dimulai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dapat dipastikan akan terjadi perubahan dan perkembangan dalam pembangunan industri terutama menyangkut lokasi industri, atas roda sejarah yang telah berputar yang menunjukkan adanya korelasi sangat positif antara pertumbuhan industri dan teknologi (Smith, 1981:14). commit to user

31 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Para perencana kota dan wilayah harus dapat membaca trend yang muncul dalam masa globalisasi agar dapat mengantisipasi atau dapat meminimalisir dampak negatif yang mungkin akan muncul. Ketidaksiapan para perencana tata ruang dalam menghadapi perubahan hanya akan melahirkan kerugian dan kesemrawutan. Hal ini terjadi pada setiap masa perkembangan industri. Perencana selalu bersikap reaktif, dimana melakukan perencanaan setelah timbul permasalahan yang besar. Pada masa revolusi industri lahir konsep Garden City, muncul setelah lingkungan kota rusak (Catanese, 1989:17). 2.5.4

Harga Lahan Lahan adalah komoditi yang dapat diperjualbelikan dan memiliki harga/

nilai tergantung dari berbagai permintaan. Harga lahan berbeda secara keruangan, mencerminkan ketersediaan kualitas baik di pusat kota daripada lahan berkualitas rendah di lokasi periphery dan biasanya memiliki harga tinggi di pinggiran kota dimana kompetisi lahan antara aktifitas pertanian, industri, komersial dan perumahan sering terjadi. Dalam situasi ini, pertanian biasanya beralih fungsi meskipun petani dapat lebih berusaha untuk mendapatkan keuntungan dengan menggunakan teknologi dan sejenisnya. Penukaran lahan semula dengan lahan yang lebih murah di lokasi lain biasanya sering terjadi (Healey dan Ilbery, 1990:47). Faktor terbesar yang menyebabkan harga lahan meningkat yaitu adanya perlakuan spekulasi pembeli dalam pasar kepemilikan lahan. Lahan adalah input yang penting bagi proses produksi dan sejumlah lembaga keuangan, bergantung pada ketersediaan lahan. Industri menggunakan skala besar dan banyak perusahaan ingin memiliki lahan di mana mereka beroperasi (Healey dan Ilbery, 1990:51). 2.5.5

Teori Permintaan dan Penawaran Lahan Pada dasarnya, pembentuk harga lahan dipengaruhi oleh dua hal, yaitu

adanya fungsi permintaan (demand function) dan fungsi penawaran lahan (supply function). Kedua fungsi tersebut akan membentuk harga lahan yang terdapat pada gambar di bawah ini. commit to user

32 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pola permintaan dan penawaran lahan juga berlaku unuk lahan industri. Semakin banyak permintaan produksi industri maka kebutuhan akan lahan industri juga akan semakin tinggi. Tersedianya lahan pertanian yang produktifitasnya rendah maka akan dikonversi untuk memenuhi permintaan yang ada. Dari permintaan dan penawaran tersebut harga lahan industri akan tercapai.

S Rent of land for A particular use R D 0

M Land demand and suppy For a particular use

Sumber : Harvey, 1992:173

Gambar 2.3 Penentu Harga Lahan . 2.5.5.1 Teori Permintaan Lahan Permintaan lahan adalah refleksi dari keuntungan atau kebutuhan yang muncul dari penggunaan tertentu oleh masyarakat sebagai pengguna potensial. Makin besar keuntungan yang dihasilkan dari penggunaan lahan di lokasi tersebut untuk berbagai tujuan, maka makin tinggi harga lahan atau sewa lahan, tidak menghambat keinginan pengguna untuk membayarnya (Harjanti, 2001:134). Permintaan lahan sangat dipengaruhi oleh faktor keuntungan lokasi. Keuntungan lokasi tersebut sangat dipengaruhi oleh : ·

Jarak dari pusat kota

·

Aksesibilitas

·

Jumlah pesaing (pemasaran produk)

·

Efek-efek eksternal untuk meminimalisasi biaya

Fungsi permintaan sebagai salah satu faktor pembentuk harga lahan, juga commit to user berpengaruh pada fluktuasi harganya. Makin tinggi permintaan lahan maka harga

33 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

lahan akan semakin tinggi pula, dengan catatan lahan yang yang ditawarkan adalah tetap. Fungsi lahan dapat diasumsikan sebagai fungsi permintaan.

Harga lahan Permintaan

Jumlah lahan yang ditawarkan Sumber : Chinloy dalam Harjanti, 2001:134

Gambar 2.4 Pengaruh Permintaan terhadap Harga Lahan Kota 2.5.5.2 Teori Penawaran Lahan Penawaran total terhadap tanah pada setiap negara dipengaruhi oleh keuntungan teritorial dan keterbatasan jumlah lahan. Tetapi penawaran lahan untuk penggunaan tertentu dapat ditingkatkan atau diturunkan, dengan kata lain perubahan dalam penawaran terkait dengan waktu, dimana penggunaan lahan pada suatu tempat dapat berubah seiring dengan perubahan yang terjadi di masyarakat. Sebagai contoh adalah perubahan lahan dari penggunaan lahan perkebunan/hutan menjadi penggunaan lahan lain, dari pertanian menjadi perkotaan, begitu pula dari permukimam menjadi perkantoran atau komersial, termasuk perubahan lahan pribadi menjadi ruang publik (Balchin dan Piere dalam Harjanti, 2001:135). Peningkatan perubahan lahan cenderung berkembang lebih lambat menyebabkan permintaan akan lahan yang memegang kendali. Dengan meningkatnya permintaan yang tidak diikuti dengan penawaran yang mencukupi harga lahan, dimungkinkan untuk meningkat tidak terkendali. Meningkatnya permintaan lahan tersebut adalah akibat dari inflasi, kemudahan mendapatkan kredit, pertumbuhan penduduk, dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Berikut ini adalah grafik pengaruh penawaran terhadap harga lahan perkotaan. commit to user

34 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Harga lahan Penawaran

Lahan yang ditawarkan Sumber : Chinloy dalam Harjanti, 2001:135

Gambar 2.5 Pengaruh Penawaran terhadap Harga Lahan Kota 2.6

Tinjauan terhadap Alih Fungsi Lahan Pertanian

2.6.1 Pengertian Alih Fungsi Lahan Pertanian Perubahan penggunaan lahan diartikan sebagai perubahan suatu jenis penggunaan lahan ke penggunaan lahan lainnya. Konversi lahan merupakan suatu tindak lanjut penyesuaian penggunaan lahan dalam fungsinya sebagai ruang kota, terhadap peningkatan kebutuhan ruang untuk aktifitas sosial dan ekonomi kota berikut sarana dan prasarana penunjangnya, serta penduduk kota (Wijaya dalam Orleani, 2000:46). Konversi lahan atau alih fungsi lahan dapat bersifat permanen dan dapat juga bersifat sementara. Jika lahan pertanian beririgasi teknis berubah menjadi perumahan atau industri, maka alih fungsi lahan ini bersifat permanen. Penggunaan lahan dipengaruhi oleh tiga sistem yang merupakan keterkaitan antara bagian dalam struktur ruang kota (Chapin, 1979:28-31), yaitu : ·

Sistem aktifitas kota, berhubungan dengan manusia dan lembaganya, seperti rumah tangga, perusahaan, pemerintahan, dan lembaga-lembaga lainnya dalam mengorganisasikan hubungan keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya dalam waktu dan ruang.

·

Sistem pengembangan lahan, berhubungan dengan proses konversi atau rekonversi lahan (ruang) dan penyesuaiannya bagi kegunaan manusia dalam mendukung sistem aktifitas yang telah ada sebelumnya.

·

Sistem lingkungan, berhubungan dengan unsur-unsur biotik dan abiotik to user yang hasilnya dari proses commit alam yang terkait dengan air, udara dan zat-zat

perpustakaan.uns.ac.id

35 digilib.uns.ac.id

yang lain. Sistem ini berfungsi untuk menyediakan tempat bagi kehidupan manusia dan habitat serta sumberdaya untuk mendukung kelangsungan hidup mereka. Pada dasarnya ketiga sistem tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain dan akan membentuk suatu pola penggunaan lahan yang akan terus berkembang sesuai perkembangan kota. 2.6.2 Faktor Penentu Perubahan Pengunaan Lahan Ditinjau dari Sisi Pengusaha Industri Pengaruh faktor utama dan turunannya dalam proses pemilihan lokasi industri berbeda-beda menurut fase pemilihan. Proses didasarkan pada pemahaman atas konsep lokasi tiga fase, yaitu fase pemilihan daerah, lingkungan dan tapak. Pelaksanaan pemilihan melalui tiga fase ini akan menyempitkan pilihan dari faktor yang besar, sehingga pemilihan tapak akan lebih terarah (Apple dalam Iskandar, 1997:24). Namun pemilihan lokasi pabrik seringkali tidak mempertimbangkan faktor-faktor lokasi secara merata, hal ini dilakukan baik kesengajaan maupun karena kekurangtelitian perencana. Adapun yang dimaksud kesengajaan adanya pengaruh satu dua faktor yang terlalu besar, yang menyebabkan perhitungan secara ekonomis tidak perlu dilakukan dengan cermat karena kepentingan tertentu. Faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah (Harding dalam Iskandar, 1997:2004) : ·

Bahan baku/sumberdaya alam meterial mencakup jenis bahan baku, jarak dari lokasi sumber, harga, dan kualitas serta ketersediaan bahan dalam jangka waktu yang panjang serta biaya angkut yang murah.

·

Pasar (market), meliputi kuantitas pembeli serta karakteristiknya dan persaingan.

·

Tenaga kerja (labour), meliputi biaya atau Upah Minimal Regional (UMR), sikap pekerja, kualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan jumlah penduduk yang terdidik.

·

Pembangkit tenaga (power), terdiri kapasitas ketersesiaan dari tenaga commit to user listrik, gas alam, air dan bahan bakar.

36 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

·

Fasilitas perkotaan, diantaranya perumahan bagi karyawan, pusat perbelanjaan, kesehatan dan pengolahan limbah.

·

Akses transportasi, terhadap sistem lalulintas dan jalan, tingkat pencapaian fasilitas (pelabuhan, bandar udara, kereta api, dsb), biaya angkut, laju muatan dan kapasitas.

·

Iklim, mencakup arah angin, ketinggian, pengaruh cuaca, suhu udara dan termasuk bahaya banjir.

·

Kebijaksanaan pemerintah, meliputi peraturan mengenai pengendalian limbah, perpajakan, birokrasi, insentif dari pemerintah, perbankan, dsb. Untuk melihat faktor-faktor pertimbangan lokasi industri menurut

beberapa pakar dapat dilihat dari tabel 2.2. 2.6.3 Faktor Penentu Perubahan Penggunaan Lahan Ditinjau dari Sisi Pemilik Lahan Pertanian Studi

mengenai

penentuan

keputusan

dari

segi

pertanian

telah

memperjelas kekurangan pendekatan neoklasik terhadap lokasi pertanian, dengan menggunakan pengetahuan yang komplit dan rasionalitas ekonomi. Mather, 1986 dalam Healey dan Ilbery, 1990:191 telah menggambarkan secara skematis beberapa faktor baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi penentuan keputusan penggunaan lahan. Faktor-faktor ini terdiri dari faktor intenal dan eksternal alami, meliputi usia, kemampuan, dan kepribadian pemilik lahan pertanian serta luasan lahan. Proses-proses yang digambarkan dalam bagan, sama dengan matriks perilaku yang dikemukakan oleh Pred (1967), dengan jangkauan keputusan mulai dari tingkat kesadaran, pemikiran rasional sampai perilaku non rasional (Healey dan Ilbery, 1990:191). Bukti nyata yang telah terbentuk dalam kaitannya dengan tujuan pembuatan keputusan pertanian yaitu berdasarkan asumsi bahwa tujuan satusatunya dari mengolah lahan pertanian adalah pemaksimalan keuntungan dan mewujudkan tuujuan serta nilai-nilai. Utilitas dapat didefinisikan sebagai kepemilikan diharapkan dapat menghasilkan keuntungan, kesenangan dan kebaikan bagi suatu kelompok (Mather, 1986 dalam Healey dan Ilbery, commit to user 1990:192). Keuntungan non material dan elemen personal yang tergabung dalam

37 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

konsep tidak sama untuk setiap orang. Tujuan dan nilai-nilai berkaitan dengan motivasi para pemilik lahan dimana lebih ditekankan pada pembuatan jalannya keputusan. Gasson 1973 dalam dalam Healey dan Ilbery, 1990:92 mengklasifikasikan nilai-nilai yang kemungkinan besar terhadap pada situasi dan suasana pertanian ke dalam empat kelompok besar, yaitu : ·

Instrumental, dimana bertani digambarkan sebagai media memperoleh pendapatan dan rasa aman dalam kondisi kerja yang menyenangkan

·

Sosial, dimana dengan bertani akan dapat menjalin hubungan antar individu dalam bekerja

·

Ekspresif, dimana dengan bertani dapat mengekspresikan diri dan memenuhi kepuasan pribadi

·

Instrinsik, dimana bertani dinilai sebagai aktifitas yang merupakan hak individu Keempat kelompok tersebut relatif satu sama lain dalam mempengaruhi

keputusan pemilik lahan pertanian dalam suatu situasi. Menurut Gasson, pentingnya motif non ekonomi, yaitu konsep pemuasan dalam mengolah lahan pertanian lebih ditekankan (Gasson, 1973 dalam Healey dan Ilbery, 1990:92). Untuk melihat pendapat beberapa para ahli mengenai faktor-faktor penentu perubahan penggunaan lahan dari sisi pemilik lahan pertanian dapat dilihat pada tabel 2.3.

commit to user

38

Tabel 2.2 Faktor-Faktor Lokasi Industri Ø 1. 2. 3. 4. 5.

(a) Apple Pemilihan daerah Bahan baku Pasaran Transportasi Hk. Negara Pajak

Ø 1. 2. 3. 4.

Ø

Iklim pemilihan kota 1. Buruh 2. Jumlah penduduk 3. Pajak setempat 4. Fas. Pelayanan 5. Utilitas 6. Trasnportasi 7. Pajak 8. Peraturan perwilayahan 9. Peraturan kota 10. Biaya hidup 11. Sikap lingkungan (masyarakat – pemerintah)

5. 6. 7. 8. Ø

(b) Harding Faktor-faktor lokasi makro Jarak dari bahan baku Posisi terhadap pasar Tenaga kerja yang banyak Akses dengan transportasi Iklim setempat Persetujuan pemerintah Subsidi investasi Biaya hidup

Faktor spesifik lokasi detail 1. Kualitas tenaga kerja 2. Sumber energi lain 3. Posisi dari fasilitas kota 4. Pengetahuan limbah 5. Akses transportasi 6. Perda tentang lingkungan dan jalan 7. Tanah dan iklim 8. Lahan untuk luasan 9. Jenis industri lain di sekeliling Sumber : Adaptasi dari Iskandar, 1998 dan modifikasi

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

(c) Smith Bahan baku dan energi Pasar dan harga Tenaga kerja Transportasi Kebijakan pemerintah Kondisi lahan Aglomerasi Keuangan dan perlengkapan Bentuk dan skala operasi usaha

Ø 1. 2. 3. 4. 5. Ø 1. 2. 3.

(d) Sofyan Assauri Faktor-faktor utama Letak bahan dari baku Letak dari pasar Tenaga kerja Power stasion/ listrik Fasilitas pengangkutan

Faktor sekunder Water supply Fasilitas service Fasilitas pembelanjaan 4. Perumahan yang ada dan fasilitas lainnya 5. Ikliim 6. Pajak dan UU buruh 7. Lingkungan masyarakat 8. Tanah 9. Biaya tanah dan gedung 10. Rencana masa depan 11. Rencana perluasan

(e) Kartasapoetra 1. Bahan mentah - Kemudahan didapat - Persediaan - Harga layak - Kualitas - Biaya angkut 2. Tenaga kerja 3. Energi penggerak 4. Iklim 5. Keamanan/ stabilitas 6. Adat budaya penduduk

Dalam studi ini 1. Lokasi bahan baku (a,b, d, e) 2. Harga bahan baku (a, e) 3. Pasar/ konsumen (a, b, c, d e) 4. Jumlah tenaga kerja (a, b, c, d, e) 5. Tingkat Pendidikan tenaga kerja (a, b, c, d, e) 6. Sumber energi (b, d, e) 7. Ketersediaan air (d) 8. Fasilitas perkotaan (a, b, d) 9. Transportasi (a, b, c) 10. Iklim (a, b, d, e) 11. Intervensi pemerintah (a, b, c) 12. Sikap pemerintahmasyarakat (a, d, e) 13. Stabilitas keamanan (a, d, e) 14. Kondisi fisik lahan (b, c) 15. Investasi/ modal (b) 16. Harga lahan (d) 17. Kedekatan dengan CBD (b, d)

39 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 2.3 Faktor-Faktor Penentu Perubahan Penggunaan Lahan Ditinjau dari Sisi Pemilik Lahan Pertanian Sumber Mather, 1986

·

·

Gasson, 1973

·

·

·

·

Faktor-faktor penentu Internal (intrinsik) - Pendidikan - Usia - Kemampuan - Kepribadian Eksternal (ekstrinsik) - Luas lahan - Unit informasi - Budaya Intrinsik - Keleluasaan - Melakukan pekerjaan yang disukai - Kehidupan yang menyehatkan di luar ruangan Ekspresif - Banyak tantangan - Mendorong kreatifitas - Kebanggaan dalam memiliki lahan pertanian - Melatih kemampuan khusus yang dimiliki Instrumental - Membuat pendapatan yang maksimum - Mendapat pendapatan yang memuaskan - Pendapatan yang membuat rasa aman di kemudian hari - Memperluas usaha - Dapat menyusun waktu kerja Sosial - Masuk ke dalam suatu komunitas sendiri - Kebanggaan sebagai seorang petani - Melanjutkan tradisi keluarga - Pekerjaan yang dekat dengan rumah dan keluarga

Dalam studi ini · Internal - Pendidikan - Usia - Pekerjaan - Penghasilan - Pola pemikiran masyarakat yang semakin berkembang tentang pekerjaan · Eksternal - Luas lahan - Biaya produksi - Pajak tanah - Penawaran yang tinggi dari pihak perusahaan

Sumber : Gason, 1973 dalam Healey dan Ilbery, 1990 : 190-192 dan hasil modifikasi

commit to user

40

Penggunaan lahan pertanian

Permintaan lahan

· · · · · ·

Faktor eksternal Kedekatan dengan CBD Intervensi pemerintah Sikap penerimaan masyarakat Stabilitas keamanan Sosialisasi RTRK Jangkauan pasar

Faktor penunjang faktor produksi · Fisik lahan · Ketersediaan air · Sarana dan prasarana · Aksesibilitas · Harga lahan · Iklim

· Sumber energi

· · · ·

·

Penggunaan lahan industri

faktor-faktor penentu perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi industri

· · · · ·

Kebijakan pemerintah RTRK Palur RTRW Kabupaten Karanganyar RUTRK-RDTRK IKK Jaten SK Gubernur JawaTengah Undang-undang dan peraturan terkait

Penawaran lahan Faktor demand penentu perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi industri

Faktor input proses produksi Modal Lokasi bahan baku Harga bahan baku Jumlah tenaga kerja Tk. Pendidikan tenaga

kerja Sumber : Analisis

Gambar 2.6 Kerangka Teori

Faktor supply penentu perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi industri

· Harga, lokasi, luas, dan pajak lahan · Biaya produksi lahan pertanian · Pendidikan, pekerjaan, penghasilan, usia, dan pola pikir pemilik lahan pertanian

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB 3 TEMUAN LAPANGAN

3.3

Tinjauan Regional Wilayah Perkotaan Surakarta

3.3.1

Perkembangan Wilayah Perkotaan Surakarta Menurut RTRW Jawa Tengah, terdapat delapan kawasan strategis yang

mendapatkan prioritas pengembangan daerah dan wilayah. Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar termasuk dalam kawasan strategis SuBoSuKa (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar). Kota

Surakarta

merupakan

pusat

pertumbuhan

bagi

Wilayah

Pembangunan IV Jawa Tengah. Wilayah terbangunnya secara fisik telah tumbuh dan berkembang melebihi batas administratifnya (over bounded). Perkembangan ini masih akan terjadi terutama di wilayah administrasi kabupaten tetangga yang berbatasan dengan Kota Surakarta. Palur merupakan suatu daerah di pinggiran Kabupaten Karanganyar yang berbatasan dengan Kota Surakarta. Letak geografis Kabupaten Karanganyar yang berdekatan dengan Kota Surakarta menjadikan perkembangan

Kota

Surakarta

merambat

kuat

ke

wilayah

Kabupaten

Karanganyar. Sehingga daerah-daerah ini telah menjadi satu kesatuan dalam perkembangan Kota Surakarta. Dengan demikian wilayah terbangun ini dapat disebut sebagai Wilayah Perkotaan Surakarta. Daerah-daerah ini direncanakan sebagai simpul-simpul perkembangan bagi Wilayah Perkotaan Surakarta. Simpulsimpul tersebut antara lain adalah: ·

Kota Surakarta sebagai pusat utama Sebagai pusat orde utama mempunyai fungsi sebagai pusat pemerintahan dan

perkantoran,

perdagangan-jasa,

industri,

rekreasi,

olahraga,

pendidikan dan budaya. ·

Kartasura, Grogol dan Jaten sebagai pusat orde kedua o Kecamatan Kartasura diarahkan, arahan pengembangan untuk perdagangan-jasa, perguruan tinggi.

perbengkelan, commit to user

41

perumahan

dan

pendidikan

42 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

o Kecamatan Grogol, arahan pengembangan untuk perumahan dan fasilitas. o Kecamatan

Jaten,

arahan

pengembangan

untuk

perumahan,

perdagangan dan industri. ·

Colomadu, Baki, Gondangrejo dan Gatak sebagai pusat orde ketiga. o Kecamatan Colomadu, arahan pengembangan untuk perumahan dan perdagangan. o Kecamatan Baki, arahan pengembangan untuk perumahan, industri batik dan pertanian. o Kecamatan Gatak, arahan pengembangan untuk perumahan dan pertanian o Kecamatan Gondangrejo, arahan perkembangan untuk perumahan, industri dan pertanian. Untuk mengetahui lebih jelas keberadaan zona industri Palur dalam

hirarki pusat wilayah perkotaan Surakarta dapat dilihat pada gambar 3.1. 3.3.2

Hubungan Perkembangan Kota Surakarta dan Kota Karanganyar terhadap Perkembangan Zona Industri Palur Dalam RUTRK-RDTRK IKK Jaten disebutkan bahwa tumbuh dan

berkembangnya zona Palur selain dipengaruhi oleh tata letak dan aksesibilitas serta potensi wilayah pendukungnya, juga sangat dipengaruhi oleh sistem perkotaan secara internal (kecamatan) dan sistem hubungan dengan kota-kota disekitarnya secara eksternal (kabupaten/provinsi). Kota Karanganyar sebagai kota sedang merupakan ibukota Kabupaten Dati II Karanganyar. Dengan semakin berkembangnya Kota Karanganyar, maka membawa konsekuensi-konsekuensi, yaitu: ·

Semakin meningkatnya kebutuhan hidup

·

Bertambah padatnya kegiatan sepanjang jalan Jaten-Surakarta-Sragen

·

Terjadi limpahan investasi yang meluas keluar Kota Karanganyar maupun Kota Surakarta commit to user

43 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Dengan demikian, alternatif pengembangan fungsi zona Palur bagi Kota Karanganyar adalah: ·

Sebagai salah satu area pengumpul dan penyangga bagi pelayanan ekonomi atau hasil bumi bagi Kota Karanganyar

·

Sebagai salah satu kota transit bagi arus regional Kota Surakarta menuju Kota Karanganyar

3.3.3

Arahan Pengembangan Kabupaten Karanganyar dan Zona Industri Palur Meskipun termasuk sebagai salah satu daerah imbas perluasan

perkembangan Kota Surakarta, zona Palur masih berada dalam batasan administrasi Kabupaten Karanganyar. Sehingga arahan pengembangan daerah Palur masih tetap masuk dalam pola perwilayahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Karanganyar. Menurut pola perwilayahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karanganyar, wilayah Kabupaten Karanganyar dibagi atas tujuh Sub Wilayah Pembangunan (SWP) dengan spesifikasi pengembangan wilayah sebagai berikut: ·

Sub Wilayah Pembangunan I SWP I memiliki pusat di Kota Karanganyar dengan wilayah pembangunan meliputi Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Tasikmadu dan Kecamatan Mojogedang. Sektor pemerintahan dan pembangunan yang dominan dan berpotensi untuk dikembangkan adalah pendidikan, perumahan, kesehatan, perhubungan, perdagangan dan pertanian.

·

Sub Wilayah Pembangunan II SWP II dengan pusat di Kecamatan Jaten meliputi Kecamatan Jaten dan Kecamatan Kebakkramat. Sektor pembangunan yang dominan dan berpotensi

untuk

dikembangkan

meliputi

sektor

perdagangan,

perhubungan, pertanian dan industri. ·

Sub Wilayah Pembangunan III SWP III berpusat di Kota Karangpandan dengan wilayah pembangunann meliputi Kecamatan Karangpandan, Kecamatan Kerjo dan Kecamatan commit to user Matesih. Sektor pembangunan yang dominan dan berpotensi untuk

44 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dikembangkan meliputi sektor perkebunan, perdagangan, perhubungan, pariwisata dan perikanan. ·

Sub Wilayah Pembangunan IV SWP IV dengan pusat di Kecamatan Tawangmangu, meliputi Kecamatan Tawangmangu, Kecamatan Ngargoyoso dan Kecamatan Jenawi. Sektor pembangunan yang dominan dan berpotensi untuk dikembangkan meliputi

sektor

pariwisata,

perhubungan,

perkebunan,

pertanian

holtikultura dan perdagangan. ·

Sub Wilayah Pembangunan V SWP V dengan pusat di Kecamatan Jumapolo meliputi wilayah pembangunan Kecamatan Jumapolo, Kecamatan Jumantono, Kecamatan Jatiyoso dan kecamatan Jatipuro. Sektor pembangunan yang dominan dan

berpotensi

untuk

dikembangkan

meliputi

sektor pertanian,

peternakan, pengairan dan perdagangan. ·

Sub Wilayah Pembangunan VI SWP VI memiliki wilayah pembangunan Kecamatan Colomadu. Adapun Sektor pembangunan yang dominan dan berpotensi untuk dikembangkan meliputi perumahan, pendidikan, perhubungan dan perdagangan.

·

Sub Wilayah Pembangunan VII SWP VII dengan pusatnya di Kecamatan Gondangrejo. Sektor pembangunan yang dominan dan berpotensi untuk dikembangkan adalah sektor industri, perhubungan, perumahan dan perdagangan.

3.3.4

Kebijakan Pengembangan Aktivitas Industri di Zona Industri Palur Perkembangan kegiatan industri di zona industri Palur secara hukum

telah dihentikan sejak tanggal 5 Juni 1980, dengan keluarnya SK Gubernur Jawa Tengah No. 593.6/6865 Tahun 1980. Dengan demikian, sejak saat itu tidak lagi dikeluarkan izin untuk industri baru. Pembatasan pemberian izin tersebut diperkuat melalui SK Gubernur tanggal 4 Juli 1988 No. 593.8/13862 dan Surat Ketua BKPMD tanggal 17 April 1990 No. 593.8/779/1990/II perihal Kawasan Industri Kabupaten Daerah tingkat II Karanganyar. Berdasarkan hasil kesepakatan commit to user antara Menteri Negara KLH dengan Gubernur Provinsi Jawa Tengah,

perpustakaan.uns.ac.id

45 digilib.uns.ac.id

pengembangan kegiatan industri di Zona industri Palur terbatas hanya pada “lahan sela” antara jalan arteri primer Palur-Sragen dengan rel KA dengan luas 109,506 Ha. Lahan yang terletak di sebelah barat jalan arteri primer Palur-Sragen tidak dapat dikembangkan untuk kegiatan industri kecuali yang telah dan mempunyai izin serta tidak menggunakan lahan irigasi teknis. Demikian pula dengan lahan di sepanjang jalan kolektor primer Palur-Karanganyar, kegiatan industri sama sekali dihentikan kecuali yang telah ada dan mempunyai ijin serta tidak menggunakan lahan irigasi teknis. Dengan demikian maka pemanfaatan ruang industri sampai akhir tahun perencanaan hanya terdapat di Desa Dagen, Desa Jetis dan Desa Brujul yang berada di lahan yang telah ditetapkan, yaitu antara jalan arteri Palur-Sragen dengan rel KA, sedangkan kegiatan industri yang berada di luar yang telah ditetapkan dapat dikembangkan sepanjang untuk perluasan dan tidak menggunakan lahan irigasi teknis serta tidak mengganggu lingkungan. Untuk menampung kegiatan industri di masa mendatang di arahkan ke kawasan industri di Gondangrejo yang sebagian besar berupa tegalan dan persawahan tadah hujan. Penunjukan lokasi ini dituangkan ke dalam Surat Gubernur Jawa Tengah No. 593.6/24547 tanggal 18 Desember 1980 yang ditujukan kepada Bupati Karanganyar. Penunjukan lokasi Gondangrejo ini terakhir ditegaskan kembali oleh Gubernur Jawa Tengah melalui suratnya kepada menteri KLH pada tanggal 4 Maret 1985. Lokasi industri Gondangrejo ini terletak kurang lebih 9 km di sebelah utara Kota Surakarta. Lokasi ini telah direncanakan menjadi lokasi pengganti kawasan industri sesuai dengan SK Gubernur Jawa Tengah No. 008/087968 seluas kurang lebih 700 ha. Kawasan industri Gondangrejo meliputi Desa Tuban, Bulurejo, Wonorejo dan Selokaton. Implementasi rencana tersebut diawali dengan pembebasan lahan tahap I seluas 10 Ha yang terdapat di Desa Bulurejo dan Desa Tuban pada bulan agustus 1986. Dari gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa pada tahun perencanaannya kawasan pengganti di Kecamatan Gondangrejo masih belum siap untuk menarik minat investor karena sarana prasarana pendukung kegiatan industri belum tersedia. Untuk melihat lebih jelas areal yang masih diperbolehkan dalam commit to user 3.2. pembangunan industri dapat dilihat pada gambar

46

Gambar 3.1 Peta Hirarki Pusat Kota Wilayah Perkotaan Surakarta

47

Gambar 3.2 Peta Lokasi Industri yang Diizinkan

perpustakaan.uns.ac.id

3.4

Kondisi Umum Zona industri Palur

3.4.1

Letak Geografis

48 digilib.uns.ac.id

Zona industri Palur merupakan areal yang mencakup beberapa wilayah dan diperuntukkan untuk pengembangan kegiatan industri. Lokasi zona industri Palur berada dalam lingkup wilayah administrasi Kecamatan jaten, Kabupaten Karanganyar. Dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Palur disebutkan bahwa zona industri ini mencakup lima desa, yaitu Desa Dagen, Desa Ngringo, Desa Jetis, Desa Sroyo, Desa Brujul, dengan luas total 1.709,289 Ha. Hal ini disebabkan keberadaan industri di Jaten tersebar di lima desa tersebut. Secara geografis, letak zona industri Palur adalah berada pada garis 110o45’35” BT - 110o45’49” BT dan 7o47’ LS - 7o56’ LS. Sedangkan batas-batas zona industri Palur yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kebakkramat, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tasikmadu, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, dan sebelah barat berbatasan dengan Kota Surakarta. Lokasi zona industri Palur ini sangat strategis mengingat berada pada lokasi yang menghubungkan antara Kota Surakarta, Kota Sragen dan Kota Karanganyar. Zona Palur ini juga bisa dikatakan sebagai transit antar ketiga kota tersebut. Zona ini berkembang akibat pengaruh keberadaan jalan utama yaitu jalan arteri primer Palur-Sragen, jalan arteri primer Palur-Surakarta, dan jalan kolektor primer Palur-Karanganyar. Kondisi ini sangat mendorong pertumbuhan aktivitasaktivitas yang menggunakan sarana dan prasarana transportasi sebagai media utama, antara lain aktivitas industri dan perdagangan. 3.4.2

Kondisi Fisik Lahan dan Iklim Karakteristik tanah di zona industri Palur merupakan susunan jenis tanah

dengan spesifikasi jenis tanah grumosol kelabu. Jenis tanah ini memiliki struktur keras di bagian atas, bergumpal di bagian bawah dan memiliki kandungan bahan organik di lapisan atas yang umumnya rendah antara 1-1,5%. Jenis tanah seperti ini bisa digunakan untuk tegalan dan persawahan. Hal ini sesuai dengan penggunaan lahan pertanian yang banyak ditemui di zona industri Palur. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

49 digilib.uns.ac.id

Ketinggian tanah rata-rata di zona industri Palur adalah 100 dpl. Kondisi kemiringan tanah di zona ini tergolong datar, namun di lokasi yang berdekatan dengan Sungai Bengawan Solo, sedikit curam dengan tingkat erosi yang cukup tinggi. Iklim yang terjadi di zona industri Palur tidak jauh berbeda dengan iklim yang mempengaruhi Kabupaten Karanganyar, yaitu iklim tropis, dengan musim hujan dan musim kemarau silih berganti sepanjang tahun. Temperatur rata-rata sepanjang tahun berkisar antara 21o-31oC. Kondisi iklim tersebut tidak begitu berpengaruh terhadap pertanian yang ada di zona Palur karena telah diterapkan pola sawah irigasi teknis sehingga pertanian tidak terlalu bergantung pada kondisi iklim. Begitu pula dengan industri, karena industri-industri di zona industri Palur umumnya tidak memiliki masalah dengan keadaan iklim dan cuaca. Ketersediaan lahan pertanian dan lahan pekarangan yang luas di kawasan Palur menyebabkan banyak investor atau pengusaha yang melirik lahan tersebut untuk digunakan sebagai lahan industri. Lokasi potensial yang dimiliki zona tersebut mendorong pertumbuhan industri semakin pesat, dan memicu pula terjadinya perubahan fungsi lahan pertanian menjadi lahan untuk untuk aktivitas lainnya, misal perumahan dan komersial. 3.4.3

Struktur Kota dan Penggunaan Lahan Secara umum, pola penggunaan lahan mengikuti kombinasi arahan

kebijakan pemerintah dan mengikuti perkembangan aktivitas masyarakat pada masa sebelumnya. Penggunaan lahan secara intensif sebenarnya berada di Desa Jaten yang merupakan ibukota Kecamatan Jaten. Sedangkan penggunaan lahan industri sendiri cenderung tersebar mengikuti arah jalan-jalan, terutama jalan arteri primer Palur-Sragen. Akibat perkembangan industri yang pesat, kemudian mulai berkembang aktivitas-aktivitas yang bersifat komersial di zona tersebut. Pusat komersial yang ada di zona tersebut awalnya terpusat di pertigaan jalan Palur, kemudian berkembang ke arah jalan utama. Pusat komersial yang ada berupa pasar, pertokoan dan perkantoran. Aktivitas di zona Palur semakin berkembang lagi setelah dibangunnya sebuah sub terminal di samping pasar Palur. commit to user

50 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Selain aktivitas industri dan ekonomi, di zona industri Palur juga mulai dikembangkan untuk zona perumahan. Berdasarkan informasi, minat para pengembang terhadap lokasi perumahan di zona ini cukup tinggi. Beberapa komplek perumahan bahkan telah ditempati masyarakat yang umumnya dari golongan menengah. Komplek-komplek perumahan tersebut antara lain adalah Perumahan Ngringo Indah, Dagen Permai, Sroyo Indah, dan Gunungsari Permai. Lokasi-lokasi aktivitas tersebut mengikuti sumbu jalan utama, dari pertigaan Palur ke arah utara, mengikuti jalan arteri primer Palur-Sragen, ke arah timur mengikuti jalan kolektor primer Palur-Karanganyar, dan ke arah barat mengikuti jalan arteri primer Palur-Surakarta. Pemanfaatan lahan di zona industri Palur didominasi oleh tanah pertanian sebesar 51%, pekarangan/bangunan sebesar 43%, dan lainnya sebesar 6%. Lahan sawah yang ada di zona industri Palur merupakan lahan yang produktif dengan didukung saluran irigasi sehingga masa panen minimal bisa dua kali dalam setiap tahunnya. Untuk melihat penggunaan lahan eksisting zona industri Palur tahun 2009 dan rencana penggunaan lahan zona industri Palur tahun 1991-2001, dapat dilihat pada gambar 3.3 dan gambar 3.4. Distribusi pemanfaatan lahan di zona industri Palur dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.1 Pemanfaatan Lahan Eksisting Tahun 2009 dan Rencana Tahun 1991-2001 di Zona Industri Palur (Ha) Pemanfaatan Industri Perumahan Pertanian Fasosum Jalan dan saluran Jalur hijau perdagangan

Eksisting

Rencana 82,25 673,772 741,788 46,57 81,63 14,55 68,71

Sumber : Kecamatan Jaten Dalam Angka, 2009dan diolah

commit to user

80,39 390,43 1.176,58 12,99 15,38 13,50 20,00

51

Gambar 3.3 Peta Penggunaan Lahan Eksisting Zona Industri Palur Tahun 2009

52

Gambar 3.4 Peta Rencana Penggunaan Lahan Zona Industri Palur Tahun 1991-2001

53 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3.4.4

Karakteristik Kependudukan

3.4.4.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan data tahun 2009, Kecamatan Jaten memiliki jumlah penduduk sebesar 70.957 jiwa. Jumlah penduduk dalam zona industri Palur

46.546

jiwa, atau 65 % dari keseluruhan jumlah penduduk

Kecamatan Jaten. Perbandingan proporsi yang hampir sama antara lakilaki dan perempuan (50% : 50%) membuat Kecamatan Jaten memiliki profil penduduk yang seimbang. Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Jaten Tahun 2009 (Jiwa) No 1 2 3 4 5 6 7 8

Proporsi Laki-laki Perempuan 4.096 4.031 2.537 2.535 11.678 11.792 2.476 2.425 2.441 2.536 3.104 3.047 6.881 6.732 2.324 2.323 35.537 35.421

Kelurahan Sroyo Brujul Ngringo Dagen Jetis Jati Jaten Suruh Kalang Jumlah

Jumlah 8.126 5.072 23.470 4.901 4.977 6.151 13.613 4.647 70.957

Sumber : Kecamatan Jaten Dalam Angka, 2009

25,000

23,386 23,470

20,000 15,000

13,526 13,613

2008

10,000 8,042

5,000

8,126 5,021

5,072

4,843

4,901

4,977 6,119 4,943

2009

6,151 4,607 4,647

0 Sroyo Brujul Ngringo Dagen

Jetis

Jati

Jaten

Suruh Kalang

Sumber : Kecamatan Jaten Dalam Angka, 2009

Gambar 3.5 commit to user Jumlah Penduduk Kecamatan Jaten Tahun 2008-2009 (Jiwa)

54 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Jumlah penduduk Kecamatan Jaten dari tahun 2008 sampai tahun 2009 mengalami peningkatan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 1,8% per tahun. Dari data di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk di zona industri Palur bervariasi, dan jumlah penduduk tertinggi berada di Desa Ngringo yaitu sebesar 23.470 jiwa. 3.4.4.2 Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin Tabel 3.3 Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin di Zona Industri Palur Tahun 2009 (Jiwa)

No

Desa

1 2 3 4 5

Sroyo Brujul Ngringo Dagen Jetis jumlah

Belum Produktif (0-14 Tahun) LakiPerempuan Laki 1142 890 743 758 2279 2262 500 534 746 793 5410 5237

Produktif (15-59 Tahun) LakiPerempuan Laki 2653 2976 1705 1683 7454 7488 1917 1815 1637 1645 15366 15607

Tidak Produktif (60 Tahun ke Atas) LakiPerempuan Laki 301 165 89 94 1945 2042 59 76 58 98 2452 2475

Sumber : Kecamatan Jaten Dalam Angka , 2009

Dari total penduduk di zona industri Palur sebanyak 46.546

jiwa,

23.228 jiwa diantaranya berjenis kelamin laki-laki, dan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 23.319 jiwa. Dari perbandingan komposisi di atas, terlihat bahwa di zona industri Palur didominasi oleh penduduk yang termasuk ke dalam kelompok usia produktif (angkatan kerja), sehingga berpeluang besar untuk mengembangkan potensi yang tersedia dengan dukungan sumber daya manusia yang memadai. DR = =

‡Jiwa) ŖmrJrJ3 JƼ.a ŖwJi : Hem  erJ3 ‡Jiwa) ŖmrJrJ3

11 %

Ƽ.a erJ3

100% = 50,28%

.

.

x100%

Berdasarkan angka perhitungan menunjukkan bahwa setiap 100 orang commit to user penduduk usia produktif di Kecamatan Jaten harus menanggung sebanyak 51

55 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

jiwa penduduk yang belum dan tidak produktif. Meningkatnya jumlah penduduk usia produktif dan usia beban ketergantungan di masa yang akan datang, harus dapat diimbangi dengan meningkatnya kebutuhan lapangan kerja melalui program dan strategi tertentu. 3.4.4.3 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Penduduk di zona industri Palur paling banyak adalah tamatan SLTA sederajat sebesar 10.343 jiwa, disusul dengan tamatan SLTP sederajat sebesar 8.468 jiwa dan tamatan SD sebebesar 7.915. Sedangkan Jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan pasca sarjana, sarjana dan diploma adalah sebesar 5.504 jiwa. Tabel 3.4 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Zona Industri Palur Tahun 2009 (Jiwa) No

Desa

1. Sroyo 2. Brujul 3. Ngringo 4. Dagen 5. Jetis Jumlah

TK 313 173 615 309 158 1568

SD/ MI 2.921 2.119 1.533 479 863 7915

Tingkat Pendidikan SLTP/ SLTA/ D1-D3 MTS MA 1.626 1.318 139 692 421 57 3.427 5.328 1.952 1311 1.460 62 1.412 1.816 103 8468 10343 2313

S1 127 48 2.675 191 86 3127

S2/ S3 12 13 26 12 1 64

Sumber : Kecamatan Jaten Dalam Angka, 2009

3.4.4.4 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Komposisi penduduk menurut mata pencaharian sangat berguna untuk memberikan gambaran mengenai jumlah penduduk yang menggantungkan hidupnya pada berbagai lapangan pekerjaan. Jenis mata pencaharian penduduk di zona industri Palur didominasi sebagai buruh industri sebesar 45,73%, buruh tani sebesar 21,71%, buruh bangunan sebesar 12,68%, pedagang 16,18% dan angkutan 2,74%. Sedangkan distribusi mata pencaharian penduduk di zona industri Palur dapat dilihat pada tabel di bawah ini. commit to user

56 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 3.5 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Zona Industri Palur Tahun 2009 (Jiwa) Mata Pecaharian Pegawai Negeri Sipil Buruh industri Buruh Tani Petani Wiraswasta/ perdagangan Pertukangan Pensiunan Angkutan Jasa

Sroyo 195 1.139 193 266 293 92 93 23 48

Brujul 96 269 109 239 167 36 62 15 16

Ngringo 2.014 763 563 145 313 275 892 46 137

Dagen 119 2.046 431 149 73 35 47 38 23

Jetis 89 2.519 159 176 320 68 29 18 0

Sumber : Kecamatan Jaten Dalam Angka, 2009

3.4.5

Kondisi Struktur Ekonomi Sebagian besar penduduk di zona industri Palur berpekerjaan sebagai

buruh industri. Itu berarti pendapatan yang mereka dapatkan umumnya mengikuti Upah Minimum Kabupaten Karanganyar. Berikut ini adalah Upah Minimum Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Karanganyar dari tahun 1995-2010. Tabel 3.6 Upah Minimum Regional Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Karanganyar (Rupiah/bulan) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Sumber : Dinsotrakernas, 2009

Upah Minimum UMR Jawa Tengah UMR Jawa Tengah UMR Jawa Tengah UMR Jawa Tengah UMR Jawa Tengah UMK Karanganyar UMK Karanganyar UMK Karanganyar UMK Karanganyar UMK Karanganyar UMK Karanganyar UMK Karanganyar UMK Karanganyar UMK Karanganyar UMK Karanganyar UMK Karanganyar

commit to user

Nilai Rp. 90.000,00 Rp. 102.000,00 Rp. 113.000,00 Rp. 130.000,00 Rp. 153.000,00 Rp. 185.000,00 Rp. 245.000,00 Rp. 328.000,00 Rp. 375.000,00 Rp. 400.000,00 Rp. 420.000,00 Rp. 500.000,00 Rp. 580.000,00 Rp. 650.000,00 Rp. 719.000,00 Rp. 761.000,00

Jumlah 501.014 1037.704 1455 975 1166 506 1123 140 224

57 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Jika dilihat dari mata pencaharian penduduk di Zona industri Palur, sepertinya penduduk berpendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak. Untuk mengetahui struktur perekonomian secara detail termasuk struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di zona industri Palur saja terdapat keterbatasan data. Adapun struktur perekonomian di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik menurut harga konstan maupun berlaku. Selama lima tahun terakhir sektor industri masih merupakan sektor yang memberikan sumbangan terbesar terhadap pembentukan PDRB di Kabupaten Karanganyar yaitu sebesar 52,08% (PDRB Kabupaten Karanganyar, 2008). Dari pembentukan sektor industri didominasi oleh kelompok industri besar dengan jumlah tenaga kerja minimal 100 orang dan sedang dengan jumlah tenaga kerja antara 20-99 orang (BPS dalam PDRB Kabupaten Karanganyar, 2008).

Tabel 3.7 Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap Pembentukan PDRB di Kabupaten Karanganyar Tahun 2004-2008 (Persen) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Sektor Ekonomi Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik, gas dan air minum Bangunan Perdagangan, hotel dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan dan persewaan Jasa-jasa jumlah

2004 19,68 0,87 51,02 1,37 2,44 10,50 2,94 2,13 8,05 100

2005 19,68 0,86 51,55 1,38 2,43 10,33 2,89 2,14 7,74 100

Tahun 2006 19,50 0,85 52,72 1,40 2,41 10,25 2,66 2,15 7,87 100

2007 19,47 0,83 52,88 1,38 2,40 10,09 2,80 2,12 8,03 100

Sumber : PDRB Kabupaten Karanganyar, 2008

Tabel 3.8 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha di Kabupatencommit Karanganyar to user Tahun 2008 (2000=100)

2008 20,08 0,80 52,08 1,36 2,37 10,29 2,75 2,09 8,19 100

58 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

No

Lapangan Usaha

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik, gas dan air minum Bangunan Perdagangan Angkutan dan komunikasi Keuangan dan persewaan Jasa-jasa

PDRB Harga Berlaku Harga Konstan 1.701.539,07 988.203,76 80.483,00 39.547,95 3.578.431.04 2.563.118,36 124.816,13 66.863,21 228.249,70 116.419,59 890.413,99 506.353,94 256.509,36 135.392,91 207.807,07 102.673,80 611.425,99 402.881,12

Sumber : PDRB Kabupaten Karanganyar, 2008

Dalam PDRB sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan. Sektor industri pengolahan ini banyak berkembang di zona industri Palur. Dari data di atas terlihat bahwa sektor industri mempunyai kontribusi yang cukup tinggi terhadap perekonomian di Kabupaten Karanganyar. Sedangkan dalam sektor pertanian, berdasarkan Kecamatan Jaten Dalam Angka, 2009 jenis tanaman pertanian yang paling banyak dihasilkan di zona industri Palur adalah tanaman padi sebesar 735,5 ha. Hasil panenan padi selama tahun 2009 tercatat sebesar 11.179,144 ton dengan masa panenan selama dua kali dalam setahun. 3.4.6

Karakteristik Sarana dan Prasarana Pendukung Aktivitas Industri

3.4.6.1 Sarana dan Prasarana Transportasi Wilayah Kabupaten Karanganyar dilalui oleh jalan arteri, jalan kolektor dan jalan lokal. Zona industri, lahan pengembangan pertanian dan kawasan pariwisata keseluruhannya dihubungkan dengan sarana jalan arteri, jalan kolektor dan jalan lokal dalam kondisi yang memadai. Bahkan jalan arteri primer dan kolektor primer berkualitas hotmixed dengan lebar empat jalur. Jalan lokal mayoritas sudah beraspal dan kondisinya cukup baik. Tetapi terdapat beberapa ruas jalan lokal yang kondisinya buruk, terutama jalan lokal yang sering dilalui truk-truk pengangkut material dari industri.

commit to user

59 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Gambar 3.6 Jalan Lokal Yang Rusak

Gambar 3.7 Jalan Arteri Primer Palur-Sragen

Jalan yang ada di zona industri Palur terdiri dari jalan arteri primer PalurSurakarta, jalan arteri primer Palur-Sragen, jalan kolektor primer PalurKaranganyar, dan jalan-jalan lokal. Jalan arteri ini merupakan jalan propinsi yang menghubungkan kota-kota di Jawa Tengah dan kota-kota di Jawa Timur. Sedangkan

jalan

kolektor

merupakan

jalan

regional

antara

Surakarta-

Karanganyar-Tawangmangu. Tingkat kemacetan di jalan ini cukup tinggi, terutama di pertigaan jalan Palur, karena arus kendaraan di pertigaan ini mengalami penumpukan arus dari arus jalan Palur-Sragen, jalan Palur-Surakarta dan jalan Palur-Karanganyar. Ketiga ruas jalan tersebut merupakan jalan dua arah sehingga sangat padat. Kondisi kemacetan semakin parah lagi ketika terjadi pemberhentian arus kendaraan di jalur lintasan kereta api dan arus keluar masuk angkutan umum dan bus dari sub terminal Palur. Titik kemacetan biasanya terjadi pada jam-jam karyawan pabrik berangkat dan pulang kerja, yaitu pada pukul 07.00 WIB, dan pukul 18.00 WIB. Kondisi aksesibilitas yang terjadi di zona industri Palur dapat dilihat pada gambar 3.8. Sarana transportasi umumnya berupa angkutan lokal, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Di Palur juga terdapat stasiun kereta api yang biasanya sebagai tempat tujuan pengiriman barang-barang seperti semen, pupuk dan lainlain. Jumlah sarana transportasi di zona industri Palur cukup memadai bagi kebutuhan transportasi masyarakat. Banyaknya pengguna kendaraan pribadi dan angkutan umum ini juga menjadi salah satu faktor tingginya tingkat mobilitas yang dilakukan masyarakat.

commit to user

60

Gambar 3.8 Peta Kondisi Aksesibilitas

61 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3.4.6.2 Sarana Kesehatan Fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di zona industri Palur antara lain: Rumah sakit umum swasta

: 1 unit

Puskesmas

: 2 unit

Puskesmas pembantu

: 6 unit

Posyandu

: 43 unit

Rumah bersalin

: 4 unit

Apotik

: 6 unit

PKD

: 3 unit

3.4.6.3 Sarana Perdagangan Perkembangan di zona industri Palur tidak luput dari pengaruh perkembangan pusat kota. Kedekatan kawasan ini dengan Kota Surakarta sebagai salah satu pusat perdagangan dan bisnis di kawasan strategis pertumbuhan SuBoSuKa semakin menarik para investor dan pengusaha untuk mengembangkan usahanya dengan mendirikan industri di Palur. Hal demikian kemudian berlanjut pada perkembangan sektor-sektor lainnya seperti perdagangan dan perumahan. Tabel 3.9 Sarana Perdagangan di Zona Industri Palur Tahun 2009 Desa Dagen Ngringo Jetis Sroyo Brujul Total

Pasar Umum (Desa/Kota) 1 1 2

Pasar Hewan

Toko/kios/warung

Bank

-

197 480 56 175 50 908

4 11 15

Sumber : Kecamatan Jaten Dalam Angka, 2009

Sebagai konsekuesi dari perkembangan daerah yang cepat ditambah dengan peningkatan kebutuhan masyarakat yang bertambah pula, maka di zona industri Palur mulai dipenuhi dengan berbagai penyedia fasilitas, yang salah satunya adalah sarana perdagangan yang memadai. Grosir dan pusat perdagangan (mall luwes) berdiri di Kota Palur. Renovasi pasar dan sub terminal juga to user dilaksanakan di daerah tersebut commit guna mengimbangi bertambahnya permukiman

perpustakaan.uns.ac.id

62 digilib.uns.ac.id

dan mobilitas penduduk. Fasilitas umum perdagangan yang tersedia di zona industri Palur meliputi pasar umum, pasar hewan, toko/ warung/ kios dan jasa perbankan. 3.4.6.4 Jaringan Listrik Fasilitas listrik di Kabupaten Karanganyar telah menjangkau seluruh desa, termasuk di desa-desa yang ada di zona industri Palur (100%). Keseluruhan daya yang terpasang sebesar 257.904.192 KWH. Kebutuhan listrik untuk penggunaan industri di zona industri Palur menjadi sangat penting karena hampir 100% pengoperasian mesin dan peralatan menggunakan tenaga listrik (hasil survey, 2010). 3.4.6.5 Saluran Air Bersih Potensi air bersih cukup besar, baik dari sumber permukaan di lereng Gunung Lawu, Air Bawah Tanah (ABT), maupun gabungan dari keduanya. Air bersih dikelola oleh PDAM Karanganyar dan telah menjangkau seluruh zona industri Palur. 3.4.6.6 Jaringan Telekomunikasi Fasilitas telekomunikasi terus diperluas jangkauan dan kualitasnya. Hampir seluruh wilayah di zona industri Palur telah terlayani fasilitas telekomunikasinya. Disamping fasilitas yang telah disediakan oleh PT Telkom, saat ini telah terdapat berbagai fasilitas telepon selulair yang dikelola oleh pihak swasta. 3.4.7

Karakteristik Harga Lahan dan Pasar Lahan Harga lahan digunakan untuk mengindikasi kapasitas keuangan dari

setiap aktivitas perkotaan terhadap lahan kota, karena lahan kota merupakan salah satu barang ekonomi yang terus dibutuhkan. Sehingga untuk itulah harga lahan dikonpensasi dengan nilai uang (Wijaya, 1999:36). Secara umum, harga lahan sesuai dengan distribusi keruangan dari tiap lokasi aktivitas kota. Harga lebih tinggi di pusat kota dan semakin menurun jika jaraknya menjauh dari pusat kota. Harga lahan juga menjadi lebih tinggi jika berdekatan dengan ruas jalan raya. commit to user

63 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Di zona industri Palur, harga lahan pasaran bervariasi antara Rp 400.000 2

/m sampai Rp 550.000 /m2. Variasi harga lahan ini berdasarkan kedekatan lokasi dengan ruas jalan utama Palur. Dari tahun ke tahun harga lahan berubah dan semakin lama semakin tinggi. Variasi harga lahan ini dapat dilihat perbedaannya pada tabel berikut: Tabel 3.10 Tingkat Harga Lahan di Zona Industri Palur Tahun 1991-2010 (Rp/m2) Tahun 1991-1995 1996-2000 2001-2005 2006-2010

a. b. a. b. a. b. a. b.

Harga lahan (Rp/m2) 275.000 - 325.000 225.000 - 250.000 350.000 - 400.000 275.000 - 350.000 400.000 - 450.000 350.000 - 400.000 475.000 - 550.000 400.000 - 450.000

Sumber : NJOP Kantor pajak Kabupaten Karanganyar, 2010 Keterangan : a. Lokasi lahan di pinggir ruas jalan utama b. Lokasi lahan radius 100 m di sekitar ruas jalan utama

Harga lahan cenderung tinggi di zona industri Palur ini tidak terlepas dari pengaruh banyaknya permintaan lahan untuk aktivitas industri dan komersial. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi lahan yang dikemukakan oleh Harvey, dimana penawaran lahan bersifat tetap dan harga lahan bergantung dari pengaruh permintaan. Lahan akan beralih fungsi menjadi penggunaan lahan lain sesuai dengan permintaan antar jenis penggunaan yang menyebabkan bervariasinya tingkat harga bagi aktivitas tertentu. Misalnya, peningkatan permintaan untuk aktivitas industri di zona industri Palur akan meningkatkan permintaan lahan untuk aktivitas tersebut, yang diikuti dengan peningkatan harga penawaran. Untuk mengetahui harga lahan di zona industri Palur dapat dilihat pada gambar 3.9.

commit to user

64

Gambar 3.9 Peta Pasar Harga Lahan

65 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3.4.8

Karakteristik Perkembangan Kegiatan Industri Berdasarkan RTRK industri Palur tahun 1991-2001, peruntukan untuk

industri dibatasi hanya pada lahan sela antara jalan arteri primer Palur-Sragen dan rel KA. Sebelum awal tahun penetapannya (1990), perkembangan zona industri Palur sangat cepat, terutama aktivitas industri dan komersial yang terletak di sepanjang koridor jalan arteri primer Palur-Sragen. Perkembangan itu terus berlanjut, terutama untuk aktivitas industri hingga ke daerah belakang jalan raya. 6

Tekstil dan Produk Tekstil Plastik

4

14

33

5 8

Percetakan dan Penerbitan Makanan dan Minuman Mebel dan Pengolahan Kayu Logam

Sumber : Kecamatan Jaten Dalam Angka, 2009

Gambar 3.10 Prosentase Jenis Industri di Zona Industri Palur Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa jenis industri yang paling dominan dan berkembang pesat adalah industri tekstil yaitu sebesar 29%. Industri tekstil di zona industri Palur merupakan industri terbesar di Wilayah Perkotaan Surakarta, dimana komoditi tekstil yang dihasilkan cukup berkualitas dan mampu bersaing dengan komoditi daerah lain.

commit to user

66 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 3.11 Jumlah dan Jenis Industri di Zona Industri Palur No 1 2

3 4 5

6 7

8 9 10 11 12 13 14 15

16

17

18 19 20 21

22 23 24 25

26 27

Nama Perusahaan

Desa

PT. Tunggak Waru Semi PT. Lombok Gandaria

Jetis

PT. Sapi Gunung CV.New Suburtex PT. Dunia Setia Sandang Asli Tekstil PT. Wati Sucipto HS PT. Agra Kencana Gita Cemerlang

Dagen Jetis Dagen

PT. Konveksi hero PT. New Aiditex PT. Krido Rejosari Kusuma Santoso PT. Alfa Jaya Surya Mukti PT. Jaya Asri Garmindo PT. Indatex PT. Michael Komala PT. Indo Caly Plast

Ngringo Dagen Jetis

PT. Ladewindo Garment Manufacture PT. Agung Sejahtera Sidoarjotex PT. New Adhiatex CV. Ledok Sari CV. Adi Nugraha PT. Sinar Agung Selalu Sukses PT. Putri Salju PT. Tomoko Daya Perkasa PT. Kusuma Remaja PT. Adi Warna Pelangi

Jetis jetis

PT. Rukun Jadi Santosa PT. Suba Prima

Jaten

Jetis

Jenis Usaha Sodium syclamate Kecap, saostomat, sirup Kain tenun Kain tenun Kain finish, Kain celup

Jumlah Karyawan 75

Kapasitas Investasi Produksi Keterangan (juta Rp) (per th) 810 ton 450 Melanggar lokasi

312

5.690.800 botol

1.126

Melanggar lokasi

171 400 556

3.250.000 m 9.450.000 m 12.000.000 m

331 700 1.000.0 00

Tidak melanggar Melanggar lokasi Tidak melanggar

36

330.000 m

250

Melanggar lokasi

168

1.575.000 yard

250

Melanggar lokasi

71 143 100

15.000 dezon 3.500.000 m 240.000 m

415 495 234

Melanggar lokasi Melanggar lokasi

218

3507

Tidak melanggar

200

Melanggar lokasi

Dagen

Kain printing Kain printing, sprey Pakaian jadi Kain tenun Kain printing Pakaian jadi

Sroyo

Pakaian jadi

200

1.5000.000 potong 500 dosin

Ngringo Jetis

Kain tenun Pakaian jadi

420 320

6.000.000 m 500.000 kodi

4.500 1.500

Melanggar lokasi Melanggar lokasi

Brujul

838

11.666.666 kg

3.254

Melanggar lokasi

Dagen

Kantong plastik, waring dari plastik Pakaian jadi

870

9.000.000 packs

5.000

Melanggar lokasi

Jetis

Kain tenun

1.005

15.000 Ball

34.706

Tidak melanggar

Dagen Dagen Ngringo Brujul

741 32 15 60

5.000.000 m 11.283.750 600 eks 300.000 buah

250 700 500 900

Melanggar lokasi

43 129

32.000 ton 1.000 ton

500 2.952

Tidak melanggar Tidak melanggar

28

4.500 ton

180

Melanggar lokasi

50

10.000.000 buah

349

Tidak melanggar

Ngringo

Kain finish Alat tulis Buku LKS Spare part mobil dan motor Es balok Kertas berlapis Minyak goreng Barangbarang cetakan, buku tulis Es balok

64

45.000 ton

416

Melanggar lokasi

Ngringo

Makanan

25

40 ton

240

Melanggar lokasi

Ngringo

Jetis Brujul

commit to user

Melanggar lokasi Melanggar lokasi

67 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

28 29

Utama Feed Riil PT. Plastik Santoso

Jetis

PT. Lumbung Rejeki PT. Inti Indah Dunia Plastindo PT. Haryanto Prasetyo PT. Plastpack Prima Industri PT. Wijawa Kwarta Penta PT. Tsunami Santoso PT. Harum sari Kencana CV. Nova Furniture

Ngringo

PT. Sumber Jaya Garment PT. Bengawantex PT. Sumber Alam Jati Makmur PT. Sinar Agung Prasa Dikindo CV. Beta Foam

PT. Sekar Bengawan PT. Sekar Lima

Jetis

PT. Kharisma Parwitex PT. Agungtex CV. Afantex

Ngringo

Jetis

57

PT. Surakarta Santoso Sejahtera PT. Sawah Karunia Agungtex PT. Lawu Busana Tamatex PT. Senang Kharismatex PT. Aladintex Abadi PT. Air Mancur

58

PT. Sridadi

Jetis

59

PT. Sekar Nusa Kreasi Indonesia PT. Tiga Pilar Sakti PT. Agung Winyawan Santosa Tekstil

30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41

43 44

45 48 51

52 53 54 55 56

60 61

ternak Kantong plastik Tikar plastik

350

400.000 ton

109

Tidak melanggar

33

112

Melanggar lokasi

4.557

Melanggar lokasi

Kantong plastik Makanan kecil Kantong plastik Kain finish, kain celup Pakaian jadi

270

125.000 lembar 108 ton

150

3 ton

780

Melanggar lokasi

585

25.000 ton

15

Melanggar lokasi

135

3.600.000 m

400

Melanggar lokasi

240

300

Melanggar lokasi

153

650

Tidak melanggar

40

14.000 buah

1000

Melanggar lokasi

Brujul

Tembakau rajangan Kursi, meja, almari Kain tenun

1.300.000 potong 8.000 ton

181

5.500 dosin

1.700

Tidak melanggar

Jetis Sroyo

Kain tenun Meja, kursi

776 115

6.700.000 m 3.400 buah

4.348 1.000

Tidak melanggar Melanggar lokasi

Jetis

Wheel silinder Mebel metal, kasur busa, payung Kain tenun

30

1.500.000 pcs

350

Melanggar lokasi

23

113.500 buah

750

Melanggar lokasi

567

1.200.000 m

6.561

Tidak melanggar

Kain printing, kain finish Kain tenun

404

20.000.000 m

4.975

Tidak melanggar

53

1.300.000 m

232

Melanggar lokasi

493 489

2.200.000 m 3.250.000 m

10.988 577

Tidak melanggar Tidak melanggar

404

14.680 Ball

22.594

Tidak melanggar

Dagen

Kain tenun Kain tenun, Kain finish, Kain celup Benang tenun Kain finish

661

12.260.000 m

1.965

Melanggar lokasi

Jetis

Kain tenun

597

16.800.000 m

7.500

Melanggar lokasi

Jetis

Kain tenun

750

1.650.000 m

840

Melanggar lokasi

Brujul

Kain tenun, Kain finish Jamu

1580

21.500.000 m

11.822

Melanggar lokasi

1.200

750

Tidak melanggar

420

Melanggar lokasi

Dagen Jetis Dagen Dagen Dagen Dagen Dagen

Ngringo

Jetis

Sroyo Brujul

Dagen

80

Sroyo

Bahan bangunan Tekstil

53 juta bungkus 800 m

800

14.000.000 m

4.000

Melanggar lokasi

Dagen Jetis

Makanan Tekstil

360 850

2.750 ton 2.200.000 m

400 357

Melanggar lokasi Melanggar lokasi

commit to user

68 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

62 63

PT. Restugas Aji PT. Top Asli

Jetis Jetis

Gas elpiji Makanan

100 80

64

PT. Yosidotama Cemerlang PT. Sarana Indoboga Pratama PT. Daya Delta Intertama PT. Sari Warna Tekstil PT. Plastik Matahari

Jetis

Makanan

70

Brujul

Makanan

120

Ngringo

Bijih Plastik

Brujul Jetis

PT.Sumber Bengawan Plasindo PT. Javabeg

65 66 67 68 69 70

4.130 240

Melanggar lokasi Melanggar lokasi

300

Melanggar lokasi

400

Melanggar lokasi

50

5.000 m 800.000 bungkus 500.000 bungkus 280 juta bungkus 180 ton

740

Melanggar lokasi

Tekstil

750

30 juta m

5.250

Melanggar lokasi

200

1000 ton

1.200

Melanggar lokasi

Sroyo

Kantong Plastik Karung

260

30 juta lembar

2.500

Melanggar lokasi

Brujul

Tas

80

288.000 buah

900

Melanggar lokasi

Sumber : Disperindagkop Kabupaten Karanganyar, 2009

3.4.9

Karakteristik Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Industri Saat ini apabila dilihat dari proporsinya, lahan pertanian memang masih

cukup besar, namun jika dilihat dari perkembangannya, kecenderungan terjadinya perubahan fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi (lihat tabel 3.1). Hal ini dapat dilihat bahwa penggunaan lahan untuk industri cenderung bertambah karena ada beberapa bangunan baru yang menunjukkan bangunan industri yang belum beroperasi dan lahan-lahan kosong yang sudah diberi papan panandaan hak milik perusahaan. 3.4.10

Karakteristik Permintaan Aktivitas Industri Dalam mencari penyebab perubahan fungsi lahan melalui pendekatan

pengguna, perlu dideskripsikan mengenai permintaan para pengguna yang terkait dengan wilayah studi khusunya aktivitas industri. Untuk mengetahui kemampuan aktivitas industri dalam berlokasi, akan dilihat dari karakteristik modal/ investasi yang mewakili karakterisik kemampuan aktivitas industri. Sedangkan untuk mengidentifikasi kebutuhan ruang tiap aktivitas yang terkait, akan dilakukan secara menyeluruh berdasarkan teori dan data empiris, karena tidak ada yang baku mengenai keinginan atau permintaan aktivitas industri untuk berlokasi. Dalam menilai kemampuan aktivitas industri untuk berkompetisi memperebutkan lahan terhadap aktivitas pertanian, salah satunya dapat dilihat dari commit to user produktivitas yang dihasilkan oleh aktivitas tersebut. Keuntungan yang didapat

perpustakaan.uns.ac.id

69 digilib.uns.ac.id

melalui pembangunan industri menjadi salah satu faktor berkembangnya industri. Industri lebih fleksibel dalam metode, kompetisi dan output yang diihasilkannya daripada pertanian. Selain itu penilaian kemampuan juga dapat dilihat dari besarnya modal atau investasi yang dikeluarkan untuk membeli lahan atau menyewa bangunan (lihat tabel 3.11). Hal lain yang menjadi pertimbangan aktivitas industri untuk memilih lokasi adalah segmen pasar. Dalam proses produksi, hasil akhir yang ingin dicapai adalah bagaimana hasil produksi tersebut dapat memperoleh keuntungan maksimum. 3.4.11

Karakteristik Penawaran Lahan Industri Dalam penawaran lahan, sistem-sistem yang terkait yaitu sistem

pengembangan lahan dan sistem lingkungan. Sehingga untuk mengetahui karakteristik penawaran lahan industri ini dapat dilihat melalui dua sisi, yaitu penawaran internal dan penawaran eksternal. 3.4.11.1 Penawaran Internal Penawaran internal ini dapat dilihat dari karakteristik fisik dan karakteristik lokasional. ·

Karakteristik fisik Kondisi fisik di Zona industri Palur memang tergolong sesuai dengan kebutuhan industri. Berdasarkan standar teknis untuk kawasan industri, lahan yang datar dan bebas banjir menjadi salah satu pilihan yang sesuai dengan kebutuhan industri (lihat sub bab 3.2.2).

·

Karakteristik lokasional Lokasi Zona industri Palur ini sangat strategis, merupakan daerah pinggiran kota yang juga merupakan simpul transportasi, dilalui jalan arteri dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, dan dekat dengan pusat Kota Surakarta (lihat sub bab 3.2.1)

3.4.11.2 Penawaran Eksternal Penawaran eksternal ini dapat dilihat dari ketersediaan sarana dan prasarana, faktor ekonomis lahan, dan faktor kebijakan pemerintah. commit to user · Ketersediaan sarana dan prasarana

perpustakaan.uns.ac.id

70 digilib.uns.ac.id

Kedekatan Zona industri Palur dengan pusat Kota Surakarta memberikan keuntungan yaitu ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai dan menunjang keberadaan industri. Keberadaan sarana dan prasarana ini juga sangat diperhatikan pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar, yang bisa dilihat dari peningkatan penyediaan fasilitas-fasilitas pendukung aktivitas industri, misalnya pembuatan dan perbaikan jalan tanah menjadi jalan aspal, bekerjasama dengan pihak swasta membangun pom bensin, renovasi dan penertiban pasar Palur, serta pembangunan sub terminal Palur. Akses menuju Zona industri Palur ini sangat mudah, terlebih lagi setelah pemerintah Kota Surakarta yang membuat jalan lingkar Surakarta-Karanganyar sehingga arus kendaraan antar kota tidak menumpuk di pertigaan Palur yang rawan kemacetan. Jalan lingkar tersebut berujung di Zona industri Palur sehingga arus kendaraan tetap melewati Zona industri Palur (lihat sub bab 3.2.6). ·

Faktor ekonomis lahan Pola pikir masyarakat pemilik lahan dalam menjual lahan ikut menjadi salah satu pendorong berkembangnya industri di Zona industri Palur. Para pemilik lahan tidak memiliki kontrol terhadap kekuatan alam dari lingkungan fisik yang mereka kelola. Tanaman lebih tergantung pada kondisi alam, dan usaha-usaha untuk tidak bergantung pada alam seperti pembuatan saluran irigasi, pemberian pupuk, dan proses pengolahan dan pemeliharaan tanaman memerlukan biaya dan tenaga yang cukup besar. Ditambah lagi, pajak lahan yang harus mereka keluarkan tidaklah sedikit, mengingat lahan berada di kawasan industri Palur dan berada di pinggir jalan arteri sehingga pajak yang dikeluarkan juga berbeda dengan lahan di daerah lain lihat sub bab 3.2.7).

·

Faktor kebijakan pemerintah Kebijakan pemerintah yang memberlakukan pembatasan industri adalah sejak dikeluarkannya surat keputusan dari gubernur pada tahun 1980. Sebelum keluarnya surat tersebut, dalam RTRK 1980-1990 daerah palur commit to user telah ditetapkan sebagai kawasan industri. Sehingga sebelum tahun 1990

71 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

sebenarnya cukup banyak industri-industri yang berkembang di Zona industri Palur. Namun pada kenyataannya setelah dibuatkan RTRK Palur 1991-2001 dan telah ada peraturan yang membatasi kegiatan industri di Zona industri Palur, masih ada banyak industri yang diijinkan berlokasi di luar batas yang telah ditetapkan (lihat sub bab 3.1.4). Data-data terkait preferensi dari sisi pengusaha dan pemilik lahan pertanian yang dianalisis sebagai input data analisis faktor dapat dilihat pada lampiran B.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB 4 PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri di zona industri Palur yang meliputi luas serta sebaran, dan proses perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri dengan mengaitkan sistem-sistem yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan

perkotaan.

Selain

itu

juga

akan

membahas

faktor-faktor

yang

mempengaruhi perubahan penggunaan lahan yang terjadi yang merupakan hasil dari analisis dengan menggunakan metode analisis faktor. Dengan demikian akan diketahui faktor-faktor apa saja yang paling berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri di zona industri Palur.

4.1

Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri di Zona Industri Palur Lahan merupakan salah satu unsur dari lingkungan hidup dan merupakan

faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pada lahanlah manusia bergantung untuk segala macam aktivitas masyarakat di daerah bersangkutan. Permasalahan utamanya adalah keberadaan lahan yang terbatas, sedangkan kebutuhan manusia akan lahan tidak ada batasnya selama kehidupan manusia masih berjalan. Perubahan penggunaan lahan yang penting adalah perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. Bila hal ini berlangsung secara terus menerus, akan berakibat buruk bagi pengembangan sektor pertanian karena dengan semakin besarnya penyusutan lahan pertanian akan berakibat pada menurunnya produksi pangan/pertanian. Padahal sudah bukan rahasia lagi bahwa ciri utama masyarakat Indonesia adalah masyarakat agraris yang berarti masih banyak orang yang menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian.

commit to user

72

73 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4.1.1

Analisis Luas Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri di Zona Industri Palur Luas perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri di

zona industri Palur terlihat signifikan dimana lahan yang digunakan untuk kebutuhan industri kebanyakan berasal dari lahan pertanian sawah, tegalan dan tanah pekarangan. Tabel 4.1 Luas Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri di Zona Industri Palur Tahun 1991-2009 (Ha) Luas Lahan Pertanian 1991 2001 2009 145,795 142,695 141,145 108,084 84,051 72,035 147,829 107,779 87,754 263,822 247,822 239,822 202,854 201,942 201,032 868,384 784,289 741,788

Desa Dagen Ngringo Jetis Sroyo Brujul Total

Luas Lahan Industri Total Perubahan pertanian Industri 1991 2001 2009 4,13 6,2 9,76 -4,65 +5,63 3,54 9,77 17,32 -36,049 +13,78 4,84 13,27 20,46 -60,075 +15,62 4,68 5,27 11,88 -24 +7,2 10,46 19,21 22,83 -1,822 +12,37 27,65 53,56 82,25 -126,596 +54,6

Sumber : Hasil Perhitungan Rekapitulasi Ijin Lokasi Kabupaten Karanganyar 1991-2008 BPN Kabupaten Karanganyar

Pada tabel 4.1 terlihat bahwa luas lahan pertanian selama hampir 20 tahun di zona industri Palur mengalami penurunan sebesar 126,596 Ha, dan disisi lain luas lahan industri mengalami peningkatan sebesar 54,6 Ha. Perubahan luas lahan pertanian menjadi lahan industri ini memang relative lebih kecil, yaitu hanya sekitar 40%. Penyusutan luas lahan pertanian ini selain beralih fungsi menjadi industri, lahan pertanian juga beralih fungsi menjadi permukiman, perdagangan, jasa, dll. Seperti yang terlihat di Desa Jetis, Desa Ngringo, dan Desa Sroyo dimana perubahan luas lahan pertanian cukup mencolok diantara dua desa lainnya. sedangkan pertambahan luas lahan industri paling rendah terdapat di Desa Dagen. Di Desa Ngringo, Desa Sroyo, dan Desa Jetis memang banyak dikembangkan perumahan-perumahan baru seperti Perum Ngringo Indah, Perum Griya Adi, Perum Gunungsari permai, Perum Sroyo Indah, sehingga luas lahan pertanian di ketiga Desa ini lebih banyak dialihfungsikan untuk lahan perumahan. Meskipun commit to user demikian, alih fungsi lahan dari penggunaan pertanian menjadi industri tetap

74 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

menjadi fokus penelitian karena ada indikasi penyimpangan dari peraturan yang telah ditetapkan. Perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri di zona industri palur ini terjadi karena industri/pabrik menginginkan lokasi industri yang sesuai, yaitu dengan maksud mencari keuntungan maksimum. Menurut Weber, Keuntungan maksimum akan diperoleh jika biaya yang harus dikeluarkan (diantaranya transportasi dan tenaga kerja) minimum. Lokasi zona industri Palur ini sangat strategis karena berada pada lokasi yang menghubungkan antara Kota Surakarta, Kabupaten Karanganyar, dan Kabupaten Sragen. Sumber bahan baku tergolong mudah diperoleh karena sebagian besar bahan baku diperoleh dari dalam kota dan luar kota dalam provinsi, dengan tingkat aksesibilitas yang cukup lancar. Zona industri palur juga memiliki potensi ketersediaan tenaga kerja yang cukup, dimana menurut data sebagaian besar daerah asal tenaga kerjanya beasal dari sekitar zona industri. Jika mengacu pada teori Losch dan Weber, lokasi industri di zona industri Palur dirasa oleh industri dapat memberikan keuntungan karena lokasinya yang strategis. Lokasi strategis ini selain karena berada di sekitar jalan regional juga karena berada di pinggiran Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar. Tersedianya pelayanan listrik, air dan telekomunikasi juga turut memicu berkembang pesatnya industri di zona industri palur. Sehingga tidaklah mengherankan jika banyak industri yang menginginkan berlokasi di zona industri Palur. Karena di zona industri Palur sebagai daerah pinggiran masih terdapat cukup luas lahan non terbangun (persawahan), maka alih fungsi lahan dari pertanian menjadi industri untuk mendukung permintaan yang ada tidak dapat dihindarkan. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan Koestoer dalam Iskandar (1997:3-4), hall (1996:241-242, dan Bachriadi (1997:2).

commit to user

75

Gambar 4.1 Peta Analisis Luas Perubahan Lahan

76 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4.1.2

Analisis Sebaran Keruangan Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri di Zona Industri Palur Berdasarkan arahan dalam RTRK Palur 1991-2001, disebutkan bahwa

perkembangan aktivitas industri di zona industri Palur dibatasi hanya pada lahan sela antara jalan arteri primer Solo-Sragen dan jalur rel KA Solo-Surabaya. Namun pada kenyataannya masih terdapat pembangunan industri baru yang berlokasi di luar areal yang telah ditetapkan. Gambaran distribusi keruangan perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri di zona industri Palur dapat diketahui dengan membandingkan peta rencana penggunaan lahan tahun 1991-2001 dengan kumpulan data eksisting tahun 2009. Lahan-lahan industri baru lebih banyak menyebar disisi kiri-kanan jalan dan sebagian kecil berada diantara permukiman penduduk, mengingat lahan yang sebelum beralihfungsi adalah sawah dan pekarangan. Perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri ini terlihat sangat tergantung pada keberadaan jaringan jalan. Hal ini tidak bisa dielakkan dari kebutuhan transportasi untuk memperlancar proses produksi dan distribusi. Berdasarkan

hasil

wawancara

kepada

pihak

BPN

Kabupaten

Karanganyar, industri-industri baru di zona industri Palur yang tidak sesuai dengan rencana guna lahan adalah sebanyak 32 industri. Industri-industri tersebut berlokasi diluar areal yang telah ditetapkan. Berdasarkan keterangan tersebut, terbukti bahwa masih ada izin yang dikeluarkan pemerintah berkaitan dengan pendirian industri, meskipun telah ada peraturan pembatasan lokasi industri dan pembuatan Rencana Tata Ruang Zona Palur. Berdasarkan keterangan, perubahan luas lahan industri tersebut bervariasi dan kebanyakan adalah industri tekstil. Pihak BPN mengatakan bahwa total luas lahan industri yang tidak sesuai dengan peraturan pembatasan lokasi industri dan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Zona Palur yaitu sebesar 259,196 m2 atau sekitar 25,91 Ha. Sedangkan industri-industri yang telah berdiri sebelum peraturan pembatasan lokasi industri dan penyusunan RTRK masih tetap diizinkan beroperasi sepanjang tidak melakukan perluasan di luar areal yang ditetapkan dan commit to user tidak menggangu lingkungan sekitarnya.

77

Gambar 4.2 Peta Sebaran Keruangan Industri

78 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4.4

Analisis Proses Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri di Zona Industri Palur Proses terjadinya perubahan penggunaan lahan terkait dengan konsep

yang dikemukakan oleh Chapin (1979), dimana pertumbuhan lahan dipengaruhi oleh keterkaitan atau interaksi antara tiga sistem, yaitu sistem aktivitas kota, sistem pengembangan lahan, dan sistem lingkungan. Sistem aktivitas kota mewakili sisi permintaan, dan kedua sistem lainnya mewakili sistem penawaran. Hubungan ketiga sistem seperti yang diungkapkan oleh Chapin apabila dikaitkan dalam kasus di zona industri Palur secara ringkas adalah seperti pada gambar 4.3. Dalam kolom input pada tabel menunjukkan keterkaitan variabel sisi demand yang tergabung ke dalam tiga faktor. Ketiga faktor tersebut adalah elemen faktor utama proses produksi dalam setiap aktivitas industri, yaitu faktor input proses produksi, faktor penunjang proses produksi, dan faktor eksternal. Sisi demand tersebut mencerminkan preferensi pengusaha dalam berlokasi industri. Dipihak lainnya, terdapat sisi supply yang merupakan preferensi pemilik lahan pertanian dalam menjual lahan.

commit to user

79 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

INPUT

PROSES

OUTPUT

SISI DEMAND DEMAND Faktor input proses produksi · Modal · Lokasi bahan baku · Harga bahan baku · Jumlah tenaga kerja · Tk. Pendidikan tenaga kerja

Faktor penunjang faktor produksi · Fisik lahan · Ketersediaan air · Sarana dan prasarana · Aksesibilitas · Harga lahan · Iklim · Sumber energi

Faktor eksternal · Kedekatan dengan CBD · Intervensi pemerintah · Sikap penerimaan masyarakat · Stabilitas keamanan · Sosialisasi RTRK · Jangkauan pasar

Perkembangan aktivitas industri : · Penduduk yang bekerja di sektor industri 6736 orang · Penduduk yang bekerja di sektor pertanian 2430 orang · PDRB dari sektor industri (ADHB) 52,08 % · PDRB dari sektor pertanian (ADHB) 20,08%

Kebutuhan lahan untuk pembangunan industri

Perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi industri : · Luas lahan industri bertambah 54,6 ha · Luas lahan pertanian menurun 126,596 ha

Kebijakan pemerintah : RTRK Palur, RTRW Kabupaten Karanganyar, RUTRK-RDTRK IKK Jaten, SK Gubernur SUPPLY · Penghasilan · Luas lahan · Usia · Pendidikan · Pekerjaan · Pajaklahan · Pola pemikiran pemilik lahan · Biaya produksi · Penawaran tinggi daripengusaha

Motivasi penjual lahan pertanian untuk mendukung aktivitas industri

Sumber : Analisis, 2010

Gambar 4.3 Diagram Alir Proses Perubahan commit Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Industri to user di Zona Industri Palur

perpustakaan.uns.ac.id

80 digilib.uns.ac.id

Dalam prosesnya, terjadi pertemuan antara demand dan supply dimana dari sisi demand, preferensi pengusaha dalam berlokasi industri memerlukan lahan untuk membangun pabrik dan dari sisi supply, preferensi pemilik lahan pertanian dalam penjualan lahannya mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi industri. Pengaruh perkembangan industri yang pesat dapat dilihat dari bergesernya mata pencaharian penduduk zona Palur dari sektor pertanian (petani/ buruh tani) ke sektor industri (karyawan pabrik) dan besarnya PDRB yang didapatkan dari sektor industri lebih besar dari sektor pertanian. Sesuai dengan arahan kebijakan pemerintah yang tertuang dalam RTRK, sebelum tahun 1990 masuknya investasi industri di zona Palur justru ditingkatkan dan menjadi salah satu program yang diharapkan mampu meningkatkan pemasukan yang lebih besar bagi pemerintah Kabupaten Karanganyar. Namun ternyata seiring waktu berjalan, perkembangan industri itu ternyata memberi dampak atau menyebabkan pada menyempitnya lahan pertanian produktif. Dengan dikeluarkannya peraturan baru yang tertuang dalam RTRK tahun 19912001 dan diperkuat dengan peraturan-peraturan baru, maka pemberian izin lokasi industri di zona industri Palur dibatasi. Terkait dengan konsep yang dikemukakan oleh Chapin tentang keterkaitan sistem yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan, dapat diterangkan bahwa sistem aktivitas kota diwakili oleh sisi demand, sistem lingkungan dan pengembangan lahan diwakili oleh sisi supply.

4.5

Analisis Faktor Permintaan dan Penawaran yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Industri di Zona Industri Palur Analisis ini digunakan untuk melihat pengaruh pertimbangan pengusaha

dalam pemilihan lokasi industri dan pertimbangan pemilik lahan pertanian dalam penjualan lahannya terhadap penggunaan lahan industri di zona industri Palur. Analisis ini menggunakan analisis faktor untuk melihat faktor-faktor apa saja commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

81 digilib.uns.ac.id

yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi industri di zona industri Palur. 4.3.1

Analisis Faktor Permintaan yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Industri di Zona Industri Palur Pertimbangan lokasi merupakan pertimbangan yang sangat penting untuk

mencapai keberhasilan bagi suatu perusahaan. Dalam usahanya meminimumkan biaya, maka suatu perusahaan salah satunya berusaha untuk memilih lokasi yang tepat. 4.3.1.1 Analisis Input Proses Produksi Variabel awal yang dimasukkan dalam analisis input proses produksi berjumlah 5 variabel. Nilai angka MSA (Measure of Sampling Adequacy) atau Bartlett’s Test (ukuran kecukupan dari sampling yang diambil berada di atas 0,5), maka kumpulan variabel tersebut dapat diproses lebih lanjut. Berdasarkan output analisis faktor, nilai MSA untuk semua variabel yang dimasukkan berada di atas 0,5 sehingga tidak perlu melalui proses reduksi (proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data yang diperoleh.

Tabel 4.2 Variabel Input Proses Produksi yang Berpengaruh terhadap Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Industri di Zona Industri Palur dari Sisi Pengusaha (Permintaan) No 1 2 3 4 5

Variabel Modal Lokasi bahan baku Harga bahan baku Jumlah tenaga kerja Tingkat pendidikan tenaga kerja

MSA 0,678 0, 641 0,645 0,908 0,709

Sumber : Analisis, 2010

Tahap selanjutnya, setelah sejumlah variabel telah terpilih adalah melakukan ekstraksi variabel hingga menjadi satu atau beberapa faktor. Perhitungan pada tahap selanjutnya mencakup tabel perhitungan nilai komunal (communalities), nilai total variansi (totaltovariance commit user explained), matriks komponen

perpustakaan.uns.ac.id

82 digilib.uns.ac.id

(component matrix), dan grafik scree plot. Perhitungan nilai komunal pada tabel hanya menunjukkan hubungan variabel dengan faktor yang akan terbentuk, semakin kecil nilai komunal sebuah variabel, maka semakin lemah hubungannya dengan faktor yang akan tebentuk. Pada analisis tersebut, dapat dilihat bahwa nilai komunal terbesar didapatkan pada variabel lokasi bahan baku dan harga bahan baku, yaitu sebesar 0,942 (lampiran D tabel D.2). Hal ini menunjukkan sekitar 94,2% varians dari variabel-variabel ini dapat dijelaskan oleh faktor yang akan terbentuk. Sedangkan variabel dengan nilai komunal terendah adalah variabel tenaga kerja, yaitu sebesar 0,776 yang berarti bahwa 77,6% varians dari variabel ini dapat dijelaskan oleh faktor yang akan terbentuk. Hasil perhitungan nilai total variansi (lampiran C) yang dijelaskan dalam analisis ini menunjukkan bahwa terdapat dua faktor yang dapat terbentuk. Dua faktor tersebut digunakan karena nilai eigenvalues yang dihasilkan berada di atas 1, namun untuk tiga faktor nilai eigenvalues berada dibawah 1. Untuk memperjelas hasil ekstraksi variabel terpilih menjadi dua faktor ini dapat dilihat melalui grafik scree plot pada lampiran (lampiran D gambar D.1). Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa dari satu sampai dua faktor (garis sumbu component number 1 ke 2), berada di atas angka 1 dari sumbu y (eigenvalues). Berdasarkan gambar tersebut, maka terdapat dua faktor dan paling baik meringkas lima variabel yang ada. Setelah diketahui dua faktor adalah yang paling optimal, maka matrik komponen menunjukkan distribusi kelima variabel tersebut pada dua faktor yang ada. Angka yang terdapat pada faktor ini adalah factor loading, atau besar korelasi antara satu variabel dengan faktor 1 dan faktor 2. Untuk mengetahui suatu variabel masuk atau tidak pada suatu faktor dapat diketahui dari besarnya nilai korelasi variabel, nilai yang paling besar menentukan variabel yang dapat masuk ke suatu faktor dengan mengabaikan tanda positif atau negatif. Berdasarkan hasil perhitungan matrik komponen tersebut, maka variabelvariabel uji dapat dikelompokkan menjadi dua faktor seperti dapat dilihat pada commit user loading tiap variabel. tabel 4.3 berikut yang juga mencakup nilaitofactor

83 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 4.3 Pembagian Komponen Variabel Input Proses Produksi terhadap Perubahan Penggunaan Lahan dari Sisi Permintaan pada Tiap Faktor Sebelum Rotasi Faktor Faktor 1

2

Komponen Variabel Modal Lokasi bahan baku Harga bahan baku Jumlah tenaga kerja Tingkat pendidikan tenaga kerja -

Factor Loading - 0.896 0,747 0,754 -0,769 0,898 -

Sumber : Analisis, 2010

Factor loading yang dihasilkan oleh tiap variabel memiliki angka pembatas (out-off point). Angka pembatas factor loading adalah sebesar 0,55. Jika terdapat factor loading di bawah angka pembatas ini, maka variabel tersebut tidak dapat secara nyata dimasukkan ke dalam salah faktor sehingga perlu untuk dilakukan rotasi faktor. Nilai factor loading beberapa variabel (dengan mengabaikan tanda positif dan negatif) masih ada yang yang berada di bawah angka pembatas (dapat juga dilihat di lampiran D tabel D.3), sehingga selanjutnya perlu dilakukan proses rotasi faktor untuk menunjukkan suatu variabel termasuk ke dalam faktor mana dengan lebih nyata. Hasil perhitungan rotasi faktor didapatkan hasil akhir komponen-komponen yang termasuk dalam suatu faktor berdasarkan besaran faktor loading. Hal ini akan memperlihatkan distribusi variabel yang lebih nyata dan jelas. Tabel 4.4 Pembagian Komponen Variabel Input Proses Produksi terhadap Perubahan Penggunaan Lahan di Zona Industri Palur pada Tiap Faktor Berdasarkan Rotasi Faktor Faktor 1

Komponen Variabel Modal Tk. Pendidikan tenaga kerja Jumlah tenaga kerja 2 Lokasi bahan baku Harga bahan baku commit to user Sumber : Analisis, 2010

Factor Loading 0,928 -0,900 0,872 0,946 0,943

84 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Nilai variabel setelah proses rotasi seluruhnya berada di atas angka pembatas yang ditetapkan (0,55). Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa komponen variabel setelah rotasi lebih dapat dikelompokkan menjadi satu faktor akibat kesamaan ragam yang dimilikinya. Proses penamaan faktor pada bagian ini tidak begitu ditekankan mengingat sebelum proses pengolahan data atau saat pemasukan variabel data telah dikelompokkan kesamaan karakteristik variabel yang terbentuk yaitu faktor input proses produksi. 4.3.1.2 Analisis Faktor Penunjang Proses Produksi Variabel awal yang dimasukkan ke dalam analisis input proses produksi berjumlah 7 variabel. Nilai angka MSA (Measure of Sampling Adequacy) atau Bartlett’s Test (ukuran kecukupan dari sampling yang diambil berada di atas 0,5), maka kumpulan variabel tersebut dapat diproses lebih lanjut. Berdasarkan output analisis faktor, nilai MSA untuk semua variabel yang dimasukkan berada di atas 0,5 sehingga tidak perlu melalui proses reduksi.

Tabel 4.5 Variabel Faktor Penunjang Proses Produksi yang Berpengaruh terhadap Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Industri di Zona Industri Palur dari Sisi Pengusaha (Permintaan) No 1 2 3 4 5 6 7

Variabel Kondisi fisik lahan Ketersediaan air Kelengkapan sarana dan prasarana Aksesibilitas Harga lahan Iklim Sumber energi

MSA 0,798 0,895 0,783 0.794 0,790 0,686

0,728

Sumber : Analisis, 2010

Tahap selanjutnya, setelah sejumlah variabel telah terpilih adalah melakukan ekstraksi variabel hingga menjadi satu atau beberapa faktor. Perhitungan pada tahap selanjutnya mencakup tabel perhitungan nilai komunal (communalities), nilai total variansi (total variance explained), matriks komponen (component matrix), dan grafik scree plot. nilai komunal pada tabel commit to Perhitungan user

85 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

hanya menunjukkan hubungan variabel dengan faktor yang akan terbentuk, semakin kecil nilai komunal sebuah variabel, maka semakin lemah hubungannya dengan faktor yang akan terbentuk. Pada analisis, dapat dilihat bahwa nilai komunal terbesar didapatkan pada variabel kondisi fisik lahan, yaitu sebesar 0,853 (lampiran D tabel D.6). Hal ini menunjukkan sekitar 85,3% varians dari variabel-variabel ini dapat dijelaskan oleh faktor yang akan terbentuk. Sedangkan variabel dengan nilai komunal terendah adalah variabel ketersediaan air, yaitu sebesar 0,445 yang berarti bahwa 44,5% varians dari variabel ini dapat dijelaskan oleh faktor yang akan terbentuk. Hasil perhitungan nilai total variansi (lampiran C) yang dijelaskan dalam analisis ini menunjukkan bahwa terdapat dua faktor yang dapat terbentuk. Dua faktor tersebut digunakan karena nilai eigenvalues yang dihasilkan berada di atas 1, namun untuk lima faktor nilai eigenvalues berada dibawah 1. Untuk memperjelas hasil ekstraksi variabel terpilih menjadi dua faktor ini dapat dilihat melalui grafik scree plot pada lampiran (lampiran D gambar D.2). Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa dari satu sampai dua faktor (garis sumbu component number 1 ke 2). Berada di atas angka 1 dari sumbu y (eigenvalues). Berdasarkan gambar tersebut, maka terdapat dua faktor dan paling baik meringkas tujuh variabel yang ada. Setelah diketahui dua faktor adalah yang paling optimal, maka matrik komponen menunjukkan distribusi ketujuh variabel tersebut pada dua faktor yang ada. Angka yang terdapat pada faktor ini adalah factor loading, atau besar korelasi antara satu variabel dengan faktor 1 dan faktor 2. Untuk mengatahui suatu variabel masuk atau tidak pada suatu faktor dapat diketahui dari besarnya nilai korelasi variabel, nilai yang paling besar menentukan variabel yang dapat masuk ke suatu faktor dengan mengabaikan tanda positif atau negatif. Bedasarkan hasil perhitungan matrik komponen tersebut, maka variabelvariabel uji dapat dikelompokkan menjadi dua faktor seperti dapat dilihat pada tabel 4.6 Berikut yang juga mencakup nilai factor loading tiap variabel. commit to user

86 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 4.6 Pembagian Komponen Variabel Penunjang Proses Produksi terhadap Perubahan Penggunaan Lahan dari Sisi Permintaan pada Tiap Faktor Sebelum Rotasi Faktor Faktor 1

2

Komponen Variabel Kondisi fisik lahan Ketersediaan air Kelengkapan sarana dan prasarana Aksesibilitas Harga lahan Sumber energi Iklim

Factor Loading 0,923 0,583 0,903 0,859 0,889 0,631 0,841

Sumber : Analisis, 2010

Factor loading yang dihasilkan oleh tiap variabel memiliki angka pembatas (out-off point). Angka pembatas factor loading adalah sebesar 0,55. Jika terdapat factor loading di bawah angka pembatas ini, maka variabel tersebut tidak dapat secara nyata dimasukkan ke dalam salah faktor sehingga perlu untuk dilakukan rotasi faktor. Nilai factor loading beberapa variabel (dengan mengabaikan tanda positif dan negatif) masih ada yang yang berada di bawah angka pembatas (dapat juga dilihat di lampiran D tabel D.7), sehingga selanjutnya perlu dilakukan proses rotasi faktor untuk menunjukkan suatu variabel termasuk ke dalam faktor mana dengan lebih nyata. Hasil perhitungan rotasi faktor didapatkan hasil akhir komponen-komponen yang termasuk dalam suatu faktor berdasarkan besaran factor loading. Hal ini akan memperlihatkan distribusi variabel yang lebih nyata dan jelas. Pembagian komponen variabel pada tiap faktor berdasarkan analisis rotasi faktor dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

commit to user

87 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 4.7 Pembagian Komponen Variabel Penunjang Proses Produksi terhadap Perubahan Penggunaan Lahan di Zona Industri Palur pada Tiap Faktor Berdasarkan Rotasi Faktor Faktor 1

2

Komponen Variabel Kelengkapan sarana dan prasarana Aksesibilitas Kondisi fisik lahan Harga lahan Ketersediaan air Iklim Sumber energi

Factor Loading 0,893 0,885 0,867 0,853 0,655 0,858 0,676

Sumber : Analisis, 2010

Nilai variabel setelah proses rotasi seluruhnya berada di atas angka pembatas yang ditetapkan (0,55). Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa komponen variabel setelah rotasi lebih dapat dikelompokkan menjadi satu faktor akibat kesamaan ragam yang dimilikinya. Proses penamaan faktor pada bagian ini tidak begitu ditekankan mengingat sebelum proses pengolahan data atau saat pemasukan variabel data telah dikelompokkan kesamaan karakteristik variabel yang terbentuk yaitu faktor penunjang proses produksi. 4.3.1.3 Analisis Faktor Eksternal Produksi Variabel awal yang dimasukkan ke dalam analisis input proses produksi berjumlah 6 variabel. Nilai angka MSA (Measure of Sampling Adequacy) atau Bartlett’s Test (ukuran kecukupan dari sampling yanng diambil berada di atas 0,5), maka kumpulan variabel tersebut dapat diproses lebih lanjut. Berdasarkan output analisis faktor, nilai MSA untuk semua variabel yang dimasukkan berada di atas 0,5 sehingga tidak perlu melalui proses reduksi. Tabel 4.8 Variabel Faktor Eksternal Proses Produksi yang Berpengaruh terhadap Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Industri di Zona Industri Palur dari Sisi Pengusaha (Permintaan) No 1 2

Variabel Kedekatan dengan CBD commit to user Intervensi pemerintah

MSA 0,888 0,746

perpustakaan.uns.ac.id

3 4 5 6

Sikap penerimaan masyarakat Stabilitas keamanan Sosialisasi RTRK Jangkauan pasar

88 digilib.uns.ac.id

0,783 0,786 0,873 0,733

Sumber : Analisis, 2010

Tahap selanjutnya, setelah sejumlah variabel telah terpilih adalah melakukan ekstraksi variabel hingga menjadi satu atau beberapa faktor. Perhitungan pada tahap selanjutnya mencakup tabel perhitungan nilai komunal (communalities), nilai total variansi (total variance explained), matriks komponen (component matrix), dan grafik scree plot. Perhitungan nilai komunal pada tabel hanya menunjukkan hubungan variabel dengan faktor yang akan terbentuk, semakin kecil nilai komunal sebuah variabel, maka semakin lemah hubungannya dengan faktor yang akan tebentuk. Pada analisis tersebut, dapat dilihat bahwa nilai komunal terbesar didapatkan pada variabel intervensi pemerintah, yaitu sebesar 0,908 (lampiran D tabel D.10). Hal ini menunjukkan sekitar 90,8% varians dari variabel-variabel ini dapat dijelaskan oleh faktor yang akan terbentuk. Sedangkan variabel dengan nilai komunal terendah adalah variabel Kedekatan dengan CBD, yaitu sebesar 0,750 yang berarti bahwa 75% varians dari variabel ini dapat dijelaskan oleh faktor yang akan terbentuk. Hasil perhitungan nilai total variansi (lampiran C) yang dijelaskan dalam analisis ini menunjukkan bahwa terdapat dua faktor yang dapat terbentuk. Dua faktor tersebut digunakan karena nilai eigenvalues yang dihasilkan berada di atas 1, namun untuk empat faktor nilai eigenvalues berada dibawah 1. Untuk memperjelas hasil ekstraksi variabel terpilih menjadi dua faktor ini dapat dilihat melalui grafik scree plot pada lampiran (lampiran D gambar D.3). Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa dari satu sampai dua faktor (garis sumbu component number 1 ke 2). Berada di atas angka 1 dari sumbu y (eigenvalues). Berdasarkan gambar tersebut, maka terdapat dua faktor dan paling baik meringkas enam variabel yang ada. Setelah diketahui dua faktor adalah yang paling optimal, maka matrik commit to user komponen menunjukkan distribusi kelima variabel tersebut pada dua faktor yang

89 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

ada. Angka yang terdapat pada faktor ini adalah factor loading, atau besar korelasi antara satu variabel dengan faktor 1 dan faktor 2. Untuk mengatahui suatu variabel masuk atau tidak pada suatu faktor dapat diketahui dari besarnya nilai korelasi variabel, nilai yang paling besar menentukan variabel yang dapat masuk ke suatu faktor dengan mengabaikan tanda positif atau negatif. Bedasarkan hasil perhitungan matrik komponen tersebut, maka variabelvariabel uji dapat dikelompokkan menjadi dua faktor seperti dapat dilihat pada tabel 4.9 Berikut yang juga mencakup nilai factor loading tiap variabel. Tabel 4.9 Pembagian Komponen Variabel Eksternal Proses Produksi terhadap Perubahan Penggunaan Lahan dari Sisi Permintaan pada Tiap Faktor Sebelum Rotasi Faktor Faktor 1

2

Komponen Variabel Kedekatan dengan CBD Intervensi pemerintah Sikap penerimaan masyarakat Stabilitas keamanan Sosialisasi RTRK Jangkauan pasar -

Factor Loading 0,747 0,786 0,912 0,888 -0,897 -0,704 -

Sumber : Analisis, 2010

Factor loading yang dihasilkan oleh tiap variabel memiliki angka pembatas (out-off point). Angka pembatas factor loading adalah sebesar 0,55. Jika terdapat factor loading di bawah angka pembatas ini, maka variabel tersebut tidak dapat secara nyata dimasukkan ke dalam salah faktor sehingga perlu untuk dilakukan rotasi faktor. Nilai factor loading beberapa variabel (dengan mengabaikan tanda positif dan negatif) masih ada yang yang berada di bawah angka pembatas (dapat juga dilihat di lampiran D tabel D.11), sehingga selanjutnya perlu dilakukan proses rotasi faktor untuk menunjukkan suatu variabel termasuk ke dalam faktor mana dengan lebih nyata. Hasil perhitungan rotasi faktor didapatkan hasil akhir komponen-komponen yang termasuk dalam suatu faktor berdasarkan besaran commit to user factor loading. Hal ini akan memperlihatkan distribusi variabel yang lebih nyata

90 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dan jelas. Pembagian komponen variabel pada tiap faktor berdasarkan analisis rotasi faktor dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.10 Pembagian Komponen Variabel Eksternal Proses Produksi terhadap Perubahan Penggunaan Lahan di Zona Industri Palur pada Tiap Faktor Berdasarkan Rotasi Faktor Faktor 1

2

Komponen Variabel Stabilitas keamanan Sikap penerimaan masyarakat Kedekatan dengan CBD Sosialisasi RTRK Jangkauan pasar Intervensi pemerintah

Factor Loading 0,916 0,877 0,860 -0,721 -0,930 0,904

Sumber : Analisis, 2010

Nilai variabel setelah proses rotasi seluruhnya berada di atas angka pembatas yang ditetapkan (0,55). Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa komponen variabel setelah rotasi lebih dapat dikelompokkan menjadi satu faktor akibat kesamaan ragam yang dimilikinya. Proses penamaan faktor pada bagian ini tidak begitu ditekankan mengingat sebelum proses pengolahan data atau saat pemasukan variabel data telah dikelompokkan kesamaan karakteristik variabel yang terbentuk yaitu faktor eksternal proses produksi.

4.3.2

Analisis

Keterkaitan

Faktor-Faktor

Permintaan

yang

Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Industri di Zona Industri Palur Variabel-variabel terpilih untuk sisi permintaan (sisi preferensi pengusaha tentang lokasi industri) ini pada dasarnya merupakan elemen-elemen dari tiga bagian utama proses produksi yang pasti dilakukan dalam aktivitas industri. Tiga bagian utama tersebut yaitu input, proses, dan output.

commit to user

91 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Input

proses

Faktor input proses produksi · · · · ·

Modal Lokasi bahan baku Harga bahan baku Jumlah tenaga kerja Tk. Pendidikan tenaga kerja

Faktor penunjang faktor produksi · Fisik lahan · Ketersediaan air · Sarana dan prasarana · Aksesibilitas · Harga lahan · Iklim · Sumber energi

output

Faktor eksternal · · · · · ·

Kedekatan dengan CBD Intervensi pemerintah Sikap penerimaan masyarakat Stabilitas keamanan Sosialisasi RTRK Jangkauan pasar

Sumber : Analisis, 2010

Gambar 4.4 Keterkaitan Faktor-Faktor Permintaan yang Berpengaruh terhadap Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Industri di Zona Industri Palur Setiap faktor terbentuk oleh variabel-variabel yang memiliki kesamaan karakteristik yang saling terkait satu sama lain. Keterkaitan antar variabel dapat dilihat dari tingkatan nilai factor loading dari rotasi faktor yang telah dilakukan sebelumnya. Berikut ini akan dijelaskan keterkaitan variabel untuk setiap faktor yang terbentuk. 4.3.2.1 Keterkaitan Faktor Input Proses Produksi Faktor input produksi meliputi modal, lokasi bahan baku, harga bahan baku, jumlah tenaga kerja, dan tingkat pendidikan tenaga kerja. Dari tabel 4.4 terlihat bahwa modal, jumlah tenaga kerja, lokasi bahan baku, harga bahan baku, dan tingkat pendidikan tenaga kerja memiliki keterkaitan yang erat namun relatif commit to user independen dalam membentuk faktor input proses produksi. Modal dan tenaga

92 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

kerja berkorelasi positif dengan faktor input proses produksi yang berarti bahwa modal dan tenaga kerja dalam studi penelitian ini sebagai faktor dominan dalam preferensi lokasi pengusaha. Sebaliknya, lokasi bahan baku, harga bahan baku, dan tingkat pendidikan tenaga kerja berpengaruh secara negatif. Lokasi bahan baku

Harga bahan baku

Modal

Jumlah tenaga kerja

Tk. Pendidikan tenaga kerja

Sumber : Analisis, 2010

Gambar 4.5 Keterkaitan Faktor Input Proses Produksi Bagi sebuah industri, modal akan dipergunakan untuk berbagai keperluan salah satunya adalah untuk membeli bahan baku. Dalam perolehan sumber bahan baku ini tentunya berkaitan juga dengan harga dan lokasi bahan baku. Semakin jauh lokasi bahan baku dari sebuah pabrik, maka akan mempengaruhi harga bahan baku yang pada selanjutnya akan menaikkan biaya opersional sebuah industri. Modal juga akan dipergunakan untuk membayar upah tenaga kerja. Berbicara mengenai tenaga kerja, tidak dapat dilepaskan dari tingkat pendidikannya. Semakin tinggi tingkatan pendidikannya, maka mereka akan bekerja di tingkatan yang lebih tinggi pula (tidak hanya sebagai buruh biasa). Konsekuensi selanjutnya adalah mereka menuntut upah yang lebih tinggi pula. Sehingga dalam hal ini, semakin banyak jumlah tenaga kerja dan semakin tinggi tingkat pendidikan tenaga kerjanya, maka akan menyebabkan modal yang akan dikeluarkan untuk pembayaran upah tenaga kerja juga akan tinggi, dan biaya operasional sebuah industri pun juga akan tinggi. commit to user

93 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Sebagian besar industri yang terdapat di Palur memiliki modal di atas 20 juta (lihat tabel 3.10). Besarnya modal tersebut dapat digunakan untuk memperoleh lahan, mengorganisasi usaha, menyediakan bangunan yang diperlukan, membeli bahan baku, biaya pemeliharaan, pembayaran upah serta kebutuhan lainnya untuk kelanjutan usaha. Lokasi bahan baku dan harga bahan baku memiliki keterkaitan dimana berkat perkembangan teknologi, perolehan bahan baku dan harga bahan baku yang tinggi bukan menjadi salah satu kendala besar dalam aktivitas industri.

Dalam kota 17%

22%

Dalam kota dan luar kota dalam provinsi

17% 44%

Dalam kota dan luar provinsi Luar pulau/ luar negeri

Sumber : Analisis, 2010

Gambar 4.6 Perolehan Sumber Bahan Baku Dari diagram diatas terlihat bahwa jumlah industri yang mendapatkan bahan baku paling banyak berasal dari dalam kota dan luar kota dalam provinsi, yaitu sebanyak 44% dari seluruh jumlah industri yang terdapat di Palur. Lokasi bahan baku ini termasuk dekat jika dibandingkan dengan yang berasal dari luar provinsi, bahkan ada yang berasal dari luar jawa dan luar negeri. Kedekatan lokasi bahan baku ini tentunya menguntungkan pengusaha karena akan memperkecil biaya opresional sebuah industri. Jumlah tenaga kerja di zona industri Palur paling banyak berasal dari sekitar lokasi pabrik yang masih termasuk ke dalam zona industri Palur. Dari jumlah penduduk yang terdapat di Palur, sekitar 45,73% bekerja di sektor industri sebagai buruh industri (lihat tabel 3.5). Pekerja non ahli tetap, dengan tamatan commit to user SLTA (lihat tabel 3.4) dianggap penting terutama pada jenis industri padat karya

94 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

seperti tekstil, jamu dan pembuatan karung, dengan maksud agar sebuah industri mampu memperoleh keuntungan.

luar provinsi

0

Luar kabupaten

11

Luar zona industri dalam kabupaten Sekitar lokasi pabrik dalam zona industri

13 17 0

5

10

15

20

Sumber : Analisis, 2010

Gambar 4.7 Daerah Asal Tenaga Kerja 4.3.2.2 Keterkaitan Faktor Penunjang Proses Produksi Faktor penunjang proses produksi meliputi kondisi fisik lahan, ketersediaan air, sarana dan prasarana pendukung, aksesibilitas, harga lahan, iklim dan sumber energi. Pada tabel 4.7, terlihat bahwa semua variabel memiliki keterkaitan yang erat namun relatif independen dalam membentuk faktor penunjang proses produksi. Semua variabel berkorelasi positif dengan faktor penunjang proses produksi yang berarti bahwa semua variabel dalam studi penelitian ini sebagai faktor yang penting dalam preferensi lokasi pengusaha. Kelengkapan sarana prasarana pendukung, aksesibilitas yang lancar, ketersediaan sumber energi dan air yang cukup, iklim dan kondisi fisik lahan yang baik menjadikan harga lahan dimana sebuah industri/ pabrik berdiri menjadi mahal/ tinggi. Kebutuhan terhadap lahan industri ini, masih tetap dapat dijangkau karena didukung oleh kemampuan industri dalam memperoleh lokasi lahan yang ditunjukkan dengan besarnya modal yang dimiliki, yaitu rata-rata lebih dari 20 juta rupiah. Meskipun iklim terkait dengan musim dan temperatur tidak begitu mempengaruhi aktivitas industri, namun kondisi iklim terkait dengan curah hujan to user akan mendukung ketersediaan air commit yang cukup.

95 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Kondisi fisik lahan

Sumber energi

Sarana prasarana pendukung

Iklim

Harga lahan

Ketersediaan air

Aksesibilitas

Sumber : Analisis, 2010

Gambar 4.8 Katerkaitan Faktor Penunjang Proses Produksi Kondisi fisik lingkungan yang umum sesuai dengan kriteria lokasi industri adalah lokasi yang bebas banjir, bebas longsor dan memiliki kemiringan tanah yang rendah. Namun dengan perkembangan teknologi, hambatan-hambatan dapat diminimalkan. Berdasarkan hasil survey, faktor fisik lingkungan yang sesuai dengan kriteria lokasi industri bagi para pengusaha di zona industri Palur adalah bebas banjir (85%), dan bebas longsor (15%). Terkait dengan kondisi fisik lingkungan, upaya untuk menjaga kondisi lingkungan sekarang ini perlu ditingkatkan mengingat lokasi industri yang berada di dekat lahan pertanian beririgasi teknis yang diharapkan produktif. Perkembangan industri yang begitu pesat dikhawatirkan akan mengganggu keseimbangan fisik alam akibat pencemaran yang dihasilkan industri. Bagi industri-industri yang berorientasi pada pasar, sarana dan prasarana pendukung sangatlah diperlukan. Misalnya bangunan pasar dan pertokoan, halte bagi karyawan, perumahan bagi karyawan, fasilitas kesehatan, fasilitas telekomunikasi, dan fasilitas pengolahan limbah. Kelengkapan sarana dan prasarana ikut menjadi daya tarik bagi pendirian industri. Salah satu upaya untuk meminimalkan biaya perusahaan adalah mengurangi biaya transportasi karyawan. Sehingga dengan tersedianya perumahan yang dekat dengan lokasi industri bagi karyawan terutama bagi penglaju diharapkan juga dapat meminimalkan biaya commit to user transportasi dan disisi lain memberikan kesejahteraan bagi para karyawan

96 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

sehingga meningkatan semangat karyawan dalam bekerja. Untuk fasilitas pengolahan limbah pada saat ini, masih bersifat terpadu, namun keberadaan fasilitas ini menjadi sangat penting untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar lokasi industri.

40 35 30 25 20 15 10 5 0

37

37

37

36

32

30 Sangat penting Penting

31

4

0

4

0

32

43

65

Tidak penting

Sumber : Analisis, 2010

Gambar 4.9 Sarana dan Prasarana Pendukung yang Dikehendaki di Sekitar Lokasi Industri Permintaan lahan industri di zona industri Palur merupakan salah satu refleksi pengaruh perkembangan aktivitas perkotaan. Keterbatasan lahan di pusat kota yang tidak seimbang dengan permintaan menyebabkan pencarian lahan ke luar/ ke daerah pinggiran kota yang sangat potensial, yaitu lahan yang masih luas. Aktivitas industri memerlukan ruang yang luas baik untuk gedung operasional, perkantoran, gudang dan tempat parkir. Lokasi pengembangan industri harus didukung oleh ketersediaan energi listrik berdaya besar. Sumber energi listrik merupakan penggerak utama peralatan industri. Sumber energi yang utama bagi industri-industri di zona industri Palur adalah energi listrik yang dipasok dari PLN. Namun ada beberapa industri yang memiliki cadangan sumber tenaga dari mesin diesel yang mereka usahakan sendiri dengan alasan bahwa listrik pasokan PLN terkadang tidak mencukupi untuk menggerakkan mesin-mesin yang umumnya beroperasi selama 24 jam, sehingga commit to user

97 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

membutuhkan tenaga/ energi listrik tambahan untuk mendukung kegiatan tersebut.

PLN 32% 51%

Pembangkit sendiri/ diesel

17% Sumber : Analisis, 2010

Gambar 4.10 Perolehan Sumber Energi Listrik untuk Aktivitas Industri di Zona Industri Palur Seperti juga listrik, air menjadi salah satu elemen yang sangat penting bagi kelangsungan proses produksi. Selain digunakan dalam proses pengolahan, air juga digunakan untuk media pembuangan limbah industri. Limbah industri yang merupakan sisa-sisa proses pengolahan mengandung zat-zat kimia yang lebih mudah dihilangkan dengan air, terutama untuk industri tekstil.

19% 42% 37%

Air tanah/ permukaan Air PDAM Gabungan

Sumber : Analisis, 2010

Gambar 4.11 Sumber Perolehan Air untuk Aktivitas Industri di Zona Industri Palur Aksesibilitas dalam hal ini berkaitan erat dengan kelancaran proses produksi terutama dalam mengangkut bahan baku sampai mendistribusikan produk ke daerah-daerah lain. Semakin tinggi aksesibilitas berarti semakin mudah pencapaian ke daerah lain. Jangkauan pemasaran menjadi semakin tambah luas commit to user akibat perkembangan teknologi terhadap pengangkutan baik perkembangan

98 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

kendaraan angkutan (sarana angkutan) dan jaringan jalan (prasarana jalan), seperti perkapalan dan angkutan udara yang memudahkan lintas antar daerah. Hal ini tentu saja sangat menguntungkan bagi industri dalam perolehan bahan baku yang sulit didapat di daerah sendiri dan akan memudahkan dalam transaksi eksporimpor dalam skala yang lebih besar. Pembangunan jalan raya memberi dampak terhadap daerah sekitarnya, semakin lebar dan keras jalan yang bersangkutan maka semakin besar dampaknya. Di daerah dampak ini akan tumbuh kegiatan ekonomi yang memanfaatkan jalan raya tersebut. Jalan raya tersebut akan merangsang timbulnya sarana angkutan baru yang mendorong kegiatan ekonomi. Berkaitan dengan kondisi aksesibilitas di zona industri Palur, keberadaan jalan provinsi (arteri primer Palur-Surakarta dan Palur-Sragen) serta jalan kolektor primer

Palur-karanganyar

yang

melintasi

zona

Palur

mengakibatkan

perkembangan industri yang sangat pesat di sepanjang jalan raya. Hal tersebut juga memberi dampak pada terjadi perkembangan aktivitas perekonomian dan mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi industri maupun kegiatan lain. 4.3.2.3 Keterkaitan Faktor Eksternal Produksi Faktor eksternal proses produksi meliputi kedekatan dengan CBD, intervensi pemerintah, sikap penerimaan masyarakat, stabilitas keamanan, sosialisasi RTRK, dan jangkauan pasar. Dari tabel 4.10 terlihat bahwa variabel kedekatan dengan CBD, intervensi pemerintah, sikap penerimaan masyarakat dan stabilitas keamanan memiliki keterkaitan yang erat dalam membentuk faktor penunjang proses produksi. Kedekatan dengan CBD dalam artian industri berlokasi dengan sasaran utama dekat dengan pusat kota sangat penting karena dengan berada dekat dengan CBD yang sarat dengan berbagai fasilitas pelayanan memudahkan interaksi dengan masyarakat untuk mendukung proses produksi. Kemudahan dalam pasar, tentu saja akan mempermudah distribusi pemasaran produk kepada konsumen. Selain itu, lokasi yang dekat dengan pasar akan meminimalkan biaya transportasi. commit to user Namun pada kenyataannya, industri-industri di zona industri Palur telah memiliki

perpustakaan.uns.ac.id

99 digilib.uns.ac.id

pasar tersendiri. Dari keseluruhan industri yang berada di zona industri Palur, sebagian besar produknya dipasarkan di Wilayah Perkotaan Surakarta. Adapun yang juga dipasarkan ke luar pulau/ luar negeri hanya sebagian kecil. Bentuk intervensi pemerintah yang bertujuan untuk mengarahkan industri agar berlokasi disuatu tempat, misalnya untuk pemerataan pembangunan, dorongan maupun larangan tersusun dalam bentuk rencana penggunaan lahan yang berbeda di wilayah nasional, regional, dan lokal. Kebijaksanaan yang dapat menarik para investor adalah Peraturan Daerah yang jelas dan konsisten, serta jelasnya pajak dan dihapuskannya pungutan-pungutan. Sistem birokrasi yang mudah dan sederhana merupakan hal yang sangat diinginkan oleh industri. Bantuan secara finansial bagi para responden tidak begitu penting, maka yang diharapkan adalah kebijaksanaan dan pelaksanaan yang bersifat mendukung. Faktor yang juga dianggap sangat penting adalah sikap penerimaan masyarakat sekitar terhadap kehadiran industri dan stabilitas keamanan daerah yang terjamin. Kondisi lingkungan sosial kemasyarakatan berkaitan erat dengan kelangsungan industri dalam jangka waktu lama. Faktor ini merupakan salah satu faktor yang dibentuk melalui pendekatan-pendekatan dengan melibatkan peran berbagai pihak, baik dari pihak pengusaha, pemerintah, maupun masyarakat itu sendiri. Sejauh ini, sikap penerimaan masyarakat di zona industri Palur terhadap keberadaan industri dipandang positif. Hal ini dapat dilihat dari sisi keuntungan yang sama-sama diperoleh kedua pihak. Sedangkan stabilitas keamanaan dirasa sangat penting terutama berkaitan dengan pengamanan aset perusahaan dan mempengaruhi suasana aktivitas kerja. 4.3.3

Analisis Faktor Penawaran yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Industri di Zona Industri Palur Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan

lahan dari sisi penawaran pemilik lahan pertanian memanfaatkan hasil dari analisis kualitatif terhadap kajian literatur. Selanjutnya, jawaban dari setiap to user kuisioner tersebut diolah dengancommit metode analisis faktor sehingga didapatkan

perpustakaan.uns.ac.id

100 digilib.uns.ac.id

faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan dari sisi penawaran (pemilik lahan). Variabel awal yang dimasukkan adalah tahap ini berjumlah 9 variabel. Nilai angka MSA (Measure of Sampling Adequecy) atau Bartlett’s Test dari sampling yang diambil berada diatas 0,5. Sehingga kumpulan variabel tersebut dapat diproses lebih lanjut.

Tabel 4.11 Variabel Penawaran yang Berpengaruh Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Industri di Zona Industri Palur dari Sisi Pemilik Lahan Pertanian (Penawaran) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Variabel Penghasilan Luas lahan Usia Pendidikan Pekerjaan Pajak lahan Pola pemikiran pemilik lahan Biaya produksi Penawaran tinggi dari pengusaha

MSA 0,842 0,531 0,717 0,796 0,719 0,524 0,901 0,726 0,605

Sumber : Analisis, 2010

Tahap selanjutnya, setelah sejumlah variabel telah terpilih adalah melakukan ekstraksi variabel hingga menjadi satu atau beberapa faktor. Perhitungan pada tahap selanjutnya mencakup tabel perhitungan nilai komunal (communalities), nilai total variansi yang dijelaskan (total variance explained), matriks komponen (component matrix), dan grafik scree plot. Perhitungan nilai komunal pada tabel hanya menunjukkan hubungan variabel dengan faktor yang akan terbentuk. Semakin kecil nilai komunal, maka semakin lemah hubungannya dengan faktor yang akan terbentuk. Pada analisis tersebut, dapat dilihat bahwa nilai komunal terbesar didapatkan pada variabel pekerjaan, yaitu sebesar 0,915 (lampiran D tabel D.14). Ini menunjukkan sekitar 91,5% varians dari variabel ini dapat dijelaskan oleh faktor yang akan terbentuk. Sedangkan variabel dengan nilai komunal terendah commit to user

101 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

adalah variabel biaya produksi, yaitu sebesar 0,477 yang berarti bahwa 47,7% varians dari variabel ini dapat dijelaskan oleh faktor yang akan terbentuk. Hasil perhitungan nilai total variansi (lampiran C) yang dijelaskan dalam analisis ini menunjukkan bahwa terdapat tiga faktor yang dapat terbentuk. Tiga faktor tersebut digunakan karena nilai eigen (eigenvalues) yang dihasilkan di atas 1, namun untuk ke enam faktor atau lebih nilai eigen di bawah 1. Untuk memperjelas hasil ekstraksi variabel terpilih menjadi tiga faktor ini dapat dilihat melalui grafik scree plot pada lampiran (lampiran D gambar D.4). Dari gambar tersebur dapat dilihat bahwa dari satu sampai tiga faktor (garis sumbu komponen 1 ke 3) berada di atas angka 1 dari sumbu y (eigenvalues). Berdasarkan gambar tersebut, maka terdapat tiga faktor dan paling baik untuk meringkas sembilan variabel yang ada. Setelah diketahui tiga faktor adalah jumlah yang paling optimal, maka matrik komponen menunjukkan distribusi kesembilan variabel tersebut pada tiga faktor yang ada. angka yang terdapat pada faktor ini adalah factor loading, atau besar korelasi antara satu variabel dengan faktor 1, faktor 2, dan faktor 3. Untuk mengetahui suatu variabel masuk atau tidak pada suatu faktor dapat diketahui dari besarnya nilai korelasi variabel. Nilai yang paling besar menentukan variabel yang dapat masuk ke suatu faktor dengan mengabaikan tanda positif dan negatif. Berdasarkan hasil perhitungan matrik komponen tersebut, maka variabelvariabel uji dapat dikelompokkan mejadi tiga faktor seperti dapat dilihat pabel di bawah ini, yang juga mencakup nilai factor loading tiap variabel.

Tabel 4.12 Pembagian Komponen Variabel Penawaran yang Berpengaruh terhadap Perubahan Penggunaan Lahan dari Sisi Penawaran pada Tiap Faktor Sebelum Rotasi Faktor Faktor 1

Komponen Variabel Penghasilan Usia Pendidikan Pekerjaan Pola pemikiran pemilik lahan commit to user Biaya produksi

Factor Loading 0,882 0,815 -0,776 -0,871 0,786 0,600

102 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2

Luas lahan Penawaran tinggi dari pengusaha Pajak lahan

3

0,615 -0,562 0,687

Sumber : Analisis, 2010

Factor loading yang dihasilkan oleh tiap variabel memiliki angka pembatas (out-off point). Angka pembatas factor loading adalah sebesar 0,55. Jika terdapat factor loading di bawah angka pembatas ini, maka variabel tersebut tidak dapat secara nyata dimasukkan ke dalam salah satu faktor sehingga perlu untuk dilakukan rotasi faktor. Dari tabel di atas, nilai factor loading beberapa variabel (dengan mengabaikan tanda positif dan negatif) masih ada yang yang berada di bawah angka pembatas (dapat juga dilihat di lampiran D tabel D.15), sehingga selanjutnya perlu dilakukan proses rotasi faktor untuk menunjukkan suatu variabel termasuk ke dalam faktor mana dengan lebih nyata. Hasil perhitungan rotasi faktor didapatkan hasil akhir komponen-komponen yang termasuk dalam suatu faktor berdasarkan besaran factor loading. Hal ini akan memperlihatkan distribusi variabel yang lebih nyata dan jelas. Pembagian komponen variabel pada tiap faktor berdasarkan analisis rotasi faktor dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.13 Pembagian Komponen Variabel Penawaran yang Berpengaruh terhadap Perubahan Penggunaan Lahan dari Sisi Penawaran pada Tiap Faktor Berdasarkan Rotasi Faktor Faktor 1

2

3

Komponen Variabel Pekerjaan Usia Pola pemikiran pemilik lahan Pendidikan Penghasilan Luas lahan Penawaran tinggi dari pengusaha Biaya produksi Pajak lahan

Sumber : Analisis, 2010

commit to user

Factor Loading -0,938 0,867 0,758 -0,707 0,648 0,883 -0,700 0,528 0,921

103 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Nilai variabel setelah proses rotasi seluruhnya berada di atas angka pembatas yang ditetapkan (0,55). Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa komponen variabel setelah rotasi lebih dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor akibat kesamaan ragam yang dimilikinya. Proses selanjutnya adalah proses penamaan faktor berdasarkan variabel yang terbentuk, yaitu : ·

Faktor 1, yang terdiri dari variabel pekerjaan, usia, pola pemikiran pemilik lahan, pendidikan, dan penghasilan dapat dinamakan faktor internal pemilik lahan pertanian

·

Faktor 2, terdiri dari luas lahan, biaya produksi, dan penawaran yang tinggi dari para pengusaha, dapat dinamakan faktor pertimbangan ekonomis

·

Faktor 3, terdiri dari pajak lahan dinamakan faktor intervensi pemerintah. Fator-faktor yang terbentuk ini berfungsi untuk melihat sejauh mana

pertimbangan pemilik lahan pertanian (preferensi penjualan lahan pertanian) berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan industri di zona industri Palur dari sisi penawaran. 4.3.4

Analisis

Keterkaitan

Faktor-Faktor

Penawaran

yang

Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Industri di Zona Industri Palur Faktor-faktor penawaran yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan pada dasarnya meliputi dua aspek, yaitu aspek internal dan aspek eksternal. Aspek internal ini meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan pola pemikiran masyarakat yang berkembang tentang pekerjaan. Sedangan aspek eksternal meliputi luas lahan, biaya produksi, pajak lahan, dan penawaran yang tinggi dari pengusaha. Berdasarkan

hasil

analisis

faktor,

variabel-variabel

tersebut

dikelompokkan menjadi tiga faktor. Faktor yang pertama yaitu faktor internal pemilik lahan pertanian yang meliputi pekerjaan, usia, pola pemikiran pemillik lahan pertanian, pendidikan dan penghasilan. Faktor kedua adalah faktor commit to user pertimbangan ekonomis yang meliputi luas lahan, biaya produksi, dan penawaran

104 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

yang tinggi dari pengusaha. Sedangkan faktor yang ketiga yaitu faktor intervensi pemerintah yang meliputi pajak lahan. Seperti halnya pada faktor-faktor permintaan, setiap faktor terbentuk oleh variabel-variabel yang memiliki kesamaan karakteristik yang terkait satu sama lain. Keterkaitan antar variabel dapat dilihat dari tingkatan nilai factor loading hasil dari rotasi faktor yang telah dilakukan sebelumnya. Berikut ini akan dijelaskan keterkaitan variabel untuk setiap faktor yang terbentuk. 4.3.4.1 Keterkaitan Faktor Internal Pemilik Lahan Pertanian Dari tabel 4.13, terlihat bahwa pekerjaan, usia, pola pemikiran pemilik lahan, pendidikan, dan penghasilan memiliki katerkaitan yang erat dalam membentuk faktor internal pemilik lahan pertanian. Berbicara mengenai pekerjaan tidak bisa dilepaskan dari latarbelakang pendidikannya. Mereka yang berpendidikan tinggi umumnya berkeja pada posisi atau jabatan yang lebih tinggi pula. Konsekuensi selanjutnya adalah mereka menuntut penghasilan yang tinggi juga. Sehingga dalam hal ini, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan memang saling terkait. Mereka yang berpendidikan tinggi dan berusia muda umumnya lebih berfikir maju dan terbuka mengenai pekerjaan. Umumnya mereka yang berusia muda dengan tingkat pendidikan yang tinggi tidak mau bekerja sebagai petani dan berniat alih pekerjaan ke sektor industri. Ternyata dalam hal ini, usia dan pendidikan berkaitan dengan pembentukan pola pikir petani dalam menjual lahan pertanian mereka kepada pengusaha.

Pendidikan

Pekerjaan

Pola pikir

Usia

Penghasilan

Sumber : Analisis, 2010

Gambar 4.12 Keterkaitan Faktor Internal Pemilik Lahan Pertanian commit to user

105 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Usia dan pendidikan berkaitan erat dengan pembentukan pola pemikiran dalam pertimbangan keputusan penjualan lahan. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari responden melalui tanya jawab, responden tersebut menjual lahan pertanian mereka pada saat usia mereka masih muda yaitu kisaran usia 30-40 tahun dan rata-rata tingkat pendidikan responden adalah tamatan SMP. Dalam hal ini, mereka yang berusia muda cenderung lebih berfikiran terbuka dan maju daripada usia tua yang cenderung konservatif. Pekerjaan sebagai petani umumnya mendapatkan penghasilan tergantung dari hasil panen. Padahal hasil panen juga tidak pasti karena faktor-faktor alam yang sering membuat hasil panen tidak tentu. Setelah pemilik lahan menjual tanahnya untuk kepentingan industri, mereka mendapatkan keuntungan dari penjualan tanah serta mendapatkan keuntungan lain yaitu mendapatkan kesempatan kerja sebagai buruh pabrik yang dapat memberikan penghasilan lebih besar daripada bertani. Dari hasil kuisioner yang diberikan kepada 30 responden, sekitar 70% menyatakan bahwa pendapatannya meningkat setelah menjual lahannya kepada pengusaha (dapat dilihat di rekapan hasil kuisioner). Beberapa dari responden memberikan keterangan bahwa sebagian dari hasil penjualan lahan mereka, mereka investasikan kembali ke dalam bentuk sawah/ lahan pertanian dengan cara membeli tanah/ sawah di tempat lain. Mereka yang dulunya berkesempatan bekerja sebagai buruh pabrik dan masih memiliki tanah sawah kembali lagi menggarap sawah setelah usia bertambah dan tenaga berkurang serta tidak lagi bekerja di pabrik.

15 10

11 8

9

5

2

0 31-40

41-50

51-60

>60

Sumber : Analisis, 2010

Gambar 4.13 Tingkat Usia Responden commit Pemilik to user Lahan Pertanian di Zona Industri Palur

106 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4.3.4.2

Keterkaitan Faktor Pertimbangan Ekonomis Didalam faktor pertimbangan ekonomis terdapat keterkaitan luas lahan,

biaya produksi, dan penawaran yang tinggi dari pengusaha. Bagi pemilik lahan pertanian yang memiliki lahan luas kemungkinan besar antara keuntungan yang didapatkan lebih besar daripada biaya produksi yang dikeluarkan. Namun berbeda sebaliknya dengan kondisi bagi pemilik lahan pertanian yang tidak luas.

30

26

20 10

3

1

0 100-1.000 m2 1.001-10.000 m2

>10.000 m2

Sumber : Analisis, 2010

Gambar 4.14 Luas Lahan Pertanian Responden Sebelum Dijual Kepada Pengusaha Dari gambar 4.14 diatas dapat dilihat bahwa jumlah pemilik lahan pertanian yang memiliki lahan di atas satu hektar sangat sedikit dan yang paling banyak menjual lahan pertaniannya adalah meraka yang memiliki lahan di kurang dari satu kektar. Hal ini dapat diperjelas dari hasil rekapitulasi kuisioner bahwa biaya produksi ikut menjadi salah satu pertimbangan penjualan lahan pertanian. 30

25

20 10

5

0 ya

tidak

Sumber : Analisis, 2010

Gambar 4.15 Pengaruh Biaya Produksi terhadap Pertimbangan Penjualan commit to user Lahan Pertanian

107 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Kondisi ini kemudian didukung dengan adanya penawaran yang tinggi dari penguasaha kepada pemilik lahan pertanian agar mereka berkenan menjual lahan pertanian mereka. Selain penawaran harga yang tinggi, kesempatan agar dapat bekerja di sektor pabrik juga ditawarkan oleh pengusaha kepada pemilik lahan pertanian. 27

30 20 10

3

0 ya

tidak

Sumber : Analisis, 2010

Gambar 4.16 Pengaruh Penawaran Pengusaha terhadap Motivasi Penjualan Lahan Pertanian

Luas lahan

Biaya produksi

Penawaran yang tinggi dari pengusaha Sumber : Analisis, 2010

Gambar 4.17 Katerkaitan Faktor Pertimbangan Ekonomis 4.3.4.3 Keterkaitan Faktor Intervensi Pemerintah Faktor intervensi pemerintah berkaitan dengan kepemilikan lahan adalah pajak lahan atau yang lebih kita kenal dengan Pajak Bumi dan Bangunan. Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan ini berdasarkan kelas-kelas luas tanah yang telah ditetapkan dan bangunan dimana semakin luas tanahnya maka pajak yang dikenakan juga semakin tinggi. Berdasarkan hasil kuisioner, motivasi responden dalam penjualan lahannya akibat pajak lahan yang dikenakan commit to user berkorelasi positif, yang berarti

108 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dengan adanya pajak lahan bagi sebagian besar responden menjadi pemicu dalam penjualan lahannya kepada pengusaha.

30

27

20 10

3

0 ya

tidak

Sumber : Analisis, 2010

Gambar 4.18 Pengaruh Pajak Lahan terhadap Motivasi Penjualan Lahan Pertanian 4.4

Faktor-Faktor

Penentu

yang

Mempengaruhi

Perubahan

Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri di Zona Industri Palur Perkembangan aktivitas industri dan investasi wilayah perkotaan Surakarta ke zona industri Palur membutuhkan lahan untuk mewadahi aktivitasnya. Kebutuhan terhadap lahan industri tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang merupakan preferensi lokasi industri oleh pengusaha. Berdasarkan analisis-analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat diketahui bahwa faktor-faktor preferensi pengusaha itu antara lain faktor input proses produksi dengan bobot faktor 0,917 (yang berarti bahwa faktor input proses produksi mempengaruhi perubahan pernggunaan lahan sebesar 91,7%), faktor penunjang proses produksi dengan bobot 0,812 (yang berarti bahwa faktor penunjang proses produksi mempengaruhi perubahan pernggunaan lahan sebesar 81,2%), dan faktor eksternal proses produksi dengan bobot 0,717 (yang berarti bahwa faktor eksternal proses produksi mempengaruhi perubahan pernggunaan lahan sebesar 71,7%). Adapun sejumlah variabel yang membentuk ketiga faktor tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4, tabel 4.7, tabel 4.10. Variabel-variabel terpilih untuk sisi permintaan (sisi preferensi pengusaha tentang lokasi industri) ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Apple, Harding, Smith, Sofyan commit to user

109 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Assauri dan Kartasapoetra yang diadaptasi dari Iskandar, 1998 yang dapat dilihat pada tabel 2.2 atau sub bab 2.3.2. Variabel-variabel terpilih tersebut pada dasarnya merupakan elemen-elemen dari tiga bagian utama sistem proses produksi yang pasti dilakukan dalam aktivitas industri, yaitu input, proses dan output. Pengolahan dengan analisis faktor dilakukan secara terpisah sesuai dengan hasil pengelompokan tersebut. Semua faktor memliki keterkaitan yang sangat erat karena ketiga faktor merupakan faktor-faktor utama proses kegiatan/ aktivitas industri yang sangat vital bagi eksistensi industri. Kebutuhan terhadap lahan industri ini didukung oleh kemampuan industri dalam memperoleh lokasi lahan yang ditunjukkan dengan besarnya modal yang dimiliki, yaitu rata-rata lebih dari 20 juta rupiah. Selain itu, penduduk di zona industri Palur yang bekerja sebagai buruh industri di zona industri tersebut sebesar 45,73% dari keseluruhan penduduk yang bekerja, sedangkan sumbangan PDRB yang diberikan oleh keberadaan industri sebesar 52,08%. Faktor preferensi lokasi industri ini mewakili faktor dari sisi demand dalam keterkaitan sistem yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri di zona industri Palur. Disisi lain pengaruh karakteristik penawaran yang meliputi keterkaitan antara sistem pengembangan dan sistem lingkungan menjadi pendorong berubahnya

penggunaan

lahan.

Sistem

pengembangan

berupa

arahan

pengembangan industri yang tertuang dalam RTRW Kabupaten Karanganyar, RTRK Palur, RUTRK-RDTRK IKK Jaten, dan SK Gubernur Jawa Tengah serta motivasi penjualan lahan oleh pemilik lahan pertanian. Faktor-faktor motivasi penjualan lahan oleh pemilik lahan pertanian ini meliputi faktor internal pemillik lahan pertanian dengan bobot faktor 0,783 (yang berarti bahwa faktor internal pemilik lahan pertanian mempengaruhi perubahan pernggunaan lahan sebesar 78,3%), faktor pertimbangan ekonomis dengan bobot 0,703 (yang berarti bahwa faktor pertimbangan ekonomis mempengaruhi perubahan pernggunaan lahan sebesar 70,3%), dan faktor intervensi pemerintah dengan bobot 0,921 (yang berarti

bahwa

faktor

intervensi pemerintah mempengaruhi perubahan commit to user pernggunaan lahan sebesar 92,1%). Adapun sejumlah variabel yang membentuk

110 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

ketiga faktor tersebut dapat dilihat pada tabel 4.13. Variabel-variabel terpilih untuk sisi penawaran (sisi preferensi pemilik lahan pertanian) sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mather,1986 dan Gasson,1973 dalam Healey dan Ilbery, 1990 : 190-192 yang dapat dilihat pada tabel 2.3 atau sub bab 2.3.3. Ketiga faktor ini mempengaruhi pola pemikiran pemilik lahan dalam menjual lahannya. Dengan tanpa mengelompokkan variabel terpilih terlebih dahulu, telah didapatkan hasil pengelompokan yang telah sesuai berdasarkan kesamaan karakteristik antara variabel terpilih. Perubahan penggunaan lahan muncul sebagai akibat dari interaksi antara permintaan dan penawaran lahan. Dengan mengetahui faktor-faktor permintaan dan penawaran lahan di zona industri Palur diharapkan dapat memberikan usulan pengembangan zona industri Palur khususnya pengembangan aktivitas industri. Untuk mengetahui lebih jelas proses beserta keterkaitan perubahan penggunaan lahan di zona industri Palur dapat dilihat pada gambar 4.19.

commit to user

111 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Sistem aktivitas industri

· · · · ·

Kemampuan industri · Modal > 20 juta rupiah · Menyerap tenaga kerja 45,73% dari keseluruhan penduduk yang bekerja · Sumbangan PDRB dari sektor industri sebesar 52,08%

Faktor input proses produksi Modal Lokasi bahan baku Harga bahan Jumlah tenaga kerja Tk. Pendidikan tenaga kerja

Faktor penunjang faktor produksi · Fisik lahan · Ketersediaan air · Sarana dan prasarana · Aksesibilitas · Harga lahan · Iklim · Sumber energi

· · · · · ·

Faktor eksternal Kedekatan dengan CBD Intervensi pemerintah Sikap penerimaan masyarakat Stabilitas keamanan Sosialisasi RTRK Jangkauan pasar

Penyebab perubahan penggunaan lahan

· · · · ·

Sistem pengembangan RTRW Kabupaten Karanganyar (Review 2006) RTRK zona Palur 19912001 RUTRK-RDTRK IKK Jaten SK Gubernur Jawa Tengah Motivasi penjualan lahan oleh pemilik lahan pertanian

Usulan pengembangan

·

Karakteristik penawaran lahan ·

Perubahan penggunaan lahan, luas lahan pertanian menyusut 126,596 Ha dan luas lahan industri bertambah 54,6 Ha Harga lahan dari tahun 1991 sampai tahun 2010 terus meningkat (lihat tabel 3.8)

Sumber : Analisis 2010

Gambar 4.19 Keterkaitan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadicommit LahantoIndustri user di Zona Industri Palur

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB 5 PENUTUP

5.4 Kesimpulan Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri yang telah dilakukan memberikan penjelasan bagaimana pengaruh permintaan aktivitas industri terhadap lahan dan penawaran lahan dari pemilik lahan pertanian. Beberapa temuan studi yang berkaitan dengan fenomena perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi industri yang terjadi di zona industri Palur adalah sebagai berikut: 1. Perkembangan aktivitas perkotaan Pertumbuhan kota Surakarta sebagai pusat pertumbuhan dalam kawasan strategis SuBoSuka mengakibatkan terjadinya perkembangan aktivitas kota ke daerah-daerah di sekitarnya, termasuk ke zona industri Palur, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar yang lokasinya berbatasan dengan kota Surakarta. Akibat selanjutnya adalah terjadi perubahan baik secara fisik maupun non-fisik. Perubahan secara fisik tersebut dapat terlihat dari perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi non-pertanian yang salah satunya adalah untuk penggunaan lahan industri. Luas lahan pertanian selama kurang lebih dua puluh tahun mengalami penyusutan sebesar 126,596 Ha, dan disisi lain luas lahan industri mengalami peningkatan sebesar 54,6 Ha. Perubahan luas lahan pertanian di zona industri Palur memang tidak seluruhnya beralih fungsi menjadi lahan industri, namun juga beralih untuk guna lahan perumahan, perdagangan, dan jasa. Meskipun demikian, alih fungsi lahan dari penggunaan pertanian menjadi industri tetap menjadi fokus penelitian karena ada indikasi penyimpangan dari peraturan yang telah ditetapkan. Perubahan luas lahan ini menunjukkan bahwa permintaan aktivitas industri di zona industri Palur lebih tinggi dari permintaan aktivitas pertanian. Salah satu temuan studi dari analisis perubahan penggunaan lahan lahan commit to userindustri yang tidak sesuai dengan adalah besarnya luas lahan untuk aktivitas

112

perpustakaan.uns.ac.id

113 digilib.uns.ac.id

arahan, salah satunya adalah arahan dalam RTRK Palur. Dalam kasus ini telah terjadi peyimpangan luas dan lokasi industri dari yang telah ditetapkan dalam RTRK Palur. Jika mengacu pada teori Losch dan Weber, lokasi industri di zona industri Palur dirasa oleh industri dapat memberikan keuntungan karena lokasinya yang strategis. Sehingga tidaklah mengherankan jika banyak industri yang menginginkan berlokasi di zona industri Palur. Karena di zona industri Palur sebagai daerah pinggiran masih terdapat cukup luas lahan non terbangun (persawahan), maka alih fungsi lahan dari pertanian menjadi industri untuk mendukung permintaan yang ada tidak dapat dihindarkan. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan Koestoer dalam Iskandar (1997:3-4), hall (1996:241-242, dan Bachriadi (1997:2). Sedangkan perubahan non-fisiknya terlihat dari lifestile/ gaya hidup dan karakteristik kegiatan masyarakat di zona industri Palur yang menjadi kekotaan, salah satunya terlihat dari mata pencaharian masyarakat di zona industri Palur yang bergeser dari sektor pertanian ke sektor industri dan besarnya PDRB yang didapatkan dari sektor industri lebih besar dari sektor pertanian. Masyarakat yang bekerja di sektor industri adalah sebanyak 6736 jiwa, dan masyarakat yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 2430 jiwa. Sumbangan PDRB dari sektor industri (ADHB) adalah 52,08 %, sedangkan sumbangan PDRB dari sektor pertanian (ADHB) 20,08%. 2. Proses perkembangan aktivitas industri dan perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi industri Adapun dalam proses perubahannya, terjadi pertemuan antara demand dan supply dimana dari sisi demand, preferensi pengusaha dalam berlokasi industri memerlukan lahan untuk membangun pabrik dan dari sisi supply, preferensi pemilik lahan pertanian dalam penjualan lahannya mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi industri. Terkait dengan konsep yang dikemukakan oleh Chapin, dapat diterangkan bahwa sistem aktivitas kota diwakili oleh sisi demand, sistem lingkungan dan user pengembangan lahan diwakilicommit oleh sisitosupply.

114 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

DEMAND Faktor input proses produksi · Modal · Lokasi bahan baku · Harga bahan baku · Jumlah tenaga kerja · Tk. Pendidikan tenaga kerja

Faktor penunjang faktor produksi · Fisik lahan · Ketersediaan air · Sarana dan prasarana · Aksesibilitas · Harga lahan · Iklim · Sumber energi

Faktor eksternal · Kedekatan dengan CBD · Intervensi pemerintah · Sikap penerimaan masyarakat · Stabilitas keamanan · Sosialisasi RTRK · Jangkauan pasar

Perkembangan aktivitas industri : · Penduduk yang bekerja di sektor industri 6736 orang · Penduduk yang bekerja di sektor pertanian 2430 orang · PDRB dari sektor industri (ADHB) 52,08 % · PDRB dari sektor pertanian (ADHB) 20,08%

Kebutuhan lahan untuk pembangunan industri

Perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi industri : · Luas lahan industri bertambah 54,6 ha · Luas lahan pertanian menurun 126,596 ha

Kebijakan pemerintah : RTRK Palur, RTRW Kabupaten Karanganyar, RUTRK-RDTRK IKK Jaten, SK Gubernur SUPPLY · Penghasilan · Luas lahan · Usia · Pendidikan · Pekerjaan · Pajaklahan · Pola pemikiran pemilik lahan · Biaya produksi · Penawaran tinggi daripengusaha

Motivasi penjual lahan pertanian untuk mendukung aktivitas industri

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

115 digilib.uns.ac.id

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri di zona industri Palur ·

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri dari sisi permintaan, yaitu sebagai berikut: a. Faktor input proses produksi, dengan bobot 0,917 yang berarti bahwa faktor input proses produksi mempengaruhi perubahan pernggunaan lahan sebesar 91,7%. b. Faktor penunjang proses produksi, dengan bobot 0,812 yang berarti bahwa faktor penunjang proses produksi mempengaruhi perubahan pernggunaan lahan sebesar 81,2%. c. Faktor eksternal proses produksi, dengan bobot 0,717 yang berarti bahwa faktor eksternal proses produksi mempengaruhi perubahan pernggunaan lahan sebesar 71,7%.

Adapun sejumlah variabel yang membentuk ketiga faktor tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4, tabel 4.7, tabel 4.10. Variabel-variabel terpilih untuk sisi permintaan (sisi preferensi pengusaha tentang lokasi industri) ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Apple, Harding, Smith, Sofyan Assauri dan Kartasapoetra yang diadaptasi dari Iskandar, 1998 yang dapat dilihat pada tabel 2.2 atau sub bab 2.3.2. Variabel-variabel terpilih tersebut pada dasarnya merupakan elemen-elemen dari tiga bagian utama sistem proses produksi yang pasti dilakukan dalam aktivitas industri, yaitu input, proses dan output. Pengolahan dengan analisis faktor dilakukan secara terpisah sesuai dengan hasil pengelompokan tersebut. ·

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri dari sisi penawaran, yaitu sebagai berikut: a. Faktor internal pemilik lahan, dengan bobot 0,783 yang berarti bahwa faktor internal pemilik lahan pertanian mempengaruhi perubahan pernggunaan lahan sebesar 78,3%. b. Faktor pertimbangan ekonomis, dengan bobot 0,703 yang berarti bahwa faktor pertimbangan ekonomis mempengaruhi perubahan commit to user pernggunaan lahan sebesar 70,3%.

116 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

c. Faktor intervensi pemerintah, dengan bobot 0,92 yang berarti bahwa faktor intervensi pemerintah mempengaruhi perubahan pernggunaan lahan sebesar 92,1%. Adapun sejumlah variabel yang membentuk ketiga faktor tersebut dapat dilihat pada tabel 4.13. Variabel-variabel terpilih untuk sisi penawaran (sisi preferensi pemilik lahan pertanian) ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Mather,1986 dan Gasson,1973 dalam Healey dan Ilbery, 1990 : 190-192 yang dapat dilihat pada tabel 2.3 atau sub bab 2.3.3. Ketiga faktor ini mempengaruhi pola pemikiran pemilik lahan dalam menjual lahannya. Dengan tanpa mengelompokkan variabel terpilih terlebih dahulu, telah didapatkan hasil pengelompokan yang telah sesuai berdasarkan kesamaan karakteristik antara variabel terpilih.

5.5 Kelemahan Studi Studi yang telah dilakukan ini memiliki keterbatasan dan kelemahan, yaitu : 1. Jumlah sampel responden pengusaha tidak dibedakan berdasarkan jenis industrinya (dianggap homogen) dan sampel yang diambil tidak berdasarkan unit per desa mengingat sebaran industri per desa tidak sama. 2. Data mengenai pemilik lahan pertanian yang pernah menjual lahannya untuk kepentingan industri sangat terbatas, sehingga pengambilan sampel pemilik lahan pertanian dalam studi ini hanya terbatas pada standar minimal distribusi normal yaitu sebanyak 30 responden. Dalam studi ini ciri-ciri dari populasi dianggap homogen, yaitu responden pemilik lahan pertanian yang hanyamenjual lahnnya untuk kepentingan industri.

commit to user

117 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

5.6 Rekomendasi 5.6.1

Rekomendasi Bagi Rencana Guna Lahan Dilihat dari faktor penyebab perubahan, terjadinya perubahan

penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri di zona industri Palur disebabkan pengaruh aktivitas industri yang berorientasi pada keuntungan ekonomi, yaitu mencari lokasi yang paling menguntungkan bagi usahanya. Permintaan yang tinggi terhadap lahan industri di zona industri Palur menunjukkan besarnya investasi industri ke zona tersebut. Besarnya investasi industri yang masuk ini hendaknya telah diantisipasi dengan penyediaan lahan yang sesuai dengan kriteria lokasi industri. Berkaitan dengan fenomena perubahan penggunaan lahan di zona industri Palur, berdasarkan temuan studi yang dihasilkan dari penelitian ini, maka dapat dirumuskan beberapa masukan atau rekomendasi untuk kesempurnaan produk rencana pengguna lahan dimasa mendatang, yaitu: 1. Pengendalian perubahan pengguna lahan Pada lokasi studi, dimungkinkan untuk tetap konsisten terhadap RTRK Palur 1991-2001. Untuk mempertahankan lahan pertanian produktif di zona industri Palur,

perkembangan

industri

baru

diarahkan

ke

kawasan

industri

Gondangrejo yang tentunya juga ditunjang dengan fasilitas berupa infrastruktur dan masterplan nya sehingga kawasan industri yang baru dapat mengakomodasi segala kepentingan industri. Industri yang telah ada dan telah dibatasi sesuai peraturan yang telah ditetapkan, perkembangannya harus berwawasan lingkungan. Selanjutnya diperlukan RTRK Palur yang baru untuk memperbaharui RTRK yang lama. Di dalam penyusunan RTRK yang baru diharapkan dapat mengevaluasi gejala perubahan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kondisi eksisting, sehingga apabila terrjadi perubahan yang cenderung menyimpang akan segera diantisipasi. 2. Pengendalian penyebab perubahan penggunaan lahan Penyebab perubahan penggunaan lahan berdasarkan faktor-faktor yang telah dijelaskan sebelumnya memberi penjelasan bahwa permintaan yang besar commit potensi to user besar yang dimiliki zona industri terhadap lahan menunjukkan adanya

118 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Palur, sehingga menjadi daya tarik bagi pengusaha industri untuk mendirikan pabriknya di lokasi tersebut. Permintaan lahan yang besar tersebut menyebabkan terjadinya penawaran lahan oleh pemilik lahan pertanian sehingga perubahan penggunaan lahan pun terjadi. Hal tersebut sulit dicegah, namun dapat diarahkan dengan melaksanakan sosialisasi terhadap peraturan, program, dan kebijakan dengan melibatkan pihak swasta dan pemilik lahan pertanian secara efektif. 3. Kewenangan Pemerintah Kabupaten Karanganyar untuk mengarahkan dan lebih jauh lagi menentukan penggunaan lahan harus diatur oleh suatu ketentuan dan standar yang jelas sehingga tidak dapat dioperasikan seenaknya berdasarkan keinginan/ kebutuhan sesaat, serta harus secara benar diarahkan pada kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. 4. Selain itu juga diperlukan kebijakan terkait sektor pertanian, dimana pemerintah perlu merangsang sektor pertanian agar dapat lebih maju, salah satunya dengan menstabilkan harga produk pertanian.

5.6.2

Rekomendasi Bagi Studi Lanjutan

Dari penelitian yang telah dilaksanakan, dapat dilakukan studi-studi lanjutan berkenaan dengan materi studi. 1. Studi evaluasi RTRK Palur, studi ini bertujuan untuk mengetahui rencana arah perkembangan Palur yang disesuaikan dengan perkembangan zona industri Palur di lapangan. 2. Studi analisis perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri dengan lingkup wilayah studi yang lebih luas, misalnya Kabupaten Karanganyar atau wilayah perkotaan Surakarta. 3. Studi analisis perbandingan lokasi industri potensial di Kabupaten Karanganyar. 4. Studi dampak perkembangan industri di zona industri Palur terhadap perkembangan Kabupaten Karanganyar, baik dari segi fisik maupun non-fisik. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Buku Terbitan : Bachriadi, Dianto et al. 1997. Restorasi Agraria. Jakarta: Lembaga Penelitian FE UI. Catanese, Anthony. J, James C. Snyder. 1989. Pengantar Perencanaan Kota. Terjemahan Susongko. Jakarta: Erlangga. Chapin Jr. F Stuart and Edward J. Kaiser. 1979. Urban Land Use Planning. Third Edition. Chicago: University of Illinoise Press. Dirjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum. 1997. Kamus Tata Ruang. Jakarta: JAP Djojodipuro, Marsudi. 1990. Teori Lokasi. Jakarta: FE UI. Hall, Hill. 1996. Transformasi Ekonomi Indonesia Sejak 1966: Sebuah Studi Krisis dan Komprehensif. Yogyakarta: Tiara Wacana. Harvey, Jack. 1992. Urban Land Economics. Third Edition. London: Macmillan. Kachigan, Sam Kash. 1986. Statistical Analysis. New York: Radius Press. Kartono, Kartini. 1996. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Cv. Mandar Maju. Michael, J. Healey and Brian, W. Ilbery. 1990. Location and Change Perspectives on Economic Geography. New York: Oxford University press. Lichfield, Nathaniel; Darin-Drabkin, Haim. 1980. Land Policy in Planning. London: George Allen and Unwin. Reksohadiprojo, Pradono Sukanto. 1998. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Energi. Yogyakarta: BPFE. Santoso, Djoko. 2003. Manajemen Industri. Surakarta: Lab BKK UNS Pendidikan Administrasi Perkantoran FKIP UNS. Singarimbun, Effendi. 1999. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES. Smith, David M. 1981. Industrial Location. New York. John Willey and Sons Ltd. to user Sudjana. 1992. Metode Statistika.commit Bandung: Tarsito.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara Buku Data dan Laporan : Daftar Perusahaan Menengah dan Besar Di Kabupaten Karanganyar. Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Koperasi Kabupaten Karanganyar, 2009. Kabupaten Karanganyar Dalam Angka 2008. BPS Kabupaten Karanganyar, 2009. Mantri Statistik Kecamatan Jaten. Monogarfi Kecamatan Jaten 2009. Kantor Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar, 2009. Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karanganyar 1996-2006. Bappeda Kabupaten Karanganyar, 2006. Rekapitulasi Ijin Lokasi Kabupaten Karanganyar 1990-2008. BPN Kabupaten Karanganyar, 2008. Rencana Tata Ruang Kawasan Palur 1991-2001. Bappeda Kabupaten karanganyar, 1991. Hasil penelitian : Harjanti, Astriana. 2001. Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Penggunaan Lahan Permukiman Menjadi Komersial di Kawasan Kemang. Kolokium. Program Studi Teknik Planologi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional, Yogyakarta. Iskandar, Benny. 1997. Preferensi Industri manufaktur di Kota Semarang dan Surabaya Terhadap Kriteria Lokasi Industri. Tugas Akhir. Program Studi Teknik Planologi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional, Yogyakarta. Maulana, David Alvian. 1999. Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Non Pertanian di Kotamadya Madiun tahun 1986 sampai dengan tahun 1996. Skripsi. Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Napitulu, Tetti. 1999. Pengaruh Pembangunan Kota Baru Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan Jabotabek. Kolokium. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Program Studi Teknik Planologi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional, Yogyakarta. Nurlambang, Triarko. 2001. Pendekatan Tinjauan Sosial Ekonomi Dalam Kajian Kerusakan Lahan/Tanah. http: /www.bk.or.id/artikel.php?op=versi cetak&artid=4. Orleanti, Dwi. 2000. Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi lahan Pertanian (Sawah) Menjadi Lahan Perkotaan (Studi Kasus Semarang). Kolokium. Program Studi Teknik Planologi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional, Yogyakarta. Wijaya, Holi Bina. 1999. Improvement of Land Use Planning by Land Market Analysis on Land bid Rent Model. Tesis. Urban Management Centre, Rotterdam.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama

: ISNAENI MURTI NUR WENI

2. NIM

: I0606027

3. Tempat/ Tanggal Lahir : Sukoharjo, 29 Agustus 1987 4. Alamat

: Dukuh Rt. 04 Rw. 02 Dukuh Mojolaban Sukoharjo

5. Pendidikan

:

a. SD Negeri Dukuh 01 Mojolaban (Tahun 1994-200) b. SLTP Negeri 02 Mojolaban (Tahun 2000-2003) c. SMU WARGA Surakarta (Tahun 2003-2006) d. S1 pada Progam Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta (Tahun 2006-2010) 6.

Pengalaman Kegiatan: a.

Peserta dalam Seminar Nasional “Peran Sektor Transportasi dalam Pertumbuhan Ekonomi” yang deselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret di Universitas Sebelas Maret Surakarta tanggal 20 September 2006

b.

Peserta dalam Seminar Nasional “Solo Long-lived Heritage 77 tahun Pasar Gede in Memorian of Herman Thomas Karsten” yang diselenggarakan oleh Solo Heritage Community Surakarta tanggal 13 Januari 2007

c.

Peserta dalam Kegiatan “Pelatihan Sistem Informasi Geografi Tingkat Dasar Angkatan VI” yang diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta tanggal 29 Januari s.d. 03 Februari 2007.

d.

Peserta pada Seminar Nasional “Transit City Development” yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Planologi Universitas Diponegoro di Universitas Diponegoro Semarang tanggal 17 Maret commit to user 2007.

perpustakaan.uns.ac.id

e.

digilib.uns.ac.id

Peserta dalam Kuliah tamu “Peran Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota

dalam

Pambangunan

Nasional

dan

Daerah”

yang

diselenggarakan oleh Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta tanggal 2 Juni 2007. f.

Peserta dalam Kegiatan “Pelatihan Pendampingan Pengenalan Masalah dan Rencana Tindak Desa” yang diselenggarakan oleh Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta di Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta tanggal 13 Oktober 2008.

g.

Peserta dalam Kegiatan “Stadium General Prospect of Engineering’s World in The Future" yang diselenggarakan oleh Forum Eksekutif Mahasiswa Teknik Jateng-DIY bekerjasama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta tanggal 19 Desember 2008.

h.

Fasilitator dalam Kegiatan “Pendampingan Pengenalan Masalah dan Rencana Tindak Desa” yang diselenggarakan oleh Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta di Lingkungan Sentul Kelurahan Delingan Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar tanggal 24 Januari 2009.

i.

Peserta Praktik Profesi pada proyek “Penyusunan Peraturan Zonasi Sebagian Kawasan (Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta) di Sebagian Wilayah

Perkotaan

Yogyakarta

Tahun

2010-2029”

yang

diselenggarakan oleh Departemen Pekerjaan Umum (DPU) di PT. Titimatratujutama Yogyakarta tanggal 27 Juli s.d. 27 Oktober 2009. j.

Peserta dalam Studi Ekskursi/Kuliah Kerja Lapangan Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Sebelas Maret Surakarta ke Singapura tanggal 9-12 November 2009. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lembar kuisioner ini disusun dan dibuat untuk kepentingan penelitian Mata Kuliah Tugas Akhir mahasiswa S1 Reguler Progam Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Universitas Sebelas Maret Surakarta.

BAGIAN I

: IDENTITAS RESPONDEN

1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6.

Nama pengisi data : .................................................................................. Jabatan pengisi data : .................................................................................. Nama Perusahaan : .................................................................................. Alamat : .................................................................................. Jumlah Tenaga kerja : ........................................................................ orang Perusahaan/ pabrik di lokasi saat ini, berdiri tahun ....... dan berproduksi sejak tahun ....... 1.7. Produksi perusahaan industri ini: a. Produksi utama : .................................................................................. b. Produksi lain : (bila lebih dari satu jenis, tuliskan mulai dari produksi terbesar). ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................

BAGIAN II : FAKTOR-FAKTOR LOKASI INDUSTRI

2.1. Seberapa penting faktor-faktor dalam pertimbangan penentuan lokasi perusahaan/pabrik anda? (berilah tanda √ pada kolom SP apabila menurut anda sangat penting, P untuk pertimbangan penting, dan TP untuk pertimbangan tidak penting/tidak mempengaruhi) commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

a. Faktor-Faktor Lokasi Secara Umum No 1 2 3

4

5

Faktor Lokasi

SP

P

TP

Kedekatan lokasi bahan baku dengan pabrik Harga bahan baku yang murah Kondisi fisik lingkungan terkait dengan jenis tanah, ketinggian tanah dan kemiringan tanah yang sesuai untuk lokasi pabrik Iklim terkait dengan musim, temperatur dan curah hujan yang sesuai untuk lokasi pabrik Kedekatan pabrik dengan sarana pendukung : Perumahan Bank Fasilitas kesehatan Fasilitas pengolahan limbah Terminal Pangkalan truk

6

7 8

9

10

Aksesibilitas/kelancaran arus pergerakan untuk melakukan faktor produksi Harga lahan tempat industri/pabrik yang murah Tingkat pendidikan dan upah tenaga kerja yang rendah dan murah Kedekatan lokasi industri/pabrik dengan pusat kota Intervensi pemerintah commit to user dalam melakukan aktivitas

Kenyataan lapangan di lokasi pabrik

perpustakaan.uns.ac.id

11

12 13

digilib.uns.ac.id

industri/pabrik, misalnya dalam bentuk pembatasanpembatasan tertentu Sikap penerimaan masyarakat setempat yang baik terhadap keberadaan dan aktivitas industri/pabrik Stabilitas keamanan pabrik yang baik Sosialisasi RTRK

b. Faktor-Faktor Lokasi Terinci (lingkari jawaban anda) 1.

2.

3.

4.

5.

6.

Berapakah modal yang digunakan untuk memulai usaha ini? a. < 100 juta b. 100 – 500 juta c. > 500 juta Darimanakah bahan baku diperoleh? a. Dalam kota b. Luar kota dalam provinsi c. Luar provinsi d. Luar pulau/luar negeri Kemanakah produk/hasil produksi dipasarkan? a. Dalam kota b. Luar kota dalam provinsi c. Luar provinsi d. Luar pulau/ luar negeri Berapakah jumlah tenaga kerja yang bekerja di perusahaan/pabrik anda? a. 5 – 19 orang b. 20 – 99 orang c. > 100 orang Apakah rata-rata tingkat pendidikan tenaga kerjanya? a. SD b. SLTP c. SLTA d. Perguruan Tinggi Dari daerah manakah sebagian besar tenaga kerja perusahaan anda berasal? a. Sekitar lokasi pabrik yang termasuk ke dalam kawasan industri, yaitu dari Desa Ngringo, Dagen, Sroyo, Jetis, Brujul. b. Luar kawasan industri namun masih dalam satu kota/kabupaten commit to user c. Luar kota/luar kabupaten

perpustakaan.uns.ac.id

7.

8.

digilib.uns.ac.id

d. Luar provinsi Darimanakah sumber tenaga/sumber energi diperoleh? a. Pembangkit tenaga listrik (PLN) b. Pembangkit tenaga sendiri c. Gabungan Apakah sejauh ini anda mengetahui adanya peraturan mengenai pembatasan lokasi dan aktivitas industri di kawasan industri Palur, misalnya SK Gubernur Jawa Tengah No. 593.6/68651980 tanggal 5 Juni 1980 atau Rencana Tata Ruang Kawasan industri Palur? a. Ya b. tidak

Terimakasih atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan kepada kami, dan semoga kerjasama yang terjalin ini dapat berlangsung di masa mendatang.

Untuk menjaga hubungan kerjasama dan komitmen kerahasiaan data yang kami janjikan, maka kami mohon untuk dapat diberikan gambaran mengenai bagaimana saja yang sekiranya tidak boleh kami sebarluaskan informasinya, yaitu bagian : .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ....................................................................................................................................

Apabila dalam proses selanjutnya, dalam rangkaian studi ini kami memerlukan data tambahan, pihak yang dapat kami hubungi adalah :

Bapak/ibu

: ..............................................................................................

Bagian

: ..............................................................................................

Telepon/fax/email

: ..............................................................................................

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lembar kuisioner ini disusun dan dibuat untuk kepentingan penelitian Mata Kuliah Tugas Akhir mahasiswa S1 Reguler Progam Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Universitas Sebelas Maret Surakarta.

BAGIAN I

: IDENTITAS RESPONDEN

Nama

: ..............................................................................................

Usia

: ..............................................................................................

Pekerjaan

: ..............................................................................................

Pendidikan

: ..............................................................................................

BAGIAN II

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Tahun berapa anda membeli tanah? Tahun berapa anda menjual tanah? Berapa luas lahan yang anda miliki sebelum dijual? Mengapa anda menjual lahan pertanian anda? (turunnya kebanggaan sebagai petani, alih profesi/memilih pekerjaan lain, alasan lain) * Berapa penghasilan yang anda dapat dari hasil pengolahan lahan anda sebelum dijual? Apakah penghasilan dari pengolahan lahan lebih besar daripada biaya produksi/biaya mengolah lahan? (ya/tidak)* Apakah anda mempunyai pemikiran bahwa anak/ penerus anda hendaknya bekerja sebagai petani saja? (ya/tidak)*

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

8.

Apakah pajak tanah/ Pajak Bumi dan Bangunan yang dikenakan kepada anda cukup memberatkan sehingga anda termotivasi untuk menjual lahan anda? (ya/tidak)* 9. Apakah harga yang ditawarkan oleh pembeli untuk lahan anda cukup tinggi sehingga anda tertarik untuk menjual lahan anda untuk kepentingan industri? (ya/tidak)* 10. Setelah anda menjual tanah, bagaimana pendapatan yang anda dapat? (meningkat/tidak)*

Keterangan : *) coret yang tidak perlu

Terimakasih atas bantuan dan kerjasama yang telah anda berikan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

LAMPIRAN A FORM KUISIONER

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

REKAPITULASI HASIL KUISIONER PENGUSAHA INDUSTRI

Responden

Luas Lahan (m2)

Jumlah

Modal

Tenaga Kerja

(juta)

PT. Tunggak Waru Semi

8.650

75

450

PT. Lombok Gandaria

9.940

312

1.126

10.000

30

420

PT. Sekar Nusa Kreasi Indonesia

2.120

800

4.000

PT. Agung Winyawan Sentosa Tekstil

10.000

850

357

9.000

360

400

PT. Restugas Aji

14.130

100

4.130

PT. Plastik Santosa

14.695

350

109

PT. Warih Sejahtera

11.198

354

220

6.000

80

240

PT. Yosidoromo Cemerlang

11.086

70

300

PT. Haryanto Prasetyo

20.000

150

780

PT. Indatex

25.034

420

4.500

1820

120

400

PT. Indo caly Plast

26.090

838

3200

PT. Inti Indah Dunia Plastindo

16.065

183

100

800

60

900

13.361

750

5250

PT. Sridadi

PT. Tiga Pilar Sakti

PT. Top Asli

PT. Sarana Indoboga Pratama

PT. Daya Delta Intertama PT. Sariwarna Tekstil

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

PT. Plastik Matahari

digilib.uns.ac.id

10.315

200

1.200

PT. Sumber Bengawan Palsindo

3.765

260

2.500

PT. Sinar Agung Selalu Sukses

10.000

60

900

PT. Javabag

10.000

80

900

c. Faktor-Faktor Lokasi Secara Umum Frekuensi Faktor Lokasi

Total SP

P

TP

Kedekatan lokasi bahan baku dengan pabrik

26

12

3

41

Harga bahan baku yang murah

27

14

0

41

Kondisi fisik lingkungan terkait dengan jenis tanah, ketinggian tanah dan kemiringan tanah yang sesuai untuk lokasi pabrik

22

13

6

41

Iklim terkait dengan musim, temperatur dan curah hujan yang sesuai untuk lokasi pabrik

1

1

39

41

Kedekatan pabrik dengan sarana pendukung : perumahan

37

3

1

41

Bank

37

4

0

41

fasilitas kesehatan

37

4

0

41

fasilitas pengolahan limbah

36

3

2

41

terminal

32

4

3

41

pangkalan truk

30

6

5

41

Aksesibilitas/kelancaran arus pergerakan untuk melakukan faktor produksi

34

7

0

41

Harga lahan tempat industri/ pabrik yang murah

27

14

0

41

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Tingkat pendidikan dan upah tenaga kerja yang rendah dan murah

37

4

0

41

Kedekatan lokasi industri/ pabrik dengan pusat kota

35

6

0

41

Intervensi pemerintah dalam melakukan aktivitas industri/pabrik, misalnya dalam bentuk pembatasan-pembatasan tertentu

16

21

4

41

Sikap penerimaan masyarakat setempat yang baik terhadap keberadaan dan aktivitas industri/pabrik

28

13

0

41

Stabilitas keamanan pabrik yang baik

32

9

0

41

d. Faktor-Faktor Lokasi Terinci 9.

10.

11.

12.

13.

Berapakah modal yang digunakan untuk memulai usaha ini? d. < 100 juta (0) e. 100 – 500 juta (15) f. > 500 juta (26) Darimanakah bahan baku diperoleh? a. Dalam kota (9) b. Dalam kota dan luar kota dalam provinsi (18) c. Dalam kota dan luar provinsi (7) d. Luar pulau/luar negeri (7) Kemanakah sebagian besar produk/ hasil produksi dipasarkan? e. Dalam kota (13) f. Dalam kota dan luar kota dalam provinsi (16) g. Dalam kota dan luar provinsi (10) h. Luar pulau/luar negeri (2) Berapakah jumlah tenaga kerja yang bekerja di perusahaan/pabrik anda? d. 5 – 19 orang (0) e. 20 – 99 orang (9) f. > 100 orang (32) Apakah rata-rata tingkat pendidikan sebagian besar tenaga kerjanya? e. SD (0) f. SLTP (15) g. SLTA (26) h. Perguruan Tinggi (0)

14. Dari daerah manakah sebagian besar tenaga kerja perusahaan anda berasal? e. Sekitar lokasi pabrik yangcommit termasuk ke dalam kawasan industri, yaitu dari to user Desa Ngringo, Dagen, Sroyo, Jetis, Brujul (17)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

f. Luar kawasan industri namun masih dalam satu kota/kabupaten (13) g. Luar kota/luar kabupaten (11) h. Luar provinsi (0) 15. Darimanakah sumber tenaga/sumber energi diperoleh? d. Pembangkit tenaga listrik (PLN) (21) e. Pembangkit tenaga sendiri (7) f. Gabungan (13) 16. Darimanakan sumber air diperoleh? a. Air tanah/permukaan (17) b. Air PDAM (15) c. Ganbungan (8) d. Apakah sejauh ini anda mengetahui adanya peraturan mengenai pembatasan lokasi dan aktivitas industri di kawasan industri Palur, misalnya SK Gubernur Jawa Tengah No. 593.6/68651980 tanggal 5 Juni 1980 atau Rencana Tata Ruang Kawasan industri Palur? c. Ya (10) d. Tidak (31) REKAPITULASI HASIL KUISIONER PEMILIK LAHAN PERTANIAN

No

Nama

Alamat

Usia

Pekerjaan

Tahun Luas Lahan Pendidikan Penghasilan Pembelian yang dijual Tanah (m2)

1

Sunarno

Jetis

50

Petani

SD

1.500.000

1985

800

2

Santoso

Jetis

51

Buruh pabrik

SMP

700.000

1987

800

3

Kasiman

Jetis

60

Petani

SD

2.500.000

1980

8.500

4

Suroto

Jetis

46

Buruh tani

SMP

900.00

1990

1.000

5

Atmorejo

Jetis

64

Petani

SD

3.500.000

warisan

12.000

6

Tokarno

Jetis

58

Petani

SD

2.000.000

1980

900

7

Karyorejo

Dagen

55

Buruh pabrik

SD

700.000

1981

1.000

8

Hartoyo

Dagen

55

Buruh pabrik

SMP

700.000

1988

800

9

Mariman

Dagen

49

Buruh pabrik

SD

800.000

1985

900

10 Todikromo

Dagen

60

Buruh tani

SD

600.000

warisan

1.000

11 Martorejo

Dagen

46

Buruh pabrik

SD

800.000

1978

1.000

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

12 Sumarso

Dagen

46

Petani

SMP

1.600.000

1989

600

13 Sowirejo

Sroyo

63

Petani

SD

2.800.000

1978

6.000

14 Mudakir

Sroyo

52

Buruh pabrik

SMP

700.000

1987

500

15 Sholikhin

Sroyo

54

Buruh pabrik

SD

700.000

1986

400

16 Taryono

Sroyo

50

Buruh pabrik

SMA

1.500.000

1992

8.000

17 Suntoro

Sroyo

55

Buruh pabrik

SMP

700.000

1991

600

18 Rochmat

Sroyo

49

Buruh pabrik

SMA

800.000

1986

800

19 Kartorejo

Brujul

35

petani

SD

1.400.000

1986

750

20 Sodirejo

Brujul

35

Petani

SD

2.500.000

1975

1.000

21 Marino

Brujul

35

petani

SD

1.500.000

1983

500

22 Suroto

Brujul

40

Buruh pabrik

SMP

800.000

1988

300

23 Sadiman

Brujul

41

Buruh pabrik

SMP

800.000

1985

1.000

24 Suratmin

Brujul

40

Buruh tani

SMP

900.000

1987

500

25 Ponijan

Ngringo

38

Petani

SD

2.500.000

1984

1.000

26 Katimin

Ngringo

49

Petani

SD

1.500.000

1989

900

27 Sukarso

Ngringo

40

Buruh pabrik

SMP

800.000

1985

600

28 Suparwono

Ngringo

42

Buruh pabrik

SMA

900.000

1986

800

29 Parwito

Ngringo

42

Buruh pabrik

SMP

700.000

1988

600

30 Sukasto

Ngringo

38

Buruh pabrik

SMA

800.000

1987

800

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Jawaban No

Pertanyaan Ya

Tidak

1

Apakah penghasilan dari pengolahan lahan lebih besar daripada biaya produksi/biaya mengolah lahan

25

5

2

Apakah anda mempunyai pemikiran bahwa anak/penerus anda hendaknya bekerja sebagai petani saja

7

23

3

Apakah pajak tanah/Pajak Bumi dan Bangunan yang dikenakan kepada anda cukup memberatkan sehingga anda termotivasi untuk menjual lahan anda

27

3

4

Apakah harga yang ditawarkan oleh pembeli untuk lahan anda cukup tinggi sehingga anda tertarik untuk menjual lahan anda untuk kepentingan industri? (ya/tidak)

27

3

5

Setelah anda menjual tanah, bagaimana pendapatan yang anda dapat?

21

9

commit to user