UJI AKTIVITAS GEL ETIL P-METOKSISINAMAT

Download 22 Jun 2016 ... sayangNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan ...... Luka Bersih, yaitu luka luka yang tidak terdapat infla...

0 downloads 318 Views 1MB Size
EFEKTIVITAS GEL SISIK IKAN MAS (Cyprinus Carpio) DALAM MEMPERCEPAT PROSES PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA KELINCI (Oryctolagus Cuniculus)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi

RAUDINA ALIFAH J111 14 511

DEPARTEMEN BEDAH MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

EFEKTIVITAS GEL SISIK IKAN MAS (Cyprinus Carpio) DALAM MEMPERCEPAT PROSES PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA KELINCI (Oryctolagus Cuniculus)

SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana A Kedokteran Gigi

RAUDINA ALIFAH J111 14 511

BAGIAN ILMU BEDAH MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

ii

iii

iv

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skrispsi yang berjudul “Efektivitas Gel Sisik Ikan Mas (Cyprinus Carpio) Dalam Mempercepat Proses Penyembuhan Luka Insisi Pada Kelinci (Oryctolagus Cuniculus)” dengan penuh semangat dan doa. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alahi Wassalam sebagai tauladan kita yang telah mendakwahkan Islam hingga dapat kita nikmati hingga saat ini. Nabi yang mengajarkan kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang, beserta orang-orang yang senantiasa istiqomah dijalannya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang haruus dipenuhi untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Selain itu, skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan peneliti lain untuk menambah wawasan dalam bidang kedokteran gigi. Berbagi hambatan penulis alami dalam penyusunan skripsi ini, tetapi berkat bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaiakn ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:

v

1. Dr. drg. Bahruddin Thalib, M.Kes, Sp. Pros., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. 2. drg. Surijana Mappangara, M.Kes, Sp. Perio., dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan bimbingan bagi penulis selama penyusunan skripsi ini. 3. Dr. drg. Harun Achmad, M.Kes, Sp. KGA., sebagai penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaiakn jenjang perkuliahan dengan baik. 4. Kedua orang tuaku yang tercinta, Dr. Paharuddin M.Si dan Andi. Tenri Nurwina Putri serta saudaraku Muh. Raedi Radifan. Terima kasih yang sebsar-besarnya atas pengorbanan, doa, dukungan, nasihat, motivasi, dan perhatian yang sangat besar. 5. Staf dosen Bagian Bedah Mulut dan selurug Staf Dosen dan Pegawai Fakultas Kedokteran gigi Universitas Hasanuddin atas segala bantuan, ilmu dan didikannya selama ini. 6. Seluruh Dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin yang telah memberikan ilmu selama penulis mengikuti perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. 7. Dr. Aliyah, MS, Apt., selaku dosen pembimbing kedua dari bagian Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan membantu dalam penyelesaian skripsi.

vi

8. Kak Rangga M Asri, selaku staf dan pembimbing Laboratorium Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin yang telah membantu dalam proses penelitian skripsi ini. 9. Kak Hismal Gifari, terima kasih telah banyak membantu dalam proses penelitian pada skripsi ini. 10. Teman-teman

keluarga

kedua

Intrusi

2014,

teman-teman

skripsi

departemen Bedah mulut atas segala bantuan, dukungan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis. 11. Teman seperjuangan skripsi Ijlal Wafa’ Al-Hamdani semoga apa yang telah kita kerjakan dapat bermanfaat untuk kedepannya. 12. Keluarga Fnb, Mutiaranisa Safitri, Citra Lestari Nahar, Muh. Rifqi Ardiansyah, Andi. Baso Amir, Ade Gisnawan, terkhusus Annisa Meydina dan Nurul Fatiha Minanga terima kasih sebesar-besarnya atas dukungan, bantuan dan selalu setia menjadi partner selama perkuliahan berlangsung dan penyusunan skripsi. Tetap semangat! 13. Sahabatku tersayang, Anniza Fitrah M dan Wafia Ramadhani terima kasih atas doa, dukungan, dan motivasinya selama ini. Terima kasih atas nasihat dan tegurannya. 14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam penyusuan skripsi ini.

vii

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala berkenan memberikan balasan yang lebih baik kepada segala pihak yang telah bersedia membantu penulis. Akhir kata, penulis memohon maaf atas kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja dalam rangkaian pembuatan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan perkembangan ilmu Kedokteran Gigi kedepannya. Makassar,

November 2017

Raudina Alifah

viii

ix

Efektivitas Gel Sisik Ikan Mas (Cyprinus Carpio) Dalam Mempercepat Proses Peyembuhan Luka Insisi Pada Kelinci (Oryctolagus Cuniculus) Raudina Alifah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi UNHAS ABSTRAK Latar Belakang: Luka merupakan hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh akibat kekerasan atau trauma. Keparahan luka tergantung dari besarnya trauma yang diterima oleh jaringan. Luka merupakan kerusakan fisik yang disebabkan oleh mikroba, trauma mekanik, kimia, atau suhu yang mengenai jaringan yang mengakibatkan terbukanya atau hancurnya kulit serta ketidakseimbangan fungsi dan anatomi kulit normal. Sisik ikan diketahui dapat dimanfaatkan sebagai sumber kolagen, dimana kolagen merupakan agen hemostatis yang sangat baik dan dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Bukan hanya sisik ikan, aloe vera juga berkhasiat sebagai, antiseptik, antijamur, antioksidan, antimikroba, serta antivirus. Tujuan Penelitian: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas gel sisik ikan Mas dalam proses mempercepat penyembuhan luka pasca insisi pada kelinci (oryctolagus cuniculus). Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat eksperimental laboratories dengan rancangan penelitian post test only control group design. Hewan uji yang digunakan adalah 4 ekor kelinci jantan masing-masing diberikan kelompok perlakuan yang berbeda. Penelitian ini diukur dengan melihat penurunan ukuran panjang luka, dimulai dari hari ke-1 sampai hari ke-14. Data kemudian diolah menggunakan program SPSS versi 24. Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan penyembuhan luka pasca insisi antara kelompok perlakuan gel sisik ikan Mas, basis gel sisik ikan Mas, aloe vera, dan tanpa perlakuan. Hasil dari kelompok pelakuan gel sisik ikan Mas menunjukkan pada hari ke-1 3.00 dan hari ke-14 0.92, basis gel sisik ikan Mas hari ke-1 3.00 sampai hari ke-14 1.27, aloe vera pada hari ke-1 3.00 sampai hari ke-14 0.25, dan tanpa perlakuan dari hari ke-1 3.00 sampai hari ke-14 1.80. Hasil uji statistik Friedman menunjukkan setiap kelompok perlakuan <0.05. Kesimpulan: Gel sisik ikan Mas memiliki efektivitas dalam proses penyembuhan luka insisi pada kelinci. Kata Kunci: Penyembuhan luka, Gel sisik ikan mas, Aloe Vera, kolagen.

x

The Effectiveness Of Gel Based Carp Fish Scales (CyprinusCarpio) As A Wound Healing For Incision Wound On Rabbit (OryctolagusCuniculus) RaudinaAlifah Dentistry Faculty of Hasanuddin University ABSTRACT Introduction: Wound are the loss or damage of body tissue as the effect of trauma or violance. The severity of the wound depends on how big the trauma that body tissue accepted. Wound are physical damage that caused by microba, mechanical trauma, chemistry, or temperature the effect is epidermis got opened and damaged or even cause imbalance the function and anatomy of normal skin. Fish scales known as source of collagen, collagen is a good hemostatic agent and could speed up wound healing time. Not only fish scales, aloe vera also beneficial as an antiseptic, antifungal, antioxidants, antimicrobials, and antivirus. Objectives: The aim of this reserch is to see the effetiveness of gel based carp fish scales (Cyprinus Carpio) as a wound healing for incision wound on rabbit (Oryctolagus cuniculus). Methodes: The reserch is a laboratory experimental study with Post-test control group only design. Animal test using 4 male rabbits and each group with different treatment. This reserch was measured by observing the decline size of wound lenght, start from 1stday until the 14th day. The data that been obtainedis processed using SPSS version 24. Results: Based on the reserch result there are a difference of incision wound healing between group with gel based carp fish scales (Cyprinus Carpio), gel base only, aloe vera, and without treatment. Result from group with gel based carp fish scales (Cyprinus Carpio) show in the 1st day 3.00 and in the 14th day is 0.92, gel base in the 1st day 3.00 and in the 14th day is 1,27, aloe verain the 1st day 3.00 and in the 14th day is 0.25, and the group without any treatment show in the 1st day 3.00 and in the 14th day is 1.80. Friedman statistic test shown number every group treatment is<0.05. Discussion: Gel based carp fish scales (Cyprinus Carpio) have an effectiveness in speed up the healing time of incision wound on a Rabbit. Kata Kunci: Wound healing, Gel based Carp Fish Scales, Aloe Vera, Collagen.

x

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ...................................................................................................... i HALAMAN JUDUL.........................................................................................................ii LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................iii SURAT PERNYATAAN................................................................................................. iv KATA PENGANTAR ...................................................................................................... v ABSTRAK ....................................................................................................................... ix ABSTRACT...................................................................................................................... x DAFTAR ISI.................................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xiv DAFTAR TABEL........................................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 3 1.3. Tujuan Penelitian............................................................................................ 3 1.4. Manfaat Penelitian.......................................................................................... 3 1.5. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka................................................................................................................. 5 2.1.1 Definisi Luka......................................................................................... 5 2.1.2 Luka Insisi ............................................................................................. 6 2.1.3 Luka Bakar ............................................................................................ 6 2.2 Penyembuhan Luka ......................................................................................... 7 2.2.1 Tahapan Penyembuhan Luka ................................................................ 7 2.2.2 Fase-Fase Penyembuhan Luka .............................................................. 8 2.3 Sisik Ikan....................................................................................................... 11 2.3.1 Ikan Mas.............................................................................................. 12

xi

2.3.2 Klasifikasi Ikan Mas............................................................................ 13 2.3.3 Morfologi Ikan Mas ............................................................................ 14 2.3.4 Kolagen ............................................................................................... 15 2.4 Lidah Buaya (Aloe Vera)............................................................................... 17 2.5 Kelinci ........................................................................................................... 18 BAB III KERANGKA TEORI DAN KONSEP 3.1 Kerangka Teori.............................................................................................. 21 3.2 Kerangka Konsep .......................................................................................... 22 3.3 Hipotesis........................................................................................................ 23 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian.............................................................................................. 24 4.2 Desain Penelitian........................................................................................... 24 4.3 Lokasi Penelitian ........................................................................................... 24 4.4 Populasi ......................................................................................................... 24 4.5 Sampling........................................................................................................ 24 4.6 Sampel ........................................................................................................... 24 4.7 Kriteria Sampel ............................................................................................. 25 4.7.1 Kriteria Inklusi .................................................................................... 25 4.7.2 Kriteria Eksklusi.................................................................................. 25 4.8 Definisi Operasional Variabel ....................................................................... 25 4.9 Kriteria Penilaian........................................................................................... 25 4.10 Alat dan Bahan ............................................................................................ 26 4.10.1 Alat .................................................................................................... 26 4.10.2 Bahan................................................................................................. 26 4.11 Prosedur Penelitian...................................................................................... 26 4.12 Data dan Jenis Data ..................................................................................... 27 4.13 Analisis Data ............................................................................................... 27 4.14 Alur Penelitian............................................................................................. 28 BAB V HASIL PENELITIAN ....................................................................................... 29 BAB VI PEMBAHASAN............................................................................................... 34 BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan.................................................................................................... 37

xii

7.2 Saran.............................................................................................................. 37 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 38 LAMPIRAN.................................................................................................................... 43

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tiga tahap penyembuhan luka ................................................................ 8 Gambar 2.2 Fase Inflamasi......................................................................................... 9 Gambar 2.3 Fase Proliferasi ..................................................................................... 10 Gambar 2.4 Fase Remodelling/Maturasi .................................................................. 11 Gambar 2.5 Sisik Ikan Mas ...................................................................................... 12 Gambar 2.6 Ikan Mas (cyprinus carpio) .................................................................. 13 Gambar 2.7 Lidah Buaya (aloe vera) ....................................................................... 18 Gambar 2.8 Kelinci (oryctolagus cuniculus)............................................................ 20

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi rerata luka ...................................................................................... 30 Tabel 5.2 Uji Kruskall Wallis......................................................................................... 31 Tabel 5.3 Uji Mann Whitney.......................................................................................... 32 Tabel 5.4 Grafik Kecepatan Penyembuhan Luka........................................................... 33

xv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Luka merupakan hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh akibat kekerasan atau trauma. Keparahan luka tergantung dari besarnya trauma yang diterima oleh jaringan.1 Luka merupakan kerusakan fisik yang disebabkan oleh mikroba, trauma mekanik, kimia, atau suhu yang mengenai jaringan yang mengakibatkan terbukanya atau hancurnya kulit serta ketidakseimbangan fungsi dan anatomi kulit normal.2 Luka merupakan rusaknya kesatuan jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Luka secara umum terdiri dari luka yang disengaja dan luka yang tidak disengaja bertujuan sebagai terapi, misalkan pada prosedur operasi atau fungsi vena, sedangkan luka yang tidak disengaja terjadi secara accidental.3 Saat ini, limbah perikanan dimanfaatkan menjadi tepung ikan yang digunakan sebagai bahan baku utama pada pembuatan pakan ternak, sedangkan limbah perikanan memiliki nilai tambah yang tinggi karena dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan kolagen.7 Sisik ikan diketahui dapat dimanfaatkan sebagai sumber kolagen, dimana kolagen merupakan komponen utama lapisan dermis

(bagian bawah epidermis) yang dibuat oleh sel fibroblast. Selain itu, terdapat senyawa kimia yang terkandung dalam sisik ikan, antara lain adalah 41-84% merupakan protein organik (kolagen dan ichtylepidin) dan sisanya merupakan residu mineral dan garam inorganik seperti magnesium karbonat dan kalsium karbonat. Komponen besar yang terdapat di sisik ikan antara lain 70% air, 27% protein, 1% lemak, dan 2% abu. Senyawa organik terdiri atas 40-90% pada sisik ikan dan selebihnya merupakan kolagen, tanpa memperhatikan spesies ikan tersebut.4 Pada dasarnya kolagen merupakan senyawa protein panjang yang tersusun atas asam amino alanin, arginin, lisin, glisin, prolin, serta hiroksiprolin.5 Kolagen merupakan agen hemostatis yang sangat baik dan dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Kolagen memiliki keunggulan dari limbah perikanan diantaranya, bebas dari penyakit unggas dan mamalia seperti sapi gila dan flu burung, kandungan kolagen dari limbah perikanan cukup tinggi, kegunaan yang lebih beragam (dapat digunakan dalam industry makanan), mempercepat proses penyembuhan luka, dan bahan baku murah (limbah) dan sebagai bahan farmasi dan kosmetik.5 Kolagen yang banyak digunakan oleh industri umumnya berasal dari sumber hewani, yang meliputi kulit sapi, kulit babi, kulit ayam, dan lain-lain.6 Bahan baku perikanan yang dapat digunakan untuk memproduksi kolagen yaitu kulit, sisik, dan tulang ikan.7 Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa sisik ikan memiliki pengaruh terhadap penyembuhan luka. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektivitas penggunaan gel sisik ikan dalam

2

mempercepat proses penyembuhan luka pasca insisi pada kelinci jantan (Oryctolagus cuniculus). 1.2 Rumusan Masalah Penulis ingin mengetahui apakah ada efektivitas gel sisik ikan mas dalam mempercepat proses penyembuhan luka pasca insisi pada kelinci (Oryctolagus cuniculus). 1.3 Tujuan Penelitian Mengetahui efektivitas gel sisik ikan Mas (Cyprinus carpio) dalam mempercepat proses penyembuhan luka pasca insisi pada kelinci (Oryctolagus cuniculus).

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini, sebagai berikut : 1. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah dalam bidang kedokteran gigi khususnya pada bagian bedah mulut. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan efektivitas gel sisik ikan Mas (Cyprinus carpio) dalam mempercepat proses penyembuhan luka pasca insisi pada kelinci (Oryctolagus cuniculus). 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang efektivitas gel sisik ikan Mas (Cyprinus carpio) dalam mempercepat proses penyembuhan luka pasca insisi pada kelinci (Oryctolagus cuniculus).

3

1.5 Keterbatasan Penelitian 1. Penelitian ini hanya meninjau proses penyembuhan luka secara klinis yaitu dengan melihat penurunan proses penyembuhan luka hingga menutup namun tidak terlihat secara histologist. 2. Pembuatan luka insisi pada kelinci dilakukan secara manual sehingga ada kemungkinan kedalamannya tidak terlalu sama.

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Luka 2.1.1 Definisi Luka Luka didefinisikan sebagai diskontinuitas dari suatu jaringan atau keadaan hilang atau rusaknya sebagian dari jaringan tubuh. Kerusakan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam dan benda tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan serangga.8 Ketika terjadi luka, tubuh secara alamim elakukan proses penyembuhan luka melalui kegiatan bioseluler dan biokimia yang terjadi secara berkesinambungan. Berdasarkan waktu dan proses penyembuhannya, luka dapat diklasifikasikan menjadi luka akut dan luka kronik. Luka akut merupakan cedera jaringan yang dapat pulih kembali seperti keadaan normal dengan bekas luka yang minimal dalam rentang waktu 8-12 minggu, sedangkan luka kronik merupakan luka dengan proses pemulihan yang lambat, dengan waktu penyembuhan lebih dari 12 minggu dan terkadang dapat menyebabkan kecacatan. Penyebab utama dari luka akut adalah cedera mekanikal karena faktor eksternal, dimana terjadi kontak antara fisiologis (seperti diabetes mellitus DM dan kanker), infeksi terus-menerus, dan rendahnya tindakan pengobatan yang diberikan. Luka kronik yang menjadi salah satu penyebabnya adalah kegagalan pemulihan karena kondisi terhadap eksudat (darah tanpa sel dan platelet) dan pembentukan jaringan fibrin, kemudian memproduksi agen pembekuan darah dan menyebabkan pendarahan terhenti.8 Luka sering kali terjadi dalam aktivitas sehari-hari, berdasarkan penyebabnya luka dapat dibagi atas

5

luka karena zat kimia, luka termis, dan luka mekanis. Pada luka mekanis, biasanya luka yang terjadi bervariasi bentuk dan dalamnya sesuai dengan benda yang mengenai.9 terdapat beberapa jenis luka lainnya, salah satunya adalah luka insisi dan luka bakar. 2.1.2 Luka Insisi Luka insisi merupakan luka yang diakibatkan oleh cedera atau pembedahan. Luka insisi ini sering terjadi karena teriris oleh benda tajam. Luka ini disebabkan oleh benda tajam, biasanya mencakup seluruh luka benda-benda seperti pisau, pedang, silet, kaca, dan kampak tajam.9,10 Luka insisi merupakan hasil dari prosedur invasif yang biasa dilakukan untuk prosedur pemeriksaan atau pengobatan suatu penyakit.11 Klasifikasi luka berdasarkan mekanisme cedera terdiri dari luka insisi, luka kontusi, luka laserasi atau luka tusuk, sedangkan klasifikasi luka berdasarkan tingkat kontaminasi luka saat pembedahan terdiri dari luka bersih, luka kontaminasi bersih, luka terkontaminasi, dan luka kotor atau terinfeksi.12

2.1.3 Luka Bakar Luka bakar merupakan kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti air, api, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar tidak hanya mengakibatkan kerusakan kulit, tetapi juga dapat mempengaruhi seluruh sistem tubuh.13

Luka bakar akan menimbulkan kerusakan berbagai organ, diantaranya kulit, sebagai respon terhadap jaringan yang rusak, tubuh memiliki kemampuan untuk mengganti jaringan yang rusak, memperbaiki struktur, kekuatan, dan fungsinya melalui proses penyembuhan luka.14 Luka bakar ini juga menyebabkan terjadinya hipermetabolisme

6

akibat stimulasi sitokin-sitokin berlebihan yang menyebabkan respons stres akibat proses infeksi.15

Luka bakar ini merupakan luka yang unik karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama15 Luka bakar dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi atau kimia, destruksi terjadi akibat denaturasi protein, koagulasi dan ionisasi isi sel. 16

2.2 Penyembuhan Luka 2.2.1 Tahapan Penyembuhan Luka Penyembuhan luka merupakan sebuah proses transisi yang merupakan salah satu proses paling kompleks dalam fisiologi manusia yang melibatkan serangkaian reaksi dan interaksi kompleks antara sel dan mediator.17 Tipe penyembuhan luka terbagi menjadi tiga macam, berdasarkan karakteristik jumlah jaringan yang hilang yaitu, penyembuhan luka primer (primary intention healing), penyembuhan luka sekunder (secondary intention healing), dan penyembuhan luka tersier (tertiary intention healing).18 Penyembuhan luka yang optimal tercapai jika tidak terjadi komplikasi dalam bentuk kekurangan ataupun kelebihan komponen penyembuhan luka, terutama kolagen dan sel epitel.19 Penyembuhan luka merupakan usaha remodeling berbagai komponen jaringan ikat dengan bantuan sitokin dan faktor-faktor pertumbuhan yang tepat. Berbagai tahapan, seperti kontrol mikroba, pengurangan inflamasi, regenerasi

7

jaringan ikat, angiogenesis, dan epitelisasi harus terjadi dalam rentan waktu yang tepat.20

Gambar 2.1. Tiga tahap penyembuhan luka: inflamasi, proliferasi, maturasi. (sumber : http://www.clinimed.co.uk)

2.2.2 Fase-Fase Penyembuhan Luka Fase Inflamasi Fase inflamasi ini terjadi proses vasokonstriksi, hemostatis, dan juga infiltrasi sel inflamasi. Fase inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap luka yang di mulai setelah beberapa menit dan berlangsung sekitar 3 hari setelah cedera.19 Fase inflamasi ditandai oleh adanya hemostatis dan peradangan. Hemostatis merupakan proses fisiologis yang mempertahankan sifat cair darah, dan pada saat terjadi cedera. Kolagen pada luka akan mengawali proses pembekuan melalui jalur intrinsik dan ekstrinsik. Setelah cedera terjadi, membran sel mampu melepaskan vasonkonstriktor kuat,seperti prostaglandin 2α dan thromboxane A2.21

8

Gumpalan fibrin yang terbentuk mengandung kolagen, thrombin, dan fibronektin. Proses

ini

dilanjutkan

dengan

pelepasan

sitokin

inflamatori

dan

faktor

pertumbuhan.21 Neutrofil mengalami kemotaksis ke dalam luka, dengan adanya interleukin-1, tumor necrosis factor (TNF)- α, transforming growth factor (TGF)-β, platelet factor-4, dan produk bakterial. Sel-sel ini membuang bakteri dan jaringan mati yang ada di luka.20

Gambar 2.2 Fase Inflamasi

Gambar 2.2 Fase Inflamasi sumber: (https://hmkuliah.wordpress.com/2010/06/14/penyembuhan-luka/)

Fase Proliferasi Pada fase proliferasi, gumpalan fibrin digantikan oleh fibrosit yang menempatkan kolagen. Proliferasi sel endotel berujung pada neovaskulerisasi dan formasi kapiler pada dasar luka. Hal ini didukung oleh TNF- α dan sangat penting dalam penyembuhan luka. Fase proliferasi diakhiri dengan pembentukan jaringan granulasi. Platelet-derived growth factor (PDGF) dan epidermal growth factor (EGF) masingmasing disekresikan oleh platelet dan makrofag, dan menyebabkan aktivasi fibroblast sebagai respon terhadap TGF-β yang disekresikan oleh makrofag, fibroblast dalam luka akan bertransformasi menjadi miofibroblas.

9

Miofibroblas ini memiliki kemampuan proliferasu yang lebih rendah, namun bertanggung jawab atas kontraksi luka. Fibroblast yang dirangsang oleh PDGF akan menghasilkan matriks yang terdiri dari kolagen tipe III, glikosaminoglikan, dan fibronektin. Jaringan granulasi yang sehat membutuhkan suplai nutrisi yang adekuat melalui kapiler.20,21

Gambar 2.3 Fase Proliferasi Sumber: (https://hmkuliah.wordpress.com/2010/06/14/penyembuhan-luka/)

Fase Remodelling/Maturasi Deposisi matriks kolagen yang terorganisasi adalah tanda utama fase remodeling atau maturasi. Fase ini biasanya dimulai 1 minggu setelah cedera, dan berlangsung hingga 1 tahun. Pada awal fase ketiga ini (minggu ke-4 hingga minggu ke-5), banyak terjadi deposisi kolagen dari indurasi jaringan. Jaringan akan menjadi lunak saat kolagen diresorpsi dan disusun. Regresi pembuluh darah menyebabkan jaringan parut menjadi lebih pucat. Jika deposisi matriks bermasalah, kekuatan jaringan akan terganggu, terlalu banyak kolagen akan menimbulkan jaringan parut hipertrofik atau keloid. Kolagen jaringan granulasi memiliki karakter yang berbeda dari kolagen dermis normal, kolagen ini

10

memiliki serabut yang lebih tipis, mungkin akibat hidroksilasi dan glikosilasi yang lebih besar pada residu lysine. Kekuatan luka mencapai maksimum sebesar 80% asal sekitar 3 bulan setelah cedera.20,21

Gambar 2.4 Fase Remodelling/Maturasi Sumber: (https://hmkuliah.wordpress.com/2010/06/14/penyembuhan-luka/)

2.3 Sisik Ikan Sisik ikan merupakan limbah yang belum dimanfaatkan dengan optimal. Sisik ikan dalam skala industri (diperoleh dari industri fillet ikan) dapat dimanfaatkan sebagai sumber kolagen. Sisik ikan mengandung proksimat, kalsium, kitin, alkaloid, benedict, bluret, dan ninhidrin.4 Sisik ikan merupakan lapisan terluar dari kulit yang berfungsi sebagai barrier yang mencegah masuknya senyawa asing ke dalam tubuh ikan. Variasi sisik ikan ini sangat luas, dapat dibedakan atasa bentuk, ukuran dan susunannya. Klasifikasi umum terdiri atas cosmoid, ganoid, placoid, dan elasmoid (cycloid dan ctenoid) yang sering ditemukan pada kelas teleost.25 Meningkatnya produksi ikan akan diiringi pula peningkatan limbah ikan baik berupa kulit dan sisik ikan. Saat ini belum ada upaya untuk mengolah lebih lanjut limbah kelautan dan

11

perikanan yang berupa kulit dan sisik ikan. Limbah kulit dan sisik ikan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kolagen.5 Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki potensi besar dibidang perikanan. Salah satu permasalahan yang timbul adalah belum tersedianya unit pengolahan limbah perikanan, khusunya untuk pengolahan kulit dan sisik ikan. Kulit dan sisik ikan ini merupakan salah satu sumber utama dari kolagen.5

Gambar 2.5 Sisik Ikan Mas Sumber: (https://denys-fajar.blogspot.co.id/2014/09/pemanfaatan-limbah-sisikikan.html) 2.3.1 Ikan Mas Ikan mas (cyprinus carpio) merupakan ikan tawar yang paling tinggi produksinya dan sudah dibudidayakan di seluruh propinsi di Indonesia. Di Indonesia terdapat beberapa macam strain ikan mas, yaitu sinyonya, punten, kumpay, majalaya, kancra domas, taiwan dan merah.22 Ikan mas merupakan salah satu sumber protein hewani untuk memenuhi gizi masyarakat Indonesia, sehingga ikan mas ini mejadi salah satu komoditas ikan tawar yang banyak dikembangkan di Indonesia.23

12

Ikan mas tergolong jenis ikan yang sangat toleran terhadap fluktuasi suhu air antara 14-32º C. Namun, suhu air optimum yang baik untuk pertumbuhan ikan mas berkisar 22-28º C. Ikan mas mampu beradaptasi terhadap perubahan kandungan oksigen yang terlarut dalam perairan.24 Ikan mas mampu beradaptasi terhadap perlakuan fisik seperti seleksi, penampungan, penimbangan, dan pengangkutan. Karena sifatnya yang sangat adaptif terhadap lingkungan baru, ikan mas dengan berbagai strain-nya tersebar hampir di seluruh penjuru dunia.24 (Gambar 2.5)

Gambar 2.6 Ikan Mas (cyprinus carpio) Sumber: (Pembesaran ikan mas di kolam air deras. Hal.7)

2.3.2 Klasifikasi Ikan Mas Sifatnya yang sangat adaptif terhadap lingkungan baru. Untuk itu, ikan mas banyak memiliki sebutan, dalam bahasa Inggris disebut common carp. Di pulau Jawa, ikan mas disebut sebagai ikan masmasan atau lauk mas. Sementara itu, di

13

Sumatera, ikan mas lebih dikenal dengan sebutan ikan rayo atau ikan mameh. Klasifikasi ikan mas berdasarkan ilmu taksonomi hewan (system pengelompokan hewan berdasarkan bentuk tubuh dan sifat-sifatnya) sebagai berikut.24 Phylum (Filum)

: Chordata

Subphylum (Anak Filum)

: Vertebrata

Superclass (Induk Kelas)

: Pisces

Subclass (Anak Kelas)

: Actinopterygii

Ordo (Bangsa)

: Cypriniformes

Subordo (Anak Bangsa)

: Cyprinoidea

Famili (Suku)

: Cyprinidae

Subfamily (Subsuku)

: Cyprinus

Spesies (Jenis)

: Cyprinus carpio,L

2.3.3 Morfologi Ikan Mas Ciri-ciri morfologi merupakan ciri-ciri yang menunjukkan bentuk dan struktur suatu organisme. Secara umum, karakteristik ikan mas memiliki bentuk tubuh yang agak memanjang dan sedikit memipih ke samping (compressed). Sebagian besar tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik kecuali pada beberapa strain yang memiliki sedikit sisik. Moncongnya terletak di ujung tengah (terminal). Pada bibir terdapat dua pasang sungut (berbel) dan tidak bergigi. Pada bagian dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharynreal teeth) sebanyak tiga baris berbentuk geraham.24 Sirip punggung ikan mas memanjang dan bagian permukaannya terletak berseberangan dengan permukaan sirip perut (sentral). Sirip pungunggnya (dorsal)

14

berjari keras, sedangkan di bagian akhir bergigi. Seperti halnya, sirip punggung, bagian belakang sirip dubur (anal) ikan mas ini berjari keras dan bergigi pada ujungnya. Sirip ekor menyerupai cagak memanjang simetris hingga ke belakang tutup insang. Sisik ikan mas relatif besar dengan tipe sisik lingkaran (cycloid) yang terletak beraturan. Garis rusuk atau gurat sisi (linea lateralis) yang lengkap terletak di tengah tubuh dengan posisi melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor.24 2.3.4 Kolagen Kolagen merupakan protein yang terdapat pada hewan vertebrata dan invertebrate. Keberadaannya kurang lebih mencapai 30% dari seluruh protein yang terdapat di tubuh. Kolagen merupakan struktur organic pembangun tulang, gigi, sendi, otot, dan kulit. Serat kolagen memiliki daya tahan yang kuat terhadap tekanan. Kolagen berasal dari bahasa yunani yang artinya bersifat lekat atau menghasilkan pelekat. Hingga kini terdapat sekitar 28 tipe kolagen yang telah di identifikasi, yaitu tipe I sampai XXVIII. Tipe-tipe kolagen tersebut terdapat pada berbagai macam jaringan, antara lain tipe I terdapat pada kebanyakan jaringan ikat, seperti tulang, kulit, tendon, pembuluh darah, dan terdapat ekstraksi kolagen tipe I dari sisik ikan mengandung kolagen fiber tipe I dan calcium hydroxyapatite (Ca5(PO4)3OH); tipe II terdapat pada kartilago dan bagian virous mata; tipe III terdapat pada pembuluh darah; tipe IV terdapat pada membrane basalis semua organ; tipe V terdapat pada tendon, mata, dan jaringan interstisial; tipe VI terdapat pada hati, ginjal, dan perikondrium; tipe VII terdapat pada pertemuan epidermis dengan dermis; tipe VIII terdapat pada sel endothelial; tipe IX terdapat pada kartilago; tipe X terdapat pada

15

kartilago hipertofik dan kartilago yang dimineralkan; tipe XI terdapat pada kartilago; tipe XII terdapat pada tendon dan kolagen fibril terasosiasi; tipe XIII terdapat pada epidermis, folikel rambut, sel-sel pada akar kuku; tipe XIV sama seperti tipe I; tipe XV terdapat pada banyak jaringan, homolog dengan tipe XVIII; tipe XVI masih dalam penelitian; tipe XVII terdapat pada hemidesmosome dan kulit; tipe XVIII terdapat pada hati dan ginjal; tipe XIX terdapat pada mata, otak, testis, dan jaringan embrionik; tipe XX–XVIII terdapat pada transmembran.26, 7 Berdasarkan bentuknya, kolagen terbagi menjadi enam kelompok yaitu kolagen fibrillar,

jaringan,

fibrillar

terasosiasi

FACIT),

rangkaian

mutiara,

Verankerungsfibrillen, dan transmembran.Kolagen fibrillar terdiri dari kolagen tipe I, II, III, V, dan XI. Sedangkan kolagen yang membentuk jaringan yaitu kolagen tipe IV (lamina densa dari dasar membran Hemidesmosom), VIII, dan X. Kolagen fibrillar terasosiasi (FACIT) terdiri dari kolagen tipe IX, XII, XIV, dan XXII. Kolagen

berbentuk

rangkaian

mutiara,

yaitu

kolagen

tipe

VI.

Kolagen

verankerungsfibrillen yaitu kolagen tipe VII, dan kolagen dengan domain transmembran yaitu kolagen tipe XIII, XVII, XXIII, dan XXV. 7 Kolagen yang banyak digunakan oleh industri umumnya berasal dari sapi dan babi. Penggunaan produk yang berasal dari babi diharamkan bagi umat islam, sementara penggunaan sapi menimbulkan kekhawatiran akan terjangkitnya beberapa penyakit seperti sapi gila (mad cow), penyakit kuku dan mulut (foot and mouth), dan Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE). Oleh karena itu limbah perikanan dapat dijadikan alternatif sumber kolagen, sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kolagen yang halal dan meningkatkan nilai tambah limbah perikanan. Bahan baku

16

perikanan yang dapat digunakan untuk memproduksi kolagen yaitu kulit, sisik, dan tulang ikan. Kolagen merupakan struktur organik pembangun tulang, gigi, sendi, otot, dan kulit. Serat kolagen memiliki daya tahan yang kuat terhadap tekanan.7 Berdasarkan bentuknya, kolagen terbagi menjadi enam kelompok yaitu kolagen fibrillar, jaringan, fibrillar terasosiasi, rangkaian mutiara, verankerungsifibrillen, dan transmembran. Kolagen merupakan agen hemostatis yang baik dan dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Selain itu, kolagen juga digunakan dalam bedah

cardiovascular,

ophthalmology.

7

bedah

plastik,

ortopedik,

urologi,

neurologi,

dan

Kolagen dari luar berperan dalam fase maturasi dan membantu

kolagen alami yang dari dalam tubuh untuk member kekuatan pada jaringan baru serta meningatkan organisasi serabut-serabut kolagen pada waktu remodeling penyembuhan luka.25 Pada sisik ikan dapat dimanfaatkan kembali, karena terdapat senyawa kimia yang terkandung dalam sisik ikan, antara lain 41-84% merupakan protein organik (kolagen dan ichtylepidin) dan sisanya merupakan residu mineral dan garam organik seperti magnesium karbonat dan kalsium karbonat. Komponen besar yang terdapat pada sisik ikan antara lain adalah 70% air, 27% protein, 1% lemak, dan 2% abu. Senyawa organik terdiri dari 40%-90% pada sisik ikan dan selebihnya merupakan kolagen, tanpa memperhatikan spesies ikan tersebut.4

2.4 Lidah Buaya (Aloe Vera) Lidah buaya (aloe vera) merupakan tumbuhan yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Di beberapa Negara, lidah buaya sering kali digunakan sebagai langkah

17

pertolongan pertama pada bagian luka terbuka (luka sayat maupun luka bakar). Lidah buaya banyak mengandung zat-zat aktif yang sangat bermanfaat dalam mempercepat penyembuhan luka, karena memiliki kandungan antara lain saponin, flavonoid, tannin, dan polifenol. Saponin ini mempunyai kemampuan sebagai pembersih sehingga efektif untuk menyembuhkan luka terbuka, sedangkan tannin dapat digunakan sebagai pencegahan terhadap infeksi luka karena mempunyai daya antiseptic dan obat luka bakar. Flavonoid dan polifenol mempunyai aktivitas sebagai antiseptik. Lidah buaya menstimulasi faktor pertumbuhan epidermis, meningkatkan fungsi fibroblast dan pembentukan pembuluh baru sehingga dapat mempercapt penyembuhan dan penutupan luka. Menurut Rohmawati (2008), ekstrak lidah buaya dapat menyembuhkan luka pada hewan coba.26 Beberapa peneliti terdahulu telah membuktikan bahwa aloe vera berkhasiat sebagai antiinflamasi, antipiretik, antijamur, antioksidan, antispetik, antimikroba, serta antivirus.27

Gambar 2.7 Lidah Buaya (aloe vera) Sumber: (https://aloe1.com/aloe-vera-gel/)

2.5 Kelinci (Ocyctolagus Cuniculus)

18

Kelinci merupakan ternak kecil dan digolongkan sebagai ternak herbivore non ruminansia.28 Kelinci dikenal sebagai ternak penghasil daging sehat yang tinggi kandungan protein, rendah kolesterol dan trigeliseridanya. Sebagai nilai tambah juga dihasilkan kulit dan bulu, feses (kotoran) dan urin kelinci sebagai pupuk organik. Pengembangan kelinci mempunyai prospek cukup baik dalam menanggulangi masalah kekurangan daging sebagai sumber protein secara terus menerus guna menjamin ketersediaan pangan di tingkat masyarakat. Peternakan kelinci di Indonesia sudah cukup memasyarakat sebab pemeliharaannya mudah, relatif tidak membutuhkan modal besar, kandangan dapat dibuat sederahan dan tidak luas. Untuk pakan dapat memanfaatkan limbah pertanian sisa-sisa dapur, limbah pasar, atau hijauan lainnya. Selain itu, dengan memelihara kelinci keluarga petani peternak dapat memanfaatkan waktu senggang untuk kegiatan yang lebih produktif dalam usaha memperoleh nilai tambah.29 Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan ternyata rendahnya produktifitas kelinci disebabkan terutama oleh tata laksana pemberian ransum yang belum memadai. Ransum yang diberikan pada kelinci umumnya hanya berupa hijauan dan jarang ditambahkan konsentrat (penguat) atau bahan pakan lain. Dengan demikian, laju pertmbuhan bobot badan yang dihasilkan tidak maksimal dan mengakibatkan bobot potong dan kualitas karkas yang dihasilkan rendah.29 Kelinci ini merupakan binatang yang lebih kecil dari terwelu, berotot dengan telinga lebih pendek dari kepala. Memiliki perilaku yang suka melompat dan lari, suka menggali liang di daerah rimbun, dimana tanah yang digalinya biasanya lembut dan berpasir.30 Dalam klasifikasi biologi, kelinci termasuk ke dalam ordo

19

logomorpha dan tergolong hewan purba. Fosil yang ditemukan membuktikan bahwa kelinci berasal dari jaman oesen. Ordo ini diberikan atas dua famili yaitu Ochotonidae (bermacam-macam pika, sejenis hewan kecil mirip kelinci yang memiliki kepandaian bersiul) dan leporidae (terdiri dari kelinci dan terwelu). Pika tersebar di Eropa Timur sampai Jepang, dari Himalaya sampai Siberia, juga terdapat di Amerika yaitu Alaska sampai Rocky Mountain.31 Liporidae terdiri atas 25 spesie yang mencakup 8 genus, yaitu pentalagus, pronolagus, ramerolagus, Cprolagus, sylvilagus, neso’agus, brachylagus, dan oryctolagus. Dari genus oryctolagus inilah terdapat spesies kelinci tegalan atau terwelu dan kelinci liar (oryctolagus cuniculus).31 (Gambar 2.3)

Gambar 2.8 Kelinci (oryctolagus cuniculus) Sumber : (mengenal dan memelihara berbagai jenis kelinci. Hal.5)

20

BAB III

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Teori Insisi Punggung Kelinci

Terbentuk Luka Kandungan gel sisik ikan Penyembuhan Luka

Mas dalam mempercepat

(durasi)

proses penyembuhan luka pasca insisi pada kelinci

Luka Sembuh Kolagen Protein organik (kolagen ichtylepidin)

Variabel yang diteliti

:

Variabel yang tidak diteliti

:

Residu mineral dan garam inorganik

3.2 Kerangka Konsep Insisi Punggung Kelinci

Luka Pasca Insisi Punggung

Menggunakan

Menggunakan

Menggunakan

Gel Sisik Ikan Mas

Aloevera

Basis Gel Sisik Ikan Mas

Proses Penyembuhan Luka

Luka Sembuh

Variabel Independen

: Insisi Punggung kelinci

Variabel Dependen

: Luka Sembuh

Variabel Pendukung

: Luka pasca Insisi

Variabel Kendali

: Sisik ikan Mas, Aloevera, Basis Gel Sisik Ikan Mas.

3.3 Hipotesis Ada pengaruh gel sisik ikan Mas (cyprinus carpio) terhadap penyembuhan luka pasca insisi pada kelinci (oryctolagus cuniculus).

23

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratories. 4.2 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian post test only control group design. 4.3 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasetika, Biofarmasi, dan Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. 4.4 Populasi Populasi pada penelitian ini yaitu Kelinci (oryctolagus cuniculus) yang akan dilakukan insisi punggungnya. 4.5 Sampling Penelitian ini menggunakan teknik probability sampling yaitu simple random sampling (sampling acak sederhana). 4.6 Sampel Pada penelitian ini digunakan 4 kelompok perlakuan. Setiap kelompok perlakuan terdiri dari 4 ekor kelinci. Sehingga jumlah sampel seluruhnya adalah 16 sampel.

24

4.7 Kriteria Sampel 4.7.1 Kriteria Inklusi 1.

Kelinci jantan (oryctolagus cuniculus).

2.

Sehat.

3.

Berat badan 1,5-2 kilogram.

4.7.2 Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah kelinci yang tidak mau makan dan tidak dapat beradaptasi dengan lingkungannya. 4.8 Definisi operasional variabel a.

Gel sisik ikan merupakan sumber kolagen yang dapat digunakan pada proses penyembuhan luka.

b.

Kecepatan penyembuhan luka merupakan kecepatan yang diamati secara klinis dengan melihat beberapa hari bekas luka insisi kelinci jantan menutup, dimulai dari terbentuknya luka setelah insisi hingga luka tertutup.

4.9 Kriteria Penilaian Kriteria penilaian dalam penyembuhan luka dapat dilihat dari berapa lama kemampuan kandungan gel sisik ikan mas (Cyprinus Carpio) tehadap penyembuhan luka insisi.

25

4.10 Alat dan bahan 4.10.1 Alat yang digunakan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah masker, handscoen, scalpel (blade no.10), kassa steril, tissue, kapas, gunting, pisau cukur, spidol, spoit 1ml, penggaris, pinset, nierbeken. 4.10.2 Bahan yang digunakan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gel sisik ikan Mas (Cyprinus Carpio), basis gel sisik ikan Mas, aloevera, aquades, alkohol 70%, makanan dan minuman kelinci. 4.11 Prosedur Penelitian 1. Sebelum melalukan percobaan, dilakukan terlebih dahulu pembuatan ekstrak sisik ikan yang akan menjadi gel. 2. Pemilihan kelinci sesuai dengan kriteria sampel. Kelinci kemudian diletakkan dalam kandang, diberi makan dan minum 3 kali sehari dan dilakukan adaptasi terhadap lingkungan laboratorium selama 2 minggu. 3. Kelinci kemudian dibuat kelompok, yaitu kelompok perlakuan yang diberikan gel sisik ikan mas, basis gel sisik ikan mas, aloevera, dan kontrol negatif. 4. Dilakukan anestesi terlebih dahulu pada bagian musculus femoralis. 5. Bulu di bagian punggung kelinci digunting,dan dicukur menggunakan alat cukur (silet)

26

6. Diukur panjang luka menggunakan penggaris yang akan di insisi sepanjang 3 cm dengan kedalaman 2 mm. 7. Dilakukan insisi pada punggung kelinci, pemberian perlakuan dan pengambilan data dilakukan selama luka benar-benar sembuh. 8. Melakukan pemantauan terhadap kelompok perlakuan dengan melihat kriteria secara klinis setiap hari mulai terbentuknya luka insisi sampai luka menutup. 9. Melakukan pengolahan data.

4.12 Data dan jenis data Data pada penelitian inu merupakan data primer dan penyajian data disajikam dalam bentuk tabel.

4.13 Analisis data Jenis data pada penelitian ini merupaka data primer. Data yang diperoleh didsitribusikan ke dalam tabel menggunakan SPSS, kemudian dilakukan uji SaphiroWilk untuk mengetahui normalitas sampel. Selanjutnya diolah dengan uji Friedman, uji Kruskall Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann Whitney.

27

4.14 Alur penelitian

Sisik ikan

Pembuatan gel sisik Ikan mas

Adaptasi kelinci jantan

Insisi pada punggung kelinci

Menggunakan

Menggunakan

Menggunakan

Gel sisik

Aloe vera

Basis gel sisik ikan

ikan Mas

Mas

Pengamatan penyembuhan luka

Hasil

28

BAB V HASIL PENELITIAN

Telah dilakukan penelitian mengenai efektivitas gel sisik ikan Mas (cyprinus carpio) dalam mempercepat proses penyembuhan luka insisi pada kelinci (oryctolagus cuniculus). Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2017 di Laboratorium Biofarmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. Pada penelitian ini digunakan 4 kelompok perlakuan, yaitu gel sisik ikan Mas, basis gel sisik ikan Mas, aloe vera, dan tanpa perlakuan setiap kelompok perlakuan terdiri dari 4 ekor kelinci. Sehingga jumlah sampel seluruhnya adalah 16 sampel. Dilakukan adaptasi selama dua minggu pada kelinci, penilaian sembuhnya luka diamati secara klinis pad hari ke- 1 sampai hari ke- 14 pada semua hewan coba dengan mencatat perubahan diameter panjang luka insisi dan perubahan warna serta perubahan pembengkakan yang terjadi pada luka bekas insisi. Seluruh hasil penelitian kemudian dikumpul dan dicatat, kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data dengan program SPSS versi 24. Data yang diperoleh diuji normalitasnya menggunakan Saphiro-Wilk karena besar sampel yang digunakan ≤50 dan p≥ 0,05. Dari hasil uji normalitas didapatkan bahwa data tidak normal yakni p<0,05, sehingga dilanjutkan menggunakan uji data non-parametrik. Hasil pengukuran dan perhitungan penyembuhan luka pasca insisi ditampilkan dalam Tabel 5.1.

29

Tabel 5.1 Distribusi Rerata Besarnya Luka Pasca Insisi pada setiap Kelompok Kelompok

Hari (Mean±SD) 8 9 10

1

2

3

4

5

6

7

11

12

13

14

p*

Gel Sisik Ikan Mas

3.00 ± 0.00

2.97 ± 0.00

2.92 ± 0.09

2.82 ± 0.05

2.77 ± 0.12

2.60 ± 0.16

2.52 ± 0.29

2.37 ± 0.34

2.25 ± 0.45

2.15 ± 0.57

1.92 ± 0.62 ±

1.75 ± 0.71

1.52 ± 0.68

0.92 ± 0.67

0.00

Basis Gel Sisik Ikan Mas

3.00 ± 0.00

3.00 ± 0.00

2.95 ± 0.05

2.87 ± 0.12

2.80 ± 0.11

2.77 ± 0.15

2.62 ± 0.20

2.55 ± 0.23

2.45 ± 0.26

2.20 ± 0.46

2.07 ± 0.49

1.85 ± 0.46

1.52 ± 0.39

1.27 ± 0.48

0.00

Aloe Vera

3.00 ± 0.00

2.97 ± 0.05

2.90 ± 0.00

2.82 ± 0.09

2.65 ± 0.12

2.55 ± 0.19

2.42 ± 0.09

2.27 ± 0.12

1.95 ± 0.10

1.65 ± 0.12

1.37 ± 0.20

1.05 ± 0.17

0.45 ± 0.17

0.25 ± 0.12

0.00

Tanpa Perlakuan

3.00 ± 0.00

3.00 ± 0.00

3.00 ± 0.00

3.00 ± 0.00

2.95 ± 0.05

2.85 ± 0.05

2.80 ± 0.08

2.70 ± 0.08

2.62 ± 0.09

2.55 ± 0.05

2.40 ± 0.08

2.27 ± 0.12

1.97 ± 0.32

1.80 ± 0.40

0.00

*Uji Friedman p<0,005

30

Tabel 5.1 menunujukkan niali rerata waktu penyembuhan luka pasca insisi kelompok perlakuan gel sisik ikan mas hari pertama 3.00±0.00 sampai hari ke-14 0.92±0.67, kelompok perlakuan basi gel sisik ikan mas hari pertama 3.00±0.00 sampai hari ke14 1.27±0.48, kelompok perlakuan aloe vera 3.00±0.00 sampai hari ke-14 0.25±0.12, dan kelompok tanpa perlakuan hari pertama 3.00±0.00 sampai hari ke-14 1.80 ±0.40. Pada penelitian ini menggunakan uji Friedman yang menunjukkan nilai p<0.05. Hal ini berarti terdapat perbedaan waktu penyembuhan luka pasca insisi punggung kelinci yang bermakna dimana paling cepat terdapat pada kelompok perlakuan yang diberikan aloe vera, kemudian diikuti dengan kelompok perlakuan yang diberikan gel sisik ikan Mas, basis gel sisik ikan Mas, dan waktu penyembuhan terlama terdapat pada kelompok kontrol negatif. Karena hasil yang didapatkan bermakna, maka uji dilanjutkan untuk melihat perbedaan perbandingan pada hari pertama sampai hari ke-14 tiap kelompok dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Uji Kruskall Wallis Kelompok Gel Sisik Ikan Mas Basis Gel Sisik Ikan Mas Aloe Vera Tanpa Perlakuan Sig

Mean ± SD 9.13 ± 0.67 7.50 ± 0.48 13.88 ± 0.12 3.50 ± 0.40 0.020

Analisa penyembuhan luka dilakukan setiap hari untuk mengetahui perbedaan proses penyembuhan luka. Tabel 5.2 hasil dari uji Kruskall Wallis diperoleh nilai probabilitas 0.020 (p< 0.05). Hal ini berarti terdapat perbedaan yang bermakna dalam penyembuhan luka pasca insisi punggung kelinci antara semua kelompok perlakuan.

31

Karena hasil yang didapatkan bermakna, maka uji dilanjutkan untuk melihat perbedaan perbandingan kelompok perlakuan. Tabel 5.3 Uji Mann Whitney

Kelompok Gel Sisik Ikan Mas Basis Gel Sisik Ikan Mas Aloe Vera Tanpa Perlakuan

Gel Sisik Ikan Mas

Basis Sisik Ikan Mas

Aloe Vera

Tanpa Perlakuan

-

0.561

0.108

0.074

-

0.021

0.076

-

0.18 -

Tabel 5.3 terlihat tidak ada perbedaan signifikan antara gel sisik ikan Mas dan basis gel sisik ikan Mas, gel sisik ikan Mas dan aloe vera dan gel sisik ikan Mas dan tanpa perlakuan pada level signifikan 0.05 yang artinya pada kelompok perlakuan tersebut memiliki kecenderungan efek yang sama dalam penyembuhan luka pasca insisi tetapi ada perbedaan antara basis gel dan aloe vera dengan nilai probabilitas 0,021 (p<0.05). Grafik penyembuhan luka secara normal akan mengalami peningkatan diawal terjadinya luka karena fase inflamsi atau peradangan setelah fase inflamasi berakhir maka grafik akan mengalami penurunan sampai luka sembuh, akan tetapi apabila tidak terjadi perubahan setelah fase inflamasi maka dapat dikatakan adanya hambatan penyembuhan luka. Grafik 5.1 menggambarkan pada kelompok gel sisik ikan Mas, aloe vera dan basis gel sisik ikan Mas memiliki nilai grafik yang hampir

32

sama dari hari pertama sampai hari ke-14 kecuali kelompok tanpa perlakuan yang memilki nilai grafik yang berbeda dengan 3 kelompok lainnya. Pada kelompok perlakuan gel sisik ikan mas dan basis sisik ikan menunjukkan hari ketiga luka pasca insisi sudah mulai berkurang menjadi 2.93 dan 2.95 dan rata-rata luka kelinci sembuh pada hari ke-14. Kelompok perlakuan aloe vera pada hari pertama 3.00 mengalami penurunan pada hari kedua 2.98 kontrol negatif mengalami penyembuhan luka paling lambat dengan nilai pada hari kedua masih 3.00 dan hari ke-14 beberapa luka belum sembuh.

Kecepatan Penyembuhan Luka

Tabel 5.4 Grafik Kecepatan Penyembuhan Luka 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00

Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Luka 1 3.00 2.98 2.93 2.83 2.78 2.60 2.53 2.38 2.25 2.15 1.93 1.75 1.52 0.93 Luka 2 3.00 3.00 2.95 2.88 2.80 2.78 2.63 2.55 2.45 2.20 2.08 1.85 1.52 1.27 Luka 3 3.00 2.98 2.90 2.83 2.65 2.55 2.43 2.28 1.95 1.65 1.38 1.05 0.45 0.25 Luka 4 3.00 3.00 3.00 3.00 2.95 2.85 2.80 2.70 2.63 2.55 2.40 2.28 1.98 1.80

Keterangan : Luka 1 : Perlakuan Gel Sisik Ikan Mas. Luka 2 : Perlakuan Basis Gel Sisik Ikan Mas. Luka 3 : Perlakuan Aloe Vera. Luka 4 : Tanpa Perlakuan.

33

BAB VI PEMBAHASAN

Pengamatan pada penelitian ini adalah melihat penyembuhan luka insisi pada kelinci dengan perbandingan antara gel sisik ikan mas, basis gel sisik ikan mas, aloe vera dan tanpa pemberian terhadap kecepatan penyembuhan luka insisi pada kelinci. Penelitian ini dilakukan pada 4 ekor kelinci putih jantan. 4 kelinci ini dilakukan 4 insisi pada punggung kelinci, 2 di regio kanan atas dan bawah dan 2 di regio kiri atas dan bawah. Masing-masing tiap luka diberikan perlakuan gel sisik ikan mas, basis gel sisik ikan mas, aloe vera dan tidak berikan perlakuan. Efek percepatan penyembuhan dilihat dengan observasi klinis luka pasca ekstraksi setiap harinya hingga luka menutup. Luka dikatakan sembuh apabila permukaannya telah bersatu kembali dan didapatkan kekuatan jaringan yang normal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas gel sisik ikan mas, pada luka insisi di punggung kelinci. Sisik ikan dalam skala industri (diperoleh dari industri fillet ikan) dapat dimanfaatkan sebagai sumber kolagen.4 Kolagen merupakan agen hemostatis yang sangat baik dan dapat mempercepat proses penyembuhan luka.7 Penyembuhan luka merupakan sebuah proses transisi yang merupakan salah satu proses paling kompleks dalam fisiologi manusia yang melibatkan serangkaian reaksi dan interaksi kompleks antara sel dan mediator.18 Tipe penyembuhan luka terbagi

34

menjadi tiga macam, berdasarkan karakteristik jumlah jaringan yang hilang yaitu, penyembuhan luka primer (primary intention healing), penyembuhan luka sekunder (secondary intention healing), dan penyembuhan luka tersier (tertiary intention healing).19 Fase penyembuhan luka pacsa insisi terdiri atas fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase remodeling/maturasi. Fase inflamasi dimulai 24 jam pasca perlukaan dilakukan dan berlangsung sekitar 3 hari fase ini ditandai dengan adanya hemostatis dan peradangan. Pada fase proliferasi didukung oleh TNF- α dan sangat penting dalam penyembuhan luka, yang diakhiri dengan pembentukan jaringan granulasi. Fase remodelin/maturasi biasanya dimulai 1 minggu setelah cedera, jaringan akan menjadi lunak saat kolagen diresorpsi dan disusun.21,22 Sisik ikan dapat dimanfaatkan sebagai sumber kolagen karena kolagen merupakan agen hemostatis yang baik dan dapat mempercepat proses penyembuhan luka.7 Pada sisik ikan dapat dimanfaatkan kembali karena terdapat senyawa kimia yang terkandung dalam sisik ikan, antara lain adalah 41-84% merupakan protein organik (kolagen dan ichtylepidin) dan sisanya merupakan residu mineral dan garam inorganik seperti agnesium karbonat dan kalsium karbonat. Komponen besar yang terdapat di sisik ikan antara lain adalah 70% air, 27% protein, 1% lemak, dan 2% abu.4 Ekstrak kolagen mengaktifkan jaringan fibroblast dan menginisiasi biosintesis kolagen dari dalam sehingga meningkatkan elastisitas dan kelembaban kulit.26 Pada tabel 5.1 Dapat dilihat pada tabel di hari ketiga terlihat panjang luka insisi yang diberikan perlakuan aloe vera 2.90 sedangkan luka insisi yang diberikan perlakuan gel sisik ikan mas 2.92, pada hari kelima yang diberikan perlakuan aloe

35

vera 2.65 sedangkan gel sisik ikan mas 2.77, pada hari ketujuh terlihat aloe vera memiliki panjang luka 2.42 sedangkan gel sisik ikan mas 2.52, hari kesembilan aloe vera memiliki panjang 1.95 sedangkan 2.25 sedikit mulai mengecil dibandingkan dengan gel sisik ikan mas, hari ke 12 terlihat luka insisi yang diberikan perlakuan aloe vera memiliki panjang luka 1.05 sedangkan gel sisik ikan 1.75, pada hari ke 14 terlihat luka insisi yang diberikan perlakuan aloe vera 0.25 sudah mulai mengecil/meghilang jika dibandingkan dengan luka yang diberikan perlakuan gel sisik ikan mas yaitu 0.92. Pada penelitian Rini Puspita (2016) menunjukkan bahwa aloe vera banyak mengandung zat-zat aktif yang sangat bermanfaat dalam mempercepat penyembuhan luka karena mengandung saponin, flavonoid, tanin, dan polifenol.29 Penelitian menurut Christian (2015) menganai aloe vera menunjukkan bahwa aloe vera juga berkhasiat sebagai, antiseptik, antijamur, antioksidan, antimikroba, serta antivirus.8 Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa gel sisik ikan Mas mempunyai efek penyembuhan luka pada luka insisi kulit kelinci karena sisik ikan memiliki kandungan kolagen yang dapat berperan dalam penyembuhan luka. Namun, kandungan kolagen pada sisik ikan tergolong sedikit sehingga

pada kelompok

perlakuan aloe vera penyembuhan luka lebih cepat. Hal ini disebabkan oleh kandungan antiinflamasi seperti saponin, flavonoid, tanin, dan polifenol yang dapat menyembuhkan luka.

36

BAB VII PENUTUP 7.1 Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dsimpulkan bahwa : 1. Gel sisik ikan Mas efektif dalam penyembuhan luka insisi kelinci. 2. Urutan penyembuhan luka yang paling cepat yaitu aloe vera, gel sisik ikan mas, basis gel sisik ikan mas, dan tanpa perlakuan. 7.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan penelitian lebih lanjut tentang : 1. Perlu dilakukan uji kandungan kolagen pada sisik ikan Mas untuk penyembuhan luka pada rongga mulut.

37

DAFTAR PUSTAKA 1. Artho LN, Wuisan J, Najoa JA. Efek serbuk kopi robusta (coffea canephora) terhadap penyembuhan luka insisi pada kelinci (oryctolagus cuniculus). J-e Biomed.September-Desember 2015; 3(3). Hal.744. 2. Rupina W, Trianto HF, Fitrianingrum L. Efek salep ekstrak etanol 70% daun karamunting terhadap re-epitelisasi luka insisi kulit tikus wistar. eJKI. April 2016; 4(1). Hal.27. 3. Lostapa WF, Wardhita JG, Pemayun GP, Sudimartini LM. Kecepatan kesembuhan luka insisi yang diberi amoksilin dan asam mefenamat pada tikus putih. Buletin Veteriner Udayana.Agustus 2016; 8(2).Hal.173. 4. Budirahardjo R. Sisik ikan sebagai bahan yang berpotensi mempercepat proses penyembuhan jaringan lunak rongga mulut, regenerasi dentin tulang alveolar. Jember. 2014. Hal. 1. 5. Hartati I, Kurniasari L. Kajian produksi kolagen dari limbah sisik ikan secara ekstraksi enzimatis. Momentum: April,2010; 6(1). Hal. 33. 6. Silvipriya K.S, Kumar KK, Dinesh Kumar K, John A, Lakshmanan P. Fish processing waste : a promising source of type-I collagen. Current trends in biotech ang pharm: October,2016; 10(4). Hal.374. 7. Nurhayati, Peranginangin R. Prospek pemanfaatan limbah perikanan sebagai sumber kolagen. Squalen: Desember,2009; 4(3). Hal.83-4.

38

8. Purnama H, Ratnawulan S. Proses penyembuhan dan perawatan luka. Farmaka Suplemen: 2011; 15 (2). Hal. 251 9. Putri RC, Agustina W. Pengaruh pemberian ekstrak albumin ikan gabus (Channa striata) topikal terhadap percepatan kontraksi luka insisi pada tikus putih (rattus norvegicus) strain wistar. J of nurs care & biomol: 2016; 1(1). Hal.45 10. Pratiwi AD, Ratnawati R, Kristianto H. Pengaruh pemberian ekstrak kuncup bunga cengkeh terhadap peningkatan ketebalan epitelisasi luka insisi pada tikus putih. Masalah Kes FKUB. September 2015; 2(3). Hal.135. 11. Rahmawati I. Perbedaan efek perawatan luka menggunakan gerusan daun petai cina dan povidon iodine 10% dalam mempercepat luka bersih pada marmut (Cavia porcellus). J. Wiyata; Desember 2014; 1(2). Hal.228 12. Balqis U, Masyitha D, Febrina F. Proses penyembuhan luka bakar dengan gerusan daun kedondong danvaselin pada tikus putih secara histopatologis. J.Med Vet;Februari 2014; 8(1). Hal.9. 13. Fitria M, Saputra D, Revilla G. Pengaruh papain getah pepaya terhadap pembentukan jaringan granulasi pada penyembuhan luka bakar tikus percobaan. J.Kes And. 2014;3(1). Hal.73. 14. Dzulfikar. Penanganan luka bakar di ruang perawatan intensif anak. Majalah kedokteran terapi intensif; April 2012; 2(2). Hal.79. 15. Kusuma Negara RF, Ratnawati R, Dewi D. Pengaruh perawatan luka bakar derajat II menggunakan ekstrak etanol daun sirih (piper betle lin) terhadap

39

peningkatan ketebalan jaringan granulasi pada tikus putih jantan galur wistar. Majalah Kes FKUB; Juni 2014; 1(2). Hal.87. 16. Mawarti H, Ghofar A. Aktivitas antioksidant flavonoid terhadap perubahan histologi proses penyembuhan luka bakar grade II. J.edu Health; April 2014; 4(1). Hal.34. 17. Prasetyono T.OH. General concept of wound healing,revisited. Med.J Indones; July-September 2009; 18(3). Hal.208. 18. Hariyanto T, Herawati H, Wahyuningsri. Hubungan antara konsumsi rokok dengan lama proses penyembuhan luka operasi elektif steril fase inflamasi di instalasi rawat inap II rumah sakit umum daerah dr.Saiful anwar Malang. Jurnal keperawatan; Januari 2015; 6(1). Hal.57. 19. Sabirin R.IP, Maskoen AM, Hernowo BS. Peran ekstrak etanol topical daun mengkudu (Morinda citrifolia L) pada penyembuhan luka ditinjau dari imunoekspresi CD34 dan kolagen pada tikus galur wistar. MKB;Desember 2013; 45(4). Hal.227. 20. Rosellini I. Peranan sel punca dalam penanganan luka kronis. CDK-230; 2015; 42(7). Hal.538-9. 21. Broughton G, Janis J, Attinger CE. Wound healing: an overview. American Soc of plastic and reconstructive surgery; June supplement 2006. Hal.1. 22. Pudjirahaju A, Rustidja, Sumitro SB. Penelusuran genotype ikan mas (Cyprinus carpio L) strain punten gynogenetik strain. Jurnal ilmu-ilmu perairan dan perikanan Indones; Juni 2008; 1:13.

40

23. Afifah B, Abdulgani N, Mahasri G. Efektifitas perendaman benih ikan mas dalam larutan perasan daun api-api terhadap penurunan jumlah trichodina sp. J.Sains dan seni pomits; 3(2). Hal.58. 24. Tim Lentera. Pembesaram ikan mas di kolam air deras. Kiat mengatasi permasalahan praktis. 2012. Hal-2-5. 25. Setyowati H, Setyani W. Potensi nanokolagen limbah sisik ikan sebagai cosmeceutical. Jurnal farmasi sains dan komunitas; Mei 2015; 12(1). Hal. 30-1. 26. Puspitasari R, Sunyoto, Arrosyid M. Uji efektivitas ekstrak lidah buaya (aloe vera l.) terhadap penyembuhan luka sayat pada mencit jantan (Mus musculus) galur swiss. Cerata J of Pharm sci. Hal.2. 27. Sewta C, Mambo C, Wuisan J. Uji efek ekstrak daun lidah buaya (Aloe vera.L) terhadap penyembuhan luka insisi kulit kelinci (oryctolagus cuniculus). Jurnal.ebiomedik (eBm), Januari-April 2015; 3(1). Hal. 454. 28. Mas’ud C, Tulung Y, Umboh J, Rahasia A. Pengaruh pemberian beberapa jenis hijauan terhadap performans ternak kelinci. J.Zootek, Juli 2015; 35(2). Hal 28994. 29. Santoso U, Sutarno. Bobot potong dan karkas kelinci New Zealand white jantan setelah pemberian ransum dengan kacang koro (mucuna pruirens car.utilis). Nusantara Bioscience 1;Agustus 2009. Hal.117-22.

41

30. Edi B, Mardiani D. Mengenal dan memelihara berbagai jenis kelinci ras yang popular di Indonesia; 2015. Hal.5 31. Putra GM, Budiana. Seri agrihobi Kelinci Hias. 2013. Hal.7.

42

LAMPIRAN

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

DOKUMENTASI PENELITIAN A. Alat dan Bahan

54

55

56

57

58

B. Proses Penelitian

59

60