unduh makalah lengkap - OPI LIPI

Indonesia telah melakukan beberapa langkah penerapan prinsip-prinsip Pengelolaan. Sumber Daya Air Terpadu (Integrated Water Resources Management IWRM)...

74 downloads 600 Views 2MB Size
Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber Daya Air berkelanjutan

2011

Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber Daya Air berkelanjutan * Oleh Dr. Ir. Arie Setiadi Moerwanto, MSc. Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air - Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum *) Disampaikan pada Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional X

I. Pendahuluan Indonesia telah melakukan beberapa langkah penerapan prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (Integrated Water Resources Management IWRM) baik di tingkat nasional maupun regional, ditandai dengan dinamika Pengelolaan SDA di Indonesia, salah satu yang pokok adalah perubahan perundangan (UU No.7/2004 dan differentialnya), yang didalamnya memuat penataan kelembagaan (pembentukan Dewan Sumber Daya Air, pembentukan Balai Besar, Balai Wilayah Sungai), serta penyempurnaan management tools di bidang SDA. Infrastruktur Sumber Daya Air mungkin masih cukup baik (di beberapa lokasi memerlukan perhatian serius) dan kondisi lahan masih sesuai aturan, tetapi kemampuan ketahahan terhadap bahaya (Hazzard) telah mendekati limit. Perubahan iklim dan kenaikan permukaan laut yang dikombinasikan dengan penurunan muka tanah meminta pemeriksaan ulang pengelolaan air di negeri yang kita cintai ini. Ketahanan sistem air utama, infrastruktur air dan aturan-aturan dasar yang ada perlu untuk dipertimbangkan kembali. Penggunaan air terutama diperkotaan telah juga berubah seiring dengan peningkatan taraf hidup dan urbanisasi, tentu saja ini akan berujung pada kebutuhan fasilitas baru. Kita hanya dapat merespon perkiraan dampak perubahan iklim dan dinamika yang lainnya jika kita sepenuhnya fasih dengan cara sistem air utama bekerja. Pertanyaannya adalah, apakah kita masih akrab dengan latar belakang, operasi dan aturan pengelolaan air kita ? Tulisan ini berusaha untuk berkontribusi dalam menjawab pertanyaan itu. Hal ini juga merupakan kesempatan yang baik untuk menawarkan kepada rekan-rekan peneliti pada Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional X ini dan rekan-rekan dari luar negeri mengenai gambaran pengelolaan air di Indonesia.

Pusat Litbang SDA Bandung

1

Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber Daya Air berkelanjutan

2011

II. Tujuan Memberikan informasi dan tukar pengetahuan tentang aktifitas Pusat Litbang Sumber Daya Air dalam mendukung dan meningkatkan kinerja pengelolaan sumber daya air di Indonesia dan untuk mendapatkan masukan-masukan baru dari forum ilmiah dalam menghadapi tantangan kedepan

III. Metode Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah kompilasi dari hasil kegiatan Puslitbang Air dan kegiatan kerjasama antara Puslitbang Air dengan institusi lain dari dalam negeri maupun luar negeri serta hasil dari berbagai sumber yang berkaitan dengan sumber daya air.

IV. Hasil Kegiatan 4.1

Perubahan iklim

Pemanasan global menurut IPPC 2007 berdampak 93.4 % di lautan, atmospir 2.3 %, Gletser,Ice cap, arctic, greenland Ice sheet, antartic ice sheet 2.1%, dan sisanya di continents 2.1%. Terdapat sepuluh indikator untuk mendeteksi adanya perubahan iklim yaitu : 1. Suhu udara dekat permukaan (Air Temperature Near Surface / Trophospere) 2. Kelembaban (Humidity) 3. Gletser (Glaciers) 4. Suhu udara di atas lautan (Temperature Over Oceans) 5. Suhu udara permukaan laut (Sea Surface Temperature) 6. Ketebalan salju (Snow cover) 7. Muka air laut (Sea level) 8. Laut es (Sea Ice) 9. Kandungan panas lautan (Ocean Heat Content) 10. Suhu udara di daratan (Temperature Over land) Data dan informasi pada beberapa representasi lokasi di dunia menunjukkan bahwa dari sepuluh indikator ini mendukung adanya pernyataan telah terjadi perubahan iklim seperti terlihat pada Gambar 1. Pada kesempatan ini hanya akan dituliskan mengenai dua indikator pokok yang sangat berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air yaitu perubahan temperatur dan kenaikan muka air laut

Pusat Litbang SDA Bandung

2

Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber Daya Air berkelanjutan

2011

Gambar 1. Indikator menunjukkan adanya perubahan iklim global (Sumber : KNMI 2011) . Tingkat pemanasan rata-rata selama lima puluh tahun terakhir hampir dua kali lipat dari rata-rata seratus tahun terakhir. Temperatur rata-rata global naik sebesar 0.74oC selama abad ke-20, dimana pemanasan lebih dirasakan pada daerah daratan dari pada lautan dan sebelas dari dua belas tahun terakhir merupakan tahun-tahun terhangat dalam temperatur permukaan global sejak 1850 (lihat Gambar 2).

Ga mb ar 2. Atmospheric temperature rise between 2100 and 1990 as simulated by various CGCMs, (Sumber : Sybren Drijfhout and Caroline Katsman (KNMI) Berbagai model global menunjukkan bahwa kenaikan temperature akan meningkat seperti ditunjukan pada Gambar 3 hasil model perubahan iklim global, adapun untuk digunakan sebagai scenario prediksi kenaikan temperatur disarankan dalam kategori seperti pada Tabel 1 berikut

Pusat Litbang SDA Bandung

3

Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber Daya Air berkelanjutan

2011

Tabel 1. Perkiraan Kenaikan Temperatur 2050-2100 WAKTU

Moderate

Warm

Sampai dengan 2050

+ 1 ˚C

+ 2 ˚C

2050 – 2100

+ 2 ˚C

+ 4 ˚C

Kenaikan muka air laut telah diduga menjadi salah satu penyebab sering terjadinya banjir selain perubahan tata guna lahan, intentistas hujan, dan pengaturan air. Kenaikan muka air laut secara global ditunjukkan pada Gambar 3 yang dihasilkan dari beberapa scenario model. Perubahan muka air laut Jakarta berdasarkan pemodelan secara global maupun pengaruh lokal di atas sedikit dari rata-rata kenaikan muka air laut global sebesar 0.47 m, hal ini dapat dibuktikan dengan hasil pengamatan di Pasar ikan dan Tanjung Priuk Jakarta seperti terlihat pada Gambar 4.

Gambar 3. Kenaikan Muka air laut rata-rata Global (1990-2100) enam SRES Scenario (Sumber : IPCC 2007)

Gambar 4. Muka air laut Pasar Ikan pada saat kejadian banjir Februari 2007 (Sumber : JFHM 2009)

Pusat Litbang SDA Bandung

4

Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber Daya Air berkelanjutan

2011

Gambar 5. Perubahan muka air laut Regional (Global dan Local) (Sumber : KNMI 2011) Tabel 2. Extremes List IPCC-AR4, WG1 report (IPCC, 2007)

Salah satu catatan penting untuk menjawab tantangan pengelolaan sumber daya air kedepan adalah laporan hasil WG1 IPPC 2007 mengenai kondisi ekstrim yang tetera pada Tabel 2, dimana semua fenomena dan arah trennya akan menjadi konstrain dalam PSDA. Sebagai contoh untuk fenomena frekuensi curah hujan deras (atau proporsi total curah hujan intensitas tinggi) meningkat pada hampir semua wilayah (heavy precipitation event frequency (or proportion of total rainfall from heavy falls) increases over most areas). hal ini telah dibuktikan dalam salah satu kegiatan Puslitbang SDA-SDA kerjasama dengan Deltares, pada study Upper Citarum Basin

Pusat Litbang SDA Bandung

5

Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber Daya Air berkelanjutan

2011

Flood Management dimana hubungan antara hujan deras lima harian dengan volume banjir pada DAS Citarum (Nanjung), berubah antara tahun 1974-1997 dan 1998-2010.

Gambar 6. Flood volume – 5 day rainfall correlation Citarum at Nanjung (Sumber : UCBFM : Discharge Extremes including 2009 – 2010)

Demikian halnya untuk kasus kekeringan dengan wilayah/daerah yang dipengaruhi oleh bahaya kekeringan.

4.2

meningkatnya

jumlah

Permasalahan Perencanaan Infrastruktur SDA

Dalam merencanakan bangungan SDA perlu diperhatikan kondisi geologi terutama pondasinya harus terletak di atas lapisan tanah yang mempunyai daya dukung memadai, nilai permeabilitas dan kompresibilitas yang rendah, namun demikian apabila kondisi di atas tidak terpenuhi dapat dilakukan perbaikan. Di samping itu, kondisi alur sungai juga diperhatikan mengenai gerusan, material dasar sungai maupun kondisi tebing supaya tidak terjadi permasalahan. Beberapa contoh permasalahan pada bangunan SDA tercatat seperti di bawah ini 4.2.1 Permasalahan Perencanaan Bendung Batang Sinamar-Sumatera Barat Bendung Batang Sinamar dibangun pada palung sungai yang relatif sempit, dengan memotong tebing palung sungai yang relatif terjal, menjadikan lereng semakin curam sehingga menjadi mudah mengalami longsoran terutama pada saat musim hujan Bendung dibangun di atas lapisan endapan aluvial berupa pasir kasar sampai bongkah dengan nilai permeabilitas tinggi. Kecenderungan perkembangan dasar sungai ke arah vertikal lebih dominan berupa degradasi dasar sungai. Angkutan sedimen yang terjadi didominasi oleh fraksi pasir kasar dan kerakal, terutama akan terjadi pada debit sungai tinggi

Pusat Litbang SDA Bandung

6

Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber Daya Air berkelanjutan

2011

4.2.2 Permasalahan Perencanaan Bendung Batang Alai dan Bendung Pitap, Kalimantan Selatan Mengacu pada desain pondasi Bendung Batang Alai, dapat diduga bahwa kondisi lapangan tersebut tidak diperkirakan sebelumnya dalam desain pondasi bendung. Desain grouting tirai yang ada dibuat dengan anggapan sebagai berikut : 1) 2) 3)

Kondisi geologi pondasi bendung relatif sama; Variasi harga lugeon tidak berbeda terlalu jauh; Tidak ada rongga-rongga pada batuan pondasi.

Perlu diketahui bahwa batugamping merupakan jenis batuan yang mudah mengalami pelarutan. Akibat dari pelarutan tersebut terbentuk rongga-rongga yang saling berhubungan atau terbentuk celah terbuka memanjang. Oleh karena itu, dapat dimengerti bahwa grouting tirai tersebut tidak mampu menanggulangi aliran rembesan yang melalui lapisan batugamping berongga. 4.2.3 Permasalahan Perencanaan Jembatan Gantung Jenggalu, Bengkulu Berdasarkan pengamatan lapangan dan kajian tim Pusat Litbang SDA bahwa Penyebab timbulnya permasalahan:    

Gerusan gelombang laut, terutama pada bagian atas tebing kanan mengakibatkan mundurnya garis tebing. Erosi tebing oleh aliran sungai baik oleh debit sungai dari hulu maupun kombinasinya dengan aliran akibat pasang-surut. Dinamika muara yang cenderung bergeser ke kanan (ke Utara ) sebagai dampak faktor tersebut di atas. Gerusan Lokal (local scouring) akibat keberadaan tiang pancang dan material pelindung tebing (buis beton dan batu).

 4.3

PSDA Wilayah Sungai

Jaminan terselenggaranya Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) yang dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat dalam segala bidang kehidupan, merupakan amanat Undang-undang No. 7/2004 SDA, dan dinyatakan dalam bentuk perintah untuk menyusun pola pengelolaan sumber daya air. Penyusunan pola pengelolaan sumber daya air dilakukan secara terbuka melalui pelibatan berbagai pihak dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang agar pola pengelolaan sumber daya air mengikat berbagai pihak yang berkepentingan Adapun tahapan penyusunan pola dari mulai tahap persiapan hingga penetapan oleh bupati/walikota, gubernur, menteri sesuai wilayah sungai kewenangannya diatur dalam Peraturan Pemerintah No 22 tahun 2009 tentang pedoman penyusunan pola pengelolaan sumber daya air Sebagai gambaran dasar betapa pentingnya pengelolaan sumber daya air terpadu di seluruh wilayah sungai di Indonesia adalah kondisi index pemakaian air.

Pusat Litbang SDA Bandung

7

Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber Daya Air berkelanjutan

2011

Salah satu studi di Pusat litbang SDA menyatakan Index pemakaian air dalam bentuk pembagian kebutuhan air oleh ketersediaan air, selanjutnya untuk menyatakan kekritisan neraca tersebut diberikan tanda kritis untuk nilai di atas 0.6.

Indeks Pemakaian Air kebutuhan / ketersediaan 0.591 to 0.986 0.247 to 0.591 0.068 to 0.247 0.04 to 0.068 0.001 to 0.04

(6) (5) (7) (6) (8)

Gambar 7. Peta Index pemakaian air di Indonesia basis propinsi (Sumber : Kegiatan litbang Puslitbang SDA 2011)

Sampai dengan saat ini baru dapat diperkirakan index pemakaian air dalam basis propinsi dan menunjukan Pulau Jawa dan Bali dalam kondisi kritis, perhatian juga pada Sulawesi Selatan, Lampung, dan Nusa Tenggara untuk masa mendatang. Apabila pertumbuhan penduduk dan peningkatan ekonomi tidak dibarengi dengan perencanan PSDA akan mengakibatkan kondisi seperti di Pualu Jawa, lihat gambar Peta Index pemakaian air di Indonesia. Pulau Jawa jelas memerlukan tampungan-tampungan dan pengoperasian yang lebih optimal dengan melibatkan seluruh stakeholder. Pusat litbang SDA juga telah mendukung Balai-balai Wilayah Sungai untuk melakukan kajian PSDA dalam satu model wilayah sungai terpadu (RIBASIM Deltares), yang pernah dikembangkan di Indonesia dengan melibatkan peneliti Pusat Litbang SDA sejak 1986 pada Project bantuan Northern-West Java Water Resources Development Integrated Project 1986-1991, dan sekarang telah digunakan pada lebih dari 35 negara di lima benua di dunia, baik untuk perencanaan maupun operasional, berikut ini gambar penampilan alokasi air WS Citanduy. Inti dari kajian Pemodelan PSDA dapat dituliskan sebagai berikut : •



Menjamin alokasi air dapat dilakukan pada semua wilayah sungai untuk scenario kondisi basah, normal, dan kering serta didukung dengan sistem prioritas dan disetujui oleh dewan sumber daya air. Optimasi potensi semua sumber daya air dalam rangka mengurangi kehilangan air

Pusat Litbang SDA Bandung

8

Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber Daya Air berkelanjutan

2011

Gambar 8. Penampilan Alokasi Air WS Citanduy dalam RIBASIM

4.4

Banjir dan kekeringan

4.4.1 Banjir Pusat litbang SDA telah, sedang, dan akan terus mendukung Direktorat jenderal SDA dalam penanganan masalah banjir baik partisipasi dalam bentuk kajian upaya struktural lebih lagi dalam upaya non-struktural. Beberapa masukan diantaranya adalah : Secara berkala setelah suatu kejadian banjir, melakukan analisis hubungan debit banjir dan curah hujan untuk mengetahui trend kenaikan debit puncak dan mengetahui kondisi lingkungan, melakukan OP dan sesuaikan desain infrastruktur SDA dengan menambahkan tinggi jagaan untuk mengakomodasi berbagai ketidakpastian perubahan





CITARUM-NANJUNG

800

2010 700

600

2002 Peak Flow Nanjung

500

EV GEV

D

400

300

200

1

10

100

1000

PERIODE ULANG (Tahun)

Gambar 9. Indikasi peningkatan Puncak Banjir, upaya Operasi dan pemeliharaan dan penyesuaian desain infrastruktur

Pusat Litbang SDA Bandung

9

Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber Daya Air berkelanjutan

2011

Upaya-upaya lain yang sedang dikembangkan dan lebih berfikir kedepan adalah :   

Pengembangan model peringatan dini untuk memperpanjang lead time dengan memanfaatkan dan bekerja dengan pengelola teknologi satellite, Tingkatkan ketelitian hintcasting dan forecating dengan memanfaatkan model Railfall-Runoff, Hydrodynamics dan sistem telemetering, Kembangkan dan desiminasikan peta-peta resiko banjir lengkap dengan sistem pelatihan evakuasi bencana

Gambar 10. Pengembangan Flood Early Warning System 4.4.2 Kekeringan Kekeringan adalah kurangnya hujan yang turun dari biasanya, berdampak pada soil moisture berkurang (akibatnya tanaman mati), tampungan air permukaan berkurang (akibatnya air waduk atau sungai menyusut berujung pada sawah teknis akan puso, kesulitan air minum, listrik mati), dan tampungan air tanah berkurang. Walupun bencana banjir lebih spectacular, namun dampak bencana kekeringan secara sosio-ekonomi bisa lebih merugikan dan sangat luas. Alat untuk ‘mengukur’ kekeringan berupa indeks kekeringan fungsinya untuk menggambarkan tingkat keparahan kekeringan yang terkandung dalam deret data hujan (Wanny : 2007, Studi Index kekeringan) Upaya adaptasi terhadap perubahan iklim direalisasikan melalui pengembangan disaster risk management khususnya yang berkaitan dengan kekeringan melalui upaya mitigasi kekeringan dan diakomodasikan dalam Penelitian Mengatasi Kekeringan Akibat Perubahan Iklim Dengan Pendekatan Mitigasi untuk tahun anggaran 2010-2014 Saat ini penelitian bekerja sama dengan lembaga lain (BMKG) dan pengalaman ahliahli luar negeri (Deltares dan KNMI) dalam Joint Cooperation Program 4 parties

Pusat Litbang SDA Bandung

10

Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber Daya Air berkelanjutan

2011

dikembangkan model DEWMS (Drought Early Warning Management System) kearah Lead time sistem peringatan dini kekeringan dalam orde bulan, sehingga semua potensi harus dioptimumkan untuk menekan kerugian dan konflik Sementara keterlibatan pengelolaan kekeringan dalam bentuk upaya struktural diantaranya adalah : 



Pengambangan bendungan dan reservoir bawah tanah. Terindentifikasi potensi terdapat di lapisan Karst di Selatan Jawa dan pada lapisan endapan aluvial di Bali, NTB dan NTT Pemulihan dan pemanfaatan air tanah dalam . Merupakan potensi reservoir air baku yang besar, kualitas air yang baik dan mencegah land subsidence

Gambar 11. Model DEWMS dan Peta Index Kekeringan

4.5

Revitalisasi Head Works-DAM

Evaluasi keselamatan bendungan dengan penerapan metode yang tepat sesuai dengan kondisi di Indonesia termasuk ketahanan terhadap beban gempa dan debit banjir yang baru, prioritas perencanaan dan metode rehabilitasi, dan implementasi akurat

4.6

Pengembangan irigasi efisien air dan sistem irigasi mikro

Pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi akan merubah peruntukan tata guna lahan, Java-Bali Spatial Model meramalkan bahwa pada kota-kota besar di Pulau Java akan berkembang dan pada tahun 2025 urban area akan berada disekitar 70 – 90 %, hal ini akan menekan luas irigasi pada wilayah disekitarnya lebih jauh untuk Pulau Jawa luas irigasi akan berkurang hingga 25-30%. Kondisi tersebut diatas ditambah dengan upaya pencegahan kekeringan akan menuntut sistem irigasi yang lebih baik untuk itu dikembangkan sistem irigasi hemat air dan irigasi mikro.

Pusat Litbang SDA Bandung

11

Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber Daya Air berkelanjutan

2011

Gambar 12. Perubahan Area Sawah 2000-2025 dalam persentase (%) (Sumber : JavaSpatial Model-Deltares)

4.7

Perbaikan pengelolaan Gambut

Perbaikan pengelolaan Gambut melalui Mitigasi teknologi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, dilakukan dengan pengelolaan sebagai berikut :  

4.8

Gambut memiliki sistem hidrologi yang sangat unik. Kenali dan susun klasifikasi wilayah-wilayah konservasi dan budidaya sebelum dikembangkan. Perbaiki sistem tata air jika terlanjur salah seperti pada kawasan Satu Juta Hektar

Transfer of Knowledge dan Kerjasama Luar negeri

4.8.1 CRBOM APWF’s network of regional water knowledge hubs Knowledge Hubs, Asia-Pacific Water forum yang mempunyai misi untuk menyebarkan state-of the art, dan pengetahuan berdasarkan produk dan pelayanan yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan praktik dibidang sumber daya air. Knowledge Hubs berkomitmen pada keterbukan dan peningkatan kualitas yang terus menerus. Adapun maksud dari Knowledge Hubs adalah meningkatkan performa sektor air dengan mempertimbangkan solusi efektif dan mengembangkan kearifan lokal. Knowledge Hubs, Jaringan forum air Asia Pasifik dari Regional air Knowledge Hubs adalah keluarga secara international yang berkomitmen untuk kebangkitan dan tukar menukar pengetahuan dalam bidang keairan dan capacity building di wilayah AsiaPasifik. Setiap Hub menjadi pengelola dalam jaringan dengan pelanggan (clients) dan partner pada satu prioritas topic keairan, berikut ini adalah jaringan Knowledge Hubs, Asia-Pacific Water forum untuk masing-masing topik, penanggung jawab, dan negara :

Pusat Litbang SDA Bandung

12

Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber Daya Air berkelanjutan

     

    



2011

Urban Water Management : PUB, WaterHub, Singapore Disaster Risk Reduction and Flood Management: International Centre fo Water Hazard and Risk Management (ICHARM), Japan Water and Climate Change Adaptation in Southeast Asia : National hydraulic Research Institute of Malaysia (NAHRIM), Malaysia River Basin Organizations and Management : Centre for River Basin Organizations and Management (CRBOM), Indonesia Water Quality Management in River Basins: Korea Water Resources Corporation (K-water), The Republic of Korea Decition Support System for River Basin Management (Hydroinformatics): Centre for Hydroinformatics in River Basin (CHIRB), The People’s Republics of China Water Governance : Institute of Water Policy (IWP), Singapore Irrigation Service Reform: International Water Management Institute (IWMI), Sri Lanka Integrated Water Resources Management in Central Asia : Central Asia IWRM Resource Centre, Uzbekistan Integrated Water Resources Management in The Pacific : Pacific IWRM Resource Centre, The Fiji Islands Erosion and Sedimentation in River Basins: International Research and Training Center on Erosion and Sedimentation (IRTCES), The People’s Republics of China Healthy rivers and Aquatic Ecosystems : International Water Center (IWC), Australia.

Gambar 13. Jaringan Knowledge Hubs, Asia-Pacific Water forum

Pusat Litbang SDA Bandung

13

Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber Daya Air berkelanjutan

2011

River Basin Organizations and Management : Centre for River Basin Organizations and Management (CRBOM), dimana Indonesia sebagai penanggung jawab merupakan perwujudan dari salah satunya akifitas Hub, khususnya mengenai dukungan dalam pengelolaan wilayah sungai, hal ini merupakan opportunity untuk memperoleh pengetahuan dan kapasitas pengembangan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan-kegiatan sumber daya air pada wilayah sungai, melalui sharing : 1. Knowledge exports: Indonesian experience & expertise 2. Knowledge imports: Experience & expertise from elsewhere in Asia

4.8.2 Kerjasama dengan World Meteorological Organization (WMO) Pusat Litbang Sumber Daya Air merupakan salah satu negara anggota WMO yang tergabung dalam Regional Asosiasi V (Barat daya Pasifik) (RA V). Selain itu juga merupakan Hydrology Advisor untuk Permanent Representative WMO di Indonesia (BMKG). Dr. Ir. Arie Setiadi Moerwanto (Kepala Pusat Litbang SDA) ditunjuk sebagai Leader of Working Group of Hydrology for RA V. Pada sesi ketujuh pertemuan Working Group on Hydrology dari RA V yang berlangsung di Bandung tanggal 14 sampai 18 Desember 2009, diusulkan untuk menjadikan Puslitbang SDA sebagai WMO Regional Training Centre on Hydrology (WMO RTC – Hydrology)

4.8.3 Kerjasama Indonesia – the Netherlands Kerjasama empat institusi dari dua negara dalam bidang Meteorology, Climatology, Hydrology and Early Warning in Indonesia, adapun empat institusi tersebut adalah :    

Meteorological Climatological and Geophysical Agency (BMKG) Royal Netherlands Meteorological Institute (KNMI) Research Center for Water Resources (Pusair) Netherlands Water Research Institute, Deltares

JCP terdiri dari komponen sebagai berikut:  Komponen A - Pengembangan kelembagaan secara Umum mengenai manajemen -JCP  Komponen B - Pengembangan Kolaborasi Penyesuaian standardisasi tool dan pendekatan IWRM  Komponen C – Dukungan pengembangan dataset yang konsisten o C.1: Pengembangan skenario iklim untuk Jakarta o C.2: Database hidrologi untuk wilayah sungai dan daerah rawa  Komponen D - dukungan manajemen operasional untuk pemantauan dan peringatan kekeringan dan banjir o D.1:Pengembangan dan implementasi Sistem Peringatan Dini Kekeringan untuk Indonesia, dan Pemetaan Kekeringan o D.2: Kerangka Konseptual pemantauan / peringatan / manajemen banjir - Jakarta sebagai contoh

Pusat Litbang SDA Bandung

14

Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber Daya Air berkelanjutan

2011

Kerjasama ini sangat menguntungkan untuk peneliti-peneliti Pusair dalam meningkatkan kapasitas dan sharing pengetahuan terutama memanfaatkan sistem data realtime dan prediksi global dari berbagai sumber data satelit, radar, AWS di dunia untuk digunakan sebagai bagian dalam forecasting pemodelan kedepan.

5 KESIMPULAN 

 





Perubahan iklim bukan merupakan fenomena alam yang baru, namun demikian kondisi saat ini makin sukar karena diperburuk oleh perubahan perilaku dan persepsi manusia akan air serta tuntutan sosio-ekonomi. Diperlukan Institusi Pengelola Sumber Daya Air yang kuat dan handal, serta ditunjang oleh SDM yang kreatif dan pratisipasi seluruh pemangku kepentingan Permasalahan kerusakan struktur dapat dikelompokan dalam kesalahan perencanan (SID), Pelaksanaan konstruksi, operasi pemeliharaan, dan tekanan lingkungan. Pusat litbang SDA telah terlibat dalam penyelesaian masalah ini dengan melakukan sharing knowladge dengan lembaga dalam dan laur negeri, pengembangan perangkat lunak dan pemanfaatan teknologi baru, dan pemodelan. Tantangan pengelolan sumber daya air kedepan dapat dijadikan opportunity untuk menghasilkan hasil litbang yang bermanfaat, aplikatif, inovatif, kompetitif dan berwawasan lingkungan. Keterlibatan dalam kerjasama Internasional sangat berguna untuk peningkatan kapasitas dan sharing pengetahuan serta pemanfaatan kemudahan akses data dan global forecasting untuk dijadikan sebagai sarana dalam extend lead time untuk model peringatan dini.

Pusat Litbang SDA Bandung

15