VOL. 3 NO. 1 (2014) JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA : PART 2 HAL 18-22

Download 1 (2014) Jurnal Pendidikan Matematika : Part 2 Hal 18-22. 18. PENERAPAN ... 2, 3)Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP. Abstract. Mathe...

0 downloads 239 Views 293KB Size
Vol. 3 No. 1 (2014) Jurnal Pendidikan Matematika : Part 2 Hal 18-22 PENERAPAN STRATEGI THE FIRING LINE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 BATIPUH Rahma Fitri1), Helma2), Hendra Syarifuddin3) 1) 2,3)

FMIPA UNP, email: [email protected] Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP Abstract

Mathematics learning outcome is a kind of thing which can indicate students’ successfulness in learning. This research is aimed to compare the mathematics learning outcomes between students who learn by using Firing Line strategy and students who learn by using conventional learning. Type of this research is quasi experiment with Randomized Control Group Only Design. Data of students’ learning outcomes were analyzed by using t-tes. This research shows that the learning outcomes of students who learn by using Firing Line strategy is better than the conventional learning. Keywords - learning outcome, Firing Line strategy

PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu bidang yang memiliki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dengan ditetapkannya matematika sebagai salah satu mata pelajaran pokok/wajib dalam setiap Ujian Akhir Nasional (UAN) serta dilihat dari jumlah jam mata pelajaran matematika yang lebih banyak Pembelajaran matematika merupakan proses dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika [1]. Pengetahuan matematika akan lebih baik jika siswa mampu mengkonstruksi melalui pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya. Untuk itu, keterlibatan siswa secara aktif sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini pembelajaran matematika merupakan pembentukan pola pikir dalam penalaran suatu hubungan antara suatu konsep dengan konsep yang lainnya. Pembelajaran matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol kemudian diterapkan pada situasi nyata. Belajar matematika berkaitan dengan apa dan bagaimana menggunakannya dalam membuat keputusan dalam menyelesaikan masalah [2]. Peran guru di sekolah sangat dibutuhkan dalam tercapainya tujuan pembelajaran matematika serta proses belajar mengajar untuk membantu siswa mencapai hasil belajar yang optimal. Akan tetapi siswa merasa kesulitan dalam mempelajari matematika. Kesulitan siswa dalam mempelajari dan memahami matematika terlihat dari mengkaitkan antar konsep-konsep matematika. Mata pelajaran matematika sangat bergantung dari cara guru mengajarkan kepada siswa. Guru dapat membantu siswa memahami pelajaran matematika. Banyak cara bagi seorang guru untuk menyampaikan materi pelajaran yang akan membuat siswa merasa senang serta meningkatkan hasil belajar, diantaranya adalah

dengan menggunakan strategi, metode yang tepat dan dibantu media yang mendukung kegiatan belajar mengajar. Hasil belajar merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan dan dapat dipandang sebagai salah satu ukuran keberhasilan siswa dalam pendidikan di sekolah. Hasil belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah menyangkut pengetahuan, kecakapan atau keterampilan yang dinyatakan sesudah penilaian [3]. Hasil belajar ini dijadikan pedoman atau bahan pertimbangan dalam menentukan kemampuan siswa. Hasil belajar merupakan salah satu indikator dalam melihat ketercapaian tujuan pembelajaran matematika di sekolah. Menurut Ngalim pengertian belajar adalah (1) Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. (2) Belajar merupakan sesuatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; seperti perubahanperubahan terjadi pada diri seseorang bayi. (3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus merupakan akhir dari pada suatu periode waktu yang panjang. Beberapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulanbulan ataupun bertahun tahun. (4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian pemecahan suatu masalah/berfikir, keterampilan kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap [4].

18

Vol. 3 No. 1 (2014) Jurnal Pendidikan Matematika : Part 2 Hal 18-22 Hasil belajar adalah penguasaan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh siswa dari suatu kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang dinyatakan dengan skor/nilai yang diperoleh dari tes hasil belajar setelah proses pembelajaran. Pelaksanaan evaluasi dan penilaian hasil belajar penting dilakukan sebab hasil belajar sebagai ungkapan dan perwujudan hasil dari pelaksanaan pembelajaran. Pada kenyataannya, hasil belajar matematika sampai sekarang belum mencapai hasil yang optimal. Hal ini juga terlihat pada hasil belajar siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Batipuh yang dapat dilihat dari Tabel I. TABEL I PERSENTASE KETUNTASAN SISWA PADA UJIAN MATEMATIKA SEMESTER I DI KELAS XI IPS SMAN 1 BATIPUH TAHUN PELAJARAN 2013/2014 KELAS JUMLAH Tuntas KKM ≥ 75 SISWA Jumlah Persentase XI IPS 1 29 2 6,89 % XI IPS 2

19

5

17,24 %

XI IPS 3

21

5

23,8 %

XI IPS 4 XI IPS 5

20 26

1 2

5% 7,69 %

Pada Tabel I dapat dilihat bahwa hasil belajar matematika siswa kelas XI IPS SMA Negei 1 Batipuh pada umumnya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru yang mengajar pada mata pelajaran matematika di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Batipuh pada tanggal 12-13 Juli 2013, diketahui bahwa rendahnya hasil belajar tersebut disebabkan kurangnya minat dan keaktifan siswa dalam mempelajari konsep-konsep matematika. Selama proses pembelajaran berlangsung, banyak aktivitas negatif yang dilakukan siswa antara lain beberapa siswa keluar kelas, membicarakan hal-hal di luar materi pelajaran dengan teman yang duduk berdekatan, dan ada di antara siswa yang menggunakan handphone saat guru menerangkan pelajaran. Hal ini mengakibatkan proses pembelajaran tidak dapat terlaksana dengan baik. Setiap guru meminta siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahaminya, siswa lebih banyak diam dan tidak memberi tanggapan. Selain itu, ketika siswa diminta ke depan kelas untuk menyelesaikan soal matematika yang diberikan, mereka tidak mau mengerjakannya dan kelihatan takut salah dalam mengerjakan soal tersebut. Hal ini terjadi karena siswa tidak memahami konsep materi tersebut sehingga ketika guru mengulang materi pelajaran pada pertemuan berikutnya, banyak siswa yang diam dan tidak menjawab pertanyaan guru. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari beberapa orang siswa, mereka lebih sering bekerja sama dalam

proses pembelajaran. Bekerja sama dapat memudahkan siswa untuk bertanya dengan teman apabila ada konsep matematika yang tidak dapat dipahami. Informasi lain yang didapatkan yaitu mereka menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit, selalu dipenuhi dengan rumus-rumus yang rumit. Dalam hal ini banyak di antara siswa yang menganggap bahwa pelajaran matematika sangat membosankan. Untuk mengatasi masalah di atas maka perlu adanya suatu strategi mengajar yang dapat menimbulkan suasana belajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Suasana pembelajaran matematika yang menarik dan menyenangkan minat siswa akan memberikan dampak positif untuk keberhasilan belajar siswa. Dalam pembelajaran matematika, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk terlibat dan ikut mengambil bagian dalam belajar serta berinteraksi dengan seluruh peserta belajar yang ada di dalam kelas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu menggunakan strategi yang menarik minat siswa untuk belajar matematika sehingga masing-masing siswa dapat memahami konsep materi pada saat proses pembelajaran berlangsung dan mereka juga terlibat langsung aktif dalam pembelajaran. Adapun strategi yang dapat digunakan salah satunya yaitu strategi The Firing Line. Strategi The Firing Line memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dalam kondisi memahami konsep pembelajaran matematika. Pemahaman konsep yang diperoleh siswa didapat dari berbagai proses belajar matematika yaitu dalam menjelaskan materi, saling bergantung satu sama lain, kerjasama dan belajar menghargai pendapat satu sama lain. Strategi The Firing Line ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan pertanyaan pada siswa yang ada dihadapannya. Siswa yang mendapat pertanyaan tersebut menjawab pertanyaan dengan batas waktu yang ditentukan, sehinggga siswa yang ada dihadapan mengerti dengan jawaban yang diberikan. Strategi ini membantu siswa lebih ingat lagi pelajaran yang baru dipelajari, membuat siswa termotivasi untuk mempersiapkan diri sebelum belajar, berdiskusi dengan teman, bertanya, membagi pengetahuan yang diperoleh dengan yang lainnya. Strategi ini didesain untuk membuat suasana kelas lebih menyenangkan dan meningkatkan keterlibatan fisik siswa dalam proses pembelajaran. Keterlibatan fisik siswa ini meningkatkan partisipasi yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: (1) Siswa merasa kesulitan dalam mempelajari matematika. (2) Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran masih rendah. (3) Hasil belajar matematika siswa masih belum mencapai KKM. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan strategi The Firing Line lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Batipuh tahun pelajaran 2013/2014 ?”.

19

Vol. 3 No. 1 (2014) Jurnal Pendidikan Matematika : Part 2 Hal 18-22 Hipotesis dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran The Firing Line lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Batipuh tahun pelajaran 2013/2014. Tulisan ini diharapkan bermanfaat bagi guru untuk menambah wawasan dalam memilih strategi belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran matematika. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Penelitian kuasi eksperimen dipilih apabila peneliti ingin menerapkan suatu tindakan atau perlakuan dengan subjek manusia [5]. Tindakan dapat berupa model, strategi, metode, atau prosedur kerja baru untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pekerjaan agar hasilnya lebih optimal. Penelitian yang dilakukan terhadap dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen merupakan kelas siswa yang pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif The Firing Line, sedangkan kelas kontrol merupakan kelas siswa yang pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran biasa pada pembelajaran matematika. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Control Group Only Design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Batipuh Tahun Pelajaran 2013/2014. Setelah melakukan beberapa prosedur dalam penarikan sampel, maka sampelnya adalah kelas XI IPS 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPS 5 sebagai kelas kontrol. Variabel pada penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perlakuan berupa strategi pembelajaran The Firing Line pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa Data pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sampel yang diteliti. Data primer dari penelitian ini adalah data hasil belajar matematika siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Batipuh tahun pelajaran 2013/2014 yang pembelajarannya menggunakan strategi The Firing Line. Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari pihak lain. Data sekunder dari penelitian ini adalah data nilai ujian matematika semester I siswa Data primer adalah data aktivitas belajar siswa selama kegiatan pembelajaran dengan pendekatan SAVI yang diperoleh melalui pengamatan dengan menggunakan lembar observasi di kelas eksperimen dan data kemampuan komunikasi matematis siswa yang dilihat dari pemberian tes akhir di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data sekunder yaitu data tentang jumlah siswa yang menjadi populasi dan sampel serta data Ujian Mid Semester II matematika kelas X SMAN 2 Batusangkar.

Tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir merupakan prosedur penelitian yang telah dibagi menjadi tiga tahap. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar Instrumen penelitian pada tes hasil belajar menggunakan 7 item soal yang berbentuk essay. Materi yang diujikan berupa materi yang diberikan selama penelitian berlangsung yaitu “ Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers”. Teknik analisis data yang digunakan adalah ANAVA 1 arah. Pengujian hipotesis dilakukan di bawah taraf signifikan α = 0,05. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu diuji persyaratan menggunakan Anava meliputi kenormalan sebaran data dan homogenitas varians. Normalitas sebaran data diuji menggunakan uji Anderson-Darling, sedangkan uji homogenitas varians dilakukan dengan menggunakan Uji-F. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa hipotesis yang diajukan pada penelitian ini diterima dan semua pengujian dilakukan dengan menggunakan software minitab. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan sebanyak lima kali pertemuan dan satu kali tes hasil belajar dengan pokok bahasan Sistem fungsi komposisi dan fungsi invers. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Januari sampai dengan 22 Januari 2014. Deskripsi data penelitian yaitu data hasil belajar matematika siswa yang diperoleh dari tes akhir yang diberikan. Peserta tes akhir adalah kelas XI IPS 1 sebagai kelas eksperimen yang terdiri dari 29 orang dan kelas XI IPS 5 sebagai kelas kontrol yang terdiri dari 26 orang. Tes akhir yang diberikan terdiri atas tujuh buah soal berbentuk essay dengan alokasi waktu 90 menit. Setelah tes dilaksanakan, diperoleh data tentang hasil belajar matematika siswa. Hasil analisis tes hasil belajar matematika siswa dapat dilihat pada Tabel II berikut: TABEL II DESKRIPSI DATA HASIL BELAJAR SISWA KELAS SAMPEL Kelas S Eksperi men

72 ,3

Kontrol

1

64 ,2

96

1 1 4

4 5

82

3 4

Keterangan: = rata-rata nilai S = simpangan baku Xmax= nilai tertinggi Xmin = nilai terendah Berdasarkan Tabel II diketahui bahwa kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata hasil belajar matematika lebih tinggi daripada kelas kontrol. Rata-rata

20

Vol. 3 No. 1 (2014) Jurnal Pendidikan Matematika : Part 2 Hal 18-22 nilai kelas eksperimen adalah 72,3 sedangkan rata-rata nilai kelas kontrol adalah 64,2. Simpangan baku siswa di kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas eksperimen. Hal tersebut menunjukkan siswa pada kelas kontrol lebih menyebar atau keragaman siswa menjawab soal lebih tinggi dibandingkan siswa kelas eksperimen. Selain data di atas, adapun hasil tes yang diperoleh terlihat dalam Tabel III berikut TABEL III JUMLAH SISWA PADA TES AKHIR BERDASARKAN KKM

Nilai siswa ≥75 < 75 Jumlah siswa yang mengikuti tes

Kelas eksperimen (orang) Jumlah % siswa 17 58,6 12 41,4 29

Kelas kontrol (orang) Jumlah siswa 9 17

% 34,6 65,4

26

Pada Tabel III terlihat bahwa jumlah siswa yang tuntas pada kelas eksperimen lebih banyak daripada kelas kontrol. Adapun hasil dari penelitian yang diperoleh yaitu diketahui bahwa hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini terlihat dari nilai ratarata yang diperoleh dari kedua kelas sampel, pada kelas eksperimen nilai rata-rata diperoleh 72,3 dan nilai ratarata kelas kontrol 64,2. Nilai tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Nilai tertinggi pada kelas eksperimen adalah 96 dan nilai terendah adalah 45 sedangkan nilai tertinggi pada kelas kontrol adalah 82 dan nilai terendah adalah 34. Meskipun nilai tertinggi terdapat pada kelas eksperimen, namun keragaman nilai siswa di kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas eksperimen. Ini berarti kemampuan siswa dalam menjawab soal di kelas kontrol lebih beragam daripada di kelas eksperimen. Uji hipotesis yang telah dilakukan membuktikan bahwa hasil belajar siswa kelas dengan penerapan strategi The Firing Line lebih baik daripada siswa dengan pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat dari uji hipotesis yang dilakukan. Pada saat proses penerapan strategi the firing line di awal pertemuan pada kelas eksperimen, siswa masih kebingungan memahami strategi yang dilaksanakan sehingga membuat kondisi kelas kurang kondusif. Hal ini terlihat dari kegiatan strategi yang dilakukan masih ada beberapa siswa yang keluar kelas. Pada penerapan beberapa siswa melakukan kegiatan yang tidak berhubungan dengan pembelajaran matematika. Adapun kegiatannya yaitu menggunakan Handphone dan berbicara

di luar materi pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal ini mengakibatkan proses pembelajaran kurang optimal. Pada proses pembelajaran yang terjadi di awal pertemuan mengalami beberapa kendala. Untuk itu, peneliti melakukan beberapa hal agar dapat mengatasi kendala-kendala tersebut. Adapun dengan penjelasan lebih detail dan simulasi agar siswa memahami proses strategi yang akan dilaksanakan di kelas. Pada penerapan strategi ini menggunakan sistem point agar siswa lebih bersemangat, merasa senang dan ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dimana point yang tertinggi dari setiap regu yang telah ditentukan akan mendapat reward. Sistem point yang diberikan dapat berkurang ketika ada anggota regu yang tidak ikut terlibat aktif ketika melakukan penerapan strategi The Firing Line. Hal ini akan membuat siswa ikut berpartisipasi aktif dan tidak keluar kelas. Pada pertemuan selanjutnya pada penerapan strategi The Firing Line siswa sudah mulai terbiasa, merasa senang dan mulai fokus mengikuti strategi yang diberikan. Hal ini terlihat dalam proses pembelajaran yang dilakukan masing-masing siswa dalam anggota regu yang telah ditentukan berusaha menyelesaikan soal yang diberikan. Para siswa hendaknya dibiasakan untuk mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya. Oleh karena itu keterlibatan siswa secara aktif sangat penting dalam kegiatan pembelajaran matematika. Selain itu, suasana yang menarik sangat diperlukan dalam proses pembelajaran matematika agar konsep-konsep atau prinsip-prinsip metamatika dapat dipahami oleh siswa. Pada saat menggunakan strategi the firing line terlihat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Diantaranya siswa sudah mulai mau bertanya kepada guru atau teman mengenai materi yang belum dipahami. Mereka juga terlihat mulai berani mengemukakan pendapatnya mengenai materi yang sedang dipelajari, mereka berusaha untuk memahami konsep agar masingmasing anggota dalam tiap kelompok dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan saat penerapan strategi The Firing Line. Strategi The Firing Line merupakan salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan untuk memperoleh partisipasi siswa. Strategi ini dirancang untuk mengatasi kesulitan siswa dalam memahami suatu masalah. Selain itu penerapan strategi The Firing Line ini juga dapat membantu menekankan pada hal-hal penting yang sulit bagi siswa, sehingga pelajaran yang baru disampaikan lebih mudah diingat. Strategi ini akan mengajak siswa untuk dapat menyampaikan pendapatnya tentang suatu konsep melalui kegiatan permainan, sehingga diharapkan pelajaran matematika dapat menjadi lebih menyenangkan. Melalui kegiatan ini pelajaran matematika itu jadi menyenangkan dan lama bertahan dalam ingatan siswa. Pada pelaksanaan The Firing Line siswa sudah terlihat giat dalam mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan karena merasa bersaing dalam tiap regu untuk dapat menjawab soal tersebut. Dalam hal ini regu yang

21

Vol. 3 No. 1 (2014) Jurnal Pendidikan Matematika : Part 2 Hal 18-22 mendapat point tertinggi dari menjawab soal akan diberikan reward berupa alat tulis. Manfaat penerapan strategi The Firing Line berdampak pada hasil belajar yang mereka peroleh. Pada kelas kontrol kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah konvensional dimana kegiatan berpusat pada guru, siswa hanya menerima informasi dengan cara mendengarkan dan mencatat. Dalam proses pembelajaran hanya beberapa siswa saja yang ikut terlibat aktif. Hal ini terlihat dari kegiatan proses pembelajaran yaitu hanya beberapa siswa yang memahami konsep yang diberikan, sehingga pada hasil belajar matematika yang diperoleh masih belum mencapai hasil yang optimal. Perbedaan ini terjadi karena dikelas eksperimen siswa bisa saling interaksi dengan anggota regunya, dimana di dalam regu tersebut siswa bisa bertukar fikiran maupun bertanya pada teman yang memiliki kemampuan lebih tinggi. Selain itu pada kelas eksperimen siswa terlihat antusias untuk mendapatkan point sehingga dapat kemenangan kelompoknya. Selama penelitian berlangsung ada beberapa kendala yang peneliti temui dalam pelaksanaan proses pembelajaran yaitu ada pertemuan pertama, siswa masih belum memahami proses strategi yang dilakukan sehingga siswa kelihatan bingung melakukan kegiatan proses belajar matematika. Ketika peneliti meminta dua regu untuk menerapkan strategi yang akan dilaksanakan, mereka diam saja. Disini Guru harus memberikan penjelasan secara detail dan melakukan simulasi agar mereka paham serta menjelaskan manfaat yang akan mereka peroleh dari penerapan strategi yang akan dilakukan. Pada penerapan strategi The Firing Line di awal pertemuan masih ada yang keluar kelas sehingga ketika salah satu regu diminta melaksanakan strategi tersebut ada anggota regu yang masih diluar kelas. Disini Guru memberikan peringatan kepada regu yang anggotanya tidak lengkap akan mengurangi point sehingga semua

siswa ikut terlibat aktif dalam penerapan strategi The Firing Line. Pada saat penerapan strategi The Firing Line agar semua siswa terlibat aktif dan peneliti berusaha menarik perhatian siswa dengan memberi reward bagi regu yang mendapatkan point tertinggi. Untuk beberapa kendala yang terjadi selama penelitian dapat diatasi dengan baik. Hal ini mengakibatkan penelitian yang dilakukan dapat terlaksana dengan baik. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan taraf signifikan α= 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa bahwa hasil belajar matematika siswa yang belajar dengan menggunakan strategi The Firing Line lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan simpulan di atas, maka disarankan kepada guru untuk dapat menerapkan strategi The Firing Line sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa REFERENSI [1] Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICAUPI. [2] Uno, Hamzah B. 2010. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. [3] Djamarah. SB. 2002. Psikologi Mengajar. Jakarta. PT Rineka Cipta. [4] M. Ngalim, Purwanto. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. [5] Mulyatiningsih, Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabet

22