1
rat ra Ba a g g n sa Te Badan Pe rencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi Nu
Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan Pulau Lombok 2015-2019
2
Keterangan Publikasi (Imprint) Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan Pulau Lombok Tahun 2015-2019
Diterbitkan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Jalan Flamboyan No. 2 Mataram 83126 Telepon : +62 370 631581 Fax : +62 370 631581 www.bappeda.ntbprov.go.id Penyusun Dr. Akhmad Saufi / Universitas Mataram Dr. Frans Teguh, Hari Ristanto / Kementerian Pariwisata Dr. Prayitno Basuki, Oliver Oehms, Dian Vitriani, Sibylle Creutz, Baiq Hulum Nuzullay / GIZ-SREGIP Program Disunting oleh Kementerian Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi NTB EKONID, Perkumpulan Ekonomi Indonesia-Jerman, Jakarta Desain Grafis oleh EKONID, Perkumpulan Ekonomi Indonesia-Jerman, Jakarta Hak Cipta Gambar - Halaman 2, 11, 9, 16, 18, 21, 22, 25, 27, 28, 29, 34, 40, 43, 50, 57, 64, 68, 70, @ Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat - Sampul Depan@ GIZ-SREGIP Program / Baiq Hulum Nuzullay - Halaman 9, 26, 30, 35, 44, 47, 60, Sampul Belakang @ GIZ-SREGIP Program / Sibylle Creutz
Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Toursim Master Plan – STMP) ini disusun dengan dukungan dari GIZ, bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional dan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
GIZ berharap STMP dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan pariwisata dan pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan di Lombok. Pandangan dan opini yang terdapat di dalamnya tidak mewakili GIZ secara keseluruhan.
3
Daftar Isi KATA PENGANTAR______________________________________________________ 5 RINGKASAN EKSEKUTIF_________________________________________________ 8 1. PENDAHULUAN_ __________________________________________________ 11 1.1 Latar Belakang_________________________________________________ 11 1.2 Kerangka Kebijakan Perencanaan Pariwisata________________________ 12 1.3 Prinsip-prinsip Kunci Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan ________ 15 1.4 Kebijakan Pariwisata Berkelanjutan dan Strategi Pengembangan_______ 16 2. GAMBARAN UMUM PARIWISATA LOMBOK___________________________18 2.1 Posisi Geografis Lombok________________________________________18 2.2 Penduduk_____________________________________________________19 2.3 Destinasi Pariwisata____________________________________________20 2.4 Tantangan untuk Kinerja Lingkungan_ ___________________________25 2.5 Analisis TOWS ________________________________________________29 3. KINERJA KEPARIWISATAAN________________________________________30 4. PASAR POTENSIAL_________________________________________________35 4.1 Pasar Saat Ini_ _______________________________________________37 4.1.1 Pasar Domestik__________________________________________38 4.1.2 Pasar Eropa_____________________________________________39 4.1.3 Pasar Asia Pasifik________________________________________40 4.2 Potensi Pasar Baru____________________________________________40 4.2.1 Potensi Pasar Cina_______________________________________ 41 4.2.2 Potensi Pasar Rusia_______________________________________ 41 4.2.3 Potensi Pasar ASEAN_____________________________________ 41 4.2.4 Potensi Pasar Timur Tengah_ ______________________________42 5. KEBIJAKAN DAN STRATEGI_________________________________________44 6. VISI, TUJUAN DAN STRATEGI PRIORITAS TAHUN 2015-2019____________47 6.1 Visi, Tujuan dan Strategi_______________________________________47 6.2 Rencana Aksi_________________________________________________49 i ii
Daftar Akronim dan Singkatan_ ______________________________________ 69 Daftar Tabel dan Gambar____________________________________________ 69
LAMPIRAN _________________________________________________________ 70 I Referensi_____________________________________________________ 70 II Konsultasi____________________________________________________72 III Strategi STMP dan Indikator GSTC_ ______________________________74
4
5
Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, Dokumen Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism Master Plan / STMP) Pulau Lombok 2015-2019 dapat diterbitkan. Dokumen STMP ini tersusun berkat kerja sama yang baik antara Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) melalui program Regional Economic Development (RED) dan BAPPENAS serta Kementerian Pariwisata.
Dadang Rizki Ratman, SH, MPA Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata Republik Indonesia
STMP pulau Lombok 2015-2019 merupakan sebuah dokumen strategis serta perencanaan praktis yang dapat memberikan arahan dan fokus kepada kebutuhan pemangku kepentingan. Dokumen ini dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dan pengembangan dari strategi program asli untuk dilaksanakan secara individu maupun bersama – sama menuju destinasi pariwisata yang berkelanjutan. Kami harapkan dokumen STMP Lombok 2015-2019 dapat diimplementasikan secara nyata untuk pengembangan Pariwisata berkelanjutan di Pulau Lombok. Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan dokumen STMP Lombok 2015-2019 ini. Kami berharap semua pihak dapat mendukung pelaksanaan implementasi dokumen STMP ini ke depan.
6
Segala puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT bahwa dengan limpahan dan rahmatNya jua kita dapat menyelesaikan penyusunan dan penerbitan dokumen Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism Master Plan / STMP) Pulau Lombok 2015-2019. Dokumen STMP merupakan dokumen perencanaan disusun melalui langkah yang sangat komprehensif dan terpadu termasuk didalamnya melakukan pertukaran pengetahuan tentang pariwisata berkelanjutan ke Selandia Baru.
Chairul Mahsul, SH, MH Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Nusa Tenggara Barat
STMP untuk Lombok disusun mengacu pada adanya komitmen dan kerjasama antara pemangku kepentingan kepariwisataan di tanah air yaitu pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Nusa Tenggara Barat dengan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) melalui program Regional Economic Development (RED), serta didukung oleh BAPPENAS dan Kementerian Pariwisata di tingkat nasional. Dokumen STMP sebagai salah satu dokumen perencanaan sektoral dipastikan telah mengacu kepada dokumen perencanaan lainnya baik sektoral yang lebih tinggi hirarkinya seperti RIPPARDA Provinsi Nusa Tenggara Barat 2013-2028 maupun dokumen perencanaan spasial dan makro lainnya seperti Rencana Tata Ruang Wilayah dan RPJM-D Provinsi Nusa Tenggara Barat 2013-2018. Sehingga kedepannya dokumen STMP, saya harapkan menjadi dokumen praktis untuk dipedomani dalam pengembangan kepariwisataan dengan konsep berkelanjutan. Selain itu, dokumen STMP saya harapkan dapat menjadi katalisator penguat komitmen seluruh pemangku kepentingan pariwisata di Lombok untuk berperan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Tentunya dokumen STMP bukanlah segalanya dan tidak berarti apa-apa bila tidak diimplementasikan. Ada kata bijak di dalam perencanaan “rencanakan apa yang kita kerjakan” dan “kerjakan apa yang kita rencanakan”. Saat ini adalah saat yang tepat bagi seluruh pemangku amanah kepariwisataan di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat untuk melaksaksanakan apa isi kandungan dari dokumen STMP secara konsisten. Kami percaya bahwa tersusunnya dokumen STMP merupakan kerja bersama semua pemangku amanah kepariwisataan di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat. Peran serta para pihak di dalam penyusunan STMP dapat dilihat dan dirasakan selama proses penyusunan STMP di tingkat kabupaten/kota sepulau Lombok. Namun demikian harus kita akui bahwa tiada ciptaan manusia yang sempurna, termasuk dokumen STMP. Oleh karena itu, selalu diharapkan saran dan masukan yang konstruktif dari para pemangku amanah kepariwisataam dan khalayak luas demi peningkatan kualitas dokumen STMP ini. Akhirnya kepada semua pihak yang telah berperan aktif di dalam penyusunan STMP, terutamanya kepada mitra kami Bappenas, Kementerian Pariwisata dan Program GIZ-RED kami sampaikan ucapan terima kasih dan kami sangat berharap adanya dukungan lebih lanjut untuk mengimplementasikan dokumen STMP dalam waktu segera.
7
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menerbitkan Dokumen Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism Master Plan - STMP) Pulau Lombok 2015-2019. Dokumen STMP disusun melalui tahapan dan proses yang panjang dan komprehensif dengan melibatkan para pemangku kepentingan kepariwisataan di seluruh wilayah di Pulau Lombok.
H.L. Moh. Faozal, S.Sos., M.Si. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat
Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan untuk Lombok dikembangkan berdasarkan kerjasama yang sangat baik antara Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) melalui program Regional Economic Development (RED) bekerjasama dengan BAPPENAS dan Kementerian Pariwisata, dimana Lombok menjadi salah satu daerah percontohan pengembangan pariwisata berkelanjutan. Pengembangan STMP merujuk kepada Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA) Provinsi Nusa Tenggara Barat 2013-2028, sehingga dokumen ini saya pandang sebagai dokumen praktis yang dapat memberikan manfaat secara luas dengan panduan yang jelas dalam mengarahkan pengembangan pariwisata dengan konsep berkelanjutan. Serta, dokumen ini berfungsi untuk menguatkan komitmen seluruh pemangku kepentingan pariwisata di Lombok untuk berperan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. STMP Pulau Lombok 2015-2019 merupakan salah satu dokumen perencanaan yang sangat bermanfaat. Arahan pengembangan empat pilar kepariwisataan berkelanjutan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk implementasi pembangunan kepariwisataan di Pulau Lombok di masa mendatang. Dengan kehadiran STMP diharapkan secara teknis pengembangan destinasi, pemasaran, industri dan kelembagaan kepariwistaan di Pulau Lombok hendaknya mengacu pada STMP ini. Dengan ditetapkannya sektor pariwisata menjadi salah satu sektor unggulan di Nusa Tenggara Barat khususnya Lombok, diharapkan pengembangan pariwisata kedepannya dapat mengacu pada konsep berkelanjutan. Dan demi tercapainya pengembangan pariwisata berkelanjutan secara merata di pilar destinasi, pemasaran, industri, kelembagaan dan sumber daya manusia, diharapkan seluruh pemangku kepentingan pariwisata Lombok untuk berperan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Tentunya keberhasilan penyusunan STMP bukan merupakan upaya sepihak dari pemerintah dan jajarannya semata, melainkan merupakan kerjasama semua pihak yang memiliki perhatian yang sama terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Nusa Tenggara Barat khususnya Pulau Lombok. Keterlibatan para pihak di dalam penyusunan STMP sangatlah nyata dan menjadikan dokumen ini secara teknis maupun akademis lebih dapat dipertanggungjawabkan. Seperti kata pepatah, “tiada gading yang tak retak”, walaupun telah melakukan upaya yang optimal untuk menghadirkan STMP ini, dapat dipastikan kalau masih terdapat berbagai kekurangan di dalamnya. Maka melalui kesempatan ini, kami mohon masukkan konstruktif dari para pihak untuk penyempurnaannya. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dokumen STMP, khususnya kepada mitra kami Program RED yang didukung oleh GIZ disampaikan ucapan terima kasih dan kami berharap agar dapat terus berpartisipasi dalam pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan di Nusa Tenggara Barat di masa mendatang.
8
Ringkasan Eksekutif
L
ombok terbilang belum dikenal dalam pasar pariwisata internasional. Namun, perkembangan pariwisata di Lombok sendiri terus berjalan dengan pesat. Sumber daya alam yang melimpah, taman nasional, beraneka ragam pemandangan mulai dari area perairan sampai hutan hujan dan budayanya yang unik memberikan warna khusus bagi Lombok dan menjadi daya saing yang sangat berharga. Daya tarik wisata alam, beragam kegiatan luar ruang, serta wisata olahraga diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Pertumbuhan saat ini dan perkiraan pertumbuhan di masa mendatang menunjukkan angka yang positif dan diperkirakan akan terus meningkat. Bagaimanapun, tantangan terbesar saat ini yaitu untuk menyeimbangkan bisnis pariwisata yang terus berkembang dengan pelestarian warisan budaya, perlindungan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Aktivitas kepariwisataan bersifat lintas sektoral dan membawa beragam dampak mulai dari aspek ekonomi, sosial budaya, serta lingkungan hidup terutama pada destinasi di mana aktivitas kepariwisataan berlangsung. Pemerintah daerah NTB mengakui potensi ekonomi dan kontribusi sosial dari sektor pariwisata, dan menjadikan pengembangan pariwisata berkelanjutan sebagai salah satu prioritas strategis jangka menengah dan jangka panjang. Pemerintah mengarahkan agar keuntungan ekonomi dan sosial dari sektor pariwisata tetap dipertahankan sambil tetap berusaha mengurangi dampak yang tidak diinginkan terhadap alam, sejarah, budaya atau lingkungan sosial dengan cara menyeimbangkan kebutuhan wisatawan untuk disesuaikan dengan lingkungan sekitar, masyarakat setempat dan bisnis pariwisata pada destinasi tersebut.
9
Sawah daerah Suela
Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism Master Plan - STMP) disusun untuk memberikan panduan pengembangan pariwisata dengan menerapkan kriteria keberlanjutan. STMP merupakan sebuah dokumen strategis, perencanaan praktis yang dapat memberikan arahan dan fokus pada kebutuhan pemangku kepentingan sebagai dasar pengambilan keputusan dan pengembangan dari strategi dan program aksi untuk dilaksanakan secara individu maupun bersama-sama menuju destinasi yang berkelanjutan. Penyusunan Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan (STMP) Lombok mengacu kepada kriteria-kriteria keberlangsungan global seperti yang sudah digariskan pada Global Sustainable Tourism Criteria (GSTC), Agenda 21, dan Kode Etik Global UNWTO. Tujuan utama dari STMP yaitu: • Untuk membangun dan menuangkan sasaran bersama dan arahan untuk sektor industri, masyarakat dan pemerintah; • Untuk mengembangkan strategi dalam mencapai sasaran bersama dan untuk menentukan peran dari masing-masing institusi; • Untuk menyediakan dasar dalam menentukan prioritas untuk penerapan yang strategis; • Untuk menyediakan kerangka kerja yang disetujui dalam pengembangan pariwisata Lombok yang berkelanjutan untuk jangka panjang.
10
Penyusunan STMP untuk Lombok berawal dari kerjasama Green Tourism Initiative antara Kementerian Pariwisata dan GIZ, dimana penyusunan Rencana Aksi untuk RIPPARDA Nusa Tenggara Barat perlu diarahkan menuju arah yang berkelanjutan. Inisiatif tersebut disambut baik oleh Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat yang akhirnya menjadi daerah percontohan untuk dikembangkan menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan, khususnya di pulau Lombok. Penyusunan STMP melalui beberapa tahapan, antara lain: 1) Penyusunan kerangka acuan yang di dalamnya termasuk metodologi penyusunan, tahapan penyusunan, keluaran yang diharapkan, proses adopsi, kebutuhan tenaga ahli, waktu pelaksanaan, pendanaan, dan unsur legalitas. 2) STMP disusun oleh konsultan ahli di bidang pariwisata yang didukung oleh tim serta sebuah panitia pengarah yang terdiri dari pemangku kepentingan pariwisata yang berasal dari sektor pemerintah, swasta dan masyarakat. 3) Penyusunan desain penelitian, yaitu pengumpulan, pengolahan dan analisis data dengan memperhatikan instrumen bisnis (marketing mix), yaitu: Product, Place, Promotion dan Price (4Ps). Data yang dikumpulkan terdiri dari: • data primer, yang dikumpulkan melalui pendekatan wawancara dan dialog dengan pemangku kepentingan pariwisata, observasi lapangan, dokumentasi, pemetaan tata ruang (spatial mapping), penilaian (assessment) mengenai potensi kepariwisataan berkelanjutan serta focus group discussion yang dilakukan lintas Kabupaten/ Kota di lima wilayah yakni Kabupaten Lombok Barat meliputi Kota Mataram, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Tengah, dan Kabupaten Lombok Timur, • data sekunder terkait potensi daya tarik kepariwisataan, lingkungan, sosial budaya, ekonomi serta kelembagaan dan regulasi melalui pendekatan studi kepustakaan terkait laporan, statistik maupun penelitian lainnya yang relevan. 4) Penyusunan laporan dan finalisasi STMP dilakukan berdasarkan masukan dan persetujuan dari panitia pengarah dan pemangku kepentingan pariwisata yang didapatkan pada saat draft STMP melalui proses uji publik. 5) selanjutnya STMP yang telah disusun disahkan menjadi Peraturan Gubernur untuk nantinya dilaksanakan baik di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. STMP terdiri dari enam bagian utama yakni: (1) pendahuluan yang mencakup penjelasan latar belakang dan prinsip-prinsip pembangunan kepariwisataan berkelanjutan; (2) analisis destinasi yang menjelaskan posisi geografis, penduduk, alam dan destinasi pariwisata yang ada di Lombok. Analisa TOWS juga termasuk dalam bagian ini; (3) Kinerja Kepariwisataan pada bagian ketiga menjelaskan periodisasi pembangunan kepariwisataan di Lombok dan capaiannya serta Destinasi (Destination), asal wisatawan (Origin), seasonabilitas (Time); (4) Pada bagian empat dijelaskan tentang pasar pariwisata Lombok saat ini dan analisis potensi pasar yang dapat dijadikan target pada masa mendatang; (5) Pemenuhan kebutuhan pasar dijelaskan pada bagian lima, terkait dengan motivasi/tujuan berwisata dan potensi wisata yang dimiliki Lombok untuk memenuhi tujuan berwisata tersebut; dan bagian (6) yang berisi Kebijakan dan Strategi yang memuat Visi, Tujuan dan Sasaran, dan Rencana Aksi kepariwisataan berkelanjutan di Lombok dalam kurun waktu lima tahun. Visi kepariwisataan berkelanjutan di Lombok adalah “Lombok menjadi destinasi wisata berbasis alam dan budaya, yang berdaya saing dan berkelanjutan”. Guna mewujudkan visi tersebut disusunlah tujuan yang didasarkan pada empat pilar utama kepariwisataan seperti yang digariskan dalam Perda No. 7 tahun 2013 mengenai Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Nusa Tenggara Barat (RIPPARDA NTB) 2013 – 2028 meliputi destinasi, promosi, industri, dan kelembagaan. Tujuan masing-masing pilar yakni: 1) Membangun destinasi pariwisata yang didukung penuh oleh masyarakat lokal, unik, bersih, berkarakteristik lokal, dan berorientasi lingkungan; aman dan nyaman. 2) Membangun promosi yang dapat meningkatkan kualitas kunjungan, membangun citra pariwisata Lombok yang dapat diterima oleh masyarakat lokal, menciptakan rasa bangga bagi pemangku kepentingan pariwisata. 3) Mengembangkan Kelembagaan & SDM yang profesional dan berdaya saing, didukung oleh pengusaha pariwisata secara berkelanjutan, mampu berkoordinasi dan bekerja sama antara sesama pemangku kepentingan pariwisata Lombok. 4) Mendorong terciptanya industri yang menghasilkan produk/jasa yang kreatif dan inovatif, berorientasi pada prinsip kepariwisataan berkelanjutan, serta, mendorong munculnya pengusaha pariwisata lokal. Guna mencapai tujuan pada keempat pilar kepariwisataan tersebut, disusun pula rencana aksi untuk kurun waktu 2015-2019.
11
1. Pendahuluan Gendang Beleq
1.1 Latar Belakang Pariwisata telah menjadi salah satu industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia dalam dua puluh tahun terakhir. UNWTO mencatat rekor jumlah wisatawan internasional (wisatawan yang bepergian ke luar negeri) pada tahun 2012 mencapai 1 milyar orang dengan pendapatan ekspor internasional sebesar 1,3 triliun US$. Jumlah ini meningkat menjadi 1,08 milyar pada tahun 2013, dan lebih dari 6 milyar wisatawan melakukan perjalanan di dalam negeri mereka masingmasing. Jumlah wisatawan internasional diperkirakan akan meningkat menjadi 1,4 milyar pada tahun 2020, dan menjadi 1,8 milyar pada tahun 2030. Dari jumlah tersebut, 57% wisatawan diperkirakan akan mengunjungi destinasi wisata di negara yang perekonomiannya sedang tumbuh dan berkembang, seperti halnya Indonesia. Data lain pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sektor pariwisata internasional menyumbangkan 9% PDB internasional, 1 dari 11 lowongan pekerjaan di sektor pariwisata, 6% ekspor dunia, dan 6% ekspor negara-negara miskin. Oleh karena itu, banyak negara, tidak terkecuali Indonesia, menjadikan pariwisata sebagai sektor andalan dalam membangun kekuatan perekonomiannya. Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia memiliki daya tarik tersendiri untuk menjadi destinasi wisata dunia. Di Asia Tenggara, Indonesia adalah negara dengan luas wilayah terbesar, jumlah penduduk terbanyak dan sumber daya alam terkaya. Terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil, Indonesia memiliki laut dan hamparan pantai yang indah tempat wisatawan melakukan aktivitas wisata bahari seperti diving, snorkeling dan surfing. Ditunjang dengan iklim tropis, Indonesia mendapat sinar matahari sepanjang tahun karena berada pada lintasan garis khatulistiwa,
12
sehingga aktivitas kepariwisataan tidak dipengaruhi oleh pergantian musim. Selain itu, Bangsa Indonesia terdiri atas lebih dari 500 suku (etnis), dengan bahasa dan budaya yang beraneka ragam. Keragaman suku dan budaya tersebut menjadikan Indonesia sebagai destinasi wisata dunia karena memiliki atraksi wisata budaya dan kuliner yang sangat unik dan beragam. Namun demikian, hingga tahun 2013 Indonesia dikunjungi oleh kurang dari 1% jumlah wisatawan dunia, yakni 8,6 juta wisatawan internasional. Jumlah ini masih jauh di bawah jumlah kunjungan wisatawan ke Malaysia yang mencapai 25,7 juta dan Thailand 26,7 juta kunjungan. Jumlah ini pun setelah mengalami peningkatan 12% dari tahun 2012. Perolehan devisa dari sektor pariwisata juga meningkat 10,99% yakni 9,1 miliar US$ di tahun 2012 menjadi 10,1 miliar US$ pada tahun 2013. Sektor pariwisata menyerap hampir 7 (tujuh) juta tenaga kerja pada tahun 2009. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa Indonesia memiliki potensi wisata yang penting di dunia. Namun Indonesia masih harus meningkatkan kemampuan pengelolaan potensi wisata yang ada, yang tersebar di 33 provinsi, termasuk Pulau Lombok di Provinsi NTB, agar dapat bersaing dengan destinasi wisata lain di dunia. Pulau Lombok dan Bali telah ditetapkan menjadi pintu gerbang pariwisata Nasional dalam MP3EI Koridor V (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia). Pembangunan kepariwisataan Lombok telah berlangsung selama lebih dari tiga dasawarsa namun hingga kini belum memiliki arah yang jelas karena tidak didukung oleh perencanaan yang matang. Sebagai aktivitas yang bersifat lintas sektoral, sektor pariwisata membawa dampak langsung dan tidak langsung terhadap tiga aspek utama pembangunan (triple bottom line) yang meliputi: ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup. Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan adalah upaya memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif aktivitas kepariwisataan terhadap ketiga aspek pembangunan tersebut. Agar pembangunan pariwisata di Lombok berkelanjutan, diperlukan perencanaan yang didasarkan pada prinsip-prinsip keberlanjutan yang berlaku secara global, nasional, dan lokal.
1.2 Kerangka Kebijakan Perencanaan Pariwisata Berdasarkan survei pariwisata dan studi pasar yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir, ditemukan adanya pengakuan di antara para profesional dan konsumen akan pentingnya perjalanan pariwisata yang bertanggung jawab, yaitu “perjalanan yang meminimalkan dampak negatif, membawa manfaat ekonomi untuk masyarakat lokal, serta melestarikan sumber daya alam dan budaya dari suatu destinasi”. Hal tersebut mengakibatkan perubahan paradigma global terhadap pariwisata dengan prinsip yang berkelanjutan, yaitu: a) Pariwisata mengandung semangat konservatif, bukan eksploitatif (mencegah komersialisasi alam dan budaya); b) Pariwisata merupakan suatu proses ekonomisasi pengalaman, terkait pemuasan kebutuhan manusia melebihi ekspektasi dalam memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang terinspirasi dari sesuatu yang dilihat, diamati, dirasakan dan dilakukan di destinasi wisata. c) Tumbuh secara alamiah berbasis masyarakat, lingkungan alam dan sosial-budaya karena inti kegiatan pariwisata adalah masyarakat itu sendiri. Penyusunan STMP di Lombok didasarkan pada prinsip-prinsip keberlanjutan yang berlaku secara global meliputi: • Global Sustainable Tourism Council (GSTC) yang terkait dengan kriteria pembangunan destinasi wisata berkelanjutan dan kriteria operasional hotel dan tour operator. Terdapat empat prinsip keberlangsungan dalam kriteria GSTC yaitu: (1) keberlangsungan manajemen; (2) memaksimalkan keuntungan ekonomi untuk masyarakat lokal; (3) meningkatkan dan melestarikan warisan budaya; dan (4) mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. • Agenda 21: merupakan penerapan rencana aksi dari PBB untuk pengembangan yang berkelanjutan. Agenda 21 merupakan produk dari Earth Summit (UN Conference on Environment and Development) yang diselenggarakan di Rio de Janeiro, Brazil pada tahun 1992.
13
• Kode Etik Global UNWTO untuk Pariwisata (Global Code of Ethics for Tourism) yang terdiri dari 10 prinsip panduan untuk stakeholder utama pariwisata yakni pemerintah, industri pariwisata, dan wisatawan, dalam mengoptimalkan dampak positif pariwisata dan menekan dampak negatifnya terhadap ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan hidup. Adapun prinsip-prinsip keberlanjutan di tingkat nasional yang mendasari penyusunan STMP telah digariskan dalam peraturan perundang-undangan dan program-program pemerintah antara lain: • “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan” yang mengatur asas, fungsi dan tujuan pembangunan kepariwisataan; prinsip penyelenggaraan kepariwisataan; ruang lingkup pelaksanaan pembangunan kepariwisataan; kawasan strategis; usaha pariwisata; hak, kewajiban dan larangan dalam aktivitas kepariwisataan; kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah; koordinasi antar stakeholder pariwisata; badan promosi pariwisata Indonesia; gabungan industri pariwisata Indonesia; pelatihan SDM, standarisasi, sertifikasi dan tenaga kerja; pendanaan; sanksi administratif; dan ketentuan pidana kepariwisataan. • “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup” yang mengatur pelaksanaan pembangunan yang bertujuan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup demi kehidupan generasi saat ini dan yang akan datang. • “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS)”, yang merupakan dokumen perencanaan pembangunan kepariwisataan nasional untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2025. • “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Manfaat Hutan”. • “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil” • Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Koridor V di mana Lombok ditetapkan sebagai salah satu pintu gerbang pariwisata dan pendukung pangan di Indonesia. • “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang” • “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengolahan Sampah” • Sesuai dengan RPJMN 2015-2019, pariwisata merupakan salah satu dari 4 fokus sektor yang akan dikembangkan. Dari 39 pengembangan kawasan pariwisata yang telah ditetapkan secara nasional, 2 diantaranya ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan salah satunya yaitu kawasan Gunung Rinjani di Pulau Lombok. Sedangkan prinsip-prinsip keberlangsungan yang menjadi acuan STMP di tingkat daerah antara lain: • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi NTB Tahun 2013-2018; • Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) NTB; • Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA) Provinsi NTB Tahun 2013–2028. Dalam perjalanannya, aktivitas kepariwisataan di Lombok mendapatkan momentumnya untuk menjadi sektor unggulan perolehan pendapatan daerah dengan ditetapkannya NTB sebagai koridor V Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yakni sebagai pintu gerbang pariwisata dan pendukung pangan nasional. Momentum tersebut membuka kesempatan emas bagi sektor pariwisata Lombok untuk berkembang dan meningkatkan kontribusinya kepada perekonomian daerah mengungguli sektor lainnya seperti pertanian dan pertambangan. Dalam Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA), pemerintah provinsi NTB menunjukkan komitmen untuk mengarahkan sektor pariwisata kepada konsep yang berkelanjutan, bertanggung jawab dan berkualitas yang dikombinasikan dengan kearifan lokal, perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan serta kebijakan yang ramah lingkungan. Dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA) tahun 2013-2028, telah ditetapkan empat Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD) seperti yang terlihat pada Gambar 1, dan dipertegas di Tabel 1. Penetapan KSPD ini dimaksudkan untuk mempermudah pengelolaan kawasan dan pengembangan produkproduk yang unik (unique selling point, USP) di masing-masing destinasi.
14
Gambar 1: Peta KSPD Pariwisata Pulau Lombok
Sumber: RIPPARDA NTB 2013
Tabel 1: KSPD di Pulau Lombok KSPD
Mataram Metro
Senggigi, Tiga Gili
Kuta Mandalika
Resimas-Sembalun
Tema
Pariwisata budaya, religi, kuliner, belanja dan MICE
Pariwisata pantai, bawah laut, olah raga berbasis bahari, budaya, religi dan kuliner
Pariwisata pantai, bawah laut, olah raga berbasis bahari, dan budaya
Pariwisata agro, pegunungan, budaya, dan kuliner
Lokasi
Kota Mataram Islamic Center Loang Baloq Taman Mayura Sekarbela Banyumulek Taman Namarda Suranadi Lingsar
Batu Layar Batu Bolong Senggigi Tiga Gili Sindang Gile Senaru Dusun Traditional Segenter
Gili Gede Gili Nanggu Bangko-Bangko Selong Belanak Sade Kuta Gili Indah
Benang Setokel Gili Sulat Sembalun Gunung Rinjani Otak Kokoq
Sumber: RIPPARDA NTB 2013
15
1.3 Prinsip Kunci Rencana Pariwisata Berkelanjutan
Induk
Pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan memiliki prinsip triple bottom line, yakni kemanfaatan aktivitas kepariwisataan terhadap aspek ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup. Prinsip-prinsip tersebut diadopsi dalam penyusunan Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan (STMP) Lombok yang diimplementasikan dalam penyusunan strategi dan rencana aksi pembangunan selama lima tahun.
SOSIAL Meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan melestarikan kebudayaan setempat
BERKELANJUTAN
LINGKUNGAN EKONOMI Model Pengelolaan Destinasi Secara ekonomi, perencanaan pembangunan Mengurangi dampak Meningkatkan negatif terhadap pendapatan ekonomi pariwisata berkelanjutan Lombok didasarkan lingkungan dan untuk bisnis dan pada upaya-upaya meningkatkan perekonomian kesehatan masyarakat masyarakat lokal, mengurangi angka kemiskinan, mendorong tumbuh kembangnya usaha pariwisata lokal, menciptakan lapangan kerja, mendorong pembelian produk lokal, dan meningkatkan pendapatan daerah dan nasional melalui pajak usaha dan pajak penghasilan. Diharapkan tumbuh kembangnya ekonomi lokal akan menekan dampak negatif pariwisata secara ekonomi, seperti berkurangnya kebocoran ekonomi, dan terlindunginya hak kepemilikan lokal atas tanah dan properti. Dari aspek sosial budaya, perencanaan pembangunan pariwisata berkelanjutan Lombok menitikberatkan pada upayaupaya mengembangkan dan melestarikan warisan budaya baik yang berupa event budaya seperti hasil seni tari dan musik, maupun yang berupa tempat, benda, dan bangunan budaya. Untuk mengoptimalkan dampak positif aktivitas kepariwisataan bagi kelestarian lingkungan, perencanaan pembangunan pariwisata Lombok mengadopsi manajemen sampah 3R yakni reuse (penggunaan kembali), reduce (mengurangi jumlah sampah), dan recycle (mendaur ulang) sampah. Disamping itu, perencanaan ditujukan kepada upaya memberikan pemahaman dan pendidikan kepada masyarakat lokal dan wisatawan akan pentingnya memelihara kelestarian lingkungan untuk keberlanjutan aktivitas kepariwisataan. Prinsip kunci lain yang diadopsi dalam membangun kepariwisataan yang berkelanjutan di Lombok adalah mengikuti empat prinsip keberlangsungan GSTC di atas yakni: • Keberlangsungan manajemen; • Memaksimalkan keuntungan ekonomi untuk masyarakat lokal; • Meningkatkan dan melestarikan warisan budaya; • Mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Global Sustainable Tourism Council (GSTC) Lembaga yang dibentuk dari dukungan dan inisiatif PBB untuk mempromosikan praktik pariwisata berkelanjutan di seluruh dunia dan menciptakan pengertian yang sama mengenai keberlanjutan dan dampak lingkungan, mengidentifikasi kebutuhan wisatawan, industri, lingkungan dan masyarakat. GSTC merupakan kerjasama sektor pemerintah dan swasta yang terdiri dari kurang lebih 120 anggota di dalamnya. Program GSTC meliputi penyusunan standar internasional, pendidikan dan pelatihan, akses terhadap pasar dan akreditasi.
16
Perahu Nelayan di Pantai Kuta
1.4 Kebijakan Pariwisata Berkelanjutan dan Strategi Pengembangan Berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pasal 2 bahwa pengembangan pariwisata harus berdasarkan pada prinsip (a) manfaat, (b) kekeluargaan, (c) adil dan merata, (d) keseimbangan, (e) kemandirian, (f) kelestarian, (g) partisipatif, (h) berkelanjutan, (i) demokrasi, (j) kesetaraan dan (k) kesatuan. Untuk itu, STMP untuk Lombok menargetkan tujuan secara menyeluruh sebagai berikut: • Menyetir keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh, • Menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan, • Melestarikan lingkungan dan mengelola salah satu aset pariwisata utama di Indonesia, • Dalam skala nasional, perkembangan pariwisata berkontribusi terhadap beberapa komitmen dari Pemerintah seperti berikut: - Salah satu hasil dari konferensi Rio+20 yaitu mengenai persetujuan oleh anggota yang menyatakan akan melaksanakan proses untuk mengembangkan satu set Sustainable Development Goals (SDGs), yang disusun berdasarkan Millenium Development Goals dan menyatukannya dengan agenda pengembangan setelah tahun 2015. - 10 Years Framework Programmes on Sustainable Consumption and Production meningkatkan kerjasama internasional untuk mempercepat perubahan menuju Sustainable Consumption Production (SCP) di seluruh dunia. 10 YFP dikembangkan, direplikasi dan ditingkatkan disertai inisiatif sumber daya yang ada, baik di tingkat nasional dan regional, melepas keterkaitan antara degradasi lingkungan dan penggunaan sumber daya dari pertumbuhan ekonomi dan hal-hal yang meningkatkan kontribusi bersih dari aktivitas ekonomi terhadap pemberantasan kemiskinan dan perkembangan sosial. - Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk berkontribusi dalam perlawanan global terhadap perubahan iklim: sampai tahun 2020, pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 26% dari tingkat yang ada saat ini menjadi target untuk dicapai, didanai dari sumber daya sendiri dan 41% merupakan dukungan internasional. Rencana Aksi Nasional
17
untuk Perubahan Iklim (RAN-PI), Rencana Aksi Nasional untuk Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) dan Indonesian Climate Change Sectoral Roadmap (ICCSR) memandu strategi dan aktivitas terkait mitigasi Greenhouse Gas Emissions (GHG) dan adaptasi terhadap perubahan iklim secara sistematis. Pengenalan terhadap teknologi penghematan energi dan solusi untuk menghasilkan produk dan jasa adalah sebuah langkah penting untuk mengurangi emisi karbondioksida. Pilar penting lainnya yaitu meningkatnya penggunaan sumber daya energi terbarukan. - Travel dan Pariwisata merupakan kebutuhan manusia, selain itu sektor ini membuka kesempatan bekerja secara langsung dan tidak langsung sebesar 8,3% pekerja (9,2 juta pekerjaan). Mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan diharapkan dapat memperkuat kesempatan kerja untuk sektor ini dengan mempekerjakan penduduk setempat dan meningkatkan peluang kerja secara signifikan berlandaskan budaya setempat dan lingkungan. Dalam rangka mengurangi carbon footprint dan mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya alam, pemerintah pusat bertugas mempromosikan panduan produk yang berkelanjutan khususnya untuk industri pariwisata. Karenanya, Kementerian Pariwisata berkomitmen untuk memperkenalkan tidak hanya Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan Nasional, tetapi juga standar keberlanjutan untuk industri pariwisata dan destinasi. - Dalam hal produk, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mempromosikan program PROPER dan Ecolabel, dua kerangka kerja yang memberikan predikat “green”, produksi dan proses pengelolaan berkelanjutan. Walaupun jumlah industri yang berminat untuk mendapatkan predikat ini masih tergolong kecil, namun industri yang mampu memenuhi semua standar program yang dimaksud pantas mendapatkan manfaat dari keberhasilannya seperti mendapatkan bunga kredit yang lebih rendah atau semacamnya. Dalam kasus industri yang menjadi sumber polusi terberat, pihak terkait mempunyai wewenang untuk menarik izin usaha dari industri yang bersangkutan sebagai salah satu konsekuensinya apabila industri yang bersangkutan tidak mampu untuk memenuhi standar minimal dari program yang dimaksud. Untuk mencapai tujuan tersebut, STMP untuk Lombok mendukung pembangunan pariwisata yang: • diposisikan sebagai konsep/pendekatan/wahana/alat untuk mencapai tujuan akhir pembangunan, • mampu melestarikan (melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan) lingkungan (alam dan budaya), • mampu memberdayakan masyarakat, • mampu mensejahterakan masyarakat, • berkelanjutan. Pendekatan pariwisata berkelanjutan dalam pembangunan nasional seyogyanya tidak hanya dilihat secara ekonomi saja, tetapi harus dilihat secara holistik. Selain itu, analisis keuntungan dan kerugian pariwisata (cost and benefit analysis of tourism) dalam pembangunan destinasi pariwisata, harus dikomunikasikan kepada masyarakat setempat secara detail dan transparan.
18
2. Gambaran Umum Pariwisata Lombok Gili Sunut
2.1 Posisi Geografis Lombok Lombok dan Sumbawa merupakan dua pulau utama yang membentuk Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang secara keseluruhan terdiri dari 278 (dua ratus tujuh puluh delapan) pulau kecil yang berada di sekeliling kedua pulau tersebut seperti terlihat pada peta Provinsi NTB di bawah ini. Dari ratusan pulau tersebut, 32 diantaranya telah berpenghuni (BPS NTB, 2012). Gambar 2: Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat
Provinsi NTB terletak antara 115o 46’-119 o5’ Bujur Timur dan 8 o10’-9 o5’ Lintang Selatan, dengan luas daratan 20.153. 15 km2 yang membentang dari barat ke timur. Satu per tiga dari luas tersebut adalah luas Pulau Lombok, dimana terletak kota Mataram, ibu kota Provinsi NTB. Terdapat lima kabupaten dan kota di Pulau Lombok. Luas masing-masing kabupaten dan kota yang berada di Pulau Lombok terlihat pada Grafik di bawah ini.
19
Tabel 2: Luas Kabupaten dan Kota di Lombok Kabupaten / Kota
Luas (Km2)
Lombok Barat
1.051
Lombok Tengah
1.205
Lombok Timur
1.602
Lombok Utara
807
Kota Mataram
60
Total
4.725
Sumber: Dikutip dari NTB Dalam Angka 2014 Secara geografis, Pulau Lombok terletak pada segitiga emas destinasi pariwisata utama di Indonesia yakni Pulau Bali di sebelah barat, Tana Toraja dan Bunaken di sebelah utara, dan Pulau Komodo di sebelah timur. Lombok juga berada pada segitiga emas pelayaran lintas nasional dan internasional yakni Surabaya di sebelah barat, Makassar di utara dan Darwin Australia di timur. Posisi ini memberikan berkah kepada Pulau Lombok karena tidak hanya strategis sebagai destinasi wisata tetapi juga tempat transit kapal-kapal layar dari Darwin. Disamping itu, Lombok dilalui oleh garis Wallace, yakni garis pemisah antara kelompok spesies flora dan fauna Benua Asia dan Australia. Akibatnya, Lombok memiliki spesies flora dan fauna yang unik, karena menjadi titik pertemuan pengaruh kedua benua tersebut. Posisi ini menjadikan Lombok tempat yang menarik untuk melakukan penelitian dan studi tentang alam dan biologi.
2.2 Penduduk dan Sumber Daya Manusia Suku Sasak adalah penduduk asli Lombok yang mendiami lebih dari 2/3 pulau ini. Juga terdapat suku Samawa dan Mbojo yang berasal dari Pulau Sumbawa, suku Bali yang sudah berada di Lombok sejak permulaan abad ke 15, dan sekelompok kecil keturunan Cina dan Arab yang diperkirakan telah mendiami pulau Lombok sejak ratusan tahun silam. Mayoritas penduduk Lombok, terutama suku Sasak, Samawa, dan Mbojo, beragama Islam. Walaupun demikian, seni budaya masyarakat di pulau Lombok, seperti musik dan tarian, lebih banyak dipengaruhi kebudayaan Hindu dari pada Islam. Jumlah penduduk Pulau Lombok pada tahun 2013 tercatat sebanyak 3,2 juta jiwa atau 70% dari jumlah penduduk Provinsi NTB, yang terbagi menjadi 1,5 juta laki-laki dan 1,7 juta perempuan. Persebaran penduduk menurut jenis kelamin seperti yang terjadi di Pulau Lombok sangat mendukung pengembangan industri pariwisata, mengingat pengembangan industri pariwisata yang merupakan industri berbasis layanan hospitality sangat membutuhkan tersedianya tenaga kerja perempuan. Saat ini, industri pariwisata di Lombok menyerap lebih banyak tenaga kerja perempuan dibandingkan tenaga kerja laki-laki, yang terlihat dari serapan tenaga kerja per-sektor di Lombok di mana proporsi tenaga kerja perempuan yang bekerja di sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 28,86 %, sementara tenaga kerja laki-laki hanya sebesar 12,30 %. Beberapa penelitian mengindikasikan tantangan pembangunan pariwisata di Lombok berasal dari lemahnya peran serta masyarakat lokal dalam pembangunan pariwisata. Hal ini dikarenakan pengetahuan dan keterampilan kepariwisataan yang rendah serta kurangnya pemberdayaan oleh pemerintah setempat. Akibatnya, sektor pariwisata di daerah ini, terutama investasi pariwisata, masih didominasi oleh pendatang dari luar Lombok.
20
Hal-hal yang menjadi isu sosial dalam pengembangan pariwisata antara lain mengenai kepemilikan lahan. Selain itu kepemilikan usaha wisata dan aktivitas wisata yang mayoritas dilakukan oleh para pendatang sangat rentan terhadap gesekan sosial di masyarakat. Untuk itu sangat diperlukan pemberdayaan masyarakat lokal sebagai subyek sekaligus obyek pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan. Masyarakat di sekitar destinasi pariwisata pulau Lombok memiliki antusiasme yang tinggi dalam melihat sektor pariwisata sebagai peluang ekonomis. Antusiasme tersebut menjadi modal yang sangat berharga dalam membenahi dan membangun destinasi pariwisata Lombok. Meski demikian masyarakat tetap perlu dididik agar mampu menjadi motor penggerak aktivitas dan bisnis kepariwisataan di tempat masing-masing. Pendidikan kepariwisataan bagi masyarakat Lombok membutuhkan strategi khusus, misalnya dengan melibatkan pemimpin informal seperti ketua adat, ulama, dan tokoh masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat Lombok memiliki karakteristik paternalistik yakni kecenderungan mengikuti arahan dan rekomendasi pemimpin non formal atau orang yang dituakan di wilayah masing-masing. Di samping itu pendidikan pariwisata tersebut juga membutuhkan dukungan para pendidik di sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar, menengah maupun atas. Mereka, perlu mengikutsertakan pariwisata dalam kurikulum muatan lokal (mulok) di sekolah masing-masing, agar dapat memberikan informasi dan pengajaran awal kepada peserta didik guna mendorong peserta didik membangun karier yang berkaitan dengan pariwisata.
2.3 Destinasi Pariwisata Sebagai sebuah destinasi pariwisata, pulau Lombok memiliki dua atraksi wisata andalan, yakni keindahan wisata alam dan keunikan budaya masyarakatnya. Lombok memiliki wisata alam yang tersebar di seluruh bagian pulau, mulai dari ketinggian Gunung Rinjani hingga hamparan pantai di sekelilingnya. Alam Lombok tidak hanya menyajikan pemandangan dan topografi seperti pantai, gunung, air terjun, sungai, dan danau, tetapi juga peristiwa alam yang tidak ditemukan di destinasi lain. Peristiwa alam unik yang hanya terjadi di Lombok antara lain munculnya nyale, sejenis cacing laut, setiap musim hujan di pantai selatan; munculnya kelompok ikan pari manta di pantai barat dan utara setiap pergantian musim; keindahan matahari terbit dan matahari tenggelam dari puncak Rinjani; serta berbagai keunikan peristiwa alam di sekitar Gunung Rinjani. A. PRODUK PARIWISATA Produk pariwisata berkaitan dengan pembenahan destinasi, peningkatan kualitas sumber daya pendukung, profesionalisme aparatur, dan peran serta masyarakat yang secara langsung bersinggungan dengan aktivitas kepariwisataan. Pembangunan infrastruktur strategis seperti jalan dan penerangan yang memadai ke tempat tujuan wisata, keamanan dan kenyamanan para wisatawan baik di tempat tujuan maupun sepanjang perjalanan sangat mempengaruhi kualitas pengalaman pariwisata yang ditawarkan. Terlebih lagi bila produk wisata yang ditawarkan adalah pengalaman berpetualang di alam seperti Gunung Rinjani, produk yang ditawarkan sangat memerlukan standar prosedur operasional. Hal-hal seperti yang tersebut diatas masih merupakan tantangan yang harus dibenahi oleh pelaku pariwisata Lombok agar dapat meraih segmen pasar pariwisata yang lebih besar di semua kawasan pasar. Kombinasi alam dan budaya menciptakan keunikan atraksi wisata yang merupakan produk pariwisata Lombok. KERAGAMAN SUMBER DAYA ALAM Lombok memiliki sumber daya alam yang sangat potensial untuk memenuhi permintaan para wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Dengan dua wilayah yang memiliki vegetasi alam yang kontras, Lombok bagian utara dan tengah lebih hijau dan subur dibandingkan bagian selatan. Vegetasi Lombok utara dan tengah sangat dipengaruhi oleh Gunung Rinjani. Gunung dengan tinggi 3.726 m ini merupakan pusat kehidupan berbagai spesies flora dan fauna di Lombok. Catatan sejarah dan kajian geologi mengindikasikan bahwa gunung Rinjani pernah mengalami letusan yang sangat dahsyat sekitar tahun 1257. Efek letusan Gunung Rinjani tersebut memberikan berkah tersendiri berupa kesuburan tanah dan panorama alam yang luar biasa, yang kini menjadi salah satu atraksi wisata alam utama di Lombok, yaitu Danau Segara Anak.
21
Diving
Bagian selatan Lombok memiliki vegetasi yang lebih kering namun dihiasi dengan hamparan pantai pasir putih yang memanjang dari timur sampai ke barat. Kontur Lombok selatan yang berbukit-bukit menciptakan relief yang indah dan bentuk teluk yang unik. Selain hamparan pantai dengan karakteristik yang beragam untuk berbagai aktivitas olahraga air, Lombok selatan juga memiliki desa-desa tradisional yang masih dihuni oleh suku Sasak dengan tradisi nenek moyang dan kearifan lokal yang masih dijaga dengan sangat baik. Kesemuanya menyajikan rangkaian atraksi wisata yang berbeda dari destinasi-destinasi wisata lainnya. Bagian kekayaan alam yang menjadi daya tarik wisata di Lombok antara lain: PANTAI Lombok selatan memiliki hamparan pantai pasir putih sejauh lebih dari 90 km, yang memanjang dari timur sampai ke barat daya. Hamparan pantai tersebut berada di antara lekukan kaki gunung dan cerukan bukit yang menghadirkan pemandangan yang mempesona. Keistimewaan pantai di Lombok tak hanya pada pasir putihnya yang kadang diselingi warna lainnya, namun juga pada keheningan yang masih terpelihara. Di beberapa tempat, topografi pantai yang sedemikian rupa menciptakan arus dan gelombang yang tepat untuk olahraga selancar, menyuguhkan lebih dari sekedar sand and sun. Dengan cuaca yang relatif stabil dan matahari yang bersinar sepanjang tahun, pantai-pantai di kawasan selatan Lombok sangat layak dijadikan produk wisata unggulan dan berdaya saing bagi kepariwisataan Lombok. KEBERLIMPAHAN KEHIDUPAN LAUT Untuk wisata laut, Lombok memiliki ratusan pulau kecil dengan pantai berpasir putih, dan air yang sejernih kristal. Setiap pulau kecil memiliki titik penyelaman dengan jenis karang dan ikan yang unik, selain untuk melakukan aktivitas sand, sun, surfing and fishing. Selain kesempatan untuk melakukan berbagai kegiatan wisata laut dan pantai, pulaupulau kecil tersebut memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi destinasi olahraga air.
22
Mendaki Gunung Rinjani
ALAM YANG MURNI DAN PETUALANGAN BER-TREKKING DI TAMAN NASIONAL DAN GEOPARK RINJANI Gunung Rinjani telah lama dikenal sebagai sentra destinasi tersendiri di Lombok. Berbagai aktivitas pariwisata petualangan, sightseeing, penelitian dan pendidikan, kesehatan, serta soft and hard trekking dapat dilakukan di sini. Keistimewaan lainnya yaitu danau Segara Anak yang terdapat di kawah gunung ini pada ketinggian 2.008 meter di atas permukaan laut. Gunung Rinjani banyak mempengaruhi terjadinya berbagai obyek wisata alam seperti air terjun, sungai, dan hutan lindung dengan berbagai flora dan fauna endemik yang berada di dalamnya, termasuk keunikan hayati bawah laut di sekitar Pulau Lombok dan pulau-pulau kecil di sekelilingnya. KEKAYAAN SENI BUDAYA Atraksi budaya Lombok terdiri dari tempat, benda dan gelaran acara budaya. Walaupun masyarakat Lombok mayoritas beragama Islam, namun budayanya banyak dipengaruhi pula oleh budaya Hindu. Ini terlihat dari peninggalan bangunan tempat ibadah. Terdapat banyak pura dan masjid tua peninggalan abad ke 16 dan 17 di Lombok yang hingga kini masih dijadikan tempat ibadah oleh masyarakat sekitar. Pengaruh Hindu dan Islam juga terlihat pada berbagai ritual gelaran acara budaya yang dilakukan oleh masyarakat Lombok dari waktu ke waktu. Berbagai jenis tarian, permainan, musik tradisional, serta filosofi yang dimiliki masyarakat Lombok merupakan refleksi dari ajaran Hindu dan Islam yang dipelihara secara harmonis oleh masyarakat Lombok secara turun temurun. Keunikan budaya Lombok merupakan keunggulan lain yang patut dibanggakan. Desa-desa tradisional yang masih terjaga keasriannya di bagian selatan dan utara pulau Lombok masih menerapkan gaya hidup bersahaja seperti yang diwariskan oleh generasi terdahulu mereka, termasuk dalam menyajikan berbagai tarian tradisional, musik, permainan dan karnaval tradisional, seperti nyongkolan.
23
Lombok memiliki lima produk kerajinan unggulan yang mendukung pariwisata. Kelima produk kerajinan tersebut terpusat di lima kabupaten/kota seperti yang terlihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3: Produk lokal andalan Pariwisata Lombok Produk pariwisata andalan
Tempat / asal Produksi
Kain tenun songket
Desa Sukarara (Lombok Tengah), Desa Suwela (Lombok Timur)
Gerabah
Desa Banyumulek (Lombok Barat), Penujak (Lombok Tengah), Penakak (Lombok Timur)
Cukli
Labuapi (Lombok Barat), Sayang-Sayang (Mataram)
Kuliner
Mataram
Mutiara
Mataram
Semua produk kerajinan tersebut, kecuali mutiara, adalah barang kerajinan yang sudah diproduksi sejak jaman dahulu, jauh sebelum industri pariwisata dikembangkan di Lombok.
B. DAYA TARIK WISATA Empat kelompok produk pariwisata yang dimiliki Lombok, seperti tersebut diatas, tersebar di lima kabupaten dan kota yang ada di Pulau Lombok. Sebagian besar dari produk wisata tersebut adalah obyek wisata yang belum dibangun dan dikembangkan dengan optimal. Obyek-obyek wisata unggulan yang menjadi produk wisata Lombok seperti dijelaskan di atas antara lain dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4: Daya tarik wisata di masing-masing Kabupaten / Kota Wilayah
Jenis Pariwisata Pariwisata Pantai
Lombok Barat
Senggigi, Mekaki, Bangko-bangko
Lombok Tengah
Kuta, Tanjung Aan, Selong Belanak, Mawun, Gerupuk
Lombok Timur
Pantai Pink, Pantai Surga
Lombok Utara
Pantai Sepi
Mataram
Loang Baloq
Laut Gili Gede Gili Nanggu
Alam di darat
Tempat Budaya
Pusuk monkey forest, Hutan Sesaot
Desa Banyumulek, Suranadi, Narmada, Karang Bayan
Air terjun Benang setokel, Kelambu, RInjani
Desa Sukarara, Penujak, Sade
Gili Sudak Lampu Tangkong
Tete Batu, Air Terjun Kembang Kuning, Rinjani
Desa Suwela, Penakak
3 Gili
Rinjani, Air Terjun Sindang Gile
Desa tradisional Senaru dan Segenter Mayure, Shopping Mall, Desa Sekarbela
C. PEMASARAN PARIWISATA Berkaitan dengan konsep dan strategi pemasaran pariwisata Lombok, sedikitnya ada dua hal utama yang perlu segera mendapat perhatian. • Lombok perlu memiliki konsep pemasaran wilayah yang dapat diadopsi oleh semua pengusaha pariwisata, berupa sebuah brand image yang mewakili pariwisata Lombok dan menjadi identitas seluruh produk yang ditawarkan. Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Saufi, Diswandi, dan Nurul (2010) menemukan bahwa sebagian besar pelaku pariwisata di Lombok menjadikan wisata alam sebagai basis utama produk pariwisata yang mereka jual baik secara konvensional maupun online. Oleh karena itu branding pariwisata Lombok harus dibuat sesuai dengan karakteristik
24
produk pariwisata yang dijual sehingga mampu menjadikan pariwisata Lombok setara dengan kemajuan destinasi pariwisata lainnya. • Pemasaran produk pariwisata Lombok secara konvensional maupun online masih bersifat parsial. Para pelaku usaha pariwisata belum memiliki kesatuan dan koordinasi yang kuat dalam memasarkan produk pariwisata Lombok secara bersama-sama. Di samping itu, kuantitas dan kualitas pemasaran masih sangat rendah. Sebagai contoh, belum banyak alat promosi, seperti brosur, majalah, dan materi promosi lainnya yang dipajang di tempat-tempat strategis seperti pelabuhan dan bandara. Kalaupun ada, informasi yang diberikan sangat terbatas dan sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini. Padahal peran alat promosi seperti brosur dan majalah sangat efektif dalam meningkatkan kualitas pengalaman wisatawan. Lombok perlu memiliki sistem pemasaran terpadu yang memberikan informasi kepariwisataan secara luas dan tepat. D. PELAYANAN PENUNJANG PARIWISATA Sebagian besar usaha pariwisata, seperti hotel berbintang dan Biro Perjalanan Wisata, berada di Mataram dan Kabupaten Lombok Barat seperti yang dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini: Tabel 5: Sebaran Usaha Pariwisata di Pulau Lombok 2013 Biro Perjalanan Wisata
Hotel Bintang
Hotel Melati
Restoran
Mataram
219
12
80
196
Lombok Barat
61
26
67
150
Lombok Tengah
52
2
43
97
Lombok Timur
6
0
49
188
Kabupaten/Kota
Lombok Utara
24
6
275
308
Total
362
46
514
939
Sumber: Dikutip dari Nusa Tenggara Barat dalam Angka, Badan Pusat Statistik NTB, 2014
Jumlah biro perjalanan terbanyak berada di Mataram karena merupakan ibu kota Provinsi NTB dan pusat bisnis sehingga akses informasi penunjang usaha ini lebih mudah untuk didapatkan. Sementara itu hotel berbintang terbanyak terdapat di Lombok Barat karena kabupaten ini adalah pioner pembangunan sektor pariwisata di Lombok dengan Pantai Senggiginya. Sedangkan hotel melati dan restoran terbanyak terletak di Kabupaten Lombok Utara dimana terdapat 3 Gili yang menjadi salah satu pusat aktivitas kepariwisataan bahari dan tujuan wisatawan backpacker.
E. AKSESIBILITAS Akses menuju Lombok dapat ditempuh melalui jalur udara dan laut, dengan tiga pintu masuk utama yakni BIL (Bandara Internasional Lombok), Pelabuhan Lembar, dan Pelabuhan Kayangan. Untuk penerbangan domestik, Lombok dapat diakses melalui Jakarta, Surabaya, Makassar, Bali, Yogyakarta dan Bima, dengan penerbangan terbanyak berasal dari Bali. Sementara itu, terdapat dua penerbangan internasional ke Lombok yakni dari Singapura dan Malaysia. Sementara untuk jalur laut, Lombok terhubung dengan pelabuhan Padang Bai di Bali dan Poto Tano di Sumbawa. Terdapat feri setiap jam dari dan ke kedua pelabuhan tersebut. Juga terdapat kapal cepat yang secara berkala datang dari Benoa Bali ke Teluk Nare dan Gili Trawangan di Utara Lombok dan dari Serangan, Bali ke Marina del Ray di Gili Gede. Untuk membangun dan mengembangkan industri pariwisata, Lombok perlu menambah akses masuk wisatawan lebih banyak lagi, dengan cara menambah dan membuka rute penerbangan baik domestik maupun internasional. Untuk domestik, penerbangan-penerbangan ke dan dari Jakarta, Surabaya, Makassar, dan Bali perlu diperbanyak. Sementara itu perlu dibuka pula rute penerbangan baru ke daerah-daerah seperti Flores dan Kupang untuk menjadikan Lombok sebagai pintu gerbang menuju Indonesia bagian timur.
25
Proses Pembuatan Gerabah di Banyumulek
Untuk penerbangan internasional, penerbangan dari dan ke Singapura dan Kuala Lumpur di Malaysia perlu ditambah intensitasnya. Lombok juga harus menggencarkan promosi kepariwisataan di kawasan ASEAN dan Asia Pasifik lain untuk meningkatkan jumlah wisatawan dari kawasan tersebut. Meningkatnya jumlah wisatawan ASEAN dan Asia Pasifik ke Lombok akan menarik minat maskapai-maskapai penerbangan besar seperti Quantas, Virgin Blue, Cathay Pacific dan Jet Star untuk membuka rute penerbangan ke Lombok.
F. PENGELOLAAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN Salah satu tantangan terbesar pembangunan destinasi wisata di Lombok saat ini adalah sistem keamanan dan keselamatan yang masih kurang memadai. Sistem keamanan yang dimaksud adalah pendekatan yang efektif dalam mengatasi tindak kriminalitas yang mengganggu aktivitas kepariwisataan seperti pencurian, pemerasan, dan perampokan yang dilakukan terhadap wisatawan dan para pelaku usaha wisata. Saat ini, terdapat polisi pariwisata yang secara khusus menangani masalah keamanan wisatawan, yang ditempatkan di berbagai destinasi wisata seperti Senggigi dan Pantai Kuta. Namun jumlah personel polisi pariwisata yang tidak sebanding dengan luas areal patrolinya mengakibatkan tindak kejahatan terhadap wisatawan masih sering terjadi di tempat-tempat tertentu. Guna mengatasinya, diperlukan penambahan personel polisi pariwisata serta dibangunnya sistem keamanan terintegrasi yang melibatkan berbagai elemen masyarakat pemangku kepentingan pariwisata di sekitar obyek wisata. Kepariwisataan Lombok juga harus lebih memperhatikan tingkat keselamatan wisatawan dan pelaku usaha dalam aktivitas kepariwisataan mereka. Lombok perlu memiliki lembaga sertifikasi yang bertugas mengevaluasi standar operasional kerja para tour operators untuk menjamin tingkat keselamatan aktivitas kepariwisataan, terutama aktivitas alam seperti wisata laut dan gunung. Bervariasinya kualitas layanan karena belum adanya lembaga sertifikasi yang dimaksud secara tidak langsung mengakibatkan seringnya terjadi kecelakaan terutama di kawasan Gunung Rinjani.
2.4 Tantangan untuk Kinerja Lingkungan Menjadikan Lombok sebagai destinasi berbasis wisata alam dan budaya memiliki tantangan yang berasal dari alam dan masyarakat setempat. Tantangan yang berasal dari alam dapat berupa fenomena yang seringkali menyebabkan kematian terumbu karang dan ikan di destinasi wisata bahari seperti di tiga Gili. Namun demikian, terdapat tantangan yang lebih besar yang berasal dari masyarakat setempat, baik yang secara langsung terkait dengan aktivitas kepariwisataan maupun yang tidak.
26
Kain Songket
Beberapa diantara tantangan tersebut adalah: • Penyedotan dan penggunaan air tanah di 3 Gili, terutama Gili Trawangan, dikhawatirkan telah meningkatkan rembesan air laut ke dalam tanah sehingga meningkatkan kadar garam di air tanah. Hal tersebut mengancam kelangsungan hidup tidak hanya karang dan ikan di laut tapi juga tumbuhan di sekitar Gili. • Lemahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan dan kebiasaan membuang sampah disembarang tempat. Hal ini diperparah oleh kurangnya infrastruktur kebersihan dan lemahnya sistem pengelolaan sampah yang dimiliki pemerintah. Keberadaan pengelolaan sampah, seperti bank sampah, dirasa sangat mendesak terutama di dua destinasi utama di Lombok yakni Gunung Rinjani dan 3 Gili. • Penebangan pohon di kawasan hutan lindung Gunung Rinjani dan area konservasi lainnya yang dilakukan oleh masyarakat baik dengan tujuan penebangan liar maupun pembukaan lahan baru untuk berkebun telah menjadi ancaman serius bagi kelestarian flora dan fauna di kawasan tersebut. Di samping itu, penggundulan hutan seringkali memicu terjadinya banjir bandang dan tanah longsor di kaki Gunung Rinjani sebelah timur seperti daerah Sembalun dan Sambelia. • Penangkapan, perburuan, dan komersialisasi binatang-binatang endemik Lombok yang langka dan dilindungi dilakukan secara liar dan tidak terkendali. Binatang-binatang seperti monyet, penyu, dan berbagai jenis ikan langka diburu untuk dikonsumsi dan dijadikan peliharaan. Begitu juga dengan nasib hampir semua jenis burung di Lombok yang diburu untuk dikonsumsi dan dikomersilkan. Perdagangan ilegal burung di daerah ini sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan sehingga apabila tidak segera dihentikan dan ditangani dengan baik dikhawatirkan akan menimbulkan ketidakseimbangan ekosistem dan petaka lingkungan dalam beberapa tahun mendatang. • Perusakan terumbu karang dan penangkapan ikan di laut dengan menggunakan bahan peledak dan racun masih marak terjadi di sekitar Lombok dan pulau-pulau kecil yang mengelilinginya. Penggunaan bahan peledak dan racun mengancam kelestarian terumbu karang dan ikan, termasuk kelangsungan hidup para nelayan tradisional yang menangkap ikan dengan menggunakan pancing. Perusakan terumbu karang juga terjadi oleh aktivitas buang jangkar kapal yang dilakukan dengan sembarangan. Oleh karena itu, perlu ada koordinasi yang solid antar instansi pemerintah terutama pihak keamanan laut, dinas perhubungan laut, dinas kelautan dan lingkungan hidup, dinas pariwisata dan instansi lainnya untuk bersama-sama menangani permasalahan ini. • Polusi suara yang ditimbulkan oleh pengeras suara dari tempat-tempat ibadah, kendaraan bermotor, karaoke, bar dan club yang berada di kawasan obyek wisata pada waktu-waktu tertentu juga seringkali dikeluhkan baik oleh para wisatawan maupun warga setempat. Tidak bisa dipungkiri bahwa penggunaan pengeras suara sangat diperlukan dalam setiap acara terutama yang bersifat keagamaan. Akan tetapi pengeras suara sering digunakan secara berlebihan dan tidak proporsional sehingga merugikan masyarakat yang berada di sekitarnya. Fenomena polusi suara dari tempat ibadah memerlukan pendekatan yang hati-hati dan bijaksana karena bersifat sensitif. Penyelesaiannya memerlukan dukungan para tokoh masyarakat setempat.
27
Produk Topeng Tradisional
Mutiara di dalam Kerang Mutiara
• Erosi lahan dan pantai disebabkan oleh konstruksi bangunan dan tambang pasir ilegal. Bangunan (baik yang sudah berdiri maupun yang sedang didirikan) melanggar batas garis pantai dan masyarakat setempat banyak mengambil pasir secara ilegal untuk tujuan konstruksi. Dampak Perubahan Iklim Iklim berubah dengan cepat dan mengancam masyarakat, bisnis dan alam. Untuk sektor pariwisata, dampak dari perubahan iklim sendiri sudah mulai terasa, khususnya untuk destinasi wisata pantai. Di saat yang bersamaan, sektor pariwisata berkontribusi terhadap gas rumah kaca (GRK), khususnya melalui transportasi wisatawan. Dengan perubahan iklim, dampak negatif terhadap sektor pariwisata dan pertanian sudah dapat diperkirakan akan memberikan dampak buruk bagi Pulau Lombok. Kehidupan terumbu karang terancam dengan meningkatnya suhu permukaan air dan oksidasi air laut; hutan bakau terancam dengan meningkatnya tinggi permukaan air laut dan meningkatnya kejadian cuaca ekstrim. Sumber air diperkirakan juga akan terkena dampaknya dari perubahan pola curah hujan dan cuaca ekstrim yang menyebabkan kerusakan hutan terestrial. Dampak lainnya termasuk berkurangnya sumber air tawar dan ketersediaan sumber air pada umumnya disebabkan berkurangnya curah hujan dan intrusi air laut yang sudah mengancam area Gili, serta banjir yang terjadi di pemukiman dan lahan pertanian dekat pantai. Perubahan iklim dan pola cuaca di destinasi pariwisata seperti Lombok dapat secara signifikan mempengaruhi kenyamanan wisatawan dan rencana perjalanan mereka. Perubahan pola permintaan dan laju wisatawan akan memberikan dampak terhadap bisnis pariwisata dan masyarakat setempat, serta mempengaruhi sektor terkait lainnya seperti pertanian, industri kerajinan atau konstruksi. Pemerintah Indonesia dan pemerintah daerah NTB mengakui adanya kebutuhan mendesak bagi industri pariwisata untuk mengembangkan dan menerapkan strategi dalam menghadapi perubahan iklim serta pentingnya langkah pencegahan untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan yang disebabkan sektor pariwisata. Langkah awal yang diambil untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan di Lombok serta mengurangi ecological footprint dari destinasi wisata itu sendiri antara lain: • Proyek peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah dan masyarakat untuk beradaptasi dengan perubahan iklim dan mengintegrasikannya ke dalam kebijakan dan strategi pemerintah (contoh: RED-GRK, RPJMD); • Proyek penghematan sumber daya: pengurangan penggunaan sumber daya air dan konsumsi listrik oleh industri perhotelan serta pengelolaan sampah guna mengurangi emisi GRK dan di saat yang sama meningkatkan daya saing dalam pasar pariwisata. Selain itu, beberapa hotel mulai berinisiatif menerapkan desain bangunan dengan konsep berkelanjutan; • Pengadaan bahan/material yang berkelanjutan (green procurement): sebagai usaha untuk menghubungkan produk lokal dengan bisnis pariwisata seperti hotel dan restoran, pemasok didorong untuk mengadopsi praktik pengadaan barang dan jasa yang berkelanjutan;
28
• Proyek yang menggerakkan masyarakat untuk melestarikan alam, menanam pohon, khususnya reboisasi hutan bakau; • Kegiatan memperbaiki terumbu karang dengan penanaman biorock dan terumbu karang yang saat ini sedang berjalan. Cara lain yang dapat ditempuh oleh industri pariwisata, termasuk para wisatawan yang mengunjungi Lombok untuk melawan dampak perubahan iklim, misalnya dengan meningkatkan kesadaran terhadap perubahan iklim yang diakibatkan industri pariwisata setempat dan perilaku konsumen. Diperlukan pula usaha untuk memfasilitasi adaptasi terhadap dampak perubahan iklim yang telah terjadi serta mengantisipasi dampak lainnya di masa yang akan datang. Kegiatan ini harus didukung oleh pengembangan media komunikasi seperti publikasi, poster, selebaran serta media informasi dan kampanye yang lebih spesifik yang bisa ditampilkan di radio setempat. Memperkenalkan praktik pengelolaan risiko akan menciptakan kesadaran dalam masyarakat terhadap bahaya dan memastikan bahwa mereka dan institusi pelayanan darurat terlatih dengan baik dan cepat tanggap. Guna mencapai kesiapan tersebut, diperlukan peningkatan kapasitas operasional oleh masyarakat di sekitar destinasi wisata pantai dan gunung agar lebih sigap dan cepat tanggap dalam keadaan darurat bencana alam. Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan kegiatan dalam rangka adaptasi terhadap perubahan iklim ke dalam kebijakan yang sudah ada dalam pengembangan sosial ekonomi dan kelestarian lingkungan, serta merevisi dan/atau menegakkan aturan yang ada seperti izin bangunan, zonasi lahan di sekitar pantai dan sungai akan mendukung pengembangan yang berkelanjutan. Hal lain yang bisa direkomendasikan yaitu menggunakan teknologi dan praktik berkelanjutan, seperti energi terbarukan dan penelitian lebih lanjut. Inisiatif Hijau Dalam upaya menciptakan kesadaran di tengah masyarakat serta melibatkan wisatawan guna mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan sekaligus melindungi keanekaragaman hayati di Lombok, dilaksanakan beberapa inisiatif yaitu: • South Lombok Community Association (SLCA) untuk keamanan, kebersihan, dan pendidikan di kawasan pantai Kuta; • Gili Eco Trust mendukung pengelolaan sampah dan konservasi terumbu karang dan penyu di 3 Gili; • Mendidik masyarakat desa mengenai dampak lingkungan, memperkenalkan pengelolaan sampah berdasarkan prinsip 3R di Kampung Wisata di Tete Batu; • Pengembangan Desa Wisata Hijau Banyumulek; • Program penghematan sumber daya yang dilakukan oleh beberapa hotel yang merupakan anggota PHRI; • Pembentukan bank sampah di beberapa area baik di Lombok maupun Sumbawa; • Tour operator yang mempromosikan ecotourism; • Pengembangan eco region di Tanjung Ringgit oleh Eco Solution Lombok; dan • Program penanaman pohon oleh tour operator dan usaha akomodasi setempat, serta program rehabilitasi hutan bakau (mangrove) oleh pemerintah setempat.
29
Air Terjun Tiu Kelep Senaru
2.5 Analisis TOWS Analisis TOWS dipergunakan untuk melihat ancaman, peluang, kelemahan dan kekuatan yang dimiliki Pulau Lombok dalam sektor pariwisata. Selanjutnya analisis ini akan digunakan untuk merumuskan strategi pembangunan dan pemasaran kepariwisataan yang berkelanjutan. Ancaman (Threats) terhadap keberlangsungan
Peluang (Opportunities) untuk membangun
pembangunan kepariwisataan di Lombok
kepariwisataan berkelanjutan
1. Pesatnya pembangunan kepariwisataan termasuk kualitas SDM yang lebih tinggi di destinasi lain yang berdekatan; 2. Kondisi ekonomi, sosial, dan politik dunia yang masih belum kondusif;
1. Membaiknya pasar pariwisata nasional; 2. Adanya keinginan yang kuat dari wisatawan domestik dan mancanegara untuk mendapatkan pengalaman wisata yang unik dan berkelanjutan;
3. Beroperasinya Bandara Internasional Lombok; 3. Adanya dampak dari perubahan iklim dan meningkatnya 4. Munculnya beberapa institusi pendidikan tinggi kunjungan wisatawan yang mengakibatkan kepariwisataan; meningkatnya carbon footprint. 5. Perhatian pemerintah pusat terhadap pembangunan kepariwisataan di Lombok. Kelemahan (Weaknesses)
Kekuatan (Strengths) yang dimiliki oleh Lombok
yang dimiliki oleh Lombok
sebagai sebuah destinasi wisata terdiri dari
1. Infrastruktur pariwisata yang masih kurang;
1. Posisi geografis yang strategis;
2. Kurangnya tenaga kerja pariwisata profesional;
2. Gunung Rinjani dengan keindahan dan keunikan alamnya;
3. Sistem pengelolaan pariwisata yang masih belum terpadu; 4. Lemahnya sistem manajemen yang mengikutsertakan masyarakat lokal dalam aktivitas kepariwisataan; Isu keamanan lokal (aksi kriminalitas) masih tinggi.
3. Hamparan pantai dan ombak; 4. Pulau-pulau kecil lengkap dengan pantai, ombak, dan keberagaman hayati bawah air; 5. Keberagaman budaya (agama, adat istiadat, tarian, musik, arsitektur lokal, kuliner, souvenir).
30
3. Kinerja Kepariwisataan Musim Panen Rumput Laut di Pantai Numbung
Perkembangan Kepariwisataan Lombok Bab ini membahas mengenai kinerja kepariwisataan Lombok secara keseluruhan, termasuk destinasi (destination), asal wisatawan (origin), seasonabilitas (time). Khusus mengenai asal wisatawan (origin) akan dibahas secara lebih lanjut pada bab selanjutnya mengenai Pasar Potensial. Pembangunan industri pariwisata Lombok telah berlangsung selama lebih dari tiga dasawarsa termasuk sejak ditetapkan sebagai daerah tujuan wisata di Indonesia tahun 1979. Dalam kurun waktu tersebut, pembangunan kepariwisataan di daerah ini dapat diklasifikasikan ke dalam tiga periode, yakni: (1) periode pembangunan yakni masa sampai akhir 90an; (2) periode recovery yakni awal tahun 2000 sampai dengan 2005; dan (3) periode kebangkitan yang masih berjalan hingga sekarang. Pada sepuluh tahun pertama pembangunannya, industri pariwisata di Lombok mengalami perkembangan yang pesat yang ditandai dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dari tahun ke tahun. Memasuki milenium baru tahun 2000, kemajuan pembangunan kepariwisataan Lombok mendapat cobaan dari berbagai peristiwa politik, ekonomi dan sosial di tingkat lokal, nasional, dan internasional. Beberapa peristiwa yang secara berturut-turut mempengaruhi perkembangan industri pariwisata di Lombok selama periode 1997–2006 meliputi: (1) Instabilitas politik dalam negeri yang diawali dengan runtuhnya kekuasaan Orde Baru pada tahun 1997; (2) Kerusuhan sosial mengenai Suku, Ras, Agama dan Antar golongan (SARA) yang terjadi di Mataram tahun 2000; (3) Serangan Teroris terhadap menara kembar di New York tahun 2001; (4) Serangan teroris di Bali tahun 2002 dan 2005; (5) Bencana alam seperti Tsunami yang terjadi di Aceh tahun 2004, Gempa bumi di Yogyakarta tahun 2006; dan (6) Penyebaran Virus SARS dan flu burung di Asia Tenggara tahun 2005. Geliat aktivitas kepariwisataan Lombok mulai terlihat lagi sejak tahun 2006, dan mencatatkan jumlah kunjungan wisatawan yang rata-rata lebih tinggi dari periode sebelumnya, seperti yang terlihat dari jumlah kunjungan wisatawan ke Provinsi NTB pada Gambar 3. Peningkatan jumlah wisatawan terlihat sangat signifikan dari tahun ke tahun. Bila pada periode sebelum tahun 2000, wisatawan yang berkunjung didominasi oleh wisatawan mancanegara, maka kunjungan
31
pada periode setelah tahun 2006 didominasi oleh wisatawan domestik. Fenomena ini bisa jadi dipicu oleh meningkatnya perekonomian dalam negeri yang disertai oleh lebih tingginya dorongan wisatawan domestik untuk melakukan perjalanan di dalam negeri. Data tersebut memberikan indikasi menguatnya permintaan pariwisata dalam negeri yang menguntungkan aktivitas kepariwisataan di Lombok. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan wisatawan di pulau Lombok adalah karena mulai beroperasinya Bandara Internasional Lombok pada tahun 2011. Gambar 3: Jumlah wisatawan ke Nusa Tenggara Barat tahun 2006-2013
Jumlah Wisatawan ke NTB Tahun 2006-2013 Jumlah Wisatawan
1.400.000 1.200.000 1,000.000 800.000 600.000 400.000 200.000 0 Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara Jumlah
2006 179.666 246.911 426.577
2007 200.170 257.209 457.379
2008 213.926 330.575 544.481
2009 232.525 386.845 619.370
2010 282.161 443.227 725.388
2011 364.196 522.684 886.880
2012 417.706 691.436 1.163.142
2013 565.944 791.658 1.357.602
Sumber: Dikutip dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB 2013
Kunjungan Wisatawan Pada tahun 2014 jumlah kunjungan wisatawan di Lombok mencapai 1.629.122 juta, meningkat 20% dibandingkan dengan tahun 2013. Selama tahun terakhir pertumbuhan tahunan wisatawan sangat mengesankan dan tampaknya sudah berada di jalur yang benar untuk mencapai target 2 juta wisatawan di tahun 2015 yang telah ditetapkan oleh pemerintah NTB. Pulau ini didominasi oleh pasar domestik, yang menyumbang hampir 60% dari kunjungan. Mayoritas wisatawan domestik berasal dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya serta dari Makassar dan Bali. Sisanya adalah wisatawan dari kawasan ASEAN dan pasar luar negeri lainnya. Berbeda dengan kunjungan wisatawan di Indonesia pasar outbound didominasi oleh Eropa dengan Perancis, Jerman dan Belanda yang mendominasi di tahun 2013/14. Wisatawan Asia masih rendah jumlahnya, namun koneksi penerbangan baru dari Singapura, Bali (dan untuk sementara dari Perth) telah mengubah keadaan ini. Kedatangan pengunjung dari Australia melonjak tinggi pada kuartal pertama tahun 2013/2014. Pada 2015 peningkatan pasar terutama diharapkan berasal dari pasar Asia.
Seasonabilitas Data pada Gambar 4 menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan per bulan selama enam tahun terakhir. Walaupun terdapat perbedaan musim kunjungan puncak (peak season) dari tahun ke tahun, terlihat kecenderungan peningkatan jumlah wisatawan setiap tahun. Yang menarik adalah kecenderungan terjadinya peak season setiap akhir tahun. Bulanbulan yang termasuk ramai bagi kepariwisataan di Lombok dimulai pada bulan Mei, dimana terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisata yang mencapai puncaknya (peak) pada bulan Agustus. Hal ini dipicu oleh libur musim panas di Eropa dan Amerika, libur tengah semester di Indonesia, dan musim libur lebaran di Indonesia yang jatuh pada pertengahan tahun sejak 2009.
32
Gambar 4: Seasonabilitas ke NTB dalam 6 tahun terakhir
Seasonabilitas Kedatangan Wisatawan di Provinsi NTB (2009-2014) Wisatawan
200.000 150.000 100.000 50.000
2009
2010
2011
2012
2013
No ve m be r De se m be r
Ok to be r
Se pt em be r
Ag us tu s
Ju li
Ju ni
M ei
Ap ril
M ar et
Ja nu ar i Fe br ua ri
0
2014
Sumber: Dikutip dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB 2014 Penurunan jumlah wisatawan rata-rata terjadi pada bulan September, Oktober, dan November, dan kembali meningkat pada bulan Desember bersamaan dengan musim liburan Natal dan Tahun Baru yang berakhir sampai pertengahan Januari tahun berikutnya. Jumlah wisatawan terendah terlihat pada bulan Februari, Maret dan April bersamaan dengan musim hujan di Lombok. Selain itu, salah satu daya tarik wisata unggulan Lombok yaitu Gunung Rinjani ditutup untuk 3 bulan dimulai dari bulan Februari hingga April. Ditutupnya Gunung Rinjani oleh Balai Taman Nasional Gunung Rinjani dilakukan karena beberapa alasan, yang pertama yaitu untuk alasan keselamatan wisatawan karena dianggap tidak aman untuk melakukan pendakian pada saat musim penghujan karena jalur pendakian akan sangat licin. Yang kedua yaitu untuk menjaga keberlanjutan kehidupan keanekaragaman hayati yang terdapat di Gunung Rinjani. Mayoritas wisatawan yang datang ke Lombok adalah wisatawan individu /Free Independent Traveller (FIT) yang berumur antara 25-40 tahun, hampir 50% belum menikah dan 60% berjenis kelamin laki-laki. Wisatawan yang berkunjung ke Lombok memesan jasa perjalanan mereka secara terpisah karena paket tur yang ada tidak begitu digemari.
Rata-Rata Lama Tinggal dan Rata-Rata Pengeluaran Selain dilihat dari seasonabilitas sepanjang tahun, berkembangnya aktivitas pariwisata di Lombok juga dilihat dari ratarata lama tinggal dan rata-rata pengeluaran wisatawan per hari baik oleh wisatawan domestik maupun mancanegara seperti yang terlihat pada tabel 6 dan 7 di bawah ini. Tabel 6: Rata-rata lama tinggal dan pengeluaran Wisman dan Wisnus periode 1994-1997 Rata-rata
Tahun
Jumlah Wisman
Lama Tinggal (malam)
1994
158.813
8,0
Rata-rata
Pengeluaran (US$/hari)
Jumlah Wisnus
Lama Tinggal (malam)
Pengeluaran (IDR/hari)
59
120.279
6,0
95.550
1995
167.267
8,0
64
140.940
6,0
99.167
1996
227.453
12,0
65
122.172
6,0
78.000
1997
245.049
12,0
68
151.282
6,0
99.000
Sumber: Pariwisata dalam Angka Tahun 1997 Apabila dibandingkan rata-rata lama tinggal dan rata-rata pengeluaran wisatawan dari periode tahun 1994-1997 dengan tahun 2009-2012, terlihat penurunan lama tinggal yang signifikan, namun terjadi peningkatan yang juga signifikan pada pengeluaran wisatawan.
33
Tabel 7: Rata-rata lama tinggal dan pengeluaran Wisman dan Wisnus tahun 2009-2013 Rata-rata
Tahun
Jumlah Wisman
Lama Tinggal (malam)
2009 2010 2011 2012 2013
232.525 282.161 364.196 471.706 565,944
3,8 4,0 3,9 3,9 5,8
Pengeluaran (US$/hari)
80 100 125 130 270
Jumlah Wisnus
Rata-rata Lama Tinggal (malam)
386.845 443.227 552.684 691.436 789.658
Pengeluaran (IDR/hari)
4,3 4,0 3 3,8 4,8
375.000 500.000 1.214.300 1.200.500 1.780.000
Sumber: Dikutip dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB 2014, GIZ Tourism Impact Study Lombok 2013 Perbedaan jumlah rata-rata pengeluaran wisatawan pada periode tahun 1990 dengan tahun 2000 seperti yang terlihat pada tabel diatas juga mempengaruhi pendapatan yang dihasilkan oleh sektor pariwisata. Perbedaan pendapatan dari dua periode baik dari wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara dapat dilihat pada tabel 8: Tabel 8: Pendapatan dari Wisman dan Wisnus periode 1994/1997 dan 2009/2012 Tahun 1994 1995 1996 1997
Wisman Jumlah (US$) Tahun 74.959.736,00 2009 85.640.704,00 2010 139.958.520,00 2011 174.672.144,00 2012
Jumlah (US$) 74.408.000,00 112.864.400,00 177.545.550,00 239.154.942,00
Tahun 1994 1995 1996 1997
Wisnus Jumlah (000 IDR) Tahun 69.955.950,00 2009 83.859.500,00 2010 57.176.498,00 2011 89.861.508,00 2012
Jumlah (000 IDR) 623.787.562,50 886.454.000,00 1.904.085.543,60 3.154.261.888,40
Sumber: Dikutip dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB 2012; Pariwisata dalam Angka Tahun 1997 Peningkatan jumlah kunjungan wisata berdampak pada peningkatan sumbangan sektor ini terhadap PDRB Provinsi NTB. Gambar 5 menunjukkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) NTB atas dasar harga berlaku pada tahun 2013 adalah sebesar IDR 56.,277.970.000 sedang pada tahun sebelumnya sebesar IDR 49.679.694.000. Sampai saat ini perekonomian NTB masih didominasi oleh sektor primer yakni sektor pertambangan dan pertanian, namun bagaimanapun juga, sektor pariwisata mulai menempati posisi yang cukup penting dalam kontribusinya terhadap PDRB Provinsi NTB. Selain itu, sektor pertanian juga perlu dipertimbangkan karena sektor ini memberikan kontribusi terhadap sektor pariwisata seperti pemasok bahan makanan, walaupun dampak ekonomi tidak terlihat secara langsung dan belum terukur secara sistematis. Gambar 5: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2013
PDRB Tahun 2013
13,3 % Jasa-Jasa
5,8%
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
7,7 %
Pengangkutan dan Komunikasi
17%
Perdagangan, Hotel dan Restoran
26,2 %
Pertanian
17,7 %
Pertambangan dan Panggalian
3,7 %
Industri Pengolahan
0,5%
Listrik, Gas dan Air Bersih
8,1 % Bangunan
Sumber: BPS Nusa Tenggara Barat 2014
34
Masjid Bayan Beleq
Pura Mayura
Lumbung
35
4. Pasar Potensial Kehidupan Bawah Laut
T
ourism Business Portal (2014) di bawah Komisi Eropa menemukan adanya empat motif utama wisatawan Eropa melakukan wisata ke luar negeri. Pertama, 40% wisatawan Eropa bertujuan melakukan rekreasi bersama keluarga dan kerabat, dan melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari. Tujuan utama mereka adalah pantai dan matahari. Motif yang kedua adalah mengunjungi kerabat, keluarga, dan teman, yang mencapai 36%. Sementara itu motif yang ketiga adalah wisatawan yang bertujuan mengunjungi daya tarik alam seperti gunung, danau, menikmati pemandangan dan sebagainya, mencapai 26%. Motif yang keempat sebanyak 22% adalah motif budaya yaitu wisatawan yang mencari pengalaman rohani. Motif berwisata seperti ini akan terus menjadi tren berwisata pada masa yang akan datang seiring semakin kompleksnya kebutuhan hidup dan tingginya tuntutan di tempat kerja terutama di Eropa. Motif yang sama juga dimiliki oleh kelompok wisatawan yang berada pada kawasan lain seperti Amerika, ASEAN, Asia Pasifik lain termasuk Australia. Motivasi berwisata seperti ini sangat sesuai dengan produk wisata yang menjadi unggulan Lombok, yakni alam, pantai dan pegunungan. Berkaitan dengan motif diatas, terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi kepuasan wisatawan Eropa. Aspek alam seperti pemandangan dan keadaan cuaca dari destinasi yang dikunjungi,mempengaruhi tingkat kepuasan hingga 95%. Faktor kedua yaitu kualitas akomodasi yang mencapai 92%, dan yang ketiga adalah perlakuan yang mereka dapatkan selama liburan, mencapai 85%. Terkait faktor penentu kepuasan wisatawan tersebut, wisatawan asal Jerman, Belanda, dan Skandinavia adalah yang paling banyak memperhatikan aspek alam selama liburan mereka dan menjadikan hal tersebut sebagai faktor utama yang menarik mereka untuk berkunjung kembali. Selanjutnya, sekitar 56% wisatawan Eropa memutuskan destinasi yang dipilihnya untuk berlibur berdasarkan rekomendasi dari keluarga dan teman dekat, 46% melihat informasi dari website, dan 34% mengacu pada pengalaman pribadi sebagai faktor penting yang mempengaruhi keputusan. Data ini menunjukkan pentingnya citra pariwisata yang dibangun dan pengalaman yang didapatkan para wisatawan selama mereka berada di Lombok. Wisatawan yang puas akan memberikan rekomendasi kepada calon wisatawan lain untuk berkunjung dan sebaliknya. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa untuk meraih pangsa pasar pariwisata Lombok di dalam dan luar negeri sangat tergantung pada kualitas produk dan jasa yang diberikan.
36
Citra pariwisata Lombok sangat dipengaruhi oleh dukungan semua pemangku kepentingan pariwisata yang ada di daerah ini, khususnya masyarakat destinasi (lokal). Masyarakat destinasi sangat menentukan citra pariwisata karena posisi mereka yang tidak hanya bertindak sebagai subyek atau pelaku atraksi wisata tetapi juga sebagai obyek atau atraksi wisata itu sendiri. Padahal, tidak semua anggota masyarakat memiliki perspektif dan pemahaman yang sama tentang aktivitas kepariwisataan, dan kualitas produk wisata suatu destinasi, termasuk Lombok. Dalam membangun citra pariwisata Lombok, tantangan utama adalah lemahnya kualitas sumber daya masyarakat lokal yang tidak didukung oleh sistem kelembagaan pariwisata yang profesional. Oleh karena itu fokus pembenahan destinasi dalam rangka menciptakan citra pariwisata yang positif dimata wisatawan adalah pembenahan sumber daya manusia lokal (masyarakat destinasi) secara umum.
Pemasaran & Promosi Selama tiga dasa warsa pembangunan kepariwisataan di Lombok, pemasaran pariwisata masih dilakukan secara parsial dan terpisah-pisah antara pelaku usaha pariwisata yang satu dan lainnya. Lombok belum memiliki konsep pemasaran yang terpadu yang dapat diadopsi oleh semua pengusaha pariwisata. Inisiasi dan biaya pemasaran pariwisata sebagian besar berasal dari kalangan industri. Oleh karena itu, tujuan pemasaran masih berorientasi pada profit masing-masing perusahaan, bukan kepada pembangunan citra destinasi dan produk wisata. Pada umumnya, promosi pariwisata masih dilakukan secara konvensional, yakni dengan menghadiri pasar wisata di dalam dan luar negeri antara lain: pasar pariwisata Jakarta, Asean Travel Forum (ATF), World Travel Mart (WTM) London, dan Internationale Tourismus-Börse (ITB) Berlin. Alat promosi pariwisata masih mengandalkan media cetak dan elektronik seperti brosur, pamflet, majalah, DVD, dan USB. Namun demikian hampir semua tour operator dan hotel memiliki website, dan telah mulai melakukan promosi secara online. Kelemahan utama pemasaran pariwisata Lombok saat ini adalah bahwa para pelaku usaha pariwisata belum memiliki koordinasi pemasaran yang baik, maupun informasi terpadu tentang destinasi yang dipasarkan. Di samping itu, kuantitas dan kualitas pemasaran masih sangat rendah. Sebagai contoh, belum banyak alat promosi, seperti brosur, majalah, dan materi promosi lainnya yang disediakan di tempat-tempat strategis seperti pelabuhan dan bandara. Kalaupun ada, informasi yang diberikan sangat terbatas dan sudah tidak relevan lagi. Padahal peran alat promosi seperti brosur dan majalah sangat efektif dalam meningkatkan kualitas pengalaman wisatawan. Lombok perlu memiliki sistem pemasaran terpadu yang memberikan informasi kepariwisataan secara luas. Pemasaran produk pariwisata Lombok dimasa yang akan datang masih mengandalkan pendekatan konvensional dan online, dengan penekanan pada pemasaran online. Hal ini menjadi tugas pemerintah untuk berperan lebih dalam melakukan pemasaran bersama dengan pihak swasta, yaitu dengan membangun kemitraan pemerintah-swasta sehingga masing-masing pihak mempunyai rasa tanggung jawab yang besar dan dapat melakukan upaya-upaya pemasaran secara terpadu dan terkoordinasi. Pariwisata Lombok perlu segera memiliki brand image yang mewakili dan menjadi ciri khas Lombok sebagai produk pariwisata. Branding pariwisata Lombok harus dibuat sesuai dengan karakteristik produk pariwisata yang dijual, mengingat sebagian besar pelaku usaha pariwisata mengandalkan wisata alam sebagai basis utama produk yang mereka tawarkan. Pariwisata Lombok juga perlu memiliki basis data untuk menyimpan berbagai data kepariwisataan yang dapat dijadikan acuan bersama dalam pemasaran pariwisata, sehingga setiap pelaku usaha memiliki informasi yang sama tentang destinasi yang dipasarkan. Sangat direkomendasikan untuk fokus terhadap kegiatan pemasaran dan promosi dalam: • Menarik lebih banyak pasar domestik; • Memanfaatkan pertumbuhan pasar saat ini, meningkatkan rata-rata lama menginap, mendorong kunjungan berulang (repeater), mempromosikan Lombok secara keseluruhan, menciptakan musim kunjungan yang lebih panjang pada saat musim penghujan; • Menarik pasar yang berpotensi memiliki tingkat pengeluaran (expenditure) yang lebih tinggi; • Menarik pasar internasional yang juga berkunjung ke pulau tetangga, Bali; dan
37
• Memperluas pasar melalui media e-marketing dan jaringan pariwisata internasional. Dilihat dari pasarnya, Lombok memiliki pasar kunci dan pasar potensial. Gambar berikut menunjukkan kedua pasar beserta segmen yang diminati oleh masing-masing pasar:
Pasar Domestik
Pasar Mancanegara
Periode kunjungan singkat Wisata yang diminati: Pantai, petualangan, MICE, bulan madu, mengunjungi teman/keluarga, budaya
Saat ini: Australia, Jerman, Belanda Potensi: Singapura, Malaysia, Cina Wisata yang diminati: Berbasis alam/ petualangan, budaya, bulan madu, kapal pesiar
4.1 Pasar Saat Ini Data kepariwisataan menunjukkan bahwa Lombok memiliki empat segmen pasar yang berbeda berdasarkan kawasan yakni Amerika, Eropa, ASEAN dan negara-negara Asia Pasifik lainnya. Dari keempat kawasan tersebut wisatawan mancanegara (wisman) yang berwisata ke NTB selama ini masih didominasi oleh wisatawan yang berasal dari Australia dan Eropa. Gambar 6 menampilkan pasar unggulan 2013: Gambar 6: Pasar Unggulan 2013
15.400
Wisatawan Eropa
Asean
29,6%
Amerika 3,74%
1,14%
400.600 Wisatawan
50.700
791.700 Domestik
Wisatawan
Wisatawan
58,37%
Asia-Pasific 7,3%
99.200
Wisatawan
Kawasan
Amerika
Eropa
Asia
Asia Pacific
Domestik
Jumlah wisatawan
50.709
400.591
15.414
99.230
791.658
Sumber: Data Pariwisata Dinas Kebudayaan & Pariwisata Tahun 2014 Dari gambar berikut, dapat dilihat tren kunjungan wisatawan dari tahun 1997, 2011 hingga 2013, yang juga menunjukkan tidak banyak terjadi perubahan terhadap negara penyumbang wisatawan terbesar.
38
Gambar 7: Tren kunjungan wisatawan ke Lombok pada tahun 1997, 2011, 2012 dan 2013
Tren Kunjungan Wisatawan ke Lombok 99.230
2013 15.414
50.709
400.591
2012
73.481 12.038 262.058 34.896
2011
71.306 5.693 249.162 33.038
1997
5.058
60.283
30.313
791.658
691.436
522.684
158.894 148.999
Domestik
Asia Pasifik
ASEAN
Eropa
Amerika
Sumber: Data Pariwisata Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi NTB Data kunjungan wisman mengindikasikan bahwa segmen pasar pariwisata NTB (dalam hal ini Lombok) tidak berubah dari tahun ke tahun. Apabila dijabarkan secara lebih rinci, sepuluh negara yang menyumbangkan wisatawan terbanyak ke NTB (khususnya Lombok) dapat dilihat pada Gambar 8 di bawah ini: Gambar 8: 10 Pasar Teratas berdasarkan negara tahun 2013
Top 10 Pasar Teratas Berdasarkan Negara Tahun 2013 17.306 18.866 21.658 23.162 28.265
Spanyol Kanada Swiss USA Italia
51.096
Inggris
61.551 64.432
Belanda Jerman
72.215
Australia
81.208
Perancis 0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
Sumber: Data Pariwisata Dinas Kebudayaan & Pariwisata Tahun 2014 Berdasarkan data di atas dan kondisi geografis pulau Lombok, Australia merupakan pasar yang sangat potensial untuk dikembangkan. Selama ini, Bali menjadi penghubung bagi wisatawan Australia untuk berkunjung ke Lombok. Hal ini menjadi salah satu alasan untuk membuka jalur penerbangan langsung dari kota-kota besar di Australia ke Lombok dan sebaliknya. Selain itu, dua pasar terbesar yaitu pasar domestik dan pasar Eropa juga perlu diperhatikan agar tetap meningkat dari waktu ke waktu. 4.1.1 Pasar Domestik Pada periode tahun 1997, negara-negara Eropa mendominasi kunjungan ke Lombok sebesar 60%. Salah satu fenomena yang paling menarik pada komposisi pasar pariwisata Lombok dalam sepuluh tahun terakhir adalah meningkatnya jumlah wisatawan domestik yang jauh melampaui jumlah kunjungan wisatawan asing. Membaiknya perekonomian dalam
39
negeri diyakini berpengaruh dalam meningkatkan motivasi berwisata dan menguatkan daya beli wisatawan domestik. Di samping itu, gencarnya promosi yang dilakukan dalam menjual Lombok sebagai destinasi wisata MICE selama ini telah menjadikan Lombok sebagai salah satu destinasi MICE utama di Indonesia. Apalagi didukung oleh mulai beroperasinya Bandara Internasional Lombok (BIL) dan penambahan jumlah penerbangan dari dan ke Lombok dalam tiga tahun terakhir. Fenomena ini membuka peluang bagi pengembangan pasar wisata dalam negeri yang biaya dan strategi pemasarannya lebih murah dari pasar luar negeri. Strategi memasarkan Lombok sebagai destinasi MICE untuk pasar domestik bisa jadi mendapat tantangan baru. Dengan adanya kebijakan Presiden Joko Widodo yang melarang pegawai negeri sipil (PNS) untuk menggelar rapat di hotel serta pembatasan perjalanan dinas dalam rangka memangkas anggaran operasional, menjadikan produk MICE Lombok harus menemukan target pasar baru di luar instansi pemerintah. 4.1.2 Pasar Eropa Wisatawan Eropa yang berkunjung terutama berasal dari negara-negara yang disebut sebagai pasar tradisional Eropa untuk pariwisata yakni Perancis, Jerman, Belanda, Inggris, Italia, dan negara-negara Skandinavia. Sebagai contoh, pada tahun 1997 negara-negara Eropa secara bersama-sama menyumbang 60% kunjungan wisatawan. Wisatawan Eropa yang terbanyak berasal dari Jerman (29.586 orang) atau 12% dari keseluruhan wisatawan asing, kemudian disusul negara-negara Skandinavia dan Belanda. Kontribusi wisatawan Eropa terhadap jumlah kunjungan wisman ke NTB meningkat menjadi 68,5% pada tahun 2012. Wisatawan yang terbanyak berasal dari Perancis yakni 54.326 orang atau sekitar 14% dari keseluruhan wisatawan. Hal ini disebabkan karena banyaknya wisatawan Perancis yang menghabiskan liburan mereka di Pulau Bali sehingga memutuskan untuk mengkombinasikan perjalanan mereka juga ke Pulau Lombok. Sementara wisatawan Belanda menempati urutan kedua dengan jumlah 37.373 atau sekitar 9,7% dari total wisatawan asing. Tourism Business Portal di Komisi Eropa (2014) menyebutkan lima pasar kunci Eropa yang masyarakatnya memiliki tradisi kuat melakukan perjalanan ke luar negeri. Kelima negara dan potensi pasarnya terlihat pada Tabel 9. Pada pasar ini, Jerman, Inggris, Perancis dan Italia masuk 10 besar negara dengan pengeluaran untuk berwisata terbesar di dunia. Dari keempat negara tersebut, Jerman adalah yang pengeluarannya terbesar. Tabel 9: 5 Pasar Kunci Eropa Penduduk berwisata ke luar negeri (juta orang)
Persentase perjalanan di Eropa
Jerman
73
29,5%
Inggris
44
17,8%
Perancis
22
8,9%
Belanda
15,7
6,3%
11
4,4%
Italia
Sumber: Dikutip dari Tourism Business Portal 2014 Pasar kunci Eropa memiliki motivasi berwisata sebagian besar untuk rekreasi dan melepaskan diri dari rutinitas kerja. Atraksi wisata utama yang mereka cari adalah pantai dan matahari, alam dan pegunungan. Salah satu destinasi favorit di luar Eropa adalah Asia Tenggara. Tren ini tentu saja merupakan peluang baik yang harus dimanfaatkan oleh kepariwisataan Lombok. Pemasaran pariwisata Lombok ke pasar Eropa harus ditingkatkan dengan mengadopsi kemajuan teknologi informasi. Lombok sangat memerlukan basis data kepariwisataan yang bisa memberikan informasi selengkaplengkapnya tentang kepariwisataan Lombok kepada dunia internasional. Di samping itu, promosi harus dilakukan dengan memperhatikan aspek original dan keaslian produk. Informasi kepariwisataan harus diberitakan secara jujur dan faktual agar wisatawan tidak merasa tertipu oleh promosi suatu produk. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan pelanggan setia (loyal customer) yang membantu promosi dari mulut ke mulut.
40
Selancar di Gili Meno
4.1.3 Pasar Asia Pasifik Pasar Asia Pasifik adalah pasar ketiga terbesar yang menyumbangkan wisatawan ke pulau Lombok. Mayoritas wisatawan berasal dari Australia dan Selandia Baru. Awalnya hal ini disebabkan karena banyaknya wisatawan Australia yang berkunjung ke Bali, dan menjadikan Lombok sebagai destinasi berikutnya setelah Bali. Selain memberikan sumbangan wisatawan yang besar, wisatawan Australia juga terkenal dengan rata-rata lama menginap yang cukup lama. Hal ini dikarenakan beberapa aktivitas yang dapat mereka lakukan di seputaran pulau Lombok, seperti berselancar. Hingga bulan November 2014, tercatat 92.176 wisatawan Australia berkunjung ke NTB. Angka ini meningkat cukup pesat dibandingkan dengan kunjungan wisatawan Australia di tahun 2013 sebesar 72.215 wisatawan. Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini yaitu karena dibukanya rute penerbangan langsung Perth-Lombok oleh maskapai Jet Star. Namun karena satu dan lain hal, rute penerbangan ini akhirnya ditutup setelah 1 tahun beroperasi. Untuk menjaga stabilnya angka kunjungan wisatawan dari kawasan Asia Pasifik khususnya Australia, perlu diadakan evaluasi untuk mengetahui kendala apa yang dihadapi selama beroperasinya rute penerbangan langsung tersebut.
4.2 Potensi Pasar Baru Perekonomian dunia dalam sepuluh tahun terakhir diwarnai oleh munculnya empat negara dengan pertumbuhan ekonomi yang cenderung stabil yakni Brasil, Rusia, India dan Cina yang dikenal dengan istilah BRIC. Tingginya pertumbuhan ekonomi menambah jumlah masyarakat kelas menengah dan elit di keempat negara tersebut, yang kemudian menjelma menjadi pasar potensial pariwisata internasional. Dari keempat negara yang tergabung dalam BRIC, pasar pariwisata outbound Cina dan Rusia lebih menarik untuk dilihat secara lebih dekat karena kedua negara ini memiliki prospek yang lebih baik sebagai pasar pariwisata Lombok dibandingkan dua negara lainnya. Selain Cina dan Rusia, ASEAN dan Timur Tengah diharapkan akan menjadi pasar baru yang nantinya dapat menyumbangkan jumlah wisatawan ke Lombok secara signifikan.
41
4.2.1 Potensi Pasar Cina Asia tetap merupakan kunci penggerak pertumbuhan pasar pariwisata di dunia dalam beberapa tahun terakhir. Forum World Travel Monitor mengharapkan Asia kembali memberikan kontribusi pertumbuhan sebesar 8% untuk perjalanan luar negeri di tahun 2015 ini. Cina merupakan salah satu negara yang berpeluang menjadi pemimpin di sektor perjalanan luar negeri, bersama dengan beberapa negara Eropa seperti Jerman dan Amerika. Pasar Asia sebagian besar melakukan perjalanan di dalam wilayahnya sendiri dan tercatat 75% melakukan perjalanan ke negara Asia lainnya di tahun 2013. Table 10: 10 Negara Teratas dengan Jumlah Pengeluaran Terbesar untuk Pariwisata Tahun 2013 Negara Cina
Jumlah Pengeluaran (US$ Miliar) 128,6
Amerika Serikat
86,2
Jerman
85,9
Rusia
53,5
Inggris
52,6
Perancis
42,4
Kanada
36,2
Australia
28,4
Italia
27,0
Brazil
25,1
Sumber: UNWTO Tourism Highlight 2014 Edition
Cina memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam sepuluh tahun terakhir, yang mendorong munculnya kelaskelas elit Cina dengan kemampuan untuk bepergian ke luar negeri. Travel China Guide (2014) mencatat sekitar 98,19 juta wisatawan asal Cina melakukan kunjungan ke luar negeri pada tahun 2013. Jumlah tersebut meningkat 18% dari tahun sebelumnya dan diprediksikan akan meningkat lagi pada tahun 2014. Walaupun mayoritas wisatawan Cina masih memilih Hongkong, Thailand, dan Korea Selatan sebagai tiga destinasi utama tujuan berwisata, namun perlu dipertimbangkan untuk menargetkan jumlah kunjungan yang lebih besar dari wisatawan Cina ke Lombok pada masa yang akan datang.
4.2.2 Potensi Pasar Rusia Rusia memiliki 142 juta penduduk dengan GDP per kapita sebesar 10.740 US$ pada tahun 2009. Jumlah wisatawan Rusia yang bepergian ke luar negeri pada tahun 2012 tercatat sebanyak 35,7 juta wisatawan, dan diperkirakan akan mengalami peningkatan rata-rata 17% per tahun sampai dengan tahun 2017 (Travelnewsdigest, 2014). Dalam beberapa tahun terakhir, Rusia menjadi salah satu penyumbang wisatawan terbesar untuk Eropa dan ASEAN. Pada tahun 2014, perkembangan pasar Rusia mengalami penurunan disebabkan sanksi internasional karena krisis Ukraina, inflasi dan turunnya harga minyak secara terus menerus, sehingga menghasilkan penurunan yang signifikan harga mata uang rubel terhadap mata uang lainnya. Walaupun terdapat banyak isu, wisatawan Rusia tetap melakukan perjalanan ke luar negeri dan perkiraan untuk tahun 2015 tetap positif, meskipun dengan pertumbuhan yang lebih lambat. Pasar pariwisata Rusia perlu dijajaki lebih jauh untuk pengembangan pasar pariwisata Lombok mengingat karakteristik wisatawan Rusia sangat sesuai dengan produk pariwisata yang ditawarkan Lombok. Pasar Rusia merupakan pasar ‘sun and beach holiday’. Untuk perjalanan jarak jauh, destinasi favorit pasar Rusia yaitu Cina dan Thailand. Pada tahun 2012, pulau Bali berhasil menarik kunjungan turis Rusia sebanyak kurang lebih 95.000 orang. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan kunjungan turis Rusia ke pulau Lombok. Disamping itu, Rusia memiliki segmen pasar yang cukup kuat untuk pariwisata petualangan seperti pendakian gunung, yang menjadi salah satu unique selling point andalan Lombok. Untuk memasuki pasar Rusia, Lombok dapat membangun jaringan pemasaran dengan para tour operator di Thailand yang selama ini menjadi destinasi favorit wisatawan Rusia, dan menawarkan paket lanjutan ke Lombok. 4.2.3 Potensi Pasar ASEAN Pasar ASEAN untuk pariwisata Lombok yang dipimpin oleh Singapura, tidak menunjukkan peningkatan kontribusi yang berarti. Selama tiga dasawarsa pembangunan kepariwisataan Lombok, pangsa pasar wisata ASEAN belum pernah berkontribusi lebih dari 3% jumlah kunjungan wisata. Namun demikian, secara parsial, jumlah wisatawan Singapura memberikan pengaruh cukup signifikan. Hal ini bisa jadi didukung oleh keberadaan penerbangan langsung Silk Air dari Singapura ke Lombok. Negara ASEAN lainnya yang memiliki potensi pengembangan pasar adalah Malaysia. Dengan adanya penerbangan Air Asia ke dan dari Malaysia diharapkan akan dapat meningkatkan jumlah wisatawan dari negeri jiran tersebut.
42
Keberadaan penerbangan langsung ke dan dari Singapura dan Malaysia merupakan jalur strategis untuk masuknya wisatawan asal Eropa ke Lombok. Dengan pendekatan yang sama kedepannya diharapkan dapat dibuka rute baru penerbangan dari dan ke Thailand. Rute tersebut diharapkan tidak hanya akan meningkatkan jumlah wisatawan ASEAN tetapi juga wisatawan yang menjadikan Thailand sebagai favorit destinasi seperti wisatawan Eropa khususnya Rusia dan Jerman. 4.2.4 Potensi Pasar Timur Tengah Diinspirasi oleh jumlah penduduk yang mayoritas beragama Islam, dan sebutan Lombok sebagai pulau seribu masjid, Lombok telah dicanangkan menjadi salah satu destinasi wisata syariah di Indonesia yang diidentifikasi oleh Kementerian Pariwisata. Status ini menstimulasi munculnya gagasan untuk memasarkan produk pariwisata Lombok ke pasar Timur Tengah khususnya negara Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, Kuwait, Oman, dan Qatar. Namun ada dua hal yang harus dipertimbangkan sebelum menargetkan kedua negara tersebut sebagai pasar pariwisata Lombok. a. Konsep pariwisata syariah yang belum jelas Sejak ditetapkannya Provinsi Nusa Tenggara Barat menjadi salah satu dari tiga daerah percontohan yang akan dikembangkan menjadi destinasi pariwisata syariah, Pemerintah Daerah setempat menghadapi tantangan baru untuk mulai membuat konsep yang jelas sehingga diperlukan kajian yang lebih mendalam mengenai jenis pariwisata syariah. Selama ini konsep pariwisata syariah diterjemahkan sebagai produk pariwisata religi yang aktivitas utamanya adalah mengunjungi makam-makam yang dikeramatkan. Padahal bila ini yang dimaksudkan dengan pariwisata syariah maka dapat dipastikan akan sulit untuk dijual di pasar Timur Tengah karena bertentangan dengan karakteristik wisatawannya. Konsep pariwisata syariah juga dipersepsikan sebagai sistem manajemen dan disain hotel. Dalam konsep ini hotel harus menyediakan fasilitas yang terpisah antara wisatawan yang laki-laki dan perempuan, dan tidak menerima tamu yang akan menginap bersama yang bukan muhrimnya (pasangan yang tidak sah). Konsep ini akan sulit diterapkan di Lombok, paling tidak untuk saat ini, mengingat sistem manajemen yang diadopsi oleh sebagian besar hotel yang ada bersifat konvensional. Untuk menerapkan konsep ini, diperlukan investor yang bisa melihat sistem manajemen seperti ini sebagai peluang bisnis pariwisata di Lombok, dan mau membangun usaha pariwisata tersebut. Di samping itu, diperlukan analisis pasar yang lebih mendalam untuk memulai usaha dengan konsep ini. Oleh karena itu konsep manajemen pariwisata syariah seharusnya tidak diterjemahkan secara hitam putih dengan persepsi yang kaku. Konsep pariwisata syariah semestinya diartikan sebagai aktivitas kepariwisataan yang berlandaskan pada prinsip keberlangsungan manajemen pariwisata yang implementasinya memberikan dampak positif kepada ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan hidup. b. Karakteristik wisatawan Timur Tengah Negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, Kuwait, Oman, Qatar selama ini ditargetkan menjadi pasar pariwisata Lombok. Negara-negara tersebut memiliki pendapatan per kapita yang tinggi, namun masih dikategorikan sebagai negara berkembang karena index sumber daya manusianya yang masih berada di bawah negara-negara maju. Wisatawan dari Saudi dan Emirat dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan motif berwisatanya, yakni wisatawan dengan motif pendidikan, religi, dan rekreasi dan belanja (leisure). Untuk motif pendidikan, para mahasiswa Arab Saudi dan Emirat memilih negara-negara maju seperti Eropa, Amerika, dan Australia sebagai destinasi utama. Untuk kelompok ini, Lombok tidak masuk ke dalam kategori destinasi yang mereka tuju.
43
Untuk motif rekreasi dan belanja (leisure), mayoritas wisatawan Timur Tengah memilih destinasi pariwisata di negara-negara maju, yang memiliki infrastruktur kepariwisataan yang maju. Mereka menyukai gaya hidup modern dengan kehidupan kota yang ramai dan tempat belanja yang modern. Ada juga yang menyukai alam pegunungan dengan hawa yang sejuk. Namun demikian, sebagian besar dari mereka teliti dalam memilih makanan yang halal. Mereka juga menyukai pantai yang memiliki sarana dan prasarana rekreasi untuk keluarga, dan alat transportasi yang memadai. Untuk destinasi ASEAN, wisatawan Timur Tengah menyukai Malaysia dan Thailand. Untuk kelompok wisatawan dengan motif rekreasi, terutama yang muda, mereka tidak segan untuk memilih aktivitas yang bertentangan dengan kebiasaan di negaranya, seperti mengunjungi klub malam dan kasino. Kesulitan utama dalam menjual produk pariwisata Lombok kepada kelompok wisatawan Timur Tengah dengan motif rekreasi adalah minimnya infrastruktur pariwisata yang dimiliki. Kelompok wisatawan Timur Tengah dengan motif religi adalah mereka yang memiliki tingkat keimanan tinggi. Destinasi utama mereka adalah tiga kota suci umat Islam yakni Makkah, Madinah, dan Baitul Maqdis (Masjid al Aqsa) di Palestina. Namun demikian, sebagian kecil dari kelompok wisatawan ini diperkirakan bisa ditarik ke Lombok dengan pendekatan pariwisata sosial. Salah satu strategi yang dapat dipergunakan adalah dengan menjual paket wisata sambil mengunjungi sekolah-sekolah Islam (pesantren) yang ada di Lombok.
Sunset di Pantai Ampenan
44
5. Kebijakan Dan Strategi Petani Padi
STMP ini disusun berdasarkan strategi yang terdapat dalam RIPPARDA NTB 2013–2028 dengan fokus pada kebutuhan akan harmonisasi kebijakan, pengembangan kapasitas, pengembangan sistem informasi, penelitian dan pengembangan teknologi. STMP ini akan dipandu oleh prinsip fundamental keberlanjutan, daya saing daerah dan kerangka kerja (tata kelola) institusi yang efektif untuk keberlanjutan pertumbuhan pariwisata dan pengembangan daerah serta penguatan kerjasama pemerintah dan swasta. Pengembangan STMP mengikuti tiga langkah utama, antara lain: i. Analisis: penilaian kondisi dan kinerja saat ini; ii. Proses perencanaan: merumuskan strategi prioritas dan aksi; dan iii. Keterlibatan secara terus menerus: penerapan kegiatan dan pemantauan secara terus menerus untuk menilai efektivitas penerapan strategi dan aksi, serta proses adaptasi untuk merubah kondisi yang ada. Proses perencanaan STMP terdiri dari beberapa langkah, yang diawali dengan penilaian analisis kondisi, lalu perumusan visi dari suatu destinasi, dilanjutkan dengan proses identifikasi strategi serta penyusunan prioritas terhadap strategi dan aksi yang ada. Proses penerapannya perlu dipantau secara terus menerus agar dapat melakukan adaptasi yang diperlukan secara fleksibel. Ilustrasi proses perencaan STMP tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
45
Gambar 9: Proses Perencanaan STMP
Penilaian Kondisi Saat ini
Monitoring dan Evaluasi
Analisis
Perencanaan Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan
Strategi dan Aksi
Strategi Kunci dan Aksi Prioritas
Visi dan Tujuan
Rencana aksi untuk lima tahun kedepan memberikan panduan aksi praktis bagi pemerintah, industri dan masyarakat untuk bekerja sendiri-sendiri dan/atau bersama-sama dalam menyusun perencanaan yang strategis serta melakukan pengembangan, pengelolaan dan pemasaran dari pariwisata berkelanjutan di Lombok. Sebuah pendekatan yang mencakup “Pemerintah dan Masyarakat” dibutuhkan untuk menerapkan rencana aksi ini secara efektif, yang terlihat dari dinas-dinas terkait, asosiasi, organisasi dan kelompok yang turut berperan dalam penerapannya.
Sebagai pedoman dalam penyusunan STMP di Pulau Lombok, pertama-tama perlu ditetapkan visi, tujuan, sasaran dan rencana aksi. Seluruh strategi dan aksi yang direkomendasikan dalam perencanaan ini dianggap penting untuk pengembangan pariwisata berkelanjutan jangka panjang dan harus dilihat sebagai satu paket inisiatif yang saling bertautan dan terkoordinasi. Beberapa aksi kunci dirancang untuk menjadi ‘katalis’ yang nantinya akan memberikan dasar dan dorongan untuk keberhasilan penerapan dari semua rangkaian aksi.
Area Strategis
Rencana aksi ini bersifat dinamis dengan fleksibilitas terhadap perubahan di tahap manapun. Rencana aksi ini akan ditinjau secara formal setiap tahun sehubungan dengan adanya perubahan terhadap pasar atau destinasi dan bilamana dianggap perlu. Gambar berikut mengilustrasikan pendekatan penyusunan rencana aksi STMP:
Gambar 10: Pendekatan Penyusunan STMP Visi Tujuan Manfaat Berkelanjutan Manfaat Ekonomi
Manfaat Ekologi
Manfaat Sosial-Budaya
Strategi dan Aksi
Community driven
Ramah lingkungan
Lokasi aman & menyegarkan
Aksi
Institusi +
Promosi
Destinasi
SDM
Meningkatkan Kualitas & Jumlah Pendatang
Green branding
Kepemilikan/ Rasa bangga memiliki
Jaringan Promosi Internasional Aksi
Produk yang lebih kreatif
Lebih banyak produk/usaha ramah lingkungan
Industri
Pekerja Pariwisata yang Profesional
Forum Pariwisata Regional
Pengembangan usaha lokal
Kerjasama & Koordinasi
Aksi
Aksi
46
Penerapan, Pendanaan dan Evaluasi Dalam proses pengembangan sektor pariwisata yang aktif dan bertumbuh, dibutuhkan kebijakan pemerintah yang dijabarkan secara jelas, dengan menggarisbawahi langkah-langkah yang diperlukan, menentukan penanggung jawab dan pendanaan untuk penerapannya. Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata Lombok dikembangkan tanpa komitmen penuh dari pemerintah dan sering terkendala sumber daya terkait. Pengembangan pariwisata adalah tugas lintas sektor yang memerlukan keterlibatan dari berbagai pihak, tidak hanya industri pariwisata atau institusi tertentu. Khususnya di Lombok, mengintegrasikan sektor pariwisata dengan pendukung lainnya bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan usaha lebih untuk memastikan semua pihak mengetahui peran masing-masing sehingga dapat secara aktif berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata di pulau Lombok. Donor internasional (dari Jerman, Australia dan Swiss) telah mencoba mengaplikasikan dialog antara pemangku kepentingan sebelumnya dan hal ini sangat direkomendasikan untuk dilanjutkan di masa mendatang. Pemangku kepentingan (stakeholder) pariwisata (lihat gambar 11) dengan berbagai macam kepentingannya memerlukan kepemimpinan yang kuat. Penerapan STMP harus distimulasi dan diarahkan. Kegiatan dari berbagai macam pemangku kepentingan pariwisata harus terkoordinasi di dalam destinasi itu sendiri. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat akan memantau jalannya penerapan rencana aksi, namun sangat disarankan dibentuknya Kelompok Kerja Penerapan STMP sebagai bagian dari Forum Pariwisata Daerah dengan tanggung jawab untuk menginisiasi, memandu dan mengkoordinasikan penerapan STMP di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Di bawah ini dapat dilihat ilustrasi pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan: Gambar 11: Pemetaan Pemangku Kepentingan Pariwisata Lombok
Pe
Aksi yang terdapat dalam STMP merupakan kombinasi dari kegiatan yang memerlukan pendanaan dalam suatu aktivitas Masyarakat dan kegiatan yang memerlukan pendanaan secara LSM Donor terus-menerus (multi-annual support). Substansi Internasional peningkatan anggaran operasional juga diperlukan Organisasi Pengelolaan oleh Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Destinasi LSM Lokal NTB untuk tujuan pemasaran. Sumber utama Masyarakat/ Kerjasama Organisasi Transportasi pendanaan untuk pengembangan pariwisata Masyarakat GIZ Universitas antara lain: pemerintah, swasta dan hibah Mataram donor. Melalui proyek SREGIP (Sustainable Agen DISBUDPAR Perjalanan NTB Regional Economic Growth & Investment Pengembangan Program), GIZ akan mendukung kegiatan Pariwisata Kementrian Kementrian Asosiasi Terkait Lainnya Pariwisata Berkelanjutan pelatihan, pendidikan dan pariwisata AHM LHA berbasis masyarakat, menguatkan asosiasi ASITA INCCA BAPPENAS PHRI HPI pariwisata, pengembangan inovasi dan Sektor Sektor Bisnis usaha kecil menengah yang berkelanjutan Swasta Unggulan BAPPEDA Pemerintah BPPD NTB dan menyeluruh. Bisnis m
an
gk
Pariwisata
u
Ke
pe
DISBUDPAR KAB/KOTA
Proses penyusunan STMP adalah langkah awal dalam mendukung pengembangan di sektor Kementrian r Kehutanan & LH pariwisata, namun kuncinya adalah komitmen dalam de un ek S n a penerapan rencana aksi dan menciptakan kelembagaan ing ent Kep u k g n a Pe m yang kuat untuk mendukung investasi pihak swasta. Untuk mendukung keberhasilan dalam pengembangan pariwisata, pemerintah pusat, kementerian dan pemerintah daerah diharapkan untuk mengalokasikan sumber daya untuk prioritas yang telah diidentifikasi dalam perencanaan ini. Bank
nti
nga
n Utam a
Dinas Terkait Lainnya
47
6. Visi, Tujuan dan Strategi Prioritas Festival Bau Nyale
6.1 Visi, Tujuan dan Strategi Prioritas Tahun 2015-2019 Berikut adalah visi yang disusun dan disetujui oleh komite penyusunan STMP sesuai dengan hasil diskusi dalam proses konsultasi dengan pemangku kepentingan pariwisata Lombok.
“Lombok sebagai destinasi wisata berbasis alam dan budaya, yang berdaya saing dan berkelanjutan.” Tujuan dan strategi untuk pengembangan yang berkelanjutan menitikberatkan pada empat pilar utama kepariwisataan yang terdapat dalam RIPPARDA NTB 2013-2028: Destinasi, Pemasaran, Industri, dan Kelembagaan dan SDM. Tujuan utama dari STMP yaitu: • Untuk membangun dan menuangkan sasaran bersama dan arahan untuk sektor industri, masyarakat dan pemerintah; • Untuk mengembangkan strategi dalam mencapai sasaran bersama dan untuk menentukan peran dari masing-masing institusi; • Untuk menyediakan dasar dalam menentukan prioritas untuk penerapan yang strategis; • Untuk menyediakan kerangka kerja yang disetujui dalam pengembangan pariwisata Lombok yang berkelanjutan untuk jangka panjang.
48
Tujuan dan strategi dari empat pilar yaitu: A Pembangunan destinasi pariwisata di Pulau Lombok Tujuan 1: Partisipasi masyarakat lokal dalam membangun destinasi
1.1 Mengikutsertakan tokoh masyarakat serta para pendidik formal dan non formal dalam proses promosi kepariwisataan kepada masyarakat dan pemberdayaan masyarakat di destinasi pariwisata; 1.2 Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan memaksimalkan keuntungan ekonomi bagi masyarakat lokal;
Tujuan 2: Membangun destinasi pariwisata yang unik, bersih, otentik dan berkelanjutan
2.1 Meneliti dampak lingkungan secara komprehensif; 2.2 Membuat dan memberlakukan awig-awig di kawasan pariwisata; 2.3 Membangun sarana dan prasana pariwisata skala kecil yang dikelola oleh masyarakat setempat; 2.4 Mengidentifikasi potensi pengembangan wisata maritim; 2.5 Mengembangkan langkah-langkah adaptasi terhadap perubahan iklim;
Tujuan 3: Membangun destinasi pariwisata yang aman dan nyaman
3.1 Membentuk pamswakarsa pariwisata; 3.2 Mencegah praktik seks komersial atau segala macam bentuk eksploitasi dan pelecehan terhadap siapapun, khususnya anakanak, remaja, wanita, dan minoritas.
B Pemasaran pariwisata di Pulau Lombok Tujuan 4: Meningkatkan kualitas kunjungan dan kepuasan wisatawan
4.1 Pemasaran terpadu (antara sektor pemerintah dan swasta) dengan strategi yang menggunakan pendekatan terstandarisasi; 4.2 Menerapkan strategi pemasaran yang disesuaikan untuk mengakomodasi kepentingan dari pasar pariwisata yang paling menjanjikan;
C Industri pariwisata di Pulau Lombok Tujuan 5: Memiliki institusi pariwisata yang didukung oleh SDM pekerja pariwisata yang profesional
5.1 Pemberian kursus, pelatihan, dan sertifikasi tenaga kerja khususnya untuk pemandu wisata, anggota pokdarwis, tenaga kerja pariwisata dan siswa SMK pariwisata;
Tujuan 6: Memiliki institusi pariwisata yang didukung oleh publik yang berwawasan lingkungan
6.1 Meningkatkan partisipasi publik dalam perencanaan destinasi dan pengambilan keputusan dalam pengembangan destinasi pariwisata berkelanjutan dengan melibatkan pemangku kepentingan pariwisata lainnya dan bisnis pariwisata (hotel & tour operator);
D Kelembagaan pariwisata di Pulau Lombok Tujuan 7: Menciptakan lingkungan usaha yang kondusif agar industri pariwisata dapat menciptakan produk/jasa yang kreatif dan inovatif
7.1 Mengembangan produk lokal yang berkelanjutan dan perdagangan yang adil (fair trade); 7.2 Memberikan akses keuangan dan peningkatan kapasitas Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) khususnya usaha kecil mandiri di industri suvenir dan kuliner; 7.3 Menghubungkan kelompok produk lokal dengan bisnis pariwisata; 7.4 Menumbuhkan jiwa kewirausahaan pariwisata di kalangan masyarakat destinasi;
Tujuan 8: Mewujudkan lingkungan usaha yang berorientasi pada prinsip kepariwisataan hijau dan usaha pariwisata berkelanjutan
8.1 Memberikan insentif dan mendirikan lembaga sertifikasi untuk pengusaha wisata lokal.
49
Strategi kunci dan aksi-aksi yang berhubungan dengan kriteria GSTC destinasi dan indikator kinerja untuk memantau, mengelola, dan meningkatkan keberlanjutan dari sebuah destinasi wisata (lihat lampiran III: Strategi STMP dan indikator GSTC). Indikator-indikator tersebut adalah bagian dari pendekatan yang terintegrasi untuk pengelolaan destinasi yang menekankan pentingnya kolaborasi, kerjasama, penilaian yang sedang berjalan, komunikasi yang efektif, dan perspektif yang holistik. Fokus area pengembangan yang terdapat dalam rencana aksi STMP ditentukan berdasarkan KSPD yang terdapat dalam RIPPARDA NTB 2013-2028. Gambar 12 menunjukkan titik-titik yang menjadi fokus area pengembangan untuk periode lima tahun mendatang. Gambar 12: Fokus area dalam rencana aksi STMP Berdasarkan gambar di atas, area yang akan menjadi fokus dari rencana aksi STMP untuk lima tahun yang akan datang yaitu: Kota Mataram: Mataram dan sekitarnya Kabupaten Lombok Barat: Senggigi, Banyumulek, Sesaot, Suranadi, Gili Gede dan Bangko-Bangko Kabupaten Lombok Tengah: Kuta Mandalika dan Sukarara Kabupaten Lombok Timur: Sembalun dan Tete Batu Kabupaten Lombok Utara: Kawasan 3 Gili dan Senaru
6.2 Rencana Aksi A PEMBANGUNAN DESTINASI PARIWISATA DI PULAU LOMBOK 1. Partisipasi masyarakat lokal dalam membangun destinasi Strategi: 1.1 Mengikutsertakan tokoh masyarakat serta para pendidik formal dan non formal dalam proses promosi kepariwisataan kepada masyarakat dan pemberdayaan masyarakat di destinasi pariwisata
Fokus area: Senggigi, Banyumulek, Senaru, Sembalun, dan Pantai Kuta
1.2 Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan memaksimalkan keuntungan ekonomi bagi masyarakat lokal Masyarakat Lombok memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap sektor pariwisata serta dampaknya bagi masyarakat setempat. Banyak penduduk yang masih belum merasakan bagaimana menjadi wisatawan, mengerti tentang destinasi yang berkelanjutan dan menjalankan bisnis pariwisata tanpa didukung oleh kemampuan pengelolaan yang baik. Masyarakat perlu memiliki pemahaman mengenai manfaat dan dampak yang ditimbulkan dari pariwisata berkelanjutan sehingga mereka mampu mendukung pengembangan di sektor ini. Tokoh masyarakat dan tokoh agama memainkan peranan penting dalam membangun kesadaran dan mendidik masyarakat terkait hal tersebut diatas. Aksi di bawah ini disusun untuk memastikan masyarakat mengerti tentang pariwisata berkelanjutan dan dampaknya, sehingga dapat dengan efektif menyerap aspirasi mereka serta pengambilan keputusan di masa yang akan datang.
50
Pantai Seger
Peningkatan kesadaran pemangku kepentingan dan masyarakat lokal mengenai pariwisata berkelanjutan agar mengerti dan mendukung program “Sadar Wisata yang Berkelanjutan”
A1.1
Mengadakan workshop kepariwisataan berkelanjutan untuk: 1. forum tokoh masyarakat di Pulau Lombok 2. kalangan para pendidik formal dan non-formal 3. pemangku kepentingan (SKPD terkait) 4. pelaku pariwisata
x
x
A1.2
Mengangkat beberapa tokoh masyarakat (public figure), seperti misalnya pemuka agama, pendidik formal dan non formal, dll sebagai key persons pendukung pariwisata
x
A1.3
Mencetak leaflet yang ditulis para pemuka agama serta pendidik formal dan non formal bertemakan kepariwisataan berkelanjutan: konservasi lingkungan alam, konservasi lingkungan budaya, kebersihan, keamanan, dan interaksi dengan wisatawan
x
x
2019
A1
2018
2016
Aksi
2017
Rentang Waktu 2015
1.1 No.
Badan penanggung jawab (*lead agency)
Indikator kinerja / keberhasilan
Disbudpar Provinsi NTB*, BPPD, Forum Pariwisata Daerah, Forum Pondok Pesantren, sekolah/akademi/ universitas pariwisata, Dinas Pendidikan
Laporan tertulis pelaksanaan workshop Kurikulum mulok (muatan lokal)
Disbudpar Provinsi NTB*
Munculnya key persons pendukung kepariwisataan
Disbudpar Prov. NTB*, Forum Pondok Pesantren, sekolah/ akademi/ universitas pariwisata, Dinas Pendidikan, BLH Prov. NTB
Tercetaknya leaflet bertemakan kepariwisataan
51
A1.4
Menyebarkan leaflet bertema kepariwisataan berkelanjutan dan Sapta Pesona ke seluruh tempat ibadah dan sekolah/akademi/universitas di Pulau Lombok
A1.5
Menyebarkan informasi dan praktikpraktik mengenai kepariwisataan berkelanjutan melalui media yang berbeda, seperti misalnya media cetak, media sosial, dll.
A1.6
Menyelenggarakan forum kajian kepariwisataan bertemakan konservasi alam, konservasi budaya, kebersihan, keamanan dan interaksi dengan wisatawan di lima destinasi wisata, melalui pendekatan agama, budaya dan pendidikan
A2
Melakukan monitoring dan evaluasi setiap 6 bulan sekali terkait pelaksanaan kajian pariwisata melalui pendekatan agama, budaya dan pendidikan
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
Disbudpar Provinsi NTB*, Disbudpar Kabupaten/Kota
Tersebarnya leaflet kepariwisataan di seluruh tempat ibadah dan sekolah/akademi/ universitas pariwisata di pulau Lombok
BPPD*,Disbudpar Provinsi NTB , Forum Pariwisata Daerah
Terbitnya artikel terkait kepariwisataan berkelanjutan baik di media cetak maupun media sosial
x
Dikpora Prov. NTB*, Forum Pondok Pesantren, sekolah/ akademi/ universitas pariwisata
Terbentuknya forum kajian bulanan dengan tema pariwisata di empat KSPD se-pulau Lombok
x
Disbudpar Prov. NTB*, Pokdarwis
Laporan tertulis setiap akhir tahun hasil monitoring pengkajian kepariwisataan di masingmasing destinasi.
2. Membangun destinasi pariwisata yang unik, bersih, otentik dan berkelanjutan Strategi: 2.1 Meneliti dampak lingkungan secara komprehensif
Fokus area: Gili Trawangan
2.2 Membuat dan memberlakukan awig-awig di kawasan pariwisata
Fokus area: Kawasan Rinjani (Senaru, Bayan, dan Sembalun) dan 3 Gili (Trawangan, Meno dan Air)
2.3 Membangun sarana dan prasana pariwisata skala kecil yang dikelola oleh masyarakat setempat
Fokus area: Rute trekking Rinjani, Banyumulek, dan Sesaot, Suranadi
2.4 Mengidentifikasi potensi pengembangan wisata maritim 2.5 Mengembangkan langkah-langkah adaptasi terhadap perubahan iklim Pengelolaan Lingkungan Lombok memiliki beragam produk pariwisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan dengan baik. Meski demikian, destinasi ini menghadapi pilihan yang sulit mengenai alokasi sumber daya dan pengelolaan lingkungan. Diperlukan peningkatan tata cara perencanaan (termasuk perencanaan infrastruktur) dan pengelolaan lingkungan karena pertumbuhan pariwisata akan memberikan dampak terhadap destinasi itu sendiri. Dampak tersebut dapat diantisipasi dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang lingkungan, mengintegrasikan kearifan lokal dan mengajak masyarakat luas untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pengelolaan serta mengadakan penelitian dampak lingkungan secara komprehensif terutama di area prioritas Gili Trawangan. Mengurangi Dampak Perubahan Iklim Mengurangi dampak perubahan iklim telah menjadi kunci strategis pemerintah pusat dalam pengembangan berkelanjutan jangka panjang di Indonesia. Hal ini ditujukan agar kita mampu beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada keadaan lingkungan. Kementerian Pariwisata bertujuan mengembangkan Nusa Tenggara Barat sebagai destinasi rendah karbon. Sektor pariwisata dianggap memiliki risiko karena banyaknya infrastruktur pariwisata yang terekspos kepada
52
beberapa ancaman seperti air pasang di area pantai, erosi, dan proses pemutihan pada terumbu karang yang disebabkan oleh peningkatan suhu. Walaupun dampak perubahan iklim di Lombok belum dianggap sebagai suatu masalah mendesak, sektor pariwisata perlu mengantisipasi dan beradaptasi dengan cara melakukan penilaian dan mengambil langkahlangkah pencegahan seperti menerapkan program penghematan sumber daya bagi usaha pariwisata. Diversifikasi Produk Agar tetap berdaya saing dan dapat memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang, diperlukan perluasan dan diversifikasi dari produk yang ada saat ini. Pengembangan pariwisata akan difokuskan kepada kualitas dari produk yang ditawarkan, yang berkelanjutan dan sesuai dengan citra Lombok serta warisan budayanya. Selain meningkatkan kualitas produk yang ada, prioritas lainnya yaitu mengembangkan produk berbasis masyarakat di sektor kelautan di Lombok Barat dan Lombok Timur, mempromosikan desa wisata hijau dan menciptakan pusat warisan budaya. Hal ini akan berkontribusi tehadap pengembangan yang berkelanjutan dengan menjadikan desa dan masyarakat di dalamnya sebagai tempat yang menarik untuk dikunjungi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan ekonomi lokal dan di saat yang bersamaan membantu membedakan produk pariwisata yang ditawarkan sehingga menjadikan Lombok lebih menarik baik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. *Awig-awig: Hukum adat warisan leluhur, atau nilai-nilai masyarakat yang dijadikan peraturan yang disusun dan diakui eksistensinya secara bersama- sama oleh anggota masyarakat dan dijadikan pedoman dalam berinteraksi dan mengelola sumber daya alam dan lingkungan.
A3
Mengidentifikasi risiko lingkungan dan menciptakan sistem penanganan risiko dan pelestarian lingkungan, seperti misalnya habitat, spesies dan ekosistem
A3.1
Melakukan evaluasi dampak lingkungan di Gili Trawangan bekerjasama dengan peneliti lingkungan, antara lain yang terkait dengan: • perubahan iklim • emisi Gas Rumah Kaca (GRK) • konservasi energi • pengelolaan air, limbah cair dan padat • perlindungan ekosistem • polusi cahaya dan suara • transportasi ramah lingkungan • B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) • daya dukung
A3.2
Mengambil langkah-langkah konservasi lingkungan Gili Trawangan sesuai rekomendasi para peneliti, antara lain yang terkait dengan: • perubahan iklim • emisi Gas Rumah Kaca (GRK) • konservasi energi • pengelolaan air, limbah cair dan padat • perlindungan ekosistem • polusi cahaya dan suara • transportasi ramah lingkungan • B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) • daya dukung
x
x
x
2019
X
2018
x
2017
Aksi
2016
No.
2015
Rentang Waktu
X
Badan penanggung jawab (*lead agency)
Indikator kinerja / keberhasilan
BLH Prov. NTB*, BLH KLU
Adanya laporan tertulis oleh ahli lingkungan hidup terkait dampak lingkungan di Gili Trawangan
KLH Kab. Lombok Utara*
Kebijakan dan insentif untuk konservasi lingkungan yang berlaku di Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air. Program konservasi energi dan pengolahan air dan limbah. Peningkatan efisiensi energi, adopsi dan penggunaan teknologi energi terbarukan, pengolahan air dan limbah.
53
A4
Penerapan kearifan lokal dalam bentuk aturan adat (awig-awig) sebagai pedoman dalam bersikap dan bertindak, terutama dalam mengelola sumber daya alam dan lingkungan di destinasi pariwisata, yaitu di Rinjani dan 3 Gili
A4.1
Merumuskan awig-awig pariwisata Rinjani bersama kelompok masyarakat destinasi (tokoh masyarakat, pelaku usaha pariwisata, pokdarwis, pemerintah desa) Senaru, Bayan, dan Sembalun
X
X
Majelis Adat Sasak*, KLH Kab. Lombok Utara dan Lombok Timur
Tercetaknya awig-awig yang melindungi lingkungan alam dan budaya Rinjani dan sekitarnya dalam sebuah buku
A4.2
Merumuskan awig-awig pariwisata 3 Gili (Trawangan, Meno dan Air) bersama anggota masyarakat dan pengusaha pariwisata Desa Pemenang dan 3 Gili
X
X
Majelis Adat Sasak*, KLH Kab. Lombok Utara, Gili Eco Trust, Balai Konservasi Perairan Nasional wilker. KLU
Tercetaknya awig-awig yang melindungi lingkungan Gili Trawangan, Meno dan Air dalam sebuah buku
A4.3
Membentuk kelompok penegak awig-awig pariwisata Rinjani dan awig-awig pariwisata 3 Gili yang anggota dan sistem kerjanya didasarkan pada kesepakatan para tokoh agama dan masyarakat, pokdarwis dan pelaku usaha setempat
X
Majelis Adat Sasak*, Disbudpar Kab. Lombok Utara, Perangkat Desa
Terbentuknya kelompok penegak awig-awig lokal Rinjani di Senaru, Bayan, dan Sembalun, dan kelompok penegak awig-awig lokal 3 Gili
A4.4
Membuat papan/prasasti pengumuman awigawig di tempat-tempat strategis di Senaru, Bayan, Sembalun, gerbang masuk Rinjani, dan di 3 Gili dengan mempertimbangkan hal-hal berikut ini: • tidak mengganggu keindahan pemandangan di destinasi pariwisata • memberikan informasi yang akurat, sesuai dengan budaya lokal, dikembangkan bersama dengan masyarakat lokal, dan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh pengunjung
X
X
Disbudpar Prov. NTB*, BAPPEDA
Dibangunnya papan/prasasti pengumuman awig-awig di tempat-tempat strategis di Senaru, Bayan, Sembalun, sepanjang rute trekking Rinjani, dan 3 Gili
A4.5
Mensosialisasikan awig-awig pariwisata Rinjani dan 3 Gili kepada para pelaku usaha pariwisata di kawasan Rinjani dan 3 Gili
x
X
Disbudpar Provinsi NTB*, ASITA, PHRI, BPPD
Seluruh hotel dan tour operators di kawasan Rinjani dan 3 Gili mendapatkan buku awig-awig pariwisata, memahami dan menerapkannya
A5
Menciptakan produk wisata disertai dengan pembangunan sarana prasarana dan fasilitas yang mendukung, antara lain: • wisata maritim di Lombok Barat dan/atau Lombok Timur • Desa wisata hijau (Desa Banyumulek dan desa lainnya) • teater seni di kawasan Suranadi
x
X
54
A5.1
Melakukan penelitian untuk mengidentifikasi area yang berpotensi untuk pengembangan wisata maritim sebagai salah satu produk wisata Lombok (community based tourism)
A5.2
Membangun teater tempat pertunjukan seni budaya lokal sebagai produk wisata budaya di kawasan Suranadi
A5.3
Membentuk sanggar seni pengelola teater, dan memonitor operasional pertunjukan teater
X
Disbudpar Prov. NTB*, ASITA, Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. NTB
Wisata maritim mulai ditawarkan oleh tour operator sebagai salah satu paket tur unggulan
x
X
Disbudpar Prov. NTB*, BPPD, ASITA
Teater tempat pertunjukan seni budaya lokal
x
X
Disbudpar Prov. NTB*, ASITA,
Pertunjukan rutin seni budaya lokal kepada wisatawan. Laporan tertulis operasional teater per semester.
x
x
x
3. Membangun destinasi pariwisata yang aman dan nyaman Strategi : 3.1 Membentuk pamswakarsa pariwisata
Fokus area : Kawasan Pantai Kuta (Kuta, Tanjung Aan, Selong Belanak, Mawun), Gili Gede dan Bangko-Bangko
3.2 Mencegah praktik seks komersial atau segala macam bentuk eksploitasi dan pelecehan terhadap siapapun, khususnya anak-anak, remaja, wanita, dan minoritas.
Fokus area : Gili Trawangan, Senggigi dan Pantai Kuta
Standar Pengelolaan Risiko Bencana Di antara semua kegiatan perekonomian, kesuksesan dan kegagalan sebuah destinasi pariwisata bergantung pada kemampuan pengelolanya menjamin keamanan dan keselamatan lingkungan bagi wisatawan. Pemerintah setempat memainkan peran penting untuk mengatasi berbagai masalah terkait pengelolaan risiko bencana dengan mengikuti peraturan yang ada. Hal ini akan mengurangi risiko, sehingga dapat menciptakan stabilitas dan kondisi yang kondusif bagi investasi, sebuah komponen kunci dari daya saing destinasi. Program yang sesuai dalam menjaga keamanan dan keselamatan di Lombok termasuk meningkatkan kesadaran, pelatihan dan membentuk pamswakarsa yang bekerjasama dengan pihak kepolisian. Praktik seks komersial dan bentuk eksploitasi lainnya terhadap anak, remaja, wanita dan kaum minoritas merupakan fenomena global yang terjadi dan mulai masuk ke dalam sektor pariwisata. Sektor pariwisata diharapkan mampu mengadopsi prinsip dan panduan dalam mengambil langkah terkait masalah ini, seperti kode etik profesional. Meningkatkan kesadaran masyarakat dan pelaku usaha pariwisata di Lombok melalui kampanye dan edukasi informatif adalah kunci dalam memberikan pencerahan terhadap masyarakat mengenai sebab-sebab terjadinya aktivitas di atas. Hal ini dapat menciptakan solusi bersama sehingga hak anak dan remaja dapat terlindungi. Citra Lombok sebagai destinasi yang mempromosikan pariwisata berkelanjutan dan bertanggung jawab meningkat. Dan bisnis pariwisata dapat menjadi bentuk tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam konteks pengembangan pariwisata berkelanjutan, diperlukan penguatan dan partisipasi aktif dari kaum perempuan dalam sektor pariwisata, sehingga dapat membuka peluang kerja dan usaha bagi kaum perempuan dengan membuka akses terhadap pekerjaan, mendapatkan keahlian dan pengetahuan yang lebih baik serta kesetaraan upah. Pengelolaan Limbah Lombok menghadapi banyak masalah tentang pengelolaan limbah yang tidak sesuai. Hal ini antara lain dapat diatasi dengan meningkatkan kepedulian masyarakat setempat dan wisatawan yang datang berkunjung, karena dianggap mengurangi keindahan alam yang dimiliki Lombok. Pembuangan limbah secara ilegal dan pembakaran sampah menimbulkan risiko kesehatan dan masalah sosial bagi penduduk sekitar.
55
Untuk mengatasi masalah ini, edukasi terhadap masyarakat setempat mengenai pentingnya pengelolaan limbah yang baik dan benar serta perkenalan solusi pengelolaan yang bertanggung jawab merupakan kunci untuk lingkungan yang berkelanjutan. Beberapa solusi yang dimaksud yaitu mempromosikan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle), melakukan praktik pemilahan sampah dan praktik pembuatan kompos khususnya bagi hotel, restoran dan masyarakat. Masyarakat perlu dilatih untuk membentuk dan mengelola bank sampah yang tidak hanya mengurangi volume sampah namun juga bagaimana mengubah sampah plastik menjadi komoditas daur ulang yang menarik untuk dijual. Layanan pengambilan sampah bagi rumah tangga, perkantoran, pabrik, sekolah, villa dan hotel perlu dibentuk di seluruh penjuru pulau Lombok, termasuk pendistribusian tempat sampah untuk area publik dan di tingkat masyarakat/rumah tangga.
2019
2018
2017
2016
Aksi
2015
Rentang Waktu No.
Badan penanggung jawab (*lead agency)
Indikator kinerja / keberhasilan
A6
Terciptanya sistem pemantauan, pencegahan dan pelaporan kepada publik dalam menanggapi bahaya akibat kejahatan, keamanan dan kesehatan
A6.1
Melakukan dialog dengan tokoh masyarakat dan pokdarwis di Kuta, Tanjung Aan, Selong Belanak dan Mawun, Gili Gede dan BangkoBangko terkait keamanan dan keselamatan wisatawan di destinasi tersebut.
x
Kepolisian Daerah NTB*, Disbudpar Kabupaten Loteng, perangkat desa, ASITA, PHRI, HPI
Tersedianya konsep keamanan dan keselamatan untuk obyek wisata
A6.2
Bekerja sama dengan kepolisian Daerah NTB dan masyarakat destinasi membentuk pamswakarsa pariwisata yang beranggotakan masyarakat dan pokdarwis di Pantai Kuta, Tanjung Aan, Selong Belanak, Mawun, Gili Gede dan Banko-Bangko
x
Kepolisian Daerah NTB*, Disbudpar Kabupaten Loteng, perangkat desa, ASITA, PHRI, HPI
Terbentuknya kelompok pamswakarsa pariwisata dengan sistem kerja yang terkoordinasi dengan pihak kepolisian
A6.3
Memberikan pelatihan kepada para anggota pamswakarsa pariwisata tentang cara menjaga keamanan di tempat masing-masing
x
Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat*
Anggota-anggota pamswakarsa pariwisata memiliki sertifikat pelatihan dari kepolisian untuk menjaga keamanan dan keselamatan wisatawan
A6.4
Memberikan pelatihan kepada para anggota pamswakarsa pariwisata tentang cara memberi pertolongan pertama pada kecelakaan wisatawan di darat maupun laut
x
Dispar Kabupaten Loteng*, Puskesmas setempat, Kepolisian, perangkat desa
Terlaksananya pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan bagi wisatawan di darat maupun laut
A6.5
Membangun pos-pos pamswakarsa pariwisata di obyek wisata Pantai Kuta, Tanjung Aan, Selong Belanak, Mawun, Gili Gede dan BankoBangko
x
Disbudpar Prov. NTB*, BUMD (CSR)
Terbangunnya pos pengamanan pariwisata di wisata Pantai Kuta, Tanjung Aan, Selong Belanak, Mawun, Gili Gede dan BankoBangko
A7
Membangun sarana prasarana dan fasilitas serta penerapan praktik-praktik terkait dengan aspek kesehatan, sanitasi dan keselamatan di destinasi wisata
x
x
x
56
A7.1
Membangun toilet untuk wisatawan di Desa Banyumulek dan Desa Sesaot Suranadi yang dikelola oleh anggota pokdarwis setempat
x
Dinas PU Kab. Lombok Barat*, Disbudpar Kab. Lombok Barat dan perangkat desa Banyumulek dan Sesaot
Terbangunnya toilet untuk para wisatawan di Banyumulek dan Sesaot. Setiap toilet memiliki penanggung jawab dalam hal pengelolaan.
A7.2
Mengajarkan pokdarwis Banymulek dan Sesaot x Suranadi manajemen “tea and pee” untuk pengelolaan toilet di kawasan pariwisata
x
Disbudpar Kab. Lombok Barat*
Beroperasinya toilet umum yang dikelola masyarakat setempat di Banyumulek dan Sesaot dengan prinsip “tea and pee”
A7.3
Membangun toilet umum untuk wisatawan di sekitar Danau Segara Anak Rinjani yang dikelola oleh persatuan masyarakat Senaru, Bayan, dan Sembalun
x
Disbudpar Prov. NTB*, Disbudpar Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Utara, DMO RInjani
Terbangunnya toilet untuk para wisatawan di sekitar Danau Segara Anak. Setiap toilet memiliki penanggung jawab.
A7.4
Membangun kesadaran masyarakat dalam mencegah praktik seks komersial atau segala macam bentuk eksploitasi dan pelecehan terhadap siapapun, khususnya anak-anak, remaja, wanita, dan minoritas
x
BP3AKB*, Disbudpar Prov. NTB, GIZ
• Peraturan dan program untuk mencegah praktik seks komersial atau segala macam bentuk eksploitasi, diskriminasi atau pelecehan terhadap penduduk atau pengunjung. • Peraturan dan program dikomunikasikan kepada masyarakat umum.
A7.5
Meningkatkan pelayanan Puskesmas di lokasi terdekat dengan objek wisata agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang memadai kepada wisatawan
x
DiKes Prov. NTB*, Disbudpar Prov. NTB
Beroperasionalnya Puskesmas dengan pelayanan yang lebih memadai
A8
Pengelolaan sampah di destinasi wisata
A8.1
Melaksanakan peningkatan kesadaran masyarakat lokal dan pengunjung mengenai perlunya mengelola sampah dengan baik dan benar: • Prinsip 3R: Reuse, Reduce, Recycle • Membuang sampah pada tempatnya • Mengumpulkan dan memilah sampah berdasarkan jenisnya
x
x
x
x
x
BLH Prov.NTB*, Disbudpar NTB
Masyarakat mulai melakukan praktik 3R dan pengelolaan sampah lainnya
A8.2
Membentuk bank sampah (waste bank) di Senggigi, Banyumulek, Senaru, dan Sembalun
x
x
x
x
x
Disbudpar Prov. NTB*, Disbudpar Kabupaten / Kota
Terbentuknya bank sampah di empat desa wisata utama. Terdapat sistem pengelolaan sampah yang berprinsip 3R pada keempat desa wisata utama
A8.3
Memonitor pengelolaan sampah di empat destinasi wisata utama (Senggigi, Kuta, Gili Trawangan dan kawasan Rinjani)
x
x
x
x
x
Disbudpar Prov. NTB*, Disbudpar Kabupaten / Kota
Laporan monitoring pengelolaan sampah di empat desa wisata utama
A8.4
Membagikan masing-masing seratus bak sampah kepada masyarakat di Banyumulek dan Sesaot Suranadi
x
x
x
x
x
Disbudpar Kabupaten Lombok Barat*, ASITA, PHRI, BUMD
Tersedianya bak-bak sampah yang cukup di Banyumulek dan Sesaot. Terbentuknya sistem pengelolaan sampah oleh masyarakat Banyumulek dan Sesaot dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle).
A8.5
Memantau pengelolaan toilet umum dan sampah di Banyumulek dan Sesaot
x
x
x
x
x
Disbudpar Kabupaten Lombok Barat*
Laporan tertulis tentang pengelolaan WC umum dan sampah
x
57
Danau Segara Anak
B. PEMASARAN PARIWISATA DI PULAU LOMBOK 4. Meningkatkan kualitas kunjungan wisatawan Strategi: 4.1 Pemasaran terpadu (antara sektor pemerintah dan swasta) dengan strategi yang menggunakan pendekatan terstandardisasi 4.2
Menerapkan strategi pemasaran yang disesuaikan untuk mengakomodasi kepentingan dari pasar pariwisata yang paling menjanjikan
Penelitian dan Pemasaran Destinasi pariwisata harus mampu merespon kebutuhan informasi wisatawan yang berkunjung maupun yang akan berkunjung dalam tingkatan yang berbeda-beda agar dapat bersiap menjadi bagian jaringan distribusi. Penyebaran informasi pariwisata sangat vital bagi kemampuan Lombok dalam menarik wisatawan. Pendekatan yang komprehensif dan terkoordinasi termasuk penerapannya sangat diperlukan. Data statistik pariwisata yang relevan untuk Lombok juga sangat diperlukan untuk bisnis pariwisata, media, investor yang berpotensi, dll. Semua bisnis pariwisata (baik yang sudah lama terbentuk maupun yang baru muncul) tetap dirasa perlu untuk. memperbaharui data sesuai dengan penelitian pariwisata terakhir. Data pariwisata yang terpercaya dan mutakhir dapat memberikan informasi penting mengenai tren kunjungan, karakteristik dan perilaku wisatawan serta memberikan arahan di masa yang akan datang untuk usaha serta perencanaan dan pengelolaan destinasi. Penelitian lokal dan penelitian pasar seperti yang dilakukan oleh PATA dan instansi lainnya harus dilakukan juga di Lombok untuk memberikan pemahaman mengenai pasar dan pendekatan yang ingin dilakukan. Melakukan survei kepuasan wisatawan juga dianggap perlu, setidaknya setahun sekali, untuk memberikan perbandingan dengan kinerja sebelumya dan destinasi lainnya serta memberikan kemudahan untuk beradaptasi apabila diperlukan.
58
Branding Demi keberhasilan mencapai target pasar dengan efektif, strategi pemasaran yang mampu meningkatkan kesadaran, pemahaman, memberikan cerita dan pengalaman mengenai destinasi bersangkutan sehingga menghasilkan sebuah kunjungan sangat penting untuk meningkatkan daya saing destinasi. Saat ini, banyak wisatawan yang melakukan riset online sebelum melakukan perjalanan untuk membuat perencanaan dan memutuskan destinasi yang akan dituju, sehingga sangat penting bagi Lombok untuk tampil dalam skala global. Selain itu, untuk melibatkan masyarakat dan memberikan nilai lebih kepada wisatawan yang berkunjung, Lombok dianggap perlu mengoptimalisasi media pemasaran konvensional dan memasukkan strategi e-marketing ke dalam pemasaran di skala global. Media komunikasi merupakan sebuah komponen penting dalam mengirimkan informasi serta menarik target pasar dan pasar potensial. Di Lombok, aplikasi e-marketing sangat direkomendasikan, antara lain pembuatan website, green branding, pengelolaan media sosial dan pemasaran melalui video online, email marketing, optimalisasi mesin pencarian (search engine) dan aplikasi untuk smartphone, tablet, dll. Untuk memasarkan Lombok secara efektif sebagai destinasi pariwisata yang nyaman dikunjungi, Lombok harus memposisikan diri dengan citra yang kuat dan menggambarkan aset kunci yang dimiliki sebagai destinasi pariwisata sekaligus membedakan dari destinasi pariwisata lainnya. Mempromosikan Lombok melalui konsep ‘green’ akan mengembangkan pasar kunjungan baru dan berpotensi menumbuhkan kunjungan berulang oleh wisatawan (repeat visitor). Gambaran mengenai Lombok harus menarik, termasuk memperlihatkan bahwa wisatawan yang datang ke Lombok menikmati waktu mereka dengan baik dan bersenang-senang, sehingga membangkitkan perasaan dan emosi yang membuat calon wisatawan mau merasakan apa yang ditawarkan oleh pulau Lombok. Pemasaran harus menargetkan beberapa produk kunci sebagai berikut: pantai, petualangan alam (termasuk surfing, diving, trekking, dll), budaya, kuliner, interaksi dengan masyarakat setempat dan gelaran budaya. Lombok mempromosikan citra sebagai pulau alami untuk bersantai dengan pantai, hutan, air terjun, gunung, lokasi selancar dan menyelam, walaupun bagi mereka yang pernah berkunjung ke Lombok mengalami beberapa isu seperti sampah yang berserakan dan isu sosial lainnya. Citra yang baik dibangun di atas kepercayaan konsumen dan direalisasikan sesuai dengan apa yang dijanjikan.
B1
Pemasaran terpadu (antara pemerintah dan swasta) dengan strategi yang menggunakan pendekatan terstandarisasi
B1.1
Membuat official website kepariwisataan Pulau Lombok yang komprehensif, profesional dan kredibel
B1.2
Meletakkan materi promosi berupa brosur dan majalah pariwisata di tempat-tempat strategis
x
B1.3
Menginisiasi pelaksanaan Lombok Travel-Mart pada Bulan Februari setiap 2 tahun sekali
x
B1.4
Mengirim perwakilan BPPD ke acara tahunan Pasar Wisata Jakarta
x
x
x
x
B1.5
Mengirim perwakilan BPPD ke acara tahunan ATF (Asean Travel Forum)
x
x
x
x
2019
x
2018
x
2017
2016
Aksi
2015
Rentang Waktu No.
Badan penanggung jawab (*lead agency)
Indikator kinerja / keberhasilan
BPPD*, Disbudpar Prov. NTB,
Tersedia dan beroperasinya website kepariwisataan Lombok yang komprehensif, profesional dan up to date.
x
BPPD*, Disbudpar Prov. NTB
Tersedianya bahan promosi yang up to date di bandara, pelabuhan, kantor imigrasi
x
BPPD*, ASITA, PHRI
Terselenggaranya acara 2 tahunan Lombok Travel-Mart setiap bulan Februari di Lombok (tahun 2016 & 2018)
x
BPPD
Hadirnya perwakilan anggota BPPD di acara tahunan pasar wisata Jakarta.
x
BPPD
Hadirnya perwakilan anggota BPPD di acara tahunan ATF
59
B1.6
Mengirim perwakilan BPPD ke gelaran tahunan ITB Berlin
x
x
B1.7
Membuka rute penerbangan baru (langsung) dari beberapa kota baik domestik dan internasional
x
x
B1.8
Mengundang para publik figur dunia untuk menjadi duta pariwisata Pulau Lombok
B1.9
Membuat “Green” brand image (logo) kepariwisataan Pulau Lombok sebagai simbol aktivitas kepariwisataan yang terpadu
x
x
x
BPPD
Hadirnya perwakilan BPPD di gelaran tahunan ITB Berlin
Wakil Gubernur Prov. NTB Dibukanya rute penerbangan baru domestik dan internasional x
x
x
Disbudpar Prov. NTB*, BPPD
Kunjungan para publik figur dunia ke Lombok sebagai duta wisata
x
x
Disbudpar Prov. NTB*, BPPD
Terciptanya “Green” brand image (logo) kepariwisataan Pulau Lombok
B1.10 Sosialisasi brand image pariwisata Pulau Lombok ke seluruh hotel dan tour operator di Lombok
x
x
BPPD
Logo kepariwisataan Pulau Lombok dipakai dalam setiap promosi pariwisata
B1.11 Membangun kerjasama dengan VITO (Visit Indonesia Tourism Officer) yang berada di negara-negara leading market pariwisata lombok
x
x
BPPD
Materi Promosi Lombok berada di VITO Amerika Serikat, Eropa, Singapura, Malaysia, Australia
BPPD
Tersedianya bahan promosi pariwisata berupa baliho di bandara internasional yang merupakan pintu masuk utama seperti Ngurah Rai dan Soekarno Hatta
x
BPPD
Ditayangkannya iklan pariwisata mengenai Lombok di jaringan televisi internasional
x
Pusat Data Daerah Bale Ite
x
Disperindag Prov. NTB*, Disbudpar Prov. NTB, BPPD, Universitas
x
Disudpar Prov. NTB*, GIZ, PHRI Disbudpar NTB, BAPPEDA
Tersedianya data kepariwisataan Lombok secara lengkap dan up to date • Terdapat rekomendasi dan petunjuk tentang strategi pengembangan produk wisata yang kreatif dan berkelanjutan. • Terdapat laporan tentang posisi pasar wisata Lombok di pasar nasional dan internasional. • Terdapat rekomendasi dan petunjuk tentang strategi menentukan dan meningkatkan segmen pasar pariwisata Lombok. Laporan tahunan mengenai hasil survei kepuasan wisatawan Terbentuknya Peraturan Gubernur mengenai Promosi dan Investasi Pariwisata yang berkelanjutan
B1.12 Memasang baliho wisata Lombok di bandara internasional yang menjadi pintu masuk utama ke Indonesia, seperti di bandara Soekarno-Hatta, Jakarta dan Ngurah Rai, Bali
x
x
x
B1.13 Memasang iklan pariwisata Lombok di jaringan televisi internasional B2
B2.1
B2.2
B2.3 B3
Menerapkan strategi pemasaran yang disesuaikan untuk mengakomodasi kepentingan dari pasar pariwisata yang paling menjanjikan Membuat database yang berisi seluruh data kepariwisataan yang ada di Lombok Membuat penelitian pariwisata terkait pengembangan produk wisata yang kreatif dan berkelanjutan, dan segmentasi pasar wisata Pulau Lombok
Mengadakan survei kepuasan wisatawan Menyusun peraturan gubenur terkait dengan: • Promosi Pariwisata • Investasi Pariwisata
x
x
x
x
x x
x
x
x
x
x
x
60
Tenun Desa Sade
61
C KELEMBAGAAN DAN SDM PARIWISATA DI PULAU LOMBOK 5. Memiliki institusi pariwisata yang didukung oleh SDM pekerja pariwisata yang profesional Strategi: 5.1. Pemberian kursus, pelatihan, dan sertifikasi tenaga kerja khususnya untuk pemandu wisata, anggota pokdarwis, tenaga kerja pariwisata dan siswa SMK pariwisata Pelayanan Berkualitas Tinggi Inti dari kesuksesan sebuah destinasi pariwisata yaitu kemampuan untuk memberikan keseluruhan aspek dari petualangan, budaya dan ecotourism yang telah dijanjikan. Daya tarik wisata, produk dan akomodasi harus didukung oleh pelayanan yang berkualitas serta mencerminkan budaya dan keramahtamahan setempat. Tingkat pelayanan yang diberikan menjadi penentu dalam hal menarik pasar. Untuk memastikan kualitas dan kompetensi dari sumber daya manusia di sektor pariwisata di Lombok, perlu dibentuk sebuah Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pariwisata. Pengembangan pariwisata di Lombok memerlukan fokus dalam peningkatan kapasitas disemua bidang keahlian yang dibutuhkan sektor pariwisata, dimulai dari kompetensi dalam keramahtamahan dan pelayanan, keahlian memandu dan menjelaskan tentang lingkungan dan warisan budaya, keamanan dan kesehatan wisatawan, membantu wisatawan yang berkebutuhan khusus sampai keahlian untuk pengembangan dan pengelolaan bisnis pariwisata. Pemandu tur lokal, anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan sekolah pariwisata akan mendapatkan manfaat dari workshop dengan tema lingkungan, sosial, budaya, isu ekonomi, kualitas, standar kesehatan dan keamanan serta peran dan tanggung jawab masing-masing.
C1
Melaksanakan pelatihan peningkatan kapasitas untuk tenaga kerja pariwisata secara berkala mengenai peran dan tanggung jawab mereka sehubungan dengan isu lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, kualitas, kesehatan dan keselamatan
C1.1
Menyelenggarakan training needs assessment untuk tenaga kerja pariwisata (termasuk pengetahuan tentang pariwisata berkelanjutan)
x
C1.2
Menyelenggarakan kursus pramuwisata untuk pramuwisata muda dan madya berlisensi setiap tahun
x
C1.3
C1.4
x
x
Menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan pariwisata kepada para anggota pokdarwis dan masyarakat yang tinggal di destinasi.
x
x
Memberikan pembinaan dan pelatihan ketrampilan pariwisata kepada siswa SMK jurusan pariwisata dan siswa SMA pariwisata
x
x
x
2019
2018
2017
2016
Aksi
2015
Rentang Waktu No.
x
Badan penanggung jawab (*lead agency)
Indikator kinerja / keberhasilan
Disbudpar Provinsi NTB*, ASITA, HPI, GIZ
Tersedianya laporan mengenai pelatihan yang dibutuhkan oleh tenaga kerja pariwisata
Disbudpar Provinsi NTB*, ASITA, HPI
Bertambahnya jumlah pramuwisata yang berlisensi baik pramuwisata muda maupun madya di Pulau Lombok. Setiap destinasi wisata memiliki pramuwisata lokal yang berlisensi.
Disbudpar Prov. NTB* , Dinas Koperasi, PLUT, GIZ
Munculnya usaha-usaha kecil pariwisata yang diinisiasi oleh masyarakat setempat
Dikpora Kabupaten/Kota Terbina dan terlatihnya calon tenaga pariwisata
62
C2
Membentuk lembaga sertifikasi tenaga kerja pariwisata Lombok
C2.1
Membentuk lembaga sertifikasi tenaga kerja pariwisata di Lombok (hotel dan tour operators)
C2.2
Mensosialisasikan lembaga sertifikasi tenaga kerja pariwisata Lombok (hotel dan tour operators)
x
x
x
Disnaker Prov. NTB*, Disbudpar Prov. NTB, ASITA, PHRI, HPI
Tersedianya lembaga sertifikasi tenaga kerja pariwisata di Lombok (hotel dan tour operator)
Lembaga Sertifikasi*, Disnaker Prov. NTB, ASITA, HPI, PHRI
Meningkatnya jumlah tenaga kerja pariwisata di Pulau Lombok yang tersertifikasi
6. Memiliki institusi pariwisata yang didukung oleh publik yang berwawasan lingkungan Strategi: 6.1. Meningkatkan partisipasi publik dalam perencanaan destinasi dan pengambilan keputusan dalam pengembangan destinasi pariwisata berkelanjutan dengan melibatkan pemangku kepentingan pariwisata lainnya dan bisnis pariwisata (hotel & tour operators) Forum Pariwisata Daerah Kolaborasi pemangku kepentingan secara luas baik pada tingkat nasional dan daerah sangat diperlukan demi mencapai pengembangan berkelanjutan jangka panjang. Sektor pemerintah dan swasta harus bekerjasama untuk mendapatkan hasil terbaik bagi masyarakat untuk memastikan pengelolaan dan pengembangan yang paling efektif dan efisien di masa yang akan datang. Pemerintah harus memimpin, memberikan arahan serta berkoordinasi dan bekerjasama dengan dinas-dinas terkait lainnya. Asosiasi pariwisata merupakan pemain kunci dalam memimpin dan mewakili usaha pariwisata lainnya, sebagai pusat komunikasi dan koordinasi. Forum pariwisata daerah menyatukan semua pemangku kepentingan di sektor ini dengan mencakup akademisi, destination management organization (DMO), bisnis pariwisata dan institusi pemerintah. Forum ini akan berperan sebagai dasar pertumbuhan secara menyeluruh dan berkelanjutan di masa yang akan datang. Dengan membina kerjasama, dinamika pariwisata akan dapat teratasi dengan lebih efektif sekaligus menyediakan kerangka kerja untuk partisipasi masyarakat. Forum ini bertujuan untuk mendorong koordinasi antara para pelaku pariwisata untuk bersama-sama mengatasi isu-isu yang mendesak dalam pengembangan sektor pariwisata serta memberikan masukan dan asistensi untuk pengembangan, pengelolaan dan pemasaran pariwisata yang berkelanjutan. Forum ini memiliki beberapa fungsi antara lain pengelolaan destinasi, pemasaran, pelatihan keahlian dan pengembangan industri. Peningkatan Kapasitas bagi Asosiasi Pariwisata Meningkatnya penghargaan terhadap sektor pariwisata bagi ekonomi lokal memerlukan kesadaran dari para pelaku usaha akan pentingnya produk dan layanan di destinasi. Asosiasi hotel dan tour operator memainkan peran penting dalam mempromosikan pelatihan bagi usaha pariwisata dan karyawannya mengenai prinsip berkelanjutan sekaligus dalam memberikan pengertian dan meningkatkan kualitas dari produk dan layanan itu sendiri. Organisasi Bisnis Pariwisata Berkelanjutan Penduduk setempat dan usaha pariwisata memiliki peran vital dalam menjadikan Lombok sebagai destinasi yang berkelanjutan. Pemilik usaha pariwisata yang berkomitmen terhadap peningkatan ekologi, ekonomi, sosial, politik dan budaya dalam usahanya harus didorong untuk membentuk sebuah Organisasi Bisnis Pariwisata Berkelanjutan, sebuah organisasi yang mempromosikan keberlanjutan sekaligus menjadi acuan dalammelakukan praktik-praktik berkelanjutan seperti mengurangi limbah dan mengurangi penggunaan air dan listrik dalam operasionalnya sehari-hari. Hal ini akan memberikan nilai tambah dan menjamin keberlanjutan bisnis tersebut untuk jangka panjang.
63
2019
2018
2017
Aksi
2016
No.
2015
Rentang Waktu
Badan penanggung jawab (*lead agency)
Indikator kinerja / keberhasilan
C3
Membentuk Forum Pariwisata Daerah yang keanggotaannya terdiri dari pemangku kepentingan inti pariwisata Lombok: Lembaga pemerintah: Dinas Pariwisata, Dinas Kehutanan & LH, Koperasi & UKM, Disperindag, Dinas Dukcapil, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Pertanian, Kepolisian, Imigrasi, Unsur Pem-Kab/Pem-Kot, Taman Nasional Gunung Rinjani, BKSDA Industri: ASITA, PHRI, BPPD, HPI, INCCA, KADIN Masyarakat/NGOs: Forum Pondok Pesantren, Majelis Adat Sasak, PHDI, WWF, Gili Eco Trust, DMO Rinjani Institusi Pendidikan: UNRAM, AKPAR, STPN Lombok, Pusat Studi Pariwisata, Akademi Komunitas, SMK Pariwisata
C3.1
Membuat Peraturan Gubernur yang berisi tata cara pembentukan Forum Pariwisata Daerah dilengkapi tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari Forum Pariwisata Daerah
x
Disbudpar Provinsi NTB*, Biro Hukum Setda NTB, Universitas
Tersedianya Peraturan Gubernur mengenai tata cara pembentukan Forum Pariwisata Daerah
C3.2
Membagi tugas Forum Pariwisata Daerah berdasarkan 4 pilar pembangunan pariwisata yakni: Pengembangan Destinasi, Pemasaran, Industri, dan Kelembagaan
x
Disbudpar Provinsi NTB*, Forum Pariwisata Daerah
Terbentuknya unit kerja dan rencana kerja tahunan dari forum pariwisata daerah
C3.3
Monitoring pelaksanaan tugas Forum Pariwisata Daerah
x
x
x
Disbudpar Provinsi NTB*
Rapat berkala Forum Pariwisata Daerah dan laporan tahunan kepada Gubernur Prov. NTB terkait kinerja Forum Pariwisata Daerah Lombok
C4
Pelatihan tentang kepariwisataan berkelanjutan untuk asosiasi pariwisata seperti PHRI, ASITA dan HPI
x
x
x
Disbudpar Provinsi NTB*, BAPPEDA, GIZ, BPPD, Forum Pariwisata Daerah
Meningkatnya pengusaha hotel, tour operators dan pemandu wisata yang mulai menerapkan praktik pariwisata berkelanjutan
C5
Membentuk Lembaga Bisnis Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism Business Charter) Lombok dengan mengadopsi kriteria GSTC
x
Disbudpar Prov. NTB, GIZ
Terbentuknya LBPB yang terbuka bagi pelaku bisnis pariwisata yang telah mengadopsi praktik-praktik pariwisata berkelanjutan
x
x
64
Upacara Masyarakat Hindu
D INDUSTRI PARIWISATA DI PULAU LOMBOK 7. Menciptakan lingkungan usaha yang kondusif agar industri pariwisata dapat menciptakan produk/jasa yang kreatif dan inovatif Strategi: 7.1 Pengembangan produk lokal yang berkelanjutan dan perdagangan yang adil (fair trade)
Fokus area: Banyumulek, Sukarara, Sekarbela
7.2 Memberikan akses keuangan dan peningkatan kapasitas Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) khususnya usaha kecil mandiri di industri suvenir dan kuliner
Fokus area: Senaru, Sembalun, dan Sesaot
7.3 Menghubungkan kelompok produk lokal dengan bisnis pariwisata
Fokus area: Sembalun dan Mataram
7.4 Menumbuhkan jiwa kewirausahaan pariwisata dikalangan masyarakat destinasi Pengembangan Produk Berkelanjutan (Green Product) Fokus kuncinya yaitu untuk melakukan diversifikasi produk yang ditawarkan dan berinvestasi untuk produk baru yang berkelanjutan (green product) serta meningkatkan peluang berbasis masyarakat yang akan memberikan keterlibatan yang otentik dan pengalaman yang lebih memuaskan untuk wisatawan yang mencari interaksi dengan masyarakat setempat. Model desa wisata hijau di Banyumulek akan direplikasi ke desa pengrajin lainnya di pulau Lombok. Pelatihan Pendanaan Berkelanjutan (Green Finance) Mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan dan berdaya saing di Lombok memerlukan penerapan mekanisme
65
pendanaan. Bank NTB dan Dinas Kebudayaan & Pariwisata setempat perlu bekerjasama dalam menghilangkan batasan investasi dan memberikan akses pendanaan yang lebih luas dan mudah terhadap usaha dan proyek pariwisata berkelanjutan skala kecil . Menghubungkan produk lokal dengan pariwisata Mendorong penjualan produk lokal dan layanan untuk wisatawan merupakan komponen penting dalam pariwisata yang pro terhadap masyarakat kurang mampu. Mengintegrasikan penyedia produk lokal dan layanan ke dalam rantai pariwisata akan memberikan kesempatan bagi mereka untuk memasok produk dan layanan kepada sektor pariwisata. Langkah yang mungkin dilakukan untuk mendorong penjualan produk lokal kepada wisatawan yaitu dengan memberikan ‘brand’/merk bertema lokal/kedaerahan. ‘Brand’ ini merupakan salah satu cara untuk mengatasi isu kualitas, pemasaran yang terkoordinasi, pengembangan dan pengenalan produk. Sektor pariwisata mendapatkan manfaat dari ‘brand’ lokal karena mampu menawarkan produk lokal yang otentik dan berkualitas, pengalaman belanja dan kuliner yang unik, serta pemasaran yang intensif terhadap produk tersebut. Dengan menghubungkan pariwisata dengan sektor lainnya, akan menciptakan ‘brand’ produk daerah yang kuat dan pengusaha lokal mendapatkan peluang untuk akses pasar, meningkatkan penjualan serta cakupan pemasaran dan promosi. Melalui kerjasama dengan GIZ, pemerintah daerah menginisiasi sebuah proses guna menghubungkan petani lokal dengan industri perhotelan dalam menyesuaikan permintaan dan penawaran dari produk pertanian. Penghasil produk lokal di Mataram dan Sembalun dan penyedia jasa dan hotel yang tertarik mendapatkan pengetahuan yang diperlukan, masukan serta layanan untuk mengembangkan kerjasama berkelanjutan yang diharapkan semakin meningkat di masa yang akan datang.
D1
2019
2018
2017
Aksi
2016
No.
2015
Rentang Waktu
Badan penanggung jawab (*lead agency)
Indikator kinerja / keberhasilan
Mendukung masyarakat lokal dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam mempromosikan dan mengembangkan produk lokal yang berkelanjutan (suvenir, pertunjukan kesenian, produk pertanian, dll) dan prinsip perdagangan yang adil berdasarkan alam dan budaya setempat
D1.1 Melakukan dialog dengan pengusaha produk lokal di Banyumulek, Sukarara, dan Sekarbela
x
Disbudpar Kabupaten Loteng, Lobar dan Kota Mataram*, Forum PEL
Terbentuknya konsep pengembangan produk lokal yang berkelanjutan bagi pengusaha
D1.2 Membentuk kelompok pengusaha produk lokal di Banyumulek, Sukarara dan Sekarbela
x
Disperindag Kab. Loteng, Lobar dan Kota Mataram*, Forum Klaster
Munculnya kelompok pengusaha suvenir di Banyumulek, Sukarara, dan Sekarbela
D1.3 Memberikan pelatihan kewirausahaan dan manajemen usaha pariwisata bagi
x
Disbudpar Kab. Lombok Barat, Lombok Utara dan Lombok Timur*,
Munculnya UKM suvenir dan kuliner di Senaru, Sembalun, dan Sesaot. BAPPEDA Kab. Lombok Barat, Lombok Utara dan Lombok Timur, Disperindag Lombok Barat, Lombok Utara dan Lombok Timur Laporan Studi banding kreatif ke Bali, Yogjakarta dan Bandung.
pengusaha produk lokal serta melaksanakan studi banding ke Bali, Yogyakarta dan Bandung
x
x
66
D1.4 Mengembangkan standar produk lokal, termasuk produk pertanian, yang sesuai dengan kebutuhan usaha pariwisata
x
x
D1.5 Memperkuat dan mengoptimalkan peran inkubator bisnis dalam menciptakan wirausaha baru di sektor pariwisata
x
x
x
Dinas Pertanian Prov. NTB*, PHRI, GIZ, Kelompok Tani dan pemasok
Digunakannya panduan standar produk pertanian oleh petani dan pemasok untuk memenuhi kebutuhan usaha pariwisata
Dinas Koperasi Prov. NTB*, UNRAM, PLUT, GIZ
Bertambahnya jumlah dan jenis usaha pariwisata di Lombok
D1.6 Membuat kode etik usaha yang berlaku antara para pengusaha produk lokal serta membentuk tim penegak kode etik usaha
x
Disperindag Kab. Lombok Terciptanya kode etik usaha suvenir Barat, Lombok Tengah dan di Banyumulek, Sukarara, dan Kota Mataram*, Forum Klaster, Sekarbela HPI
D1.7 Membentuk tim penegak kode etik usaha bagi para pengusaha produk lokal
x
Disperindag Kab. Lombok Barat, Lombok Tengah dan Kota Mataram*, Forum Klaster, HPI
Terbentuknya tim penegak kode etik usaha pariwisata di ketiga destinasi di atas
D1.8 Memonitor pelaksanaan kode etik usaha pariwisata dimasingmasing destinasi
x
Disbudpar Kabupaten dan Kota
Laporan tertulis pelaksanaan kode etik usaha suvenir di Banyumulek, Sukarara, dan Sekarbela
x
Disbudpar NTB, BAPPEDA
Terbentuknya Peraturan Gubernur tentang produk pariwisata berkelanjutan
D3.1 Membentuk MOU antara Dinas Kebudayaan & Pariwisata Prov. NTB dengan Bank NTB terkait sustainable finance
x
Disbudpar Prov. NTB, Disperindag Kab. / Kota, Bank NTB
Dokumentasi MOU antara Dinas Kebudayaan & Pariwisata Prov. NTB dengan Bank NTB
D3.1 Pelatihan mengenai sustainable
x
Bank NTB*, GIZ
Terselenggaranya pelatihan sustainable finance dua kali setahun
x
Bank NTB
Tersedianya berbagai jenis kredit usaha yang diberikan oleh Bank NTB kepada para pengusaha lokal
D2
Menyusun Peraturan Gubernur mengenai produk lokal berkelanjutan yang mendukung pariwisata
D3
Implementasi kerjasama sustainable finance
x
x
x
finance D3.2 Membuat skema sustainable
finance bagi pengusaha lokal
8. Mewujudkan lingkungan usaha yang berorientasi pada prinsip kepariwisataan hijau dan usaha pariwisata berkelanjutan Strategi: 8.1 Memberikan insentif dan mendirikan lembaga sertifikasi untuk pengusaha wisata lokal Penghematan Sumber Daya dan Insentif bagi Hotel & Tour Operators Pemimpin sektor pariwisata saat ini mengerahkan upaya lebih besar dalam menerapkan penghematan sumber daya agar lebih ramah terhadap lingkungan (green), dimana hal ini juga membantu memotong biaya operasional dan meningkatkan daya saing. Konsumen mengharapkan penyedia jasa pariwisata lebih terlibat dalam tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan inisiatif berkelanjutan.
67
Beberapa langkah awal yang harus diambil oleh usaha pariwisata terkait dampak lingkungan, sosial budaya dan ekonomi diantaranya pengelolaan pengadaan barang, penghematan sumber daya, pengelolaan konservasi, pengurangan emisi GRK, pengelolaan suara, pengelolaan limbah padat, pengelolaan limbah cair, pelestarian keanekaragaman hayati, pengelolaan penggunaan lahan, pelestarian budaya dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Program dan insentif yang diinisiasi oleh pemerintah dan swasta perlu digerakkan oleh asosiasi untuk membantu usaha pariwisata mengadopsi praktik pengelolaan lingkungan dengan lebih baik sehingga dapat menurunkan biaya operasional. Dan akhirnya, eco-certification memberikan kesempatan kepada pelaku usaha untuk secara penuh mengintegrasikan prinsip berkelanjutan ke dalam operasional sehari-hari dan membentuk kerangka kerja untuk peningkatan secara terus menerus. Standarisasi dan Sertifikasi Skema standarisasi dan sertifikasi pariwisata merupakan instrumen yang vital untuk mendorong praktik dan pengembangan pariwisata berkelanjutan. Meningkatkan kualitas produk layanan pariwisata dan harus terlebih dahulu dicapai dengan mengadopsi standar internasional menurut prinsip dan tolak ukur GSTC dan skema sertifikasi untuk kualitas pelayanan, keberlanjutan, keterlibatan masyarakat setempat dan pelaku usaha. Skema sertifikasi hendaknya dikembangkan oleh BLHP Provinsi NTB bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi NTB, asosiasi pariwisata dan GIZ, disertai dengan pendidikan terhadap usaha lokal mengenai skema sertifikasi tersebut.
D4
2019
2018
2017
Aksi
2016
No.
2015
Rentang Waktu
Badan penanggung jawab (*lead agency)
Indikator kinerja / keberhasilan
Mereplikasi program efisiensi sumber daya dalam bisnis pariwisata (Hotel & Tour Operators)
D4.1 Membuat buku panduan mengenai program penghematan sumber daya bagi hotel & tour operators
x
BLH Prov. NTB*, PHRI, ASITA, GIZ
D4.2 Mempromosikan program penghematan sumber daya kepada anggota asosiasi pariwisata (hotel & tour operators)
x
Disbudpar Prov. Bertambahnya jumlah anggota asosiasi yang NTB*, PHRI, ASITA menerapkan praktik-praktik penghematan sumber daya x
D4.3 Memberikan insentif kepada anggota asosiasi pariwisata (hotel & tour operators) yang berhasil menerapkan program penghematan sumber daya secara berkelanjutan D5
x
x
Tersedianya buku panduan mengenai penghematan sumber daya bagi hotel & tour operators
Disbudpar Prov. Munculnya anggota asosiasi pariwisata NTB*, PHRI, ASITA unggulan dalam menerapkan program penghematan sumber daya
Standarisasi dan sertifikasi usaha wisata berkelanjutan sesuai prinsip GSTC
D5.1 Mengembangkan standarisasi usaha wisata berkelanjutan sesuai prinsip GSTC
x
BLH Prov. NTB*, Disbudpar Prov. NTB, PHRI, ASITA, GIZ
Terbentuknya standar usaha pariwisata berkelanjutan bagi hotel & tour operators
D5.2 Mensosialisasikan standar usaha wisata berkelanjutan kepada anggota asosiasi pariwisata
x
BLH Prov. NTB*, Disbudpar Prov. NTB, PHRI, ASITA, GIZ
Muncul dan bertambahnya jumlah usaha wisata yang menerapkan praktik usaha wisata berkelanjutan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
68
D5.3 Memberikan sertifikasi bagi usaha wisata berkelanjutan yang telah menerapkan standar yang berlaku D6
Membuka peluang kerja di bidang pariwisata untuk masyarakat lokal, termasuk kesempatan kerja yang sama, kesempatan untuk mengikuti pelatihan, keselamatan kerja dan upah kerja yang adil untuk semua
x
x
x
BLH Prov. NTB*, Disbudpar Prov. NTB, PHRI, ASITA
Munculnya dan bertambahnya usaha wisata berkelanjutan yang tersertifikasi
Disnaker Prov. NTB*, PHRI, LHA, ASITA, HPI
Kebijakan yang mendukung persamaan kesempatan kerja bagi semua pihak, termasuk wanita, kaum muda, orang berkebutuhan khusus, minoritas dan lainnya. Program pelatihan yang menyediakan akses yang sama bagi semua pihak termasuk wanita, kaum muda, kaum muda, orang berkebutuhan khusus, minoritas dan lainnya. Kebijakan yang mendukung keselamatan kerja bagi semua. Kebijakan yang mendukung upah kerja yang adil bagi semua pihak, termasuk wanita, kaum muda, orang berkebutuhan khusus, minoritas dan lainnya.
D7
Menciptakan program dukungan untuk masyarakat oleh perusahaan dan wisatawan untuk berkontribusi kepada masyarakat setempat dengan inisiatif yang berkelanjutan
Festival Bau Nyale
Disbudpar Prov. NTB*, PHRI, LHA, ASITA, Pokdarwis
Program bagi perusahaan dan wisatawan untuk berkontribusi/berdonasi kepada masyarakat setempat dan inisiatif konservasi keanekaragaman hayati dan/atau pengembangan infrastruktur
69
i DAFTAR AKRONIM DAN SINGKATAN ATF BIL BPPD DTW GIZ GSTC ITB KSPD MICE MP3EI PDB PDRB RAD-GRK RIPB RIPPARDA RPJMD SCP TOWS PDRB POKDARWIS UNWTO USP VEI WTM
Asean Travel Forum Bandara Internasional Lombok Badan Promosi Pariwisata Daerah Daerah Tujuan Wisata Deutsche Gesellschaft fuer International Zusammenarbeit Global Sustainable Tourism Criteria Internationale Tourismus-Börse Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Meetings, Incentives, Conferences & Exhibitions Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Produk Domestik Bruto Produk Domestik Regional Bruto Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Sustainable Consumption and Production Threat, Opportunities, Weakness, Strength Produk Domestik Regional Bruto Kelompok Sadar Wisata United Nation World Tourism Organization Unique Selling Point Volcanic Explosivity Index World Travel Mart
II DAFTAR TABEL DAN GAMBAR Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6 Gambar 7 Gambar 8 Gambar 9 Gambar 10 Gambar 11 Gambar 12
KSPD Pulau Lombok Luas Kabupaten dan Kota di Lombok Produk lokal Andalan Pariwisata Lombok Daya tarik Wisata di masing-masing Kabupaten / Kota Sebaran Usaha Wisata di Pulau Lombok 2013 Rata-rata Lama Tinggal dan Pengeluaran Wisman dan Wisnus Tahun 1994-1997 Rata-rata Lama Tinggal dan Pengeluaran Wisman dan Wisnus Tahun 2009-2013 Pendapatan dari Wisman dan Wisnus Tahun 1994/1997 dan 2009/2012 Top 5 Pasar Kunci Eropa Top 10 Negara dengan Jumlah Pengeluaran Terbesar untuk Pariwisata Tahun 2013 Peta KSPD Pariwisata di Pulau Lombok Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat Jumlah Wisatawan ke Nusa Tenggara Barat Tahun 2006 -2013 Musim Kunjungan Wisatawan ke NTB dalam 6 Tahun terakhir PDRB Tahun 2013 Pasar Unggulan tahun 2013 Tren Kunjungan Wisatawan ke Lombok pada Tahun 1997, 2011, 2012 dan 2013 Top 10 Pasar Teratas Berdasarkan Negara Tahun 2013 Proses Perencanaan STMP Pendekatan Penyusunan STMP Pemetaan Pemangku Kepentingan Pariwisata Lombok Fokus Area dalam Rencana Aksi STMP
14 19 23 23 24 32 33 33 39 41 14 18 31 32 33 37 38 38 45 45 46 49
70
LAMPIRAN Batu Panjung
LAMPIRAN I: Referensi BAPPEDA & BPS NTB (2012); Produk domestik regional bruto (PDRB) provinsi Nusa Tenggara Barat (Gross Domestic Regional Product of Nusa Tenggara Province) 2011, Mataram Badan Pusat Statistik NTB (2012); Nusa Tenggara Barat in Figures, Mataram Badan Pusat Statistik NTB (2014); Nusa Tenggara Barat in Figures, Mataram Dahles, H (2000): Tourism, small enterprises and community development; in G. Richards & D. Hall (Eds.), Tourism and Sustainable Community Development, London/ Routledge, pp. 154-169 Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) (2014): Tourism Impact Study Lombok Indonesia, internal document Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) (2013). Status of Climate Finance in Indonesia, Country Assessment Report, prepared by Adelphi and GIZ Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Nusa Tenggara Barat (2014): Tourism Analysis 2011 and 2013 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat: Analisa Pasar Wisatawan Nusa Tenggara Barat Tahun 2013, UNRAM Survey 2011 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (2011): MASTERPLAN PERCEPATAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) KORIDOR V (Visit Lombok Sumbawa 2012 sebagai Strategi Percepatan Pembangunan Pariwisata Nusa Tenggara Barat)
71
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB (2011): Statistik Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi NTB Tahun 2011, Mataram Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB (2012): Statistik Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi NTB Tahun 2012, Mataram Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB (2013). Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 7 Tahun 2013 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2013-2028. Mataram: Disbudpar NTB. Dinas Pariwisata Pos dan Telekomunikasi NTB (1997): Pariwisata Dalam Angka Tahun 1997, Mataram Fallon, F. (2003): After the Lombok riots, is sustainable tourism achieved?: C. M. Hall, D. J. Timothy & D. Duval (Eds.), Safety and security in tourism: relationships, management, and marketing. Binghamton, NY/The Haworth Hospitality Press, pp. 139-158 Global Sustainable Tourism Council (GSTC) (2013): Global Sustainable Tourism Criteria (2009), Global Sustainable Tourism Criteria for Destinations (Version 1.0 Dec. 2013). Retrieved December 10, 2014 from: www.gstcouncil. org/resource-center/gstc-criteria.htm Peraturan Daerah Provinsi NTB No. 7 Tahun 2013: Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah 2013-2028 Pemerintah Daerah Provinsi NTB (2012): Naskah Akademis RIPPARDA Provinsi NTB IPK International (2013). ITB World Travel Trends Report 2013/2014, Munich Kantor Wilayah Pariwisata Pos dan Telekomunikasi NTB (1997): Analisa Pasar Pariwisata Nusa Tenggara Barat Tahun 1997, Mataram Majdi, M. Z. (2011): Rencana pengembangan investasi pada kawasan strategis dalam mendukung percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI) di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Paper presented at the Rapat Kerja dengan Tim Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara 6 September 2011, Jakarta Patet, F. (2014). Lombok Tourism Set To Double: Tourism Solutions International. Putra, A. R. (2013): Musim Arab: Wisata Surga hingga ke kawin kontrak; retrieved December 10, 2014 from http:// akumassa.org/kontribusi/bogor-jawa-barat/musim-arab-wisata-surga-hingga-ke-kawin-kontrak/ Saufi, A., Diswandi, & Suryawati, B. N. (2010): Citra pariwisata Lombok dilihat dari perspektif para pelaku bisnis pariwisata, in:Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen, 3(2), pp. 52-58 Saufi, A., O’Brien, D., & Wilkins, H. (2014): Inhibitors to host community participations in tourism development in developing countries. Journal of Sustainable Tourism, 22(5), pp. 801-820 Tourism Business Portal: retrieved 10 November 2014 from http://ec.europa.eu/enterprise/sectors/tourism/tourismbusiness-portal/index_en.htm Travel China Guide. (2013): China Outbound Tourism in 2013; retrieved 3 December, 2014, from http://www. travelchinaguide.com/tourism/2013statistics/outbound.htm Travel Forever. (2013): Global Sustainable Tourism Criteria for Destinations – suggested performance indicators, Madrid Travel News Digest. (2014): Russia becomes world’s second fastest growing outbound travel market; retrieved 9 December, 2014, from http://www.travelnewsdigest.in/?p=10579 UNWTO (2013): UNWTO Annual Report 2013, Madrid UNWTO (2014): UNWTO highlights (2014 ed.), Madrid Weaver, D., & Lawton, L. (2006): Tourism Management, Milton QLD/Wiley World Travel & Tourism Council (2013): Travel and Tourism – Economic Impact 2013 Indonesia World Travel & Tourism Council (2013): Benchmarking Travel & Tourism of Indonesia
72
LAMPIRAN II: Konsultasi STMP ini tersusun atas kerjasama, panduan dan masukan dari pemangku kepentingan pariwisata khususnya di Pulau Lombok. Bagian ini memberikan daftar pemangku kepentingan baik perseorangan, organisasi, kelompok dan dinas terkait pariwisata yang membantu dan mendukung pengembangan Rencana Induk Kepariwisataan Berkelanjutan.
INSTITUSI PROVINSI
KOTA MATARAM & KABUPATEN LOMBOK BARAT
Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi NTB
Pokdarwis Sesaot
Persatuan Hotel & Restoran Indonesia (NTB)
SMKN 4 Mataram
Asosiasi Indonesia Travel Agency (NTB)
Tokoh Masyarakat (Bapak H. Sanusi)
Himpunan Pariwisata Indonesia (NTB)
KOTA MATARAM & KABUPATEN LOMBOK BARAT
KABUPATEN LOMBOK UTARA
Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kab. Lombok Barat
Dinas Perhubungan, Pariwisata, Komunikasi & Informatika KLU
Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Mataram
Badan Perencanaan & Pembangunan Daerah KLU
Badan Lingkungan Hidup dan Penelitian Kab. Lombok Barat
Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi KLU
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kab. Lombok Barat
Dinas Perindustrian & Perdagangan KLU
Dinas Kehutanan Kab. Lombok Barat
Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan KLU
Dinas Kelautan & Perikanan Kab. Lombok Barat
Balai Konservasi Perairan Nasional wilker. KLU
Dinas Pekerjaan Umum Kab. Lombok Barat
DMO Rinjani
Dinas Perhubungan Kab. Lombok Barat
Gili Eco Trust
Dinas Perindustrian & Perdagangan Kab. Lombok Barat
Kantor Lingkungan Hidup KLU
Dinas Pertambangan & Energi Kab. Lombok Barat
Kepala Desa Gili Indah
Dinas Pertanian Kab. Lombok Barat
Koperasi Karya Bahari
Diploma III Pariwisata Universitas Mataram
KUPP Bangsal
Kepala Desa Batu Layar
Lombok Dive
Kepala Desa Sesaot
Oberoi Hotel
Kila Senggigi Beach Hotel
Pokdarwis Arwista (Tanjung)
Kotasi Senggigi
Pokdarwis Gg. Potlot (Pemenang)
Majelis Adat Sasak
Taman Nasional Gunung Rinjani
Pelaku Pariwisata Banyumulek
Villa Ombak Hotel
Pokdarwis Senggigi
KABUPATEN LOMBOK TENGAH Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kab. Lombok Tengah Badan Perencanaan & Pembangunan Kab. Lombok Tengah Dinas Pekerjaan Umum Kab. Lombok Tengah Dinas Perhubungan Kab. Lombok Tengah Dinas Perindustrian & Perdagangan Kab. Lombok Tengah Dinas Pertambangan & Energi Kab. Lombok Tengah Dinas Pertanian Kab. Lombok Tengah
KABUPATEN LOMBOK TIMUR Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kab. Lombok Timur Badan Perencanaan & Pembangunan Daerah Kb. Lombok Timur Dinas Pekerjaan Umum Kab. Lombok Timur Dinas Perhubungan Kab. Lombok Timur Dinas Perindustrian & Perdagangan Kab. Lombok Timur Dinas Pertambangan & Energi Kab. Lombok Timur Dinas Pertanian Kab. Lombok Timur Kantor Lingkungan Hidup Kab. Lombok Timur
73
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Lombok Tengah
Kepala Desa Lendang Nangka
Kepala Desa Aik Berik
Kepala Desa Sembalun
Kepala Desa Kuta
Pokdarwis Sembalun
Kepala Desa Rembitan
Pokdarwis Taruna Kreatif
Kepala Desa Selong Belanak
Pondok Tete Batu
Kepala Desa Sukarara
Badan Pengelola Wisata Tojang
BMW Kuta
East Lombok Tourism Community (Bapak Gufranudin)
Bumbangku Cottages
Tokoh Masyarakat (Bapak H. Radiah)
Kelompok Kemus Desa Mas-mas
Trekking Organizer Sembalun
Kimen’s surf
UD. Tereng Gading Art Shop
Novotel Hotel Pokdarwis Benang Stokel
74
LAMPIRAN III: Strategi STMP dan Indikator GSTC Tujuan
Strategi STMP
Kriteria GSTC
Indikator GSTC
Sadar wisata dan pendidikan
· Program untuk meningkatkan kesadaran tentang peran pariwisata dan potensi untuk berkontribusi di masyarakat, sekolah dan institusi pendidikan yang lebih tinggi;
Partisipasi publik
· Sistem yang melibatkan pemangku kepentingan baik dari pemerintah, swasta dan masyarakat dalam perencanaan pengelolaan destinasi dan pengambilan keputusan;
A. Pembangunan destinasi pariwisata di Pulau Lombok Tujuan A1: Partisipasi masyarakat lokal dalam membangun destinasi
1.1
Mengikutsertakan tokoh masyarakat serta para pendidik formal dan non formal dalam proses promosi kepariwisataan kepada masyarakat dan pemberdayaan masyarakat di destinasi pariwisata
· Pertemuan publik untuk mendiskusikan tentang masalah pengelolaan destinasi setiap tahun; Peraturan perencanaan
· Panduan perencanaan, peraturan dan/ atau kebijakan dibuat dengan masukan dari masyarakat setempat;
Pemantauan
· Pemantaun yang aktif dan pelaporan kepada publik tentang isu lingkungan, ekonomi, sosial, budaya, pariwisata dan hak asasi manusia. · Sistem pemantauan ditinjau dan di evaluasi secara berkala.
1.2
2.1 Tujuan A2 : Membangun destinasi pariwisata yang unik, bersih, otentik dan berkelanjutan
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan memaksimalkan keuntungan ekonomi bagi masyarakat lokal
· Program pelatihan yang menyediakan Peluang kerja akses yang sama bagi semua, termasuk untuk penduduk wanita, kaum muda, orang berkebutuhan setempat khusus, minoritas dan lainnya;
Meneliti dampak lingkungan secara komprehensif
Risiko lingkungan
· Penilaian “keberlanjutan” dari sebuah destinasi dalam 5 tahun terakhir, mengidentifikasikan risiko lingkungan; · Sistem untuk menangani risiko yang teridentifikasi; · Sistem pengelolaan untuk memantau dampak dan melindungi ekosistem, lingkungan yang sensitif dan spesies;
2.2
Membuat dan memberlakukan awig-awig di kawasan pariwisata
Dukungan untuk masyarakat
· Program untuk perusahaan dan pengunjung umum untuk berkontribusi kepada masyarakat dan berinisiatif untuk melakukan konservasi keanekaragaman hayati dan/atau pengembangan infrastruktur;
75
Akses setempat · Program untuk memantau, melindungi dan merehabilitasi atau mengembalikan akses publik kepada masyarakat setempat dan pengunjung domestik kepada situs alam dan budaya; · Memantau tingkah laku dan karakter dari turis lokal, domestik dan mancanegara terhadap situs dan atraksi pariwisata; Perlindungan warisan budaya
· Hukum dan peraturan untuk melindungi sejarah dan artefak arkeologi termasuk yang terletak di bawah air dan bukti penegakannya · Program untuk melindungi warisan budaya;
Dukungan untuk masyarakat
· Kebijakan yang mendukung akses ke situs dan fasilitas wisata,termasuk situs alam dan budaya bagi individu dengan kebutuhan khusus;
2.3
Membangun sarana dan prasana pariwisata skala kecil yang dikelolah oleh masyarakat setempat
2.4
Mengidentifikasi potensi pengembangan wisata maritim
· Program untuk perusahaan, pengunjung dan publik untuk berkontribusi kepada masyarakat dan inisiatif konservasi keanekaragaman hayati dan/atau pengembangan infrastruktur;
2.5
Adaptasi Mengembangkan langkah-langkah adaptasi perubahan terhadap perubahan iklim iklim
· Program untuk membantu perusahaan untuk mengukur, memantau, minimalisir, dan melaporkan secara umum tentang emisi gas rumah kaca; · Sistem untuk membantu perusahaan untuk pengurangn emisi gas rumah kaca
Membentuk pamswakarsa pariwisata
Keselamatan dan keamanan
· Tindakan pencegahan seperti menyediakan perlengkapan P3K di area pantai atau situs atraksi wisata lainnya; · Sistem untuk mencegah dan tanggap terhadap kejahatan; · Perihal keselamatan dan keamanan dilaporkan kepada masyarakat umum;
Pegelolaan tanggap gawat darurat
· Rencana tanggap darurat tersedia untuk publik di sector pariwisata; · Rencana tanggap gawat garurat dikembangkan dengan adanya masukan dari sektor swasta pariwisata dan termasuk prosedur komunikasi selama dan setelah keadaan gawat darurat;
Mencegah eksploitasi
· Regulasi dan program untuk mencegah praktik seks komersial atau segala macam bentuk eksploitasi, diskriminasi atau pelecehan terhadap penduduk atau pengunjung; · Regulasi dan program dikomunikasin kepada masyarakat umum;
3.1 Tujuan 3 : Membangun destinasi pariwisata yang aman dan nyaman
3.2
Mencegah praktik seks komersial atau segala macam bentuk eksploitasi dan pelecehan terhadap siapapun, khususnya anak-anak, remaja, wanita, dan minoritas.
76
B. Pemasaran pariwisata di Pulau Lombok Tujuan 4: Meningkatkan kualitas kunjungan dan kepuasan wisatawan
4.1
4.2
· Inventarisasi dan klasifikasi aset dan atraksi pariwisata terkini, termasuk situs alam dan budaya;
Pemasaran terpadu (antara sektor pemerintah dan swasta) dengan strategi yang menggunakan pendekatan terstandarisasi
Inventarisasi asset dan atraksi pariwisata
Menerapkan strategi pemasaran yang disesuaikan untuk mengakomodasi kepentingan dari pasar pariwisata yang paling menjanjikan
Promosi
· Pesan-pesan promosi destinasi yang menggambarkan masyarakat lokal dan pengunjung yang otentik dan terhormat; · Pesan promosi destinasi yang akurat dalam menjabarkan produk dan pelayanannya;
Opini masyarakat setempat
· Pengumpulan, pemantauan, pencatatan dan pelaporan tentang data aspirasi, perhatian dan kepuasan penduduk tentang pengelolaan destinasi dilakukan secara reguler; · Pengumpulan, pemantauan, pencatatan dan pelaporan dilakukan tepat waktu;
Standar keberlanjutan
· Sertifikasi pariwisata berkelanjutan yang didukung oleh industri atau sistem pengelolaan lingkungan; · Memantau partisipasi usaha-usaha pariwisata dalam sertifikasi pariwisata atau sistem pengelolaan lingkungan; · Daftar perusahaan yang memiliki sertifikasi atau verifikasi secara berkelanjutan tersedia untuk publik;
· Pengumpulan dan pelaporan secara Kepuasan umum tentang data kepuasan pengunjung dan pengunjung; pemantauan · Sistem untuk mengambil tindakan dalam ekonomi meningkatkan kepuasan pengunjung berdasarkan pemantauan;
C. Industri pariwisata di Pulau Lombok Tujuan 5: Memiliki institusi pariwisata yang didukung oleh SDM pekerja pariwisata yang profesional
5.1
Pemberian kursuskursus, pelatihan, dan sertifikasi tenaga kerja khususnya untuk pemandu wisata, anggota pokdarwis, dan siswa SMK pariwisata
· Program pelatihan yang menyediakan Peluang karir akses yang sama bagi semua termasuk untuk penduduk wanita, kaum muda, kaum muda, orang setempat berkebutuhan khusus; Mendukung pengusaha lokal
· Program untuk mendukung dan membangun kapasitas setempat dan pengusaha kecil dan menengah;
Perilaku pengunjung
· Panduan kebudayaan dan lingkungan untuk perilaku pengunjung terhadap situs-situs yang sensitive; · Code of practice (kode praktis) untuk pemandu wisata dan tour operator);
77
Tujuan 6: Memiliki institusi pariwisata yang didukung oleh publik yang berwawasan lingkungan
6.1
Meningkatkan partisipasi publik dalam perencanaan destinasi dan pengambilan keputusan dalam pengembangan destinasi pariwisata berkelanjutan dengan melibatkan pemangku kepentingan pariwisata lainnya dan bisnis pariwisata (hotel & tour operator)
Partisipasi publik
· Sistem yang melibatkan pemangku kepentingan baik dari pemerintah, swasta dan masyarakat dalam perencanaan pengelolaaan destinasi dan pengambilan keputusan; · Pertemuan publik untuk mendiskusikan tentang masalah pengelolaan destinasi setiap tahun;
Mendukung pengusahapengusaha lokal
· Program untuk mendukung dan membangun kapasitas penduduk setempat dan pengusaha kecil dan menengah; · Program untuk mendorong perusahaan untuk membeli produk dan pelayanan dari area setempat;
D. Kelembagaan pariwisata di Pulau Lombok Tujuan 7: Menciptakan lingkungan usaha yang kondusif agar industri pariwisata dapat menciptakan produk/jasa yang kreatif dan inovatif
Tujuan 8: Mewujudkan lingkungan usaha yang berorientasi pada prinsip kepariwisataan hijau dan usaha pariwisata berkelanjutan
7.1
Pengembangan produk lokal yang berkelanjutan dan perdagangan yang adil (fair trade)
7.2
Memberikan akses keuangan dan peningkatan kapasitas Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) khususnya usaha kecil mandiri di industri suvenir dan kuliner
· Program untuk mempromosikan dan mengembangkan produk lokal yang berkelanjutan berdasarkan alam dan budaya setempat;
7.3
Menghubungkan kelompok produk lokal dengan bisnis pariwisata
· Program untuk menggandeng pengrajin, petani dan pemasok lokal di dalam rantai nilai pariwisata; · Program untuk menggandeng pengrajin, petani dan pemasok lokal di dalam rantai nilai pariwisata
7.4
· Program pelatihan yang menyediakan Peluang karir Menumbuhkan jiwa akses yang sama bagi semua termasuk kewirausahaan pariwisata untuk penduduk wanita, kaum muda, kaum muda, orang setempat di kalangan masyarakat berkebutuhan khusus, minoritas dan destinasi lainnya;
8.1
Memberikan insentif dan mendirikan lembaga sertifikasi untuk pengusaha wisata lokal
Standar keberlanjutan
· Sertifikasi pariwisata berkelanjutan yang atau sistim pengelolaan lingkungan diakui oleh GSTC; · Daftar perusahaan yang memiliki sertifikasi atau verifikasi secara berkelanjutan tersedia untuk public;
78