RESPON MASYARAKAT INDUSTRI TERHADAP PENERAPAN ERGONOMI Sutjana, D.P.; Inten, D.P. I D.A. PS Magister Ergonomi Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali, E-mail:
[email protected] ABSTRAK Ergonomi sebagai pendekatan multi/interdisiplin berpotensi diterapkan diberbagai sektor kehidupan termasuk pada industri kreative. Seperti telah diketahui dan dibuktikan oleh beberapa peneliti bahwa penerapan ergonomi di tempat kerja akan mampu mengurangi berbagai keluhan, beban kerja menjadi lebih ringan, timbulnya kelelahan dapat diperlambat, timbulnya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja dapat diturunkan, cacat produksi dapat diturunkan, produksi biaya tinggi dapat diturunkan disertai dengan peningkatan produktivitas maupun keuntungan. Hasil-hasil tersebut adalah merupakan tujuan atau harapan dari industri. Hasil-hasil penelitian tersebut sejalan dan akan memabntu dunia industri dalam mencapai tujuannya. Walaupun demikian namun kenyataannya penerapan ergonomi masih kurang memuaskan dan sering menjumpai kendala dalam penerapannya di industri, dan dunia industripun menganggap bahwa ergonomi belum dibutuhkan dalam operasional usahanya. Kendalakendala tersebut bisa datang dari industri sendiri akibat belum dipahaminya apa dan bagaimana peranan ergonomi tersebut, tetapi juga bisa datang dari para ergonom sendiri karena para ergonom belum mampu menunjukkan manfaat penerapan ergonomi dalam bentuk duit. Dalam upaya meningkatkan penerimaan penerapan ergonomi oleh dunia industri diperlukan penelitiaan-penelitian yang tidak sampai hanya sampai peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja saja, tetapi harus sampai menganalisis manfaatnya dalam bentuk keuntungan atau berbahasa perusahaan. Dengan memberikan hasil dalam bentuk keuntungan atau penghematan uang, diharapkan dunia industri lebih terpancing untuk menerapkan ergonomic di tempat kerjanya.
Kata kunci : ergonomi, kendala penerapan, bahasa perusahaan.
I.
PENDAHULUAN
Ergonomi adalah pendekatan multi / interdisiplin yang berpupaya menserasikaan alat, cara kerja dan lingkungaan kerja terhadaap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk menciptakan kondisi kerja yang sehat, aman, nyaman, efektif dan efisien guna meningkatkan produktivitas kerja dan kesejahteraan para pekerja atau pengusaha (Manuaba, 2000). Apabila mengacu pada definisi tersebut maka upaya ergonomi sangat relevan dengan tujuan dunia usaha dalam upaya menekan pengeluaran sekecil-kecilnya dan meningkatkan keuntungan sebesar-besarnya. Dunia industri atau perusahaan sadar betul bahwa dengan menekan biaya produksi akan mampu meningkatkan keuntungan usahanya. Di samping dengan menekan biaya produksi, berbagai upaya telah dilakukan guna meningkatkan produksi diantaranya dengan merekrut tenaga kerja (SDM) yang memiliki pendidikan dan keterampilan yang baik, pengadaan peralatan kerja atau mesin yang baru, mengadopsi metode atau sistem managemen yang terbaru, membangun gedung dengan perlengkapan yang baru, namun hasilnya sering masih kurang memuaskan. Pada waktu Laksamana Soedomo menjadi Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada zaman orde baru, juga telah populer diterapkan di hampir semua usaha yaitu Gugus kendali Mutu (GKM), dan telah berkali-kali dilakukan konvensi GKM, dalam usaha untuk meningkatkan produktivitas serta mutu produk, namun hasilnya juga belum memberikan hasil yang memuaskan (Anonym, 1992) Setelah diamati ternyata berbagai upaya tersebut dilakukan sendiri-sendiri, belum diupayakan untuk menserasikan berbagai komponen produksi tersebut satu sama lainnya. Terjadinya ketidakserasian tersebut sering menimbulkan masalah yang menyebabkan berbagai keluhan, produktivitas rendah, mutu produk yang rendah, bahkan produksi biaya tinggi (Manuaba, 1997; 1999). Penerapan ergonomic di sector industry berupaya menserasikan berbagaai komponen produksi untuk menurunkan berbagai keluhan, memperlambat timbulnya kelelahan, menurunkan angka kecelakan maupun penyakit akibat kerja, meningkatkan mutu produk, meningkatkan produktivitasdan menurunkan biaya operasional ( Manuaba, 1997;Sutjana, 1999a; Adiputra dan Sutjana, 2000). Disamping itu Hendrik (1997) menunjukkan bahwa penerapan ergonomic mampu meningkatkan keuntungan dan menyimpulkan bahwa “ Good ergonomic is good economic”. Dari hasil penerapan ergonomic di beberapa perusahaan atau industry di Bali telah terbukti mampu menurunkan berbagai keluhan karyawan, menurunkan angka kesakitan, memperlambat kelelahan, meningkatkan produktivitas serta meniingkatkan keuntungan perusahaan, namun respon masyarakat industri terhadap penerapan ergonomic belum memuaskan belum menggelinding seperti bola salju, bahkan seperti tanpa respon ( manuaba, 2000). Dalam makalah ini akan di sampaikan beberapa respon masyarakat industry terhadap penerapan ergonomic di tempat kerjanya.
2. MATERI DAN METODE
Materi dari makalah ini adalah merupakan hasil observasi dari penerapan ergonomic di beberapa industry di Daerah Bali oleh dosen PS Ergonomi Program Pascasarjana Universitas Udayana sejak tahun 1998. Hasilnya dipakai untuk memperbaiki metode penerapan maupun penelitian ergonomic. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Penerapan ergonomic di daerah Bali sudah dilaksanakan sejak tahun 1969 oleh Prof Ida bagus Adnyana Manuaba beserta staf di Bagian Fisiologi FK Unud, di berbagai sector kehidupan masyarakat termasuk di perusahaan atau dunia industry. Pada era tahun 1980 penerapan ergonomic memang sangat pesat di Bali, karena saat itu penerapan ergonomic didukung penuh oleh Bapak Gubernur Bali saat itu prof.DR.Ida Bagus Mantra. Pada APBD Bali selalu ada anggaran untuk kegiatan ergonomic di seluruh kabupaten sehingga hamper semua Bupati, kepala bagian sampai Camat ikut terlibat. Bahkan pada saat kunjungan kerja ke desa-desa apabila menjumpai masyarakat pekerja beliau selalu menyarankan agar menonton acara siaran pembangunan dimana sering di sampaikan penerapan ergonomic di berbagai sector kehidupan masyarakat baik formal maupun non-formal ( Manuaba, 1997;1999;2000). Namun dengan perjalanan waktu penerapaan ergonomipun mengalami pasang surut bahkan hamper tidak Nampak lagi. Namun demikian penerapan ergonomic tetap dilakukan walaupun dengan dana yang kecil serta tidak melibatkan PEMDA Bali maupun Kabupaten. Penerapan ergonomic tetap dilakukan pada berbagai sector kehidupan masyarakat yaitu pertanian dalam arti luas, industry kecil dan pariwisata. Hasil dari penerapan ergonomic juga belum seluruhnya memuaskan. Dengan demikian hasil penerapan ergonomic di bali ada yang masih berlanjut sehingga sering di pakai desa contoh ergonomic, ada yang masih seperti contohnya duli tidak berubah, dan ada pula yang tanpa bekas karena tidak dikerjakan, dengan berbagai macam alasan, diantaranya sbb: 1. Di sector pertanian a. Penerapan ergonomic di sector pertanian mulai saat pengolahan tanah sampai pengolahan hasil panen. Untuk pengolahan tanah telah dilakukan modifikasi traktor tangan sehingga sikap kerja menjadi lebih nyaman disertai penurunan keluhan pengemudi traktor, tanah yang dicapai bisa sampai ke pinggir pematang. Hasil dari penerapan ergonomic dengan modifikasi traktor tangan tersebut ternyata telah menarik pemilik lahan perkebunan sayur dan langsung memesan traktor modifikasi tersebut ( Widana, 2011) b. Perbaikan mutu sabit melalui pendekatan partisipasi telah mamu meningkatkan produktivitas kerja petani. Walau harga sabit lebih mahal tetapi petani menyukai dan terus memesan sabit desain baru tersebut karena dirasakan manfaatnya, dan petanipun adanya mengharapkan upaya-upaya baru untuk membantu mengurangi beban kerjanya, meningkatkan produktivitas kerjanya ( Adiputra, dkk, 1997; Sutjana, 1999a). c. Dalam menanam padi yang biasanya dengan sikap membungkuk dengan berbagai macam keluhan setelah selesai bekerja juga telah diupayakaan untuk perbaikannya seperti dengan menyebarkan ilatan-ikatan bibit padi sehingga petani memegang
secukupnya, kalau habis mereka bisa mengambil ikatan lain dan tanpa disadari mereka sudah melakukan istirahat dengan mengubah sikap membungkuk menjadi tegak. Cara ini ternyata terus dilakukan oleh petani karena mereka rasakan manfaatnya ( Sutjana, 1999a) 2. Di sector industry kecil a. Penerapan ergonomic pada kerajinan pande besi di desa batusangihaan ternyata mampu menurunkan keluhan sakit pinggang dan meningkatkan produktivitas kerja perajin. Melihat hasil tersebut dari 2 contoh perapen yang diberikan dalam waktu hamper 6 bulan sekitar 80 perapen diperbaiki sesuai contoh dengan berbagai modifikasi sesuai perajin ( Adiputra, dkk, 2000; Manuaba, 1997). Perbaikan ergonomic tidak berhenti sampai disitu tetapi berlanjut seperti dengan modifikasi pompa angin dengan pemutar sepeda, kemudian diganti dengan kipas angin. Dengan modifikasi tersebut tenaga kerja bisa diefisiensikan sehingga produktivitas kerjanya meningkat. Dengan keberhasilan tersebut desa batusangiang dipapaki desa contoh penerapan ergonomic di kabupaten tabanan ( manuaba, 1997;1999;2000).namun penerapan ergonomic serupa pada perajin pande besi di desa lain seperti di desa Sidan kabupaten Gianyar dan desa Taman bali di kabupaten Bangli tidak dapat dilaksanakaan oleh para perajin pande besi walaupun sudah diberi bantuan dana. b. Penerapan ergonomic pada kerajinan genteng dari system kering menjadi system basah mampu menurunkan keluhan dan meningkatkan produktivitas kerja ( Sutjana, 1996). Karena merasa keluhan dapat berkurang maka penerapan ergonomic diteruskan pada perbaikan sikap dan cara kerja. Dengan perbaikan sikap dan cara kerja mampu meningkatkan produktivitas kerja (Sutjana, 2000). Penerapan ergonomic pada industry genteng di desa Pejaten masih berlanjut terus, sampai sekarag telah dipergunakan mesin molen untuk pengoalahn tanah dan memakai mesin press untuk mencetak. Namun dengan memakai mesin molen walau produktivitas kerja mampu ditingkatkan, ternyata kecelakaan kerja juga meningkat. Oleh karena itu penerapan ergonomic masih berlanjut, dan desa pejaten pun dipakai desa contoh penerapan di Kabupaten Tabanan. c. Penerapan ergonomic pada perusahaan tenun ATBM, maka modifikasi alat tenun mampu menurunkan intensitas bising, sehingga juga mampu mengurangi keluhan perajin. Namun perbaikan tersebut tidak diteruskan ke bagian lainnya seperti di bagian penceluan ( Manuaba, 1997;1999) d. Penerapan ergonomic pada tukang ukir kayu walaupun mampu menguraangi keluhan dan meningkatkan produktivitas kerja perajin, namun perbaikan sikap kerja saat mengukir tidak mau diteruskan dengan alasan merepotkan, sehingga mereka kembali mengukir seperti sebelum perbaikan ( Sutjana, 1999c) e. Penerapan ergonomic pada cara angkat angkut di industry teh botol, walaupun mampu menurunkan keluhan dan meningkatkan produktivitas kerja tetapi penerapan
ergonomic disini tidak mendapatkan respon dari pengusaha sehingga tidak tampak bekasnya (Sutjana, 2005) f.
Penerapan ergonomic pada desain bebaturan pelinggih di pura memudahkan para pemangku untuk menaruh atau mengambil sesajen maupun air suci di pelinggih (Sutjana, 2009). Adanya manfaat yang dirasakan oleh para pemangku maka setiap renovasi pelinggih di pura para desainer diminta untuk meniru walaupun ada variasi seni.
3. Di sector pariwisata a. Penerapan ergonomic di Hotel mampu menurunkan keluhan karyawan bahkan mampu menekan biaya operasonal dari Rp.240.000,- menjadi Rp 140.000,- per kamar perhari ( Sutjana, 1999b). melihat hasil tersebut pemilik atau manajemen hotel melanjutkan penerapan ergonomic di hotel tersebut, seperti memperbaiki intensitas penerangan di bagian accounting, memperbaiki ruang kerja serta penyimpanan linen di bagian house keeping, mengatur tata kerja di kantor depan, dsb. b. Penyesuaian tinggi monitor computer mampu mengurangi keluhan otot leher dan bahu operator computer di hotel BSB ( Sutjana, 1998). Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dalam pengadaan meja dan pemasangan computer sekarang telah disesuaian dengan pekerja. 4. Dalam pelaksanaan upacara adat maupun upacara agama a. Dalam pelaksanaan upacara 3 bulan bayi dimana sering harus membawa sesajen ke pantai untuk upacara, yang sebelumnya selalu saja memakan waktu yang lama dalam pengangkutan dan menata sesajen, dengan penerapan ergonomic sesudah dapat dipersingkat dan dirasa sudah ;ebih praktis, sehingga dilaksanakan sampai sekarang ( Sutjana, 2006) b. Dalam upacara ngaben atau kremasi desain bade sebagai alat mengangkut mayat kekuburan telah disesuaian situasi desa sekarang dimana banyak kabel listrik, maka desain bade tidak lebih dari 4 meter. Sekarang juga telah sering dilaksanakan ngaben missal atau bersama secara partisipasi untuk meringankan beban baik beban kerja, beban keuangan ( Sutjana, 2008). 4. SIMPULAN DAN SARAN a. Simpulan Dari contoh-contoh penerapan ergonomic di berbagai sector kehidupan termasuk industry direspon bermacam-macam. Ada yang merespon positif karena merasakan manfaatnya dan meneruskannya sesuai kemampuan industry. Ada pula yang masih menunggu sampai betul-
betul menunjukkan ada manfaat dalam bentuk keuntungan. Tetapi ada pula yang tanpa respon walaupun diberikan bantuan untuk mewujudkan sebagai demoplot perbaikan ergonomic. Dalam hal ini ada beberapa penyebab antara lain : 1. Dari para pengusaha atau industry sendiri, seperti : a. Kurangnya pemahaman tentang ergonomic serta manfaat yang akan didapat. Hal ini sering terjadi kalau pada saat penjelasan awal diwakilkan. b. Para pengusaha masih apriori karena setiap kegiatan yang berkaitaan dengan kesehataan dianggap hanya pengeluaran, tidak ada manfaatnya untuk peningkatan produktivitas maupun keuntungan perusahaan c. Pengusaha sendiri sering tidak ma uterus terang untuk menyampaikan masalah yang dihadapinya dan kalau sampai masalah dana selalu disembunyikan. 2. Dari para ergonomic sendiri, seperti : a. Para ergonom sering kurang menjelaskan maksud dan tujuan sebelum penerapan ergonomic. b. Para ergonom baru hanya menyampaikan hasil penerapan ergonomic berupa pengurangan keluhan, rasa sakit, peningkatkan keselamatan, belum sampai berbicara manfaat dalam bentuk uang atau berbahasa perusahaan. c. Para ergonom sering menunjukkan kepentingan dirinya bukan kepentingan pengusaha dimana ergonomic diterapkan.
b. Saran Dalam penerapan ergonomic diindustri hendaknya selau memperhatikan prioritas masalaah yang dihadapi oleh pengusaha. Kalau bisa pilihlah masalah yang membutuhkan biaya paling kecil tetapi memiliki daya ungkit paling besar.
PUSTAKA Adiputra, N; Sutjana, IDP. 2000. Ergonomics Intervention In Small-Scale Industry In Bali. Proceeding of APCHI/SEAES Conference 2000 tanggal 27 Nopember-1 Desember di Singapore Adiputra, N; Sutjana,DP;Widana,K; Manuaba,A.; O’neil,D. 1997. Partisipatory Ergonomics In Agliculture Case Study In Batunya Village Bali Indonesia. Proceeding of 5th SEAES Conference. Kuala Lumpur, 67 Nov
Anonym, 1992. Konversi Gugus Kendali Mutu PTP XXI-XXII Jatim, Surabaya. Hendrick,H.W. 1997. Good Ergonomics is Good Economics. Proceeding 5 th SE, SEAES Conference, Kuala Lumpur, 6-7 Nov Manuaba, A. 1997. Ergonomics di Tempat Kerja. Aplikasi dan manfaat Praktis. Pertemuan Alumni Teknik Industri Ubaya. Surabaya. 10 Oktober Manuaba, A. 1999. Penerapan Ergonomi Partisispasi Dalam meningkatkan Kinerja Industri. Seminar Nasional Ergonomi. Reevaluasi Penerapan Ergonomi Dalam meningkatkan Kinerja Industri. Surabaya. 23 Nopember Manuaba, . 2000. Ergonomi meningkatkan Kinerja Tenaga Kerja dan Perusahaan. Proceeding Simposium dan pameran ergonomic Indonesia 2000 di Bandung, 18-19 Nopember Sutjana,IDP.1998. penyesuaian Tinggi Monitor Komputer Mengurangi Keluhan Leher dan Bahu Operator Komputer. Majalah Kedokteran Udayana, vol.29, no. 99 Januari Sutjana,IDP.1999a. Improvement of Sicle Quality Through Participatory Ergonomic Approach di Batunya Village Tabanan Regency. J.Occup.Health.41:131-135 Sutjana,IDP.1999b. penerapan rgonomi di Hotel Bali Sanur Bungalows. Majalah Kedokteran Udayana, vol.30, no.105 Juli Sutjana, IDP. 1999c. Perbaikan Sikap Kerja Mengurangi Keluhan Subyektif Perajin Ukiran Kayu Perusahaan Jetayu di desa tangeb. Kelurahan Kapal, kabupaten Badung, majalah Kedokteran Udayana,vo.30, no. 106 Oktober Sutjana, IDP, 2000. Working Accident Among Milling Operators of Roof Tile Home Industry di Pejaten and Nyitdah Villages Tabanan Regency. J.Occup.Health.42 Sutjana, IDP. 2000. Improvement of Working Posture Increase Productivity of Roof Tile Home Industry Workers at darmasaba Village. Badung Regency. J.Human Ergol.25(1,6)62-65 Sutjana, IDP. 2005. Perbaikan design Cara Angkat-Angkut Sesuai anthropometry Mengurangi Keluhan Muskuloskeletal. Beban kerja dan Kelelahan Pada Pekerja di PT SR Gianyar Bali. Disampaikan Pada seminar Nasional Perancangan produk 2005. Collaborative Product Design, 16-17 Februari di Yogyakarta Sutjana,IDP. 2006. The Practical Aspect of Ergonomics in Hindu Religious Ceremony in Bali. IEA Conference Masstricht Netherland, 10-15 Sutjana, IDP. 2009. Ergonomics Cultural Among Cultural ceremony Activity in Bali. The 17 th Congres of the International Ergonomics Association (IEA 2009). Beijing China, 9-14 Agustus
Sutjana, IDP. 2009. Intervensi Ergonomi Dalam Pembangunan Pura di desa pekraman Nyitdah Kecamatan Kediri kabupaten Tabanan. Symposium International Ergonomi.17-19 Nopember di Semarang Widana,K. 2010. Redesain Traktor Tangan berbasis Ergonomi Menurunkan keluhan Subyektif dan Meningkatkan Produktivitas Kerja. Pengolahan Lahan untuk Menanam sayur. Disertasi program Pascasarjana Universitas Udayana denpasar.