Seminar Nasional Informatika 2014
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BANTUAN LOGISTIK BERBASIS COULD COMPUTING (STUDI KASUS : GUNUNG MERAPI) Rita Novita Sari STMIK Potensi Utama, Jl.K.L Yos Sudarso Km.6.5 No.3A Tanjung Mulia
[email protected]
Abstrak Gunung merapi merupakan salah satu gunung yang paling aktif di seluruh dunia. Bencana gunung merapi sangat berpotensi mengancam kelangsungan kehidupan manusia, seperti korban jiwa, korban luka, kelaparan, kerugain materi kerusakan lingkungan. Salah satu komponen agar aktivitas penanggulan becana dapat berjalan dengan baik adalah manajemen pendistribusian logistik. Dengan membuat sistem informasi berbasis cloud computing diharapkan pendistribusian logistik di daerah yang terkena dari dampak gunung merapi dapat dibagikan secara merata, tepat sasaran, jumlah, kwalitas dan transparan dalam hal penggunaan uang yang disumbangkan oleh para donatur. Kata kunci : Gunung Merapi, Logistik, Cloud Computing 1.
PENDAHULUAN Indonesia terletak pada pertemuan lempeng tektonik aktif, jalur pegunungan aktif, dan kawasan beriklim tropik, sehingga menjadikan sebagian wilayahnya rawan terhadap bencana alam. Jumlah korban bencana tergolong sangat tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain. Pendistribusian bantuan yang tidak merata menjadi masalah utama pada saat terjadinya bencana. Permasalahan ini dapat diatasi dengan adanya manajemen logistic yang lebih baik lagi, yaitu adanya penggunaan posko penyangga atau posko pembantu. Posko pembantu merupakan alternatif yang dapat dilakukan pada saat pendistribusian bantuan dari BPBD sebelum didistribusikan ke tempat evakuasi. Maka dilakukan suatu penelitian untuk menentukan alternatif lokasi posko pembantu, dan jumlah alokasi bantuan yang akan didistribusikan kepada tempat evakuasi (masjid). Adanya interaksi antara posko utama, posko pembantu dan tempat evakuasi akan membentuk sistem manajemen logistik bencana yang lebih baik berorientasi pada fasilitas umum masyarakat yaitu lapangan sepak bola [1]. Selama ini proses pendistribusian bantuan ke posko-posko bencana alam dari pemerintah, instansi dan masyarakat sekitar seringkali kurang merata, sedangkan masih banyak korban lain yang belum mendapatkan bantuan. Penyebab kurang meratanya bantuan antara lain terbatasnya informasi lokasi korban, dan belum memiliki sistem pendataan kebutuhan untuk para korban yang nantinya dapat mempermudah petugas bencana alam, instansi dan masyarakat untuk mengetahui lokasi dan kebutuhan korban di masing-masing posko bencana alam [2].
82
Ketika terjadi bencana, bantuan dari para donatur dan para relawan pun mulai berdatangan. Namun pendistribusian bantuan tidak terkelola dengan baik, terjadi penumpukan bantuan di satu titik sedangan di titik lain terjadi kekurangan. Bantuan dari donatur kadang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan pengungsi, karena mereka kurang mendapatkan informasi atau data tentang kebutuhan pegungsi. Maka dari itu dibutuhkan sebuah sistem informasi manajemen bantuan logistic bencana. Penelitian ini akan menjabarkan perancangan basis data dari sistem informasi manajemen bantuan logistik bencana di mulai dari perancangan diagram konteks, diagram level 0, relasi antar tabel, struktur tabel yang terdapat constraint disetiap kolom yang dibutuhkan dan pembuatan query dari setiap tabel. Dengan adanya penjabaran dari penelitian terdahulu maka dibuatlah penelitian lanjutan dari manajemen bantuan logistik bencana alam yang bisa di akses lewat web atau sistem informasi manajemen bantuan logistik bencan alam yang berbasis cloud computing. 2.
METODE PENELITIAN
2.1. Landasan Teori 1. Logistik Secara umum, definisi logistik adalah suatu proses yang dimulai dari perencanaan, penyimpanan barang atau jasa dengan tujuan memenuhi kebutuhan pelanggan dengan biaya yang minimum [2]. Tujuan dari manajemen logistik adalah mendistribusikan barang jadi atau barang mentah kepada konsumen pada waktu yang epat dengan jumlah yang tepat dan lokasi
Seminar Nasional Informatika 2014
yang tepat dengan biaya yang serendah mungkin. Misi logistik adalah mengembangkan suatu sistem yang dapat memenuhi kebijaksanaan pelayanan dengan biaya pengeluaran yang serendah mungkin [1]. . 2. Logistik Bencana Logistik bencana merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan dasar ini kebutuhan sandang, pangan dan papan atau turunannya. Namun, kategori logistik bencana adalah sembako, obat pakaian dan kelengkapannya, air, tenda, jas tidur dan sebagainya. Definisi sistem manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana adalah adanya ketersediaan logistik dan peralatan pada masa pra bencana, saat bencana, dan sesudah terjadinya bencana. Faktor utama yang dapat mendukung berjalannya sistem logistik dan peralatan untuk penanggulangan bencana adalah kemampuan infrastruktur, dan ketersediaan alat transportasi. Rantai pasokan dalam sistem manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana berdasarkan kepada [1] : a. Tempat masuknya logistic b. Gudang Utama c. Gudang Penyalur d. Gudang penyimpanan terakhir di pos komando 3.
Sistem Manajemen Logistik Sistem adalah serangkaian proses yang bertujuan untuk menjalankan suatu kegiatan. Manajemen adalah ilmu dan seni dalam mengelola suatu kegiatan yang biasanya dalam kegiatan tersebut digunakan pendekatan fungsifungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Bantuan adalah segala sesuatu yang diperoleh dari hasil bantuan dan atau sumbangan dari berbagai pihak yang diberikan kepada pihak yang membutuhkan. Logistik adalah segala sesuatu yang berujud dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia yang terdiri atas sandang, pangan dan papan atau turunannya. Termasuk dalam kategorilogistik adalah barang yang habis pakai atau dikonsumsi, misalnya: sembako (sembilan bahan pokok), obatobatan, pakaian dan kelengkapannya, air, tenda, jas tidur dan sebagainya. [2] 4. Cloud Computing Istilah cloud computing diciptakan untuk menggambarkan sebuah layanan komputasi yang canggih yang disesuaikan permintaan pelanggan yang pada awal mulanya ditawarkan secara komersial oleh penyedia layanan tersebut seperti Amazon, Google, dan Microsoft. Infrastruktur komputasi dari cloud computing biasa disebut dengan awan atau “cloud” yang merupakan
tempat untuk mengakses aplikasi baik dari individu maupun organisasi bisnis dari tempat manapun sesuai dengan permintaan pengguna cloud. Penggunaan simbol awan didasari karena disetiap diagram jaringan internet digambarkan dengan simbol awan[3]. Cloud computing adalah user- centric. Setelah Anda sebagai pengguna yang terhubung ke awan , apa pun yang disimpan di sana dokumen , pesan, gambar, aplikasi , apa pun menjadi milikmu. Selain itu, tidak hanya merupakan data Anda, tetapi Anda juga dapat berbagi dengan orang lain. Akibatnya, perangkat apapun yang mengakses data Anda di awan juga menjadi milik Anda. Cloud computing memungkinkan pergeseran dari komputer ke pengguna, dari aplikasi dengan tugas, dan dari data yang terisolasi ke data yang dapat diakses dari mana saja dan berbagi dengan siapa pun. Pengguna tidak lagi harus mengambil tugas data dari manajemen, dia bahkan tidak perlu ingat di mana data tersebut. Semua yang penting adalah bahwa data di awan, dan sehingga segera tersedia bagi pengguna dan pengguna lain yang berwenang[4]. Kunci utama dari cloud computing adalah visualisasi infrastruktur yang menyediakan dan memelihara server virtual yang dapat ditingkatkan dan diturunkan sesuai permintaan. Akar dari sebuah cloud computing merupakan kemajuan dari hardware, teknologi internet, distributed computing, dan manajemen sistem seperti yang ditunjukkan pada gambar 1 yang menggambarkan konvergensi kemajuan bidang teknologi yang memberikan kontribusi dalam terciptanya sebuah cloud computing [4].
Gambar 1. Konvergensi berbagai kemajuan yang menyebabkan munculnya Cloud Computing [4] Sebuah cloud computing terdiri dari beberapa komponen yaitu client, pusat data (data center), dan server yang didistribusikan (distributed server) seperti pada gambar 1. Client merupakan komputer yang dipakai oleh pengguna
83
Seminar Nasional Informatika 2014
cloud computing. Selain komputer,client dapat juga berupa laptop, komputer tablet, PDA dan lain -lain. Pusat data merupakan sebuah kumpulan server dimana aplikasi dari client berupa server yang didistribusikan pelanggan ditempatkan. Server yang didistribusikan tidak semuanya terletak pada satu lokasi yang sama tapi bisa berada pada lokasi yang berbeda, tapi dalam cloud computing server seolah berada pada lokasi berdampingan yang memberikan keuntungan apabila salah satu situs mengalami kegagalan maka situs yang lain masih bisa dijalankan.
Gambar 2. Tiga komponen dasar komputasi awan [4] 2.2 Metode Penelitian 1.
Pengumpulan data Adapaun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan membaca dan mengumpulkan banyak referensi baik itu dari jurnal- jurnal terdahulu dan juga buku. 2.
Analisa sistem Dalam penelitian ini, penulis membahas mengenai manajemen pendistribusian logistic bencana. Dalam pembahasan jurnal sebelumnya yang telah dilakukan oleh Nova Aryana yang berjudul “Model Lokasi-Alokasi Bantuan Logistik Catastrophic Berbasis Masjid Di Kota Padang”[1]. Hasil penelitian ini, bantuan yang diberikan dari BPBD pendistribusian bantuan logistic hanya didistribusikan ke mesjid saja. Pada penelitian lain yang dijadikan bahan acuan adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Faya Mahdi dan Fiftin Noviyanto yang berjudul “Pemanfaatan Google Maps Api Untuk Pembangunan Sistem Informasi Manajemen Bantuan Logistic Pasca Bencana Alam Berbasis Mobile Web (Studi Kasus: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Yogyakarta)”[2]. Penelitian telah menghasilkan sebuah sistem informasi manjemen bantuan logistic pasca bencana saja. Disini penulis akan membahas manajemen
84
pendistribusian logistic bantuan bencana dengan mengirimkan bantuan logistic ke posko-posko yang sudah terdata dan kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh para pengungsi. Dimana data-data tersebut diperoleh dari para relawan yang telah melakukan pendataan langsung pada para korban dan juga ke posko-posko yang dekat dengan daerah bencana dan juga penulis merancangan database, untuk memudahkan dalam pembuatan sistem ini. 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada perancangan sistem informasi manajemen pendistribusian logistik bencana berbasis cloud computing yang dilakukan pertama kali adalah pengguna (paguyuban jalin merapi,relawan dan donatur) masuk ke web “simple”, untuk dapat masuk ke web tersebut terlebih dahulu harus menginputkan username dan password masing-masing pengguna(paguyuban jalin merapi, relawan dan donatur). Setiap pengguna diberi hak akses tertenut, dimana jika yang login adalah relawan, maka relawan hanya bisa menginputkan data pribadi relawan, barang apa saja yang dibutuhkan oleh para korban bencana merapi, berapa banyak jumlah barang yang diminta, posko mana saja yang meminta bantuan logistik. Sedangkan untuk donatur diberi hak akses untuk menginputkan jumlah dana yang akan didonasikan ,melihat laporan keungan yang digunakan untuk membeli kebutuhan korban. Untuk paguyuban sendiri dia memiliki hak akses untuk melihat siapa dan berapa jumlah donator yang mendonasikan uangnya, membuat laporan keuangan, mendistribusikan bantuan logistik sesuai yang sudah di inputkan oleh relawan. Semua proses ini akan disimpan didalam sistem. Penjelasan diatas dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.
Gambar 3. Diagram Konteks DFD Level 0 dari sistem informasi manjemen pendistribusian logistk bencana alam berbasis cloud computing (Studi Kasus Gunung Merapi) seperti pada gambar 4 di bawah ini. Dimana setiap relawan, paguyuban dan donator untuk dapat mengakses system ini harus
Seminar Nasional Informatika 2014
menginputkan username dan password mereka masing-masing, dimana username dan password mereka sudah tersimpan didalam database. Relawan yang Jika bencana merapi terjadi, maka secara cepat relawan mendata berapa jumlah pengungsi dan jumlah posko yang berada dilokasi bencana tersebut. Setelah mengetahui jumlah posko, kemudian relawan menginputkan data posko kedalam system, kemudian data yang diinputkan akan disimpan kedalam sistem. Data yang diinputkan oleh relawan dapat dilihat oleh para donator dan paguyuban. Selain menginputkan data posko, relawan juga mendata kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh para pengungsi, dimana data itu diperoleh relawan dengan mencari informasi dari perwalian tiap-tiap posko dan juga mendata langsung ketempat pengungsian. Setelah mengetahui kebutuhan apa saja yang dibuthkan oleh para pengungsi, kemudian relawan menginputkan data kebutuhan pengungsi ke system. Ketika terjadinya bencana donator dapat langsung mendonasikan uangnya untuk para korban bencana. Para donator juga dapat melihat laporan keuangan, jumlah uang yang telah didonasikan dan digunakan untuk apa saja uang tersebut. Paguyuban setelah mengetahui terjadinya bencana, kemudian langsung menghubungi relawan, setelah menghubungi relawan. Paguyuban dapat melihat data yang telah diinputkan oleh relawan dan juga donator. Setelah melihat berapa jumlah posko yang terdapat di dekat lokasi bencana, kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh pengungsi dan jumlah donasi yang diterima barulah paguyuban membeli kebutuhan yang di perlukan oleh para pengungsi. Setelah membeli kebuthan yang diperlukan oleh para pengungsi. Barang yang sudah dibeli disimpan terlebih dahulu digudang sebelum dikirim kemasing-masing posko. Setelah barang dikirim ke tiap-tiap posko melalui relawan, relawan akan menginputkan ke system penerimaan barang logistik yang telah dikirim. Setelah itu paguyuban dapat membuat laporan perincian keuangannya.
Gambar 4. DFD Level 1 Relasi antar tabel dari sistem informasi manjemen pendistriibusian logistk bencana alam berbasis cloud computing (Studi Kasus Gunung Merapi) seperti pada gambar 5 di bawah ini. Dimana relasi antar tabel ini memiliki 12 buah tabel ada yang memiliki hubungan 1 to M
85
Seminar Nasional Informatika 2014
N o 1
Name
Type Data Varcha r
Siz e 10
id_detail
2
id_donasi
Varcha r
10
3
Id_donatu r
Varcha r
10
4
Jumlah
Int
10
N o 1
Tabel 3. Donasi Type Size Data id_donasi Varchar 10
2
Via
Varchar
45
3
Jumlah_do nasi
Int
10
Gambar 5. Relasi Antar Tabel Percangna database dari sistem informasi manjemen pendistriibusian logistk bencana alam berbasis cloud computing (Studi Kasus Gunung Merapi) memiliki tabel user,donatur, donasi dan detail donasi dengan sebagai salah satu contoh dari tabel berikut.
No 1
2
3
4
86
Tabel 1. Donatur Type Size Data Id_donatur Varchar 10 Name
Constraint
Primary Key, Not Null, update cascade, delete no action, Nama_don Varchar 45 Not Null, atur Check , hanya karakter a – z . dan , yang bisa diinuputkan Jenis_don Varhcarr 10 Not Null, asi Check hanya „ Individu‟ dan „ Kelompok‟ Id_user Varchar (10) Foreign Key, Not Null, update cascade, delete no action, Tabel 2. Detail Donasi
Constrain t Primary Key, Not Null, update cascade, delete no action, Foreign Key, Not Null, update cascade, delete no action, Foreign Key, Not Null, update cascade, delete no action, Not Null
Name
1
Tabel 4. Relawan Name Type Size Data id_relawan Varchar 10
2
Nama_relawan
No
Varchar
45
Constraint Primary Key, Not Null, update cascade, delete no action, Not Null, Check hanya „ Bank Mandiri‟,‟ Bank BCA‟ dan „Bank BRI‟ Not Null
Constraint Primary Key, Not Null, update cascade, delete no action Not Null, check
Seminar Nasional Informatika 2014
3
Id_posko
Varchar
10
1
Tabel 5. Posko Type Size Data id_posko Varchar 10
2
Nama_posko
Varchar
45
3
wilayah
Varchar
45
No
Name
hanya karakter az Foreign Key, Not Null, update cascade, delete no action,
Constraint Primary Key, Not Null, update cascade, delete no action Not Null, check hanya karakter az Not Null
3
Tabel 6. Permintaan Barang Nam Type Size Constraint e Data id_perm Varch 10 Primary Key, intaanb ar Not Null, arang update cascade, delete no action Nama_ Varch 45 Not Null barang ar jumlah Int 5 Not Null
4
Tanggal
Date
-
Not Null
5
Status
Varch ar
20
Not Null, check hanya „terima‟ dan „belum diterima‟
No 1
2
Tabel 7. Detail_permintaan Barang No Name Type Size Constra Data int 1 id_detailpe Varchar 10 Primary rmintaanba Key, rang Not Null, update cascade,
2
Id_posko
Varchar
10
3
id_permint aanbarang
Varchar
10
4
Id_gudang
Varchar
10
1
Tabel 8. Gudang Type Size Data id_gudang Varchar 10
2
Jumlah
No
No
Name
Int
5
Tabel 9. Paguyuban Name Type Size Data
1
id_paguy uban
Varch ar
10
2
nama
Varch ar
45
3
Status
Varhc ar
20
delete no action Foreign Key, Not Null, update cascade, delete no action Foreign Key, Not Null, update cascade, delete no action Foreign Key, Not Null, update cascade, delete no action
Constraint Primary Key, Not Null, update cascade, delete no action Not Null, update cascade, delete no action
Constraint Primary Key, Not Null, update cascade, delete no action Not Null, check hanya karakter a-z Not Null, check
87
Seminar Nasional Informatika 2014
4
Id_relaw an
Varch ar
10
5
Id_detail perminta an
Varch ar
10
6
Id_user
Varch ar
10
No 1
2 3
No
Tabel 10. Pembelian Name Type Size Data id_pembelia Varchar 10 n
Tgl_pembeli an id_paguyub an
Name id_user
2
Nama_user
88
Password
Date
-
Varchar
10
Tabel 11. User Type Size Data Varchar 10
1
3
hanya‟ketua‟,‟ sekretaris‟,‟be ndahara‟ dan „anggota‟ Foreign Key, Not Null, update cascade, delete no action Foreign Key, Not Null, update cascade, delete no action Foreign Key, Not Null, update cascade, delete no action
Varchar
Varchar
45
45
4
Level
Varchar
20
Not Null, check hanya karakter az
1
Tabel 12. Laporan Name Type Size Data id_laporan Varchar 10
2
Tanggal
Date
-
3
Id_pembelian
Varchar
10
Primary Key, Not Null, update cascade, delete no action Not Null
4
Id_detaildonasi
Varchar
10
Foreign Key, Not Null, update cascade, delete no action
4.
No
Constraint
Constraint Primary Key, Not Null, update cascade, delete no action Not Null Foreign Key, Not Null, update cascade, delete no action Foreign Key, Not Null, update cascade, delete no action
IMPLEMENTASI
1. Tampilan Login Pada tahap ini dilakukan pengujian sistem, dimana masuk ke web dan harus memasukkan username dan password.
Constraint Primary Key, Not Null, update cascade, delete no action Not Null, check hanya karakter az Not Null, check hanya karakter az dan angka 0-10
Gambar 5. Tampilan Login 2.
Tampilan Input Relawan Pada tahap ini halaman Relawan, dimana di dalam halaman ini terdapat beberapa sub menu yaitu input relawan, input posko dan kebutuhan.
Seminar Nasional Informatika 2014
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan dapat diambil kesimpulan yaitu dengan menggunakan sistem informasi ini, dimana penulis telah merancang pendistribusan logistik bencana untuk dapat digunakan baik oleh paguyuban maupun para relawan. Dimana paguyuban disini berfokus para para korban bencana gunung merapi. Diharapkan pendistribusian logistik kepada para korban bencana dapat tersalurkan secara merata dan tepat sasaran. Dan bagi para donator mereka dapat melihat rincian atau laporan donasi yang digunakan untuk membeli kebutuhan para pengungsi. Gambar 6. Tampilan Input Relawan 3.
Tampilan Kebutuhan Tampilan ini juga terdapat pada halaman relawan, dimana pada tahapan ini relawan menginputkan kebutuan apa saja yang diperlukan oleh para pengungsi, dimana data tersebut diperoleh oleh relawan dengan bertanya langsung ke pengungsi dan posko-posko terdekat bencana.
DAFTAR PUSTAKA 1.
2.
3.
4.
5.
Ariana, Nova, 2012, Model Lokasi-Alokasi Bantuan Logistik Catastrophic Berbasis Masjid DiKota Padang, Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol. 11 No. 2, Oktober 2012 Mahdia, Faya Mahdia, Fiftin Noviyanto, 2013, Pemanfaatan Google Maps Api Untuk Pembangunan Sistem Informasi Manajemen Bantuan Logistik Pasca Bencana Alam Berbasis Mobile Web ( Studi Kasus : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Yogyakarta), JurnalSarjana Teknik Informatika, Juni 2013 Andriani, Anik, 2013, Pemanfaatan Cloud Computing Dalam Pengembangan Bisnis, SeminarNasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2013,Yogyakarta, 19 Januari 2013 Miller, Michael, 2008, Cloud computing web Based application that change the way you work and collaborate online, Publisher: Que, Indiana.
Gambar 7. Tampilan Kebutuhan Kesimpulan
89