SITI MU'SODAH NIM - Perpustakaan UIN Walisongo Semarang

Dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam. Disusun Oleh: SITI MU' SODAH .... Para dosen pengajar di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walison...

51 downloads 518 Views 459KB Size
PEMIKIRAN Dr. MANSUR, MA TENTANG PENDIDIKAN ANAK USIA DINI IMPLIKASINYA PADA PENDIDIKAN ISLAM

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) Dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh: SITI MU’SODAH NIM : 3103048

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2008

Drs. Abdul Kholiq, M.Ag Jl. Jatisari Baru 1 RT.03/I Mijen Semarang

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp. : 4 (empat) eks. Hal

: Naskah Skripsi a.n Sdri. Nur Farida

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya bersama ini saya kirim naskah Skripsi saudari: Nama

: Nur Farida

NIM

: 3102016

Judul

: PENDIDIKAN AKHLAK ANAK USIA PRASEKOLAH PADA LEMBAGA PENDIDIKAN TAMAN KANAKKANAK DI TK ISLAM TERPADU PERMATA HATI NGALIYAN SEMARANG.

Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudari tersebut dapat segera dimunaqasyahkan. Demikian harap menjadi maklum. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, Juli 2007 Pembimbing,

Drs. Abdul Kholiq, M.Ag NIP : 150 279 726

ii

PENGESAHAN PENGUJI

Tanggal

Tanda Tangan

Dra. Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd. Ketua

_______________

________________

Siti Tarwiyah, S.S.M.Hum. Sekretaris

_______________

________________

Dra. Siti Mariam, M.Pd. Anggota I

_______________

________________

Dra. Muntholi’ah, M.Pd. Anggota II

_______________

________________

iii

ABSTRAK

Siti Mu’sodah (NIM: 3103048). Pemikiran Dr. Mansur, MA Tentang Pendidikan Anak Usia Dini Implikasinya Pada Pendidikan Islam. Skripsi Semarang: Program Strata I Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2008.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pemikiran Dr. Mansur, MA tentang pendidikan anak usia dini. 2) Mengetahui implikasi pemikiran Dr. Mansur, MA tentang pendidikan anak usia dini pada pendidikan Islam. Penelitian ini menggunakan riset perpustakaan (library research) dengan pendekatan kualitatif. Data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deduksi, induksi dan komparasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemikiran Dr. Mansur, MA. tentang pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan non fisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal pikiran, emosional dan sosial yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan demikian jelas bahwa pendidikan anak usia dini adalah membekali dan menyiapkan anak sejak dini untuk memperoleh kesempatan dan pengalaman yang dapat membantu perkembangan selanjutnya. Implikasi pemikiran Dr. Mansur, MA. tentang pendidikan anak usia dini pada pendidikan Islam adalah pada hakekatnya pendidikan anak usia dini meliputi serangkaian proses aktifitas manusia yang merupakan kerangka dasar konsep pendidikan anak usia dini yang tidak bisa dipisahkan dengan masa sebelumnya yakni dalam kandungan sebelum lahir (prenatal), sekitar saat kelahiran (perinatal), saat berkelahiran (neonatal) dan setelah kelahiran (postnatal). Apabila dikaitkan dengan pendidikan Islam, maka pendidikan anak usia dini merupakan masa yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa yang akan datang. Perilaku tindakan-tindakan orang tua atau pendidik yang bersifat mendidik (edukatif) secara Islam mempunyai pengaruh besar di masa selanjutnya. Pada pendidikan Islam, maka dari itu pendidikan anak usia dini mempunyai implikasi pada pendidikan Islam.

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi kita semua.

iv

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 5 Januari 2008 Deklarator

Siti Mu’sodah NIM : 3103048

v

MOTTO

yìôϑ¡¡9$# ãΝä3s9 Ÿ≅yèy_uρ $\↔ø‹x© šχθßϑn=÷ès? Ÿω öΝä3ÏF≈yγ¨Βé& ÈβθäÜç/ .⎯ÏiΒ Νä3y_t÷zr& ª!$#uρ

(78 : ‫)ﺍﻟﻨﺤﻞ‬

šχρãä3ô±s? öΝä3ª=yès9   nοy‰Ï↔øùF{$#uρ t≈|Áö/F{$#uρ

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”1

1

Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Semarang: Diponegoro, 2000),

hlm. 951.

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada: • Bapak Yasin dan Ibu Puriyah yang slalu memberikan cinta dan kasih sayang kepadaku sehingga dalam menyelesaikan tugas akhir kuliahku • Kakak dan adikku: Mas Jun dan Dek Nur • Bapak Kyai dan Ibu Nyai yang merupakan orang tua kedua bagiku.

vii

KATA PENGANTAR

‫ﺑﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ‬ Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat,

taufiq

dan

hidayah-Nya,

akhirnya

penulis

dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelas kesarjanaan dari Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita, baik di dunia dan di akhirat kelak. Penulis sadar sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terselesaikan jika tanpa uluran tangan, bimbingan dan bantuan dari semua pihak baik bersifat materiil maupun spirituil. Dengan teriring rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada mereka yang berjasa, khususnya kepada: 1. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2. Drs. H. Syamsuddin Yahya, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 3. Drs. Widodo Supriyono, MA., selaku dosen wali yang telah memberikan pengarahan berharga selama penulis kuliah di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo. 4. Para dosen pengajar di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 5. Dr. Mansur, MA yang telah berkenan memberikan izin dan informasi yang penulis perlukan dalam penyusunan skripsi ini.

viii

6. Bapak Yasin dan ibu Puriyah, kakak dan adik (Mas Sun dan Dek Nur) serta seluruh keluarga yang telah berkenaan memberikan motivasi dan doa yang tulus bagi penulis selama menyelesaikan studi serta penyusunan skripsi. 7. KH. Mustaqim Khusna, beserta keluarga yang telah memberikan pengetahuan serta doa yang selalu mengiringi penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. 8. Sahabat-sahabat di pondok pesantren Uswatun Hasanah yang selalu memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu baik moril maupun materiil dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Akhirnya penulis menyadari betul bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik akan selalu penulis terima dengan senang hati. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya..

Semarang, 5 Januari 2008 Penulis

Siti Mu’sodah NIM : 3103048

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. ii PENGESAHAN ......................................................................................... iii ABSTRAK ................................................................................................. iv DEKLARASI ............................................................................................. v MOTTO ..................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ...................................................................................... vii KATA PENGANTAR ............................................................................... viii DAFTAR ISI .............................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Kajian Pustaka .......................................................................... 7 C. Penegasan Istilah ..................................................................... 8 D. Rumusan Masalah .................................................................... 12 E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 13 F. Metode Penelitian ..................................................................... 13 BAB II KONSEP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI ............................ 15 A. Pendidikan Islam ..................................................................... 15 1. Pengertian Pendidikan Islam ............................................. 15 2. Tujuan Pendidikan Islam ................................................... 18 3. Materi Pendidikan Islam .................................................... 20 4. Metode Pendidikan Islam ................................................... 21 B. Pendidikan Anak Usia Dini ..................................................... 23 1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini............................... 23 2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini ................. 24 3. Karakteristik Anak Usia Dini ............................................ 28

x

C. Implikasi Anak Usia Dini ......................................................... 30 1. Pendidikan di Dalam Rahim atau Kandungan (Prenatal) ... 31 2. Pendidikan Waktu Lahir .................................................... 36 3. Pendidikan Balita ............................................................... 44 BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN Dr. MANSUR, MA TENTANG PAUD ......................................................................... 46 A. Riwayat Hidup Dr. Mansur, MA ............................................. 46 B. Karya-karya Dr. Mansur, MA .................................................. 48 C. Pemikiran Dr. Mansur, MA tentang Pendidikan Anak Usia Dini ........................................................................................... 49 D. Tawaran Dr. Mansur, MA. Tentang PAUD ............................. 61 BAB IV IMPLIKASI PEMIKIRAN DR. MANSUR, MA. TENTANG PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PADA PENDIDIKAN ISLAM ........................................................................................... 63 A. Pendidikan di Dalam Rahim (Prenatal) ................................... 63 B. Fase Usia 0 – 2 Tahun .............................................................. 65 C. Fase Usia 2 – 4 Tahun .............................................................. 68 D. Fase Usia 4 – 6 Tahun .............................................................. 69 BAB V PENUTUP ..................................................................................... 71 A. Kesimpulan .............................................................................. 71 B. Saran ......................................................................................... 72 C. Penutup ..................................................................................... 72 DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP PENULIS LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memahami sesuatu yang sangat mutlak dan mendasar, entah itu dilaksanakan di lingkungan luar atau keluarga, pada dasarnya penanggung jawa pendidikan yang paling utama berasal dari keluarga. Dalam hal ini orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk jiwa anak-anak mereka. Anak merupakan amanat yang diletakkan Allah ditangan orang tuanya. Mereka bertanggung jawab terhadap anak-anak itu dihadapan Allah. Jika amanat itu dipelihara dengan baik dengan memberikan pendidikan yang baik dari anak yang diasuhnya, maka pahalalah yang akan diperolehnya, tetapi sebaliknya jika mereka menelantarkan amanat itu sehingga menyebabkan anak-anak yang diasuhnya tidak terurus pendidikan dan pengajarannya, maka berdosalah mereka karena telah menyia-nyiakan amanat itu. Anak diciptakan oleh Allah dengan dibekali pendorong alamiah yang dapat diarahkan ke arah yang baik atau ke arah yang buruk. Maka kewajiban orang tualah untuk memanfaatkan kekuatan-kekuatan alamiah itu dengan menyalurkannya ke jalan yang baik dengan mendidik anaknya sejak usia dini membiasakan diri berbuat baik dan adat istiadat yang baik agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berguna bagi dirinya dan bagi pergaulan hidup di sekelilingnya. 1 Allah SWT berfirman:

(٦ : ‫) ﺍﻟﺘﺤﺮﱘ‬...‫ﺎﺭﹰﺍ‬‫ﻢ ﻧ‬ ‫ﻫﻠِﻴ ﹸﻜ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺴﻜﹸ‬  ‫ﻮﺍ ﻗﹸﻮﺍ ﺃﹶﻧﻔﹸ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﻦ ﺁ‬ ‫ﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻳ‬‫ﻳﻬ‬‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻳ‬ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…”. ( QS. At-Tahrim : 6 ).2 Pemeliharaan diri dan keluarga dari api neraka adalah dengan jalan memberi pelajaran dan pendidikan yang baik, menunjukkan kepada mereka jalan yang

membawa

manfaat

untuk

kepentingan

1

dunia

dan

akhirat

bagi

Sayyid Sabiq, Islam Dipandang Dari Segi Rohani, Moral, Social, Alih Bahasa Zaenuddin, dkk., (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1994), hlm. 247-248. 2 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-qur’an Dan Terjemahnya, (Semarang : CV. Toha Putra, 1989), hlm. 951.

1

2

mereka.3Kaitannya dengan ayat diatas, firman Allah SWT dalam surat al-baqarah ayat 238 :

.(238 : ‫ﻦ )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬ ‫ﻴ‬‫ﷲ ﻗﹶﺎِﻧِﺘ‬ ِ ِ ‫ﺍ‬‫ﻣﻮ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻭﹸﻗ‬ ‫ﺳﻄﹶﻰ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺼﻠﹶﻮ ِﺓ ﺍﹾﻟ‬  ‫ﻭ ﺍﻟ‬ ‫ﺕ‬ ِ ‫ﺍ‬‫ﺼﹶﻠﻮ‬  ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟ‬ ‫ﺍ‬‫ﺎِﻓ ﹸﻈﻮ‬‫ﺣ‬ Artinya: “Peliharalah segala sholatmu dan (peliharalah sholat wushtho, berdirilah untuk Allah (dalam sholatmu) dengan khusyu.” (QS. alBaqarah : 238)4 Dari ayat di atas menerangkan bahwa pendidikan tidak hanya secara material, tetapi juga menjaga sholat dengan sebaik-baiknya. Individu manusia lahir tanpa memiliki suatu apapun, tetapi ia telah dilengkapi dengan fitrah yang memungkinkannya untuk menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan peradaban. Dengan memfungsikan fitrah itu ia belajar dari lingkungan dan masyarakat orang dewasa yang mendirikan institusi pendidikan. Kondisi awal individu dan proses pendidikannya tersebut disyaratkan oleh Allah dalam firman-Nya sebagai berikut :5

‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺑﺼ‬‫ﺍ َﻷ‬‫ﻊ ﻭ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺴ‬  ‫ ﺍﹾﻟ‬‫ﻌ ﹶﻞ ﹶﻟﻜﹸﻢ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺌﹰﺎ‬‫ﺷﻴ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ‬‫ﻌﹶﻠﻤ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻢ ﹶﻻ‬ ‫ﺎِﺗ ﹸﻜ‬‫ﻣﻬ‬ ‫ﺑﻄﹸﻮ ِﻥ ﹸﺃ‬ ‫ﻦ‬‫ﺟﻜﹸﻢ ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﺍﻟﻠﹼ‬‫ﻭ‬ .(٧٨ : ‫ﻭ ﹶﻥ) ﺍﻟﻨﺤﻞ‬‫ﺸ ﹸﻜﺮ‬  ‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻌﻠﱠﻜﹸ‬ ‫ﺪ ﹶﺓ ﹶﻟ‬ ‫ﺍ َﻷ ﹾﻓِﺌ‬‫ﻭ‬ Artinya: “Dan allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. an-Nahl:78 ) 6 Ketika seorang anak baru dilahirkan ke dunia ini, ia tetap tergantung dan membutuhkan ibunya, sama seperti suatu bagian yang menempel pada keseluruhannya. Anak itu harus diberi makan seperti yang biasa ia dapatkan melalui darah ibunya, ketika ia masih merupakan janin. Makanan yang biasa ia serap ini diubah, dengan keimanan dan kekuatan Allah, menjadi air susu yang mengandung

unsur-unsur

penting

dan

vital

yang

dibutuhkan

bagi

perkembangannya, air susu ini mengalir dari dada ibunya, dan anak - dengan kehendak Allah – mencari kemudahan mengisapnya.7 3

Sayyid Sabiq, op.cit ., hlm. 248. Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 50. 5 Hery Noer Aly, Mundzir S, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), hlm. 1. 6 Departemen Agama Republik Indonesia, op. cit., hlm. 413. 7 Alwiyah Abdurrahman, Ajaran Islam tentang Perawatan Anak, (Bandung: Al-Bayyan, 1992, hlm. 41. 4

3

Al-Qur’an menyebutkan aturan-aturan dalam penyusuan ini :

: ‫)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬... ‫ﻋ ﹶﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﺮﺿ‬ ‫ ﺍﻟ‬‫ﻳِﺘﻢ‬ ‫ﺩ ﺃﹶﻥ‬ ‫ﺍ‬‫ﻦ ﹶﺃﺭ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻴ ِﻦ ِﻟ‬‫ﻴ ِﻦ ﻛﹶﺎ ِﻣﹶﻠ‬‫ﻮﹶﻟ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺩﻫ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺿ‬ ِ ‫ﺮ‬ ‫ ﻳ‬‫ﺍﺕ‬‫ﺍِﻟﺪ‬‫ﺍﹾﻟﻮ‬‫ﻭ‬ .(٣٣ Arttinya : “Para ibu hendaknya menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan…”. (QS. al-Baqarah: 233 ).8 Menyusui perkembangan

bayi,

sebagaimana

diketahui,

sangatlah

penting

bagi

anak manusia dalam kondisi lemah tidak berdaya tersebut.

Dengan air susu itu, dan tentunya juga didukung dengan bentuk-bentuk pemeliharaan yang lain, maka tahap demi tahap bayi akan tumbuh dan berkembang. Dari keadaan terlentang, kemudian berjalan. Ketika seorang anak sudah mampu berjalan pada sekitar umur 2 tahun, maka pola kehidupan dan perkembangannya akan berbeda dengan fase-fase sebelumnya. Dibanding fase perkembangan sebelumnya, dalam periode bayi, maksudnya adalah fase kehidupan manusia terhitung dari saat dilahirkan sampai kira-kira umur dua tahun ketika ia mulai atau sudah dapat berjalan, sudah dapat diamati dan diperoleh informasi tentang beberapa aspek kehidupan yang sangat menarik untuk dipahami hal ihwalnya, seperti: perkembangan fisik dan motorik, perkembangan indera, perkembangan fisik yang meliputi perasaan, bahasa, permainan sosial, serta perkembangan agama.9 Pembentukan keimanan, mempersiapkan moral, spiritual dan sosial anak adalah pendidikan dengan pemberian nasehat. Nasehat ini dapat membukakan mata anak-anak pada hakekat sesuatu dan mendorongnya menuju situasi luhur dan menghiasinya dengan akhlak yang mulia, dan membekalinya dengan prinsipprinsip Islam. Maka tidak heran kita mendapatkan al-qur’an berbicara tentang jiwa dan mengulang-ulang dalam beberapa ayat dan tempat.10 Dibawah ini adalah contoh dari keberulang-ulangan al-Qur’an dalam menuturkan nasehat dan peringatan yaitu surat Luqman ayat 12-15 : 8

Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., hlm. 42. Imam Bawani, Ilmu Jiwa Perkembangan Dalam Konteks Pendidikan Islam, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990), hlm. 40. 10 Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Ali Bahasa Saefullah Kamalie dan Hery Noer Ali, (Semarang: CV. As-Syifa’, 1981), hlm. 65 9

4

‫ﺮ ﹶﻓِﺈﻥﱠ‬ ‫ﻦ ﹶﻛ ﹶﻔ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﺴ ِﻪ‬ ِ ‫ﻨ ﹾﻔ‬‫ ِﻟ‬‫ﺸﻜﹸﺮ‬  ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻤ‬‫ﺮ ﹶﻓِﺈ‬ ‫ﺸ ﹸﻜ‬  ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﺮ ِﻟﻠﱠ ِﻪ‬ ‫ﺷ ﹸﻜ‬ ‫ﻤ ﹶﺔ ﹶﺃ ِﻥ ﺍ‬ ‫ﺤ ﹾﻜ‬ ِ ‫ﺎ ﹶﻥ ﺍﹾﻟ‬‫ﺎ ﹸﻟ ﹾﻘﻤ‬‫ﻴﻨ‬‫ﺗ‬‫ﺪ ﺁ‬ ‫ﻭﹶﻟ ﹶﻘ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺸ‬  ‫ﻙ ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ ِﺇﻥﱠ ﺍﻟ‬ ‫ﺸ ِﺮ‬  ‫ﺗ‬ ‫ ﻟﹶﺎ‬‫ﻨﻲ‬‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬‫ﻳ ِﻌﻈﹸﻪ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻭﻫ‬ ‫ﺑِﻨ ِﻪ‬‫ﺎ ﹸﻥ ﻟِﺎ‬‫ﻭِﺇ ﹾﺫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹸﻟ ﹾﻘﻤ‬ {١٢}‫ﺪ‬ ‫ﺣﻤِﻴ‬ ‫ﻪ ﹶﻏِﻨﻲ‬ ‫ﺍﻟﻠﱠ‬ ‫ﻪ ﻓِﻲ‬ ‫ﺎﹸﻟ‬‫ﻭِﻓﺼ‬ ‫ﻫ ٍﻦ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻨﹰﺎ‬‫ﻭﻫ‬ ‫ﻪ‬ ‫ ﹸﺃﻣ‬‫ﺘﻪ‬‫ﻤﹶﻠ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻳ ِﻪ‬‫ﺪ‬ ‫ﺍِﻟ‬‫ﺎ ﹶﻥ ِﺑﻮ‬‫ﺎ ﺍﹾﻟﺈِﻧﺴ‬‫ﻴﻨ‬‫ﺻ‬  ‫ﻭ‬ ‫ﻭ‬ {١٣}‫ﻢ‬ ‫ﻋﻈِﻴ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﹶﻟ ﹸﻈ ﹾﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﻙ ﺑِﻲ ﻣ‬ ‫ﺸ ِﺮ‬  ‫ﻠﻰ ﺃﹶﻥ ﺗ‬‫ﻙ ﻋ‬ ‫ﺍ‬‫ﻫﺪ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﺇِﻥ ﺟ‬ {١٤} ‫ﺼﲑ‬ ِ ‫ﻤ‬ ‫ﻲ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻚ ِﺇﹶﻟ‬  ‫ﻳ‬‫ﺪ‬ ‫ﺍِﻟ‬‫ﻭِﻟﻮ‬ ‫ﺮ ﻟِﻲ‬ ‫ﺷ ﹸﻜ‬ ‫ﻴ ِﻦ ﹶﺃ ِﻥ ﺍ‬‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻋ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺏ ِﺇﹶﻟ‬  ‫ﺎ‬‫ﻦ ﹶﺃﻧ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺳﺒِﻴ ﹶﻞ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﺗِﺒ‬‫ﺍ‬‫ﻭﻓﹰﺎ ﻭ‬‫ﻌﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟ‬‫ﻬﻤ‬ ‫ﺒ‬‫ﺎ ِﺣ‬‫ﻭﺻ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬﻤ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺗ ِﻄ‬ ‫ﻢ ﹶﻓﻠﹶﺎ‬ ‫ﻚ ِﺑ ِﻪ ِﻋ ﹾﻠ‬  ‫ﺲ ﹶﻟ‬  ‫ﻴ‬‫ﹶﻟ‬ .(15-12 : ‫)ﻟﻘﻤﺎﻥ‬.{١٥}‫ﻤﻠﹸﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺘ‬‫ﺎ ﻛﹸﻨ‬‫ﺒﹸﺌﻜﹸﻢ ِﺑﻤ‬‫ﻧ‬‫ﻢ ﹶﻓﹸﺄ‬ ‫ﻜﹸ‬‫ﺮ ِﺟﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻲ‬ ‫ ِﺇﹶﻟ‬‫ﹸﺛﻢ‬ Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar". Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Luqman: 12-15)11 Maka salah satu bentuk peranan anak sebagai anak ialah peranannya sebagai yang belum mandiri, peranan anak yang sebagai menggantungkan hidupnya kepada orang lain, keadaan ini mengundang para orang tua untuk menerima dan memperlakukan serta mengurus anaknya sebagai titipan atau amanat dari Tuhan. Dengan kata lain anak itu tampil dalam peranannya sebagai titipan atau amanat Tuhan, dan para orang tua hendaknya mengajari dan menerima serta menjunjung tinggi peranan anaknya seperti itu.12 Di dalam keluarga anak pertama-tama menerima pendidikan, dan pendidikan yang diperoleh dalam keluarga ini merupakan pendidikan yang 11 12

Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., hlm. 655 M. I. Sulaeman, Pendidikan Dalam Keluarga, (Bandung: CV. Alfabeta, 2001), hlm. 139.

5

terpenting atau utama dalam perkembangan pribadi anak. Pola kehidupan di dalam keluarga memberi corak kepribadian anak yang hidup di dalam keluarga tadi. Dalam hubungannya dengan hal ini Ki Hajar Dewantoro mengatakan bahwa : alam keluarga adalah pendidikan yang pertama dan yang terpenting. Oleh karena itu sejak timbulnya adat kemanusiaan hingga kini, hidup keluarga itu sangat mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia.13 Kedua orang tua bertanggung jawab atas kelangsungan hidup keluarganya, dengan penuh kasih dan harapan, menerima kelahiran anaknya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Perealisasian tanggung jawab inilah yang menjadikannya sebagai orang tua yang memikul tanggung jawab kodrati atas kelangsungan pendidikan anaknya terutama pada pendidikan Islam anak usia dini.14 Anak usia dini adalah kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan non fisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani, (moral dan spiritual), motorik, akal pikir, emosional dan sosial yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.15 Kejiwaan anak pada usia dini adalah suatu keunikan, masa perkembangannya sangat rentan dan sensitif terhadap sentuhan dan kasih serta pengaruh dari faktor- faktor yang ada diluar darinya menjadikan suatu objek

kajian tersendiri, mudah menangis, diam, dan seketika tertawa.

Sikap yang polos, mengabaikan resiko, tidak pernah menahan resiko, tidak kapok, ia merasa tak jenuh atau bosan, selalu bisa menghilangkan kejenuhannya dengan bermain dan mematahkan keputusan dengan hasil harapannya.16 Masa anak-anak itu adalah saat dimana manusia dapat mendengar berbagai cerita atau dongeng, dan percaya pada hal-hal tersebut walaupun ada sebagian yang sekedar hayalan. Tapi itulah yang membuat masa anak begitu membahagiakan, karena kuatnya identifikasi anak terhadap apa yang diluar dirinya, seperti orang tua, guru, lingkungan, dalam berbagai tingkah laku, cara berfikir, cara menyikapi, pembiasaan, ajakan, bimbingan dan dialog yang 13

Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru, 1982), hlm. 67. M. I. Sulaeman, op.cit., hlm. 182. 15 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 14

89.

16

Bulletin LPM Edukasi, Quantum Transformasi Idealisme, (Edisi 2 Th. 2003), hlm. 13.

6

didasarkan pada rasa cinta kasih akan sangat besar pengaruhnya pada budi pekerti dan moral anak. Untuk itu interalisasi nilai budi pekerti dan moral anak sangat urgen dalam membangun kepribadian, dalam hal ini Pan Schiller, dan Tamera Bryant mendeskripsikan berbagai kegiatan, proyek dan ide untuk membantu anak dalam mempelajari nilai-nilai moral dan membangun karakter secara individual maupun berkelompok. Sebagai ilustrasi dalam menanamkan sikap kepedulian dan empati anak diajak ke alam atau objek langsung untuk ikut, misalnya: mengunjungi tetangga yang sakit biarkanlah anak mengungkapkan perasaannya ketika melihat orang dewasa sedang sakit, jangan malah dibentak untuk pergi. Karena kebanyakan orang dewasa cenderung menganggap remeh pada anak. Secara alami anak mempunyai rasa ingin menghibur saat melihat orang lain sedih. Jika sikap apatis terhadap anak berlangsung, maka lama kelamaan sifat yang secara alami dimiliki anak akan terkikis, akibatnya anak menjadi cuek pada sekitar dan tidak memiliki sense of empathy pada orang lain.17 Disini masalah keteladanan menjadi faktor terpenting dalam hal baikburuk anaknya. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani, dan menjauhkan diri dari perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka si anak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak yang mulia, keberanian dalam sikap yang menjauhkan dari perbuatan yang bertentangan dengan agama, dan jika pendidik bohong, khianat, durhaka, kikir, penakut dan hina, maka si anak akan tumbuh dalam kebohongan, khianat, kikir, penakut, dan hina. 18 Seorang anak bagaimanapun besarnya usaha yang dipersiapkan untuk kebaikan, bagaimanapun suci beningnya fitrah, ia tidak akan mampu memenuhi prinsip-prinsip kebaikan dan pokok-pokok pendidikan utama, selama ia tidak melihat pendidik sebagai teladan nilai-nilai moral yang tinggi. Sehingga pendidikan anak usia dini dengan baik anak mudah mendapatkan pengaruh dari pendidikan Islam. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan anak usia dini mempunyai implikasi pada pendidikan Islam. Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai pemikiran Dr. 17 18

Ibid, hlm. 17. Abdullah Nashih Ulwan, op.cit., hlm. 2.

7

Mansur, MA tentang pendidikan anak usia dini implikasinya pada pendidikan Islam.

B. Penegasan Istilah Untuk menghindari salah penafsiran dan meluasnya permasalahan, maka perlu kiranya penulis memberikan definisi yang lebih jelas dan operasional 1. Pemikiran Pemikiran dalam kamus besar bahasa indonesia berasal dari kata pikir berarti akal, budi, ingatan, angan-angan berarti proses, perbuatan, cara memikir.19. Menurut Poerwadarminta, pemikiran berarti cara atau hasil berpikir.20 Pemikiran yang dimaksud dalam skripsi adalah pemikiran Dr. Mansur, MA, tentang pendidikan anak usia dini

implikasinya bagi

pendidikan Islam. 2. Dr. Mansur, MA. Dr. Mansur, MA, lahir di Semarang, dari pasangan Ismail Mustaim (Alm) dengan Naimah Nahrowi Haji, maka sering dipanggil Mansur Isna (Mansur Ismail Naimah). Pendidikan formalnya diawali di SD Negeri Pulutan I Salatiga lulus tahun 1982, MTs Negeri Salatiga lulus tahun 1985, PGA Negeri Salatiga lulus tahun 1988, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo lulus tahun 1993, Magister (S.2) IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta lulus tahun 1998 dan Doktor (S.3) Universitas Islam Negeri Yogyakarta lulus tahun 2005. Banyak karya ilmiyah yang berupa buku dan sudah berhasil diterbitkan serta beredar secara nasional.21 3. Pendidikan Anak Usia Dini Anak usia dini yaitu kelompok manusia yang berumur 0-6 tahun.22 Jadi PAUD di sini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan non fisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, 19 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm. 767- 768. 20 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), hlm. 965. 21 Mansur, op.cit., hlm. 388. 22 Ibid., hlm. 87.

8

rohani (moral dan spiritual), motorik, akal pikir, emosional, dan sosial yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. 4. Implikasi Implikasi dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berarti keterlibatan atau keadaan terlibat.23 Implikasi yang dimaksud dalam skripsi adalah keterlibatan pendidikan anak usia dini pada pendidikan Islam. 5. Pendidikan Islam Pengertian pendidikan dalam undang-undang Sisdiknas no. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlakul karimah, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.24 Sedangkan pendidikan didefinisikan oleh para ahli pendidikan sebagai berikut : a. Menurut Suwarno. Pendidikan adalah bimbingan terhadap perkembangan pribadi dengan segala macam aspeknya atau seginya (misalnya segi cipta, rasa, jasmani dan lan-lain).25 b. Menurut Ahmad D. Marimba. Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.26

23

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm. 374. 24 Tim Redaksi Nuansa Aulia, Undang-Undang Sisdiknas, (Bandung: Nuansa Aulia, 2005), hlm. 11. 25 Suwarno, op.cit., hlm. 8-9. 26 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1980), hlm. 11.

9

c. Menurut Ngalim Purwanto. Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani ke arah kedewasaan.27 d. Menurut F.J. Mc. Donald F.J. Mc. Donald dalam bukunya Education Psychology menyebutkan: “Education is a process or an activity which is directed at producing desirable changes in the behavior of human beings.”28 Pendidikan adalah sebuah proses atau kegiatan yang diarahkan untuk membuat perubahan perilaku yang diinginkan pada manusia. e. Menurut John Dewey Sedangkan menurut John Dewey dalam bukunya Democracy and Education, “the word education means just a process of leading or bringing up.”29 Kata pendidikan berarti suatu proses untuk memimpin atau membimbing. f. Menurut Athiyah al-Abrosy Athiyah al-Abrosy menjelaskan bahwa pada adalah :

‫ﺬﻳﺐ ﺍﻟﻔﻮﻯ ﺍﻟﻄﺒﻌﻴﺔ ﻟﻠﻄﻔﻞ ﻛﻲ ﻳﻜﻮﻥ ﻗﺎﺩﺭﺍ ﻋﻠﻰ ﺍﻥ ﻳﻘﻮﺩ ﺣﻴﺎﺓ ﺧﻠﻘﻴﺔ‬ ‫ﺍﻟﺘﺮﺑﻴﺔ‬ 30 .‫ﺻﺤﻴﺔ ﺳﻌﻴﺪﺓ‬ Artinya: “Pendidikan adalah pengajaran watak bagi anak-anak agar dia mampu untuk hidup berakhlak, sehat dan sukses.” Dari definisi di atas, dapat diambil pengertian bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh si pendidik yang berupa pimpinan atau bimbingan terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik untuk mencapai tujuan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan jelas yaitu untuk menghasilkan perubahan yang diperlukan dalam tingkah laku manusia.

27

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), cet. 11, hlm. 11. 28 F.J. Mc. Donald, Education Psychology, (California: Wadsworth Publishing, 1959), hlm. 4. 29 John Dewey, Democracy and Education, (New York: The Macmillan Company, 1964), cet. 4, hlm. 10 30 M. Athiya’ al-Abrosyi, Ruh al Tarbiyah wa al Ta’lim, (Mesir: Isa al-Ababi al-Halabi wa Syirkah, 1950), hlm. 6.

10

Sedangkan pengertian Islam dari segi kebahasaan berasal dari bahsa arab, yang terambil dari kata salima yang berarti selamat sentosa. Dari asal kata tersebut dibentuk kata aslama yang artinya memelihara dalam keadaan selamat sentosa, dan berarti pula menyerahkan diri, tunduk, patuh dan taat. Oleh sebab itu orang yang berserah diri, patuh, dan taat disebut sebagai orang muslim. Orang yang demikian berarti telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah SWT.31 Dari uraian tersebut dapat diambil pengertian bahwa kata Islam dari segi kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat, dan berserah diri kepada Allah dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. Adapun pengertian Islam dari segi istilah Islam sebagai agama adalah agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah, bukan berasal dari manusia, dan bukan berasal dari Nabi Muhammad. Posisi Nabi dalam agama Islam diakui sebagai yang ditugasi Allah untuk menyebarkan ajaran Islam tersebut kepada umat manusia.32 Dengan demikian Islam adalah nama bagi agama yang berasal dari Allah SWT yang disebarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umatnya untuk, patuh, tunduk, taat, berserah diri, kepada Allah SWT dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Jadi pendidikan Islam disini merupakan usaha sadar yang terencana yang dilakukan oleh orang dewasa / pendidik kepada anak usia dini melalui upaya bimbingan dan latihan secara Islami (untuk patuh, taat, tunduk, berserah diri kepada Allah SWT) dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. C. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pemikiran Dr. Mansur, MA tentang pendidikan anak usia dini? 2. Bagaimanakah implikasi pemikiran Dr. Mansur, MA tentang pendidikan anak usia dini pada pendidikan Islam? 31 32

Abudin Nata, Metode Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 62. Ibid, hlm. 63.

11

D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pemikiran Dr. Mansur, MA tentang pendidikan anak usia dini. 2. Untuk mengetahui implikasi pemikiran Dr. Mansur, MA tentang pendidikan anak usia dini pada pendidikan Islam. E. Kajian Pustaka Sebagai acuan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa kajian pustaka sebagai landasan berfikir, yang mana kajian pustaka yang penulis gunakan adalah beberapa hasil penelitian skripsi, beberapa kajian pustaka tersebut diantaranya adalah : M. Yusuf, skripsi yang berjudul “Pendidikan Islam Dalam Keluarga Menurut A. Tafsir” menjelaskan bahwa proses pendidikan anak diklasifikasikan menjadi dua hal, yaitu pertama prasekolah anak, hal ini dimulai dari proses pemilihan jodoh dan pembentukan keluarga. Kedua, masa pendidikan anak yaitu pelaksanaan pendidikan dimulai semenjak diketahui adanya embrio dalam rahim sang istri, yang mana proses pendidikan dimulai sampai tahap-tahapan pendidikan yang harus dilaksanakan sampai anak menuju kedewasaan.33 Wahyudi dalam skripsi yang berjudul “Konsep Pendidikan Anak Masa Mumayyis Menurut Fauzil Adhim (Studi Analisis Dalam Kolom Majalah Hidayatullah Edisi 2001-2002 M)”. Menjelaskan sejauh mana pendidikan Mumayyis, serta bagaimana metode yang tepat bagi anak, penelitian ini lebih menekankan pendidikan masa prasekolah.34 Siti Azizah dalam skripsi yang berjudul “Pendidikan Anak Dalam Keluarga Menurut John Gray dan Relevansinya Dengan Pendidikan Islam” menjelaskan bahwa konsep pendidikan yang dimaksudkan John Gray adalah pendidikan anak secara positif yang meliputi 1) bahwa anak boleh saja berbeda, 33

M. Yusuf (3197142), Skripsi “Pendidikan Islam Dalam Keluarga Menurut A. Tafsir”, (Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang, 2002). 34 Wahyudi (3100231), Skripsi “Konsep Pendidikan Anak Masa Mumayyis Menurut Fauzil Adhim (Studi Analisis Dalam Kolom Majalah Hidayatullah Edisi 2001-2002 M)”, (Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang, 2005).

12

2) bahwa anak boleh saja membuat kesalahan, 3) bahwa anak boleh saja mempunyai emosi negatif, 4) bahwa anak boleh saja meminta lebih banyak, 5) bahwa anak boleh saja berkata tidak, tetapi ayah dan ibu adalah bos keluarga dan konsep yang diterapkan John Gray tersebut bahwa anak perlu adanya demonstrasi, sehingga anak dapat berkomunikasi antara orang tua dan anak untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah, serta dapat mengembangkan kepribadian anak yang shaleh-shalehah.35 Dari penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan dalam segi pembahasan dengan skripsi yang penulis susun. Adapun yang menjadi perbedaan antara skripsi penulis dengan skripsi di atas adalah “Pemikiran Dari Dr. Mansur, M.A. Tentang Pendidikan Anak Usia Dini Implikasinya Pada Pendidikan Islam”. Selain objek yang dikaji juga berbeda yaitu anak usia dini, sehingga hal inilah yang menjadikan skripsi di atas tidak sama atau berbeda dengan skripsi yang peneliti susun.

F. Metode Penelitian 1. Pengumpulan Data Jenis penelitian ini adalah studi pustaka yaitu pengumpulan data-data kepustakaan yang representatif dan relevan dengan obyek studi ini, baik dari buku, jurnal, majalah, maupun koran. Sedang sumber data terdiri dari sumber primer yaitu buku Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam karya

Dr. Mansur, M.A sebagai inti dari

penelitian yang dilakukan untuk mengecek data dan menvalidasi diadakan wawancara langsung dengan Dr. Mansur, M.A. Sedangkan sumber sekundernya adalah berbagai data yang mendukung dan berkaitan dengan judul skripsi baik buku-buku, majalah, koran, dan artikel-artikel yang mendukung dan sesuai dengan tema yang diangkat.

35

Siti Azizah (3100098), Skripsi “Pendidikan Anak Dalam Keluarga Menurut John Gray dan Relevansinya Dengan Pendidikan Islam”, (Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang, 2005).

13

2. Metode Analisis Data Metode analisis data yang peneliti gunakan adalah dengan cara analisa kualitatif, yaitu menggunakan data, mencari, hubungan data yang terdapat di dalamnya atau memisahkan pengertian yang bersifat umum dalam masalah tersebut dan bertumpu pada metode content analysis atau dinamakan kajian isi.36 Content analysis merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi.37 Metode yang digunakan untuk menganalisis data yang terkumpul adalah menggunakan Metode sebagai berikut : a. Metode induksi adalah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum.38 Dimana peneliti setelah memperoleh data kemudian data tersebut, dikumpulkan lalu di susun, dijelaskan dan selanjutnya di analisis. Analisis induktif ini peneliti gunakan untuk menganalisis tentang hasil pemikiran Mansur, pendidikan anak usia dini menurut Mansur implikasinya pada pendidikan Islam. b. Metode komparasi adalah suatu metode yang tidak hanya digunakan untuk membangkitkan di antara ide-ide melainkan juga dengan manusia lain serta dengan alam sekitarnya. Dalam metode komparasi ini dapat diadakan diantara tokoh atau naskah dan dapat diadakan secara sistem atau konsep. Perbandingan itu dapat dilakukan diantaranya hanya dua hal pribadi, atau diantara yang lebih banyak.39 Dengan metode ini penulis mengangkat pendapat atau ide dari tokoh lain (Burhanuddin Salam) mengenai masalah yang penulis bahas yaitu pendidikan anak usia dini untuk membandingkan perbedaannya dengan Mansur, kemudian penulis mencari pendapat yang sesuai.

113. 1989.

36

Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm.

37

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rakesarasin, 1989), hlm.

38

Sudarto, Metode Penelitan Filsafat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 58. Ibid., hlm. 51.

39

14

c. Metode wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung dengan sumber data.40 Dalam hal ini yang menjadi sumber data adalah Mansur, sehingga metode ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data dari Mansur secara langsung.

40

Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), hlm. 72.

BAB II KONSEP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

A. Pendidikan Islam 1. Pengertian Pendidikan Islam Kata pendidikan dalam Islam mempunyai beberapa sinonim dalam bahasa Arab yaitu tarbiyah, ta’lim, dan ta’dzib. a. Tarbiyah Dalam bahasa Arab, istilah Rabb dan tarbiyah berasal dari satu akar kata. Maududi berpendapat bahwa "to educate and take care of" adalah salah satu pengertian secara implisit dari istilah "Rabb". Qurtubi mengatakan bahwa "Rabb" merupakan suatu gambaran yang diberikan kepada suatu perbandingan antara Allah sebagai pendidik dan manusia sebagai peserta didik. Allah mengetahui dengan baik kebutuhan-kebutuhan mereka yang dididik, sebab ia adalah pencipta mereka. Disamping itu pemeliharaan Allah tidak terbatas pada kelompok tertentu. Ia memperhatikan segala ciptaan-Nya. Karena itulah Ia disebut Rabb al-'Alamin.1 Tarbiyah dapat juga diartikan dengan "proses transformasi ilmu pengetahuan dari pendidik (rabbani) kepada peserta didik agar ia memiliki sikap dan semangat yang tinggi dalam memahami dan menyadari kehidupannya, sehingga terbentuk ketakwaan, budi pekerti, dan kepribadian yang luhur".2 Sebagaimana firman Allah, dalam surat al-Isra’ ayat 24 :

‫ﺎﻧِﻲ‬‫ﺑﻴ‬‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﹶﻛﻤ‬‫ﻬﻤ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺏ ﺍ‬  ‫ﺭ‬ ‫ﻭﻗﹸﻞ‬ ‫ﻤ ِﺔ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﺡ ﺍﻟﺬﱡ ﱢﻝ ِﻣ‬  ‫ﺎ‬‫ﺟﻨ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬﻤ‬ ‫ﺾ ﹶﻟ‬  ‫ﺧ ِﻔ‬ ‫ﺍ‬‫ﻭ‬ .(24 : ‫ﺻﻐِﲑﹰﺍ )ﺍﻹﺳﺮﺍﺀ‬  1

Jamali Sahrodi, et.al., Membedah Nalar Pendidikan Islam, Pengantar Ke Arah Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group, 2005), hlm. 42. 2 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 13.

15

16

Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Isra’ : 24).3 Jadi lafadz “tarbiyah” dalam al-Quran dimaksudkan sebagai proses pendidikan. Namun makna pendidikan (tarbiyah) dalam alQuran tidak terbatas pada aspek kognitif berupa pengetahuan untuk selalu berbuat baik kepada orang tua misalnya akan tetapi pendidikan juga meliputi aspek afektif yang direalisasikan sebagai apresiasi atau sikap respek terhadap keduanya dengan cara menghormati mereka. Lebih dari itu konsep tarbiyah bisa juga sebagai tindakan untuk berbakti bahkan sampai kepedulian untuk mendoakannya supaya mereka mendapatkan rohmat dari Allah yang maha kuasa. Jadi term tarbiyah dalam al-Qur’an tidak sekedar merupakan upaya pendidikan pada umumnya term itu menembus aspek etika religius.4 b. Ta’lim Ta'lim merupakan kata benda buatan (mashdar) yang berasal dari akar kata 'allama. Istilah tarbiyah diterjemahkan dengan pendidikan, sedangkan ta'lim diterjemahkan dengan pengajaran. Kalimat 'allamahu al-'ilm memiliki arti mengajarkan ilmu kepadanya.5 Dalam al-Qur’an dinyatakan, bahwa Allah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Alaq ayat 4 :

.(4 : ‫ﻢ )ﺍﻟﻌﻠﻖ‬ ‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎﹶﻟ‬‫ﺎ ﹶﻥ ﻣ‬‫ﻧﺴ‬‫ﻢ ﹾﺍﻟِﺈ‬ ‫َﻋﻠﱠ‬ Artinya: “Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. al-Alaq: 4)6.

3

Departemen Agama Republik Indonesia Jakarta, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989), hlm. 428. 4 Musthofa Rahman, “Pendidikan Islam dalam Perspektif al-Quran”, dalam Ismail, SM. (eds.), Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 59. 5 Ibid, hlm. 60. 6 Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 1079

17

Lafadz

ta’lim

dipergunakan

dalam

al-Quran

untuk

menunjukkan proses pengajaran (pendidikan). Pendidikan dalam art ta’lim menunjukkan proses pemberian informasi kepada obyek terdidik sebagai mahluk berakal. Namun proses ta’lim ini juga menjadi indikator kelebihan manusia sebagai peserta didik karena adanya akal pada dirinya.7 c. Ta’dib Ta'dib lazimnya diterjemahkan dengan pendidikan sopan santun. Ta'dib yang seakar dengan adab memiliki arti pendidikan, peradaban atau kebudayaan. Artinya orang yang berpendidikan adalah orang yang berperadaban, sebaliknya, peradaban yang berkualitas dapat diraih melalui pendidikan.8 Sebgaiman sabda Nabi Muhammad SAW :

‫ ﺃﻛﺮﻣﻮﺍ‬:‫ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬:‫ﻋﻦ ﺍﻧﺲ ﺍﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﻗﺎﻝ‬ 9 . ‫ﻢ‬‫ ﻭﺃﺣﺴﻨﻮﺍ ﺃﺩ‬, ‫ﺃﻭﻻﺩﻛﻢ‬ Artinya : “Dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah SAW bersabda: Muliakanlah anak-anakmu dan baguskanlah akhlak mereka.”(HR. Ibnu Majjah) Dari hadits diatas rasul sangat menekankan betapa pentingnya pendidikan adab terhadap anaknya agar tercapai tujuan pendidikan Islam yaitu membentuk manusia yang berakhlakul karimah. Dari pengertian pendidikan Islam di atas mempunyai arti samasama mendidik, sehingga ketiganya cocok untuk pendidikan anak usia dini. Kata tarbiyah mempunyai arti proses transformasi ilmu pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik. Pendidik dan peserta didik yang dimaksud disini adalah orang tua dan anak, sebab orang tua mengetahui dengan baik akan kebutuhan anak yang didiknya, karena ia 7

Mustofa Rahman., op.cit, hlm. 60. Ibid, hlm. 17. 9 Abu Abdillah Muhammad Yazid al-Qozwini, Sunan Ibnu Majah juz 2, (Beirut: Daarul Fikri,tt),hlm. 1211. 8

18

yang melahirkannya. Maka tarbiyah disini tidak terbatas pada aspek kogitif berupa pengetahuan, tetapi juga meliputi aspek afektif yang direalisaskan sebaga apresiasi atau sikap respek. Sedangkan kata ta’lim disini mempunyai artii pengajaran. Pengajaran disini maksudnya orang tua mengajarkan ilmu kepada anaknya yang belum mengetahui apa-apa yang serba tergantung kepada orang tuanya yang telah dibekali dengan

pendengaran,

penglihatan dan hati sebagai mahluk yang berakal dan dapat menerima pengetahuan. Dan kata ta’dzib mempunyai ma’na pendidikan sopan santun.. Orang tua memberikan pendidikan ta’dzib kepada anaknya agar anaknya menjadi orang yang berperadaban, sebab peradaban yang berkualitas dapat diraih melalui pendidikan ta’dzib tersebut. Jadi pendidikan Islam dsini adalah orang tua mendidik anaknya sebagai makhluk yang berakal yang dibekali dengan pendengaran, penglihatan dan hati tidak terbatas dari segi aspek kognitifnya saja, tetapi juga dari aspek afektif dan psikomotoriknya, agar anak mempunyai sikap dan semangat yang tinggi dalam memahami dan menyadai kehidupannya, sehingga terbentuk keteladanan, budi pekerti, dan kepribadian yang luhur. Ketiganya mempunyai hubungan yang samgat erat dan saling mengisi kekurangan yang satu dengan diisi oleh kelebihan yang lain.

2. Tujuan Pendidikan Islam Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan serta mengarahkan usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan lain. Disamping itu, tujuan dapat terfokus pada apa yang dicita-citakan. 10 Menurut M. Athiyah al-Abrasi, sebagai mana yang dikutip oleh Khoeroin Rosyadi, tujuan pendidikan Islam adalah : 10

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma’arif, 1980), hlm. 46.

19

a. Untuk membantu pendidikan akhlak yang mulia. Dan ini merupakan tujuan pendidikan yang sebenarnya. b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. c. Persiapan untuk mencari rizki dan pemenuhan segi-segi kemanfaatan. d. Menumbuhkan ruh Islam. (Scientific Spirit). e. Menyiapkan pelajar dari segi professional, teknis dan perusahaan.11 Menurut Fadhil al-Jamali, yang dikutip oleh Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir merumuskan tujuan pendidikan yaitu : (1) Mengenalkan manusia akan peranannya terhadap sesama makhluk dan tanggung jawabnya di dalam hidup ini. (2) Mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung jawabnya dalam tata hidup bermasyarakat (3) Mengenalkan manusia akan alam dan mengajak mereka untuk mengetahui hikmah diciptakannya serta memberi kemungkinan kepada mereka untuk mengambil manfaat darinya (4) Mengenalkan manusia akan pencipta alam (Allah) dan menyuruhnya beribadah kepada-Nya.12 Menurut al-Ghazali, yang dikutip oleh Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir, tujuan umum pendidikan Islam adalah :tercermin dalam dua segi (1) Insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT (2) Insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Kebahagiaan dunia dan akhirat menurut pandangan al-Ghazali adalah menempatkan kebahagiaan dalam proporsi yang sebenarnya. Kebahagiaan yang memiliki nilai-nilai universal, abadi, hakiki itulah yang diprioritaskan.13 Dari beberapa rumusan tujuan diatas, dapat diambil pengertian bahwa tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya manusia yang berakhlakul karimah. Karena begitu pentingnya akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.

11

Khoeron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 163. Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006),

12

hlm. 83. 13

Ibid., hlm. 80.

20

3. Materi Pendidikan Islam. Secara umum lingkup materi pendidikan Islam meliputi : a. Pendidikan Keimanan. Pendidikan ini mencakup keimanan kepada Allah, malaikat, kitab-kitab Allah, nabi/rasul, hari akhirat, dan takdir. Termasuk didalamnya adalah materi tata cara ibadah mahdhah seperti sholat dan ibadah ghoiru mahdhah seperti berbuat baik. Tujuan dari materi ini adalah agar anak atau peserta didik memiliki dasar-dasar keimanan dan ibadah yang kuat. b. Pendidikan Moral atau Akhlak. Materi pendidikan ini merupakan latihan membangkitkan nafsu-nafsu rububiyah (ketuhanan) dan meredamkan nafsu-nafsu syaithoniyah. Pada materi ini peserta didik dikenalkan atau dilatih mengenai: 1. Perilaku akhlak yang mulia (akhlakul karimah) seperti jujur, rendah hati, sabar dan sebagainya. 2. Perilaku akhlak yang tercela seperti dusta, takabur dan khianat dan sebagainya. Setelah materi-materi tersebut disampaikan kepada peserta didik diharapkan memiliki perilaku-perilaku akhlak yang mulia dan menjauhi perilaku-perilaku atau akhlak yang tercela. c. Pendidikan Jasmani. Dalam hal ini Rasul pernah menyuruh umatnya agar mengajarkan memanah, berenang, naik kuda dan bela diri kepada putra putrinya. Ini merupakan perintah kepada kita agar mengajarkan pendidikan jasmani kepada anak (peserta didik). Tujuan ini adalah agar peserta didik memiliki jasmani yang sehat dan kuat, serta memiliki ketrampilan bahwa dasar seperti berlari, lompat dan senang. d. Pendidikan Rasio/Akal Seperti telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa manusia telah dianugerahi akal oleh Allah, agar akal ini dapat berkembang

21

dengan baik, maka perlu dilatih dengan teratur dan sesuai dengan umur atau kemampuan anak (peserta didik). Contoh materi ini adalah berupa pelajaran berhitung atau penyelesaian masalah. e. Pendidikan Kejiwaan atau Hati Nurani. Pada materi ini peserta didik dilatih agar dapat membina hati nuraninya. Selain itu diharapkan agar peserta didik memiliki jiwa atau hati nurani yang kuat, sabar dan tabah dalam menjalani kehidupan ini. f. Pendidikan Sosial Kemasyarakatan. Dalam materi pendidikan sosial atau kemasyarakatan ini anak atau peserta didik dikenalkan mengenai – misalnya – hal-hal yang terdapat dalam masyarakat serta bagaimana caranya hidup di dalam masyarakat, tentu dengan tata cara yang Islam.14

Dengan materi

pendidikan ini diharapkan anak atau peserta didik memiliki wawasan kemasyarakatan dan mereka dapat hidup serta berperan aktif di masyarakat secara benar. 4. Metode Pendidikan Islam Metode pendidikan Islam secara garis besar terdiri dari lima yaitu : metode keteladanan (uswah hasanah), metode pembiasaan, metode nasehat, metode perhatian dan metode hukuman. a. Metode Keteladanan (Uswah Hasanah). Metode

ini

merupakan

metode

yang

paling

utama

dibandingkan metode lainnya. Melalui metode ini para orang tua pendidik memberi contoh atau teladan terhadap anak atau peserta didik bagaimana cara berbicara, berbuat, bersikap, mengerjakan sesuatu atau cara beribadah dan sebagainya. Melalui metode ini anak didik dapat melihat, menyaksikan, meyakini cara yang sebenarnya sehingga mereka dapat melaksanakannya dengan lebih baik dan lebih mudah. b. Metode Pembiasaan. Untuk melaksanakan tugas dan kewajiban secara benar dan rutin terhadap anak atau peserta didik diperlukan pembiasaan. 14

Heri Jauhan, Fiqih Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 15-17.

22

Misalnya agar anak atau peserta didik dapat melaksanakan shalat secara benar dan rutin, maka mereka perlu dibiasakan shalat sajak masih dini agar mereka terbiasa dan tidak merasa berat untuk melaksanakannya ketika mereka sudah dewasa. Dalam metode pembiasaan ini diperlukan pengertian, kesabaran, ketelatenan orang tua terhadap anak didik.15 c. Metode Nasehat. Metode ini sering digunakan oleh para orang tua pendidik terhadap anak didik dalam proses pendidikannya memberi nasehat sebenarnya merupakan kewajiban kita selaku muslim. Supaya nasehat ini dapat terlaksana dengan baik, maka dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan beberapa hal dibawah ini : 1) Menggunakan cara dan bahasa yang baik, sopan, dan mudah dipahami. 2) Jangan sampai menyinggung perasaan orang yang dinasehati. 3) Menyesuaikan perkataan kita dengan umur, sifat dan tingkat kemampuan anak yang kita nasehati. 4) Memperhatikan saat yang tepat kita memberi nasehat 5) Memperhatikan keadaan ketika kita memberi nasehat. 6) Memberi penjelasan, sebab atau bagaimana kita perlu memberi nasehat. 7) Menyertakan dalil al-Qur’an dan hadits serta kisah rasul agar bias menyentuh hati dan perasaan anak yang dinasehati. d. Metode Perhatian Metode ini biasanya berupa pujian dan penghargaan. Betapa jarang orang tua, pendidik memberikan pujian dan penghargaan terhadap anak didiknya .Sebenarnya tidak sulit kita memberikan pujian dan penghargaan terhadap anak didik atau orang lain, namun rasa

15

Ibid, hlm. 20.

23

enggan dan gengsilah yang menjadikan kita sulit memuji dan menghargai.16 e. Metode Hukuman Metode ini sebenarnya berhubungan dengan pujian dan penghargaan. Imbalan atau tanggapan terhadap orang lain itu terdiri dari dua, yaitu penghargaan (reward atau targhib) dan hukuman (punishment atau tarhib). Hukuman dapat diambil sebagai metode pendidikan apabila terpaksa atau tidak ada alternatif lain yang bisa diambil. Agama Islam memberi arahan dalam memberi hukuman terhadap anak didik hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini : 1) Jangan menghukum ketika sedang marah. 2) Jangan sampai menyakiti perasaan atau harga diri anak didik yang kita hukum. 3) Jangan

sampai

merendahkan

derajat

dan

martabat

yang

bersangkutan, misalnya dengan menghina atau mencaci maki di depan orang lain. 4) Jangan menyakiti secara fisik, misalnya menampar mukanya atau menarik kerah bajunya. 5) Bertujuan mengubah perilakunya yang kurang baik. 6) Karena itu yang patut kita benci adalah perilakunya, bukan orang tuanya. Apabila anak yang kita hukum sudah memperbaiki perilakunya,

maka

tidak

ada

alasan

kita

untuk

tetap

membencinya.17

B. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini. 1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini. Sebelum mendefinisikan pendidikan anak usia dini, terlebih dahulu penulis menjabarkan tentang rentang umur anak usia dini. Menurut Mansur, anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses 16

Ibid, hlm. 21. Ibid

17

24

pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat naik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik, halus dan kasar), inteligensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.18 Sesuai dengan undang-undang Sisdiknas pasal 1 ayat 14: ”pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.”

19

Sedangkan menurut Hibana S. Rahman, pendidikan anak usia dini adalah upaya yang terencana dan sistematik yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia dini yang bertujuan agar anak mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.20 Jadi pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak lahir sampai enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik, dan non fisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal pikir, emosional, dan sosial yang tepat agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. 2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini. a. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini Tujuan program pendidikan anak usia dini adalah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma-norma dan nilai kehidupan.21 Ini berarti setelah

18

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),

hlm. 88. 19

Tim Redaksi Nuansa Aulia, Undang-Undang Sisdiknas, (Bandung: Nuansa Aulia, 2005), hlm. 13. 20 Hibana S. Rahman, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: PGTKI Press, 2005), hlm. 4. 21 Ibid., hlm. 4.

25

anak lahir yang pertama dipikirkan orang tua adalah memenuhi kebutuhan materi anaknya. Dalam al-Qur’an surat al-Imran ayat 14 yang berbunyi :

‫ﻦ‬ ‫ﺮ ِﺓ ِﻣ‬ ‫ﻤﻘﹶﻨ ﹶﻄ‬ ‫ﺎ ِﻃ ِﲑ ﺍﹾﻟ‬‫ﺍﹾﻟ ﹶﻘﻨ‬‫ﲔ ﻭ‬  ‫ﺒِﻨ‬‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺎﺀ ﻭ‬‫ﻨﺴ‬‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﺕ ِﻣ‬ ِ ‫ﺍ‬‫ﻬﻮ‬ ‫ﺸ‬  ‫ ﺍﻟ‬‫ﺣﺐ‬ ‫ﺱ‬ ِ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﻟِﻠﻨ‬ ‫ﻳ‬‫ﺯ‬ ‫ﺎ ِﺓ‬‫ﺤﻴ‬  ‫ﻉ ﺍﹾﻟ‬  ‫ﺎ‬‫ﻣﺘ‬ ‫ﻚ‬  ‫ﺙ ﹶﺫِﻟ‬ ِ ‫ﺮ‬ ‫ﺤ‬  ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺎ ِﻡ ﻭ‬‫ﻧﻌ‬‫ﻭﺍ َﻷ‬ ‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺴ‬  ‫ﻴ ِﻞ ﺍﹾﻟﻤ‬‫ﺨ‬  ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻀ ِﺔ ﻭ‬  ‫ﺍﹾﻟ ِﻔ‬‫ﺐ ﻭ‬‫ﺍﻟ ﱠﺬﻫ‬ .(14 : ‫ﺏ )ﺍﻟﻌﻤﺮﺍﻥ‬ ِ ‫ﺂ‬‫ﻦ ﺍﹾﻟﻤ‬ ‫ﺴ‬  ‫ﺣ‬ ‫ﺪﻩ‬ ‫ﻪ ﻋِﻨ‬ ‫ﺍﻟﻠﹼ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﺍﻟ‬ Artinya : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anakanak, harta yang banyak dari jenis emas perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah lading itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga)”. (QS. Al-Imron : 14) Tujuan pendidikan anak usia dini adalah untuk memberikan pembinaan terhadap upaya (pelayanan penyelenggaraan) pendidikan anak usia dini yang dilaksanakan melalui penitipan anak, kelompok bermain dan atau satuan PADU sejenis lainnya, agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan tahap tumbuh kembang dan potensi masing-masing anak. Adapun PADU ini yang menjadi binaan direktorat, meliputi : 1. Taman penitipan anak adalah satu bentuk layanan PADU bagi anak dini usia 0-6 tahun yang juga berfungsi sebagai wahana kesejahteraan / pengasuhan anak sebagai pengganti sementara peran orang tua / keluarga selama ditinggal bekerja atau yang lainnya. 2. Kelompok bermain (play group) adalah salah satu bentuk layanan PADU bagi anak usia 3-6 tahun yang berfungsi untuk membantu meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang / dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan da perkembangan selanjutnya.

26

3. Satuan PADU sejenis adalah bentuk-bentuk layanan PADU lainnya

yang

telah

diselenggarakan

dalam

bentuk

taman

pendidikan anak atau kelompok bermain. Satuan PADU sejenis dapat berbentuk PADU dalam keluarga dan berbagai layanan pendidikan lainnya baik yang bersifat khusus maupun umum yang diselenggarakan bagi anak dini usia. 4. Pemberdayaan

peran

serta

masyarakat

adalah

upaya

pengembangan sumber potensi masyarakat guna meningkatkan pengetahuan, kemampuan, ketrampilan dan sikap peran serta masyarakat dalam pengelolaan (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pembinaan, pengawasan dan evaluasi) berbagai penyelenggaraan program pembangunan.22 Adapun jalur, jenjang, dan jenis pendidikan anak usia dini yang tercantum dalam undang-undang Sisdiknas pasal 28 adalah : 1. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. 2. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, atau informal. 3. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk TK, Roudhotul Athfal, (RA) atau bentuk lain yang sederajat. 4. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat. 5. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk

pendidikan

keluarga

atau

pendidikan

yang

diselenggarakan oleh keluarga.

22

Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Informasi Singkat Program PADU, http. // pemda – diy.go. id / brita / artikel. Php ? sid = 614, tanggal 11Nopember 2003.

27

6. Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Ayat (2), ayat (3),dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.23 Mengacu kepada kurikulum hasil belajar (kurikulum berbasis kompetensi) Balitbang Depdiknas, pendidikan anak usia dini bertujuan untuk membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik, intelektual, emosional, moral dan agama secara optimal dalam lingkungan pendidikan yang kondusif, demokratis dan kompetitif.24 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan anak usia dini adalah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak sedini mungkin yang meliputi aspek fisik, psikis, dan sosial yang menyeluruh, yang merupakan hak anak. Dengan perkembangan itu, maka anak diharapkan lebih siap untuk belajar lebih lanjut, bukan hanya belajar (akademik di sekolah), melainkan belajar sosial, emosional, moral dan lain-lain pada lingkungan keluarga dan sosial. b. Fungsi pendidikan anak usia dini. Fungsi pendidikan anak usia dini dapat dirumuskan menjadi lima fungsi utama.: 1. Penanaman aqidah dan keimanan 2. Pembentukan dan pembinaan perilaku positif. 3. Pengembangan pengetahuan dan ketrampilan dasar. 4. Pengembangan motivasi dan sikap. 5. Pengembangan segenap potensi bagi yang memiliki.. Kelima fungsi tersebut saling terkait dengan yang lain dan sulit dipisahkan. Dari rumusan tersebut nampak bahwa program pendidikan anak usia dini sangat penting diperhatikan dan sangat besar manfaatnya. Kehilangan masa tersebut pada masa yang sangat berharga berarti

23

Undang-Undang Sisdiknas, op. cit.. hlm. 28-29 Hibana S. Rahman, op.cit., hlm. 6.

24

28

kehilangan waktu emas (Golden Age) bagi pengembangan potensi manusia seutuhnya.25 3. Karakteristik Anak Usia Dini. Anak usia dini (0-6 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Dalam hal ini terjadi lompatan perkembangan fisik atau non fisik. Penyelidikan psikologi menunjukkan bahwa sekitar 85 % dari kepribadian anak pada waktu ia dewasa sudah terbentuk pada waktu anak itu menjelang umur enam tahun. Jadi kesempatan terbaik agar berhasil adalah dengan mengasihi dan menertibkan anak secara efektif.26 Apabila mengacu pada kurikulum hasil belajar anak usia dini yang dikeluarkan oleh DEPDIKNAS, maka ada beberapa karakteristik yang perlu dimiliki oleh anak usia dini sebagai hasil dari hasil belajar yaitu sebagai berikut :27 1. Perkembangan Fisik a. Usia 0-1 tahun: Dapat menggerakkan anggota tubuhnya dalam rangka latihan kelenturan otot tangan dan otot kaki. b. Usia 1-3 tahun: Dapat menggerakkan anggota tubuhnya dalam rangka latihan kelenturan otot punggung, otot kaki serta meningkatkan keseimbangan. c. Usia 4-6 tahun: Dapat menggerakkan anggota tubuhnya dalam rangka latihan kelenturan otot dan terjadinya koordinasi mata tangan sebagai persiapan untuk menulis. 2. Perkembangan Kognitif a. Usia 0-1 tahun: Merespon berbagai reaksi (suara, cahaya, gerak, rangsangan) dan lingkungan sekitar dan mengenal benda-benda yang ada disekitar.

25

Ibid, hlm. 89. Paul Lewis, Cara Mengarahkan Anak, Alih Bahasa Gerrit J. Tiendas, (Bandung: Yayasan Kolam Hidup, 1997), hlm. 220. 27 Hibana S. Rahman, op.cit., hlm. 38 26

29

b. Usia 1-3 tahun: Mengenal dan memahami berbagai konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari. c. Usia

4-6

tahun:

menghubungkan,

Dapat

menyelesaikan

mengenal,

membandingkan,

masalah

sederhana

dan

mempunyai banyak ide tentang berbagai konsep dan gejala sederhana yang ada di lingkungan. 3. Perkembangan Bahasa a. Usia 0-1 tahun : Bereaksi terhadap suara dan bunyi dan mengeluarkan suara-suara. b. Usia 1-3 tahun: Bereaksi terhadap suara dan bunyi dan mengeluarkan suara-suara. Yang didengarnya, mengerti isyarat, dan perkataan orang lain serta mengucapkan keinginannya dalam bentuk tingkah laku dan ucapan sederhana. c. Usia 4-6 tahun: Dapat berkomunikasi secara lisan untuk menjawab pertanyaan, bercerita, memberi informasi dan menulis dengan simbol-simbol

yang

melambangkannya

serta

memperkaya

penguasaan kosa kata. 4. Perkembangan Sosial Emosional. a. Usia 0-1 tahun: Mengenal dan bereaksi terhadap rangsangan dan dapat mengungkapkan emosi yang wajar. b. Usia 1-3 tahun: Menaruh minat dan percaya terhadap orang lain dan mampu mengekspresikan emosinya, dapat berpisah dari ibunya, dan mulai mengenal kebersihan. c. Usia 4-6 tahun: Mudah bergaul dan bekerja sama dengan orang lain. 5. Perkembangan Moral dan Agama. a. Usia 0-1 tahun: b. Usia 1-3 tahun: Dapat mengucapkan doa pendek dan meniru tingkah laku orang dewasa dalam beribadah. c. Usia 4-6 tahun: Dapat melakukan ibadah, terbiasa mematuhi aturan dan dapat hidup bersih.

30

6. Perkembangan Seni a. Usia 0-1 tahun: Bergerak bebas mengikuti irama musik. b. Usia 1-3 tahun: Dapat menggerakkan tubuhnya untuk melakukan berbagai gerakan sesuai dengan irama musik, mencipta berbagai kreasi sesuai yang dicontohkan. c. Usia 4-6 tahun: Dapat mengungkapkan gagasan dan mencipta berbagai kreasi dengan menggunakan berbagai media. Orang tua atau pendidik pada usia dini hendaknya memahami halhal penting pada tahun-tahun awal usia anak. Dengan pemahaman dan perlakuan yang tepat pada masa ini, anak akan memperoleh kemajuan belajar yang memadai dan mendasari proses pembelajaran dan pelatihan berikutnya. Hal-hal yang penting pada tahun-tahun awal itu adalah : 1. Anak berusia 3 tahun sudah dapat belajar bermain dan berbicara. 2. Anak usia 3-4 tahun memiliki rasa ingin tahu yang besar. 3. Anak usia 2-6 tahun senang mengenali diri sendiri dan dunia yang mengelilinginya. 4. Anak bergerak aktif dan sering mengikuti dorongan-dorongan hatinya pada masa ini masa yang baik untuk mengembangkan karakter anak. Karakter anak dibentuk melalui aktivitas dan belajar. 5. Anak akan berkembang rasa percaya dirinya kalau mendapatkan suasana demokratis, pujian, dan penghargaan yang wajar. 6. Anak membutuhkan rasa nyaman, rutinitas, dan tata aturan yang jelas. 7. Disiplin yang keras dan kaku tidak baik bagi anak, karena mereka baru berkembang dan tidak mengerti sepenuhnya mengapa harus disiplin dan kaku. 8. Anak belajar salah satunya dengan cara meniru orang dewasa dan juga teman sebaya.28

28

Theo Riyanto FIC dan Martin Handoko FIC, Pendidikan Pada Usia dini, (Jakarta: PT. Grasindo, 2004), hlm. 24.

31

C. Implikasi Pendidikan Anak Usia Dini Pada Pendidikan Islam. Kegiatan pendidikan yang dilaksanakan dalam keluarga, kita tidak bisa dilepaskan dari pendidikan sebelumnya yakni dalam kandungan atau sebelum lahir (Prenatal), sekitar saat lahir (Perinatal), saat baru kelahiran (Neo Natal), dan setelah kelahiran (Post Natal), termasuk pendidikan anak usia dini. Dengan demikian bila dilahirkan dengan pendidikan, maka pendidikan anak usia anak dini merupakan serangkaian yang masih ada keterkaitannya untuk mewujudkan generasi unggul, dan pendidikan itu memang merupakan sebuah kebutuhan dalam kehidupan manusia, “Education As An Ecessity Of Life”. Islam memandang keluarga sebagai lingkungan atau milliu yang pertama bagi individu dan keluargalah pendidikan pertama kali dapat diselenggarakan. 29 Orang tua dan terutama seorang ibu di dalam keluarga mempunyai tanggung jawab untuk mendidik anaknya. Bagi seorang ibu mempunyai kodrat mengandung, melahirkan, dan menyusui anaknya. Ibulah yang mempunyai beban amat berat, harus dipikul oleh kaum ibu, seiring dengan perkataan Syukhbah Asa, yang dikutip oleh Mansur bahwa seorang ibu mempunyai pengaruh yang besar terhadap anak.30 1. Pendidikan di dalam rahim atau kandungan (prenatal). Secara umum pengertian prenatal berasal dari kata pra yang berarti sebelum dan kata natal yang berarti lahir. Jadi pengertian prenatal adalah sebelum kelahiran, yang berkaitan dengan hal-hal atau keadaan sebelum melahirkan.31 Pendidikan prenatal disini adalah pendidikan yang dilakukan oleh kedua orang tua janin terutama ibu sebelum melahirkan anaknya. Ajaran Islam menjelaskan bahwa anak prenatal sudah bias dididik, Sebagaimana firman allah dalam surat al-A’raf ayat 172 :

29

Mansur, Diskursus Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Global Utama, 2001), hlm. 123. Ibid, hlm. 307. 31 Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm. 787. 30

32

‫ﻢ‬ ‫ﺴ ِﻬ‬ ِ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺃﹶﻧﻔﹸ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻢ ﻭﺃﺷ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﻢ ﹸﺫﺭ‬ ‫ﻮ ِﺭ ِﻫ‬‫ﻡ ﻣِﻦ ﹸﻇﻬ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺑﻨِﻲ ﺁ‬ ‫ﻚ ﻣِﻦ‬  ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫ﺧ ﹶﺬ‬ ‫ﻭِﺇ ﹾﺫ ﹶﺃ‬ ‫ﻫﺬﹶﺍ ﻏﹶﺎِﻓﻠِﲔ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﺎ ﹸﻛﻨ‬‫ﻣ ِﺔ ِﺇ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺗﻘﹸﻮﻟﹸﻮﹾﺍ‬ ‫ﺎ ﺃﹶﻥ‬‫ﺪﻧ‬ ‫ﺷ ِﻬ‬ ‫ﺑﻠﹶﻰ‬ ‫ﻢ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﹾﺍ‬ ‫ﺑﻜﹸ‬‫ﺮ‬ ‫ﺖ ِﺑ‬  ‫ﺴ‬  ‫ﹶﺃﹶﻟ‬ .(172 : ‫)ﺍﻷﻋﺮﺍﻑ‬ Artinya : ”Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anakanak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (Q.S. Al-a’raf : 172).32 Ayat di atas menjelaskan bahwa, sebelum bertugas memberi hidup kepada manusia, ruh telah dibaiat oleh Allah dengan perjanjian mengaku bertuhan kepada Allah, dan semua nyawa telah mengaku bertuhan kepadaNya. Pembaiatan tersebut mengindikasikan bahwa nyawa-nyawa itu mengerti dan memahami makna baiat. Inilah yang menjadi dalil dalam al-Qur’an bahwa anak prenatal sudah bias dididik, karena ia sendiri, sesungguhnya sudah hidup berkat nyawa yang memberi kehidupan kepadanya. Nyawa atau ruh itulah yang sesungguhnya responsive, dengan mengikut sertakan janin yang ditempatinya, terhadap rangsangan dari lingkungan lebih-lebih terhadap rangsangan-rangsangan yang disusun secara sistematik paedagogik yang dengan sengaja ditujukan kepadanya.33 Setiap orang tua (suami istri) hendaklah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan jika mendambakan keberhasilan dalam upayanya mendidik anak prenatalnya. Syarat-syarat tersebut berlaku untuk dirinya, bukan untuk anak prenatalnya yang masih di dalam kandungan. Diantara syarat tersebut adalah sebagai berikut :

32

Depag RI, op.cit., hlm. 250. Baihaqi A.K, “Pendidikan Agama dalam Keluarga bagi Anak Prenatal”, dalam Ahmad Tafsir (Ed.) Pendidikan Agama dalam keluarga, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 25. 33

33

1. Beriman dan bertakwa kepada Allah. 2. Bertekad dan berniat mendidik anak prenatal. 3. Menghormati (keempat) orang tua. 4. Mendoakan anak prenatal. 5. Ikhlas mendidik anak prenatal. 6. Memenuhi kebutuhan istri. Syarat penting lainnya yang harus dipenuhi oleh orang tua, dalam hal ini suami memenuhi kebutuhan istri yang sedang mengandung.. kebutuhan istri yang sedang mengandung memang banyak, diantaranya adalah sebagai berikut : a.

Kebutuhan akan perhatian.

b. Kebutuhan akan kecintaan ekstra. c.

Kebutuhan akan makanan ekstra.

d. Kebutuhan akan pengabulan. e.

Kebutuhan akan penghargaan.

f.

Kebutuhan akan ketentraman.

g. Kebutuhan akan perawatan h. Kebutuhan akan keindahan.34 7. Berakhlak mulia. Akhlak mulia orangtua sangat besar pengaruhnya bahkan sekaligus menjadi stimulus edukatif yang positif kepada anak prenatal. Supaya stimulus itu lebih berperan lagi; berakhlak itu hendaknya akhlak mulia yang erat kaitannya dengan pendidikan anak prenatal adalah sebagai berikut : a. Kasih sayang. b. Sopan dan lembut c. Sabar menghadapi anak prenatal. d. Rukun antar suami istri beserta semua anak. e. Rukun dengan keempat orang tua, tetangga dan masyarakat.35 Memiliki anak soleh, dapat diibaratkan seperti memiliki pohon yang baik, akarnya kokoh dan cabangnya menjulang ke langit, dimana ia 34

Ibid, hlm. 44. Ibid, hlm. 29 dan 50..

35

34

memberikan buahnya pada setiap musim dengan izin Tuhannya. Anak yang sholeh tentu memiliki integritas spiritual, intelektual, dan moral yang dengannya ia menghasilkan karya yang berguna, bukan saja bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi orang tuanya dan masyarakat sekitarnya, ketika seorang mengerti bahwa Allah SWT mengaruniakan kehamilan kepadanya akan diterima dengan rasa syukur, ketika anak yang dikandungnya memiliki potensi besar untuk menjadi anak yang sholeh atau dapat benih dari suatu jenis pohon yang baik, yang berubah setiap musim.36 Disinilah pentingnya seorang ibu yang sedang hamil memberikan proses pembelajaran pada janin yang dikandungnya dengan penuh cinta dan kasih saying. Sebagaimana yang dikemukakan dalam ilmu medis dan kedokteran, bahwa janin mendapatkan makanan dari ibunya, melalui plasenta. Semua yang dimakan dan diminum oleh ibunya akan ditransmisikan oleh plasenta tersebut kedalam tubuh janin, apabila ibu itu memakan makanan yang sehat, halalan thoyiban, baik secara material maupun prosedural (cara mengetahui rizkinya), maka janin itu pun akan mendapatkan menu yang sehat pula. Dapat digambarkan disini, bahwa perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim ibunya, adalah suatu proses yang luar biasa dibandingkan dengan semua bentuk perkembangan manusia hidup di dunia, artinya sedikit saja aksi atau tindakan yang dilakukan ibunya, memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan janin pada berikutnya.37 Beberapa metode yang dapat dipakai untuk mendidik anak prenatal bagi seorang calon ibu yang hamil : 1. Metode kasih sayang. 2. Metode beribadah. 3. Metode membaca al-Qur’an. 4. Metode bercerita. 5. Metode berdoa. 36

Suharsono, Membelajarkan Anak dengan Cinta, (Jakarta : Inisiasi Press, 2003), hlm.

37

Ibid, hlm. 70.

69-70.

35

6. Metode berlagu. Sedangkan bahan yang diberikan dalam pendidikan anak prenatal bagi seorang calon ibu yang hamil adalah sebagai berikut : 1. Sholat fardu lima waktu. 2. Sholat sunah. 3. Membaca al-Qur’an. 4. Keimanan. 5. Akhlak mulia. 6. Do’a.38 Ada empat aspek dasar yang sangat menentukan yang diperbuat ibu dan ayahnya bagi perkembangan janin dan tentunya juga ketika mereka menjadi manusia di dunia : 1. Aspek fisik dan material, sesuatu yang berkembang dengan menjaga kesehatan fisik, makanan dan gizi, pengadaan finansial, serta sarana material lainnya. 2. Aspek moral, yakni pengaruh moralitas orang tua, terutama ibu sangat menentukan bagi upaya pembentukan moralitas bayi. 3. Aspek intelektuality, ibu sangat menentukan bagi intelektual anak. 4. Aspek spiritual, yakni dimensi spiritual, seperti ibadah yang dilakukan ibu, yang sangat menentukan bagi spiritualitas bayi.39 Apabila ibu yang sedang hamil mampu menjaga dimensi-dimensi moral, intelektual, spiritual, sekaligus termasuk kesehatan fisikal dan gizi dengan baik, maka insya Allah ia selalu mempersiapkan diri bagi lahirnya anak yang cerdas. Hal ini demikian, karena sesungguhnya dimensidimensi tersebut merupakan “kurikulum utama” bagi janin yang dikandungnya. Sebagaimana, bahwa sering dikatakan bahwa setiap fase usia memiliki kurikulumnya sendiri, maka kurikulum yang tepat bagi pencerdasan janin adalah dimensi-dimensi fisik, mental, intelektual serta spiritual yang terintegrasi pada ibu yang mengandungnya. 38 39

Baihaqi, op.cit., hlm. 52-60. Suharsono, op.cit., hlm.80

36

Dalam keseluruhan proses ini, sangat penting bagi setiap suami agar senantiasa menjaga istrinya agar memiliki aktifitas-aktifitas religius tersebut. Suami sangat diharapkan akan nasehat-nasehatnya secara bijak dan perlindungannya secara memadai. Hal itu bisa dilakukan dengan cara bertutur kata yang lembut, memberikan “tenggang rasa” yang lebih besar, mengambil alih sebagian tugas rumah tangga, serta pemenuhan kebutuhan fisik dan materi, yang memang terasa meningkat. Dengan dukungan suami yang demikian ini, maka istri-istri yang sedang mengandung akan lebih siap untuk menghadapi kelahiran anaknya, yang memang sangat diharapkan.40

2. Pendidikan Waktu Lahir Kelahiran adalah suatu proses transformasi yang sangat tepat dalam fase kehidupan manusia, dari dunia rahim ke dunia nyata.41 Menurut Islam bayi pada waktu dilahirkan dari rahim ibunya belum mengetahui sesuatu apapun. Hanya saja sudah membawa atau sudah dibekali oleh Allah berupa segenap perangkat yang diperlukan untuk nantinya mengetahui segala sesuatu. Dengan perkataan lain, sudah tersedia indera lengkap guna menerima pendidikan Islam dari lingkungan keluarganya. Sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nahl- ayat 78 :

‫ﻊ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺴ‬  ‫ ﺍﹾﻟ‬‫ﻌ ﹶﻞ ﹶﻟﻜﹸﻢ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻴﺌﹰﺎ‬‫ﺷ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ‬‫ﻌﹶﻠﻤ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻢ ﹶﻻ‬ ‫ﺎِﺗ ﹸﻜ‬‫ﻣﻬ‬ ‫ﺑﻄﹸﻮ ِﻥ ﹸﺃ‬ ‫ﻦ‬‫ﺟﻜﹸﻢ ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﺍﻟﻠﹼ‬‫ﻭ‬ .(78 : ‫ﻭ ﹶﻥ ) ﺍﻟﻨﺤﻞ‬‫ﺸ ﹸﻜﺮ‬  ‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻌﻠﱠﻜﹸ‬ ‫ﺪ ﹶﺓ ﹶﻟ‬ ‫ﺍ َﻷ ﹾﻓِﺌ‬‫ﺎﺭ َﻭ‬‫ﺑﺼ‬‫ﺍ َﻷ‬‫ﻭ‬ Artinya : "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl:78)42.

40

Ibid., hlm. 85. Ibid., hlm. 86. 42 Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 413. 41

37

Anak yang baru lahir itu dalam keadaan yang serba lemah, belum dapat berdiri sendiri, jadi dalam keadaan yang serba tergantung pada orang lain. Karena itu kita perlu memberikan bimbingan atau pendidikan perkembangan dan kelanjutan hidup anak tadi.43 Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa, sekalipun manusia tidak mengetahui

apa-apa

mereka

dibekali

oleh

Allah

suatu

potensi

(kemampuan) untuk mendengar dan melihat yang bersifat fisikal dan kemampuan berfikir yang bersifat intelektual serta emosi agama yang bersifat spiritual. Kaitannya dengan ayat di atas Rasulullah SAW juga bersabda:

‫ ﻣﺎﻣﻦ‬: ‫ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬:‫ﻋﻦ ﺍﰉ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺍﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﻳﻘﻮﻝ‬ 44 .‫ﻣﻮﻟﻮﺩ ﺍﻻ ﻳﻮﻟﺪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻔﻄﺮﺓ ﻓﺎﺑﻮﺍﻩ ﻳﻬﻮﺩﺍﻧﻪ ﻭﻳﻨﺼﺮﺍﻧﻪ ﻭﳝﺠﺴﺎﻧﻪ‬ Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Tiada seorang anakpun yang lahir kecuali ia dilahirkan dalam keadaan fitroh (beraqidah yang benar), maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR. Muslim) Dengan demikian kebutuhan manusia ini secara umum dapat diketahui melalui 2 potensi dasar, yaitu: 1. Dunia fisik yang dapat diketahui lewat indera (sensori) antara lain pendengaran dan penglihatan. 2. Kebutuhan akan ilmu pengetahuan yang sifatnya lebih abstrak, yaitu kemampuan berfikir dalam suatu proses konsepsialisasi tentang suatu obyek. Proses ini adalah merupakan kerja akal yang harus mampu melihat mata akal. Agar mata akal dapat melihat perlu adanya cahaya yang menerangi akal, dan cahaya akal inilah yang disebut “alMunirun”, semakin banyak ilmu yang diketahui manusia, semakin banyak pula yang dapat dilihat dan diketahui oleh mata akalnya.

43

Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru, 1982), hlm. 39. Imam Abu al-Husain bin Hajjaj an-Nisaburi, Shohih Muslim, Juz 4, (Beirut: Dar al Kutub Ilmiyat, 1992), hlm. 2047. 44

38

Dengan kata lain pendidikan dalam tuntunan Islam diperintahkan berlangsung seumur hidup (Life Long Education), karena cahaya ilmu itu dibutuhkan sepanjang hidup agar manusia tidak berada dalam kegelapan akal dan kesesatan.45 Pendidikan yang dilakukan kedua orang tua setelah bayi dilahirkan. 1. Membacakan adzan dan iqomah. Dalam rangka membentuk anak yang sholeh, maka ketika istrinya melahirkan, suaminya segera menghampiri anaknya untuk mengucapkan lafadz adzan di telinga kanan anaknya dan membacakan lafadz iqomah di telinga kiri anak.46 Sebagai mana dianjurkan Rosulullah SAW, ketika menyambut kelahiran cucunya Hasan bin Ali bin Abi Tholib, seperti yang termaktub dalam hadits berikut ini :

‫ ﺭﺍﻳﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬:‫ﻋﻦ ﻋﺒﺪﺍﷲ ﺑﻦ ﺭﺍﻓﻊ ﻋﻦ ﺍﺑﻴﻪ ﻗﺎﻝ‬ 47 ‫ﺃﺫﻥ ﰲ ﺃﺫﻥ ﺍﳊﺴﻦ ﺑﻦ ﻋﻠﻲ ﺣﲔ ﻭﻟﺪﺗﻪ ﻓﺎﻃﻤﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻬﺎ‬ Artinya : “Diriwayatkan oleh Rofi’i dari ayahnya yang berkata, telah kusaksikan Rosulullah SAW membacakan adzan di telinga hasan (cucu Rosulullah SAW) ketika ia dilahirkan oleh ibunya fathimah RA.” (H,R. Abu Dawud). Dengan memberikan lafadz adzan di telinga kanannya dan lafadz iqomah di telinga kirinya, maka si anak yang baru lahir tersebut langsung mendengarkan lafadz-lafadz kalimat Allah, bukan bisikanbisikan atau suara-suara lainnya. Rahasia dan hikmah adzan sebagaimana yang dikatakan oleh Dahlawi yang dikutip oleh Muhamad Suwaid adalah : 1. Adzan merupakan bagian dari syiar-syiar Islam. 2. Pemberitahuan tentang agama Muhammad.

45

Ismail, SM (eds.), Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 326-327. 46 Didi Jubaedi Ismail, Membina Rumah Tangga Islami Dibawah Ridho Ilahi, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm. 185. 47 Abu Dawud Sulaiman As-Sajjastani, Sunan Abu Dawud, Juz 4, (Beirut: Darul Fikr, tth), hlm. 328.

39

3. Mengkhususkan

pengumandangkan

adzan

pada

bayi

yang

dilahirkan pada bagian telinganya. 4. Diantara manfaat adzan adalah membuat setan lari. Karena setan bisa menyakiti sang bayi sejak awal kelahirannya.48 2. Memberi nama yang baik Meskipun ada orang mengatakan, apalah arti sebuah nama. Nama dalam Islam mempunyai makna yang sangat penting.

‫ ﺇﻧﻜﻢ ﺗﺪﻋﻮﻥ‬:‫ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬,‫ﻋﻦ ﺍﰉ ﺍﻟﺬﺭﺩﺍﺀ ﻗﺎﻝ‬ 49 ‫ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﺑﺄﲰﺎﺋﻜﻢ ﻭ ﺑﺄﲰﺎﺀ ﺃﺑﺎﺋﻜﻢ ﻓﺄﺣﺴﻨﻮﺍ ﺃﲰﺎﺋﻜﻢ‬ Artinya : “Dai Abu Darda berkata, Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya kamu sekalian pada hari kiamat akan dipanggil dengan nama kamu sendiri dan nama bapak kamu, karena itu perindahlah nama kamu”. (HR. Abu Dawud). Nama ternyata sangat penting dan mempunyai efek psikologis bagi yang memilikinya. Oleh karena itu dalam Islam tidak boleh memberi nama kepada anak (dan kepada siapapun) secara asal-asalan. Selain mempunyai efek psikologis, nama juga sebenarnya harus mengandung makna yang baik, oleh karena itu dalam memberi nama hendaknya : a. Mengandung

makna

pujian, misalnya nama

Ahmad

atau

Muhammad yang artinya terpuji dan sebagainya. b. Mengandung do’a dan harapan, misalnya Ali artinya yang tinggi, Sholih dan Sholihah artinya yang baik dan sebagainya. c. Mengandung makna semangat, misalnya Syaifudin (pedang agama), Qomaruddin (cahaya purnama agama) dan sebagainya.50

48

Muhammad Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi SAW, Alih Bahasa Salafuddin Abu Sayyid, (Solo: Pustaka Arafah, 2006), hlm. 74. 49 Abu Dawud Sulaiman As-Sajjastani, op.cit., hlm. 287. 50 Heri Jauhari Muchtar, op.cit., hlm. 79.

40

Oleh karena itu hendaknya para orang tua memberi nama yang baik dan indah kepada anaknya, nama yang mengandung pujian, do’a, harapan dan semangat.

3. Melaksanakan aqiqah Aqiqah adalah penyembelihan hewan qurban (kambing) pada hari ketujuh kelahiran anak. Ketentuan anak lelaki disembelihkan dua ekor kambing, sedangkan bila anak perempuan satu ekor kambing.51 Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits :

:‫ ﲰﻌﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ‬: ‫ﻋﻦ ﺍﻡ ﻛﺮﺯ ﺍﻟﻜﻐﺒﻴﺔ ﻗﺎﻟﺖ‬ 52 .‫ﻋﻦ ﻋﻦ ﺍﻟﻐﻼﻡ ﺷﺎﺗﺎﻥ ﻭﻋﻦ ﺍﳉﺎﺭﻳﺔ ﺷﺎﺓ‬ Artinya :”Dari Umu Kurz al-Kabiyyati berkata, bahwa ia pernah mendengar Rosulullah SAW bersabda dua ekor kambing untuk laki-laki dan satu ekor untuk anak perempuan” (H.R. Abu Dawud) Dalam hadits yang lain juga disebutkan:

‫ ﻛﻞ ﻏﻼﻡ‬:‫ﻋﻦ ﲰﺮﺓ ﺑﻦ ﺟﻨﺪﺏ ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ‬ 53 .‫ ﺗﺬﺑﺢ ﻋﻨﻪ ﻳﻮﻡ ﺳﺎﺑﻌﻪ ﻭﳜﻠﻖ ﻭﻳﺴﻢ‬,‫ﺭﻫﻴﻨﺔ ﺑﻌﻘﻴﻘﺔ‬ Artinya: “Dari Sumarah bin Junduh, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda setiap anak (yang lahir) tergadai oleh aqiqohnya yang disembelihkan untuknya pada hari ketujuh, lalu diberi nama dan dicukur rambutnya.” (H.R. Abu Dawud) Seperti yang dijelaskan dalam hadits diatas, bahwa di hari ketujuh kelahiran anak itu selain beraqiqah juga disunahkan mencukur rambut bayi tersebut (sampai bersih).

4. Mengkhitankan 51

Ibid, hlm. 76. Abu Dawud Sulaiman As-Sajjastani, Sunan Abu Dawud, Juz 1, (Beirut: Darul Fikr, tth), hlm. 758. 53 Ibid, hlm. 759. 52

41

Mengkhitan ialah membersihkan alat kelamin, yakni dengan membuang kulit yang menutupi kepala kemaluannya. Khitan merupakan sunah.54 Para nabi dan rosul seperti dijelaskan dalam hadits.

,‫ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﻔﻄﺮﺓ ﲬﺲ‬:‫ﻋﻦ ﺍﰉ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻗﺎﻝ‬ 55 .‫ﺍﳋﺘﺎﻥ ﻭﺍﻻﺳﺘﺤﺪﺍﺩ ﻭﺗﻘﻠﻴﻢ ﺍﻻﻇﻔﺎﺭ ﻭﻧﺘﻒ ﺍﻻﺑﻂ ﻭﻗﺺ ﺍﻟﺸﺎﺭﺏ‬ Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah SAW bersabda kesucian itu ada lima : berkhitan, mencukur bulu kemaluan, mencukur kumis, memotong kuku dan mencabut bulu ketiak.” (HR. Ibnu Majjah) Berdasarkan hadits diatas khitan merupakan sunah (hal biasa dilakukan) para nabi dan rosul. Dilihat dari segi kesehatan dan psikologis, peranan khitan mempunyai tujuan dan faedah tersendiri, yaitu akan terus menyertai manusia selama hidupnya. Sehubungan dengan ini Dr. Shabri al-Qutbanni di dalam bukunya yang berjudul Hayatunal Jinsiyah (kehidupan biologis kita) mengatakan: “Khitan merupakan peraturan kesehatan yang faedahnya sangat besar, yaitu menghindarkan orang dari berbagai penyakit dan gangguan kesehatan lainnya.” Berikut ini kami tuturkan tentang faedah-faedahnya: 1. Sesungguhnya dengan memotong kulup sang anak, maka ia akan terbebas

dari

endapan yang

berlemak

serta lendir yang

menjijikkan. 2. Dengan terpotongnya kulup, orang akan terbatas dari terkekangnya penis sewaktu terjadi ereksi (ngaceng, Sunda). 3. Berkat khitan, sedikit sekali kemungkinan terkena penyakit kanker.

54

Muhammad Ali Qutub, Sang Anak Dalam Naungan Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, 1993), hlm. 48. 55 Abu Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, Juz I, (Beirut: Darul Fikri, t.th), hlm. 107.

42

4. Apabila kita bergegas mengkhitankan sang anak, maka kita dapat menghindarkan sang anak dari terjangkit penyakit ngompol di tempat tidur pada malam hari. 5. Dengan khitan, anak terhindar dari bahaya melakukan onani (meloco). 6. Para dokter mengatakan, bahwa khitan mempunyai pengaruh yang tidak langsung terhadap seks. Sensus yang telah diadakan oleh sebagian lembaga penelitian ilmiah menunjukkan bahwa orang yang dikhitan mempunyai kapabilitas yang cukup lama dalam bergerak dari pada mereka yang tidak dikhitan. 7. Orang yang dikhitan tidak bias ejakulasi, berbeda dengan mereka yang tidak dikhitan. Dengan demikian orang yang dikhitan dapat merasakan kenikmatan bersenggama lebih lama dari pada orang yang tidak dikhitan, atau lebih dapat memuaskan sang istri.56 5. Anak Diberi Air Susu Ibu (ASI) a. Pentingnya anak diberi Air Susu Ibu (ASI) dalam Islam Al-Qur’an menekankan pentingnya pemberian air susu ibu seperti disebutkan dalam Q.S. al-Qashas ayat 7

‫ﺎﻓِﻲ‬‫ﺗﺨ‬ ‫ﻭﻟﹶﺎ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴ‬‫ﻴ ِﻪ ﹶﻓﹶﺄﹾﻟﻘِﻴ ِﻪ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺖ‬ ِ ‫ﺿﻌِﻴ ِﻪ ﹶﻓِﺈﺫﹶﺍ ِﺧ ﹾﻔ‬ ِ ‫ﺭ‬ ‫ﻰ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﺃ‬‫ﻮﺳ‬‫ ﻣ‬‫ﺎ ِﺇﻟﹶﻰ ﹸﺃﻡ‬‫ﻴﻨ‬‫ﺣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ .(7 : ‫ )ﺍﻟﻘﺼﺺ‬.‫ﲔ‬  ‫ﺳِﻠ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟﻤ‬ ‫ ِﻣ‬‫ﺎ ِﻋﻠﹸﻮﻩ‬‫ﻭﺟ‬ ‫ﻚ‬ ِ ‫ﻴ‬‫ ِﺇﹶﻟ‬‫ﻭﻩ‬‫ﺍﺩ‬‫ﺎ ﺭ‬‫ﺰﻧِﻲ ِﺇﻧ‬ ‫ﺤ‬  ‫ﺗ‬ ‫ﻭﻟﹶﺎ‬ Artinya : “Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men-jadikannya (salah seorang) dari para rasul”. (QS. Al-Qashas:7)57

56

Muhammad Ali Qutub, op.cit., hlm. 49. Departemen Agama RI, op. cit.. hlm. 610.

57

43

Allah telah memerintahkan Ibu Musa untuk menyusui anaknya dan menjatuhkan ke sungai. Penyusuan ini menciptakan kenikmatan fisik maupun mental, yang merupakan pengalaman yang indah. Selama menyusui, ibu berada dalam kemuliaan yang penuh pesona, semua kasih sayang dan perasaan keibuannya muncul bersamaan. Karena itulah ketika ibu musa mulai merasa takut akan keadaan anaknya, Allah mengilhamkan kepadanya untuk menyusui. Selama menyusui itu, timbul perasaan perhatian antara ibu dan anaknya. Selama itu pula sang anak merasakan nikmatnya air susu ibunya, yang memberikan kehidupan dan hal itu pula citra mental ibunya. Dipihak lain, ibunya juga mulai membentuk mental anaknya yang disayangnya dengan kemuliaan cinta kasih dan sayangnya. Masa menyusui sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 233.58

‫ﻋ ﹶﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﺮﺿ‬ ‫ ﺍﻟ‬‫ﻳِﺘﻢ‬ ‫ﺩ ﺃﹶﻥ‬ ‫ﺍ‬‫ﻦ ﹶﺃﺭ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻴ ِﻦ ِﻟ‬‫ﻴ ِﻦ ﻛﹶﺎ ِﻣﹶﻠ‬‫ﻮﹶﻟ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺩﻫ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺿ‬ ِ ‫ﺮ‬ ‫ﺕ ﻳ‬  ‫ﺍ‬‫ﺍِﻟﺪ‬‫ﺍﹾﻟﻮ‬‫ﻭ‬ ‫ﺲ ِﺇﻻﱠ‬  ‫ﻧﻔﹾـ‬ ‫ ﹶﻜﻠﱠﻒ‬‫ﻑ ﹶﻻ ﺗ‬ ِ ‫ﻭ‬‫ﻌﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻦ ﺑِﺎﹾﻟ‬ ‫ﻬ‬‫ﻮﺗ‬ ‫ﺴ‬  ‫ﻭ ِﻛ‬ ‫ﻬﻦ‬ ‫ﺯﹸﻗ‬ ‫ ِﺭ‬‫ﻮﻟﹸﻮ ِﺩ ﹶﻟﻪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ‬‫ﻭ‬ ‫ﺙ ِﻣﹾﺜﻞﹸ‬ ِ ‫ﺍ ِﺭ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟﻮ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻮﹶﻟ ِﺪ ِﻩ‬ ‫ﻪ ِﺑ‬ ‫ﺩ ﱠﻟ‬ ‫ﻮﻟﹸﻮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺎ‬‫ﻮﹶﻟ ِﺪﻫ‬ ‫ﺪ ﹲﺓ ِﺑ‬ ‫ﺍِﻟ‬‫ﺭ ﻭ‬ ‫ﺂ‬‫ﺗﻀ‬ ‫ﺎ ﹶﻻ‬‫ﻌﻬ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻭِﺇ ﹾﻥ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴ ِﻬﻤ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺡ‬  ‫ﺎ‬‫ﺟﻨ‬ ‫ﻼ‬ ‫ ٍﺭ ﹶﻓ ﹶ‬‫ﺎﻭ‬‫ﺗﺸ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬﻤ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﺽ‬ ٍ ‫ﺍ‬‫ﺗﺮ‬ ‫ﻦ‬‫ﺎ ﹰﻻ ﻋ‬‫ﺍ ِﻓﺼ‬‫ﺍﺩ‬‫ﻚ ﹶﻓِﺈ ﹾﻥ ﹶﺃﺭ‬  ‫ﹶﺫِﻟ‬ ‫ﻢ‬‫ـﺘ‬‫ﺗﻴ‬‫ﺎ ﺁ‬‫ﻢ ﻣ‬‫ﻤﺘ‬ ‫ﺳﱠﻠ‬ ‫ﻢ ِﺇﺫﹶﺍ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺡ‬  ‫ﺗ‬ ‫ﻢ ﺃﹶﻥ‬ ‫ﺗ‬‫ﺩ‬‫ﹶﺃﺭ‬  ‫ﺎ‬‫ﺟﻨ‬ ‫ﻼ‬ ‫ﻢ ﹶﻓ ﹶ‬ ‫ﺩﻛﹸ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻮﹾﺍ ﹶﺃ‬‫ﺿﻌ‬ ِ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬ : ‫ﲑ )ﺍﻟﺒﻘـﺮﺓ‬ ‫ﺼ‬ ِ ‫ـ‬‫ﻤﻠﹸﻮ ﹶﻥ ﺑ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺎ‬‫ﻪ ِﺑﻤ‬ ‫ﻮﹾﺍ ﹶﺃﻥﱠ ﺍﻟﹼﻠ‬‫ﻋﹶﻠﻤ‬ ‫ﺍ‬‫ﻪ ﻭ‬ ‫ﺗﻘﹸﻮﹾﺍ ﺍﻟﹼﻠ‬‫ﺍ‬‫ﻑ ﻭ‬ ِ ‫ﻭ‬‫ﻌﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺑِﺎﹾﻟ‬ .(233 Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena 58

Ibid, hlm. 41-42.

44

anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah : 233). Berdasarkan ayat tersebut diatas dapat diketahui bahwa seorang anak harus mendapat air susu ibu (ASI) selama dua tahun penuh. Hal ini bertujuan agar si bayi tersebut tumbuh dan berkembang dengan sehat serta mendapat gizi dan hormon dari air susu ibu, karena ASI adalah pengganti makanan yang mengandung protein dan hormon yang berkadar tinggi dibandingkan dengan air susu lainnya termasuk air susu buatan yang banyak mengandung vitamin dan protein, karena air susu buatan tersebut mengandung efek samping dari bahan kimia dan bahan pengawet lainnya.59 Masa menyusui anak adalah dua tahun bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan, namun ibu dapat menyusui anaknya kurang dari dua tahun. Dengan menyebutkan masa dua tahun (maksudnya) bila ada anak tidak mengkonsumsi susu sebagaimana mestinya ia tidak akan sehat dan kuat secara prima. Allah menyerahkan masa menyusui kepada ibu, sehingga ibu diharapkan memperhatikan kepentingan anaknya.60

3. Pendidikan Balita. Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan masa-masa yang sangat baik untuk suatu formasi atau pembentukan. Masa itu juga masa yang sangat penting dalam masa perkembangan anak baik secara fisik, mental, maupun spiritual di dalam keluarga dan pendidikan yang 59

Didi Jubaedi Ismail, op.cit., hlm. 191. Mansur, op. cit., hlm. 165.

60

45

demokratis, orang tua pendidik berusaha memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan yang dibutuhkan oleh anak.61 Metode pembelajaran yang sesuai dengan tahun-tahun kelahiran sampai usia enam tahun biasanya menentukan kepribadian anak setelah dewasa tentu saja dipengaruhi seberapa baik dan sehat orang tua berperilaku

dan

bersikap

terhadap

anak-anak

usia

dini,

karena

perkembangan mental usia anak-anak berlangsung cepat inilah periode yang tidak boleh disepelekan. Materi pendidikan balita adalah sebagai berikut : a. Pendidikan Keimanan. b. Pendidikan Moral atau Akhlak. c. Pendidikan Jasmani. d. Pendidikan Rasio. e. Pendidikan Kejiwaan atau Hati Nurani. f. Pendidikan Sosial Kemasyarakatan.62 Adapun metode pendidikan balita adalah sebagai berikut : a. Metode Keteladanan (Uswah Hasanah). b. Metode Pembiasaan. c. Metode Nasehat. d. Metode Perhatian e. Metode Hukuman63 Materi dan metode pendidikan balita merupakan bagian yang sama dari pendidikan Islam hanya sistem pelaksanaannya berbeda karena faktor usia.

61

They Riyanto dan Martin Handoko, Pendidikan Pada Usia Dini, (Jakarta: Widya Sarana Indonesia, 2004), hlm. 7. 62 Heri Jauhari Mukhtar, op.cit., hlm. 15. 63 Ibid, hlm. 21.

BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN DR. MANSUR, MA. TENTANG PAUD

A. Riwayat Hidup Dr. Mansur, M.A 1. Data Pribadi Nama

: Prof. Dr.Mansur, M.A.

Tempat, tanggal lahir : Semarang, 13 Juni 1968. Alamat

: Pulutan Lor, RT. 03. RW.02, Sidorejo, Salatiga, Jawa Tengah.

2. Riwayat Pendidikan 1) SD Negeri Pulutan, lulus tahun 1982. 2) MTs Negeri Salatiga, lulus tahun 1985. 3) PGA Negeri Salatiga, lulus tahun 1988. 4) IAIN Walisongo, lulus tahun 1993. 5) Magister (S.2) IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, lulus tahun 1998. 6) Doktor (S.3) Universitas Islam Negeri Yogyakarta, lulus tahun 2005. 3. Prestasi 1) Juara Pertama (I) Lomba Cerdas Tangkas al-Qur’an, Agama, dan Pramuka Tingkat MTs dan SLTP se Kotamadia Salatiga tahun 1984. 2) Juara Pertama (I) Lomba Cerdas Tangkas Pramuka Tingkat Gugus Depan 080-081 Salatiga tahun 1985. 3) Juara Pertama (I) Lomba Cerdas Tangkas al-Qur’an, Agama dan Pramuka Tingkat Pondok Pesantren, SLTA dan Umum se Kotamadia Salatiga tahun 1986. 4) Juara Kedua (II) Lomba Cerdas Cermat P.4 tingkat SLTA se Kotamadia Salatiga tahun 1987. 5) Mendapat Beasiswa Supersemar di PGA dari Presiden tahun 1986 dan 1987. 6) Mendapat PMDK memasuki IAIN Walisongo tahun 1988. 7) Mendapat Beasiswa Supersemar di IAIN Walisongo tahun 1991.

46

47

8) Lulus Tes Bahasa Arab Tahap Pertama untuk studi ke Timur Tengah tahun 1993. 9) Lulus Tes Bahasa Inggris Tahap Pertama untuk studi ke Amerika Serikat tahun 1994. 10) Mendapat Beasiswa Departemen Agama Pusat di Pascasarjana (Magister maupun Doktor) tahun 1996 sampai 2000. 11) Pernah diusulkan dari STAIN Salatiga sebagai “Dosen Terbaik (Teladan)” untuk menerima Awards dari Dirjen Bagais Jakarta tahun 2004 dengan nomor ST.27/K-0/KP.04.1/124/2004. 4. Pengalaman Mengajar 1) Guru Bahasa Inggris SMA Walisongo Semarang. 2) Dosen Bahasa Arab Pendidikan Guru Ta’limul Qur’an Lil Aulad (PGTQA) Indonesia. 3) Dosen Universitas Darul Ulum Islamic Center (Undaris) berpusat di Ungaran. 4) Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Mambaul Ulum (STAIMUS) Surakarta. 5) Dosen Universitas Sains al-Qur’an (UNSIQ) Wonosobo. 6) Dosen Tetap Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga sejak tahun 1994 hingga sekarang. 5. Pengalaman Organisasi 1) Ketua OSIS PGA Negeri Salatiga. 2) Ketua Jamaah Pengajian Miftahul Ulum (JPMU) Salatiga. 3) Ketua Senat Mahasiswa (SEMA) IAIN Walisongo. 4) Sekretaris RT Wilayah Sidorejo Salatiga. 5) Ketua IKHAN Salatiga. 6) Pengurus FKRIP Salatiga 7) Pengurus Dewan KNPI Kota Salatiga.

48

8) Pengurus Forum Remaja Masjid (FORMAT) Salatiga. 9) Direktur Institut Pendidikan Indonesia. 10) Sekretaris Jenderal Ikatan Balon Salatiga (IKBALSA). 11) Wakil Ketua Paguyuban Mantan Calon Walikota dan Wawali Salatiga. 12) Anggota Senat STAIN Salatiga. 13) Ketua

Bidang Kurikulum dan Supervisi M.D.C. Kantor Wilayah

Departemen Agama Provinsi Jawa Tengah. 14) Instruktur Pelatihan /Workshop/Lokakarya Guru-guru RA, BA, MI, MTs, MA Provinsi Jawa Tengah. 15) Anggota Tim Penilai Guru-guru Teladan RA, BA, MI, MTs, MA Provinsi Jawa Tengah. 16) Anggota Tim Penilai Lembaga Madrasah Berprestasi (RA, BA, MI, MTs, MA) Provinsi Jawa Tengah. 17) Direktur Jurnal Ilmiah Attarbiyah STAIN Salatiga. B. Karya-karya Dr. Mansur, MA. Karya ilmiah yang berupa buku dan sudah berhasil diterbitkan:1 1. Diskursus Pendidikan Islam, Global Pustaka Utama, Yogyakarta, 2001. 2. Sejarah Sarekat Islam dan Pendidikan Bangsa, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004. 3. Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, Global Pustaka Utama, Yogyakarta, 2004. 4. Pendidikan Prenatal Menurut Perspektif Islam, STAIN Press, Salatiga, 2004. 5. Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2004. 6. Perintis Pendidikan Khusus Ketrampilan, Pilar Media, Yogyakarta, 2005. 7. Pendidikan dan Globalisasi, Pilar Humania, Yogyakarta, 2005.

1

Jateng

Hasil wawancara dengan Dr. Mansur, MA pada tanggal 5 Juni 2007 di Kanwil Depag

49

8. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005. 9. Akhlak dan Pendidikan Wahana Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005 10. Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005. 11. Psikoterapi dan Implementasinya bagi Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006. 12. Rekonstruksi Pendidikan Islam di Indonesia, Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama Pusat, Jakarta, 2006. 13. Konsep Psikoterapi dalam Pendidikan Islam, Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama Pusat, Jakarta, 2006.

Karya tulis lainnya dapat dibaca dalam majalah ilmiah: 1. Inkoma, Jurnal Ilmiah Universitas

Darul Ulum Islamic

Center

(UNDARIS) Ungaran. 2. Teologia, (Jurnal Ilmiah Nasional Terakreditasi) Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang. 3. Attarbiyah, Jurnal Ilmiah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 4. Al-‘Arabiyah, Jurnal Ilmiah Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta. 5. Lesiska,

Program

Pascasarjana

Universitas

Islam

Negeri

(UIN)

Yogyakarta. 6. Millah (Jurnal Ilmiah Nasional Terakreditasi) Program Pascasarjana Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.

C. Pemikiran Dr. Mansur, MA Tentang Pendidikan Anak Usia Dini. Pendidikan anak usia dini menurut Mansur adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan non fisik dengan memberikan

50

rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akan pikir, emosional, dan sosial yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.2 Adapun fase-fase anak usia dini diantaranya : 1. Fase usia 0-2 tahun Usia 0-2 tahun merupakan masa dilahirkan sampai usia dua tahun. Masa kelahiran merupakan perpindahan dari alam tentram dan terbatas ke dunia yang sangat luas dan beraneka ragam suasana yang berbeda dengan alam kandungan.3 Pada usia ini peran keluarga sangat dibutuhkan, keluarga

merupakan

lapangan

pendidikan

yang

pertama

dan

pendidikannya adalah orang tua. Orang tua (bapak ibu) adalah pendidik kodrati. Mereka pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrati ibu dan bapak diberikan anugerah oleh Allah SWT berupa naluri orang tua. Karena itu timbul rasa kasih sayang para orang tua kepada anaknya, hingga secara moral keduanya merasa terbebani tanggung jawab untuk memelihara, mengawasi, melindungi serta membimbing keturunan mereka.4 Pendidikan

keluarga

merupakan

pendidikan

dasar

bagi

pembentukan keagamaan anak. Pada anak, maka tidak heran jika Rosul menekankan tanggung jawab itu pada kedua orang tua. Fungsi dan peran orang tua bahkan mampu membentuk arah keyakinan anak-anak mereka.5 Di antara pendidikan yang dilakukan orang tua setelah bayi dilahirkan adalah sebagai berikut: a. Dikumandangkan adzan di telinga bayi waktu setelah lahir. Ketika bayi lahir kemudian di telinganya dikumandangkan adzan dan iqomat, berarti pendidikan pertama begitu anak lahir adalah

2

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),

3

Mansur, Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2004),

hlm. 88. hlm. 13. 4 Mansur, Sejarah Sarekat Islam dan Pendidikan Bangsa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 59. 5 Ibid

51

diperkenalkan kalimat tauhid di telinga bayi. Di telinga kanan dikumandangkan adzan dan di telinga kiri dikumandangkan iqomat6. Dengan memperdengarkan adzan dan iqomah ke telinga bayi yang baru lahir, berarti pendidikan tauhid (aqidah) telah dimulai sebelum bay mendengar suara dan ucapan lain, terlebih dahulu diperdengarkan kalimat tauhid, sehingga akan teringat kembali pada ikrar tauhidnya yang dilakukan sebelum dilahirkan ke dunia. Dengan demikian dapat diharapkan fitrah islamiyahnya yang dibawa semenjak lahir itu akan terselamatkan dengan baik.7 b. Anak diberi nama yang baik Kandungan ma’na pada nama anak, selain menjadi harapan bagi orang tua yang memberikan nama itu, kelak juga akan menjadi bahan peringatan selama hayatnya dan akan terus melihat pada diri anak yang bersangkutan. Dengan demikian kebaikan orang tua pada anaknya yang baru lahir adalah memberikan nama yang baik.8 Nama dalam islam mempunyai makna yang sangat penting Maka seharusnya para orang tua muslim memberikan namanama yang baik kepada anak-anaknya, memberi nama yang baik dan memiliki kandungan makna yang baik pula agar dengan nama itu anak merasa terdidik olehnya, terdorong untuk berbuat baik dan terdorong pula untuk menjauhi perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Adapun cara-cara memberi nama yang baik antara lain sebagai berikut : -

Menggunakan kata-kata yang memiliki arti baik.

-

Mencontoh nama-nama nabi.

-

Mengidhofahkan

(merangkaikan

sebuah

kata

yang

berarti

pengabdian (abdun) atau kata-kata lain dengan nama-nama Allah (asmaul husna).9 6

Mansur, Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan, op. cit, hlm. 59-60. Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini , op. cit. hlm. 370. 8 Ibid, hlm. 171. 9 Ibid, hlm. 171-172 7

52

c. Anak diaqiqahi Setelah pada hari pertama dilahirkan bayi diperdengarkan kalimat tauhid, maka pada hari ketujuh diberikan nama yang baik dan sekaligus diaqiqahi sebagai bukti kasih sayang orang tua dan sekaligus penebus gadaian yang berbentuk ibadah. Anak pada hakekatnya tergadai dan tebusan satu-satunya adalah aqiqah.10 Jadi aqiqah merupakan salah satu ajaran islam yang harus diperhatikan oleh pemeluknya. Sebagai bentuk kasih sayang dengan melakukan aqiqah bagi anak yang baru dilahirkan dan sekaligus bukti rasa syukur atas karunia anak yang dilahirkan. d. Anak diberi air susu ibu (ASI) 1) Pentingnya ibu menyusui anak Menyusui berarti memberikan makanan pada bayi, agar dapat berkembang dan tumbuh secara sempurna, baik fisik maupun psikisnya. Hal ini sebagai bukti kasih sayang ibu kepada anaknya. Unsur pendidikan yang diberikan kepada ibu lewat ASI memiliki arti yang sangat penting selain bayi dapat merasakan hangatnya kasih sayang ibu, pertumbuhan fisik dan perkembangan rohani dapat berlangsung dengan baik, maka demi kebaikan anaknya, ibu hendaklah memberikan air susu ibu benar-benar halal dan baik. Karena saat menyusui, sari pati ibu tersedot oleh anak, maka makanan dan minuman yang masuk ke perut ibu hendaklah makanan dan minuman yang halal dan baik (bergizi tinggi). Menurut penelitian ilmiah anak yang tidak diberi ASI ada kalanya dapat membawa pada kematian, sebab sistem pencernaan anak rusak lantaran mengkonsumsi susu bubuk atau air susu sapi segar11 2) Masa menyusui anak Masa sempurna menyusui anak adalah dua tahun bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan, namun ibu dapat 10

Ibid, hlm. 177 Mansur, op. cit, hlm. 165.

11

53

menyusui anaknya kurang dari dua tahun (maksudnya) bila anak tidak mengkonsumsi susu sebagaimana mestinya ia tidak akan sehat dan kuat secara prima. Allah menyerahkan masa menyusui kepada ibu, sehingga ibu diharapkan memperhatikan kepentingan anaknya.12 Masa menyusui sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 233.

‫ﻋ ﹶﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﺮﺿ‬ ‫ ﺍﻟ‬‫ﻳِﺘﻢ‬ ‫ﺩ ﺃﹶﻥ‬ ‫ﺍ‬‫ﻦ ﹶﺃﺭ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻴ ِﻦ ِﻟ‬‫ﻴ ِﻦ ﻛﹶﺎ ِﻣﹶﻠ‬‫ﻮﹶﻟ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺩﻫ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺿ‬ ِ ‫ﺮ‬ ‫ ﻳ‬‫ﺍﺕ‬‫ﺍِﻟﺪ‬‫ﺍﹾﻟﻮ‬‫ﻭ‬ ‫ﺲ ِﺇﻻﱠ‬  ‫ﻧ ﹾﻔ‬ ‫ ﹶﻜﻠﱠﻒ‬‫ﻑ ﹶﻻ ﺗ‬ ِ ‫ﻭ‬‫ﻌﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻦ ﺑِﺎﹾﻟ‬ ‫ﻬ‬‫ﻮﺗ‬ ‫ﺴ‬  ‫ﻭ ِﻛ‬ ‫ﻬﻦ‬ ‫ﺯﹸﻗ‬ ‫ ِﺭ‬‫ﻮﻟﹸﻮ ِﺩ ﹶﻟﻪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ‬‫ﻭ‬ ‫ﺙ ِﻣﹾﺜﻞﹸ‬ ِ ‫ﺍ ِﺭ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟﻮ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻮﹶﻟ ِﺪ ِﻩ‬ ‫ﻪ ِﺑ‬ ‫ﺩ ﱠﻟ‬ ‫ﻮﻟﹸﻮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺎ‬‫ﻮﹶﻟ ِﺪﻫ‬ ‫ﺪ ﹲﺓ ِﺑ‬ ‫ﺍِﻟ‬‫ﺂﺭ ﻭ‬‫ﺗﻀ‬ ‫ﺎ ﹶﻻ‬‫ﻌﻬ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻭِﺇ ﹾﻥ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴ ِﻬﻤ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺡ‬  ‫ﺎ‬‫ﺟﻨ‬ ‫ﻼ‬ ‫ ٍﺭ ﹶﻓ ﹶ‬‫ﺎﻭ‬‫ﺗﺸ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬﻤ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﺽ‬ ٍ ‫ﺍ‬‫ﺗﺮ‬ ‫ﻦ‬‫ﺎ ﹰﻻ ﻋ‬‫ﺍ ِﻓﺼ‬‫ﺭﺍﺩ‬ ‫ﻚ ﹶﻓِﺈ ﹾﻥ ﹶﺃ‬  ‫ﹶﺫِﻟ‬ ‫ﻢ ﹶﻓ ﹶ‬ ‫ﺩﻛﹸ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻮﹾﺍ ﹶﺃ‬‫ﺿﻌ‬ ِ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬  ‫ﺗ‬ ‫ﻢ ﺃﹶﻥ‬ ‫ﺗ‬‫ﺩ‬‫ﹶﺃﺭ‬ ‫ﻢ‬‫ﻴﺘ‬‫ﺗ‬‫ﺎ ﺁ‬‫ﻢ ﻣ‬‫ﻤﺘ‬ ‫ﺳﱠﻠ‬ ‫ﻢ ِﺇﺫﹶﺍ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺡ‬  ‫ﺎ‬‫ﺟﻨ‬ ‫ﻼ‬ : ‫ﲑ )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬ ‫ﺼ‬ ِ ‫ﺑ‬ ‫ﻤﻠﹸﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺎ‬‫ﻮﹾﺍ ﹶﺃﻥﱠ ﺍﻟﻠﹼﻪ ِﺑﻤ‬‫ﻋﹶﻠﻤ‬ ‫ﺍ‬‫ﻪ ﻭ‬ ‫ﺗﻘﹸﻮﹾﺍ ﺍﻟﹼﻠ‬‫ﺍ‬‫ﻑ ﻭ‬ ِ ‫ﻭ‬‫ﻌﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺑِﺎﹾﻟ‬ .(233 Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S.Al-Baqarah : 233).13

12

Ibid, hlm. 165 Departemen Agama Republik Indonesia, Alqur’an Dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989), hlm. 41-42. 13

54

Menurut, Hamka dalam tafsir al-Azharnya, ayat ini memberi petunjuk tentang kewajiban dan tanggung jawab seorang ibu untuk menyusui anaknya. Diakui oleh ilmu ketabiban modern, bahwasanya air susu ibu lebih baik dari segala air susu yang lain. Disebutkan pula disini bahwa masa pengasihan penyusuan itu, sebaiknya disempurnakan dua tahun.14

2. Fase usia 2-4 tahun (play group/ kelompok bermain) a. Pengertian kelompok bermain Pendidikan bagi anak pada dasarnya berlangsung di tiga lingkungan, yakni keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan pendidikan di sekolah diartikan tidak hanya pada satuan program di jalur sekolah, tetapi termasuk di dalamnya melalui satuan program di jalur pendidikan luar sekolah. Satuan program pendidikan luar sekolah untuk melayani kepentingan kelompok sasaran usia dini salah satunya adalah kelompok bermain.15 Kelompok bermain merupakan tempat bermain dan belajar bagi anak sebelum memasuki taman kanakkanak.16 Layanan

pendidikan

pada

kelompok

bermain

lebih

berorientasi kepada pembimbingan anak agar segenap potensi yang dimilikinya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Proses pembimbingan dilakukan melalui kegiatan bermain.17 Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak didik. Sebelum bersekolah, bermain merupakan cara alamiah anak untuk menemukan lingkungan orang lain dan dirinya sendiri. 14

Abdul Malk Abdul Karim (HAMKA), At-Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984), hlm. 232. 15 Ade Kusmiadi, Keterpaduan Kelompok Bermain dan Pendidikan Keluarga, dalam jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Buletin Padu, Amanat Undang-undang Sisdiknas, vol. 2 no. 2., Agustus 2003, hlm. 38 16 Hibana S. Rahman, Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta : PGTKI Press, 2005), hlm. 57 17 Ade Kusmiadi, op. cit., hlm 39

55

Pada prinsipnya, bermain mengandung rasa senang dan lebih mementingkan proses dari pada hasil akhir. Perkembangan bermain sebagai

cara

pembelajaran

hendaknya

disesuaikan

dengan

perkembangan umur dan kemampuan anak didik, yaitu berangsurangsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih besar) menjadi belajar sambil bermain (unsur belajar lebih banyak). Bermain merupakan cara atau jalan bagi anak untuk mengungkapkan hasil pemikiran, perasaan serta cara mereka menjelajahi dunia lingkungannya. Bermain juga membantu anak dalam menjalin hubungan sosial. Dengan demikian anak membutuhkan waktu yang cukup untuk bermain. Bermain di sekolah dapat membantu perkembangan anak apabila guru cukup memberikan waktu, ruang, materi dan kegiatan bermain bagi anak. Tersedianya ruang dan materi mainan merupakan prasyarat terjadinya kegiatan bermain produktif.18 b. Program kelompok bermain Program ini bertujuan memberikan pelayanan pendidikan usia dini agar anak dapat mengembangkan kehidupan beragama sedini mungkin sehingga anak memiliki moral dan budi pekerti yang tinggi dan

mengenal

permainan

tradisional

serta

mengembangkan

kemandirian, kemampuan berbahasa, daya pikir, daya cipta/ emosi, sosialisasi, ketrampilan dan jasmani. Disamping itu bertujuan membantu orang tua dalam mendidik/ mengasuh anak dalam meningkatkan tumbuh kembang anak. Untuk mencapai tujuan di atas, isi program belajar kelompok bermain dirancang terdiri atas : 1. Program kegiatan belajar dalam rangka pembentukan perilaku melalui pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari di kelompok bermain yang meliputi; keyakinan beragama, nilai

18

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini, op. cit., hlm. 134

56

moral, nilai budaya, disiplin, perasaan/ emosi dan kemampuan bermasyarakat serta permainan tradisional 2. Program

kegiatan

belajar

dalam

rangka

pengembangan

kemampuan dasar yang meliputi; kemampuan berbahasa, daya pikir, daya cipta, ketrampilan (motorik halus), pengembangan jasmani, pengembangan emosi dan bersosialisasi.19 Proses belajar pada kelompok bermain menitik beratkan pada kegiatan bermain warga belajar berdasarkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan

anak.

Oleh

karena

itu

strategi

pembelajaran

pembelajaran pada kelompok bermain meliputi : 1. Bermain sambil belajar. Belajar yang paling efektif bagi anak adalah

melalui

bermain.

Dalam

bermain

anak

dapat

mengembangkan otot kasar dan halus, meningkatkan penalaran, memahami keberadaan lingkungan, membentuk daya imajinasi, mengikuti tata tertib/ disiplin dan mengenal dunia sesungguhnya, sehingga seluruh panca inderanya dapat dioptimalkan 2. Mengutamakan kemampuan yang diharapkan dicapai (pembiasaan) dari pada mengutamakan penyampaian tema 3. Mengutamakan

proses

dari

pada

hasil,

sehingga

dalam

penyampaian materi bukan hasil akhir yang utama akan tetapi mengutamakan proses.20

3. Fase usia 4-6 tahun (TK) a. Pengertian TK Taman kanak-kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun.21 Raudhatul Athfal (RA), Bustanul Athfal (BA) 19

Ade Kusmiadi, op. cit., hlm. 41 Ibid, hlm. 42 21 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 20

hlm. 127

57

adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan umum dan pendidikan keagamaan islam bagi anak berusia empat tahun sampai enam tahun.22 TK, RA dan BA untuk selanjutnya ditulis TK merupakan pendidikan anak usia dini dan di dalamnya terdapat Garisgaris Besar Program Kegiatan Belajar (GBPKB), yakni usaha untuk mengetahui secara mendalam tentang perangkat kegiatan yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu, dalam rangka meletakkan dasar-dasar bagi pengembangan diri anak usia TK. Adapun fungsi pendidikan TK adalah untuk mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak dengan dunia sekitar, menuntunkan sikap dan perilaku yang baik, mengembangkan kemampuan yang dimiliki anak, menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar. Adapun tujuannya adalah untuk membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, kognitif, bahasa, fisik atau motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar.23 Tujuan TK adalah kesinambungan dengan tujuan pendidikan islam, yaitu untuk membentuk manusia yang berakhlakul karimah. Oleh karena itu tujuan TK adalah pembentukan dasar untuk mengembangkan potensi yang dimiliki anak usia dini. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan penting untuk mewujudkan peletakan dasar dalam rangka memasuki pendidikan selanjutnya. Program kegiatan TK didasarkan pada tugas perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Program kegiatan TK merupakan satu kesatuan program kegiatan belajar yang utuh. Program kegiatan ini berisi materi-materi bahan-bahan pembelajaran yang dapat dicapai melalui tema yang sesuai dengan lingkungan anak kegiatankegiatan lain yang sesuai dengan lingkungan anak dan kegiatan22 23

Ibid Ibid, hlm. 128

58

kegiatan yang lain yang menunjang kemampuan yang hendak dikembangkan.24 Dengan demikian bahan itu dapat dikembangkan lebih lanjut oleh guru menjadi program kegiatan hendak dicapai. b. Pembelajaran Tematik 1) Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran untuk anak usia dini (TK) sebaiknya terpadu. Mereka tidak belajar mata pelajaran tertentu, seperti sains, matematika, dan bahasa secara terpisah itu didasarkan keilmuan PAUD bahwa anak belajar segala sesuatu dan fenomena dan obyek yang ditemui. Ketika belajar tentang air, mereka bisa belajar menghitung

(matematika),

mengenal

sifat-sifat

air

(sains),

menggambar air mancur (kesenian), dan fungsi air dalam keluarga (pengetahuan sosial). Pembelajaran terpadu dengan tema dasar tertentu dikenal dengan istilah tematik unit.25 Pembelajaran tematik adalah pembelajaran

yang

menggunakan

tema

dalam

mengaitkan

beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pendekatan ini berangkat

dari

teori

pembelajaran

yang

menolak

proses

latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori oleh tokoh psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.

24

Pendekatan pembelajaran

Ibid, hlm. 129 Slamet Suyanto, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Hikayat, 2005), hlm. 131. 25

59

tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).26 2) Arti Penting Pembelajaran Tematik Melalui pembelajaran tematik anak lebih mudah menyadari lingkungannya,

karena

dengan

demikian

anak

akan

mengembangkan suatu konsep melalui asosiasi yang diperoleh melalui pengalamannya. Mengorganisasikan pengalaman melalui suatu

tema

akan

sangat

produktif.27

Pada

pelaksanaan

pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya: a) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu. b) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama. c) Penanaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan, d) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan masa pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa. e) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas. f) Siswa

mampu

lebih

bergairah

belajar

karena

dapat

berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran yang lain. g) Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya

26

http://jeperis.blogspot.com/2007.06pembelajarantematik. Soemiarti Padmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998),

27

hlm. 71.

60

dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan dan pengayaan.28 3) Karakteristik Pembelajaran Tematik Di antara karakteristik pembelajaran tematik adalah sebagai berikut: 29 a) Berpusat pada siswa Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. b) Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (directed experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. c) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas. Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa

28 29

http://jeperis.blogspot.com/2007.06pembelajarantematik http://jeperis.blogspot.com/2007.06pembelajarantematik

61

dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. e) Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dan satu mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. f) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa Siswa potensi

diberi

yang

kesempatan

dimilikinya

untuk

sesuai

mengoptimalkan

dengan

minat

dan

bermain

dan

kebutuhannya. g) Menggunakan

prinsip

belajar

sambil

menyenangkan. Dengan adanya pembelajaran tematik tersebut maka kemampuan

siswa

akan

berkembang

menyatukan

ketiga

aspek

yaitu:

karena

kognitif,

dengan

afektif

dan

psikomotor. Dalam penyampaian materi pada anak didik yang dipentingkan bukan hasil akhir semata-mata, melainkan proses dari belajar mengajar anak didik. Adapun materi yang disampaikan pada anak TK meliputi : 1) Pendidikan aqidah Islam menempatkan pendidikan aqidah pada posisi yang paling mendasar, yakni terposisikan dalam rukun yang pertama dari rukun islam yang lima, sekaligus sebagai kunci lamanya dakwah rosul dalam rangka mengajak umat agar bersedia mentauhidkan

Allah

menunjukkan

betapa

penting

dan

mendasarnya pendidikan aqidah islamiyah bagi setiap umat muslim pada umumnya. Terlebih pada kehidupan anak, maka dasar-dasar aqidah harus terus-menerus ditanamkan pada diri anak,

62

agar setiap perkembangan dan pertumbuhannya senantiasa dilandasi oleh aqidah yang benar.30 Sedemikian mendasarnya pendidikan aqidah ini bagi anak-anak, karena dengan pendidikan inilah anak akan mengenali siapa penciptanya, bagaimana cara bersikap terhadap penciptanya dan apa saja yang harus mereka lakukan dalam hidup ini, memperkenalkan nama Allah dan rasul-Nya dan memperkenalkan kemaha agungan Allah dengan memaparkan gambaran ringan tentang adanya alam raya. 2) Pendidikan ibadah Tata peribadatan menyeluruh sebagaimana termaktub fikih islam itu hendaklah diperkenalkan sedini mungkin dan sedikit dibiasakan dalam diri anak. Hal itu dilakukan agar kelak mereka tumbuh menjadi manusia yang benar-benar takwa, yakni manusia yang taat melaksanakan segala perintah agama dan taat pula dalam menjauhi segala larangannya. Ibadah sebagai realisasi dari aqidah islamiyah harus tetap terpancar dan teramalkan dengan baik oleh setiap anak, sehingga anak terbiasa untuk melaksanakannya. Ibadah merupakan bukti nyata bagi seorang muslim dalam meyakini dan mempedomani aqidah islamiyah. Oleh karena itu semenjak dini anak-anak harus mulai sudah diperkenalkan, misalnya dengan cara : a. Mengajak anak-anak ke tempat shalat b. Memperlihatkan bentuk-bentuk ibadah, seperti tata cara shalat, tata cara berwudhu dan lain-lain c. Memperkenalkan arti ibadah kepada anak dengan pemaparan ringan.31

30 M. Nipan abdul Halim, Anak Shaleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2003), cet. 3, hlm. 93 31 Ibid, hlm. 180

63

3) Pendidikan akhlak a. Pengertian pendidikan akhlak Membahas tentang pengertian pendidikan akhlak perlu dijelaskan dahulu tentang pengertian akhlak yang terkadang rancu dengan kata moral ataupun etika. Secara etimologi (bahasa), kata akhlak berasal dari bahasa arab ‫ ﺃﺧﻼﻕ‬merupakan bentuk jamak dari kata khuluq (‫ )ﺧﻠﻖ‬yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.32 Pengertian ini bersumber dari kalimat yang tercantum dalam al-Qur’an :

∩⊆∪ 5ΟŠÏàtã @,è=äz 4’n?yès9 y7¯ΡÎ)uρ Artinya: “Sesungguhnya engkau (ya Muhammad) mempunyai budi pekerti yang luhur”. (QS. Al-Qalam : 4)33 Selain istilah akhlak, juga lazim dipergunakan istilah etika yang berasal dari bahasa yunani Etos yang berarti kebiasaan dan moral yang berarti sama yaitu kebiasaan.34 Adapun pengertian akhlak secara istilah adalah : 1. Menurut Imam Ghazali, akhlak adalah :

‫ﺍﳋﻠﻖ ﻫﻮ ﻋﺒﺎﺭﺓ ﻋﻦ ﻫﻴﺌﺔ ﰱ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﺭﺍﺳﺨﺔ ﻋﻨﻬﺎ ﺗﺼﺪﺭ ﺍﻷﻓﻌﺎﻝ‬ 35 ‫ﺑﺴﻬﻮﻟﺔ ﻭﻳﺴﺮ ﻣﻦ ﻏﲑ ﺣﺎﺟﺔ ﻓﻜﺮ ﻭﺭﺩﻳﺌﺔ‬ Artinya: “Suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu”

32

Hamzah Ya’qub, Etika Islam, (Bandung : CV. Diponegoro, 1993), hlm. 11 Depag RI, op.cit., hlm. 960 34 Ibid, hlm. 12 35 Imam Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Juz III, (Mesir : Isa Albaby Alhalaby), hlm. 52 33

64

2. Menurut pendapat Ibnu Maskawih yang dikutip oleh Mansur Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan

perbuatan-perbuatan

tanpa

melalui

pertimbangan pikiran lebih dahulu 3. Sedangkan menurut Mansur sendiri, akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kehidupa sehari-hari.36 Dari beberapa pengertian akhlak yang disebutkan di atas dapat diambil pengertian bahwa akhlak adalah tingkah laku seseorang yang telah dijadikan kebiasaan dan timbul secara spontan dalam kehidupan sehari-hari sebagai aktualisasi dari al-Qur’an dan Sunnah rasul. Sedangkan mengenai pengertian pendidikan akhlak; 1. Abdullah Ulwan berpendapat :

‫ﻧﻘﺼﺪ ﺑﺎﻟﺘﺮﺑﻴﺔ ﺍﳋﻠﻘﻴﺔ ﳎﻤﻮﻋﺔ ﺍﳌﺒﺎﺩﺉ ﺍﳋﻠﻘﻴﺔ ﻭﺍﻟﻔﻀﺎﺋﻞ‬ ‫ﺍﻟﺴﻠﻮﻛﻴﺔ ﻭﺍﻟﻮﺟﺪﺍﻧﻴﺔ ﺍﻟﱴ ﳚﺐ ﺃﻥ ﻳﺘﻠﻘﺎﻫﺎﺍﻟﻄﻔﻞ ﻭﻳﻜﺘﺴﺒﻬﺎ‬ ‫ﻭﻳﻌﺘﺎﺩ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻣﻨﺬ ﲤﻴﻴﺰ ﻭﺗﻌﻘﻠﻪ ﺍﱃ ﺃﻥ ﻳﺼﺒﺢ ﻣﻜﻠﻔﺎ ﺍﱃ ﺃﻥ‬ 37 ‫ﻳﺘﺪﺭﺝ ﺷﺎﺑﺎ ﺍﱃ ﺃﻥ ﳜﻮﺽ ﺣﻀﻢ ﺍﳊﻴﺎﺓ‬ Artinya: “Yang kami maksud dengan pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak, perangai utama dan beberapa tujuan yang wajib dipelajari, diperoleh, dibiasakan oleh anak sejak ia tamyiz sampai ia menjadi mukallaf berangsurangsur naik menjadi pemuda sampai ia masuk di tengah-tengah masyarakat” 36 Mansur, Sejarah Sarekat Islam dan Pendidikan Bangsa, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 106 37 Abdullah Ulwan, Tarbiyatul Khuluq fil Islam, (Beirut : Darussalam, 1976), hlm. 175

65

2. Mahmud Yunus dan Qashim Bakri berpendapat :

‫ﻓﺎﻟﺘﺮﺑﻴﺔ ﺍﳋﻠﻘﻴﺔ ﻣﻦ ﺗﺮﺑﻴﺔ ﺃﺩﺑﻴﺔ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ ﺗﻌﻮﺩ ﺍﳌﺮﺀ ﲨﻴﻞ ﺍﻟﺼﻔﺔ‬ ‫ﻭﻛﺮﳝﻬﺎ ﻛﺎﻟﺼﺪﻕ ﻭﺍﻹﻳﺜﺎﺭ ﻭﺍﻹﺧﻼﺹ ﻭﺣﺐ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﻭﻣﺎ ﺍﱃ‬ 38 ‫ﺫﻟﻚ‬ Artinya: “Maka pendidikan akhlak adalah pendidikan budi pekerti sekiranya membiasakan seseorang dengan sifat-sifat yang baik dan mulia, seperti jujur, mengutamakan orang lain, ikhlas, cinta beramal dan lain-lain” Dari

beberapa

pengertian

pendidikan

akhlak

tersebut dapat diambil pengertuan bahwa pendidikan akhlak adalah usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik untuk membiasakan anak sejak kecil agar terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan

yang

mulia

dalam

kehidupan

bermasyarakat. b. Cara mengajarkan akhlak kepada anak Cara yang ditempuh dalam membawakan ajran-ajaran akhlak adalah sebagai berikut : 1. Dengan cara langsung Nabi Muhammad SAW sebagai guru yang terbaik (muallim al-Nas al-Khoir). Oleh karena itu, dalam menyampaikan materi ajaran-ajarannya di bidang akhlak secara langsung dapat dengan menggunakan ayat-ayat alQur’an dan al-hadits tentang akhlak. Cara langsung itu ditempuh oleh islam untuk membawakan ajaran-ajaran akhlaknya.39 Contoh ayat al-Qur’an mengenai pengajaran akhlak antara lain: an-Nur : 27

38 Mahmud Yunus dan Qashim Bakri, Kitabah al-Tarbiyah wa al- Ta’lim, (Padang : Kuliah al-Muallimin : al-Islamiyah, 1921), hlm. 36 39 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini, op. cit., hlm. 258

66

(#θÝ¡ÎΣù'tGó¡n@ 4_®Lym öΝà6Ï?θã‹ç/ uöxî $·?θã‹ç/ (#θè=äzô‰s? Ÿω (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ ∩⊄∠∪ šχρã©.x‹s? öΝä3ª=yès9 öΝä3©9 ×öyz öΝä3Ï9≡sŒ 4 $yγÎ=÷δr& #’n?tã (#θßϑÏk=|¡è@uρ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu selalu ingat”. (QS. An-Nur : 27)40 Al-Qur’an melarang orang mukmin memasuki rumah orang lain sebelum lebih dahulu minta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Dengan adanya ayat al-Qur’an

tersebut,

anak

akan

menuruti

apa

yang

disampaikan oleh orang tuanya/ pendidiknya, karena sifat anak yang suka meniru orang dewasa. Maka ketika orang tua menyampaikan ayat al-Qur’an atau Hadits harus disertai arti dan dijelaskan sesuai dengan bahasa anak. 2. Dengan cara tidak langsung Dalam menyampaikan akhlaknya, juga dapat menggunakan cara yang tidak langsung, yaitu : a. Kisah-kisah yang mengandung nilai-nilai akhlak Anak suka mendengarkan cerita-cerita/ kisahkisah yang diberikan oleh orang tuanya. Kisah-kisah yang

mengandung

nilai-nilai

akhlak

banyak

dikemukakan dalam ajaran islam; antara lain kisah nabinabi dan umat, mereka masing-masing, kisah yang terjadi di kalangan bani israil, kisah pemuda-pemuda penghuni goa (ashhabul kahfi), kisah perjalanan isra’ mi’raj Nabi Muhammad dan lain-lain. Hikmah dari isra’ mi’raj yaitu adanya perintah shalat lima puluh kali menjadi lima kali sehari. Kisah mempunyai kedudukan

40

Depag RI, op.cit., hlm. 547

67

dan

mempunyai

peranan

yang

besar

dalam

mempengaruhi kehidupan manusia. Sejak zaman dahulu, tiap bangsa di muka bumi ini mempunyai kisah-kisah yang mengandung nilai-nilai moral yang dipakai untuk mendidik anak cucu atau generasi dalam kehidupan manusia. Agama islam memakai kisah untuk secara tidak langsung membawakan ajaran-ajaran di bidang akhlak, keimanan dan lain-lain. Kisah ayat al-Qur’an bahkan ada surat alQur’an yang dikhususkan untuk kisah semata-mata, seperti surat Yusuf, al-Anbiya’ dan Nuh.41 b. Kebiasaan atau latihan peribadatan Peribadatan seperti shalat, puasa, zakat, haji perlu dibiasakan atau diadakan latihan. Apabila latihanlatihan peribadatan ini betul-betul dikerjakan dan ditaati, akan lahirlah akhlak islam pada diri orang yang mengerjakannya, sehingga orang itu menjadi orang islam yang berbudi luhur. Dengan demikian dalam mengajarkan akhlak terutama kepada anak, dengan memberikan nasehat kepada anak agar menjauhkan akhlak tercela, kemudian mengisi, melaksanakan akhlak terpuji. Jadi metode pembinaan akhlak yang dimulai sejak dini dan pembinaan tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anak. Di antara metode tersebut antara lain : 1. Orang tua harus mendidik dan membina anak, juga mengajarkan

kepadanya

akhlak

terpuji,

menjauhkan dari teman-teman yang buruk

41

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini, op. cit., hlm. 264

serta

68

2. Orang tua harus memberikan pelajaran kepada anak bahwa tatkala hendak makan dengan menggunakan tangan kanan, juga dijelaskan bahwa makan sampai terlalu kenyang adalah perbuatan buruk dan tercela 3. Orang

tua

tidak

dibenarkan

memarahi

atau

menghukum anak lantaran melakukan kesalahan kecil, tetapi dinasehati dengan baik 4. Orang

tua

berkewajiban

melarang

anak

membiasakan diri tidur di pagi hari 5. Orang tua harus melarang anak bersikap sombong dan

angkuh

terhadap

teman-temannya,

serta

mendidik agar anak membiasakan bersikap ramah 6. Anak harus dilarang melakukan sebagian perbuatan tercela, seperti meludah dan menguap di hadapan orang serta mencuri 7. Mengizinkan anak untuk bermain dan beristirahat.42

D. Tawaran Dr. Mansur, MA. Tentang PAUD -

Pendidikan bagi anak pada dasarnya berlangsung di tiga lingkungan, yakni: keluarga, sekolah dan masyarakatnya. Keluarga terutama orang tua memiliki peranan yang paling utama dalam mendidik anak usia dini. Begitu pentingnya pendidikan anak usia dini maka orang tua terutama Bapak Ibu harus memperhatikan pendidikan sejak usia dini; karena pendidikan sejak usia dini akan mendasari terbentuknya sifat bagi seseorang pada masa selanjutnya. Untuk mewujudkan generasi masa depan yang unggul maka diperlukan ketertiban atau orang tua yakni ayah dan ibu.

-

Sudah saatnya untuk menciptakan generasi penerus yang berkualitas dalam rangka menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di

42

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini, op. cit., hlm. 267

69

era global. Karena begitu pentingnya pendidikan anak usia dini, maka orang tua harus mempersiapkan diri untuk mendidik sejak dini. -

Dalam rangka mendidik anak usia dini, sebagai orang tua telah diberikan oleh Allah beberapa potensi yang lebih banyak baiknya, namun potensipotensi itu tidak akan tersosialisasikan tanpa adanya tingkah laku. Tingkah laku yang bertujuan dalam rangka mendidik anak usia dini. Orang tua mempunyai sifat-sifat proaktif yang kesemua perbuatannya harus dilandasi nilai-nilai agamis. Adanya perilaku-perilaku edukatif yang dilakukan oleh kedua orang tua dengan beberapa jenis perilaku itu dapat membantu perkembangan anak. Disamping itu faktor keturunan dan lingkungan juga mempunyai peranan yang sama-sama mempengaruhi dalam menentukan keberhasilan seseorang. Melalui pendidikan anak usia dini secara intensif diharapkan akan ada peningkatan kualitas sumber daya manusia, sehingga mengantisipasi pengaruh lingkungan yang merugikan.

-

Begitu pentingnya pendidikan sejak usia dini, disamping pendidikan dari orang tua sendiri juga perlu adanya jurusan PGTK yang mempersiapkan tenaga ahli pendidik untuk usia dini sehingga setelah lulus, maka lulusan PGTK tersebut bisa mengajar di TK. 43

43

Hasil wawancara dengan Dr. Mansur, MA., tanggal 28 Januari 2008.

BAB IV IMPLIKASI PEMIKIRAN DR. MANSUR, MA. TENTANG PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PADA PENDIDIKAN ISLAM

Di dalam agama Islam masalah pendidikan anak terutama pendidikan anak usia dini diatur sedemikian rupa, hal ini dikarenakan pendidikan anak usia dini sangat penting dan mempunyai pengaruh sangat besar pada pendidikan Islam. Disini peran keluarga terutama orang tua merupakan pendidik utama bagi anakanak mereka di masa usia dini, karena pendidikan di usia dini akan mempengaruhi pada masa selanjutnya, bahkan terlebih lagi pendidikan anak usia dini tidak hanya dilakukan setelah anak lahir tetapi lebih jauh lagi ketika anak masih berada di dalam kandungan. Untuk mengetahui bagaimana implikasi pemikiran Dr. Mansyur, MA. tentang pendidikan anak usia pada pendidikan Islam pada bab ini akan dijelaskan mengenai pendidikan di dalam rahim, pendidikan di waktu lahir, dan pendidikan anak lahir sampai 6 tahun. A. Pendidikan di Dalam Rahim (Prenatal) Kehidupan individu sebenarnya dimulai sejak prenatal.1 Di dalam Islam, bahwa salah satu tujuan utama disyariatkannya pernikahan adalah melaksanakan sunnah Rasul lahirnya keturunan yang soleh solehah yang dapat melangsungkan serta mempertahankan manusia di dunia sebagai generasi orang tuanya, sehingga awal mula atau masa aktif mendidik anak usia dini adalah sudah dimulai sejak anak masih di dalam rahim atau kandungan ibu. Ini dikarenakan bahwa ketika janin berada di dalam rahim itu, Allah sudah meniupkan ruh yang mana ruh itu responsive dengan mengikut sertakan janin yang ditempatnya. Sehingga anak di dalam rahim sudah dapat dididik. Sedangkan menurut Mansur di dalam buku PAUD-nya bahwa pendidikan anak usia dini adalah pendidikan sejak anak dilahirkan sampai usia enam tahun, tetapi tidak dimulai sejak anak masih berada di dalam rahim ibunya. 1

Burhnuddin Salam, Pengantar Pedagogik; Dasar-dasar Ilmu Mendidik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hlm. 73.

70

71

Mengingat betapa pentingnya pendidikan anak usia dini, maka pendidikan anak usia dini tidak hanya dimulai sejak anak itu lahir tetapi sudah dimulai sejak anak masih di dalam kandungan bahkan sampai akhir hayatnya. Dengan alasan bahwa perilaku-perilaku kedua orang tua terutama ibu sewaktu mengandung sangat berpengaruh pada anak yang di kandungnya. Pada masa ini peran kedua orang tua terutama ibu yang sedang hamil sangat penting untuk memberikan proses pembelajaran pada janin yang di kandungnya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Janin mendapatkan makanan dan minuman dari ibunya melalui plasenta. Semua yang dimakan dan diminum ibunya akan ditransmisikan oleh plasenta tersebut ke dalam janin. Apabila ibu memakan makanan yang sehat, halalan thoyyiban, baik secara material maupun prosedural (cara memperoleh rezekinya), maka janin itu pun akan mendapatkan gizi yang sehat pula. Disamping itu pula ibu harus sabar dan tabah dari godaan dan pengaruh yang sifatnya psikologis seperti murung, cemas, agresif, marah-marah, sakit-sakitan dan lain sebagainya yang dapat mempengaruhi janin yang dikandungnya. Dari sini dapat diketahui bahwa perkembangan pertumbuhan janin dalam rahim ibunya, adalah salah satu proses yang luar biasa dibandingkan dengan semua bentuk perkembangan manusia hidup di dunia, artinya semua tindakan yang dilakukan ibunya, memberikan pengaruh besar bagi perkembangan janin pada masa berikutnya. Disinilah pendidikan anak usia dini sudah bisa dididik mulai dalam kandungan ibunya. Mengingat

betapa

besar

pengaruhnya

pada

pendidikan

dan

perkembangan anak yang dikandungnya maka peran orang tua terutama ibu sangat penting terhadap janin yang dikandungnya. Sehingga orang tua harus mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan ketika sedang mengandung sesuai dengan ajaran Islam.

72

B. Fase Usia 0 – 2 Tahun Fase ini disebut fase bayi, maksudnya fase kehidupan manusia terhitung dari waktu kelahiran sampai berumur 2 tahun.2 Selama waktu tersebut kehidupan seorang anak sangat bergantung pada pemeliharaan dan bimbingan kedua orang tua. Pada fase ini peran orang tua sangat besar sekali. Menurut Mansur hal-hal yang dilakukan ketika anak lahir adalah sebagai berikut: 1. Kumandangkan adzan waktu setelah lahir Bahwa adzan sebagai seruan pertama anak untuk memperkenalkan kalimat tauhid sebelum bayi mendengar suara atau ucapan-ucapan yang lain. Di dalam adzan sendiri terkandung hikmah-hikmah yang bermanfaat bagi anak. Dari sini diperoleh keterangan, bahwa kalimat adzan yang mengandung asma-asma sebagai

Rasul Allah merupakan rangsangan

pertama yang kemudian diteruskan ke otak, sehingga otak pun mulai berfungsi. Hal ini merupakan kelanjutan dari persaksian seorang bayi pada waktu ia berada di dalam kandungan. Dalam keadaan yang masih suci itu, tepat kiranya pada awal sekali seorang bayi diperdengarkan asma-asma Allah berupa kalimat adzan iqomah kepadanya. Adzan juga merupakan penghormatan yang pertama dilakukan ketika anak lahir dengan mengumandangkan adzan di telinga kanan bayi dan iqomah di telinga kiri bayinya. Karena ketika anak lahir bahwa indra yang pertama difungsikan adalah pendengaran. Sebagaimana dalam surat an-Nahl ayat 78 maka mengadzani dan mengiqomah adalah suatu cara tepat yang dilakukan.

2. Memberi nama yang baik Perihal memberi nama tidak bisa dianggap mudah, mengingat dampaknya akan terasa setelah si anak menginjak tahap kedewasaan. Ada yang merasa tidak suka dan menyesal kenapa kedua orang tuanya dahulu 2

Imam Bawani, Ilmu Jiwa Perkembangan dalam Konteks Pendidikan Islam, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990), hlm. 39.

73

memilihkan nama yang tidak baik. Demikian halnya dengan kepentingan agama, anak yang namanya dari perbendaharaan dari kata-kata Islam yang mempunyai arti baik akan menjadi pedoman baginya untuk sedapat mungkin beramal dan bertingkah laku sesuai dengan apa yang disyariatkan oleh nama tersebut. Kandungan makna pada anak selain menjadi harapan bagi orang tua juga nama kelak akan menjadi bahan peringatan selama hayatnya, dan melekat pada diri anak. Dalam kenyataannya, nama-nama yang baik dapat mempengaruhi pikiran seseorang. Oleh karena itu nama mempunyai efek psikologi bagi yang memilikinya. Sebagai contoh bila seorang anak diberi nama yang jelek, ia sering diejek, dibuat bahan perolok-olokan oleh teman-temannya sehingga seandainya namanya disebut di depan umum yang bersangkutan merasa malu. Nama yang baik juga akan benar-benar terpatri di dalam jiwa anak sejak pertama kali mendengarnya.

3. Anak diaqiqohi Anak diaqiqohi selain sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia dengan kelahiran anaknya dengan menyembelih dua ekor kambing bagi anak laki-laki dan satu ekor bagi anak perempuan juga mengandung unsur sodaqoh di dalamnya. Dimana dengan penyembelihan kambing tersebut dibagikan kepada anggota keluarga sendiri, kerabat dan para tetangga dalam kesempatan yang berbahagia tersebut, sehingga orang lain juga akan merasakan kebahagiaan dan kenikmatan tersendiri dalam pemberian tersebut. Di samping itu hewan qurban yang diaqidohi di bagikan dalam keadaan sudah dimasak. Di dalam penyembelihan aqiqoh dilaksanakan pada hari ketujuh sekaligus dengan mencukur rambut dan memberi nama.

4. Anak diberi ASI (air susu ibu) Menyusui bayi/anak akan berdampak pada psikis atau kejiwaan anak. Dimana dengan menyusu, anak akan merasakan kasih sayang dan

74

dekapan ibu yang lembut, sehingga anak merasa terlindungi karena makanan yang pertama kali dimakan sebelum memakan yang lain yaitu ASI, karena kandungan gizinya yang lebih baik dibandingkan dengan yang lain. Ada beberapa keistimewaan dari menyusu ibu, diantaranya adalah: -

Anak menyusu air susu ibu yang bersih dan steril

-

Air susu ibu adalah air susu yang tidak dingin dan juga tidak panas

-

Selalu tersedia setiap saat

-

Tidak rusak, sekalipun tersimpan sekian lama

-

Sesuai dengan lambung anak

-

Bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak

-

Memberikan anti body khusus bagi anak yang menyusu dari berbagai penyakit

-

Menyusu dari susu ibu menumbuhkan kasih sayang dan kemesraan tersendiri serta akan semakin menguatkan ikatan perasaan ibu dengan anak.3 Seorang ibu harus menyusui anaknya. Anak yang dilahirkan sangat

membutuhkan sentuhan lembut dari sang ibu dengan menyusu kepadanya, untuk memperoleh kenikmatan jiwa dan ketenangan emosi serta meneguk air susu ibu dengan penuh kasih sayang. Allah menciptakan air susu itu, hal itu berguna untuk memelihara kelangsungan hidup dan pertumbuhan bayi yang baru saja dilahirkan ke dunia. Menyusu selama dua tahun penuh bahwa pada periode ini merupakan periode yang sangat penting dari berbagai aspek baik kesehatan maupun kejiwaan bagi anak. Disamping itu penyusuan ini akan menciptakan kenikmatan fisik maupun mental anak, yang merupakan pengalaman indah. Selama menyusui, ibu berada dalam kemuliaan yang penuh pesona, semua kasih sayang dan perasaan keibuannya muncul bersamaan. Menyusu selama dua

3

Muhammad Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi SAW, Alih Bahasa Salafuddin Abu Sayyid, (Solo: Pustaka Arafah, 2006), hlm. 101.

75

tahun juga dimaksudkan agar kesehatan ibu yang sangat vital itu dapat kembali pulih, setelah hilang dalam proses kehamilan dan persalinan.

C. Fase Usia 2 – 4 Tahun Masa usia ini merupakan masa dimana anak ingin selalu bermain, melakukan latihan kelompok, melakukan penjelajahan, bertanya, menirukan dan menciptakan sesuatu. Pada masa ini anak mengalami kemajuan pesat dalam kelompok bermain.4 Pada masa ini fokus anak adalah bermain dengan teman sebayanya, begitu juga menurut Mansur. Permainan merupakan sebuah kebutuhan pokok bagi anak-anak bahkan hampir pekerjaan setiap harinya, tidak akan lupa dengan dunia permainannya. Sesuai dengan dunia permainan yang ada pada anak, maka pendidik hendaknya mengadakan usaha-usaha pendidikan Islam lewat permainan. Oleh karena itu, mainan dan permainan memberikan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kehidupan anak. Mainan juga dimaksudkan untuk memperluas lingkungan pengetahuan anak. Dunia mainan anak-anak membuat fantasi, maka orang tua atau pendidik bisa memberikan pelayanan permainan yang bernafaskan Islam, misalnya ditunjukkan gambar-gambar yang bernilai Islam, dibacakan dongeng atau cerita Islam, nyanyian-nyanyian Islam sehingga ia merasa terhibur dan merasa senang pada akhirnya tidak terasa ajaran Islam dapat masuk di dalam jiwa anak. Pada usia 2-4 tahun ini anak menitikberatkan pada kegiatan bermain. Selain bermain anak pada usia ini perlu diperhatikan bahwa nuansa Islam dalam pergaulan dan percakapan sehari-hari sangat membantu anak dalam penanaman jiwa agama bagi diri anak, sehingga orang tua/pendidik perlu membiasakan mereka ungkapan-ungkapan maupun perbuatan-perbuatan secara islami dalam kehidupan sehari-hari di antaranya anak diajak sholat ke masjid, anak diajari bicara kosakata, diajari mengucapkan kata Allah, diajari 4

Theo Riyanto dan Martin Handoko, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Widya Sarana Indonesia, 2004), hlm. 132.

76

wudhu, diajari cara berpakaian yang baik, diajari cara makan yang baik diajari membaca basmalah dan hamdalah, diajari salam ketika bertemu dengan sesama dan salam ketika masuk rumah, diajari membaca doa-doa harian dan ayat-ayat pendek. Dengan adanya ungkapan-ungkapan dan perbuatanperbuatan yang islami dalam kehidupan sehari-hari, maka anak akan terbiasa mengungkapkan dan berbuat secara islami dalam kehidupan sehari-hari.

D. Fase Usia 4 – 6 Tahun Pada fase ini merupakan fase yang baik untuk mengembangkan karakter anak. Anak dibentuk melalui aktifitas dan belajar. Pada fase ini keteladanan yang baik akan memberikan pengaruh besar terhadap jiwa anak. Sebab anak banyak meniru kepada pendidik/orang tua yang akan membentuk karakter anak. Anak-anak akan selalu memperhatikan dan mengamati perilaku orang-orang dewasa. Mereka akan mencontoh orang dewasa, jika mendapat kedua orang tua mereka atau pendidiknya berlaku jujur, maka mereka akan tumbuh di atas kejujuran. Demikian hal lainnya, kedua orang tua atau pendidik dituntut memberikan keteladanan yang baik kepada anak, sebab anak yang baru tumbuh akan mengamati perilaku dan pembiasaan mereka. Pendidikan akhlak melalui kisah-kisah yang mengandung nilai akhlak merupakan cara baik untuk diterapkan untuk keteladanan anak. Sebagaimana Ibnu Maskawih terangkan dalam kitabnya yang berjudul Tahdibul Akhlak seperti yang dikutip oleh Muhammad Tholhah Hasan, bahwa jiwa anak-anak itu masih suci belum mempunyai coret-coretan atau gambaran apapun dan belum mempunyai suatu faham ide atau cita-cita tertentu yang menjadi kecenderungannya, maka jika jiwa yang dimiliki itu dicoreti dengan suatu lukisan atau gambaran tertentu lalu langsung diterimanya, maka dia akan berkembang selanjutnya menuruti kebiasaan yang akan selalu dilakukannya.5 Selain adanya keteladanan dari pendidik atau orang tua, juga bisa dilakukan dengan menceritakan kisah-kisah yang mengandung nilai akhlak. 5

Muhammad Tholhah Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Lantabora Press, 2005), hlm. 19.

77

Metode pengajaran ini sering digunakan oleh para pendidik atau orang tua dalam menggugah emosional anak untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik melalui cerita-cerita, kisah-kisah terdahulu, apalagi bila cerita tersebut benar-benar dapat menyentuh hati anak yang paling dalam sehingga menggugah, merangsang dan mendorong anak untuk mengerjakan kebaikan dan meninggalkan perbuatan tercela dengan sifatnya yang selalu meniru. Disamping itu cara ini akan memberikan perbendaharaan kata yang sangat baik bagi anak-anak, untuk menanamkan budi dan nilai yang luhur di dalam jiwa mereka. Dalam penyampaian kisah/cerita hendaknya orang tua disesuaikan dengan bahasa anak. Cara ini adalah cara yang baik sekali karena ketika anak mendengar cerita/kisah yang disampaikan oleh orang tua atau pendidik dengan bahsa dan cara yang mudah dipahami anak, maka anak-anak akan meniru langsung dan berbuat sesuai dengan apa yang diceritakan. Dengan demikian konsep pendidikan anak usia dini yang diterapkan oleh Mansur mempunyai implikasi pada pendidikan Islam, dimana Islam pun mengajarkan adanya hal-hal yang dilakukan kepada anak usia dini, mulai dilahirkan sampai usia enam tahun, konsep pendidikan dan pengajaran dalam rangka pendidikan Islam sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak usia dini, jadi dalam pemikiran Mansur tentang pendidikan anak usia dini tersebut mempunyai implikasi pada pendidikan Islam.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Dari semua pembahasan mengenai permasalahan sebelumnya, dapat penulis tarik kesimpulan, bahwa: 1. Pemikiran Dr. Mansur M.A. tentang pendidikan anak usia dini

adalah membekali anak sejak usia dini (sejak lahir) melalui pemberian bimbingan dan pendidikan hingga usia enam tahun. Pada pendidikan anak usia dini ini dibagi menjadi tiga fase. Pertama, fase usia lahir hingga usia dua tahun pada fase ini anak sangat membutuhkan dan tergantung bantuan pendidikan kepada orang tuanya sehingga peranan orang tua sangat penting terutama ayah dan ibunya. Diantara hal-hal yang dilakukan orang tua pada fase ini diantaranya : dikumandangkan adzan di telinga bayi, waktu setelah lahir, anak diberi nama yang baik, anak di aqiqohi dan anak diberi air susu ibu; Kedua, dan usia 2-4 tahun, pada fase ini anak ingin selalu

bermain,

melakukan

latihan

kelompok

melakukan

penjelajahan, bertanya da menciptakan sesuatu, sehingga pada fase ini fokus anak adalah bermain dengan teman sebayanya di play grup atau kelompok bermain; Ketiga, fase usia 4-6 tahun fase ini merupakan fase yang baik untuk mengembangkan karakteristik anak. Anak dibentuk melalui aktifitas dan belajar sehingga pada fase ini keteladanan yang baik akan memberikan pengaruh besar terhadap jiwa anak. Dengan demikian jelas bahwa pendidikan anak usia dini adalah membekali dan menyiapkan anak sejak dini untuk memperoleh kesempatan dan pengalaman yang dapat membantu perkembangan selanjutnya.

78

79

2. Implikasi pemikiran Dr. Mansur, MA. tentang pendidikan anak usia dini pada pendidikan Islam Pada hakekatnya pendidik anak usia dini meliputi serangkaian proses aktivitas manusia yang merupakan kerangka dasar konsep pendidikan anak usia dini yang tidak bisa dipisahkan dengan masa sebelumnya yakni dalam kandungan atau sebelum lahir (prenatal), sekitar saat kelahiran (perinatal), saat baru kelahiran (neonatal) dan setelah kelahiran (postnatal). Apabila dikaitkan dengan pendidikan Islam, maka pendidikan anak usia dini merupakan masa yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa yang akan datang. Perilaku atau tindakan-tindakan orang tua atau pendidik yang bersifat mendidik (edukatif) secara Islam mempunyai pengaruh besar di masa selanjutnya pada pendidikan Islam. Maka dari itu pendidikan anak usia dini mempunyai implikasi pada pendidikan Islam.

B. Saran-saran 1. Kepada kedua orang tua harus memperhatikan pada masa-masa awal perkembangan anak, terutama masa usia dini yaitu masa usia lahir sampai enam tahun. Sebab, pada masa ini merupakan cikal bakal terbentuknya manusia yang menjadi harapan agama, nusa dan bangsa. 2. Bagi pendidik muslim, baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan formal, dalam mendidik hendaknya lebih memahami aspek perkembangan anak didiknya, sehingga ia mengetahui apa yang harus dilakukan sesuai dengan fase perkembangan anak. 3. Diharapkan agar orang tua bertanggung jawab dan proaktif terhadap perilaku edukatif. Oleh karena itu, pada setiap fase perkembangan anak terutama pada fase usia dini hendaklah selalu menanamkan nilai-nilai Islam pada diri anak, menciptakan lingkungan kondisi edukatif serta pergaulan rumah tangga yang islami. 4. Kepada kedua orang tua segenap pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan anak usia dini (0 – 6) harus mempersiapkan diri untuk

80

mendidik anak sejak usia dini sehingga sudah saatnya untuk menciptakan generasi penerus yang berkualitas dalam rangka menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era global.

C. Penutup Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan puji syukur alhamdulillah kepada Allah SWT, karena dengan ridho dan karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran ke arah kebaikan sangat penulis harapkan. Untuk hal itu penulis sampaikan terima kasih. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan kebaikan pada semua pihak, baik bagi penulis pribadi maupun bagi para pembaca. Amin ya rabbal alamin.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abdurrahman, Alwiyah, Ajaran Islam tentang Perawatan Anak, Bandung: alBayyan, 1992. Al-Abrosyi, M. Athiya’, Ruh al Tarbiyah wa al Ta’lim, Mesir: Isa al-Ababi al-Halabi wa Syirkah, 1950. Ali, Mohammad, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1993. Al-Qazwini, Abu Abdillah Muhammad bin Yazid, Sunan Ibnu Majah juz 2, Beirut: Daarul Fikri, tth. __________, Sunan Ibnu Majah, Juz I, Beirut: Darul Fikri, t.th. Aly, Hery Noer, Mundzir S, Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Agung Insani, 2000. An-Nisaburi, Imam Abu al-Husain bin Hajjaj, Shohih Muslim, Juz 4, Beirut: Dar al Kutub Ilmiyat, 1992. As-Sajjastani, Abu Dawud Sulaiman, Sunan Abu Dawud, Juz 1, Beirut: Darul Fikr, tth. __________, Sunan Abu Dawud, Juz 4, Beirut: Darul Fikr, tth. Azizah, Siti, Skripsi “Pendidikan Anak Dalam Keluarga Menurut John Gray dan Relevansinya Dengan Pendidikan Islam”, (Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang, 2005. Bawani, Imam, Ilmu Jiwa Perkembangan Dalam Konteks Pendidikan Islam, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990. Bulletin LPM Edukasi, Quantum Transformasi Idealisme, Edisi 2 Th. 2003. Darwis, Djamaludin, Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Departemen Agama Republik Indonesia Jakarta, al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang : CV. Toha Putra, 1989. Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi kedua, Jakarta: Balai Pustaka, 1991. Dewey, John, Democracy and Education, New York: The Macmillan Company, 1964, cet. 4. Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Juz III, Mesir : Isa Albaby Alhalaby. Halim, M. Nipan Abdul, Anak Shaleh Dambaan Keluarga, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003, cet. 3. Hasan, Muhammad Tholhah, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, Jakarta: Lantabora Press, 2005.

Http://jeperis.blogspot.com/2007.06pembelajarantematik Ismail, Didi Jubaedi, Membina Rumah Tangga Islami Dibawah Ridho Ilahi, Bandung: Pustaka Setia, 2000. Ismail, SM (ed), Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001. Jauhan, Heri, Fiqih Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005. Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Buletin Padu, Amanat Undang-undang Sisdiknas, vol. 2 no. 2., Agustus 2003. Karim, Abdul Malk Abdul Karim, At-Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984. Lewis, Paul, Cara Mengarahkan Anak, Alih Bahasa Gerrit J. Tiendas, Bandung: Yayasan Kolam Hidup, 1997. Mansur, Diskursus Pendidikan Islam, Yogyakarta: Global Utama, 2001. __________, Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2004. __________, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005. __________, Sejarah Sarekat Islam dan Pendidikan Bangsa, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004. Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: al-Ma’arif, 1980. Mc. Donald, F.J., Education Psychology, California: Wadsworth Publishing, 1959. Moloeng, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rakesarasin, 1989. Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2006. Nata, Abudin, Metode Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000. Padmonodewo, Soemiarti, Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Informasi Singkat Program PADU, http. // pemda – diy.go. id / brita / artikel. Php ? sid = 614, tanggal 11Nopember 2003. Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1985. Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003, cet. 11.

Qutub, Muhammad Ali, Sang Anak Dalam Naungan Pendidikan Islam, Bandung: CV. Diponegoro, 1993. Rahman, Hibana S., Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini., Yogyakarta: PGTKI Press, 2005. __________, Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta : PGTKI Press, 2005. Riyanto, Theo dan Martin Handoko, Pendidikan Pada Usia Dini, Jakarta: Widya Sarana Indonesia, 2004. Rosyadi, Khoeron, Pendidikan Profetik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004. Sabiq, Sayyid, Islam Dipandang Dari Segi Rohani, Moral, Social, Alih Bahasa Zaenuddin, dkk., Jakarta : PT. Rineka cipta, 1994. Sahrodi, Jamali, et.al., Membedah Nalar Pendidikan Islam, Pengantar Ke Arah Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group, 2005. Salam, Burhnuddin, Pengantar Pedagogik; Dasar-dasar Ilmu Mendidik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997. Sudarto, Metode Penelitian Filsafat, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996. Suharsono, Membelajarkan Anak dengan Cinta, Jakarta : Inisiasi Press, 2003. Sulaeman, M. I., Pendidikan Dalam Keluarga, Bandung: CV. Alfabeta, 2001. Supriyono, Widodo, Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2001. Suwaid, Muhammad, Mendidik Anak Bersama Nabi Saw, Alih Bahasa Salafuddin Abu Sayyid, Solo: Pustaka Arafah, 2006. Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, Jakarta: Aksara Baru, 1982. Suyanto, Slamet, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta: Hikayat, 2005. Tafsir, Ahmad (ed.), Pendidikan Agama dalam keluarga, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1991. Tim Redaksi Nuansa Aulia, Undang-Undang Sisdiknas, Bandung: Nuansa Aulia, 2005. Ulwan, Abdullah Nashih, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Ali Bahasa Saefullah Kamalie dan Hery Noer Ali, Semarang: CV. As-Syifa’, 1981. Ulwan, Abdullah, Tarbiyatul Khuluq fil Islam, Beirut : Darussalam, 1976.

Wahyudi, Skripsi “Konsep Pendidikan Anak Masa Mumayyis Menurut Fauzil Adhim (Studi Analisis Dalam Kolom Majalah Hidayatullah Edisi 2001-2002 M)”, Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang, 2005. Ya’qub, Hamzah, Etika Islam, Bandung : CV. Diponegoro, 1993. Yunus, Mahmud dan Qashim Bakri, Kitabah al-Tarbiyah wa al- Ta’lim, Padang : Kuliah al-Muallimin : al-Islamiyah, 1921. Yusuf, M., Skripsi “Pendidikan Islam Dalam Keluarga Menurut A. Tafsir”, Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang, 2002.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Siti Mu’sodah

Tempat/Tanggal Lahir

: Kendal, 2 Desember 1984

Alamat Rumah

: Margosari, RT.01/RW.5 Patebon Kendal

Alamat Kost

: Pondok Pesantren Uswatun Hasanah Mangkang Wetan Tugu Semarang

Pendidikan

: 1. SDN Margosari 01 Patebon Kendal lulus tahun 1997 2. MTs. NU 07 Patebon Kendal lulus tahun 2000 3. MAN Kendal lulus tahun 2003 4. IAIN Walisongo Semarang Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam lulus tahun 2008

Demikian riwayat hidup penulis yang dibuat dengan sebenar-benarnya dan harap menjadi maklum adanya.

Semarang, 5 Januari 2008 Penulis

Siti Mu’sodah NIM : 3103048