STRATEGI MENURUNKAN PREVALENSI GIZI KURANG PADA BALITA DI

Download Gizi kurang merupakan penyebab utama dari angka kesakitan dan kematian ... Hasil analisis menunjukkan bahwa 36,6% balita stunting (TB/U); 1...

0 downloads 488 Views 247KB Size
Strategi Menurunkan Prevalensi Gizi Kurang Pada Balita di Provinsi Jambi Ummi Kalsum1, Abas Basuni Jahari2 1

2

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Pusat Teknologi Terapan dan Epidemiologi Klinik Balitbangkes Kemenkes RI

Email : [email protected]

ABSTRACT Malnutrition is a major cause of morbidity and mortality among children in developing countries. This study aims to examine strategies to reduce the prevalence of malnutrition (underweight) in an effort to achieve the target of MDG's in nutrition programs in Jambi by analyzing the magnitude of the problem of nutrition according to indicators of W/A, H/A and W/H in infants (children aged 0-60 months). The data analyzed in this study came from the Health Research Association (Riskesdas) 2007 held in Jambi Province. The number of samples in the study were as 2213 of underfive children. The analysis showed that 36.6% of underfive children were stunting (H/A), 19.6% of underfive children were underweight (W/A) and 17.3% wasting (W/H). There are 80% of the City and District have malnutrition prevalence least not yet achieved the MDG's targets ranged from 15.9 to 26.3%. The proportion of infants not stunted (normal according to the W/A) but wasted were 5.3%, varies between 3.5% - 15.8% in the District/City. The proportion of not stunted (normal) but wasted (N-K) is what can be intervened by supplementary feeding (PMT) with immediately visible results. When all N-K children can be handled, the MDG's targets can be achieved in Jambi Province (14.3%). Strategies that can be done is to revitalize primary health centers and growth monitoring at integrated health post (Posyandu). Key Words : underweight, stunted, wasted, underfive children

ABSTRAK Gizi kurang merupakan penyebab utama dari angka kesakitan dan kematian diantara anak-anak di negara-negara berkembang. Penelitian ini bertujuan menelaah strategi untuk menurunkan prevalensi gizi kurang (underweight) dalam upaya mencapai target MDG’s pada program gizi di Provinsi Jambi dengan menganalisis besaran masalah gizi menurut indikator BB/U, TB/U dan BB/TB pada balita (anak umur 0 – 59 bulan). Data yang dianalisis dalam penelitian ini berasal dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 yang dilaksanakan di Provinsi Jambi. Jumlah sampel dalam penelitian adalah sebanyak 2.213 balita. Hasil analisis menunjukkan bahwa 36,6% balita stunting (TB/U); 19,6% balita underweight (BB/U) dan 17,3% balita kurus dan sangat kurus atau wasting (BB/TB). Terdapat 80% Kabupaten Kota yang prevalensi gizi buruk-kurangnya belum mencapai target MDG’s yaitu berkisar antara 15,9 – 26,3 %. Proporsi balita tidak pendek (normal menurut TB/U) tetapi kurus di Propinsi Jambi sebesar 5,3% yang bervariasi dari 3,5% - 15,8% antar Kabupaten/Kota. Proporsi balita dengan tinggi badan normal tetapi kurus (N-K) inilah yang dapat diintervensi melalui PMT dengan hasil segera terlihat. Bila semua balita N-K dapat ditangani, maka target MDG’s di Provinsi Jambi dapat dicapai (14,3%). Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan revitalisasi Puskesmas dan pemantauan pertumbuhan di Posyandu. Kata kunci: gizi kurang, pendek, kurus, balita

JMJ, Volume 3, Nomor 1, Mei 2015, Hal: 45– 59

Ummi Kalsum, dkk. Strategi Menurunkan...

Saat ini, Indonesia masih dihadapkan

PENDAHULUAN Usaha

pencapaian

target

Millennium

dengan permasalahan gizi. Permasalahan gizi

bidang

kurang pada balita selama tahun 1994-2004

kesehatan yang terkait dengan kemiskinan dan

tidak banyak mengalami perubahan, bahkan

kelaparan

masalah gizi di Indonesia semakin kompleks

Development

Goals

(saat

(MDG’s)

ini

di

menjadi

Sustainable

Development Goals) menjadi fokus program

dengan

kerja pemerintah. Usaha tersebut dituangkan

pada anak-anak selain permasalahan gizi yang

dalam

Jangka

sudah ada seperti BBLR, anak balita pendek,

dengan

gizi

Rencana

Menengah menetapkan

Pembangunan

(RPJMN) empat

2010-2014 sasaran

pembangunan

meningkatnya

kurang,

masalah

anemia

dan

kegemukan

7

GAKY .

Hasil

Riskesdas 2010 menunjukkan besaran masalah

umur

gizi kurang adalah 17,9%, kategori pendek

harapan hidup menjadi 72 tahun; 2) menurunkan

35,6%, dan kurus 13,3%. Angka ini terdistribusi

angka kematian bayi menjadi 24/1000 kelahiran

secara

hidup; 3) menurunkan angka kematian ibu

Indonesia.

menjadi 228/100.000 kelahiran hidup dan 4)

Riskesdas 2007, menunjukkan adanya sedikit

menurunkan

kurang

penurunan prevalensi gizi kurang pada balita

menjadi 15 % serta menurunkan prevalensi

yaitu sebesar 0,5% (dari 18,4%) selama kurun

balita pendek menjadi 32%.1

waktu tiga tahun . Meskipun menurun, tetapi

kesehatan

yaitu

:

1)

prevalensi

meningkatkan

balita

gizi

8

tidak Bila

merata

di

seluruh

wilayah

dibandingkan dengan

hasil

9

Permasalahan gizi perlu mendapatkan

prevalensi

tersebut

masih

Pembangunan

di

Jangka

atas

target

perhatian yang serius demi kelangsungan hidup

Rencana

Menengah

anak balita yang pada akhirnya berpengaruh

Nasional tahun 2010-2014, yaitu 15% dan

pula pada kelangsungan hidup bangsa karena

Millenium Development Goals pada 2015, yaitu

gizi berkontribusi besar terhadap peningkatan

15,5%.

sumber daya manusia. Anak-anak berumur

Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jambi

dibawah lima tahun adalah kelompok rentan

berdasarkan hasil analisis terhadap Riskesdas

2-6

Berbagai

tahun 2010 menyebutkan bahwa prevalensi gizi

hasil penelitian telah menunjukkan adanya

kurang-buruk menurut indikator BB/U adalah

hubungan yang erat antara kurang gizi dengan

19,6 % (peringkat ke-17 dari 33 Provinsi di

untuk masalah gizi dan kesehatan.

2-4

kualitas generasi penerus bangsa . Anak yang

Indonesia, dimana prevalensi Nasional adalah

mengalami kurang gizi pada masa pembentukan

sebesar 18,0 %), prevalensi balita pendek +

otak (masa janin sampai dengan usia 2 tahun)

sangat pendek (TB/U) adalah 30,2 % (peringkat

atau saat ini dikenal dengan seribu hari pertama,

ke-24 dari 33 provinsi, dimana prevalensi

akan memberikan pengaruh yang kurang baik

Nasional adalah 35,6 %) dan prevalensi gizi

bagi perkembangan fungsi otak yang sifatnya

kurus + sangat kurus (BB/TB) adalah sebesar

irreversible dan berdampak jangka panjang.

3,4

20 % (peringkat 1 dari 33 provinsi, dimana 10

angka Nasional adalah sebesar 13,3 %).

46

JMJ, Volume 3, Nomor 1, Mei 2015, Hal: 45– 59

Secara peningkatan

umum

tujuan

perbaikan

pelaksanaan

Untuk mewujudkan visi

tersebut serta mempercepat pencapaian target

Provinsi Jambi tahun 2011-2015 adalah dalam

MDGs, maka Provinsi Jambi perlu melakukan

rangka mewujudkan visi “Jambi Emas 2015”

berbagai

yang

mengarah sesuai dengan modal dasar dan

untuk

masyarakat

11

sumber daya manusia.

di

bertujuan

gizi

Ummi Kalsum, dkk. Strategi Menurunkan...

meningkatkan

intelektualitas dan meningkatkan produktivitas

upaya

atau

program

kerja

yang

spesifik yang dimiliki Provinsi Jambi.

Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan

sampel untuk Riskesdas Provinsi Jambi juga

secara berkala telah menyediakan banyak data

identik dengan Susenas Kor 2007, yaitu dengan

untuk diolah sebagai dasar bagi penyusunan

two stage sampling. Dari setiap kabupaten/kota

perencanaan

diambil

strategis

terutama

dalam

sejumlah

blok

sensus

(BS)

yang

mencapai target MDG’s di bidang kesehatan

proporsional terhadap jumlah rumah tangga di

khususnya program peningkatan status gizi

setiap kabupaten/kota (probability proportional to

balita di setiap Provinsi di Indonesia. Tujuan

size). Dari setiap BS yang terpilih kemudian

penulisan ini adalah untuk menyusun strategi

dipilih 16 (enam belas) rumah tangga secara

menurunkan prevalensi gizi kurang dalam upaya

acak sederhana (simple random sampling), dan

pencapaian target MDG’s program gizi di

dari

Provinsi Jambi tahun 2015 dengan menganalisis

anggota rumahtangga diambil sebagai sampel

besaran masalah gizi pada Balita menggunakan

individu. Jumlah sampel Riskesdas di Provinsi

indikator Antropometri yang tersedia dari data

Jambi 2007 meliputi 380 (tiga ratus delapan

Riskesdas tahun 2007 di Provinsi Jambi.

puluh) BS, 6.078 (enam ribu tujuh puluh

setiap

rumahtangga

terpilih,

seluruh

delapan) rumahtangga dan 24.856 (dua puluh empat ribu delapan ratus lima puluh enam)

METODE

individu anggota rumahtangga yang tersebar di

Desain dan Subjek

12

Disain penelitian yang digunakan adalah

10 kabupaten/kota.

Jumlah subyek yang diteliti pada studi ini

cross sectional study. Data yang digunakan berasal dari hasil survey Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 di Provinsi Jambi. Data tahun 2007 ini digunakan karena data tersedia hingga

tingkat

Kabupaten/Kota.

Populasi

Riskesdas adalah seluruh rumah tangga di Provinsi Jambi. Sampel rumah tangga dan anggota

rumah

tangga

dalam

Riskesdas

Provinsi Jambi identik dengan daftar sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga Susenas Kor 2007 Provinsi Jambi. Dengan demikian cara penghitungan dan penarikan

adalah sebanyak 2.711 orang balita dimana setelah dilakukan proses cleaning data diperoleh jumlah sampel sebanyak 2.213 balita. Hal ini dikarenakan ketidaklengkapan data (tidak ada data berat badan, tinggi badan) dan atau adanya data status gizi pencilan (terlalu rendah atau terlalu tinggi yang ditandai dengan notasi khusus (flag)

pada

software

WHO

Anthro

2009).

Dilakukan pembobotan sehingga jumlah sampel menjadi 269.063 balita yang terdiri dari 135.418 laki-laki dan 133.645 perempuan.

47

JMJ, Volume 3, Nomor 1, Mei 2015, Hal: 45– 59

Ummi Kalsum, dkk. Strategi Menurunkan...

Jenis, Cara Pengumpulan dan Analisis

Kesehatan, Badan Pusat Statistik, Rumah Sakit

Data

Umum Data yang digunakan adalah data yang

berasal

dari

dikumpulkan

Riskesdas

tahun

dengan

cara

menggunakan pemeriksaan

fisik,

pengambilan

spesimen.

Laboratorium

Kesehatan

Daerah, Badan Litbang Daerah, dan unsur

yang

terkait lainnya. Semua pihak yang terkait telah

wawancara

dilakukan berbagai tahapan pelatihan secara

pengukuran,

terstruktur. Pengawasan kualitas data dilakukan

2007

kuesioner,

Daerah,

pengamatan, Pengumpulan

dan

secara bertingkat serta pengukuran antropometri

data

berupa berat dan tinggi atau panjang badan 12

dilakukan oleh tenaga setempat, yaitu lulusan

dilakukan oleh petugas terlatih.

politeknik kesehatan (D3) yang sebelumnya

Pada penulisan ini data dianalisis secara

dilatih secara seksama meliputi teori dan praktek

deskriptif dengan menggunakan program WHO

oleh tenaga terlatih dari Badan Litbangkes.

Anthro dan SPSS. Cross-tabulasi dilakukan

Dalam

menurut indikator TB/U, BB/U dan BB/TB.

pelaksanaan

Riskesdas

ini

juga

melibatkan seluruh instansi terkait di daerah (provinsi dan kabupaten/kota), meliputi Dinas G) sebesar 0,2% dimana tercatat terjadi di

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kabupaten Bungo (0,8%) dan Kota Jambi

HASIL

(0,4%). Proporsi balita tidak pendek (normal

Terdapat 36,6% balita stunting, 19,6%

menurut indikator TB/U) tetapi kurus adalah

balita underweight dan 17,3% balita kurus dan

sebesar 5,3% dimana angka bervariasi antara

sangat kurus (wasting). Proporsi balita laki-laki

3,5% di Kabupaten Tebo dan tertinggi 15,8% di

yang menderita underweight, stunting maupun

Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Proporsi

wasting lebih banyak dibandingkan perempuan.

balita normal-kurus (N-K) inilah yang dapat

Ada perbedaan proporsi menurut kelompok

diintervensi melalui PMT dengan hasil segera

umur

terlihat. Sedangkan proporsi balita tidak pendek

balita

terhadap

status

underweight,

(normal)-normal (N-N) adalah sebesar 1,5%

stunting maupun wasting (Tabel 1.) Terdapat 80% Kabupaten Kota yang prevalensi

gizi

buruk-kurangnya

belum

mencapai target MDG’s yaitu berkisar antara

dimana variasi diantara Kabupaten Kota berkisar antara 0,8% di Kabupaten Bungo hingga 2,6% di Kabupaten Tebo (Tabel 2 dan Grafik 1). Untuk dapat menurunkan prevalensi

15,9 – 26,3 %. Dari balita dengan status gizi buruk-kurang

(underweight),

proporsi

balita

underweight

hingga

adalah

sesuai

MDG’s

2,6% dimana tertinggi di Kabupaten Bungo

mengobati balita normal-kurus, karena kondisi

(5,8%) dan terendah di Kabupaten Kerinci

kurus bersifat akut, sehingga dapat dilakukan

(0,6%). Proporsi balita pendek-normal (P-N)

dengan pemberian makanan tambahan hingga

adalah 10%, tertinggi di Tanjung Jabung Barat

berat badannya meningkat menjadi normal

(16,5%) dan terendah di Kabupaten Muaro

sesuai

Jambi (5,9%). Proporsi balita pendek-gemuk (P-

pencapaian target MDG’s di Provinsi Jambi

tinggi

menangkap

target

pendek-kurus (P-K) di Provinsi Jambi adalah

dengan

dengan

dengan

badannya.

dan

Perkiraan

48

JMJ, Volume 3, Nomor 1, Mei 2015, Hal: 45– 59

Ummi Kalsum, dkk. Strategi Menurunkan...

adalah dengan cara mengurangi atau mengobati semua balita berstatus normal-kurus, tetapi masih

terdapat

5

Kabupaten

yang

belum

mencapai target yaitu Sarolangun (19,1%), Batanghari (17,5%), Tanjung Jabung Barat (20,5%), Tebo (17%) dan Bungo (18,5%). Bila dilakukan

strategi

dengan

melakukan

pengobatan bagi semua balita normal-kurus dan mengurangi separuh dari balita pendek-kurus, maka masih terdapat 4 Kabupaten yang belum mencapai prevalensi < 15%. Demikian pula jika dilakukan strategi menghilangkan semua balita normal-kurus dan pendek-kurus maka masih ada 3 Kabupaten yang juga belum mencapai prevalensi < 15% yaitu Kabupaten Sarolangun (15,6%), Kabupaten Tanjung Jabung Barat (17,7%) dan Tebo (15,1%) (Tabel 3).

49

JMJ, Volume 3, Nomor 1, Mei 2015, Hal: 45– 59

Ummi Kalsum, dkk. Strategi Menurunkan...

Tabel 1 Status Gizi Balita Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Jambi Tahun 2007

Karakteristik Umur (bulan) 0-12 >12-24 >24-36 >36-48 >48-60 Jumlah Gender Laki-laki Perempuan Jumlah

Underweight

Stunting

Wasting

Total

6011 (2,2%) 7498 (2,8%) 11160 (4,1%) 11924 (4,4%) 16274 (6,0%) 52867 (19,6%)

11431 (4,2%) 17037 (6,3%) 20395 (7,6%) 21562 (8,0%) 28135 (10,5%) 98560 (36,6%)

7487 (2,8%) 8456 (3,1%) 9503 (3,5%) 8926 (3,3%) 12152 (4,5%) 46524 (17,3%)

40120 (14,9 %) 44361 (16,5 %) 52295 (19,4%) 53821 (20,0%) 78466 (29,2%) 269063 (100%)

28972 (10,8%) 23895 (8,9%) 52867 (19,6%)

53157 (19,8%) 45403 (16,9%) 98560 (36,6%)

24980 (9,3%) 21544 (8,0%) 46524 (17,3%)

135318 (50,3%) 133745 (49,7%) 269063 (100%)

Tabel 2 Komposisi Gizi Buruk-Kurang Menurut Kabupaten/Kota Dan Strategi Pencapaian Sasaran MDG’s di Provinsi Jambi Kabupaten/Kota

Kerinci Merangin Sarolangun Batanghari Muaro Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat Tebo Bungo Kota Jambi Provinsi Jambi

Prevalensi Bur-kur 2007 12,8 21,2 25,9 24,3 15,9 18,2 26,3 20,5 25,7 12,8 19,6

P-K 0,6 2,5 3,5 5,3 3,7 1,2 2,8 1,9 5,8 0,8 2,6

Prevalensi Gizi Buruk Kurang *) P-N P-G TP-K 7,0 10,4 13,3 11,1 5,9 9,6 16,5 12,5 11,1 6,0 10

0 0 0 0 0 0 0 0 0,8 0,4 0,2

3,8 7 6,7 6,9 5,4 4,9 15,8 3,5 7,2 3,8 5,3

TP-N 1,4 1,3 2,3 1,1 0,9 1,8 1,2 2,6 0,8 1,7 1,5

Keterangan: *) P-K = pendek kurus; P-N = pendek - tidak kurus (normal); P-G = pendek gemuk; TP-K = tidak pendek - tapi kurus; TP-N = tidak pendek – normal. Warna kuning : belum mencapai target; Hijau: angka yang harus diintervensi (diturunkan). Tabel 3 Perkiraan Pencapaian Sasaran MDG’s Menurut Kabupaten Kota di Provinsi Jambi Kabupaten/Kota

Kerinci Merangin Sarolangun Batanghari Muaro Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat Tebo Bungo Kota Jambi Provinsi Jambi

Prevalensi Bur-kur 2007 12,8 21,2 25,9 24,3 15,9 18,2 26,3 20,5 25,7 12,8 19,6

Prevalensi Gizi Buruk Kurang - Semua - Semua N-K & - Semua N-K & Normal Kurus separuh P-K P-K 9 8,7 8,4 14,2 12,95 11,7 19,1 17,35 15,6 17,5 14,85 12,2 10,5 8,65 6,8 12,6 12 11,4 20,5 19,1 17,7 17 16,05 15,1 18,5 15,6 12,7 8,9 8,5 8,1 14,3 13 11,7

50

JMJ, Volume 3, Nomor 1, Mei 2015, Hal: 45– 59

Ummi Kalsum, dkk. Strategi Menurunkan...

51

JMJ, Volume 3, Nomor 1, Mei 2015, Hal: 45– 59

Ummi Kalsum, dkk. Strategi Menurunkan...

Grafik 1. Komposisi Gizi Buruk Kurang (Underweight) Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2007

standar pemberian makanan kepada bayi dan

PEMBAHASAN untuk

anak; meneruskan suplementasi gizi pada balita,

gizi,

remaja, ibu hamil, ibu nifas serta fortifikasi

kematian anak, kematian ibu dan penyakit

makanan; PMT pemulihan diberikan pada anak

infeksi telah

dan

gizi kurang dan ibu hamil miskin dan KEK;

maksimal.

perawatan gizi buruk dilaksanakan dengan

Kebijakan menanggulangi

intervensi masalah

ada,

implementasinya

efektif gangguan

tetapi penggunaan

masih

belum

Masalahnya adalah bagaimana menerjemahkan

pendekatan

kebijakan intervensi

perawatan,

menjadi program

rutin

pelayanan kesehatan yang dapat menyentuh langsung masyarakat sasaran.

13

gizi Provinsi Jambi tahun 2011, kebijakan teknis

RS

dan

inap

di

puskesmas

pusat

pemulihan

gizi

maupun rawat jalan di Puskesmas dan Pos pemulihan

Berdasarkan laporan tahunan program

rawat

gizi

berbasis

memperkuat surveilans gizi. Sedangkan

masyarakat

serta

11

strategi

operasional

pembinaan gizi masyarakat di Provinsi Jambi

pembinaan gizi masyarakat : meningkatkan

untuk tahun 2011-2015 merupakan tindaklanjut

pendidikan gizi masyarakat melalui penyediaan

kebijakan program perbaikan gizi masyarakat

materi KIE dan kampanye; memenuhi obat

Kementrian Kesehatan RI tahun 2010-2014

program gizi terutama kapsul Vit. A, tablet Fe,

yaitu : memperkuat peran serta masyarakat

mineral mix melalui optimalisasi sumber daya

dalam

melalui

Pusat dan Daerah; meningkatkan kemampuan

standar

dan keterampilan petugas dalam pemantauan

menerapkan

pertumbuhan, konseling menyusui, MP-ASI,

pembinaan

posyandu; pertumbuhan

gizi

masyarakat

memberlakukan anak

indonesia;

52

JMJ, Volume 3, Nomor 1, Mei 2015, Hal: 45– 59

Ummi Kalsum, dkk. Strategi Menurunkan...

tatalaksana gizi buruk, surveilans dan program

tahunan program gizi dan jaringan informasi

gizi lain; memenuhi kebutuhan PMT pemulihan

pangan dan gizi di setiap Kabupaten/Kota.

14

bagi balita menderita gizi kurang (kurus) dan ibu

Hasil analisis menunjukkan bahwa di

hamil keluarga miskin; pelayanan gizi pada ibu

Provinsi Jambi permasalahan gizi kurang, balita

hamil berupa pemberian Fe, dan skrining ibu

pendek dan balita kurus masih tinggi. Tingginya

hamil KEK diintegrasikan dengan pelayanan

prevalensi gizi kurang, balita pendek, balita

kesehatan ibu (ANC); melaksanakan surveilans

kurus menunjukkan bahwa masalah gizi pada

gizi

balita sudah merupakan masalah yang serius.

di

seluruh

sentinel

dan

kabupaten/kota,

surveilans

gizi

surveilans

darurat

serta

Faktor-faktor yang terkait dengan masalah

menguatkan kerjasama dan kemitraan lintas

kurang gizi sangatlah kompleks baik langsung

program dan lintas sektor, organisasi profesi dan

maupun tidak langsung. Faktor-faktor tersebut

11

Lembaga Swadaya masyarakat.

diantaranya sosial ekonomi, kemiskinan, praktek

Untuk melaksanakan kebijakan teknis dan strategi

operasional

Provinsi

Jambi

tersebut,

pemberian makanan pada anak serta faktor-

Pemerintah

faktor lain yaitu partisipasi masyarakat dalam

Kesehatan

upaya perbaikan gizi melalui Pos pelayanan

Provinsi telah melakukan beberapa kegiatan

terpadu (Posyandu) yang secara umum masih

pengembangan gizi masyarakat pada tahun

rendah, kemampuan teknis kader yang masih

2012 yaitu : peningkatan kapasitas penggunaan

kurang dimana menunjukkan bahwa upaya

standar pertumbuhan balita bagi petugas yang

pemberdayaan

melalui

Dinas

telah dilaksanakan sebanyak 96 Puskesmas dalam

8

angkatan;

Peningkatan

kapasitas

masyarakat

dalam

upaya

7

perbaikan gizi masih belum optimal. Penurunan

masalah

gizi

terutama

petugas dalam tatalaksana gizi buruk untuk

pengurangan balita underweight bergantung

Puskesmas perawatan yang telah dilakukan 30

pada banyak faktor, dukungan sumber daya

Puskesmas/Rumah Sakit dalam 3 angkatan

serta peningkatan kualitas manajemen teknis

masing-masing 3 orang dari setiap Institusi;

dan operasional.

Peningkatan kapasitas konseling menyusui bagi

dilaksanakan di provinsi Jambi tersebut masih

petugas Puskesmas (60 Puskesmas terbagi

sangat

dalam 3 angkatan); peningkatan konseling MP-

pelaksanaan kegiatan teknis dan operasional

ASI bagi petugas Kabupaten/kota (48 orang

yang menyentuh pada kegiatan revitalisasi

dalam dua angkatan); peningkatan kapasitas

posyandu

calon fasilitator konseling menyusui (10 orang);

masyarakat

sosialisasi

menurunnya keadaan gizi anak balita dapat

peningkatan

konsumsi

garam

15

terbatas

dilaksanakan

tatalaksana gizi buruk non perawatan (40

Posyandu.

dalam

pertemuan

evaluasi

dua

angkatan)

penyusunan

dan

sebagai

beryodium di setiap kabupaten/kota; diseminasi

Puskesmas

Kegiatan-kegiatan yang telah

dimana

sendiri

belum

upaya upaya

oleh

yang

mencakup

berbasis

kewaspadaan

masyarakat

di

serta

Selama ini telah dikenal dua kelompok

laporan

upaya intervensi yaitu intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi gizi sensitif

53

JMJ, Volume 3, Nomor 1, Mei 2015, Hal: 45– 59

Ummi Kalsum, dkk. Strategi Menurunkan...

adalah berbagai kegiatan yang cukup cost

proporsional dengan tinggi badannya. Dalam

effective

gizi,

upaya menurunkan prevalensi underweight di

sedangkan intervensi spesifik adalah berbagai

Provinsi Jambi, bila kita dapat menangkap dan

kegiatan program pembangunan yang memberi

menangani

pengaruh

masyarakat

pendek tetapi kurus yaitu sebanyak 5,3%, maka

terutama kelompok 1000 hari pertama, misalnya

Provinsi Jambi dapat mencapai angka 14,3%,

penanggulangan

pendidikan,

yang berarti bahwa target MDG’s tercapai.

gender, air bersih, sanitasi dan kesehatan

Untuk mendapatkan hasil ini diperlukan upaya

lingkungan. Kegiatan sensitif ini merupakan

yang komprehensif yakni surveilans gizi yang

kegiatan yang bersifat multi dan lintas sektor.

aktif dalam menangkap balita normal-kurus serta

Intervensi

banyak

penanganan segera melalui program pemberian

dilaksanakan pada perbaikan gizi masyarakat di

makanan tambahan. Tetapi upaya preventif dan

Indonesia

oleh

promotif tetap dilakukan sebagai bentuk upaya

kementerian kesehatan dan jajarannya. Hampir

mengurangi timbulnya kembali balita pendek,

semua

telah

kurus ataupun underweight baru. Juga dilakukan

dilaksanakan, namun cakupan dan kualitas

penanganan balita gemuk yaitu dapat dengan

kegiatan dari intervensi gizi spesifik itu masih

memperbaiki

kebiasaan

meningkatkan

aktivitas

untuk

mengatasi

terhadap

spesifik

umumnya

intervensi

rendah.

gizi

kemiskinan,

gizi

dan

status

masalah

gizi

telah

ditangani

spesifik

16

Keadaan kurang gizi yang banyak diderita

balita

underweight

yang

makan anak

tidak

dan melalui

penyuluhan/edukasi gizi seimbang.

balita adalah masalah pendek dimana tinggi

Disamping itu penanganan masalah balita

badan anak tidak memenuhi tinggi badan normal

pendek tidak cukup dengan hanya melalui

menurut umurnya.

Jumlah balita pendek jauh

upaya perbaikan gizi dan kesehatan ibu hamil

lebih banyak daripada balita gizi kurang atau

dan perbaikan gizi balita selama masa kritis

balita kurus, yaitu sebanyak 9,3 juta atau sekitar

tumbuh-kembang

37%

kehidupan setelah lahir, tetapi juga memerlukan

dari

balita

di

Indonesia.

Gangguan

pada

2

tahun

pertumbuhan yang mengakibatkan balita pendek

upaya-upaya

lain

bukan hanya terjadi setelah anak lahir, tetapi

kemiskinan,

peningkatan

juga terjadi pada saat anak masih di dalam

meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

kandungan sebagai akibat keadaan gizi dan

dan kesadaran gizi masyarakat, serta perbaikan

17

lingkungan hidup. Upaya yang komprehensif ini

kesehatan ibu selama hamil yang kurang baik.

pengetahuan,

disamping

mencapai 36,6%, balita gizi kurang 19,6%,

generasi mendatang (balita) yang tidak pendek,

sedangkan balita kurus 17,3% pada tahun 2007.

tetapi juga akan mencegah terjadinya balita

Upaya penanganan balita kurus lebih

kurus atau balita gemuk. Pada akhirnya upaya

tambahan

atau

berat

menurunnya jumlah balita gizi kurang atau yang

badannya

bertambah

kembali

berat badannya tidak memenuhi standar berat

sehingga

dampak

lahirnya

ini

agar

memiliki

pada

mudah dilakukan dengan pemberian makanan pengobatan

akan

berakibat

pengentasan

Di Provinsi Jambi sendiri angka balita pendek

juga

akan

seperti

pertama

terhadap

54

JMJ, Volume 3, Nomor 1, Mei 2015, Hal: 45– 59

Ummi Kalsum, dkk. Strategi Menurunkan...

badan menurut umurnya, sekaligus mencegah terjadinya gizi buruk.

17

upaya pencegahan dengan program seribu hari pertama kehidupan yang hasilnya mendatang.

Kondisi di Provinsi Jambi, berdasarkan

Upaya tersebut dapat dicapai dengan

prevalensi gizi buruk-kurang tahun 2007 masih

strategi yaitu revitalisasi Puskesmas dan juga

terdapat

10

Revitalisasi Posyandu. Revitalisasi Puskesmas

kabupaten/kota yang ada yang belum mencapai

adalah dengan mengoptimalkan kembali fungsi

target MDG’s, dimana hal ini berdampak pula

Puskesmas sebagai ujung tombak pelaksanaan

pada pencapaian target MDG’s oleh Provinsi

upaya promotif dan preventif sebagai kegiatan

Jambi. Strategi yang dapat dilakukan untuk

pokoknya dan bukan mengutamakan kuratif.

menurunkan jumlah kasus underweight (gizi

Seluruh

buruk-kurang)

pembinaan

80%

kabupaten/kota

dalam

akselerasi

dari

pencapaian

petugas

Puskesmas

masyarakat

di

melakukan

luar

gedung

target MDG’s di Provinsi Jambi sebagaimana

Puskesmas sehingga Puskesmas berkembang

telah

dengan

perannya bukan saja sebagai Pusat Kesehatan

menangkap semua anak-anak yang normal

Masyarakat tetapi berperan utama sebagai

menurut indikator TB/U tetapi kurus menurut

“Pusat Pemberdayaan Masyarakat Untuk Hidup

BB/TB. Anak normal-kurus ini dapat segera

Sehat” sebagaimana telah dilakukan pada era

diintervensi secara spesifik dengan program

tahun 1970-1985.

Pemberian Makanan Tambahan pada semua

Pemerintah dengan memberikan dana BOK

anak yang kurus, dan hal ini dapat dicapai

sejak tahun 2010 pada setiap Puskesmas

secara cepat, sedangkan anak-anak dengan

sesuai dengan permasalahan kesehatan yang

status pendek-kurus dan pendek-normal akan

dihadapi pada wilayah kerjanya masing-masing

tetap underweight, karena anak-anak pendek

dengan tujuan utama meningkatkan upaya

tidak dapat diintervensi dengan PMT. Pola

promotif dan preventif.

disebutkan

diatas

adalah

18

Hal ini telah pula diupayakan

analisis ini (sesuai dengan penyajian fakta pada

Revitalisasi Puskesmas tetap mengacu

grafik 1), dikembangkan dengan metode analisis

pada Kepmenkes No. 128/Kpts/II tahun 2004

yang juga telah dilakukan oleh Abbas Basuni

yang menegaskan pengembangan Puskesmas

Jahari yang disajikan pada Simposium Nasional

dalam melakukan kegiatan Basic Six yaitu :

Kesehatan pada Bulan Desember 2011 di JIAC.

Promosi

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa, hal

yang

dapat

menangkap adalah

dilakukan

anak-anak

dengan

yang

dalam

upaya

normal-kurus,

meningkatkan

kegiatan

kesehatan,

Perbaikan

kesehatan

lingkungan, pengendalian penyakit menular, peningkatan

kesehatan

ibu

dan

anak/KB,

perbaikan gizi masyarakat serta pengobatan dan penyembuhan

di

Puskesmas,

Pustu

dan

surveilans gizi secara aktif, sehingga dapat

Pusling. Kesemuanya menitikberatkan upaya

segera dilakukan intervensi yang tepat. Tetapi

promotif dan preventif.

bagi anak balita dengan tinggi badan pendek-

Terjadinya devitalisasi Puskesmas pada

normal harus dikurangi yaitu dengan melakukan

akhir tahun 1970-an dan awal tahun 1990-an adalah bagian dari implikasi penempatan dokter

55

JMJ, Volume 3, Nomor 1, Mei 2015, Hal: 45– 59

Ummi Kalsum, dkk. Strategi Menurunkan...

Inpres dan dokter PTT yang saat itu kurang siap

ganti

tanpa

mentalnya untuk bekerja di Puskesmas dan

retraining sehingga kemampuan teknis gizi

didalam komunitas, sehingga secara faktual

kader

para petugas puskesmas dalam dekade terakhir

mengakibatkan

ini telah terbiasa hanya melakukan upaya kuratif

pertumbuhan balita tidak dapat dilakukan secara

saja di Puskesmasnya. Diperlukan waktu serta

optimal sehingga upaya pencegahan timbulnya

dukungan

kepemimpinan

Kesehatan

Kabupaten/Kota

yang

diikuti

aktif

dengan

tidak

pelatihan

memadai.

kegiatan

atau

Hal

ini

pemantauan

Kepala

Dinas

kasus gizi kurang dan buruk menjadi kurang

serta

Kepala

efektif; kurangnya kemampuan kader Posyandu

Puskesmas yang mengerti dan memahami

dalam melakukan “konseling dan penyuluhan

permasalahan kesehatan masyarakat secara

gizi” sehingga aktifitas pendidikan gizi menjadi

keilmuannya

revitalisasi

macet. Akhirnya balita yang datang hanya

Puskesmas secara optimal. Juga diperlukan

ditimbang, dan dicatat di KMS (Buku KIA) tanpa

upaya

dimaknakan, kemudian mengambil jatah PMT

dalam

memotivasi

mewujudkan

petugas

agar

muncul

idealisme, pengabdian dan pengorbanan untuk

lalu

masyarakat supaya dapat meningkatkan derajat

mendapatkan imunisasi lengkap tidak mau lagi

18

kesehatannya secara mandiri. Strategi

Balita

yang

sudah

selesai

datang ke Posyandu, karena merasa tidak upaya

memperoleh “manfaat apa-apa”. Disamping itu

khususnya

penurunan kapabilitas Puskesmas sejak krisis

penurunan prevalensi gizi kurang adalah dengan

ekonomi dan “reformasi” sehingga kemampuan

revitalisasi Posyandu. Posyandu merupakan

membina

wadah titik temu antara pelayanan profesional

kepada Posyandu menurun yang berkaibat pada

dari petugas kesehatan sebagai pembina dan

tidak terlaksananya penjaringan kasus gizi buruk

peran serta masyarakat dalam menanggulangi

secara optimal, sehingga banyak kasus gizi

masalah

terutama

buruk yang tidak tertangani secara “adekuat”

kesehatan ibu dan anak. Penyelenggaraannya

serta rujukan kasus menjadi terhambat sehingga

dilaksanakan oleh kader terlatih di bidang

“intervensi kasus gizi buruk” menjadi tidak

kesehatan dan KB, dimana anggotanya berasal

optimal.

perbaikan

dari

selanjutnya

pulang.

gizi

kesehatan

PKK,

tokoh

dalam

masyarakat

masyarakat,

masyarakat

dan

memberikan

fasilitasi

teknis

19

maupun

Dana

operasional

posyandu

sangat

masyarakat itu sendiri. Di Posyandu dilakukan

menurun dan sarana operasional Posyandu

berbagai macam upaya kesehatan meliputi

telah banyak yang rusak atau tidak layak pakai,

penimbangan dan pencatatan dalam rangka

tetapi

tidak

diganti

kewaspadaan menurunnya keadaan gizi anak,

sangat

tidak

memadai

penyuluhan, imunisasi, suplementasi zat gizi

Posyandu

maupun

melaksanakan aktivitasnya atau beraktivitas

kegiatan-kegiatan

promotif

dan

preventif lainnya. Masalah yang terjadi di Posyandu saat ini diantaranya : kader Posyandu sering berganti-

secara

yang

tidak

atau

penggantian

sehingga terpaksa

maksimal

karena

banyak tidak

harus

bergantian dengan Posyandu lain. Peralatan tersebut

adalah

:

Timbangan

Dacin

56

JMJ, Volume 3, Nomor 1, Mei 2015, Hal: 45– 59

(dengan

sarung

ukur

diri, kesehatan komunitasnya dan kelompoknya

peraga

seharusnya menjadi tanggung jawabnya juga.

penyuluhan (misalnya lembar balik, Poster dll),

Dalam pelaksanaan kegiatan di posyandu fungsi

Buku

manajemen belum berjalan dengan baik, yang

panjang/tinggi

timbangnya),

Ummi Kalsum, dkk. Strategi Menurunkan...

badan,

KIA/KMS.

operasional

alat-alat

Selain

Posyandu

tersedia

alat

sehingga

itu

dana

tidak/makin

kurang

dengan

keberadaan

SDM,

menjadi

dana/pembiayaan, sarana dan peralatan serta

tersendat. Kondisi ini terkait dengan : (a)

koordinasi yang dilakukan puskesmas dalam

Otonomi

Posyandu

pelaksanaan kegiatan posyandu. Sarana dan

sebagai hal yang penting dalam pembangunan

peralatan yang ada di puskesmas dan posyandu

kesehatan sehingga tidak dijadikan prioritas,

masih kurang serta dana yang digunakan

baik dari segi dana maupun pengembangannya.

puskesmas untuk kegiatan posyandu sangat

(b) Pemerintah Kabupaten/Kota tidak memiliki

minim.

tidak

Posyandu

digambarkan

selalu

menjamin

dana yang cukup untuk mengembangkan dan melestarikan

Posyandu.

(c)

Kemampuan

19

Berdasarkan

uraian

diatas,

berbagai

permasalahan yang timbul perlu diantisipasi

ekonomi masyarakat semakin menurun sejak

secara

terjadinya krisis ekonomi tahun 1997, sehingga

masyarakat menjadi hal yang paling utama

kemandirian

dilaksanakan oleh Pemerintah dengan strategi

masyarakat

dalam

mempertahankan/melestarikan

Posyandu

19

menjadi sangat kurang. Permasalahan

bersama-sama.

pengembangan pendidikan

selanjutnya

adalah

atau

gizi

bagi

Pemberdayaan

peningkatan seluruh

upaya lapisan

7

masyarakat. Dengan memberikan Komunikasi,

dukungan para stakeholder di tingkat daerah

Informasi

(desa dan kecamatan), LSM, swasta dan

mengarah pada Kadarzi (keluarga sadar gizi).

organisasi

kegiatan

Penting untuk melakukan kembali revitalisasi

Posyandu belum bermakna sehingga belum

puskesmas dan posyandu yang menempatkan

dapat mengangkat kembali kegiatan Posyandu

peran dan fungsi promotif dan preventif sebagai

serta masyarakat (keluarga balita gizi buruk)

pilar utama kegiatan. Upaya perbaikan gizi

banyak yang menolak untuk dirawat/dirujuk ke

masyarakat bukan hanya menjadi tanggung-

Puskesmas Perawatan/Rumah Sakit dengan

jawab sektor kesehatan saja, tetapi juga sektor-

berbagai alasan sosial – ekonomi – budaya.,

sektor lain yang terkait dengan peningkatan

sehingga

tidak

keadaan sosial-ekonomi masyarakat. Hal ini

19

tentu saja tidak mudah, tetapi harus diupayakan

keagamaan

banyak

kasus

dalam

gizi

buruk

tertangani atau tertangani secara tidak tuntas. Posyandu

hanyalah

Edukasi

yang

tepat

yang

tempat

secara sinergi dan dengan strategi yang tepat

masyarakat mengharapkan pemerintah, dan

mengacu pada analisis data yang akurat serta

akan

menurut kearifan dan kemampuan daerah.

kehilangan

menjadi

dan

partisipasi

manakala

pemerintah sudah tidak terlibat lagi. Masyarakat terbiasa

memperoleh

segala

sesuatu

dari

pemerintah. Masyarakat tidak melihat bahwa

57

JMJ, Volume 3, Nomor 1, Mei 2015, Hal: 45– 59

Ummi Kalsum, dkk. Strategi Menurunkan...

Provinsi Jambi maupun Provinsi lainnya dapat

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Penanganan masalah balita pendek harus menjadi

prioritas

upaya

perbaikan

gizi

di

Provinsi Jambi tetapi hasilnya baru dapat

melakukan analisis yang sama agar dapat dirumuskan

strategi

upaya

perbaikan

gizi

sampai tahun 2018.

dicapai dalam jangka panjang. Dalam upaya mencapai penurunan prevalensi underweight, strategi

yang

menemukan

dilakukan

dan

adalah

menangani

normal (BB/U) tetapi

kurus

dengan

semua

balita

(BB/TB)

yang

Ucapan Terima Kasih Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Labmandat Balitbangkes Kemenkes RI atas data yang diberikan.

berjumlah 5,3% agar dapat menjadi normal sehingga angka underweight dapat mencapai target MDG’s pada tahun 2015. Upaya ini harus dilakukan

secara

melibatkan

komprehensif

seluruh

dengan

Kabupaten/Kota

dan

bersinergi dengan lintas sektor terkait dengan upaya revitalisasi Puskesmas dan revitalisasi Posyandu. Karena masalah

underweight

stunting,

menurunkan

maka

prevalensi

terkait

dengan

upaya

untuk

underweight

harus

bersamaan dengan upaya penurunan stunting. Upaya

penurunan

stunting

menjadi

fokus

Pemerintah melalui penanggulangan masalah gizi

pada seribu hari

pertama kehidupan,

sehingga disarankan Pemprov Jambi untuk melakukan perbaikan gizi dan kesehatan pada ibu hamil dan meningkatkan pengetahuan gizi bagi calon-calon ibu yaitu WUS termasuk remaja. Peningkatan praktek pemberian ASI eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi < 6 bulan dan peningkatan program kuantitas dan kualitas

pemberian

MP-ASI

baik

kuantitas

maupun kualitas yang sesuai untuk anak umur 6-24 bulan. Dengan telah dilaksanakan Riskesdas 2013,

maka

direkomendasikan

Pemerintah

58

JMJ, Volume 3, Nomor 1, Mei 2015, Hal: 45– 59

Ummi Kalsum, dkk. Strategi Menurunkan...

DAFTAR PUSTAKA 1.

2. 3.

4.

5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

16. 17. 18. 19.

Kementrian Kesehatan RI. Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Tahun 2011 Menuju Perbaikan Gizi Perseorangan dan Masyarakat yang Bermutu. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementrian Kesehatan RI, 2011. Sartika, RAD. Analisis Pemanfaatan Program Pelayanan Kesehatan Status Gizi Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 2010; 5(2): 76-83. Brinkman et.al. High food prices and the global financial crisis have reduced access to nutritional status and health. The Journal of Nutrition 2010;140:348-354. Diakses dari jn.nuttition.org pada tanggal 21 Februari 2013. Martorell et.al. Weight Gain in the fisrt two years of life is an important predictor of schooling outcomes in pooled analysses from five birth cohort from low-and middle income countries. The Journal of Nutrition 2010;140:348-354. Diakses dari jn.nuttition.org pada tanggal 22 Februari 2013. Sediaoetama, Achmad Jaeni. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid 1. Jakarta : Dian Rakyat, 2000. Aries, M, Hardinsyah dan Hendratno T. Determinan Gizi Kurang dan Stunting Anak Umur 0-36 Bulan berdasarkan Data Program Keluarga Harapan (PKH) 2007. Jurnal Gizi dan Pangan 2012; 7 (1) : 19-26. Jahari, AB. Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Dalam Menuju Gizi Baik untuk Semua. Gizi Indonesia 2005; 28 (1): 1-8. Kementrian Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2010. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI, 2011. Departemen Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2007. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2008. Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. Laporan Tahunan Program Perbaikan Gizi Masyarakat Tahun 2010. Jambi : Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, 2011. Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. Laporan Tahunan Program Perbaikan Gizi Masyarakat Tahun 2011. Jambi : Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, 2012. Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 Laporan Provinsi Jambi. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2008. Utomo, B. Tantangan Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) Bidang Kesehatan di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 2007;1 (5): 232-240. Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. Laporan Tahunan Program Perbaikan Gizi Masyarakat Tahun 2012. Jambi : Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, 2013. Azwar, A. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa Datang. Disampaikan pada Pertemuan Advokasi Program Perbaikan Gizi Menuju Keluarga Sadar Gizi di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, 27 September 2004. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Perencanaan Program Gerakan Sadar Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Jakarta : Kementrian Kesehatan RI, 2012. Jahari, AB dkk. Buku Saku Gizi Terwujudnya Generasi Penerus Bangsa yang Berkualitas : Tanggung Jawab Kita Bersama. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI, 2009. Mahmoed, A. Revitalisasi Puskesmas, Perbaikan Bermakna Kesehatan Rakyat, Berbakti Kepada Negeri. Jakarta : Rayyana komunikasindo dan Rajut Publishing, 2012. Nasution, A. Revolusi Posyandu sebagai solusi peningkatan pelayanan kesehatan dalam mengatasi masalah gizi buruk di Medan. diakses dari http://aminnasution.blogspot.com/2010/07/revolusi-posyandusebagai-solusi.html pada tanggal 31 Januari 2013

59