REALITAS PROSES ASIMILASI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PERNIKAHAN BERBEDA BANGSA
(Studi Deskriptif Tentang Proses Asimilasi Pada Pernikahan Pasangan Orang Jepang dan Orang Indonesia Di Kota Medan) Indah Syaryanti Siregar 110922035 ABSTRAK Judul penelitian ini adalah “Realitas Proses Asimilasi Komunikasi Antarbudaya Dalam Pernikahan Antara Orang Jepang dan Orang Indonesia Di Kota Medan: Studi Deskriptif tentang proses asimilasi Pada Pernikahan Pasangan Orang Jepang dan Indonesia Di Kota Medan). Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan paradigma konstruktivisme melalui pendekatan induktif deskriptif.Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi yang dilakukan pada pasangan orang Jepang dan orang Indonesia yang tinggal di Kota Medan. Penelitian ini menampilkan hasil berupa proses asimilasi yaitu hambatan dan cara mengatasi permasalahan dalam pernikahan orang yang berbeda bangsa. Dari ke lima pasang informan telah terjadi proses asimilasi melalui komunikasi yang terjadi secara terus menerus yang bisa di lihat dari bahasa, gaya hidup dan pemahaman terhadap budaya masing-masing. Kata Kunci: Komunikasi Antarbudaya, Proses Asimilasi, Pernikahan Campuran PENDAHULUAN Dalam pernikahan di perlukan saling pengertian dan saling menerima pasangan masing-masing dengan latar belakang keluarga dan kebiasaan yang berbeda. Hal ini menjadi daya tarik peneliti untuk meneliti komunikasi antarbudaya dalam kehidupan pernikahan campuran indonesia dan jepang di kota Medan,karena dengan berkonitmen sebagai pasangan suami-istri berarti pasangan tersebut harus bersedia menerima dan memasuki lingkungan sosial budaya pasangannya,sehingga di perlukan keterbukaan,toleransi yang sangat tinggi antara kedua belah pihak.Dalam kehidupan pernikahan,komunikasi dalam rumah tangga sangatlah penting agar satu sama lain bisa mengekspresikan kebutuhan, keinginan, dan kekhawatiran. Komunikasi yang terbuka dan jujur memungkinkan masingmasing pasangan untuk mengatasi perbedaan dan menumbuhkan cinta lebih dalam lagi. Para peneliti menemukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pola komunikasi dan kepuasan dalam rumah tangga. Sedangkan komunikasi yang buruk dikaitkan dengan peningkatan risiko perceraian dan masalah perilaku anakanak.Dalam banyak kasus, pasangan berpikir mereka sudah berkomunikasi, tetapi pesan tidak tersampaikan dengan baik. Masalah komunikasi yang buruk tersebut biasanya terjadi karena perbedaan gaya percakapan antara pria dan wanita. Sebenarnya kendala ini bisa diatasi dengan menjadi pendengar yang baik terlebih dahulu. Dengan menjadi pendengar yang baik dan juga aktif, Anda akan memahami sudut pandang
1
pasangan dan akhirnya Anda tahu bagaimana memulai percakapan yang nyaman untuk mengomunikasikan hal-hal tertentu kepadanya. Fokus Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka fokus masalahdalam penelitian ini sebagai berikut: Bagaimanakahproses komunikasi antarbudaya dalam pernikahan campuran orang Indonesia dan orang Jepang di kota medan? Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui latar belakang masing masing pasangan pernikahancampuran orang Indonesia dan orang Jepang. 2. Untuk mengetahui komunikasi antar budaya yang terjadi dalam proses asimilasi pada pernikahan campuran Indonesiadan Jepang 3. Untuk mengetahui hambatan yang terjadi dalam pernikahan campuran Indonesia dan Jepang. KAJIAN LITERATUR Perspektif / Paradigma Kajian Kebudayaan memiliki pesan signifikan dalam menentukan makna suatu peristiwa.Budaya dapat mempengaruhi bagaimana tujuan komunikasi di tentukan,bagaimana tujuan harus di capai,sekaligus tipe kontruksi yang digunakan dalam skema kognitif.Walaupun teori ini mengakui efek interaksi sosial dan budaya dalam sistem kognitif,namun teori kontruktivisme lebih mengutamakan pengamatannya pada berbagai perbedaan individu melalui kompleksitas kontruksi personalnya dan juga strategi yang digunakan ddalam komunikasi(Morissan 2013: 165-167). Kajian Pustaka Komunikasi Antarbudaya Setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang lain dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai alat untuk mempersatukan manusia-manusia yang jika tidak berkomunikasi maka akan terisolasi. Pesan-pesan ini mengemuka lewat perilaku-perilaku manusia.Bila seseorang memperhatikan perilaku kita dan memberikan pemaknaan terhadap perilaku kita, maka komunikasi telah terjadi meskipun kita tidak menyadari perilaku kita tersebut. Setiap perilaku manusia memiliki potensi komunikasi. Pada saat seseorang masuk ke lembaga pernikahan maka orang tersebut tidak hanya terlibat pada pasangannya saja.Secara otomatias ia juga memperoleh sekelompok keluarga baru yaitu anggota keluarga pasangan, dimana hal ini memungkinkan adanya perbedaan usia, minat ,nilai, pendidikan, tradisi, sikap, gaya hidup dan latar belakang sosial.Variasi budaya terjadi yaitu keluarga di mana ai lahir dan keluarga yang terbentuk ketika ia punya pasangan.Seseorang yang baru menikah menjadikan keluarga barunya sebagai tempat belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompok barunya tersebut.Ada dua bentuk umum keluarga yang ditemukan,yaitu keluarga inti (biasanya terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak) dan keluarga besar
2
(biasanya terdiri atas kakek-nenek dan kerabat). Didalam kehidupan keluarga baru tersebut terdapat norma-norma dan peraturan yang harus di patuhi bersama untuk menjamin berlangsungnya interaksi yang wajar demi tercapainya tujuan bersama keluarga.Kekeluargaan mengikat dua keluarga menjadisistem keluarga yang lebih kompleks (Samovardkk,2010: 65-66). Faktor Penghambat Komunikasi Antar Budaya Perbedaan-perbedaan budaya bersama-sama dengan perbedaan-perbedaan lain dalam diri seorang individu (misalnya kepribadian individu, umur, jenis kelamin, dan penampakan fisik) dapat memberikan kontribusi pada sifat permasalahan yang melekat dalam komunikasi antar budaya. Menurut Lewis dan Slade (dalam Natalia, Jurnal Scriptura), ada tiga perbedaan yang paling mendasar dalam proses komunikasi antar budaya yaitu: 1. Kendala bahasa 2. Perbedaan nilai dan 3. Perbedaan pola perilaku kultural. Asimilasi Asimilasi adalah pembaruan dua kebudayaan yang di sertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Suatu asimilasi di tandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaaan antara orang atau kelompok, untuk mengurangi perbedaan itu. Asimilasi meliputi usaha-usaha mempererat kesatuan tindakan, sikap dan perasaan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama. Menurut para ahli,proses asimilasi belum tentu terjadi hanya dengan pergaulan antarkelompok saja,tetapi harus ada sikap toleransi dan simpati satu terhadap yang lain.Toleransi dan simpati sering terhalangoleh faktor,yaitu: (1) Kurang pengtahuan mengenai kebudayaan yang di hadapi. (2) Sifat takut terhadap kekutan dari kebudayaan lain. (3) Perasaan superioritas pada individu-individu dari satu kebudaayan terhadap yang lain (Koentjaraningrat, 2002:225) Pernikahan Antarbudaya Dalam proses Komunikasi Antar Bangsa, unsur-unsur yang sangat menentukan ini bekerja dan berfungsi secara terpadu bersama-sama seperti komponen, karena masing-masing saling membutuhkan dan berkaitan. Tetapi dalam penelaahan, unsur-unsur tersebut dipisah-pisahkan agar dapat diidentifikasi dan ditinjau secara satu persatu (Mulyana, 2001). METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis.sedangkan metodelogi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan sesuatu metode (Usman,2009:41)
3
Lokasi penelitian Lokasi dalam penelitian ini adalah pasangan pernikahan antarbudaya indonesia dan jepang di lakukan di kota medan. Ada empat kelurahandi pilih peneliti secara purposive sampling yaitu pengumpulan data yang melalui dari beberapa orang yang memenuhi keriteria untuk di jadikan anggota sampel dan kemudian menjadi sumber-sumber informasi menenai orang-orang lain yang juga dapat dijadikan sample. Demikian prosedur ini di lanjutkan sampai jumlah anggota sampel yang di ingin kan terpenuhi. Dimana lokasi penelitian meliputi empat daerah sebagai berikut: keempat kelurahan tersebut adalah Kelurahan Tj. Rejo KecamatanMedan Setia Budi,Kelurahan Berayan Kecamatan Medan Belawan,Kelurahan karakatau Kecamatan medan Timur,Kelurahan Perjuangan Kecamatan Medan Timur. Subjek penelitian Subjek penelitian ini adalah pasangan suami-istri dalam pernikahaan campuran indonesia dan jepang di kota Medan dalam empat kelurahan yang di pilih secara purposive sampling.Untuk memperkuat data, peneliti menggunakan anggota keluarga dalam pernikahan campuran Indonesia dan Jepang. Kerangka Analisis Level analisis Analisis dilakukan menurut level analisis, Individu, Pasangan, Budaya yang dimiliki masing-masing pasangan. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data di lakukan oleh peneliti ialah menggunakan teknik purposive sampling. Peneliti mengambil 5 pasang informanyaitu, pasangan suami istri pernikahan campuran antar bangsa Indonesia dan Jepang yang berdomisili di kota Medan. Sementara itu, pengumulan data dilakukan dengan Wawancara mendalam dan Observasi:(1) wawancara tertutup atau closed interview dan (2) wawancara terbuka atau open interview. Perbedaannya adalah apabila jawaban yang dikehendaki tidak berbatas maka wawancara tersebut tertutup,sedangkan apabila jawaban yang di kehendaki tidak terbatas maka termasuk wawancara terbuka ( Bungin,2010:100). Teknik Analisis Penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif yang disajikan dalam bentuk analisis deskriptif studi kasus dan pendekatan induktif. HASIL DAN PEMBAHASAN Peneliti meneliti lima kasus dengan dua belas informan menggunakan penarikan sempel dengan cermat ( purposive sampling ). Peneliti mendapatkan jawaban yang rata-rata sama mengenai komunikasi antarbudaya yang terjadi dalam proses asimilasi pada pernikahan campuran kelima kasus yang di teliti,sehingga peneliti menghentikan pencarian informan.Dari kelima kasus tersebut maka peneliti membuat pembahasan yang dikaitkan dengan tujuan dari penelitian ini sendiri,yakni untuk mengetahui latar belakang masing-masing pihak pada pernikahan antar bangsa Indonesia dan Jepang di kota Medan,untuk
4
mengetahui proses asimilasi ( agama,nilai dan sikap ) yang dianut keluarga pasangan pernikahan campuran antarbangsa Indonesia dan Jepang untuk mengetahui komunikasi antarbudaya yang terjadi dalam proses asimilasi pada pernikahan campuran antarbangsa Indonesia dan Jepang di kota Medan.Dari penelitian yang telah dilakukan peneliti menggunakan teknik deskriptif ke lima kasus kasus untuk mengecek dan membandingkan data, yaitu sebagai berikut:Latar Belakang,pandangan dunia dan komunikasi antar budaya, MasingMasing pihak pada Pernikahan Campuran Antarbangsa Orang Indonesia dan Orang Jepang. a.Kasus Pertama Peneliti menemukan bahwa identitas asli suami sebelum menikah adalah warga negara Jepang dan beragama shinto.Bapak N berasal dari Jepang tepatnya di tokyo dan memutuskan bekerja di sebuah perusahaan swasta dan di tempatkan di kota aceh,bapak N adalah pribadi yang sangat supel beliau tidak membatasi pergaulannya hanya bergaul dengan orang Jepang saja Bapak N tidak membedabedakan bangsa satu dan lainnya bapak N mempunyai teman dari berbagai kalangan.Bapak N mengatakan budaya yang di milikinya saat ini adalah dua budaya Indonesia dan Jepang yang tidak bisa di pilih antara kedua budaya tersebut,karena Bapak N sudah memutuskan menjalani kedua budaya tersebut. Peneliti menganalisis identitas asli istri sebelum menikah adalah warga negara Indonesia bersuku Padang dan beragama islam.Sejak kecil beliau sudah tinggal di kota medan dan menghabiskan masa sekolahnya di kota medan dan memutuskan bekerja di perusahaan swasta di aceh,ibu I sudah mengenal budaya Jepang dan bahasa Jepang sejak di kuliah hingga tempat bekerja yang di pilihnya,Peneliti menganalisis bahwa budaya jepang sudah menarik minat ibu I sejak memasuki masa kuliah. Peneliti menganalisis anak dari pasangan bapak N dan ibu I anak pertama dari pasangan campuran antarbangsa ini lahir di kota medan dua puluh satu tahun yang lalu dan di besarkan di kota Medan saat ini anak dari pasangan ini sudah menjadi salah satu mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di kota Medan,peneliti juga menganalisis sikap dan proses asimilasi yang terjadi pada anak pasangan pernikahan campuran antarbangsa ini sangatlah bijaksana anak yang sudah berusia dua puluh satu tahun ini sudah mengambil sikap bahwa dirinya adalah anak yang terlahir dar dua budaya yang berbeda dan tidak bisa dipisahkan satu dan lainnya.Peneliti menganalisis bahwa anak dari pasangan ini telah mengalami akulturasi,dimana anak mereka menerima kehadiran budaya lain dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tampa menyebabkan kebudayaannya hilang (Koentjaraningrat,2002:248). b.Kasus Kedua Peneliti menemukan fakta identitas asli suami sebelum menikah adalah warga negara Jepang dan beragama shinto,beliau bekerja di jepang,dan memutuskan menikah dengan ibu E dan berpindah agama seperti agama yang dianut istri dari bapak Y dan mereka memiliki tiga orang anak,bapak Y tidak berdomisili di kota Medan di karenakan pekerjaan beliau yang sangat jauh di Kota Nagoya Jepang.
5
Peneliti menganalisis identitas asli istri sebelum menikah adalah bangsa Indonesia yang bersuku Jawa,beragama Islam dan di lahirkan dikota Medan,sejak kecil sudah dibiasakan mengikuti kegiatan agama islam yang diterapkan kedua orang tuanya,ibu E juga sangat menjunjung tinggi arti dan makna keyakinan yang di milikinya dan di terapkanterhadap ketiga anaknya dari sejak kecil nilai-nilai agama sudah di tanamkan,dapat di lihat pada anak pertama ibu E dan bapak Y yang begitu menaati ajaran agama yang di tamankan oleh ibunya.tetapi peneliti menemukan fakta bahwa anak pertama dari pasangan pernikahan campuran ini secara tidak langsung menyerap budaya ayah (Jepang) dari sikap dan prilaku sehari-hari yang sangat disiplin. c.Kasus Ketiga Peneliti menemukan fakta identitas asli suami sebelum menikah adalah warga negara Indonesia yang bersuku jawa dan beragama Islam,bekerja di perusahaan pengiriman barangdan memilih dua orang anak dari pernikahannya dengan ibu M bapak A meninggal dunia lima tahun yang lalu.terlihat di berbagai foto yang tertinggal sebagi kenang-kenangan bapak A banyak sekali foto-foto bapak A yang menggunakan pakaian Jepang dan foto yang menggambarkan kecintaannya terhadap budaya Jepang.Identitas/latar belakang bukanlah merupakan hal yang statis,namun berubah menurut pengalaman hidup kita (Samovardkk,2010:185). Peneliti menemukan fakta identitas istri sebelum menikah adalah warga negara Jepang yang beragama shinto,bekerja sebagai guru bahasa Jepang dan memutuskan menikah dengan bapak A dan mengikuti agama yang dianut bapak A hanya untuk membuat suaminya senang itulah hal yang dikatakan ibu M,budaya yang di miliki ibu M tidak banyak mengalami perubahan seperti yang terjadi terhadap bapak A,anak-anak ibu M dan bapak A juga lebih memilih jepang menjadi tempat mencari pekerjaan dan sekolah,begitu juga dengan agama yang di tanamkan terhadap anak ibu M tidak begitu mengarah kepada agama yang dianut suami ibu M,keluarga ini juga dikenal dengan keluarga Jepang ibu M begitu memegang penuh penerapan budaya dalam keluarganya. d.Kasus keempat Peneliti menemukan fakta identitas asli suami sebelum menikah adalah warga negara jepang dan beragama Budha,bekerja sebagai pengusaha makanan dikota Medan, pasangan ini memiliki satu orang anak laki-laki,bapak Sato adalah pribadi yang sangat ramah,bapak Sato sangat menyakini agama yang dianutnya sehingga semua hal-hal yang di terapkan di keluarga di sesuaikan dengan ajaran Budha yang penuh dengan belas asih. Peneliti menganalisis identitas asli istri sebelum menikah adalah warga negara Indonesia yang bersuku sunda dan beragama Islam,tetapi beliau memutuskan berpindah keyakinan mengikuti keyakinan suaminya yaitu agama Budha ibu Rahayu sempat mendapat tentangan dari keluarga besar dan di jauhi oleh keluarga karena sikap yang di ambilnya,tetapi bapak sato sangat mengerti perasaan ibu Rahayu sehingga beliau sangat memperhatikan dan mendukung apa yang menjadi keputusan ibu Rahayu sehingga ibu Rahayu tidak merasa sendiri,ibu Rahayu juga menjalankan keyakinan yang di pilihnya dengan sungguhsungguh,ibu Rahayu juga menjadi pengikut Budha yang taat,anak mereka juga
6
diajarkan bagaimana menjalankan kehidupan sesuai dengan ajaran Budha yang penuh belas asih. e.Kasus Kelima Peneliti menemukan fakta identitas suami sebelum menikah adalah warga negara Jepang yang beragama shinto bapak K adalah seorang pegawai swasta diperusahaan mobil di Jepang dan memiliki satu orang anak perempuan,tetapi anak pertama dan anak satu-satunya yang mereka miliki tidak berumur panjang,anak dari pasangan pernikahan antarbangsa ini hanya bertahan hidup sampai usia tiga tahun saja,bapak K memilih agama Islam sesuai dengan agama yang di anut oleh ibu M,kota medan adalah tempat tinggal yang di pilih untuk melanjutkan kehidupan mereka setelah menikah. Peneliti menemukan fakta identitas istri sebelum menikah adalah warga negara Indonesia yang bersuku Jawadan beragama islam, ibu M bekerja sebagai perawat dan lama hidup di negri sakura Jepang.ibu M menganut agama islam sejak kecil tetapi setalah tinggal dan bekerja di Jepang beliau tidak menjalankan ajaran agama yang di yakininya dengan apa yang sudah di ajarkan dan di percayai oleh penganut agama Islam. Ibu M tidak mengganggap penting arti agama yang ibu M yakini didalam kehidupan harus berbuat kebaikan dan itu adalah ajaran setiap agama,menurut ibu M agama yang di yakinnya ajaran kebaikan itulah agama menurut pasangan ini. PENUTUP
Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang komunikasi antarbudaya dalam proses asimilasi pada pernikahan antarbangsa Indonesia dan Jepang di kota Medan dapat ditarik kesimpulan 1.Masing-masing pasangan sebelum menikah masih tetap mempertahankan keaslian latar belakang budaya nya masing-masing.Namun setelah menikah,beberapa pasangan memilih untuk mengikuti budaya pasangannya.Pengaruh budaya ini terjadi dengan adanya interaksi yang intens antara suami dan istri yang memiliki budaya yang berbeda dan lingkungan tempat tinggal serta munculnya rasa toleransi yang sangat tinggi dari pasangan tersebut untuk mempelajari dan menjalankan kedua budaya yang mereka miliki secara bersama. 2.Terjadinya perubahan pandangan dunia (agama,nilai-nilai,dan prilaku) pada satu pasangan dan memilih untuk mengikuti keyakinan pasangan mereka mengikuti keyakinan suami atau istri. 3.Proses komunikasi antarbudaya dapat terjalin dengan baik dan efektif pada kelima kasus pasangan pernikahan campuran antar bangsa Indonesia dan Jepang di kota Medan.Mereka berusaha untuk saling menghormati,menghargai perbedaan budaya dalam pernikahan mereka,dan saling membaur dan melebur dengan budaya pasangannya. 4.Dari lima kasus yang telah di teliti peneliti,terdapat dua kasus pernikahanantarbangsa Indonesia dan Jepang yang proses komunikasi antarbudaya dengan keluarga masing-masing pesangan tidak berjalan dengan baik, pertentangan yang terjadi dikarenakan adanya rasa etnosentrisme yang cukup tinggi yang di miliki salah satu pasangan pernikahan antarbangsa ini.
7
5.Terjadinya proses asimilasi melalu bahasa yang di gunakan sehari-hari secara berkesinambungan,pola makan,adat –istiadat,pola asuh anak,interaksi pergaulan yang terus-menerus dan pengaruh tempat tinggal. Saran 1. Hendaknya komunikasi antarbudaya yang efektif tidak hanya di jalin antara pasangan suami dan istri saja,tetapi juga dengan keluarga besar dari masingmasing pasngan pernikahan antarbangsa Indonesia dan Jepang dapat dijalin dengan baik dan harmonis. 2.Hendaknya masing-masing pasangan pernikahan antarbangsa Indonesia dan Jepang tetap menjaga harmonisasi komunikasi antarbudaya dalam kehidupan sehari-hari agar tidak terjadinya kesalah pahaman antara pasangan campuran ini. 3.Hendaknya masing-masing pasangan yang melakuakn pernikahan campuran antarbangsa ini dapat mempertahankan proses asimilasi yang sudah di jalani dalam kehidupan pernikahan mereka. DAFTAR PUSTAKA Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kelayakan Publik. Jakarta. Kencana. _____________. 2010. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana. Cangara, Hafied. 2007. Penghantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Devito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia, Edisi Kelima. Jakarta: Profesional Books. EM. Griffin. 2006, A First Look At Communication Theory.New York: McGrawHill Companies. Koentjaraningrat. 2002. Penghantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rhineka Cipta. Liliweri, Alo. 2001. Gatra-Gatra Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka Remaja. Morissan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hinghga Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. ______________. 2004. Komunikasi Efektif Suatu Penghantar Lintas Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy dan Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Komunikasi Antar Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurdin. 2007. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Purwasito, Andrik. 2013. Komunikasi Multikultural. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Samovar, dkk. 2010. Komunikasi Lintas Budaya. Jakarta: Salemba Humanika. Sihabuddin, Ahmad. 2011. Komunikasi Antar Budaya. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta. Usma, Husaini. 2008. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
8
Sumber Internet http://abdulhalimsana.wordpress.com/2007_sosial_sekulerik_menuju_ilmu_sosial _integralistik. Diakses pada tanggal 2 April 2013. http://id.wikipedia.org/wiki/asimilasi_(sosial). Diakses pada tanggal 17 April 2013. http://www.slideshare/insannurthafallen/kelompok5_faktor-faktor_yang mempengaruhi interaksi sosial. Diakses pada tanggal 10 April 2013. http://www/macam2penelitian.com/2010/04/10_sosial.html. Diakses pada tanggal 20 April 2013. http://aahifis29.blogspot.com/2012/05/teknik-sampling_html. Diakses pada tanggal 4 Mei 2013. www. Wikipedia.com. Diakses pada 6 dan 7 Mei 2013. http://lan87front.blogspot.com/2009/03/water dan kepribadian jp.html. Diakses pada 11 Mei 3013.
9