STUDI KASUS TENTANG ANAK PUTUS SEKOLAH DI KECAMATAN

Download faktor penyebabnya anak putus sekolah adalah faktor ekonomi, faktor lingkungan dan faktor kurang kesadaran orang tua terhadap pendidikan. A...

0 downloads 534 Views 71KB Size
1

STUDI KASUS TENTANG ANAK PUTUS SEKOLAH DI KECAMATAN MOUTONG Roy Kulyawan 1 Widayati Pujiastuti 2 Hasdin Hanis 3 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1). Faktor-faktor apa yang menyebabkan anak putus sekolah. 2). Bagaimana dampak anak putus sekolah bagi kehidupan masyarakat. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktorfaktor penyebab anak putus sekolah dan dampak yang ditimblkan anak putus sekolah bagi kehidupan masyarakat. Subjek/informan dalam penelitian ini adalah anak putus sekolah, orang tua anak putus sekolah, masyarakat dan pemerintah di Kecamatan Moutong yang keseluruhan berjumlah 61 orang. Penetapan informan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu dengan cara menetapkan informan secara sengaja menurut kretria tertentu dan mengetahui secara mendalam mengenai anak putus sekolah di Kecamatan Moutong. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu anak putus sekolah. Teknik pengumpulan data digunakan teknik observasi, wawancara dan angket. Teknik analisis data menggunakan teknik reduksi data, pengajian data dan verifikasi data untuk menganalisis data angket dengan menggunakan perhitungan berdasarkan persentase. Hasil penelitian menunjukan bahwa anak putus sekolah di Kecamatan Moutong yang menjadi faktor penyebabnya anak putus sekolah adalah faktor ekonomi, faktor lingkungan dan faktor kurang kesadaran orang tua terhadap pendidikan. Adapun dampak yang ditimbulkan oleh anak putus sekolah di Kecamatan Moutong yaitu 1). Dalam sisi positifnya membantu orang tua. 2). Dalam sisi negatifnya pencurian, pemerasan dan perkelahian antara kampung maupun sesama mereka Kesimpulannya bahwa anak putus sekolah di Kecamatan Moutong merupakan hal yang harus diperhatikan baik dari instansi terkait, orang tua dan masyarakat agar anak putus sekolah di Kecamatan Moutong dapat diminimalisir terutama dengan melihat apa yang menjadi penyebab anak sampai putus sekolah dan mengatasi dampak yang ditimbulkan anak putus sekolah yang bersifat negatif untuk membawa meraka kearah yang bersifat positif dan membuka lapangan pekerjaan untuk anak putus sekolah di Kecamatan Moutong. Kata Kunci 1. 2. 3.

: Anak Putus Sekolah

Roy Kulyawan, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako. 2013 Pembimbing I Pembimbing II

2 I.

PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan manusia yang selama ini

diperbincangkan baik dikalangan praktis maupun teoritis terutama pihak yang terlibat langsung dalam pelaksanaan pendidikan. Dalam Undang-Undang pendidikan No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Pasal 34 ayat (1-3) telah ditetapkan bahwa: 1). Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti wajib belajar. 2). Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. 3). Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan, pemerintah dan masyarakat.2 . Berdasarkan ketentuan di atas bahwa penyelenggaraan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama baik pemerintah maupun masyarakat dan keberhasilan pendidikan sangat tergantung dari usaha terpadu yang dilaksanakan secara sinergis antara komponen terkait. Mengingat pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap warga negara dan merupakan jalan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) sebagai penopang tercapainya pembangunan baik di bidang ekonomi, sosial, budaya dan bidang- bidang lainya. Keterkaitan

antara

pendidikan

dan

pembangunan

menyangkut

bagaimana

meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sebab, memadai akan mampu menyerap informasi baru yang lebih efektif. Dengan demikian pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas hidup suatu masyarakat dalam menjawab tantangan dan perubahan yang dihadapinya. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang berusaha untuk meningkatkan pemerataan pendidikan. Kebijakan pembangunan di bidang pendidikan diarahkan dan pada terciptanya pemerataan dan keadilan, khususnya pada tingkat pendidikan dasar, program wajib belajar yang telah

dicanangkan oleh

pemerintah sejak tahun 1994 merupakan puncak dari upaya mencapai pemerataan dan keadilan pada tingkat pendidikan dasar yang semula 6 tahun (usia 7- 12) kemudian ditingkatkan menjadi 9 tahun (usia 7 – 15). Berdasarkan hasil pengamatan Demikian halnya masyarakat di Kecamatan Moutong kasus yang serupa sering terjadi, ini bisa dijadikan bukti bahwa pendidikan di Kecamatan Moutong tersebut rendah. Berdasarkan realita di lapangan bahwa di Kecamatan Moutong terdapat beberapa anak putus sekolah pada usia wajib belajar.

4.

UU RI NO.3 TH. (1997). Undang-Undang Peradilan Anak. Jakarta: Sinar Grafika

3 Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan, maupun faktor keluarga. Bahwa pada umumnya masyarakat di Kecamatan Moutong itu bermata pencaharian bertambang emas, nelayan dan petani, yang diketahui bahwasanya tingkat pendidikan mereka relatif rendah. Akibat tingkat pendidikan orang tua yang relatif rendah maka kesadaran terhadap pendidikan anak otomatis akan rendah pula. Akibat rendahnya tingkat pengalaman orang tua akan pentingnya pendidikan anak sehingga dalam jangka setahun terakhir angka anak putus sekolah di Kecamatan Moutong kian bertambah yang terdapat pada jenjang pendidikan SD, SMP, maupun SMA. Fenomena putus sekolah di Kecamatan Moutong ini tidak bisa dibiarkan, sehingga perlu mendapat perhatian dari semua pihak baik itu masyarakat maupun pemerintah, dengan terdapat beberapa anak putus sekolah di Kecamatan Moutong . berdasarkan uraian di atas maka penulis mengambil rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Faktor-faktor apa yang menyebabkan anak putus sekolah di Kecamatan Moutong”. Dan “Bagaimana dampak anak putus sekolah bagi kehidupan masyarakat di Kecamatan Moutong”. Adapun tujuan dari penelitian ini ialah “Mengetahui faktor-faktor penyebab anak putus sekolah di Kecamatan Moutong”. dan “Mengetahui dampak-dampak yang ditimbulkan anak putus sekolah bagi kehidupan masyarakat”. Persoalan anak putus sekolah bukanlah sesuatu yang baru untuk di perbincangkan namun persoalan ini begitu urgen untuk di perbincangkan dari kalangan akademisi maupun kalangan umum lainya, sebab persoalan ini bersentuh langsung dengan kemajuan suatu negara bangsa dan masyarakat. Terputus sekolahnya seorang anak atau masyarakat, tentu saja suatu hal yang sebenarnya tidak dikehendaki baik bagi mereka yang mengalami, maupun orang lain yang secara langsung melihat kenyataan ini. Sehubungan dengan itu, Trismansyah (1998:18) berpendapat bahwa anak putus sekolah ialah anak yang mengalami kegagalan mengikuti pendidikan di sekolah, sehingga ia berhenti sekolah sebelum waktunya. Anak putus sekolah merupakan anak yang terdaftar di sekolah SD, SMP, SMA namun belum mengelesaikan sekolahnya.3 Berdasarkan penjelasan di atas bahwa dapat di ambil kesimpulan Anak putus sekolah bisa di katakan anak yang gagal dalam mengikuti pendidikanya. Masalah putus sekolah bisa menimbulkan ekses dalam masyarakat, sebab orang putus sekolah biasanya menjadi pengangguran yang belum memiliki keahlian untuk bekerja atau menghasilkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

5.

Trismansyah, (1998). Anak Putus Sekolah dan Permasalahanya. Jakarta, Percetaka Rosda Karya.

4 Karena jenjang pendidikannya masih rendah, orang putus sekolah belum punya pemikiran-pemikiran yang bersifat kedewasaan maupun sifat kemandirian sehingga ia akan menjadi sampah masyarakat pengangguran yang akan menjadi masalah sosial. Adapun faktor penyebab anak putus sekolah Menurut Sukmadinata (Suyanto, 2003:342) adalah. Faktor utama Anak Putus Sekolah adalah kesulitan ekonomi atau karena orang tua tidak mampu menyediakan biaya bagi sekolah anak-anaknya. Sehingga anak harus berhenti sekolah karena orang tuanya tidak mempunyai uang untuk biaya sekolah anaknya. Di samping itu orang tua juga tidak mau kalau anaknya harus berhenti sekolah. Orang tua hanya ingin agar anak-anaknya bisa menuntut ilmu dan agar anak bisa meraih cita-citanya. Selain itu, tidak jarang terjadi orang tua meminta anaknya berhenti sekolah karena mereka membutuhkan tenaga anaknya untuk membantu pekerjaan orang tua.Misalnya di daerah perkotaan, Anak Putus Sekolah di bawah usia, bekerja di pabrikpabrik untuk membantu ekonomi orang tua. Adapun di daerah pedesaan, selain di sektor pertanian dan perkebunan, biasanya Anak Putus Sekolah bekerja di sektor industri kecil, sektor informal, dan perdagangan tradisional.4 Secara garis besar, karakteristik Anak Putus Sekolah Marzuki (1994:226) adalah: Awal dari tidak tertib mengikuti pelajaran disekolah, terkesan memahami belajar hanya sekedar kewajiban masuk di kelas, dan mendengarkan guru berbicara tanpa diikuti dengan kesungguhan untuk mencerna pelajaran secara baik. Akibat prestasi belajar yang rendah, pengaruh keluarga, atau karena pengaruh teman sebaya, kebanyakan Anak Putus Sekolah selalu ketinggalan pelajaran dibandingkan teman-teman sekelasnya. Kegiatan belajar di rumah tidak tertib, dan tidak disiplin, terutama karena tidak didukung oleh upaya pengawasan dari pihak orang tua. Perhatian terhadap pelajaran kurang dan mulai didominasi oleh kegiatan lain yang ada hubungannya dengan pelajaran. Kegiatan bermain dengan teman sebayanya meningkat pesat.5 Penanggulangan anak putus sekolah adalah cara untuk mengatasi anak yang telah putus sekolah atau anak yang tidak mampu menamatkan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah secara formal maupun non formal. Penanganan ini dilakukan oleh pemerintah biasanya dengan program kejar paket yaitu mengikuti program kelompok belajar paket A bagi mereka yang tidak tamat SD dan B untuk yang belum tamat SMP serta C bagi SMA. Departemen pendididkan nasional juga menyediakan alternative untuk mereka yang kurang beruntung tersebut. Namanya pendidikan kesetaraan.

6. 7.

Suyanto. (2003). Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Marzuki, (1994). Meberapa Anak Penyebab Anak Putus Sekolah ( Makalah Utama) Konferensi Pendidikan Nasional III, Medan IKIP Medan.

5 II.

METODOLOGI PENELITIAN Seluruh rangkaian penelitian ini dilaksanakan berdasarkan metode penelitian kualitatif

dengan tipe penelitian yang digunakan yaitu deskriptif Penelitian deskriptif adalah penelitian yang ditunjukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada. . Yang didasarkan pada jangkauan dan kedalaman yang diteliti untuk memperoleh pemahaman tentang Anak Putus Sekolah. Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah 61 orang. dimana terdiri dari 29 anak putus sekolah, 4 orang tua anak putus sekolah, dan 3 tokoh masyarakat serta sekretaris camat. Adapun jumlah anak putus sekolah yang berada di masing-masing tiga Desa kecamatan moutong dapat dilihat di tabel berikut:

Tabel 3.1 Jumlah Anak Putus Sekolah Tahun Pelajaran 2012/1013 di Kecamatan Moutong No

Nama Desa

Jumlah Anak Putus

Ket

Sekolah 1

Raja Basar

12

2

Gio

10

3

Moutong Barat

7

Jumlah

29

Sumber Data: Dinas Pendidikan Penelitian ini, tidak semua jumlah yang ditentukan oleh subyek yang akan diteliti, mengingat jumlah subyek yang besar dan atas pertimbangan waktu, tenaga dan biaya yang akan dipergunakan maka dari itu hanya sebagian dari subyek diperkirakan dapat mewakili dari keseluruhan yang akan diteliti yang menurut kreteria tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Adapun yang menjadi sampel yaitu: 40 0rang yang terdiri 24 masyarakat sebagai responden. 8 anak putus sekolah, 4 orang tua anak putus sekolah, dan 3 tokoh masyarakat serta sekretaris camat sebagai informan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan angket kepada masyarakat, kemudian melakukan wawancara kepada anak putus sekolah,orang tua anak putus sekolah, tokoh masyarakat dan serta sekretaris camat. kemudian untuk memperkuat hasil penelitian, maka dilakukan obeservasi atau pengamatan.

6 Data yang telah dikumpulkan dalam beberapa cara yaitu angket, wawancara dan observasi diproses sebelum melalui tiga tahapan yang terjadi secara bersamaan. Miles dan Hubermen (1992:16) menganalisis ketiga tahapan tersebut secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data dan penerikan kesimpulan/verifikasi data. Reduksi data dilakukan dengan proses memilih, menyeleksi atau menyederhanakan data dan menstrasformasikan data, maksudnya adalah data hasil angket dari anak putus sekolah kemudian dihitung dengan menggunakan rumus P =

100%.

Penyajian data yang dimaksud adalah penyusunan sekumpulan informasi yang didapatkan penulis melalui hasil angket, wawancara, dan observasi. Data tersebut diolah atau dianaliss dalam bentuk tabel untuk mengolah hasil angket dan observasi, sedangkan hasil wawancara ditulis secara singkat dalam bentuk narasi yang memberikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan dapat dilakukan setelah reduksi data, penyajian data dapat di proses. Verifikasi sangat penting dilakukan untuk memperoleh validitas. Ketiga alur tersebut berlangsung secara berulang dan terus menerus selama penelitian berlangsung dan merupakan proses siklus dan interaktif. Sehingga kesimpulan yang ada bukanlah kesimpulan akhir sampai penelitian berakhir. Kegiatan ini dilakukan pada saat penelitian berlangsung. Dalam penarikan kesimpulan, data yang dikumpulkan harus diuji kebenarannya yaitu data hasil angket, wawancara, dan observasi anak putus sekolah dan beberapa informan sehingga memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data pada akhir penelitian yang mana dalam penarikan kesimpulan tersebut diperoleh dari sekumpulan informasi mengenai anak putus sekolah dan data yang tersusun yaitu hasil angket, wawancara, dan observasi. III.

HASIL DAN PEMBAHASAN Mengetahui persepsi tentang faktor penyebab sehinga anak putus sekolah di

Kecamatan Moutong. adapun hasil angket tentang penyebab anak putus sekolah di Kecamatan Moutong

8.

Milles, Matheaw B. Da Humberman A. Michael (terjemahan Tjetjep Rohendi, 1982) Analisis kata kualitatif UI press. Jakarta.

7 Tabel 4.1 Penyebab Anak Putus Sekolah No

Pernyataan

F

(%)

1.

Faktor ekonomi

17

70,83

2.

Faktor lingkungan

5

20,83

3.

Faktor kurangnya kesadaran orang

2

8,33

24

100

tua tentang pendidikan Jumlah Sumber Data: Diolah dari Angket No. 1 Hasil angket di atas tersebut didukung dengan wawancara dengan anak putus sekolah, dan orang tua anak putus sekolah untuk memperjelas apa faktor-faktor penyebab anak putus sekolah di Kecamatan Moutong sebagai berikut: “Menyebabkan sampai saya berhenti sekolah ada beberapa alasan; 1) karena ekonomi, orang tua saya tidak dapat membiayai saya untuk lanjutkan sekolah. 2) faktor guru, seperti membedakan siswa yang ada di dalam kelas. 3) tekanan sekolah, seperti terlalu banyak aturan di dalam sekolah”. Dan pendapatan orang tua saya perbulan Rp. 1.000.000 dan biasanya tidak menentu (Zainal 20 September 2013). “ Faktor utama sampai anak saya berhenti sekolah karena tidak mampu membiayayai sekolahnya”. (Kandar 20 September 2013) Berdasarkan data hasil angket menyatakan bahwa anak putus sekolah di Kecamatan Moutong disebabkan oleh beberapa faktor seperti ekonomi, lingkungan. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh faktor ekonomi orang tua rendah dapat menyebabkan anak putus sekolah, dapat dilihat ditabel berikut: Tabel 4.3 Apakah Tingkat Ekonomi Orang Tua yang Rendah Dapat Menyebabkan Anak Putus Sekolah No

Pernyataaan

F

(%)

1.

Dapat

18

75

2.

Kadang-kadang

6

25

3.

Tidak dapat

-

-

24

100

Jumlah Sumber Data: Diolah dari Angket No. 3

8 Tabel 4.5 Faktor Lingkungan Tempat Tinggal Menjadi Salah Satu Penyebab Anak Putus Sekolah No

Pernyataan

F

(%)

1

Ada

11

45,8

2

Kadang-kadang

10

41,7

3

Tidak

3

12,5

24

100

Jumlah Sumber Data: Diolah dari Angket No.5

Hasil angket di atas di dukung dengan hasil wawancara dengan orang tua anak putus sekolah dan anak putus sekolah dengan hubungan faktor ekonomi orang tua yang rendah dapat meneybabkan anak putus sekolah. “saya mempunyai anak 4 orang 3 orang sudah berhenti sekolah dan 1 orang belum sekolah, anak saya sampai tidak bisa lanjutkan sekolahnya tidak mampu membiayai mereka karena ekonomi, suami saya hanya bekerja sebagai nelayan untuk kebutuhan sehari-hari pun belum cukup. Anak saya setelah berhenti sekolah langsung bekerja ada yang menjadi nelayan dan buruh di kebun dan mereka dapat membantu ekonomi keluarga. Saya sebagai orang tua yang mempunyai anak putus sekolah merasa anak-anak saya tidak ada masa depannya tapi mau diapa saya tidak mampu membiayai mereka, kalau upaya dari pihak sekolah sudah beberapa kali datang kerumah untuk menanyakan kenapa anak berhenti sekolah” (Fitri 21 september 2013). “Setelah saya berhenti sekolah langsung bekerja di penambangan emas dengan mengikuti orang tua saya untuk menambah ekonomi keluarga karena pendapatan orang tua saya biasanya 2 juta dan sering juga tidak menetu apa tergantug dari hasil menambang emas” (Reza 22 September 2013) “saya sebagai orang tua yang punya anak sudah tidak sekolah lagi tentunya mengharapkan dia untuk bekerja, tetapi hampir setahun ini dia berhenti sekolah belum juga bekerja sudah diberitahu berulang-ulang kali tetap saja tidak mau, penyebabnya malas dan hampir tiap malam keluar, (Suprin, 10 September 2013).

9 Tabel 4.7 Kasus Kenakalan Anak yang Dilakukan Oleh Anak Putus Sekolah No

Pernyataan

F

(%)

1

Ada

12

50

2

Tidak ada

3

12,5

3

Kadang-kadang

9

37,5

24

100

Jumlah Sumber Data: Diolah dari Angket No.7

Hasil angket di atas di dukung dengan hasil wawancara dengan informan mengenai dampak anak putus sekolah bagi kehidupan masyarakat di Kecamatan Moutong anatara lain. “Saya melihat anak putus sekolah di desa ini banyak yang meresahkan, pengangguran dan timbul kenakalan dalam masyarakat, perilaku anak putus sekolah dalam masyarkat yang positif membantu orang tuanya dan perilaku negatif menimbulkan kenakalan seperti perkelahian antara dusun, memakai obat terlarang. (Tanwil 19 September 2013). “Anak putus sekolah yang terdapat di Kecamatan Moutong ini memang sering menimbulkan perilaku yang negatif seperti perkelahian anatar kampung, perkelahian antara sesama mereka, pencurian dan juga termasuk pemerasan dan selalu meresahkan masyarakat sehingga banyak keluhan dari masyarakat yang terdapat di Kecamatan Moutong ini” (Iskanadar sekcam 09 September 2013). Tabel 4.11 Upaya yang Dilakukan Oleh Pemerintah Kecamatan Moutong Mengatasi Anak Putus Sekolah No

Pernyataan

F

(%)

1

Ada

15

62,6

2

Kadang-kadang

8

33,3

3

Tidak ada

1

4,1

Jumlah

24

Sumber Data: Diolah dari Angket No. 11 Hasil angket diatas di dukung dengan hasil wawancara mengenai upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kecamatan Moutong mengatasi anak putus sekolah dengan informan sebagai berikut: “Upaya pemerintah dalam hal mengatasi anak putus sekolah sudah ada seperti pengarahan, motivasi, kegiatan yang dilakukan anak putus sekolah yaitu

10 berpartisipasi dalam kegiatan seperti lomba sepak bola dan lain-lain” (Tanwil 19 September 2013). .”Kami selaku pemerintah Kecamatan Moutong senantiasa memberikan peringatan, pengarahan terhadap anak-anak yang melakukan perilaku yang tidak baik, kami selalu berkerja sama dengan pihak kepolisian, pemerintah desa yang berada di kecamatan moutong untuk menaggulangi hal-hal yang merugikan orang lain. Selama ini setiap terjadi kasus-kasus yang merugikan orang lain terutama yang dilakukan oleh anak putus sekolah tersebut langsung kita tangani dan masih dapat diatasi oleh pemerintah dengan bekerja sama masyarakat” (Iskandar, sekertaris camat.09 September 2013) Upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait di Kecamatan Moutong sudah ada akan tetapi belum maksimal dalam penagulanganya yang sebagaimana di temukan dari hasil angket, wawancara. Adapun pihak sekolah dalam penangulannya adalah yang pertama, mendatangi rumah anak yang putus sekolah. Kedua, memberikan beasiswa kepada anak yang putus sekolah yang tidak mampu. Sedangkan dari pihak pemerintah melakukan penagulangan anak putus sekolah melalui Program dari pemerintah melalui dinas pendidikan yaitu berupa program ijasah paket A, paket B, dan paket C untuk dapam meminimalisir anak putus sekolah yang berada di Kecamatan Moutong. Upaya-upaya tersebut sebenarnya begitu baik buat masyarakat di kecamatan Moutong, hanya dikarenakan belum maksimalnya pelaksanaan dan kurangya sosialisasi dari pemerintah sehingga masih juga ada terdapat anak putus sekolah yang belum teratasi dengan baik dan harus ada lembaga khusus yang menagulangi anak putus sekolah. IV. a.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pembahasan masalah yang telah diuraikan pada bab terdahulu, maka

pada bagian skripsi ini perlu dirumuskan kesimpulan penelitian sekaligus menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut di Kecamatan Moutong Khususnya di 3 (tiga) Desa yaitu Desa Gio, Moutong Barat dan Raja Basar masih banyak terdapat anak putus sekolah dalam rentang waktu satu tahun terakhir dari 2012/2013, baik pada tingkat sekolah dasar (SD), sekolah menenggah pertama (SMP) maupun sekolah menenggah atas (SMA). Hal ini disebabkan berbagai faktor yaitu faktor ekonomi, faktor lingkungan, dan faktor tentang kesadaran orang tua terhadap pendidikan sedangkan faktor yang sangat mempengaruhi sampai anak putus sekolah, faktor ekonomi yang dimana dari hasil presentase dan wawancara yang di lakukan dilapangan menunjukan hasil yang cukup tinggi.

11 Anak putus sekolah di Kecamatan Moutong khususnya di Desa Gio, Moutong Barat dan Raja Basar ternyata memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat yaitu dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya yaitu anak putus sekolah di Kecamatan Moutong membantu orang tuanya untuk menambah pengahasilan orang tuanya dan khususnya orang yang memiliki tanah dan mesin mudah mendapatkan orang untuk bekerja di penambangan emas begitu pun dengan pekerjaan lainnya nelayan maupun perkebunan. Sedangkan untuk dampak negatifnya yaitu anak putus sekolah di Kecamatan Moutong sering melakukan hal-hal yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain seperti melakukan pencuria, perkelahian dan pemerasan. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kecamatan Moutong sudah ada tapi belum maksimal dalam menagulangi anak putus sekolah sehingga masih terdapat anak yang putus sekolah di Kecamatan Moutong

b. Saran Anak putus sekolah tidak dapat di hilangkan dalam kehidupan sosial karena tergantung dari individu untuk memahami tentang petingnya pendidikan dan masalahnya banyak penyebab yang membuat anak untuk putus sekolah. Dalam hal ini untuk meminimalisir anak putus sekolah dengan car menciptakan suasana yang nyaman baik itu di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga sehingga anak mepunyai motavasi terus dalam mengikuti pelajaran disekolah. Pihak sekolah disarankan untuk menghimbau kepada peserta didiknya tentang pentingnya pendidikan dalam menghadapi masa yang akan datang. Bagi orang tua yang mempunyai anak putus sekolah hendaknya membatasi agar tidak terlalu membiarkan anaknya untuk bergaul dengan bebas dan memahami apa kemauan anak yang besifat positif. Bagi instansi yang terkait disarankan agar memperhatikan anak putus sekolah yang berada di Kecamatan Moutong dengan membuka lapangan pekerjaan buat mereka. V.

DAFTAR RUJUKAN Marzuki, (1994). Meberapa Anak Penyebab Anak Putus Sekolah ( Makalah Utama) Konferensi Pendidikan Nasional III, Medan IKIP Medan. Milles, Matheaw B. Da Humberman A. Michael (terjemahan Tjetjep Rohendi, 1982) Analisis kata kualitatif UI press. Jakarta. Suyanto. (2003). Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Trismansyah, (1998). Anak Putus Sekolah dan Permasalahanya. Jakarta, Percetaka Rosda Karya.

12

UU RI NO.3 TH. (1997). Undang-Undang Peradilan Anak. Jakarta: Sinar Grafika