STUDI KASUS TENTANG DAMPAK PSIKOLOGIS ANAK

Download menggunakan benda-benda tertentu yang menimbulkan luka-luka fisik atau .... mempengaruhi cara anak kecil dalam memroses suatu informasi. Te...

0 downloads 412 Views 2MB Size
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

STUDI KASUS TENTANG DAMPAK PSIKOLOGIS ANAK KORBAN KEKERASAN DALAM KELUARGA

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun oleh: Brigitta Erlita Tri Anggadewi 029114088

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“Anak Belajar dari Kehidupannya”

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai Jika anak dibesarkan dengan perlakuan baik, ia belajar keadilan Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar mempercaya Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyukai diri Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, Ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan… Dorothy Law Nolte

Terima kasih Tuhan atas semua cinta yang menguatkan, anugerah yang indah, serta rintangan dan cobaan yang mendewasakan Terimakasih atas kelebihan serta kelemahan yang melengkapi di setiap sisi tumbuh kembang pribadiku, semua itu tidak kusesali pun kuingkari... Aku hanya terus bersyukur dan berusaha membuat semuanya lebih baik sesuai dengan kemampuanku, sebab aku percaya... Engkau telah mempertimbangkan segalanya ketika menciptakan aku

Kupersembahkan karya ini dengan segenap Ketulusan Hati, Kasih dan Cinta untuk : Yesus dan Bunda Maria Alm. Bapakku Mc. Sutarto Widodo dan Ibuku tercinta Th. Sri Subyarti Kedua kakakku tersayang Evitta dan Erikka beserta Suami Yu Ginem

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK STUDI KASUS TENTANG DAMPAK PSIKOLOGIS ANAK KORBAN KEKERASAN DALAM KELUARGA Brigitta Erlita Tri Anggadewi 029114088 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Kasus kekerasan terhadap anak bagaikan fenomena gunung es. Tampak sedikit di permukaan namun sebenarnya sangat meluas. Kasus kekerasan terutama kekerasan fisik seringkali diwarnai dengan kekerasan psikis. Kekerasan ini tidak hanya dapat membuat kondisi fisik korban terganggu, namun juga dampak psikologis yang dapat pula mempengaruhi aspek lain seperti kognitif, relasi sosial dan lain sebagainya. Berdasarkan beberapa hal tersebut diatas, maka penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap dampak psikologis anak korban kekerasan dalam keluarga. Penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif yang menggunakan metode pengumpulan data melalui wawancara sebagai data utama terhadap subjek dan significant others. Sebagai data sekunder, peneliti menggunakan tes psikologi meliputi tes proyektif (Grafis dan CAT) dan tes inteligensi (CPM). Subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak korban kekerasan dalam keluarga berusia 6 tahun. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa secara umum dampak psikologis subjek terganggu. Dampak psikologis yang dialaminya antara lain : mengalami peristiwa traumatis (dengan melihat dan menjadi korban dari peristiwa traumatik); munculnya respon-respon kekhawatiran, ketakutan dan ketidakberdayaan akibat kekerasan fisik; munculnya peristiwa traumatik yang terus berulang dan bertahan (dalam ingatan, tindakan, kesedihan mendalam, serta reaksi fisiologis); melakukan beberapa penghindaran (yang dilakukan pada pikiran perasaan percakapan, tempat aktivitas, orang, partisipasi atau aktivitas, perasan terpisah dan terasing); muncul simptom-simptom yang terus meningkat (ledakan amarah, kewaspadaan berlebih), durasi simptom lebih dari 1 bulan, serta ketidakberdayaan sosial dan ketidakmampuan melakukan tugas penting akibat dari munculnya gangguangangguan akibat kekerasan. Dampak lain yang muncul sebagai temuan tambahan antara lain fobia, agresif, sulit dikendalikan/sulit diatur, fantasi, egoisme, pandangan yang negatif, kebutuhan akan afeksi yang kurang serta banyak melakukan mekanisme pertahanan diri. Namun di sisi lain subjek memiliki impian atau harapan mengenai keluarga dan cita-cita. Kemauan akan mencapai cita-cita didukung dengan hasil CPM yang berada pada grade II dimana subjek memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Kata kunci : kondisi psikologis; kekerasan

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT CASE STUDY ABOUT CHILD’S PSYCHOLOGICAL EFFECTS OF FAMILY VIOLENCE Brigitta Erlita Tri Anggadewi 029114088 Psychology Faculties Sanata Dharma University Yogyakarta Violence case like ice mountain phenomenon. Middle in the front but very big. Violence case expect physical violence is allways with phsycological violence. This violence not just made physical condition was disturb, but can disturb phsychological condition, cognition, social relation, etc was disurb. The purpose of this research is to know phsychological condition family violence of a child. This research is case study with qualitative approach and this method is conversation face to face is first data to subject and significant others. The second datas, the researcher research tests is psychological tests are tes projective (Grafis and CAT) and intelligence test (CPM). The research subjects is a child family violence of age 6 year. The result of this research shows that child abuse has psychological effects to the subject. Phsychological effects is : experienced (witnessed and threat to this traumatics event); response’s involved intense fear, helplessness, or horror; the traumatic event is persistently reexperienced (recurrent distressing recolections, acting, intense phsychological distress, and psychological reactivity); persistent avoidance of stimuli associated with the trauma (thoughts feelings and conversation, places activities and peoples, diminished participation or activities, feeling of detachment); persistent symptoms of increased arousal (outbursts of anger, hypervigilance), and distress or impairment social, occupational, or other important areas functioning. The other condition is fobia, agressive, fantation, egoism, negative perception, need of afect and defense mechanism. Subject have a dream about family and success. That dream is support with CPM result in grade II, where is definitely above the average in intelectual capacity. key words : psychological effects; violence

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan anugerah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul STUDI KASUS TENTANG KONDISI PSIKOLOGIS ANAK KORBAN KEKERASAN DALAM KELUARGA. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selain itu untuk menetapkan ilmu yang telah diterima penulis selama duduk dibangku perkuliahan. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari banyaknya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik dalam bentuk bimbingan, pemberian datadata, doa serta dorongan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh kerena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Yesus dan Bunda Maria yang telah mencintai, mengampuni, mendampingi, melindungi dan menjadi perisai di setiap langkah hidup penulis. Karya ini dipersembahkan seutuhnya atas kasih-Nya. 2. Dekan bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si atas kesempatan untuk menimba ilmu di fakultas tercinta ini. 3. Pembimbing skripsi bapak C. Wijoyo Adinugroho, S.Psi atas bimbingan serta kesabaran dalam menghadapi peneliti yang sering cemas dan tidak sabar. 4. Penguji ibu ML. Anantasari, S.Psi.,M.Si. atas senyuman yang melegakan di tengah ketegangan dalam ruang ujian.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Penguji sekaligus interater CAT ibu Agnes Indar Erikawati, S.Psi.,Psi.,M.Si atas tambahan wawasan serta masukan dalam penulisan skripsi ini. 6. Pembimbing akademik ibu Nimas Eki Suprawati, S.Psi, M.Si atas bimbingan akademis setahun ini. 7. Bapak Y. Agung Santosa, S.Psi yang telah ikhlas membantu peneliti dan telah menjadi dosen pembimbing akademik yang sangat sabar selama 3 tahun. 8. Bapak. Y. Heri Widodo, S.Psi, M.Si dan Ibu Y. Titik, S.Psi atas motivasi, perhatian serta persahabatan sehingga peneliti percaya diri dan mampu menghargai diri sendiri. 9. Bapak Drs. Singgih Santoso Wibowo, SU yang telah membimbing sdan membantu peneliti untuk belajar menjadi interater serta telah menjadi interater tes Grafis. 10. Pramusosial dan Pembina Panti atas bantuan dan dukungan selama penelitian, terutama untuk subjek peneliti, terimakasih atas kejujuran kamu. Mbak tetep ingat beliin sandal dek… 11. Alm Bapakku MC. Sutarto Widodo, I know you shining down on me from heaven…I miss u, pak. Ibuku tercinta Th. Sri Subyarti yang selalu menyayangi dan memaafkan di setiap pembantahanku. Doa ibu adalah nyawa dari penulisan skripsi ini. Dan sampai seumur hidupku tidak akan cukup untuk membalas apa yang telah ibu berikan. Lita sangat menyayangi ibu. 12. Kedua kakakku Evitta & Erikka beserta suami (Mas Koko dan Bang Aci) yang selalu ada menjaga peneliti juga Frans dan Freddie kecil (teriakan-teriakan kecil kalian mebuat tante ‘ga ngantuk ngerjain karya ini sayang…) 13. Yu Ginem yang setia menyediakan makanan kecil dan teh hangat setiap malam serta tak pernah telat bangun pagi hanya untuk membangunkan peneliti. Makasih ya thok ! 14. Te Yanti, Te Watik, dan semua tante-tanteku yang lain juga oom dan sepupu terutama Ius yang rela diajak bolak-balik oleh peneliti. Hidupku ceria banget karena keluarga ini. 15. Mba’ Adjenk, Thea, Iantswiti dan Winta. Peneliti tidaklah lengkap tanpa kehadiran kalian dalam hidup ini. Terimakasih atas tawa, airmata serta doa yang saling kita lantunkan bersama. We’re the soulmates are we! 16. Para sahabatku yang tak pernah lupa untuk menyemangatiku : Mitha Arsanti (tetap saling menguatkan ya!), Tanti, Fista (kemandiriannya), Trisa (easy going-nya), Lisna (ketenangannya), Nopex (kemanjaannya, hihihi), Ntrie, Yak-yuk (makasih atas tempat ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tidurnya ya!), Wiwin, Astrid, Dhewi, Era, dan banyak gadis-gadis yang tidak tersebut. I love you all, girls!! 17. Kelompok penelitian: mba Bertha, mba Lianawati, mba Tyo, mba Etik, mba Merlin, mas Oho, mas Kris. Kalian adalah semangat pertama yang membuat peneliti sadar untuk menerima diri sendiri apa adanya dan bahwa penulis juga layak untuk disayangi. 18. Aan dan Tisa (yang selalu ada menjadi sharring yang menyenangkan, terimakasih atas dukungan kalian), Panji (atas asisten dadakannya), Bona (teman sependeritaan kala AKSI), Jaya, mbakku Cynthia (2001), teman-teman F-16 (Wawan, Danang, Neri, Yanuar, Suko dan lainnya) serta adikku Asteria dan Agus, tetap semangat ya dek ! 19. Teman-teman pengurus Mukiji angkatan 2003-2006 (Vindoel, Emsa, Riris, Goeng, mas Lalang, mas Hendra, Ajeng, Randi, Tyas Pujo, Ditya, Lana, dll), atas semua pengalaman serta pelajaran berharga akan arti sebuah kerja sama, maaf peneliti sering mengecewakan kalian. 20. Semua teman-teman Psikologi Sanata Dharma angkatan 2002. Thank’s for being a wonderful moment… 21. semua kawan dan sahabat yang tidak tersebut disini. Kalian semua sangat berharga di hati peneliti. Maaf, karena halamannya tidak cukup untuk menulis nama kalian semua…terima kasih banyak.. 22. Untuk setiap orang yang pernah datang dan pergi dalam hidup peneliti. Terimakasih atas semua pengalaman berharga yang dilalui bersama-sama.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.......................................................... iv ABSTRAK................................................................................................................ vi ABSTRACT............................................................................................................. vii KATA PENGANTAR.......................................................................................... viii DAFTAR ISI..............................................................................................................

xi

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………... 1 B. Rumusan Masalah……………………………………………………………. 6 C. Tujuan Penelitian…………………………………………………………….. 6 D. Manfaat Penelitian…………………………………………………………… 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………

8

A. Anak………………………………………………………………………….. 8 1. Pengertian dan Batasan Usia Anak............................................................... 8 2. Ciri-ciri Masa Awal Anak-anak................................................................... 9

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Tugas Perkembangan Anak……………………………………………….. 14 B. Kekerasan Terhadap Anak…………………………………………………… 16 1. Pengertian Kekerasan Terhadap Anak……………………………………. 16 2. Bentuk-bentuk Kekerasan Terhadap Anak……………………………….

17

3. Lingkup Kekerasan Terhadap Anak……………………………………...

18

4. Faktor Penyebab Kekerasan Terhadap Anak................................................ 20 5. Dampak Psikologis Akibat Kekerasan Fisik dan Psikis..............................

24

C. Dinamika Kekerasan Keluarga dan Kondisi Psikologis Anak......................... 27 BAB III METODE PENELITIAN………………………………………………… 33

A. Jenis Penelitian………………………………………………………………. 33 B. Batasan Istilah….…………………………………………………………….. 34 C. Subjek Penelitian….…………………………………………………………. 36 D. Metode Pengumpulan Data………………………………………………….. 36 1. Wawancara………………………………………………………………... 37 2. Tes Psikologi……………………………………………………………… 41 a) Tes Inteligensi………………………………………………………... 41 b) Tes Proyektif…………………………………………………………. 42 E. Metode Analisis Data………………………………………………………... 47 F. Pemeriksaan Kesahihan dan Keabsahan Data.................................................. 52

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………………..

56

A. Hasil Penelitian………………………………………………………………. 56 B. Pembahasan………………………………………………………………….. 84 BAB V PENUTUP…………………………………………………………………..

96

A. Kesimpulan………………………………………………………………....... 96 B. Saran…………………………………………………………………………. 97 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................

Lampiran

xiii

99

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah Fenomena kekerasan dalam keluarga selama ini dianggap sebagai masalah intern yang kurang perlu diketahui oleh publik. Namun pemberitaan kasus kekerasan yang akhir-akhir ini semakin ramai dibicarakan menunjukkan bahwa kasus kekerasan mulai dibuka dan disorot oleh berbagai media massa bahkan dianggap perlu diketahui oleh khalayak umum. Ada banyak sekali kasus kekerasan di Negara Indonesia yang mulai mencuat ke permukaan. Dari seluruh kasus kekerasan tersebut, kekerasan dalam rumah tangga atau keluarga adalah yang dominan dari seluruh kasus yang ada yakni 302 kasus (Kompas, 9 Januari 2002). Dalam berbagai penulisan, termasuk survei yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di berbagai Negara termasuk Indonesia, kekerasan dalam keluarga bisa menimpa siapa saja, perempuan atau laki-laki; mulai dari anak-anak, orang dewasa, hingga orang berusia lanjut (Kompas, 26 Mei 2003). Data-data dalam kompas, 20 Desember 2004 menunjukkan bahwa dari tahun 1992 - 2002 terdapat 2.184 kasus kekerasan terhadap anak dan kasus kekerasan ini terus bertambah setiap tahun (Kompas, 22 Juli 2006). Dari peningkatan tersebut, peneliti melihat bahwa tindak kekerasan yang dilakukan terhadap anak mengalami peningkatan yang cukup tajam. Seto Mulyadi (Ketua umum Komisi Nasional Perlindungan Anak) menyatakan bahwa dari pemantauan dan percakapan dengan banyak orang tua, ia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 menduga 50-60 persen orang tua melakukan kekerasan terhadap anak (Kompas, 29 Juni 2003). Data ini menguatkan data sebelumnya dari Departemen Sosial pada tahun 2002, dimana tercatat bahwa diperkirakan sebanyak 43.708 anak mengalami kekerasan fisik yang tersebar di 27 propinsi (Pedoman Penanganan Anak Yang Memerlukan Perlindungan Khusus, 2004). Sementara itu data lain yang diperoleh menunjukkan bahwa sebanyak 53,5 % (Ikawati dan Rusmiyati, 2003) tindak kekerasan terhadap anak dilakukan oleh keluarga sendiri, suatu tempat dimana seharusnya anak mampu tumbuh kembang secara normal, aman dan nyaman. Terkait dengan kasus ini, Owen dan Strauss (1975) mendefinisikan kekerasan domestik/ keluarga sebagai segala tindakan penganiayaan fisik, seksual atau emosional oleh anggota keluarga. Pendapat lain mengemukakan kekerasan dalam keluarga adalah segala bentuk penganiayaan, perlakuan yang menyimpang, atau penolakan yang dialami oleh orang dewasa atau anak-anak dalam suatu hubungan keluarga, dalam suatu hubungan yang intim, atau dalam hubungan yang ditandai adanya ketergantungan (Department of Justice of Canada, 2003). Berbagai bentuk kekerasan dalam suatu keluarga merupakan suatu tindakan yang melanggar Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang dapat dilihat pada penjelasan pasal 13 huruf d yang menjelaskan tentang perlakuan kejam seperti tindakan atau perbuatan secara zalim, keji, benci atau tidak menaruh belas kasihan kepada anak dan pelaku kekerasan dalam dijerat oleh UU PKDRT (Pelaku Kekerasan Dalam Rumah Tangga) pasal 44. Hukuman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 yang diberikan berupa hukuman pidana atau hukuman denda sesuai dengan tingkat kekerasan fisik yang dilakukan. Suharto (dalam Huraerah, 1998), mengelompokkan kekerasan terhadap anak yaitu kekerasan secara fisik (physical abuse), kekerasan secara psikologis (psychological abuse), kekerasan secara seksual (sexual abuse), dan kekerasan secara sosial (social abuse). Menurut Suharto (dalam Huraerah, 1998) pula, kekerasan anak secara fisik adalah penyiksaan terhadap anak dengan atau tanpa menggunakan benda-benda tertentu yang menimbulkan luka-luka fisik atau kematian pada anak. Sedangkan kekerasan psikis/psikologis merupakan hardikan atau penyampaian kata-kata kasar terhadap anak. Tidak banyak yang mengetahui bahwa kekerasan terhadap anak dapat menimbulkan dampak-dampak tertentu pada perkembangan anak, baik secara fisik maupun secara psikologis. Secara fisik, kekerasan dapat menimbulkan lukaluka seperti memar-memar (bruiser), goresan-goresan (scrapes), dan luka bakar (burns) hingga kerusakan otak (brain damage), cacat permanent (permanent disabilities), dan kematian (death) (Gelles dalam Huraerah, 2006). Menurut Gelles pula , dampak secara psikologis dapat seumur hidup seperti rasa harga diri rendah (a lowered sense of selfworth), ketidakmampuan berhubungan dengan teman sebaya (an inability to relate to peers), masa perhatian tereduksi (reduced attention span), dan gangguan belajar (learning disorder). Kasus kekerasan yang dialami pada masa tahap perkembangan anak dapat menjadi bahaya yang potensial karena peristiwa yang dialami oleh anak merupakan sebuah pengalaman pribadi (Hurlock, 1996), dimana pengalaman pribadi menurut Hurlock pula

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap perubahan-perubahan dalam perkembangannya. Kasus-kasus kekerasan di atas telah banyak terjadi dan berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah yang salah satunya dengan mendirikan rumah perlindungan dan pusat trauma untuk anak, namun demikian hanya sedikit yang mampu tersentuh oleh lembaga-lembaga tersebut. Kasus-kasus ini seperti tenggelam dan dianggap sebagai masalah keluarga yang tidak layak dikonsumsi oleh publik terlebih apabila dibawa ke meja hukum. Akibatnya kasus kekerasan bagaikan fenomena gunung es, dimana hanya beberapa saja yang tampak di permukaan. Tanpa disadari kasus kekerasan terhadap anak telah merambah ke hampir seluruh lapisan masyarakat. Contoh secara nyata seperti yang dialami oleh Nn. Nn adalah seorang anak laki-laki berumur 6 tahun dan merupakan anak pertama dari 2 (dua) bersaudara. Nn dan adiknya lahir tanpa diketahui siapa ayah Nn dan tinggal di daerah kumuh dengan kondisi ekonomi di bawah rata-rata. Ibu Nn bekerja sebagai pengamen sekaligus wanita tuna susila sehingga seringkali tidak dapat bertemu dengan Nn maupun adik Nn. Nn dititipkan dan dirawat oleh kakeknya. Dari kakek ini Nn sering mendapat perlakuan kekerasan secara fisik dan psikis tanpa alasan yang jelas. Bahkan tindak kekerasan sering dialami oleh Nn meskipun Nn tidak melakukan suatu kesalahan. Kekerasan yang dialami oleh Nn antara lain dibentak, dimaki sambil dipukul dengan atau tanpa menggunakan kayu, ditendang, dibentur-benturkan ke dinding sampai diinjak-injak. Tindak kekerasan tersebut terus diulangi setiap hari pada waktu tertentu oleh kakek Nn, seakan seperti sudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 dijadwalkan. Perlakuan kekerasan tersebut dilakukan pula kepada adik Nn bahkan ibu Nn pun seringkali melakukan kekerasan fisik terhadap Nn dan adiknya. Perlakuan kekerasan yang dialami oleh Nn dan adiknya dilakukan agar mendapatkan uang serta simpati dari orang lain. Cara yang dilakukan adalah membawa Nn ke jalanan dalam kondisi penuh luka untuk meminta-minta atau mencari sumbangan dengan alasan memerlukan uang untuk membawa Nn berobat. Kakek maupun ibu Nn tidak memperdulikan kondisi fisik maupun psikologis yang dialami oleh Nn. Semakin Nn luka parah maka semakin banyak pula uang yang didapatkan sehingga ketika luka fisik Nn mulai mengering, perlakuan kekerasan kembali dialami oleh Nn. Beberapa waktu lalu adik Nn akhirnya meninggal karena menderita tulang punggung patah dan Nn ditemukan oleh pihak berwenang untuk kemudian diserahkan pada panti asuhan bagian trauma center. Sampai saat ini pihak panti masih belum memberi ijin pada ibu Nn untuk bertemu dengan Nn. Hal ini dilakukan untuk melindungi Nn dari perlakuan kekerasan yang mungkin dapat terulang setelah sebelumnya dibujuk pulang oleh ibunya. Dari berbagai fakta yang telah disebutkan, maka peneliti tertarik untuk mengkaji dan mendeskripsikan lebih dalam mengenai dampak psikologis Nn. Melalui penelitian ini diharapkan permasalahan Nn menjadi mudah untuk dipahami sehingga dalam perkembangan Nn selanjutnya dampak psikologis akibat dari kekerasan yang dialami oleh Nn dapat diminimalisir. Berdasarkan kasus yang dialami oleh Nn, maka peneliti secara khusus meneliti tentang dampak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 psikologis anak akibat dari kekerasan terutama kekerasan secara fisik dan psikis/psikologis.

B.

Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan diungkap oleh peneliti adalah : “Bagaimana dampak psikologis subjek yang mengalami kekerasan dalam keluarga ?”

C.

Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : “Mendeskripsikan secara mendalam dampak psikologis subjek yang mengalami kekerasan dalam keluarga.”

D.

Manfaat Hasil Penelitian Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini : 1. Manfaat Teoretis Manfaat dari penelitian ini secara teoretis dapat membantu menambah pengetahuan mengenai kondisi psikologis yang dapat dialami oleh anak yang mengalami kekerasan dalam keluarga. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Subjek Subjek mendapatkan dukungan yang positif serta motivasi yang tepat sehingga subjek mampu menghadapi permasalahannya dan dapat bertumbuh kembang secara normal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7

b. Bagi Psikolog dan Pendamping Merupakan tambahan referensi mengenai dampak kekerasan terhadap trauma yang dialami subjek sehingga psikolog/pendamping mampu memberikan sikap, dukungan dan terapi yang tepat supaya subjek dapat bertumbuh kembang secara normal. c. Bagi Pembaca dan Orang Tua pada umumnya Memberikan tambahan informasi mengenai kondisi psikologis anak akibat dari kekerasan sehingga pembaca dan orang tua pada umumnya dapat mencegah serta menghindari tindak kekerasan terhadap anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anak 1. Pengertian dan Batasan Usia Anak Pengertian anak berkaitan dengan batas umur anak. Dalam berbagai peraturan perundangan terdapat perbedaan tentang batasan umur anak (Endang Sumiarni, 2006), diantaranya dalam KHA (Konvensi Hak Anak) pasal 1 menyebutkan bahwa anak berarti setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku untuk anak-anak, kedewasaannya telah dicapai lebih cepat. Undang-undang No. 4 Tahun 1974 tentang Kesejahteraan Anak memberikan batasan umur 21 (duapuluh satu) tahun dan atau belum menikah. Sedangkan KUHP Pasal 45 memberikan batasan umur maksimal 16 (enam belas) tahun, selain itu terdapat batasan umur di bawah 12 (dua belas) tahun, 15 (lima belas) tahun, 16 (enam belas) tahun, 21 (dua puluh satu) tahun (Andi Hamzah, 1990; R.Susilo, 1976). Sementara dalam Undangundang No.23 Tahun 2002 Pasal 1 Ayat 1 mengatakan, bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, temasuk anak yang masih dalam kandungan. Batasan umur anak pada undang-undang ini tidak ada pengecualian apapun seperti batasan “dan/atau sudah kawin”, sehingga bagi anak yang berusia di bawah 18 tahun seandainya sudah kawin dan sudah mempunyai anak masih masuk dalam kategori anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 Menurut Hurlock (1998), secara luas diketahui bahwa masa kanak-kanak harus dibagi lagi menjadi dua periode yang berbeda-awal dan akhir masa kanakkanak. Periode awal berlangsung dari umur 2 hingga 6 tahun dan periode akhir dari 6 tahun sampai tiba saatnya anak matang secara seksual. Hurlock juga mengatakan, bahwa pada awal dan akhirnya, masa akhir kanak-kanak ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak.

2. Ciri-ciri Masa Awal Anak-anak Subjek mengalami peristiwa kekerasan pada saat berumur di bawah 6 tahun, maka peneliti menggunakan teori pada awal masa anak-anak. Anak memiliki beberapa ciri-ciri yang dapat membedakannya dengan remaja atau dewasa. Adapun beberapa ciri tersebut antara lain perkembangan fisik, perkembangan emosi, perkembangan kognitif, serta perkembangan sosial yang dapat membantu anak dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya secara bertahap. a. Perkembangan Fisik Pertumbuhan

selama

masa

awal

anak-anak

berlangsung

lambat

dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan selama masa bayi (Hurlock, 1998). Beberapa perkembangan fisik pada awal masa anak-anak menurut Hurlock (1998) antara lain dalam hal tinggi badan yang rata-rata bertambah tiga inci serta berat rata-rata tiga sampai lima pon setiap tahun. Hurlock menyebutkan perbandingan tubuh untuk masa awal anak-anak, dimana wajah tetap kecil tetapi dagu tampak lebih jelas dan leher lebih memanjang. Selain itu gumpalan pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 bagian-bagian tubuh berangsur-angsur berkurang dan tubuh cenderung berbentuk kerucut, perut yang rata (tidak buncit), dada yang lebih bidang dan rata, serta bahu lebih luas dan lebih persegi. Untuk masa awal anak-anak ada 3 jenis postur tubuh, yaitu gemuk lembek atau endomorfik, kuat berotot atau mesomorfik, dan ada yang relatif kurus atau ektomorfik. Hurlock (1998) juga menambahkan, bahwa tulang dan otot pada masa awal kanak-kanak menjadi lebih besar dan berat, banyaknya lemak tergantung jenis postur tubuh, serta gigi pada geraham belakang muncul. b. Perkembangan Emosi Semua emosi memainkan peran yang penting dalam kehidupan anak karena emosi memiliki pengaruh terhadap penyesuaian pribadi dan sosial (Hurlock, 1991). Menurut Hurlock (1998) pula, selama awal masa anak-anak emosi mereka sangat kuat. Saat ini (awal masa anak-anak) merupakan saat dimana terjadi ketidakseimbangan karena anak-anak “keluar fokus”. Dalam arti bahwa anak mudah terbawa ledakan-ledakan emosional, sehingga sulit untuk dibimbing dan diarahkan. Hurlock (1998) menambahkan, bahwa emosi yang meninggi pada masa awal kanak-kanak ditandai oleh ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang hebat, dan iri hati yang tidak masuk akal. Ada beberapa hal yang menunjang timbulnya emosionalitas yang meninggi (Hurlock, 1991), antara lain : 1) Kondisi fisik seperti kesehatan yang buruk, kondisi yang merangsang (eksim atau kaligata), setiap gangguan yang kronis, perubahan kelenjar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 2) Kondisi psikologis seperti perlengkapan intelektual yang buruk, kegagalan mencapai tingkat aspirasi, serta kecemasan. 3) Kondisi lingkungan seperti ketegangan, kekangan yang berlebihan, serta sikap orangtua yang terlalu mencemaskan atau melindungi. Emosi umum yang seringkali muncul pada awal masa kanak-kanak (Hurlock, 1998) antara lain

amarah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati,

gembira, sedih, dan kasih sayang. c. Perkembangan Kognitif Dunia kognitif anak-anak pra sekolah ialah kreatif, bebas, dan penuh imajinasi (Santrock, 1995). Mengenai perkembangan kognitif pada masa awal kanak-kanak akan terbagi dalam beberapa konsep menurut Santrock (1995), antara lain : 1) Tahap pemikiran praoperasional Piaget (2 – 7 tahun) Tahap

pemikiran

praoperasional

Piaget

memiliki

2

subtahap

(Hargenhahn, 2000) : a) Pemikiran Prekonseptual (2 – 4 tahun) Pada tahap ini anak membentuk konsep yang belum sempurna. Mereka mulai mengklasifikasikan sesuatu berdasarkan kelompok tertentu karena suatu persamaan, tetapi mereka seringkali membuat kesalahan karena konsep tersebut; semua laki-laki adalah ayah, semua perempuan adalah ibu, dan semua mainan dilihat mereka sebagai miliknya. Logika mereka bersifat transductive. Contohnya, “sapi adalah binatang besar yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 berkaki empat. Binatang itu besar dan mempunyai empat kaki jadi binatang itu adalah sapi”. b) Periode Intuitif (4 – 7 tahun) Pada tahap ini anak memecahkan masalah secara intuitif sebagai pengganti yang sesuai dengan beberapa aturan secara logis. Hal yang paling menyolok pada tahap ini adalah kegagalan mereka dalam mengembangkan

konservasi.

Konservasi

didefinisikan

sebagai

kemampuan dalam mencapai angka, panjang, isi, atau area tetap yang konstan meskipun ditunjukkan pada anak dalam angka yang berbeda-beda. Contohnya, seorang anak ditunjukkan pada dua kotak yang diisi pada tingkatan tertentu dengan air. Kemudian salah satu kotak dibalik posisinya menjadi lebih tinggi daripada kotak yang satu. Maka ketika diminta untuk memilih, anak akan memilih kotak yang dibalik sebagai kotak yang memiliki berisi banyak air karena posisi air pada kotak yang dibalik tampak lebih tinggi dan banyak dibandingkan kotak yang satunya. Pada tahap ini anak belum mampu membedakan sesuatu secara kognitif, dimana pada contoh, anak melihat bahwa kotak yang lebih tinggi berisi lebih banyak air daripada yang pendek, padahal kotak tersebut memiliki bentuk serta banyaknya air yang sama. 2) Pemrosesan informasi Dalam Santrock (1995), dua keterbatasan dalam pemikiran anak-anak prasekolah adalah perhatian dan ingatan, yakni dua hal penting yang mempengaruhi cara anak kecil dalam memroses suatu informasi. Tekanan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 lain yang juga penting dalam pemrosesan informasi adalah analisis tugas. Penganut pemrosesan informasi yakin suatu komponen tugas harus dianalisis. Dengan membuat tugas lebih menarik dan sederhana, peneliti menunjukkan bahwa beberapa aspek perkembangan kognitif anak terjadi lebih awal daripada yang diperkirakan (Santrock, 1995). Teori

anak

(Santrock,

1995)

mengatakan

bahwa

anak-anak

mengembangkan suatu kesadaran bahwa pikiran itu ada, berhubungan dengan dunia fisik, terpisah dari dunia fisik, bisa berupa obyek secara akurat atau tidak akurat, dan secara aktif menengahi interpretasi tentang realitas dan emosi yang dialami. 3) Perkembangan bahasa Perkembangan bahasa pada masa awal kanak-kanak dalam Santrock (1995) terbagi dalam perluasan tahap-tahap Brown dan sistem aturan. Lima tahap Brown meliputi panjang rata-rata ucapan, rentang usia, karakteristik bahasa, dan variasi kalimat. Sedangkan dalam system aturan, meliputi perubahan-perubahan dalam fonologi, morfologi, sintaks, semantik, dan pragmatik selama tahun-tahun awal masa anak-anak (Santrock, 1995). 4) Teori perkembangan Vygotsky Dalam teori perkembangan Vygotsky terdapat istilah ZPD (Zone of Proximal Development) dimana untuk tugas-tugas yang terlalu sulit dapat dikuasai sendiri oleh anak-anak, tetapi dengan bimbingan dan bantuan orang dewasa atau anak-anak yang lebih terampil (Santrock, 1995).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 d. Perkembangan Sosial Dalam Hurlock (1991), dari umur 2 sampai 6 tahun, anak belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan orang-orang di luar lingkungan rumah, terutama dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Mereka belajar menyesuaikan diri dan bekerjasama dalam kegiatan bermain. Pada masa kanakkanak awal, pola perilaku dalam situasi sosial terbagi dalam pola perilaku sosial dan pola perilaku yang tidak sosial (Hurlock, 1991) yaitu : 1) Pola Perilaku Sosial, tampak dalam sikap kerja sama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empati, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru, dan perilaku kelekatan (attachment behavior) 2) Pola Perilaku Yang Tidak Sosial, tampak dalam sikap negativisme, agresi, pertengkaran, mengejek dan menggertak, perilaku yang sok kuasa, egosentrisme, prasangka, serta antagonisme jenis kelamin.

3. Tugas Perkembangan Anak Dalam perkembangannya, anak juga mempunyai tugas-tugas tertentu yang harus dilakukan. Havighurst (dalam Hurlock, 1991) mendefinisikan bahwa tugas perkembangan merupakan tugas yang timbul pada periode kehidupan tertentu.

Keberhasilan

melakukan

tugas

perkembangan

menimbulkan

kebahagiaan dan keberhasilan pelaksanaan tugas lainnya. Di sisi lain kegagalan dapat menimbulkan ketidakbahagiaan, ketidaksetujuan masyarakat, dan kesulitan dalam pelaksanaan tugas lainnya kelak. Havighurst juga merumuskan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 beberapa tugas perkembangan di masa awal kanak-kanak (lahir sampai usia 6 tahun), yaitu : a. Belajar berjalan b. Belajar makan makanan padat c. Belajar berbicara d. Belajar mengendalikan pembuangan sampah dalam tubuh e. Belajar membedakan jenis kelamin dan kesopanan seksual f. Mencapai stabilitas fisiologis g. Membentuk konsep sederhana mengenai kenyataan sosial dan fisik h. Belajar berhubungan secara emosional dengan orang tua, saudara kandung, dan orang lain i. Belajar membedakan yang benar dan yang salah serta mengembangkan nurani. Menurut Hurlock (1991), tugas perkembangan ini memiliki 3 tujuan. Yang pertama, tugas ini bertindak sebagai pedoman untuk membantu orang tua dan guru guna mengetahui apa yang harus dipelajari anak pada usia tertentu. Kedua, tugas perkembangan menimbulkan kekuatan motivasi bagi anak untuk belajar mengenai hal-hal yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia tersebut. Ketiga, tugas perkembangan menunjukkan pada para orang tua dan guru tentang apa yang diharapkan dari mereka di masa mendatang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 B. Kekerasan Terhadap Anak Beberapa hal mengenai kekerasan fisikdan psikologis terhadap anak juga perlu dibahas dalam tinjauan pustaka ini untuk lebih mendalami serta untuk menyamakan persepsi antara peneliti dengan pembaca. Hal-hal yang perlu untuk dibahas dan disamakan persepsi antara lain pengertian serta bentuk-bentuk kekerasan kekerasan, lingkup kekerasan, penyebab kekerasan, serta dampak dari kekerasan fisik terhadap anak. 1. Pengertian Kekerasan Terhadap Anak Barker (dalam The Social Work Dictionary, 1987) mengatakan, bahwa kekerasan terhadap anak adalah tindakan melukai yang berulang-ulang secara fisik dan emosional terhadap anak yang ketergantungan, melalui desakan hasrat, hukuman badan yang tak terkendali, degradasi dan cemoohan permanen atau kekerasan seksual. Sementara itu Vander (www.e-psikologi.com, 2002) mengemukakan bahwa kekerasan terhadap anak diartikan sebagai bentuk penyerangan fisik atau melukai anak dan biasanya dilakukan justru oleh orang tua atau atau pengasuh pengaruh dari orang lain yang bukan keluarga. Gelles (dalam Huraerah, 2004) menyebutkan bahwa kekerasan terhadap anak adalah perbuatan disengaja yang menimbulkan kerugian atau bahaya terhadap anak-anak secara fisik maupun emosional. Berdasarkan

definisi-definisi

tersebut,

maka

peneliti

mengambil

kesimpulan bahwa kekerasan terhadap anak merupakan suatu perlakuan yang salah terhadap anak dimana perlakuan tersebut tidak hanya menimbulkan luka secara fisik namun juga dapat menyebabkan luka secara psikologis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 2. Bentuk-bentuk Kekerasan Terhadap Anak Ahimsa, dkk (Suyanto, dkk., 2000) telah mengadakan suatu studi dan menemukan 3 (tiga) bentuk kekerasan yang sering dialami oleh anak-anak, antara lain kekerasan fisik, kekerasan psikis, dan kekerasan seksual. Sementara itu, Suharto (Huraerah, 2006), menambahkan kekerasan terhadap anak menjadi 4 (empat) antara lain kekerasan secara fisik, kekerasan secara psikologis, kekerasan secara seksual, serta kekerasan secara sosial. Penjelasan keempat hal tersebut dapat dilihat sebagai berikut : 1). Kekerasan anak secara fisik merupakan suatu penganiayaan terhadap anak dengan atau tanpa menggunakan alat tertentu sehingga dapat menimbulkan luka-luka fisik bahkan dapat menyebabkan kematian terhadap anak. 2). Kekerasan anak secara psikis merupakan penyampaian kata-kata kasar dan kotor, menghardik, memaki, sampai meperlihatkan gambar atau film pornografi pada anak. 3). Kekerasan anak secara seksual merupakan perlakuan prakontak (sentuhan, exhibitionism) maupun kontak seksual langsung (perkosaan) yang dilakukan oleh orang yang lebih besar pada anak. 4). Kekerasan anak secara sosial meliputi penelantaran serta eksploitasi anak. Penelantaran anak merupakan sikap orang tua yang tidak memperhatikan proses tumbuh kembang anak (Suharto dalam Abu Huraerah, 2006). Pope (Nunally, dkk., 1988) menyebutkan bahwa kekerasan fisik merupakan salah satu bentuk dari apa yang disebut sebagai child maltreatment. Child Maltreatment adalah perlakuan yang salah terhadap anak. Selain kekerasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 fisik, Child Maltreatment juga mencakup bentuk kekerasan lain, yaitu kekerasan seksual (sexual abuse), penelantaran atau penolakan (neglect) dan kekerasan emosi atau psikologis.

3. Lingkup Kekerasan Terhadap Anak Widjaja (1985)

mengatakan bahwa sejak dilahirkan sampai dengan

kematian, manusia tidak pernah hidup “sendiri” tetapi selalu berada dalam suatu lingkungan sosial yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Berdasarkan pernyataan tersebut maka bukan hal yang tidak mungkin pula apabila tindak kekerasan terhadap anak dapat terjadi dalam hubungan sosial itu sendiri termasuk dalam keluarga. Pernyataan tersebut sesuai dengan fakta bahwa kekerasan merupakan masalah yang kompleks dimana banyak faktor-faktor yang berbeda (individu, hubungan yang terjalin, dan masyarakat) memainkan peran (Department of Justice Canada, 2003). Adianingsih (2003) merinci lingkup kekerasan yang dapat terjadi pada anak, antara lain : a. Orang-orang yang memiliki hubungan keluarga : 1) Ayah, Ibu, Kakek, Nenek 2) Saudara kandung 3) Kerabat b. Orang-orang yang terikat atau pernah terikat dalam perkawinan ataupun sebagai partner : 1) Suami/mantan suami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 2) Isteri/mantan isteri 3) Pacar/pasangan c. Orang-orang yang memiliki hubungan kerja di lingkup domestik/keluarga 1) Pengasuh/perawat formal atau informal 2) Pembantu rumah tangga. Dari beberapa lingkup tersebut, keluarga sering disebut sebagai pelaku utama dalam tindak kekerasan terhadap anak. Hal ini terbukti dalam suatu penulisan oleh media Jawa Pos, bahwa dari 103 kasus, sebanyak 39,8 % lingkungan keluarga melakukan tindak kekerasan (Ikawati dan Rusmiyati, 2003). Sementara dari media Memorandum menuliskan hal yang serupa dimana dari 230 kasus kekerasan yang dialami oleh anak, sebanyak 53,5 % dilakukan oleh keluarga sendiri. Kenyataan ini menunjukkan bahwa dalam lingkup keluarga, kekerasan terhadap anak paling rentan terjadi. Hal ini menimbulkan suatu keprihatinan, dimana keluarga seharusnya mampu menjadi tempat yang nyaman agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara baik dan wajar.

4. Faktor Penyebab Kekerasan Terhadap Anak Dalam The National Clearinghouse on Family Violence (1994), faktorfaktor yang mempengaruhi kekerasan dalam keluarga dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 Bagan 1 Sistem yang Mempengaruhi Kekerasan dalam Keluarga

Faktor Individu

Faktor Keluarga

Faktor Komunitas

Faktor Masyarakat/ Budaya

Penjelasan mengenai faktor-faktor di atas dapat disimak di bawah ini : a. Faktor Individu, antara lain temperamen, kepribadian, perilaku yang dipelajari, sikap, dan pengetahuan mengenai kekerasan dalam keluarga. b. Faktor Keluarga, antara lain pola interaksi dalam keluarga (antara ayah-anak, suami-isteri, antar saudara kandung), sikap dan nilai mengenai hak anak, orangtua, dan pasangan, kemampuan untuk mengatasi stress, sumber penghasilan yang ada/tingkat ekonomi keluarga, kondisi hidup.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 c. Faktor Komunitas, antara lain tingkat dan jenis dukungan yang tersedia, kesempatan belajar yang tersedia, sikap mengenai peran dan tanggung jawab keluarga. d. Faktor Masyarakat/budaya, antara lain sikap mengenai hak, peran, dan tanggung jawab keluarga, sikap mengenai penggunaan kekuatan untuk mengatasi masalah, sikap mengenai jumlah dan jenis kekerasan yang diperbolehkan. Moore dan Parton (Huraerah, 2006) juga mengungkapkan bahwa kekerasan anak disebabkan oleh faktor individual, namun ada juga yang berpendapat bahwa struktur sosial lebih berperan sebagai penyebab dari kekerasan terhadap anak. Secara rinci Rusmil (Huraerah, 2006), membagi penyebab kekerasan terhadap anak dalam 3 (tiga) kelompok yaitu : 1. Faktor Orang tua atau Keluarga Faktor-faktor yang menyebabkan orang tua melakukan kekerasan terhadap anak diantaranya : a. Praktik-praktik budaya yang merugikan anak (kepatuhan anak kepada orang tua, hubungan asimetris) b. Dibesarkan dengan penganiayaan c. Gangguan mental d. Belum mencapai kematangan fisik, emosi maupun sosial, terutama mereka yang mempunyai anak sebelum berusia 20 tahun e. Pecandu minuman keras dan obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 2. Faktor Lingkungan Sosial atau Komunitas Faktor lingkungan sosial juga dapat menjadi penyebab kekerasan terhadap anak, diantaranya : a. Kemiskinan dalam masyarakat dan tekanan nilai materialistis b. Kondisi sosial-ekonomi yang rendah c. Adanya nilai dalam masyarakat bahwa anak adalah milik orang tua sendiri d. Sistem keluarga patriarkhal e. Nilai masyarakat yang terlalu individualistis 3. Faktor Anak itu sendiri a. Penderita gangguan perkembangan, menderita penyakit kronis disebabkan ketergantungan anak kepada lingkungannya b. Perilaku menyimpang pada anak Suharto (Huraerah, 2006) berpendapat bahwa kekerasan terhadap anak umumnya disebabkan oleh faktor internal yang berasal dari anak sendiri maupun faktor eksternal yang berasal dari kondisi keluarga dan masyarakat. Faktor-faktor internal tersebut antara lain anak mengalami cacat tubuh, retardasi mental, gangguan tingkah laku, autisme, anak terlalu lugu, memiliki temperamen lemah, ketidaktahuan anak akan hak-haknya, anak terlalu bergantung pada orang dewasa. Faktor eksternal yang berasal dari kondisi keluarga dan masyarakat antara lain : 1) Kemiskinan keluarga, orangtua menganggur, penghasilan tidak cukup, banyak anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 2) Keluarga tunggal atau keluarga pecah (broken home), misalnya perceraian, ketiadaan ibu untuk jangka panjang atau keluarga tanpa ayah dan ibu tidak mampu memenuhi kebutuhan anak secara ekonomi. 3) Keluarga yang belum matang secara psikologis, ketidaktahuan mendidik anak, harapan orangtua yang tidak realistis, anak yang tidak diinginkan (unwanted child), anak yang lahir di luar nikah. 4) Penyakit parah atau gangguan mental pada salah satu atau kedua orangtua, misalnya tidak mampu merawat dan mengasuh anak karena gangguan emosional dan depresi. 5) Sejarah penelantaran anak. Orangtua yang semasa kecilnya mengalami perlakuan salah cenderung memperlakukan salah anak-anaknya. 6) Kondisi lingkungan sosial yang buruk, permukiman kumuh, tergusurnya tempat bermain anak, sikap acuh tak acuh terhadap tindakan eksploitasi, pandangan terhadap nilai anak yang terlalu rendah, meningkatnya faham ekonomi upah, lemahnya perangkat hukum, tidak adanya kontrol sosial yang stabil. Berdasarkan beberapa hal yang telah disebutkan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa penyebab dari kekerasan yang dialami oleh anak tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal yaitu anak, namun juga dipengaruhi oleh berbagai macam faktor eksternal seperti kondisi keluarga dan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa ada banyak kemungkinan yang muncul dan dapat menjadi penyebab munculnya perlakuan kekerasan terhadap anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 5. Dampak Psikologis Akibat Kekerasan Fisik dan Psikis Kekerasan dalam bentuk apapun akan menimbulkan dampak bagi korbannya, demikian pula dalam kasus kekerasan fisik terhadap anak. Beberapa dampak dari kekerasan terhadap anak diantaranya adalah dampak psikologis, dampak fisik, dampak perilaku, dampak akademis, dampak seksual, dampak hubungan sosial, dampak persepsi diri, serta dampak spiritual (Tanya, 1999; Blasio & Camisasca, 2000., dalam Anantasari, 2006). Penelitian ini lebih fokus pada dampak psikologis anak akibat dari kekerasan (fisik dan psikis) yang dilakukan oleh orang tua. Dalam perspektif psikologis, kekerasan terhadap anak dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis secara permanen serta dapat menyebabkan kerusakan emosi anak. Kerusakan-kerusakan tersebut diantaranya terwujud dalam masalahmasalah seperti mimpi buruk berulang-ulang, kecemasan, rasa takut dan agresi tingkat tinggi, perasaan malu dan bersalah, fobia mendadak, keluhan psikosomatis, simtom depresi, perasaan susah berkepanjangan serta penarikan diri (Tanya, 1999; Blasio & Camisasca, 2000., dalam Anantasari, 2006). Pada beberapa kasus, kekerasan juga menimbulkan gangguan kejiwaan seperti depresi, kecemasan berlebihan, atau gangguan disosiatif, dan juga bertambahnya resiko bunuh diri (Gelles dalam Huraerah, 2006). Moore dalam Fentini (Huraerah, 2006) merinci dampak psikologis akibat kekerasan secara fisik dalam beberapa kategori yaitu negatif, agresif serta mudah frustrasi; pasif dan apatis; tidak mempunyai kepribadian sendiri dan hanya menurut pada orang tua; tidak mampu menghargai dirinya sendiri; sulit menjalin relasi dengan individu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 lain; sampai timbul rasa benci yang luar biasa terhadap dirinya sendiri. Ketidakberdayaan anak saat menghadapi kekerasan menyebabkan anak mengalami stress dan menimbulkan berbagai macam respon-respon khusus diantaranya

mengembangkan

PTSD

(Post-traumatic

Stress

Disorder)

(www.aap.org/advocacy.childhealthmonth/effects.htm, 2002). PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) atau gangguan stress pasca trauma yang merupakan suatu respon berkepanjangan atau tertunda terhadap kejadian atau situasi yang cenderung menyebabkan distress pada hampir setiap orang (PPDGJ III, 1993). Salah satu contoh penyebab distress yang juga merupakan kasus dalam penelitian ini adalah suatu peristiwa dimana subjek menjadi korban penyiksaan. Menurut PPDGJ III (1993), gejala khas gangguan ini adalah munculnya kejadian traumatik yang terulang kembali (Flashback) atau dalam mimpi, kondisi perasaan “beku” dan penumpulan emosi, menjauhi orang lain, tidak responsif, anhedonia, serta menghindari aktivitas dan situasi yang berkaitan dengan traumanya. Gejala ini muncul setelah terjadinya peristiwa kekerasan yang menyebabkan anak mengalami trauma selama beberapa minggu sampai beberapa bulan. Jarang ada yang melampaui dari 6 bulan, namun apabila hal itu terjadi maka dapat masuk dalam kategori Acute (kurang lebih 3 bulan) sampai Chronic (lebih dari 3 bulan). Gejala-gejala dalam PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) yang digunakan didasarkan dalam DSM IV-TR (2003) untuk mendeskripsikan dampak psikologis subjek akibat dari kekerasan yang dialami yaitu :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 A. Peristiwa traumatis dapat terjadi pada individu yang mengalami 1 atau lebih pada beberapa hal berikut ini : 1.) Mengalami, melihat, atau berhadapan langsung dengan peristiwa tersebut atau peristiwa yang menyulitkan atau ancaman kematian atau penyiksaan atau ancaman terhadap serangan fisik pada dirinya atau orang lain. 2.) Muncul respon-respon kekhawatiran, tidak berdaya, dan ketakutan yang mendalam. B. Peristiwa traumatik dialami berulang dan bertahan melalui cara berikut : 1.) Pengingatan akan distress yang berulang dan mengganggu akan suatu peristiwa, gambaran, pikiran atau persepsi 2.) Mimpi menyedihkan yang berulang akan suatu peristiwa 3.) Bertindak atau merasakan seolah peristiwa traumatik berlangsung lagi 4.) Kesedihan psikologis yang mendalam terhadap picuan internal (dari diri sendiri) dan eksternal (faktor luar) yang mensyaratkan aspek dari peristiwa traumatik 5.) Ada reaksi fisiologis (fisik) yang muncul atas faktor internal (dari diri sendiri) atau eksternal (faktor luar) yang menyimbolkan atau menyerupai aspek dari peristiwa traumatik C. Penghindaran yang menetap terhadap stimulus yang terkait dengan trauma dan mati rasa pada respon umum, sebagaimana diindikasikan dengan tiga atau lebih hal berikut ini : 1). Usaha menghindari pikiran, perasaan, atau percakapan yang berhubungan dengan trauma

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 2). Usaha menghindari aktivitas, tempat atau orang yang mengingatkan akan trauma 3). Ketidakmampuan mengingat aspek penting dari trauma 4). Secara nyata menghilangkan ketertarikan atau partisipasi pada aktifitas 5). Perasaan tidak terikat dan terpisah dari orang lain 6). Keterbatasan aspek afeksi/emosional 7). Perasaan tidak punya harapan pada masa depan D. Simptom-simptom yang menetap : 1). Kesulitan tidur dan bangun tidur 2). Irritabilitas atau ledakan amarah 3). Kesulitan berkonsentrasi 4). Kewaspadaan berlebih 5). Respon terkejut yang berlebih E. Durasi dari gangguan (kriteria simptom B, C, D) lebih dari satu bulan F. Gangguan

mengakibatkan

distress

klinis

yang

signifikan

atau

ketidakberdayaan dalam sosial, pekerjaan atau area fungsi penting lain atau ketidakmampuan dalam melakukan tugas-tugas penting.

C. Dinamika Kekerasan Keluarga Terhadap Dampak Psikologis Anak Keluarga atau rumah tangga adalah fondasi primer bagi kepribadian, dan tingkah laku anak (Huraerah, 2006). Sikap serta perilaku anak yang telah atau akan terbentuk dimulai dari keluarga yang juga merupakan inti dari masyarakat. Maka sudah sepantasnyalah anak mendapatkan perlindungan serta kasih sayang dalam keluarga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 sehingga nantinya anak dapat tumbuh kembang secara wajar dan memiliki cukup bekal untuk kemudian terjun di dalam masyarakat ketika dewasa. Keluarga yang memiliki hubungan antar anggota yang hangat dan cukup kasih sayang akan menciptakan perilaku maupun kepribadian yang baik pada anak. Sebaliknya, keluarga dengan suasana yang tidak harmonis dan rentan dengan kekerasan dapat mengancam kestabilan tumbuh kembang anak. Huraerah (2006) mengatakan bahwa ruang keluarga yang dihiasi oleh suasana pertengkaran, perselisihan dan permusuhan adalah sumber terjadinya kekerasan dan yang paling terkena sasaran kekerasannya adalah anak. Kekerasan terhadap anak terjadi karena berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari anak itu sendiri atau faktor eksternal yang berasal dari kondisi keluarga dan masyarakat (Suharto dalam Huraerah, 2006). Beberapa hal yang menyebabkan orangtua melakukan kekerasan diantaranya adalah kemiskinan keluarga, penelantaran serta kondisi lingkungan yang buruk (Huraerah, 2006). Kondisi-kondisi demikian seringkali menyebabkan stress karena tidak terpenuhinya taraf hidup yang baik sehingga ketidakmampuan dalam mengatasi stress tersebut dapat menyebabkan sebuah keluarga diwarnai konflik dan kekerasan. Mulai dari sinilah anak sering menjadi korban pelampiasan dan mendapatkan tindak kekerasan serta kurang mendapatkan perawatan serta kasih sayang yang dapat membimbing anak menuju kedewasaan. Para ahli psikologi seperti Freud, Adler, dan Erikson menekankan bahwa awal kehidupan seseorang (masa anak) sangat penting dalam pembentukan kepribadian seseorang (Patnawi, 2002). Bahkan Dollard Miller (Supratiknya, 1993) menyatakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 bahwa pengalaman-pengalaman selama 6 tahun pertama dalam kehidupan merupakan faktor penentu yang sangat penting. Maka tindak kekerasan yang melampaui batas dikhawatirkan dapat mengganggu perkembangan anak terutama perkembangan psikologisnya. Pada proses perkembangannya, anak seringkali memiliki emosi yang tidak stabil atau terjadi ketidakseimbangan karena anak “keluar fokus” (Hurlock, 1998). Artinya, anak mudah terbawa ledakan-ledakan emosi sehingga seringkali sulit dibimbing dan diarahkan. Hal ini akan semakin parah ketika pada masa-masa kritis tersebut anak mengalami perlakuan kekerasan. Akibat dari perlakuan tersebut anak merasa diremehkan dan merasa tidak aman sehingga memunculkan konflik-konflik dalam diri anak seperti konflik-konflik yang bersifat neurotik. Konflik neurotik muncul tidak hanya karena dipelajari oleh anak saja, tetapi terutama dipelajari sebagai akibat dari kondisi-kondisi yang diciptakan oleh orang tua (Dollard Miller dalam Supratiknya, 1993). Jadi apa yang terjadi pada anak merupakan suatu respon dari stimulus yang dikembangkan oleh orang tua termasuk stimulus kekerasan yang memberikan respon rasa takut dan kesendirian pada anak. Dollard Miller (Supratiknya, 1993) menyatakan bahwa stimulus-stimulus tidak menyenangkan yang diperkuat akan menimbulkan respon perasaan takut dan sendirian sehingga reaksi khas yang muncul dapat berupa takut terhadap gelap atau takut sendirian. Dalam penelitian ini, beberapa hal tersebut menunjukkan bahwa kekerasan merupakan suatu stimulus yang berulang dan semakin diperkuat sehingga mengembangkan permasalahan-permasalahan psikologis. Maka kekerasan dalam bentuk apapun termasuk kekerasan fisik serta psikis yang dalam keluarga memiliki konsekuensi yang berat bagi anak. Anak yang mengalami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 atau melihat kekerasan dalam keluarga membawa berbagai macam konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi tersebut antara lain konsekuensi psikologis serta fisik sehingga menimbulkan dampak-dampak yang buruk bagi anak. Dampak yang paling jelas terlihat adalah dampak fisik yang berupa luka ringan atau kecil seperti lecet, luka berat, sampai pada kematian. Selain itu, Family and Domestic Violence Unit (2003) melaporkan bahwa anak korban kekerasan dalam keluarga memiliki peningkatan stress, kecemasan, depresi, dan penyakit-penyakit psikiatris. Kekerasan yang dilakukan menimbulkan ketakutan pada anak namun seringkali pula anak tidak berdaya dan tidak mampu menunjukkan perlawanan atas ketakutan yang dirasakannya. Mereka hanya mampu menangis atau justru tidak mampu berbuat apapun (www.aap.org/advocacy.childhealthmonth/effects.htm, 2002). Namun melalui kekerasan tersebut anak dapat mengembangkan luka emosional dan turut mempengaruhi aspek-aspek lain yang terkait seperti kognitif maupun interaksi sosial. Beberapa hal ini disebabkan karena anak yang mengalami atau melihat kekerasan di dalam rumah dapat menunjukkan perilaku menarik diri, kecemasan, masalah penyesuaian diri, minat sosial yang sedikit, prestasi pendidikan yang buruk, mengompol, gelisah, penyakit psikosomatis, perilaku dan ucapan yang agresif (Adianingsih, 2003). Dalam penelitiannya, Adianingsih (2003) menuliskan bahwa ada berbagai macam dampak yang ditimbulkan pada anak korban kekerasan antara lain dampak psikologis, dampak fisik, serta dampak keluarga. Dampak psikologis yang dapat dialami oleh anak antara lain negatif, agresif serta mudah frustrasi; pasif dan apatis; tidak mempunyai kepribadian sendiri dan hanya menurut pada orang tua; tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 mampu menghargai dirinya sendiri; sulit menjalin relasi dengan individu lain; sampai timbul rasa benci yang luar biasa terhadap dirinya sendiri. Anak yang mengalami kekerasan juga dapat mengembangkan PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder). Adapun dampak psikologis anak dalam penelitian ini didasarkan dalam DSM IV antara lain mengalami PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder). Gejala dari gangguan tersebut berdasarkan pada beberapa hal yaitu pengulangan peristiwa traumatik, penghindaran, serta simptom-simptom yang menetap. Bentuk pengulangan dapat muncul melalui pengingatan akan peristiwa traumatik, mimpi, tindakan seolah peristiwa muncul kembali, kesedihan serta reaksi fisiologis. Penghindaran yang dilakukan muncul dalam bentuk penghindaran terhadap tempat, aktivitas, pikiran, maupun perasaan yang berhubungan dengan trauma, ketidakmampuan mengingat aspek penting dari trauma, menghilangkan partisipasi terhadap aktifitas, merasa terasing, keterbatasan afeksi serta merasa tidak punya harapan. Sedangkan simptomsimptom yang menetap berupa sulit tidur, marah, sulit berkonsentrasi, waspada, serta respon terkejut yang berlebih. Aspek-aspek yang terkait dalam hal ini adalah bagaimana anak mengalami peristiwa traumatis (sebagai korban tindak kekerasan atau melihat perlakuan kekerasan) dan durasi munculnya gangguan. Tidak jarang, anak juga mengalami distress klinis dan gangguan dalam menyelesaikan tugas-tugas. Kondisi tersebut dapat semakin buruk ketika anak tidak segera mendapatkan penanganan khusus sehingga menimbulkan dampak-dampak psikologis tertentu pada anak. Beberapa yang telah diungkap sebelumnya menunjukkan bahwa kehidupan dalam keluarga yang penuh dengan kekerasan tidak akan membuat anak merasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 nyaman. Sebaliknya kekerasan tersebut dapat menimbulkan dampak yang buruk terhadap anak terutama dari segi psikologis. Anak yang dibesarkan dengan kekerasan di rumah akan belajar bahwa kekerasan merupakan suatu pemecahan dari setiap permasalahan. Pernyataan tersebut dikuatkan dalam penulisan Steele, Geele, Raberst, dan Pope (Patnawi, 1999) yang menunjukkan bahwa anak yang mengalami kekerasan memiliki

potensi

untuk

mengembangkan

perilaku

delinquent

dan

dapat

mempengaruhi kepribadiannya antara lain harga diri yang rendah, hubungan dengan teman yang kurang baik, serta memiliki hambatan dalam perilaku. Jadi jelaslah bahwa keluarga merupakan fondasi primer yang sangat berpengaruh dalam perkembangan psikologis anak. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan tempat pembelajaran pertama sebelum memasuki dunia pembelajaran formal. Ketika anak kekurangan kasih sayang dan justru mendapatkan tindak kekerasan fisik dalam keluarga terutama oleh orangtua, anak akan tumbuh dengan perasaan emosional, tidak tenang bahkan menjadi rentan terhadap masalah psikologis seperti trauma, stress, depresi, ketakutan, sampai kecemasan yang berkepanjangan. Maka sudah sepantasnya jika anak mendapatkan perlindungan dan kasih sayang yang cukup dalam keluarga dan dijauhkan dari tindakan kekerasan terutama oleh orangtua sehingga anak tidak mengalami kesulitan maupun gangguan pada tahap perkembangannya serta mampu menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33

BAB III METODE PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kasus (case study) atau penelitian lapangan (field study), dengan pendekatan kualitatif. Menurut Danin (2002), penelitian kasus merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu. Subjek yang diteliti relatif terbatas, tetapi variabel-variabel dan fokus yang diteliti sangat luas dimensinya. Subjek penelitiannya dapat berupa individu, kelompok, institusi, ataupun masyarakat. Studi kasus sangat bermanfaat ketika peneliti merasa perlu memahami suatu kasus spesifik, orang-orang tertentu, kelompok dengan karakteristik tertentu, ataupun situasi unik secara mendalam (Patton dalam Poerwandari, 1998). Berdasarkan pernyataan tersebut, maka peneliti menggunakan desain penelitian studi kasus sehingga peneliti dapat menggali perasaan-perasaan serta kondisi psikologis yang dialami oleh anak korban kekerasan dalam keluarga. Menurut Sarantoks (Poerwandari, 1998), pandangan mendasar dalam penelitian kualitatif sebagai suatu metode penelitian adalah bahwa realitas sosial merupakan sesuatu yang subjektif dan diinterpretasikan, bukan sesuatu yang berada di luar individu-individu. Manusia tidak secara sederhana mengikuti hukum-hukum alam diluar diri melainkan menciptakan rangkaian makna dalam menjalani kehidupannya, ilmu didasarkan pada pengetahuan sehari-hari, bersifat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 induktif, idiografis dan tidak bebas nilai, serta penelitian ini bertujuan untuk memahami kehidupan sosial. Berdasarkan dari beberapa hal tersebut diatas, pendekatan dalam penelitian ini memungkinkan peneliti untuk mempelajari kasus secara mendalam. Selain itu, pendekatan tersebut juga diharapkan mampu untuk

menghasilkan

data-data dari suatu kasus yang unik, detail dan menyeluruh.

B.

Batasan Istilah Dampak psikologis anak korban kekerasan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu gangguan psikologis yang terbentuk pada anak akibat dari

kekerasan

yang

dilakukan

oleh

orang

yang

lebih

dewasa

(www.aap.org/advocacy/childhealthmonth/effects.htm, 2002), dalam penelitian ini adalah ibu dan kakek subjek. Dampak psikologis akibat dari kekerasan antara lain : 1. Mengalami PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder), merupakan suatu respon berkepanjangan atau tertunda terhadap kejadian atau situasi yang cenderung menyebabkan distress pada hampir setiap orang (PPDGJ III, 1993). Gejalagejala dalam PTSD antara lain, munculnya respon-respon tertentu yang bertahan dan berulang dari mimpi, pikiran maupun perasaan, melakukan penghindaran, muncul symptom-simptom tertentu yang menetap dan gangguan beberapa funsi area yang penting (DSM IV-TR, 2003)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 2. Ketakutan; merasa tidak aman. 3. Agresif terhadap orang lain, merupakan suatu tindak penyerangan, permusuhan, mengganggu, merusak, atau melakukan sesuatu yang dapat merugikan serta membahayakan orang lain (Chaplin, 2002) 4. Depresi 5. Gangguan tidur 6. Menghindari berbagai hal yang mengingatkan akan peristiwa kekerasan yang dialaminya 7. Gangguan psikosomatis (sakit kepala; sakit perut), merupakan gangguan fisik yang dipengaruhi oleh kondisi psikologis (Chaplin, 2002) 8. Gangguan mental (neurosa, kecemasan) 9. Gangguan makan 10. Harga diri rendah; memiliki pandangan yang negatif terhadap orang lain 11. Menarik diri 12. Sulit konsentrasi 13. Tendensi ingin bunuh diri 14. Fobia, suatu ketakutan terus menerus dan irrasional yang ditimbulkan oleh situasi khusus (Chaplin, 2002) 15. Egoisme, merupakan suatu kecenderungan seseorang untuk berkelakuan menguntungkan atau mementingkan diri sendiri (Chaplin, 2002) Penelitian ini menggunakan gejala-gejala dalam PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder), namun tidak menutup adanya temuan-temuan lain di luar gejalagejala dalam PTSD. Hal ini karena dampak psikologis dari perilaku kekerasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 sangat luas dan berbeda satu dengan yang lain sehingga memungkinkan munculnya gejala-gejala lain selain dalam PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder). Untuk mengetahui memperoleh data yang menunjukkan bahwa subjek mengalami PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder), maka peneliti menggunakan wawancara serta tes psikologi yaitu tes inteligensi (CPM) dan tes proyektif (Grafis; CAT).

C.

Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah 1 (satu) anak laki-laki yang menjadi korban kekerasan dalam keluarga berumur 6 tahun. Pemilihan subjek didasarkan pada data kasus kekerasan dalam keluarga dan telah dinyatakan sebagai kasus kekerasan terhadap anak yang murni secara hukum. Saat ini subjek telah berumur 7 tahun, namun peristiwa kekerasan yang terjadi adalah ketika subjek berumur 6 tahun. Penelitian ini dilakukan ketika subjek juga masih berumur 6 tahun, sehingga data yang digunakan merupakan data pada masa awal kanak-kanak dengan rentang usia 6 tahun ke bawah.

D.

Metode Pengumpulan Data Marshall dan Rossman (dalam Poerwandari, 2001) menyampaikan bahwa data dari berbagai sumber berbeda dapat digunakan untuk mengelaborasi dan memperkaya hasil penelitian. Data dari sumber berbeda, dengan teknik pengumpulan yang berbeda akan menguatkan derajat manfaat studi pada setting yang berbeda. Sumber data penelitian ini terdiri dari 2 sumber yaitu data primer

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara kepada subjek, pramusosial dan pembina panti sekaligus psikolog. Data sekunder diperoleh dari tes psikologi yaitu tes inteligensi dan tes proyektif. Adapun jenis tes inteligensi yang digunakan adalah CPM (Colour Progressive Matrices), sedangkan jenis tes proyektif adalah tes Grafis dan CAT (Children’s Apperception Test). 1. Wawancara Wawancara (interview) adalah situasi peran antar pribadi (face to face), ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaanpertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian, kepada seseorang yang diwawancara, atau responden (Kerlinger, 2000). Menurut Banister, dkk (Poerwandari, 1998), wawancara kualitatif dilakukan dengan maksud memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut. Wawancara

dilakukan secara

langsung

kepada

subjek

untuk

memperoleh keakuratan data sekaligus menjaga kerahasiaan data subjek. Penelitian ini menggunakan metode wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur lebih fleksibel karena selain menggunakan pedoman/panduan wawancara, peneliti juga bebas untuk mengajukan pertanyaan di luar panduan sehingga data dan informasi yang diperoleh lebih mendalam. Wawancara semi terstruktur merupakan kombinasi dari wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur (Nietzel, 1994). Wawancara semi terstruktur dapat juga disebut sebagai wawancara tak standar yang bersifat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 luwes dan terbuka. Walaupun pertanyaan yang diajukan ditentukan oleh maksud dan tujuan penelitian, namun muatan, runtutan, dan rumusan katakata terserah pada pewancara (Kerlinger, 2000). Ada beberapa langkah dalam wawancara sebagai tuntunan (Nietzel, 1994), yaitu : 1) Wawancara Awal Hal penting yang perlu dilakukan pada wawancara awal adalah melakukan rapport. Rapport ini dilakukan untuk menjalin hubungan yang baik, nyaman, dan harmonis dengan subjek. Rapport ini juga mendorong subjek untuk berbicara secara bebas dan bersahabat tentang masalah yang dihadapi. Kemampuan interviewer untuk membangun rapport pada wawancara awal ini dapat membentuk proses wawancara selanjutnya sehingga akan diperoleh data dan informasi yang jelas mengenai diri dan masalah subjek. 2) Wawancara Pertengahan Ada tiga teknik dalam tahap wawancara pertengahan ini, yaitu : a) Teknik tidak langsung Pada pertengahan wawancara ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Pendekatan pertama adalah dengan pendekatan secara open-ended. Dengan pendekatan open-ended ini klien diberikan kekebasan untuk memulai sesuai keinginannya dan memudahkan klien untuk masuk pada pokok masalah yang dihadapinya. Pendekatan yang kedua adalah dengan

mendengarkan

secara

aktif

untuk

mendorong

klien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 mengekspresikan diri secara penuh. Pendekatan yang ketiga adalah dengan mempharafrasekan perkataan klien. Hal ini dilakukan untuk membantu mengklarifikasikan pernyataan dari klien serta feedback dari interviewer sendiri. Pendekatan yang terakhir adalah dengan melakukan refleksi yang penekananya bukan saja pada mengulang isi dari perkataan subjek tetapi juga menyoroti perasaan subjek. b) Teknik langsung Teknik ini dipergunakan untuk mendapatkan informasi khusus dan memberikan kebebasan pada klien untuk merespon perrtanyaan interviewer. Pada teknik ini seorang interviewer perlu berhari-hati dalam mengajukan pertanyaan secara langsung untuk mengeksplorasi masalah subjek karena dapat menimbulkan kesalahpahaman. c) Kombinasi teknik langsung dan tidak langsung Wawancara pertengahan yang dilakukan dengan menggunakan kedua teknik tersebut karena sifat wawancara yang fleksibel. Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan teknik kombinasi pada wawancara pertengahan karena memudahkan peneliti untuk dapat menggali lebih dalam mengenai informasi penting dari subjek. 3) Wawancara Penutup Pada wawancara penutup yang perlu dilakukan adalah membuat kesimpulan dari apa yang telah dilakukan selama proses wawancara. Hal terpenting adalah mengklarifikasi terjadinya kesalahpahaman pada saat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 proses wawancara dilakukan dan melakukan evaluasi yang telah dilakukan untuk membantu proses selanjnutnya. Wawancara dilakukan dengan mengunakan suatu panduan atau daftar pertanyaan yang akan diajukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Namun peneliti dapat lebih fleksibel karena peneliti bebas mengajukan pertanyaan di luar panduan apabila dimungkinkan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam. Informasi

yang

akan

digali

terhadap

subjek

dilakukan

dengan

menggunakan panduan sebagai berikut : a) Wawancara mengenai latar belakang subjek Bagaimana keadaan atau latar belakang keluarga subjek, perlakuan ibu, adik, serta kakek subjek. Dalam wawancara ini pula akan digali secara mendalam mengenai bentuk kekerasan apa saja yang telah dialami oleh subjek. b) Wawancara mengenai keadaan subjek saat ini Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui akibat secara psikologis dari perlakuan kekerasan terhadap subjek di masa lalu. Akibat tersebut yaitu mengalami PTSD atau stress yang terjadi akibat dari kekerasan yang dialami. Kondisi ini meliputi ingatan akan peristiwa traumatik, sikap menghindari dari peristiwa traumatik, serta respon-respon yang muncul akibat kekerasan yang dialami (trauma). Wawancara juga dilakukan terhadap orang-orang yang dekat dengan subjek (significant others). Dalam hal ini adalah pembina sekaligus psikolog

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 subjek di panti serta pramusosial yang merawat dan selalu bersama-sama dalam keseharian subjek karena saat ini subjek tidak bersama keluarganya melainkan di panti. Wawancara terhadap significant others ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang akurat mengenai dampak psikologis serta perkembangan pada diri subjek. Selain itu hal tersebut juga dilakukan untuk mengetahui perilaku subjek secara verbal dan non verbal.

2. Tes Psikologi Tes psikologi digunakan oleh peneliti untuk menambah data dan informasi mengenai subjek penelitian. Dalam Cichetti dan Coheni (1995), dikatakan bahwa anak-anak umumnya menunjukkan ekspresi posttraumatic dengan bermain/menghidupkan kembali traumanya dalam bentuk gambar atau katakata, fantasi dan melakukan tindakan yang menggambarkan tentang ketidakberdayaan dalam menghadapi peristiwa traumatik. Maka berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti menggunakan tes proyektif (Tes Grafis dan CATA) sebagai penguat penggambaran dampak psikologis subjek, serta tes inteligensi (CPM) untuk mengetahui taraf kecerdasan subjek sehingga dapat diketahui apakah subjek mampu melakukan komunikasi dengan peneliti. a. Tes Inteligensi CPM digunakan sebagai salah satu alat tes psikologi dalam penelitian ini untuk melengkapi tes Grafis dan CAT. Tujuan dilakukannya tes CPM adalah untuk mengetahui sejauh mana subjek mampu melakukan komunikasi secara wajar dengan peneliti sehingga peneliti dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 melakukan wawancara berkaitan dengan peristiwa traumatis yang dialami oleh subjek. Sternberg dalam Azwar (1999) mengungkapkan bahwa tes ini juga dapat digunakan untuk mengetahui fungsi kognitif, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, dan kemampuan untuk memecahkan masalah. Beberapa fungsi tersebut dikaitkan dengan dampak psikologis subjek yang muncul melalui ingatan yang berulang, konsentrasi serta pikiran-pikiran yang muncul. Hal ini berpengaruh dengan tingkat kecerdasan subjek dimana semakin tinggi tingkat kecerdasan maka semakin baik pula kemampuan subjek dalam mengembangkan apa yang muncul dalam pikirannya. Tes CPM berbentuk buku yang dicetak berwarna untuk menarik perhatian anak kecil. Bentuk lain dari tes ini adalah berbentuk papan dengan gambar-gambar berwarna yang tidak berbeda dengan buku cetak. Tes ini pertama kali dirancang oleh J.C Raven dan merupakan tes nonverbal. Artinya materi soal yang diberikan dalam bentuk gambargambar berjumlah 36 soal. Item ini dikelompokkan dalam 3 kelompok atau 3 set yaitu aet A, set Ab, dan set B. Item disusun bertingkat dari item yang mudah ke item yang sukar. Tiap item terdiri dari sebuah gambar yang berlubang dan dibawahnya terdapat 6 gambar penutup lubang. Tugas subjek adalah memilih salah satu duantara 6 gambar di bawah yang tepat untuk mengisi kekosongan pada gambar besar (Informasi Tes, 1984).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 Pada dasarnya kedua bentuk tersebut dalam pelaksanaan tes memberikan hasil yang sama. Hasil dari tes CPM tidak menunjukkan angka kecerdasan atau IQ melainkan berupa tingkat-tingkat atau taraf-taraf kecerdasan.

b. Tes Proyektif Tes proyektif ini digunakan dengan maksud untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas tentang struktur kepribadian subjek penelitian. Tes proyektif yang digunakan peneliti adalah tes Grafis dan Children’s Apperception Tes (CAT). 1) Tes Grafis Tes grafis yang akan diberikan mencakup tiga materi yaitu : DAP (Draw A Person),BAUM dan HTP (House Tree Person). Dasar dari tes DAP (Draw A Person) atau menggambar orang dibuat oleh Goodenough (1921) dan banyak dikembangkan oleh ; Bender, Buch, Hummer, Jolles dan Mac Hower. Oleh Goodenough, tes ini digunakan untuk meneliti taraf perkembangan intelektual pada anak karena melalui gambar orang (pada anak) akan tercermin perkembangan intelektual anak tersebut. Tes BAUM (menggambar pohon) semula dianggap oleh Herman Hiltbrunner (Baume) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara bentuk pohon dan manusia yaitu menanam kehidupan dalam pohon seperti dalam suatu patung yang berdiri, mencapai kemiripan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 paling tinggi dengan kemanusiaan (Humanity) dan bahkan pertemuan dengan pohon adalah pertemuan dengan diri sendiri (Kampus Sumber Sari, 1992). Tes HTP (House Tree Person) merupakan salah satu grafis yang berguna untuk melengkapi tes grafis yang lain HTP digunakan oleh para ahli jiwa untuk mendapatkan data yang cukup signifikan yang mempunyai sifat diagnose atau prognosa mengenai keseluruhan pribadi dengan lingkungan yang baik yang umum atau spesifik. Faktor-faktor yang diungkapkan dalam tes Grafis meliputi sistematika kerja, kemasakan emosi, kemasakan sosial (performansi sehari-hari), kretivitas, inisiatif, kepemimpinan, kerja sama, motivasi, relasi dengan orang lain, pengambilan keputusan dan daya tahan terhadap stress. Alasan penggunaan tes Grafis sebagai salah satu alat tes psikologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah karena tes grafis memiliki nilai penting dalam mengungkap kepribadian serta kondisi mental seseorang beserta bentuk-bentuk gangguannya. Kelebihan tes ini adalah bahwa subjek tidak akan membayangkan bahwa tes ini merupakan tes psikologi karena aktifitas tes berupa kegiatan menggambar. Kegiatan menggambar merupakan suatu kegiatan yang disenangi oleh anak-anak. Sebab anak mudah mengekspresikan dirinya melalui gambar-gambar yang dibuatnya. Demikian juga halnya dengan subjek pada penelitian ini. Subjek adalah seorang anak yang menyukai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 kegiatan menggambar sehingga subjek tidak akan merasa sedang menjalani suatu tes.

2) CAT (Children’s Apperception Test) Children’s Apperception Test (CAT) merupakan suatu tes proyektif turunan dari TAT (Thematic Apperception Test) yang pada awalnya dikembangkan oleh Henry A. Murray dan Christian Morgan. TAT digunakan untuk penyelidikan kepribadian bagi orang dewasa sehingga tidak sesuai bila digunakan untuk anak-anak. Hal ini karena TAT kurang dapat mengungkap kebutuhan-kebutuhan anak secara menyeluruh,

maka

dibuatlah

turunannya

yaitu

Children’s

Apperception Test (CAT) untuk menyelidiki kepribadian anak (Bellak, 1996). Pembuatan CAT adalah hasil diskusi antara Ernest Kris dengan Bellak, dimana Kris berpendapat bahwa anak-anak akan lebih mudah mengidentifikasi diri mereka pada figur binatang dibandingkan figur manusia. Namun ternyata, selain lebih mudah mengidentifikasi bentuk binatang, adapula yang lebih mengenali bentuk manusia. Maka dibuatlah CAT versi manusia oleh ilustrator Violet Lamont dalam bentuk binatang dan antropomorfik yang dikaitkan dengan berbagai situasi yang telah dibuat oleh Bellak. CAT yang menggunakan stimulus manusia ini kemudian disebut dengan CAT-H (Children’s Apperception Test-Human) untuk anak umur 10-12 tahun, sedangkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 CAT untuk anak umur 3-10 tahun (Bellak, 1996). Penelitian ini akan menggunakan CAT dengan figur binatang yang telah disesuaikan dengan

situasi

di

Indonesia.

Digunakannya

figur

binatang

dimaksudkan karena anak-anak lebih mudah mengidentifikasi diri mereka pada figur binatang (Bellak, 1996). Sedangkan penggunaan CAT yang telah disesuaikan dengan situasi di Indonesia karena diharapkan subjek akan lebih mudah memahami gambar yang sesuai dengan kultur dalam negeri. Pada tes CAT ini, subjek diberikan 10 buah kartu CATAnimal. Kesepuluh kartu tersebut adalah jenis kartu yang digunakan untuk anak umur 3 – 10 tahun. Tujuan interpretasi adalah menemukan pola-pola umum dari cerita-cerita yang diperoleh melalui kartu-kartu tersebut (Bellak, 1993). Pola umum diperoleh melalui pengulanganpengulangan dalam kebutuhan, tekanan, mekanisme pertahanan diri, konflik, kecemasan, dan hal-hal lain yang muncul pada beberapa cerita. Kesepuluh variabel-variabel tersebut langsung dibuat tema diagnostik untuk membuat kesimpulan dan diagnosis akhir. CAT digunakan dalam penelitian ini untuk melengkapi tes sebelumnya yaitu Tes Grafis. Tes ini diharapkan dapat mengungkap mengenai diri subjek yang meliputi kebutuhan, keinginan, ketakutan serta pertahanan diri yang digunakan oleh subjek. Trauma yang dialami subjek memunculkan beberapa respon yang bertujuan untuk mempertahankan diri dengan melakukan penghindaran atau penolakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 yang juga seringkali muncul dalam bentuk ketakutan atau kegelisahan. Beberapa hal tersebut dikaitkan dengan kebutuhan atau keinginan subjek yang tidak terpenuhi akibat kekerasan yang dialaminya. Kelebihan dari tes ini terletak dalam kemampuannya untuk mengungkap keinginan, kebutuhan-kebutuhan, ketakutan-ketakutan, serta pengalaman-pengalaman lampau lewat isi cerita subjek.

E.

Metode Analisis Data a. Wawancara 1)

Organisasi Data Data-data diperoleh dari penelitian diorganisasikan secara rapi, lengkap dan sistematis. Organisasi data yang sistematis memungkinkan penelitian

untuk

:

memperoleh

kualitas

data

yang

baik,

mendokumentasikan analisis yang dilakukan, menyimpan data dan analisis yang berkaitan dengan penyelesaian penelitian (Highlen dan Finley dalam Peorwandari, 1998). Data-data yang akan diorganisasikan dalam penelitian ini meliputi : 1). Data-data mentah (kaset atau hasil wawancara dan hasil catatan lapangan) 2). Data yang sudah diproses (transkrip wawancara dan catatan refleksi penulisan) 3). Data yang sudah ditandai/dibubuhi kode-kode spesifik 4). Penjabaran kode-kode dan kategori-kategori secara luas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 2)

Koding Koding

dimaksudkan

untuk

dapat

mengorganisasikan

dan

mensistemasikan data secara lengkap dan mendetil sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari (Poerwandari, 1998).

Teknik

koding

pada

penelitian

ini

digunakan

untuk

mengidentifikasi kondisi psikologis yang dialami subjek. Langkah-langkah koding yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi : a) Menyusun transkrip wawancara dan catatan lapangan dengan memberikan kolom kosong yang cukup besar di sebelah kanan dan kiri transkrip. Kolom ini digunakan untuk membubuhkan kode dan catatancatatan tertentu di atas transkrip tersebut. b) Memberikan penomoran secara urut dan kontinyu pada baris-baris wawancara dan catatan lapangan tersebut. c) Memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu yang mudah diingat dan dapat mewakili berkas tersebut. Dalam penelitian ini digunakan kode untuk transkrip wawancara yaitu : Wawancara pembina/psikolog.ke-.nomor (Wpem.8.18) Wawancara pramusosial.ke-.nomor (Wpra.18.8) Wawancara subjek urutan.ke-.nomor (Wsubj3.6.2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 b. Tes Psikologi 1) Tes Inteligensi Interpretasi tes CPM dengan menggunakan norma yang telah distandarkan. Penilaian yang dilakukan adalah benar mendapat skor 1, salah tidak mendapat skor. Skor total adalah banyaknya soal yang dijawab benar oleh subjek dengan skor tertinggi yang dicapai adalah 36. Langkah selanjutnya adalah mengkonversikan skor kasar tersebut ke dalam tabel norma kemudian memasukkannya dalam level intelektualitas yang dikategorikan dalam 5 level, yaitu : Grade I

: Superior, jika skor yang didapat menunjukkan persentil 95 atau lebih.

Grade II

: Di atas rata-rata, jika skor yang didapat menunjukkan persentil 75 atau lebih. II+ apabila hasil persentil mencapai 90 atau lebih.

Grade III

: Rata-rata, jika skor yang didapatkan menunjukkan persentil antara 25 sampai 75. III+ bila memperoleh persentil rata-rata atau 50, serta III- bila mendapatkan persentil dibawah rata-rata.

Grade IV : Dibawah rata-rata, jika mendapatkan skor yang menunjukkan persentil 25 atau kurang. Grade V

: Terhambat, jika mendapat skor dengan nilai persentil di bawah 5.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 2) Tes Proyektif Salah satu tes proyektif yang digunakan adalah Tes Grafis untuk mengungkap struktur kepribadian subjek. Bagian-bagian yang akan diinterpretasi dibuat secara runtut dan rinci kemudian dicari indikasi kepribadian yang muncul dari dalam gambar subjek. Setelah mendapatkan hasilnya, langkah berikutnya adalah merangkum ketiga tes (BAUM, DAP, HTP) dengan mengkategorikan ke dalam 3 (aspek) yaitu aspek kognitif, aspek emosi dan relasi sosial. Kemudian rangkuman interpretasi diolah kembali menjadi suatu kesimpulan yang merupakan

keterkaitan

dari

ketiga

aspek

sehingga

dapat

menggambarkan struktur kepribadian subjek. Langkah terakhir adalah dengan mengkaitkan pada kriteria DSM IV sehingga dapat menggambarkan kondisi psikologis subjek akibat kekerasan yang dikuatkan dengan struktur kepribadian pada subjek. Interpretasi data dari hasil tes Grafis dilakukan oleh peneliti dan seorang psikolog sekaligus interater yang berkompeten di bidang tes grafis sehingga diharapkan kredibilitas hasil tes dapat terjaga. Dalam penelitian ini, peneliti menginterpretasi hasil tes kemudian hasil tes diperiksa oleh interater untuk mengecek keakuratannya. Tes proyektif kedua yang digunakan adalah CAT. Analisis data pada CAT dilakukan secara kualitatif, yaitu dengan menganalisis isi dari cerita-cerita yang dibuat oleh subjek. Koentjaraningrat (1977) mengungkapkan bahwa CAT meneliti dinamika kepribadian yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 mengungkapkan

keinginan-keinginan,

kebutuhan-kebutuhan,

dan

ketakutan-ketakutan subjek, sehingga Bellak (1959) telah membuat suatu sistem skoring yang mementingkan aspek-aspek tersebut. Dalam analisis data CAT, peneliti tidak memasukkan ke dalam kartu Bellak dikarenakan subjek masih belum mampu bercerita secara utuh. Untuk mempermudah analisis, peneliti membuat kolom kemudian dicari indikasi konflik, mekanisme pertahanan diri, kebutuhan-kebutuhan, persepsi dan sikap subjek, ketakutan, fantasi agresi, hubungan subjek dengan orang tua, gangguan makan, serta melihat hal-hal yang berkaitan dengan perilaku subjek di sekolah, di kelompok, dan di panti. Hasil yang telah didapatkan dikaitkan pula dengan kriteria DSM IV yang mampu menguatkan penggambaran kondisi psikologis subjek beserta kebutuhan, ketakutan serta pertahanan diri yang digunakan oleh subjek. Seperti halnya dengan tes Grafis, analisis data dari CAT dilakukan oleh peneliti dan seorang interater yaitu seorang psikolog yang berkompeten di bidangnya. Dalam hal ini, peneliti membuat interpretasi hasil tes dan secara terpisah interater melakukan hal yang sama kemudian hasilnya dicocokkan. Cara ini dilakukan untuk tetap menjaga keakuratan data.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 F.

Pemeriksaan Kesahihan dan Keabsahan Data 1. Kredibilitas Kredibilitas

(credibility)

merupakan

istilah

yang

dipilih

untuk

menggantikan konsep validitas, yang dimaksudkan untuk merangkum bahasan menyangkut kualitas penelitian kualitatif. Menurut Poerwandari (1998), kredibilitas studi kualitatif terletak pada keberhasilannya mencapai maksud eksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Deskripsi mendalam yang menjelaskan kemajemukan (kompleksitas) aspek-aspek yang terkait dan interaksi dari berbagai aspek menjadi salah satu ukuran kredibilitas penelitian kualitatif. Konsep kredibilitas juga harus mampu mendemontrasikan bahwa untuk memotret kompleksitas hubungan antara aspek tersebut, penelitian dilakukan dengan cara tertentu yang menjamin bahwa subjek penelitian diidentifikasi dan dideskripsikan secara akurat. Selain itu peneliti perlu menguraikan parameter (langkah-langkah, pedoman-pedoman, batasan dan ukuran) penelitian yaitu bagaimana desain dikembangkan, subjek penelitian dipilih, ataupun analisis dilakukan. Beberapa cara yang dilakukan untuk meminimalisir bias dan menjaga kredibilitas dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data sebanyak mungkin dan dengan menggunakan penilaian dari tenaga ahli. Dalam pengumpulan data sebanyak mungkin, peneliti melakukan wawancara pada 3 (tiga) orang nara sumber. Yang pertama dengan subjek sendiri, kemudian dengan pramusosial yang bertugas menjaga subjek sepanjang hari, serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 dikuatkan dengan pernyataan dari pembina panti yang juga sekaligus sebagai seorang psikolog. Selain itu, peneliti juga menggunakan tes psikologi yaitu tes inteligensi (CPM) dan tes proyektif (Grafis; CAT) untuk menguatkan hasil wawancara peneliti dengan narasumber. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang dapat digunakan antara lain dengan mengunakan teknik triangulasi data yang mengacu pada pengambilan sumber-sumber data yang berbeda untuk menjelaskan suatu hal tertentu (Poerwandari, 1998). Moelong (2000) menyatakan bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam penelitian ini, hasil dari wawancara dibuat triangulasi dan digabungkan dengan hasil triangulasi dari tes psikologi sehingga mendapatkan deskripsi dampak psikologis subjek yang mendalam. Cara lain yang digunakan untuk menjaga kredibilitas data adalah dengan menggunakan jasa interater. Interater merupakan seseorang yang dianggap berkompeten untuk menganalisa hasil tes psikologi sehingga dengan adanya pemeriksaan hasil analisa tes psikologi oleh interater diharapkan keabsahan data dari tes psikologi dapat terjaga. Interater tes Grafis diserahkan pada Drs. Singgih Santoso Wibowo, SU, sedangkan CAT oleh ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi., Psi., M.Si. Analisa tes grafis dilakukan oleh peneliti kemudian hasilnya di cek dan dikoreksi oleh interater sedangkan untuk CAT, analisa dilakukan secara bersamaan antara peneliti dengan interater kemudian hasilnya di cek dan digabungkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 Stangle dan Sarantoks (dalam Poerwandari, 1998) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, validitas dicapai tidak melalui manipulasi variabel, melainkan melalui orientasinya dan upayanya mendalami dunia empiris, dengan menggunakan metode paling cocok untuk pengambilan dan analisis data. Konsep yang dipakai antara lain validitas kumulatif, validitas komunikatif, validitas argumentatif dan validitas ekologis. Kredibilitas penelitian ini dicapai melalui : a.

Eksplorasi kondisi psikologis subjek

b.

Konfirmasi data dan analisisnya pada responden penelitian (validitas komunikatif). Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara. Pada akhir wawancara peneliti melakukan kroscek dengan nara sumber. Hasil yang didapat setelah melakukan analisa juga dikomunikasikan kembali oleh peneliti dengan nara sumber.

c.

Prestasi temuan dan kesimpulan yang dapat diikuti dengan baik rasionalnya serta dapat dibuktikan dengan melihat kembali ke data mentah (validitas argumentatif). Hasil temuan dan kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini dapat di pertanggungjawabkan dan dapat dibuktikan melalui data mentah yaitu verbatim wawancara, verbatim CAT, serta tes Grafis.

2. Dependabilitas Dependability menggantikan istilah reliabilitas dalam penelitian kualitatif. Melalui konstruk dependability peneliti memperhitungkan perubahanperubahan yang mungkin terjadi menyangkut fenomena yang diteliti, juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 perubahan dalam desain sebagai hasil dari pemahaman yang mendalam tentang setting yang diteliti (Poerwandari, 1998) Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai dependability dalam penelitian ini antara lain : a. Melakukan pencatatan secara rinci dan teliti melalui alat mekanis seperti perekam pada setiap ucapan dan percakapan verbatim serta kutipan yang cermat sehingga tidak menimbulkan tafsiran yang beragam. b. Membuat interrelasi aspek-aspek yang terkait dalam penelitian. c. Penyatuan

dependability

dengan

confirmability

(konfirmabilitas).

Konfirmabilitas menggantikan istilah objektivitas dalam penelitian kualitatif. Sarantoks (dalam Poerwandari, 1998) menyatakan bahwa objektivitas disini adalah dalam pengertian transparansi, yaitu kesediaan peneliti mengungkapkan secara terbuka proses dan elemen-elemen penelitian sehingga memungkinkan pihak lain untuk melakukan penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Identitas Subjek Nama

: Nn

Umur

: 6 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir

: Yogyakarta, 3 April 2000

Alamat

: Panti Asuhan Anggrek

Urutan Kelahiran

: 1 (pertama) dari 2 (dua) bersaudara

2. Latar Belakang Subjek berumur 6 tahun dan merupakan anak pertama dari 2 bersaudara berjenis kelamin laki-laki semua. Ibu subjek adalah seorang pengamen jalanan sekaligus sebagai wanita tuna susila, sedangkan hingga kini ayah subjek yang sebenarnya belum diketahui. Selama ini ibu subjek mengenalkan seorang laki-laki penarik becak sebagai ayahnya yang sebenarnya hanya berstatus kekasih ibu subjek. Ibu subjek belum pernah terikat pernikahan dengan siapapun. Karena pekerjaan ibu yang tidak tetap tersebut, subjek lebih banyak diasuh oleh kakeknya. Dengan kakeknya ini, subjek beserta adiknya sering mendapat kekerasan kemudian dibawa ke jalanan untuk mendapatkan uang dari orang lain. Kekerasan yang dialami subjek antara lain dipukul, ditendang, diinjak, dimaki, sampai kepala

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 dibentur-benturkan ke dinding. Dari luka-luka tersebut subjek dan adiknya dibawa ke jalanan untuk meminta-minta dan memperoleh uang sehingga subjek beserta adiknya seringkali dengan sengaja dibuat terluka. Ibu subjek tidak berusaha mencegah bahkan juga sesekali melakukan kekerasan walaupun tidak sesering yang dilakukan oleh kakek subjek. Satu kali adik subjek masuk dalam berita surat kabar daerah lokal karena menderita patah tulang punggung sehingga mendapatkan sumbangan uang senilai jutaan dari para penderma dengan maksud untuk mengobati luka adik subjek. Padahal adik subjek terluka karena diinjak oleh kakek subjek dan perbuatan tersebut dilihat oleh subjek sehingga membuat subjek menjadi sangat benci terhadap kakeknya. Uang dari penderma tersebut ternyata digunakan oleh ibu subjek untuk bersenang-senang dengan para tukang becak di jalanan. Hingga suatu hari adik subjek diinjak kembali demi mendapatkan uang. Adik subjek dibawa ke rumah sakit. Pada kesempatan itu, ketua RT dari tempat tinggal subjek berinisiatif membawa subjek ke panti asuhan bagian trauma center untuk menyelamatkan subjek dari perlakuan kakek maupun ibu subjek yang lebih buruk lagi. Bersamaan dengan subjek masuk panti, adik subjek meninggal dunia. Menurut pihak panti, keadaan subjek ketika pertama kali masuk sangat buruk. Mulai dari penampilan, perkataan, sampai agresifitas subjek yang terbilang tinggi. Subjek sering mengamuk dan berkelahi dengan teman-temannya. Bahkan suatu saat pernah hampir membakar motor milik petugas panti. Subjek juga sering mengalami ketakutan dan sering berbicara sendiri. Subjek juga memiliki toilet training yang buruk buruk. Hal ini tampak dalam kebiasaan subjek yang lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 sering buang air besar di celana. Subjek belum terbiasa dengan kamar mandi dan sangat takut dengan air. Suatu kali air diguyurkan dari atas kepala subjek, dan subjek langsung pingsan. Subjek juga takut pada pintu tertutup dan gelap. Saat ini menurut pihak panti pula, subjek sudah dalam keadaan yang jauh lebih baik dan senang bersekolah walaupun sesekali masih menunjukkan sikap memberontak dan sulit diatur. Sampai saat ini subjek masih belum mengetahui bahwa adiknya telah meninggal dunia. Pihak panti asuhan bagian trauma center khawatir, bahwa berita ini dapat semakin mengganggu psikologis subjek karena subjek sangat menyayangi adiknya. Selain itu, pihak panti dengan ketua RT sepakat untuk merahasiakan tempat tinggal subjek saat ini dari ibu maupun kakeknya. Hal ini untuk melindungi subjek agar tidak diambil ibunya untuk disakiti dan dibawa ke jalanan lagi, sebab saat ini ibu subjek terus mendesak kuasa hukum subjek dan ketua RT untuk memberitahukan keberadaan subjek. Saat ini subjek masih tetap dilindungi oleh pihak panti asuhan bagian trauma center dan lembaga perlindungan anak.

3. Pengambilan Data Penelitian ini menggunakan 3 metode dalam pengambilan data, antara lain data wawancara sebagai data utama dan tes psikologis sebagai data pendukung. Adapun data wawancara dilakukan terhadap subjek serta 2 significant others, sedangkan tes psikologis terdiri atas tes proyektif (Tes Grafis dan CAT) dan tes inteligensi (CPM).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 Langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan rappor terhadap subjek berikut mengambil data mengenai latar belakang subjek. Rappor ini dilakukan oleh peneliti selama kurang lebih beberapa bulan sebelum penelitian dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menjaga kedekatan subjek dengan peneliti mengingat bahwa subjek merupakan anak trauma yang saat ini masih sangat dilindungi oleh pihak panti sehingga kestabilan emosi subjek harus benar-benar dijaga. Wawancara dilakukan pertama kali pada subjek. Disini peneliti menanyakan beberapa hal berkaitan dengan peristiwa traumatis yang dialaminya. Dari hasil wawancara dengan subjek, peneliti dapat melihat kondisi psikologis subjek secara langsung. Dalam wawancara ini peneliti menjauhkan subjek dari tekanan sehingga ketika subjek tidak bersedia menjawab, peneliti mengalihkan dengan pertanyaan lain. Wawancara berikutnya adalah dengan significant others yaitu pembina panti sekaligus seorang psikolog dan pramusosial yang selalu menyertai subjek setiap hari. Melalui wawancara ini peneliti dapat menemukan dampak psikologis subjek dari sudut pandang orang lain. Sebagai data pendukung, peneliti memberikan tes psikologi yang terdiri atas tes inteligensi dan tes proyektif. Tes proyektif menggunakan tes grafis untuk mengungkap strutur kepribadian subjek serta CAT untuk mengungkap kebutuhankebutuhan, press, persepsi diri serta mekanisme pertahanan diri yang dilakukan subjek. Sedangkan sebagai pelengkap, peneliti melakukan tes CPM untuk melihat taraf kecerdasan subjek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60 Berikut jadwal pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis : No

Waktu Pelaksanaan

Tempat

Keterangan

1.

Rabu, 3 Januari 2007 –

Panti Sosial

Pelaksanaan rappor

Sabtu, 17 Maret 2007 2.

Kamis, 22 Maret 2007

Panti Sosial

Wawancara 1 pada subjek

3.

Senin, 26 Maret 2007

Panti Sosial

Wawancara 2 pada subjek

4.

Rabu, 4 April 2007

Panti Sosial

Wawancara 3 pada subjek

5.

Rabu, 4 April 2007

Panti Sosial

Wawancara pada Pramusosial (Significant Others)

6.

Sabtu, 14 April 2007

LK3

Wawancara pada Pembina/Psikolog Panti (Significant Others)

7.

Senin, 9 April 2007

Panti Sosial

Tes Grafis

8.

Senin, 16 April 2007

Panti Sosial

Tes CPM (Children Progressive Matrices)

9.

Rabu, 18 April 2007

Panti Sosial

CAT (Children’s Apperception Test)

Analisa data yang digunakan dalam tes wawancara yaitu menggunakan analisis isi dengan cara memberi koding pada kalimat yang menunjukkan indikasi topik masalah kemudian dibuat suatu kesimpulan. Dalam interpretasi tes psikologi, peneliti menggunakan 2 orang interater untuk mendapatkan keabsahan data. Interpretasi tes grafis dimulai dengan menginterprestasi bagian-bagian dari gambar yang telah dibuat oleh subjek sesuai dengan panduan tes Grafis yang telah distandarkan. Kemudian peneliti membuat rangkuman dan menarik suatu kesimpulan. Hasil tersebut diperiksa dan diteliti kembali oleh seorang interater

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 yang berkompeten di bidang grafis untuk mendapatkan hasil yang akurat. Setelah dinyatakan sah oleh interater, peneliti memberi kode pada kesimpulan yang sesuai dengan kriteria dalam DSM IV TR. Dalam CAT, data yang diperoleh dijabarkan kemudian diberikan pada interater untuk dianalisis. Sementara itu di saat yang sama peneliti juga membuat interpretasi data. Kemudian hasilnya dicocokkan dengan hasil analisis dari interater dan ditarik benang merah dari keduanya. Hasil yang diperoleh juga diberi kode yang sesuai dengan kriteria PTSD dalam DSM IV TR. Analisa tes CPM adalah dengan menggunakan norma yang telah distandarkan kemudian dicari karakteristik dari norma yang telah didapatkan. Hasil analisa data dari wawancara dan tes psikologi digabungkan untuk mendapatkan gambaran mengenai dampak psikologis subjek. Hasil tersebut di dinamikakan dengan latar belakang subjek serta perilaku subjek dalam keseharian sehingga didapatkan suatu kesimpulan mengenai dampak psikologis subjek akibat dari kekerasan yang dialaminya secara mendalam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78 b. Hasil Tes CPM Skor

: 19

Persentil

: 75

Arti

: subjek berada pada grade II yang artinya subjek memiliki kecerdasan diatas rata-rata

5. Hasil Keseluruhan Assesment Berdasarkan hasil dari data yang telah diperoleh, peneliti menggabungkan menjadi keseluruhan data assesment yang dapat menggambarkan kondisi psikologis subjek yang muncul dalam wawancara antara pembina panti, pramusosial, subjek, serta dari hasil tes psikologi. a. Hasil dari tes CPM menunjukkan bahwa subjek pada dasarnya memiliki kemampuan adaptasi yang baik. Subjek mampu memecahkan masalah dengan baik serta mampu melakukan komunikasi dengan orang lain secara wajar. b. Trauma yang dialami oleh subjek memunculkan suatu respon-respon khusus seperti : 1) Kekhawatiran yang muncul dalam pemilihan permainan berupa pistol untuk menjaga diri dari orang yang jahat (wawancara). Subjek juga seringkali merasa khawatir akan ada orang asing yang menyerang ketika subjek berada dalam pintu tertutup dan ruangan yang gelap dan ia tidak dapat mengetahui siapa orang asing tersebut (wawancara). Hal ini membuat subjek selalu merasa cemas dan khawatir (Tes Grafis). Subjek juga selalu dihinggapi oleh perasaan tegang (Tes Grafis).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 2) Ketakutan yang mendalam, dimana subjek mengalami ketakutan dengan pintu tertutup, gelap, perlakuan diguyur (wawancara, CAT-A) juga sambal (wawancara). Subjek mengakui bahwa ia takut dengan hujan deras dan sambal (wawancara). Subjek juga tidak berani mengutarakan rasa sakit yang dialami kepada gurunya (wawancara). Hal ini menunjukkan bahwa subjek mengalami ketakutan terhadap orang dewasa (CAT-A). 3) Ketidakberdayaan subjek muncul dalam bentuk kepatuhan yang disebabkan keterikatan akan ingatan tentang masa lalu (Tes Grafis). Ketidakberdayaan subjek juga muncul dalam bentuk cerita dimana ia tidak diperbolehkan untuk jajan (CAT-A) serta ketidakmampuannya melakukan sesuatu

ketika

melihat

adiknya

mendapat

perlakuan

kekerasan

(wawancara). c. Peristiwa traumatik seringkali muncul dan bertahan dalam bentuk : 1) Ingatan yang terus berulang mengenai peristiwa traumatik dimana ia mengalami perlakuan kekerasan yang menyebabkannya menjadi trauma (wawancara). Subjek mempu mengingat dengan jelas peristiwa traumatis tersebut dan sering mengulang cerita yang sama (wawancara). Hal ini muncul dalam tes Grafis dimana subjek memiliki kenangan dan terikat dengan masa lalunya. 2) Sikap atau tindakan yang lepas kendali dan menjadi histeris (Tes Grafis) seperti menangis atau berteriak-teriak (wawancara) ketika didekatkan dengan sesuatu hal yang mirip dengan peristiwa trauma (diguyur air).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80 Sikap subjek tersebut sering dilakukan seolah-oleh subjek tengah mengalami suatu perisiwa traumatik. 3) Kesedihan psikologis yang mendalam akibat peristiwa kekerasan yang membuat subjek menjadi tertekan dan mudah frustrasi (Tes Grafis). Subjek sering mengungkapkan rasa sakit dalam perasaannya(wawancara) dan muncul dalam cerita dimana ia tidak ingin terpisah dari orang lain (CAT-A). 4) Reaksi fisik akibat perlakuan kekerasan menyebabkan subjek mengalami gejala psikosomatis (Tes Grafis) seperti sulit BAB/BAK, sakit perut maupun sulit makan (wawancara) yang mengindikasikan adanya feeding problem pada subjek (CAT-A). Hal ini dikuatkan dari pihak medis yang tidak menemukan adanya suatu penyakit atau kelainan kesehatan dalam tubuh subjek (wawancara). d. Subjek melakukan penghindaran akibat peristiwa traumatis terhadap beberapa hal antara lain : 1) Pikiran-pikiran yang mengingatkan subjek pada peristiwa trauma dengan selalu berusaha melupakan (CAT-A), percakapan yang mengarah pada terjadinya peristiwa kekerasan serta ulasan mengenai perasaannya ketika megalami peristiwa traumatik tersebut (wawancara). 2) Aktivitas yang mirip dengan perlakuan kekerasan seperti diguyur air, tempat terjadinya kekerasan yaitu kamar mandi serta pelaku dari kekerasan yang muncul dalam bentuk tidak ingin bertemu serta ingin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81 melenyapkan kakek (wawancara). Penghindaran ini merupakan suatu indikasi dimana subjek ingin menghindar dari permasalahan (CAT-A). 3) Sikap dalam menghindari partisipasi dan beraktivitas dengan orang lain. Subjek memilih untuk sendiri serta cenderung menutup diri dari lingkungan karena merasa tidak tertarik (wawancara, Tes Grafis) sehingga menjadi tidak aktif dalam relasi sosialnya (Tes Grafis). 4) Perasaan kesepian yang muncul (CAT-A) akibat dari perasaan diasingkan dan diabaikan oleh orang lain (CAT-A). Tindakan subjek yang ekstrim akibat merasa terasing adalah dengan melarikan diri dari panti (wawancara). Selain itu, keterpisahan subjek dari orang lain juga muncul dari penolakan untuk patuh terhadap aturan panti dan cenderung membantah

karena

subjek

merasa

tidak

terikat

dengan

aturan

(wawancara). e. Muncul simptom-simptom yang terus meningkat antara lain : 1) Ledakan amarah dalam bentuk perilaku menyerang, menyakiti diri sendiri, serta mengeluarkan kata-kata kasar. Emosi subjek sering tidak stabil dan mudah dikuasai oleh emosinya (Tes Grafis). Subjek juga mudah sekali merasa tersinggung (wawancara, Tes Grafis). Amarah yang paling ekstrim adalah ancaman akan membakar sepeda motor. Amarah subjek muncul ketika suatu perasaan bahwa adanya gangguan dari lingkungan terhadap dirinya. 2) Kecurigaan yang berlebih (Tes Grafis) membuat subjek selalu bersikap waspada terhadap orang lain. Sikap ini dilakukan dalam bentuk penjagaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82 yang ketat terhadap barang miliknya serta kewaspadaan terhadap orang asing yang mungkin dapat menyakitinya (wawancara). f. Gangguan-gangguan tersebut mengakibatkan : 1) Ketidakberdayaan sosial yang tampak dalam ketergantungan subjek terhadap orang lain (Tes Grafis). Subjek memilih untuk pergi dari situasi yang tidak disukainya dan menjadi tidak aktif (CAT-A). 2) Ketidakmampuan subjek melakukan beberapa tugas penting atau melakukan sesuatu sesuai dengan fungsinya merupakan hambatan yang diakibatkan oleh gangguan-gangguan sebelumnya yang berawal dari dominasi orang dewasa sehingga membuat subjek selalu membutuhkan orang lain untuk menyelesaikan atau melaksanakan tugasnya (CAT-A). Akibatnya tidak jarang subjek mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar (Tes Grafis). Ketidakmampuan tersebut antara lain muncul dalam bentuk tidak dapat BAB/BAK pada tempatnya (wawancara) atau kebiasaan menghabiskan makanan dalam waktu yang lama (wawancara). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, subjek mengalami dampak psikologis akibat kekerasan yang sesuai dengan kriteria PTSD dalam DSM IV. Namun peneliti juga menemukan beberapa dampak lain yang muncul di luar kriteria PTSD dari DSM IV antara lain : a. Fobia terhadap air, gelap, pintu tertutup serta sambal yang diawali dengan ketakutan yang mendalam sampai muncul ketakutan irrasional tersebut (wawancara, CAT-A).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83 b. Perilaku agresif yang tidak hanya dilakukan pada saat mengalami ledakan amarah yaitu menyerang teman, memaki, ancaman akan membakar sampai menyakiti diri sendiri (wawancara, Tes Grafis, CAT-A), namun juga muncul dalam keseharian seperti merusak sepeda, menjebol kasur serta memukul teman ketika bermain (wawancra). c. Sikap tidak patuh serta sering membantah perintah dari pramusosial (wawancara) menunjukkan perilaku subjek yang sulit diatur dan dikendalikan (wawancara, Tes Grafis). d. Subjek sering bermain dan berbicara sendiri (wawancara). Hal ini membuat subjek sering berfantasi/berimajinasi (wawancara, Tes Grafis) dan tidak terusik dengan kehadiran orang lain (wawancara). Fantasi subjek juga muncul dalam bentuk pertahanan diri yaitu memproyeksikan dirinya pada orang lain (CAT). e. Memiliki egoisme yang cukup tinggi dimana subjek sulit untuk diajak berbagi (wawancara). Subjek selalu memilih teman yang cocok saja (wawancara). Subjek juga senang menonjolkan diri dan selalu ingin berkuasa (Tes Grafis). f. Memiliki impian/harapan untuk mencapai suatu prestasi (wawancara, Tes Grafis). Subjek juga memiliki impian dapat berkumpul dengan keluarga (wawancara), keinginan untuk keluar dari permasalahan dan dapat membentuk keluarga yang harmonis (wawancara, CAT-A). g. Subjek selalu memandang negatif terhadap lingkungan sekitar sebab subjek merasakan bahwa dirinya selalu dibenci dan dipermasalahkan oleh orang dewasa (CAT-A). Subjek selalu merasa diganggu oleh orang lain (wawancara)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84 sehingga subjek mengembangkan suatu sikap permusuhan (Tes Grafis) dan selalu mengganggap bahwa hidup merupakan suatu persaingan (CAT-A). h. Subjek membutuhkan perhatian dan rasa aman dari orang lain. Subjek juga membutuhkan kelekatan yang dapat memunculkan suatu perasaan nyaman (wawancara, Tes Grafis, CAT-A). i. Mekanisme pertahanan diri yang digunakan untuk melindungi dirinya adalah represi dan proyeksi (Tes Grafis, CAT-A).

B. Pembahasan Kekerasan terhadap anak merupakan tindakan penganiayaan terhadap anak baik secara fisik maupun psikis yang dapat merugikan anak dan dilakukan berulangulang. Penyebab dari tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap anak antara lain karena kemiskinan keluarga, atau penelantaran. Kurang terpenuhinya taraf hidup yang baik seringkali membuat orang tua tidak mampu menghadapi tekanan dan menjadi stress. Tekanan-tekanan tersebut membuat orang tua sering melampiaskan kemarahan pada anak-anak dan mengesampingkan dampak secara psikologis terhadap anak. Akibatnya anak yang mengalami atau melihat suatu kekerasan turut pula mengalami stress bahkan trauma sehingga hal ini dapat mengganggu proses tumbuh kembang anak scara normal. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menemukan bahwa subjek melihat perlakuan kekerasan. Perlakuan kekerasan dilakukan terhadap adiknya. Subjek dengan jelas melihat bagaimana adiknya dipukul dan diinjak-injak oleh kakeknya dan melihat pertengkaran antara ibu dengan kakeknya yang dipenuhi dengan kekerasan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85 Selain melihat tindak kekerasan, subjek juga menjadi korban dimana subjek mengalami perlakuan kekerasan fisik dan psikis yaitu dipukul, ditendang, dibenturbenturkan, dimaki, dimarahi. Setelah subjek mengalami luka-luka akibat kekerasan, subjek dibawa ke jalanan untuk meminta-minta. Semakin parah luka yang diderita, maka semakin banyak pula uang yang didapatkan oleh ibu dan kakek subjek. dari fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa perlakuan kekerasan yang dialami oleh subjek memiliki tujuan ekonomi, yaitu untuk mendapatkan uang. Perlakuan ibu dan kakek subjek dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk eksploitasi atau kekerasan ekonomi, dimana subjek dieksploitasi untuk kepentingan pribadi. Tindakan ini memiliki dampak psikologis terhadap subjek. Salah satunya adalah subjek mengalami tekanan-tekanan yang muncul pada saat subjek mengalami emosi yang mudah “keluar fokus” atau mudah mengalami ledakan-ledakan emosional, sehingga mengakibatkan subjek mengalami stress. Perlakuan kekerasan semakin kuat intensitasnya akibatnya tekanan dalam diri subjek juga semakin kuat dan stress yang dialami subjek menjadi suatu bentuk trauma. Trauma yang dialami oleh subjek muncul dalam bentuk kekhawatiran akan sesuatu atau seseorang yang dapat membahayakan keselamatan subjek, sehingga subjek cenderung memilih senjata tajam dalam memilih jenis mainan sebagai bentuk perlindungan terhadap dirinya. Subjek belajar untuk mepertahankan diri melalui senjata. Dollard Miller (Supratiknya, 1993) menyatakan bahwa konflik neurotic tidak hanya diciptakan oleh anak saja namun juga karena kondisi yang dibuat oleh orang tua. Dengan melihat pertengkaran antara ibu dan kakeknya menggunakan kayu, ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86 kemungkinan subjek dikondisikan untuk belajar bahwa senjata merupakan alat yang dipergunakan untuk melindungi dirinya. Kekhawatiran yang muncul menyebabkan subjek cenderung memiliki pandangan yang negatif terhadap orang lain. Pandangan yang negatif ini diikuti oleh kewaspadaaan yang berlebih dan terus berkembang menjadi suatu bentuk kecurigaan yang berlebih (paranoia). Sikap kecurigaan berlebih (paranoia) muncul dalam pikiran subjek bahwa akan ada orang asing yang menyakitinya apabila subjek berada dalam pintu tertutup serta dalam gelap. Dollard Miller dalam penulisannya mengatakan bahwa kurang terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan utama termasuk kebutuhan makan anak menyebabkan anak merasa takut dan sendirian dan muncul dalam bentuk takut akan gelap (Supratiknya, 2003). Hal ini terkait dengan feeding problem yang dialami oleh subjek. Dimana subjek memiliki masalah akan kebutuhan makanan karena subjek diperbolehkan makan jika mendapat uang banyak, sehinnga dapat dikatakan bahwa kebutuhan subjek akan makan tidak terpenuhi dengan baik. Secara umum, ketakutan yang mendalam memiliki kontribusi yang besar akan munculnya suatu trauma. Ketakutan ini diawali akan suatu perlakuan kekerasan yang diterima oleh subjek. Kekerasan yang dilakukan pada anak menimbulkan luka secara psikologis (Adianingsih, 2003) dan muncul dalam ingatan subjek yang terus berulang. Kondisi tersebut sesuai dengan Santrock (1995) yang mengatakan bahwa pada periode intuitif (4-7 tahun), perhatian dan ingatan mempengaruhi cara anak dalam memproses informasi. Perlakuan kekerasan mempengaruhi subjek dalam pemrosesan informasi sehingga subjek selalu merasa ketakutan ketika berada dalam situasi atau tempat yang dapat mengingatkan subjek akan peristiwa traumatik yang dialaminya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87 Akibat dari ketakutan mendalam, subjek mengembangkan suatu bentuk ketakutan yang irrasional atau fobia terhadap gelap, pintu tertutup, air, dan sambal. Dikatakan ketakutan irrasional atau fobia, dikarenakan ketakutan subjek tidak memiliki alasan yang jelas. Seperti ketakutan pada pintu tertutup atau ketakutan terhadap sambal. Namun Dollard Miller (Supratiknya, 2003) mengatakan bahwa munculnya respon-respon tertentu disebabkan oleh stimulus yang diperkuat. Jadi ada kemungkinan subjek mengalami perlakuan kekerasan yang berkaitan dengan ruangan gelap tertutup, air, dan sambal dan membuat subjek ketakutan sehingga mengembangkan suatu bentuk fobia. Rasa takut yang dirasakan oleh subjek mendorong subjek untuk selalu melakukan penghindaran pada tempat maupun aktivitas yang mengingatkan subjek akan peristiwa trauma seperti diguyur air atau berada dalam ruangan gelap dan tertutup. Bahkan ketakutan yang mendalam membuat subjek selalu menolak untuk makan ketika menemukan sambal dalam makanannya. Belum ada penelitian atau fakta yang menyebutkan alasan subjek menghindari sambal serta ruangan gelap tertutup. Namun ada kemungkinan subjek mengalami sesuatu yang berbentuk perlakuan atau peristiwa berkaitan dengan sambal dan ruangan gelap tertutup yang mengakibatkan munculnya ketakutan subjek. Selain itu, penghindaran yang dilakukan subjek merupakan penghindaran terhadap pikiran, perasaan maupun percakapan yang mengarah pada situasi dimana subjek mengalami kekerasan. Hal ini tampak dalam keengganan subjek untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau percakapan yang mengingatkan akan peristiwa traumatis. Perasaan tidak nyaman serta rasa takut menyebabkan subjek ingin melupakan peristiwa tersebut. Ada kemungkinan pula

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88 bahwa penghindaran subjek dalam percakapan mengenai peristiwa subjek merupakan dorongan yang muncul akibat pandangan yang negative terhadap orang lain seperti yang telah diungkap sebelumnya. Subjek

juga

melakukan

penghindaran

terhadap

pelaku

kekerasan.

Penghindaran yang dilakukan oleh subjek cenderung agresif yaitu keinginan untuk membunuh kakek subjek. Dalam hipotesis frustrasi-agresi oleh Dollard, dkk (Baron Byrne, 2005) memaparkan bahwa dorongan untuk melukai atau menyakiti orang lain merupakan akibat dari kondisi eksternal seperti frustrasi atau kondisi lingkungan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini keinginan subjek untuk melukai kakek didorong oleh kondisi keluarga yang tidak menyenangkan serta perlakuan kekerasan dari kakek subjek yang menyebabkan subjek menjadi frustrasi. Secara nyata, subjek juga menghindari partisipasi dan aktivitas yang berhubungan dengan orang lain. Subjek merasa tidak tertarik dengan suatu kejadian di sekitarnya dan cenderung menutup diri. Sikap ini merupakan wujud dari kecurigaan subjek yang berlebih terhadap orang lain sehingga subjek merasa lebih nyaman ketika bermain sendiri. Subjek merasa tidak harus direpotkan dengan kehadiran orang lain dan merasa bebas memilih jenis permainan karena tidak ada campur tangan dari orang lain. Subjek memiliki sikap yang egois karena subjek lebih mementingkan diri sendiri dan tidak bersedia untuk berbagi dengan orang lain. Subjek menguasai sesuatu yang dimilikinya dan merasa marah jika hak miliknya diganggu oleh orang lain. Perilaku tersebut merupakan suatu bentuk perilaku yang tidak sosial dalam pernyataan Hurlock (1991), dimana subjek sering merasa berada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89 dalam suatu tempat di bawah kekuasaannya sehingga dengan mudah mengambil barang milik orang lain dan selalu merasa ingin berkuasa. Secara fisik dan psikis, subjek mengalami penyiksaan namun kelekatan dalam keluarga dimana subjek dibesarkan membuat subjek merasa tidak berdaya dan cenderung untuk patuh terhadap pelaku yaitu ibu dan kakek subjek. Ikatan tersebut juga membuat subjek terus teringat akan peristiwa traumatik yang dialaminya. Subjek masih mengingat dengan jelas bagaimana ia mendapatkan penyiksaan fisik, dibawa ke jalanan untuk meminta-minta, sampai ingatan mengenai waktu atau jam ketika ia dianiaya. Ingatan ini terus berulang dan muncul dalam cerita-cerita subjek. Baron dan Byrne (2005) mengatakan bahwa hubungan pertama ada dalam keluarga dimana anak-anak belajar mengenai apa yang diharapkan orang lain terhadap mereka serta bagaimana interaksi mereka dengan orang tua. Hal ini menyebabkan kekerasan yang dialami tidak mengurangi kelekatan subjek terhadap keluarga karena kelekatan awal yang dianggap aman (secure attachment) meskipun subjek tidak berdaya untuk mempertahankan dirinya dari perlakuan kekerasan yang dilakukan di dalam keluarga. Gaya kelekatan yang dialami oleh subjek termasuk dalam gaya kelekatan takutmenghindar (fearful-avoidant attachment style) dimana subjek memiliki pandangan yang rendah dan negatif terhadap orang lain (Levy dkk., 1998). Menurut Levy pula, anak yang memiliki kelekatan takut-menghindar menggambarkan orang tua secara negatif, memendam perasaan dan marah tanpa menyadarinya. Perasaan sedih dan tertekan yang dirasakan oleh subjek sering muncul ketika sedang bercerita. Subjek terkadang menjadi berfantasi dan tidak jarang bertindak seolah peristiwa traumatik tengah dialaminya. Subjek sering berteriak-teriak histeris

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90 dan menangis. Hal ini juga sering terjadi ketika subjek didekatkan dengan suatu tempat yang dapat mengingatkan subjek terhadap perlakuan kekerasan seperti kamar mandi. Sikap ini menunjukkan perasaan tidak senang, luka emosional atau marah yang muncul akibt dari perlakuan kekerasan yang dialami oleh subjek. selain itu sikap subjek yang kerap menekan perasaannya (represi) turut mendorong munculnya ledakan-ledakan emosional tersebut. Reaksi lain akibat kekerasan adalah reaksi fisik dimana subjek mengalami kesulitan untuk BAB/BAK, sakit perut, sampai sulit makan. Setelah dibawa ke rumah sakit, pihak medis menyatakan bahwa subjek tidak mengalami suatu penyakit yang berarti. Hal ini menunjukkan bahwa subjek mengalami gejala psikosomatis dimana pada awalnya subjek mengalami ketakutan sekaligus kesedihan yang mendalam kemudian perasaan tersebut ditekan sebagai suatu perlindungan terhadap dirinya dan muncul dalam bentuk sakit fisik. Beberapa hal tersebut juga menunjukkan bahwa subjek mengalami kegagalan dalam mencapai stabilitas fisiologis dalam tugas perkembangannya (Hurlock 1991). Akibatnya subjek mengalami ketidakbahagiaan dimana subjek merasakan kesedihan yang mendalam. Kesendirian merupakan sesuatu yang dipilih oleh subjek karena subjek memandang negatif terhadap lingkungan sekitar yang dirasa mengganggu. Subjek kerap mengambangkan suatu sikap permusuhan dan memandang bahwa dalam hidup penuh dengan persaingan sehingga secara langsung subjek memiliki kewaspadaan yang berlebih terhadap lingkungan sekitar terutama terhadap orang lain yang dikhawatirkan dapat menyerang serta menyakitinya. Kesendirian membuat subjek menjadi senang berfantasi atau berkhayal. Subjek sering tampak sedang melakonkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91 sesuatu dan tidak mudah terpengaruh dengan kehadiran orang lain. Tidak jarang ketika ada orang asing subjek sengaja memperlihatkan perilaku tersebut sebagai bentuk dari kebutuhan subjek akan perhatian dari orang lain. Teori anak dalam Santrock (1995) mengatakan anak-anak mengembangkan suatu kesadaran bahwa pikiran itu ada, baik berhubungan maupun tidak berhubungan dengan dunia fisik, bisa berupa objek yang akurat maupun tidak akurat. Selain memandang lingkungan sebagai suatu hal yang mengganggu, subjek juga merasa kesepian, diabaikan dan diasingkan. Perasaan kesepian dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor salah satunya adalah pengalaman belajar yang spesifik pada awal kehidupan (Baron Byrne, 2005). Subjek memiliki pengalaman mendapat perlakuan kekerasan yang menyebabkan subjek mengalami kekhawatiran, ketakutan, serta stress yang mengembangkan subjek menjadi pribadi yang penuh curiga dan memiliki pandangan yang negatif. Hal ini membuat subjek dijauhi oleh temantemannya sehingga subjek merasa diabaikan dan kesepian. Akibat dari perasaan kesepian tersebut, subjek menjadi mudah marah dan mudah tersinggung. Subjek juga merasa tidak terikat oleh suatu aturan sehingga subjek kerap membantah dan memberontak terhadap aturan di panti. Ledakan amarah subjek muncul secara ekstrim yang ditunjukkan melalui perilaku yang agresif seperti mengancam akan membakar, menyakiti diri sendiri, menyerang mengeluarkan kata-kata kasar dan juga menyerang orang lain. Agresifitas subjek juga muncul dalam keseharian seperti merusak sepeda menjebol kasur ketika bermain. Hurlock (1991) menyatakan bahwa kondisi psikologis subjek yang penuh dengan kecemasan serta kondisi lingkungan yang menimbulkan ketegangan memicu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92 tingginya emosionalitas subjek. Hurlock juga menyatakan, ada 2 jenis perilaku yang muncul pada anak usia 2-6 tahun yaitu perilaku sosial dan tidak sosial. Dalam penelitian tampak bahwa subjek mengalami suatu perilaku tidak sosial dimana subjek kerap melakukan agresi atau penyerangan terhadap orang lain. Selain itu Hurlock juga menyebutkan bahwa pada umur tersebut anak rentan dengan ledakan-ledakan amarah yang muncul karena ketidakseimbangan sehingga sering “keluar fokus”. Akibatnya anak menjadi sulit untuk diatur atau dikendalikan. Beberapa gangguan yang muncul seperti yang telah digambarkan sebelumnya mempengaruhi kondisi-kondisi subjek secara sosial. Subjek mengalami kesulitan dalam melakukan tugas-tugas penting seperti BAB/BAK pada tempatnya, sulit menghabiskan makanan sampai kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Kesulitan yang dialami oleh subjek juga merupakan suatu kegagalan dalam beberapa tugas perkembangan (Hurlock, 1991) yaitu belajar mengendalikan pembuangan sampah dalam tubuh. Hurlock menyatakan bahwa kegagalan melakukan tugas perkembangan menimbulkan kesulitan pelaksanaan tugas lainnya kelak. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, subjek masih membutuhkan bantuan dari orang lain walaupun ada beberapa tugas-tugas yang mudah seperti pembuangan sampah dalam tubuh. Kesulitan subjek untuk melaksanakan tugas sehari-hari membuat subjek semakin mengalami kesulitan untuk melaksanakan tugas-tugas yang lebih sulit pada usia masa awal anak-anak antara lain tugas mencuci perabot. Dalam hal ini subjek masih membutuhkan dukungan atau bantuan dari teman-temannya. Vygotsky (Santrock, 1995) menyatakan bahwa dalam teori perkembangan ada istilah ZPD

(Zone Proximal Development) dimana untuk tugas-tugas sulit, anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93 membutuhkan bantuan dan bimbingan dari orang lain. Dalam kasus ini tidak hanya tugas-tugas sulit yang masih membutuhkan orang lain, tugas-tugas yang mudah sekalipun subjek masih membutuhkan bantuan dari orang lain. Kebutuhan tersebut membuat subjek mengalami ketergantungan dengan orang lain. Kesulitan dalam melaksanakan tugas serta ketergantungan terhadap orang lain terkadang membuat subjek merasa sangat tidak berdaya secara sosial sehingga subjek cenderung memilih untuk pergi dari masalah. Hal ini menunjukkan kegagalan subjek dalam tahap perkembangan untuk membedakan kenyataan sosial dan fisik (Hurlock, 1991). Dari dampak-dampak psikologis yang muncul akibat perlakuan kekerasan, pada dasarnya subjek memiliki kebutuhan akan afeksi dimana subjek membutuhkan perhatian, rasa aman, dan kasih sayang dari orang lain. Dalam tahap perkembangan Hurlock (1991), anak belajar berhubungan secara emosional dengan orang tua, saudara kandung dan orang lain. Kebutuhan untuk mencapai kondisi ini tampak dalam kerinduan subjek terhadap keluarga, impian mengenai keluarga yang bahagia dan sikap menarik perhatian yang menunjukkan kebutuhan subjek untuk memiliki hubungan emosi yang baik dengan keluarga. Subjek memiliki keinginan untuk keluar dari permasalahan, mencapai cita-cita, memiliki harapan akan masa depan dan selalu membayangkan dapat berkumpul dengan keluarga tanpa ada suatu kekerasan yang mewarnainya. Keinginan untuk mencapai cita-cita serta kemauan keras untuk tahu didukung dengan kecerdasan subjek yang termasuk diatas rata-rata. Selain itu subjek juga memiliki kemampuan beradaptasi serta berkomunikasi yang cukup baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94 sehingga memungkinkan subjek untuk terus mengalami kemajuan dalam perkembangannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95

Bagan Kondisi Psikologis Anak Korban Kekerasan dalam Keluarga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96 BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN Hasil dari penelitian menemukan bahwa subjek mengalami kekerasan dalam keluarga. Subjek tidak hanya melihat namun juga menjadi korban dari tindak kekerasan yang dilakukan oleh keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa tindak kekerasan yang dilakukan menimbulkan dampak secara psikologis terhadap subjek. Penggambaran dampak psikologis yang dialami oleh subjek didasarkan pada kriteria DSM IV TR ditambah dampak-dampak lain yang merupakan temuan penelitian di luar kriteria tersebut. Dampak psikologis subjek yang muncul akibat dari perlakuan kekerasan antara lain munculnya respon-respon kekhawatiran, ketakutan dan ketidakberdayaan akibat kekerasan fisik; munculnya peristiwa traumatik yang terus berulang dan bertahan (dalam ingatan, tindakan, kesedihan mendalam, serta reaksi fisiologis); melakukan beberapa penghindaran (yang dilakukan pada pikiran perasaan percakapan, tempat aktivitas, orang, partisipasi atau aktivitas, perasan terpisah dan terasing); muncul simptom-simptom yang terus meningkat (ledakan amarah, kewaspadaan berlebih); serta ketidakberdayaan sosial dan ketidakmampuan melakukan tugas penting akibat dari munculnya gangguan-gangguan akibat kekerasan. Dampak psikologis lain yang muncul sebagai temuan tambahan antara lain fobia, agresif, sulit dikendalikan/sulit diatur, fantasi, egoisme, pandangan yang negatif, kebutuhan akan afeksi yang kurang serta banyak melakukan mekanisme

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97 pertahanan diri. Di samping itu subjek memiliki harapan dan impian untuk mencapai cita-cita didukung oleh kecerdasan subjek di atas rata-rata. Dampak satu saling berkaitan dengan dampak lain sehingga penggabungan secara keseluruhan dapat menggambarkan dampak psikologis subjek yang muncul akibat dari kekerasan yang dilakukan oleh keluarga sendiri.

B. SARAN Berdasarkan hasil kesimpulan dari penelitian yang dilakukan mengenai studi kasus tentang dampak psikologis anak korban kekerasan dalam keluarga, maka peneliti dapat memberikan saran yang berguna untuk perkembangan psikologis subjek secara normal yaitu : 1. Disarankan subjek tetap berada di trauma center dalam perkembangannya sampai mampu untuk mandiri dan mengendalikan ledakan-ledakan emosinya. Di samping itu, pihak trauma center disarankan tetap menjalankan komitmen menghindarkan pertemuan antara ibu dengan subjek untuk melindungi subjek dari bujukan ibu untuk kembali ke rumah subjek. 2. Subjek diberi pengertian yang cukup mengenai situasi kondisi yang terjadi pada diri dan keluarganya agar subjek mampu menerima dan tidak mendendam. 3. Sekolah disarankan untuk terus memberikan dukungan berupa perhatian yang cukup karena subjek memiliki kebutuhan yang tinggi akan afeksi. Dalam memberkan perhatian, disarankan guru tidak membedakan subjek dengan siswa yang lain agar subjek belajar untuk mandiri dan dipercaya sehingga subjek merasa dirinya dihargai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98 4. Trauma center disarankan untuk terus memberikan dukungan, motivasi serta fasilitas yang diperlukan subjek seperti makanan yang cukup, peralatan sekolah sampai kesehatan. Sebab dengan dukungan, motivasi serta fasilitas yang cukup, subjek mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. 5. Saran tambahan dikhususkan pada orang tua serta masyarakat pada umumnya untuk menghindari dan mencegah perlakuan kekerasan terhadap anak. Selain itu dukungan positif baik secara moril maupun materiil sangat diperlukan anak-anak korban kekerasan agar anak korban kekerasan tidak merasa diasingkan dan dihindari oleh lingkungan sekitar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99

DAFTAR PUSTAKA Adianingsih, Titik. 2003. Fenomena Kekerasan Dalam Keluara (Family Violence) Pada Kelayan PSKW “Sidoarum” Yogyakarta. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Universitas Gadjah Mada Yogyakarta American Psychiatric Association (2000), Diagnostik and Statistical Manual of Mental Disorder, 4thed. TR.Washington DC : APA Anantasari. 2006. Kekerasan Terhadap Anak Dalam Keluarga Ditinjau Dari Perspektif Psikologi. Makalah Disampaikan pada Talkshow “Child Abuse-Kekerasan Pada Anak yang Terselubung,” 2 September 2006 di Gedung Pusat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Authors. 2003. Family Violence : A Fact Sheet. Canada : Department of Justice Canada ----------. 2002. Tingkat Kekerasan Terhadap Perempuan Masih Tinggi. Harian Kompas. 9 Januari 2002 ----------. 2003. Upaya Menghapus Kekerasan di Lingkup Domestik. Harian Kompas. 26 Mei 2003 Baron, Robert & Byrne, Donn. 2005. Psikologi Sosial (Ed.10). Penerbit Erlangga : Jakarta Bellak, Leopold & Abrams, David. M. 1996. The T.A.T, The C.A.T, and The S.A.T in Clinical Use (sixth edition). America : Allyn & Bacon, Aviacom Company Chaplin, J.P. (Penterjemah : Dr. Kartini Kartono). 2002. Kamus Lengkap Psikologi. RajaGrafindo Persada : Jakarta Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung : Pustaka Setia Depertemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (cetakan pertama). Jakarta : WHO Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. 1984. Informasi Tes.

Hurlock, Elizabeth B. 1991. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga Hurlock, Elizabeth B. 1998. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Ed. 5). Jakarta : Penerbit Erlangga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100

Huraerah, Abu. M.Si. 2006. Kekerasan Terhadap Anak. Bandung : Nuansa Ikawati dan Rusmiyati. 2003. Kekerasan Terhadap Anak dalam Keluarga dan Upaya Penanganannya (Sebuah Jurnal). Jakarta : Media Informasi Penelitian

PLIP Mitra Wacana; JFPR-Asia Development Bank. 2000. Konvensi Hak Anak. Yogyakarta : Mitra Wacana Kerlinger, Fred.N (editor : Koesoemanto, Drs. H.J). 2000. Asas-asas Penelitian Behavioral (edisi ketiga). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Koentjaraningrat. 1977. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia Moelong, Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya National Clearinghouse on Family Violence. 1994. Breaking the Pattern, : How Communities Can Help. Alberta : The Office of the Prevention of Family Violence Nietzel, Michael. T, Bernstein, Douglas A, dan Millich, R. 1994. 4th edition Introduction To Clinical Psychology. New Jersey : Prentice Hall Nunally, E.W; Chilman. C.S & Cox, F.M. (1998). Mental Illness, Delinquency Addiction and Neglect. California : Sage Publication Owen, D. & Strauss, M.A. 1975. The social structure of violence childhood and approval of violence as an adult. Aggressive Behavior Patnani, Miwa. Ekowarni, Endang. Magda Bhinnety Etsem. Kekerasan Fisik Terhadap Anak dan Strategi Coping yang Dikembangkan Anak. Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi Poerwandari, E. Kristi. 1998. Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Santrock, J. W. 1995. Lifespan Development (Terjemahan). Jakarta : Erlangga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101 Sumiarni, Endang. 2006. Kajian Hukum Terhadap Kekerasan Anak Dalam Lingkup Rumah Tangga Secara Terselubung. Makalah Disampaikan pada Talkshow “Child Abuse-Kekerasan Pada Anak yang Terselubung,” 2 September 2006. Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma Supratiknya, A. 1993. Teori-Teori Sifat dan Behavioristik. Kanisius : Yogyakarta Widjaja, A. W, Drs. 1985. Manusia Indonesia, Individu, Keluarga & Masyarakat. Jakarta : Akademika Pressindo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Wawancara

Kondisi Psikologis A.

Pembina Panti

Pramusosial

Subjek

1. Muncul respon-respon : 1. Kekhawatiran

Wpem.6.1-4

Wpram.35.2-3

-

Wpem.19.11 2. Ketakutan yang

Wpem.2.4-5

Wpram.26.1-2

Wsubj2.11.1-2

mendalam

Wpem.5.1-2

Wpram.29.1-4

Wsubj2.1-5

Wpram.36.1 Wpram.43.1 Wpram.68.1-2 2. Tidak Berdaya

Wpem.1.55

Wpram.19.1-2

Wpem.17.2 B.

Wsubj1.8.1 Wsubj2.36.1

Peristiwa traumatik berulang dan bertahan melalui cara : 1. 1. Pengingatan akan distress Wpem.1.47-50 yang

Wpram.20.1

mengganggu akan Wpem.1.52-53

suatu peristiwa

Wsubj1.2.1-2 Wsubj.1.10.1

Wpem.16.1

Wsubj1.24.1-2

Wpem.18.2-3

Wsubj2.19.2

Wpem.19.5-6

Wsubj2.22.1 Wsubj2.24.1

2. Gambaran, pikiran atau

-

-

-

-

-

persepsi 2. Mimpi 3. Bertindak seolah

atau

merasakan Wpem.1.18

peristiwa

Wpram.28.1-2

Wsubj2.40.1-2 -

traumatik Wpem.2.4-5

muncul kembali 4. Kesedihan psikologis yang Wpem.1.52-53 mendalam

akibat

picuan Wpem.17.1

internal dan eksternal yang

-

Wsubj2.20.1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mensyaratkan

aspek

dari

peristiwa traumatik 5. Reaksi

fisiologis

yang Wpem.2.3

muncul dari dalam dan luar

Wpram.32.1-2 Wpram.33.3 – 4

-

Wpram.60.1-3 C.

Penghindaran yang menetap pada :

Wpem.4.1

1. Pikiran, perasaan, percakapan

Wpram.25.1-5

Wsubj1.19.1

Wpram.45.1

Wsubj2.13.1 Wsubj2.16.1 Wsubj2.17.1 Wsubj2.32.1 Wsubj2.42.1

2. Aktivitas, tempat atau orang

Wpem.1.32-34

Wpram.25.3-4

Wsubj2.12.1

Wpram.27.1-2

Wsubj2.26.1-2

Wpram.42.1-2

Wsubj2.35.1

Wpram.57.1-2 3. Ketidakmampuan mengingat aspek penting dari trauma

-

4. Menghilangkan ketertarikan Wpem.25.5-7 atau partisipasi pada aktivitas

Wpem.26.2

Wpram.23.2-3

Wsubj3.11.1

Wpram.53.1-2 Wpram.55.1-2

5. Perasaan tidak terikat dan

-

-

terpisah dari orang lain 6. Keterbatasan aspek emosional

Wsubj2.44.1 Wsubj3.8.1

-

-

-

-

-

-

7. Perasaan tidak punya harapan masa depan D. Simptom menetap dari arousal yang meningkat : 1. Sulit bangun dan tidur 2. Irritabilitas atau ledakan

Wpem.18.6-7

Wpram.62.1-2 Wpram.37.1-2

Wsubj2.37.1-3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

amarah

Wpem.19.1

Wpram.38.1

Wpem.19.18-20

Wpram.39.1-2

Wsubj2.38.1

Wpem.20.1-3 Wpem.21.4-5 3. Kesulitan berkonsentrasi 4. Kewaspadaan berlebih

Wpem.6.1-4

Wpram.38.5-6

Wpem.19.9 5. Respon terkejut berlebih F.

Wsubj2.46.1 Wsubj3.22.1

-

Wpram.27.1-2

-

-

Wpram.38.1-3

-

Gangguan mengakibatkan : 1. Distress klinis yang signifikan atau ketidakberdayaan sosial

Wpram.54.1

2. Pekerjaan atau area fungsi Wpem.1-23-24 lain

atau

ketidakmampuan Wpem.23.1-2

mengerjakan

tugas-tugas

Wpram.29.4-5 Wpram.34.4-5

-

Wpram.47.1-3

penting yang lain I.

-

Wpram.61.1-3

Analisa tambahan -

Fobia

Wpem.5.1 – 2

Wpram.26.1-2

-

Wpram.29.2-4 Wpram.36.1-2 Wpram.43.1 -

Agresif

Wpem.1.22 –23

Wpram.23.3

Wsubj2.21.1

Wpem.1.34

Wpram.38.4

Wsubj2.26.1-2

Wpem.1.39

Wpram.39.1 – 2

Wsubj2.37.2-3

Wpem.2.4

Wpram.58.1-2

Wsubj3.10.1

Wpem.19.4 Wpem.19.9 Wpem.19.18-20 Wpem.20.1-3 Wpem.21.1– 5 -

Fantasi

Wpem.1.28-3

Wpram.23.2 Wpram.24.1-2

-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

-

Egoisme

-

Memiliki impian/harapan

Wpem.19.2 - 3

Wpram.50.4 – 5

Wsubj3.22.1

Wpem.22.3 – 4

Wpram.64.1

Wpem.24.1

Wpram.13.1 – 2

Wsubj1.6.1-2

Wpram.67.1-3

Wsubj1.28.1 Wsubj2.6.1 Wsubj2.19.1-2 Wsubj2.34.1-4 Wsubj3.19.1-2

-

Kebutuhan

akan

(perhatian, rasa aman)

afeksi Wpem.1.37-39

Wpram.72.4-7

Wsubj1.5.1

Wpem.1.41.45

Wsubj1.21.1

Wpem.18.1-2

Wsubj1.26.1

Wpem.26.4-5

Wsubj1.28.1 Wsubj2.32.1

-

Sulit

dikendalikan/sulit Wpem.23.1-2

Negativistik

-

Wpram.59.1

diatur -

Wpram.48.2

-

Wpram.38.5-6

Wsubj2.44.1 Wsubj3.8.1 Wsubj3.22.1

Keterangan : 1)

Fobia (Fb), merupakan suatu ketakutan terus menerus dan irrasional yang ditimbulkan oleh situasi khusus.

2)

Agresif (Ag)

3)

Sulit dikendalikan/sulit diatur (Dk)

4)

Fantasi (Fn) atau disebut juga dengan khayalan atau imajinasi merupakan proses penggambaran objek mengenai suatu peristiwa.

5)

Egoisme (Eg)

6)

Memiliki impian/harapan (Hr) atau keinginan mengenai cita-cita atau masa depan keluarga.

7)

Pandangan yang negatif (Ne)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8)

Kebutuhan akan afeksi (KA) seperti rasa aman, perhatian, dan kasih saying dari orang lain.

9)

Mekanisme pertahanan diri (Df), suatu mekanisme yang digunakan untuk melindungi diri sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Tes Grafis

Kondisi Psikologis A.

Tes Grafis

1. Muncul respon-respon : 1. Kekhawatiran

G.1.7 G.3.4

2. Ketakutan yang mendalam 2.

Tidak Berdaya

G.1.3-4 G.2.7

B.

Peristiwa traumatik berulang dan bertahan melalui cara : 1. 1. Pengingatan akan distress yang

G.1.3-4

mengganggu akan suatu peristiwa 2. Gambaran, pikiran atau persepsi 2. Mimpi 3. Bertindak atau merasakan seolah peristiwa

G.2.4

traumatik muncul kembali 4. Kesedihan psikologis yang mendalam akibat

G.1.5-6

picuan internal dan eksternal yang mensyaratkan aspek dari peristiwa traumatik 5. Reaksi fisiologis yang muncul dari dalam dan

G.3.5-6

luar C.

Penghindaran yang menetap pada : 1. Pikiran, perasaan, percakapan

-

2. Aktivitas, tempat atau orang

-

3. Ketidakmampuan mengingat aspek penting

-

dari trauma 4.Menghilangkan ketertarikan atau partisipasi pada aktivitas 5. Perasaan tidak terikat dan terpisah dari orang

G.2.8-9 G.3.3 G.3.1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

lain 6. Keterbatasan aspek emosional

-

7. Perasaan tidak punya harapan masa depan D.

G.2.4-5

Simptom menetap dari arousal yang meningkat : 1. Sulit bangun dan tidur

-

2. Irritabilitas atau ledakan amarah

-

3. Kesulitan berkonsentrasi

-

4. Kewaspadaan berlebih

G.2.8

5. Respon terkejut berlebih F.

-

Gangguan mengakibatkan : 1.

Distress

klinis

yang

signifikan

atau

ketidakberdayaan sosial 2.

Pekerjaan

atau

area

G.4.4-5 G.3.3

fungsi

lain

atau

ketidakmampuan mengerjakan tugas-tugas

G.1.7 G.2.11-12

penting yang lain I.

Analisa tambahan -

Agresif

G.2.9-10

-

Fantasi

G.3.2

-

Egoisme

G.2.9 G.4.1-3

-

Memiliki impian/harapan

-

Kebutuhan akan afeksi (perhatian, rasa

G.1.1 G.4.5-6

aman) -

Mekanisme pertahanan diri

-

Emosi tidak stabil

G.2.1-3 G.1.6 G.1.8

-

Negativistik

-

Sulit dikendalikan

G.2.5-6 G.1.8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Koding CAT (Children’s Apperception Test)

Kondisi Psikologis A.

CAT

Muncul respon-respon : 1. Kekhawatiran 2. Ketakutan yang mendalam

CAT-A.1.2 CAT-A.5.1 CAT-A.9.1 CAT-A.10.1

3. Tidak Berdaya B.

CAT-A.8.2

Peristiwa traumatik berulang dan bertahan melalui cara : 1. 1. Pengingatan akan distress yang

-

mengganggu akan suatu peristiwa 2. Gambaran, pikiran atau persepsi

-

2. Mimpi

-

3. Bertindak atau merasakan seolah peristiwa

-

traumatik muncul kembali 4. Kesedihan psikologis yang mendalam akibat

CAT-A.5.3

picuan internal dan eksternal yang mensyaratkan aspek dari peristiwa traumatik 5. Reaksi fisiologis yang muncul dari dalam dan

CAT-A.1.1

luar C.

Penghindaran yang menetap pada : 1. Pikiran, perasaan, percakapan

CAT-A.10.2

2. Aktivitas, tempat atau orang

CAT-A.7.2

3. Ketidakmampuan mengingat aspek penting

-

dari trauma 4. Menghilangkan ketertarikan atau partisipasi pada aktivitas

-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Perasaan tidak terikat dan terpisah dari orang

CAT-A.6.1

lain

D.

6. Keterbatasan aspek emosional

-

7. Perasaan tidak punya harapan masa depan

-

Simptom menetap dari arousal yang meningkat : 1. Sulit bangun dan tidur

-

2. Irritabilitas atau ledakan amarah

F.

CAT-A.5.3

CAT-A.7.1

3. Kesulitan berkonsentrasi

-

4. Kewaspadaan berlebih

-

5. Respon terkejut berlebih

-

Gangguan mengakibatkan : 1.

Distress

klinis

yang

signifikan

atau

CAT-A.5.3

atau

CAT-A.3.1

ketidakberdayaan sosial 2.

Pekerjaan

atau

area

fungsi

lain

ketidakmampuan mengerjakan tugas-tugas penting yang lain I.

Analisa tambahan -

Fobia

CAT-A.9.1

-

Agresif

CAT-A.2.2 CAT-A.7.1 CAT-A.8.3

-

Memiliki impian/harapan

CAT-A.1.2 CAT-A.4.1 CAT-A.4.2 CAT-A.5.1 CAT-A.6.2

-

Kebutuhan akan afeksi (perhatian, rasa

CAT-A.4.1

aman)

CAT-A.4.3

Mekanisme Pertahanan Diri

CAT-A.1.2 CAT-A.5.1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

CAT-A.6.2 CAT-A.7.1 CAT-A.8.2 CAT-A.8.3 -

Negativistik

CAT-A.2.1 CAT-A.5.2 CAT-A.8.1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Hasil Analisa Data Berdasarkan pengumpulan data dari wawancara, tes psikologi, maka diperoleh hasil sebagai berikut : a. Hasil Wawancara, Tes Grafis dan CAT-A Kondisi Psikologis

Wawancara

Tes Grafis

CAT-A

A. Muncul respon-respon : 1. Kekhawatiran

Akibat dari perlakuan kekerasan Dalam yang dialaminya, subjek selalu bahwa

gambar subjek

tampak mengalami

merasa khawatir akan ancaman kecemasan dan mudah sekali dari orang lain. Perasaan ini untuk

tiba-tiba

merasa

muncul dalam responnya yang cemas. memilih pistol untuk menjaga diri sendiri. Selain itu subjek selalu khawatir akan ada orang yang menyerangnya jika berada dalam gelap maupun dalam pintu tertutup. 2. Ketakutan yang mendalam

Perlakuan

kekerasan

yang

Subjek merasakan ketakutan

dilakukan oleh kakek dan ibunya

terhadap

orang

dewasa

membuat subjek takut dan hal ini

(muncul

dalam

berbisik-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tampak

ketika

subjek

akan

bisik),

kegelapan

mandi dan merasa sangat takut

(memandang lampu) serta

ketika

perlakuan diguyur (muncul

berada

dalam

pintu

tertutup serta gelap. Subjek juga

dalam

takut

diguyur).

dengan

sambal

dan

cerita

tidak

suka

menolak makan bila terdapat sambal di dekat makanannya. Sehingga

sambal

sering

digunakan untuk menakut-nakuti subjek agar patuh. Perlakuan kekerasan juga membuat subjek menjadi

takut

untuk

mengutarakan rasa sakit yang dialami kepada gurunya. 3. Tidak Berdaya

Subjek

tidak

berdaya Dalam

mengahadapi kekerasan

yang

sehingga

subjek

tes

juga Dalam

kartu

perlakuan mengindikasikan

mengindikasikan

dialaminya. ketidakberdayaan

subjek ketidakberdayaan

CAT-A

subjek

cenderung terhadap keterikatan masa yang muncul karena suatu

untuk patuh dan tidak melawan lalu.

keinginan

perintah

terpenuhi (cerita tidak boleh

dari

ibu

maupun

yang

tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kakeknya. subjek

Ketidakberdayaan

juga

muncul

jajan).

ketika

melihat adiknya juga dianiaya oleh kakeknya. B.

Peristiwa traumatik berulang dan bertahan melalui cara : 1. Pengingatan akan distress yang Subjek masih mengingat dengan Indikasi mengganggu peristiwa

akan

munculnya

suatu jelas bagaimana ia diperlakukan kenangan akan masa lalu kasar. Subjek juga hafal bahwa menunjukkan bahwa subjek setiap jam 7 dia dianiaya. Subjek memiliki ingatan akan suatu juga

mampu

menceritakan peristiwa

traumatik

peristiwa kekerasan yang terjadi mengganggu pada

dirinya,

adiknya

juga

pertengkaran antara ibu dan kakeknya dengan jelas. Setiap kali ditanya subjek menceritakan cerita dan detil yang sama. Pada orang-orang kerap

tertentu,

subjek

menceritakan

tanpa

ditanya terlebih dahulu.

yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Bertindak seolah

atau

merasakan Sewaktu pertama kali masuk Dalam

peristiwa

gambar,

traumatik panti, subjek bersikap seolah- diindikasikan

muncul kembali

subjek sering

olah peristiwa traumatik muncul mengalami histeris dimana kembali. Subjek sering berteriak- subjek lepas kontrol dan teriak tanpa sebab. Sikap ini juga tidak mampu mengendalikan muncul

ketika

akan

mandi. diri.

Reaksi

subjek

ketika

mandi

adalah menangis

berteriak-teriak seakan

dan sedang

mengalami perlakuan kekerasan. 3. Kesedihan

psikologis

mendalam

akibat

yang Dari cara subjek menceritakan Subjek mengalami kesedihan Dalam picuan peristiwa

kekerasan

yang mendalam

dimana

kartu

juga

subjek menunjukkan bahwa subjek

internal dan eksternal yang dialaminya menunjukkan bahwa merasa sangat tertekan dan merasakan suatu kesedihan mensyaratkan

aspek

peristiwa traumatik

dari subjek

merasakan

kesedihan mudah frustrasi.

yang mendalam karena tidak

yang mendalam. Perasaan sedih

ingin terpisah/diusir (muncul

semakin nampak ketika subjek

dalam cerita pergi dengan

mengatakan bahwa ia merasa

tidak senang).

sakit ketika mengingat peristiwa yang dialaminya. 4. Reaksi fisiologis yang muncul Reaksi emosional subjek turut Dalam tes mengindikasikan Subjek

memiliki

masalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dari dalam dan luar yang memicu menyerupai

munculnya

reaksi bahwa

subjek

peristiwa fisiologis pada subjek. Subjek psikosomatis

traumatis

mengalami dalam

hal

(merasakan mengindikasikan

susah buang air besar/kecil di sakit pada tubuhnya namun kebutuhan kamar

mandi

ngebrok)

makan

subjek

yang ada akan

(ngompol, sebenarnya tidak menderita makan (dalam cerita aktivitas

sehingga

sering suatu penyakit apapun).

makan).

mengalami sakit perut. Selain itu subjek juga mengalami sulit makan. Subjek harus ditunggui dan diperintah agar dapat segera menghabiskan makanannya. Hal ini

didukung

keterangan pernah

pula

pramusosial

turut

dalam yang

mendampingi

subjek di rumah sakit bahwa beberapa penyakit yang dialami oleh subjek lebih diakibatkan karena kondisi psikologis yang tidak sehat. C.

Penghindaran yang menetap pada : 1.

Pikiran, perasaan, percakapan

Subjek sering sekali menghindar

Subjek menghindari pikiran-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ketika

ditanya

kekerasan

mengenai

yang

dialaminya. mampu

walaupun

pikiran mengenai peristiwa

pernah

trauma

dengan

selalu

subjek

berusaha untuk melupakan

menceritakannya

(muncul

dalam

berulang kali, namun terkadang

bermain

subjek menghindari pertanyaan

melepas ketegangan).

setelah

sikap diguyur-

yang menganding aspek-aspek dari

kekerasan

yang

pernah

dialaminya. Pertanyaan/percakapan

yang

paling dihindari subjek adalah perasaannya

akibat

dari

kekerasan. 2.

Aktivitas, tempat atau orang

Subjek

sering

menghindari

Dalam salah satu kartu yang

kamar mandi. Sehingga subjek

menceritakan bahwa macan

sering menolak dan menangis

kembali tidur menunjukkan

bila disuruh mandi. Subjek juga

bahwa subjek menghindar

menghindari sambal. Bila ada

dari masalah.

sambal di dekat makanannya, biasanya subjek jadi tidak mau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

makan.

Subjek

menghindari

kakeknya pula. Dalam setiap harapannya, subjek menghapus kakek sebagai orang yang akan diajak berkumpul. Sikap subjek menghindari kakeknya adalah dengan adanya keinginan untuk melenyapkan keberadaan sang kakek. 3.

Menghilangkan

ketertarikan Subjek lebih menyukai sendirian Gambar

atau partisipasi pada aktivitas

subjek

dan cenderung tidak tertarik mengindikasikan dengan sesuatu yang terjadi di subjek sekitarnya.

Subjek

yang

sikap cenderung

cenderung menutup diri; tidak perduli

cuek dan menarik diri dari dan kurang aktif dalam relasi berbagai

aktifitas

terutama sosial.

ketika muncul orang baru atau kehadiran orang asing. 4.

Perasaan tidak terikat dan Bentuk ketidakterikatan subjek Dalam tes muncul suatu Dalam kartu CAT-A muncul terpisah dari orang lain

muncul dalam sikap membantah indikasi

dimana

subjek suatu

bentuk

perasaan

dan menolak untuk mengikuti memiliki perasaan terasing diabaikan dan terpisah dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perintah atau aturan. Sedangkan dari lingkungan sekitar dan orang lain sehingga subjek bentuk dari perasaan terasing dari

orang-orang

di merasa

kesepian

(muncul

cerita

sedang

adalah sikap subjek yang sering sekitarnya.

dalam

melarikan diri dari panti.

berbincang-bincang;

babi

yang pergi dengan perasaan tidak senang; babi yang tidak senang sendirian). D. Simptom menetap dari arousal yang meningkat : 1. Irritabilitas amarah

atau

ledakan Kemarahan subjek juga sering Emosi subjek tidak stabil dan Subjek meledak-ledak. subjek

terganggu

Kemarahan mudah merasa tersinggung dengan keadaan lingkungan

diwujudkan

melakukan

merasa

dengan sehingga sering dikuasai oleh sekitar dan menjadi marah

penyerangan emosinya.

karenanya

(dalam

terhadap teman, menyakiti diri

macan

sendiri

yang mengganggu).

nggulung,

(suka

nggulungmembenturkan

kepala) dan bertindak ekstrim dengan akan membakar motor. Selain itu, kemarahan subjek pada taraf sedang hanya berupa

mengejar

cerita monyet

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tangisan atau kata-kata kasar yang keluar dari subjek. Subjek juga mudah tersinggung atas perlakuan teman-temannya. 2. Kewaspadaan berlebih

Subjek memiliki kewaspadaan Subjek mudah curiga dan yang tinggi terhadap orang yang kecurigaan mungkin akan menyakitinya atau berlebih dari sikap orang lain. Hal ini suatu

subjek

mengembangkan sikap

paranoia

tampak dalam pemilihan pistol (kecurigaan mainan dan ungkapan bahwa terhadap sesuatu hal) pistol tersebut untuk menembak orang yang akan menyakitinya. Kewaspadaan subjek terhadap orang lain juga kerap muncul dalam

perilaku

suka

menyembunyikan semua barang atau makanannya agar tidak ketahuan dan diambil oleh teman lainnya. E.

Gangguan mengakibatkan:

yang

berlebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Disstress klinis yang signifikan atau ketidakberdayaan sosial

Ketidakberdayaan

secara Ketidakberdayaan

sosial

dalam terhadap lingkungan muncul

tampak

keterikatan

dan dalam cerita dimana pada

ketergantungan terhadap

subjek

orang

subjek akhirnya babi memilih pergi lain

dan setelah sebelumnya diusir.

ketidakaktifan subjek dalam Cerita ini mengindikasikan lingkungan sosialnya.

bahwa subjek merasa tidak berdaya

untuk

sehingga pergi

dari

melawan

memilih suasana

untuk yang

dirasa tidak nyaman. 2. Pekerjaan atau area fungsi lain Subjek atau

masih

memerlukan Gangguan ini tampak dalam Figur dewasa yang dominan

ketidakmampuan bimbingan dan bantuan dari ketidakmampuan

mengerjakan sendiri tugas-tugas orang lain utnuk mengerjakan dalam penting yang lain

tuugasnya di panti (jadwal cuci mengatur piring).

Subjek

masih

mengontrol emosinya

harus hambatan

sering diingatkan dan diperintah. menempatkan

subjek mengindikasikan serta ketergantungan

subjek

dan terhadap orang lain dalam dalam melakukan

tugas-tugas

atau penting (dalam cerita orang

Selain itu, subjek juga masih menyesuaikan diri

dewasa yang duduk sambil

belum mampu untuk BAB/BAK

merokok).

di kamar mandi dan belum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mampu

mengatakan

keinginannya untuk BAB/BAK. Akibatnya

terkadang

subjek

masih BAB/BAK di celana. Subjek juga harus diperintah dalam

hal

menghabiskan

makan.

Untuk

makanan

saja,

mamakan waktu yang sangat lama sehingga harus ditunggui dan disuapi. F.

Temuan tambahan 1. Fobia

Subjek terhadap

mengalami air,

pintu

fobia

Dalam kartu menunjukkan

tertutup,

bahwa subjek memiliki fobia

gelap, dan sambal.

terhadap gelap dan perlakuan diguyur air (dalam cerita gajah

memandang

lampu;

cerita seorang anak yang tidak senang diguyur). 2. Agresif

Perilaku

marah

yang Subjek

cenderung

agresif Dalam CAT-A menunjukkan

dimunculkan subjek mengarah dalam berelasi yang tampak bahwa dari beberapa kartu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pada

bentuk-bentuk

perilaku dalam sikap suka menyerang menunjukkan

agresifitas

agresif. Subjek kerap merusak, dan mengkritik orang lain.

subjek yang tinggi (muncul

menyerang

dalam

dan

melontarkan

kata-kata yang kasar. Bahkan di saat

sedang

(bermain)

tidak subjek

cerita

bertema

penyerangan).

marah sering

melakukan penyerangan pada orang lain secara tiba-tiba atau merusak properti panti seperti menjebol kasur dan merusak sepeda

karena

subjek

menggunakan properti tersebut secara berlebihan. 3. Sulit dikendalikan/sulit diatur

Subjek masih belum mampu Dalam gambar menunjukkan mengendalikan

diri

dan bahwa subjek termasuk anak

emosinya. Subjek juga sering yang sulit diatur dan sulit memberontak memperdulikan

dan perintah

tidak dikendalikan. dari

pramusosial. 4. Fantasi

Kebiasaan berbicara sendiri juga Subjek

mengembangkan Dalam

CAT

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

memunculkan

suatu

sikap suatu imajinasi atau fantasi mengindikasikan

dimana subjek sering mengalami sebagai akibat dari berkhayal subjek fantasi atau imajinasi. Subjek yang

5. Egoisme

menjadi

bahwa

memiliki

fantasi

suatu dimana hal tersebut muncul

sering bertindak seolah ia sedang kebiasaan subjek.

dalam

bermain ketoprak atau wayang

pertahanan

sendirian dan tidak terganggu

proyeksi (dalam cerita anak

oleh kehadiran orang lain.

tidak boleh jajan).

Subjek

juga

mengembangkan Dalam

tes

ini

suatu sikap egoisme, dimana mengindikasikan

mekanisme diri

yaitu

juga bahwa

subjek kerap mengambil barang subjek tidak perduli pada milik orang lain namun ketika lingkungan sekitar. Subjek barangnya dipinjam, subjek akan sering

mementingkan

diri

sangat marah. Subjek termasuk sendiri, senang menonjolkan pilih-pilih teman dan terkadang diri dan memiliki keinginan subjek bersedia berbagi dengan untuk selalu berkuasa. teman pilihannya tersebut. 6. Memiliki impian/harapan

Subjek memiliki harapan untuk Subjek memiliki keinginan Subjek memiliki keinginan bertemu dan berkumpul dengan dan cita-cita untuk terus yang kuat untuk mampu keluarganya. merindukan

Subjek keluarganya

sangat berprestasi. dan

mengungkapkan

suatu

permasalahan dan keluar dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ingin

merasakan

kedamaian,

permasalahan (dalam cerita

ketenangan bersama keluarga.

babi yang sedang berbisik;

Subjek memiliki harapan dapat

babi yang merasa tidak enak

pergi ke sekolah diantar oleh

tidur sendiri).

ayahnya

dan

ingin

bersama

adiknya.

keluarga

yang

bermain Gambaran

bahagia

dan

harmonis melekat kuat dalam diri subjek. Selain itu, subjek memiliki harapan yang tinggi untuk mencapai cita-cita dan masa depan yang lebih baik. Subjek memiliki kemauan keras untuk memahami banyak hal dan bercita-cita

menjadi

seorang

polisi. 7. Pandangan negatif

Subjek memandang orang lain Subjek selalu memandang Subjek

merasa

dan sekitarnya secara negatif. negatif terhadap lingkungan dipermasalahkan oleh orang Subjek melihat bahwa orang lain sekitar dan mengembangkan dewasa (berbincang-bincang) kerap

mengganggu suatu

sikap

permusuhan sekaligus

merasakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kesenangannya temannya

dan

selalu

teman- dengan orang lain.

mengambil

kebencian dari lingkungan. Selain itu subjek melihat

barang miliknya

bahwa hidup penuh dengan persaingan

(dalam

cerita

bermain tarik-tarikkan). 8. Kebutuhan akan afeksi

Pada

dasarnya

subjek Dari berbagai emosi yang Subjek berharap bahwa ibu

membutuhkan perhatian, kasih ada, mengindikasikan bahwa mampu

memberinya

sayang, serta rasa aman dari subjek

Subjek

orang

lain.

Subjek

berperilaku

tertentu

membutuhkan aman.

agar Subjek

ini tampak dalam bentuk adanya yang

menyelamatkan

mampu yaitu

memiliki

sering perhatian dari orang lain. afiliasi terhadap adik dan membutuhkan ibunya (dalam cerita senang

diperhatikan oleh orang lain. Hal kelekatan yang nyaman.

seorang

rasa

ibu,

meskipun terkadang ibu juga melakukan kekerasan. Namun hal tersebut dipandang sebagai suatu kesalahan pada dirinya. Subjek membutuhkan jaminan hidup dan mellihat bahwa ibu

bersama ibu dan adik).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

merupakan sosok yang penting. Ketika

subjek

merasa

aman

dengan seseorang maka subjek mampu serta

menceritakan

dirinya

keinginan-keinginannya

dengan jelas. 9. Mekanisme Pertahanan Diri

Subjek cenderung menekan Subjek banyak melakukan perasaannya sebagai suatu pertahanan diri dalam cerita perlindungan dirinya

terhadap antara represi.

lain

proyeksi

dan