STUDI PERENCANAAN BANGUNAN JETTY UNTUK STABILISASI MUARA KUALA BEURACAN KABUPATEN PIDIE JAYA PROVINSI ACEH
JURNAL TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR Ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik
SADEWA EKA PRATAMA NIM. 115060400111066-64
UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG 2015
STUDI PERENCANAAN BANGUNAN JETTY UNTUK STABILISASI MUARA KUALA BEURACAN KABUPATEN PIDIE JAYA PROVINSI ACEH 1
Sadewa Eka Pratama1, Heri Suprijanto2, Dwi Priyantoro2 Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya - Jawa Timur, Indonesia Jalan Mayjend. Haryono 167 Malang 65145 - Telp (0341) 562454 E-mail:
[email protected] ABSTRAK
Muara Kuala Beuracan terletak di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh mengalami sedimentasi yang mengakibatkan kedalaman alurnya bertambah dangkal dan mengganggu kegiatan navigasi masyarakat setempat sebagai nelayan. Padahal, muara ini sebagai jalur navigasi kapal-kapal nelayan saat pergi dan kembali dalam melaut. Untuk itu perlu direncanakan jetty sebagai upaya stabilisasi muara. Perencanaan jetty diawali pembangkitan gelombang oleh angin, kemudian ditentukan kala ulang tinggi gelombang HS selama 25 tahun. Langkah selanjutnya menganalisis deformasi gelombang, berikutnya transpor sedimen pantai dan sungai dihitung laju sedimennya sehingga diketahui budget sedimen di muara. Serta langkah terakhir, memprediksi perubahan garis pantai metode Pelnard-Considere dan program GENESIS-CEDAS. Berdasarkan analisis, didapatkan kedalaman alur pada elevasi -2,065 m, lebar alur 62 m, panjang jetty kanan dan kiri masing-masing 600 m, tinggi ujung jetty 14,379 m. Sedangkan unit lapis lindung ujung jetty menggunakan batu alam dengan berat 1,923 ton, lebar puncak 3,100 m, dan tebal lapisan puncak 2,067 m. Hasil prediksi perubahan garis pantai metode Pelnard-Considere, jetty kiri usia gunanya 25 tahun serta jetty kanan 10 tahun. Sedangkan simulasi GENESIS-CEDAS menunjukkan kemunduran garis pantai setelah dibangun jetty berkurang daripada ketika sebelum dibangun jetty. Kata kunci : muara Kuala Beuracan, jetty, stabilitas muara, perubahan garis pantai ABSTRACT Kuala Beuracan estuary located in Pidie Jaya Regency, Aceh experiencing sedimentation that results in the depth of estuary channel become increasingly superficial and make disruption of the activities of local community navigation as fishermen. Actually, this estuary functioning as track of the fishing boats navigation when go and back from the sea. According to these problems, it needs to be planned jetty as stabilization efforts of estuary. Planning of jetty starting from wind-generated waves, then period of high waves HS determined for 25 years. The next step is to analyze wave deformation. For longshore and river sediment transport calculated for its sediment rate, so that it can be known the sediment budget of estuary. And the last step is predicting the shoreline change by Pelnard-Considere method and GENESIS-CEDAS program. Based on analysis, can be obtained the channel depth in elevation of -2,065 m, channel width of 62 m, for each right and left jetty length of 600 m, the jetty ends height of 14,379 m. Meanwhile, for armor unit at the jetty ends using mountain rocks in weight of 1,923 ton, top width of 3,100 m, and top layer thickness of 2,067 m. The result of shoreline change prediction with PelnardConsidere method are the left jetty have building age about 25 years and the right jetty about 10 years. Whereas, simulation of GENESIS-CEDAS indicates the shoreline setback after jetty construction is more reduce than the jetty preconstruction. Keywords : Kuala Beuracan estuary, jetty, estuary stability, shoreline change
PENDAHULUAN Muara Kuala Beuracan terletak di Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh. Muara ini dalam sehari-harinya berfungsi sebagai jalur kegiatan navigasi kapalkapal nelayan saat pergi melaut maupun kembali membawa hasil tangkapan untuk selanjutnya dipasarkan di dermaga TPI (Tempat Pelelangan Ikan) yang berada sekitar 800 meter ke arah hulu dari mulut muara. Sedangkan sungai Krueng Beuracan dalam siklusnya akan bermuara di laut terbuka, yaitu Selat Malaka yang bergelombang besar dan menyebabkan besarnya pula angkutan sedimen sehingga berdampak sedimentasi di muara. Hal itu membuat kedalaman alur muara menjadi semakin dangkal dan akan mengganggu kegiatan navigasi nelayan melalui muara. Untuk itu perlu direncanakan suatu bangunan pelindung pantai yang berfungsi menstabilkan muara tersebut dari sedimentasi, jenis bangunan pelindung pantai yang dipilih adalah bangunan jetty. Tujuan dari studi ini adalah untuk merencanakan bangunan jetty yang sesuai secara teknis sebagai upaya stabilisasi muara Kuala Beuracan akibat sedimentasi. Sedangkan kegunaan studi ini adalah sebagai sumbangan pemikiran untuk konservasi daerah pantai serta menambah wawasan dan keahlian dari mahasiswa Teknik Pengairan pada khususnya dalam memahami ilmu tentang teknik pantai. METODE Pada studi ini diperlukan data-data yang mendukung guna memudahkan dalam menganalisis permasalahan yang terjadi, untuk itu perlu disajikan beberapa data sebagai berikut: 1. Peta lokasi studi 2. Data angin
3. 4. 5. 6.
Data batimetri Data pasang surut muka air laut Data butiran sedimen Data karakteristik sungai Adapun langkah-langkah penyelesaian studi sebagai berikut: 1. Mengoreksi data angin akibat pengaruh berbagai faktor. 2. Menganalisis panjang fetch efektif berdasarkan peta lokasi studi. 3. Analisis pembangkitan gelombang oleh angin. 4. Menggambar mawar gelombang. 5. Menentukan tinggi gelombang rencana dengan kala ulang tertentu. 6. Menganalisis parameter gelombang, yaitu berupa periode gelombang, cepat rambat gelombang, dan panjang gelombang. 7. Menganalisis terjadinya deformasi gelombang yang berupa refraksi, pendangkalan gelombang, dan gelombang pecah. 8. Menghitung transpor sedimen sejajar pantai dengan metode fluks energi. 9. Menghitung laju transpor sedimen sungai dengan metode bed load Einstein. 10. Merencanakan dimensi dan stabilitas unit lapis lindung bangunan jetty. 11. Memprediksi perubahan garis pantai dengan metode Pelnard-Considere dan program GENESIS-CEDAS. 12. Selesai. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Pembangkitan Gelombang Data kecepatan angin maksimum dalam satuan knot dikonversikan ke dalam satuan metrik (m/detik), kemudian dikoreksi terhadap elevasi, pengaruh suhu di darat dan di laut, serta faktor lokasi pencatatan (Yuwono, 1992:I-6). Berikut con-
toh perhitungan koreksi kecepatan angin pada tanggal 1 Januari 2000: Kecepatan angin (maksimum) 8 knot Arah angin: 70° (Timur) Elevasi anemometer: + 14 m, Bandara Blang Bintang Perbedaan suhu di darat & di laut: ΔT = Ta - Ts ≈ 0º C Data angin dalam satuan knot dikonversi dahulu ke dalam satuan m/detik, maka: U = 8 x 0,5144 = 4,115 m/detik Selanjutnya dilakukan koreksi elevasi dan karena ΔT ≈ 0º C, maka: U14 U10 = Koefisien koreksi elevasi 4,115 U10 = = 4,023 m/detik 1,023 Dengan pengamatan yang dilakukan di darat, maka dilakukan koreksi nilai RL sehingga disesuaikan menjadi kecepatan angin di atas laut. Perbedaan suhu antara di darat dan laut juga memerlukan koreksi stabilitas (RT). RL = 1,500 RT = 1 Maka kecepatan angin terkoreksi: U = U10 x RL x RT U = 4,023 x 1,500 x 1 = 6,034 m/detik Tabel 1. Rekapitulasi panjang fetch efektif Kuala Beuracan Panjang Fetch Efektif Arah Angin (km) Utara 195,076 Timur Laut 195,076 Barat Laut 162,825 Timur 104,096 Barat 16,744 Sumber: Hasil Perhitungan Selanjutnya panjang fetch diukur dari titik pengamatan dengan interval 5°, wilayah pengaruh pengukuran fetch ada-
lah 22,5° searah jarum jam dan 22,5° berkebalikan arah jarum jam (Kementerian PU, 2010:5-4-2). Berdasarkan perhitungan, maka didapatkan fetch efektif untuk daerah Kuala Beuracan seperti yang disajikan pada Tabel 1. Distribusi Arah Angin dan Gelombang Data kecepatan angin selama 13 tahun (2000-2012) digolongkan ke dalam 6 kelas dengan interval 3 m/detik, kemudian ditabelkan persentasenya. Selanjutnya dihitung distribusi kejadian setiap interval kelas yang kemudian digambar sebagai mawar angin.
Gambar 1. Mawar angin Kuala Beuracan Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 2. Mawar gelombang Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 2. Persentase frekuensi arah dan kecepatan angin Arah Mata Angin (°) N Utara 337.5 - 22.5 NE Timur Laut 22.5 - 67.5 E Timur 67.5 - 112.5 SE Tenggara 112.5 - 157.5 S Selatan 157.5 - 202.5 SW Barat Daya 202.5 - 247.5 W Barat 247.5 - 292.5 NW Barat Laut 292.5 - 337.5 Sub Total Sumber: Hasil Perhitungan
Kecepatan Angin (m/detik) 0–3 3–6 6 - 9 9 – 12 12 - 15 ≥ 15 Total (%) 0.195 3.799 5.254 0.651 0.000 0.000 9.900 0.174 7.034 9.422 3.040 0.000 0.000 19.670 0.261 9.227 5.471 0.760 0.000 0.000 15.719 0.803 3.300 5.102 0.738 0.109 0.000 10.052 0.109 0.999 1.607 0.174 0.000 0.000 2.888 0.000 3.061 3.843 0.239 0.022 0.000 7.165 0.239 13.830 11.724 2.432 0.195 0.152 28.571 0.174 2.193 3.365 0.304 0.000 0.000 6.036 1.954 43.443 45.788 8.337 0.326 0.152 100.000
Tabel 3. Persentase frekuensi arah dan tinggi gelombang Arah Mata Angin (°) N Utara 337.5 - 22.5 NE Timur Laut 22.5 - 67.5 E Timur 67.5 - 112.5 SE Tenggara 112.5 - 157.5 S Selatan 157.5 - 202.5 SW Barat Daya 202.5 - 247.5 W Barat 247.5 - 292.5 NW Barat Laut 292.5 - 337.5 Sub Total Sumber: Hasil Perhitungan
Tinggi Gelombang (m) 0 - 0.5 0.5 – 1 1 - 1.5 1.5 - 2 2 - 2.5 2.5 - 3 1.223 3.779 3.725 2.148 0.571 0.408 2.529 6.525 5.574 3.861 2.012 1.387 4.214 7.694 3.670 2.094 0.952 0.326 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 23.301 11.963 0.408 0.054 0.027 0.000 1.196 1.794 2.284 1.169 0.625 0.218 32.463 31.756 15.661 9.326 4.187 2.338
Analisis Gelombang Rencana Untuk kebutuhan perencanaan bangunan pantai dimana di dalamnya terdapat penentuan tinggi gelombang pada umumnya digunakan dua metode distribusi, yaitu distribusi Fisher-Tippet I dan Weibull (Triatmodjo, 2008:140). Pendekatan yang dilakukan dengan mencoba dua metode tersebut untuk data yang tersedia dan kemudian dipilih yang memberikan hasil terbaik. Langkah-langkah perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Dari hasil pembangkitan gelombang bulan Januari 2000 sampai Desember 2012 dipilih tinggi gelombang signifikan maksimum tahunan tiap a-
2.
3. 4.
5. 6.
≥3 0.544 2.746 0.734 0.000 0.000 0.000 0.000 0.245 4.269
Total (%) 12.398 24.633 19.685 0.000 0.000 0.000 35.753 7.531 100.000
rah mata angin sesuai fetch, sehingga dihasilkan tinggi gelombang maksimum tahunan sebanyak 13 tahun. Dalam distribusi Fisher-Tippet I dan Weibull, tinggi gelombang diurutkan dari yang terbesar ke yang terkecil. Mencari probabilitas untuk setiap tinggi gelombang. Parameter A dan B yang dihitung dari metode kuadrat terkecil untuk setiap tipe distribusi yang digunakan. Menghitung tinggi gelombang signifikan untuk berbagai periode ulang. Memperkirakan batas interval keyakinan.
Tabel 4. Rekapitulasi perhitungan tinggi gelombang berbagai kala ulang metode Fisher-Tippet I Hsr Timur Laut (m)
Hsr Barat Laut (m)
Hsr Timur (m)
Hsr Barat (m)
2
3.145
3.567
1.561
2.079
1.194
5
4.100
4.386
2.731
3.353
1.525
10
4.732
4.928
3.505
4.197
1.744
25
5.531
5.613
4.483
5.263
2.021
50
6.124
6.121
5.209
6.053
2.227
100 6.713 6.626 Sumber: Hasil Perhitungan
5.930
6.838
2.431
Hsr Utara (m)
Kala Ulang (tahun)
sejajar. Dalam perencanaan bangunan jetty di muara Kuala Beuracan didapatkan bahwa gelombang yang paling dominan adalah arah barat yang membentuk sudut 84° terhadap garis normal dan 6° terhadap garis pantai, hasil perhitungan untuk arah barat disajikan pada Tabel 6.
Analisis Deformasi Gelombang Proses analisis deformasi gelombang diawali dengan perhitungan refraksi dan pendangkalan gelombang yang menganggap garis kontur pantai relatif lurus dan
Gambar 3. Sketsa sudut datang puncak gelombang di Kuala Beuracan Sumber: Hasil Perhitungan Tabel 5. Arah angin yang digunakan dalam perencanaan No.
Arah
1 2 3 4
Utara Barat Laut Timur Laut Barat
Sudut Datang Gelombang terhadap Garis Pantai Garis Normal 84° 6° 51° 39° 39° 51° 6° 84°
Sudut Datang Gelombang 6° 39° 51° 84°
Keterangan Dari arah laut Dari arah laut Dari arah laut Dari arah laut
Tabel 6. Perhitungan refraksi dan pendangkalan gelombang arah barat tanh
L
T
C
α
2πd/L
(m)
(detik)
(m/detik)
(°)
-
1.000
87.424
7.486
11.678
0.500
0.502
0.996
87.106
7.481
40.000
0.459
0.462
0.994
86.621
30.000
0.346
0.354
0.977
20.000
0.236
0.256
10.000
0.128
9.000
d
d/L0
d/L
Laut dalam
-
43.712
Hi
Kr
Ks
84.000
-
-
2.021
11.644
82.262
0.881
0.990
1.763
7.469
11.597
80.193
0.889
0.986
1.546
84.705
7.450
11.369
74.491
0.798
0.963
1.188
0.923
78.195
7.366
10.616
62.815
0.765
0.928
0.843
0.165
0.776
60.650
7.072
8.576
43.626
0.794
0.917
0.614
0.148
0.182
0.815
49.551
6.239
7.942
34.311
0.936
0.914
0.526
8.000
0.161
0.192
0.837
41.565
5.640
7.370
30.846
0.981
0.913
0.471
7.000
0.168
0.198
0.847
35.298
5.165
6.835
25.812
0.977
0.913
0.420
6.000
0.170
0.200
0.850
30.003
4.753
6.312
21.722
0.984
0.913
0.377
5.000
0.167
0.197
0.846
25.319
4.378
5.783
18.199
0.989
0.913
0.341
4.000
0.158
0.190
0.832
21.056
4.026
5.230
15.054
0.992
0.913
0.308
3.000
0.142
0.177
0.804
16.986
3.678
4.619
12.095
0.994
0.914
0.280
2.065
0.122
0.160
0.763
12.921
3.292
3.925
9.171
0.995
0.920
0.257
(m)
Sumber: Hasil Perhitungan
(m)
Proses deformasi gelombang yang dianalisis selanjutnya adalah gelombang pecah. Perhitungan gelombang pecah berdasarkan pada tinggi gelombang signifi-
kan dengan kala ulang rencana dari pembangkitan data angin. Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan gelombang pecah dari arah barat:
Tabel 7. Perhitungan gelombang pecah arah barat Tr (tahun) 2 5 10 25 50 100
H0 (m) 1.194 1.525 1.744 2.021 2.227 2.431
T0 (detik) 5.754 6.503 6.955 7.486 7.857 8.209
L0 (m) 51.658 65.972 75.450 87.424 96.308 105.126
C0 (m/detik) 8.977 10.145 10.849 11.678 12.257 12.806
m 0.026 0.026 0.026 0.026 0.026 0.026
d (m) 25.829 32.986 37.725 43.712 48.154 52.563
L (m) 51.470 65.732 75.175 87.106 95.957 104.743
C (m/detik) 8.944 10.108 10.809 11.636 12.213 12.759
Kr 0.881 0.881 0.881 0.881 0.881 0.881
H0' (m) 1.052 1.344 1.537 1.781 1.962 2.142
Hb (m) 1.168 1.491 1.705 1.976 2.177 2.376
a
b
16.953 16.953 16.953 16.953 16.953 16.953
0.972 0.972 0.972 0.972 0.972 0.972
Sumber: Hasil Perhitungan
Perencanaan Bangunan Jetty 1. Lebar Alur Untuk lebar alur atau bukaan outlet jetty pada lokasi studi direncanakan dapat dilalui oleh dua jalur lalu lintas kapal ikan dengan bobot 20 GT dengan panjang (Loa) = 15 m, lebar (Boa) = 3,3 m, dan draf (T) = 1,1 m. Dari data tersebut dihitung dimensi lebar alur (Jatmoko,18): Lebar alur ≥ 7,6 × Boa ≥ 7,6 × 3,3 ≥ 25,08 m Lebar alur ≥ 1,5 × Loa ≥ 1,5 × 15 ≥ 22,5 m Diambil yang terbesar, maka syarat lebar alur tidak boleh kurang dari 25,08 m. 2. Kedalaman Alur Pada perencanaan kedalaman alur, freeboard atau ruang kebebasan bersih diambil sedalam 0,9 m. Untuk hitungan kedalaman alur (dn) sebagai berikut: dn = LLWL - draf kapal - freeboard = -0,065 - 1,1 - 0,9 = -2,065 m 3. Panjang Bangunan Untuk pelayaran, jenis jetty yang sesuai adalah jetty panjang dan penempatannya pada ujung luar daerah gelombang pecah. Sesuai arah alur sungai di lokasi studi, jetty direncanakan menghadap ke arah utara. Adapun data yang diketahui: m = 0,0258
db = 6,496 m Maka jarak gelombang pecah terhadap garis pantai: J = 6,496 / 0,0258 = 251,496 m Jadi didapatkan kriteria panjang jetty yang direncanakan yaitu > 251,496 m. 4. Tinggi Bangunan a. Muka Air Laut Rencana Elevasi muka air laut rencana atau design water level (DWL) didapatkan dari persamaan berikut: DWL = HHWL + Wave Setup + Pemanasan Global = 1,455 + 0,933 + 0,240 = + 2,628 m b. Runup Gelombang (Ru) Posisi ujung jetty direncanakan pada kedalaman -8 m. Hi = 2,530 m L0 = 239,239 m tan θ = 1 : 2 tan θ Ir = (H⁄L0 )0,5 0,5 = = 4,862 (2,530⁄239,239)0,5 Dari grafik Irribaren nilai Ru/H = 1,285 Ru = 1,285 × 2,530 = 3,251 m Elevasi puncak = 3,251 + 2,628 + 0,5 = + 6,379 m Tinggi jetty = 6,379 + 8 = 14,379 m
db (m) 1.282 1.637 1.872 2.169 2.389 2.608
5. Stabilitas Unit Lapis Lindung Dalam desain bangunan jetty digunakan struktur tumpukan batu alam. Berikut adalah hasil perhitungannya: Tabel 8. Stabilitas unit lapis lindung untuk bagian kepala jetty Jenis Batu W W/2 W/10 W/15 W/200
Berat Batu (ton) 1.923 0.961 0.192 0.128 0.010
Sumber: Hasil Perhitungan Tabel 9. Stabilitas unit lapis lindung untuk bagian lengan jetty Jenis Batu W W/2 W/10 W/15 W/200
Berat Batu (ton) 1.346 0.673 0.135 0.090 0.007
Sumber: Hasil Perhitungan 6. Dimensi Unit Lapis Lindung Perhitungan dimensi unit lapis lindung disajikan pada tabel berikut: Tabel 10. Dimensi unit lapis lindung untuk bagian kepala jetty Jenis Batu W W/2 W/10 W/15 W/200
V (m3) 0.726 0.363 0.073 0.048 0.004
r (m) 0.557 0.442 0.259 0.226 0.095
D (m) 1.115 0.885 0.517 0.452 0.191
Prediksi Perubahan Garis Pantai 1. Metode Pelnard-Considere Untuk perhitungan majunya garis pantai pada updrift jetty ataupun umur bangunan jetty menggunakan rumus yang dikenalkan Pelnard-Considere (1981) dimana merupakan fungsi dari waktu (t), sudut datang gelombang pecah (αb) dan besarnya transpor sedimen sepanjang pantai per tahun (S0) (Syamsudin, et.al., 2005:20). Adapun hasil perhitungannya disajikan sebagai berikut: Tabel 12. Perhitungan perubahan garis pantai akibat jetty kiri X X 0m 100 m (tahun) Y (m) Y (m) 1 117.054 82.226 2 165.540 129.752 3 202.744 166.219 4 234.108 197.234 5 261.741 224.867 6 286.723 249.849 7 309.696 272.822 8 331.079 294.205 9 351.163 314.288 10 370.158 333.283 11 388.225 351.350 12 405.488 368.613 13 422.045 385.170 14 437.977 401.102 15 453.349 416.475 16 468.217 431.342 17 482.627 445.752 18 496.619 459.744 19 510.227 473.353 20 523.482 486.608 21 536.410 499.535 22 549.033 512.158 23 561.372 524.498 24 573.446 536.572 25 585.271 548.397 Sumber: Hasil Perhitungan t
X 200 m Y (m) 55.325 99.348 134.387 164.452 191.538 216.025 238.544 259.503 279.189 297.808 315.517 332.438 348.668 364.284 379.600 394.468 408.878 422.870 436.479 449.733 462.661 475.284 487.623 499.697 511.522
X 300 m Y (m) 35.535 74.082 107.078 135.648 161.672 185.200 206.836 226.856 246.678 265.298 283.007 299.928 316.157 331.774 346.842 361.415 375.540 389.255 402.594 415.586 428.258 440.631 452.726 464.561 476.152
Sumber: Hasil Perhitungan Tabel 11. Dimensi unit lapis lindung untuk bagian lengan jetty Jenis Batu W W/2 W/10 W/15 W/200
V (m3) 0.508 0.254 0.051 0.034 0.003
r (m) 0.495 0.393 0.230 0.201 0.085
Sumber: Hasil Perhitungan
D (m) 0.990 0.786 0.459 0.401 0.169
Gambar 4. Garis pantai akibat jetty kiri
X 400 m Y (m) 21.722 54.393 84.028 110.651 135.158 157.315 178.558 198.696 217.611 235.501 252.516 268.774 284.368 299.372 314.331 328.905 343.029 356.744 370.083 383.076 395.747 408.121 420.216 432.050 443.641
X 500 m Y (m) 12.603 38.835 64.894 89.204 111.844 133.070 153.445 172.409 190.221 207.222 224.238 240.496 256.089 271.094 285.572 299.574 313.145 326.323 339.140 351.623 363.798 375.687 387.705 399.540 411.131
Tabel 13. Perhitungan perubahan garis pantai akibat jetty kanan t (tahun) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
X 0m Y (m) 173.586 245.487 300.659 347.171 388.149 425.196 459.264 490.974 520.757 548.926 575.718 601.318 625.872 649.498 672.294 694.342 715.712 736.461 756.642 776.298 795.469 814.189 832.487 850.392 867.928
X 100 m Y (m) 145.031 216.933 272.105 318.617 359.595 396.642 430.710 462.420 492.202 520.371 547.164 572.764 597.317 620.943 643.740 665.788 687.157 707.907 728.088 747.744 766.915 785.634 803.933 821.838 839.374
X 200 m Y (m) 119.798 190.276 244.356 290.062 331.040 368.087 402.155 433.865 463.648 491.817 518.609 544.209 568.763 592.389 615.185 637.233 658.603 679.352 699.533 719.189 738.360 757.080 775.378 793.283 810.819
X 300 m Y (m) 97.789 165.506 219.181 264.772 304.939 341.252 374.646 405.728 435.093 463.262 490.055 515.655 540.208 563.834 586.631 608.679 630.048 650.798 670.979 690.635 709.806 728.525 746.824 764.729 782.264
X 400 m Y (m) 78.854 143.607 195.568 239.597 279.763 316.077 349.471 380.553 409.745 437.357 463.619 488.712 512.779 535.937 558.282 580.124 601.494 622.243 642.424 662.080 681.251 699.971 718.269 736.174 753.710
X 500 m Y (m) 62.768 123.849 173.670 217.476 256.069 290.959 324.295 355.377 384.570 412.182 438.444 463.537 487.604 510.762 533.107 554.719 575.665 596.004 615.785 635.052 653.843 672.192 690.129 708.122 725.155
= Garis pantai awal (tahun 2015) a. Perubahan garis pantai kondisi tanpa bangunan 20400801 0000
Gambar 6. Garis pantai kondisi tanpa bangunan tahun 2040 Sumber: Hasil Simulasi b. Perubahan garis pantai kondisi dengan jetty 20400801 0000
Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 5. Garis pantai akibat jetty kanan 2. Program GENESIS-CEDAS GENESIS adalah salah satu program yang digunakan untuk menyimulasikan perubahan garis pantai yang utamanya disebabkan oleh gelombang. Pada studi ini garis pantai disimulasi untuk 25 tahun mendatang dan hasil akhirnya terdiri dari tiga kondisi yaitu:
Gambar 7. Garis pantai kondisi dengan jetty tahun 2040 Sumber: Hasil Simulasi c. Perubahan garis pantai kondisi dengan jetty dan groin 20400801 0000
Keterangan: 20150920 0000
20150920 0000
= Laut = Daratan 20150920 0000
= Arah utara
Gambar 8. Garis pantai kondisi dengan jetty dan groin tahun 2040 Sumber: Hasil Simulasi
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dari hasil pembangkitan gelombang diketahui gelombang yang dominan dari arah barat dengan persentase 35,753 %. Adapun rincian tinggi gelombang signifikan untuk tiap arah: Utara : 5,531 m Timur Laut : 5,613 m Barat Laut : 4,483 m Timur : 5,263 m Barat : 2,021 m 2. Berdasarkan perhitungan, didapatkan dimensi lebar alur sebesar 62 m terhadap rencana kapal ikan 20 GT dengan kedalaman alur elevasi -2,065 m. Sedangkan panjang jetty ditentukan sebesar 600 m pada kedua jetty dengan tinggi ujung jetty 14,379 m. Selanjutnya didapatkan stabilitas dan dimensi unit lapis lindung ujung jetty sebagai berikut: Jenis batu penyusun : batu alam/ batu pecah Berat batu (W) : 1,923 ton Lebar puncak : 3,100 m Tebal lapisan puncak : 2,067 m n batu per 10 m2 : 18 butir 3. Prediksi perubahan garis pantai metode Pelnard-Considere untuk jetty kiri sepanjang 600 m akan penuh sekitar 25 tahun setelah dibangun, sedangkan jetty kanan sekitar 10 tahun setelah dibangun. Namun dari program GENESIS-CEDAS menunjukkan garis pantai cenderung mengalami kemunduran sebelum ada jetty, tetapi setelah adanya jetty, kemunduran garis pantai lebih berkurang. Bahkan ketika dibangun groin, garis pantai cenderung stabil. Saran 1. Perlu perencanaan groin lebih lanjut yang disimulasikan pada GENESIS-
CEDAS, karena jika penempatannya tepat bisa menambah usia guna jetty dan membuat muara Kuala Beuracan lebih stabil. 2. Perlu monitoring berkala ketika jetty sudah dibangun. 3. Perlu kalibrasi pada running GENESIS-CEDAS untuk mencari koefisien yang tepat sebagai dasar simulasi perubahan garis pantai dengan harapan hasilnya mendekati kondisi lapangan. 4. Untuk penyempurnaan desain, diperlukan simulasi kombinasi groin dan tembok laut. DAFTAR PUSTAKA Jatmoko, H. Konstruksi Jetty (Sebagai Alternatif Penanganan Muara Sungai). Jakarta: PT Medisa. Kementerian PU. 2010. Modul Peningkatan Kemampuan Perencanaan Teknis Pengamanan Pantai. Jakarta: Direktorat Rawa dan Pantai Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum. Syamsudin, Yuwono, N. & Azhar, R.M. 2005. Pd T-06-2005-A: Perencanaan Jeti Tipe Rubble Mound untuk Penanggulangan Penutupan Muara Sungai oleh Sedimen. Bandung: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum. Triatmodjo, B. 2008. Teknik Pantai. Yogyakarta: Beta Offset. Yuwono, N. 1992. Dasar-Dasar Perencanaan Bangunan Pantai. Yogyakarta: Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.