SUMUR ZAMZAM

Download 5 Nov 2010 ... zamzam. Salah satu mukjizat yang tak bisa diingkari dari sumur air zamzam ini adalah airnya ... se lama bertahun-tahun, air ...

0 downloads 350 Views 252KB Size
jurnal

“Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya, (disediakan) pembalasan yang baik. Dan orang-orang yang tidak memenuhi seruan Tuhan, sekiranya mereka mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi dan (ditambah) sebanyak isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan kekayaan itu. Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang buruk dan tempat kediaman mereka ialah neraka Jahannam dan itulah seburukburuknya tempat kediaman.

haji

(QS Ar Ra’d (13): 18)

REPUBLIKA

1431 H

28 Jumat, 5 November 2010 28 DZULQAIDAH 1431 H

Sumur Zamzam

Airnya tak Pernah Kering Oleh Yasmina Hasni

Setiap tahun, jutaan kubik air zamzam dimanfaatkan jamaah haji.

R

asanya, tidak ada satu pun umat Muslim yang tak mengetahui air zamzam. Salah satu mukjizat yang tak bisa diingkari dari sumur air zamzam ini adalah airnya yang tak pernah mengering. Sejak zaman Nabi Ibrahim AS hingga kini, air di sumber air ini masih saja melimpah. Padahal, jutaan orang telah memanfaatkan air tersebut. Lebih dari itu, rasa air zamzam juga berbeda dengan air yang ada di daerah lain. Rasanya lebih segar dibanding air tersegar dari negeri mana pun. Yang paling menakjubkan, meski disimpan selama bertahun-tahun, air zamzam ini tidak akan berlumut. Karena itu, pada setiap musim haji, banyak jamaah menjadikan air zamzam sebagai salah satu oleh-oleh yang wajib dibawa pulang. Namun, bagaimana sebenarnya sejarah air zamzam? Berbagai hadis sahih menyebutkan bahwa sumur zamzam berawal dari satu peristiwa yang dialami Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim, dan anaknya yang masih menyusui, Ismail AS. Alkisah, Siti Hajar dan anaknya, Ismail, ditinggalkan sendirian oleh

suaminya, Ibrahim AS, di salah satu tempat di Makkah. Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail di tempat itu karena harus melaksanakan perintah Allah. Suatu saat, bekal kurma dan air yang ditinggalkan Nabi Ibrahim untuk istri dan anaknya habis. Nabi Ismail yang saat itu masih balita menangis terus-menerus karena dahaga. Siti Hajar yang tak tega melihat putranya dalam keadaan seperti itu menjadi panik dan berlari ke puncak Bukit Safa dan Marwah. Dalam kondisi seperti itu, malaikat Jibril yang diutus Allah SWT menemui Siti Hajar. Jibril kemudian mengais tanah yang dipijaknya, sehingga memancarlah air yang disebut air zamzam. Dari segi keutamaan air zam-zam, sebagian ulama telah mengumpulkan berbagai fadilah. Mereka menyebutkan air zamzam dengan berbagai julukan. Misalnya, air surga (maa’ul-jannah) karena penuh berkah dan manfaat; pencuci kalbu karena malaikat Jibril mencuci kalbu Rasulullah dengan air ini; air berkah karena Rasulullah SAW senang meminumnya; serta air penyembuh karena diyakini bisa menyembuhkan penyakit hati ataupun penyakit jasmani. Dari sisi geologis, sumber air zamzam ini masuk kategori sumur gali dengan kedalaman sekitar 30,5 meter. Hingga kedalaman 13,5 meter dari permukaan tanah, lubang sumur merupakan lapisan aluvium Wadi Ibrahim. Lapisan ini diperkirakan berasal dari endapan pasir yang awalnya ada di tempat lain. Di bawah lapisan aluvial Wadi Ibrahim, terdapat setengah meter lapisan

BIMBINGAN HAJI

Dam Oleh Yasmina Hasni

am bisa dikatakan merupakan fasilitas yang diberikan Allah terhadap para jamaah haji. Dengan membayar dam, seseorang yang melaksanakan haji tetap akan dianggap sah ibadah hajinya meski melanggar ketentuan-ketentuan yang ada dalam rukun haji. Namun, bagaimana bila seseorang sengaja tidak melaksanakan ketentuan rukun haji karena memiliki uang dan sanggup membayar dam? “Na’udzubillah min dzalik. Itu ngga betul,” kata ustaz Farid Uqbah. Menurutnya, orang yang dengan sengaja dan gamblang menolak melaksanakan rukun haji karena memiliki banyak uang untuk membayar dam adalah tidak sah hajinya. Dia menyebutkan, perilaku demikian adalah perilaku sombong yang menantang Allah. Mentang-mentang punya uang banyak, kemudian menolak melaksanakan rukun haji. “Memangnya uang yang dia kuasai itu milik siapa? Itu hanya titipan Allah,” tegasnya. Karena itu, meski jamaah tersebut membayar damnya, dia tetap berdosa dan ibadah hajinya tidak sah. Perilaku tersebut, menurut Ustaz Farid Uqbah, merupakan perilaku ingkar yang berbahaya bagi dirinya sendiri. Hal tersebut, kata dia, jelas berbeda dengan orang yang melanggar karena kelemahan atau ketidaktahuan. Dia menyebutkan, dalam pelaksanaan ibadah haji, Allah memang memberi beberapa kemudahan bagi hamba-Nya dengan fasilitas dam. Kewajiban membayar dam ini diberikan pada jamaah yang melaksanakan haji tamattu dan haji qiran. Mereka wajib membayar dam atau menyembelih hadyu (sejenis domba). Selain itu, fasilitas membayar dam juga diberikan pada jamaah yang melanggar atau meninggalkan salah satu rukun haji. Namun, harus ada alasan kuat sehingga jamaah tersebut meninggalkan salah satu rukun haji atau melanggar ketentuan haji. Antara lain karena alasan ketidaktahuan, sakit, renta, dan faktor-faktor lain yang memaksa jamaah tersebut melanggar kewajiban itu. Terkait masalah dam ini, Ustaz Farid Uqbah menyebutkan, para ulama sepakat bahwa seseorang yang menunaikan ibadah haji akan dikenakan dam apabila melanggar ketentuan ihram, memilih melakukan

D

haji qiran atau tamattu, tidak ihram dari miqat, tidak mabit di Muzdalifah, tidak mabit di Mina, tidak melontar Jumrah, dan tidak melakukan tawaf wada. Jenis dam itu sendiri ada empat macam. Pertama, dam takhyir ta’dil, yakni membayar dam untuk kesalahan melakukan salah satu dari dua perkara, antara lain, memburu binatang darat yang boleh dimakan dagingnya atau menebang, memotong, dan mencabut tanaman di Tanah Suci. Dendanya adalah memotong seekor hadyu (kambing) atau memberi fidyah kepada fakir miskin senilai satu kambing atau berpuasa selama 10 hari. Kedua, dam takhyir takdir, yakni membayar denda karena melakukan salah satu dari larangan-larangan mencabut rambut atau bulu badan, mengenakan pakaian terlarang sewaktu ihram, memakai minyak wangi pada rambut atau jenggot, memakai wewangian pada badan atau pakaian, dan bersetubuh sebelum tahalul kedua. Dam yang dikenakan terhadap pelanggaran tersebut adalah memotong seekor kambing atau memberi makan fakir miskin senilai kambing itu atau berpuasa selama 10 hari. Ketiga, dam tartib ta’dil, yaitu membayar denda karena bersetubuh dengan istri sebelum tahalul, yaitu dengan menyembelih seekor unta atau 7 ekor kambing atau memberi makan fakir miskin senilai satu unta atau berpuasa selama 10 hari. Terakhir, adalah dam tartib takdir, yakni membayar denda karena melakukan salah satu perkara–perkara sebagai berikut. Antara lain, melakukan haji tamattu atau qiran, tidak melakukan wukuf di Arafah, tidak melontar jumrah, tidak mabit di Muzdalifah, tidak mabit di Mina, tidak ihram di miqat, tidak melakukan tawaf wada, dan tidak memenuhi nazar yang diikrarkan. Bila melakukan salah satu pelanggaran tersebut, dam yang wajib ditunaikan adalah memotong seekor kambing atau memberi makan fakir miskin senilai kambing itu atau berpuasa selama 10 hari. Seperti diriwayatkan dari Abdurrahman bin Abi Laila dari Ka’ab bin ‘Ujrah, bahwa Rasulullah SAW mengunjunginya ketika tahun Hudaibiyah. Beliau bertanya, “Apakah kutu di kepalamu itu mengganggumu?” Jawabku, “Iya.” Beliau lalu bersabda, “Cukurlah rambutmu, lalu sembelihlah seekor kambing, atau berpuasalah tiga hari, atau berilah makan tiga sha’ kurma untuk enam orang fakir miskin.” (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud). ■ ed: eko widiyatno

SAPTONO/ANTARA

tanah yang menjadi tempat utama keluarnya air-air di sumur zamzam. Kemudian, di kedalaman 17 meter, sumur ini menembus lapisan batuan keras, yaitu batuan beku diorit. Batuan beku jenis ini (diorit) agak jarang dijumpai di Indonesia atau di Jawa, tetapi sangat banyak dijumpai di Jazirah Arab. Pada bagian atas batuan ini, terdapat rekahan-rekahan yang juga memancarkan air sangat banyak. Dulu ada yang menduga rekahan ini menuju laut Merah. Tetapi, tidak ada laporan geologi yang menunjukkan hal itu. Belakangan diketahui, rekahan tersebut ada yang memanjang ke arah Hajar Aswad di sudut tenggara Ka'bah dengan panjang 75 cm dengan ketinggian 30 cm, juga beberapa rekahan kecil ke arah Shafa dan Marwah.

Keterangan geometris lainnya, celah sumur ada di bawah tempat thawaf sepanjang 1.56 meter. Menurut SGS (Saudi Geological Survey), Kota Makkah memang berada di lembah berupa cekungan. Namun luas cekungan yang menjadi daerah tangkapan air hujan, ternyata hanya seluas 60 km persegi. Daerah tangkapan hujan seluas ini, tak sebanding dengan kapasitas dan debit air yang dihasilkan sumur zam-zam. Dengan demikian, masih belum bisa diperkirakan dari mana sebenarnya air zamzam ini berasal. Dari hasil uji pemompaan, sumur zamzam yang memiliki diameter 1,46 hingga 2,66 meter ini mampu mengeluarkan air sebanyak 11–18,5 liter per detik. Setiap menitnya, air yang dikelu-

arkan dapat mencapai 660 liter per menit atau 40.000 liter per jam. Dalam uji tersebut, para ahli geologi melakukan pemompaan air zamzam sebanyak 8.000 liter per detik selama lebih dari 24 jam. Dari pemompaan sebesar itu, tinggi permukaan air sumur turun dari kedalaman 12,72 meter menjadi 13,39 meter dari permukaan tanah. Namun, ketinggian air kemudian berhenti merosot. Bahkan, air kembali naik ke kedalaman semula setelah 11 menit pemompaan dihentikan. Dari hal ini, bisa disimpulkan bahwa air zamzam sepertinya tak akan pernah kering. Sejauh ini, sudah banyak kebijakan yang diambil Pemerintah Arab Saudi untuk memelihara sumur zamzam. Salah satunya membentuk badan khusus pengelolaan air zamzam pada 1415 H (1994). Sepertinya, Pemerintah Arab Saudi menyadari bahwa air zamzam memang memang merupakan berkah dari Allah. Namun manusia ang memanfaatkannya, tetap harus memelihara berkah tersebutºsumur ini. Apalagi saat ini banyak sekali gedung-gedung baru yang dibangun di sekitar Masjidil Haram yang bisa saja brpengaruh pada kelestarian air zamzam, Untuk kebutuhan minum penduduk Makkah, air diambil dari sumber mata air zamzam. Namun, untuk keperluan mandi, air diambil dari hasil penyulingan air laut. Sedangkan, untuk melayani para jamaah haji, Pemerintah Arab Saudi telah membangun tangki penampungan air zamzam berkapasitas 15.000 meter kubik yang bersambung dengan tangki lain di bagian atas Masjidil Haram. ■ ed: eko widiyatno