SUPLEMENTASI TEPUNG DAUN KELOR

Download sub-cutaneous fat and cholesterol contents of the broiler meats, which feed by the supplemented ration. ... tepung daun kelor pada ransum d...

0 downloads 696 Views 47KB Size
SUPLEMENTASI TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oliefera) PADA RANSUM UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DAGING AYAM BROILER Supplementation of Moringa Leaves Powder (Moringa Oleifera ) in Ration to Improve the Quality of Broiler Meat Y. Tonga, N.K. Mardewi, N.K.E. Suwitari, N.K.S. Rukmini, N.M.G.R. Astiti, dan I.G.A.D.S. Rejeki Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa Denpasar

ABSTRACT Guaranteed broiler meat in term of health aspect is necessary currently. Fat and cholesterol contents on broilers are one of quality aspects that should be considered, in which high fat and cholesterol levels would give direct impact on the health of the consumer. Therefore efforts to reduce fat and cholesterol levels of broiler meat are considered to be important. One of alternative that could be carried is by supplementing Moringa leaves powder to the chicken ration. Active substances contained by Moringa leaves are expected reduce the fat and cholesterol levels. This research aimed to measure carcass weight, carcass percentage, sub-cutaneous fat and cholesterol contents of the broiler meats, which feed by the supplemented ration. The reasearch used 60 strain CP 707 broiler chickens in age of 2 weeks, for 5 weeks. The research applied RAL method with 5 treatments and 4 repetitions. Those treatments are feeding chickens without Moringa leaves powder supplementation (P0), feeding with 3% Moringa leaves powder supplementation (P1), feeding with 6% Moringa leaves powder supplementation (P2), feeding with 9% Moringa leaves powder supplementation (P3) and with 12% moringa leaves powder supplementation (P4). Each treatment was repeated 4 times,in which each repetition consisted of 3 broiler chickens. The research lasted for five weeks. The variables that were measured were carcass weight, carcass percentage, sub-cutaneous fat and cholesterol content of the meat. Base on result of the research, it could be concluded that supplementation of Moringa leaves powder to the ration could reduce sub-cutaneous fat content of upper thigh and cholesterol of the meat, but did not reduce the weight and percentage of the carcasses. From the research, it could be suggested that research which aimed to lower the fat and cholesterol content of broiler meat may use 12% Moringa leaf meal as the supplement. Keywords : Broilers, meat quality, moringa leaf meal ABSTRAK Saat ini, dibutuhkan daging ayam broiler yang terjamin aspek kesehatannya; kandungan lemak dan kolesterol daging ayam broiler merupakan salah satu aspek kualitas yang perlu diperhatikan, kandungan lemak dan kolesterol yang tinggi akan berdampak langsung terhadap kesehatan konsumen. Upaya menurunkan lemak dan kolesterol pada daging ayam broiler perlu mendapat perhatian.Salah satu alternatif adalah dengan suplementasi tepung daun kelor pada ransum ayam broiler. Zat aktif yang terdapat dalam daun kelor diharapkan dapat menurunkan kadar lemak dan kolesterol daging. Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur berat karkas, persentase karkas, kandungan lemak sub kutan dan kolesterol daging yang disuplementasi tepung daun kelor pada ransum. Penelitian menggunakan 60 ekor ayam broiler strain CP 707 umur 2 minggu, selama 5 minggu.Metode yang digunakan adalah RAL dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan tersebut adalah tanpa 45

Tonga, dkk.

suplementasi tepung daun kelor pada ransum (P0), suplementasi 3% tepung daun kelor (P1), suplementasi 6% tepung daun kelor (P2), suplementasi 9% tepung daun kelor (P3) dan suplementasi 12% tepung daun kelor (P4). Setiap perlakuan diulang 4 kali dan setiap ulangan terdiri atas 3 ekor ayam broiler.Penelitian berlangsung selama 5 minggu. Variabel yang diukur adalah berat karkas, persentase karkas, kandungan lemak sub kutan dan kandungan kolesterol daging. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa suplementasi tepung daun kelor pada ransum dapat menurunkan kandungan lemak sub kutan paha atas dan kolesterol daging, namun tidak menurunkan berat dan persentase karkas ayam broiler. Dari hasil penelitian, dapat disarankan bahwa penelitian dengan tujuan menurunkan kandungan lemak dan kolesterol daging ayam broiler dapat menggunakan 12% tepung daun kelor sebagai suplementasi. Kata kunci: Ayam broiler, kualitas daging, tepung daun kelor PENDAHULUAN Kandungan lemak kolesterol daging ayam broiler merupakan salah satu aspek kualitas yang perlu diperhatikan . Kandungan lemak dan kolesterol yang tinggi akan berdampak langsung terhadap kesehatan konsumen, sehingga pada saat ini dibutuhkan ayam broiler yang terjamin aspek kesehatannya. Keadaan seperti itulah yang menyebabkan perlunya suatu penelitian yang menghasilkan daging ayam broiler dengan, kandungan lemak dan kolesterol yang rendah. Tepung daun leguminosa mulai banyak dicoba,dan hal ini merupakan alternatif yang baik sebagai pakan ternak karena,ketersediaannya banyak dan harganya murah. Salah satu tanaman leguminosa yang berpotensi sebagai pakan ternak,adalah tanaman kelor (Moringa oleifera). Tanaman kelor (Moringa oleifera) adalah tanaman perdu dari family Moringaceae yang banyak dijumpai di Indonesia sebagai tanaman pagar dan mempunyai manfaat yang luas.Semua bagian dari tanaman baik daun, bunga maupun akar dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan dan obat-obatan. Dunia ilmu pengetahuan mengakui bahwa,untuk saat ini, kelor merupakan tanaman paling kaya nutrisi, mengandung lebih banyak dan lebih padat vitamin,mineral, antioksidan kuat tertinggi,asam amino essensial lengkap dan ditambah senyawa lain yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita (Mardiana, L,2012).Kelor sarat dengan fitonutrien,fitonutrien merupakan nutrisi nabati yang diyakini memiliki efek mendukung kesehatan.Kelor telah lama digunakan untuk memerangi penyakit kardiovaskuler dan obesitas, kolesterol, merupakan elemen penting dalam membangun dan memperbaiki selsel dalam tubuh(Kurniasih, 2012) menyatakan terjadi penurunan yang signifikan dalam kadar kolesterol jahat pada tikus, saat serbuk kelor ditambahkan ke dalam makanan normal tikus sehari-hari. Pada penelitian tersebut juga disebutkan, pemberian daun kelor berdampak sangat nyata pada menurunnya kadar kolesterol secara keseluruhan. Pengurangan secara keseluruhan kadar kolesterol dalam darah memiliki efek langsung pada pengurangan kemungkinan penyakit jantung. Bahkan pengurangan kadar kolesterol jahat sebanyak 25% dapat menghasilkan pengurangan tingkat serangan jantung, stroke dan kolesterol lainnya yang berhubungan dengan penyakit sebanyak 50%. Penelitian mengenai pemanfaatan daun kelor juga telah dilakukan oleh Astuti, dkk (2005) serta Analysa, L (2007) yang melakukan penelitian mengenai penggunaan tepung daun kelor dalam pakan terhadap berat organ dalam, glukosa darah dan kolesterol darah ayam pedaging. Daun kelor dapat digunakan sebagai suplementasi untuk meningkatkan produktivitas ternak domba dan sapi perah (Muro, et.al, 2003 dan Soetanto, dkk, 2005). Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian mengenai suplementasi tepung daun kelor pada ransum komersial ayam broiler terhadap berat karkas, persentase karkas dan kualitas daging. 46

Seminar Nasional Peternakan 2, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, 25 Agustus 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat suplementasi tepung daun kelor (Moringa oleifera) pada ransum komersial terhadap berat karkas, persentase karkas, kandungan lemak subkutan dan kolesterol daging ayam broiler. MATERI DAN METODE Rancangan penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Kelima perlakuan tersebut adalah Ayam yang diberikan pakan tanpa penambahan tepung daun kelor sebagai control (P0), ayam yang diberikan tepung daun kelor sebanyak 3% (P1), Ayam yang diberikan tepung daun kelor sebanyak 6% (P2), ayam yang diberikan daun kelor sebanyak 9% (P3) dan Ayam yang diberikan tepung daun kelor sebanyak 12% (P4). Setiap ulangan (unit percobaan) menggunakan 3 ekor ayam broiler berumur 2 minggu dengan berat badan homogen. Lokasi dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Banjar Raden, Desa Baru, Kecamatan Tabanan, penelitian ini dilakukan selama 5 minggu.

Marga, Kabupaten

Bahan dan alat Ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam broiler strain CP-707 yang berumur 2 minggu yang dibeli dari UD Setia ternak yang berlokasi di Tabanan. Ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah 60 ekor dengan berat badan yang hamper homogen. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari terpal, yang digunakan untuk menjemur daun kelor, plastic strimin untuk menutup daun kelor yang dijemur agar tidak tertiup oleh angin, blender untuk menghancurkan daun kelor menjadi tepung, baskom untuk menampung daun kelor yang telah diblender, ayakan untuk mengayak daun kelor, label harga sebagai penanda daun kelor yang akan digunakan sesuai dengan perlakuan, timbangan elektrik atau digital merek Tanita dengan kapasitas 5000 g, dengan kepekaan 1 g yang digunakan untuk menimbang ayam, timbangan duduk merek Nagami berkapasitas 10 kg dengan kepekaan 50 kg, yang digunakan untuk menimbang pakan, alat tulis, plastik lembaran untuk mencampur pakan dengan tepung daun kelor, tempat pakan dan tempat air minum, thermometer, dan alat-alat bedah. Pelaksanaan penelitian Kandang dan perlengkapan Kandang yang digunakan dalam penelitian adalah kandang dengan sistem battery bertingkat sebanyak 20 petak kandang. Tiap petak kandang berukuran panjang 45 cm, lebar 45 cm, dan tinggi 45 cm, tinggi kandang dari tanah 30 cm, masing-masing berisi 3 ekor ayam. Kandang tersebut terbuat dari bilah-bilah, kayu, setiap kandang dilengkapi dengan tempat makan yang terbuat dari pipa paralon sepanjang 30 cm dan tempat minum dan sebagai penerangan di malam hari digunakan lampu pijar 10 watt. Di bawah kandang digunakan plastik untuk menampung kotoran ayam yang jatuh, plastik dibersihkan setiap hari agar kesehatan ayam tetap terjaga dari bau amoniak yang dihasilkan oleh kotoran ayam.

47

Tonga, dkk.

Ransum dan Air Minum Ransum yang digunakan dalampenelitian adalah ransum komersial untuk ayam broiler fase starter yang diproduksi oleh PT. Charoen Pokphand Indonesia yang disuplementasi tepung daun kelor. Pemberian ransum dilakukan 3 kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Pemberian air minum dilakukan secara adlibitum.Air minum berasal dari air PDAM setempat.Komposisi nutrisi ransum penelitian disajikan pada Tabel 2.1 Tabel 1. Komposisi nutrisi ransum perlakuan Zat-zat Nutrisi ME (kkal/kg) Protein (%) Lemak (%) Kalsium(%)4) Phospor (%) Abu (%) Kadar Air (%) Serat Kasar (%)

P0 29001) 21,0023,00 5,00 0,90 0,60 7,00 13 5,00

P1 2939,55 21,89

Perlakuan P2 2979,09 22,78

P3 3018,64 23,67

P4 3058,18 24,56

5,22 0,96 7,30 13,23 5,27

5,44 1,02 7,61 13,45 5,53

5,67 1,08 7,91 13,68 5,81

5,9 1,14 8,22 13,9 6,08

Standar² 280021-23 5-8 0,9-1,1 0,7-0,9 3-5 5-5,5

Keterangan: 1) Brosur pakan PT. Charoen Phokphan Indonesia 2) Berdasarkan perhitungan Scott et.al (1982) 3) Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI-1995) 4) Kalsium di ambil dari Funglie (2001)

Pembuatan tepung daun kelor Daun kelor yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari sekitar rumah penduduk di daerah Sumerta Kelod, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar. Daun Kelor yang diperoleh dipisahkan dari tangkainya kemudian dijemur, sampai kering, setelah kering daun kelor dihaluskan dengan cara diblender. Setelah diblender daun kelor diayak untuk mendapatkan tepung daun kelor. Tepung daun kelor siap dicampurkan pada ransum ayam broiler. Tabel 2. Nutrisi tepung daun kelor Komposisi Protein Kasar (%) Lemak Kasar (%) Serat Kasar (%) Abu (%) BETN (%) Energy Metabolis*(Kkal.kg) Sumber:

-

Nutrisi (%) 29,61 7,48 8,98 10,13 43,80 1318,20

Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Brawijaya, Malang (2007) Energi Metabolis estimasi dari 70% GE menurut Patrick and Schaible (1980)

Pengacakan Ayam Dari 100 ekor ayam yang dipersiapkan, terlebih dahulu ditimbang untuk mencari ratarata berat badannya, kemudian dicari 60 ekor ayam yang mendekati berat badan rata-rata. 48

Seminar Nasional Peternakan 2, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, 25 Agustus 2016

Setelah itu 60 ekor ayam yang terpilih diletakkan secara acak di dalam unit-unit percobaan. Setiap unit percobaan diisi dengan 3 ekor ayam yang beratnya homogen. Pencampuran Ransum Pencampuran ransum dilakukan seminggu sekali, bahan yang akan digunakan ditimbang sesuai dengan keperluan, dilanjutkan dengan pencampuran ransum. Pencampuran dimulai dengan bahan yang jumlahnya paling banyak kemudian diikuti dengan yang lebih sedikit, demikian seterusnya sampai bahan yang beratnya paling sedikit. Setelah selesai dilakukan pencampuran ransum dimasukakn ke dalam kantong plastic yang telah berisi kode sesuai dengan perlakuan. Pencegahan Penyakit Seminggu sebelum penelitian dimulai, kandang sudah didesinfektan dengan biocid. Pada umur 2 hari anak ayam diberikan moxicolgyn HC sebagai antibiotic dan mediavit sebagai vitamin dengan dosis 1 sendok teh untuk dua liter air minum. Pemberian antibiotik dimaksudkan untuk mencegah infeksi bakteri pada saluran pencernaan, sedangkan pemberian vitamin untuk memperbaiki dan mempertahankan fungsi fisiologis. Vaksinasi dilaksanakan pada hari ke lima dengan vaksin ND melalui tetes mata dengan tujuan mencegah serangan penyakit tetelo (New Castle Deasease). Vaksinasi kedua dilaksanakan pada umur 14 hari dengan vaksin gumboro. Pengambilan Sampel Pada akhir peneleitian ayam dipuasakan selama 12 jam kemudian ditimbang Setiap unit perlakuan yang terdiri dari 3 ekor ayam hanya diambil 1 ekor yang beratnya mendekati berat rata-rata. Jadi keseluruhan ada 20 ekor sampel, selanjutnya ayam dipotong, dikeluarkan darah, saluran pencernaan dan dihilangkan bulunya, kaki bagian bawah dan kepalanya sehingga didapatkan karkasnya. Karkasnya kemudian ditimbang.Setelah itu dipisahkan lemak subkutannya dan daging dadanya.Daging dada kemudian dioven sampai kering dihaluskan dan dianalisis kandungan kolesterolnya. Variabel Pengamatan - Karkas ayam adalah hasil pemotongan ayam setelah dipisahkan dari darah, bulu, kaki, kepala dan organ dalam, kecuali jantung, hati dan empedal (Basyaf, 1995). - Persentase karkas, dihitung dengan membagi bobot karkas dengan bobot hidup dikalikan 100%. - Lemak subkutan / bawah kulit dicari dengan cara memisahkan bagian daging, tulang dan kulit bagian dada, paha atas dan paha bawah, kemudian ditimbang. - Kandungan kolesterol daging (mg/100 g) adalah angka yang menunjukkan kandungan kolesterol daging dada pada periode tertentu yang dinyatakan dalam mg/100 g (Piliang dan Djojosoebagio, 1990).

Analisis Statistik Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis menggunakan sidik ragam dari Rancangan Acak Lengkap (RAL). Apabila terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) diantara perlakuan, dilanjutkan dengan uji jarak berganda dari Duncan (Steel dan Torrie, 1991).

49

Tonga, dkk.

HASIL DAN PEMBAHASAN Suplementasi tepung daun kelor (Moringa oleifera) pada ransum ayam broiler, tidak memberikan pengaruh nyata pada berat karkas dan persentase karkas antar perlakuan.Walaupun terjadi kecenderungan penurunan. Hal ini diduga disebabkan oleh berat badan akhir dan berat potong yang tidak berbeda nyata. Berat badan akhir dan berat potong akan mempengaruhi berat karkas. Hal ini sesuai dengan pendapat dari North (1992) bahwa, berat karkas dipengaruhi oleh berat ayam yang dipotong. Sedangkan persentase karkas berkaitan erat dengan berat karkas, sehingga suplementasi tepung daun kelor pada ransum juga tidak menurunkan persentase karkas ayam broiler. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar, dkk (1992), bahwa persentase karkas ayam pedaging bervariasi antara 6575% dari bobot badan. Suplementasi 12% tepung daun kelor (Moringa oleifera) pada ransum ayam broiler dapat menurunkan kandungan lemak sub-kutan paha atas, nyata berbeda dengan suplementasi 3%, 6% dan 9%. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kandungan serat kasar pada ransum P4 lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Konsumsi serat kasar yang lebih tinggi akan berpengaruh terhadap lemak yang dihasilkan. Bidura (1996) menyatakan, dengan adanya serat kasar laju aliran ransum akan meningkat, penyerapan lemak dalam usus dihambat oleh serat kasar sehingga lebih sedikit dapat diserap dalam tubuh. Sebaliknya, terjadi peningkatan lemak yang dikeluarkan melalui feses sehingga kandungan lemak tubuh semakin berkurang. Tabel 3

Suplementasi tepung daun kelor (Moringa oleifera) pada ransum terhadap berat karkas, persentase karkas, kandungan lemak subkutan dan kolesterol daging ayam broiler.

Variabel Berat karkas (g) Persentase Karkas (%) Lemak Subkutan Paha Atas (g) Lemak Subkutan Paha Bawah (g) Lemak Subkutan Dada (g) Kolesterol Daging Keterangan

Perlakuan P2 P3 a 1053,75 1002,75a 68,96a 67,79a

P0 1051,25a 68,30a

P1 1102a 68,61a

31,05a

24,00a

23,75a

15,00a

14,75a

37,05a 133,26a

SEM

P4 977,25a 69,81a

45,74 6,29

20,75a

13,75b

3,60

14,00a

13,25a

13,25a

1,91

30,05a

28,00a

25,25a

22,00a

1,91

113,65b

97,31c

80,09e

82,27d

0,76

= Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05).

Kandungan kolesterol daging dari ayam broiler yang disuplementasi tepung daun kelor nyata mengalami penurunan (P<0,05) pada semua level. Menurut Piliang dan Djojosoebagio (1990), kadar kolesterol dipengaruhi oleh jumlah lemak dalam pakan dan metabolismenya. Sedangkan kandungan lemak ransum yang disuplementasi tepung daun kelor lebih tinggi dari pada kandungan lemak ransum control, namun kolesterol yang dihasilkan lebih rendah dari kontrol Hal ini diduga karena antioksidan dalam tepung daun kelor (Moringa ofeifera) menyebabkan sintesis kolesterol dari tubuh melalui konversi oleh hati menjadi asam empedu lebih banyak, sehingga absorbsi kolesterol dijejunum sedikit dan kadar kolesterol daging menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat Kurniasih (2012) bahwa Betasitosterol adalah komponen dalam kelor yang dapat membantu mengatasi masalah kolesterol. Karena senyawa ini bagian dari keluarga sterol.Struktur Beta-Sitosterol cukup 50

Seminar Nasional Peternakan 2, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, 25 Agustus 2016

serupa dengan kolesterol.Sehingga dapat mengelabui tubuh untuk memblokir penyerapan kolesterol jahat dari makanan. KESIMPULAN DAN SARAN Suplementasi tepung daun kelor (Moringa oleifera) sebanyak 12% pada ransum dapat meningkatkan kualitas daging tanpa menurunkan berat dan persentase karkas ayam broiler. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disarankan pemeliharaan ayam broiler untuk tujuan menurunkan kandungan lemak subkutan dan kolesterol daging, dapat menggunakan 12% tepung daun kelor sebagai suplementasi pada ransum. DAFTAR PUSTAKA Astuti. D. A. D. R, Ekastuti dan Firdaus, 2005, Manfaat Daun Kelor (Moringa oleifera Lam) Sebagai Pakan Ayam Pedaging. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Usaha Peternakan Berdaya Saing di Lahan Kering, Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada–Yogyakarta. Analiysa. L. 2007. Efek Penggunaan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) dalam Pakan Terhadap Berat Organ Dalam, Glukosa Darah Dan Kolesterol Darah Ayam Pedaging. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya –Malang. Funglie. 2001. The Moringa Tree. The Multiple Atributes of Moringa, EWS. Dakar, Sinegal. Kurniasih. 2012. Khasiat dan Manfaat Daun Kelor untuk penyembuhan berbagai penyakit.. Cetakan Pertama Pustaka Baru Press, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Mardiana, L. 2013. Daun Ajaib Tumpas Penyakit, Kanker, Diabetes, Ginjal, Hepatitis, Kolesterol dan Jantumg. Cet.4. Penebar Swadaya, Jakarta. Muro, J. K, V. R. M. Muhikambele, S. V. Sarwatt. 2003. Moringa oleifera Leaf Meal Can Replace Cottonseed Cake in the Concentrate Mix Fed With Rhodes Grass (Chloris gayana) Hay for Growing Sheep. Livestock Research for Rural Development 15(M)=1-5. North, M. O. and D. D. Bell, 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Ed. Van Nostrand Reinhold; New York. Patrick. H. and P. J. Schaible, 1980, Poultry Feed and Nutrition. New Ed. AVI.Publising Incorpored West Port Connecticont, 283-284.

Coy

Pilliang, W, G, Djojosoebagio, S.A.H. Fisiologi Nutrisi, Volumr I, Depdikbub, Dikti. PAU Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor. Hal.213-234, Bogor. Rasyaf. 1995. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Surabaya-Jakarta. Siregar, A.P.M. Sabrani dan S. Pramu, 1982. Teknik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Cetakan Kedua, Margie Grup, Jakarta. Scot, M.L; Nesheum, M. C; Young, R.J. 1982.Nutrition Publishers. Ithaca. NY

of

Chicken, ML. Scot and

Associates

Soetanto, H, 2005 Potensi Tanaman Kelor (Moringa Oleifera, Lam) Sebagai Sumber Pakan dan Pangan di Indonesia- Proceeding Seminar AINI V. Universitas Brawijaya, Malang. Standar Nasional Indonesia, 1995.http =??InfoMedianCo.id. Juni 2010. Steel, R.G.D, and J.H. Torrie, 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisi kedua. Penerjemah Bambang Soemantri, PT. Gramedia Jakarta. Kedua. Penerjemah Bambang Soemantri, PT. Gramedia, Jakarta.

51