TAP DPM UI no.1 Tahun 2015 tentang Tata Cara Persidangan

Menimbang: a. Bahwa dalam persidangan agar dapat berjalan dengan tertib dan efektif, maka Dewan Perwakilan Mahasiswa. Universitas Indonesia perlu memi...

33 downloads 457 Views 135KB Size
KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 01/TAP/DPM UI/I/2015 TENTANG TATA TERTIB PERSIDANGAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PERIODE 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA Menimbang:

a. Bahwa dalam persidangan agar dapat berjalan dengan tertib dan efektif, Universitas

maka Dewan Perwakilan Mahasiswa

Indonesia

perlu

memiliki

seperangkat

peraturan yang mengatur pelaksanaan kegiatan tersebut; b. bahwa berdasarkan

pertimbangan

sebagaimana

yang

dimaksud

dalam huruf a, maka Dewan Perwakilan

Mahasiswa

Universitas

Indonesia

perlu

membentuk

ketetapan mengenai Tata Tertib Persidangan Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Indonesia; Mengingat:

Pasal 7 Undang-Undang Dasar Ikatan Keluarga Mahasiswa Universitas Indonesia; MEMUTUSKAN:

Menetapkan: KETETAPAN

DEWAN

PERWAKILAN

UNIVERSITAS

INDONESIA

TENTANG

PERSIDANGAN

DEWAN

PERWAKILAN

MAHASISWA TATA

TERTIB

MAHASISWA

UNIVERSITAS INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam ketetapan ini yang dimaksud dengan: 1. Universitas Indonesia selanjutnya disebut UI. 2. Ikatan Keluarga Mahasiswa Universitas Indonesia yang selanjutnya disebut IKM UI adalah wadah formal dan legal bagi seluruh aktivitas kemahasiswaan di UI. 3. Dewan Perwakilan Mahasiswa, yang selanjutnya disebut DPM UI adalah lembaga tinggi dalam IKM UI yang memiliki kekuasaan legislatif. 4. Badan Eksekutif Mahasiswa, yang selanjutnya disebut BEM UI adalah lembaga tinggi dalam IKM UI yang memiliki kekuasaan eksekutif. 5. Mahkamah Mahasiswa yang selanjutnya disebut MM UI adalah lembaga tinggi dalam IKM UI yang memiliki kekuasaan yudikatif. 6. Badan Audit Kemahasiswaan yang selanjutnya disebut BAK UI adalah lembaga tinggi independen yang dibentuk untuk melakukan mekanisme audit keuangan terhadap lembaga kemahasiswaan, sesuai dengan standar yang telah ditentukan dan bertanggung jawab langsung kepada mahasiswa UI. 7. Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia Unsur Mahasiswa yang selanjutnya disebut MWA UI UM adalah lembaga yang ditugaskan untuk mewakili mahasiswa dalam majelis Wali Amanat Universitas Indonesia sebagai organ tertinggi di UI.

BAB II JENIS PERSIDANGAN

Pasal 2 (1) Sidang DPM UI dilakukan

dengan mengutamakan

musyawarah

untuk mufakat. (2) Persidangan terdiri atas: a. Sidang Umum; b. Sidang Anggota; dan c. Sidang Pleno Pasal 3 (1) Sidang umum adalah dapat

sidang

yang

terbuka

secara

umum dan

dihadiri oleh seluruh anggota IKM UI yang bertujuan untuk

membahas evaluasi kerja DPM UI, BEM UI, MM UI, BAK UI dan MWA UI UM. (2) Sidang umum dianggap sah apabila dihadiri oleh minimal dua orang perwakilan dari masing-masing unsur DPM UI, BEM UI, MM UI, BAK UI, dan MWA UI UM. (3) Bila ketentuan sebagaimana yang disebutkan dalam ayat (2) tidak tercapai, maka sidang ditunda selama 2 (dua) kali 5 (lima) menit. (4) Bila penundaan sebagaimana yang ditentukan dalam ayat (3) telah dilakukan, maka sidang umum dapat dimulai serta dianggap sah. Pasal 4 (1) Sidang anggota adalah sidang yang hanya dapat dihadiri oleh anggota DPM UI. (2) Sidang anggota merupakan sidang pengambilan keputusan tertinggi DPM UI. (3) Sidang anggota dianggap sah apabila dihadiri oleh minimal 2/3 dari jumlah seluruh anggota DPM UI. (4) Bila ketentuan sebagaimana yang disebutkan dalam ayat (3) tidak tercapai, maka sidang ditunda selama 2 (dua) kali 5 (lima) menit. (5) Bila penundaan sebagaimana yang ditentukan dalam ayat (4) telah dilakukan, maka sidang umum dapat dimulai serta dianggap sah.

Pasal 5 (1) Sidang pleno dihadiri oleh anggota DPM UI dan pengurus Badan Kelengkapan DPM UI yang dipimpin oleh pimpinan DPM UI (2) Sidang pleno dianggap sah bila dihadiri oleh minimal ½n + 1 dari jumlah seluruh anggota DPM UI dan Badan Kelengkapan DPM UI. (3) Bila ketentuan sebagaimana yang disebutkan dalam ayat (2) tidak tercapai, maka sidang ditunda 2 (dua) kali 5 (lima) menit. (4) Bila penundaan sebagaimana yang disebutkan dalam ayat (3) tidak tercapai, maka sidang pleno dapat dimulai serta dianggap sah. BAB II PIMPINAN SIDANG Pasal 6 Pimpinan Sidang Umum adalah sebagai berikut: a. Pimpinan sidang terdiri dari tiga orang presidium; b. Presidium terdiri dari presidium I, presidium II dan presidium III yang ditunjuk oleh DPM UI; c. Jika presidium yang ditunjuk berhalangan hadir, maka presidium dapat digantikan oleh peserta sidang sesuai dengan kesepakatan anggota DPM UI. Pasal 7 Pimpinan Sidang Anggota adalah sebagai berikut: a. Pimpinan sidang terdiri dari tiga orang presidium; b. Presidium terdiri dari presidium I, presidium II dan presidium III yang ditunjuk oleh DPM UI. Pasal 8 Pimpinan sidang mempunyai wewenang: a. memimpin siding; b. menunda sidang atas persetujuan anggota sidang yang hadir pada saat siding;

c. mengambil segala keputusan yang dianggap perlu demi kelancaran persidangan; d. selama persidangan berlangsung, presidium sidang wajib memberikan sanksi kepada peserta yang melanggar tata tertib Sidang dan dianggap mengganggu kelancaran persidangan. Pasal 9 Pimpinan sidang mempunyai hak dan kewajiban: a. mengizinkan

peserta sidang untuk melakukan

interupsi sepanjang

mengenai pokok pembicaraan; b. memberikan peringatan kepada peserta sidang yang menggunakan hak bicaranya terlalu lama dan menyimpang diri pokok pembicaraan atau peserta sidang yang mengganggu jalannya sidang; c. menunjukkan

duduk persoalan yang sebenarnya dan mengembalikan

kepada pokok pembicaraan; d. mengeluarkan peserta sidang yang telah mendapat peringatan tiga kali sebagaimana

yang dimaksud poin b berdasarkan persetujuan peserta

siding; e. mengenakan

ketentuan

mengenai

lamanya

para

peserta

sidang

berbicara; f. memperingatkan peserta supaya mengakhiri pembicaraannya dan harus menaati ketentuan itu, apabila pembicaraan melampaui

batas waktu

yang ditetapkan. Pasal 10 Presidium sidang dapat digantikan oleh peserta sidang dengan kesepakatan presidium sidang lain dan peserta sidang yang hadir. BAB III PESERTA SIDANG Pasal 11 Peserta sidang memiliki hak dan kewajiban:

a. Hak peserta: 1. memiliki hak bicara dan hak suara 2. berhak meninggalkan ruangan persidangan dengan seizin presidium sidang b. Kewajiban peserta: 1. menghadiri persidangan tepat waktu 2. mematuhi tata tertib persidangan 3. meminta izin kepada presidium sidang jika ingin menggunakan hak bicaranya atau jika ingin meninggalkan ruangan 4. tidak mengaktifkan nada dering handphone 5. tidak diperkenankan membawa pihak lain yang tidak berkepentingan dan berhubungan dengan Sidang tanpa seizing presidium sidang 6. tidak merokok selama persidangan berlangsung di dalam ruang sidang 7. tidak

menggunakan

kata-kata

kotor

atau

kasar

yang

dapat

merendahkan atau melecehkan pihak lain selama persidangan berlangsung 8. tidak

membawa

senjata

tajam

dan

senjata

api

yang

dapat

membahayakan pihak lain 9. tidak membawa minuman keras dan obat-obatan terlarang 10. tidak menyinggung SARA dan tidak melanggar HAM 11. tidak melakukan kontak fisik dengan pihak lain yang dapat menbimbulkan cidera fisik dan psikis. BAB IV MEKANISME PERSIDANGAN Pasal 12 Persidangan dibuka, diberhentikan sementara, ditunda dan ditutup oleh Pimpinan Sidang. Pasal 13 Peserta dapat menyampaikan pendapat dengan cara sebagai berikut:

a. peserta sidang dapat berbicara setelah mendapat izin dari pimpinan sidang. b. peserta sidang yang sedang menggunakaan hak bicaranya tidak boleh diganggu. c. peserta sidang tidak boleh diganggu selama berbicara. d. setiap waktu dapat diberi kesempatan interupsi pada peserta untuk: 1. meminta

penjelasan duduk perkara yang sebenarnya (Point of

Clarification); 2. memberikan informasi (Point of Information); 3. mengajukan usul prosedur mengenai soal yang sedang dibicarakan (Point of Order); 4. mengajukan pembelaan diri (Personal previlage); 5. mengajukan usul untuk meminta penundaan sementara Persidangan. Pasal 14 (1) Setiap persidangan dibuat risalah sidang yang memuat : a. tempat pelaksanaan sidang b. hari, tanggal, waktu dimulai dan ditutupnya sidang c. agenda sidang d. pimpinan sidang e. peserta sidang dan jam kehadiran f. peserta sidang yang menggunakan pendapatnya apabila dianggap perlu g. kesimpulan dan/atau putusan sidang h. tanda tangan presidium dan peserta yang hadir pada akhir sidang (2) Pembuat risalah Sidang adalah Sekretaris sidang. BAB V PELANGGARAN Pasal 15 (1) Jenis pelanggaran terdiri dari: a. pelanggaran ringan;

b. pelanggaran berat; c. pelanggaran khusus. (2) Pelanggaran ringan

adalah pelanggaran yang dilakukan karena

melanggar ketentuan yang tercantum dalam pasal 11 huruf b poin 1, 2, 3, 4, dan 5 mengenai kewajiban peserta. (3) Pelanggaran

berat

adalah

pelanggaran

yang

dilakukan

karena

melanggar ketentuan yang tercantum dalam pasal 11 huruf b poin 6, 7, 8, 9, 10, dan 11 mengenai kewajiban peserta. (4) Pelanggaran ringan akan diakumulasikan sebanyak tiga kali dalam satu waktu yang kemudian ditetapkan sebagai satu pelanggaran berat. (5) Pelanggaran khusus merupakan akumulasi dari tiga kali pelanggaran berat yang dilakukan dalam satu waktu. BAB VI SANKSI Pasal 16 (1) Jenis sanksi terdiri dari: a. teguran; b. pencabutan hak suara; c. dikeluarkan dari ruang sidang. (2) Peserta sidang yang telah melakukan pelanggaran

ringan

akan

dikenakan sanksi berupa teguran lisan oleh presidium sidang. (3) Peserta

sidang

yang

telah

melakukan

pelanggaran

berat

akan

dikenakan sanksi berupa pencabutan hak suara oleh presidium sidang. (4) Peserta sidang yang telah melakukan

pelanggaran

khsusus akan

dikenakan sanksi berupa dikeluarkan dari ruangan persidangan oleh presidium sidang dan tidak diperbolehkan mengikuti

persidangan

sampai batas waktu yang ditentutan oleh presidium sidang. BAB VII PUTUSAN SIDANG

Pasal 17 (1) Bentuk-bentuk putusan sidang adalah keputusan, ketetapan, dan rekomendasi. (2) Keputusan Sidang adalah keputusan yang mengikat ke dalam persidangan. (3) Ketetapan Sidang adalah putusan yang mengikat keluar dan ke dalam persidangan. (4) Rekomendasi Sidang adalah putusan yang tidak mengikat dan ditujukan kepada pihak-pihak terkait. Pasal 18 Mekanisme pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: a. Pengambilan putusan dilakukan dengan musyawarah untuk mufakat; b. Jika musyawarah tidak tercapai, maka sidang ditunda selama maksimal 2 (dua) kali 10 (sepuluh) menit

untuk mengadakan

lobi, setelah itu

sidang dimulai kembali untuk mengambil putusan secara musyawarah mufakat; c. Jika poin b tidak tercapai, maka sidang akan ditunda maksimal 1x5 menit untuk persiapan pemungutan suara; d. Jika poin c tercapai, maka pengambilan putusan dapat dilakukan secara pemungutan suara; e. Keputusan yang sah merupakan suara terbanyak berdasarkan hasil pemungutan suara dari jumlah peserta sidang yang hadir. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 (1) Hal yang belum ditentukan dalam ketetapan ini akan ditentukan kemudian. (2) Ketetapan ini mulai berlaku pada tanggal yang telah ditetapkan.

Ditetapkan di : Depok Pada Tanggal : 14 Januari 2015 Pukul

: 12.43 WIB

DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA Presidium II

Presidium I

Presidium III

ttd

ttd

ttd

(Rafa Karimah)

(Catur Alfath Satriya)

(Hanif Abdurrahman W.)