The Influence of Genetic Factors And Lifestyle on The Incidence of Myopia Among Children Aged 9-12 Years Old Pengaruh Faktor Genetik dan Lifestyle Terhadap Kejadian Myopia Pada Anak Usia 9-12 Tahun Nurul Istiqomah Zulma1, Yunani Setyandriana2 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Abstract Myopia is a refractive error due to the object shadows focused in front of the retina. Many factors were influence the incidence of myopia, two of them are genetic factors and lifestyle. Children with myopic parents have been shown to be more likely to be myopic than those without myopic parents. Lifestyle factors or short distance activity which influence of myopia are reading, watching TV, playing games and playing computer. The purpose of this research is to determine the factors which have influence more on the incidence of myopia, genetic factors or lifestyle. This research was an observational analytic study with case control approach. Respondents in this research were students of Serayu Elementary School of Yogyakarta aged 9-12 years old. The research was conducted from May to August 2014. Respondents were given a questionnaire that contain questions related to the research and obtained 72 respondents, consist of 36 respondents suffer from myopia and 36 respondents not suffer from myopia. The statistical analysis result of genetic factors showed significant value, with p=0.011 (P <0.05) and lifestyle factors showed significant value, with p=0.013 (P <0.05). This results show that genetic factors have more influence on the incidence of myopia than lifestyle factors. Keywords: Myopia, Genetic Factors, Lifestyle Factors 1
Student of Faculty Of Medicine and Health Sciences UMY Lecturer of Faculty Of Medicine and Health Sciences UMY
2
Intisari Myopia adalah kelainan refraksi yang muncul karena bayangan jatuh di depan retina. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya myopia, dua diantaranya adalah faktor genetik dan lifestyle. Myopia yang diakibatkan karena faktor genetik menunjukan anak yang memiliki orang tua yang menderita myopia cenderung mengalami myopia dibandingkan dengan anak dengan orang tua yang tidak myopia. Faktor lifestyle atau aktivitas jarak dekat yang mempengaruhi terjadinya myopia berupa membaca, menonton TV, bermain game dan bermain komputer. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor penyebab yang lebih berpengaruh terhadap kejadian myopia, berupa faktor genetik atau lifestyle. Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan pendekatan case control. Responden pada penelitian ini adalah siswa SDN Serayu Yogyakarta usia 9-12 tahun yang menderita myopia dan tidak menderita myopia. Penelitian dilakukan dari bulan Mei sampai Agustus 2014. Responden diberikan kuesioner yang berisi pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian dan didapatkan 72 responden penelitian, dimana 36 responden menderita myopia dan 36 responden tidak menderita myopia. Hasil analisis statistik pada faktor genetik menunjukkan nilai yang signifikan, yaitu sebesar 0,011 (P<0,05) dan pada faktor lifestyle menunjukkan nilai yang signifikan, yaitu sebesar 0,013 (P<0,05). Hasil ini menunjukkan faktor genetik lebih berpengaruh terhadap kejadian myopia dibandingkan dengan faktor lifestyle. Kata Kunci: Myopia, Faktor Genetik, Faktor Lifestyle 1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY
2
menggunakan
Pendahuluan Myopia merupakan salah satu gangguan kelainan
penglihatan refraksi
berupa
yang memiliki
komputer,
maupun
bermain video games. Terjadinya myopia karena kebiasaan melihat dengan
jarak
dekat
akan
prevalensi tinggi di dunia. Kejadian
menyebabkan meningkatnya tonus
myopia
semakin
siliaris sehingga terjadi peningkatan
meningkat1. Myopia adalah kelainan
akomodasi. Semakin dekat benda
refraksi
dari
yang dilihat, maka semakin kuat
ketidakseimbangan antara panjang
mata berakomodasi. Lensa yang
aksial mata dan kekuatan fokus
menjadi
elemen bias yaitu kornea dan lensa
mengakibatkan
sehingga
jatuh
semakin
yang
lama
muncul
menyebabkan
bayangan
jatuh di depan retina2. Faktor
depan
cembung
bayangan retina
benda sehingga
menimbulkan myopia3. yang
Penelitian ini dilakukan untuk
terjadinya
mengetahui faktor penyebab yang
myopia dapat berupa faktor genetik,
lebih berpengaruh terhadap kejadian
dimana orang tua yang mengalami
myopia, berupa faktor genetik atau
myopia cenderung memiliki anak
lifestyle.
berhubungan
risiko
di
lebih
dengan
myopia. Terjadinya myopia juga Alat dan Cara berhubungan dengan lifestyle atau .Penelitian aktivitas
sehari-hari
ini
merupakan
yang studi analitik observasional atau non-
memerlukan penglihatan jarak dekat eksperimental seperti
membaca,
yang
bersifat
menulis, retrospektif
dengan
pendekatan
metode case control. Alat yang
melakukan random responden usia 9-
digunakan
12 tahun dan dilanjutkan dengan
dalam
penelitian
ini
berupa kuesioner yang di dalamnya
pengumpulan
terdapat
data dilakukan dengan pengisian
informed
consent
dan
optotip snellen.
kuesioner
Sampel yang di uji adalah
data.
oleh
Pengumpulan
responden,
pemeriksaan visus dengan optotip
siswa SDN Serayu Yogyakarta usia
snellen,
9-12 tahun. Siswa yang bersedia
menganalisis
menjadi sampel penelitian, tidak
didapatkan dikelompokkan menjadi
menderita
kelompok
kelainan
mata
selain
menyeleksi data.
genetik,
data Data
dan yang
kelompok
myopia dan siswa yang mengisi
lifestyle, kelompok myopia dan tidak
kuesioner dengan lengkap masuk
myopia.
dalam
didapatkan menggunakan program
kriteria
inklusi
dalam
penelitian ini. Variabel
Analisis
data
yang
komputer dengan uji statistik Chibebas
dalam
Square.
penelitian ini berupa pengaruh faktor Hasil Penelitian genetik atau lifestyle. Sedangkan Hasil pengamatan dilakukan variabel terkontrol berupa kejadian dengan mencatat jumlah sampel pada myopia. masing-masing kelompok. Distribusi Penelitian telah dilakukan di sampel berdasarkan kejadian myopia SDN Serayu Yogyakarta dari bulan dapat dilihat pada Gambar 1. Mei
sampai
Agustus
2014. Pada Gambar 1. tampak dari
Pelaksanaan
diawali
dengan seluruh sampel penelitian didapatkan
36 sampel penelitian (50%) tidak
(29,2%) dan sampel yang berusia 12
menderita myopia, dan 36 sampel
tahun sebanyak 9 sampel (12,5%).
penelitian (50%) menderita myopia.
Pada Tabel 2. dapat diketahui
Karakteristik sampel penelitian dapat
kejadian myopia dilihat dari faktor
dilihat pada tabel 1. Berdasarkan
genetik. Berdasarkan hasil tersebut
jenis kelamin, dari total 72 sampel
didapatkan 66 sampel (91,7%) yang
penelitian
sampel
memiliki faktor genetik, dimana
sampel
54,5% diantaranya menderita myopia
didapatkan
perempuan
sebanyak
49
(68,1%)
dan
sampel
laki-laki
dan
45,5%
diantaranya
sebanyak
23
sampel
(31,9%).
menderita myopia. Sampel yang
Berdasarkan usia sampel, didapatkan
tidak
sampel
sebanyak 6 orang (8,3%), dimana
yang
berusia
9
tahun
memiliki
tidak
yang berusia 10 tahun sebanyak 32
menderita myopia (0%) dan terdapat
sampel (44,4%), sampel yang berusia
6 orang (100%) yang tidak menderita
11
myopia.
sebanyak
21
sampel
Tidak Myopia : 36 sampel (50%) Myopia : 36 sampel (50%) Gambar 1. Distribusi sampel berdasarkan kejadian myopia
sampel
genetik
sebanyak 10 sampel (13,9%), sampel
yahun
ditemukan
faktor
tidak
yang
Tabel 1. Karakteristik sampel penelitian Karakteristik sampel penelitian Jenis Kelamin : perempuan laki-laki Usia : 9 Tahun 10 Tahun 11 Tahun 12 Tahun
Total 49 (68,1%) 23 (31,9%) 10 (13,9%) 32 (44,4%) 21 (29,2%) 9 (12,5%)
Tabel 2. Kejadian myopia dilihat dari faktor genetik Kejadian Myopia Myopia Tidak Myopia N (%) N (%) 36 (54,5%) 30 (45,5%) 0 (0%) 6 (100%)
Ada Faktor Genetik Tidak Ada Faktor Genetik Total
36
Total 66 6
36
72 (100%)
Tabel 3. Distribusi faktor genetik pada kejadian myopia
Ibu
Kejadian myopia Myopia Tidak Myopia 29 (65,9%) 15 (34,1%)
Ayah Nenek Kakek Saudara Kandung
26 (70,3%) 31 (56,4%) 22 (55,0%) 15 (57,7%)
Genetik
11 (29,7%) 24 (43,6%) 18 (45,0%) 11 (42,3%)
Total
Persentase Total dari seluruh sampel
44 37 55 40 26
61,1% 51,4% 76,4% 55,6% 36,1%
Tabel 4. Kejadian myopia dilihat dari faktor lifestyle
Lifestyle Tinggi Lifestyle Rendah Total
Kejadian Myopia Myopia Tidak Myopia N (%) N (%) 28 (44,4%) 35 (55,6%) 8 (88,9%) 1 (11,1%) 36 36
Total 63 9 72 (100%)
Tabel 5. Distribusi faktor lifestyle pada kejadian myopia Lifestyle Membaca Menonton TV Bermain game Bermain komputer
Kejadian myopia Myopia Tidak Myopia 24 (42,9%) 32 (57,1%) 27 (43,5%) 35 (56,5%) 20 (38,5%) 32 (61,5%) 29 (45,3%) 35 (54,7%)
Total 56 62 52 64
Persentase Total dari seluruh sampel 77,8% 86,1% 72,2% 88,9%
Tabel distribusi
3.
faktor
menunjukkan genetik
pada
lifestyle rendah. Berdasarkan dari jumlah
sampel
dengan
lifestyle
kejadian myopia. Berdasarkan tabel
tinggi, terdapat 28 orang (44,4%)
tersebut
pada
menderita myopia dan 35 orang
penderita myopia pewarisan lebih
(55,6%) tidak menderita myopia.
banyak berasal dari Ayah (70,3%).
Dilihat dari jumlah sampel dengan
Sedangkan pada sampel yang tidak
lifestyle rendah, terdapat 8 orang
menderita myopia didapatkan hasil
(88,9%) menderita myopia dan 1
bahwa
orang
tampak
Kakek
bahwa
lebih
banyak
menurunkan myopia (45,0%). Tabel
4.
(11,1%)
tidak
menderita
myopia.
menunjukkan
Tabel
5.
kejadian myopia dilihat dari faktor
distribusi
lifestyle. Pada lifestyle tinggi berarti
kejadian myopia. Berdasarkan hasil
sampel suka melakukan dua atau
tersebut didapatkan pada sampel
lebih aktivitas jarak dekat dalam
yang menderita myopia, aktivitas
sehari. Sedangkan lifestyle rendah
jarak dekat yang paling banyak
berarti
disukai dan dilakukan dalam satu
sampel
hanya
suka
faktor
menunjukkan
hari
ataupun tidak melakukan aktivitas
(45,3%). Sedangkan pada sampel
jarak dekat dalam sehari. Dari 72
yang
sampel
63
aktivitas jarak dekat yang paling
sampel (87,5%) dengan lifestyle
banyak disukai dan dilakukan oleh
terdapat
tinggi dan 9 orang (12,5%) dengan
tidak
bermain
pada
melakukan satu aktivitas jarak dekat
penelitian,
yaitu
lifestyle
menderita
komputer
myopia,
sampel dalam satu hari berupa
kecenderungan mengalami myopia
bermain game (61,5%).
dibandingan dengan sampel yang
Berdasarkan analisis statistik
tidak memiliki faktor genetik. Hasil
dengan uji Chi-Square, kejadian
tersebut sesuai dengan penelitian
myopia dilihat dari faktor genetik
yang dilakukan pada anak sekolah di
menunjukkan nilai yang signifikan,
Singapore
yaitu sebesar 0,011 (P<0,05). Hasil
kedua orang tua yang mengalami
analisis
myopia memiliki risiko lebih besar
statistik
data
mengenai
dimana
anak
dengan
kejadian myopia dilihat dari faktor
menderita
lifestyle menunjukkan nilai yang
dibandingkan dengan anak dengan
signifikan,
orang tua tanpa myopia (2%)4.
yaitu
sebesar
0,013
myopia
(11%)
Menurut Goss, dkk., 2006,
(P<0,05).
prevalensi myopia sebesar 33-60% Diskusi pada anak dengan kedua orang tua Pada
analisis
statistik yang mengalami myopia. Pada anak
kejadian myopia dilihat dari faktor yang memiliki salah satu orang tua genetik dan lifestyle didapatkan hasil myopia prevalensinya sebesar 23bahwa
faktor
genetik
lebih 40%,
berpengaruh
secara
dan
hanya
6-15%
anak
myopia
yang
tidak
signifikan mengalami
dibandingkan dengan faktor lifestyle memiliki
orang
tua
myopia5.
pada kejadian myopia. Penelitian yang dilakukan oleh Wei Berdasarkan hasil penelitian, Pan,
2011,
menunjukkan
anak
didapatkan sampel yang memiliki dengan salah satu orang tua yang faktor
genetik
myopia
memiliki
mengalami myopia memiliki risiko 2
bervariasi9. Penurunan myopia dapat
kali lebih besar menderita myopia
diturunkan pada tingkat satu yaitu
dibandingan dengan anak dengan
langsung dari orang tua kepada anak
orang tua
atau pada keturunan tingkat dua atau
dengan
tanpa
kedua
myopia. Anak
orang
tua
yang
tiga
dan
seterusnya.
Hal
ini
mengalami myopia memiliki risiko 8
menujukkan bahwa dapat ditemukan
kali lebih besar menderita myopia
orang tua dengan myopia namun
dibandingkan dengan anak dengan
anaknya tidak menderita myopia.
orang tua tanpa myopia6.
Dalam hal ini orang tua sebagai
Pada suatu penelitian yang dilakukan
untuk
pembawa
gen
myopia
(carrier).
mengidentifikasi
Myopia yang berhubungan dengan
lokus genetik yang berhubungan
faktor genetik berupa myopia sumbu
dengan kejadian myopia, terutama
atau myopia aksial, dimana anak
myopia ekstrim, telah teridentifikasi
dengan orang tua yang menderita
lokus gen untuk myopia (2q, 4q, 7q,
myopia memiliki sumbu mata yang
12q, 15q,17q, 18p, 22q, dan Xq), dan
lebih panjang dibandingkan dengan
gen
anak dengan orang tua yang tidak
7p15,
7q36,
dan
22q11
dilaporkan ikut mengatur kejadian myopia7-8.
Pada penelitian ini, faktor
Cara penurunan myopia dapat secara
menderita myopia10.
autosomal
lifestyle yang mendukung terjadinya
dominan,
myopia berupa membaca, menonton
autosomal resesif dan sex linked.
TV, bermain game dan bermain
Derajat myopia yang diturunkan juga
komputer.
Hasil
penelitian
menunjukkan pada lifestyle tinggi,
lama aktivitas jarak dekat per hari
sampel yang mengalami myopia
(p=0,000), jenis kelamin (p=0,000),
lebih sedikit dibandingkan dengan
dan pencahayaan (p=0,000) dengan
sampel yang tidak menderita myopia.
kejadian miopia11.
Pada lifestyle rendah didapatkan
Menurut The Sydney Myopia
sampel yang mengalami myopia
Study, anak yang membaca terus
lebih banyak dibandingkan dengan
menerus selama lebih dari 30 menit
sampel
yang
lebih
myopia.
Hal
tidak
mengalami
ini
mungkin
terjadi
myopia
menunjukkan
dibandingkan dengan anak yang
kemungkinan adanya faktor lain
membaca dalam waktu kurang dari
yang
terjadinya
30 menit. Selain itu jarak pandang
myopia karena aktivitas jarak dekat.
bacaan juga berpengaruh terhadap
Faktor
kejadian
mempengaruhi
lain
yang
dapat
kejadian
myopia
membaca dengan jarak kurang dari
berupa jarak melihat, posisi, lama
30 cm memiliki risiko 2,5 kali lebih
aktivitas jarak dekat, jenis kelamin,
besar
dan
mempengaruhi
pencahayaan
myopia.
Anak
menderita
yang
myopia
pada
saat
dibandingkan dengan anak yang
jarak
dekat
membaca dengan jarak pandang
tersebut. Faktor-faktor lain tersebut
bacaan yang lebih jauh6. Intensitas
tidak diteliti dalam penelitian ini
bermain
meskipun dalam sebuah penelitian
perhari memiliki risiko 3 kali lebih
terdapat
besar
melakukan
aktivitas
hubungan
antara
jarak
melihat (p=0,005), posisi (p=0,000),
game selama
mengalami
dibandingkan
dengan
2-6 jam
myopia intensitas
bermain game kurang dari 2 jam
memiliki hubungan dengan aktivitas
perhari. Begitu pula dengan anak
jarak
yang bermain game lebih dari 6 jam
meningkat pada orang yang memiliki
perhari memiliki risiko 3 kali lebih
tingkat pendidikan tinggi. Paparan
besar dibandingkan dengan anak
sistem pendidikan yang lebih intensif
yang
dengan
pada usia dini akan meningkatkan
intensitas 2-6 jam perhari12. Menurut
kejadian myopia. Hal ini dikarenakan
Arianti, (2013), aktivitas jarak dekat
tingkat
dalam
berhubungan dengan waktu yang
bermain
game
waktu
menyebabkan menjadi
tonus
tinggi
menjadi
lama
akan
otot
siliaris
sehingga
cembung
lensa
dekat.
Prevalensi
pendidikan
dihabiskan
untuk
myopia
yang
tinggi
aktivitas
jarak
dekat yaitu membaca dan menulis6.
dan
Pada penelitian ini didapatkan
mengakibatkan bayangan objek jatuh
hasil bahwa faktor genetik lebih
di depan retina dan menimbulkan
berpengaruh
myopia13. Penelitian lain yang telah
myopia dibandingkan dengan faktor
dilakukan pada siswa sekolah dasar
lifestyle. Kejadian myopia dapat
di Yogyakarta yang menunjukkan
semakin kuat insidensinya apabila
bahwa aktivitas melihat dengan jarak
faktor lifestyle mendukung terjadinya
dekat dengan intensitas yang tinggi
myopia dan diikuti dengan adanya
mempengaruhi pertambahan myopia
faktor genetik.
terhadap
kejadian
pada anak14. Kesimpulan Tingkat
pendidikan
dalam 1. Didapatkan
72
anak
yang
sebuah penelitian disebutkan juga menjadi
sampel
penelitian,
yang terdiri dari 36 sampel
tidak
(50%) menderita myopia dan
peneliti, sehingga perlu penelitian
36
lebih lanjut yang memperhatikan
sampel
(50%)
tidak
menderita myopia.
dan
2. Dilihat dari faktor genetik pada penderita myopia, pewarisan
dipantau
menilai
langsung
secara
oleh
langsung
mengenai hal tersebut. 2. Penelitian
ini
juga
memiliki
lebih banyak berasal dari Ayah
keterbatasan berupa tidak dinilai
(70,3%) dan pada sampel yang
secara langsung faktor genetik
tidak
yang
menderita
myopia
terjadi
dalam
keluarga
didapatkan hasil bahwa Kakek
sampel, hanya berupa pertanyaan
lebih
dalam
banyak
menurunkan
myopia (45%). 3. Faktor
genetik
kuesioner,
memungkinkan lebih
berpengaruh secara signifikan
sehingga
adanya
recall
bias. 3. Perlu pelitian lebih lanjut yang
dengan nilai P sebesar 0,011
mempertimbangkan
(P<0,05) dibandingkan dengan
lifestyle berupa aktivitas jarak
faktor lifestyle dengan nilai P
jauh yang dilakukan oleh subjek
sebesar 0,013 (P<0,05) pada
penelitian dan asupan nutrisi yang
kejadian myopia pada anak
dikonsumsi oleh subjek penelitian
usia 9-12 tahun.
yang
mungkin
faktor
berpengaruh
terhadap kejadian myopia. Saran 4. Perlu penelitian lebih lanjut yang 1. Keterbatasan dalam penelitian ini menganalisis tentang pengaruh berupa aktivitas sampel penelitian
lamanya beraktivitas jarak dekat
6) Mengatur
pada kejadian myopia.
mata
5. Hal-hal yang harus diperhatikan bagi
masyarakat
mengurangi
pandang
terhadap
komputer,
untuk
angka
jarak
layar
TV,
maupun
perangkat elektronik lain.
kejadian
7) Membaca
dengan
myopia khususnya pada anak
tidur
yang memiliki faktor genetik
bukanlah kebiasaan yang
dengan
baik.
memperhatikan
faktor
lifestyle berupa :
atau
posisi
tengkurap
b. Melatih melihat jauh dan dekat
a. Mencegah terjadinya kebiasaan
secara bergantian.
buruk, dengan cara : 1) Anak
dibiasakan
duduk
dengan posisi tegak. 2) Memegang alat tulis dengan
Daftar Pustaka 1.
2.
benar. 3) Melakukan istirahat setiap
3.
30 menit setelah melakukan
4.
kegiatan jarak dekat.
5.
4) Batasi jam membaca. 5) Mengatur jarak baca yang
6.
tepat yaitu 30 cm dan 7.
menggunakan yang cukup.
penerangan
8.
Wojciechowski, R. (2011). Nature And Nurture: The Complex Genetics Of Myopia And Refractive Error. National Istitutes of Health, 79(4): 301–320. Guggenheim, J. A, Northstone, K., McMabon, G., Ness, A.R., Deere, K., Mattocks, C., et al. (2012). Time Outdoors and Physical Activity as Predictors of Incident Myopia in Childhood: A Prospective Cohort Study. Investigative Ophthalmology & Visual Science (IOVS), 53:2856–2865. Arianti, M. P. (2013). Hubungan Antara Riwayat Myopia Di Keluarga dan Lama Aktivitas Jarak Dekat Dengan Myopia Pada Mahasiswa Pspd Untan Angkatan 2010-2012. Wilson, L. C. J. (2011). Risk Factors For EarlyOnset Myopia In Singapore Chinese Preschool Children. Goss, D. A., Grosvenor, T. P., Keller, J. T., Tootle, W. M., Norton, T. T., Zadnik, K. (2006). Practice Guideline Care of The Patient with Myopia American Optometric Association. Optometric Clinical. Diakses dari: http://www.aoa.org/document s/CPG-15.pdf. Pan, C. W., Ramamurthy, D., Saw, S. W. (2011). Worldwide Prevalence And Risk Factors For Myopia. Ophthalmic & Physiological Optics, 32: 3–16. Alexander, A., Bialasiewicz.,2011. Genetics of myopia. Oman J Ophthalmol: 4(2): 49. Klein, A.P., Duggal, P., Lee, K. E., Cheng, C. Y., Klein, R., Bailey-Wilson, J. E., et al. (2011). Linkage Analysis of Quantitative Refraction and Refractive Errors in the Beaver Dam Eye Study. Investigative Ophthalmology & Visual Science (IOVS), 52(8): 5220-5225.
9. 10. 11.
12.
13.
14.
Widodo, A., Prilia. (2007). Miopia Patologi. Jurnal Oftalmologi Indonesia. 5(1): 19-26. Hong, Y. C. (2011). The Role of Near Adaptation in Myopia Development. Arbaatun, F. (2012). Beberapa Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Miopia Pada Anak Usia 8-12 Tahun (Studi Kasus Di Sd 16 Muhammadiyah Bendo, Kec. Kalibawabg, Kab. Kulon Progo). Undergraduate thesis, Diponegoro University. Diakses dari: http://eprints.undip.ac.id/35185/. Retnandy, R. (2012). Pengaruh Intensitas Bermain Game Online Terhadap Kejadian Miopi Pada Mata Anak. Arianti, M. P. (2013). Hubungan Antara Riwayat Myopia Di Keluarga dan Lama Aktivitas Jarak Dekat Dengan Myopia Pada Mahasiswa Pspd Untan Angkatan 2010-2012. Triharyo, I., Gunawan, W., Suhardjo. (2008). Pertambahan Miopia Pada Anak Sekolah Dasar Daerah Perkotaan dan Pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Oftalmologi Indonesia 6(2): 104-112.