TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN DAN

Download judul “Tingkat depresi pada lansia ditinjau dari tipe kepribadian dan dukungan sosial di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto” Usulan penel...

0 downloads 531 Views 532KB Size
perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN DAN DUKUNGAN SOSIAL (Studi Kasus di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto Dan Jombang)

TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh: ANIK SUPRIANI NIM : S540809103

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 2

TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN DAN DUKUNGAN SOSIAL DI UPT PANTI WERDHA MOJOPAHIT MOJOKERTO DAN JOMBANG

DISUSUN OLEH:

ANIK SUPRIANI S540809103

Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing

Jabatan

Nama

Tanda Tangan

Pembimbing I Prof. Dr. Samsi Haryanto, MPd NIP. 19440404 197603 1001 Pembimbing II Eti Poncorini, dr. MPd NIP. 197503112002122002

Tanggal

.......................

..................

........................

....................

Mengetahui Ketua Program Kedokteran Keluarga

Prof. Dr. Didik G.Gunawan Tamtomo,dr, PAK,MM, M.Kes NIP. 19480313 197610 1001

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 3

TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN DAN DUKUNGAN SOSIAL DI UPT PANTI WERDHA MOJOPAHIT MOKERTO DAN JOMBANG Disusun Oleh: Anik Supriani S540809103

Telah Disetujui Tim Penguji Jabatan

Nama

Tanda Tangan

Ketua Prof. Dr. Didik Tamtomo, MM, M.Kes, PAK ....................... NIP. 19480313 197610 1001 Sekretaris Dr. Nunuk Suryani, MPd NIP. 196611081990032001

Tanggal ...............

.........................

................

1. Prof. Dr. Samsi Haryanto, MPd

..........................

.................

2. Eti Poncorini, dr. MPd

..........................

.................

Anggota

Mengetahui Ketua Program Studi Kedokteran Kelurga Prof. Dr. Didik Tamtomo, MM, M.Kes, PAK .......................... NIP. 19480313 197610 1001 Direktur Program Pasca Sarjana Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D NIP. 195708 20198503 1004

...........................

commit to user

..................

..................

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 4

PERNYATAAN

Nama : Anik Supriani NIM

: S540809103

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Tingkat Depresi Pada Lansia Ditinjau Dari Tipe Kepribadian dan Dukungan Sosial Di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto Dan Jombang adalah karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh tersebut.

Surakarta, Desember 2010 Yang membuat pernyataan,

Anik Supriani

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 5

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian tesis dengan judul “Tingkat depresi pada lansia ditinjau dari tipe kepribadian dan dukungan sosial di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto” Usulan penelitian tesis ini dapat tersusun berkat adanya dukungan, doa, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H. Moch. Syamsul Hadi, dr, Sp.Kj (K), selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan wawasan ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan usulan penelitian ini. 2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan surat keputusan pengangkatan Dosen Pembimbing tesis mahasiswa program studi Magister Kedokteran Keluarga. 3. Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr, PAK, MM, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menempuh pendidikan di Program Studi Magister Kedokteran Keluarga. 4. Pancrasia Murdani, dr, MHPEd, selaku Ketua Minat Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui permohonan ijin penelitian. 5. Prof. Dr. Samsi Haryanto,MPd, selaku dosen pembimbing I yang senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam penulisan usulan penelitian ini.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 6

6. dr Eti Poncorini, M.Pd, selaku pembimbing II dalam penyusunan usulan penelitian tesis ini 7. Kepala UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto dan Jombang yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk menyelesaikan penyusunan usulan penelitian tesis ini. 8. Seluruh Dosen dan staff Akper Kosgoro yang telah memberikan masukan serta saran demi untuk kesempurnaan ususlan penelitian tesis ini. 9. Keluarga tercinta dan semua teman – teman yang selalu memberikan semangat untuk segera menyelesaikan usulan penelitian tesis ini. 10. Semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya penyusunan ususlan penelitian tesis ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa usulan penelitian tesis ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan. Akhir kata, penulis berharap semoga ususlan penelitian tesis ini dapat dilanjutkan dan bermanfaat bagi semua pihak.

Mojokerto, Desember 2010

Penulis

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 7

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING...................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS................................................................... iii PERNYATAAN.................................................................................................... iv KATA PENGANTAR..........................................................................................

v

DAFTAR ISI........................................................................................................ vii DAFTAR TABEL................................................................................................

ix

DAFAR GAMBAR..............................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................

xi

ABSTRAK............................................................................................................ xii ABSTRACK......................................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................

1

A. Latar Belakang .........................................................................................

1

B. Identifikasi Masalah..................................................................................

5

C. Pembatasan Masalah................................................................................... 5 D. Rumusan Masalah......................................................................................... 5 E. Tujuan Penelitian......................................................................................

6

F. Manfaat Penelitian....................................................................................... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, HIPOTESIS............. 8 A. Konsep Teori................................................................................................ 8 1. Konsep Dasar Lansia.................................................................................8 2.Konsep Dasar kepribadian..........................................................................20 3. Konse Dasar Dukungan Sosial..................................................................34 B. Penelitian Yang Relevan........................................................................... 50 C. Kerangka Berpikir..................................................................................... 51 D. Hipotesis Penelitian.................................................................................. 52 BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................. 55 A. Jenis Penelitian........................................................................................... 55 B. Waktu dan Lokasi Penelitian................................................................... 55

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 8

C. Populasi, Sample, Sampling.................................................................

55

D. Definisi Operasional..............................................................................

56

E. Instrumen Penelitian............................................................................... 58 F. Prosedur Pengumpulan Data......................................................................... 62 G. Tehnik Analisa Data.............................................................................. 62 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................66 A. Hasil Penelitian...................................................................................... 66 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................. 66 2. Deskripsi Karakteristik Umum Responden..................................... 66 3. Deskripsi Karakteristik Khusus Responden.................................... 69 4. Pengujian Hipotesis.......................................................................... 70 B. Pembahasan............................................................................................ 73 1. Perbedaan Pengaruh Tipe-Tipe Kepribadian..................................... 73 2. Perbedaan Pengaruh Dukungan Sosial............................................. 75 3. Interaksi Pengaruh Tipe Kepribadian dan Dukungan Sosial Terhadap Tingkat Depresi................................................................ 77 BAB V PENUTUP............................................................................................. 81 A. Kesimpulan................................................................................................... 81 B. Implikasi................................................................................................. 81 C. Saran....................................................................................................... 83 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 84

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 9

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Definisi Operasional.................................................................................... 56 Tabel 2. Hasil Uji Realibilitas............................................................................... 61 Tabel 3. Waktu Pelaksanaan Penelitian..................................................................65 Tabel 4. Distribusi Responden Berdasar Pendidikan................................................ 66 Tabel 5. Distribusi Responden Berdasar Umur.................................................... 67 Tabel 6. Distribusi Responden Berdasar Status Perkawinan....................................67 Tabel 7. Distribusi Responden Berdasar Agama....................................................68 Tabel 8. Distribusi Responden Berdasar Alasan Masuk...................................... 68 Tabel 9. Tipe Kepribadian Responden................................................................... 69 Tabel 10. Dukungan Sosial Responden................................................................ 69 Tabel 11. Depresi Pada Lansia.............................................................................. 70 Tabel 12. Hasil Analisis Kruskall-Wallis tentang Perbedaan Pengaruh TipeTipe Kepribadian.................................................................................. 70 Tabel 13. Hasil Analisis Kruskall-Wallis Tentang Perbedaan Pengaruh Dukungan Sosial................................................................................... 71 Tabel 14. Hasil Analisis Friedman Test Interaksi Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Dukungan Sosial Terhadap Tingkat Depresi.................................. 71 Tabel 15. Kesimpulan Uji Statistik Friedman Test................................................ 72

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 10

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berfikir................................................................................53

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 11

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan Menjadi Responden Penelitian...................................87 Lampiran 2. Formulir Persetujuan Menjadi Responden.......................................88 Lampiran 3. Lembar Kuesioner ...........................................................................89 Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian..........................................................................99 Lampiran 5. Surat Jawaban Penelitian..................................................................100 Lampiran 6. Tabel Induk Uji Coba Kuesioner Tipe Kepribadian............................. 101 Lampiran 7. Hasil Uji Statistik Person Produck Moment Tipe Kepribadian.......102 Lampiran 8. Tabel Induk Uji Coba Kuesioner Dukungan Sosial.........................114 Lampiran 9. Hasil Uji Statistik Person Produck Moment Dukungan Sosial........115 Lampiran 10. Tabel Induk Uji Coba Kuesioner Tongkat Depresi........................120 Lampiran 11. Hasil Uji Statistik Person Produck Moment Tingkat Depresi.......121 Lampiran 12. Hasil Pengumpulan Data................................................................127 Lampiran 13. Hasil Uji SPSS Kruskall-Wallis....................................................128 Lampiran 14. Hasil Uji SPSS Friedman Test.......................................................130

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 12

ABSTRACT Anik Supriani, S540809103. 2010. Depression Rate In Reviewed Elderly Type Of Personality And Social Support In UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. Thesis: The Master of the Family Medicine Department in Health Professions Education Program Postgraduate Program Sebelas Maret University of Surakarta The prevalence of depression is a disorder incident psychological top of the elderly. Depression is caused by many factors from outside or from within. Type personality and social support can affect levels of depression in the elderly. Introverted personality type and less social support lead to value severe levels of depression. This research aims to determine differences the influence of personality types and social support on the level of depression in elderly in UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. This research of cross sectional studies, in Panti Werdha Mojopahit Mojokerto with a sample of 30 elderly, simple random sampling technique dependent sampling. Variable levels of depression in the elderly, the independent variable type personality and social support. Data collected with using questionnaires and analyzed with the Kruskal - Wallis and friedman test. Based results found no differences influence the types of introvert and extrovert personalities on the level depression in the elderly (ρ = 0.000), there are differences influence less social support and well on the level of depression in the elderly (ρ = 0.001), no interaction effect of type personality and social support to levels of depression (ρ = 0.000). So introverted personality type with social support less cause depression levels of high value severe depression. Expected the family and the nursing staff understand the type of personality the elderly and provide support social care of the elderly as possible to reduce levels of depression in the elderly. Keywords: personality type, social support, level depression

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 13

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Lanjut usia (lansia) jumlahnya akan meningkat dengan peningkatan taraf kesehatan bangsa Indonesia.Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stressor. Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun (Pudjiastuti, 2003). Ada faktor-faktor risiko yang mempengaruhi penuaan, yaitu faktor endogen dan faktor eksogen. Salah satu faktor endogennya adalah tipe kepribadian, karena kepribadian seseorang akan sangat berpengaruh sejak muda hingga setelah memasuki masa lansia. Sedangkan faktor eksogennya adalah dukungan sosial yang akan menentukan ketentraman hidup lansia (Kuntjoro, 2002).Keberadaan lansia dalam melewati kehidupannya dengan tetap tinggal bersama keluarga dan ada pula yang hidup dipanti. Lansia yang tinggal dipanti memiliki sisi positif, lingkungan panti dapat memberikan kesenangan tersendiri karena sosialisasi dilingkungan yang memiliki tingkat usia sebaya (Soepangat, 2004). Dalam segi perawatan yang diberikan, petugas dipanti mempunyai pengalaman maupun ketrampilan khusus perawatan lansia sehingga kualitas hidup dari segi fisik maupun mental dalam kondisi stabil. Kecemasan yang terjadi pada lansia dapat menciptakan mekanisme pertahanan yang negatif sehingga muncul depresi, terutama wanita mempunyai insiden lebih sering

commit to user 3

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 14

(Sa’abah, 2000). Lansia di UPT Panti werdha Mojopahit Mojokerto sebanyak 38 lansia yang banyak mengatakan merasa sedih jauh dari keluarga , merasa tidak berguna dan berharga. Selain itu banyak lansia yang habis pensiun kemudian masuk panti merasa sudah tidak berguna dan berkurang hubungan dengan masyarakat. diharapkan keadaan lansia bisa dalam kondisi sehat fisik maupun mental. Tapi pada kenyataannya tidak semua penghuni panti dalam kondisi mental yang stabil. Didapatkan lansia yang mengalami depresi dipanti jompo 21% dari 70 lansia (Ballo dikutip Luecknenotte, 1998). Perubahan-perubahan secara fisik maupun mental banyak terjadi saat seseorang memasuki usia senja (Wirakusumah, 2000). Penyakit-penyakit mental akibat penuaan, seperti depresi, hipokondriasis, demensia, delirium, ansietas, paranoid dan sebagainya. Pada lansia, depresi merupakan salah satu problem yang sering ditemukan. . Tahun 2015 jumlah lanjut usia diperkirakan mencapai 24,5 juta orang (Sikhan,2009). Di Jawa Timur jumlah lanjut usia mencapai 3,5 juta orang lansia (BPS 2003). Selain itu berdasarkan data terbaru tahun 2010 yang didapatkan dari Dinas Sosial Mojokerto bahwa jumlah lanjut usia yang ada di Mojokerto kurang lebih sekitar 2000 jiwa. Prevalensi depresi pada lansia 15 20% dari populasi usia lanjut di masyarakat menderita depresi (Darmodjo, 2004). Pada tahun 2020 depresi akan menduduki urutan teratas dari negara berkembang termasuk Indonesia (FKUI, 2000). Menurut the national old people’s walfare council di Inggris yang dikutip oleh Nugroho (2000) menyatakan bahwa depresi merupakan salah satu penyakit atau gangguan umum pada lansia yang menduduki rangking atas. Pada usia lanjut, dimana stressor sering menyebabkan depresi dan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 15

kemampuan beradaptasi sudah menurun, akibat depresi pada usia lanjut sering kali tidak sebaik usia muda (Van der Carmmen dikutip Darmojo, 2004). Adanya depresi yang berkelanjutan dengan disertai gejala rasa putus asa, rasa cemas yang hebat, rasa tidak berharga lagi, gangguan nafsu makan, gangguan tidur berat, serta aktivitas lain akan berisiko percobaan bunuh diri. Depresi bukan merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh patologi tunggal tetapi bersifat multifaktorial (Darmodjo, 2004). Depresi merupakan suatu gangguan afektif yang ditandai dengan hilangnya minat atau kesenangan dalam aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan sehari-hari dan pada waktu yang lampau (Townsend, 1998). Terjadinya depresi pada lansia merupakan interaksi faktor biologis, psikologis dan sosial. Faktor sosial adalah berkurangnya dukungan sosial, kesepian, berkabung, kemiskinan dapat mencetuskan depresi. Pada penelitian yang dilakukan Erawati (2002) dukungan keluarga mempunyai hubungan yang signifikan dengan tingkat depresi pada lansia yang berarti semakin baik dukungan keluarga yang diterima lansia semakin kecil kemungkinan untuk terjadi depresi pada lansia tersebut. Dukungan sosial berasal dari seorang yang mempunyai ikatan emosi sangat mendalam, keluarga, teman, petugas panti, orang yang sangat dipercaya atau orang yang sangat dicintai, sangat besar manfaatnya bagi seseorang yang apabila tidak terpenuhi akan menyebabkan depresi (Kuntjoro, 2002). Sedangkan faktor psikologis yang berperan dalam timbulnya depresi adalah tipe kepribadian introvert yang timbul rasa kurang percaya diri, kecenderungan

perenung/pemikir,

suka

menyendiri,

dan

kecenderungan

membayangkan kesukaran dalam hidup yang seringkali dapat menimbulkan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 16

depresi (Ingram, 2003). Dari aspek biologis lansia mengalami kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf maupun zat neurotransmitter. Depresi pada usia lanjut seringkali kurang atau tidak terdiagnosis karena kombinasi beberapa gejala gangguan depresi (Darmojo, 2004). Menurut Ericson tahap lansia sebagai tahap integrity versus dispair yakni individu yang cukup melampaui tahap ini akan dapat beradaptasi dengan baik, menerima berbagai perubahan dengan tulus, mampu berdamai dengan keterbatasannya, dan bertambah bijak menyikapi kehidupan. Sebaliknya mereka yang gagal akan melewati tahap ini dengan penuh pemberontakkan, putus asa dan ingkar terhadap kenyataan yang dihadapinya (FKUI, 2000). Sukses tidaknya seseorang melewati tahap ini dipengaruhi oleh maturitas kepribadian, tekanan hidup yang dihadapinya, dan dukungan dari sosial sekitar. Hampir semua orang sekali waktu dalam hidupnya pernah memiliki pikiran untuk lebih baik mati saja. Motivasi ini sangat kompleks. Apakah buah pikiran itu akan menjadi perbuatan atau tidak, tergantung pada keadaan lingkungan sosial dan fisik, serta juga pada keadaan jiwa maupun badan orang itu. Pada lansia yang mengalami depresi yang berkelanjutan akan mengalami krisis mental, bilamana tidak teratasi maka individu yang bersangkutan akan jatuh kedalam keadaan yang lebih buruk lagi (bunuh diri) (Maramis, 2004). Melihat keragaman masalah atau dampak akibat depresi pada lansia dan dengan adanya penghuni panti yang mengalami depresi diharapkan pengelola panti dapat mengetahui hubungan tipe kepribadian dan dukungan sosial dengan depresi pada lansia. Pengelola panti dapat memberikan intervensi untuk mencegah atau mengurangi depresi pada lansia, yaitu dengan cara mengembangkan persepsi

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 17

diri lansia yang positif dan realistik sesuai tipe kepribadian; mengatasi kesedihan dengan pendekatan hangat, menerima, dan empati; strategi pertahanan dengan pelaksanaan aktivitas sehari-hari dan evaluasi potensi diri lansia; jalin hubungan terapeutik dengan komunikasi terbuka; serta meningkatkan hubungan sosial yang berharga dengan mendukung respon adaptif lansia dan ketrampilan interpersonal yang efektif (Stuart Sundeen, 1998).

B. Identifikasi Masalah 1. Dukungan sosial yang baik dapat menurunkan terjadinya depresi pada lansia. 2. Pentingnya mengenal tipe kepribadian lansia dalam menrunkan depresi pada lansia.

C. Pembatasan Masalah Sesuai dengan uraian di depan agar permasalahan yang dikaji tidak terlalu luas maka peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut: 1. Tipe kepribadian dan dukungan sosial variable bebas 2. Depresi lansia variable terikat.

D. Rumusan Masalah 1.

Adakah perbedaan pengaruh antara tipe kepribadian introvert dan ekstrovert terhadap tingkat depresi pada lansia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto?

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 18

2.

Adakah perbedaan pengaruh pada lansia antara lansia yang mendapat dukungan sosial kurang dan baik terhadap tingkat depresi pada lansia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto?

3.

Apakah ada interaksi pengaruh antara tipe kepribadian dengan dukungan sosial terhadap tingkat depresi pada lansia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto?

E. Tujuan Penelitian 1.

Tujuan Umum Untuk menganalisis perbedaan pengaruh tipe kepribadian dan dukungan

sosial terhadap tingkat depresi pada lansia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. 2.

Tujuan Khusus a. Menganalisis perbedaan pengaruh pada tipe-tipe kepribadian (introvert dan ekstrovert) terhadap tingkat depresi pada lansia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. b. Menganalisis perbedaan pengaruh pada lansia yang mendapat dukungan sosial kurang dan baik terhadapap tingkat depresi pada lansia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. c. Menganalisis interaksi pengaruh antara tipe kepribadian dengan dukungan sosial terhadap

tingkat depresi pada lansia di UPT Panti Werdha

Mojopahit Mojokerto.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 19

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a.

Diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan ilmu keperawatan gerontik

b.

Diharapkan dapat menambah wacana studi dalam ilmu keperawatan gerontik tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat depresi pada lansia.

2. Manfaat praktis a.

Diharapkan dapat menambah masukan bagi lansia dalam mengurangi keadaan depresinya

b.

Diharapkan

dapat

meningkatkan

asuhan

menanggulangi depresi lansia pada penghuni panti.

commit to user

keperawatan

dalam

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Konsep Teori 1. Konsep Dasar Lansia a. Definisi lansia Menurut UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 19 ayat 1 “Manusia usia lanjut (Growing old) adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, sikap, perubahan akan memberikan pengaruh pada keseluruhan aspek kehidupan termasuk kesehatan”. Lanjut usia adalah seseorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik yang secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun karena sesuatu hal tidak lagi mampu berperan secara aktif dalam pembangunan (tidak patensial) (Sikhan. 2009). b. Batasan-batasan lansia 1) Menurut organisasi kesehatan dunia WHO (dikutip Nugroho, 2000). Batasan umur lansia sebagai berikut: a) Usia pertengahan atau middle age ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun. b) Lanjut usia atau elderly ialah kelompok usia 60 tahun sampai 70 tahun c) Lanjut usia tua atau old ialah kelompok usia 75 tahun sampai 90 tahun. d) Usia sangat tua atau very old ialah kelompok usia diatas 90 tahun.

commit to user 10

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 21

2) Menurut Koessoenoto Setyonegoro (dikutip Nugroho, 2000). a) Usia dewasa muda atau elderly adulthood yaitu usia sekitar 18 tahun atau 20 tahun sampai 25 tahun. b) Usia dewasa penuh atau midlle years atau maturitas yaitu usia 25 tahun sampai 60 tahun atau 65 tahun. c) Lanjut usia atau geriatric age yaitu usia lebih dari 65 atau 70 tahun, dalam hal ini dibagi untuk usia: (1) Usia 70 sampai 75 tahun atau young old. (2) Usia 75 sampai 80 tahun atau old. (3) Usia lebih dari 80 tahun atau very old. c. Teori-teori proses menua (Darmodjo, 1999) 1) Teori Geriatric Clock Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Tiap spesies didalam inti selnya mempunyai suatu jam genetik yang telah diputar menurut replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidal diputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir. Konsep geriatric clock didukung oleh kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 22

2) Teori Error Catastrope atau mutasi somatic Hal-hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadi mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat imia dapat memperpendek umur sebaliknya untuk menghindari terkenanya radiasi atau tercemar zat kimia yang bersifat karsinogenik atau toksik dapat memperpanjang umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut. 3) Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel maka hal ini dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sela asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. 4) Teori Radikal Bebas Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidal stabilnya radikal bebas atau kelompok atom mengakibatkan oksidasi oksigen

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 23

bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak bisa regenerasi. 5) Teori Menua akibat Metabolisme Pada tahun 1935 Mc. Kay Etal memperlihatkan bahwa pengurangan intake kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena penurunan jumlah kalori tersebut antara lain disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme. d. Faktor-faktor risiko penuaan (Wirakusumah, 2000) Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Perlu hatihati dalam mengidentifikasi penuaan. Bila seseorang mengalami penuaan fisiologis, diharapkan mereka tua dalam keadaan sehat. Ada faktor-faktor risiko yang mempengaruhi penuaan seseorang, yaitu: 1)

Faktor endogen, yaitu faktor bawaan (keturunan) yang

berbeda pada setiap individu. Faktor inilah yang mempengaruhi perbedaan efek menua pada setiap individu, dapat lebih cepat atau lebih lambat. Seperti seseorang yang mempunyai bawaan penuaan dini, penyakit tertentu, perbedaan tingkat intelegensia, warna kulit dan tipe kepribadian. Seseorang yang memahami adanya faktor keturunan yang dapat mempercepat proses penuaan harus lebih hati-hati. Ia harus berusaha menangkal efek negatif yang ditimbulkan

oleh

genetiknya.

Misalnya,

seseorang

yang

mempunyai keturunan terkena diabetes atau obesitas maka perilaku

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 24

pola makan, aktivitas atau perilaku lainnya tidak bisa sama dengan orang yang berisiko. Faktor intelegensia sedikit banyak mempengaruhi proses penuaan. Umumnya orang berintelegensia tinggi cenderung memiliki pola pikir kedepan yang lebih baik sehingga berusaha menerapkan pola hidup sehat. Ras kulit juga akan mempengaruhi kecepatan proses penuaan. Golongan kulit putih mempunyai risiko terserang osteoporosis lebih tinggi daripada kulit hitam. Perbedaan tipe kepribadian dapat juga memicu seseorang lebih awal memasuki masa lansia. Kepribadian yang selalu ambisius, senantiasa dikejar-kejar tugas, cepat gelisah, mudah tersinggung, cepat kecewa dan sebagainya akan mendorong seseorang cepat stres dan frustasi. Akibatnya, orang tersebut mudah mengalami berbagai penyakit. 2) Faktor eksogen, yaitu faktor luar yang dapat mempengaruhi penuaan. Biasanya faktor lingkungan, sosial budaya dan gaya hidup. Misalnya, diet atau asupan gizi, merokok, polusi, obatobatan maupun dukungan sosial. Faktor lingkungan dan gaya hidup berpengaruh luas dalam menangkal proses penuaan. Tidak heran bila untuk menyangkal proses penuaan dilakukan dengan cara menyiasati faktor ini.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 25

e. Perubahan-perubahan lanjut usia (Nugroho, 2000) 1) Perubahan fisik (a) Sel (1)

Lebih sedikit jumlahnya

(2)

Lebih kecil ukurannya

(3)

Berkurangnya jumlah cairan tubuh

(b) Sistem persyarafan (1) Cepatnya menurun hubungan persyarafan (2) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stress (3) Mengecilnya syaraf panca indera Berkurangnya

penglihatan,

hilangnya

pendengaran,

mengecilnya syaraf penciuman, dan perasa lain sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap suhu dingin. (c) Sistem pendengaran (1) Prebiaskusis atau gangguan pada pendengaran. Hilangnya kemapuan atau daya pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun. (2) Membran tympani menjadi atropi (3) Terjadinya pengumpulan serumen yang dapat mengeras karena meningkatnya kerotin.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 26

(d) Sistem penglihatan (1)Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar (2)Kornea lebih terbentuk sferis atau bola (3)Lensa lebih suram (4)Meningkatnya ambang peningkatan sinar (5)Hilangnya daya akomodasi (6)Menurunnya lapang pandang (e) Sistem kardiovaskuler (1)Katub jantung menebal dan menjadi kaku (2)Kemampuan memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. (3)Kehilangnya elastisitas pembuluh darah (4)Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer. (f) Sistem respirasi (1) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku (2) Menurunnya aktifitas silia (3) Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas berat, kapasitas pernafasan maksimal menurun (4) alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 27

(5) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg (6) CO2 pada arteri tidak berganti (7) Kemampuan untuk batuk berkurang (g) Sistem gastrointestinal (1) Kehilangan gigi Penyebab utama adanya periodental disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk. (2) Indera pengecap menurun Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi pengecap, hilangnya sensitifitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis dan asin. (3) Oesofagus melebar (4) Lambung a)) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi b)) Fungsi absorbsi melemah (5) Liver Makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah. (h) Sistem genito urinaria (1) Ginjal

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 28

Mengecil dan nephron menjadi atropi sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50% fungsi tubulus berkurang, penyaringan di glomerulus menurun. (2) Vesiko urinaria atau kandung kemih Otot-otot menjadi lemah kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau penyebabnya frekuensi buang air kecil menigkat. (3) Pembesaran prostat kurang lebih 75% dialami oleh pria usia diatas 65 tahun. (4) Atropi vulva (5) Vagina Sel lendir menjadi kering, elastisitas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya alkali, terjadi perubahan warna. (6) Daya seksual Orang-orang

yang

makin

menua

masih

juga

membutuhkannya, tidak ada batasan umur tertentu dimana fungsi seksual seseorang berhenti. (i) Sistem endokrin (1)

Produksi dari hampir semua hormon menurun

(2)

Fungsi parathyroid dan sekresinya tidak berubah

(3)

Pituitari

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 29

Pertumbuhan hormon terhadap terapi lebih rendah dan hanya dalam pembuluh darah. Berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH. (4)

Menurunnya produksi aldosteron

(5)

Menurunnya sekresi hormon kelamin Misalnya: progesteron, estrogen, testosteron

(j) Sistem kulit (1) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak (2) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu (3) Rambut dalam hidung dan telinga menebal (4) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi. (5) Kuku jari tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk (6) Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya (k) Sistem muskuloskeletal (1) Tulang kehilangan density atau cairan dan makin rapuh (2) Kiposis (3) Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas (4) Discusintervertebralis menipis dan menjadi pendek atau tingginya berkurang (5) Persendian membesar dan menjadi kaku (6) Tendon mengkerut dan mengalami sklerosis (7) Atropi serabut otot atau otot-otot serabut mengecil

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 30

Serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor 2) Perubahan mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental a) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa b) Kesehatan umum c) Tingkat pendidikan d) Keturunan (hereditas) e) lingkungan 3) Perubahan psikososial a) Pensiun Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya, dikaitkan dengan peranan dalam perkerjaannya. b) Merasakan atau sadar akan kematian. c) Perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit. d) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. e) Penyakit kronis dan ketidakmampuan. f) Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial sehingga timbul depresi. g) Gangguan syaraf panca indera timbul kebutaan dan ketulian. h) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 31

i) Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan keluarga. j) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik. 4) Perubahan spiritual a) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow dikutip Nugroho, 2000). b) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner dikutip Nugroho, 2000). f. Penyakit yang sering dijumpai pada lansia Menurut “The National Old People’s Welfare Council” di Inggris yang dikutip Nugroho (2000) mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada lansia ada 12 macam, yakni: 1) Depresi 2) Gangguan pendengaran 3) Bronkitis kronis 4) Gangguan pada tungkai/sikap berjalan 5) Gangguan pada sendi 6) Anemia 7) Demensia 8) Gangguan penglihatan 9) Ansietas 10) Dekompensasi kordis

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 32

11) Diabetes mellitus, osteomalisia, dan hipotiroidisme 12) Gangguan pada defekasi

2. Konsep Dasar Kepribadian a. Definisi kepribadian Menurut Sunaryo (2004) menyatakan bahwa ada beberapa pendapat batasan atau definisi kepribadian, diantaranya sebagai berikut: 1) Kepribadian

adalah

bagaimana

individu

menampilkan

dan

menimbulkan kesan bagi individu lain. 2) Kepribadian adalah sesuatu organisasi yang dinamis dari sistem-sistem psikologis didalam individu yang menentukan penyesuaian yang khas terhadap lingkungannya. 3) Kepribadian adalah keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terusdalam dirinya, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan terhadap segala rangsang, baik yang datang dari dalam dirinya maupun lingkungannya sehingga corak dan cara kebiasaan itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu.menerus terhadap hidupnya. 4) Kepribadaian adalah struktur yang terdiri dari tiga sistem, id, ego dan superego. 5) Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 33

6) Kepribadian adalah himpunan segala fungsi kejiwaan seseorang sebagai suatu kesatuan dinamis dengan mengusahakan penyesuaian diri orang tadi terhadap tuntutan hidup sambil menjaga keseimbangan diri, baik secara fisik (jasmani) maupun psikis (rohaniah). 7) Kepribadian adalah sesuatu yang memberi tata tertib dan keharmonisan terhadap segala macam tingkah laku berbeda-beda dilakukan si individu. Jadi kepribadian meliputi segala corak tingkah laku individu yang terhimpun dalam dirinya, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap segala rangsang, baik yang datang dari luar dirinya atau lingkungannya (eksternal) maupun dari dalam dirinya sendiri (internal) sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu. Dengan kata lain, segala tingkah laku individu adalah manifestasi dari kepribadian yang dimilikinya sebagai perpaduan yang timbul dari dalam diri dan lingkungannya. Dari perumusan kepribadian diatas disimpulkan bahwa kepribadian berkembang sesuai dengan cara penyesuaian terhadap lingkungan sehingga dapat dikatakan bahwa kepribadian merupakan suatu hasil dari fungsi keturunan dan lingkungan. Tipe kepribadian berkenderungan relatif stabil, karena kepribadian seseorang akan sangat berpengaruh sejak muda hingga setelah memasuki masa lansia

(Kuntjoro,2002).

Dalam

usaha

mengerti

commit to user

seseorang,

mengerti

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 34

kepribadiannya perlu kita mengikuti lingkungan manakah yang berperan pada proses perkembangan dan masa hidupnya. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian Menurut Sabri (2001) dalam mempelajari kepribadian kita perlu mengetahui bagaimana sifat-sifat atau ciri-ciri kepribadian itu terbentuk dan bagaimana proses perkembangannya, siapa-siapa dan apa saja peristiwaperistiwa yang mempengaruhi perkembangannya. Dalam hubungan ini ada beberapa

faktor

yang

mempengaruhi

pembentukan/perkembangan

kepribadian, yaitu: 1) Heredity Untuk mengetahui bagaimana atau sejauh mana pengaruh heredity atau warisan genetik atau pembawaan terhadap perkembangan atau pembentukan kepribadian, kita bisa peroleh dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan para ahli psikologi, dengan cara mambandingkan antara orang-orang yang hereditasnya sama, tetapi hidup di alam lingkungan yang berbeda-beda. Dalam hal ini kita perlu percaya kepada hasil studi para ahli yang dilakukan tehadap anak kembar identik. Dalam kenyataan di masyarakat, si kembar banyak dipengaruhi kerjasama lingkungan; pada umumnya orang-orang tua cenderung memperlakukan anak-anak kembar secara kembar segala-galanya; ini berarti bahwa faktor lingkungan juga seolah-olah sudah cukup dapat memaksa untuk menyamakan kepribadian sepasang anak kembar. Tetapi hasil penelitian yang dilakukan para ahli psikologi diatas telah

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 35

membuktikan bahwa kesamaan kepribadian pada sepasang anak kembar identik tidak cukup dipengaruhi faktor lingkungan tersebut.bagi anak kembar identik dipisahkan hidupnya atau lingkungannya, karena tidak dikehendaki sama kepribadiannya,maupun yang dipaksakan dengan perlakuan atau pengalaman kekembaran yang sama, akan tetapi tetap terbukti kepribadian mereka sama juga; dan kesamaannya itu tidak dapat diterangkan oleh sebab faktor lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa heredity dalam hal ini merupakan faktor yang lebih berpengaruh dari pada faktor lingkungan. Di samping itu, penyelidikan yang lain juga telah membuktikan bahwa ciri-ciri kepribadian tertentu yang spesifik adalah warisan genetik semata-mata. Demikian pula halnya dengan sifat introvert, ambivert, dan ekstrovert telah terbukti melalui penelitian, ciri-ciri kepribadian tersebut banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur genetic atau heredity yang sudah menjadi pembawaan seseorang sejak lahir. 2) Pengalaman Meskipun setiap unsur heredity anak mudah mereaksi terhadap pengalaman-pengalaman baru (menurut tingakat kematangan atau kecenderungan temperamennya), akan tetapi reaksi-reaksinya itu akan berubah oleh interaksinya dengan orang tua, teman main, sanak keluarga dan sebagainya. Menurut kenyataan yang bisa menghasilkan atau membentuk kepribadian yang “well adjusted” itu sebetulnya bukan masalah cara,

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 36

tetapi masalah situasi (pengalaman yang dialami anak) dilingkungan keluarga itu sendiri, yaitu apabila setiap lingkungan mampu memelihara rasa aman dan perasaan saling menghargai satu sama lain yang selaras atau mengimbangi situasi yang ada di luar rumah, maka anak-anak akan berkembang menjadi orang yang “well adjusted”. 3) Kebudayaan Tingkah laku dapat diwariskan orang tua kepada anak, karena anak mempunyai kecenderungan meniru tingkah laku atau perbuatan yang dilakukan orang tua dan orang lain yang dekat dengan nya. Banyak aspek-aspek budaya dan sikap-sikap moral yang diwariskan pada anakanak melalui cara-cara peniruan seperti ini. Dari uraian di atas jelaslah bahwa faktor-faktor lingkungan yang membentuk kepribadian itu sangat berkaitan erat denga aspek-aspek budaya yang ditunjukkan oleh pribadi-pribadi orang yang dijadikan contoh peniruan si anak. Setiap kebudayaan/masyarakat mempunyai masing-masing standart tingkah laku sendiri-sendiri sebagai model tingkah laku yang diakui masyarakat dan merupakan sifat-sifat kepribadian yang harus dimiliki oleh setiap warganya. Pengaruh kebudayaan bersifat multidimensional dan berlangsung seumur hidup. c. Pola dan struktur kepribadian Menurut Sabri (2001), pola kepribadian yang dimaksud disini, ialah gambaran tentang garis-garis besar (bentuk) kepribadian manusia pada umumnya. Menurut ahli psikologi, pola kepribadian ini terdiri dari dua

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 37

bagian: sebagian disebut “The Concept of Self” yang merupakan core atau pusat atau terasnya bentuk kepribadian kita: dan sebagian lainnya disebut “Trait” yang merupakan kemudi atau rodanya kepribadian itu. “Trait” ini berhubungan erat dan dipengaruhi oleh bagian pusat (self concept). Jadi konsep ini terbentuk dari respon atau penerimaan orang terhadap dirinya. Sedangkan “Ideal self concept” adalah gambaran orang mengenal apa yang mereka cita-citakan dari dirinya. “Trait” atau sifat-sifat pribadi, adalah pola-pola

penyesuaian diri seseorang, yang sudah menjadi sifat atau

kualitas tingkah lakunya yang spesifik; seperti misalnya reaksi terhadap frustasi, cara dalam menghadapi masalah dan sebagainya. Sifat-sifat kepribadian ini menyatu dan dipengaruhi oleh self concept. Dalam menggambarkan kepribadian secara ilmiah, ahli psikologi mencoba mencari atau menunjukkan karakteristik atau ciri-ciri terpenting dari tingkah laku individu yang tampak dalam kehidupan sehari-hari. Ciri-ciri khas daripada tingkah laku individu itu disebut ciri-ciri kepribadian (personality trait). Menurut Jung seperti dikutip Kartono (1996) kepribadian atau psyche adalah totalitas dari semua peristiwa psikis, baik yang sadar meupun tidak sadar. Kedua-duanya mempunyai fungsi adaptasi. Alam sadar (kesadaran atau consious) yang berfungsi untuk mengadakan penyesuaian terhadap dunia luar. Alam sadar ini tidak lain adalah ego. Alam tak sadar (ketidaksadaran atau unconsious) yang berfungsi mengadakan adaptasi atau penyesuaian terhadap kehidupan batiniah (dunia dalam). Ketidaksadaran itu menjadi tenaga primer bagi manusia. “ketidaksadaran itu merupakan induk

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 38

kreatif yang kekal dari kesadaran” kata Jung. Karena itu ketidaksadaran bukanlah lawan dari kesadaran, akan tetapi merupakan faktor pelengkap bagi kesadaran, agar kedua-duanya bisa berfungsi dengan sehat. d. Tahapan kepribadian Pembahasan pakar psikologi tentang tahapan kepribadian terutama menyangkut

perbedaan

individual

maupun

karakteristiknya

yang

membedakan satu individu dari individu yang lain. Menurut Atkinson (1996) individu itu dari lahir mengalami tahapan-tahapan yang penting, yaitu: 1) Masa kanak-kanak (pembentukan kepribadian) Bayi lahir dengan potensialitas tertentu. Karakteristik fisik pada dasarnya ditentukan pada saat konsepsi. Intelegensi dan kemampuan khusus tertentu, dalam beberapa hal juga bergantung pada hereditas. Jadi

belum

memiliki

bermacam-macam

sifat

yang

kemudian

dimilikinya. Dengan kata lain belum memiliki kepribadian. Penelitian pada bayi yang baru lahir menemukan bahwa perbedaan karakteristik seperti tingkat keaktifan, rentang perhatian, kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan, dan suasana hati umumnya, dapat diamati segera setelah kelahiran. Salah seorang bayi mungkin mempunyai karakteristik aktif, mudah terganggu dan mau menerima objek serta orang baru; bayi yang lain mungkin pasif, tekun berkonsentrasi pada suatu aktifitas, dan takut pada hal-hal yang baru. Karakteristik temperamen awal ini cenderung bertahan dalam diri anak.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 39

Orang tua memberikan respon yang berbeda terhadap bayi yang mempunyai karakteristik berbeda. Dalam hal ini, terjadi proses timbal balik yang memperkuat karakteristik kepribadian yang ada sejak lahir. Pertumbuhan merupakan proses diferensiasi dan integrasi yang berlangsung terus-menerus. Anak kecil telah menunjukkan perbedaanperbedaan yang berkualitas, misalnya perbedaan ekspresi-ekspresi emosional yang cenderung untuk tetap dan terbentuk menjadi cara penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya. Jadi beberapa tingkah laku anak itu merupakan perintis bagi pola-pola kepribadian selanjutnya. 2) Masa remaja (membentuk identitas) Perkembangan ini merupakan periode peralihan dari masa kanakkanak ke masa dewasa. Ini bearti anak-anak masa kini harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan, dan juga harus mempelajari sikap dan pola perilaku yang baru pengganti perilaku dan sikap yang ditinggalkan. Akibat sikap peralihan ini remaja bersikap ambivalensi: di satu pihak ingin diperlakukan sebagai orang dewasa, jangan terlalu di perintah seperti anak kecil, tetapi di lain pihak segala kebutuhannya masih minta dipenuhi seperti halnya pada anak-anak. Masa remaja adalah sebagai masa mencari identitas, kalau masamasa sebelumnya penyesuaian diri dengan standar kelompok adalah jauh lebih penting bagi anak-anak daripada individualitas. Atau kalau pada masa lalu anak merasa puas apabila dirinya telah menjadi sama dengan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 40

teman-temannya dalam segala hal, tetapi sekarang di masa remaja ini yang didambakannya atau yang paling penting adalah mencari dan menemukan identitas dirinya sendiri. 3) Masa Dewasa (maturasi kepribadian) Pada orang dewasa faktor yang menentukan maturasi kepribadian adalah sifat-sifat (trait) yang terorganisasikan dan selaras. Sifat-sifat ini timbul dalam berbagai cara dari perlengkapan-perlengkapan sampai batas-batas tertentu berfungsinya sifat-sifat itu disadari dan rasional. Biasanya individu yang normal mengerti atau menyadari apa yang dikerjakannya dan mengapa itu dikerjakannya. Dalam meneliti kepribadian, para pakar psikologi mencoba menemukan keteraturan perilaku. Asumsi yang menjadi dasar sebagian besar teori kepribadian adalah bahwa orang melakukan perilaku secara konsisten dari situasi yang satu ke situasi yang lain dan di sepanjang waktu. Teori trait berasumsi bahwa sifat (trait) kepribadian dasar tertentu menentukan karakteristik seseorang dalam berbagai situasi dari hari ke hari dan sampai tahap tertentu selama hidup. Jadi, bila orang tampak melakukan perilaku secara jujur atau bersungguh-sungguh dalam beberapa situasi, kita bisa berasumsi bahwa kita dapat memprediksi bagaimana perilaku orang tersebut dalam berbagai situasi dan bagaimana perilakunya

dalam

setahun

kemudian.

Teori

psikoanalisis

juga

mengasumsikan konsistensi; konflik masa kanak-kanak yang tidak terpecahkan (misalnya, yang berkisar pada pembiasaan kebersihan) akan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 41

mengarah pada sejumlah karakteristik kepribadian (keras kepala, kebersihan yang berlebihan, dan perhatian terhadap hal yang kecil-kecil) yang akan menjadi ciri orang itu sepanjang hidupnya. Dipandang dari sudut kepribadian, perasaan konsistensi dalam pikiran dan perilaku merupakan hal yang penting untuk kesejahteraan. Hilangnya perasaan konsistensi merupakan karakteristik kekacauan pribadi. e.Tipologi kepribadian Carl Gustav Jung Profesor C.G Jung membedakan tiga tipe kepribadian, bergantung pada sikapnya terhadap dunia luar dan dunia batiniah sendiri yaitu tipe ekstrovert, tipe introvert dan ambivert (Sunaryo,2004). Menurut Jung ekstrovert berarti minat yang terarah keluar (termasuk dunia manusia), sedang introvert menunjukkan bahwa minat dan nilai terutama dari dirinya; pikiran perasaan, cita-citanya sendiri yang menjadi sumber dan minat-minat dan nilai-nilainya. Pada ekstrovert, pandangan hidupnya “dalam masa kini” (titik berat cara hidupnya bukan masa lampau atau masa mendatang) dan mereka menilai dan menghargai miliknya serta menghargai keberhasilannya dalam bergaul dengan masyarakat. Sedangkan introvert biasanya melamun dalam hidupnya melamunkan dan merencanakan untuk masa yang akan datang serta yang dipentingkan atau yang dijadikan ukuran adalah norma-norma atau nilai-nilai dan kecenderungan-kecenderungannya dirinya sendiri. Tipe ekstrovert arah minatnya pada dunia kenyataan yang dapat dilihat, sedangkan introvert tertuju pada tenaga/potensi dan hal-hal atau

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 42

kondisi-kondisi yang mendasarinya yang bersifat konsep verbal yang tidak tampak dari dunia sekelilingnya (cara menafsirkan dan memehami segala sesuatu ditujukan kedalam). Selain itu para ekstrovert beesifat praktis sedangkan introvert bersifat intuitif dan berkencederungan “menghayal”, dan para ekstrovert lebih suka cepat bertindak serta mudah membuat keputusan, sedang introvert lebih menyukai untuk “merenungkan” dan “merencanakan” serta biasanya ragu-ragu dalam mencapai keputusan terakhir. Ada tiga dimensi yang tergabung dalam sifat introvert yaitu: kecenderungan atau suka akan “perenungan atau pemikiran, sebagai lawan terhadap kecenderungan “bertindak”; lebih cenderung untuk “menyendiri” daripada “turut serta aktif ditengah-tengah sekumpulan orang atau masyarakat” dan kecenderungan untuk “mencari” atau membayangkan kesukaran dalam hidupnya. Diantara itu, masih ada suatu tipe kepribadian yang tidak dapat dimasukkan dalam golongan introvert atau ekstrovert. Orang yang memiliki tipe ditengah-tengah introvert dan ekstrovert ini dalam psikologi disebut tipe “ambivert”. Tipe ini memiliki lima ciri atau sifat tertentu yang masih berkaitan, yaitu: minat yang berubah, segan atau malu bergaul, suka merenung dan menganalisa diri (lawan dari: berfikir praktis), pesimis (merasa hidup sengsara atau suram), tindakan atau keputusan berubah-ubah, mudah menerima nasib (lawan dari berusaha keras, pantang menyerah). Diantara ekstrovert dan introvert juga terdapat keseimbangan yang kompensatoris. Biasanya salah satu jadi dominan. Unsur yang inferior selalu

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 43

berusaha mengadakan kompensasi. Karena berlangsungnya kompensasi itu ada pada dataran ketidaksadaran, dan diluar kontrol kepribadian, maka kadang kala ada muncul bentuk-bentuk tingkah laku yang primitif atau neurotis. Ciri-ciri kepribadian adalah sebagai berikut: 1. Ekstrovert Lebih menyenangi bersama orang lain. Dia tidak merasa terpaksa untuk bersama orang lain atau hadir dalam acara-acara sosial. Dia juga tidak merasa kaku untuk berbicara didepan khalayak ramai yang belum dikenal. Dia mudah bergaul dan menyenangi bertemu dengan orang-orang baru, dia tidak kaku dan canggung dalam pergaulan. Biasanya dia disenangi oleh lingkungannya, tindakannya cepat dan tegas (Iskandar, 2004). Kelemahan dirinya adalah dia bisa hanyut terbawa arus dunia luar dan berbuat terlampau cepat tanpa pertimbangan (Kartini, 1996). 2. Introvert Adaptasi terhadap dunia luar biasanya sulit dan buruk, sedangkan tingkah lakunya lamban dan ragu-ragu (Kartini, 1996). Dia lebih senang menyendiri, tidak suka dengan orang baru, tidak suka bicara didepan umum, tidak suka menonjol. Dia tidak berani memulai percakapan, khususnya dengan orang baru. Dia terlihat kaku bila bersama dengan orang banyak, apalagi orang yang tidak dikenal. Dia juga mudah tersinggung oleh lelucon yang mengenai dirinya. Dia juga kurang percaya diri, pemalu dan pendiam (Iskandar, 2004).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 44

3. Ambivert Tipe kepribadian seseorang yang memiliki kedua tipe dasar sehingga sulit untuk memasukkan kedalam salah satu tipe.

f. Tes kepribadian MMPI (Minessota Multiphasic Personality Inventory) adalah suatu instrumen psikologis kompleks yang didesain untuk mendiagnosis tipe kepribadian serta keadaan mental penderita, yang pada awalnya (tahun 1930-1940) digunakan untuk mengetahui kondisi penderita dalam berbagai kategori neurotik maupun psikotik. Pada perkembangannya penggunaan MMPI kemudian meluas untuk berbagai keperluan, termasuk digunakan di lembaga-lembaga tenaga kerja, pusat-pusat konseling di universitas, klinikklinik kesehatan jiwa, sekolah-sekolah maupun di industri-industri. MMPI juga banyak digunakan untuk penelitian dan seleksi. Pada tes ini penderita diminta memberi jawaban ya atau tidak pada banyak pertanyaan. Kemudian hasil yang timbul berupa skala-skala yang kemudian dianalisis dan disimpulkan, sesuai profil peningkatan atau penurunan atau normalnya skala. Pada penelitian ini dikaji skala kepribadian introvert, ambivert dan ekstrovert dan terdiri dari 24 item. Pada tes ini jawaban dicocokkan dengan kunci jawaban yang ada. Diberi nilai 1 untuk jawaban yang cocok dan nilai 0 untuk jawaban yang tidak cocok. Dari 24 item maka skor yang diperoleh digolongkan dalam:

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 45

a.Ekstrovert

13 – 24

b.Introvert

≤ 12

Interprestasinya sebagai berikut: Ekstrovert Anda adalah benar-benar menyenangi pergaulan, kawan anda banyak, senang mempelajari ilmu pengetahuan, sedikit urakan, progresif, kurang suka nilai-nilai tradisional, barani tampil kemuka, siap memimpin. Beberapa kawan anda menyebut anda ambisius, tak mau mengalah, terutama orang-orang yang iri pada anda. Selain itu anda juga jarang murung. Anda merupakan personality yang baik, kawan-kawan anda banyak, dan anda tidak takut kemuka, memimpin dengan demokratis. Musuh-musuh anda menyebut anda urakan, mau menang sendiri dan tidak mau kalah. Sahabat anda menyebut anda periang, suka bergaul, berani dan sukses. Ambivert Personality anda adalah kompleks. Disuatu pihak anda ingin bergaul dengan orang-orang, di pihak lain banyak sekali hambatan. Anda selalu memikirkan orang lain sehingga anda ragu-ragu bertindak. Anda suka malu, tetapi kalau terpaksa baru mau maju. Anda perlu dorongan yang kuat baru bisa keluar dari benteng anda. Musuh-musuh anda menyebut anda dingin, kaku, malas dan sombong. Sebaliknya kawan-kawan anda menyebut anda periang, sopan dan serius.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 46

3) Introvert Anda tidak mempunyai keberanian untuk bergaul, pemalu dan penakut. Tak percaya pada diri sendiri. Cenderung konservatif dan birokratis. Malas bergaul dan belajar, memilih teman hanya sesuai dengan anda, baru mau bergaul. Suka menyendiri dan sering frustasi. Teman anda sepakat untuk mengatakan anda pemalu, pendiam, malas, penakut, konservatif dan penurut. Anda sering frustasi. Anda marah-marah pada diri sendiri dan keluarga tanpa berani menuntut hak. Orang-orang melihat anda sebagai orang yang sulit diajak bergaul. Anda rendah diri, karena merasa pengetahuan anda kurang.

3. Konsep Dasar Dukungan Sosial a.

Definisi dukungan sosial Dukungan sosial (social support) didefenisikan oleh

Gottlieb

(1983) sebagai informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh

pada

tingkah

laku

penerimanya.

Pendapat

senada

dikemukakan juga oleh Sarason (1983) yang mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Cobb yang mendefinisikan dukungan sosial

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 47

sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong orang dengan sikap menerima kondisinya, dukungan sosial tersebut diperoleh dari individu maupun kelompok (Kuntjoro, 2002). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan bantuan atau dukungan yang diterima individu dari orang-orang tertentu dalam kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial tertentu yang membuat si penerima merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. b.

Bentuk dukungan sosial Menurut House (dalam Smet, 1994) bentuk dukungan sosial antara lain: 1) Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama. 2) Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa rasa simpatik, empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendirian tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengarkan segala keluhannya, bersimpati dan empati terhadap

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 48

persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapi. 3) Bantuan

instrumental,

bantuan

bentuk

ini

bertujuan

untuk

mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapinya, misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obatobatan yang dibutuhkan dal lain-lain. 4) Penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi yang sebenarnya dari lansia. Penilaian ini bisa positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti sekali bagi seseorang. Berkaitan dengan dukungan sosial maka penilaian yang sangat membantu adalah penilaian yang positif. c. Sumber-sumber dukungan sosial Sumber-sumber dukungan sosial banyak diperoleh individu dari lingkungan sekitarnya. Namun perlu diketahui seberapa banyak sumber dukungan sosial ini efektif bagi individu yang memerlukan. Sumber dukungan sosial merupakan aspek paling penting untuk diketahui dan dipahami. Dengan pengetahuan dan pemahaman tersebut, seseorang akan tahu kepada siapa ia akan mendapatkan dukungan sosial sesuai dengan situasi dan keinginannya yang spesifik, sehingga dukungan sosial memiliki makna yang berarti bagi kedua belah pihak.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 49

Menurut Rook dan Dooley (1985) ada dua sumber dukungan sosial yaitu sumber artifisial dan sumber natural. Dukungan sosial yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya, misalnya anggota keluarga (anak,istri, suami dan kerabat), teman dekat atau relasi, dan orang yang mempunyai ikatan emosi (dokter, perawat, petugas panti maupun pekerja sosial). Dukungan sosial ini bersifat non-formal. Sementara itu yang dimaksud dengan dukungan sosial artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang, misalnya dukungan sosial akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial (Kuntjoro, 2002). d. Komponen-komponen dalam dukungan sosial Para ahli berpendapat bahwa dukungan sosial dapat dibagi ke dalam berbagai komponen yang berbeda-beda. Menurut Weiss dikutip Kuntjoro (2002), mengemukakan adanya 6 (enam) komponen dukungan sosial yang disebut sebagai “The Social Provision Scale”, dimana masingmasing komponen dapat berdiri sendiri-sendiri , namun satu sama lain saling berhubungan. Adapun komponen-komponen tersebut adalah : 1) Kerekatan Emosional (Emotional Attachment) Jenis

dukungan

sosial

semacam

ini

memungkinkan

seseorang

memperoleh kerekatan (kedekatan) emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang menerima. Orang yang menerima dukungan sosial semacam ini merasa tenteram, aman dan damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan bahagia. Sumber dukungan sosial semacam ini yang

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 50

paling sering dan umum adalah diperoleh dari pasangan hidup, atau anggota keluarga atau teman dekat atau sanak keluarga yang akrab dan memiliki hubungan yang harmonis. Bagi lansia adanya orang kedua yang cocok, terutama yang tidak memiliki pasangan hidup, menjadi sangat penting untuk dapat memberi dukungan sosial atau dukungan moral (moral support). 2) Integrasi sosial (Social Integration) Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan lansia untuk memperoleh perasaan memiliki suatu kelompok yang memungkinkannya untuk membagi minat, perhatian serta melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama. Sumber dukungan semacam ini memungkinkan lansia mendapatkan rasa aman, nyaman serta merasa memiliki dan dimiliki dalam kelompok. Adanya kepedulian oleh masyarakat untuk mengorganisasi lansia dan melakukan kegiatan bersama tanpa ada pamrih akan banyak memberikan dukungan sosial. Mereka merasa bahagia, ceria dan dapat mencurahkan segala ganjalan yang ada pada dirinya untuk berceritera, atau mendengarkan ceramah ringan yang sesuai dengan kebutuhan lansia. Hal itu semua merupakan dukungan sosial yang sangat bermanfaat bagi lansia. 3) Adanya Pengakuan (Reanssurance of Worth) Pada dukungan sosial jenis ini lansia mendapat pengakuan atas kemampuan dan keahliannya serta mendapat penghargaan dari orang lain atau lembaga. Sumber dukungan sosial semacam ini dapat berasal dari

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 51

keluarga atau lembaga ata instansi atau perusahaan ata organisasi dimana sang lansia pernah bekerja. Karena jasa, kemampuan dan keahliannya maka ia tetap mendapat perhatian dan santunan dalam berbagai bentuk penghargaan. Uang pensiun mungkin dapat dianggap sebagai salah satu bentuk dukungan sosial juga, bila seseorang menerimanya dengan rasa syukur. Bentuk lain dukungan sosial berupa pengakuan adalah mengundang para lansia pada setiap event atau hari besar untuk berpartisipasi dalam perayaan tersebut bersama-sama dengan para pegawai yang masih berusia produktif. Contoh: Setiap hari besar TNI maka para mantan pejabat yang telah pensiun atau memasuki masa lansia biasa diundang hadir dalam upacara atau pun resepsi yang diadakan oleh Instansi tersebut. 4) Ketergantungan yang dapat diandalkan ( Reliable Reliance) Dalam dukungan sosial jenis ini, lansia mendapat dukungan sosial berupa jaminan bahwa ada orang yang dapat diandalkan bantuannya ketika lansia membutuhkan bantuan tersebut. Jenis dukungan sosial jenis ini pada umum berasal dari keluarga. Untuk lansia yang tinggal di lembaga, misalnya pada Sasana Werdha ada petugas yang selalu siap untuk membantu para lansia yang tinggal di lembaga tersebut, sehingga para lansia mendapat pelayanan yang memuaskan. 5) Bimbingan (Guidance) Dukungan sosial jenis ini adalah berupa adanya hubungan kerja atau pun hubungan sosial yang memungkinkan lansia mendapatkan informasi,

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 52

saran, atau nasehat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi. Jenis dukungan sosial jenis ini bersumber dari guru, alim ulama, pamong dalam masyarakat, figur yang dituakan dan juga orang tua. 6) Kesempatan untuk mengasuh (Opportunity for Nurturance) Suatu aspek penting dalam hubungan interpersonal akan perasaan dibutuhkan oleh orang lain. Jenis dukungan sosial ini memungkinkan lansia untuk memperoleh perasaan bahwa orang lain tergantung padanya untuk memperoleh kesejahteraan. Menurut Weiss, sumber dukungan sosial ini adalah keturunan (anak-anak) dan pasangan hidup. Itulah sebabnya sangat banyak lansia yang merasa sedih dan kurang bahagia jika berada jauh dari cucu-cucu atau pun anak-anaknya. e. Manfaat dukungan sosial Dukungan sosial (social support) tidak hanya berwujud dalam bentuk dukungan moral, melainkan dukungan spiritual dan dukungan material. Tujuan pemberian dukungan ini adalah untuk ikut meringankan beban bagi seorang atau sekelompok orang yang menghadapi masalah yang dirasakan cukup berat. Dukungan sosial sangat besar manfaatnya bagi seseorang yang mengalami masalah, terutama dukungan sosial yang berasal dari seorang yang mempunyai ikatan emosi sangat mendalam, orang-orang dekat, sahabat, orang yang sangat dipercaya atau orang yang sangat dicintai. Dukungan yang diberikan merupakan suatu dorongan untuk mengobarkan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 53

semangat hidupnya, menyadarkan bahwa masih ada orang lain yang peduli, merasa dirinya masih berharga dan berarti bagi orang lain. f. Indikator untuk mengukur dukungan social Indikator dukungan social menurut Houe (1988) 1) Informasi Selalu mendapat informasi dari orang lain bagaimana memecahkan masalah dan memberikan saran serta penjelasan tentang kondisinya. 2) Perhatiaan emosional Adanya pehatian dari pihak lain kepada lansia dalam menghadapi masalah dan dalam kondisi yang bagaimanapun. 3) Bantuan Instrumental Memberikan dukungan baik sarana maupun materi saat tidak atau sedang menghadapi masalah. 4) Penilaian positif Lansia memerlukan dukungan secara moril dalam menghadapi suatu masalah.

4. Konsep Dasar Depresi a. Definisi depresi Depresi adalah suatu kelainan alam perasaan berupa hilangnya minat atau kesenangan dalam aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan sehari-hari dan pada waktu yang lampau (Townsend, 1998). Rentan respon

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 54

emosi individu dapat berfluktuasi dalam rentan respon emosi dari adaptif sampai mal adaptif. Menurut Kelliat (1996) depresi adalah respon emosi yang mal adaptif berat dan dapat dikenal melalui intensitas, rembetan, terus-menerus dan pengaruhnya pada fungsi sosial dan fisik individu. b. Jenis-jenis depresi Penggolongan depresi dapat dibedakan: 1) Menurut gejalanya a) Depresi neurotik Depresi neurotik biasanya terjadi setelah menglami peristiwa yang menyedihkan tetapi yang jauh lebih berat daripada yang biasanya. Penderitanya seringkali dipenuhi trauma emosional yang mendahului penyakit misalnya kehilangan orang yang dicintai, pekerjaan, milik berharga, atau seorang kekasih. Orang yang menderita depresi neurotik bisa merasa gelisah, cemas dan sekaligus merasa depresi. Mereka menderita hipokondria atau ketakutan yang abnormal seperti agrofobia tetapi mereka tidakmenderita delusi atau halusinasi. b) Depresi psikotik Secara tegas istilah “psikotik” harus dipakai untuk penyakit depresi yang berkaitan dengan delusi dan halusinasi atau keduanya. c) Psikosis depresi manik Depresi manik biasanya merupakan penyakit yang kambuh kembali disertai gangguan suasana hati yang berat. Orang yang mengalami

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 55

gangguan ini menunjukkan gabungan depresi dan rasa cemas tetapi kadang-kadang hal ini dapat diganti dengan perasaan gembira, gairah dan aktivitas secara berlebihan, gambaran ini disebut mania. d) Pemisahan diantara keduanya Para dokter membedakan antara depresi neurotik dan psikotik tidak hanya berdasarkan gejala lain yang ada tetapi seberapa terganggunya perilaku orang tersebut. 2) Menurut penyebabnya a) Depresi reaktif Pada depresi reaktif, gejalanya diperkirakan akibat stres luar seperti kehilangan seseorang atau kehilangan pekerjaannya. b) Depresi endogenus Pada depresi endogenus, gejalanya terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor luar. c) Depresi primer dan sekunder Tujuan penggolongan ini adalah untuk memisahkan depresi yang disebabkan penyakit fisik atau psikiatrik atau kecanduan obat atau alkohol (depresi sekunder) dengan depresi yang tidak mempunyai penyebab-penyebab ini (depresi primer). Penggolongan ini lebih banyak digunakan untuk penelitian tujuan keperawatan. 3) Menurut arah penyakit a) Depresi tersembunyi

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 56

Diagnosa depresi tersembunyi (atau tipikal) kadang-kadang dibuat bilamana depresi dianggap mendasari gangguan fisik dan mental yang tidak dapat diterangkan seperti wanita lanjut usia yang suka mengutil. b) Berduka Proses kesedihan itu wajar dan merupakan reaksi yang diperlukan terhadap suatu kehilangan. Proses ini membuat orang yang kehilangan itu mampu menerima kenyataan tersebut, mengalami rasa sakit akibat kesedihan yang menimpa, menderita putusnya hubungan dengan orang yang dicintai dan penyesuaian kembali. c) Depresi pasca melahirkan Banyak wanita kadang-kadang mengalami periode gangguan dalam 10 hari pertama setelah melahirkan bayi ketika emosi mereka masih labil dan mereka sedih dan suka menangis. Seringkali hal itu berlangsung selama satu atau dua hari kemudian berlalu. d) Depresi lansia Usia tua merupakan saat meningkatnya kerentanan terhadap depresi. Saat ini ganguan depresi pada lansia kurang dipahami sehingga banyak kasus depresi pada lansia tidaka dikenali (under diagnosed) dan tidak diobati (under treated). Gambaran depresi pada lansia umumnya tidak khas dan sering bertumpah tindih dengan penyakit lain. Gejala depresi yang muncul seringkali dianggap sebagai bagian dari proses menua. Kadang-kadang depresi pada lansia ditutupi oleh penyakit fisik dan cacat tubuh seperti penglihatan atau pendengaran yang

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 57

terganggu. Terjadinya depresi pada lansia selalu merupakan interaksi faktor biologik, psikologik dan sosial. Seseorang lanjut usia yang mengalami depresi kebanyakan meyangkal adanya mood depresi yang terlihat adanya gejala hilangnya tenaga (loyo), hilangnya rasa senang, tidak bisa tidur atau keluhan rasa sakit atau nyeri. Menurut Brodaty gejala yang sering tampil adalah kecemasan, perlambatan motorik, kelelahan, mencela diri sendiri, insomnia, pikiran bunuh diri. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengingat kemungkinan terjadinya penyakit depresi pada lansia. c. Faktor pencetus depresi Ada empat sumber utama stressor yang dapat mencetuskan depresi (Sundeen & Stuart, 1998): 1) Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Karena elemen aktual atau simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi pasien merupakan hal yang sangat penting. 2)

Peristiwa

besar

dalam

kehidupan

sering

dilaporkan

sebagai

pendahuluan episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah

yang

dihadapi

sekarang

dan

kemampuan

menyelesaikan masalah. 3) Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan depresi, terutama wanita.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 58

4) Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik, seperti infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik, dapat mencetuskan depresi. d. Diagnosis depresi Gangguan depresi pada usia lanjut ditegakkan berpedoman pada PPDGJ III (pedoman penggolongan diagnostik gangguan jiwa III) yang merujuk pada ICD 10 (International Classification Diagnostic 10) gangguan depresi dibedakan dalam depresi ringan, sedang dan berat sesuai dengan banyak dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan seseorang, menurut ICD 10 pada gangguan depresi ada 3 gejala utama, yaitu: Mood terdepresi (suasana perasaan hati murung atau sedih) Hilangnya minat atau gairah Hilang tenaga dan mudah lelah, yang disertai gejala lain seperti: 1) Konsentrasi menurun Perasaan bersalah Pesimis memandang masa depan Ide menyakiti diri sendiri Pola tidur berubah Nafsu makan menurun Cara mendiagnosa depresi pada lansia dapat pula dengan menggunakan skala depresi lansia Beck and Deck (1972), yang terdiri dari: a) Kesedihan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 59

(0) Saya tidak merasa sedih (1) Saya merasa sedih (2) Saya galau atau merasa sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya (3) Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana saya tidak dapat menghadapinya b) Pesimisme (0) Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang massa depan (1) Saya pesimis tentang masa depan (2) Saya merasa tidak memiliki apa-apa untuk memandang masa depan (3) Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan tidak dapat membaik c) Rasa kegagalan (0) Saya tidak merasa gagal (1) Saya merasa gagal melebihi orang pada umumnya (2 Melihat kehidupan kebelakag semua yang dapat saya lihat hanya kegagalan (3) Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami atau istri) d) Ketidakpuasan (0) Saya tidak merasa tidak puas (1) Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan (2) Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun (3) Saya tidak puas dari segalanya

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 60

e) Rasa bersalah (0) Saya tidak benar-benar merasa bersalah (1) Saya merasa buruk atau tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik (2) Saya merasa sangat bersalah (3) Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tak berharga f) Tidak menyukai diri sendiri (0) Saya tidak merasa kecewa dengan diri saya (1) Saya tidak suka dengan diri saya (2) Saya muak dengan diri saya (3) Saya benci diri saya sendiri g) Membahayakan diri sendiri (0) Saya tidak punya pikiran membahayakan diri saya sendiri (1) Saya merasa lebih baik mati (2) Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri (3) Saya akan bunuh diri saya sendiri jika saya punya kesempatan h) Menarik diri dari sosial (0) Saya tidak kehilangan minat kepada orang lain (1) Saya kurang berminat kepada orang lain daripada sebelumnya (2) Saya telah kehilangan minat (3) Saya telah kehilangan senua minat saya i) Keragu-raguan (0) Saya membuat keputusan yang baik

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 61

(1) Saya berusaha mengambil keputusan (2) Saya mempunyai banyak kesulitan dalam mengambil keputusan (3) Saya tidak dapat mengambil keputusan j) Perubahan gambaran diri (0) Saya merasa tidak bahwa saya tampak lebih buruk dari sebelumnya (1) Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik (2) Saya merasa bahwa saya ada perubahan yang permanen dalam penampilan saya ini membuat saya tidak menarik (0) Saya merasa jelek dan tampak menjijikkan k) Kesulitan kerja (0) Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya (1) Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu (2) Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu (3) Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali l) Keletihan (0) Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya (1) Saya merasa lelah dari biasanya (2) Saya merasa lelah untuk melakkan sesuatu (3) Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu m) Anoreksia (0) Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya (1) Nafsu makan saya sebaik sebelumnya

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 62

(2) Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang (3) Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali

B. Penelitian yang relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan berhubungan dengan tingkat depresi dengan dukungan sosial yang dilakukan oleh Lailatul Nur Hidayati (2009) dengan judul Hubungan Dukungan sosial dengan Tingkat Depresi pada Lansia di Kelurahan Daleman, Tulangan Klaten, dengan hasil penelitian terdapat hubungan dukungan sosial dengan depresi pada lansia di Desa Daleman Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten. Hasil pengujian Chi-Square hubungan dukungan sosial dengan tingkat depresi pada lansia dimana diperoleh nilai sebesar 14,484 dengan p-value = 0,001. Hasil uji Chi Square tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan tingkat depresi pada lansia di Desa Daleman, Tulung, Klaten. Kuatnya hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat depresi lansia di kelurahan Daleman kecamatan Tulung kabupaten Klaten adalah sedang dengan nilai coefisien contingency sebesar 0,483 Penelitian yang berhubungan dengan tingkat depresi dengan tipe kepribadian yang dilakukan oleh Noviana Dewi Purwitasari (2008) dengan judul Hubungan Tipe Kepribadian dengan Tingkat Depresi pada Lansia di wilayah desa Bumiharjo Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri dengan hasil terdapat hubungan tipe kepribadian dengan kejadian depresi pada lansia dimana lansia

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 63

introvert cenderung mengalami depresi lebih tinggi dibandingkan lansia ektrovert.Hasil penelitian signifikan ρ= 0,002 Menurut Tri Rahayu (2006) tipe kepribadian dengan tingkat depresi pada lansia dengan uji statistik Chi Square ada nilai bermakna ρ=0,008.Dan dinyatakan ada pengaruh tipe kepribadian dengan tingkat depresi pada lansia.Sedangkan dukungan sosial dengan tingkat depresi dengan uji statistik Sperman,s Rhow ada nilai bermakna ρ= 0,000, dan r = - 0,812 yang berarti ada hubungan yang sangat kuat. Dan dinyatakan ada pengaruh antara dukungan sosial dengan tingkat depresi pada lansia. Jadi dapat disimpulkan bahwa tipe kepribadian dan dukungan sosial mempengaruhi tingkat depresi pada lansia. C. Kerangka Berfikir Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di depan, maka dapat dikemukakan kerangka berpikir dalam penelitian ini: 1. Perbedaan antara tipe-tipe kepribadian terhadap tingkat depresi Kepribadian merupakan kualitas seseorang yang menyebabkan ia disenangi atau tidak disenangi oleh orang lain. Seseorang dengan kepribadian introvert cenderung tenggelam dalam pikirannya sendiri atau tindakannya lebih dipengaruhi oleh dirinya sendiri. Apabila mendapatkan kesulitan, individu dengan kepribadiani introvert akan menyalahkan dirinya sendiri. Berbeda dengan tipe kepribadian ekstrovert, yang cenderung terbuka, lincah, dan tindakannya dipengaruhi dari dunia luar. Apabila mengalami kegagalan, individu ini tidak begitu merasakannya dan jarang mengkritik dirinya sendiri.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 64

Sedangkan untuk ambivert merupakan personality yang kompleks. Di pihak lan inin bergaul di pihak lain ada hambatan. Selalu memikirkan orang lain sehingga ragu-ragu dalam bertindak. Dengan melihat perbedaan tipe kepribadian antara introvert dan ekstrovert, maka diduga mahasiswa dengan tipe kepribadian ekstrovert untuk tingkat deprsi lebih rendah dibanding introvert. 2. Perbedaan dukungan sosial pihak lain terhadap tingkat depresi. Dukungan sosial (social support) tidak hanya berwujud dalam bentuk dukungan moral, melainkan dukungan spiritual dan dukungan material. Tujuan pemberian dukungan ini adalah untuk ikut meringankan beban bagi seorang atau sekelompok orang yang menghadapi masalah yang dirasakan cukup berat. Dukungan sosial sangat besar manfaatnya bagi seseorang yang mengalami masalah, terutama dukungan sosial yang berasal dari seorang yang mempunyai ikatan emosi sangat mendalam, orang-orang dekat, sahabat, orang yang sangat dipercaya atau orang yang sangat dicintai. Dukungan yang diberikan merupakan

suatu

dorongan

untuk

mengobarkan

semangat

hidupnya,

menyadarkan bahwa masih ada orang lain yang peduli, merasa dirinya masih berharga dan berarti bagi orang lain. Dengan melihat dukungan sosial begitu besar manfaatnya diharapkan dengan adanya dukungan sosial yang tinggi akan menurunkan tingkat depresi pada lansia dan lansia hidup dengan bahagia sehingga lansia akan terhindar dari berbagai macam penyakit.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 65

3. Interaksi tipe-tipe kepribadian dan dukungan soaial dari pihak lain terhadap tingkat depresi Dukungan sosial yang tinggi akan menjadikan lansia lebih bisa diterima dan dihargai dan di akui keberadaannya. Dukungan sosial dapat membantu memecahkn semua masalah pada lansia sehingga tingkat depresi pada lansia lebih rendah. Dengan menurunkan tingkat depresi pada lansia, maka akan meningkatkan kehidupan lansia. Dengan diketahuinya tipe kepribadian lansia, maka Staf panti dan yang terkait didalamnya dapat memahami karakteristik lansia. Dengan demikian, dapat diduga bahwa ada interaksi antara tipe-tipe kepribadian dan dukungan sosial pihak lain akan berpengaruh terhadap tingkat depresi pada lansia. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Introvert Tipe kepribadian Ekstrovert Depresi pada lansia Dukungan sosial

Kurang

Baik

Gb.1. Kerangka berfikir

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 66

D. Hipotesis 1. Ada

perbedaan pengaruh

tipe-tipe kepribadian introvert dan ekstrovert

terhadap tingkat depresi pada lansia. 2. Ada perbedaan pengaruh dukungan sosial kurang dan baik terhadap tingkat depresi pada lansia. 3. Ada interaksi pengaruh tipe kepribadian dan dukungan sosial terhadap tingkat depresi pada lansia.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 67

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Konsep Teori 1. Konsep Dasar Lansia a. Definisi lansia Menurut UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 19 ayat 1 “Manusia usia lanjut (Growing old) adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, sikap, perubahan akan memberikan pengaruh pada keseluruhan aspek kehidupan termasuk kesehatan”. Lanjut usia adalah seseorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik yang secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun karena sesuatu hal tidak lagi mampu berperan secara aktif dalam pembangunan (tidak patensial) (Sikhan. 2009). b. Batasan-batasan lansia 5) Menurut organisasi kesehatan dunia WHO (dikutip Nugroho, 2000). Batasan umur lansia sebagai berikut: e) Usia pertengahan atau middle age ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun. f)

Lanjut usia atau elderly ialah kelompok usia 60 tahun sampai 70 tahun

g) Lanjut usia tua atau old ialah kelompok usia 75 tahun sampai 90 tahun. h) Usia sangat tua atau very old ialah kelompok usia diatas 90 tahun.

commit to user 57

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 68

2) Menurut Koessoenoto Setyonegoro (dikutip Nugroho, 2000). f)

Usia dewasa muda atau elderly adulthood yaitu usia sekitar 18 tahun atau 20 tahun sampai 25 tahun.

g) Usia dewasa penuh atau midlle years atau maturitas yaitu usia 25 tahun sampai 60 tahun atau 65 tahun. h) Lanjut usia atau geriatric age yaitu usia lebih dari 65 atau 70 tahun, dalam hal ini dibagi untuk usia: (4) Usia 70 sampai 75 tahun atau young old. (5) Usia 75 sampai 80 tahun atau old. (6) Usia lebih dari 80 tahun atau very old. c. Teori-teori proses menua (Darmodjo, 1999) 6) Teori Geriatric Clock Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Tiap spesies didalam inti selnya mempunyai suatu jam genetik yang telah diputar menurut replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidal diputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir. Konsep geriatric clock didukung oleh kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 69

7) Teori Error Catastrope atau mutasi somatic Hal-hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadi mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat imia dapat memperpendek umur sebaliknya untuk menghindari terkenanya radiasi atau tercemar zat kimia yang bersifat karsinogenik atau toksik dapat memperpanjang umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut. 8) Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel maka hal ini dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sela asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. 9) Teori Radikal Bebas Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidal stabilnya radikal bebas atau kelompok atom mengakibatkan oksidasi oksigen

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 70

bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak bisa regenerasi. 10)

Teori Menua akibat Metabolisme Pada tahun 1935 Mc. Kay Etal memperlihatkan bahwa

pengurangan intake kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena penurunan jumlah kalori tersebut antara lain disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme. d. Faktor-faktor risiko penuaan (Wirakusumah, 2000) Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Perlu hatihati dalam mengidentifikasi penuaan. Bila seseorang mengalami penuaan fisiologis, diharapkan mereka tua dalam keadaan sehat. Ada faktor-faktor risiko yang mempengaruhi penuaan seseorang, yaitu: 4)

Faktor endogen, yaitu faktor bawaan (keturunan) yang

berbeda pada setiap individu. Faktor inilah yang mempengaruhi perbedaan efek menua pada setiap individu, dapat lebih cepat atau lebih lambat. Seperti seseorang yang mempunyai bawaan penuaan dini, penyakit tertentu, perbedaan tingkat intelegensia, warna kulit dan tipe kepribadian. Seseorang yang memahami adanya faktor keturunan yang dapat mempercepat proses penuaan harus lebih hati-hati. Ia harus berusaha menangkal efek negatif yang ditimbulkan

oleh

genetiknya.

Misalnya,

seseorang

yang

mempunyai keturunan terkena diabetes atau obesitas maka perilaku

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 71

pola makan, aktivitas atau perilaku lainnya tidak bisa sama dengan orang yang berisiko. Faktor intelegensia sedikit banyak mempengaruhi proses penuaan. Umumnya orang berintelegensia tinggi cenderung memiliki pola pikir kedepan yang lebih baik sehingga berusaha menerapkan pola hidup sehat. Ras kulit juga akan mempengaruhi kecepatan proses penuaan. Golongan kulit putih mempunyai risiko terserang osteoporosis lebih tinggi daripada kulit hitam. Perbedaan tipe kepribadian dapat juga memicu seseorang lebih awal memasuki masa lansia. Kepribadian yang selalu ambisius, senantiasa dikejar-kejar tugas, cepat gelisah, mudah tersinggung, cepat kecewa dan sebagainya akan mendorong seseorang cepat stres dan frustasi. Akibatnya, orang tersebut mudah mengalami berbagai penyakit. 5) Faktor eksogen, yaitu faktor luar yang dapat mempengaruhi penuaan. Biasanya faktor lingkungan, sosial budaya dan gaya hidup. Misalnya, diet atau asupan gizi, merokok, polusi, obatobatan maupun dukungan sosial. Faktor lingkungan dan gaya hidup berpengaruh luas dalam menangkal proses penuaan. Tidak heran bila untuk menyangkal proses penuaan dilakukan dengan cara menyiasati faktor ini.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 72

e. Perubahan-perubahan lanjut usia (Nugroho, 2000) 5) Perubahan fisik (a) Sel (4)

Lebih sedikit jumlahnya

(5)

Lebih kecil ukurannya

(6)

Berkurangnya jumlah cairan tubuh

(b) Sistem persyarafan (4) Cepatnya menurun hubungan persyarafan (5) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stress (6) Mengecilnya syaraf panca indera Berkurangnya

penglihatan,

hilangnya

pendengaran,

mengecilnya syaraf penciuman, dan perasa lain sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap suhu dingin. (c) Sistem pendengaran (1) Prebiaskusis atau gangguan pada pendengaran. Hilangnya kemapuan atau daya pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun. (2) Membran tympani menjadi atropi (3) Terjadinya pengumpulan serumen yang dapat mengeras karena meningkatnya kerotin.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 73

(d) Sistem penglihatan (7)Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar (8)Kornea lebih terbentuk sferis atau bola (9)Lensa lebih suram (10) Meningkatnya ambang peningkatan sinar (11) Hilangnya daya akomodasi (12) Menurunnya lapang pandang (e) Sistem kardiovaskuler (8)Katub jantung menebal dan menjadi kaku (9)Kemampuan memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. (10) Kehilangnya elastisitas pembuluh darah (11) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer. (f) Sistem respirasi (1) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku (2) Menurunnya aktifitas silia (3) Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas berat, kapasitas pernafasan maksimal menurun (4) alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 74

(12) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg (13) CO2 pada arteri tidak berganti (14) Kemampuan untuk batuk berkurang (g) Sistem gastrointestinal (1) Kehilangan gigi Penyebab utama adanya periodental disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk. (2) Indera pengecap menurun Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi pengecap, hilangnya sensitifitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis dan asin. (3) Oesofagus melebar (4) Lambung a)) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi b)) Fungsi absorbsi melemah (5) Liver Makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah. (h) Sistem genito urinaria (1) Ginjal

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 75

Mengecil dan nephron menjadi atropi sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50% fungsi tubulus berkurang, penyaringan di glomerulus menurun. (2) Vesiko urinaria atau kandung kemih Otot-otot menjadi lemah kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau penyebabnya frekuensi buang air kecil menigkat. (3) Pembesaran prostat kurang lebih 75% dialami oleh pria usia diatas 65 tahun. (4) Atropi vulva (5) Vagina Sel lendir menjadi kering, elastisitas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya alkali, terjadi perubahan warna. (6) Daya seksual Orang-orang

yang

makin

menua

masih

juga

membutuhkannya, tidak ada batasan umur tertentu dimana fungsi seksual seseorang berhenti. (i) Sistem endokrin (6)

Produksi dari hampir semua hormon menurun

(7)

Fungsi parathyroid dan sekresinya tidak berubah

(8)

Pituitari

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 76

Pertumbuhan hormon terhadap terapi lebih rendah dan hanya dalam pembuluh darah. Berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH. (9)

Menurunnya produksi aldosteron

(10) Menurunnya sekresi hormon kelamin Misalnya: progesteron, estrogen, testosteron (j) Sistem kulit (7) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak (8) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu (9) Rambut dalam hidung dan telinga menebal (10) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi. (11) Kuku jari tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk (12) Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya (k) Sistem muskuloskeletal (8) Tulang kehilangan density atau cairan dan makin rapuh (9) Kiposis (10) Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas (11) Discusintervertebralis menipis dan menjadi pendek atau tingginya berkurang (12) Persendian membesar dan menjadi kaku (13) Tendon mengkerut dan mengalami sklerosis (14) Atropi serabut otot atau otot-otot serabut mengecil

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 77

Serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor 6) Perubahan mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental a) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa b) Kesehatan umum c) Tingkat pendidikan i) Keturunan (hereditas) j) lingkungan 7) Perubahan psikososial a) Pensiun Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya, dikaitkan dengan peranan dalam perkerjaannya. b) Merasakan atau sadar akan kematian. c) Perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit. d) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. e) Penyakit kronis dan ketidakmampuan. f) Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial sehingga timbul depresi. g) Gangguan syaraf panca indera timbul kebutaan dan ketulian. h) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 78

i) Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan keluarga. j) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik. 8) Perubahan spiritual a) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow dikutip Nugroho, 2000). b) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner dikutip Nugroho, 2000). f. Penyakit yang sering dijumpai pada lansia Menurut “The National Old People’s Welfare Council” di Inggris yang dikutip Nugroho (2000) mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada lansia ada 12 macam, yakni: 13) Depresi 14) Gangguan pendengaran 15) Bronkitis kronis 16) Gangguan pada tungkai/sikap berjalan 17) Gangguan pada sendi 18) Anemia 19) Demensia 20) Gangguan penglihatan 21) Ansietas 22) Dekompensasi kordis

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 79

23) Diabetes mellitus, osteomalisia, dan hipotiroidisme 24) Gangguan pada defekasi

2. Konsep Dasar Kepribadian a. Definisi kepribadian Menurut Sunaryo (2004) menyatakan bahwa ada beberapa pendapat batasan atau definisi kepribadian, diantaranya sebagai berikut: 1)

Kepribadian

adalah

bagaimana

individu

menampilkan

dan

menimbulkan kesan bagi individu lain. 2)

Kepribadian adalah sesuatu organisasi yang dinamis dari sistem-sistem psikologis didalam individu yang menentukan penyesuaian yang khas terhadap lingkungannya.

3)

Kepribadian adalah keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus-

dalam

dirinya,

yang

digunakan

untuk

bereaksi

dan

menyesuaikan terhadap segala rangsang, baik yang datang dari dalam dirinya maupun lingkungannya sehingga corak dan cara kebiasaan itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu.menerus terhadap hidupnya. 4)

Kepribadaian adalah struktur yang terdiri dari tiga sistem, id, ego dan superego.

5)

Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 80

6) Kepribadian adalah himpunan segala fungsi kejiwaan seseorang sebagai suatu kesatuan dinamis dengan mengusahakan penyesuaian diri orang tadi terhadap tuntutan hidup sambil menjaga keseimbangan diri, baik secara fisik (jasmani) maupun psikis (rohaniah). 7) Kepribadian

adalah

sesuatu

yang

memberi

tata

tertib

dan

keharmonisan terhadap segala macam tingkah laku berbeda-beda dilakukan si individu. Jadi kepribadian meliputi segala corak tingkah laku individu yang terhimpun dalam dirinya, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap segala rangsang, baik yang datang dari luar dirinya atau lingkungannya (eksternal) maupun dari dalam dirinya sendiri (internal) sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu. Dengan kata lain, segala tingkah laku individu adalah manifestasi dari kepribadian yang dimilikinya sebagai perpaduan yang timbul dari dalam diri dan lingkungannya. Dari perumusan kepribadian diatas disimpulkan bahwa kepribadian berkembang sesuai dengan cara penyesuaian terhadap lingkungan sehingga dapat dikatakan bahwa kepribadian merupakan suatu hasil dari fungsi keturunan dan lingkungan. Tipe kepribadian berkenderungan relatif stabil, karena kepribadian seseorang akan sangat berpengaruh sejak muda hingga setelah memasuki masa lansia

(Kuntjoro,2002).

Dalam

usaha

mengerti

commit to user

seseorang,

mengerti

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 81

kepribadiannya perlu kita mengikuti lingkungan manakah yang berperan pada proses perkembangan dan masa hidupnya. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian Menurut Sabri (2001) dalam mempelajari kepribadian kita perlu mengetahui bagaimana sifat-sifat atau ciri-ciri kepribadian itu terbentuk dan bagaimana proses perkembangannya, siapa-siapa dan apa saja peristiwaperistiwa yang mempengaruhi perkembangannya. Dalam hubungan ini ada beberapa

faktor

yang

mempengaruhi

pembentukan/perkembangan

kepribadian, yaitu: 1) Heredity Untuk mengetahui bagaimana atau sejauh mana pengaruh heredity atau warisan genetik atau pembawaan terhadap perkembangan atau pembentukan kepribadian, kita bisa peroleh dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan para ahli psikologi, dengan cara mambandingkan antara orang-orang yang hereditasnya sama, tetapi hidup di alam lingkungan yang berbeda-beda. Dalam hal ini kita perlu percaya kepada hasil studi para ahli yang dilakukan tehadap anak kembar identik. Dalam kenyataan di masyarakat, si kembar banyak dipengaruhi kerjasama lingkungan; pada umumnya orang-orang tua cenderung memperlakukan anak-anak kembar secara kembar segala-galanya; ini berarti bahwa faktor lingkungan juga seolah-olah sudah cukup dapat memaksa untuk menyamakan kepribadian sepasang anak kembar. Tetapi hasil penelitian yang dilakukan para ahli psikologi diatas telah

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 82

membuktikan bahwa kesamaan kepribadian pada sepasang anak kembar identik tidak cukup dipengaruhi faktor lingkungan tersebut.bagi anak kembar identik dipisahkan hidupnya atau lingkungannya, karena tidak dikehendaki sama kepribadiannya,maupun yang dipaksakan dengan perlakuan atau pengalaman kekembaran yang sama, akan tetapi tetap terbukti kepribadian mereka sama juga; dan kesamaannya itu tidak dapat diterangkan oleh sebab faktor lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa heredity dalam hal ini merupakan faktor yang lebih berpengaruh dari pada faktor lingkungan. Di samping itu, penyelidikan yang lain juga telah membuktikan bahwa ciri-ciri kepribadian tertentu yang spesifik adalah warisan genetik semata-mata. Demikian pula halnya dengan sifat introvert, ambivert, dan ekstrovert telah terbukti melalui penelitian, ciri-ciri kepribadian tersebut banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur genetic atau heredity yang sudah menjadi pembawaan seseorang sejak lahir. 2) Pengalaman Meskipun setiap unsur heredity anak mudah mereaksi terhadap pengalaman-pengalaman baru (menurut tingakat kematangan atau kecenderungan temperamennya), akan tetapi reaksi-reaksinya itu akan berubah oleh interaksinya dengan orang tua, teman main, sanak keluarga dan sebagainya. Menurut kenyataan yang bisa menghasilkan atau membentuk kepribadian yang “well adjusted” itu sebetulnya bukan masalah cara,

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 83

tetapi masalah situasi (pengalaman yang dialami anak) dilingkungan keluarga itu sendiri, yaitu apabila setiap lingkungan mampu memelihara rasa aman dan perasaan saling menghargai satu sama lain yang selaras atau mengimbangi situasi yang ada di luar rumah, maka anak-anak akan berkembang menjadi orang yang “well adjusted”. 6) Kebudayaan Tingkah laku dapat diwariskan orang tua kepada anak, karena anak mempunyai kecenderungan meniru tingkah laku atau perbuatan yang dilakukan orang tua dan orang lain yang dekat dengan nya. Banyak aspek-aspek budaya dan sikap-sikap moral yang diwariskan pada anakanak melalui cara-cara peniruan seperti ini. Dari uraian di atas jelaslah bahwa faktor-faktor lingkungan yang membentuk kepribadian itu sangat berkaitan erat denga aspek-aspek budaya yang ditunjukkan oleh pribadi-pribadi orang yang dijadikan contoh peniruan si anak. Setiap kebudayaan/masyarakat mempunyai masing-masing standart tingkah laku sendiri-sendiri sebagai model tingkah laku yang diakui masyarakat dan merupakan sifat-sifat kepribadian yang harus dimiliki oleh setiap warganya. Pengaruh kebudayaan bersifat multidimensional dan berlangsung seumur hidup. c. Pola dan struktur kepribadian Menurut Sabri (2001), pola kepribadian yang dimaksud disini, ialah gambaran tentang garis-garis besar (bentuk) kepribadian manusia pada umumnya. Menurut ahli psikologi, pola kepribadian ini terdiri dari dua

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 84

bagian: sebagian disebut “The Concept of Self” yang merupakan core atau pusat atau terasnya bentuk kepribadian kita: dan sebagian lainnya disebut “Trait” yang merupakan kemudi atau rodanya kepribadian itu. “Trait” ini berhubungan erat dan dipengaruhi oleh bagian pusat (self concept). Jadi konsep ini terbentuk dari respon atau penerimaan orang terhadap dirinya. Sedangkan “Ideal self concept” adalah gambaran orang mengenal apa yang mereka cita-citakan dari dirinya. “Trait” atau sifat-sifat pribadi, adalah pola-pola

penyesuaian diri seseorang, yang sudah menjadi sifat atau

kualitas tingkah lakunya yang spesifik; seperti misalnya reaksi terhadap frustasi, cara dalam menghadapi masalah dan sebagainya. Sifat-sifat kepribadian ini menyatu dan dipengaruhi oleh self concept. Dalam menggambarkan kepribadian secara ilmiah, ahli psikologi mencoba mencari atau menunjukkan karakteristik atau ciri-ciri terpenting dari tingkah laku individu yang tampak dalam kehidupan sehari-hari. Ciri-ciri khas daripada tingkah laku individu itu disebut ciri-ciri kepribadian (personality trait). Menurut Jung seperti dikutip Kartono (1996) kepribadian atau psyche adalah totalitas dari semua peristiwa psikis, baik yang sadar meupun tidak sadar. Kedua-duanya mempunyai fungsi adaptasi. Alam sadar (kesadaran atau consious) yang berfungsi untuk mengadakan penyesuaian terhadap dunia luar. Alam sadar ini tidak lain adalah ego. Alam tak sadar (ketidaksadaran atau unconsious) yang berfungsi mengadakan adaptasi atau penyesuaian terhadap kehidupan batiniah (dunia dalam). Ketidaksadaran itu menjadi tenaga primer bagi manusia. “ketidaksadaran itu merupakan induk

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 85

kreatif yang kekal dari kesadaran” kata Jung. Karena itu ketidaksadaran bukanlah lawan dari kesadaran, akan tetapi merupakan faktor pelengkap bagi kesadaran, agar kedua-duanya bisa berfungsi dengan sehat. d. Tahapan kepribadian Pembahasan pakar psikologi tentang tahapan kepribadian terutama menyangkut

perbedaan

individual

maupun

karakteristiknya

yang

membedakan satu individu dari individu yang lain. Menurut Atkinson (1996) individu itu dari lahir mengalami tahapan-tahapan yang penting, yaitu: 1) Masa kanak-kanak (pembentukan kepribadian) Bayi lahir dengan potensialitas tertentu. Karakteristik fisik pada dasarnya ditentukan pada saat konsepsi. Intelegensi dan kemampuan khusus tertentu, dalam beberapa hal juga bergantung pada hereditas. Jadi

belum

memiliki

bermacam-macam

sifat

yang

kemudian

dimilikinya. Dengan kata lain belum memiliki kepribadian. Penelitian pada bayi yang baru lahir menemukan bahwa perbedaan karakteristik seperti tingkat keaktifan, rentang perhatian, kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan, dan suasana hati umumnya, dapat diamati segera setelah kelahiran. Salah seorang bayi mungkin mempunyai karakteristik aktif, mudah terganggu dan mau menerima objek serta orang baru; bayi yang lain mungkin pasif, tekun berkonsentrasi pada suatu aktifitas, dan takut pada hal-hal yang baru. Karakteristik temperamen awal ini cenderung bertahan dalam diri anak.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 86

Orang tua memberikan respon yang berbeda terhadap bayi yang mempunyai karakteristik berbeda. Dalam hal ini, terjadi proses timbal balik yang memperkuat karakteristik kepribadian yang ada sejak lahir. Pertumbuhan merupakan proses diferensiasi dan integrasi yang berlangsung terus-menerus. Anak kecil telah menunjukkan perbedaanperbedaan yang berkualitas, misalnya perbedaan ekspresi-ekspresi emosional yang cenderung untuk tetap dan terbentuk menjadi cara penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya. Jadi beberapa tingkah laku anak itu merupakan perintis bagi pola-pola kepribadian selanjutnya. 2) Masa remaja (membentuk identitas) Perkembangan ini merupakan periode peralihan dari masa kanakkanak ke masa dewasa. Ini bearti anak-anak masa kini harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan, dan juga harus mempelajari sikap dan pola perilaku yang baru pengganti perilaku dan sikap yang ditinggalkan. Akibat sikap peralihan ini remaja bersikap ambivalensi: di satu pihak ingin diperlakukan sebagai orang dewasa, jangan terlalu di perintah seperti anak kecil, tetapi di lain pihak segala kebutuhannya masih minta dipenuhi seperti halnya pada anak-anak. Masa remaja adalah sebagai masa mencari identitas, kalau masamasa sebelumnya penyesuaian diri dengan standar kelompok adalah jauh lebih penting bagi anak-anak daripada individualitas. Atau kalau pada masa lalu anak merasa puas apabila dirinya telah menjadi sama dengan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 87

teman-temannya dalam segala hal, tetapi sekarang di masa remaja ini yang didambakannya atau yang paling penting adalah mencari dan menemukan identitas dirinya sendiri. 3) Masa Dewasa (maturasi kepribadian) Pada orang dewasa faktor yang menentukan maturasi kepribadian adalah sifat-sifat (trait) yang terorganisasikan dan selaras. Sifat-sifat ini timbul dalam berbagai cara dari perlengkapan-perlengkapan sampai batas-batas tertentu berfungsinya sifat-sifat itu disadari dan rasional. Biasanya individu yang normal mengerti atau menyadari apa yang dikerjakannya dan mengapa itu dikerjakannya. Dalam meneliti kepribadian, para pakar psikologi mencoba menemukan keteraturan perilaku. Asumsi yang menjadi dasar sebagian besar teori kepribadian adalah bahwa orang melakukan perilaku secara konsisten dari situasi yang satu ke situasi yang lain dan di sepanjang waktu. Teori trait berasumsi bahwa sifat (trait) kepribadian dasar tertentu menentukan karakteristik seseorang dalam berbagai situasi dari hari ke hari dan sampai tahap tertentu selama hidup. Jadi, bila orang tampak melakukan perilaku secara jujur atau bersungguh-sungguh dalam beberapa situasi, kita bisa berasumsi bahwa kita dapat memprediksi bagaimana perilaku orang tersebut dalam berbagai situasi dan bagaimana perilakunya

dalam

setahun

kemudian.

Teori

psikoanalisis

juga

mengasumsikan konsistensi; konflik masa kanak-kanak yang tidak terpecahkan (misalnya, yang berkisar pada pembiasaan kebersihan) akan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 88

mengarah pada sejumlah karakteristik kepribadian (keras kepala, kebersihan yang berlebihan, dan perhatian terhadap hal yang kecil-kecil) yang akan menjadi ciri orang itu sepanjang hidupnya. Dipandang dari sudut kepribadian, perasaan konsistensi dalam pikiran dan perilaku merupakan hal yang penting untuk kesejahteraan. Hilangnya perasaan konsistensi merupakan karakteristik kekacauan pribadi. e.Tipologi kepribadian Carl Gustav Jung Profesor C.G Jung membedakan tiga tipe kepribadian, bergantung pada sikapnya terhadap dunia luar dan dunia batiniah sendiri yaitu tipe ekstrovert, tipe introvert dan ambivert (Sunaryo,2004). Menurut Jung ekstrovert berarti minat yang terarah keluar (termasuk dunia manusia), sedang introvert menunjukkan bahwa minat dan nilai terutama dari dirinya; pikiran perasaan, cita-citanya sendiri yang menjadi sumber dan minat-minat dan nilai-nilainya. Pada ekstrovert, pandangan hidupnya “dalam masa kini” (titik berat cara hidupnya bukan masa lampau atau masa mendatang) dan mereka menilai dan menghargai miliknya serta menghargai keberhasilannya dalam bergaul dengan masyarakat. Sedangkan introvert biasanya melamun dalam hidupnya melamunkan dan merencanakan untuk masa yang akan datang serta yang dipentingkan atau yang dijadikan ukuran adalah norma-norma atau nilai-nilai dan kecenderungan-kecenderungannya dirinya sendiri. Tipe ekstrovert arah minatnya pada dunia kenyataan yang dapat dilihat, sedangkan introvert tertuju pada tenaga/potensi dan hal-hal atau

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 89

kondisi-kondisi yang mendasarinya yang bersifat konsep verbal yang tidak tampak dari dunia sekelilingnya (cara menafsirkan dan memehami segala sesuatu ditujukan kedalam). Selain itu para ekstrovert beesifat praktis sedangkan introvert bersifat intuitif dan berkencederungan “menghayal”, dan para ekstrovert lebih suka cepat bertindak serta mudah membuat keputusan, sedang introvert lebih menyukai untuk “merenungkan” dan “merencanakan” serta biasanya ragu-ragu dalam mencapai keputusan terakhir. Ada tiga dimensi yang tergabung dalam sifat introvert yaitu: kecenderungan atau suka akan “perenungan atau pemikiran, sebagai lawan terhadap kecenderungan “bertindak”; lebih cenderung untuk “menyendiri” daripada “turut serta aktif ditengah-tengah sekumpulan orang atau masyarakat” dan kecenderungan untuk “mencari” atau membayangkan kesukaran dalam hidupnya. Diantara itu, masih ada suatu tipe kepribadian yang tidak dapat dimasukkan dalam golongan introvert atau ekstrovert. Orang yang memiliki tipe ditengah-tengah introvert dan ekstrovert ini dalam psikologi disebut tipe “ambivert”. Tipe ini memiliki lima ciri atau sifat tertentu yang masih berkaitan, yaitu: minat yang berubah, segan atau malu bergaul, suka merenung dan menganalisa diri (lawan dari: berfikir praktis), pesimis (merasa hidup sengsara atau suram), tindakan atau keputusan berubah-ubah, mudah menerima nasib (lawan dari berusaha keras, pantang menyerah). Diantara ekstrovert dan introvert juga terdapat keseimbangan yang kompensatoris. Biasanya salah satu jadi dominan. Unsur yang inferior selalu

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 90

berusaha mengadakan kompensasi. Karena berlangsungnya kompensasi itu ada pada dataran ketidaksadaran, dan diluar kontrol kepribadian, maka kadang kala ada muncul bentuk-bentuk tingkah laku yang primitif atau neurotis. Ciri-ciri kepribadian adalah sebagai berikut: 1. Ekstrovert Lebih menyenangi bersama orang lain. Dia tidak merasa terpaksa untuk bersama orang lain atau hadir dalam acara-acara sosial. Dia juga tidak merasa kaku untuk berbicara didepan khalayak ramai yang belum dikenal. Dia mudah bergaul dan menyenangi bertemu dengan orang-orang baru, dia tidak kaku dan canggung dalam pergaulan. Biasanya dia disenangi oleh lingkungannya, tindakannya cepat dan tegas (Iskandar, 2004). Kelemahan dirinya adalah dia bisa hanyut terbawa arus dunia luar dan berbuat terlampau cepat tanpa pertimbangan (Kartini, 1996). 2. Introvert Adaptasi terhadap dunia luar biasanya sulit dan buruk, sedangkan tingkah lakunya lamban dan ragu-ragu (Kartini, 1996). Dia lebih senang menyendiri, tidak suka dengan orang baru, tidak suka bicara didepan umum, tidak suka menonjol. Dia tidak berani memulai percakapan, khususnya dengan orang baru. Dia terlihat kaku bila bersama dengan orang banyak, apalagi orang yang tidak dikenal. Dia juga mudah tersinggung oleh lelucon yang mengenai dirinya. Dia juga kurang percaya diri, pemalu dan pendiam (Iskandar, 2004).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 91

3. Ambivert Tipe kepribadian seseorang yang memiliki kedua tipe dasar sehingga sulit untuk memasukkan kedalam salah satu tipe.

f. Tes kepribadian MMPI (Minessota Multiphasic Personality Inventory) adalah suatu instrumen psikologis kompleks yang didesain untuk mendiagnosis tipe kepribadian serta keadaan mental penderita, yang pada awalnya (tahun 1930-1940) digunakan untuk mengetahui kondisi penderita dalam berbagai kategori neurotik maupun psikotik. Pada perkembangannya penggunaan MMPI kemudian meluas untuk berbagai keperluan, termasuk digunakan di lembaga-lembaga tenaga kerja, pusat-pusat konseling di universitas, klinikklinik kesehatan jiwa, sekolah-sekolah maupun di industri-industri. MMPI juga banyak digunakan untuk penelitian dan seleksi. Pada tes ini penderita diminta memberi jawaban ya atau tidak pada banyak pertanyaan. Kemudian hasil yang timbul berupa skala-skala yang kemudian dianalisis dan disimpulkan, sesuai profil peningkatan atau penurunan atau normalnya skala. Pada penelitian ini dikaji skala kepribadian introvert, ambivert dan ekstrovert dan terdiri dari 24 item. Pada tes ini jawaban dicocokkan dengan kunci jawaban yang ada. Diberi nilai 1 untuk jawaban yang cocok dan nilai 0 untuk jawaban yang tidak cocok. Dari 24 item maka skor yang diperoleh digolongkan dalam:

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 92

a.Ekstrovert

13 – 24

b.Introvert

≤ 12

Interprestasinya sebagai berikut: Ekstrovert Anda adalah benar-benar menyenangi pergaulan, kawan anda banyak, senang mempelajari ilmu pengetahuan, sedikit urakan, progresif, kurang suka nilai-nilai tradisional, barani tampil kemuka, siap memimpin. Beberapa kawan anda menyebut anda ambisius, tak mau mengalah, terutama orang-orang yang iri pada anda. Selain itu anda juga jarang murung. Anda merupakan personality yang baik, kawan-kawan anda banyak, dan anda tidak takut kemuka, memimpin dengan demokratis. Musuh-musuh anda menyebut anda urakan, mau menang sendiri dan tidak mau kalah. Sahabat anda menyebut anda periang, suka bergaul, berani dan sukses. Ambivert Personality anda adalah kompleks. Disuatu pihak anda ingin bergaul dengan orang-orang, di pihak lain banyak sekali hambatan. Anda selalu memikirkan orang lain sehingga anda ragu-ragu bertindak. Anda suka malu, tetapi kalau terpaksa baru mau maju. Anda perlu dorongan yang kuat baru bisa keluar dari benteng anda. Musuh-musuh anda menyebut anda dingin, kaku, malas dan sombong. Sebaliknya kawan-kawan anda menyebut anda periang, sopan dan serius.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 93

3) Introvert Anda tidak mempunyai keberanian untuk bergaul, pemalu dan penakut. Tak percaya pada diri sendiri. Cenderung konservatif dan birokratis. Malas bergaul dan belajar, memilih teman hanya sesuai dengan anda, baru mau bergaul. Suka menyendiri dan sering frustasi. Teman anda sepakat untuk mengatakan anda pemalu, pendiam, malas, penakut, konservatif dan penurut. Anda sering frustasi. Anda marah-marah pada diri sendiri dan keluarga tanpa berani menuntut hak. Orang-orang melihat anda sebagai orang yang sulit diajak bergaul. Anda rendah diri, karena merasa pengetahuan anda kurang.

3. Konsep Dasar Dukungan Sosial a.

Definisi dukungan sosial Dukungan sosial (social support) didefenisikan oleh

Gottlieb

(1983) sebagai informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh

pada

tingkah

laku

penerimanya.

Pendapat

senada

dikemukakan juga oleh Sarason (1983) yang mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Cobb yang mendefinisikan dukungan sosial

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 94

sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong orang dengan sikap menerima kondisinya, dukungan sosial tersebut diperoleh dari individu maupun kelompok (Kuntjoro, 2002). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan bantuan atau dukungan yang diterima individu dari orang-orang tertentu dalam kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial tertentu yang membuat si penerima merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. b.

Bentuk dukungan sosial Menurut House (dalam Smet, 1994) bentuk dukungan sosial antara lain: 1) Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalanpersoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama. 2) Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa rasa simpatik, empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendirian tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengarkan segala keluhannya, bersimpati dan empati

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 95

terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapi. 3) Bantuan instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapinya, misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan dal lain-lain. 4) Penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi yang sebenarnya dari lansia. Penilaian ini bisa positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti sekali bagi seseorang. Berkaitan dengan dukungan sosial maka penilaian yang sangat membantu adalah penilaian yang positif. c. Sumber-sumber dukungan sosial Sumber-sumber dukungan sosial banyak diperoleh individu dari lingkungan sekitarnya. Namun perlu diketahui seberapa banyak sumber dukungan sosial ini efektif bagi individu yang memerlukan. Sumber dukungan sosial merupakan aspek paling penting untuk diketahui dan dipahami. Dengan pengetahuan dan pemahaman tersebut, seseorang akan tahu kepada siapa ia akan mendapatkan dukungan sosial sesuai dengan situasi dan keinginannya yang spesifik, sehingga dukungan sosial memiliki makna yang berarti bagi kedua belah pihak.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 96

Menurut Rook dan Dooley (1985) ada dua sumber dukungan sosial yaitu sumber artifisial dan sumber natural. Dukungan sosial yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya, misalnya anggota keluarga (anak,istri, suami dan kerabat), teman dekat atau relasi, dan orang yang mempunyai ikatan emosi (dokter, perawat, petugas panti maupun pekerja sosial). Dukungan sosial ini bersifat non-formal. Sementara itu yang dimaksud dengan dukungan sosial artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang, misalnya dukungan sosial akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial (Kuntjoro, 2002). d. Komponen-komponen dalam dukungan sosial Para ahli berpendapat bahwa dukungan sosial dapat dibagi ke dalam berbagai komponen yang berbeda-beda. Menurut Weiss dikutip Kuntjoro (2002), mengemukakan adanya 6 (enam) komponen dukungan sosial yang disebut sebagai “The Social Provision Scale”, dimana masingmasing komponen dapat berdiri sendiri-sendiri , namun satu sama lain saling berhubungan. Adapun komponen-komponen tersebut adalah : 1) Kerekatan Emosional (Emotional Attachment) Jenis

dukungan

sosial

semacam

ini

memungkinkan

seseorang

memperoleh kerekatan (kedekatan) emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang menerima. Orang yang menerima dukungan sosial semacam ini merasa tenteram, aman dan damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan bahagia. Sumber dukungan sosial semacam ini yang

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 97

paling sering dan umum adalah diperoleh dari pasangan hidup, atau anggota keluarga atau teman dekat atau sanak keluarga yang akrab dan memiliki hubungan yang harmonis. Bagi lansia adanya orang kedua yang cocok, terutama yang tidak memiliki pasangan hidup, menjadi sangat penting untuk dapat memberi dukungan sosial atau dukungan moral (moral support). 2) Integrasi sosial (Social Integration) Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan lansia untuk memperoleh perasaan memiliki suatu kelompok yang memungkinkannya untuk membagi minat, perhatian serta melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama. Sumber dukungan semacam ini memungkinkan lansia mendapatkan rasa aman, nyaman serta merasa memiliki dan dimiliki dalam kelompok. Adanya kepedulian oleh masyarakat untuk mengorganisasi lansia dan melakukan kegiatan bersama tanpa ada pamrih akan banyak memberikan dukungan sosial. Mereka merasa bahagia, ceria dan dapat mencurahkan segala ganjalan yang ada pada dirinya untuk berceritera, atau mendengarkan ceramah ringan yang sesuai dengan kebutuhan lansia. Hal itu semua merupakan dukungan sosial yang sangat bermanfaat bagi lansia. 3) Adanya Pengakuan (Reanssurance of Worth) Pada dukungan sosial jenis ini lansia mendapat pengakuan atas kemampuan dan keahliannya serta mendapat penghargaan dari orang lain atau lembaga. Sumber dukungan sosial semacam ini dapat berasal dari

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 98

keluarga atau lembaga ata instansi atau perusahaan ata organisasi dimana sang lansia pernah bekerja. Karena jasa, kemampuan dan keahliannya maka ia tetap mendapat perhatian dan santunan dalam berbagai bentuk penghargaan. Uang pensiun mungkin dapat dianggap sebagai salah satu bentuk dukungan sosial juga, bila seseorang menerimanya dengan rasa syukur. Bentuk lain dukungan sosial berupa pengakuan adalah mengundang para lansia pada setiap event atau hari besar untuk berpartisipasi dalam perayaan tersebut bersama-sama dengan para pegawai yang masih berusia produktif. Contoh: Setiap hari besar TNI maka para mantan pejabat yang telah pensiun atau memasuki masa lansia biasa diundang hadir dalam upacara atau pun resepsi yang diadakan oleh Instansi tersebut. 4) Ketergantungan yang dapat diandalkan ( Reliable Reliance) Dalam dukungan sosial jenis ini, lansia mendapat dukungan sosial berupa jaminan bahwa ada orang yang dapat diandalkan bantuannya ketika lansia membutuhkan bantuan tersebut. Jenis dukungan sosial jenis ini pada umum berasal dari keluarga. Untuk lansia yang tinggal di lembaga, misalnya pada Sasana Werdha ada petugas yang selalu siap untuk membantu para lansia yang tinggal di lembaga tersebut, sehingga para lansia mendapat pelayanan yang memuaskan. 5) Bimbingan (Guidance) Dukungan sosial jenis ini adalah berupa adanya hubungan kerja atau pun hubungan sosial yang memungkinkan lansia mendapatkan informasi,

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 99

saran, atau nasehat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi. Jenis dukungan sosial jenis ini bersumber dari guru, alim ulama, pamong dalam masyarakat, figur yang dituakan dan juga orang tua. 6) Kesempatan untuk mengasuh (Opportunity for Nurturance) Suatu aspek penting dalam hubungan interpersonal akan perasaan dibutuhkan oleh orang lain. Jenis dukungan sosial ini memungkinkan lansia untuk memperoleh perasaan bahwa orang lain tergantung padanya untuk memperoleh kesejahteraan. Menurut Weiss, sumber dukungan sosial ini adalah keturunan (anak-anak) dan pasangan hidup. Itulah sebabnya sangat banyak lansia yang merasa sedih dan kurang bahagia jika berada jauh dari cucu-cucu atau pun anak-anaknya. e. Manfaat dukungan sosial Dukungan sosial (social support) tidak hanya berwujud dalam bentuk dukungan moral, melainkan dukungan spiritual dan dukungan material. Tujuan pemberian dukungan ini adalah untuk ikut meringankan beban bagi seorang atau sekelompok orang yang menghadapi masalah yang dirasakan cukup berat. Dukungan sosial sangat besar manfaatnya bagi seseorang yang mengalami masalah, terutama dukungan sosial yang berasal dari seorang yang mempunyai ikatan emosi sangat mendalam, orang-orang dekat, sahabat, orang yang sangat dipercaya atau orang yang sangat dicintai. Dukungan yang diberikan merupakan suatu dorongan untuk mengobarkan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 100

semangat hidupnya, menyadarkan bahwa masih ada orang lain yang peduli, merasa dirinya masih berharga dan berarti bagi orang lain.

f. Indikator untuk mengukur dukungan social Indikator dukungan social menurut Houe (1988) 1) Informasi Selalu mendapat informasi dari orang lain bagaimana memecahkan masalah dan memberikan saran serta penjelasan tentang kondisinya. 6) Perhatiaan emosional Adanya pehatian dari pihak lain kepada lansia dalam menghadapi masalah dan dalam kondisi yang bagaimanapun. 7) Bantuan Instrumental Memberikan dukungan baik sarana maupun materi saat tidak atau sedang menghadapi masalah. 8) Penilaian positif Lansia memerlukan dukungan secara moril dalam menghadapi suatu masalah.

4. Konsep Dasar Depresi a. Definisi depresi Depresi adalah suatu kelainan alam perasaan berupa hilangnya minat atau kesenangan dalam aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan sehari-hari dan pada waktu yang lampau (Townsend, 1998). Rentan respon

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 101

emosi individu dapat berfluktuasi dalam rentan respon emosi dari adaptif sampai mal adaptif. Menurut Kelliat (1996) depresi adalah respon emosi yang mal adaptif berat dan dapat dikenal melalui intensitas, rembetan, terus-menerus dan pengaruhnya pada fungsi sosial dan fisik individu. b. Jenis-jenis depresi Penggolongan depresi dapat dibedakan: 1) Menurut gejalanya a) Depresi neurotik Depresi neurotik biasanya terjadi setelah menglami peristiwa yang menyedihkan tetapi yang jauh lebih berat daripada yang biasanya. Penderitanya seringkali dipenuhi trauma emosional yang mendahului penyakit misalnya kehilangan orang yang dicintai, pekerjaan, milik berharga, atau seorang kekasih. Orang yang menderita depresi neurotik bisa merasa gelisah, cemas dan sekaligus merasa depresi. Mereka menderita hipokondria atau ketakutan yang abnormal seperti agrofobia tetapi mereka tidakmenderita delusi atau halusinasi. b) Depresi psikotik Secara tegas istilah “psikotik” harus dipakai untuk penyakit depresi yang berkaitan dengan delusi dan halusinasi atau keduanya. c) Psikosis depresi manik Depresi manik biasanya merupakan penyakit yang kambuh kembali disertai gangguan suasana hati yang berat. Orang yang mengalami

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 102

gangguan ini menunjukkan gabungan depresi dan rasa cemas tetapi kadang-kadang hal ini dapat diganti dengan perasaan gembira, gairah dan aktivitas secara berlebihan, gambaran ini disebut mania. d) Pemisahan diantara keduanya Para dokter membedakan antara depresi neurotik dan psikotik tidak hanya berdasarkan gejala lain yang ada tetapi seberapa terganggunya perilaku orang tersebut. 4) Menurut penyebabnya a) Depresi reaktif Pada depresi reaktif, gejalanya diperkirakan akibat stres luar seperti kehilangan seseorang atau kehilangan pekerjaannya. b) Depresi endogenus Pada depresi endogenus, gejalanya terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor luar. c) Depresi primer dan sekunder Tujuan penggolongan ini adalah untuk memisahkan depresi yang disebabkan penyakit fisik atau psikiatrik atau kecanduan obat atau alkohol (depresi sekunder) dengan depresi yang tidak mempunyai penyebab-penyebab ini (depresi primer). Penggolongan ini lebih banyak digunakan untuk penelitian tujuan keperawatan. 5) Menurut arah penyakit a) Depresi tersembunyi

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 103

Diagnosa depresi tersembunyi (atau tipikal) kadang-kadang dibuat bilamana depresi dianggap mendasari gangguan fisik dan mental yang tidak dapat diterangkan seperti wanita lanjut usia yang suka mengutil. b) Berduka Proses kesedihan itu wajar dan merupakan reaksi yang diperlukan terhadap suatu kehilangan. Proses ini membuat orang yang kehilangan itu mampu menerima kenyataan tersebut, mengalami rasa sakit akibat kesedihan yang menimpa, menderita putusnya hubungan dengan orang yang dicintai dan penyesuaian kembali. c) Depresi pasca melahirkan Banyak wanita kadang-kadang mengalami periode gangguan dalam 10 hari pertama setelah melahirkan bayi ketika emosi mereka masih labil dan mereka sedih dan suka menangis. Seringkali hal itu berlangsung selama satu atau dua hari kemudian berlalu. d) Depresi lansia Usia tua merupakan saat meningkatnya kerentanan terhadap depresi. Saat ini ganguan depresi pada lansia kurang dipahami sehingga banyak kasus depresi pada lansia tidaka dikenali (under diagnosed) dan tidak diobati (under treated). Gambaran depresi pada lansia umumnya tidak khas dan sering bertumpah tindih dengan penyakit lain. Gejala depresi yang muncul seringkali dianggap sebagai bagian dari proses menua. Kadang-kadang depresi pada lansia ditutupi oleh penyakit fisik dan cacat tubuh seperti penglihatan atau pendengaran yang

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 104

terganggu. Terjadinya depresi pada lansia selalu merupakan interaksi faktor biologik, psikologik dan sosial. Seseorang lanjut usia yang mengalami depresi kebanyakan meyangkal adanya mood depresi yang terlihat adanya gejala hilangnya tenaga (loyo), hilangnya rasa senang, tidak bisa tidur atau keluhan rasa sakit atau nyeri. Menurut Brodaty gejala yang sering tampil adalah kecemasan, perlambatan motorik, kelelahan, mencela diri sendiri, insomnia, pikiran bunuh diri. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengingat kemungkinan terjadinya penyakit depresi pada lansia. c. Faktor pencetus depresi Ada empat sumber utama stressor yang dapat mencetuskan depresi (Sundeen & Stuart, 1998): 1) Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Karena elemen aktual atau simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi pasien merupakan hal yang sangat penting. 2)

Peristiwa

besar

dalam

kehidupan

sering

dilaporkan

sebagai

pendahuluan episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah

yang

dihadapi

sekarang

dan

kemampuan

menyelesaikan masalah. 3) Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan depresi, terutama wanita.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 105

4) Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik, seperti infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik, dapat mencetuskan depresi. d. Diagnosis depresi Gangguan depresi pada usia lanjut ditegakkan berpedoman pada PPDGJ III (pedoman penggolongan diagnostik gangguan jiwa III) yang merujuk pada ICD 10 (International Classification Diagnostic 10) gangguan depresi dibedakan dalam depresi ringan, sedang dan berat sesuai dengan banyak dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan seseorang, menurut ICD 10 pada gangguan depresi ada 3 gejala utama, yaitu: Mood terdepresi (suasana perasaan hati murung atau sedih) Hilangnya minat atau gairah Hilang tenaga dan mudah lelah, yang disertai gejala lain seperti: 1) Konsentrasi menurun Perasaan bersalah Pesimis memandang masa depan Ide menyakiti diri sendiri Pola tidur berubah Nafsu makan menurun Cara mendiagnosa depresi pada lansia dapat pula dengan menggunakan skala depresi lansia Beck and Deck (1972), yang terdiri dari: a) Kesedihan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 106

(0) Saya tidak merasa sedih (1) Saya merasa sedih (2) Saya galau atau merasa sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya (3) Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana saya tidak dapat menghadapinya b) Pesimisme (0) Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang massa depan (1) Saya pesimis tentang masa depan (2) Saya merasa tidak memiliki apa-apa untuk memandang masa depan (3) Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan tidak dapat membaik c) Rasa kegagalan (0) Saya tidak merasa gagal (1) Saya merasa gagal melebihi orang pada umumnya (2 Melihat kehidupan kebelakag semua yang dapat saya lihat hanya kegagalan (3) Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami atau istri) d) Ketidakpuasan (0) Saya tidak merasa tidak puas (1) Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan (2) Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun (3) Saya tidak puas dari segalanya

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 107

e) Rasa bersalah (0) Saya tidak benar-benar merasa bersalah (1) Saya merasa buruk atau tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik (2) Saya merasa sangat bersalah (3) Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tak berharga f) Tidak menyukai diri sendiri (0) Saya tidak merasa kecewa dengan diri saya (1) Saya tidak suka dengan diri saya (2) Saya muak dengan diri saya (3) Saya benci diri saya sendiri g) Membahayakan diri sendiri (0) Saya tidak punya pikiran membahayakan diri saya sendiri (1) Saya merasa lebih baik mati (2) Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri (3) Saya akan bunuh diri saya sendiri jika saya punya kesempatan h) Menarik diri dari sosial (0) Saya tidak kehilangan minat kepada orang lain (1) Saya kurang berminat kepada orang lain daripada sebelumnya (2) Saya telah kehilangan minat (3) Saya telah kehilangan senua minat saya i) Keragu-raguan (0) Saya membuat keputusan yang baik

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 108

(1) Saya berusaha mengambil keputusan (2) Saya mempunyai banyak kesulitan dalam mengambil keputusan (3) Saya tidak dapat mengambil keputusan j) Perubahan gambaran diri (0) Saya merasa tidak bahwa saya tampak lebih buruk dari sebelumnya (1) Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik (2) Saya merasa bahwa saya ada perubahan yang permanen dalam penampilan saya ini membuat saya tidak menarik (0) Saya merasa jelek dan tampak menjijikkan k) Kesulitan kerja (0) Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya (1) Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu (2) Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu (3) Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali l) Keletihan (0) Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya (1) Saya merasa lelah dari biasanya (2) Saya merasa lelah untuk melakkan sesuatu (3) Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu m) Anoreksia (0) Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya (1) Nafsu makan saya sebaik sebelumnya

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 109

(2) Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang (3) Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali

B. Penelitian yang relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan berhubungan dengan tingkat depresi dengan dukungan sosial yang dilakukan oleh Lailatul Nur Hidayati (2009) dengan judul Hubungan Dukungan sosial dengan Tingkat Depresi pada Lansia di Kelurahan Daleman, Tulangan Klaten, dengan hasil penelitian terdapat hubungan dukungan sosial dengan depresi pada lansia di Desa Daleman Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten. Hasil pengujian Chi-Square hubungan dukungan sosial dengan tingkat depresi pada lansia dimana diperoleh nilai sebesar 14,484 dengan p-value = 0,001. Hasil uji Chi Square tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan tingkat depresi pada lansia di Desa Daleman, Tulung, Klaten. Kuatnya hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat depresi lansia di kelurahan Daleman kecamatan Tulung kabupaten Klaten adalah sedang dengan nilai coefisien contingency sebesar 0,483 Penelitian yang berhubungan dengan tingkat depresi dengan tipe kepribadian yang dilakukan oleh Noviana Dewi Purwitasari (2008) dengan judul Hubungan Tipe Kepribadian dengan Tingkat Depresi pada Lansia di wilayah desa Bumiharjo Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri dengan hasil terdapat hubungan tipe kepribadian dengan kejadian depresi pada lansia dimana lansia

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 110

introvert cenderung mengalami depresi lebih tinggi dibandingkan lansia ektrovert.Hasil penelitian signifikan ρ= 0,002 Menurut Tri Rahayu (2006) tipe kepribadian dengan tingkat depresi pada lansia dengan uji statistik Chi Square ada nilai bermakna ρ=0,008.Dan dinyatakan ada pengaruh tipe kepribadian dengan tingkat depresi pada lansia.Sedangkan dukungan sosial dengan tingkat depresi dengan uji statistik Sperman,s Rhow ada nilai bermakna ρ= 0,000, dan r = - 0,812 yang berarti ada hubungan yang sangat kuat. Dan dinyatakan ada pengaruh antara dukungan sosial dengan tingkat depresi pada lansia. Jadi dapat disimpulkan bahwa tipe kepribadian dan dukungan sosial mempengaruhi tingkat depresi pada lansia. C. Kerangka Berfikir Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di depan, maka dapat dikemukakan kerangka berpikir dalam penelitian ini: 4. Perbedaan antara tipe-tipe kepribadian terhadap tingkat depresi Kepribadian merupakan kualitas seseorang yang menyebabkan ia disenangi atau tidak disenangi oleh orang lain. Seseorang dengan kepribadian introvert cenderung tenggelam dalam pikirannya sendiri atau tindakannya lebih dipengaruhi oleh dirinya sendiri. Apabila mendapatkan kesulitan, individu dengan kepribadiani introvert akan menyalahkan dirinya sendiri. Berbeda dengan tipe kepribadian ekstrovert, yang cenderung terbuka, lincah, dan tindakannya dipengaruhi dari dunia luar. Apabila mengalami kegagalan, individu ini tidak begitu merasakannya dan jarang mengkritik dirinya sendiri.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 111

Sedangkan untuk ambivert merupakan personality yang kompleks. Di pihak lan inin bergaul di pihak lain ada hambatan. Selalu memikirkan orang lain sehingga ragu-ragu dalam bertindak. Dengan melihat perbedaan tipe kepribadian antara introvert dan ekstrovert, maka diduga mahasiswa dengan tipe kepribadian ekstrovert untuk tingkat deprsi lebih rendah dibanding introvert. 5. Perbedaan dukungan sosial pihak lain terhadap tingkat depresi. Dukungan sosial (social support) tidak hanya berwujud dalam bentuk dukungan moral, melainkan dukungan spiritual dan dukungan material. Tujuan pemberian dukungan ini adalah untuk ikut meringankan beban bagi seorang atau sekelompok orang yang menghadapi masalah yang dirasakan cukup berat. Dukungan sosial sangat besar manfaatnya bagi seseorang yang mengalami masalah, terutama dukungan sosial yang berasal dari seorang yang mempunyai ikatan emosi sangat mendalam, orang-orang dekat, sahabat, orang yang sangat dipercaya atau orang yang sangat dicintai. Dukungan yang diberikan merupakan

suatu

dorongan

untuk

mengobarkan

semangat

hidupnya,

menyadarkan bahwa masih ada orang lain yang peduli, merasa dirinya masih berharga dan berarti bagi orang lain. Dengan melihat dukungan sosial begitu besar manfaatnya diharapkan dengan adanya dukungan sosial yang tinggi akan menurunkan tingkat depresi pada lansia dan lansia hidup dengan bahagia sehingga lansia akan terhindar dari berbagai macam penyakit.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 112

6. Interaksi tipe-tipe kepribadian dan dukungan soaial dari pihak lain terhadap tingkat depresi Dukungan sosial yang tinggi akan menjadikan lansia lebih bisa diterima dan dihargai dan di akui keberadaannya. Dukungan sosial dapat membantu memecahkn semua masalah pada lansia sehingga tingkat depresi pada lansia lebih rendah. Dengan menurunkan tingkat depresi pada lansia, maka akan meningkatkan kehidupan lansia. Dengan diketahuinya tipe kepribadian lansia, maka Staf panti dan yang terkait didalamnya dapat memahami karakteristik lansia. Dengan demikian, dapat diduga bahwa ada interaksi antara tipe-tipe kepribadian dan dukungan sosial pihak lain akan berpengaruh terhadap tingkat depresi pada lansia. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Introvert Tipe kepribadian Ekstrovert Depresi pada lansia Dukungan sosial

Kurang

Baik

Gb.1. Kerangka berfikir

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 113

D. Hipotesis 1. Ada

perbedaan pengaruh

tipe-tipe kepribadian introvert dan ekstrovert

terhadap tingkat depresi pada lansia. 2. Ada perbedaan pengaruh dukungan sosial kurang dan baik terhadap tingkat depresi pada lansia. 3. Ada interaksi pengaruh tipe kepribadian dan dukungan sosial terhadap tingkat depresi pada lansia.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 114

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini yang digunakan adalah analitik observasional dengan jenis penelitian cross-sectional, yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi dan variable independent dan dependen hanya satu kali, pada satu saat.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto dan Jombang. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai bulan Januari 2011.

C. Populasi, Sample dan Sampling 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang diteliti (Nursalam, 2009). Dalam penelitian ini populasinya adalah lansia penghuni Panti Werdha Mojopahit Mojokerto dengan jumlah 38 orang lansia, dan penghuni Panti werdha Jombang dengan jumlah 25 lansia

commit to user 106

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 115

2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah lansia sebanyak 30 lansia. Dan untuk uji validitas dan reliabilitas 20 lansia. Berdasarkan: a. Kriteria Insklusi 1) Bersedia diteliti dengan menandatangani surat persetujuan. 2) Mampu berkomunikasi. 3) Sehat fisik atau tidak dalam gawat darurat b. Kriteria ekslusi 1) Menderita demensia (pikun) berat. 3. Tehnik Sampling Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Dalam penelitian ini pemilihan sampel dengan cara Simple Random

Sampling yaitu merupakan jenis probabilitas yang paling

sederhana. Untuk mencapai sampling ini, setiap eleven diseleksi secara random (acak).Jika sampling frame kecil nama bisa ditulis di secarik yertas, diletakkan di kotak, diaduk dan diambi secara acak.setelah semuanya terkumpul. ( Nursalam, 2003).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 116

D. Definisi Operasional Tabel 1. Definisi Operasional Variabel

Definisi

Parameter

Alat ukur

Konsep

Skala

Skor

Pengukuran

Variabel

Kepribadian

bebas

adalah bagaimana

Tipe Kepriba dian

Kepribadian :

Kuesioner

1. Ekstrovert

MMPI

Nominal

Pertanyaan positif: Jawab “ya” = 1

individu menampilkan dan menimbulkan kesan individu lain.

bagi

a. Prinsip praktis

Jawab “tidak” = 0

b Kecenderungan

Pertanyaan negatif

bertindak c.Kecenderungan

(Sunaryo,

turut serta aktif

2004)

bersama orang/ masyarakat

Jawab “ya” = 0 Jawab “tidak” = 1 Jumlah skor: Introvert ≤ 12

2. Introvert

Ekstrovert

a Kecenderungan

13 - 24

perenung/ pemikiran, intuitif b Kecenderungan menyendiri c Kecenderungan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 117

membayangka kesukaran dalam hidup

Dukunga n sosial

sebagai

adanya

perhatian,

- Informasi (1-3)

penghargaan atau menolong

orang

dengan

sikap

Ordinal

Selalu = 4

- Perhatian (4-6)

Sering = 3

emosional

Kadang-kadang=2

intrumental

kondisinya, sosial

tersebut diperoleh individu

maupun

Pernyataan positif (no1,3,5,7,9,11, 12)

Miller

- Bantuan

menerima

dari

Kuesioner

sosial

kenyamanan,

dukungan

Bentuk dukungan

Tidak pernah = 1

(7-9)

Pertanyaan negatif

- Penilaian

(no 2,4,6,8,10)

positif Tidak pernah = 4 (10-12) Kadang-kadang=3

kelompok

Sering = 2

(Kuntjoro, 2002).

Selalu = 1 Pengelompokkan: Dukungan kurang ≤ 67% jawaban benar Dukungan baik (68-100%) Variabel

Respon emosi

Beck Depression

terikat

yang mal adaptif

Inventory (1972)

Kuesioner

commit to user

Interval

Nilai tingkat depresi dari nilai

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 118

Depresi

berat dan dapat dikenal melalui

- Kesedihan

BDI

- Pesimisme

menerus dan pengaruhnya pada fungsi social dan

nilai maksimal (039)

intensitas rembetan, terus

minimal sampai

- Rasa kegagalan - Ketidakpuasan - Rasa bersalah - Tidak menyukai

fisik individu.

diri sendiri

(Kelliat,1996) - Membahayakan diri - Menarik diri - Keragu-raguan - Perubahan gambaran diri - Kesulitan kerja - Keletihan - Anoreksia

E. Instrumen penelitian 1. Penyusunan instrumen Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data supaya pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, lebih cermat, lengkap, obyektif dan sisitimatis. Kuesioner merupakan alat ukur yang tepat karena data yang dihasilkan relative obyektif

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 119

dan konstan serta dapat mengukur aspek psikososial, dapat digunakan dalam jumlah sample banyak dan relative murah. Untuk mengetahui Variabel bebas tentang tipe kepribadian dan dukungan sosial menggunakan alat pengukuran dengan kesione dan variable terikat juga menggunakan kuesioner baku dari Deck dan Beck, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. a. Angket Tipe kepribadian Instrumen penelitian (alat pengumpulan data) yang digunakan adalah dalam bentuk kuesioner. Untuk mengukur tipe kepribadian ekstrovert, introvert digunakan test personaliti yaitu modifikasi MMPI (Minessota Multiphasic Personality Inventory) oleh Yayasan Dharma Graha berbahasa Indonesia disusun oleh Dr. H. Yul Iskandar, Psikiater, Ph.D. tes ini dalam bentuk kuesioner closed ended dichotomy question yaitu pertanyaan tertutup dengan jawaban “ya” atau “tidak”. b. Angket Dukungan sosial Instrumen penelitian (alat pengumpulan data) yang digunakan adalah dalam bentuk kuesioner. Untuk mengetahui dukungan sosial menggunakan modifikasi dari Miller (1995), dengan parameter informasi, emosional, intrumental dan penilaian. Kuesioner closed ended multiple choice yaitu pertanyaan tertutup dengan empat alternatif jawaban yaitu selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 120

c. Angket Tingkat depresi Instrumen penelitian (alat pengumpulan data) yang digunakan adalah dalam bentuk kuesioner. Untuk mengetahui tingkat depresi menggunakan Beck Depression Inventory (BDI). Kuesioner ini dalam bentuk forced choiced question yaitu pernyataan yang mewakili perasaan responden. 2. Uji Coba Instrumental Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data, instrument penelitian dukungan sosial perlu diuji cobakan kepada 20 lansia di UPT Panti Werdha Jombang. untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya. Hasil uji coba instrumentasi : a. Uji validitas Oleh karena kuesioner dukungan social belum pernah digunakan, maka diuji cobakan terlebih dahulu untuk menguji validitas. Maka dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing – masing pertanyaan dengan skore total dengan menggunakan rumus product moment dari person yang rumusnya sebagai berikut : N (∑XY) – (∑X∑Y) r = √(N∑X - (∑X) (N∑Y - (∑Y) ) Ket : R = Koefisien korelasi

Y=variable dependent

X = variable independent

N= Jumlah sampel

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 121

Taraf sigmifikan ditentukan 5 %, jika diperoleh hasil korelasi yang lebih besar dari r table pada taraf signifikan 0,05 berarti pertanyaan tersebut valid. Untuk uji validitas pertanyaan tipe kepribadian, dukungan sosial, dan tingkat depresi dinyatakan semua valid. b. Reliabilitas instrumen Untuk mengetahui reabilitas pertanyaan angket dan checklist digunakan rumus Alpha crounbach perlu dicari harga varians masing – masing item dan varians total Adapun rumus varians masing – masing item adalah.. (∑Xi) /∑Xi - N  = N Untu rumus varians totalnya adalah :

(∑Xi) /∑Xi - N  = N Sedangkan untuk rumus koefisien Alpha yaitu sebagai berikut :



N Rii =

1– n–1

 

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 122

Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas

Pertanyaan

Hasil

Kesimpulan

Tipe kepribadian

0,899

Tinggi

Dukungan sosial

0,796

Tinggi

Tingkat depresi

0,743

Tinggi

F. Prosedur pengumpulan data Pertama kali meminta surat ijin penelitian dari Direktur Pasca Sarjana Pendidikan Kesehatan Keluarga. Setelah itu menyampaikan surat penelitian ke Dinas Sosial Mojokerto dengan tembusan ke Pimpinan Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. Setelah mendapatkan ijin dari pimpinan Panti Werdha Mojopahit Mojokerto, peneliti mengadakan pendekatan atau membuat kontrak pertemuan kepada lansia untuk mendapatkan persetujuan sebagai responden peneliti. Responden adalah lansia yang memenuhi kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan peneliti sendiri dengan tehnik interview terstruktur kepada lansia di panti dengan kuesioner yang telah disiapkan atau wawancara terstruktur dengan menggunakan perangkat kuesioner tertutup.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 123

G. Tehnik analisis data Data yang sudah terkumpul kemudian dilakukan coding dan perhitungan. Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan perangkat SPSS 17.0 For Windows. 1. Analisis deskriptif a. Variabel tipe kepribadian Untuk tes tipe kepribadian terdiri dari 24 pertanyaan (no 1-24) terdiri dari 11 pertanyaan negatif (no 1,5,6,7,10,11,13,16,18,19,20) dan 13 nomor lainnya pertanyaan positif. Pertanyaan positif jawaban “ya” nilai 1, bila “tidak” nilai 0. Pertanyaan negatif jawaban “ya” nilai 0, bila “tidak” nilai 1. Jumlah skor dikategorikan: 13 – 24 = Ekstrovert ≤ 12

= Introvert

b. Variabel dukungan sosial Untuk dukungan sosial terdiri 12 pertanyaan (no 1-12), terdiri dari 7 pertanyaan positif (no 1,3,5,7,9,11,12) dan 5 nomor yang lain adalah pertanyaan negatif (no 2,4,6,8,10). Dukungan sosial, diukur dengan skala Likert yang terdiri dari 4 jawaban. Pertanyaan positif jawaban “selalu” nilai 4, “sering” nilai 3, “kadang-kadang” nilai 2, dan “tidak pernah” nilai 1. Pertanyaan negatif jawaban “tidak pernah” nilai 4, “kadang-kadang” nilai 3, “sering” nilai 2 dan “selalu” nilai 1. Dukungan sosial mencakup aspek informasi ada 4 pertanyaan (1-3), aspek perhatian emosional (no 4-

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 124

6), aspek bantuan instrumental (no 7-9), dan aspek penilaian (no 10-12). Jumlah skor dikelompokkan dalam dukungan baik (68-100%), dan dukungan kurang (≤ 67%), dengan menggunakan rumus Arikunto (1998) adalah sebagai berikut: Q P=

x 100 % R

Keterangan: P = nilai prosentasi

R = skor tertinggi

Q = skor yang didapat b) Variabel tingkat depresi Untuk mengukur tingkat depresi terdiri 13 pertanyaan dari 13 aspek, masing-masing diwakili 1 pertanyaan. Skala pengukuran yang digunakan semantic differential (SD) yaitu responden diminta untuk memberikan tanda (x) pada skala yang sesuai pada 4 poin skala. Jumlah skor untuk tingkat depresi nilai minimal 0 dan nilai maksimal 39. 2. Analisis statistik Analisis pada tahap pertama dihasilkan tabel-tabel tabulasi dan diagram untuk memberikan gambaran secara umum tentang semua variabel yang diteliti. Analisis tahap kedua dilakukan untuk mengetahui perbedaan pengaruh tipe kepribadian introvert dan ekstrovert terhadap tingkat depresi dan untuk mengetahui perbedaan pengaruh dukungan social kurang dan baik

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 125

dilakukan uji statistik kruskall-wallis, sedangkan untuk mengetahui interaksi pengaruh tipe kepribadian dan dukungan sosial menggunakan uji statistic Friedman test dengan SPSS window’s 17.0. H. Jadwal Penelitian

Tabel 3. Waktu Pelaksanaan Penelitian NO

KEGIATAN

1

Penyusunan prososal

2

Seminar proposal

3

Revisi proposal

4

Pelaksanaan

Agust

Sept

Okt

penelitian 5

Penulisan laporan

6

Seminar hasil

7

Revisi laporan

8

Pengumpulan tesis

commit to user

Nop

Des

Jan

Feb

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 126

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum lokasi Penelitian UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto terletak di Jalan Brangkal no.862 Sooko

Mojokerto. Berdiri bulan Mei 1962. Bangunan Panti terdiri dari kantor,

ruang pertemuan, dapur, mushola, kamar tidur. Jumlah tempat tidur ada 55 buah dengan lansia berjumlah 38 lansia. Petugas panti terdiri dari 3 bagian kebersihan, 2 orang yang bertugas sebagai perawat, 1 orang dokter, 3 juru masak, dan 2 orang penjaga. Manajemen kegiatan panti yaitu pengajian, senam, pemeriksaan kesehatan rutin, kunjungan sosial dan kunjungan keluarga. Dan di UPT Panti werdha Jombang 25 lansia. Ada dapur, kantor, mushola dan kamar tidur. 2. eskripsi Karakteristik Umum Responden a.

Distribusi responden berdasarkan pendidikan Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan pendidikan

No

Pendidikan

Jumlah

Persentase

1.

Tidak tamat SD

24

80%

2.

SD

4

13,3%

3.

SLTP

2

6,7%

4.

SMA

0

0%

Jumlah

30

100%

Sebagian besar responden berpendidikan tidak tamat SD sebesar 80%.

commit to user 116

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 127

b.

Distribusi responden berdasarkan umur. Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan umur.

No

Umur

Jumlah

Persentase 1.

< 65 th

0

0%

2.

65 – 70 th

6

20%

3.

71 – 75 th

12

40%

4.

76 – 80 th

12

40%

Jumlah

30

100%

Sebagian besar responden mempunyai umur 71-75 th sebesar 40% dan umur 76- 80 th sebesar 40% c.

Distribusi responden berdasarkan status perkawinan. Tabe 6. Distribusi responden berdasarkan status perkawinan.

No

Status perkawinan

Jumlah

Persentase

1.

Tidak kawin

0

0%

2.

Janda/duda

28

93,3%

3.

Kawin

2

6,7%

Jumlah

30

100%

Sebagian besar responden janda atau duda sebesar 93,3%

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 128

d.

Dstribusi responden berdasarkan agama. Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan agama

No

Agama

Jumlah

Persentase

1.

Islam

30

100%

2.

Kristen

0

0%

Jumlah

30

100%

Semua responden mempunyai agama Islam sebesar 100%. e.

Distribusi responden berdasakan alasan masuk. Tabel 8. Distribusi responden alasan masuk.

No Alasan Masuk

Jumlah

Persentase

1.

Sukarela

13

43,3%

2.

Terpaksa

0

0%

3.

Dipaksa

12

40%

4.

Harapan Khusus

2

6,7%

5. Dilema

3

10%

Jumlah

30

100%

Sebagian besar responden alasan masuk panti karena sukarela sebesar (43,3%). Yang paling kecil harapan khusus (6,7%) dan dilema (10%). Lansia dengan harapan khusus alasannya untuk kehidupannya akan menjadi lebih baik dan tenang dalam meniti hari tua. Sedangkan dilema pernah hidup sendiri tanpa keluarga hampir celaka baik oleh orang lain atau oleh diri sendiri.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 129

3. Deskripsi Karakteristik Khusus Responden. Deskripsi ini menggambarkan tentang data khusus pada responden yang meliputi tipe kepribadian, dukungan sosial dan tingkat depresi. Tabel 9. Tipe kepribadian responden.

Tipe Kepribadian

Jumlah

Persentase

Introvert

14

46,67%

Ekstrovert

16

53,33%

Jumlah

30

100%

Tipe kepribadian pada lanisa sebagian besar ádalah ekstrovert sebesar (53,33%). Tabel 10. Dukungan sosial.

Dukungan sosial

Jumlah

Persentase

Kurang

12

40%

Baik

18

60%

Jumlah

30

100%

Dukungan sosial pada lansia sebagian besar ádalah baik sebesar 60%.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 130

Tabel 11. Depresi pada lansia.

Depresi

Jumlah

Presentase

Nilai 0 – 39 3

2

6,67%

4

8

26,67%

5

3

10%

7

4

13,33%

8

1

3,33%

9

2

6,67%

11

2

6,67%

15

4

13,33%

24

2

6,67%

32

2

6,67%

Jumlah

30

100%

Sebagian besar responden mempunyai nila 4 sebesar (26,67%). 4. Pengujian Hipótesis. Tabel 12. Hasil analisis kruskal-wallis tentang Perbedaan pengaruh tipe-tipe kepribadian terhadap tingkat depresi pada lansia.

Type kepribadian

N

Mean

Significan

Introvert

14

21,89

0,000

Ekstrovert

16

9,91

Jumlah

30

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 131

Berdasarkan tabel diatas ada perbedaan pengaruh tipe-tipe kepribadian introvert dan ekstrovert terhadap tingkat depresi ( ρ=0,000). Nilai mean paling besar pada tipe kepribadian introvert sebesar 21,89 Tabel 13. Hasil Uji analisis kruskal-wallis perbedaan pengaruh dukungan sosial terhadap tingkat depresi pada lansia.

Dukungan sosial

N

Mean

Significan

Kurang

12

22,00

0,001

Baik

18

11,17

Jumlah

30

Berdasarkan tabel diatas ada perbedaan pengaruh antara dukungan soaial kurang dan baik terhadap tingkat depresi (ρ=0,001). Nilai mean paling besar pada dukungan sosial kurang adalah sebesar 22,00. Tabel 14. Hasil analisis frieadman test interaksi pengaruh tipe kepribadian dan dukungan sosial terhadap tingkat depresi.

Mean

Signifikan

Tipe kepribadian

1,43

0,000

Dukungan sosial

1,57

Tingkat depresi

3,00

Interaksi

1,18

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 132

Tabel 15. Kesimpulan uji statistik Friedman test.

T. Kepribadian

Introvert

Ekstrovert

Total

N =9

N =3

N = 12

Duk.Sosial Kurang

X = 19,66 Baik

N =5

N =13

X = 7,8 Total

X = 6,33

N = 14 X = 21,89

X = 5,31 N = 16 X = 9,91

X = 22,00 N = 18 X = 11,17 N = 30 X = 10,03

Pengujian hipotesis untuk interaksi pengaruh tipe kepribadian dan dukungan sosial terhadap tingkat depresi pada lansia dengan menggunakan uji kruskal-wallis hasilnya

ada interaksi dengan nilai signifikan ρ=0,000. Dari

kesimpulan yang paling berbeda tipe kepribadian introvert dengan dukungan sosial kurang, mempunyai nila mean tertinggi sebesar 19,66. Berarti dengan nilai mean tinggi tingkat depresi berat. Sedangkan tipe kepribadian ekstrovert dengan dukungan sosial kurang nilai maean 6,33, dengan dukungan sosial baik untuk nilai mean 5,31, berarti tingkat depresi minimal atau ringan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 133

B. Pembahasan 1. Perbedaan Pengaruh tipe-tipe kepribadian Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan pengaruh tipe-tipe kepribadian terhadap tingkat depresi dengan

signifikasi ρ=0,000.Perbedaan

terlihat pada tipe kepribadian introvert (46,67%) dengan nilai mean

sebesar

21,89. Ini menunjukkan bahwa nilai mean semakin tinggi, nilai depresi juga semakin tinggi atau tingkat depresi berat. Tetapi sebagian besar lansia di panti Werdha Mojopahit Mojokerto sebagian besar mempunyai tipe kepribadian ekstrovert sebesar (53,33%) Kepribadian introvert yang selalu ambisius, senantiasa dikejar-kejar tugas, cepat gelisah, mudah tersinggung, cepat kecewa dan sebagainya akan mendorong seseorang cepat stres dan frustasi. Akibatnya, orang tersebut mudah mengalami berbagai penyakit. Perlu diketahui bahwa setiap individu akan melewati fase perkembangan yang akan menentukan tipe kepribadian individu tersebut. Relevansi antara perkembangan dengan kepribadian sangat erat karena jika perkembangan tidak berjalan secara sempurna maka tidak akan tercipta kepribadian yang dinamis. Tipe kepribadian intovert dapat timbul rasa kurang percaya diri, kecenderungan perenung atau pemikir, suka menyendiri, dan kecenderungan membayangkan kesukaran dalam hidup yang seringkali dapat menimbulkan depresi (Ingram, 2003). Berbeda denga kepribadian ekstrovert dimana kepribadian ini lebih menyenangi bersama orang lain. Dia tidak merasa terpaksa untuk bersama orang lain atau hadir dalam acara-acara sosial. Dia juga tidak merasa kaku untuk

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 134

berbicara di depan khalayak ramai yang belum dikenal. Dia mudah bergaul dan menyenangi bertemu dengan orang baru, dia tidak kaku dan canggung dalam pergaulan.(Iskandar, 2004) Kelompok lansia dengan tipe kepribadian ekstrovert menduduki jumlah tertinggi sebesar 53,33% tetapi mempunyai mean kecil sebesar 9,91% yang berarti tingkat depresi ringan.. Sebagian besar lansia berumur 71-75 tahun dan 76-80 tahun.Kepribadian ekstrovert benar-benar mnyenangi pergaulan, kawan ada banyak,senang mempelajari ilmu pengetahauan, sedikit urakan, progresf, kurang suka nilai-nilai tradisional, berani tampil di muka, siap memimpi.Tipe kepribadian ekstrovert jarang murung, perian, suka bergaul, berani dan sukses. Sehingga tidak akan mudah jatuh pada penyakit yang namanya depresi. Lansia dengan tipe introvert dalam berinteraksi dengan individu atau kelompok lebih konservatif karena mereka sulit untuk beradaptasi karena terlihat kaku bila bersama dengan orang banyak apalagi dengan orang yang tidak dikenal. Pada saat terjadi persaingan, introvert cenderung kurang berespon karena cenderung penuh pertimbangan dalam membuat keputusan. Jika terjadi suatu konflik, introvert cenderung kurang bisa menerima karena hidupnya bersifat intuitif sehingga mudah larut dalam konflik yang berkepanjangan. Namun mereka mampu menyembunyikan perasaan tersebut dari orang lain karena apabila orang lain mengetahuinya akan membahayakan integritas egonya. Dalam hal penyesuaian, keberhasilan tipe introvet membutuhkan rentang waktu lebih lama karena masing-masing lansia mempunyai tujuan dan harapan untuk dicapai. Hal

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 135

inilah yang mempengaruhi tingkat depresi lansia selama tinggal di panti, sehingga lansia dengan tipe kepribadian introvert lebih mudah mengalami depresi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Noviana Dewi Purwitasari (2008) menunjukkan bahwa ada hubungan tipe kepribadian dengan depresi dengan (ρ=0,002). Hal tersebut menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian ini.Dan yang paling berbeda adalah tipe kepribadian introvert. Hasil penelitian Tri Rahayu (2006) ada hubungan tipe kepribadian dengan tingkat depresi pada lansia dengan (ρ = 0,008). Yang berarti tipe kepribadian mempengaruhi tingkat depresi pada lansia. Dan hasil ini sesuai dengan penelitian yang ada.

2. Perbedaan Pengaruh dukungan sosial Hasil penelitian dukungan sosial ada perbedaan pengaruh pada tingkat depresi dengan nilai signfikan ρ= 0,001.Perbedan pengaruh yang paling berbeda pada dukungan sosial kurang (40%) dengan nilai mean 22,00. Dapat dilihat semakin tinggi nilai mean semakin tinggi nilai depresi yang menunjukkan tingkat depresi berat. Sedangkan dukungan sosial baik (60%) dengan nilai mean 11,17 Dukungan sosial merupakan bantuan atau dukungan yang diterima individu dari orang-orang tertentu dalam kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial tertentu yang membuat si penerima merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. Namun perlu diketahui seberapa banyak sumber dukungan sosial ini efektif bagi individu yang memerlukan. Sumber dukungan sosial merupakan aspek paling penting untuk diketahui dan dipahami. Pengetahuan dan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 136

pemahaman yang dimiliki seseorang akan membuat ia tahu kepada siapa akan mendapatkan dukungan sosial sesuai dengan situasi dan keinginannya yang spesifik, sehingga dukungan sosial memiliki makna yang berarti bagi kedua belah pihak. (Kuntjoro,2002) Menurut Smet (1994) bahwa dukungan sosial akan dapat mempengaruhi kesehatan seseorang dengan melindungi orang tersebut terhadap efek negatif dari stres yang berat. Gambaran depresi pada lansia umumnya tidak khas dan sering bertumpah tindih dengan penyakit lain. Gejala depresi yang muncul seringkali dianggap sebagai bagian dari proses menua. Kadang-kadang depresi pada lansia ditutupi oleh penyakit fisik dan cacat tubuh seperti penglihatan atau pendengaran yang terganggu. Terjadinya depresi pada lansia selalu merupakan interaksi faktor biologik, psikologik dan sosial. Dukungan sosial yang baik dapat menurunkan tingkat depresi pada lansia, sebaliknya dukungan sosial yang kurang dapat meningkatkan depresi pada lansia.Sehingga diperlukan sekali dukungan sosial dari pihak lain dan dalam bentuk apapun karena seorang sosok yang kehilangan segalanya. Dukungan sosial tidak hanya berwujud dalam bentuk dukungan moral, melainkan dukungan spiritual dan dukungan material. Tujuan pemberian dukungan ini adalah untuk ikut meringankan beban bagi seorang atau sekelompok orang yang menghadapi masalah yang dirasakan cukup berat. Dukungan yang diberikan merupakan suatu dorongan untuk mengobarkan semangat hidupnya, menyadarkan bahwa masih ada orang lain yang peduli, merasa dirinya masih berharga dan berarti bagi orang lain.Sehingga menurunkan stres yang berakibat pada depresi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 137

Hasil penelitian Lailatul Nur Hidayati (2008) menunjukkan bahwa terdapat hubungan dukungan sosial dengan depresi pada lansia dengan (ρ=0,001). Hal tersebut menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian ni, bahwa dukungan sosial yang baik dapat menurunkan depresi pada lansia. Hasil penelitian Tri Rahayu ( 2006) menunjukkan bahwa terdapat hubungan dukungan sosial terhadap tingkat depresi pada lansia dengan (ρ=0,000) dan r = -0,812, Yang berarti ada hubungan yang sangat kuat. Jadi dukungan sosial mempengaruhi tingkat depresi pada lansia sesuai dengan penelitian yang ada.

3. Interaksi pengaruh tipe kepribadian dan dukugan social Hasil penelitian ada interaksi antara tipe kepribadian dan dukungan sosial terhadap tingkat depresi dengan nilai signifikan ρ = 0,000. Untuk tipe kerpibadian introvert dengan dukungan sosial kurang mempunyai nilai mean 19,66. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai mean semakin tinggi nilai depresi dengan tingkat depresi berat.Berarti tipe kepribadian introvert sebaiknya diberi dukungan sosial baik untuk mempnyai nilai depresi minimal sehingga tingkat depresi tidak ada atau ringan. Untuk tipe kepribadian ekstrovert nampakanya diberi dukungan sosial kurang atau baik untuk nilai mean tidak teralu berpengaruh hampir sama, berarti nilai depresi dengan tingkat depresi tidak ada atau ringan. Sesuai teori dari Sunaryo (2004) bahwa introvert biasanya melamun dalam hidupnya dan merencanakan untuk masa yang akan datang serta yang dipentingkan yang dijadikan ukuran adalah norma-norma atau nilai-nilai dan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 138

kecenderungan-kecenderungan

dirinya

sendiri,

bersifat

intuitif

dan

berkecenderungan menghayal. Introvert untuk membuat keputusan lebih menyukai untuk merenungkan dan merencanakan serta biasanya ragu-ragu untuk membuat keputusan terakhir.Introvert lebih suka menyendiri, tidak suka dengan orang baru, tidak suka bicara di depan umum. Sedangkan ekstrovert pandangan hidupnya masa kini dan ekstrovert menghargai miliknya serta menghargai keberhasilannya dalam bergaul dengan masyarakat. Ekstrovert bersifat praktis, lebih suka cepat bertindak serta mudah membuat keputusan. Dan ekstrovert lebih menyukai bersama orang lain. Menurut Kntjoro (2002) dukungan sosial sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong orang dengan sikap menerima kondisinya, dukungan sosial tersebut diperoleh dari individu maupun kelompok. Dukungan sosial merupakan bantuan atau dukungan yang diterima individu dari orang-orang tertentu dalam kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial tertentu yang membuat si penerima merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. Menurut Gottlieb (1983) sebagai informasi verbal, atau nonverbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akarab dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Faktor psikologis pencetus depresi pada lansia adalah tipe kepribadian. Terutama tipe kepribadian introvert yang cenderung bersifat senang menyendiri, tidak suka dengan orang lain dan tidak suka bicara di depan umum.Hal ini sulit

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 139

terutama lansia untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dialaminya sehingga diperlukan dukungan sosial yang baik dari lingkungan sekitar baik dari keluarga, staf

panti dan teman-teman panti. Dukungan sosial dapat berupa

dukungan moral, spiritual dan dukungan material. Tujuan dukungan sosial ini untuk meringankan beban bagi seseorang yang mengahadapi masalah cukup berat, sehingga tidak akan menjadi depresi.Untuk mendukung lansia sebelumnya terutama petugas panti harus mengerti tipe kepribadian jenis tipe kepribadian yang mana sehingga mudah untuk mengerti karakteristik dan apa yang diinginkan lansia. Dukungan sosial yang semakin baik dapat menurunkan tingkat depresi pada lansia sehingga kwalitas kehidupan lansia dapat meningkat. Sesuai teori diatas tipe kepribadian introvert perlu mendapat dukungan sosial baik untuk menurunkan tingkat depresi pada lansia. Menua merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak bisa diingkari, namun kualitas hidup harus diupayakan tetap terjaga sehingga dapat sehat, aktif dan mandiri. Jadi ada interaksi tipe kerpibadian dan dukungan sosial terhadap tingkat depresi. Menurut penelitian dari Tri Rahayu (2006) terdapat pengaruh tipe kepribadian dan dukungan sosial dengan tingkat depresi pada lansia. Tipe kepribadian juga dipengaruhi oleh umur paling banyak lebih dari 71 tahun, pendidikan paling banyak tidak tamat SD dan status perkawinan banyak yang janda atau duda. Untuk dukungan sosial dapat dipengaruhi oleh faktor dukungan keluarga, dukungan teman, dan perawatan pengelola panti.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 140

Keterbatasan penelitian dalam penelitian ini adalah pada tahap interview terpimpin dengan lansia merasa kesulitan karena lansia usianya banyak yang diatas 71 tahun dan banyak yang tidak tamat SD sehingga perlu pendekatan dan penjelasan kepada lansia. Dan perlu adanya pengulangan untuk penjelasan setiap kuesioner yang ditanyakan. Selain itu untuk jenis penelitian ini sebaiknya menggunakan kohort dimana jenis penelitian ini menggunakan pendekatan waktu secara longitudinal atau time period approach. Menurut Sastroasmoro dan Ismail (1995) peneliti mengobservasi variabel independen terlebih dahulu (faktor resiko), kemudian subyek diikuti sampai waktu tertentu untuk melihat terjadinya pengaruh pada variabel dependen.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 141

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Tipe kepribadian lansia yang berbeda-beda dapat mempengaruhi depresi pada lansia dengan signifikan (ρ=0,000). Untuk tipe kepribadian introvert sebanyak (46,67%) dengan nilai mean sebesar 21,89 yang menunjukkan tingkat depresi berat. Yang paling banyak tipe kepribadian ekstrovert (53,33%) dengan mean 9,91% yang menunjukkan tingkat depresi ringan. 2. Dukungan sosial kurang, dan baik dapat mempengaruhi depresi pada lansia dengan signifikan (ρ=0,001). Dukungan sosial kurang (40%) dengan nilai mean sebesar 22,00. Nilai mean besar menunjukkan nilai depress tinggi dengan tingkat depresi berat. Dukungan sosial baik (60%) dengan nilai mean sebesar 11,17. Dukungan sosial baik dapat mempengaruhi tingkat depresi pada lansia. Dimana dukungan sosial baik dapat menurunkan tingkat depresi pada lansia. 3. Ada interaksi pengaruh antara tipe kepribadian dan dukungan sosial terhadap depresi pada lansia dengan signifikan (ρ=0,00).

B. Implikasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe kepribadian yang berbeda-beda berpengaruh terhadap depresi pada lansia. Terutama tipe kepribadian introvert. Mengetahu tipe kepribadian pada lansia penting untuk mengarahkan lansia tidak

commit to user 131

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 142

tenggelam dalam dunianya sehingga dapat menghindari terjadinya depresi. Kepribadian

berkembang

sesuai

dengan

cara

penyesuaian

terhadap

lingkungan.Sebagai staf panti harus melakukan pendekatan pada lansia bahkan bias minta bantuan kepada pakar psikologis memahami tipe kepribdian lansia. Sehingga seminimal mungkin kita dapat menghndari lansia dari depresi sehingga lansia menjalani sisa hidup lebih tenang dan produktif yang lebih lama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial berpengaruh terhadap depresi pada lansia. Selain mengetahui tipe kepribadian tetapi kita juga jangan mengabaikan dukunan sosial pada lansia. Dukungan social manfaatnya besar sekali terutama pada lansia yang merasa bahwa lansia sendiri di dunia ini. Dimana manfaatnya adalah meringankan beban bagi seorang atau sekelompok yang menghadapi masalah cukup berat terutama dukungan orang terdekat. Dukungan sosial dapat dilakukan melalui kerekatan emosional, integrasi social, pengakuan lansia, ketergantungan yang dapat dihandalkan, bimbingan dan memberi kesempatan pada lansian untuk mengasuh. Oleh karena itu dukungan sosial yang baik dapat menurunkan depresi pada lansia. Iteraksi tipe kepribadian dan dukungan sosial terhadap tingkat depresi, dilakukan bersama-sama. Petugas panti pada umumnya harus memahami tipe kepribadian setiap lansia. Untuk dapat memahami dengan mudah masalahmasalah yang dihadapai lansia. Itu sudah termasuk dukungan sosial kepada lansia.secara psikologis. Walaupun lansia orang yang sudah tua tetapi masih mempunyai keinginan dan harapan-harapan. Dukungan dari semua pihak baik dari teman, keluarga, dan petugas panti sangat diperlukan. Lansia tidak mengharap

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 143

harta yang melimpah, tetapi dihargai kehadirannya dan diperhatikan memberi rasa aman, tenang dan nyaman. Jadi selain mendukung lansia petugas panti juga harus mengetahui tipe kepribadian lansia.

C. Saran 1. Bagi staf panti sebaiknya memahami tipe kepribadian lansia dengan baik mengingat lansia adalah seorang yang membutuhkan perhatian yang lebih. 2. Mengupayakan dukungan sosial yang baik apapun yang dibutuhkan lansia, baik material, emosional, instrumen dan menghubungi keluarganya yang masih mempunyai keluarga untuk tetap mengunjungi lansia. 3. Perlu

adanya

penyegaran

(pelatihan)

petugas

panti

dalam

cara

mengembangkan persepsi diri lansia yang positif dan realistic sesuai dengan tipe kepribadian terutama pada tipe kepribadian introvert. 4. Perlu adanya penambahan jenis pelayanan yaitu pelayanan psikologis untuk mengetahui lebih lanjut masalah depresi dan konsep solusinya.

commit to user