TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM PADA

Download Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi. Vol: 8 Nomor: 3 Tahun 2016. 1. TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM PADA. KOPERASI SIMPAN  ...

1 downloads 563 Views 187KB Size
Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi Vol: 8 Nomor: 3 Tahun 2016

TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM MANDALA AMERTA SEDANA (KSP MAS) KELURAHAN BANJAR JAWA KECAMATAN BULELENG TAHUN 2015 Ni Komang Ike Yasa Dewi Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Indonesia e-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Mandala Amerta Sedana (KSP MAS) Kelurahan Banjar Jawa Kecamatan Buleleng Tahun 2015. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan teknik kualitatif dan kuantitatif yang berpedoman Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor: 14/Per/M.KUKM/XII/2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Mandala Amerta Sedana (KSP MAS) berada pada predikat “Kurang Sehat”. Hal ini dapat dilihat skor total yang diperoleh adalah sebesar 59,40. Berdasarkan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor: 14/Per/M.KUKM/XII/2009, jika skor yang didapat sama dengan atau lebih besar dari 40 sampai lebih kecil dari 60 (40 ≤ x < 60) mendapatkan predikat “Kurang Sehat”. Kata kunci: Tingkat Kesehatan, Koperasi Simpan Pinjam Abstract This research aimed at understanding the health level of Mandala Amerta Sedana (MAS) Savings and Loan Cooperative of Banjar Jawa Village, Buleleng District in 2015. Data collection method used in this research was documentation method. The data were analyzed by using qualitative and quantitative technique which is guided by the Regulation of Cooperative Minister and Small- and Medium-scale Business Number: 14/Per/M.KUKM/XII/2009. The results of this research showed that the health level of Mandala Amerta Sedana (MAS) Savings and Loan Cooperative was in “Less Healthy” predicate. This could be seen from the obtained total score that was 59.40. According to the Regulation of Cooperative Minister and Small- and Mediumscale Business Number: 14/Per/M.KUKM/XII/2009, if the score obtained was similar with or higher than 40 until less than 60 (40 ≤ x < 60), predicated as “Less Healthy”. Keywords: Health level, Savings and Loan Cooperative

PENDAHULUAN Penilaian tingkat kesehatan pada koperasi sangat bermanfaaat untuk memberikan gambaran mengenai kondisi aktual koperasi itu sendiri kepada pihakpihak yang berkepentingan, terutama bagi anggota maupun non anggota koperasi dan pengelola, oleh karena itu, supaya peranan koperasi sebagai lembaga ekonomi benarbenar kuat, maka koperasi itu perlu dibina dan dikembangkan baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Menurut Peraturan Menteri Negara Nomor 14 Tahun 2009

“Kesehatan koperasi adalah kondisi atau keadaan koperasi yang dinyatakan sehat, cukup sehat, kurang sehat, tidak sehat dan sangat tidak sehat”. Penilaian terhadap tingkat kesehatan koperasi diharapkan dapat mempengaruhi kemampuan koperasi dalam mengelola kelembagaannya dan loyalitas anggota serta calon anggota koperasi. Menurut Adenk Sudarwanto (2013:247), “penelitian kesehatan koperasi itu sendiri sebagai salah satu alat pengendali dari salah urus atau kemungkinan terjadinya penyimpangan 1

Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi Vol: 8 Nomor: 3 Tahun 2016

yang dilakukan oleh pihak internal koperasi”. Berdasarkan regulasi Peraturan Menteri Negara Nomor 19 Tahun 2008, dengan mengetahui tingkat kesehatan koperasi akan membantu pihak-pihak tertentu dalam pengambilan keputusan untuk bisa melanjutkan usahanya agar lebih maju dan berkembang serta tujuan dari koperasi tersebut bisa tercapai dengan baik. Koperasi mempunyai tujuan utama yang harus dicapai, yaitu memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila serta Undangundang Dasar 1945 (UU No.25/1992 pasal 3). Data dari Dinas Koperasi, Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng menunjukkan, pada tahun 2015 jumlah koperasi yang ada di Kabupaten Buleleng yaitu sejumlah 392 unit dan khususnya koperasi simpan pinjam yang hanya berjumlah 65 unit. Kegiatan usaha simpan pinjam tersebut dilaksanakan dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, calon anggota yang memenuhi syarat dan koperasi lain/anggotanya. Menurut “Peraturan Menteri Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Nomor: 14/Per/M.KUKM/XII/2009 “Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi”, terdapat tujuh aspek yang menjadi pedoman dalam penilaian kesehatan koperasi. Adapun tujuh aspek yang digunakan untuk penilaian kesehatan koperasi adalah aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, serta jatidiri koperasi. Pedoman penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam ini, memiliki tujuan agar koperasi dapat dikelola secara profesional sesuai prinsip kehati-hatian dan kesehatan koperasi sehingga, dapat meningkatkan kepercayaan dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada anggota dan masyarakat di sekitarnya. Analisis permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan serta jatidiri koperasi dalam menilai kesehatan koperasi

sangat penting dilakukan. Hal ini untuk mengetahui kondisi koperasi ditinjau dari kesehatan keuangan dan manajemennya. Koperasi Simpan Pinjam Mandala Amerta Sedana (KSP MAS) merupakan salah satu Koperasi Simpan Pinjam yang berada di Kelurahan Banjar Jawa Kecamatan Buleleng, didirikan secara resmi tahun 2009. KSP MAS sebagai salah satu Koperasi Simpan Pinjam yang masih terhitung baru tumbuh di Kecamatan Buleleng, tujuan KSP MAS adalah untuk memperoleh keuntungan (SHU) yang layak agar keberadaan KSP MAS dapat memberikan kesejahteraan kepada anggotanya. KSP MAS menyediakan dana yang relatif mudah bagi anggotanya dibandingkan dengan prosedur yang harus ditempuh untuk memperoleh dana dari bank, pelayanan ini sangat membantu dan diperlukan oleh anggota koperasi dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan kredit. Jumlah anggota koperasi terhitung tahun 2014 adalah 83 orang dan 641 orang non anggota. Dilihat dari jumlah anggota koperasi sebanyak 83 orang tersebut tidak sebanding dengan jumlah non anggota koperasi yaitu sebanyak 641 orang, padahal fokus utama koperasi simpan pinjam adalah penyaluran dana melalui pemberian kredit kepada anggota koperasi, tetapi pada kenyataannya lebih banyak disalurkan untuk non anggota koperasi. KSP MAS yang usahanya adalah mengumpulkan dana dan menyalurkan pinjaman kepada anggota maupun non anggota perlu dikelola secara profesional untuk meningkatkan kepercayaan dan memberikan manfaat yang sebesarbesarnya kepada anggota dan masyarakat di sekitarnya. Penilaian tingkat kesehatan koperasi dapat menjadi bahan pertimbangan untuk merumuskan kebijakan guna pengembangan KSP MAS, sehingga terwujud pengelolaan KSP MAS yang sehat dan mantap, pengelolaan koperasi simpan pinjam yang efektif, efisien, dan professional, serta terciptanya pelayanan prima kepada anggotanya. Manajemen koperasi yang baik, menghasilkan kebijakan yang sesuai dengan tujuan dan mendukung kemajuan koperasi maka dari itu, untuk melihat kesehatan koperasi tidak

2

Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi Vol: 8 Nomor: 3 Tahun 2016

hanya melihat aspek keuangannya saja tetapi juga menilai aspek manajemennya. Dilihat dari Sisa Hasil Usaha (SHU) KSP MAS dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 jumlah SHU yang diperoleh KSP MAS yaitu sebesar Rp. 65.851.706,00 dan pada tahun 2015 naik sebesar Rp. 85.866.770,00 namun, peningkatan SHU tersebut tidak sejalan dengan peningkatan modal dari KSP MAS tersebut. Modal utama KSP MAS dalam menjalankan usaha simpan pinjam adalah dana dari pihak ketiga yaitu dana dari simpanan biasa dan simpanan berjangka baik dari anggota maupun non anggota yaitu sebesar Rp. 5.697.058.844,00 pada tahun 2015 dengan biaya bunga yang cukup tinggi, sedangkan modal sendiri dari KSP MAS ini yaitu sebesar Rp. 721.986.216,00. Modal tersebut akan disalurkan kembali kepada anggota maupun non anggota melalui pinjaman yang diberikan, dimana pada tahun 2015 pinjaman yang disalurkan yaitu sebesar Rp. 4. 124. 041. 500,00. Selain disalurkan dalam bentuk pinjaman, KSP MAS juga menggunakan modal tersebut untuk membiayai usaha simpan pinjamnya. Biaya yang dikeluarkan KSP MAS semakin meningkat tiap tahunnya. Dilihat dari laporan sisa hasil usaha KSP MAS periode tahun 2014 total biaya yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp. 930. 983.540,00, sedangkan pada tahun 2015 total biaya yang dikeluarkan meningkat yaitu sebesar Rp. 1.130.200.211,00. Pinjaman yang diberikan oleh KSP MAS ditetapkan minimal Rp. 1.000.000,00 dan maksimal Rp. 50.000.000,00. Pinjaman yang diberikan oleh KSP MAS didasarkan atas asas perkreditan yang sehat dan prinsip kehati-hatian, mengadakan pembinaan, pengawasan dan penagihan kredit. Namun demikian sebagai bagian dari usaha simpan pinjam, KSP MAS tidak bisa lepas dari adanya suatu risiko. Banyaknya jumlah anggota maupun non anggota tersebut menyebabkan semakin meningkatnya permintaan dan kebutuhan akan pinjaman serta meningkatnya risiko akan pinjaman yang bermasalah. Jumlah pinjaman bulanan sampai tahun 2015 yaitu mencapai Rp. 4.124.041.500,00 meningkat dari jumlah sebelumnya yaitu pada Tahun

2014 Rp. 3.878.880.000,00. Dilihat dari jumlah pinjaman nasabah tersebut, ada beberapa nasabah yang kurang tertib dalam melakukan angsuran. Tingkat kolektibilitas pinjaman yang diberikan KSP MAS baik kepada anggota maupun non anggota menunjukkan, masih ada jumlah pinjaman yang kurang lancar maupun pinjaman yang diragukan. Jumlah pinjaman yang kurang lancar pada tahun 2015 yaitu sebesar Rp. 17.827.000,00 sedangkan, jumlah pinjaman yang diragukan yaitu 116.632.500,00. Hal ini menunjukkan bahwa, pengembalian dari kegiatan penyaluran pinjaman tahun 2015 oleh anggota belum mencapai 100%. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Mandala Amerta Sedana (KSP MAS) tersebut dengan judul: “Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam pada Koperasi Simpan Pinjam Mandala Amerta Sedana (KSP MAS) Kelurahan Banjar Jawa Kecamatan Buleleng Tahun 2015”. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini menggunakan metode kombinasi (mixed methods). Penelitian ini merupakan suatu langkah penelitian dengan menggabungkan dua bentuk penelitian yang telah ada sebelumnya yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Menurut Creswell (2010:5), penelitian campuran merupakan pendekatan penelitian yang mengkombinasikan antara penelitian kualitatif dengan kuantitatif. Menurut pendapat Sugiyono (2011:404) menyatakan bahwa metode kombinasi (mixed methods) adalah suatu metode penelitian yang mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode kuantitatif dan metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih komperehensif, valid, reliabel dan obyektif. Penilaian melalui pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menilai aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, likuiditas, sedangkan kualitatif dilakukan dengan melakukan analisa dan pengujian atas komponen yang tidak dapat 3

Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi Vol: 8 Nomor: 3 Tahun 2016

dikuantifikasikan tetapi mempunyai pengaruh yang material terhadap tingkat kesehatan Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam (KSP/USP). Penilaian dilakukan dengan menggunakan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor: 14/Per/M.KUKM/XII/2009. Penilaian kesehatan pada Koperasi Simpan Pinjam Mandala Amerta Sedana (KSP MAS) maka, akan diperoleh data yang mengambarkan kondisi kesehatan KSP MAS, dari beberapa aspek yaitu dari aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, serta jatidiri koperasi. Hasil dari penilaian akan menunjukkan tingkat kesehatan koperasi yang berada pada kondisi sehat, cukup sehat, kurang sehat, tidak sehat atau sangat tidak sehat, sehingga penilaian tingkat kesehatan koperasi simpan pinjam ini, dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk merumuskan kebijakan guna pengembangan Koperasi Simpan Pinjam Mandala Amerta Sedana (KSP MAS), sehingga diharapkan terwujudnya pengelolaan KSP MAS yang sehat dan mantap, pengelolaan koperasi simpan pinjam yang efektif, efisien, dan professional, serta terciptanya pelayanan prima kepada anggotanya. Penelitian ini dilakukan di Koperasi Simpan Pinjam Mandala Amerta Sedana yang beralamatkan di Jln. Dewi Kunti 25 D, Kelurahan Banjar Jawa, Kecamatan Buleleng, Kota Singaraja, Provinsi Bali. Subjek penelitian ini adalah Ketua Pengurus Koperasi Simpan Pinjam Mandala Amerta Sedana Kelurahan Banjar Jawa Kecamatan Buleleng. Objek penelitian ini adalah tingkat kesehatan KSP MAS Tahun 2015. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, digunakan untuk mengumpulkan dokumen-dokumen yang terkait dengan masalah yang akan diteliti yaitu berupa laporan keuangan Koperasi Simpan Pinjam Mandala Amerta Sedana tahun 2015. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan yang digunakan dalam menilai aspek manajemen yang berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor: 14/Per/M.KUKM/XII/2009.

Sumber data untuk menilai tingkat kesehatan koperasi adalah data sekunder. Data tersebut didapat dari laporan pertanggungjawaban pengurus yang disampaikan dalam Rapat Tahunan Anggota (RAT), khususnya laporan keuangan KSP MAS tahun 2015. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif, yang berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor: 14/Per/M.KUKM/XII/2009, penilaian aspekaspek kesehatan koperasi diberikan bobot sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap kesehatan koperasi. Penilaian aspek dilakukan dengan menggunakan nilai yang dinyatakan dalam angka 0 sampai dengan 100. Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap 7 aspek maka, diperoleh skor secara keseluruhan. Skor tersebut dipergunakan untuk menetapkan predikat tingkat kesehatan KSP dan USP Koperasi yang dibagi dalam 5 (lima) golongan yaitu sehat, cukup sehat, kurang sehat, tidak sehat dan sangat tidak sehat. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis dapat diperoleh tingkat kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Mandala Amerta Sedana (KSP MAS). Penilaian tingkat kesehatan KSP MAS yang dinilai dengan aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, pertumbuhan dan kemandirian serta jatidiri koperasi adalah sebagai berikut. 1. Aspek Permodalan Berdasarkan hasil pembobotan dan skor terhadap ketiga ratio dalam aspek permodalan, rasio modal sendiri terhadap total aset tidak mendapat nilai maksimum, hasi rasio yang diperoleh adalah sebesar 11.22%, sehingga mendapatkan nilai 25 dengan skor 1,50, sedangkan kedua rasio yang lain yaitu rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang beresiko dan rasio kecukupan modal sendiri masing-masing mendapatkan skor maksimum yaitu 6,00 dan 3,00 dengan nilai 100, dan rasio yang diperoleh yaitu sebesar 536,95% dan 70,3%. 2. Aspek Kualitas Aktiva Produktif 4

Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi Vol: 8 Nomor: 3 Tahun 2016

Berdasarkan hasil pembobotan dan skor terhadap keempat rasio dalam aspek kualitas aktiva produktif, rasio volume pinjaman pada anggota terhadap volume pinjaman belum mendapatkan skor maksimal yaitu diperoleh hasil 44,13% dengan skor 5,00. Rasio risiko pinjaman bermasalah terhadap pinjaman yang diberikan belum mendapatkan nilai maksimal yaitu hasilnya 2,34% dengan skor yang diperoleh adalah 4,00. Skor maksimal yang bisa diperoleh adalah 5,00 ketika rasio yang dihasilkan = 0. Rasio cadangan risiko terhadap pinjaman bermasalah juga belum mendapatkan hasil yang maksimal, hasil yang diperoleh adalah 1,76% dengan skor 0,50. 3. Aspek Manajemen Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa skor yang diperoleh pada aspek manajemen umum yaitu 2.75, skor pada aspek manajemen kelembagaan yaitu 3.00, skor aspek manajemen permodalan yaitu 2.40, skor aspek manajemen aktiva yaitu 2.70 dan skor aspek manajemen likuiditas 1.80. 4. Aspek Efisiensi Berdasarkan hasil pembobotan dan skor terhadap aspek efisiensi, rasio beban operasi anggota terhadap partisipasi bruto mendapat nilai maksimum, yaitu dengan hasil 92,01%, diperoleh skor 3,00, sedangkan rasio beban usaha terhadap SHU kotor belum mendapatkan nilai maksimal dengan hasil penilaian yaitu 552,60%, diperoleh skor 1,00. Rasio efisiensi pelayanan juga belum mendapatkan hasil yang maksimal, hasil yang diperoleh adalah 8,65% dengan skor 1,50. 5. Aspek Likuiditas Berdasarkan hasil pembobotan dan skor terhadap kedua rasio dalam aspek likuiditas, rasio kas + bank terhadap kewajiban lancar tidak mendapat nilai maksimum yaitu memperoleh hasil 29,79% dengan skor yang diperoleh 2,50 dan merupakan skor terendah, padahal dalam peraturan penskoran, skor maksimal yang ada sebesar 10, sedangkan rasio pinjaman diberikan terhadap dana yang diterima juga belum mendapat nilai maksimum yaitu hasil yang diperoleh sebesar 64,94% dengan skor 2,50.

6.

Kemandirian dan Pertumbuhan Berdasarkan hasil pembobotan dan skor terhadap ketiga rasio dalam aspek kemandirian dan pertumbuhan, rasio rentabilitas aset mendapat skor terendah yaitu 0,75 dengan hasil yang diperoleh adalah sebesar 1,52%, sedangkan rasio rentabilitas modal sendiri mendapatkan skor maksimal yaitu 3,00 dengan hasilnya rasio yang deperoleh sebesar 5,95%. 7. Jatidiri Koperasi Berdasarkan hasil pembobotan dan skor terhadap kedua rasio dalam aspek Jatidiri koperasi, rasio partisipasi bruto mendapat nilai maksimum yaitu 7,00 dengan hasil yang diperoleh adalah 100%. Hal ini berarti bahwa rasio partisipasi bruto pada KSP MAS memiliki kondisi sangat baik, sedangkan rasio Promosi Ekonomi Anggota (PEA) mendapatkan nilai maksimal dengan skor tertinggi 3,00 dengan hasil 66,01%. 8. Penetapan Kesehatan Koperasi Berdasarkan tujuh aspek yang dinilai dalam penilaian kesehatan KSP MAS dapat diperoleh skor secara keseluruhan adalah sebesar 59,40. Hal ini berarti tingkat kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Mandala Amerta Sedana (KSP MAS) ada pada predikat “Kurang Sehat”. Dilihat dari Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor: 14/Per/M.KUKM/XII/2009, jika skor yang didapat sama dengan 40 sampai lebih kecil dari 60 (40 ≤ x < 60) mendapatkan skor “Kurang Sehat”. Pembahasan Hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Mandala Amerta Sedana (KSP MAS) pada predikat “Kurang Sehat”. Hal ini dapat dilihat dari lima predikat penetapan tingkat kesehatan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan Unit Simpan Pinjam (USP), yang berdasarkan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor: 14/Per/M.KUKM/XII/2009 bahwa jika skor yang diperoleh sama dengan 40 sampai lebih kecil dari 60 (40 ≤ x < 60), termasuk dalam predikat “Kurang Sehat”. Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 1.

5

Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi Vol: 8 Nomor: 3 Tahun 2016

Tabel 1. Skor Keseluruhan Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Mandala Amerta Sedana Tahun 2015 No Aspek yang Dinilai Komponen Skor a. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aset 1,50 b. Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman 1 Permodalan 6,00 Diberikan yang Berisiko c. Rasio Kecukupan Modal Sendiri 3,00 a. Rasio Volume Pinjaman pada Anggota terhadap 5,00 Volume Pinjaman Diberikan b. Rasio Risiko Pinjaman Bermasalah terhadap 4,00 Pinjaman yang Diberikan Kualitas Aktiva 2 Produktif c. Rasio Cadangan Risiko terhadap Pinjaman 0,50 Bermasalah d. Rasio Pinjaman yang Berisiko terhadap 5,00 Pinjaman yang Diberikan a. Manajemen Umum 2,75 b. Kelembagaan 3,00 3 Manajemen c. Manajemen Permodalan 2,40 d. Manajemen Aktiva 2,70 e. Manajemen Likuiditas 1,80 a. Rasio Beban Operasi Anggota terhadap 3,00 Partisipasi Bruto 4 Efisiensi b. Rasio Beban Usaha Terhadap SHU Kotor 1,00 c. Rasio Efisiensi Pelayanan 1,50 a. Rasio Kas 2,50 5 Likuiditas b. Rasio Pinjaman yang Diberikan terhadap Dana 2,50 yang Diterima a. Rentabilitas Aset 0,75 Kemandirian dan 6 b. Rentablitas Modal Sendiri 3,00 Pertumbuhan c. Kemandirian Operasional Pelayanan 0,00 a. Rasio Partisipasi Bruto 7,00 7 Jatidiri Koperasi b. Rasio Promosi Ekonomi Anggota (PEA) 3,00 Jumlah Skor 59,40 Berdasarkan penilaian pada aspek permodalan yaitu rasio modal sendiri terhadap total aset dimana skor yang didapat belum maksimal dan merupakan skor terendah yaitu sebesar 1.50. Temuan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Bambang Riyanto (2001:203) yang menyatakan bahwa, “besarnya modal modal sendiri akan mempunyai efek terhadap tingkat solvabilitas perusahaan yang bersangkutan”. Setiap penambahan modal sendiri, maka akan menaikan jumlah aktiva lancarnya sehingga akan menaikan modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan dan akan menaikan tingkat solvabilitas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Alif Rohmaning Tyas (2014) yang memperoleh hasil penelitian rasio modal

sendiri terhadap total asset dengan skor terendah. Aspek kualitas aktiva produktif yaitu rasio voume pinjaman pada anggota terhadap volume pinjaman yang diberikan, dimana skor yang didapat hanya 5.00. Rasio pinjaman bermasalah terhadap pinjaman yang diberikan dan rasio cadangan risiko terhadap risiko pinjaman bermasalah juga belum memiliki skor maksimal. Temuan ini sesuai dengan UU Nomor 25 Tahun 1992 yang menyatakan bahwa, “Cadangan koperasi adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan SHU yang dimasukan untuk memupukan modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi. Oleh karena itu meningkatkan dana alokasi cadangan risiko 6

Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi Vol: 8 Nomor: 3 Tahun 2016

maupun cadangan umum sangat penting untuk menutup risiko apabila terjadi pinjaman macet atau tidak tertagih. Penilaian aspek manajemen yang terdiri dari manajemen umum, manajemen kelembagaan, manajemen permodalan, manajemen aktiva dan manajemen likuiditas memiliki skor yang kurang maksimal kecuali manajemen kelembagaan. Hal ini menunjukkan bahwa KSP MAS belum bisa mengelola manajemen koperasi menjadi efektif dan efisien. Temuan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Robbins dan Mary (2010:8) yang menyatakan bahwa, “proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain”. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Alif Rohmaning Tyas (2014) yang memperoleh hasil kurang efektif dan efisien yang ditinjau dari manajemen umum, manajemen permodalan, manajemen aktiva dan manajemen likuiditas. Dilihat dari aspek efisiensi yang terdiri dari rasio biaya operasional pelayanan terhadap partispasi bruto, rasio beban usaha terhadap SHU Kotor dan rasio efisiensi pelayanan. Hasil rasio yang diperoleh dari ketiga aspek efisiensi tersebut cukup tinggi, namun skor yang didapat semakin rendah. Hal ini menunjukkan KSP MAS belum berhasil melaksanakan kegiatan simpan pinjam yang efisien. Temuan ini sesuai dengan terori yang dikemukakan oleh Lukman Dendawijaya (2005:118) yang mengatakan bahwa, semakin rendah biaya operasional terhadap pendapatan operasionalnya berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar”. Hasil penelitian ini sejalan dengan Misbachul Munir (2011) dan Iin Indarti dimana hasil rasio efisiensi yang diperoleh belum maksimal. Penilaian aspek likuiditas yaitu rasio kas dan bank terhadap kewajiban lancar dan rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima juga belum mendapatkan skor yang maksimal. Ini berarti KSP MAS belum bisa

mengendalikan tingkat likuiditasnya. Penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Irham Fahmi (2011:126) yang menyatakan bahwa, “jika cash flow liquidity ratio terjadi peningkatan maka itu menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengatasi berbagai permasalahan kewajiban jangka pendeknya, namun sebaliknya jika arus kas menggambarkan terjadinya penurunan maka ini menunjukkan bahwa perusahaan akan bermasalah atau harus menerapkan alternatif strategi dalam mengatasi berbagai hal menyangkut dengan kebutuhan jangka pendek. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Alif Rohmaning Tyas (2014) dimana skor aspek likuiditas ditinjau dari rasio kas belum memperoleh skor yang maksimal. Penilaian aspek kemandirian dan pertumbuhan yaitu rasio rentabilitas aset dan rentabilitas operasional memiliki skor yang terendah, hal ini menunjukkan kemandirian dan pertumbuhan koperasi tidak baik. Penelitian ini sesuai dengan teori Lukman Dendawijaya (2005:118) yang menyatakan bahwa, “Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan”, semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Alif Rohmaning Tyas (2014) dimana skor aspek kemandirian dan pertumbungan yang ditinjau dari segi rentabilitas aset atau ROA belum memiliki skor yang maksimal. Aspek jatidiri koperasi skor yang diperoleh sudah menunjukkan hasil yang maksimal, ini menunjukkan aspek jati diri koperasi KSP MAS sudah baik. Temuan ini sesuai dengan teori Hendar & Kusnadi (2005: 92-93) yang menyatakan bahwa, “para anggota akan terus mempertahankan keanggotaannya dan terus mengadakan transasksi dengan perusahaan koperasi apabila mereka memperoleh manfaat, artinya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, yaitu memperoleh barang dan jasa yang harganya, mutu, dan syarat7

Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi Vol: 8 Nomor: 3 Tahun 2016

syaratnya lebih menguntungkan daripada yang diperoleh dari pihak lain yang bukan koperasi”.

mendalam terkait dengan tingkat kesehatan koperasi simpan pinjam dengan metode penelitian yang sama dan objek yang berbeda guna keberlakuan temuan ini secara lebih luas.

PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan tingkat kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Mandala Amerta Sedana (KSP MAS) berada pada predikat “Kurang Sehat”. Hal ini dapat dilihat skor total yang diperoleh adalah sebesar 59,40. Berdasarkan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor: 14/Per/M.KUKM/XII/2009, jika skor yang didapat sama dengan atau lebih besar dari 40 sampai lebih kecil dari 60 (40 ≤ x < 60) mendapatkan predikat “Kurang Sehat”.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Baswir, Revrisond. 2000. Koperasi Indonesia. Yogyakarta: BPFE. Creswell, Jhon. W. 2010. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Jakarta: Pustaka Pelajar. Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankkan, Edisi Kedua. Jakarta: Ghalia Indonesa

Saran Berdasarkan simpulan di atas maka dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut. 1. Bagi Koperasi KSP MAS sebaiknya bisa meningkatkan modal sendiri dari pada modal pinjaman, agar KSP MAS dapat mengurangi beban bunga akibat pinjaman serta meningkatkan SHU. Misalnya penambahan beberapa anggota baru yang potensial untuk diajak menjadi anggota aktif koperasi. KSP MAS sebaiknya bisa meningkatkan dana alokasi cadangan resiko maupun cadangan umum, karena hal ini sangat penting untuk menutupi risiko apabila terjadi pinjaman macet atau tidak tertagih dan juga bisa digunakan untuk pemupukan modal atau pengembangan usaha. KSP MAS sebaiknya bisa menekan pengeluaran koperasi baik dari biaya operasional maupun biaya non operasionalnya agar lebih efisien. KSP MAS sebaiknya bisa meningkatkan likuiditasnya dengan cara menambah jumlah kas maupun bank dan mengurangi kewajiban jangka pendek, namun tetap berhati-hati agar tidak terjadi over liquid akibat dari terlalu banyak memiliki kas. 2. Bagi Peneliti Lainnya Bagi peneliti lain yang bermaksud melakukan penelitian dibidang akuntansi khususnya meneliti tentang tingkat kesehatan koperasi, diharapakan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan

Fahmi,

Irham. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta

Prastowo, Dwi. 2008. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Handayani, Ismi. 2009. “Analisis Tingkat Kesehatan Koperasi pada Koperasi Simpan Pinjam Syariah BMT Akbar Tahun Buku 2006-2007”. Skripsi (tidak diterbitkan). Pendidikan Akuntansi FKIP, UMS Surakarta. Tersedia pada http://eprints.ums.ac.id/, (diakses pada tanggal 23 Maret 2016). Harahap, dan Sofyan Syafri. 2009. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Hendar. 2010. Manajemen Perusahaan Koperasi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hendar, Kusnadi. 2005. Ekonomi Koperasi untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

8

Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi Vol: 8 Nomor: 3 Tahun 2016

Hendrojogi. 2004. Koperasi; Asas-asas, Teori, dan Praktik. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Hudiyanto. 2002. Sistem Yogyakarta: UII Press.

2010. Manajemen (Edisi Kesepuluh). Jakarta: Erlangga Ropke, Jochen. 2012. Ekonomi Koperasi: Teori dan Manajemen. (Alih bahasa: Sri Djatnika S, SE, Msi). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Koperasi.

Laporan Tahunan Rapat Anggota Koperasi Simpan Pinjam Mandala Amerta Sedana Singaraja Tahun Buku 2015

Rudianto. 2010. Akuntansi Koperasi edisi kedua. Jakarta: Erlangga.

Munir, Chul Misba, dan Iin Indarti. 2011. “Analisis Tingkat Kesehatan Koperasi Pada Koperasi Simpan Pinjam “Cendrawasih” Kecamatan Gubug Tahun Buku 2011”. Jurnal (tidak diterbitkan). Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Manggala. Tersedia pada http://jurnal.widyamanggala.ac.id/, diakses pada tanggal 09 Juni 2016)

Siamat, Dahlan. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Keempat. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Subandi. 2011, Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktik). Bandung: Alfabeta. Sudarwanto, Adenk. 2013. Akuntansi Koperasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi.

Sugiyono. 2011. Metode Kombinasi (Mixed Bandung: Alfabeta

Penelitian Methods).

Supardi. 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis. Yogyakarta: UII Press.

Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 14/Per/M.KUKM/XII/2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi.

Suryani, Tatik dkk. 2008. Manajemen Koperasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Syamsudin, Lukman. 2004. Manajemen Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tyas,

Alif Rohmaning. 2014. “Analisis Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Mukti Bina Usaha Kelurahan Muktisari Kota Banjar Jawa Barat Tahun 2011-2013”. Skripsi (tidak diterbitkan). Pendidikan Ekonomi FE UNY. Tersedia pada http://eprints.uny.ac.id, (diakses pada tanggal 16 November 2015) Widyanti, Ninik dan Y.W. Sunindhia. 2003. Koperasi dan Perekonomian Indonesia. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 21/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat. BPFE: Yogyakarta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian. Surabaya: Arkola.

Robbins, Stephen P, dan Mary Coulter. 9

Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi Vol: 8 Nomor: 3 Tahun 2016

10