Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 235-247
Nurul Qiyaam
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP PENYAKIT ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT) PADA BALITA DI PUSKESMAS PARUGA KOTA BIMA TAHUN 2016 Nurul Qiyaam, Nur Furqani, Ayu Febriyanti Universitas Muhammadiyah Mataram Email :
[email protected]
ABSTRAK
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang balita. Sejak 2008 ISPA merupakan penyakit terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Paruga Kota Bima, khususnya di Kelurahan Dara. Salah satu faktor terjadinya penyakit ISPA pada balita adalah pengetahuan ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang penyakit ISPA berdasarkan karakteristik pendidikan, pekerjaan dan usia ibu. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Observasional Deksriptif dan desain studi cross sectional selama periode Maret - April 2016. Subyek yang memenuhi kriteria inklusi sejumlah 88 ibu yang memiliki balita. Data diperoleh dari pengisian kuesioner disertai dengan wawancara terhadap responden. Hasil penelitian didapatkan ibu yang memiliki pengetahuan baik sebesar (20,4%), cukup sebesar (53,4%) dan kurang sebesar (26,13%). Sehingga dapat disimpulkan tingkat pengetahuan ibu yang mendominasi pada kategori cukup. Kata kunci : ISPA, Balita, Pengetahuan Ibu, ABSTRACT
Acute Respiratory Infection (ARI) is one disease that often strikes children under five year. Since 2008 ISPA is most prevalent diseases in health service center (Puskesmas) Paruga Bima, particularly in sub Dara. One of the factors the occurrence of respiratory disease in infants is mother's knowledge. This study aims to identify the level of mothers knowledge about ISPA based on the characteristics of education, occupation and age of the mother. This research was conducted by using descriptive and observational cross-sectional study design during the period from March to April 2016. Subjects who met the inclusion criteria a number of 88 mothers with toddlers. Data obtained from the questionnaires is accompanied by interviews with respondents. The result showed a mother who has good knowledge of (20.4%), sufficient amount of (53.4%) and less of (26.13%). It can be concluded the level of knowledge of mothers who dominate the category enough. Keywords : ARI, children under five year, mothers knowledge
Artikel diterima: 13 September 2016 Diterima untuk diterbitkan: 26 September 2016 Diterbitkan: 5 Oktober 2016
235
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 235-247
Nurul Qiyaam
PENDAHULUAN ISPA
(Infeksi
Saluran
tahun 2008, kejadian ISPA menjadi
Pernafasan Akut) adalah penyakit
urutan pertama dari sepuluh besar
infeksi akut yang menyerang salah
penyakit. Pada laporan Pencatatan
satu bagian atau lebih dari saluran
dan Pelaporan Terpadu (P2 Terpadu)
pernanafasan
Puskesmas Paruga
mulai
dari
hidung
tahun 2015,
(saluran atas) hingga alveoli (saluran
tercatat ISPA tetap menjadi urutan
bawah). Penularan ISPA yang utama
teratas penyakit terbanyak dengan
melalui droplet yang keluar dari
jumlah penderita secara keseluruhan
hidung/mulut penderita saat batuk
sebanyak 6.558 orang dan kasus
atau
ISPA pada Balita sebanyak 2.583
bersin
yang
mengandung
bakteri. Beberapa kasus ISPA dapat
orang.
menyebabkan KLB (Kejadian Luar
terdapat di kelurahan Dara (Anonim,
Biasa) dengan angka mortalitas dan
2015).
morbiditas yang tinggi, sehingga
kasus
ISPA
Tingginya
angka
ISPA
kesehatan masyarakat dan menjadi
beberapa faktor diantaranya tingkat
masalah nasional (Depkes RI, 2010).
pengetahuan orang tua terkait ISPA,
Prevalensi ISPA di Indonesia
pendidikan orang tua, umur orang
berdasarkan data Riset Kesehatan
tua, status imunisasi, status gizi, air
Dasar
susu
sebesar
35%,
2013)
yang
adalah
merupakan
ibu
balita
kejadian
menyebabkan kondisi darurat pada
(Riskesdas,
pada
terbanyak
atau
ASI
dipengaruhi
dan
juga
lingkungan (Depkes RI, 2003)
penyakit dengan prevalensi tertinggi
Hasil penelitian yang dilakukan
pada balita (anak yang berusia 1-5
oleh Wardhani, dkk menyebutkan
tahun). Provinsi NTB merupakan
bahwa
salah satu dari lima provinsi dengan
dipengaruhi
kejadian
pengetahuan ibu terhadap penyakit
ISPA
yang
tertinggi
(41,7%).
yaitu
ISPA oleh
sangat tingkat
ISPA. Tingkat pengetahuan juga
Di salah satu daerah provinsi NTB
kejadian
di
wilayah
kerja
puskesmas Paruga Kota Bima, sejak
berkaitan erat dengan umur, maka semakin
bertambahnya
diharapkan
semakin
tinggi
umur pula
236
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 235-247
Nurul Qiyaam
tingkat pengetahuan karena umur
responden.
yang
pengetahuan
semakin
bertambah
punya
hubungan secara vertikal dengan
meliputi
pengalaman
penyebab,
yang
dapat
meningkatkan pengetahuan
Peneliti tertarik melakukan penelitian mengidentifikasi
ibu
tingkat
tentang
pengertian gejala
penatalaksanaan
Berdasarkan uraian di atas,
untuk
Pengukuran
penyakit
yang
penyakit,
dan
dan
ISPA
akibat,
pencegahan
terdapat
dalam
pertanyaan kuesioner.
tingkat
Tingkat
pengetahuan
pengetahuan ibu terhadap penyakit
dikategorikan ke dalam tiga kategori
ISPA pada balita di Puskesmas
yaitu
Paruga Kota Bima. Kasus ISPA
dengan skor 76-100%, cukup 56-
setiap tahun semakin meningkat di
75% dan kurang <56%.
tingkat
pengetahuan
baik
wilayah kerja Puskesmas Paruga Kota
Bima.
penelitian
ini
Dengan diharapkan
adanya dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subjek Penelitian
dilakukan upaya tindak lanjut untuk
Dari penelitian yang telah
puskesmas paruga agar di lakukan
dilakukan, terdapat 88 sampel yang
penyuluhan di masyarakat.
memenuhi criteria inklusi selama periode
Mare-April
Puskesmas
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Observasional
Karakteristik
Paruga subjek
2016 kota
di
Bima.
penelitian
terlihat pada tabel I.
Deksriptif dan desain studi cross
Berdasarkan hasil pada tabel
sectional selama periode Maret -
I, distribusi pasien berdasarkan usia
April
inklusi
didominasi oleh kelompok pasien
yang
usia 20-30 tahun sebanyak 48 orang
mempunyai anak balita yang datang
(54,6%) lebih banyak dibandingkan
berobat di Puskesmas Paruga Kota
dengan usia 31-40 tahun sebanyak 40
Bima dengan usia 20-40 tahun. Data
orang (45,45%). Dilihat dari tingkat
diperoleh dari pengisian kuesioner
pendidikan,
disertai dengan wawancara terhadap
dikelompokkan menjadi 4 kelompok
2016.
penelitian
yaitu
Kriteria ibu
subjek
penelitian
237
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 235-247
Nurul Qiyaam
yaitu berpendidikan SD sebanyak 4
berdasarkan
orang (4,54%), SMP sebanyak 18
penelitian
orang
kelompok responden
(20,45%)
kemudian
pekerjaan ini
dalam
didominasi
oleh
yang tidak
berpendidikan SMA sebanyak 51
bekerja sebanyak 54 orang (61,36%)
orang (57,9%) dan berpendidikan PT
dibandingkan
(perguruan tinggi) sebanyak 15 orang
yang bekerja sebanyak 34 orang
(17,04%).
(38,63%).
Distribusi
responden
dengan
responden
Tabel I. Karakteristik Subjek Penelitian No 1
Karakteristik Usia: - 20-30 tahun - 31-40 tahun Tingkat Pendidikan: - SD - SMP - SMA - PT Pekerjaan: - Bekerja - Tidak Bekerja
2
3
Jumlah
Persentase
48 orang 40 orang
54,6 % 45,45 %
4 orang 18 orang 51 orang 15 orang
4,54 % 20,45 % 57,9 % 17,04 %
34 orang 54 orang
38,63 % 61,36 %
Tabel II. Distribusi frekuensi berdasarkan kejadian ISPA di Puskesmas Paruga Kota Bima Kejadian ISPA ISPA Tidak ISPA Total
Berdasarkan diketahui mempunyai
tabel
Frekuensi
Persentase
61 27
69,31 30,68
88
100
II,
berdasarkan karakteristik penelitian
bahwa
ibu
yang
dengan jumlah responden sebanyak
anak
balita
ISPA
88 orang yang dilibatkan dalam
sebanyak 61 responden (69%), dan
penelitian
ibu yang mempunyai anak Balita
kuesioner penelitian di sertai dengan
yang tidak menderita ISPA sebanyak
wawancara. Adapun hasil penelitian
27 responden (30,68%)
tingkat
Tingkat Pengetahuan
karakteristik
Berdasarkan hasil penelitian ini,
didapatkan
dengan
pengetahuan
menggunakan
berdasarkan
penelitian
sebagai
berikut:
pengetahuan 238
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 235-247
Nurul Qiyaam
Tabel III. Tingkat Pengetahuan Ibu Tehadap ISPA Pada Balita di Puskesmas Paruga Kota Bima Berdasarkan Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian berdasarkan umur menjadi
responden dua
dikategorikan
kelompok
yaitu
Hasil
penelitian
tersebut
menunjukkan bahwa pengetahuan ibu yang cukup mengenai ISPA,
kelompok umur 20-30 tahun dan 31-
paling
40 tahun. Berdasarkan tabel diatas
kelompok usia 31-40 tahun. semakin
diketahui bahwa dari 48 responden
tua usia seseorang maka proses-
dengan
proses
usia
20-30
tahun
banyak
terdapat
perkembangan
pada
mentalnya
berpengetahuan kurang sebanyak 19
bertambah baik, akan tetapi pada usia
orang
tertentu,
(21,6%),
berpengetahuan
bertambahnya
cukup sebanyak 23 orang (26,13%)
perkembangan
dan berpengetahuan baik 4 orang
secepat
(4,54%). Kemudian sebanyak 40
belasan tahun (Hendra, 2008).
responden dengan umur 31-40 tahun
mental
proses
seperti
ini
ketika
tidak
berumur
Daya ingat seseorang salah
berpengetahuan kurang sebanyak 13
satunya
orang
umur. semakin cukup umur tingkat
(14,7%),
berpengetahuan
dipengaruhi
faktor
cukup sebanyak 24 orang (27,2%)
kematangan
dan berpengetahuan baik sebanyak 5
seseorang akan lebih matang dalam
orang (5,68%)..
berfikir
dan
dalam
oleh
bekerja.
kekuatan
Dari
segi
239
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 235-247
Nurul Qiyaam
kepercayaan masyarakat seseorang
pendidikan SMA. tingkat pendidikan
lebih dewasa dipercaya dari orang
seseorang
yang belum tinggi kedewasaannya.
tingkat pengetahuan. Semakin tinggi
Hal ini akan sebagai pengalaman dan
pendidikan
kematangan jiwa.
pengetahuan yang dimilikinya. Hasil
Dilihat pendidikan,
dari subjek
tingkat penelitian
dapat
mempengaruhi
semakin
penelitian
ini
baik
sejalan
dengan
penelitian yang dilakukan Perry dan
dikelompokkan menjadi 4 kelompok
Potter
(2005)
yang
yaitu SD sebanyak 2 orang (2,27%)
bahwa responden dengan pendidikan
berpengetahuan kurang dan sebanyak
SMA
2 (2,27%) berpengetahuan cukup,
menerima
SMP sebanyak 5 orang
(5,68%)
pengetahuan tentang masalah ISPA
berpengetahuan
kurang,
pada balita, termaksud bagaimana
sudah
menyatakan
dianggap
berbagai
dapat
informasi
berpengetahuan cukup sebanyak 10
tindakan
yang
orang (11,36%) dan berpengetahuan
seorang
ibu
baik sebanyak 3 orang (3,40%).
mengalami
responden yang berpendidikan SMA
pendidikan kesehatan seperti saat
sebanyak
(19,31%)
mengikuti
kegiatan
posyandu,
berpengetahuan kurang, 29 orang
mengikuti
penyuluhan,
membaca
(32,95%) berpengetahuan cukup dan
buku kesehatan ataupun petugas
berpengetahuan baik sebanyak 5
kesehatan
orang (5,68%), kemudian responden
pemeriksaan
yang berpendidikan PT (perguruan
maupun
tinggi) sebanyak 3 orang (3,40%)
pengetahuan tidak mutlak diperoleh
yang berpengetahuan kurang
dari pendidikan formal saja, akan
17
orang
29
harus pada
saat
balita
ISPA melalui
media
dari
puskesmas
kesehatan balita.
orang (32,95%) yang berpengetahuan
tetapi
cukup dan sebanyak 7 orang (7,95%)
pendidikan
berpengetahuan baik.
(Notoatmodjo, 2005).
Berdasarkan hasil penelitian, bahwa
responden sebagian besar
berpengetahuan
cukup
pada
dilakukan
dapat
saat
baik
ibu
Peningkatan
diperoleh non
melalui formal
Hasil penelitian menunjukkan dari
kategori
pengetahuan
pekerjaan, responden
tingkat bekerja
240
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 235-247
Nurul Qiyaam
didominasi pada tingkat pengetahuan
tentang
penyakit
cukup (20,35%) dan responden yang
dalam
penelitian
tidak bekerja juga didominasi pada
keluarga mendapatkan informasi dari
kategori
cukup
keluarga dan teman dan juga masih
Responden
yang
(30,685%).
mayoritas
pengetahuan
keluarga
adalah Ibu rumah tangga. Ibu rumah
karena
mayoritas
keluarga
tangga
berpendidikan SMA.
kurang
berkerja
ini
dimana
kurangnya
masih
tidak
ISPA,
berusaha
mencari berbagai sumber informasi Tabel IV. Tingkat Pengetahuan Ibu Tehadap ISPA Pada Balita di Puskesmas Paruga Kota Bima berdasarkan kejadian ISPA.
Berdasarkan tabel IV, dapat
tentang
ISPA
dapat
membantu
diketahui bahwa sebagian besar ibu
mendeteksi dan mencegah penyakit
memiliki balita yang mengalami
ISPA
ISPA,
meningkatnya
berpengetahuan
sebanyak
38
orang
cukup
lebih
awal.
Dengan
pengetahuan
ibu
(43,18%)
tentang stimulasi diharapkan akan
sedangkan ibu yang tidak memilki
terjadi perubahan perilaku ke arah
balita
yang
ISPA
berpengetahuan
cukupsebanyak 12 orang (13,63%). Hasil penelitian
ini sejalan dengan yang
dilakukan
oleh
mendukung
kesehatan
khususnya dalam pencegahan dan penatalaksanaan
ISPA
sehingga
angka kejadian ISPA berkurang.
Warman (2008) yang mengatakan
Ibu yang mempunyai tingkat
bahwa Pengetahuan ibu yang benar
pengetahuan baik tetapi anaknya 241
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 235-247
Nurul Qiyaam
menderita ISPA disebabkan karena
rendah
kurangnya perhatian ibu terhadap
ketidaktahuan ibu dalam tindakan
anaknya karena ibu sibuk aktivitas
pencegahan ISPA karena kurangnya
sehingga ibu tidak dapat melakukan
pengetahuan ibu tentang penyakit
pencegahan
ISPA.
sedini
mungkin.
disebabkan
karena
Pengetahuan ibu yang cukup dan Tabel V. Tingkat Pengetahuan Ibu Tehadap ISPA Pada Balita di Puskesmas Paruga Kota Bima
Berdasarkan
Tabel
V,
rumah tersebut sehingga berkaitan
didapatkan hasil bahwa ibu yang
dengan pencemaran udara karena
memiliki tingkat pengetahuan cukup
rumah yang tidak memiliki ventilasi
sebanyak 47 orang (53,40%), kurang
dapat meningkatkan resiko terjadinya
sebanyak 23 orang (26,13%) dan
infeksi pernapasan terutama
berpengetahuan baik sebanyak 18
balita. kemudian lantai yang belum
orang
Tingkat
diplester atau dikeramik, namun
pengetahuan kategori cukup dapat
secara social ekonomi belum mampu
dipengaruhi oleh salah satu faktor
memperbaiki kondisi rumah untuk
yaitu faktor sosial ekonomi. Sebagai
dikeramik, maka kemampuan untuk
contoh,
bahwa
bertindak mencegah terjadinya ISPA
penyakit ISPA dapat terjadi karena
pada balita menjadi kurang efektif.
faktor kondisi rumah yaitu ventilasi
Pengetahuan responden yang masuk
rumah yang belum ada di dalam
dalam kategori cukup ini dapat
(20,45%).
ibu
mengetahui
pada
242
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 235-247
diperoleh
dari
berbagai
informasi
seperti
kesehatan
yang
dari
Nurul Qiyaam
sumber
meningkat,
petugas
pendidikan
memberikan
penyuluhan saat dilakukan kegiatan
sebaliknya
rendahnya
responden
akan
mempersempit wawasan sehingga akan menurunkan pengetahuan.
posyandu balita. Informasi mengenai
Berdasarkan
dari
umur
bagaimana tindakan orangtua saat
responden diketahui bahwa sebagian
dirumah untuk mengatasi ISPA.
besar responden dalam penelitian ini
Tingkat pada
pengetahuan
ibu
cukup
juga
kategori
adalah
berumur
20-30
tahun
sebanyak 48 responden (54,6%),
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
tahun
dan kemampuan daya ingat dalam
(45,45%). Pada umur ini merupakan
menjawab kuesioner yang diajukan.
umur
Wawan
(2010)
kemampuan
pendidikan
adalah
menyatakan upaya
sebanyak
yang
40
responden
dikatakan secara
fisik
daya dan
untuk
psikologisnya masih baik sehingga
memberikan pengetahuan sehingga
dalam menghadapi kejadian ISPA
terjadi perubahan perilaku positif
pada
yang
yang
melakukan pencegahan dengan tepat
baik
sesuai dengan pengetahuan ISPA.
untuk
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
meningkat.
memiliki
Orang
pendidikan
memiliki
yang
kemampuan
anaknya
ibu
masih
bisa
menyerap
dan
memahami
pengetahuan
yang
diterimanya,
Semakin
bertambah
usia
akan
sehingga semakin baik pendidikan
semakin
berkembang
pula
daya
seseorang, maka semakin mudah ia
tangkap dan pola pikirnya, sehingga
untuk menyerap dan memahami
pengetahuan
pengetahuan
yang
terima.
semakin
membaik.
Pendidikan
sangat
berpengaruh
tersebut,
individu
terhadap
ia
diperolehnya Pada akan
usia lebih
Semakin
berperan aktif dalam masyarakat dan
responden,
kehidupan sosial serta lebih banyak
yang
melakukan persiapan demi suksesnya
luas
upaya penyesuaian diri menuju usia
sehingga pengetahuanpun juga akan
tua, selain itu orang usia madya akan
tinggi
pengetahuan.
yang
pendidikan
diharapkan dimilikinya
wawasan akan
semakin
243
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 235-247
Nurul Qiyaam
lebih banyak menggunakan banyak
keluarga yang mempunyai balita
waktu
ISPA dirumah adalah dengan ibu
untuk
membaca
(Notoatmodjo, 2007).
yang
Untuk
menunjang
pengetahuan
yang
diperlukan
pendidikan
memadai
baik
untuk
pengetahuan
tidak
mengetahui
cara
pencegahan ISPA.
maka yang
KETERBATASAN PENELITIAN
menunjang
tersebut.
Tingkat
Penelitian menggunakan
hanya
analisis
sederhana
pendidikan seorang ibu akan sangat
yaitu dengan cara mendeskripsikan
berpengaruh
data
terhadap
tingkat
pengetahuan seseorang khususnya
1. Ada ibu yang kurang kooperatif
tentang cara ibu untuk menghadapi
selama proses penelitian, seperti
kejadian
dapat
ibu tidak menyelesaikan jawaban
mempengaruhi kesehatan anaknya.
dari kuesioner yang diberikan,
Hal ini sesuai pendapat Slamet
sehingga
(2008), menyatakan bahwa semakin
kesediaan ibu untuk mengisi
tinggi
semua
ISPA
tingkat
wawasan
yang
pendidikan
pengetahuan
bertambah
dan
akan
maka
semakin semakin
peneliti
pertanyaan
2. Penelitian
ini
menggunakan
kesehatan bagi kehidupan.
bersifat subjektif.
bahwa
Warman
pendidikan
(2008),
orang
tua,
dalam
kuesioner penelitian.
menyadari bahwa begitu penting
Menurut
meminta
3. Sampel
kuesioner
penelitian
homogen
hanya
sehingga
yang
belum hasil
terutama ibu merupakan salah satu
perolehan tingkat pengetahuan
kunci
Ibu kurang obyektif.
perubahan
sosial
budaya.
Pendidikan yang relatif tinggi akan memiliki praktik yang lebih terhadap pemeliharaan
kesehatan
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian
keluarga
terutama balita. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putro (2008) yaitu sebagian
dan pembahasan yang telah diuraikan diatas,
maka
kesimpulan
dapat bahwa
diambil tingkat
244
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 235-247
pengetahuan ibu terhadap penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut ) pada balita di Puskesmas Paruga Kota Bima adalah
tingkat
pengetahuan baik sebesar 20,45%, cukup sebesar 53,40% dan kurang sebesar 26,13%. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu di Puskesmas
Paruga
Kota
Bima
termasuk dalam kategori cukup. DAFTAR PUSTAKA Aderita, N.I. 2012. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Pencegahan ISPA dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita Didesa Pucangan Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura I. [Skripsi]. Tidak diterbitkan. Fakultas Ilmu kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakart Agustina Eka Anisa, dkk. 2012. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang ISPA dengan Kejadian ISPA pada Balita di puskesmas Bergas.[Jurnal]UP2M@AKB IDNgudiWaluyo.ac.id Ahmadi, Abu . 2003 . Psikologi umum. Jakarta: PT Rineka Cipta Anonim. 2008. Menanggulangi ISPA pada Anak. Dari http://skripsi-ktikesehatan.blogspot.com Anonim. 2015. Laporan pencatatan dan pelaporan terpadu.Kota bima: Puskesmas Paruga
Nurul Qiyaam
Arikunto, S. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rieneka Cipta. [Depkes] Departemen Kesehatan. 2013. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemaen Kesehatan Republik Indonesia. [Depkes] Departemen Kesehatan. 2003. Pedoman Penanggulangan ISPA. Dirjen PPM dan PLP. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. [Depkes] Departemen Kesehatan. 2002. Pedoman Pemberantasan penyakit saluran pernafasan akut. Jakarta: Departemen Kesehatan Rebubplik Indonesia.. [Depkes] Departemen Kesehatan. 2008. Perawatan ISPA pada balita. Jakarta : Departemen Kesehatan Rebuplik Indonesia. Dharmage . 2009 . Infeksi Saluran Pernapasan Akut untuk Penanggulangan pada Balita. Jakarta : Depkes, RI. Hidayat. 2011. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Hendra, AW. 2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan. Jakarta: Salemba Medika Kartika. 2013. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta : Trans Info Media. Kusworo, 2012. Hubungan Antara Peran Orang Tua Dalam Pencegahan ISPA Balita Di Dusun Ngeledokesa Sendang Mulya, Tirtomoyo,
245
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 235-247
Wonogiri.[jurnal] Tidak dipublikasikan. Kusno, dkk .2005. ”Tata laksana oleh Petugas Kesehatan dan Faktor Resiko Terjadinya Kegagalan Perawatan di Rumah Terhadap Penderita Pneumonia Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kapan dan Nulle Timor Tengah (TTS)”. [Jurnal]. Berita Kedokteran Masyarakat XIX (3). Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika. Nelson, 2003. Ilmu Kedokteran Anak Edisi 15, Jakarta : EGC. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta. Notoatmodjo. S. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan 1. Jakarta: Rieneka Cipta. Notoatmodjo. S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan 2. Jakarta: Rieneka Cipta. Perry and Potter, 2005. Fundamental of Nursing Edisi 4. Jakarta : EGC Rahmawati. 2012. Etiologi Ispa pada Anak. Jakarta: EGC. Simamora. H. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Ke-3. Yogyakarta: STIE YKPN. Sutomo & Anggraini. 2010. Pertolongan Pertama Saat anak Sakit, Jakarta: Demedia.
Nurul Qiyaam
Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi. Bandung: Alfabeta. Syafrudin, 2009. Promosi kesehatan untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: CV Trans Info Medika. Syahrani, dkk . (2012). Pengaruh pendidikan kesehatan tentang penatalaksanaan ISPA terhadap pengetahuan dan keterampilan ibu merawat balita ISPA dirumah. [journal].stikestelogorejo : Ilmu Keperawata Pintauli, S. 2004. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Skor DMF-T pada Ibu-ibu Rumah Tangga Berusia 20-45 Tahun di Kecamatan Medan Tuntungan. Http : [journal]. Um. Ac. Id. Rahmawati, Hartono. 2012. Gangguan Pernapasan pada Anak (ISPA). Yogyakarta: Nuha Medika. [Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2013. Pedoman Pewawancara Petugas Pengumpul Data. Jakarta : Badan Litbangkes, Depkes RI, 2013. Setiadi. 2007. Metode Penelitian. Jakarta : EGC. Smeltzer dan Bare. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah Edisi 8, Volume 3. Jakarta : EGC. Suhandayani. 2007. Infeksi Saluran Pernapasan Akut dan Penanggulangannya. Medan: Universitas Sumatera Utara. Syafrudin, 2009. Promosi kesehatan untuk Mahasiswa Kebidanan.
246
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 235-247
Jakarta: CV Trans Info Medika. Wardhani, dkk. 2010. Hubungan Faktor Lingkungan,. sosialekonomi, dan pengetahuan ibu dengan kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita. Bandung: Universitas Lampung. Wawan, A. dan Dewi, M. 2010. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia, Yogyakarta: Nuha Medika. Warman. 2008. Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang. Jakarta : EGC.
Nurul Qiyaam
WHO.
2007. Pencegahan dan pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan pedoman interim WHO. Ahli Bahasa: Trust Indonesia : Jakarta. WHO. 2011. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) yang cenderung epidemi dan Pandemi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Geneva: Jakarta
247