UJI ADAPTASI GALUR MUTAN HARAPAN SORGUM MANIS HASIL IRADIASI DI

Download uji daya hasil pendahuluan dan uji daya hasil lanjut, terpilih sejumlah 10 nomor galur harapan. Galur- galur mutan tersebut pada musim tana...

0 downloads 441 Views 223KB Size
DAFTAR ISI Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR - BATAN Bandung, 04 Juli 2013

Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan

UJI ADAPTASI GALUR MUTAN HARAPAN SORGUM MANIS HASIL IRADIASI DI CITAYAM BOGOR Sihono1 1

Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional Jl. Lebak Bulus Raya No. 49, Cilandak Jakarta Selatan Email : [email protected]

ABSTRAK UJI ADAPTASI GALUR MUTAN HARAPAN SORGUM MANIS HASIL IRADIASI DI CITAYAM BOGOR. Sorgum berpotensi besar dan prospektif untuk dibudidayakan dan dikembangkan, seiring dengan semakin meningkatnya jumlah kebutuhan pangan dan energi di Indonesia. Pemuliaan sorgum dengan teknik mutasi radiasi telah dilakukan di Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Tujuan pemuliaan adalah untuk memperbaiki hasil dan kualitas sebagai pangan dan bahan baku bioetanol (energi). Materi induk yang digunakan adalah galur mutan Zh-30 berasal dari hasil penelitian BATAN diradiasi gamma menggunakan dosis 300 Gy. Kegiatan seleksi menggunakan metode pedigree, dimulai pada generasi M3, yaitu dengan memilih tanaman yang memiliki sifat-sifat agronomi lebih baik dibanding tetuanya seperti; produksi biji dan biomasa tinggi serta gula batang manis. Pada generasi M4 dilakukan skrining tes kadar gula batang menggunakan alat refructometer. Setelah melalui tahapan seleksi, observasi dan pemurnian dilanjutkan uji daya hasil pendahuluan dan uji daya hasil lanjut, terpilih sejumlah 10 nomor galur harapan. Galurgalur mutan tersebut pada musim tanam MK 2012 dilakukan pengamatan sifat agronomi dan uji daya hasil di Citayam Bogor, sebagai pembanding disertakan 3 tanaman kontrol yaitu Zh-30 sebagai tetua, Kawali dan varietas Mandau sebagai kontrol nasional. Hasil menunjukkan bahwa galur mutan PATIR4 menghasilkan biji tertinggi (8.83 t/ha), PATIR-71 memiliki biomasa tertinggi (64.90 t/ha), PATIR-12 dan PATIR-61 memiliki kadar gula tertinggi (12.33% brix). Kata kunci : sorgum manis, pemuliaan tanaman, galur mutan harapan, uji daya hasil

ABSTRACT ADAPTATION TRIALS PROMISING MUTANT LINES SWEET SORGHUM OF IRRADIATED IN CITAYAM, BOGOR. Sweet sorghum has a big potential and prospective to be grown and developed along with the increasing for food and energy in Indonesia. Breeding sorghum with mutation techniques of radiation have been carried out at the Center for Technology Application of Isotopes and Radiation (PATIR), National Nuclear Energy Agency (BATAN). Research objective is to obtain breeding to improve the yield and quality for food and raw material bioethanol (energy). Parent material used is the mutant line Zh-30 from the result of research BATAN, irradiated using gamma ray a dose 300 Gy. The selection using pedigree method, starting at generation M3, namely by choosing plants that have agronomic traits better than the parent such as seed production and high biomass and sugar sweet rod. In the M4 generation screening test performed using stem sugar refructometer tool. After going through the stages of selection, observation and purification continued test of the preliminary results and yield trials continued, was selected 10 number of promising mutant lines. The mutant lines grown during drought season 2012 tested yield in Citayam Bogor, and 3 control plants that Zh-30 parent, and varieties Kawali and Mandau for national control. Results showed that the mutant lines PATIR-4 production seeds the highest (8.83 t / ha), PATIR-71 has the production of biomass the highest (64.90 t / ha), and PATIR-12 PATIR-61 has the highest sugar content (12.33% brix). Keywords : sweet sorghum, mutation breeding, promising mutant lines, yield trials

353

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR - BATAN Bandung, 04 Juli 2013

Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan

1.

digunakan sebagai bahan baku bioetanol melalui proses fermentasi [4]. Sebagai pangan, perlu ditanam varietas sorgum yang mempunyai tingkat produktivitas biji tinggi dan kualitas nutrisi biji baik. Sedangkan untuk energi (bioetanol), perlu ditanam kultivar sorgum, selain memiliki hasil biji tinggi dan kualitas baik, juga menghasilkan biomasa dan atau kadar gula batang manis. Karena sorgum bukan tanaman asli Indonesia, ragam genetik yang ada masih terbatas. Keterbatasan ragam genetik memacu kita untuk meningkatkan dan mencari sumbersumber genetik baru. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencari sumber genetik tanaman di atas, diantaranya melalui pemuliaan tanaman. Di Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), kegiatan pemuliaan tanaman dilakukan dengan teknik mutasi radiasi dan telah menghasilkan beberapa komoditas baru diantaranya kedelai (varietas Muria, Tengger, Meratus, Rajabasa, Mitrani dan Mutiara 1), kacang hijau (varietas Camar), kapas (varietas Karisma). Untuk padi mulai dari tahun 1982 telah dihasilkan 20 varietas yaitu dari Atomita-1 sampai dengan tahun 2012, telah dihasilkan kultivar-kultivar baru diantaranya seperti varietas Inpari Mugibat, Sulutan Unsrat1 dan Sulutan Unsrat-2[5]. Atas dasar itu, pemuliaan tanaman mutasi sorgum dilakukan. Di Patir-Batan, kegiatan pemuliaan sorgum manis dilakukan secara intensif dimulai dari tahun 2006. Radiasi sinar gamma dosis 300 Gy bersumber Cobalt-60 yang berada di gamma Chamber 4000A digunakan untuk meradiasi benih galur mutan sorgum Zh-30 (varietas Pahat), dengan tujuan memperbaiki beberapa sifat tanaman agar menjadi lebih unggul. Setelah melalui seleksi, observasi dan pemurnian, sejumlah 10 galur mutan harapan telah dihasilkan, memiliki sifat produktivitas biomasa dan biji tinggi serta kadar gula batang lebih manis dibanding tetuanya. Galur-galur mutan tersebut sedang dilakukan uji adaptasi di beberapa lokasi dan pengujian lainnya, berguna untuk mendukung data sebagai salah satu prasyarat diajukan dan di lepas menjadi varietas baru. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari sifat-sifat agronomi, produksi biji dan biomasa segar serta kadar gula batang dari beberapa galur mutan harapan sorgum manis.

PENDAHULUAN

Sebagai sumber bahan pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat luas dunia, sorgum menempati urutan kelima setelah gandum, padi, jagung dan barley. Sorgum merupakan tanaman biji-bijian berasal dari wilayah sekitar sungai Niger di Afrika. Domestikasi sorgum dari Etiophia ke Mesir dilaporkan telah terjadi sekitar 3000 tahun sebelum masehi. Pada saat ini sekitar 80% areal pertanaman sorgum berada di wilayah Afrika dan Asia, namun produsen sorgum dunia masih didominasi oleh Amerika Serikat, India, Nigeria, Cina, Mexico, Sudan dan Argentina [1]. Di Indonesia sebenarnya sudah lama dikenal dan ditanam oleh petani seperti di Jawa, NTB dan NTT sorgum ditanam sebagai tanaman sela atau tumpang sari dengan tanaman lainnya. Bijinya digunakan sebagai sumber pangan alternatif sedangkan batang dan daunnya dimanfaatkan untuk pakan ternak ruminansia. Sebagai tanaman di daerah kering sesuai daerah asalnya, sorgum memiliki daya adaptasi yang tinggi dan lebih tahan terhadap kekeringan dibandingkan tanaman pangan lain. Oleh karena itu, sorgum memiliki potensi yang besar untuk ditanam dan dikembangkan di Indonesia. Sedangkan terkait dengan energi, semakin menipisnya jumlah cadangan energi bahan minyak fosil di perut bumi. Sedangkan kebutuhan energi semakin meningkat sejalan dengan peningkatan populasi penduduk kira-kira 1.5% setiap tahun [2]. Hal ini katakan oleh Yudiarto (2006) bahwa Indonesia yang dulu menjadi negara pengekspor minyak [3]. Namun pada tahun 2004 Indonesia berubah menjadi negara pengimpor minyak sampai mencapai 487 ribu barel/hari. Pada tahun 2010 Indonesia penginpor terbesar di Asia yaitu 674 ribu barel/hari. Sementara itu, harga minyak dunia terus mengalami peningkatan harga. Naiknya harga minyak dunia mengakibatkan membengkaknya subsidi pemerintah terhadap bahan bakar minyak (BBM). Kebijakan pengurangan subsidi BBM yang diterapkan pemerintah akhirnya berakibat pada meningkatnya biaya-biaya perekonomian masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan diantaranya adalah mencari, meneliti dan mengembangkan alternatif tanaman yang dapat menanggulangi kedua masalah tersebut. Sorgum manis adalah salah satu komoditas tanaman yang memenuhi harapan, karena bijinya dapat dimanfaatkan sebagai pangan dan batangnya diperas menghasilkan air nira dapat

354

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR - BATAN Bandung, 04 Juli 2013

Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan

2.

Apabila terjadi pengaruh nyata antar perlakuan/galur dilanjutkan dengan uji LSD. Data parameter pengamatan dianalisa menggunakan software komputer SAS versi 9.0.

BAHAN DAN METODE

Bahan penelitian yang digunakan adalah 10 nomor benih galur mutan harapan sorgum manis dan disertakan 3 tanaman pembanding yaitu Zh30 sebagai tetua dan Kawali serta varietas Mandau sebagai kontrol nasional. Penelitian dilakukan dilahan milik Balitbiogen yang berlokasi di Citayam, Bogor pada musim kemarau (MK) 2012. Jenis tanah yang digunakan adalah Alluvial dengan ketinggian tempat 20 meter di atas permukaan laut. Pengolahan lahan, dilakukan sampai kondisi tanah gembur dan remah dengan kedalaman sekitar 30 cm menggunakan traktor dan cangkul. Selanjutnya dibuat plot/petakan berukuran 4 X 5 m2 dengan jarak antar plot 1 meter, dan diulang 3 kali. Benih ditanam sebanyak 3-4 biji/lubang, menggunakan jarak tanam 75 cm antar baris dan 15 cm di dalam barisan, sehingga setiap plot/petak terdapat 176 lubang. Pupuk yang digunakan 120 kg/ha Urea, 90 kg/ha TSP-36, dan KCl 60 kg/ha. Pemeliharaan tanaman meliputi penjarangan dilakukan setelah tanaman berumur 14 hari setelah tanam (HST) disisakan 1 tanaman, dilanjutkan penyiangan. Pupuk TSP, KCl dan 1/3 Urea diberikan pada saat tanam sebagai pupuk dasar. Pemupukan kedua dengan takaran 2/3 Urea, dilakukan pada saat tanaman berumur 30 HST yang bersamaan dengan penyiangan kedua dan pembumbunan. Pengamatan dilakukan dengan mengamati 10 contoh tanaman (sample) meliputi; tinggi tanaman, diameter batang, produksi biomasa batang segar, kadar nira batang, berat per malai, bobot 1000 butir dan pengamatan pembungaan dilakukan, apabila tanaman pada masing-masing plot/petak telah berbunga 50%. Sedangkan produksi biji kering pipilan diperoleh dengan cara menghitung komponen hasil biji per plot dibagi jumlah tanaman yang dipanen, dikalikan populasi per hektar. Model matematika yang digunakan dalam percobaan adalah: Yij = µ +αi+βj+ Σij dimana : Yij = Hasil pengamatan mutan sorgum manis ke-i sampai ke-j µ = Nilai tengah umum αi = Pengaruh perlakuan galur mutan sorgum sampai ke-j βj = Pengaruh kelompok ke-j Σij = Galat percobaan dari perlakuan galur mutan sorgum ke-i pada kelompok ke-j,

3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Produktivitas biji, biomasa dan kadar gula batang Produktivitas biji pipilan kering per hektar disajikan dalam Tabel 1 dari 10 genotipe materi uji menunjukkan hasil rata-rata biji bervariasi yaitu antara 5.18-8.83 t/ha, sedangkan 3 tanaman kontrol memiliki hasil antara 4.35-6.31 t/ha. Galur mutan yang memiliki produktivitas biji tertinggi terlihat pada galur mutan PATIR-4 (8.83 t/ha), diikuti PATIR-71 (7.85 t/ha) dan PATIR-1 (7.57 t/ha) serta hasil terendah pada galur PATIR-81 (5.18 t/ha), secara uji BNT 5%, berbeda nyata dibandingkan hasil ke tiga tanaman kontrol yaitu Zh-30 (varietas Pahat), Kawali dan Mandau berturut-turut sebanyak 4.35, 6.04 dan 6.31 t/ha. Dari percobaan ini, semua galur mutan berproduksi lebih tinggi dari ke tiga tanaman kontrol, kecuali galur mutan nomor PATIR-81 (5.18 t/ha). Galur-galur mutan tersebut mampu menghasilkan biji kering lebih dari 5.50 t/ha (Tabel 1). Hasil penelitian tersebut melampaui hasil percobaan [6]. Tahun 1987 dilakukan di dua lokasi yaitu di Citayam dan Muara, Bogor menghasilkan rata-rata produksi biji kering 5.0 t/ha. Adanya galur mutan berproduksi biji lebih tinggi, hal ini terlihat bahwa perlakuan radiasi gamma dapat memperbaiki sifat malai sorgum. Galur-galur tersebut akan diuji lebih lanjut dan diharapkan akan diperoleh galur mutan harapan sorgum manis (promising mutant lines) sesuai dengan tujuan pemuliaan mutasi tanaman sorgum manis di Patir Batan (produksi biji,dan biomasa tinggi, kadar gula batang lebih manis serta stabil disemua lokasi). Tabel 1 produktivitas biomasa batang segar, semua galur materi uji menunjukkan rata-rata hasil bervariasi yaitu berkisar antara 17.0264.90 t/ha, sedangkan tanaman kontrol memiliki produksi dengan kisaran antara 21.14-27.69 t/ha. Galur yang menghasilkan produktivitas tinggi ditunjukkan pada galur PATIR-71 (64.90 t/ha) dan diikuti galur nomor PATIR-61 dan PATIR15 (51.80 dan 51.75 t/ha), dan terendah galur PATIR-81 (17.02 t/ha), secara uji BNT 5%, berbeda nyata dibandingkan ke tiga tanaman kontrol yaitu Zh-30, Kawali dan varietas

355

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR - BATAN Bandung, 04 Juli 2013

Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan

Mandau berturut-turut sebanyak 21.14, 25.75 dan 27.75 t/ha. Dari percobaan ini, semua galur mutan yang diuji menampakkan hasil biomasa batang lebih tinggi dibandingkan ke tiga tanaman kontrol, kecuali galur mutan nomor PATIR-81 dan PATIR-101 (17.02 dan 19.63 t/ha) seperti terlihat pada Tabel 1. Adanya galur mutan yang

memiliki produktivitas biomasa tinggi, hal ini diduga bahwa perlakuan radiasi gamma dapat memperbaiki pada sifat batang tanaman sorgum. Hal senada dilaporkan oleh [7]. bahwa pemuliaan mutasi induksi menggunakan sinar radiasi gamma terhadap padi, telah diperoleh tanaman pendek, genjah dan produktivitasi biji tinggi. .

Tabel 1. Hasil analisis produktivitas biji, biomasa dan kadar gula batang. No. Nama Genotipe Hasil Biji (t/ha) 1 Patir-1 7.57 ab 2 Patir-4 8.83 a 3 Patir-12 6.62 bcde 4 Patir-13 5.75 def 5 Patir-15 6.54 bcde 6 Patir-61 7.22 abcd 7 Patir-71 7.85 ab 8 Patir-81 5.18 ef 9 Patir-91 7.16 abcd 10 Patir-101 5.67 def 11 Zh-30 (Induk) 6.31 bcde 12 Kawali 6.04 cdef 13 Mandau 4.35 f Rata-rata 6.55 BNT 5% 1.71 KK % 15.46

Pengamatan Hasil Biomasa (t/ha) 44.64 b 40.73 c 46.55 b 47.59 b 51.75 b 51.80 b 64.90 a 17.02 e 39.59 c 19.63 de 27.69 d 25.75 de 21.14 de 38.37 9.31 14.39

Gula Batang (%) 12.17 a 7.00 ef 12.33 a 11.83 a 11.33 ab 12.33 a 11.07 abc 9.00 cde 8.67 def 9.50 bcd 6.67 f 4.33 g 11.83 a 9.85 2.07 12.50

Keterangan: Angka sejalur yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom tidak berbeda nyata menurut uji BNT 5%

Tabel 2. Data rerata pembungaan 50%, tinggi tanaman dan diameter batang No.

Nama Genotipe

1 Patir-1 2 Patir-4 3 Patir-12 4 Patir-13 5 Patir-15 6 Patir-61 7 Patir-71 8 Patir-81 9 Patir-91 10 Patir-101 11 Zh-30 (Induk) 12 Kawali 13 Mandau Rata-rata BNT 5% KK %

Berbunga 50% (HST) 60.67 abc 60.00 abcd 56.67 bcd 56.33 cd 57.00 bcd 56.00 d 58.67 abcd 57.00 bcd 60.00 abcd 56.67 bcd 62.33 a 61.00 ab 49.67 e 57.85 4.54 4.66

Pengamatan Tinggi Tan. Diamtr Batang (cm) (cm) 209.73 cd 2.85 ab d 198.60 2.82 ab 214.27 cd 2.81 ab c 217.33 2.78 ab 218.20 c 2.82 ab 250.53 b 2.79 ab 270.87 a 2.42 c 180.53 e 2.68 b b 239.47 2.99 a 172.47 e 2.76 b f 150.47 2.80 ab 179.07 e 2.66 b g 133.80 2.83 ab 202.11 2.77 16.56 0.22 4.85 4.80

Keterangan: Angka sejalur yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom tidak berbeda nyata menurut uji BNT 5%

356

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR - BATAN Bandung, 04 Juli 2013

Galur-galur mutan yang memiliki hasil biomasa batang tinggi diharapkan dapat digunakan sebagai bahan baku industri (bioetanol dan minuman segar). Secara umum, selain biji, hasil biomasa batang sangat dibutuhkan dalam kriteria kegiatan seleksi sorgum manis. Dengan kata lain, besarnya hasil biomasa batang pada galur mutan, akan dapat menghasilkan nira banyak di dalam satuan luas

Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan

umur tanaman berkaitan dengan panjangnya periode proses fotosintesis. Sedangkan fotosintesis merupakan produsen fotosintat utama bagi tanaman, khususnya untuk proses pembentukan biomassa. Hal ini terlihat pada galur mutan PATIR-1 memiliki umur berbunga 60.67 hari menghasilkan biomasa batang 44.64 t/ha dan biji 7.57 t/ha. Sedangkan varietas Mandau memiliki umur genjah yaitu berbunga pada saat tanaman berumur 49.67 hari, hanya menghasilkan biomasa batang segar 21.14 t/ha dan biji 4.35 t/ha. Penelitian ini didukung oleh [9]. melaporkan bahwa produksi biomassa sorgum berkorelasi tinggi dengan lamanya periode pertumbuhan fase vegetatif.

3.2. Kadar Gula Batang Hasil pengamatan gula batang disajikan dalam Tabel 1 terlihat bahwa dari semua galur mutan yang diuji menunjukkan hasil bervariasi yaitu antara 7.00-12.33%, sedangkan 3 tanaman kontrol memiliki hasil antara 4.33-11.83%. Galur yang memiliki kadar gula batang tertinggi diperoleh pada galur mutan PATIR-12 dan PATIR-61 yaitu masing-masing memiliki kadar gula 12.33% dan diikuti galur PATIR-1 (12.17%). Dan terendah pada galur PATIR-4 (7.00%), secara uji BNT 5%, berbeda nyata dibandingkan ke tiga kontrol yaitu galur Zh-30 sebagai tetua, Kawali dan varietas Mandau kontol nasional, berturut-turut sebanyak 4.33, 6.67 dan 11.83%. Adanya galur mutan yang memiliki kadar gula batang lebih manis dibandingkan tetua, hal ini terlihat bahwa perlakuan radiasi gamma dapat memperbaiki sifat gula batang sorgum. Galur-galur tersebut akan dilakukan pengujian lebih lanjut dan dibeberapa lokasi di Indonesia, guna pendukung data agronomi sebagai salah satu prasyarat untuk diajukan ke Departemen Pertanian dan dilepas menjadi kultivar baru sorgum manis.

3.4. Tinggi Tanaman Dari percobaan ini, memperlihatkan bahwa galur mutan memiliki variasi tinggi batang yaitu antara 172.47-270.87 cm. Semua galur mutan menampakkan batang lebih tinggi dibandingkan kontrol induk (150.47 cm) dan Mandau (133.80 cm). Namun dibandingkan kontrol Kawali (179.07 cm) masih ada beberapa galur mutan yang memiliki batang pendek, dapat dilihat pada Tabel 2. Secara umum, tanaman berbatang tinggi mempengaruhi hasil biomasa per hektar, seperti telihat pada galur mutan nomor PATIR-71 mempunyai batang setinggi 270.87 cm, menghasilkan biomasa batang seberat 64.90 t/ha, sedangkan untuk varietas Mandau memiliki batang 133.80 cm hanya mampu menghasilkan biomasa 21.14 t/ha, disajikan pada Tabel 1 dan 2. Adanya galur mutan berbatang lebih tinggi dibandingkan tanaman asalnya, hal ini membuktikan bahwa perlakuan radiasi sinar gamma dapat merubah sifat batang pada tanaman sorgum.

3.3. Pengamatan Pembungaan 50% Pembungaan adalah salah satu indikator untuk mengetahui umur tanaman [8]. melaporkan bahwa tanaman sorgum bisa dipanen pada saat umur 45 hari setelah pembungaan atau apabila bijinya sudah keras dan dikunyah terasa tepung. Tabel 2. terlihat bahwa hasil rata-rata pembungaan dari 10 genotipe galur mutan yang diuji, memiliki kisaran berbunga antara 56.00-60.67 HST. Semua galur berbunga lebih cepat dibandingkan kontrol induk Zh-30 (62.33 HST). Namun jika dibandingkan dengan kontrol varietas Mandau (49.67 hari), semua galur mutan memperlihatkan umur yang panjang (Tabel 2). Umur tanaman umumnya mempenga-ruhi produksi biji maupun biomasa batang, karena

3.5. Diameter Batang Percobaan ini, menunjukkan bahwa galur mutan memiliki diameter batang antara 2.422.95 cm. Sedangkan ke tiga tanaman kontrol berkisar antara 2.66-2.83 cm. Galur mutan yang memiliki diameter batang terbesar terlihat pada galur nomor PATIR-91 (2.99 cm) dan batang terkecil galur PATIR-71 (2.42 cm), secara uji BNT 5%, berbeda nyata dibandingkan ke tiga tanaman kontrol yaitu Zh-30 (varietas Pahat), Kawali dan varietas Mandau berturut-turut sebanyak 2.66, 2.80 dan 2.83 cm.

357

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR - BATAN Bandung, 04 Juli 2013

Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan

Tanaman yang memiliki batang besar tidak selalu menghasilkan biomasa batang segar tinggi, seperti telihat pada galur mutan nomor PATIR-91 mempunyai rata-rata diameter 2.99 cm hanya menghasilkan biomasa 39.59 t/ha, sedangkan galur PATIR-71 memiliki diameter 2.42 mampu menghasilkan bioamasa seberat 64.90 t/ha. Hal ini diduga, galur yang mempunyai diameter batang besar terkadang berbatang pendek, sehingga akan menghasilkan biomasa rendah (Tabel 1 dan 2).

gr menghasilkan berat biji 8.83 t/ha. Sedangkan galur PATIR-81 mempunyai berat malai 78.07 gr hanya menghasilkan berat 5.18 t/ha. 3.7. Berat 1000 Butir Tabel 3 memperlihatkan bahwa berat 1000 butir biji, galur mutan uji memiliki hasil kisaran berat antara 26.37-30.43 gr, sedangkan ke tiga tanaman kontrol memiliki kisaran antara 26.4728.90 gr. Galur mutan yang memiliki butiran biji terbesar adalah galur PATIR-15 (30.04 gr) dan terkecil pada galur mutan PATIR-71 (26.37 gr), secara uji BNT 5%, berbeda nyata dibandingkan ke tiga tanaman kontrol yaitu Zh30, Kawali dan varietas Mandau berturut-turut sebanyak 26.47, 28.07 dan 28.90 gram. Hasil percobaan ini, menampilkan bahwa galur mutan yang memiliki butiran biji besar tidak mempengaruhi hasil biji per hektar, seperti telihat pada galur mutan nomor PATIR-15 mempunyai butiran biji 30.04 gr, hanya menghasilkan biji 6.54 t/ha, sedangkan galur nomor PATIR-4 hanya mempunyai rata-rata berat butiran biji 28.00 gr, mampu menghasilkan biji seberat 8.83 t/ha. Hal ini diduga karena terkadang galur mutan memiliki butiran biji besar, namun memiliki biji malai sedikit, sehingga menjadikan produktivitas per hektar rendah.

3.6. Berat per Malai Tabel 3 memperlihatkan bahwa semua galur mutan materi uji, memiliki rata-rata berat malai bervariasi yaitu antara 78.07-133.09 gr, sedangkan ke tiga tanaman kontrol berkisar 65.49-95.04 gr. Galur mutan yang memiliki malai terberat adalah galur nomor PATIR-4 (133.09 gr) dan diikuti galur PATIR-71 (118.24gr) dan PATIR-1 (114.05 gr). Sedangkan malai terendah pada mutan galur nomor PATIR81 (78.07 gr), secara uji BNT 5%, berbeda nyata dibandingkan produksi ke tiga tanaman kontrol yaitu galur Zh-30, Kawali dan varietas Mandau berturut-turut seberat 65.49, 91.00 dan 95.04 gr/malai. Pada umumnya, berat malai mempengaruhi hasil biji per hektar, hal ini terlihat pada galur PATIR-4 yang mempunyai berat malai 133.09

Tabel 3. Data rerata berat malai dan berat 1000 butir biji Pengamatan No.

Nama Genotipe

1 Patir-1 2 Patir-4 3 Patir-12 4 Patir-13 5 Patir-15 6 Patir-61 7 Patir-71 8 Patir-81 9 Patir-91 10 Patir-101 11 Zh-30 12 Kawali 13 Mandau Rata-rata BNT 5% KK %

Berat Malai (gr) 114.05abc 133.09a 99.69bcde 86.68def 98.46bcde 108.77abcd 118.24ab 78.07ef 107.80abcd 85.39def 95.04bcde 91.00cdef 65.49f 98.60 25.66 15.44

Berat 1000 Butir (gr) 29.37 ab 28.00 bcd 28.07 bc 29.13 ab 30.43 a 27.20 cde 26.37 e 29.03 ab 29.17 ab 29.50 ab 28.90 ab 26.47 de 28.07 bc 28.44 1.59 3.32

Keterangan: Angka sejalur yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom tidak berbeda nyata menurut uji BNT 5%

358

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR - BATAN Bandung, 04 Juli 2013

Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan

4.

KESIMPULAN

1.

Dari 10 galur mutan harapan yang diuji, galur nomor PATIR-4, PATIR-12, PATIR61 dan PATIR-71 menghasilkan produktivitas biji, biomasa dan kadar gula batang tinggi, secara Uji BNT 5% berbeda nyata dibandingkan dengan ketiga tanaman kontrol. Umur tanaman dan berat malai mempengaruhi hasil biji per hektar, namun galur yang berbatang tinggi dan atau memiliki butiran biji besar, tidak mempengaruhi hasil biji per hektar. Adanya galur-galur mutan yang memiliki produktivitas biji, biomasa dan kadar gula batang lebih tinggi, memperlihatkan bahwa perlakuan radiasi gamma dosis 300 Gy dapat merubah dan memperbaiki sifat genetik tanaman sorgum.

3. YUDIARTO, M.A. Pemanfaatan Sorgum sebagai Bahan Baku Bioetanol. B2TP-BPPT Lampung. (2006). Hal. 24-36. 4. SOERANTO et .al. Usulan Pelepasan Varietas Sorgum Produktivitas Tinggi dan Tahan Kekeringan (Galur Mutan B-76, B100 dan Zh-30). Jakarta. (2013). Hal. 154. 5. BATAN. Hasil Teknologi Litbang Iptek Nuklir Batan di Bidang Pertanian. http://www/batan/patir/_pert/pert.html. (Di akses tanggal April 2013). 6. ROESMARKAM, S. Stabilitas hasil Tinggi dan Umur Tanaman Galur-galur Harapan Sorgum. Kumpulan Kliping Sorgum. Pusat Informasi Pertanian Trubus. (1988). Hal. 44 – 49. 7. SOBRIZAL. Mutasi Induksi untuk Mereduksi Tinggi Tanaman Padi Galur KI 237. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop RadiasiBATAN. Vol. 4 No. 2. Jakarta (2008). Hal. 99-108. 8. ISMAIL, I. G dan KODIR, A.M. Cara bercocok tanam sorgum. Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor. (1977). Hal. 19. 9. SUNGKONO. Seleksi Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) Untuk Produktivitas Biji dan Bioetanol Tinggi pada Tanah Masam Melalui Pendekatan Participatory Plant Breeding. Proposal penelitian sebagai salah satu syarat dalam rangka penulisan Disertasi Doktor pada Program Studi Agronomi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. (2007). Hal. 9-11.

2.

3.

5. DAFTAR PUSTAKA 1. HOUSE, L.R. A Guide to Sorghum Breeding. International Crops Research Institute for Semi-Arid Tropics. Andhra Pradesh, India. (1995). Hal. 238. 2. NOTOHADIPRAWIRO, T. Keselamatan sumber daya tanah dalam kebijakan ekonomi di Indonesia dalam Khairiyah, K., Ismunandar dan E, Handayanto. 1998. Pengelolaan tanah secara biologi pada lahan kering beriklim basah melalui pendekatan holistic dan spesifik lokasi menuju system pertanian berkelanjutan. Prosid. Seminar Nasional dan Pertemuan Tahunan KOMDA HITI. Jakarta. (1996). Hal. 12-25.

359