UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN

Download 30 Mar 2017 ... Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 158-168. Yuska Novi Yanti ... Ekstraksi dengan metode maserasi Salanjutnya di rotary dengan...

0 downloads 642 Views 395KB Size
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 158-168

Yuska Novi Yanti

UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) TERHADAP BAKTERI Staphylococus aureus Yuska Novi Yanti, Sucia Mitika Akademi Farmasi Yayasan Al-Fatah Bengkulu Email : [email protected] ABSTRAK Tumbuhan memiliki zat kimia aktif yang memiliki potensi besar salah satunya adalah membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional adalah tanaman sambiloto (Andrographis paniculata Nees) yang mempunyai berbagai macam manfaat bagi kesehatan manusia,berbagai aktivitas farmakologi dari sambiloto adalah antiinflamasi,antibakteri,antipiretik dan antioksidan.Sampel dalam penelitan ini adalah koloni Staphylococcus aureus dan ekstrak kental tanaman sambiloto (Andrographis paniculata Nees) . Ekstraksi dengan metode maserasi Salanjutnya di rotary dengan menggunakan Rotary evaporator dan dilakukan uji susut pengeringan. Kemudian ekstrak dibagi menjadi lima perlakuan yaitu 10 µg/ml, 50 µg/ml, 100 µg/ml, 500 µg/ml, 1000 µg/ml dibuat kontrol posistif dan negatif lalu dilakukan pembuatan media NA dan NB. Selanjutnya dibuat peremajaan bakteri dan pembuatan larutan uji lalu dilalukan pengujian daya hambat dengan metode cakram lalu diikubasi dan diukur diameter zona hambat.Dari hasil pengujian menunjukan bahwa semua konsentrasi ekstrak sambiloto memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Daya hambat ekstrak sambiloto ditunjukkan dengan adanya zona bening disekitar cakram. Diketahui bahwa pada dosis 100 µg/mL, 1000 µg/mL memiliki daya hambat lemah dan dilanjutkan dengan analisa SPSS diperoleh hasil yang tidak berbeda secara signifikan. Kata kunci

: Sambiloto, Staphylococcus aureus, daya hambat

Artikel diterima: 27 Februari 2017 Diterima untuk diterbitkan: 23 Maret 2017 Diterbitkan: 30 Maret 2017

158

Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 158-168

Yuska Novi Yanti

ABSTRACT Plants have active chemicals that have great potential one of them is to kill or inhibit the growth of bacteria. One of the plants used as traditional medicine is bitter plant (AndrographispaniculataNees) that have various benefits for human health, various pharmacological activity of bitter is anti-inflammatory, antibacterial, antipyretic and antioxidant.The sample in this research was a colony of Staphylococcus Aureus and viscous plant extracts bitter (AndrographispaniculataNees). Extraction by maceration method using a rotary next in Rotary evaporator and drying shrinkage test. Then extract is divided into five treatments, 10 µg/mL, 50 µg/mL, 100 µg/mL, 500 µg/mL, 1000 µg/mL created positive and negative controls and conducted media creation NA and NB. Subsequently made rejuvenation of bacteria and manufacturing test solution and the test is passed inhibition with discs and incubations method and measured the diameter of inhibition zone. Test results showed that all concentrations of bitter extracts have inhibitory effect on the growth of Staphylococcus aureus. Paniculata extract inhibitory indicated by a clear zone around the disc. It is known that at a dose of 100 µg/mL, 1000 µg/mL had a weak inhibitory and continued with SPSS analysis obtained results that did not differ significantly. Keywords:Sambiloto,Staphylococcus aureus, inhibition PENDAHULUAN

Salah

satu

tanaman

yang

dengan tinggi 50-90 cm, batang yang

digunakan sebagai obat tradisional

disertai

adalah

berbentuk segi empat. Daun tunggal,

tanaman

(Andrographis

sambiloto

banyak

cabang

Nees)

bertangkai pendek, letak berhadapan

daun

bersilang, bentuk lanset, pangkal

sambiloto adalah andrographolide,

runcing, ujung meruncing, tepi rata,

dan flavonoid. Kandungan yang

permukaan atas daun berwarna hijau

dapat dipercaya melawan penyakit

tua, bagian bawah daun berwarna

adalah andrographolide. Disamping

hijau muda, panjang 2-8 cm, lebar 1-

itu daun sambiloto mengandung

3 cm. Bunga tumbuh dari ujung

saponin,alkaloid,

batang atau ketiak daun, berbentuk

kandungan

paniculata

dengan

utama

dari

dan

tanin

(Dalimunthe,2009) Tumbuhan merupakan

tumbuhan

tabung, kecil-kecil, warnanya putih sambiloto

bernuda ungu. Memiliki buah kapsul

semusim,

berbentuk jorong, panjang sekitar 1,5 159

Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 158-168

Yuska Novi Yanti

cm, lebar 0,5 cm, pangkal dan ujung

HIV, pengobatan sidrom nefrotik,

tajam,

pecah

koleretik, perlindungan membran

membujur menjadi 4 keping. Biji

eritrosit, aktivitas kardiovaskuler,

gepeng,

antialergi,

bila

masak

akan

kecil-kecil,

warnanya

antiflu,

dan

industri

cokelat muda.Tumbuhan ini dapat

fagositosis(Kardono,Artanti,Dewiya

dikembangbiakkan dengan biji atau

nti, & Basuki, 2003).

stek batang (Yuniarti, 2008).

Staphylococus

aureus

Kegunaan dari sambiloto yang

merupakan Gram positif berbentuk

didukung dari data klinis antara lain

bulat biasanya tersusun dalam bentuk

sebagai profilaksis dan pengobtan

kluster yang tidak teratur seperti

gejala infeksi pernafasan atas, seperti

anggur.

flu dan sinusitis, bronkitis, dan

tumbuh dengan cepat pada beberapa

faringotonsilits,

tipe

infeksi

saluran

Staphylococus

media

dan

dengan

aureus

aktif

kemih, dan diare akut. Sedangkan

melakukan metabolisme, melakukan

penggunaan

fermentasi

pengobatan

sambiloto tradisional

untuk meliputi

karbohidrat

menghasilkan

dan

bermacam-macam

pengobatan disentri basiler, kolitus,

pigmen dari putih hingga kuning

batuk, dispepsia, demam, hepatitis,

gelap. Staphylococus aureus yang

malaria, ulser pada mulut, luka,

patogen sering menghemolisa darah,

tuberkulosis, gigitan ular berbisa,

mengkoagulasi

otitis media, vaginitis, penyakit

menghasilkan

radang panggul, cacar air, eksim, dan

ekstraseluler dan toksin (Jawetz,

luka bakar (WHO, 2002).

dkk., 2005).

Aktivitas lain dari sambiloto

plasma berbagai

dan enzim

Staphylococus aureus mudah

antara lain sebagai antimikroba,

tumbuh

pada

antifungi,antihipertensi,antiinflamas

bakteriologik di bawah suasana

i,antirombin,analgesik,antipiretik,hi

aerobik

poglekemik,antispasmodik,antifertili

Stafilokokus tumbuh paling cepat

tas,eratogenik,antitumor,hepatoprote

pada suhu kamar 37°C, namun

ktif, sitotoksik, antileishmaniasis,

pembentukan pigmen yang terbaik

stimulan pertumbuhan rambut, anti

pada suhu kamar (20-35°C) dan pada

atau

berbagai

media

mikroaerobik.

160

Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 158-168

Yuska Novi Yanti

media dengan pH 7,2-7,4. Koloni

oven,

pada media padat berbentuk bulat,

spritus, erlemeyer (pirex), beker gelas

lembut, dan mengkilat (Jawetz, dkk.,

(pirex), gelas ukur (pirex), dan jarum

2001).

ose.

Salah

satu

evavorator,

lampu

yang

Bahan-bahan yang digunakan

bakteri

dalam penelitian ini adalah daun

Staphylococcus aureus yaitu infeksi

sambiloto (Andrographis paniculata

nosokomial.

nosokomial

Nees), etanol 70%, Aquades, Nutrien

adalah infeksi yang diperoleh atau

Agar (NA), Nutrien Broth (NB),

terjadi di Rumah Sakit. Dimana

biakan murni Staphylococus aureus,

infeksi

pembuatan

disebabkan

infeksi

rotary

oleh

Infeksi

ini

dapat

terjadi

pada

Dimetil

Sulfoksida

penderita, tenaga kesehatan, dan juga

(DMSO), kapas, aluminium foil, dan

setiap orang yang datang kerumah

kloramfenikol sebagai kontrol positif.

sakit. Infeksi yang dapat ditularkan

Pembuatan Ekstrak Etanol Daun

atu

Sambiloto

diperoleh

melalui

petugas

kesehatan, orang sakit, pengunjung

Dalam metode ini, peneliti

yang berstatus karier atau karena

menggunakan

kondisi rumah sakit (Jawets et al,

dengan cara maserasi yang kemudian

2005).

dievaporasikan dengan alat rotary

METODE PENELITIAN

evaporator. Serbuk daun sambiloto

Penelitian dilakukan pada bulan

metode

(Andrographis

paniculata

ekstraksi

Nees)

Januari – Mei 2016 yang bertempat di

ditimbang kemudian direndam dalam

Laboratorium

dan

botol kaca berwarna gelap dengan

Mikrobiologi Akademi Farmasi Al-

menggunakan pelarut etanol 70%,

Fatah Bangkulu.

lalu tutup botol dan lakukan sesering

Farmakognosi

Alat-alat yang digunakan dalam

mungkin

pengocokan

penelitian ini adalah cawan petri,

pengadukan

pada

kertas

selama 7 hari,

saring,

pengaduk, volume,

kapas,

tabung mikro

batang

reaksi,

pipet,

pipet

dikumpulkan

suhu

atau ruangan

kemudian ekstrak dan

dievaporasikan

inkubator

dengan rotary evaporator dengan

(memmert), autoklaf, botol gelap,

tekanan 70 rpm dan suhu 60°C. Hasil

161

Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 158-168

Yuska Novi Yanti

ekstraksi disimpan dalam lemari

Nutrient Agar (NA) dilarutkan dalam

pendingin (Voight, 1994).

aquadest dan dimasukkan kedalam

Sterilisasi Alat

Erlenmeyer dan panaskan sampai

Alat-alat yang digunakan dicuci

mendidih. Selanjutnya media tersebut

bersih dengan menggunakan detergen

disterilkan dalam autoklaf pada suhu

dan dibilas dengan aquadest. Alat-alat

121°C selama 15 menit pada tekanan

yang

2 atm.

tahan

terhadap

pemanasan

tinggi disterilkan dengan autoklaf

Pembuatan Media Nutrien Broth

selama 15 menit pada suhu 121°C

(NB)

pada tekanan 2 atm (FI ED IV). Alatalat

logam

disterilkan

Media agar cair (NB) Nutrien

dengan

Borth digunakan untuk pembuatan

pemanasan langsung pada lampu

larutan inokulum bakteri. Media cair

spritus hingga memijar. Sedangkan

dibuat dengan cara NB dilarutkan

alat-alat yang tidak tahan terhadap

dalam aquadest, lalu di masukkan

pemanasan tinggi disterilkan dengan

dalam erlemeyer dan di tutup dengan

menggunakan etanol 70%.

kapas.Kemudian suspensi dipanaskan

Pembuatan Larutan Uji

sampai mendidih lalu didinginkan

Pada penelitian ini konsentrasi ekstrak

etanol

daun

sambiloto

dalam

suhu

ruangan,

disterilkan dalam autoklaf selama 15

(Andrographis paniculata Nees) yang

menit

digunakan adalah 10 µg/mL, 50

tekanan 2 atm.

µg/mL, 100 µg/mL, 500 µg/mL, dan

Pembuatan larutan DMSO

1000 µg/mL dalam pelarut DMSO.

media

dengan suhu

121°C

dan

Larutan DMSO dibuat dengan

Kontrol negatif dibuat dari DMSO

konsentrasi

10%

melarutkan DMSO dengan aquadest.

dan

digunakan

pembanding adalah

yang

kloramfenikol

0,3%.

10%

dengan

cara

Peremajaan Bakteri Peremajaan bakteri dilakukan

Pembuatan Media Nutrien Agar

dengan menggunakan metode gores.

(NA)

Biakan murni bakteri Stapylococcus Media pembenihan Nutrient

aureus diambil satu ose kemudian di

Agar (NA) dibuat dengan cara

inokulasikan dengan cara digoreskan

162

Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 158-168

Yuska Novi Yanti

pada media NA secara aseptik.

ditambahkan

Kemudian di inkubasi pada suhu 37ºC

dihomogenkan dan dibiarkan hingga

selama 24 jam.

memadat.

Pembuatan larutan Bakteri

dengan menggunakan pinset.

Pembuatan

Larutan

Standar

NA

steril.

Letakkan

Lalu

paper

disc

Kontrol Negatif : ditetesi larutan

Suspensi Bakteri dilakukan dengan

DMSO 10 %

cara ambil satu ose bakteri hasil

Kontrol Positif : Kloramfenikol 0,3%

peremajaan

disuspensikan

Ekstrak Etanol daun sambiloto 10

kedalam media NB sampai tingkat

μg/ml, 50 μg/ml, 100 μg/ml, 500

kekeruhannya sama dengan standar.

μg/ml, 1000 μg/ml.

Kekeruhannya dilihat

latar

Selanjutnya diinkubasi pada suhu

belakang kertas putih yang digaris

37°C selama 18 – 24 jam dan amati

dengan menggunakan spidol. Jika

pertumbuhan bakteri lalu ukur zona

kurang keruh ditambah koloni bakteri

hambat dengan menggunakan jangka

dan apabila terlalu keruh maka

sorong ( Lay, 1994 ).

ditambahkan media NB.

Analisa Data

lalu

Satu

ose

pada

peremajaan

Data dari hasil pengujian daun

biakan murni di biakan dalam 10 ml

sambiloto ( Andrographis paniculata

media cair NB dan di homogenkan.

Nees) terhadap diameter zona hambat

Larutan ini berfungsi sebagai biakan

pertumbuan bakteri Staphylococus

aktif.

aureus

Pengujian Daya Hambat

menggunakan metode One Way

Ambil Stapylococcus

hasil

suspensi aureus

dianalisa

secara

statistik

bakteri

Anova pada program SPSS dengan

kemudian

menggunakan tingkat kepercayaan 95

masukkan kedalam cawan petri dan

% atau α = 0,05

Tabel I. Diameter Zona Hambat Diameter Zona Hambat

Respon Hambat Pertumbuhan

≤ 5 mm

Lemah

6-10 mm

Sedang

11-20 mm

Kuat

≥ 21

Sangat Kuat

Sumber : Riska F dan Puguh S (2014). 163

Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 158-168

Yuska Novi Yanti

HASIL DAN PEMBAHASAN

adalah

Hasil Verifikasi Tanaman

paniculata

Hasil verifikasi tanaman yang

sambiloto

dilakukan

(Andrographis

Nees). agar

Verifikasi

tidak

terjadi

dilakukan di Laboratorium Fakultas

kesalahan dalam pengambilan bahan

Biologi

utama yang akan digunakan pada uji

Universitas

Bengkulu,

menunjukan bahwa tumbuhan uji

efektivitas antibakteri.

yang digunakan dalam penelitian Tabel II. Hasil pemeriksaan karakteristik ekstrak etanol daun sambiloto Karakteristik ekstrak

Ekstrak etanol daun sambiloto

a. Organoleptik •

Konsistensi



Warna



Bau



Rasa

Ekstrak Kental Hijau Pekat Khas Pahit

b. Rendemen

5,1%

c. Susust Pengeringan

27%

Hasil pengujian efektivitas dan diameter daya hambat antibakteri Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 di Laboratorium Mikrobiologi Akademi Farmasi Al-Fatah Bengkulu, metode yang digunakan adalah Metode Difusi Cakram. Tabel III. Hasil Uji efektivitas Dan Diameter Daya Hambat Ekstrak daun sambiloto Terhadap Bakteri Staphylococus aureus

164

Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 158-168

Sampel yang digunakan dalam

Yuska Novi Yanti

µg/mL). Selanjutnya kertas cakram

penelitian ini adalah daun sambiloto

ditempelkan pada

(Andrographis paniculata Nees) yang

dengan pinset kemudian dilakukan

diambil dikota Bengkulu. Verifikasi

inkubasi selama 24 jam pada suhu 37

tanaman

dilakukan

°C.

Biologi

Universitas

di Fakultas

media

bakteri

Bengkulu.

Pembuatan larutan uji ekstrak

dilakukan agar tidak

daun sambiloto dilarutkan dengan

terjadi kesalahan dalam pengambilan

Dimethyl-sulfoxide (DMSO) 10%

bahan utama yang akan digunakan

yang

pada uji efektivitas antibakteri.

negatif. Penggunaan DMSO 10%

Verifikasi

Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan

dengan

menggunakan

sekaligus

sebagai

kontrol

dipilih karena berdasarkan penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya

metode difusi cakram. Hal ini untuk

menunjukan bahwa DMSO tidak

mengetahui ada tidaknya pengaruh

menghambat pertumbuhan bakteri

ekstrak

dalam

pada konsentrasi kurang dari 15%.

menghambat pertumbuhan bakteri

Sebagai kontrol positif digunakan

Staphylococus aureus.

kloramfenikol

daun

sambiloto

karena

antibiotik

Cara pengujian efektivitas ini

golongan ini berspektrum luas yaitu

dilakukan dengan cara kertas cakram

efektif untuk bakteri gram positif dan

di celupkan ke dalam 5 konsentrasi

negatif mikroorganisme lain.

ekstrak yaitu (10 µg/mL, 50 µg/mL, 100

µg/mL,

500

µg/mL,

1000

Berdasarkan hasil pengujian dengan metode difusi kertas cakram

165

Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 158-168

Yuska Novi Yanti

terhadap bakteri menunjukan bahwa

menghambat pertumbuhan bakteri

konsentrasi 10 µg/ml, 50 µg/ml, 100

Stapylococcus aureus baik pada awal

µg/ml, 500 µg/ml, dan 1000 µg/ml

hingga akhir perlakuan.

ekstrak daun sambiloto yang diuji

Pada konsentrasi 100 µg/ml,

pada bakteri Staphylococus aureus

500 µg/ml dan 1000 µg/ml terjadi

memiliki

peningkatan dan penurunan zona

pengaruh

terhadap

pertumbuhan bakteri Staphylococus

hambat

aureus

kandungan

yang

ditunjukan

dengan

hal

ini

bahan

kimia

dalam

sambiloto

dapat

adanya zona bening disekitar kertas

ekstrak

cakram.

dipengaruhi oleh beberapa hal antara

Menurut Riska dan Puguh (2014)

daun

dikarenakan

lain dalah lokasi tanaman,pemilihan

jika zona hambat yang

bagian tanaman sambiloto (akar,

terbentuk pada uji difusi lempeng

batang, ranting, daun, bunga, buah)

agar berukuran kurang dari ≤ 5 mm,

memiliki kandungan yang tidak sama.

maka

Pada proses pengeringan derajat daun

respon

zona

hambat

dikategorikan kedalam lemah. Jika

sambiloto

dapat

berpengaruh

zona hambat yang terbentuk 6-10

terhadap

mm, maka respon zona hambat masuk

kandungan bahan kimia yang terdapat

kedalam kategori sedang, sedangkan

dalam

11-20 mm kuat, dan ≥ 20 mm sangat

Peneliti mengambil daun sambiloto

kuat.

tidak memperhatikan usia tanaman,

kualitas

daun

dan

(Cendranata

kuantitas

2012).

Hasil pengukuran zona hambat

ini juga memungkinkan komponen

pada Tabel II menunjukkan bahwa

zat yang terdapat pada tanaman daun

ekstrak etanol daun sambiloto 10

sambiloto tidak optimal seharusnya

µg/ml, 50 µg/ml, 100 µg/ml, 500

pengambilan daun

µg/ml, 1000 µg/ml memiliki respon

saat tanaman akan berbunga (umur

penghambatan

sambiloto 2-3 bulan).

yang

lemah

(≤5

mm)dan kontrol positif memliki

sambiloto pada

Menurut Dwidjoseputro dan

respon penghambatan yang kuat (11-

Hidayati

(dalam

Lamapaha

dan

20 mm), sedangkan DMSO 10 %

Rupilu,2008) bahwa pada waktu

sebagai kontrol negatif tidak dapat

pendedehan medium tertentu, suhu

166

Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 158-168

Yuska Novi Yanti

dan temperatur dapat menurunkan

konsentrasi yang digunakan (p >

aktifitas

0,05) meskipun dari nilai hambat

konsentrasi

ekstrak.

Selanjutnya, menurut Elifah (dalam

terlihat bahwa

Ariyanti, 2012) bahwa diameter zona

konsentrasi terbaik.

hambat tidak selalu naik sebanding dengan

naiknya

antibakteri,

ini

konsentrasi

analisa

data

kontrol

positif kloramfenikol memiliki sig

karena

(0,000)


perbedaan kecepatan difusi senyawa

kontrol uji. Hal ini menunjukan

antibakteri pada media agar serta jenis

bahwa

dan konsentrasi senyawa antibakteri

kemampuan daya hambat paling baik

yang

terhadap

berbeda

terjadi

Hasil

100 µg/ml adalah

juga

memberikan

diameter zona hambat yang berbeda. Secara hambat dahulu

statistik

yang

hasil

uji

menggunakan

memiliki

pertumbuhan

Staphylococcus

bakteri

aureus,

dan

daya

konsentrasi10 µg/ml, 50 µg/ml, 100

terlebih

µg/ml, 500 µg/ml, dan 1000 µg/ml

normalitas

ekstrak etanol daun sambiloto tidak

diperoleh

dilakukan

kloramfenikol

Kolmogorov-

berbeda secara signifikan.

Sminornov. Dari hasil uji normalitas

Pada penelitian yang dilakukan

menggunakan uji didapatkan nilai

oleh (Sikumalay dkk 2014) mengenai

signifikansi 7,93 yang artinya data

efek antibakteri dari rebusan daun

terdistribusi normal. Dari hasil uji

sambiloto (Andrographis paniculata

homogenitas

Nees) dan produk herbal sambiloto

didapat

hasil

(0,041)
terhadap

data tidak bersifat homogen, maka

didapatkan

dilanjutkan

dengan

non

sambiloto (Andrographis paniculata

parametik

Kruskal-Wallis,

uji

Nees) dan produk herbal sambiloto

signifikan

tidak mempunyai efek antibakteri

didapatkan

analisis

nilai

Staphylococcus hasil

rebusan

aureus, daun

(0,02)
terhadap Staphylococcus aureus.

pengaruh

KESIMPULAN

pertumbuhan

ekstrak bakteri.

terhadap Namun

Ekstrak etanol daun sambiloto

berdasarkan uji duncan tidak ada

(Andrographis paniculata

Nees)

perbedaan yang bermakna pada tiap

tidak memiliki kemampuan dalam

167

Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 158-168

menghambat

pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus dengan hasil uji data statistik dengan (ρ>0,05). Seluruh konsentrasi ekstrak etanol daun sambiloto (Andrographis paniculata Nees) tidak memiliki daya hambat dengan hasil uji data statistik dengan (ρ>0,05) yang artinya tidak berbeda secara signifikan, sehingga tidak

dapat

digunakan

sebagai

antibakteri dalam dunia pengobatan

DAFTAR PUSTAKA Dalimunthe, A. 2009, Interaksi Sambiloto (Andrographis Paniculata Nees), Departemen Farmakologi Fakultas Universitas Sumatra Utara, Medan. Jawetz, E., et al 2005, Mikrobiologi kedokteran. Buku 1. Salemba Medika. Jakarta. Kardono, L. B. S., Artanti, N., Dewiyanti, I. D., Basuki. T. 2003, Selected Indonesian Medicinal Plants Monographs and Description, V0l, I, Gramedia Widiasarana, Jakarta, Indonesia. Hal 121152. Lamapha, Yulia F. Dan Novie S.2008. Lengkuas Antimikroba (Studi pada Bakteri Negatif).

Yuska Novi Yanti

Moringa oleifera Leaf Juice to Growth of Streptococcus agalactiae and Streptococcus uberis Bacteris Caused Mstitisin Dairy Cows, Jurnal, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. T.Tan Hoan, Raharjo K, 2002, Obatobat Penting, Edisi 20, Hal 153,317-322, EGC, Jakarta. Voigt, 1984, Buku Ajar Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh Soewandi N. S, Edisi 5, Hal 202-211, 564-570, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. World Health Organization (WHO). 2002.Guidelinesfor Drinking-water Quality3rd Edition. Geneva:WorldHealthOrgani zation) Yuniarti, T.2008, Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional Cetakan Pertama, Jakarta. Medpress

Rupilu potensi sebagai In Vitro Gram

Riska F, Puguh S, Sarwiyono, 2014, Inhibition Activityof

168