UNDUH FILE PDF INI

Download WAKTU APLIKASI HERBISIDA GLIFOSAT PADA PERTUMBUHAN DAN ... akibat aplikasi herbisida serta untuk mengetahui perubahan pepulasi gulma pada ...

0 downloads 213 Views 557KB Size
1

WAKTU APLIKASI HERBISIDA GLIFOSAT PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L) Oleh : Meyke Mahmud

*) 1)

(1)

, Wawan Pembengo (2), Marleni Limonu. (3) *)

Mahasiswa 2)Dosen Pembimbing 3)Dosen Pembimbing ,Prodi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian,

2

WAKTU APLIKASI HERBISIDA GLIFOSAT PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L) Oleh : Meyke Mahmud

(1)

, Wawan Pembengo (2), Marleni Limonu. (3) *)

ABSTRAK MEYKE MAHMUD. 613408046. Waktu Aplikasi Herbisisda Pada Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Terung (Solanum Melongena L). Skripsi. Di bawah bimbingan Wawan Pembengo sebagai Pembimbing I dan Marleni Limonu sebagai Pembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman terung akibat aplikasi herbisida serta untuk mengetahui perubahan pepulasi gulma pada tanaman terung akibat aplikasi herbisida. Penelitian di laksanakan di desa Bongopini , Kecamatan Tilongkabila , Kabupaten Bone Bolango yang di mulai bulan September 2013 sampai dengan Nopember 2013. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan empat perlakuan. Waktu aplikasi herbisida glifosat terdiri dari 4 taraf yaitu: tanpa aplikasi, 5 hari sebelum tanam ( HBT), 5 hari sesudah tanam (HST) , 10 hari sesudah tanam, yang di ulang sebanyak empat kali. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan Analsis of Variance (ANOVA) dan dilakukan uji BNT (Beda NyataTerkecil) pada taraf α = 5 %. Hasil penelitian menunjukan bahwa, terjadi penambahan populasi gulma pada pengamatan 6 MST dan saat panen, gulma yang paling mendominasi yaitu Golongan berdaun lebar dan Golongan berdaun sempit. waktu aplikasi herbisida glifosat tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung( tinggi tanaman dan hasil terung tidak berpengaruh nyata pada parameter (tinggi tanaman, jumlah buah, berat buah), tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah daun ( jumlah daun yang terbanyak pada umur 7 HST mencapai 12,7 helai dan 28 HST mencapai 29.4 helai). Aplikasi herbisida 5 HST memberikan hasil yang baik pada pertumbuhan dan produksi tanaman terung. kata kunci : pertumbuhan dan produksi, terung, waktu aplikasi herbisida glifosat.

*) 1)

Mahasiswa 2)Dosen Pembimbing 3)Dosen Pembimbing ,Prodi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian,

3

Tanaman terung (Solanun melongena L) merupakan salah satu komoditas yang memiliki prospek yang cukup baik untuk di kembangkan dan umumnya di konsumsi masyarakat dalam bentuk segar maupun olahan. Agar dapat berhasil dengan baik budi daya terung di upayakan untuk memenuhi persyaratan teknis optimal sehingga dapat di proproduksi secara teratur sepanjang tahun dengan produksi mutu optimal (Standar operasional presedur, 2009). Ada bebebrapa faktor yang mempengaruhi produksi tanaman terung karena adanya gulma di areal pertanaman, pada tanaman terung gulma akan bersaing dalam hal, mendapatkan air, unsur hara sinar matahari. Untuk menjaga agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu dan mencegah kerugian akibat adanya gulma pada tanaman terung maka perlu dilakukan pengendalian gulma menggunakan hebisida. Pengendalian gulma dengan mengunakan herbisida itu sangat menguntungkan di antaranya membutuhkan waktu yang lebih singkat, menghemat kebutuhan tenaga kerja, terhindar dari kerusakan dan struktur tanah, mencegah terjadinya erosi dan biaya murah. Herbisida merupakan senyawa kimia baik organik maupun anorganik yang dapat dipergunakan untuk mengurangi atau menekan kegiatan gulma dalam pertumbuhannya. Herbisida juga merupakan senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan gulma dan bahkan mematikannya. Jenis dan kadar racun bahan kimia suatu herbisida menentukan dalam pengendalian gulma. (Agustianti, 2006). Penggunaan herbisida memberikan harapan baik, tetapi mutlak diperlukan pengetahuan dasar yang memadai tentang teknik pengendalian gulma secara kimiawi. Termasuk diantaranya penentuan jenis herbisida, cara pemkian ketetapan dosis dan waktu aplikasi. Tingkat dosis aplikasi menentukan evektifitas penggunaaan herbisida untuk mengendalikan gulma, sekaligus mempengaruhi efesiensi pengendalian secara ekonomi. Penggunaan dosos aplikasi, yang terlalu rendah menyebabkan tujuan pengendalian tidak berhasil. Sebaliknya dosis yang terlalu tinggi, di samping terjadi pemborosan, juga akan menjadi masalah pencemaran lingkungan, Hasil penelitian menunjukkan Isopropilamina glifosat efektif mengendalikan gulma Cyrtococcum acrescens dan Imperata cylindrica, tetapi tidak efektif untuk mengendalikan gulma jenis Nephrolepis biserrata (paku-pakuan). Tingkat dosis aplikasi yang rendah (1,5 l/ha) memperlihatkan kemampuan mengendalikan gulma yang menyamai aplikasi dosis tinggi (3,0 l/ha) (Girsang, 2005) Herbisida yang dipakai dalam pertanaman terung adalah herbisida pra tanam, pra tumbuh maupun herbisida pasca tumbuh. Adapun herbisida yang umum di pakai adalah kombinasi dari kedua jenis herbisida tersebut contohnya herbisida glifosat. Herbisida glifosat merupakan herbisida sistemik non selektif yang mempunyai daya berantas yang sangat kuat. Herbisida glifosat bekerja pada saat pertumbuhan daun aktif hidup, jadi apabila di aplikasikan pada bagian tumbuhan, bahan aktif dari herbisida glifosat tersebut akan segera di serap dan di translokasikan keseluruh bagian tumbuhan sehingga tumbuhan mengalami gangguan (Wulandari, 2000). Pemakaian herbisida sistemik seperti glifosat memerlukan waktu untuk translokasi ke seluruh bagian tubuh gulma sehingga terjadi gejala keracunan. Waktu yang lebih pendek dari saat aplikasi menyebabkan akumulasi herbisida dalam tubuh gulma lebih sedikit, sehingga kurang efektif terhadap gulma sasaran. Oleh karenanya perlu dilakukan suatu penelitian terhadap waktu aplikasi pemberian dan kisaran pada satu dosis herbisida yang tepat untuk menurangi pengaruh buruk pada pertanaman terung. Sehingga dapat menekan laju pertumbuhan gulma dan memberi pengaruh terbaik terhadap hasil dan kualitas tanaman terung. *) 1)

Mahasiswa 2)Dosen Pembimbing 3)Dosen Pembimbing ,Prodi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian,

4

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di desa Bongopini Kecamatan Tilong Kabila Kabupaten bone Bolango. Waktu pelaksanaan dari bulan Mei sampai bulan Agustus 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok ( RAK ) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan sehingga total perlakuan sebanyak 16 unit percobaan. Adapun perlakuan tersebut yaitu: (1) P1 = kontrol , (2) P2 = 5 HBT, (3) P3 = 5 HST, (4) P4 = 10 HST. HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Jumlah Dominansi (NJD). a. Analisis vegetasi sebelum Aplikasi. Hasil analisis vegetasi menunjukan bahwa sebelum dilakukan aplikasi, atau pemberian herbisida glifosat terdapat 8 jenis gulma yang ada pada lahan tanaman terung. Gulma yang mendominasi tersebut adalah amaranthus spinosus dengan nilai NJD 0.83% pada aplikasi kontol, kemudian diikuti oleh gulma Borrreria latifolia sebesar 0.66 % pada aplikasi 5 HBT, Phylantus niruri 0.74 % pada perlakuan 5 HST,Casia obtusifolia 0.66 % pada aplikasi 10 HST, hal ini menunjukan bahwa gilifosat mampu membunuh gulma yang berdaun lebar. gulma tersebut merupakan gulma yang mampu bersaing dengan gulma lainnya pada lahan terbuka. Tabel 1: Nilai Jumlah Dominansi Gulma Sebelum Aplikasi Herbisida Glifosat. JENIS GULMA Golongan Daun lebar : Casia obtusifolia Phylantus niruri Amaranthus spinosus Borrreria latifolia Heliotropium indicum Golongan daun sempit : Leeresia hexandra Paspalum conjugatum Golongan teki : Cyperus rotundus

KONTROL

NJD % 5 HBT 5 HST

10 HST

0.75 0.62 0.83 0.63 0.67

0.54 0.48 0.57 0.66 0.56

0.6 0.74 0.58 0.64 0.22

0.66 0.63 0.61 0.63 0.58

0.56 0.50

0.65 0.61

0.61 0.63

0.65 0.78

0.57

0.57

0.55

0.55

b. Analisis vegetasi pada 6 MST. Dan saat panen setelah pemberian herbisida glifosat. Gulma yang tumbuh pada tanaman terung yang ada pada 6 MST dan saat panen banyak di dominasi oleh gulma berdaun lebar, dan berdaun sempit, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2: Nilai Jumlah Dominansi Gulma 6 MST dan Saat Panen Berdasarka Aplikasi Herbisida Glifosat JENIS GULMA *) 1)

NJD %

Mahasiswa 2)Dosen Pembimbing 3)Dosen Pembimbing ,Prodi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian,

5 Pengamatan 6 MST

Pengamatan saat panen

1 0.59

2 0.50

3 0.52

4 0.69

1 0.04

2 0.38

3 0.51

4 0.39

0.50

0.47

0.54

0.63

0.40

0.39

0.42

0.48

0.57

0.56

0.58

0.48

0.42

0.40

0.45

0.44

0.52 0.51

0.61 0.58

0.60 0.55

0.5 0.57

0.42 0.07

0.39 0.38

0.43 0.41

0.43 0.42

-

0.60

0.49

0.56

-

0.40

0.41

0.4

-

-

-

-

-

0.48

0.51

0.36

Paspalum conjugatum Paspalum viginatum Cynodon dactylon

0.42 -

0.51 -

0.41 -

0.69 -

0.37 -

0.4 0.47

0.41 0.51

0.42 0.44

-

0.52

0.78

0.64

-

0.45

0.46

0.43

Ottochloa nodasa Leeresia hexandra

-

-

-

-

-

0.41

0.54

0.41

0.46

0.68

0.52

0.39

0.46

0.40

-

Golongan teki : Cyperus rotundus

0.42

0.55

0.44

0.39

0.44

0.39

0.40

Golongan daun lebar : Casia obtusifolia Phylantus niruri Amaranthus spinosus Borrreria latifolia Heliotropium indicum Ludwigia hyssopifolia Chromoloena odorata Golongan daun sempit :

Ket : 1.kontrol. 2. 5 HBT

3. 5 HST.

0.44

4. 10 HST.

Pada pengamatan gulma pada umur tanaman 6 MST, setelah perlakuan pemberian herbisida menunjukan bahhwa terjadi penambahan jenis gulma, muncul gulma baru yaitu Ludwigia hyssopifol dan. Hasil NJD pada semua petak menunjukan bahwa gulma lebih dominan muncul, Cynodon dactylon 0.78% pada aplikasi 5 HST, kemidian diikuti oleh gulma Paspalum conjugatum dan Casia obtusifolia 0.69% pada aplikasi 10 HST. Kemudian gulma Leeresia hexandra 0.68% pada perlakuan 5 HBT. Dan urutan terendah yaitu Casia obtusifolia 0.59% pada aplikasi control. Perubahan gulma dominan dapat disebabkan karena biji – biji atau organ perkembang biakan gulma yang ada di dalam tanah tidak terkena percikan herbisida yang di aplikasikan pada petak perlakuan (Listyobudi, 2011). Gulma yang dominan tumbuh pada petak pada saat pengamatan 6 MST yaitu Cynodon dactylon dengan nilai NJD 0.78% % hal ini disebabkan karena herbisida tersebut mampu membunuh gulma dalam jangka waktu 3 sampai 7 hari setelah penyemprotan. Hasil analisis vegetasi akhir atau saat panen menunjukkan bahwa terjadi juga peningkatan jumlah spesies gulma dari 10 menjadi 13 spsies, pada pengamatan gulma saat panen, muncul gulma baru yaitu 2 (dua) spesies berdaun sempit dan 1 (satu) golongan spesies berdaun lebar, seperti Ottochloa Nodasa dan Chromoloena odorata. Gulma yang dominan tumbuh pada saat panen yaitu Phylantus niruri 0.48%, pada aplikasi 10 HST, kemudian diikuti oleh gulma Ottochloa nodasa 0.54 % pada aplikasi 5 HST, Leeresia hexandra 0.56% pada aplikasi 5 HBT, Amaranthus dan spinosus Borrreria latifolia 0.42% pada aplikasi kontol. Gulma yang lebih dominan tumbuh yaitu Ottochloa nodasa 0.54% gulma yang termasuk dalam *) 1) Mahasiswa 2)Dosen Pembimbing 3)Dosen Pembimbing ,Prodi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian,

6

Golongan tersebut akan berpengaruh negative pada tanaman budidaya, karena gulma memiliki sifat yang sulit untuk dikendalikan dan memiliki ruang penyebaran yang luas sehingga akan tampak selalu hadir pada lahan budidaya. Dengan demikian kompotisi yang terjadi akan makin besar sehingga akan berpengaruh pada kualitas dan kuantitas hasil tanaman yang di tanam. Herbisida glifosat termasuk herbisida sistemik yang diaplikasikan untuk menekan gulma golongan rumput dan daun lebar. Herbisida ini masuk melalui daun dan ditranslokasikan ke seluruh jaringan. Gejala kerusakan tampak 7-10 hari setelah aplikasi dan akhirnya gulma akan mati pada minggu ke 2-4 (Jauron, 1994). Munculnya aneka ragam spesies gulma yang tumbuh pada lokasi penelitian semakin memberi tekanan pada pertumbuhan tanaman terung, dimana kompetisi untuk memperebutkan cahaya, suhu, unsur hara, air dan ruang tumbuh semakin ketat. Disisi lain radiasi matahari yang terpancar mempengaruhi naiknya suhu udara di lingkungan lokasi penelitian akibatnya terjadi penguapan air baik pada permukaan tanah maupun, pada tanaman itu sendiri, dan terlihat jelas pada siang hari permukaan daun-daun menggulung dan kondisi ini memberi gambaran bahwa tanaman semakin stres air. Sementara gulma-gulma yang tumbuh tidak terpengaruh oleh iklim yang kering, lingkungan yang kurang mendukung dan tidak memilih jarak tanam yang rapat maupun jarak tanam yang lebar. (Nurlaili, 2010). Tinggi Tanaman Terung Tinggi tanaman terung yaitu terdapat pada aplikasi herbisida 5 HST, dan yang terendah yaitu pada kontrol atau tanpa aplikasi herbisida, lebih jelas dapat dilihat pada Tabel berikut ini : Tabel 3 : Rata Rata Tinggi tanaman terung (cm) Berdasarkan aplikasi pemberian herbisida. Aplikasi Waktu pengamatan Herbisida 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST Saat panen Kontrol 15.85 tn 19.15 tn 23.75 tn 27.25 tn 38.8 tn 5 HBT 17 22.35 25.05 28.9 40.9 5HST 18.82 25.7 29.4 34.55 46.55 10 HST 18.55 24.9 26.15 30.45 42.2 BNT 5% Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5 % Berdasarkan table 3, menunjukan bahwa pada pengamatan tinggi tanaman 7 HST, sampai saat panen, dari hasil uji BNT 5% tidak berpengaruh nyata terhadap waktu aplikasi herbisida glifosat Pengamatan pertama nilai tertinggi pada apliksai pemberian herbisida, terdapat pada umur 14 HST, dapat mencapai 18.82 cm terdapat pada perlakuan pemberian herbisida pada umur tanaman 5 HST. Demikian pada minggu ke 3 atau 21 HST tinggi tanaman dapat mencapai 25.7 cm pada perlakuan pemberian herbisida 5 HST. Dan terendah yaitu 19.15 cm terdapat pada tanpa aplikasi (kontrol) . Tinggi tanaman terung 28 HST menapai 29.4 cm yaitu pada aplikasi pemberian herbisida 5 HST, Dan tanpa aplikasi mempunyai nilai terendah yaitu 23.75 cm. Tinggi tanaman terung pada umur pengamatan 35 HST, menunjukan bahwa pada aplikasi pemberian herbisida 5 HST mencapai 34.55 cm, demikian pula pada tinggi tanaman umur pengamatan saat panen, yaitu dengan nilai tertinggi yaitu 46.55 cm, pada aplikasi pemberian herbisida 5 HST. Dan yang terendah yaitu 38.8 cm terdapat pada perlakuan tanpa aplikasi. Tinggi tanaman terug antara perlakuan yang satu dengan lainnya tidak berbeda jauh, baik pengamatan pertama sampai panen *) 1) Mahasiswa 2)Dosen Pembimbing 3)Dosen Pembimbing ,Prodi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian,

7

Kurva antara tinggi tanaman dengan waktu aplikasi herbisida, dapat di lihat pada gambar 1. 50 35…

Saat…

28…

21…

7 HST

14…

KONTROL

0

5 HBT 5 HST

Gambar 1 hubungan antara tinggi tanaman dengan waktu perlakuan herbisida. Berdasargan gambar di atas mnunjukan bahwa pada perlakuan apliksai herbisida glifosat 5 HST dapat meningkat tinggi tanaman terung, pertambahan tinggi kedua, yaitu terdapat pada aplikasi herbisda glifosat 10 HST pada 14 HST sampai saat panen, namun pada 7 HST mengalami penurunan. kemudian di ikuti dengan apliksai 5 HST Dan pertambahan tinggi tanaman yang terendah adalah pada control, (tanpa aplikasi herbisida). Penggunaan herbisida secara langsung akan mempengaruhi pertumbuhan gulma, apabila daya tekan herbisida terhadap gulma cukup baik, maka pengaruh tidak langsung herbisida yang digunakan terhadap perumbuhan tanaman diharapkan juga akan tumbuh lebi baik.dengan menghambat pertumbuhan gulma pada awal pertumbuhan akan menurunkan persaingan gulma pada tanaman terung, dengan berkurangnya persaingan antar tanaman dengan gulma maka dapat memberikan pertumbuhan yang baik.hasil sidik ragam menunjukkan bahwa waktu aplikasi herbisida tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 14 HST sampai pada saat panen, hal ini menunjukan aplikasi herbisida mampu menekan perumbuhan gulma memberikan peluang tanaman terung untuk tumbuh secara optimal, di samping membuat gulma membusuk sehingga menyuburkan tanaman, karena herbisida glifosat merupakan herbisida sistemik yang mampu membunuh gulma sampai ke akar – akarnya, sehingga pertumbuhan gulma tertekan, tidak menggangu dan tidak membahayakan tanaman terung (Girsang,2005). Meningkatnya populasi tanaman terung akan mengakibatkan kesempatan tanaman secara individu untuk memperoleh sinar matahari, unsur hara dan air menjadi terbatas sehingga mengurangi aktivitas fotosintesis tanaman tersebut (septriana, 2008). Perbedaan tinggi tanaman masing-masing perlakuan menggambarkan perbedaan kompetisi antara tanaman terung dengan gulma. Terjadinya kompetisi sangat nampak pada tanaman yang relatif muda karena saat tersebut merupakan periode dimana pertumbuhan tanaman terung dan gulma ada pada keadaan yang aktif (Daud 2004). Jumlah Daun Pengatan jumlah daun tanaman terung dilakukan 5 kali (14 HST, 21 HST, 28 HST, 35 HST, saat panen) berdasarkan hasil analisis ragam menunjukan bahwa pengamatan saat umur 28 HST itu berpengaruh nyata akibat aplikasi herbisida. Pengamatan yang tidak berpengaruh nyata pada aplikasi herbisida yaitu pengamatan pada umur 14 HST, 21 HST, 35 HST, dan saat panen. Hasil uji BNT terlihat pada tabel 1. Sidik ragam jumlah daun. Tabel 4: Rata – Rata Jumlah Daun Tanaman Terung (Helai) Berdasarkan Apliksi Herbisida Glifosat dapat di Lihat Sebagai Berikut: Aplikasi Pengamatan Herbisida 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST Saat panen

*) 1)

Mahasiswa 2)Dosen Pembimbing 3)Dosen Pembimbing ,Prodi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian,

8

Kontrol 5 HBT 5HST 10 HST

4.05 tn 4.15 4.9 4.75

5.15 tn 5.55 5.95 6.3

6.75 a 7.25 b 9.2c 8.4 d

10.6 tn 9.85 13.5 12.7

19.85 tn 18.05 23.65 19.9

BNT 5 % Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5 % Tabel 4 menunjukan 7 HST, pada apliksai pemberian herbisida dapat meningkat jumlah daun terbanyak yaitu pada aplikasi pemberian herbisida pada waktu 5 HBT (4.1 helai), kemudian umur 14 HST, pada aplikasi pemberian herbisida jumlah daun terbanyak terdapat pada waktu aplikasi 10 HST yaitu (4.75 helai).dan terendah terdapat pada perlakuan tanpa pemberiaan herbisida (kontrol) yaitu 4.05 helai, demikian pula Pada umur tanaman 21 HST jumlah daun teranyak juga terdapat pada waktu pemberian herbisida 10 HST yaitu 6.3 helai, namun pada umur tanaman 28 HST, nilai tertinggi jumlah daun terdapat pada aplikasi pemberian herbisida pada waktu 5 HST yaitu 9.2 helai, kemudian nilai jumlah daun yang terbanyak pada umur tanaman 35 HST, yaitu terdapat pada aplikasi pemberian herbisida pada waktu 5 HST sebesar 13.5 helai, dan jumlah daun paling sedikit terdapat pada aplikasi tanpa pemberian herbisida yaitu 10.6. Kemudian di ikuti pada saat panen jumlah daun tertinggi terdapat pada waktu pemberian herbisida 5 HST dan terendah terdapat pada tanpa pemberian herbisida. Kurva antara jumlah daun tanaman dengan waktu aplikasi herbisida, dapat di lihat pada gambar 2. 25 20 15 10 5 0

KONTROL 5 HBT 5 HST 10 HST

Gambar 2 hubungan antara jumlah daun dengan waktu pemberian herbisida. Gambar di atas menunjukan bahwa pada umur tanaman 7 HST, nilai jumlah daun terbanyak yaitu terdapat pada waktu aplikasi herbisida 5 HBT, kemudian umur tanaman 14 HST pada yaitu pada perlakuan waktu aplikasi 5 HST. Umur tanaman 21 HST jumlah daun teranyak waktu aplikasi 10 HST, dan terendah terdapat kontrol, kemudian pada umur tanaman 28, 35 HST dan saat panen urutan tertinggi nilai jumlah daun yaitu pada aplikasi 5 HST, hal ini dikarenakan aplikasi herbisida 5 HST mampu memberikan jumlah daun yang terbanyak yaitu 9.2 helai dibandingkan tanpa aplikasi (kontrol) yaitu 6.75 helai, itu karenakan herbisida glifosat merupakan herbisida sistemik yang mampu membunuh gulma sampai ke akar – akarnya, sehingga pertuumbuhan gulma tertekan, tidak menggangu dan tidak membahayakan tanaman terung. Meningkatnya populasi tanama terung akan mengakibatkan kesempatan tanaman secara individu untuk memperoleh sinar matahari, unsur hara dan air menjadi terbatas sehingga mengurangi aktivitas fotosintesis tanaman tersebut (Harjadi 1996 dalam Setiawan, 2003) Jumlah Buah *) 1)

Mahasiswa 2)Dosen Pembimbing 3)Dosen Pembimbing ,Prodi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian,

9

Pada pengamatan jumlah buah, jumlah buah yang terbanyak yaitu terdapadapat pada aplikasi herbisida 5 HST, dan yang terendah yaitu pada kontrol atau tanpa aplikasi herbisida, untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut ini : Table 5: Rata – Rata Jumlah Buah Tanaman Terung Berdasarkan Aplikasi Herbisida Glifosat. Aplikasi herbisida Jumlah buah KONTROL 17.25tn 5 HBT 18.25 5 HST 19 10 HST 17.25 BNT 5 % Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5 % Berdasarkan hasil BNT 5%, tidak terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan waktu pemberian herbisida glifosat, terhadap jumlah buah, hal ini diduga bahwa penekanan kompotisi gulma hanya berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetative tanaman terung namun tidak berpengaruh terhadap kualitas tanaman terung. pertumbuhan tanamn terung yang optimal tidak menjamin memberikan hasil yang lebih tinggi karena factor lingkungan mempengaruhi Table 5, menunjukkan bahwa, jumlah buah yang tertinggi adalah pada perlakuan waktu aplikasi herbisida 5 HST yaitu 19 buah kemudian di ikuti oleh perlakuan waktu pemberian herbisida glifosat 5 HBT, yaitu 18.28 buah . aplikasi waktu pemberian herbisida yang terendah adalah pada perlakuan kontrol dan 10 HST yaitu 17.25 buah. 20 15 Kontrol 5 HBT 5 HST

10 HST

Gambar 3. Diagram hubungan antara aplikasi waktu pemberian herbisida glifosat dengan jumlah buah. Gambar menunjukan bahwa aplikasi waktu pemberian herbisida yang tertinggi adalah pada 5 HST, dan terendah yaitu pada perlakuan kontrol. Komponen hasil dari tanaman terung dipengaruhi oleh pertumbuhan tanaman, pertumbuhan yang baik disebabkan tercukupnya segala sarana tumbuh yang di butuhkan. Kehadiran gulma pada tanaman terung memungkinkan terjadinya persaingan antara keduanya, sehingga akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat dan hasil tanaman menjadi berkurang.( Rosaline,2010 ). Berat Buah Pengangamatan berat buah, berdasarkan hasil sidik ragam menunjukan bahwa tidak berpengaruh nyata terhadap waktu aplikasi herbisida. Hasil uji BNT dapat dilihat pada tabel berikut ini. Table 6: Rata – Rata Berat Buah Tanaman Terung Berdasarkan Aplikasi Herbisida Glifosat. Aplikasi Herbisida Kg Kontrol 1.82tn 5 HBT 1.9 5 HST 1.97 10 HST BNT 5 % *) 1)

1.82 -

Mahasiswa 2)Dosen Pembimbing 3)Dosen Pembimbing ,Prodi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian,

10

Table diatas menunjukan bahwa pada perlakuan waktu pemberian herbisida nilai berat buah yang tertinggi yaitu pada perlakuan 5 HST yaitu 1.97 Kg, kemudian di ikuti oleh perlakuan waktu pemberian herbisida tanpa aplikasi sbesar 1.82 Kg, dan aplikasi herbisida10 HST yaitu 1.82 Kg. Berat buah yang terendah adalah pada perlakuan waktu pemberian herbisida glifosat yaitu pada aplikasi 5 HBT, seesar 1.9 kg.

Kg 2 1.5

Kg

Gambar 4, hubungan antara waktu aplikasi herbisida dengan berat buah tanaman terung Gambar di atas menunjukan bahwa waktu aplikasi pemberian herbisida glifosat, pada aplikasi 5 HST merupakan berat buah yang tertinggi, dan yang terendah yaitu pada aplikasi 5 HBT. Pemberian herbisida 5 HST dapat menekan gulma karena interaksi yang terjadi memungkinkan tanaman terung dapat memenuhi kebutuhan nutrisi, cahaya dan ruang tumbuh dengan mudah, karena tidak saling menaungi dan berkompotisi antara tanaman terung dengan gulma. Beberapa jenis gulma merupakan pesaing kuat terhadap cahaya, air dan unsur hara, sehingga besarnya hasil panen sangat ditentukan oleh tingkat dan lamanya persaingan gulma dengan tanaman (Rosalyne, 2010) Semua perubahan yang diamati pada pertumbuhan tanaman terung yaitu tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah buah dan berat buah tanaman terung pada semua tingkat perlakuan waktu aplikasi herbisids tidak terjadi pengaruh yang nyata ini artinya respon tanamn terhadap semua perlakuan adalah sama. Minimalnya ketersediaan air untuk melakukan penyiraman berakibat tidak optimalnya pertumbuhan tanaman jagung, dimana unsur hara yang tersedia di dalam tanah proses penyerapan terganggu sehingga proses fotosintesis menjadi terhambat dan asimilat yang tersedia di dalam tubuh tanaman tidak tercukupi, secara fisiologis tampak yang lain tanaman pertumbuhan tanaman terung terhambat merana dan kerdil. (Nurlaili, 2010) KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1) Aplikasi herbisida tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan tinggi tanaman dan hasil tanaman terung, tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Aplikasi 5 HST memberikan hasil yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung. 2) Terjadi perubahan populasi gulma pada pengamatan 6 MST dan saat panen. Gulma yang dominan tumbuh yaitu gulma yang berdaun lebar Casia obtusifolia, Phylantus niruri, Amaranthus spinosus. Borrreria latifolia dan Golongan rumput Cynodon dactylon, Ottochloa nodasa, Leeresia hexandra dan Paspalum conjugatum Saran Berdasarkan hasil penelitian ini di sarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut, mengenai waktu aplikasi pemberian herbisida glifosat yang tepat guna, untuk peningkatan produktifitas tanaman terung. *) 1)

Mahasiswa 2)Dosen Pembimbing 3)Dosen Pembimbing ,Prodi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian,

11

DAFTAR PUSTAKA Agustianti VMF, 2007. Studi Keefektivan Herbisida Diuron dan Ametrin Untuk Mengendalikan Gulma Pada Pertanaman Tebu Lahan Kering. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ansori. 1990. Aplikasi Herbisida Sulfosate untuk Pengendalian Gulma Di Jalur Tanaman Karet. Skripsi. Fakultas Pertanian. Insititut Pertanian Bogor. Bogor. David Daud. Uji efikasi herbisida glifosat,sulfosat, dan paquat pada system tanpa olah tanah( TOT) Jagung. Jurnal Dewi wulandari. 2000. Efektifitas Dua Formulasi Herbisida Glifosat Untuk Pengendalian Gulma Pada Pertanaman Tebu Di Lahan Kering. Skirpsi . Fakultas Pertanian. Insititut Pertanian Bogor. Bogor. Dicky nurfauzi mustofa. 2011. Pengaruh efektifitas herbisida dioron dalam pengendalian gulma pada tanaman jagung. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Jauron, R. 1994. Controlling Perennial Grasses In The Lawn. Departement Of Horticulture Iowa State University. Ames. Iowa. Imdad, HP. Abdjad asih nawangsih. 2001. Sayuran jepang. Penebar swadaya. Jakarta Listyobudi, VR. 2011. Perilaku Herbisida Pada Sistem TOT Terhadap Pertumbuhan, Hasil dan Kualitas Hasil Tanaman Jagung Manis. Skiripsi. Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran”. Yogyakarta. Moenandir, Jody. 1988. Pengantar Ilmu Gulma dan Pengendalian Gulma (Ilmu Gulma Buku 1). Rajawali Press : Jakarta. Moenandir, Jody. 2010 ilmu gulma. Malang. Universitas Brawijaya. pers Nazariddin. 2003. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya. Jakarta Nurjanah, Uswatun., Jodi Moenandir., Bamnang Guritno. 1999. Kajian Dosis dan Waktu Aplikasi Isopropilaming Glifosat Pada Budidaya Jagung Manis Tanpa Olah Tanah. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu. Nurlaili. 2010. Respon pertumbuhan tanaman jagung dan gulma terhadap berbagai jarak tanam. Pandia, J.A. 2011. Aplikasi Herbisida dalam Persiapan Lahan dan Frekuensi Pengendalian Gulma terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea Mays L. Skripsi. IPB. Bogor Pracaya. 2002. Bertanam Sayuran Organik di Kebun Pot dan Polibag. Penebar swadaya. Depok Rosalyne, Irawaty. 2010. Pengaruh Pengolahan Tanah terhadap Keragaman dan Kelimpahan Gulma serta Pertumbuhan dan Produksi Jagung pada Jarak Tanam yang Berbeda. Tesis. USU. Medan Rukaman, R. Saputra. 1999. Gulma dan Teknik Pengendalian. Kanisus. Yogyakarta. Sastroutomo. 1990. Ekologi Gulma. Gramedia. Jakarta. Schonbrunn. 2001. Interaction Of The Herbicide Glyphosate With It’s Target Enzyme 5Enolpyruvylshikimate 3-phosphate Synthase In Atomic Detail. National Academy of Sciences of The United Stated of America. Serrano, Oscar. 1999. Known Targeted Enzimes In The Shikimate Pathway. Departement Of Biochemistry The University of Arizona. *) 1)

Mahasiswa 2)Dosen Pembimbing 3)Dosen Pembimbing ,Prodi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian,

12

Soetasad, AA., Sri Muriyani., Hendro Sunarjono. 2003. Budidaya Terung Lokal dan Terung Jepang. Penebar swadaya. Depok Simanjuntak.FN. 2003. Karakterisasi Keragaman Fenotik Tanaman Terung. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut pertanian Bogor. Bogor Sri Muliyati. 2004. Studi Efektifitas Herbisida Glifosat 48% Dan Herbisida Glifosat 24% + 2,4D 12% Untuk Mengendalikan Gulma Pada Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan. Skirpsi . Fakultas Pertanian. Insititut Pertanian Bogor. Bogor. Standar Operasional Prosedur. 2009. Budidaya terung. Departemen pertanian. Jakarta Wudianto, R. 2004. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta. Walinson, Girsang. 2005. Pengaruh tingkat dosis herbisida isopropilamina glifosat dan selang waktu terjadinya pencucian setelah aplikasi terhadap efektifitas pengendalian gulma pada perkebunan karet. Jurnal penelitian ilmu pertanian. Vol 3. No 2. Zaenudin., Soedarsan Achmad., Tjitrosoepomo Gembong. 1996. Pengaruh Waktu Aplikasi Terhadap Keefektifan Herbisida Glifosat Untuk Pengendalian Teki (cyperus rotundus l') Di Perkebunan Kopi. Jurnal. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.

*) 1)

Mahasiswa 2)Dosen Pembimbing 3)Dosen Pembimbing ,Prodi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian,