VIVI YUMARNI PEMBELAJARAN SENTRA BERMAIN PERAN DALAM

Download Jurnal An-Nahdhah, Vol. 11 No. 2 Juli – Desember ... sambil bermain untuk mengembangkan aspek kognitif anak. Strategi pembelajaran ... kegi...

0 downloads 464 Views 466KB Size
Vivi Yumarni

Pembelajaran Sentra Bermain Peran dalam.......

Pembelajaran Sentra Bermain Peran dalam Meningkatkan Kecerdasan Bahasa Anak Usia Dini Umur 4 – 5 Tahun di PAUD Tunas Bangsa Kecamatan Kumpeh Ulu Vivi Yumarni Dosen STAI Ma’arif Jambi [email protected] Abstrak Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan dari anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsang pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapandalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini menitikberatkan pada peletakan dasar pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi. Secara psikologis perilaku ini terwujud dari potensi Intelgence Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quotient (SQ), dan Adverse Quotient (AQ) yang dimiliki. Pendidikan TK merupakan pendidikan yang dapat membantu menumbuhkembangkan anak dan pendidikan dapat membantu perkembangan anak secara wajar. Pada hakikatnya pendidikan TK/usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan menyediakan kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Pendidikan anak usia dini pada hakikatnya adalah upaya untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Strategi guru dalam mengelola pembelajaran sambil bermain untuk mengembangkan aspek kognitif anak. Strategi pembelajaran menekankan kepada bagaimana aktivitas guru mengajar dan aktivitas anak belajar. Guru harus lebih kreatif dalam mengkondisikan anak secara optimal, agar anak dapat mengikuti arahan guru dan aturan permainan secara baik. Kata Kunci: Sentra Bermain Peran, Kecerdasan Bahasa, AUD

A. Pendahuluan Pendidikan merupakan satu hal yang penting dalam kehidupan karena dapat membuat peradaban lebih baik bagi suatu bangsa. Melalui pendidikan baik pendidikan sekolah maupun pendidikan di luar sekolah, seseorang dibina dan dilatih agar menjadi pribadi yang berkualitas. Salah satu jalur pendidikan yang ditempuh adalah melalui pendidikan di sekolah dengan berbagai jenjangnya. Lembaga pendidikan dalam bentuk sekolah mempunyai tujuan yang selaras dengan tujuan pendidikan secara umum. Guna mencapai tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan, sekolah harus mampu menghasilkan Jurnal An-Nahdhah, Vol. 11 No. 2 Juli – Desember 2017

Vivi Yumarni

Pembelajaran Sentra Bermain Peran dalam.......

product/ lulusan yang sesuai dengan tujuan sudah digariskan tersebut. Agar sekolah mampu menghasilkan lulusan yang baik, kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus kondusif guna mencapai tujuan tersebut. Peran pendidik sangat penting artinya dalam proses pendidikan karena mereka yang bertanggung jawab dan menentukan arah pendidikan tersebut. Itulah sebabnya Islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan yang bertugas sebagai pendidik karena memiliki ilmu pengetahuan untuk melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Pendidik memiliki tugas yang mulia sehingga Islam memandang pendidik mempunyai derajat yang lebih tinggi dari pada orang yang tidak berilmu dan bukan pendidik. Orang-orang yang berilmu tersebut tidak boleh menyimpan ilmu yang dimiliki untuk dirinya sendiri melainkan memberikan dan menolong orang lain yang tidak berilmu sehingga menjadi pandai. Unsur guru sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pembelajaran jika dibandingkan dengan unsur-unsur lain, seperti pengelola, sarana, dan kurikulum. Oleh karena itu guru yang baik akan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang baik pula. Untuk mewujudkan kualitas guru yang baik diperlukan pengelolaan yang tepat sehingga dapat diperoleh guru memiliki berbagai kemampuan yang menunjang berbagai pelajaran. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidikan untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik.1 Pembelajaran adalah suatu yang dilakukan oleh siswa bukan dibuat untuk siswa. Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran adalah pendidik (perorangan atau kelompok) serta peserta didik (perorangan, kelompok atau komunitas) yang berinteraksi edukatif antara satu dengan lainnya. Isi kegiatan adalah bahan atau materi belajar yang bersumber dan kurikulum suatu program pendidikan. Proses kegiatan adalah langkah-langkah atau tahapan yang dilalui pendidikan dan peserta didik dalam pembelajaran.

Isjoni, Cooperative Learning ‘Efektivitas Pembelajaran Kelompok” (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 11. 1

Jurnal An-Nahdhah, Vol. 11 No. 2 Juli – Desember 2017

Vivi Yumarni

Pembelajaran Sentra Bermain Peran dalam.......

Seorang guru yang profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal, antara lain memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif, inovatif, mempunyai etos kerja dan komitmen yang tinggi terhadap profesinya, dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus menerus melalui organisasi profesi, internet, buku, seminar, dan lainnya. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi dan berbagai hal terkait lainnya. Al-Qalqasyandi seorang pendidik Islam pada zaman Khalifah Fatimiyah di Mesir mengajukan beberapa syarat bagi seorang pendidik Islam, sebagai berikut: 1. Syarat fisik, meliputi: a. Bagus badannya b. Manis muka/berseri-seri c. Lebar dahinya dan terbuka dari rambutnya (bersih) 2. Syarat psikis, meliputi: a. Berakal (sehat akalnya) b. Tajam pemahamannya c. Hatinya beradab d. Adil e. Bersifat perwira f. Lurus dada g. Perkataannya jelas, dan mudah dipahami dan berhubungan satu dengan yang lain h. Memilih perkataan-perkataan yang mulia dan baik i. Menjauhi sesuatu yang membawa kepada perkataan yang tak jelas2 Pendidikan merupakan bimbingan dan pertolongan secara sadar yang diberikan oleh pendidik kepada anak didik sesuai dengan perkembangan jasmaniah dan rohaniah ke arah kedewasaan. Anak didik dalam mencari nilainilai hidup, harus mendapat bimbingan sepenuhnya dari pendidik. Proses pendidikan dan pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi

2

Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 169-170.

Jurnal An-Nahdhah, Vol. 11 No. 2 Juli – Desember 2017

Vivi Yumarni

Pembelajaran Sentra Bermain Peran dalam.......

anak melalui pengalaman nyata yang dapat memungkinkan mereka untuk menunjukkan aktivitas dan rasa ingin tahu (curioucity) secara optimal dan menempatkan posisi pendidik sebagai pendamping, pembimbing, serta fasilitator bagi anak. Melalui proses pendidikan seperti ini diharapkan dapat menghindari bentuk pembelajaran yang hanya berorientasi pada kehendak dan dominsai guru sehingga menjadikan anak secara pasif. Anak-anak akan mulai merasa peka atau sensitif untuk menerima berbagai rangsang pada masa keemasan (the golden years). Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis, anak telah siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar pertama untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, bahasa, sosio emosional, dan spiritual. Masalah pokok yang sangat penting yang dapat menjadikan pedoman dalam keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang hendak dicapai dalam kegiatan belajar mengajar atau menentukan sasaran dari kegiatan tersebut.3Perubahan perilaku dan kepribadian setelah siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar harus jelas, misalnya dari tidak bisa membaca menjadi dapat membaca. Jika sebelum belajar siswa tidak dapat membaca atau menulis setelah mengikuti kegiatan pembelajaran mereka mampu membaca dan menulis. Suatu kegiatan yang tidak mempunyai arah atau tujuan dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan. Kedua, memilih cara pendekatan yang dianggap paling tepat dan efektif. Bagaimana kita memandang suatu persoalan, konsep, pengertian, dan teori apa yang digunakan untuk memecahkan suatu kasus akan mempengaruhi hasil yang akan dicapai. Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik untuk memotivasi siswa agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, mendorong siswa mampu berpikir dan memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapatnya.

3

Abu Ahmadi, SBM “Strategi Belajar Mengajar”, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hal. 13.

Jurnal An-Nahdhah, Vol. 11 No. 2 Juli – Desember 2017

Vivi Yumarni

Pembelajaran Sentra Bermain Peran dalam.......

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan dari anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsang

pendidikan

untuk

membantu

pertumbuhan

dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapandalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini menitikberatkan pada peletakan dasar pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi. Secara psikologis perilaku ini terwujud dari potensi Intelgence Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quotient (SQ), dan Adverse Quotient (AQ) yang dimiliki.4 Pembelajaran menekankan adanya kemampuan interaksi antara satu individu dengan individu yang lain. Kemampuan interaksi juga sebagai indikator keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kemampuan komunikasi peserta didik tentu tidak bisa muncul sendiri tanpa perantara, kemampuan tersebut harus didorong dan ditopang oleh peran guru. Beberapa hal yang dapat dilakukan guru agar mampu mengembangkan komunikasi peserta didiknya, diantaranya: 1. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjelaskan dan berargumentasi secara lisan maupun tulisan 2. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, menyampaikan sanggahan, termasuk juga masukan dan kritik sesuai dengan kemampuan mereka. 3. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi, baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar (seluruh peserta didik dalam satu kelas)5 Pendidikan anak usia dini meliputi tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua untuk mengasuh dan mendidik anak dengan menciptakan lingkungan dimana anak dapat mengekplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan melalui cara mengamati, 4

Agus Wibowo, Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hal. 11. 5 Ibnu Hajar, Panduan Lengkap Kurikulum Tematik, (Yogyakarta: Diva Press, 2013), hal. 53.

Jurnal An-Nahdhah, Vol. 11 No. 2 Juli – Desember 2017

Vivi Yumarni

Pembelajaran Sentra Bermain Peran dalam.......

meniru, dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Anak merupakan pribadi yang unik dan melewati berbagai tahap perkembangan kepribadian, maka lingkungan yang diupayakan oleh pendidik dan orang tua yang memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman dengan berbagai suasana yang disesuaikan dengan perkembangan kepribadian anak. Contohnya jika seorang anak dibiasakan untuk mengucapkan salam sebelum pergi dari rumah atau ketika berangkat sekolah maka ia akan terbiasa untuk mengucapkan salam ketika bertandang ke suatu tempat atau sebuah rumah meskipun tidak bersama orang tua. Anak usia TK adalah anak usia dini yang berusia 4-6 tahun. Walaupun secara yuridis anak usia 4-6 tahun tidak wajib mengikuti pendidikan di TK, tetapi secara teoritis pendidikan TK sangat penting dalam pendidikan. Banyaknya bukti tentang pentingnya pendidikan dini maka anak perlu diberikan rangsangan-rangsangan, dorongan dan dukungan berupa program kegiatan yang terencana, bermanfaat dan menyenangkan. Sebagai upayanya, peran pendidik (orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya) sangat diperlukan dalam upaya pengembangan potensi anak. Pembelajaran anak usia dini/TK pada hakikatnya adalah pembelajaran yang berorientasi bermain (belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar), pembelajaran yang berorientasi perkembangan yang lebih banyak memberi kesempatan kepada anak untuk dapat belajar dengan cara-cara yang tepat. Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada seluruh peserta didik. Untuk mampu melakukan proses pembelajaran ini si guru harus mampu menyiapkan proses pembelajarannya. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus berupaya dengan optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak didik, demi

mencapai tujuan pembelajaran. Proses

pembelajaran yang akan disiapkan oleh seorang guru hendaknya terlebih dahulu harus memperhatikan teori-teori yang melandasinya, dan bagaimana

Jurnal An-Nahdhah, Vol. 11 No. 2 Juli – Desember 2017

Vivi Yumarni

Pembelajaran Sentra Bermain Peran dalam.......

implikasinya dalam proses pembelajaran. Guru memegang peranan lebih dari sekedar pengajar melainkan pendidik. Kepada guru siswa melakukan proses identifikasi, peluang munculnya siswa yang kreatif akan lebih besar dari guru yang kreatif pula. Pendidikan TK merupakan pendidikan yang dapat membantu menumbuhkembangkan anak dan pendidikan dapat membantu perkembangan anak secara wajar. Pada hakikatnya pendidikan TK/usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan menyediakan kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Pendidikan anak usia dini pada hakikatnya adalah upaya untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Berdasarkan pendapat para pakar, dapat dipahami Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang pada akhirnya berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak selaku fasilitator yang

berusaha

menciptakan

proses

belajar

mengajar

yang

efektif,

mengembangkan bahan pelajaran dengan baik dan meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Hasil grand tour peneliti di lapangan menunjukkan bahwa strategi guru dalam mengelola pembelajaran sambil bermain belum optimal untuk mengembangkan aspek kognitif anak. Strategi pembelajaran menekankan kepada bagaimana aktivitas guru mengajar dan aktivitas anak belajar. Guru harus lebih kreatif dalam mengkondisikan anak secara optimal, agar anak dapat mengikuti arahan guru dan aturan permainan secara baik.

B. Pembahasan 1. Strategi Guru dalam Mengolah Pembelajaran Seraya Bermain Strategi pengajaran merupakan tindakan atau pola umum kegiatan guru dalam melaksanakan rencana pengajaran berupa usaha dan tindakan menggunakan dan menggabungkan komponen pengajaran (tujuan, siswa,

Jurnal An-Nahdhah, Vol. 11 No. 2 Juli – Desember 2017

Vivi Yumarni

Pembelajaran Sentra Bermain Peran dalam.......

media, alat, sumber belajar, serta evaluasi).6 Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada seluruh peserta didik. Untuk mampu melakukan proses pembelajaran ini si guru harus mampu menyiapkan proses pembelajarannya. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus berupaya dengan optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak didik, demi mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran yang akan disiapkan oleh seorang guru hendaknya terlebih dahulu harus memperhatikan teori-teori yang melandasinya, dan bagaimana implikasinya dalam proses pembelajaran. Asumsi dasar tentang belajar menunjukkan bahwa belajar merupakan tindakan menyusun pengetahuan dan proses pendalaman serta penemuan dilakukan secara efektif bila siswa memiliki kesempatan membangun pengetahuan bersama teman-temannya.7 Siswa akan terdorong untuk berfikir keras, mengklarifikasi gagasan dan pemikiran, serta melafalkan terminologi baru. Communication is the sharing of information between two or more individuals or group to reach a common understanding.8 Sehingga harus ada kerjasama atau komunikasi yang baik antara siswa dan guru untuk mengembangkan aspek kognitif siswa. Pendidikan TK merupakan pendidikan yang dapat membantu menumbuhkembangkan anak dan pendidikan dapat membantu perkembangan anak secara wajar. Pada hakikatnya pendidikan TK/usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan menyediakan kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Pendidikan anak usia dini pada hakikatnya adalah upaya untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Penyajian bahan pelajaran melalui permainan dapat berupa teka-teki, papan bergambar, kotak rahasia, atau kartu gambar yang dibuat siswa atau

6

Darwyn Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hal. 24. 7 Raisul Muttaqin, Sekolah Kreatif, (Bandung: Nuansa Cendikia, 2013), hal. 63. 8 Gareth R. Jones, Contemporary Management, (New York: McGrawHill, 2003), hal. 672.

Jurnal An-Nahdhah, Vol. 11 No. 2 Juli – Desember 2017

Vivi Yumarni

Pembelajaran Sentra Bermain Peran dalam.......

guru.9 Dengan bermain dapat memenuhi kebutuhan anak untuk secara aktif terlibat dengan lingkungan, untuk bermain dan bekerja dalam menghasilkan suatu karya serta untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan kognitif lainnya. Selama bermain, anak menerima pengalaman baru, memanipulasi bahan dan alat, berinteraksi dengan orang lain dan mulai merasakan dunia mereka. Bermain adalah awalan dari semua fungsi kognitif selanjutnya. Melalui bermain dapat memberi kesempatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan, perasaan, bekreasi, dan belajar secara menyenangkan. Piaget mempelajari perkembangan intelektual anak dan mereka belajar dengan melakukan. Bermacam-macam pusat kegiatan di kelas yaitu balok-balok, seni, permainan mempunyai materi yang sesuai dengan perkembangan, yang akan mendorong anak-anak bereksperimen dan tumbuh melalui bermain.10 Contohnya permainan balok-balok membantu anak-anak belajar konsep ilmiah, matematika, seni, ilmu social, dan bahasa. Guru harus peka dan luwes serta memahami bahwa anak baru memperkembangkan kemampuannya berfikir logis, tetapi masih terkait kepada obyek-obyek dan aktivitas yang nyata. Maka isi pelajaran harus berisikan obyek atau benda yang nyata. Untuk mengajar angka-angka pada anak, harus diperhatikan benda-benda yang dapat dihitung. Untuk mengajar warna anak harus memilih dan mengambil sendiri warna-warna yang dibutuhkan guru dan tidak memperlihatkan warna tertentu terhadap anak untuk dipelajari. Untuk melatih pengenalan bentuk anak harus menenpatkan bentuk tertentu pada kotakbentuk yang sesuai atau menyalin suatu pola bentuk. Pembelajaran anak usia dini menganut pendekatan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain. Dengan bermain anak menggunakan otot tubuhnya, menstimulus indera-indera tubuhnya, mengeksplorasi dunia sekitarnya, menemukan seperti apa diri mereka sendiri. Dengan bermain anakanak menemukan dan mempelajari hal-hal atau keahlian baru dan belajar kapan harus menggunakan pengetahuna tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi

9

Zainal Aqib, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, (Surabaya: Insan Cendikia, 2010), hal. 98. Ary Nilandari, Smart Start, (Bandung: Kaifa, 2005) cet. iii, hal. 37.

10

Jurnal An-Nahdhah, Vol. 11 No. 2 Juli – Desember 2017

Vivi Yumarni

Pembelajaran Sentra Bermain Peran dalam.......

kebutuhannya. Lewat bermain fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain akan berkembang. Implementasi cara belajar sambil bermain untuk mengembangkan kognitif anak antara lain: 1. Menyusun balok, dengan tujuan agar anak dapat membangun imajinatifnya tentang bentuk dan ruang manipulasi bangunan dari balok-balok yang telah tersedia 2. Menyampaikan cerita, memberikan keuntungan dalam mengembangkan bahasa dan kreativitas. Selain itu mendorong perkembangan ketajaman ingatan, berfikir logis, dan pengendalian diri. 3. Permainan dramatik, suatu kegiatan mengungkapkan seluruh fungsi mental tinggi, pengendalian diri, dan berbagai fungsi simbolik. Anak seharusnya dapat mendorong dan mengartikulasikan hal-hal yang akan mereka kerjakan pada permainan sebelum mereka memulainya. 4. Penulisan jurnal, anak melakukan komunikasi dengan orang lain melalui berbagai ungkapan secara tertulis. Project is an undertaking requiring concerted effort, an extensive task undertaken by a student or group of students to apply, illustrated or supplements classroom lessons.11 Proyek merupakan tugas bagi siswa yang dapat dilakukan dalam kelompok maupun secara individu untuk diaplikasikan, upaya siswa yang dilistrasikan sebagai tugas tambahan pelajaran di kelas. Pada usia dua hingga lima tahun anak memiliki perkembangan bermain dengan teman mainnya.12 Berikut ini enam tahapan perkembangan bermain pada anak, yaitu: 1. Unoccupied atau tidak menetap Anak hanya melihat anak lain bermain, tetapi tidak ikut bermain. Anak hanya mengamati sekeliling dan berjalan-jalan, tetapi tidak terjadi interaksi dengan anak yang bermain 2. Onlooker atau penonton/pengamat 11

Anis Apriliawati, Idioms for You, (Jakarta: Geneca Exact, 2009), ha. 76. Yuliani Nurani Sujiono, Buku Ajar “Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini”, (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2007), hal. 185. 12

Jurnal An-Nahdhah, Vol. 11 No. 2 Juli – Desember 2017

Vivi Yumarni

Pembelajaran Sentra Bermain Peran dalam.......

Anak belum terlibat bermain, tetapi mulai bertanya dan lebih mendekat kepada anak yang sedang bermain dan muncul ketertarikan anak terhadap permainan tersebut. 3. Solitary independent play atau bermain sendiri Anak sudah mulai bermain, tetapi bermain sendiri dengan mainannya, terkadang anak berbicara temannya yang sedang bermain, tetapi tidak terlibat dengan permainan anak lain. 4. Parallel activity atau kegiatan parallel Anak sudah bermain dengan anak lain tetapi belum terjadi interaksi dengan anak lainnya dan anak cemderung menggunakan alat yang ada didekat anak yang lain. Anak juga tidak mempengaruhi anak lainnya. Anak masih senang memanipulasi benda daripada bermain dengan anak lain. Anak cenderung memainkan alat permainan yang sama dengan anak lainnya. 5. Associative play atau bermain dengan teman Pada tahap ini terjadi interaksi yang lebih kompleks pada anak. Dalam bermain anak sudah saling mengingatkan satu sama lain. Terjadi tukarmenukar mainan atau anak mengikuti anak lain. Meskipun anak dalam kelompok melakukan kegiatan yang sama, tidak terdapat aturan yang mengikat dan belum memiliki tujuan yang khusus atau atau belum terjadi diskusi untuk mencapai tujuan bersama, seperti membangun bangunan dengan

perencanaan.

Tetapi

masing-masing

dapat

meninggalkan

permainan kapan saja ia mau, tanpa perlu merusak permainan. 6. Cooperative or organized supplementary play atau kerja sama dengan bermain atau bermain dengan tambahan aturan Saat anak bermain bersama secara lebih terorganisasidan masing-masing menjalankan peran yang saling mempengaruhi satu sama lain. Anak bekerjasama dengan anak lain untuk membangun sesuatu, terjadi persaingan, membentuk permainan drama dan biasanya dipengaruhi oleh anak yang memiliki pengaruh atau adanya pemimpin dalam bermain. Bermain merupakan suatu sarana penting bagi perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak, dan juga merefleksikan perkembangan anak.

Jurnal An-Nahdhah, Vol. 11 No. 2 Juli – Desember 2017

Vivi Yumarni

Pembelajaran Sentra Bermain Peran dalam.......

Bermain merupakan konteks yang sangat mendukung proses perkembangan nak. Bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memahami lingkungan, berinteraksi dengan yang lain dalam cara-cara sosial, mengekspresikan dan mengontrol emosi, serta mengembangkan berbagai kapabilitas anak. Aktivitas bermain anak juga memberikan wawasan kepada orang dewasa tentang perkembangan anak dan kesempatan untuk mendukung perkembangan dengan strategi-strategi yang tepat. Melalui kegiatan terencana dengan baik, seorang anak dapat mengembangkan secara dini aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara integrative atau terpadu. Sikap guru harus lebih responsif dan ekspresif terhadap karya anak, karena dengan respon dan ekspresi yang ditunjukan akan membawa anak lebih bersemangat. Berdasarkan pendapat para pakar disimpulkan bahwa guru hendaknya memberikan stimulus-stimulus yang menarik untuk anak dan memberikan motivasi positif kepada anak agar anak bersemangat dalam kegiatan bermain sambil belajar. Kegiatan bermain muncul dari diri anak difokuskan pada proses dan didominasi oleh peran aktif pemain. Indikator bermain seraya belajar yaitu mengalakkan imaginasi, memberi peluang kanak-kanak untuk mencipta dan mencoba, menggalakkan kanak-kanak bekerjasama dan hubungan sosial, membina keyakinan diri, dan berorientasikan proses bukan hasil.

2. Perkembangan Aspek Kognitif Anak Usia Dini Kognitif adalah tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Perkembangan kognitif mempunyai empat aspek yaitu: kematangan, pengalaman, transmisi social, dan ekuilibrasi.13 Tugas guru bukan memberikan pengetahuan yang diberikan kepada anak melainkan mencarikan, menunjukkan dan memberikan alat-alat atau cara-cara yang menimbulkan minat serta merangsang anak untuk memecahkan atau mengatasi persoalan sendiri. Step-step kognitif: pengkodean (cooding), penyimpanan (storing), perolehan kembali (retrieving, dan pemindahan informasi (transferring

13

Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, (Jakarta: Libri, 2011), hal. 141.

Jurnal An-Nahdhah, Vol. 11 No. 2 Juli – Desember 2017

Vivi Yumarni

Pembelajaran Sentra Bermain Peran dalam.......

information).14 Model belajar kognitif merupakan pemrosesan pengetahuan yang diterima akan dibandingkan dengan kognitif yang telah ada. Pengetahuan tersebut akan digabungkan dengan pengetahuan baru dan dipindahkan dalam ingatan. Terdapat dua proses penyesuaian diri dengan lingkungan yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika individu menghubungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Akomodasi terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.15 Aspek kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Menurut Bloom tujuan domain kognitif terdiri atas enam bagian yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesa, evaluasi (evaluation). Pengetahuan mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampaipada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar. Pemahaman mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di ataspengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah. Penerapan mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari padasituasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan merupakan tingkatkemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman. Analisis mengacu kepada kemampun menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yanglainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan tingkatkemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman maupun penerapan. Sintesa mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehinggamembentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerluakn tingkah laku yang kreatif. Sintesis

14 15

Martinis Yamin, Panduan PAUD, (Jakarta: Gaung Persada, 2013), hal. 25. Ibid., hal. 113.

Jurnal An-Nahdhah, Vol. 11 No. 2 Juli – Desember 2017

Vivi Yumarni

Pembelajaran Sentra Bermain Peran dalam.......

merupakan kemampuan tingkat berfikir yang lebih tinggi daripada kemampuansebelumnya. Evaluasi mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuantertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir yang tinggi.Urutan-urutan seperti yang dikemukakan di atas, seperti ini sebenarnya masih mempunyai bagianbagian lebih spesifik lagi. Di mana di antara bagian tersebut akan lebih memahami akan ranah-ranah psikologi sampai di mana kemampuan pengajaran mencapai tujuan. Keberhasilan belajar anak didefinisikan dalam bentuk komitmen, upaya, serta kualitas yang dikerahkan anak ke dalam kegiatan berprestasi, kepuasan, penegasan serta suka cita.16 Pembelajaran yang berpusat pada anak bertujuan untuk mengembangkan kemampuan anak secara alamiah sesuai dengan tingkat perkembangannya, berusaha membuat anak bebas dan aman secara psikologis sehingga senang belajar disekolah, menekankan asas keterbukaan bagi hal yang menunjang pendidikan anak, dan berusaha melengkapi kebutuhan yang menunjang perkembangan anak secara optimal. Karakterisktik perkembangan kognitif anak usia dini adalah dapat memahami konsep makna yang berlawanan seperti kosong-penuh, ringanberat, atas-bawah, dapat menyamakan bentuk geometri dengan obyek nyata atau melalui visualisasi gambar, dapat menumpuk balok sesuai ukurannya secara berurutan, dapat mengelompokkan benda yang memiliki persamaan warna dan bentuk, dapat menyebutkan pasangan benda, mampu memahami sebab akibat, dapat merangkai kegiatan sehari-hari, menceritakan kembali 3 gagasan utama dari suatu cerita, mengenali dan membaca tulisan melalui gambar yang sering dilihat di rumah atau sekolah, mengenali dan menyebutkan angka.17 Anak akan membangun dunia kognitif mereka sendiri karena anak mampu mengolah informasi dari lingkungan dan mengolah informasi yang diterima untuk mengembangkan gagasan baru, tidak hanya

16

Jim Taylor, Memberi Dorongan Positif Pada Anak agar Anak Berhasil dalam Hidup, (Jakarta: Gramedia, 2005), hal. Xxxiv. 17 Yuliani Nurani Sujiono, Op.Cit., hal. 211-212.

Jurnal An-Nahdhah, Vol. 11 No. 2 Juli – Desember 2017

Vivi Yumarni

Pembelajaran Sentra Bermain Peran dalam.......

sekedar menerima informasi dari lingkungan.18 Suasana belajar kompetitif adalah suasana belajar yang lebih tepat diberikan bila peserta didik perlu melihat materi yang dipelajari agar mereka berusaha menjadi yang terbaik. Siswa membutuhkan kekuatan, kebebasan dalam proses pembelajaran di kelas. Perkembangan kognitif memang dilandasi oleh gerakan dan perbuatan. Jadi anak harus bergerak dan berbuat sesuatu terhadap obyek yang nyata. Jika anak telah menaruh perhatian dan mau belajar maka tugas guru mepertahankan minat anak belajar lebih lanjut. Ulangan dan latihan dibutuhkan dalam perkembangan kognitif. Jika hanya memberikan pengalaman baru pada anak tanpa memberikan kesempatan anak untuk menumbuhkan fisiknya, hanya akan melatih anak untuk memberikan jawaban tertentu terhadap rangsang tertentu pula. Oleh karena itu pentingnya faktor kematangan dalam hal belajar dan bahwa anak mempunyai motivasi dari dalam untuk belajar. Kompetensi yang diharapkan pada anak adalah anak mampu dan memiliki kemampuan berfikir secara logis, kritis dapat member alasan, mampu memecahkan masalah masalah dan menemukan hubungan sebab akibat dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Berhubungan dengan proses pembentukan pengetahuan, Vigotsky mengemukakan konsep Zone of Proximal Development (ZPD), hukum genetik perkembangan dan mediasi. Kemampuan seseorang untuk tumbuh dan berkembang melewati 2 tatanan yaitu tatanan social tempat orang membentuk lingkungan sosialnya dan tatanan pskologis di dalam diri orang yang bersangkutan.19 Lingkungan sosial sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang. Sedangkan tataran psikologis sebagai keturunan yang tumbuh melalui penguasaan terhadap proses-proses social tersebut.

18 19

Rizki Takriyanti, Peningkatan Intelgensi Anak, (Jakarta: Gaung Persada, 2009), hal. 19. Yuliani Nurani Sujiono, Op.Cit., hal 148.

Jurnal An-Nahdhah, Vol. 11 No. 2 Juli – Desember 2017

Vivi Yumarni

Pembelajaran Sentra Bermain Peran dalam.......

ZPD atau scaffolding interpretation merupakan tahapan untuk mencapai taraf perkembangan yang lebih tinggi. 4 tahapan perkembangan dan pembelajaran yaitu: 1. Tindakan anak masih dipengaruhi dan dibantu orang lain 2. Tindakan anak didasarkan atas inisiatif sendiri 3. Tindakan anak berkembang spontan dan terinternalisasi 4. Tindakan spontan akan terus diulang-ulang sehingga anak siap untuk berfikir secara abstrak. Peserta didik mampu memahami konsep makna yang berlawanan, menyamakan bentuk geometri dengan obyek, menumpuk balok sesuai ukurannya secara berurutan, dapat mengelompokkan benda yang memiliki persamaan warna dan bentuk, dapat menyebutkan pasangan benda, mampu memahami

sebab

akibat,

dapat

merangkai

kegiatan

sehari-hari,

menceritakan kembali 3 gagasan utama dari suatu cerita, mengenali dan membaca tulisan melalui gambar yang sering dilihat dan mengenali dan menyebutkan angka. Berdasarkan pendapat para pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan aspek kognitif anak mengacu pada perkembangan anak dalam berfikir dan kemampuan untuk memberikan alasan. Kemampuan anak dalam menghadirkan objek dan pengetahuan melalui imitasi, permainan simbolis, menggambar, gambaran mental, dan bahasa lisan. Indikator aspek kognitif anak usia dini yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis.

Jurnal An-Nahdhah, Vol. 11 No. 2 Juli – Desember 2017

Vivi Yumarni

Pembelajaran Sentra Bermain Peran dalam.......

DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi, SBM “Strategi Belajar Mengajar”, (Bandung: Pustaka Setia, 2005). Agus Wibowo, Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013). Anis Apriliawati, Idioms for You, (Jakarta: Geneca Exact, 2009). Ary Nilandari, Smart Start, (Bandung: Kaifa, 2005) Cet. III. Darwyn Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007). Gareth R. Jones, Contemporary Management, (New York: McGrawHill, 2003). Ibnu Hajar, Panduan Lengkap Kurikulum Tematik, (Yogyakarta: Diva Press, 2013). Isjoni, Cooperative Learning ‘Efektivitas Pembelajaran Kelompok” (Bandung: Alfabeta, 2009). Jim Taylor, Memberi Dorongan Positif Pada Anak agar Anak Berhasil dalam Hidup, (Jakarta: Gramedia, 2005). Martinis Yamin, Panduan PAUD, (Jakarta: Gaung Persada, 2013). Raisul Muttaqin, Sekolah Kreatif, (Bandung: Nuansa Cendikia, 2013). Rizki Takriyanti, Peningkatan Intelgensi Anak, (Jakarta: Gaung Persada, 2009). Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, (Jakarta: Libri, 2011). Yuliani Nurani Sujiono, Buku Ajar “Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini”, (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2007). Zainal Aqib, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, (Surabaya: Insan Cendikia, 2010). Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008).

Jurnal An-Nahdhah, Vol. 11 No. 2 Juli – Desember 2017